Upload
andimasni
View
253
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
1/23
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas normal. Hipertensi merupakan hasil dari
resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output.1
Hipertensi adalah alasan medis yang paling umum untuk menunda operasi.
Hipertensi juga dikenal sebagai faktor risiko kegawatan kardiovaskular, risiko
yang banyak selama periode perioperatif. Manajemen perioperatif hipertensi
meliputi evaluasi dan kondisi pasien secara optimal pada saat pra operasi, saat
pasien berada di bawah pengaruh anestesi selama operasi dan perawatan pasca
operasi. Pasien dengan hipertensi cenderung memiliki ketidakstabilan
hemodinamik dan lebih sensitif terhadap anestesi dan prosedur operasi, sehingga
perlu pengawasan yang lebih ketat terutama untuk mengontrol hemodinamik
pasien.1,2,
1
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
2/23
BAB II
LAPORAN KASUS
!. "#$%&"&!' P!'"$%
&anggal ( )* +anuari 2)1 -12.) "&!/
%ama ( &n.'
+enis 0elamin ( lakilaki
mur ( 31 tahun
44 ( 5) kg
Pekerjaan ( Petani
6uang ( 7aruda bawah
#iagnosis pra bedah ( Hernia "nkarserata 8 hipertensi grade ""
&indakan ( Herniorraphy
4. H!'"9 0%+%7!% P6! !%$'&$'"
!%!M%$'"'
0eluhan utama
4enjolan pada lipatan paha kanan
6iwayat penyakit sekarang
Pasien masuk "7# !nutapura dengan keluhan 4enjolan pada lipatan paha
kanan 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan nyeri. 4enjolan dirasakan
semakin membesar. Pasien juga mengeluh perut kembung, mual dan muntah
: sejak tadi pagi. Pasien terakhir flatus tadi pagi dan 4!4 kemarin pagi.
pasien pernah mengalami hal yang sama tapi benjolan masih dapat masuk
kembali. Pasien terakhir makan dan minum jam )5.)) "&!.
6iwayat penyakit dahulu
6iwayat hipertensi -8/, pasien kadang mengkonsumsi ;aptopril 23 mg
2:1, minum obat tidak teratur
6iwayat diabetes melitus -/
6iwayat sakit jantung -/
6iwayat astma -/
6iwayat batuk lama -/
2
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
3/23
6iwayat operasi sebelumnya -/
6iwayat kebiasaan ( merokok -8/, !lkohol -/, %arkotik -/
6iwayat alergi obat
Pasien mengaku tidak ada alergi obat dan makanan tertentu
&idak menggunakan gigi palsu
P$M$6"0'!!% 11) mmHg
%adi ( *) :>menit
'uhu ( 5?;
6espirasi ( 2) :>menit
0epala ( normocepali
Mata ( pupil isokor ka@ki, konjungtiva anemis -/, sklera ikterik -/
9eher ( pembesaran 074 -/, tiroid normal, massa
&hora: (
Paru (
"nspeksi ( simetris bilateral, retraksi"; , massa
Palpasi ( vokal fremitus kanan @ kiri, nyeri , krepitasi
Perkusi ( sonor di kedua lapangan paru
!uskultasi ( vesikuler -8/ normal, ronkhi ->/, wheeAing ->/
+antung (
"nspeksi ( "ktus tidak terlihat
Palpasi ( teraba iktus kordis di ";' = sinistra
Perkusi ( 4atas jantung normal
!uskultasi ( 4+ " dan "" 6eguler, Murmur -/, 7allop -/
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
4/23
!bdomen (
"nspeksi ( cembung
!uskultasi ( 4ising usus kesan menurun
Palpasi ( nyeri tekan -8/, nyeri lepas -/, defens muscular -/, organomegali
-/
Perkusi ( hypertimpani
7enital (
'krotum kanan membesar, hiperemis , nyeri tekan 8, auskultasi usus 8. &est
transluminasi .
$kstremitas superior dan inferior(
!kral hangat, edema -/
P$M$6"0'!!% P$%%+!%7
9aboratorium (
bc ( B,* 1)>mm -C,B1),/
6bc ( 3,* 9 1) -C,5 D ,1/
Hgb ( 1,B gr>dl -1C1 gr>dl/
Hct ( C5,2 9 E -C232 E/
Plt ( C 1)>mm -13) C3).1)>mm/
4leeding time ( 2 menit -1C menit/
;lotting time ( 5 menit -C12 menit/
7#' ( 13 mg>dl F2))
0$'!% '&!&' 2 > > C > 3
#"!7%G'"'
Hernia inkarserata 8 hipertensi grade 2
C
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
5/23
P$%!&!9!0'!%!!%
"=
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
6/23
- 0eadaan selama operasi
1/ Posisi Penderita ( &erlentang
2/ 9ama !nestesi ( 1)3 menit
/ +umlah ;airan
"nput ( 69 C 0olf2))) ml
Gutput ( rin 1)) ml
Perdarahan ( 13) ml
0ebutuhan ;airan Pasien ini(
44 @ 5) kg
$stimated 4lood =olume -$4=/ ( ) cc>kg44 : 5) kg @ C2)) cc
+umlah perdarahan ( 2)) cc
E perdarahan ( 2))>C2)) : 1))E @ C E -perdarahan kelas 1/
- #efisit ;airan 0arena Puasa -P/
P @ 2 cc : 44 : 9ama puasa
@ 2 cc : 5) kg : @ BC) cc
- Maintenance -M/
M @ 44 : 2cc
M @ 5) : 2 cc @ 1C) cc>jam
- 'tress Gperasi -G/
G @ 44 : B cc -operasi besar/
G @ 5) : B @ 3) cc>jam
- Perdarahan
&otal 13) cc -CE/ kristaloid 13) cc : @ C3) cc
Monitoring
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
7/23
awal ( 1*)>11) mmHg, % ( *) :>menit, 66 ( 2) :>menit
Menit ke 'istole -mmHg/ #iastole -mmHg/ Pulse -:>m/
) -12.)/ 1*) 11) 1))
3 -12.3/ 1) B) 1)2
1) -12.C)/ 11) 5) 1)B
13 -12.C3/ 11) B) 1))
2) -12.3)/ *) 5) 1)C
23 -12.33/ 1)) 5) 1))
) -1.))/ 11) 5) 11)
3 -1.)3/ *) 5) 1))
C) -1.1)/ 1)) ) 1))C3 -1.13/ 1)) 5) 1))
3) -1.2)/ 11) 5) 1))
33 -1.23/ 11) 5) 1))
) -1.)/ 11) 5) 1))
3 -1.3/ 11) 5) 1))
5) -1.C)/ 12) B) 1))
53 -1.C3/ 1) B) 1))
B) -1.3)/ 1) B) 1))
B3 -1.33/ 12) B) 1))
*) -1C.))/ 12) B) 1))*3 -1C.)3/ 12) B) 1))
1)) -1C.1)/ 1) B) 1))
1)3 -1C.13/ 12) B) 1))
#. PG'& GP$6!&"menit nasal canul.
. 4erikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2
reseptor bloker dan analgetik
C. 4ila 'kor 4romage I 2 boleh pindah ruangan.
3. &erapi dr. "khlas, 'p.4 lanjut
5
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
8/23
BAB III
PEMBAHASAN
'ebelum dilakukan operasi pada pasien ini telah dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, sehingga pasien digolongkan
sebagai !'! """ karena pasien memiliki penyakit lain selain penyakit yang akan
dioperasi.
B
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
9/23
Pasien ini memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan tekanan
darah sekarang 1*)>11) mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi dari
normal. 4erdasarkan +%; 5 -Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)dikelompokkan seperti pada
tabel berikut ini.2
&abel 1. 0lasifikasi hypertensi berdasarkan +%; 5.2
0ategori &ekanan
#arah menurut
+%; 5
&ekanan
#arah 'istol
-mmHg/
dan>
atau
&ekanan #arah
#iastol
-mmHg/
%ormal F 12) #an F B)
PraHipertensi 12)1* !tau B)B*
F 1) #an F B3
1)1* !tau B3B*
Hipertensi(
grade 1 1C)13* !tau *)**
grade 2 J 1) !tau J 1))
1)15* !tau 1))1)*
J 1B) !tau J 11)
0lasifikasi di atas untuk dewasa 1B tahun ke atas. Hasil pengukuran
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk posisi dan waktu pengukuran, emosi,
aktivitas, obat yang sedang dikonsumsi dan teknik pengukuran . 0riteria
ditetapkan setelah dilakukan 2 atau lebih pengukuran dari setiap kunjungan
dan adanya riwayat peningkatan darah sebelumnya. Penderita dengan
klasifikasi prehipertensi mempunyai progresivitas yang meningkat untuk menjadi
hipertensi. %ilai rentang antara 1)1*>B)B* mmHg mempunyai risiko 2
kali berkembang menjadi hipertensi dibandingkan dengan nilai yang lebih
rendah dari nilai itu.
4erdasarkan klasifikasi +%; 5 pasien dalam kasus ini termasuk dalam
hipertensi grade 2. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai gangguan
kardiovaskular yang berpotensi meningkatkan resiko pembedahan, termasuk
disfungsi diastolik dari hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik menyebabkan
gagal jantung kongestif, kerusakan ginjal, dan otak dan penyakit jantung koroner.
&ingkat risiko tergantung pada tingkat keparahan hipertensi.
*
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
10/23
Penilaian preoperatif penderitapenderita hipertensi esensial yang akan
menjalani prosedur pembedahan, harus mencakup empat hal dasar, yaitu(C
1 +enis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensinya
2 Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah
terjadi
Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita
C Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi,
untuk prosedur pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi.
'elama operasi, pasien dengan dan tanpa hipertensi memiliki
kemungkinan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah dan takikardi selama
induksi anestesi. Prediktor umum hipertensi perioperatif adalah memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya, terutama tekanan darah diastolik lebih besar dari 11) mm
Hg. 'edangkan prinsip umum dalam pemberian anestesi pada pasien hipertensi
adalah menjaga stabilitas kardiovaskular selama anestesi dan periode
postoperatif.3
Pasien dengan hipertensi memiliki resiko perubahan tekanan darah lebih
besar daripada orang dengan tekanan darah normal dan telah terbukti bahwa
ketidakstabilan tekanan darah dapat dikaitkan dengan morbiditas kardiovaskular
dan peningkatan kematian pasca operasi, terutama pada pasien dengan hipertensi
berat yang tidak terkontrol.3
Pasien yang memiliki hipertensi, membutuhkan tekanan darah yang lebih
tinggi untuk perfusi organ yang memadai daripada pasien dengan normotensi
-terutama pada orang tua/. Menghindari hipotensi -dan normotension pada
pasien yang biasanya memiliki angka tekanan darah yang tinggi dalam
kesehariannya/, dapat mencegah komplikasi akibat perfusi yang kurang, terutama
untuk mengontrol hemodinamik.
Hipertensi pasca operasi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
J 1*) mm Hg dan > atau diastolik 1)) mm Hg didua pembacaan berturutturut
setelah operasi, mungkin memiliki gejala sisa yang secara signifikan merugikan
pada kedua jantung dan noncardiac pasien. Hipertensi, dan krisis hipertensi,
sangat umum pada periode pascaoperasi awal dan terkait dengan tonus simpatik
1)
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
11/23
yang meningkat dan resistensi pembuluh darah. Hipertensi pascaoperasi sering
dimulai sekitar 1)2) menit setelah operasi dan dapat berlangsung sampai C jam.
+ika tidak diobati, pasien akan meningkatkan risiko untuk pendarahan, peristiwa
serebrovaskular, dan infark miokard.
Pada pasien kasus ini, berdasarkan penjelasan diatas termasuk dalam
kategori yang berisiko tinggi karena termasuk dalam hipertensi grade 2 dan tidak
terkontrol. 'eharusnya pada pasien yang hipertensi yang akan menjalani prosedur
pembedahan, harus mencakup empat hal dasar seperti yang disebutkan di atas.
&etapi pada kasus ini tidak dilakukan penilaian tersebut karena pasien dalam
keadaan emergensi, yaitu mengalami hernia inkarserata.
'ampai saat ini belum ada protokol untuk penentuan berapa sebaiknya
yang paling tinggi yang sudah tidak bisa ditoleransi untuk dilakukannya
penundaan anestesia dan operasi. %amun banyak literatur yang menulis bahwa
diastolik 11) atau 113 adalah cut-off pointuntuk mengambil keputusan penundaan
anestesia atau operasi kecuali operasi emergensi. 0enapa diastolik -#/
yang dijadikan tolak ukur, karena peningkatan sistolik -'/ akan meningkat
seiring dengan pertambahan umur, dimana perubahan ini lebih dianggap sebagai
perubahan fisiologik dibandingkan patologik.
%amun beberapa ahli menganggap bahwa hipertensi sistolik lebih besar
risikonya untuk terjadinya morbiditas kardiovaskuler dibandingkan hipertensi
diastolik. Pendapat ini muncul karena dari hasil studi menunjukkan bahwa terapi
yang dilakukan pada hipertensi sistolik dapat menurunkan risiko terjadinya stroke
dan infark miocardia pada populasi yang berumur tua. #alam banyak uji klinik,
terapi antihipertensi pada penderita hipertensi akan menurunkan angka kejadian
stroke sampai 3EC)E, infark jantung sampai 2)23E dan angka kegagalan
jantung diturunkan sampai lebih dari 3)E.
Menunda operasi hanya untuk tujuan mengontrol mungkin tidak
diperlukan lagi khususnya pada pasien dengan kasus hipertensi yang ringan
sampai sedang. %amun pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk menjaga
kestabilan hemodinamik, karena hemodinamik yang labil mempunyai efek
11
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
12/23
samping yang lebih besar terhadap kardiovaskular dibandingkan dengan penyakit
hipertensinya itu sendiri.
Penundaan operasi dilakukan apabila ditemukan atau diduga adanya
kerusakan target organ sehingga evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan sebelum
operasi. &he !merican Heart !ssociation > !merican ;ollege of ;ardiology
-!H!>!;;/ mengeluarkan acuan bahwa sistole 1B) mmHg dan>atau
diastole 11) mmHg sebaiknya dikontrol sebelum dilakukan operasi, terkecuali
operasi bersifat urgensi.
Pada keadaan operasi yang sifatnya urgensi, dapat dikontrol dalam
beberapa menit sampai beberapa jam dengan pemberian obat antihipertensi yang
bersifat rapid acting. Perlu dipahami bahwa penderita hipertensi cenderung
mempunyai respon yang berlebihan pada periode perioperatif. Pasien
hipertensi preoperatif yang sudah dikontrol tekanan darahnya dengan baik akan
mempunyai hemodinamik yang lebih stabil dibandingkan yang tidak dikontrol
dengan baik. Mempertahankan kestabilan hemodinamik selama periode
intraoperatif adalah sama pentingnya dengan pengontrolan hipertensi pada periode
preoperatif.
!nestesia aman jika dipertahankan dengan berbagai teknik tapi dengan
memperhatikan kestabilan hemodinamik yang kita inginkan. !nestesia regional
dapat dipergunakan sebagai teknik anesthesia, namun perlu diingat bahwa
anesthesia regional sering menyebabkan hipotensi akibat blok simpatis dan ini
sering dikaitkan pada pasien dengan keadaan hipovolemia. Pada pasien ini
dilakukan anastesi regional -anastesi spinal/.
!nestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subarackhnoid. !nestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik
lokal ke dalam ruang subarachnoid. !nestesi spinal>subaraknoid disebut juga
sebagai analgesi>blok spinal intradural atau blok intratekal.5
ntuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus
kulissubkutis9ig. 'upraspinosum9ig. "nterspinosum9ig.
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
13/23
7ambar 1. 7ambar anastesi spinal
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan
serebrospinal, dibungkus oleh meningens -duramater, lemak dan pleksus
venosus/. Pada dewasa berakhir setinggi 91, pada anak 92 dan pada bayi 9.
Gleh karena itu, anestesi>analgesi spinal dilakukan ruang subarachnoid di daerah
antara vertebra 929 atau 99C atau 9C93.5
ntuk melakukan anestesi spinal harus diperhatikan beberapa indikasinya
sebagai berikut(5
1. 4edah ekstremitas bawah
2. 4edah panggul
. &indakan sekitar rektum perineum
C. 4edah obstetrikginekologi
3. 4edah urologi
. 4edah abdomen bawah
&indakan anastesi spinal juga memiliki beberapa kontra indikasi absolute
sebagai berikut(5
1 Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal
2 "nfeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
C 0oagulapatia atau mendapat terapi koagulan
3 &ekanan intrakranial meningkat
3
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
14/23
0urang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
&indakan anastesi spinal juga memiliki beberapa kontra indikasi relative
sebagai berikut(5
1. "nfeksi sistemik
2. "nfeksi sekitar tempat suntikan
. 0elainan neurologis
C. 0elainan psikis
3. 4edah lama
. Penyakit jantung
5. Hipovolemia ringan
Persiapan anastesi spinal seperti persiapan pada anastesia umum. #aerah
sekitar tempat tusukan diperiksa apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya
ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak
teraba tonjolan prosesus spinosus. 'elain itu perlu diperhatikan halhal di bawah
ini(5
1 "nformed consent, kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui
anesthesia spinal
2. Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang
punggung
. Pemeriksaan laboratorium anjuran( Hb, Ht, P& -Protrombin &ime/, PP&
-Partial &romboplastin &ime/
Peralatan yang diperlukan pada saat melakukan analgesia spinal sebagai
berikut(5
1. Peralatan monitor( tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.
2. Peralatan resusitasi
. +arum spinal dengan ujung tajam -ujung bambu runcing>uinc!e"acoc!/ atau
jarum spinal dengan ujung pensil -pencil point #hitecare/
1C
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
15/23
7ambar 2. +arum spinal5
!nastetik lokal untuk analgesia spinal. 4erat jenis cairan serebrospinalis
-;''/ pada 5o ; adalah 1.))1.))B. !nastetik lokal dengan berat jenis sama
dengan ;'' disebut isobarik. !nastetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari
;'' disebut hiperbarik. !nastetik lokal dengan berat jenis lebih kecil dari ;''
disebut hipobarik. !nastetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik
diperoleh dengan mencampur anastetik lokal dengan de:trose. ntuk jenis
hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air
injeksi. Penggunaan obat tersebut harus disesuaikan juga dengan posisi pasien
saat dianastesi agar obatnya dapat terdistribusi dengan baik. Pada saat
menggunakan obat yang hiperbarik sebaiknya posisi bagian bawah -kaki/ pasien
lebih rendah dari pada kepala agar obat terdistribusi ke bawah -hukum gravitasi/,
sehingga anastesinya berjalan dengan baik. 'ebaliknya, pada obat yang hipobarik.
'edangkan pada obat yang isobarik bisa dengan posisi yang rata atau posisi jack
knife -posisi pisau lipat/. !nestetik lokal yang paling sering digunakan sebagai
berikut(5
1. 9idokaine -:ylobain,lignokain/ 2E( berat jenis 1.)), sifat isobarik, dosis 2)
1)) mg -23ml/
2. 9idokaine -:ylobain,lignokaine/ 3E dalam de:trose 5.3E( berat jenis 1.),
sifat hyperbarik, dosis 2)3) mg -12ml/
13
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
16/23
. 4upivakaine -markaine/ ).3E dalam air( berat jenis 1.))3, sifat isobarik, dosis
32) mg -1Cml/
C. 4upivakaine -markaine/ ).3E dalam de:trose B.23E( berat jenis 1.)25, sifat
hiperbarik, dosis 313 mg -1 ml/
&eknik atau langkahlangkah melakukan analgesia spinal sebagai berikut( 5
1. Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. 4iasanya dikerjakan di atas
meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan
posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam ) menit pertama akan
menyebabkan menyebarnya obat.
2. 'etelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.
4eri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang
stabil. 4uat pasien membungkuk ma:imal agar processus spinosus mudah
teraba. Posisi lain adalah duduk.
1
BA
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
17/23
7ambar . Posisi anastesi spinal - !( posisi duduk, 4( posisileft lateral decu"itus,
dan ;( posisi$ac! !nife/
. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis 0rista iliaka,
misal 929, 99C, 9C93. &usukan pada 9192 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.
C. 'terilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
3. 4eri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 12E 2ml
. ;ara tusukan median atau paramedian. ntuk jarum spinal besar 227, 27,
237 dapat langsung digunakan. 'edangkan untuk yang kecil 257 atau 2*7
dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit
1)cc. &usukkan introduser sedalam kirakira 2cm agak sedikit kearah sefal,
kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum
tersebut. +ika menggunakan jarum tajam -Kuincke4abcock/ irisan jarum
-bevel/ harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring
bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor
yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. 'etelah resistensi
menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit
berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelanpelan -),3ml>detik/ diselingi
aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. 0alau anda
yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar
arah jarum *)L biasanya likuor keluar. ntuk analgesia spinal kontinyu dapat
dimasukan kateter.
15
C
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
18/23
7ambar C. ;ara tusukan
Penyebaran anastetik lokal tergantung pada beberapa faktor, yaitu( 5
1. 4erat jenis anestetik lokal -barisitas/
2. Posisi pasien
. #osis dan volume anestetik lokal
C. barbotase
5. kuran jarum
B. 0eadaan fisik pasien
*. &ekanan intra abdominal
9ama kerja anestetik lokal tergantung pada beberapa faktor, yaitu(
1. +enis anestetia lokal
2. 4esarnya dosis
. !da tidaknya vasokonstriktor
C. 4esarnya penyebaran anestetik local
!nastesi spinal yang dilakukan dapat menimbulkan komplikasi sebagai
berikut(5
1. Hipotensi berat
1B
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
19/23
!kibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infus cairan elektrolit 1))) ml atau koloid 3)) ml sebelum
tindakan.
2. 4radikardia
#apat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai
&2
. Hipoventilasi
!kibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
C. &rauma pembuluh saraf
3. &rauma saraf
. Mualmuntah
5. 7angguan pendengaran
B. 4lok spinal tinggi atau spinal total
'etelah dilakukan anastesi spinal dapat terjadi komplikasi Pasca &indakan,
yaitu(5
1. %yeri tempat suntikan
2. %yeri punggung
. 6etensio urine
C. Meningitis
3. P#PH -Post Dural Puncture Headache/
Pasien akan merasakan sakit kepala di daerah frontal dan oksipital ketika
berdiri dan mereda jika berbaring. "ni terjadi akibat bocornya cairan cerebrospinal
akibat penusukan rongga durameter. Hal ini menyebabkan berkurangnya tekanan
dalam ruang ini dan mengakibatkan pergerseran otak saat pasien dalam posisi
tegak, termasuk tarikan pada struktur D struktur yang sensitive terhadap nyeri serta
menyebabkan vasodilatasi pembuluh otak. &imbulnya P#PH pada umumnya 2C
CB jam pascaspinal, namun dapat juga timbul seminggu setelahnya. 'ebagian
besar pasien akan sembuh spontan dalam 1 minggu.5
1*
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
20/23
&erapi yang dianjurkan adalah terapi paliatif, tirah baring dan hidrasi.
Pemberian 3)) mg kafein intravena diketahui dapat menurunkan aliran darah otak
sebanyak 22E pada penderita P#PH. 0afein oral )) mg juga dapat diberikan,
dengan tingkat keberhasilan sebesar 3)E. Pemberian obatobat vasokonstriktor
atau hormone adrenokortikotropik -!;&H/ dapat membantu. !;&H
meningkatkan produksi 9;', menimbulkan edema dura karena produksi
aldosterone dan peningkatan produksi endorfin. 'umatriptan, agonis reseptor
serotonin tipe 1d merupakan vasokonstriktor serebral yang poten. 'umatriptan
dapat diberikan secara intranasal, oral dan subkutan.ntuk mencegah terjadi
P#PH, dianjurkan menggunakan jarum spinal caliber kecil, nontraumatik -pencil
point/ dan jika menggunakan jarum biasa arah level sejajar aksis panjang
durameter.5
Pasien pada kasus ini, pada saat intraoperatif mengalami hipotensi dan
diberikan terapi posisi head do#n, pemberian oksigen, pemberian cairan
intravena, dan obat vasopressor -efedrine/. Hipotensi yang terjadi merupakan
komplikasi dari anastesi spinal karena blok simpatis.5
&erdapat C tindakan utama terapi hipotensi pada anestesi spinal(B
1. Posisi head do#n> &rendelenberg
&indakan memposisikan pasien head down> trendelenberg yaitu 0epala
pasien diturunkan sekitar 3 D B derajat merupakan tindakan yang sederhana,
mudah dan sangat bermanfaat. !danya gravitasi dari posisi tersebut akan
meningkatkan venous returndan curah jantung sehingga tekanan darah akan
meningkat.
'elama anestesi spinal tekanan darah akan meningkat dari B)>5) mmHg
menjadi 1)>1)) mmHg hanya dengan posisi ini saja, hal ini telah dibuktikan
oleh 7ordh - 1*C3 /.
&indakan ini sebaiknya tidak boleh dilakukan bila hipotensi terjadi pada 13
menit pertama setelah anestesi spinal oleh karena bahaya penyebaran anestesi
lokal hiperbarik ke segmen yang lebih tinggi.
2. Pemberian oksigen
2)
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
21/23
&ujuan pemberian oksigen selama hipotensi untuk meningkatkan
kandungan oksigen darah arteri sehinga dapat mengurangi hipoksia sekaligus
mual dan muntah.
. Pemberian cairan intravena
Hipotensi selama anestesi spinal dapat juga diterapi dengan infus cairan iv
cepat dengan volume cairan yang relatif besar, biasanya 1 D 1,3 liter per 5)
kg44 dalam waktu kurang dari 1) menit. 9arutan yang sering digunakan
larutan seimbang elektrolit. Pemberian cairan ini akan meningkatkan venous
returndan curah jantung.
Pemberian cairan yang berlebihan justru sebaliknya akan merugikan dan
membahayakan pasien oleh karena bisa terjadi hemodilusi dan mengganggu
transport oksigen.
Pada penderita normovolemik penurunan tekanan darah arteri tidak dapat
dipertahankan hanya dengan infus iv larutan kristaloid, tetapi harus
dikombinasi dengan posisi head do#ndan penggunaan vasopresor.
C. &erapi vasopressor
Gbat vasopressor bekerja melalui C mekanisme, yaitu(
a. !ksi langsung pada otot arteriola yang mengakibatkan vasokonstriksi
b. 'timulasi pusat vasomotor
c. 'timulasi miokard
d. Melalui konstriksi vena yang akan meningkatkan curah jantung dan
venous return.
Gbatobat vasopressor yang biasa digunakan pada hipotensi selama
anestesi spinal yaitu efedrin, metoksamin, fenilefrin, adrenalin, metaraminol,
dopamin dan dobutamin.B
Pada pasien ini juga diberikan obat ketamin ) mg pada menit ke 33,
karena pasien mengeluh nyeri. !nastesi spinal lama kerjanya *)13) menit, tetapi
tergantung beberapa faktor seperti yang telah disebutkan sebelumnya. obat
ketamin merupakan obat yang kontraindikasi diberikan pada pasien yang
hipertensi N1)>11) dan tekanan intraokular dan kranial yang tinggi. Pada pasien
ini, sebelum dilakukan spinal anestesi tekanan darahnya 1*)>11) mmHg, tetapi
21
7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
22/23
setelah dispinal anestesi tekanan darah selama operasi sudah normal. 'ehingga
ketamin dapat diberikan -&ekanan darah saat diinjeksi ketamin adalah 12)>5)
mmHg/.*
DAFTAR PUSTAKA
1. H%pertension management&2))*. !vailable at(
http(>>www.surgicalcriticalcare.net>7uidelines>HypertensionE2)management
E2)2))*.pdf
2. 0aplan M%.,Perioperative management of h%pertension&
http(>>www.uptodate.com
22
http://www.surgicalcriticalcare.net/Guidelines/Hypertension%20management%202009.pdfhttp://www.surgicalcriticalcare.net/Guidelines/Hypertension%20management%202009.pdfhttp://www.uptodate.com/http://www.uptodate.com/http://www.surgicalcriticalcare.net/Guidelines/Hypertension%20management%202009.pdfhttp://www.surgicalcriticalcare.net/Guidelines/Hypertension%20management%202009.pdf7/26/2019 Refka Anastesi Spinal Pada Pasien Hipertensi
23/23
. iryana M., 2))B. Manajemen perioperatif pada hipertensi.
http(>>ejournal.unud.ac.id>abstrak>OmanajemenE2)perioperatifE2)pd
E2)hipertensi.pdf
C. =aron + and Marik P$. 2))B.Perioperative h%pertension management.
http(>>www.ncbi.nlm.nih.gov>pmc>articles>PM;2313C21>
3.
Mayell !;. 2)).H%pertension in anaesthesia&
http(>>www.frca.co.uk>article.asp:articleid@1))3
. 9atief '!, 'uryadi 0!, #achlan M6. Petunjuk Praktis !nestesiologi $disi
0edua. +akarta( 4agian anestesiologi dan &erapi "ntensif