43
REFERAT VERTIGO Dokter pembimbing : dr. Arroyan , Sp. THT. Disusun oleh : Lewita Yulita 11.2013.288 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN PERIODE 21 SEPTEMBER – 24 OKTOBER 2015 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 1

Referat Vertigo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vertigo

Citation preview

Page 1: Referat Vertigo

REFERAT

VERTIGO

Dokter pembimbing :

dr. Arroyan , Sp. THT.

Disusun oleh :

Lewita Yulita

11.2013.288

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

PERIODE 21 SEPTEMBER – 24 OKTOBER 2015

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

1

Page 2: Referat Vertigo

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien

atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan

dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalam 4 subtipe

tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.1

Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, dan

disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan dizziness yang

dilaporkan pada primary care. 2

Vertigo disebabkan oleh gangguan atau kelainan atau penyakit pada sistem vestibular.

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan

orientasi di ruangan. Gangguan keseimbangan beragam bentuknya dan penyebabnya pun

bermacam-macam. Sistem yang berperan dalam vertigo adalah sistem vestibular, sistem visual,

sistem somatosensorik Untuk mempertahankan keseimbangan di ruangan maka sedikitnya 2 dari 3

sistem tersebut diatas harus berfungsi dengan baik. Vertigo sering disertai oleh gangguan sistem

otonom seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini

dikarenakan apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis

batang otak. Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya

pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau

dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.

Keseimbangan bergantung pada empat sistem berbeda yang tidak saling tergantung.

Pertama, sistem vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Kedua,

Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot memberi informasi menyangkut

hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan member persepsi dari

sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di integrasikan pada

batang otak dan serebelum.

Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari system saraf

perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan kondisi lain, tetapi 93% pasien

pada Iprimary care mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau meniere disease.2Karena

pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka, menentukan penyebab

akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah pendekatan menggunakan pengetahuan dari

kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis akan membantu dokter untuk

menegakkan diagnosis dan memberi terapi yang tepat.3

2

Page 3: Referat Vertigo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Vertigo berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita

merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita melihat

sekelilingnya yang bergerak atau berputar. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala

pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus,

unstable), otonomik ,pucat, peluh dingin, mual, muntah dan pusing.3

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya

dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan

alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. Keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit. Keseimbangan

adalah kemampuan untuk memperthanakan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai

posisi.4

II. EPIDEMIOLOGI

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi sebesar

7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo

dan non vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering

diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness,

vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo

lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode

rekuren.2

Vertigo merupakan keluhan umum yang sangat umum setelah nyeri kepala dan batuk.

Bahkan pada praktek dokter umum rasa pusing merupakan keluhan yang terbanyak. Vertigo

merupakan 15% penderita yang dikonsultasikan ke ahli saraf atau ahli THT.

Pada orang dewasa, vertigo adalah salah satu masalah kesehatan yang paling umum. Di

Amerika Serikat, 4% orang mengalami vertigo setidak-tidaknya satu kali pada masa hidupnya.

Vertigo mengenai perempuan sedikit lebih banyak daripada laki-laki. Insidens dan prevalensi

vertigo meningkat dengan bertambahnya usia.5

Mabuk gerakan (MG) sebagai salah satu penyebab vertigo terjadi pada 3-4% pengendara

mobil dan kereta api. Mabuk laut (ML) dialami 90% orang yang belum berpengalaman berlayar.

Mabuk udara (MU) terjadi pada 8% penumpang pesawat terbang dengan cuaca buruk. Mabuk

angkasa (MA) terjadi pada 30-50% awak pesawat ruang angkasa luar.2

3

Page 4: Referat Vertigo

III. ETIOLOGI

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres,

gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak

dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ

keseimbangan yang ada di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan

dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang

menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.1

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh

dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti nervus

VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau

kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi :5

Labirin, telinga dalam

- vertigo posisional paroksisimal benigna

- pasca trauma

- penyakit menierre

- labirinitis (viral, bakteri)

- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)

- oklusi peredaran darah di labirin

- fistula labirin

Saraf otak ke VIII

- neuritis iskemik (misalnya pada DM)

- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)

- neuritis vestibular

- neuroma akustikus

- tumor lain di sudut serebelo-pontin

Telinga luar dan tengah

- Otitis media

- Tumor

SENTRAL

Supratentorial

- Trauma

- Epilepsi

4

Page 5: Referat Vertigo

Infratentorial

- Insufisiensi vertebrobasiler

Obat

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya

pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid,

derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat

vestibulotoksik, juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat

ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam

nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi

fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan

fungsi vestibuler. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan

keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo

IV. PATOFISIOLOGI

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan

ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi

oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah

susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke

pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras

yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan

vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan

ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan

kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling

kecil kontribusinya adalah proprioseptik.3

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan

tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan

diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.

Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan

bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar.

Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak

fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi

akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons

penyesuaian otot jadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal, bisa berupa nistagmus,

unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.2

5

Page 6: Referat Vertigo

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan tubuh :

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis

semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual

dan muntah.

2. Teori konflik sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor

sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau

ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut

menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa

nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,

serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan

teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral

sebagai penyebab.

3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai

memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan

yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan

saraf otonom.Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi

mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

4. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi

gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya

hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

5. Teori neurohumoral

Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin (Lucat) yang

masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim

saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

6. Teori sinaps

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan

perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.

Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing

factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang

selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf

parasimpatik.

6

Page 7: Referat Vertigo

Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di

awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah

dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.2

V. KLASIFIKASI VERTIGO

Vertigo Patologik diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular

yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular

adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang

posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.

Gambar 1. Klasifikasi Vertigo

A. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis,

yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya

diikuti gejala-gejala seperti:

* pandangan gelap

* rasa lelah dan stamina menurun

* jantung berdebar

* hilang keseimbangan

* tidak mampu berkonsentrasi

* perasaan seperti mabuk

* otot terasa sakit

* mual dan muntah-muntah

* memori dan daya pikir menurun

* sensitif pada cahaya terang dan suara

* berkeringat

7

Page 8: Referat Vertigo

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit

seperti benign paroxysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan),

penyakit meniere (gangguankeseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran) ,

vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) , dan labyrinthitis (radang di

bagian dalam pendengaran) .

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo

merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 1 menit. perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita

berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu

terjadinya episode vertigo ini. penyakit ini tampaknya disebabkan oleh adanya endapan kalsium di

dalam salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam. vertigo jenis ini mengerikan,

tetapi tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau

bulan. tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging Saat ini dikaitkan dengan

kondisi otoconia (butir kalsium di dalam kanalis semisirkularis) yang tidak stabil. Terapi fisik dan

manuver Brandt-Daroff dianggap lebih efektif daripada medikamentosa

2. Penyakit Meniere

Dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen endolimfatik di telinga

dalam; selain vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus dan gangguan pendengaran. Biasanya

pada serangan pertama terasa paling berat daripada serangan-serangan berikutnya kekuatan

serangan berkurang. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif; terapi profilaktik juga belum

memuaskan; tetapi 60-80 % akan remisi spontan. Dapat dicoba pengggunaan vasodilator, diuretik

ringan bersama diet rendah garam; kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa dekompresi

ruangan endolimfatik dan pe-motongan n.vestibularis. Pada kasus berat atau jika sudah tuli berat,

dapat dilakukan labirintektomi atau merusak saraf dengan instilasi aminoglikosid ke telinga dalam

(ototoksik lokal). Pencegahan antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti

merokok, membatasi asupan garam. Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan

gejala. Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler.

3. Neuritis vestibularis

Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi virus; jika disertai

gangguan pendengaran disebut labirintitis. Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam dua bulan. Di

awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat supresan vestibuler dan anti

emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang mekanisme kompensasi sentral.

8

Page 9: Referat Vertigo

Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan sebagai

bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja.1

Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang telinga tengah.

Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo, muntah dan hilangnya pendengaran

harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif.2

Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri (supuratif) mungkin

terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh

kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga timbul sebagai

perluasan infeksi dari meningitis bakteri melalui cairan yang menghubungkan ruang subaraknoid

denganruang perilimf di koklea, melalui akuaduktus koklearis atau melalui daerah kribrosa pada

dasar modiolus koklea.2, 3

Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium berikut.2

1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia di dalam

ruang perilimfe yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang menembus

membran barier labirin seperti melalui membran rotundum tanpa invasi bakteri.

2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimfe disertai

respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan fungsi pendengaran

dan fungsi keseimbangan irreversible

3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons inflamasi

jaringan sudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan suatu komplikasi

dari penyakit telinga tengah kronis dan penyakit mastoid.

4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses inflamasi

pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari ruangan labirin

dengan kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut juga stadium penyembuhan.

Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh berbagai macam virus. Penyakit

ini dikarakteristikkan dengan adanya berbagai penyakit yang disebabkan virus dengan gejala klinik

yang berbeda seperti infeksi virus mumps, virus influenza, dll.3

Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe berikut.3

1. Labirinitis lokalisata (labirinitis sirkumskripta, labirinitis serosa) merupakan komplikasi

otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian

membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam.

2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta, labirinitis supuratif) merupakan suatu keadaan

infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke

labirin tulang dan membran.

Prinsip terapi pada labirinitis adalah: 3

9

Page 10: Referat Vertigo

1. Mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan vestibulokoklea yang lebih lanjut.

2. Penyembuhan penyakit telinga yang mendasarinya.

Pengawasan yang ketat dan terus menerus harus dilakukan untuk mencegah terjadinya

perluasan ke intrakranial dan di samping itu dilakukan tindakan drainase dari labirin. Antibiotika

diberikan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Jika tanda rangsangan meningeal

dijumpai maka tindakan pungsi lumbal harus segera dilakukan.4,5

4. Vertigo akibat obat

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya

pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid,

derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat

vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih

bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,

asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin.

Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan

vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat

alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang

dapat dikacaukan dengan vertigo.

B. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian

saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo

sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami hal-hal seperti:

- penglihatan ganda

- sukar menelan

- kelumpuhan otot-otot wajah

- sakit kepala yang parah

- kesadaran terganggu

- tidak mampu berkata-kata

- hilangnya koordinasi

- mual dan muntah-muntah

- tubuh terasa lemah

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain stroke,

multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma dibagian kepala, migren,

infeksi, kondisi peradangan, neuro degenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf)

yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya datang

10

Page 11: Referat Vertigo

mendadak, diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor

penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi, Psikogenik, dapat

disingkat SNOOP.

Yang disebut vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit

tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik

adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan

oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan

vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo

otolaringologis.

Tabel 1. Membedakan Vertigo Perifer dengan Vertigo Sentral

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral

Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam,

saraf perifer)

Sistem vertebrobasiler dan gangguan

vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal

jinak (BPPV), penyakit maniere,

neuritis vestibuler, labirinitis,

neuroma akustik, trauma

iskemik batang otak, vertebrobasiler

insufisiensi, neoplasma, migren basiler

Gejala

gangguan SSP

Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,

gangguan sensibilitas dan fungsi

motorik, disartria, gangguan serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Jadi lelah Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga berdenging

dan/atau tuli

Kadang-kadang Tidak ada

Nistagmus spontan + -

11

Page 12: Referat Vertigo

Tabel 2. Membedakan Tipe-Tipe Vertigo

Selain penyebab dari segi fisik, penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak

teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang

disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo psikogenik. Vertigo sering kali

disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di

rongga telinga. kemungkinan penyebab vertigo antara lain:

> Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area labirin

> Infeksi bakteri di telinga bagian tengah

> Radang sendi di daerah leher

> Serangan migren

> Sirkulasi darah yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan

otak menurun

> Mabuk kendaran

> Alkohol dan obat-obatan tertentu

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan nystagmus.

Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak balik, ritmis, dengan frekuensi

tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu.

Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan

rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata

posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.3

12

Page 13: Referat Vertigo

Tabel 3. Membedakan Nystagmus Sentral dan Perifer

No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer

1. Arah Berubah-ubah Horizontal/

horizontal rotatoar

2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral

3. Test Posisional

- Latensi

- Durasi

- Intensitas

- Sifat

Singkat

Lama

Sedang

Susah ditimbulkan

Lebih lama

Singkat

Larut/sedang

Mudah ditimbulkan

4. Test dengan rangsang (kursi

putar, irigasi telinga)

Dominasi arah

jarang ditemukan

Sering ditemukan

5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat

Tabel 4. Perbedaan Vertigo Perifer dan Sentral

Perifer Sentral

Bangkitan vertigo Mendadak Lambat

Derajat vertigo Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala (+) (-)

Gejala otonom (++) (-)

Gangguan pendengaran (+) (-)

13

Page 14: Referat Vertigo

VI. PENDEKATAN DIAGNOSIS

a. Anamnesis

Untuk mendiagnosis penyakit penyebab vertigo anamnesa mempunyai peran yang paling penting,

oleh karena 50% atau lebih sumber informasi yang berguna untuk diagnosis berasal lebih dari

anamnesa. Berikut ini dikemukakan sistematika membuat anamnesa :

1. Mulailah dengan keluhan utama

Apakah betul keluhan penderita termasuk vertigo. Pusing bagi orang awam dapat juga

berarti sakit kepala (headache), bingung (pikiran kacau), dsb. Sebaiknya penderita diminta

melukiskan keluhannya dengan kata-katanya sendiri.

2. Ciri khusus vertigonya

- Intensitas dan interval serangan

- Dapatkah vertigonya dikelompokkan ke dalam vertigo yang sistematis atau yang non

sistematis.

- Dapatkah vertigo digolongkan ke dalam vertigo yang paroksismal, kronis atau akut yang

berangsur-angsur berkurang.

3. Pengaruh lingkungan / situasi

Adakah suatu posisi perubahan posisi tubuh dan atau kepala menyebabkan timbulnya

serangan atau meningkatkan keluhan ?

Apakah stress psikis mengawali timbulnya serangan?

Apakah serangan didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas ?

4. Keluhan telinga

Rasa tertutupnya telinga, penekanan pada telinga

Tinitus : subyektif atau obyektif sebelah kanan atau sebelah kiri atau di tengah-tengah

Tuli : terutama yang progresif didalam beberapa bulan. Hubungan tuli dengan timbulnya

vertigo : apakah sewaktu vertigo tuli membaik (lemoyes) atau semakin memburuk (meniere)

Tidak adanya keluhan tuli tidak menyingkirkan adanya tuli, karena saat serangan penderita

tidak merasakannya, dan lagi tulinya kadang-kadang selektif hanya pada nada tinggi.

5. Anamnesis umum

Termasuk disini anamnesis untuk menilai bentuk kepribadian, keluhan–keluhan lain (drop

attack, gangguan penglihatan, disartria, disfagia, gangguan pergerakan atau sensibilitas)

bilamana keluhan ini ada dan bersama-sama dengan penurunan kesadaran ingat kelainan

serebrovaskular.

14

Page 15: Referat Vertigo

6. Anamnesa intoksikasi

Streptomisisn/dihidrostreptomisin

Antikonvulsan

Gentamisisn/garamisin

Antihipertensi

7. Riwayat keluarga

Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, meniere disease.2

b. Pemeriksaan Fisik

Meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan leher dan system cardiovascular.

Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :

- pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli sensorineural,

nistagmus.2

Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis cerebellar.

Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus rotatoar konsisten dengan

acute vestibular neuronitis.

- Gait test

1. Romberg’s sign

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat

berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan

seringkali tidak dapat berjalan, walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah

vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada

sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan

penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya terbatas pada vertigo) misalnya drug

related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event3.

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata

terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus

dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan

titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan

penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka

badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan

bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

15

Page 16: Referat Vertigo

Gambar 2. Uji Romberg

2. Unter berger's stepping test 1 ( Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup –

jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi tersebut)

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan

mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi

penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang

melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke

arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai

nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.5

Gambar 3. Uji Unter Berger

16

Page 17: Referat Vertigo

3. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan

pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada

kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Gambar 4. Uji Tunjuk Barany

Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

1. Fungsi Vestibuler

- Dix-Hallpike maneuver 1

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan

cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya

dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan

nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah periode

laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang

bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus

dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula

(non-fatigue).

17

Page 18: Referat Vertigo

Gambar 5. Uji Dix-Hallpike

- Test hiperventilasi

Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal. Pasien

diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan

tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien

merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika

nistagmus terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5

Tes Kalori

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke

belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada

18

Page 19: Referat Vertigo

dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran

konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang

dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu

badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian

gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.

Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak

nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang

disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya

(biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus

berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5

menit, telinga ke-2 dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua

sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es

diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik.

Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit.

Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga

tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif

atau tidak berfungsi.

Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam

gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara

kuantitatif. 3

Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan

penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :

a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan

biasa (normal)

b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes

romberg)

c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang

terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan

sebagai patokan untuk orientasi ruangan.

19

Page 20: Referat Vertigo

d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan

bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah

dapat diganggu.

e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.

f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat)

sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input (informasi)

2. Fungsi Pendengaran

a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach.

Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif

b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :

- pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya herpes zoster auticus

(Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteatoma.

- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yang terjadi ketika mendorong tragus dan meatus

akustikus eksternus pada sisi yang bermasalah) mengindikasikan fistula perilimfatik .2

- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkat tekanan

melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada pasien dengan

fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic

berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3

- Head impulses test

Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan untuk

tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa

menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan

kepala pasien sisi lainnya horizontal 20 o dengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada

saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade setelahnya

maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada sisi itu.

20

Page 21: Referat Vertigo

Gambar 6. Head impulses test

Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer, sekunder

ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada sensorium. Gejala

primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran. Vertigo dapat horizontal,

vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh disfungsi

dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi

pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika

sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan

disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis

yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasanya disebabkan BPPV namun jika menetap

disebabkan oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.3

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya didekspresikan sebagai sensasi

didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada telinga

dalam atau proses sentral sinyal otolit.8

Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang diprovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien

dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien

dengan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada

sisi telinga yang mengalami gangguan.4

21

Page 22: Referat Vertigo

Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasanya universal pada pasien dengan vertigo

otologik dan sentral.4,5

Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi dan

sensasi penuh di telinga. Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan

sensiivitas visual.1

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20 sampai 40%

pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat

ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien.5

Diagnosis Banding

Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 5. Diagnosis Banding Dari Vertigo

Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda intracranial

Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine angle

Labyrinthitis Benign positional vertigo Vertebrobasilar insufficiency dan

thromboembolisme

Labyrinthine trauma Acute vestibular

dysfunction

Tumor otak, misalnya: epyndimoma

atau metastasis pada ventrikel keempat

Acoustic neuroma Medication induced vertigo

e.g aminoglycosides

Migraine

Acute cochleo-

vestibular dysfunction

Cervical spondylosis Multiple sklerosis

Syphilis (rare) Following flexion-extension

injury

Aura epileptic attack-terutama

temporal lobe epilepsy

Obat-obatan- misalnya, phenytoin,

barbiturate

Syringobulosa

22

Page 23: Referat Vertigo

VII. TERAPI

Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu

dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik.

Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah

beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang

dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.

Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di

susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan

kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi

(mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak

yang positif.

- Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di

telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin

ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.

Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.

Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam

beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4–6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan

intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4

kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50

mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping

mengantuk.

23

Page 24: Referat Vertigo

Antagonis Kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine

dan Flunarizine sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut

vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering

mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat

yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap

akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75

mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi,

mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak

semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine

(Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang

berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama

aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4

kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping

yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal

lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat

ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena).

Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah

sedasi (mengantuk).

24

Page 25: Referat Vertigo

Obat simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10-25 mg, 4 kali sehari.

Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek

samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah–gugup.

Obat Antikolinergik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan

dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai

khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari

25

Page 26: Referat Vertigo

Latihan-latihan pada vertigo

Tiga macam perasat adalah CRT (Canalith repositioning Treatment), perasat liberatory dan

latihan Brandt-Daroff. Reposisi kanalit dikemukakan oleh Epley. Prosedur CRT merupakan

prosedur sederhana dan tidak invasif. Dengan terapi ini diharapkan BPPV dapat disembuhkan

setelah pasien menjalani 1-2 sesi terapi. CRT sebaiknya dilakukan setelah perasat Dix-Hallpike

menimbulkan respon abnormal. Pemeriksa dapat mengidentifikasi adanya kanalithiasis pada kanal

anterior atau kanal posterior dari telinga yang terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk

namun kepala pasien dirotasikan tujuan untuk mendorong kanalith keluar dari kanalis semisirkularis

menuju ke utrikulus, tempat dimana kanalith tidak lagi menimbulkan gejala. Bila kanalis posterior

kanan yang terlibat maka harus dilakukan tindakan CRT kanan.perasat ini dimulai pada posisi Dix-

Hallpike yang menimbulkan respon abnormal dengan cara kepala ditahan pada posisi tersebut

selama 1-2 menit, kemudian kepala direndahkan dan diputar secara perlahan ke kiri dan

dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap

dipertahankan pada posisi menghadap kekiri dengan sudut 450 sehingga kepala menghadap

kebawah melihat lantai .akhirnya pasien kembali keposisi duduk dengan menghadap kedepan.

Setelah terapi ini pasien dilengkapi dengan menahan leher dan disarankan untuk tidak merunduk,

berbaring, membungkukkan badan selama satu hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus

tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari.

Gambar 7. CRT kanan

Perasat liberatory, yang dikembangkan oleh semont, juga dibuat untuk memindahkan otolit (

debris/kotoran) dari kanal semisirkularis. Tipe perasat yang dilakukan tergantung dari jenis kanal

mana yang terlibat. Apakah kanal anterior atau posterior.

26

Page 27: Referat Vertigo

Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, dilakukan perasat liberatory kanan perlu

dilakukan. Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan

kepala diputar menghadap kekiri 450. pasien yang duduk dengan kepala menghadap kekiri secara

cepat dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit pasien

digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi side lying kiri dengan kepala

menoleh 450 kekiri. Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan perlahan-lahan

kembali keposisi duduk. Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama

dengan pasien yang diterapi dengan CRT.

Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang dilakukan sama, namun kepala diputar

menghadap kekanan. Bila kanal posterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri harus dilakukan

(pertama pasien bergerak ke posisi sidelying kiri kemudian posisi sidelying kanan) dengan kepala

menghadap ke kanan. Bila kanal anterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri dilakukan dengan

kepala diputar menghadap ke kiri.

Gambar 8. Liberatory Kanan

27

Page 28: Referat Vertigo

Gambar 9. Epley Maneuver

Latihan Brandt Daroff merupakan latihan yang dilakukan di rumah oleh pasien sendiri tanpa

bantuan terapis. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh 45˚ , lalu

badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan. Posisi ini dipertahankan selama 30 detik. Selanjutnya

pasien kembali ke posisi duduk 30 detik. Setelah itu pasien menolehkan kepalanya 45˚ ke sisi yang

lain, lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan selama 30 detik. Latihan ini dilakukan secara

rutin 10-20 kali. 3 seri dalam sehari.3,5,7

Gambar 10. Latihan Brandt-Daroff

28

Page 29: Referat Vertigo

Tindakan bedah hanya dilakukan bila prosedur reposisi kanalit gagal dilakukan. Terapi ini

bukan terapi utama karena terdapat risiko besar terjadinya komplikasi berupa gangguan

pendengaran dan kerusakan nervus fasialis. Tindakan yang dapat dilakukan berupa oklusi kanalis

semisirkularis posterior, pemotongan nervus vestibuler dan pemberian aminoglikosida

transtimpanik.3

KESIMPULAN

Vertigo disebabkan oleh gangguan atau kelainan atau penyakit pada sistem vestibular.

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan

orientasi di ruangan. Gangguan keseimbangan beragam bentuknya dan penyebabnya pun

bermacam-macam. Sistem yang berperan dalam vertigo adalah sistem vestibular, sistem visual,

sistem somatosensorik Untuk mempertahankan keseimbangan di ruangan maka sedikitnya 2 dari 3

sistem tersebut diatas harus berfungsi dengan baik. Vertigo sering disertai oleh gangguan sistem

otonom seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini

dikarenakan apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis

batang otak. Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya

pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau

dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik. Bila dapat ditangani dengan baik,

progresivitas gejala ini dapat dicegah dan pasien bisa mengalami perbaikan kesehatan.

29

Page 30: Referat Vertigo

DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S.2010. Vertigo-Diagnosis and management in primary care, BJMP

2010;3(4):a351

2. Lempert, T, Neuhauser, H.2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine

in Journal Nerology 2009:25:333-338

3. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet].WebMD LLC.10 September 2009. Diunduh

tanggal 8 April 2011. Diunduh dari http://emedicine. Medscape. Com/article/884048-

overview#a0104

4. Riyanto B. Vertigo: Aspek Neurologi Jakarta: Cermin dunia Kedokteran no.144.2004. hal

41-46

5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008

6. Mark, A.2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and

Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6

7. Li J, Benign paroxysmal positioning vertigo. Diakses dari : www.emedicine.com.

8. Bashiruddin J, vertigo posisi paroksisimal jinak. dalam : Soepardi EA, Iskandar N editor.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta:

Balai Penerbit FK-UI.2007. hal 104-109

9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S.2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal

Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006

30