REFORMASI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32915/1/SITI... · REFORMASI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM ... Hukum Islam di Indonesia,

Embed Size (px)

Citation preview

i

REFORMASI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM

PROF. DR. RIFYAL KABAH, MA.

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

SITI AISYAH

N I M . 1 1 1 2 0 4 4 2 0 0 0 2 2

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Siti Aisyah, 1112044200022. Reformasi Pemikiran Hukum Islam Prof.

Dr. Rifyal Kabah. Program Studi Hukum Keluarga. Fakultas Syariah dan

Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437 H/ 2016 M.

Xl + 76 halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk : pertama menjelaskan pandangan Prof. Dr.

Rifyal Kabah mengenai hukum Islam di Indonesia, kedua mendeskripsikan

metode perumusan hukum Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Rifyal Kabah,

Dan yang ketiga mendeskripsikan pengaruh pemikiran hukum Islam Prof. Dr.

Rifyal Kabah di Indonnesia baik dari tatanan perkembangan hukum Islam

maupun dalam putusan Peradilan Agama.

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library Research), dan

jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Sumber data yang

digunakan yaitu karya-karya autentik Prof. Dr. Rifyal Kabah diantaranya yang

berjudul Penegakan Syariat Islam di Indonesia, Hukum Islam di Indonesia,

Politik dan Hukum dalam al-Quran, Risalah Hari Raya, Mesir yang Saya Kenal,

Peradilan Islam Kontemporer dan lain sebagainya, serta buku-buku yang

berhubungan dengan tema ini. Teknik pengumpulan datanya adalah Book Review.

Penelitian ini menunjukan bahwa Rifyal Kabah berpandangan bahwa

Reformasi Hukum itu sangat diperlukan, dan reformasi pemikiran beliau salah

satunya yaitu menurutnya permasalahan agama tidak mesti dipermasalahkan

karena apabila seseorang tunduk kepada hukum tertentu dengan sukarela maka

berlakulah hukum tersebut untuknya. Dan metode perumusan hukum Islam Rifyal

Kabah adalah dengan cara transformasi, yaitu mentransformasikan syariah dan

fiqh hasil pemikiran para ulama dalam peraturan perundang-undangan tertulis dan

pembaharuan dilakukan dengan memberikan penafsiran yang baru terhadap nash

yang sudah ada. Salah satu pengaruh pemikirannya yaitu tertuang pada putusan

Mahkamah Agung Nomor 16K/AG/2010 yang didalamnya terdapat terobosan

baru mengenai perluasan makna wasiat wajibah yang diberikan kepada isteri non

muslim, dan putusan tersebut juga dapat dijadikan sumber hukum yurisprudensi

untuk para hakim peradilan Agama dibawahnya.

Kata Kunci : Rifyal Kabah, Reformasi, Hukum Islam,

Pembibing : H. Qosim Arsadani, MA.

Daftar Pustaka : 1962 s.d 2016

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur dipanjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta ridhanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini . Shalawat beriring salam semoga terlimpah

curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, Sahabat dan

orang-orang yang mengikuti ajaran-ajaran beliau hingga hari akhir nanti ialah nabi

terakhir yang di utus oleh ALLAH SWT dan tiada nabi setelahnya. Ialah manusia

yang paling sempurna, manusia pilihan yang paling bertakwa, dan yang paling

mencintai umatnya, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya selaku umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar

Sarjana Hukum ( SH ) pada Hukum Keluarga, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat berterimakasih kepada para pihak yang telah banyak

berkontribusi bahkan berjasa besar baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penulisan skripsi ini, merekalah yang telah menanamkan jasa baik berupa

bimbingan, arahan bahkan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih dengan tulus kepada :

1. Kepada Allah SWT, karena berkat kehendak dan ridhonya penulis mampu

menyelesaikan studi Srata-1 ini.

vii

2. Kepada ayah Karimudin Nasution dan mamah Emmi Nasution, salam

takzim kakak, terimakasih karena selalu bersabar dan selalu memberi

dorongan serta keyakinan kepada kakak untuk bisa menyelesaikan

kesulitan-kesulitan yang acap ditemui, semoga Allah membalas semua

kebaikan yang telah kalian berikan untuk kakak, dan semoga Allah

senantiasa memberikan waktu dan kesempatan untuk kakak sehingga

kakak dapat membalas kasih sayang tak terbatas baik berupa moril dan

materil yang telah ayah dan mamah berikan.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidatullah Jakarta.

4. Dr. H. Asep Saepuddin Jahar, Ph. D., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Abdul Halim, M. Ag., dan Arip Purqan, MA., Ketua Program Studi

dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

6. Kepada H. Qosim Arsadani, MA. selaku dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, semoga beliau selalu dalam

lindungan dan kasih sayang Allah SWT.

7. Kepada bapak dan ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya pada

prodi Hukum Keluarga yang telah banyak memberikan ilmu kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

viii

8. Kepada seluruh keluarga besarku, ketiga adik-adikku, Muhammad Yusuf

Nasution, Muhammad Rizal Nasution, dan Muhammad Yakub Nasution.,

yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan untuk kakak agar

tetap semangat dalam menempuh studi dikampus tercinta ini. tak lupa pula

kepada kakek, nenek ,mamak Sutan Nasution, Tobang Elvi Nasution, Ete

Enny Nasution, mamak Fauzan Nasution, dan Ete Asiyah Nasution yang

ikut serta memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada kakak.

Dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan keceriaan dalam bingkai

baik suka maupun duka.

9. Kepada almarhum Prof. Dr. Rifyal Kabah (guru yang tak mengenal

muridnya) semoga Ilmu yang telah kau tuangkan dalam buku-bukumu

dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca menuju kemaslahatan. Dan kepada

Ibu Hamidah Yacoub (Istri Prof. Dr. Rifyal Kabah) yang telah

memberikan ilmu serta wawasan dalam penulisan skripsi ini serta telah

membukakan perpustakaan pribadi milik Prof. Dr. Rifyal Kabah bagi

penulis sehingga penulis merasa sangat terbantu.

10. Kepada Zaki Zakaria Thabri SH. yang sangat membantu dalam penulisan

skripsi ini, yang tak pernah mengenal lelah dalam mengarahkan penulis.

Terimakasih atas segala keikhlasannya.

11. Kepada Social Trust Fund (STF) dan Beasiswa Akademik yang telah

membantu penulis untuk dapat menyelesaikan studi Strata-1.

12. Kepada Nur hafifah SH, Sophal Jamilah SH, Zulfa Zuhrotunnisa, Widia

Adianita ( calon ibu dokter), Khairunnisa SH, Vina Dwi Yuli Anti, Rahma

ix

Diah Hasibuan serta seluruh sahabat-sahabat lainnya, kalian sahabat

seperjuangan, kalian hebat dan inspiratif.

13. Kepada keluarga Hukum Keluarga ( Administrasi Keperdataan Islam )

angkatan 2012,: Maria Ulfah Puspitasari, Novianti, Jeni Nuladani SH,

Julhijah SH, Lina Damayanti SH, Ria Aprilia Luxy, dan seluruh Sahabat

Administrasi Keperdataan Islam 2012 dan Peradilan Agama 2012.

14. Kepada HMPS SAS, HMI, OPH, Majelis Insan Rabbani, IR Adventure,

yang selalu menjadi tempat berdiskusi yang menyenangkan dan tempat

berbagi untuk penulis. Semoga hajat kita dilancarkan oleh Allah swt.

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

siapa saja yang memerlukannya dan memberikan khazanah baru dalam

dunia akademik. Skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan maka dari itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya dimasa mendatang.penulis

berharap Allah SWT membalas segala kebaikan para pihak yang telah

membantu dan semoga apa yang kita lakukan menjadi suatu investasi yang

sangat berharga dan kelak dapat membantu kita di yaumil akhir.

Jakarta, Oktober 2016

Penulis

Siti Aisyah

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 10

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitan ...................................................................... 11

E. Metode Penelitian ......................................................................................... 13

F. Tekhnik Penulisan ........................................................................................ 14

G. Study Review ................................................................................................ 14

H. Sistematika Penulisan..............................................................................................16

BAB II REFORMASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA

A. Sejarah Pembaharuan Hukum Islam ............................................................ 18

B. Tokoh-tokoh Pembaharu Hukum Islam ....................................................... 28

xi

C. Peran DPR dalam Melegislasi Hukum Islam..........................................................32

BAB III BIOGRAFI DAN GENEOLOGI INTELEKTUAL PROF. DR.

RIFYAL KABAH

A. Latar Belakang Rifyal Kabah ..................................................................... 36

B. Riwayat Pendidikan dan Karya-karya Rifyal Kabah .................................. 40

C. Geneologi Pemikiran Rifyal Kabah ........................................................... 48

BAB IV REFORMASI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM PROF. DR. RIFYAL

KABAH

A. Reformasi Pemikiran Hukum Islam Menurut Rifyal Kabah ...................... 51

B. Metode Perumusan yang dilakukan oleh Rifyal Kabah .............................. 60

C. Pengaruh Pemikiran Hukum Islam Rifyal Kabah di Indonesia ................. 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 69

B. Saran ............................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah ajaran Allah SWT yang terstruktur sebagai agama terakhir.

Substansi ajarannya ialah mencakup segala aktifitas manusia di atas permukaan

bumi. Dan karenanya manusia diserukan untuk berlaku baik sesuai dengan

ketentuan Allah SWT. Dalam formalitas kehidupan lahiriyah, Islam tidak hanya

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan penciptaNya, melainkan juga

mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Disinilah adanya ketentuan-

ketentuan atau norma-norma (hukum) guna membatasi prilaku-prilaku manusia

agar tidak sewenang-wenang.

Hukum dalam pandangan para ilmuwan muslim adalah aspek praktis

doktrin sosial dan keagamaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bagi

ummat Islam generasi pertama, mereka hampir tidak bisa membedakan antara

sesuatu yang bersifat legal dan sesuatu yang bersifat keagamaan. Di dalam al-

Quran dan al-Sunah kedua hal ini sangat berkaitan dan berhubungan, namun

dalam perkembangan selanjutnya dapat dibedakan juga antara pengkajian

keagamaan (kalam, ushuluddin, teologi) dan pengkajian legal (fiqh,

yurisprudensi). Barulah pada perkembangan terakhir kata Qanun dipakai untuk

2

menunjukan aturan administratif yang berbeda dari hukum yang berasal dari

wahyu atau syariah.1

Syariah secara etimologi adalah jalan yang membekas menuju air karena

sudah sering dilalui, tetapi dipakaikan dalam pengertian sehari-sehari sebagai

sumber air yang selalu diambil orang untuk keperluan hidup mereka.2 Syariah

secara terminologi adalah apa yang digariskan atau ditentukan oleh Allah dalam

agama untuk pengaturan hidup para hambanya.3 Berdasarkan ini Abdullah Yusuf

Ali menerjemahkan syariah sebagai the right way of religion artinya adalah

jalan agama yang benar.4

Selain pengertian di atas, Syari'ah juga di simpulkan oleh Bassam Tibbi

yaitu sebuah struktur dan norma yang tertulis secara baku, tetapi terbuka atas

interpretasi. Oleh karenanya, dalam era modern ini dituntut untuk memikirkan

hukum sebagai gagasan yang lebih fleksibel sehingga dapat memberikan

konstribusi akomodasi budaya untuk sebuah perubahan.5

Maka dapat kita simpulkan bahwa Syariah Islam adalah jalan kehidupan

yang berisi nilai-nilai agama yang diungkapkan secara fungsional dan dalam

makna yang kongkrit yang ditujukan untuk mengarahkan kehidupan manusia agar

tidak terlepas dari norma-norma yang telah ada.

1 H.A.R Gibb, Mohammedanism, (New York : Oxford University Press, 1962), h., 90.

2 Yusuf Hamid al-Alim, al-Maqashid al-Ammah li asy-Syariah al-Islamiyyah, (Riyadh :

ad-Dar al-Ilmiyyah li al-Kitab al-Islami, 1994), h., 19. 3 Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998, Cet.

Pertama), h., 36. 4 Abdullah Yusuf Ali, The Holy Quran : Text Tranlation and Commentary, (Brendwood,

Maryland : Amana Corporation, 1989), h., 1297. 5 Bassam Tibbi, Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial, (terj) Ahsin Muhammad dan

Zainul Abbas (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1999), h ., 98.

3

Syariah bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Pada masa Rasululllah

SAW setiap masalah bisa segera teratasi, karena apabila ada suatu masalah pasti

dikembalikan kepada Rasulullah SAW.6 pengembalian yang dimaksud disini ialah

segala sesuatu tentang hukum yang secara langsung dapat ditanyakan kepada

beliau.7 Namun setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, permasalahan yang

dihadapi oleh umat Islampun semakin beragam dan banyak hal-hal baru yang dulu

belum pernah terjadi, hal ini membuat para khalifah dan ulama berusaha untuk

memecahkan masalah-masalah yang timbul belakangan dengan metode ijtihad

(Ushl Fiqh).

Ushul artinya adalah dasar / sesuatu yang dijadikan dasar, dan fiqh secara

ethymologi adalah pemahaman, atau pemahaman yang mendalam tentang tujuan

suatu ucapan dan perbuatan. adapun fiqh secara terminologi adalah pengetahuan

tentang hukum-hukum syara mengenai segala perbuatan manusia, yang diambil

dari dalil-dalil yang terinci (mendetail).8

Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita pahami bahwa Fiqh adalah

salah satu bidang studi Islam yang sangat populer dan melekat dalam kehidupan

umat manusia. Mulai dari lahir sampai keliang lahat ,atau mulai dari bangun tidur

sampai tidur lagi orang berhubungan dengan fiqh. Meskipun fiqh merupakan

produk pemikiran manusia, tetapi ia tetap dikategorikan sebagai Syariah.9 Jadi

sebuah pemahaman harus dikaji dengan merujuk kepada al-Quran dan al-Sunnah,

6 Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, Cet. Pertama,

1998), h., 25. 7 Muhammad bin Idris asy-Syafii, al-Risalah, (Cairo : Dar at-Turats, 1979). h., 81.

8 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, Cet.Pertama,

2011), h., 2. 9 Budiman Suleman, Reformasi Pemikiran Islam, ( Jakarta : Kencana, 2002), h., 119.

4

baik melalui qiyas10

maupun mashlahah11

, sebab dengan qiyas, seorang mujtahid

membawa fur (cabang/masalah khilafiyah) kepada nash, sementara dengan

mashlahah, ia berusaha memerhatikan kepentingan-kepentingan kehidupan

manusia dan mencegah kemudharatan, Pendekatan seperti inilah yang

memperoleh legalitas dari nash.

Walaupun fiqh merupakan produk dari syariah akan tetapi syariah dan fiqh

adalah dua konsep yang berbeda. Adapun beberapa perbedaan antara keduanya

menurut Budiman Suleman pada buku karangannya yang berjudul Reformasi

Pemikiran Islam yaitu sebagai berikut: 12

1. Dilihat dari sudut subyeknya, syariah ditetapkan oleh syara (Allah),

sedangkan fiqh ditetapkan oleh manusia yang disebut mujtahid atau fuqaha.

2. Syariah menempati kualitas wahyi, sedangkan fiqh di dalamnya terdapat

intervensi rayu (rasio) yang dihasilkan dari ijtihad.

3. Syariah diciptakan oleh Tuhan melalui wahyi, maka syariah memiliki tingkat

kebenaran absolut, sedangkan fiqh memiliki tingkat kebenaran relative.

4. Syariah bersifat eternal dan universal, sedangkan fiqh bersifat temporal dan

lokal (sangat terpengaruh oleh perubahan dimensi ruang dan waktu).

Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa Syariah dan Fiqh adalah

merupakan hukum Islam. Dan hukum Islam yang sebenarnya adalah ketentuan-

10

Qiyas menurut ulama ushul ialah menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya

dalam al-Quran dan Hadis dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan

hukumnya berdasarkan nash, atau bisa juga di artikan menyamakan sesuatu yang tidak ada nash

hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.

Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, Cet.Pertama, 2011), h., 336. 11

Maslahat yang bersesuaian dengan tujuan-tujuan Syariat Islam dan tidak ditopang oleh

sumber dalil yang khusus, baik bersifat melegitimasi atau membatalkan maslahat tersebut.

Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, Cet.Pertama, 2011), h., 427. 12

Budiman Suleman, Reformasi Pemikiran Islam, ( Jakarta : Kencana, 2002), h.,. 120.

5

ketentuan mengikat yang berasal dari Allah (wahyu) dan dari legislasi manusia

untuk pengaturan hidup individu dan masyarakat. Wahyu sebagai firman Tuhan

memang cocok untuk semua ruang dan waktu, tetapi pemahaman manusia

terhadap teks wahyu dapat berubah dengan perubahan masalah dan pemahaman

terhadap masalah dengan kebutuhan dan permasalahan kontemporer.13

Menurut Asy-Syaikh Muhammad al-Khudhari hukum Islam dalam

sejarahnya melalui enam fase legislasi, yang mempunyai ciri tersendiri sesuai

dengan perkembangan yang dilalui oleh masyarakat Islam.14

1. Fase kerasulan Nabi Muhammad SAW dimana segala sesuatu tentang hukum

dikembalikan kepada Beliau.

2. Fase para sahabat Nabi yang senior (Kibar ash-shahabah), mulai dari saat

kematian Nabi sampai akhir masa Khulafa Rasyidin.

3. Fase para sahabat Nabi yang yunior (shigor ash-shahabah), mulai dari

permulaan masa Umawi sampai lebih kurang satu abad setelah Hijrah.

4. Fase fiqh menjadi ilmu tersendiri, mulai dari awal abad kedua Hijrah sampai

akhir abad ketiga.

5. Fase perdebatan mengenai masalah hukum dikalangan fuqaha, mulai dari

awal abad keempat Hijrah sampai akhir masa Abbasiyah dan penaklukkan

Tartar atas dunia Islam pada abad ketujuh Hijrah (1258 M).

6. Fase taqlid (mengikut kepada pendapat-pendapat imam-imam yang

terdahulu), mulai dari kejatuhan Dinasti Abbasiyah sampai sekarang.

13

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998, Cet.

Pertama), h., 46. 14

Asy-Syaikh Muhammad al-Khudhari Bek, Tarikh Tasyri al-Islami, (Bairut : Dar al-

Fikr, 1988), h., 5-6.

6

Selain ke enam fase tersebut menurut Rifyal Kabah sebenarnya sebuah

fase baru sedang tumbuh dalam waktu ini, bila kita memperhatikan perkembangan

legislasi di dunia Islam dewasa ini, hukum Islam sebenarnya sedang memasuki

fase ketujuh yaitu fase kodifikasi/kompilasi di beberapa negara anggota OIC

(Organization of Islamic Conference) dan ijtihad untuk masalah-masalah

kontemporer, terutama melalui lembaga-lembaga resmi negara atau semi resmi,

atau lembaga-lembaga internasional, atau murni swasta. Tujuannya adalah untuk

memperkaya hukum positif nasional.15

Pandangan lain tentang hukum Islam juga diutarakan oleh Fazlur Rahman,

ia memandang hukum Islam itu bersifat dinamis dan harus dikembangkan sesuai

dengan perkembangan zaman.16

Dalam konteks inilah gagasan untuk melakukan

pembaharuan hukum Islam mendapatkan signifikansinya. Para ahli dan

cendekiawan hukum Islam ingin mengkaji kembali hukum Islam dalam konteks

kekinian, sehingga Hukum Islam itu bisa menjadi hukum yang aktual pada masa

ini sebagaimana aktualnya hukum Islam pada masa perumusannya oleh mujtahid

pada masa dulu. Hal inilah yang menyebabkan usaha untuk mengkaji hukum

Islam dengan tujuan untuk mengembalikan aktualitasnya menjadi sebuah

discourse yang menarik.

Reaktualisasi dan kontekstualisasi dalam pembaharuan hukum Islam

banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh hukum Islam Indonesia seperti Hazairin,

15

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998, Cet.

Pertama), h., 53. Untuk fase yang lebih lengkap menurut Rifyal Kabah lihat pada Rifyal Kabah,

Penegakan Syariat Islam di Indonesia, (Jakarta : Rifyal Kabah Foundation Publisher, Cet kedua,

2016), h., xii. 16

Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok al-Quran (terj) Anas Mahyudin ( Bandung :

Pustaka. 1983), h ., 55.

7

Hasbi Assiddiqie, A. Hassan, Munawir Sadzali, Rifyal Kabah dll. Namun, tidak

banyak mendapatkan respon dari masyarakat Muslim secara umum. Ide-ide

mereka seakan terkubur oleh fanatisme masyarakat terhadap kitab-kitab kuning

bahkan banyak yang mengatakan ide-ide mereka itu sangat kontropersial, Baru

sejak dikenalkannya urgensi pluralisme pemikiran hukum lewat Kompilasi

Hukum Islam yang disahkan dengan Inpres RI No 1 Tahun 1991 Tentang

Kompilasi Hukum Islam, gagasan yang terpendam lama itu mendapat angin segar

untuk bangkit kembali. Setidaknya, respon positif masyarakat bisa dibaca dari

animo dan antusiasme mereka terhadap kajian sosiologi hukum.17

contohnya saja pemikiran Munawir Sadzali yang berpendapat tentang

perlunya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam hak waris karena

menurutnya kesetaraan waris sudah sangat layak disamakan sebagaimana

mayoritas perempuan sekarang sudah aktiv beraktifitas seperti sekolah, bekerja

ataupun kegiatan sosial lainnya. Namun pemikiran ini sangat banyak yang

menentang dengan alasan pembagian harta warisan sudah jelas diatur dalam al-

Quran yaitu didalam surat an-Nisa ayat 11 yang menyatakan bahwa hak anak

laki-laki adalah dua kali lipat lebih besar dari hak anak perempuan.18

Adapun arti dari ayat tersebut ialah Allah mensyari'atkan (mewajibkan)

kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang

anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu

semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua

17

Dedi Supriyadi, Sejarah Hukum Islam dari Kawasan Jazirah Arab sampai

Indonesia, (Bandung : Pustaka Setia. 2007), h., 338. 18

Munawir Sadzali, Ijtihad dan Kemaslahatan Ummat, (Jakarta : Mizan, Cet. lV, 1996),

h., 125.

8

pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika anak perempuan itu seorang saja, maka

dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak,

bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang

meninggal itu mempunyai anak. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai

anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat

sepertiga. Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya

mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah dipenuhi

wasiat yang dibuatnya atau (dan) setelah dibayar hutangnya. (Tentang) orang

tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang

lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah

Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana (Q.S an-Nisa : 11).19

Selain pemikiran Munawir Sadzali ada juga pemikiran Roger Garaudy20

misalnya, yang menolak klaim yang mengatakan bahwa Syariah sebagai

pemahaman para imam di masa lalu cocok untuk semua ruang dan waktu.

Baginya, permasalahan hukum ummat Islam pada masa sekarang harus

dipecahkan oleh para ahli hukum zaman sekarang.21

Dari sini dapat kita lihat kebutuhan dunia Islam kepada reformasi dan

pembaruan pemikiran hukum Islam. Reformasi tersebut tidak hanya menyangkut

19

http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-11-12.html#sthash.j5YGN2fA.dpuf

di unduh pada tanggal 17/08/2016. 20

Seorang pendatang baru Islam, untuk lebih jelas lagi lihat di Rifyal Kabah, Hukum

Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998, Cet. Pertama), h., 47. 21

Roger Garaudy dalam kata pengantarnya terhadap buku Muhsin al-Mayli yang

diterjemahkan oleh Rifyal Kabah, Pergulatan Mencari Islam : Perjalanan Religius Roger

Garaudy, (Jakarta :Paramadina, 1996), h., xx.

http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-11-12.html#sthash.j5YGN2fA.dpuf

9

hukum Islam sebagai fatwa, tetapi lebih penting lagi tentang fiqh sebagai hukum

Islam yang dijalankan oleh negara berdasarkan perundang-undangan.

Dalam zona pemikiran dan upaya pengembangan hukum Islam di

Indonesia, keberadaan Rifyal Kabah sudah tidak asing lagi di kalangan lembaga

peradilan, tokoh-tokoh hukum Islam bahkan pelajar/mahasiswa yang berada di

jurusan hukum/hukum Islam, di tambah lagi setelah Rifyal Kabah yang saat itu

menjadi Hakim Agung dalam memutuskan suatu perkara di Mahkamah Agung

tentang hak waris istri non muslim pada perkara Nomor 16K/AG/2010, yang pada

mulanya di hakimi oleh Pengadilan Agama Makassar pada perkara Nomor

732/Pdt.G/2008/PA.MKS pada tanggal 02 maret 2009, dan di perkuat oleh

Pengadilan Tinggi Agama Makassar pada perkara Nomor

59/Pdt.G/2009/PTA.Mks tanggal 15 juli 2009, Yang sudah jelas tidak ada haknya

didalam hukum Islam.

Akan tetapi uniknya didalam putusan tersebut memang hakim agung

(Rifyal Kabah) tidak memberikan hak waris terhadap istri tersebut, namun istri

tersebut mendapatkan wasiat wajibah yang besarnya sama dengan waris,

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis mengemukakan bahwa wasiat

wajibah adalah wasiat yang dilakukan oleh seseorang yang akan meninggal dunia,

walaupun sebenarnya ia tidak meninggalkan wasiat itu.22

Adapun pertimbangannya adalah bahwa Judex Factie salah dalam

menerapkan hukum. Menurutnya perkawinan pewaris dengan pemohon kasasi

sudah berlangsung selama 18 tahun yang berarti pemohon kasasi telah cukup lama

22

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta :

Kencana. 2006), h.,166.

10

mengabdikan dirinya kepada pewaris, karena itu walaupun Pemohon Kasasi non

Muslim, layak dan adil untuk memperoleh hak-haknya selaku Isteri untuk

mendapatkan bagian dari harta peninggalan pewaris berupa wasiat wajibah serta

bagian harta bersama.

Dan pertimbangan lainnya adalah persoalan kedudukan ahli waris non

muslim yang sudah banyak di kaji oleh kalangan ulama diantaranya adalah Yususf

Qardlawi yang menafsirkan bahwa orang-orang non muslim yang hidup

berdampingan dengan damai tidak dapat dikategorikan sebagai kafir harbi,

demikian halnya pemohon kasasi bersama pewaris yang semasa hidupnya bergaul

secara rukun, damai meskipun berbeda keyakinan. Karena itu patut dan layak

pemohon kasasi memperoleh bagian dari harta peninggalan pewais berupa wasiat

wajibah.

Dari putusan tersebut banyak mengundang peneliti-peneliti khususnya

mahasiswa semester akhir yang tertarik dengan kasus ini, karena menurut mereka

putusan Hakim Agung tersebut bukanlah hal yang wajar, melainkan sesuatu yang

baru yang terjadi di badan Peradilan, maka dari itu penulis sangat tertarik untuk

mengkaji reformasi pemikiran Rifyal Kabah mengenai Hukum Islam di

Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran umum hukum Islam di Indonesia ?

2. Bagaiamana Perkembangan legislasi hukum Islam di Indonesia ?

3. Bagaimana pandangan Rifyal Kabah mengenai Hukum Islam di Indonesia ?

11

4. Bagaimana Reformasi pemikiran Rifyal Kabah mengenai Hukum Islam di

Indonesia ?

5. Bagaimana metode perumusan hukum Islam yang dilakukan oleh Rifyal

Kabah ?

6. Bagaimana pengaruh pemikiran Rifyal Kabah baik dalam tatanan hukum

Islam di Indonesia maupun dalam lingkup peradilan Agama?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah pada skripsi ini ialah mendeskripsikan Pemikiran

Hukum Islam Rifyal Kabah di Indonesia, penulis hanya menulis Pemikiran

hukum Islam dalam pandangan Rifyal Kabah tanpa bercabang ke pemikiran ilmu

lainnya guna membatasi penulis agar fokus pada tujuan penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis dapat membuat rumusan

masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana reformasi pemikiran Hukum Islam menurut Rifyal Kabah ?

2. Bagaimana metode perumusan hukum Islam yang dilakukan oleh Rifyal

Kabah ?

3. Bagaimana pengaruh pemikiran Hukum Islam Rifyal Kabah di Indonesia

baik dari tataran perkembangan Hukum Islam maupun dalam putusan

Pengadilan Agama ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :

12

a. Untuk mengetahui reformasi pemikiran Hukum Islam Rifyal Kabah

b. Untuk mengetahui metode perumusan yang dilakukan oleh Rifyal

Kabah

c. Untuk mengetahui pengaruh pemikiran Hukum Isam Rifyal Kabah di

Indonesia baik dari tataran perkembangan Hukum Islam maupun dalam

putusan Peradilan Agama.

2. Manfaat Penelitian

A. Secara Teori

Menambah ilmu pengetahuan dan perkembangan Ilmu Hukum

khususnya dalam Hukum Islam. Disamping itu juga dapat menambah

pemahaman penulis mengenai reformasi pemikiran Hukum Islam oleh

para tokoh-tokoh pembaharu Islam.

B. Secara Praktis

a. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembaca, dapat

dijadikan bahan studi dalam Hukum Islam dan untuk

memperbanyak referensi bacaan.

b. Dapat menambah koleksi bacaan bidang Hukum Islam di

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun Perpustakaan

Umum

c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum

(SH) untuk penulis di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

13

E. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang maksimal dari sebuah karangan atau

penulisan, maka metode pengumpulan dan pengelolaan data memainkan

peranan yang penting.23

penulis menggunakan metode kepustakaan atau

library research yaitu dengan cara membaca, mempelajari buku-buku yang

berkaitan dengan masalah pembahasan.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, Kualitatif yaitu sebagai

prosedur yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, sedangkan

Deskriptif adalah metode penyajian data secara sistematis sehingga dapat dengan

mudah dipahami dan disimpulkan. Menurut Soerjono Soekanto penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang keadaan atau gejala-gejala lainnya sehingga dapat memberikan

gambaran secara sistematis,faktual dan akurat.24

3. Data Penelitian

Data yang diperlukan di dalam penulisan ini ada yang bersifat primer dan

sekunder.25

23

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2005), h., 38.

24

Soerjono Soekanto, Metodologi Penelitian Hukum , (Bandung , 2006), h., 23. 25

Tommy Hendra Purwak, Metode Penelitian Hukum. (Jakarta : Universitas Atma

Jaya, 2007), h., 73.

14

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung dari karya-karya autentik

Rifyal Kabah antara lain : Islam dan Fundamentalisme (1984), Chiristia

Presence in Indonesia (1985), Reaktualisasi Ajaran Islam (1987), Islam dan

serangan Pemikiran (1994), Hukum Islam di Indonesia (1999), Dzikir dan

Doa dalam AlQuran (1999), Sejarah Hukum Islam, Yurisprudensi Peradilan

Agama dan Fuqoha, Menyorot Mahkota Hakim Peradilan Agama,

Penegakan Syariat Islam di Indonesia (2004), Belajar di Mesir (2006),

Peradilan Islam Kontemporer (2009).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari kitab, buku, dan

sumber yang berhubungan dengan skripsi ini.

c. Metode Analisis

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode

induktif. Yaitu penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang

bersifat khusus kepada pernyataan yang bersifat umum.

F. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2015.

15

G. Study Review

1. Yusdani, jurnal, menyimak pemikiran Hukum Islam Satria Effendi, 2007,

dirujuk pada 03 Agustus 2016 : Pada jurnal ini penulis menulis beberapa

kriteria pandangan Satria Effendi tentang Hukum Islam, diantaranya yaitu

Studi kasus, studi kasus adalah model kajian hukum islam menurutnya,

karena dengan studi kasus kita dapat mengetahui gejolak yang sedang

berkembang dalam masyarakat. // pada skripsi ini penulis mengkaji reformasi

pemikiran hukum islam Rifyal kabah, yang didalamnya terdapat metode-

metode perumusan hukum Islam menurut Rifyal Kabah. // adapun kaitannya

dengan skripsi ini adalah sama-sama mengkaji pemikiran hukum Islam

seorang tokoh.

2. Amak fadholi, Hermeneutika Hukum Islam Khaled M Abou Fadl , Fakultas

Syariah dan Hukum, 2007 : menurut Khaled M Abou Fadl hukum Islam

cenderung tidak kontekstual ketika dihadapkan pada isu-isu modernitas. Salah

satu bentuk ketidak kontekstualan tersebut adalah ketika merespons persoalan

kesetaraan gender yaitu relasi suami (laki-laki) dan isteri (perempuan).

Hukum Islam, dalam konteks ini, dipenuhi oleh diskursus yang otoriter dan

otoritarianisme, baik pada aspek metodologi maupun produk-produk

hukumnya sehingga melahirkan apa yang disebut "fikih otorite. / hukum

Islam menurut Rifyal Kabah bersifat rasional sehingga tidak sulit ataupun

menyulitkan, ketika sesuatu itu tidak melanggar maka sesuatu itu bersifat

boleh. Dan menurutnya hukum islam selalu merespon persoalan-persoalan

baru.

16

3. Usman, Jurnal, Pemikiran Hukum Munawir Sadzali, 2008, dirujuk pada 03

Agustus 2016 : pada jurnal ini penulis menerangkan pemikiran hukum

Munawir Sadzali yang mengedepankan persamaan hak antara laki-laki dan

perempuan dalam hal waris, ini adalah sebuah pemikiran yang baru . / dan

dalam skripsi ini penulis menerangkan pemikiran hukum Islam Prof. Dr.

Rifyal Kabah yang mengedepankan keadilan dan tidak memandang ras, adat

maupun agama, namun juga tidak bertentangan dengan ketiganya. Dalam

skripsi ini penulis membahas tentang reformasi pemikiran hukum Islam

Rifyal Kabah yang telah menerobos makna wasiat wajibah. // kaitan dengan

skripsi ini adalah pemikiran kedua tokoh tersebut saling mengedepankan

keadilan dengan menggali hak-hak seseorang didalam suatu kasus.

H. Sistematika Penulisan

Sebagai upaya menjaga keutuhan pembahasan dalam skripsi ini agar

terarah, penulis akan menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB Pertama : terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian dan teknik penulisan, study review dan sistematika penulisan.

BAB Kedua : Penulis membahas tentang gambaran umum hukum Islam di

Indonesia, tokoh-tokoh reformasi hukum Islam dan perkembangannya di

Indonesia serta peran DPR dalam melegislasi hukum Islam.

17

BAB Ketiga : sebagaimana lazimnya penelitian terhadap seorang tokoh, penulis

akan memperkenalkan latar belakang Rifyal Kabah yang terdiri dari riwayat

hidup, Pendidikan, karya-karya, dan geneologi pemikiran Rifyal Kabah.

BAB Keempat : Penulis akan menulis tentang pemikiran hukum Islam dan

metode pemikiran Rifyal Kabah, serta pengaruh pemikiran hukum Islam Rifyal

Kabah di Indonesia baik dari tataran perkembangan hukum Islam maupun dalam

lingkup peradilan.

BAB Kelima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

18

BAB II

REFORMASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA

A. Sejarah Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia

Reformasi lebih akrab disebut pembaharuan, dan pembaharuan bisa juga

disebut modernisasi. Pembaharuan mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan

usaha untuk merubah faham-faham adat istiadat, institusi-institusi lama untuk

disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern.

Pembaharuan mempunyai arti yang lebih khusus dibandingkan dengan

pembangunan. Pembaharuan tidak hanya merupakan suatu perubahan yang

menuju kepada kemajuan serta kematangan, melainkan suatu perubahan yang

mempunyai ciri-cirinya tersendiri, yang pada dasarnya berupa keadaan yang

disebut sebagai modernitas yang dapat dijumpai di negara-negara Barat, yang

dapat diamati dari luar, diantaranya adalah urbanisasi, sekularisasi, demokratisasi,

pembukaan diri terhadap media massa, peningkatan serta kemajuan dalam

pendidikan, kemampuan baca tulis, komunikasi serta transportasi, yang dengan

mudah menimbulkan kaitan kepada gambaran mengenai perkembangan lain yang

terjadi di negara-negara itu seperti individualisasi, mobilitas horizontal dan

vertikal yang tinggi dan sebagainya.1

1 Sutjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, (Bandung : Alumni, 1983). h., 194.

19

Pembaharuan menurut Islam sering diidentikkan dengan pengertian tajdid

karena berasal dari kata (). secara etimologi () adalah baru2, dan secara

terminologi adalah sesuatu yang diperbaharui namun pada mulanya pernah ada

dan pernah dialami orang lain, atau sesuatu itu kembali diaktualkan dalam bentuk

kreasi baru.3 Berarti tajdid adalah pembaharuan yang bermakna modernisasi,

pemurnian (pemeliharaan matan ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran dan

al-Sunah) , Peningkatan, pengembangan dan yang semakna dengannya.4 Ijtihad

sangat dibutuhkan untuk pembaharuan, karena wahyu Allah SWT diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW telah berhenti dengan wafatnya Beliau, sementara

masalah kehidupan manusia semakin berkembang. Keadaan demikian

menimbulkan adanya kemungkinan manusia menghadapi masalah yang secara

khusus belum ada hukumnya karena belum secara jelas dan rinci dalam al-Quran

dan al-Sunah.5

Pembaharuan juga di definisikan oleh Prof. Dr. H. Harun Nasution, Beliau

mendefinisikan pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan

paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan

ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam

Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambah teks al-Quran

2 Abi al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Muzam Muqayis al-Lugh dal al-Fikr li

al-Thabaah wa al-Nasyr, (Bairut, Juz l), h., 306. 3 Rifyal Kabah dan Busthami Saad, Reaktualisasi Ajaran Islam (Pembaharuan Agama

Visi Modernis dan Pembaharuan Agama Visi Salaf),(Jakarta : Minaret 1987), h., 50. 4 Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia. Indonesia (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998,

Cet. Pertama), h., 52. 5 Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet Kedua, 2002), h., 51.

20

maupun teks al-Hadis, melainkan hanya mengubah atau menyesuaikan paham atas

keduanya sesuai dengan perkembangan zaman.6

Allah SWT memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan

akal fikirannya (Ijtihad)7 untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi,

kebebasan ini tetap harus memperhatikan petunjuk, pedoman dan prinsip-prinsip

umum yang telah tercantum pada al-Quran dan al-Sunah. Ijtihad pada dasarnya

merupakan sumber hukum yang terbesar. Muhammad Iqbal dari Pakistan

menyebutkan ijtihad sebagai the principle of movement.8 Dan Allah akan

mengirim seseorang yang akan mentajdid (memurnikan) agama-Nya. Mujaddid

(pemurni) ini akan mengembalikan agama yang sudah menyimpang kepada

pengertian aslinya. Penyimpangan tersebut dapat terjadi pada teks agama,

pemahamannya, prakteknya, atau pada semuanya.9

Dalam perspektif sejarah, sebagaimana yang telah dikutip oleh Sulaiman

Abdullah mengenai pembaharuan hukum Islam menurut Noel J. Coulson yaitu

ada empat bentuk :10

6 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta,

(Jakarta : Bulan Bintang, Cet Pertama, 1975), h., 10. 7 Ijtihad menurut Abu Hamid al-Ghazali adalah usaha keras yang dilakukan oleh

mujtahid dalam mencari ketentuan-ketentuan hukum Syariat. Abu Hamid al-Ghazali, al-

Mustashfa fii Ilmi al-Ushul, (Bairut : Daar Ihya at-Turats al-Arabi, reprint Cetakan Mesir, 1324H).

h., 350. 8 H. M. Rasyidi, Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi. (Jakarta : Bulan

Bintang, Cet. Kedua. 1977). h., 103. 9 Rifyal Kabah, Penegakan Syariat Islam di Indonesia (Jakarta : Rifyal Kabah

Foundation Publisher, Cet. Kedua, 2016), h., 161. 10

Sulaiman Abdullah, Dinamika Qiyas Dalam Pembaharuan Hukum Islam. (Jakarta :

Pedoman Ilmu Jaya, Cet, Pertama. 1996). h., 214.

21

1. Dikodifikasikannya (yaitu pengelompokkan hukum yang sejenis

kedalam kitab undang-undang) hukum Islam menjadi hukum

perundang-undangan negara, yang disebutnya sebagai doktrin siyasah.

2. Tidak terkaitnya umat Islam pada hanya satu madzhab hukum tertentu,

yang disebutnya doktrin Takhayyur (seleksi) pendapat mana yang

paling dominan dalam masyarakat.

3. Perkembangan hukum dalam mengantisipasi perkembangan peristiwa

hukum yang baru timbul, yang disebut doktrin tatbiq (penerapan

hukum terhadap peristiwa baru).

4. Perubahan hukum dari yang lama kepada yang baru yang disebut

doktrin tajdid (reinterpretasi).

Gerakan pembaharuan ini telah menyebar ke beberapa wilayah.

Diantaranya adalah Mesir, Turki, India dan Pakistan. Akan tetapi yang pertama

adalah di Mesir. Berawal dari Kepergian tentara Napoleon Bonaparte

meninggalkan Mesir (1801), yang kemudian dimanfaatkan oleh Muhammad Ali

untuk mengambil alih pemerintahan Mesir. Selanjutnya berbagai gerakan-gerakan

pembaharuan yang dimulai dari menerjemahkan beberapa buku dari Barat dan

mengirimkan beberapa pelajar ke Barat. Memotivasi beberapa pemikir islam dari

daerah lain untuk memulai pembaharuan.

Sejarah pertumbuhan jaringan ulama Timur Tengah dan kepulauan

Nusantara abad ketujuh belas dan kedelapan belas melibatkan proses-proses

historis yang amat komplek. Pada awalnya hubungan itu lebih berbentuk

perdagangan (hubungan ekonomi), politik keagamaan, kemudian diikuti dengan

22

hubungan intelektual keagamaan, lalu lahirlah hubungan Jaringan murid dan guru

diantara kaum muslimin baik dari kalangan penuntut ilmu maupun muslim awam

umumnya, dan inilah buah dari interaksi panjang diantara wilayah Muslim di

Nusantara dan Timur Tengah.11

Adapun sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam secara

singkat dapat dibagi menjadi lima periode, yaitu :12

1. Periode Masa Nabi Muhammad SAW (610 M 632 M)

2. Periode Masa Khulafa al Rasyidin (632 M 662 M)

3. Periode Masa Perkembangan dan Pembukuan ( Abad ke 7 10 M)

4. Periode Masa Kemunduran Islam (Abad ke 10 / 11 M 19 M)

5. Periode Masa Pembaharuan dan Kebangkitan Islam (Abad ke 19 )

Perkembangan hukum Islam pada (tahun 662 - 750 M) menunjukan

perkembangan yang sangat pesat, dan pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah

(tahun 750 1258 M) adalah merupakan perkembangan hukum Islam salah

satunya terlihat dari lahirnya para ahli hukum Islam yang menemukan dan

merumuskan garis-garis hukum Fiqh Islam ( Abu Hanifah, Malik bin Anas,

Muhammad Idris Syafii, Ahmad bin Hambal).13

Namun pada abad ke 10 sampai akhir abad ke 19 adalah masa kemunduran

hukum Islam, yang ditandai dengan adanya kelesuan dalam melakukan ijtihad.

11

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan NusantaraAbad XVII

dan XVIII. (Bandung : Mizan, Cet.III, 1995). h., 23. 12

Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet Kedua, 2002), h., 89. 13

Wahyuni Retnowulandari, Hukum Islam Dalm Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta :

Universitas Trisakti, Cet. Pertama. 2010), h., 60.

23

Dimana para ahli tidak lagi mempunyai semangat dan kemampuan untuk

melakukan ijtihad sehingga menimbulkan suatu pilihan terhadap sikap taqlid14

dan ittiba15

.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran hukum Islam

ialah Retaknya kesatuan wilayah Islam dengan membentuk kekuasaan sendiri

mengakibatkan terbentuknya negara kecil sebagai negara pecahan, serta

merosotnya kewibawaan pengendalian perkembangan hukum, karena dengan

begitu munculah orang-orang yang sebenarnya tidak mempunyai kelayakan

didalam melakukan suatu ijtihad.16

Saat kemunduran melanda kekuasaan Islam diseluruh dunia, timbulah

pemikiran-pemikiran menuju pembaharuan semangat dikalangan masyarakat.

Pemikiran-pemikiran itu timbul karena melihat adanya perbedaan besar antara

nilai-nilai agama dan perkembangan sejarah.

Di Indonesia, semangat pembaharuan Islam mendapat sambutan hangat

dari para pemimpin Islam seperti H.O.S. Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, dan

lain-lain. Walaupun di Indonesia tidak tercatat pemikiran-pemikiran besar ataupun

penganjur-penganjur Islam yang terkemuka di dunia bukan berarti semangat

pembaharuan tidak ada. Yang timbul di Indonesia bukan semangat-semangat

pembaharuan, melainkan perjuangan pembaharuan. Karena penetrasi dan

14

Taklid ialah sikap mengikuti pendapat suatu madzhab tanpa berusaha mengetahui dasar

hukumnya. 15

ittiba ialah sikap mengikuti suatu madzhab atau imam dengan suatu dasar mengetahui

dasar hukumnya. 16

Wahyuni Retnowulandari, Hukum Islam Dalm Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta :

Universitas Trisakti, Cet. Pertama. 2010), h., 67.

24

kemudian dominasi barat (Belanda), semangat Islam telah menjiwai banyak

pemuka bangsa, baik dari kalangan masyarakat maupun dari kalangan kerajaan

yang banyak terdapat di Indonesia, untuk menentang dan melawan dominasi barat

itu dengan segala cara.17

Demikianlah semangat pembaharuan telah timbul dan tumbuh bersama-

sama dengan mundurnya kekuasaan Islam, sehingga pada sewaktu-waktu

dikemudian hari semangat pembaharuan itu merupakan bibit-bibit dari

kebangkitan kembali (umat) Islam.18

Perkembangan hukum di Indonesia dapat dilihat dari beberapa hal,

pertama adalah hukum yang berasal dari adat istiadat dan norma-norma

masyarakat yang diterima secara turun temurun, yang berlangsung sejak lama

sekali dan melekat dalam kesadaran masyarakat. Kedua adalah hukum yang

berasal dari ajaran Agama, norma hukum yang berasal dari agama, adat istiadat

dan tradisi turun temurun ini adalah cita-cita hukum (rechtside) bangsa Indonesia

yang menjadi dasar hukum abstrak dan yang ketiga adalah hukum sebagai

keseluruhan aturan kehidupan bersama, yang berasal dari legislator resmi yang

disertai dengan sanksi tertentu dalam hal terjadinya pelanggaran dan dilaksanakan

oleh negara.19

17

Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet Kedua, 2002), h., 90. 18

Anwar Harjono, Indonesia Kita Pemikiran Berwawasan Iman Isalam. (Jakarta :

Gema Insani Press, 1995), h., 65-66. 19

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia. Indonesia (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998,

Cet. Pertama), h., 74-75.

25

Ketiga aturan hukum diatas terdapat dalam budaya hukum negara republik

Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Membiacarakan

budaya hukum Indonesia seseorang tidak dapat melepaskan diri dari ketiga bentuk

aturan hukum yang dibicarakan diatas, dan dengan proklamasi kemerdekaan pada

tanggal 17 Agusrus 1945 tersebut, konstruksi hukum Indonesia secara

konstitusional berada diatas norma dasar UUD 1945, termasuk pada tingkat

transisional seperti ditentukan dalam aturan peralihan UUD 1945.20

Memperhatikan ini Abdul Gani Abdullah menyatakan dalam bukunya yang

berjudul Pengantar Kompilasi Hukum islam dalam Tata Hukum Indonesia bahwa

hukum Indonesia yang lahir setelah 18 Agustus 1945 mempunyai empat bentuk

dasar, pertama adalah produk legislasi kolonoal, kedua adalah hukum adat, ketiga

adalah hukum Islam, dan keempat adalah produk legislasi nasional.21

Sebelum kedatangan Belanda, hukum Islam sebenarnya telah mempunyai

kedudukan tersendiri di Indonesia.22

Diantaranya adanya Sultan Malikul Zahir

dari Samudera Pasai, ia adalah salah seorang ahli Agama dan hukum Islam

terkenal pada pertengahan abad ke XIV Masehi. Melalui kerajaan ini, hukum

Islam Madzhab Syafii disebarkan ke kerajaan-kerajaan Islam lainnya di

Nusantara. Para ahli hukum Islampun menulis buku-buku panduan tentang hukum

Islam untuk disebar luaskan keseluruh masyarakat Nusantara, dan buku pertama

yang disebar luaskan adalah buku yang berjudul al-Sirath al-Mustaqim (1628)

20

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia. Indonesia (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998,

Cet. Pertama), h.,75. 21

Abdul Gani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum

indonesia, (Jakarta : German Insani Press, 1994), h., 15. 22

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Pembangunan Hukum Nasional : Suatu

Analisa Terhadap RUU Peradilan Agama, (1989), h., 528 .

26

yang ditulis oleh Naruddin ar-Raniri. Lalu Syekh Arsyad Banjar memperluas

uraian buku ini dengan judul baru Sabil al-Muhtadin, untuk dijadikan sebagai

pegangan menyelesaikan sengketa di kesultanan Banjar. Kesultanan Palembang

dan Banten juga pernah menerbitkan beberapa buku hukum. Hal yang sama juga

berlaku untuk penduduk di kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Jepara, Tuban,

Gresik, Ngampel, dan Mataram.23

Pada mulanya kedatangan Belanda ke Indonesia tidak ada kaitannya

dengan masalah Agama, namun seiring berjalannya penjajahan mereka tidak bisa

menghindari terjadinya persentuhan dengan masalah hukum yang berlaku bagi

penduduk pribumi (inlander). Sehubungan berlakunya hukum adat bagi bangsa

Indonesia dan hukum Agama bagi masing-masing pemeluknya, munculah teori-

teori diantaranya adalah teori Receptio in Complexu, teori Receptie, teori

Receptie Exit dan teori Receptio A Contrario serta teori Eksistensi.24

1. Teori Receptio in Complexu ( Van Den Berg )

Teori ini mengatakan orang Islam / pribumi berlaku hukum Islam (agama

miliknya), oleh karena itu Van Den Berg mengonsepkan Stablat 1882 No. 152,

yang isinya ketentuan bahwa bagi rakyat pribumi / rakyat jajahan berlaku hukum

agamanya yang berada dalam lingkungan hidupnya.

23

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia. Indonesia (Jakarta : Universitas Yarsi, 1998,

Cet. Pertama), h., 69. 24

Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, Cet Kedua, 2002), h., 111.

27

2. Teori Receptie ( C.Snouck Hurgronye, Van Vollen Hoven dan Ter Haar )

Teori ini mengatakan bagi rakyat pribumi pada dasarnya berlaku hukum

adat, oleh karena itu hukum Islam berlaku apabila sudah diterima oleh masyarakat

adat yang dijadikan kebiasaannya. Teori ini dilandaskan pada keinginan Snouck

agar orang-orang pribumi tidak kuat memeluk agamanya, sebab orang-orang yang

kuat memegang agamanya tidak mudah untuk dipengaruhi oleh peradaban barat.25

3. Teori Receptie Exit ( Prof. Hazairin )

Di dalam bukunya yang berjudul Tujuh Serangkai Tentang Hukum ia

mengatakan setelah proklamasi dan UUD 1945 dijadikan UUD Negara, maka

walaupun aturan peralihan menyatakan bahwa hukum yang lama masih berlaku

selama jiwanya tidak bertentangan dengan UUD 1945, maka peraturan

perundang-undangan pemerintah Hindia Belanda yang berdasarkan ajaran Teori

Receptie tidak berlaku karena bertentangan dengan jiwa UUD 1945 dan pancasila.

Maka Teori Receptie harus exit karena bertentangan dengan al-Quran dan al-

Sunah, oleh karena itu Prof. Hazairin menyebutkan Teori Receptie adalah Teori

Iblis.26

4. Teori Receptie A Contrario ( Sayuti Thalib )

Teori ini mengatakan bagi orang Islam berlaku hukum Islam, hal tersebut

adalah sesuai dengan keyakinan dan cita-cita hukum, cita-cita batin, dan moral,

25

Wahyuni Retnowulandari, Hukum Islam Dalm Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta :

Universitas Trisakti, Cet. Pertama. 2010), h., 77. 26

Wahyuni Retnowulandari, Hukum Islam Dalm Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta :

Universitas Trisakti, Cet. Pertama. 2010), h., 79.

28

dan hukum adat berlaku bagi orang Islam apabila tidak bertentangan dengan

agama Isalam dan hukum Islam.

5. Teori Eksistensi ( Ichtijanto )

Teori ini mengatakan bahwa setelah Indonesia merdeka dan karena

dorongan kesadaran hukum sewaktu dalam masa penjajahan dan masa revolusi,

maka hukum Islam adalah agama yang paling eksis didalam hukum nasional.

Teori-teori tersebut muncul sesuai zamannya masing-masing, bila

dirumuskan Teori Receptie in complexu dan Teori receptie lahir pada zaman

penjajahan, sedangkan Teori Receptie Exit dan Teori Receptio A Contrario lahir

setelah kemerdekaan, begitupun dengan Teori Eksistensi.

B. Tokoh-tokoh Pembaharu Hukum Islam

Periode kelima pada abad ke-19 M, merupakan kebangkitan kembali umat

Islam, dan merupakan sebagai jawaban dari periode-periode sebelumnya. Periode

kebangkitan ini ditandai dengan gerakan pembaharuan pemikiran yang kembali

kepada kemurnian ajaran Islam. Gerakan pembaharuan pada intinya menyerukan

untuk kembali kepada sumber utama ajaran Islam yaitu al-Quran dan al-Sunah.

Pintu ijtihad dibuka kembali, sebagaimana yang pernah dilaksanakan oleh para

Mujtahid pada periode ketiga.

Resonansi gerakan pembaharuan yang merupaka era kebangkitan umat

Islam menggema sampai kebelahan dunia, termasuk ke Indonesia (Hindia-

Belanda). Gerakan kebangkitan umat Islam Indonesia ditandai dengan munculnya

organisasi keagamaan seperti Jamiat al-Khair di Jakarta pada tahun 1905, Sarekat

29

Dagang Islam di Solo tahun 1905 yang kemudian menjadi partai politik dengan

nama Sakerat Islam pada tahun 1912, Muhammadiyah di Jogjakarta tahun 1912,

al-Irsyad di Jakarta tahun 1914, Nahdatul Ulama di Surabaya tahun 1926,

Persatuan Islam di Bandung tahun 1930.27

Dan berikut adalah tokoh pembaharu Islam berikut dalam bidang

pembaharunya yang muncul di Indonesia sesuai dengan zamannya masing-

masing.

1. MUNAWIR SADZALI

Munawir dikenal sebagai pemuda yang aktif, pada tahun 1945 setelah

dibacakannya proklamasi kemerdekaan, ia dipilih menjadi ketua angkatan Muda

Gunungpati, Dari Gunung Pati inilah keterlibatan Munawir dengan kegiatan-

kegiatan umat Islam dalam skala nasional dimulai, dan di Gunung Pati inilah

untuk pertama kalinya Munawir bertemu dengan Bung Karno. Pada tahun 1953 ia

melanjutkan belajarnya dengan berangkat ke Inggris di Ilmu Politik Universitas

College of South West of England, Exerter. Hanya butuh satu tahun ia bisa

menyelesaikan studinya hingga pada tahun 1954 ia kembali ketanah air. Dan pada

tahun 1955 ia meneruskan studinya ke Universitas Geogetown sampai tahun

1959. Dalam semasa karirnya ia pernah menjadi bagian dari kementerian Luar

Negeri, Duta Besar RI, Menteri Agama dalam Kabinet Pembangunan IV.

27

Solihin Salam, Sejarah Islam di Jawa. (Jakarta : Jayamurni, Cet. Pertama. 1964), h.,

62.

30

Salah satu pemikiran pembaharu Munawir adalah Bidang waris28

, ia

berargumen perlunya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam hal

pembagian waris. Karena bagi Munawir jika mempertimbangkan realitas

kehidupan keseharian, maka ketentuan tentang bagian harta warisan apabila laki-

laki masih mendapatkan dua kali lebih besar dari pada perempuan maka ini sangat

berseberangan dengan makna keadilan, sementara perempuan masa sekarang

sudah dapat melakukan berbagai aktivitas sosial. Memang pada dasarnya hukum

semacam ini barangkali akan dibenarkan pada saat kaum laki-laki memang

menjadi tumpuhan segala-galanya bagi kaum wanita, namun itu dahulu.29

Munawir selalu menyandarkan argumennya30

pada beberapa ulama seperti Ibn

Katsir, Musthafa al-Maraghi, Muhammad Rasyid Ridha, dll.

2. HAZAIRIN31

Salah satu pemikiran Hazairin adalah ia berpendapat bahwa pada

hakikatnya sistem kewarisan yang terkandung dalam Al-Quran adalah sistem

28

Munawir Sadzali," Ijtihad dan Kemaslahatan Umat, dalam Jalaluddin Rahmat),

Ijtihad dalam Sorotan, (Jakarta: Mizan, Cet. keempat, 1996), h., 125. 29

Munawir Sadzali, Reaktualisasi Ajaran Islam, dalam Iqbal Abdur Rauf. Polemik

Reaktualisasi Ajaran Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), h., 2. 30

Ia berkesimpulan bahwa hukum Islam memang fleksibel dan dengan demikian perlu

adanya reaktualisasi, ketika hukum tersebut dirasa tidak lagi sesuai dengan kebutuhan masyarakat

saat ini. 31

Seorang tokoh pembaharu dalam hukum Islam di Indonesia dan ia lah bapak dari teori

receptie exit.

31

kewarisan yang bercorak bilateral (orang tua), seperti dzawul faraidh32

, dzawul

qarabat33

, dan mawali34

.35

Berdasarkan teori ini Hazairin membagi ahli waris menjadi tiga kelompok,

yakni: dzawul faraid, dzawul qarabat, dan mawali. Yang dimaksud mawali (ahli

waris pengganti) di sini adalah ahli waris yang menggantikan seseorang untuk

memperoleh bagian warisan yang tadinya akan diperoleh orang yang akan

digantikan tersebut. Hal ini terjadi karena orang yang digantikan tersebut telah

meninggal lebih dulu daripada si pewaris. Orang yang digantikan ini merupakan

penghubung antara yang menggantikan dengan pewaris (yang meninggalkan harta

warisan). Adapun yang dapat menjadi mawali yaitu keturunan anak pewaris,

keturunan saudara pewaris, ataupun keturunan orang yang mengadakan semacam

perjanjian (misalnya dalam bentuk wasiat) dengan si pewaris.36

Berlainan dengan rumusan ahli fikih khusunya Madzhab Syafii dan

Syiah yang menjelaskan bahwa sistem kewarisannya bersifat patrilinial yaitu

dzawul faraidh, ashabah37

dan dzawul arham38

. Madzhab Syafii membagi ahli

32

Zawu al-faraid adalah ahli waris yang telah ditetapkan bagiannya dalam al- Quran.

Dalam hal ini hampir seluruh mazhab fiqh menyepakatinya, baik Sunni maupun Syiah. Bagian

mereka ini dikeluarkan dari sisa harta setelah harta peninggalan dibayarkan. untuk wasiat, hutang,

dan biaya kematian. 33

Dzawu al-qarabat adalah ahli waris yang tidak termasuk zawu al-faraid menurut sistem

bilateral. Bagian mereka dikeluarkan dari sisa harta peninggalan setelah dibayar wasiat, hutang,

ongkos kematian, dan bagian untuk zawu al-faraid. 34

Mawali adalah ahli waris pengganti, yang oleh Hazairin konsep ini di istinbatkan dari

Q.S. al-Nisa (4): 33. Adanya mawali (ahli waris pengganti) ini merupakan konsep yang benar-

benar baru dalam ilmu faraid (waris). 35

Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut al Quran, (Jakarta: Rineka Cipta,

1994), h., 72. 36

Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h.,

80. 37

Ashabah adalah ahli waris yang memperoleh bagian sisa atau bagian terbuka atau

bagian tidak tertentu.

32

waris itu kedalam tiga kelompok, yaitu dzul faraid39

, ashabah40

dan dzul arham41

.

Tiga landasan teologis normatif yang dijadikan Hazairin dalam perkara

tersebut, yaitu bahwa sistem kekeluargaan yang diinginkan al-Quran adalah

sistem bilateral. Landasan pertama, apabila surat an-Nisa ayat 23 dan 24

diperhatikan, akan ditemukan adanya keizinan untuk saling kawin antara orang-

orang yang bersaudara sepupu. Fakta ini menunjukkan bahwa al-Quran cenderung

kepada sistem kekeluargaan yang bilateral. Landasan kedua, surat an-Nisa ayat 11

yang menjelaskan bahwa semua anak baik laki-laki maupun perempuan menjadi

ahli waris bagi orang tuanya. Ini merupakan sistem bilateral, karena dalam sistem

patrilineal pada prinsipnya hanya anak laki- laki yang berhak mewarisi begitu

juga pada sistem matrilineal, hanya anak perempuan yang berhak. Landasan

ketiga, surat an-Nisa ayat 12 dan 176 menjadikan saudara bagi semua jenis

saudara (seayah dan seibu) sebagai ahli waris.42

C. Peran DPR dalam Melegislasi Hukum Islam

Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi (ditaati) oleh

mayoritas penduduk dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam

masyarakat, merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam dan ada dalam

38

keturunan ahli waris yang mempunyai hubungan kerabat dengan pewaris namun tidak

mewarisi dalam kedudukan dzul faraid dan ashabah. 39

orang yang menerima bagian tertentu 40

Ashabah adalah ahli waris yang memperoleh bagian sisa 41

Dzul Arham merupakan keturunan ahli waris yang mempunyai hubungan kerabat

dengan pewaris namun tidak mewarisi dalam kedudukan dzul faraid dan ashabah 42

Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut al Quran, (Jakarta: Rineka Cipta,

1994), h., 11-12.

33

kehidupan hukum nasioanal serta merupakan bahan dalam pembinaan dan

pengembangannya.43

Menurut penulis hukum Islam di Indonesia telah mengalami

perkembangan yang dinamis yang berkesinambungan, baik melalui saluran

infrastruktur politik maupun suprastruktur seiring dengan realitas, tuntutan dan

dukungan, serta kehendak bagi upaya transformasi hukum Islam ke dalam sistem

hukum Nasional.

DPR (Dewan Permusyawaratan Rakyat) adalah lembaga legislatif yang

memiki beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan

fungsi pengawasan.44

Dalam hal ini kita akan membahas fungsi yang pertama saja

yaitu fungsi legislasi. DPR memiliki fungsi legislasi, berarti DPR memiliki tugas

dan wewenang untuk melegislasi dalam pembentukan undang-undang di

Indonesia. Adapun tugas dan wewenangnya dalam fungsi legislasi ialah

Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas), Menyusun dan membahas

Rancangan Undang-Undang (RUU), Menerima RUU yang diajukan oleh DPD

(terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan pemekaran dan

penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah), Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden

ataupun DPD, Menetapkan UU bersama dengan Presiden, Menyetujui atau tidak

43

Juhaya S Praja, Hukum Islam di Indonesia Perkembangan dan Pembentukan (Bandung

: Remaja Rosda Karya, 1991), h., 97. 44

Lihat di pasal 20 A Ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 Amandemen Tahun 2002.

34

menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan Presiden) untuk

ditetapkan menjadi UU.45

Kedudukan hukum Islam merupakan salah satu komponen tata hukum46

Indonesia yang sangat jelas dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mayoritas

masyarakat. Penegakan hukum Islam akan terus berkembang di Indonesia, dan

telah terbukti dengan telah banyaknya hukum Islam yang masuk pada hukum

Nasional, contohnya saja UU Hukum Ekonomi Syariah telah disahkan oleh DPR,

dan Prof. Dr. Rifyal Kabah, M.A., adalah salah seorang pemarkasa dalam

penyusunan UU tersebut.47

Selain hukum ekonomi syariah sudah ada juga

beberapa hukum Islam yang sudah di legislasi oleh DPR kedalam hukum nasional

Indonesia, diantaranya48

adalah :

1. Perkawinan

Peraturan yang mengatur tentang perkawinan tertera pada Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

2. Wakaf

Peraturan yang mengatur tentang wakaf tertera pada undang-undang

Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

45

http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang di unduh pada tanggal 05/09/2016

pukul 18.08. 46

Tata hukum adalah susunan atau sistem hukum yang berlaku disuatu daerah atau

negara tertentu. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h., 230. 47

Rifyal Kabah, Penegakan Syariat Islam di Indonesia, (Jakarta : Rifyal Kabah

Foundation Publisher, Cet kedua, 2016), h., viii. 48

Rifyal Kabah, Penegakan Syariat Islam di Indonesia, (Jakarta : Rifyal Kabah

Foundation Publisher, Cet kedua, 2016), h., 8.

http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang

35

3. Zakat

Peraturan yang mengatur tentang zakat tertera pada undang-undang

Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.

4. Peradilan Agama

Peraturan yang mengatur peradilan Islam di Indonesia tertera pada

undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

36

BAB III

BIOGRAFI DAN GENEOLOGI INTELEKTUAL

PROF. DR. RIFYAL KABAH, MA.

A. Latar Belakang Rifyal Kabah

Lahir dengan nama Rifyal Kabah pada tanggal 22 Juli 1950 di

Batusangkar (Sumatera Barat), Rifyal Kabah menghabiskan lebih dari satu dasa

warsa di Mesir, beberapa negara Arab, Eropa, dan Singapur.1 Istrinya bernama

Hamidah yacoub dan seorang anak yang bernama Nida Rifyal.2

Rifyal Kabah adalah anak tunggal dari keluarga sederhana, ayahandanya

bernama Kabah dan ibundanya bernama Siti Rahma, mereka tinggal dirumah

kayu yang dikelilingi kolam ikan (biasanya orang-orang Batusangkar

menyebutnya Tabe) dan didepan rumahnya ada mata air. namun saat Rifyal

berumur 7 Tahun ayahandanya meninggal dunia, dan kemudian disusul oleh

ibundanya saat ia berusia 8 Tahun. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Rifyal

tinggal bersama neneknya. Kesedihan Rifyal atas kehilangan orang tuanya tidak

membuat Rifyal putus semangat untuk bersekolah, saat itu ia masih duduk

disekolah dasar Batusangkar namun lika liku kehidupannya sudah seberat orang

dewasa. Tidak lama kemudian neneknyapun meninggal dan Rifyal tinggal dengan

1 Rifyal Kabah, Politik dan Hukum dalam al-Quran, (Jakarta : Khairul Bayaan, 2005),

h., 153. 2 Rifyal Kabah, Peradilan Islam Kontemporer Pengalaman Saudi Arabia, (Jakarta :

Universitas Yarsi, 2009), h., 24.

37

pamannya.3 Penulis sangat kagum dengan dengan cerita kehidupan beliau,

kisahnya hampir mirip dengan kisah Rasulullah SAW.

Saat Rifyal duduk di Sekolah Rakyat (SR) , gurunya (ibu Ros) sudah

melihat adanya kecerdasan pada diri Rifyal, dan ibu Ros inilah guru yang paling

dekat dan yang selalu diingat-ingat oleh Rifyal disemasa hidupnya. Sewaktu

Rifyal kelas VI SR, ibu Ros pernah bertanya kepada murid-murid dikelas VI.

siapa yang mau melanjutkan sekolah ke SMP ? dan mayoritas anak-anak

dikelas itupun mengangkat tangan mereka dengan tinggi. Dan pertanyaan

keduapun dilontarkan. siapa yang mau melanjutkan sekolah ke Tawalib.4 ? pada

pertanyaan kedua hanya dua murid sajalah yang mengangkat tangannya, salah

satunya adalah Rifyal. Semua anak-anak dikelasnya tertawa akan pilihan yang

dipilih oleh Rifyal beberapa kata-kata yang menjatuhkanpun terlontar dari mulut

teman-temannya namun Rifyal tetap teguh pada pendiriannya, Ia tetap

melanjutkan sekolahnya ke Tawalib hingga enam tahun lamanya.5 Setalah lulus

dari Tawalib ia langsung melanjutkan sekolahnya ke PGA di Tanjung Limaw

Batusangkar Sumatera Barat.

Saat Rifyal duduk di bangku Tawalib, guru favoritnya ialah Pak Zamzami

atau yang akrab disapa Angku Zamzami.6 Angku Zamzami mengajar pelajaran

Bahasa Inggris, dan inilah salah satu sumber motivasi Rifyal untuk bisa

3 Wawancara dengan Hamidah Yacoub (Isteri Alm. Prof. Dr. Rifyal Kabah). Interview

Pribadi. Cipayung Jakarta Timur, Tanggal 29/08/2016, Pukul : 17.00. 4 Sekolah sederajat dengan SMP, namun waktu menuntut ilmu di Tawalib lebih lama

yaitu 6 Tahun. Dan biasanya orang-orang lulusan Tawalib kelak akan menjadi Ustadz (guru

mengaji). 5 Wawancara dengan Hamidah Yacoub (Isteri Alm. Prof. Dr. Rifyal Kabah). Interview

Pribadi. Cipayung Jakarta Timur, Tanggal 29/08/2016, Pukul : 17.00. 6 Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 2009), h., vii.

38

menguasai Bahasa Asing. Angku Zamzami pernah berkata kepada Rifyal,

Kuasailah sedikit-sedikitnya dua bahasa ( Arab dan Inggris ) karena dengan

kedua bahasa itu bisa menghantarkanmu ke Timur dan ke Barat.7 Namun saat ini

belum terpikirkan oleh Rifyal untuk sekolah ke luar negeri, ini difaktorkan karena

ia hidup semata wayang tanpa orang tua disampingnya.

Setelah lulus dari Tawalib ia melanjutkan sekolahnya ke PGA, dan lulus

dari PGA ia melanjutkan sekolahnya diperguruan Tinggi yaitu di IAIN Imam

Bonjol Padang (1973) pada jurusan Ushuludin. Dan setelah lulus dari IAIN

tersebut ia mencoba mengikuti tes peluang beasiswa al-Azhar yang dilaksanakan

oleh Departemen Agama. Setelah tes, ternyata Rifyal lulus dengan urutan

pertama, kemudian Ia pun di berangkatkan ke Universitas al-Azhar untuk

menimba ilmu di Fakultas Ushuludin. Semasa kuliahnya di al-Azhar, Rifyal

dikenal dengan julukan kutu buku oleh teman-teman karena banyaknya koleksi

buku-buku yang ia miliki ditambah lagi ia selalu membawa dan membaca buku

kemanapun ia pergi, Rifyal juga dikenal dengan kesederhanaannya.8

Selain kuliah di al-Azhar, Rifyal juga kuliah di Zamalik. Zamalik ini

adalah nama sebuah kawasan di kairo, di Zamalik terdapat sebua Institut Agama

Islam yang didirikan oleh Syeikh Hasan al-Baquri. Konon, asal muasal

didirikannya Sekolah Tinggi ini ialah untuk para cendekiawan non-Agama

7 Wawancara dengan Hamidah Yacoub (Isteri Alm. Prof. Dr. Rifyal Kabah). Interview

Pribadi. Cipayung Jakarta Timur, Tanggal 29/08/2016, Pukul : 17.00. 8 Wawancara dengan Hamidah Yacoub (Isteri Alm. Prof. Dr. Rifyal Kabah). Interview

Pribadi. Cipayung Jakarta Timur, Tanggal 29/08/2016, Pukul : 17.00.

39

(umum) agar bisa mendalami ilmu Agama (Islam) sehingga tingkat kelulusannya

lebih mudah dari pada al-Azhar.9

Singkat cerita, Rifyal menyukai wanita Indonesia, wanita ini adalah teman

dari temannya Rifyal, namanya Hamidah Yacoub yang kebetulan sedang berada

di Kairo untuk suatu urusan. Dengan pembicaraan yang panjang, maka akad

nikahpun dilaksanakan di Kairo dengan dihadiri sahabat-sahabat Rifyal di Kairo

khususnya dari sahabat-sahabat Bulan Bintang.10

Rifyal berhasil membawa pulang tiga gelar sekaligus ke Indonesia,

gelarnya yaitu Licence dari al-Azhar pada tahun 1976, Diplome pada tahun 1978

serta Magister pada tahun 1984 dari Institut Agama Islam (Zamalik).

Tidak lama setelah di Indonesia ia langsung melanjutkan studinya di

Universitas Indonesia (UI) di Fakultas Hukum, yang pada mulanya Rifyal ingin

mengambil Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) karena Rifyal ingin

sekali mempelajari Ilmu Politik, namun beberapa gurunya mengarahkan Rifyal

untuk mengambil Fakultas Hukum dengan alasan ketika ia mengambil fakultas

hukum ia akan mendapatkan dua ilmu sekaligus (ilmu politik dan ilmu hukum),

dan Rifyalpun mengikuti arahan dari gurunya.11

Di Universitas Indonesia ia

bertemu dengan dosen-dosen yang hebat diantaranya adalah Prof. M. Daud Ali,

S.H., Prof. Dr. H. M. Rasjidi, dan Prof. Dr. Busthanul Arifin, S.H., di dalam

bukunya Rifyal Kabah menuliskan tanda terimakasih yang ditujukan untuk Prof.

9 Wawancara dengan Hamidah Yacoub (Isteri Alm. Prof. Dr. Rifyal Kabah). Interview

Pribadi. Cipayung Jakarta Timur, Tanggal 29/08/2016, Pukul : 17.00. 10

http://www.kompasiana.com/bangnasr/catatan-kecil-bang-rifyal-ka-bah di unduh pada

tanggal 17/08/2016. 11

Wawancara dengan Hamidah Yacoub (Isteri Alm. Prof. Dr. Rifyal Kabah). Interview

Pribadi. Cipayung Jakarta Timur, Tanggal 29/08/2016, Pukul : 17.00.

http://www.kompasiana.com/bangnasr/catatan-kecil-bang-rifyal-ka-bah

40

Dr. Busthanul Arifin karena telah banyak membantu Rifyal semenjak berada di

Universitas Indonesia dan Rifyal juga banyak belajar dari pengalaman beliau

sebagai praktisi hukum sehingga wawasan hukum Rifyalpun bertambah.12

Dilihat

dari cerita beliau, beliau adalah seseorang yang sangat hormat dan tazim pada

gurunya, dan itulah salah satu kunci kesuksesan beliau yang sangat patut untuk di

contoh.

B. Riwayat Pendidikan dan Karya-Karya Rifyal Kabah

A. Riwayat Pendidikan Rifyal Kabah

1. Pendidikan Formal Rifyal Kabah13

a. Sekolah Rakyat (SR)

b. Tawalib

c. Pendidikan Guru Agama (PGA)

d. IAIN Imam Bonjol (Padang, 1973).

e. Universitas al-Azhar, Cairo (Licence, 1976).

f. Dapartement of Social Sciences, Institute of Islamic Studies, Cairo

(Diplome, 1978, Magister 1984).

g. Universitas Indonesia, Jakarta ( Doktor Ilmu Hukum, 1998).

2. Pendidikan Non- Degree Rifyal Kabah14

a. Akademi Gajah Tongga (Padang Panjang, 1972).

b. American University (cairo, 1974).

c. Centre Culture Francis (Le Caire, 1974).

12

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 2009), h., v. 13

Rifyal Kabah, Pidato Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu

Hukum Islam Pada Fakultas Hukum Yars, (Jakarta : Universitas Yarsi, 2009), h., 24. 14

Rifyal Kabah, Politik dan Hukum dalam al-Quran, (Jakarta : Khairul Bayaan, 2005),

h., 153.

41

d. Interfaith Unit, Islamic Foundation (Leicester, 1983-1984).

e. Summer School, Selly Oak College (Birmingham, 1984).

f. The International Development Law Institute (Sydney, 2002).

g. National Centre for Judical Studies (Cairo,2002).

h. Comparative Studies on the Legal adn Judical System of Indonesia and

Japan, Research and Training Institute, Osaka/Tokyo, Japan (2002).

i. Conference on Islamic Law in Modern Indonesia Harvard Law

School, Cambridge, USA (2004).

3. Pendidikan Pelatihan Peradilan Rifyal Kabah

Rifyal Kabah sangat aktif mengikuti pelatihan-pelatihan peradilan yang

dilaksanakan oleh berbagai negara, semua itu beliau ikuti agar bertambahnya ilmu

pengetahuan dan wawasan beliau mengenai ilmu peradilan, mulai setelah ia

menyelesaikan studi doktornya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia sampai

terpilihnya ia sebagai Hakim Agung di Mahkamah Agung RI, ia masih aktif

mengikuti berbagai pelatihan.15

Inilah pelatihan peradilan yang beliau ikuti, dimulai dari pelatihan Judicial

Administration and Reform Course, The International Development Law Institute,

Sydney, Australia dari tanggal 2-21 juni 2002. Dan berlanjut pada pelatihan

peradilan Training Program Sharia Judges, National Centre for Judical Studies,

Ministry of Justice, Cairo, Mesir, 13-25 Juli 2002. Dan setelah itu ia melanjutkan

pelatihannya di Comparative Studies on the Legal and Judical Systems of

15

Rifyal Kabah, Pidato Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu

Hukum Islam Pada Fakultas Hukum Yars, (Jakarta : Universitas Yarsi, 2009), h., 24.

42

Indonesia and Japan, Research and Training Institute,Osaka/ Tokyo, Jepang. 9

Juni 4 Juli 2003. Dan berlanjut pada pelatihan Family Law in Egypt, National

Centre for Judical Studies, Ministry of Justice, Cairo, Mesir. 6 14 Desember

2003. Lalu pelatihan Short Course on Administration of Family Law in the United

State, Southwestern Law School, Los Angeles, California, Amerika Serikat, 18

20 September 2006, dan berlanjut pada pelatihan Economic Law in Islam,

Markfield Institute of Higher Education, Leicester, Inggeris, 1-2 November 2007.

Selanjutnya pada pelatihan Workshop on Creating Islamic Lawyers and Judges :

Islamic Law in the Law School and Judical Training Academies of Muslim

Southeast Asia, Asia Research Institute, National University of Singapore, 5 6

Februari 2009.16

Rifyal Kabah juga berprofesi sebagai dosen sekaligus Guru Besar di

Fakultas Hukum Universitas Yarsi Jakarta ( Sejak 1993), dosen di Magister

Hukum UNISBA ( Sejak 1998), dosen di Fakultas Hukum Universitas Islam

Jakarta dan dosen Pasca Sarjana llmu Hukum Universitas Indonesia (Sejak 1998),

selain itu Rifyal Kabah juga memberikan kuliah di Program Pasca Sarjana USU

(Universitas Sumatera Utara), Kursus-kursus Yayasan Wakaf Paramadina, dan

Program Magister Hukum Universitas Islam Jakarta.17

Selain pengarang buku, ia

juga berprofesi sebagai penerjemah dan penulis di beberapa media.

Ia juga pernah menjabat sebagai anggota Badan Sensor Film Departemen

Penerangan RI (1995-1999), Board of Editor Muslim Executive dan Expatriate

16

Rifyal Kabah, Peradilan Islam Kontemporer Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Pakistan,

Malaysia dan Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, Cet, pertama, 2009), h., 143. 17

Rifyal Kabah, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Universitas Yarsi, 2009), h., 301.

43

Newsletter Jakarta ( Sejak 1998), Pakar Hukum Departemen Kehakiman dan

HAM (2000-2001), Dan sejak tanggal 02 September 2000 ia diangkat menjadi

Hakim Agung di Mahkamah Agung RI melalui Keputusan Presiden Nomor

241/M Tahun 2000.18

Dan ia juga sebagai Pengajar Pusdiklat Mahkamah Agung

RI ( Sejak 2000 ), serta pernah menjadi ketua Konsentrasi Hukum Islam, Program

Magister Hukum Universitas Indonesia ( 2005 2008 ).19

Rifyal Kabah adalah hakim termuda di Mahkamah Agung pada saat itu,

karena Ia terpilih jadi Hakim Mahkamah Agung pada saat umurnya 50 tahun, dan

50 tahun adalah batas usia minimum syarat menjadi Hakim Agung.20

Rifyal

Kabah bisa disebut Hakim Agung senior karena masa kerjanya yang kurang lebih

13 tahun, selama itulah beliau mengabdikan dirinya sebagai Hakim Agung di

Mahkamah Agung RI. Beliau berlatar belakang akademisi dengan spesialisasi

Hukum Islam, maka dari itu, ia di tempatkan sebagai Hakim Agung pada Tim E

(Tim Perdata Agama). Setelah Mahkamah Agung memberlakukan sistem kamar

diakhir tahun 2011, Rifyal Kabah tercatat sebagai salah seorang Hakim Agung

yang di posisikan pada kamar Agama.21

Selain Rifyal Kabah terdapat 12 hakim Agung angkatan 2000, yaitu :

Bagir Manan ( mantan ketua Mahkamah Agung), Abdul Kadir Mappong (mantan

18

Rifyal Kabah, Politik dan Hukum dalam al-Quran, (Jakarta : Khairul Bayaan, 2005),

h., 153. 19

Rifyal Kabah, Pidato Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu

Hukum Islam Pada Fakultas Hukum Yars, (Jakarta : Universitas Yarsi, 2009), h., 25. 20

Lihat pada kata pengantar yang di utarakan oleh Prof. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.

(Ketua Mahkamah Konstitusi 2013-2015) pada buku Rifyal Kabah, Penegakan Syariat Islam di

Indonesia, (Jakarta : Rifyal Kabah Foundation Publisher, Cet. Kedua, 2016), h., xiii. 21

http://www.kompasiana.com/bangnasr/catatan-kecil-bang-rifyal-ka-bah di unduh pada

tanggal 17/08/2016.

http://www.kompasiana.com/bangnasr/catatan-kecil-bang-rifyal-ka-bah

44

Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial), Abdul Rahman Saleh, Andi

Syamsu Alam, Artidjo Alkotsar, Benjamin Mangkoedilage, Chairani A Wani,

Edith Dumasi Tobing Nababan, M Said Harahap, Margana, H. Muchsin,

Muhammad Laica Marzuki, Muladi SH, Syamsuhadi.22

B. Karya-karya Rifyal Kabah

Seorang Tokoh pembaharu seperti Rifyal Kabah telah melahirkan banyak

karya-karya yang telah dikaji oleh banyak orang, adapun karya-karyanya ialah:

1. Islam dan Fundamentalisme (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1984).

2. Christian Pre-sence in Indonesia (Leicester: The Islamic Foundation, 1985).

3. Reaktualisasi Ajaran Islam (Jakarta: Minaret, 1987 ).

4. Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Universitas Yarsi, 1999).

5. Penegakan Syariat Islam di Indonesia (Jakarta: Khairul Bayan, 2004).

6. Politik dan Hukum dalam al-Quran (Jakarta: Khairul Bayan, 2005).

7. The Jakarta Charter and The Dynamic of Islamic Shariah in the History of

Indonesia Law (Jakarta: School of Law, Post Graduate Studies, University of

Indonesia, 2006).

8. Belajar Dari Mesir, Dzikir dan Doa dalam al-Quran (Jakarta: Paramadina,

1999).

22

http://www.kompasiana.com/bangnasr/catatan-kecil-bang-rifyal-ka-bah di unduh pada

tanggal 17/08/2016.

http://www.kompasiana.com/bangnasr/catatan-kecil-bang-rifyal-ka-bah

45

9. Peradilan Islam Kontemporer,23 Pendidikan Islam di Indonesia dan Mesir,

Partai Allah Partai Syetan Agama Raja Agama Allah, Risalah Hari Raya

(Jakarta: DDII, 2006).

10. Belajar Dari Mesir (Jakarta: Penerbit Renaisan, 2006).

11. Islam dan Serangan Pemikiran (Jakarta: Granada Nadia, 1994).

12. Perjalanan Religius Roger Garaudy, Ajaran Nabi Muhammad SAW Tentang

Ekonomi.24

Dan beliau juga memiliki buku bersama penulis lain diantaranya :25

1. The Ummah Negligence of the Hajjatu l-Wada Principles dalam

Universality of the Holy Prophets Message. Islamabad: Ministry of

Religious Affairs, Government of Pakistan, 1985.

2. Bawalah Kepada Kami al-Quran Yang Lain atau Gantilah dalam buku

Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam. Jakarta: Penerbit Panjimas, 1988.

3. Islam dan Wawasan Keindonesiaan. Bandung, Mizan, 1990.

4. Islam Indonesia dan Pusat-Pusat Pemikiran Islam di Timur Tengah dalam

buku Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar Agama dan Bangsa.

Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996.

5. Yurisprudensi Peradilan Agama dan Fiqh Para Fuqaha dalam Abdul Gani

Abdullah, 10 Tahun Undang-Undang Peradilan Agama. Jakarta: Panitia

Seminar Nasional 10 Tahun Undang-Undang