21
0 REFLEKSI KASUS DERMATITIS VENENATA PEMBIMBING: dr. Herlien Koestriani., SP.KK. DISUSUN OLEH: Fahada Indi 1102007106 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN PERIODE 03 AGUSTUS – 06 SEPTEMBER 2015 UNIVERSITAS YARSI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I. R.S. SAID SUKANTO

Refleksi Kasus Kulit Polri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapkas kulit

Citation preview

Page 1: Refleksi Kasus Kulit Polri

0

REFLEKSI KASUS DERMATITIS VENENATA

PEMBIMBING:

dr. Herlien Koestriani., SP.KK.

DISUSUN OLEH:

Fahada Indi 1102007106

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

PERIODE 03 AGUSTUS – 06 SEPTEMBER 2015

UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I. R.S. SAID SUKANTO

Page 2: Refleksi Kasus Kulit Polri

1

BAB I

KASUS

I. IDENTIFIKASI KASUS

Nama : M.W

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 18 tahun

Alamat : Jl..Batu Ampar, Condet

Pekerjan : Mahasiswa

Tanggal Periksa : 24 Agustus 2015

II. ANAMNESIS

Diperoleh secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 24

Agustus 2015, pukul 10.40 WIB

A. Keluhan Utama

Bercak kemerahan pada leher sisi kiri sejak 2 hari yang lalu.

B. Keluhan Tambahan

Disrtai rasa panas seperti terbakar dan nyeri

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit

Kepolisian Polri RS. Sukanto dengan keluhan ada bercak kemerahan

dileher sejak 2 hari sebelum datang ke Poliklinik. Awalnya, bercak ini

dilihat oleh kakak pasien saat pasien sedang tidur - tiduran. Pasien

mengeluhkan bercak tersebut terasa panas seperti terbakar dan nyeri..

Selang beberapa jam kemudian, bercak tersebut mulai melebar. Kemudian,

pasien memberikan bedak talk bayi pada bercak tersebut, lalu pasien

menggaruk bagian sudut mata dan timbul bercak yang sama setelahnya. Saat

berkeringat maupun beraktifits bercak tersebut tidak terasa panas ataupun

nyeri..Bercak tersebut jug kadang timbul kadang hilang rasa nyerinya,

nyeri terutama dirasakan saat malam hari. Pasien mengaku tidak ada

riwayat alergi obat, makanan, maupun debu. Pasien juga tidak menderita

asma.

Page 3: Refleksi Kasus Kulit Polri

2

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal adanya riwayat alergi makanan, debu,

obat-obatan.

Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit asma.

Pasien menyangkal mengalami riwayat penyakit seperti ini

sebelumnya.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan

yang serupa dengan pasien.

Pasien menyangkal riwayat alergi dan penyakit asma pada

keluarga.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik.

Kesadaran

Suhu

: Kompos Mentis.

: Afebris.

Berat Badan : -

Hasil Pemeriksaan Status Generalisata:

Kepala : Normosefali

Wajah : Simetris

Leher : KGB, tidak teraba membesar.

Toraks : Simetris ves (+), wh (-), rh (-)

Abdomen : Datar, soepel, NT(-)

Ekstremitas atas dan bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik

Page 4: Refleksi Kasus Kulit Polri

3

B. Status Dermatologis

Pada leher sisi kiri terdapat macula eritema, dengan diameter

± 5 cm dengan tepi aktif, berbatas tegas disertai dengan vesikel.

Foto Lesi

Gambar 1. Leher

Pada Mata bagian kiri 1 cm di dekat sudut mata terdapat makula eritem dengan diameter ± 1 cm disertai eskoriasi sepanjang ± 1 cm

Foto Lesi

Gambar 2. Mata.

Page 5: Refleksi Kasus Kulit Polri

4

IV. RINGKASAN

Pasien pria 18 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin

Rumah Sakit Kepolisian Polri RS. Sukanto dengan keluhan ada bercak kemerahan

dileher sejak 2 hari sebelum datang ke Poliklinik. Awalnya, bercak ini dilihat oleh

kakak pasien saat pasien sedang tidur - tiduran. Pasien mengeluhkan bercak

tersebut terasa panas seperti terbakar dan nyeri.. Selang beberapa jam kemudian,

bercak tersebut mulai melebar. Kemudian, pasien memberikan bedak talk bayi

pada bercak tersebut, lalu pasien menggaruk bagian sudut mata dan timbul bercak

yang sama setelahnya. Saat berkeringat maupun beraktifits bercak tersebut tidak

terasa panas ataupun nyeri..Bercak tersebut jug kadang timbul kadang hilang

rasa nyerinya, nyeri terutama dirasakan saat malam hari. Pasien mengaku tidak

ada riwayat alergi obat, makanan, maupun debu. Pasien juga tidak menderita

asma. Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

a. Pada leher sisi kiri terdapat macula eritema, dengan diameter ± 5 cm

dengan tepi aktif, berbatas tegas disertai dengan vesikel.

b. Pada Mata bagian kiri 1 cm di dekat sudut mata terdapat makula eritem

dengan diameter ± 1 cm disertai eskoriasi sepanjang ± 1 cm

V. DIAGNOSIS KERJA : Dermatitis venenata.

VI. DIAGNOSIS BANDING : a) Dermatitis kontak alergik

b) Skabies

VII. PENATALAKSANAAN

a. Non Medikamentosa :

i. Edukasi pasien: sebaiknya hindari bermain di taman yang

banyak serangganya, hindari bermain di rerumputan, hindari tidur

diatas karpet.

ii. Edukasi pasien untuk memakai lotion anti serangga jika akan

berjalan jalan di malam hari..

b. Medikamentosa

i. Anti histamine: Loratadin 10 mg/hr.

ii. Anti inflamasi : Desoximethasone 10 gr/tube.

iii. Metil Predisolon 8 mg/hr

Page 6: Refleksi Kasus Kulit Polri

5

V I . P E N U L I S A N R E S E P

R / L o r a t a d i n t a b 1 0 m g N O X

ʃ 2 d d t a b 1_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

R / M e t i l P r e d n i s o l o n t a b 8 m g N O X

ʃ 2 d d t a b 1_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

R / D e s o x i m e t h a s o n c r t u b N O I

ʃ 2 d d u e_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

VII. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : bonam.

b. Quo ad functionam : bonam.

c. Quo ad sanationam : bonam.

Page 7: Refleksi Kasus Kulit Polri

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,

likenifikasi) dan keluhan gatal.(3)

Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya

kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang menimbulkan kelainan klinis

efloresensi polimorfik berupa eritema, vesikula, edema, papul, vesikel, dan keluhan

gatal, perih serta panas.Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan hanya

beberapa saja.

Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh

terpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni,

kopi, mangga, serta sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari

serangga juga dapat menjadi penyebab.(1)

Dermatitis yang disebabkan spesifik diakibatkan oleh bahan aktif yang dikandung

oleh serangga genus Paederus, yakni pederin, disebut dengan paederus dermatitis atau

dermatitis linearis(4) atau blister beetle dermatitis.(5)

II. EPIDEMIOLOGI

DKI adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling sering ditemukan, diperkirakan

sekitar 70%-80% dari semua penyakit kulit akibat kerja.DKI dapat diderita oleh semua

orang dari berbagaigolongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI

diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat

kerja).(3) Insiden dari penyakit kulitakibat kerja di beberapa negara adalah sama, yaitu

50-70 kasus per 100.000 pekerja pertahun.Pekerjaan dengan resiko besar untuk terpapar

bahan iritan yaitu pemborong, pekerja industrimebel, pekerja rumah sakit (perawat,

cleaning services, tukang masak), penata rambut, pekerjaindustri kimia, pekerja logam,

penanam bunga, pekerja di gedung. Adapun pada DKI akibat serangga khususnya yang

disebabkan kumbang Paederus kejadiannya meningkat pada musim penghujan, karena

cuaca yang lembab merupakan lingkungan yang sesuai bagi organism penyebab

dermatitis venenata (misal: Genus Paederus). Paederus dermatitis terjadi di seluruh

Page 8: Refleksi Kasus Kulit Polri

7

bagian dunia, khususnya daerah beriklim tropis seperti Indonesia, dan pernah

dilaporkan kejadian yang merebak di Australia, Malaysia, Srilanka, Nigeria, Kenya,

Iran, Uganda, Okinawa, Sierra Leone, Argentina, Brazil, Venezuela, Ecuador, India.(6)

III. ETIOLOGI

Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ini adalah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. (3)

Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab.(1)

Spesies serangga yang paling sering menyebabkan dermatitis venenata adalah dari

genus Paederus.Spesies dari genus ini menyebabkan paederus dermatitis.Paederus

dermatitis sendiri di Indonesia paling disebabkan oleh Pederus peregrines. Paederus

dewasa panjang tumbuhnya 7-10 mm dan lebar 0,5 mm seukuran dengan nyamuk.

Paederus berkepala hitam dengan abdomen di caudalnya dan juga elytral ( struktur

yang membungkus sayap dan sepertiga atas segmen abdomen). Meskipun paederus

dapat terbang, namun paederus lebih sering berlari dan meloncat. Paederus memiliki

karateristik mengangkat bagian abdomennya ketika mereka lari ataupun merasa

terganggu. Spesies yang biasa menyebabkan paederus dermatitis adalah Paederus

melampus di India, Paederus brasiliensis di Amerika Latin, Paederus colombius di

Venezuela, Paederus fusipes di Taiwan dan tentunya Paederus peregrinus di Indonesia.(6) Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, namun tepukan keras pada kumbang

ini diatas kulit akan memicu pengeluaran bahan aktifnya yang berupa paederin.(7)

Gambar.Paederus sp

Paederus merupakan makhluk nocturnal dan tertarik dengan cahaya putih dan

terang. Hemolimfe dari paederus mengandung suatu bahan aktif yakni paederin yang

Page 9: Refleksi Kasus Kulit Polri

8

kemudian menyebabkan keluhan gatal, rasa panas tebakar, kemerahan pada kulit yang

timbul dalam 12-48 jam setelah kulit terpapar.(8) Paederin yang berumus kimia

C25H45O9N adalah sebuah struktur amida dengan dua cincin tetrahydropyran.(6)

IV. PATOGENESIS

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan

melalui kerja kimiawi atau fisis.(1) Ada 4 mekanisme yang berhubungan dengan DKI.

1. Hilangnya membran lemak (Lipid Membrane)

2. Kerusakan dari sel lemak

3. Denaturasi keratin epidermal

4. Efek sitotoksik secara langsung(9)

Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat

(AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3).AA

dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT).PG dan LT menginduksi

vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah

transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoaktraktan

kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT

dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular.

DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,

misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor

(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi

reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.

Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1

(ICAM-1).Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin

proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi

ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat

terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan

iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai

dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi

dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya

oleh iritan.(3)

V. TANDA DAN GEJALA

Page 10: Refleksi Kasus Kulit Polri

9

Gejala klinis yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan.Iritan kuat

memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis meskipun faktor

individu dan lingkungan sangat berpengaruh.

Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, pada stadium akut kelainan kulit

berupa eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak

basah.Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta, sedang

pada stadium kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul,

mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.Stadium tersebut tidak

selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa

kelainan kulit stadium kronis demikian pula efloresensinya tidak selalu harus

polimorfik. Mungkin hanya oligomorfik.(1)

Pada paederus dermatitis, lesi biasanya terjadi pada bagian tubuh yang tidak

tertutupi, misalnya tangan, kaki juga leher dan wajah, khususnya area periorbital, yang

merupakan bagian tubuh paling sering menjadi predileksi paederus dermatitis.(10)Tidak

berbeda jauh dengan jenis dermatitis kontak iritan lainnya, lesi yang biasa ditimbulkan

oleh bahan aktif paederin berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi

bula, terkadang bula dapat menjadi pustular. Pada pasien yang datang ke tenaga medis,

bula dapat intak ataupun sudah terjadi erosi dengan dasar eritem.(10) Lesi mulai muncul

setelah 12-48 jam pasca paparan paederin dan membaik dalam waktu seminggu.(6)

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran

klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga

penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, DKI

kronis timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga

adakalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergik. Untuk ini diperlukan uji

tempel dengan bahan yang dicurigai untuk menyingkirkan diagnosa bandingnya.(1, 3)

Kriteria Diagnostik DKI

Mayor Minor

Page 11: Refleksi Kasus Kulit Polri

10

Subyektif

Onset dimulai dari beberapa menit

hingga beberapa jam kemudian dari

paparan

Pada awalnya terdapat rasa nyeri, rasa

terbakar, perasaan tidak enak yang

berlebih, gatal

Onset dimulai 2 minggu setelah

paparan

Banyak orang mempunyai gejala

sama pada lingkungan tersebut

Obyektif

Didominasi oleh macula eritem,

hiperkeratosis, fissure

Terdapat gambaran epidermis kering,

seperti terbakar

Proses penyembuhan dimulai dengan

menghindari iritan

Patch tes negatif

Pada perubahan morfologi

menunjukkan tingkat konsentrasi

menghasilkan sedikit perbedaan

sedangkan waktu kontak

menghasilkan perbedaan yang banyak

pada tingkat kerusakan kulit

Tabel.Kriteria Diagnostik DKI

VII. DIAGNOSIS BANDING

DKI sering didiagnosis dengan berbagai jenis dermatitis termasuk DKA.Untuk

menegakkan diagnosis perlu anamnesa detail, termasuk pekerjaan, hobi, riwayat

pengobatan dan beberapa pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

Perbedaan DKA dan DKI sebagai berikut :

Perbedaan DKI DKA

Keluhan Gatal, nyeri, perih menyengat Nyeri, gatal

Lesi Batas tegas, terbatas pada daerah

yang terpapar bahan iritan

Lesi dapat melebihi daerah

yang terpapar nahan alergen,

biasanya berupa vesikel yang

kecil

Bahan Bahan iritan, tergantung pada

konsentrasi dan letak kulit yang

terpapar, semua orang bisa kena

Bahan alergen, tidak tergantung

konsentrasi bahan, hanya pada

orang yang mengalami

hipersensitifitas

Reaksi yang Akibat kerusakan jaringan Proses reaksi hipersensitivitas

Page 12: Refleksi Kasus Kulit Polri

11

muncul tipe 4

Tabel. Perbedaan DKA dan DKI

VIII. PENATALAKSANAAN

Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang

menjadi penyebab.

Pengobatan medikamentosa terdiri dari:

A. Pengobatan sistemik :

1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.

Prednisone

Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 1 mg/KgBB/hari

Dexamethasone

Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 0,1 mg/KgBB/hari

Triamcinolone

Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 1 mg/KgBB/hari

2. Antihistamin

Chlorpheniramine maleat

Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali

Diphenhydramine HCl

Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali

Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali

Loratadine

Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali

B. Pengobatan topikal :

1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%)

Page 13: Refleksi Kasus Kulit Polri

12

2. Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone valerat

0,1% atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%(11)

IX. PROGNOSIS

Prognosis dari DKI akut baik jika penyebab iritasi dapat dikenali dan

dihilangkan.Prognosis untuk DKI kumulatif atau kronis tidak pasti dan bahkan lebih

buruk dari Dermatitis Kontak Alergi. Latar belakang pasien atopi, kurangnya

pengetahuan mengenai penyakit, dan atau diagnosis dan penatalaksanaan adalah faktor-

faktor yang membawa ke perburukan dari prognosis.(9)

Page 14: Refleksi Kasus Kulit Polri

13

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed ke-6.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.

James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical

Dermatology. Ed ke-10. USA: El-Sevier; 2006.

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed ke-7. USA: The McGraw- Hill

Companies; 2008.

Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, editor. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of

Clinical Dermatology. Ed ke-5. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007