21
REFLEKSI KASUS CERUMEN PROP Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorok Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh : Shafira Vidiastri 20090310166 Dokter Pembimbing : dr. Asti Widuri, M.Kes, Sp.THT

Refleksi Kasus Tht

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THT

Citation preview

Page 1: Refleksi Kasus Tht

REFLEKSI KASUS

CERUMEN PROP

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Program Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorok

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Shafira Vidiastri 20090310166

Dokter Pembimbing :

dr. Asti Widuri, M.Kes, Sp.THT

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok

Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang

2014

Page 2: Refleksi Kasus Tht

I. KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. HA

Umur : 5 tahun

Agama : Islam

Alamat : Paten K, Magelang Selatan

Tanggal periksa : 19 November 2014 pukul 09.00 WIB

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Kotoran telinga kiri penuh

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Kotoran telinga kiri penuh. Sebelumnya pasien sudah periksa ke

puskesmas, kotoran telinga kanan dan kiri penuh. Telinga kanan sudah

dibersihkan. Telinga kiri sudah diberikan obat tetes dari puskesmas.

Keluhan nyeri telinga, pendengaran menurun, dengung, demam, nyeri

telan dan batuk pilek disangkal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asma : disangkalRiwayat jantung bawaan : disangkalRiwayat alergi : disangkalLain-lain : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat asma : disangkalRiwayat jantung bawaan : disangkalRiwayat alergi : disangkalLain-lain : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Page 3: Refleksi Kasus Tht

Vital Signs : RR: 24 x/ menit HR: 108 x/ menit t: 36.2°C

Telinga Kanan-kiri :

a. Aurikula : Normotia

b. Planummastoidium : Nyeri tekan (-) Nyeri ketok (-)

c. Gld. Lymphatika : Limfonodi tidak teraba

d. MAE : Oedema (-), Hiperemis (-), Serumen (-/+)

e. Membran Timpani : Intake, refleks cahaya (+)

D. DIAGNOSIS

Cerumen prop

E. TERAPI

Irigasi Telinga

II. PEMBAHASANA. Definisi

Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa,

epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam Keadaan normal

serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut

banyak terdapat pada daerah ini. Konsistensinya biasa ludang tetapi

terkadang kering dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia, dan

keadaan lingkungan.

Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit

yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu

oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.

Page 4: Refleksi Kasus Tht

Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian

kartilaginosa kanalis akustikus eksternus. Sekresinya bercampur dengan

sekret berminyak kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut

membentuk serumen. Serumen membentuk lapisan pada kulit kanalis

akustikus eksternus bergabung dengan lapisan keratin yang bermigrasi

untuk membuat lapisan pelindung pada permukaan yang mempunyai

sifat antibakteri. Terdapat perbedaan besar dalam jumlah dan kecepatan

migrasi serumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah serumen

sedikit sedangkan lainnya cenderung terbentuk massa serumen yang

secara periodik menyumbat liang telinga.

Dari bentuknya serumen dapat dibedakan menjadi tipe lunak dan keras:

- Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih

sering pada orang dewasa.

- Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan

bersisik.

- Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen

tipe keras.

- Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling

sering kita temukan di tempat praktek.

Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga

kanalis akustikus eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi

dan mambasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap

benda asing, menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam

organisme, polutan, dan serangga. Serumen juga mepunyai pH asam

(sekitar 4-5). pH ini tidak dapat ditumbuhi oleh organisme sehingga

dapat membantu menurunkan resiko infeksi pada kanalis akustikus

eksternus.

Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda

dari kulit pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati

dan keratin dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mugkin

Page 5: Refleksi Kasus Tht

terjadi dalam kanalis akustikus eksternus migrasi epitel squamosa

merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam.

Sel stratum korneum dalam membran timpani bergerak secara radial dari

arah area anular membran timpani secara lateral sepanjang permukaan

dalam kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah terus ke lateral sampai

mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan akhirnya

dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta

keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis

dari meatus ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam

kanal memberikan mekanisme pembersihan alami dalam kanalis

akustikus eksternus, dan bila terjadi disfungsi akan menyebabkan infeksi.

Fungsi Serumen :

Sebagai proteksi yaitu dengan mengikat kotoran, menyebarkan aroma

yang tidak disenangi serangga sehingga serangga tidak masuk ke liang

telinga.

sarana pengangkut debris epitel dan komtaminan untuk dikelurkan dari

membran timpani.

Pelumas dan mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada

epidermis.

Bila serumen tidak berhasil dikeluarkan maka akan menimbulkan

sumbatan pada kanalis akustikus eksternus atau sumbatan yang terdapat

dikulit sepertiga luar liang telinga. Hal ini disebut dengan serumen prop

(serumen obturans).

B. Etiologi

Pemumpukan serumen mungkin disebabkan ketidakmampuan pemisahan

korneosit. Dermatologist melihat beberapa kondisi yang mereka sebut

Gangguan Retensi Korneosit yang memunjukkan adanya penumpukan

serumen.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras

diliang telinga :

Page 6: Refleksi Kasus Tht

1). Dermatitis kronik liang telinga luar

2). Liang telinga sempit

3). Produksi serumen banyak dan kental

4). Adanya benda asing di liang telinga

5). Adanya eksostosis liang telinga

6). Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi

atau kebiasaan mengorek telinga

Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan

karena overproduksi dari kelenjar seruminosa, tetapi karena

ketidakmampuan korneosit di stratum korneum untuk terpisah-pisah.

Pada orang normal, korneosit terpisah satu sama lain sejalan dengan

migrasi stratum korneum ke lateral dari bagian profunda ke jaringan ikat

superfisial di kanalis akustikus eksternus bagian dalam. Bila proses ini

gagal, lembara keratin tidak mengalami migrasi secara normal, sehingga

terjadi akumulasi di kanal bagian dalam.

Ketidakmampuan korneosit ini dikarenakan adanya komponen yang

hilang yaitu “keratinocyte attachment-destroying substance”(KADS).

Menurut teori KADS ini akan membantu sel-sel terpecah dan menjadi

bagian yang kecil dan terdeskuamasi. Bila tidak ada KADS, sel tidak

akan terpecah dan akan mencapai bagian superfisial namun dengan

bentuk yang utuh. Hasilnya akan terbentuk akumulasi dan bersatu dengan

serumen yang membentuk massa sumbatan.

C. GejalaPenumpukan serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran telinga

yang berlebihan sehingga akan menimbulkan gejala seperti: rasa nyeri

karena terjadi penekanan pada kulit liang telinga, berdenging, rasa penuh,

gatal dan penurunan pendengaran. Serumen dapat menghambat

Page 7: Refleksi Kasus Tht

penghantaran suara dari liang telinga luar ke liang telinga dalam sehingga

menyebabkan gangguan pendengaran yaitu tuli konduktif.

D. Penegakan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu tentang gejala

kurangnya pendengaran, telinga terasa penuh, tinnitus atau otoponi

(seperti menddengar kata-kata sendiri atau bergema) dan pemeriksaan

fisik dimana terlihat tumpukan serumen yang menutupi membran timpani.

E. Diagnosis Banding

- Keratosis obturans- Corpus Alienum

F. Penatalaksanaan

Serumen pada kanal telinga luar merupakan keadaan yang fisiologis.

Indikasi untuk mengeluarkan serumen, antara lain:

- Kesulitan menilai membran timpani secara utuh

- Otitis externa

- Oklusi ear wax pada liang telinga luar

- Sebagai salah satu cara penangan tuli konduktif

- Sespek cholesteatoma liang telinga luar atau tengah

- Suspek patologi liang telinga luar seperti squamous cell

carcinoma atau eczema

- Sebagai bagian dari insersi grommet atau pembedahan telinga

tengah (preoperatif atau perioperatif)

- Permintaan pasien

Kontraindikasi evakuasi serumen, jika:

- Kontraindikasi irigasi jika terdapat perforasi membran timpani,

nyeri saat irigasi atau riwayat pembedahan telinga tengah

- Kontraindikasi relatif jika tidak dapat memvisualisasi liang

telinga

- Kontraindikasi relatif untuk microsuction adalah riwayat tinnitus,

serumen yang sangat keras, dan pasien yang tidak kooperatif

Page 8: Refleksi Kasus Tht

Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-

alat. Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan

kanalis akustikus eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran

timpani pernah diperiksa sebelumnya. Perforasi membran timpani

memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah

dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu keras

kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi. Liang

telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan

botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan

menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan langsung

arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus ekstenus

sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang

keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga

dengan bantuan seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan

prosedur ini.

Gambar Cara Membersihkan Kanalis Akustikus Eksternus

Alat-alat yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus

eksternus adalah jerat kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann

Page 9: Refleksi Kasus Tht

yang halus. Yang penting pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan

lembut karena liang telinga sangat sensitif terhadap alat-alat. Dinding

posterior dan superior kanalis akustikus eksternus kurang sensitif

sehingga pelepasan paling baik dilakukan disini. Kemudian serumen

yang lepas dipegang dengan cunam dan ditarik keluar.

Gambar Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar

aplikator

Pemeriksaan gendang telinga mungkin pembersihan lebih lanjut dengan

irigasi. Penghisapan digunakan untuk mengeluarkan serumen yang basah

dan untuk mengeringkan liang ini. Dapat juga digunakan aplikator logam

berujung kapas. Massa serumen yang keras harus lebih dahulu

dilunakkan sebelum pengangkatan untuk menghindari trauma. Zat yang

dapat digunakan adalah gliserit peroksida dan dipakai 2-3 hari sebelum

dibersihkan. Obat pengencer serumen harus digunakan dengan hati-hati,

karena enzim atau bahan kimianya sering dapat mengiritasi liang telinga

dan menyebabkan otitis eksterna.

Page 10: Refleksi Kasus Tht

Membersihkan serumen dari lubang telinga tergantung pada konsistensi

serumen itu. Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan

mempergunakan kapas yang dililitkan pada peilit kapas. Serumen yang

keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, sedangkan apabila dengan

cara ini sukar dikeluarkan, dapat diberikan karbon gliserin 10% dulu

selama 3 hari untuk melunakkannya. Atau dengan melakukan irigasi

teinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Perlu

diperhatikan sebelum melakukan irigasi telinga, riwayat tentang adanya

perforasi membran timpani, oleh karena pada keadaan demikian irigasi

telinga tidak diperbolehkan. Sumbatan lubang telinga oleh pelepasan

kulit sebaiknya dibersihkan secara manual dengan kapas yang dililitkan

pada pelilit kapas daripada dengan irigasi.

1. Zat serumenolisis

Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes

telinga waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara

lain minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex.

Pemakaian preparat komersial untuk jangkan panjang atau tidak

tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan dermatitis

kontak.

Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untk melembutkan

serumen sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat

serumenolisis dan keadaan ini tercapai dengan mengunakan lautan

yang bersifat serumenolytik agen yang digunakan pada kanalis

telinga biasanya dipakai untuk pengobatan di rumah.

Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organik.

Solutio aqueos tersusun atas air yang dapa dengan baik

memperbaiki masalah sumbatan serumen dengan melunakkannya,

diantaranya :

Page 11: Refleksi Kasus Tht

- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan

glycerine)

- 3% hidrogen peroksida

- 2% asam asetat

- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium

chloride.

Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai

lubrikan, dan tidak berefek mengubah intergitas keratin skuamosa,

antara lain :

- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine

- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil,

mineral oil, baby oil, olive oil)

- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)

- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-

condensate)

- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives

Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat

menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan

pembersihan serumen yang tidak tuntas dapat menyababkan

superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin adalah

ototoksisitas yang dapat terjadi bila terdapat perforasi.

Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari

sebelum pengangkatan serumen

Page 12: Refleksi Kasus Tht

2. Penyemprotan telinga

Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari

kanalis telinga dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di

canalis telinga yang sejajar dengan lantai, mengambil serumen dan

debris dengan larutan irigasi mengunakan air hangat (37oC),

larutan sodium bicarbonate atau larutan dan cuka untuk mencegah

sekunder infeksi.

Gambar Cara Penyemprotan Telinga

Page 13: Refleksi Kasus Tht

3. 2. 3. Metode Kuretase

Gambar Metode Kuretase untuk mengambil Serumen

Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret dibawah

pengamatan langsung. Perlu ditekankan disini pentingnya

pengamatan dan paparan yang memadai,. Umumnya kedua faktor

tersebut paling baik dicapai dengan penerangan cermin kepala dan

suatu speculum sederhana. Irigasi dengan air memakai spuit logam

khusus juga sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian dokter lebih

memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran

gigi. Sementara aurikula ditarik ke atas belakang untuk meluruskan

lubang telinga, air dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah

posterosuperior agar dapat lewat diantara massa serumen dengan

dinding belakang lubang telinga. Namun pada sejumlah kasus,

sekalipun irigasi telah beberapa kali dilakukan, pasien masih saja

mengeluhkan telinga yang tesumbat dan pada pemeriksaan masih

terdapat sumbat yang besar. Pada kasus demikian, kadang-kadang

dilakukan pengisapan. Forsep alligator tipe Hartmann juga berguna

pada sumbat yag keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati

Page 14: Refleksi Kasus Tht

agar tidak merusak membran timpani. Jika tidak dapat memastikan

keutuhan membran timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan.

Gambar Pengambilan Serumen dengan Suction

III. KESIMPULANSerumen adalah campuran sekresi (sekret kelenjar sebasea dan kelenjar

serumen) yang ada di kulit sepertiga liang telinga. Bila serumen tidak

berhasil dikeluarkan maka akan menimbulkan sumbatan pada kanalis

akustikus eksternus atau sumbatan yang terdapat dikulit sepertiga luar

liang telinga. Hal ini disebut dengan serumen prop (serumen obturans).

Penumpukan serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran telinga

yang berlebihan sehingga akan menimbulkan gejala seperti: rasa nyeri

karena terjadi penekanan pada kulit liang telinga, berdenging, rasa penuh,

gatal dan penurunan pendengaran. Serumen dapat menghambat

penghantaran suara dari liang telinga luar ke liang telinga dalam sehingga

menyebabkan gangguan pendengaran yaitu tuli konduktif.

IV. DAFTAR PUSTAKAHLSfh

Page 15: Refleksi Kasus Tht

Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT

(BOIES Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Aryanty, Nindya ., Rosy, Vivien., Fadlan, Ismelia. 2012. GEJALA SERUMEN

OBTURANS DAN PERILAKU PENDERITA TERHADAP MEMBERSIHKAN

TELINGA DI POLIKLINIK THT RSUD RADEN MATTAHER JAMBI. Jambi :

FKIK Universitas Jambi.

Ballenger, J. John. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.

13th edition. Binarupa Aksara

J. F., Greener M. J., Robinson A. C., Impacted Cerumen: compotition,

production, epidemiology and management. Available at Retrieved from

http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477

Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT. 2004. Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005.

Available at Retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788

Van Wyk, F Carl. 2012. Cerumen Impaction Removal. Diunduh tanggal 21

November 2014 melalui http://emedicine.medscape.com/article/1413546-

overview#a10