Upload
others
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
01
Hartono Laras
Sekretaris Jenderal Kemensos RI
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya buku Reformasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dapat diselesaikan. Buku ini menyajikan gambaran pengelolaan DTKS yang dimulai dari sejarah data terpadu, pengelolaan data, pengembangan kebijakan dan regulasi, pengembangan sistem, hingga pemanfaatannya untuk berbagai program penanganan fakir miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Buku ini menjelaskan reformasi pengelolaan DTKS secara lengkap, jelas, dan komprehensif, disertai ilustrasi, gambar, infografik, dan penjelasan narasi yang sederhana namun komunikatif sehingga mudah dipahami. Melalui buku ini diharapkan masyarakat luas menjadi tahu perjalanan DTKS yang begitu panjang dan masih terus berproses dimulai dari menyatukan data yang semula tersebar menjadi terintegrasi, harmonisasi berbagai peraturan yang ada, dan penyempurnaan sistem yang dilakukan terus menerus. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dalam memahami DTKS, pengelolaannya, dan pemanfaatannya untuk berbagai program kesejahteraan sosial. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan buku ini baik pikiran, tenaga, penyediaan materi, maupun koreksinya sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik.
Hartono Laras
Sekretaris Jenderal Kemensos RI
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya buku Reformasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dapat diselesaikan. Buku ini menyajikan gambaran pengelolaan DTKS yang dimulai dari sejarah data terpadu, pengelolaan data, pengembangan kebijakan dan regulasi, pengembangan sistem, hingga pemanfaatannya untuk berbagai program penanganan fakir miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Buku ini menjelaskan reformasi pengelolaan DTKS secara lengkap, jelas, dan komprehensif, disertai ilustrasi, gambar, infografik, dan penjelasan narasi yang sederhana namun komunikatif sehingga mudah dipahami. Melalui buku ini diharapkan masyarakat luas menjadi tahu perjalanan DTKS yang begitu panjang dan masih terus berproses dimulai dari menyatukan data yang semula tersebar menjadi terintegrasi, harmonisasi berbagai peraturan yang ada, dan penyempurnaan sistem yang dilakukan terus menerus. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dalam memahami DTKS, pengelolaannya, dan pemanfaatannya untuk berbagai program kesejahteraan sosial. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan buku ini baik pikiran, tenaga, penyediaan materi, maupun koreksinya sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik.
Said Mirza Pahlevi Kepala Pusdatin Kesos
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin mengamanatkan bahwa pemberian bantuan dan/atau pemberdayaan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berdasarkan pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Oleh karena itu, diperlukan DTKS yang valid dan up to date agar bantuan dan/atau pemberdayaan yang diberikan dapat tepat sasaran. Saat ini DTKS dikelola oleh Kementerian Sosial RI melalui Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos). Pengelolaan DTKS oleh Kementerian Sosial RI dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pendataan, verifikasi dan validasi, penetapan, dan penggunaan. Sejak DTKS dikelola oleh Kementerian Sosial RI, penetapan DTKS sudah dilakukan sebanyak delapan kali, yaitu pada tanggal 1 April 2016, 30 Mei 2017, 12 Desember 2017, 31 Mei 2018, 30 Januari 2019, 26 Juli 2019, 31 Oktober 2019, 29 Januari 2020 dan 26 Oktober 2020. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki kualitas DTKS diantaranya dengan melakukan cleansing data, pemadanan data, penerapan aturan validasi pada aplikasi verifikasi dan validasi DTKS, pencegahan moral hazard di lapangan, analisis kualitas data, dan pemanfaatan statistical learning dan machine learning. Buku Reformasi Pengelolaan DTKS memberikan gambaran komprehensif pengelolaan DTKS dimulai dari konsep dan definisi yang berkaitan dengan DTKS, reformasi/strategi pengelolaan data, kelembagaan dan arsitektur sistem. Harapan kami, buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai DTKS. Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan buku di masa yang akan datang.
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
04
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
05DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATAA. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATAB. MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMUTAKHIRAN DATAC. PENINGKATAN KUALITAS DATAD. METODE PENINGKATAN KUALITAS DATAE. BIMBINGAN TEKNIS SIKS-NG UNTUK PENGUATAN SDM PELAKSANA F. MEKANISME DISEMINASI DAN PENGGUNAAN DATA
III. KELEMBAGAAN
IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM
ANNEX
HAL
7
1313143242
4547
58
65
87
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
06
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
07
1
Pembangunan satu basis data terpadu kesejahteraan sosial untuk penetapan sasaran
program perlindungan sosial dan penanganan kemiskinan di Indonesia diawali dengan
kegiatan Pendataan Sosial Ekonomi atau PSE pada tahun 2005. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan merupakan sensus kemiskinan
pertama di Indonesia. Data Terpadu hasil PSE ini digunakan untuk menentukan target
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH yang
menyasar Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dilaksanakan mulai tahun 2007. Pilot
project dilaksanakan di 7 Provinsi dengan 500.000 RTSM. Selanjutnya setiap tiga
tahun data tersebut diperbaharui dan disebut sebagai Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS).
Penggunaan istilah PPLS berlaku sejak 2008 hingga 2011, selanjutnya tahun 2015
berubah nama menjadi Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT). Pendataan yang
dilakukan melalui PSE 2005 dan PPLS 2008 hanya mencakup Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Rumah Tangga Hampir Miskin
(RTHM), sedangkan untuk tahun 2011 pendataannya meluas dan mencakup data
rumah tangga yang lebih sejahtera. Data yang dikumpulkan dalam PPLS 2011 adalah
data 40 persen rumah tangga menengah ke bawah, yang mengandung informasi
lengkap nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS). Data yang terkumpul
kemudian diperingkat dengan menggunakan metode Proxy Means Test (PMT)1 oleh
BPS dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pada PPLS
2011 ada penambahan jumlah rumah tangga yang menjadi target pemutakhiran data
karena daftar awal (prelist) PPLS 2011 memanfaatkan data hasil Sensus Penduduk
2010 sedangkan PPLS 2008 daftar awalnya berasal dari PSE 2005.
Selanjutnya BPS menyerahkan hasil PPLS tahun 2011 ke TNP2K untuk dijadikan Basis
Data Terpadu. Basis Data ini digunakan untuk menentukan target berbagai program
bantuan dan perlindungan sosial tahun 2012-2014. Dalam menentukan kategori Basis
Data Terpadu, TNP2K menggunakan pendekatan relatif, yaitu dengan menggunakan
1 Proxy Mean Test adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi karakter
rumah tangga atau individual berhubungan dengan tingkat kesejahteraan yang digunakan dalam algoritma formal untuk mewakili pendapatan, kesejahteraan atau kebutuhan rumah tangga.
I. PENDAHULUAN
1
Pembangunan satu basis data terpadu kesejahteraan sosial untuk penetapan sasaran
program perlindungan sosial dan penanganan kemiskinan di Indonesia diawali dengan
kegiatan Pendataan Sosial Ekonomi atau PSE pada tahun 2005. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan merupakan sensus kemiskinan
pertama di Indonesia. Data Terpadu hasil PSE ini digunakan untuk menentukan target
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH yang
menyasar Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dilaksanakan mulai tahun 2007. Pilot
project dilaksanakan di 7 Provinsi dengan 500.000 RTSM. Selanjutnya setiap tiga
tahun data tersebut diperbaharui dan disebut sebagai Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS).
Penggunaan istilah PPLS berlaku sejak 2008 hingga 2011, selanjutnya tahun 2015
berubah nama menjadi Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT). Pendataan yang
dilakukan melalui PSE 2005 dan PPLS 2008 hanya mencakup Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Rumah Tangga Hampir Miskin
(RTHM), sedangkan untuk tahun 2011 pendataannya meluas dan mencakup data
rumah tangga yang lebih sejahtera. Data yang dikumpulkan dalam PPLS 2011 adalah
data 40 persen rumah tangga menengah ke bawah, yang mengandung informasi
lengkap nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS). Data yang terkumpul
kemudian diperingkat dengan menggunakan metode Proxy Means Test (PMT)1 oleh
BPS dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pada PPLS
2011 ada penambahan jumlah rumah tangga yang menjadi target pemutakhiran data
karena daftar awal (prelist) PPLS 2011 memanfaatkan data hasil Sensus Penduduk
2010 sedangkan PPLS 2008 daftar awalnya berasal dari PSE 2005.
Selanjutnya BPS menyerahkan hasil PPLS tahun 2011 ke TNP2K untuk dijadikan Basis
Data Terpadu. Basis Data ini digunakan untuk menentukan target berbagai program
bantuan dan perlindungan sosial tahun 2012-2014. Dalam menentukan kategori Basis
Data Terpadu, TNP2K menggunakan pendekatan relatif, yaitu dengan menggunakan
1 Proxy Mean Test adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi karakter
rumah tangga atau individual berhubungan dengan tingkat kesejahteraan yang digunakan dalam algoritma formal untuk mewakili pendapatan, kesejahteraan atau kebutuhan rumah tangga.
I. PENDAHULUAN
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL
08BUKU PUTIH 2020
2
kelompok desil (desil 1-4) sehingga bisa menentukan tingkat kemiskinan penduduk.
Pengelompokan data ini membantu dalam menentukan segmen populasi terbawah
yang layak mendapat bantuan.
Pada tahun 2015, basis data terpadu hasil pendataan PPLS 2011 diperbarui oleh BPS
melalui kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT). Salah satu mekanisme
PBDT 2015 ini adalah Forum Konsultasi Publik (FKP) yang merupakan penajaman
PPLS 2011 untuk menghasilkan data yang lebih akurat. Data Terpadu hasil PBDT 2015
kemudian diolah oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) Data2 hingga mencapai 92.994.742
jiwa. Hasil pengolahan data ini diserahkan ke Kementerian Sosial (Kemensos) R.I
melalui Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011.
Mulai tahun 2016 pengelolaan Data Terpadu berada di bawah Kemensos melalui
Pusdatin Kesos. Tanggung jawab pemutakhiran Data Terpadu diserahkan kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Untuk menunjang integrasi dan pengelolaan data kemiskinan yang handal, maka pada
tahun 2017 dibangunlah suatu sistem Informasi terpadu yang diberi nama Sistem
Informasi Kesejahteraan Sosial - Next Generation (SIKS-NG). Kemudian Data Terpadu
ini diberi nama Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak
Mampu (DT-PPFM dan OTM) sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 28
Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu
Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu. Selain mengelola data rumah
tangga miskin dan tidak mampu, SIKS-NG juga mengelola data Program Perlindungan
Sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako (Program Beras
Sejahtera/Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai/BPNT), Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan (PBI JK), serta data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS)3. SIKS-NG terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan
2 Tim Kelompok Kerja Data terdiri dari berbagai Kementerian/Lembaga berdasarkan Kepmensos
32/HUK/2016 tentang Penetapan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin. 3 Istilah PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) adalah pengganti dari PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial) berdasar Permensos 5/2019.
Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
09
3
teknologi informasi dengan target semua data kemiskinan nasional dan daerah
dapat terintegrasi secara sistematis dan diperbaharui secara dinamis.
Salah satu fase keberhasilan program tergantung pada
data yang akurat dan mudah diakses. Data itu hanya bisa
diolah di sistem yang terintegrasi dan mampu mengikuti
dinamika dalam penentuan sasaran
Aplikasi SIKS-NG merupakan sistem pengelolaan data yang dikembangkan oleh
Pusdatin Kesos Kemensos. Dibangun mulai pertengahan tahun 2017, SIKS-NG mulai
diperkenalkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial melalui bimbingan
teknis (bimtek) secara nasional di Jakarta pada bulan Oktober 2017. Aplikasi ini dirilis
dalam 2 platform berbeda yaitu SIKS-NG Offline versi. 1.0 (berbasis desktop) dan
SIKS-NG Online (berbasis Web) beserta dengan logonya.
SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pemutakhiran data yang tidak memerlukan
koneksi Internet secara terus-menerus. Aplikasi ini dapat digunakan dan
didistribusikan dari level kabupaten sampai ke level desa (yang telah ditetapkan oleh
Pemda Kabupaten/Kota) lengkap dengan data rumah tangga pada level wilayah yang
telah ditetapkan tersebut. SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pengelolaan data
yang memudahkan petugas lapangan mengirimkan data hasil kunjungan lapangan ke
Pemda Kabupaten/Kota melalui SIKS-NG Online.
SIKS-NG Online adalah aplikasi berbasis Web yang hanya bisa diakses oleh petugas
Dinas Sosial Kabupaten/Kota (Supervisor dan Operator SIKS-NG) yang sudah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota. Fungsi
aplikasi SIKS-NG Online adalah memudahkan pemerintah Kabupaten/Kota dalam
pemeriksaan hasil pemutakhiran data petugas lapangan dan mengesahkan usulan
pemutakhiran data tersebut untuk dikirimkan ke Kementerian Sosial R.I.
Tahun 2019 terjadi perubahan kebijakan nomenklatur data terpadu menjadi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dituangkan melalui Peraturan Menteri
Sosial nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
Melalui peraturan ini pengelolaan data terpadu diperluas bukan hanya mencakup data
3
teknologi informasi dengan target semua data kemiskinan nasional dan daerah
dapat terintegrasi secara sistematis dan diperbaharui secara dinamis.
Salah satu fase keberhasilan program tergantung pada
data yang akurat dan mudah diakses. Data itu hanya bisa
diolah di sistem yang terintegrasi dan mampu mengikuti
dinamika dalam penentuan sasaran
Aplikasi SIKS-NG merupakan sistem pengelolaan data yang dikembangkan oleh
Pusdatin Kesos Kemensos. Dibangun mulai pertengahan tahun 2017, SIKS-NG mulai
diperkenalkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial melalui bimbingan
teknis (bimtek) secara nasional di Jakarta pada bulan Oktober 2017. Aplikasi ini dirilis
dalam 2 platform berbeda yaitu SIKS-NG Offline versi. 1.0 (berbasis desktop) dan
SIKS-NG Online (berbasis Web) beserta dengan logonya.
SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pemutakhiran data yang tidak memerlukan
koneksi Internet secara terus-menerus. Aplikasi ini dapat digunakan dan
didistribusikan dari level kabupaten sampai ke level desa (yang telah ditetapkan oleh
Pemda Kabupaten/Kota) lengkap dengan data rumah tangga pada level wilayah yang
telah ditetapkan tersebut. SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pengelolaan data
yang memudahkan petugas lapangan mengirimkan data hasil kunjungan lapangan ke
Pemda Kabupaten/Kota melalui SIKS-NG Online.
SIKS-NG Online adalah aplikasi berbasis Web yang hanya bisa diakses oleh petugas
Dinas Sosial Kabupaten/Kota (Supervisor dan Operator SIKS-NG) yang sudah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota. Fungsi
aplikasi SIKS-NG Online adalah memudahkan pemerintah Kabupaten/Kota dalam
pemeriksaan hasil pemutakhiran data petugas lapangan dan mengesahkan usulan
pemutakhiran data tersebut untuk dikirimkan ke Kementerian Sosial R.I.
Tahun 2019 terjadi perubahan kebijakan nomenklatur data terpadu menjadi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dituangkan melalui Peraturan Menteri
Sosial nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
Melalui peraturan ini pengelolaan data terpadu diperluas bukan hanya mencakup data
Salah satu fase keberhasilan program tergantungpada data yang akurat dan mudah diakses. Data itu hanya bisa diolah di sistem yang terintegrasi dan mampu mengikuti dinamika dalam penentuan sasaran.
10Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
4
fakir miskin dan orang tidak mampu yang tinggal di rumah tangga saja tetapi juga
meliputi data kesejahteraan sosial lainnya seperti data penerima bantuan sosial, data
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) baik yang tinggal di rumah tangga
maupun di luar rumah tangga seperti Lembaga kesejahteraan Sosial, dan data Potensi
dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Selanjutnya peran pemutakhiran atau
pelaksanaa verifikasi dan validasi DTKS merupakan tanggung jawab Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan SIKS-NG.4
Saat ini, penetapan DTKS oleh Menteri Sosial dilakukan setiap 2 kali dalam satu tahun.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Sosial, dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 360.1/KMK.07/2020, Nomor 1 Tahun 2020, Nomor
460-1750 Tahun 2020 tentang Dukungan Percepatan Pemutakhiran Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial Oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan pada
tanggal 28 Juli 2020, mulai bulan Agustus 2020 waktu penetapan data terpadu
mengalami perubahan yaitu 2 kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober.5
SIKS-NG telah mengalami beberapa kali penyempurnaan fungsi dan fitur maupun
perbaikan kekurangan atau bugs berdasar masukan para pengguna.6 Lebih lanjut,
tahun 2019 mulai diperkenalkan SIKS-NG dengan platform Android atau SIKS-Droid.
Sistem ini memudahkan petugas pendata dalam melakukan verifikasi dan validasi data
saat melakukan kunjungan rumah tangga dengan menggunakan ponsel pintar
(smartphone) atau tablet tanpa harus mencetak di kertas daftar awal rumah tangga
yang akan dikunjungi (prelist).
Pada SIKS-Droid terdapat fitur-fitur penting yaitu fitur pengambilan foto kondisi rumah
seperti atap, lantai, dinding, identitas keluarga/rumah tangga serta fitur untuk merekam
koordinat lokasi bumi (geographical coordinates) rumah tangga dan lama waktu
4 Sesuai amanat UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, UU nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi DT-PFM dan OTM.
5 Berikut adalah rincian SK Menteri Sosial terkait penetapan Data DT-PFM dan OTM). a. Tahun 2017 Kementerian Sosial telah menetapkan data terpadu sebanyak 2 kali melalui SK Menteri Sosial Nomor
57/HUK/2017 sebanyak 96.705.167 jiwa dan SK Menteri Sosial Nomor 163/HUK/2017 sebanyak 96.829.022 jiwa berbasis rumah tangga dan sebanyak 427.222 jiwa berbasis bukan rumah tangga.
b. Tahun 2018 satu kali penetapan melalui SK Menteri Sosial Nomor 71/HUK/2018 ditetapkan DT-PPFM dan OTM sebanyak 98.195.551 jiwa berbasis rumah tangga dan sebanyak 422.631 jiwa berbasis bukan rumah tangga.
c. Tahun 2019 dilakukan 3 kali penetapan melalui SK Menteri Sosial nomor 8/HUK/2019 sebanyak 99.359.312jiwa berbasis rumah tangga dan 509.041 jiwa berbasis bukan rumah tangga.SK Menteri Sosial nomor 84/HUK/2019 sebanyak 98.111.085 jiwa berbasis rumah tangga dan 582.931 jiwa berbasis bukan rumah tangga, dan SK Menteri Sosial nomor 133/HUK/2019 sebanyak 98.608.619 jiwa berbasis rumah tangga dan 615.646 jiwa berbasis bukan rumah tangga.
6 Ketika tulisan ini dibuat, versi SIKS-NG offline yang digunakan adalah versi 2.5.0
11Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
5
wawancara (menit) secara otomatis. Fitur-fitur tambahan ini dapat membantu
penjaminan kualitas data yang dikumpulkan oleh petugas di lapangan. Misalnya,
petugas pemeriksa data (pengawas dan koordinator kecamatan) dapat memastikan
NIK dan nama yang dientri oleh petugas di lapangan sama dengan yang tertera pada
foto KTP atau kartu keluarga. Petugas lapangan "dipaksa" harus berkunjung langsung
ke rumah tangga sasaran karena mereka harus mengambil foto dan koordinat lokasi
bumi rumah tangga yang dikunjungi; hal ini dapat mencegah moral hazard petugas
pendata yang melakukan pengisian data tanpa mengunjungi rumah tangga sasaran.
Lebih jauh saat petugas berkunjung ke rumah tangga mereka harus melakukan
wawancara sesuai prosedur yang telah ditetapkan karena lama waktu wawancara
dicatat oleh sistem secara otomatis7.
Kesuksesan pengembangan sistem SIKS-NG dalam usaha pengentasan kemiskinan
akhirnya memperoleh apresiasi nasional lewat penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan
Publik yang diterima Kementerian Sosial dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Birokrasi. Di tahun yang sama, SIKS-NG mendapatkan sertifikat ISO
27001:20138 untuk kategori manajemen keamanan informasi.
7 Jika lama waktu wawancara jauh lebih panjang atau jauh lebih pendek dibandingkan dengan
waktu wawancara petugas lapangan lain di satu desa/kelurahan yang sama, maka petugas tersebut dapat diperiksa.
8 ISO 27001:2013 adalah standar internasional yang diakui secara global untuk mengelola risiko terhadap keamanan informasi. Standar ini mengadopsi pendekatan proses untuk menetapkan, menerapkan, operasi, pemantauan, pengkajian, memelihara, dan meningkatkan keamanan informasi di Pusdatin Kesos Kementerian Sosial. Dengan menerapkan standar ISO 27001:2013, organisasi atau perusahaan dapat melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi dan untuk mengelola serta mengendalikan risiko keamanan informasi pada organisasi atau perusahaan
12Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
Gambar 1.1 Sejarah DTKS
13Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
7
A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA
Berdasarkan episode pengelolaan data kesejahteraan sosial dan kemiskinan yang
telah dijabarkan di Bab I, Indonesia mulai menata program kemiskinan berdasarkan
data pada tahun 2005. Pada saat yang sama dikenalkan program jaminan sosial dan
bantuan sosial yang menargetkan keluarga paling miskin (bantuan langsung tunai dan
bantuan bersyarat) sebagai upaya pengentasan kemiskinan melalui perubahan pola
pikir dengan memberi akses pendidikan, kesehatan, dan selanjutnya kegiatan
ekonomi.
Langkah besar ini dalam prosesnya kemudian melahirkan beberapa peraturan dan
perubahan peraturan untuk memandu kegiatan pengelolaan data, baik itu meliputi
siapa yang melaksanakan program kesejahteraan sosial, target penerima jaminan dan
bantuan sosial, fokus pelaksanaan pengentasan kemiskinan serta upaya-upaya
pelaksanaan melalui pendekatan wilayah9. Langkah ini dianggap penting sebagai pilar
perubahan program pengentasan kemiskinan yang berbasis fakta yang dikumpulkan
di DTKS, terarah dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal
dan keadilan berbasis wilayah. Pada perkembangan terakhir, keluarlah Peraturan
Presiden nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (SDI), yang pada intinya
mendorong semua kebijakan diambil berdasarkan data. Aturan ini menjadi acuan bagi
pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan tata kelola data, ketersediaan data yang
akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan
dibagipakaikan antar instansi baik di instansi pusat maupun daerah. Sebagai dampak
dari kondisi ini, diharapkan mampu mendorong keterbukaan dan transparansi data,
serta mendukung sistem statistik nasional.
9 Rangkaian peraturan ini bisa dilihat di lembaran annex- Daftar Peraturan terkait Data Terpadu.
II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATA
7
A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA
Berdasarkan episode pengelolaan data kesejahteraan sosial dan kemiskinan yang
telah dijabarkan di Bab I, Indonesia mulai menata program kemiskinan berdasarkan
data pada tahun 2005. Pada saat yang sama dikenalkan program jaminan sosial dan
bantuan sosial yang menargetkan keluarga paling miskin (bantuan langsung tunai dan
bantuan bersyarat) sebagai upaya pengentasan kemiskinan melalui perubahan pola
pikir dengan memberi akses pendidikan, kesehatan, dan selanjutnya kegiatan
ekonomi.
Langkah besar ini dalam prosesnya kemudian melahirkan beberapa peraturan dan
perubahan peraturan untuk memandu kegiatan pengelolaan data, baik itu meliputi
siapa yang melaksanakan program kesejahteraan sosial, target penerima jaminan dan
bantuan sosial, fokus pelaksanaan pengentasan kemiskinan serta upaya-upaya
pelaksanaan melalui pendekatan wilayah9. Langkah ini dianggap penting sebagai pilar
perubahan program pengentasan kemiskinan yang berbasis fakta yang dikumpulkan
di DTKS, terarah dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal
dan keadilan berbasis wilayah. Pada perkembangan terakhir, keluarlah Peraturan
Presiden nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (SDI), yang pada intinya
mendorong semua kebijakan diambil berdasarkan data. Aturan ini menjadi acuan bagi
pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan tata kelola data, ketersediaan data yang
akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan
dibagipakaikan antar instansi baik di instansi pusat maupun daerah. Sebagai dampak
dari kondisi ini, diharapkan mampu mendorong keterbukaan dan transparansi data,
serta mendukung sistem statistik nasional.
9 Rangkaian peraturan ini bisa dilihat di lembaran annex- Daftar Peraturan terkait Data Terpadu.
II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATA
7
A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA
Berdasarkan episode pengelolaan data kesejahteraan sosial dan kemiskinan yang
telah dijabarkan di Bab I, Indonesia mulai menata program kemiskinan berdasarkan
data pada tahun 2005. Pada saat yang sama dikenalkan program jaminan sosial dan
bantuan sosial yang menargetkan keluarga paling miskin (bantuan langsung tunai dan
bantuan bersyarat) sebagai upaya pengentasan kemiskinan melalui perubahan pola
pikir dengan memberi akses pendidikan, kesehatan, dan selanjutnya kegiatan
ekonomi.
Langkah besar ini dalam prosesnya kemudian melahirkan beberapa peraturan dan
perubahan peraturan untuk memandu kegiatan pengelolaan data, baik itu meliputi
siapa yang melaksanakan program kesejahteraan sosial, target penerima jaminan dan
bantuan sosial, fokus pelaksanaan pengentasan kemiskinan serta upaya-upaya
pelaksanaan melalui pendekatan wilayah9. Langkah ini dianggap penting sebagai pilar
perubahan program pengentasan kemiskinan yang berbasis fakta yang dikumpulkan
di DTKS, terarah dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal
dan keadilan berbasis wilayah. Pada perkembangan terakhir, keluarlah Peraturan
Presiden nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (SDI), yang pada intinya
mendorong semua kebijakan diambil berdasarkan data. Aturan ini menjadi acuan bagi
pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan tata kelola data, ketersediaan data yang
akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan
dibagipakaikan antar instansi baik di instansi pusat maupun daerah. Sebagai dampak
dari kondisi ini, diharapkan mampu mendorong keterbukaan dan transparansi data,
serta mendukung sistem statistik nasional.
9 Rangkaian peraturan ini bisa dilihat di lembaran annex- Daftar Peraturan terkait Data Terpadu.
II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATA
14Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
8
Satu Data Indonesia adalah upaya Pemerintah
Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan
berdasarkan data. Untuk mewujudukan hal tersebut,
maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah
yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah
diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh
pengguna data.
Untuk memperkokoh SDI, maka dibentuklah kelembagaan SDI yang terdiri dari Dewan
Pengarah, Forum SDI, Pembina Data, Walidata dan Produsen Data. Setiap Instansi
Pusat hanya memiliki 1 (satu) unit kerja yang melaksanakan tugas Walidata. Sebagai
tindak lanjut, Menteri Sosial telah menetapkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020
tentang Walidata dan Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.10
B. MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMUTAKHIRAN DATA
Seiring dengan perubahan kebijakan yang memberi ruang lebih lebar kepada
Pemerintah Daerah dalam mengelola program kesejahteraan sosial, terutama
menyangkut keabsahan data penerima manfaat, maka terjadi beberapa
perubahan kebijakan baik pola verifikasi dan validasi data maupun rentang
waktu pemutakhiran data sesuai dengan dinamika perubahan data penduduk,
baik dalam hal demografi, status sosial ekonomi maupun mobilitas.
10 Untuk lebih lengkap mengenai Permensos ini akan dijabarkan di Bab III. Kelembagaan.
Satu Data Indonesia adalah upaya Pemerintah Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan berdasarkan data.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh pengguna data.
8
Satu Data Indonesia adalah upaya Pemerintah
Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan
berdasarkan data. Untuk mewujudukan hal tersebut,
maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah
yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah
diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh
pengguna data.
Untuk memperkokoh SDI, maka dibentuklah kelembagaan SDI yang terdiri dari Dewan
Pengarah, Forum SDI, Pembina Data, Walidata dan Produsen Data. Setiap Instansi
Pusat hanya memiliki 1 (satu) unit kerja yang melaksanakan tugas Walidata. Sebagai
tindak lanjut, Menteri Sosial telah menetapkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020
tentang Walidata dan Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.10
B. MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMUTAKHIRAN DATA
Seiring dengan perubahan kebijakan yang memberi ruang lebih lebar kepada
Pemerintah Daerah dalam mengelola program kesejahteraan sosial, terutama
menyangkut keabsahan data penerima manfaat, maka terjadi beberapa
perubahan kebijakan baik pola verifikasi dan validasi data maupun rentang
waktu pemutakhiran data sesuai dengan dinamika perubahan data penduduk,
baik dalam hal demografi, status sosial ekonomi maupun mobilitas.
10 Untuk lebih lengkap mengenai Permensos ini akan dijabarkan di Bab III. Kelembagaan.
15Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
9
Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-
NG) dirancang untuk mengelola data secara akurat dan
terpadu, sehingga mampu mengikuti dinamika perubahan
data di lapangan. Sistem ini dapat digunakan terpasang
(online) dan tidak terpasang (offline) sehingga membantu
pengambil keputusan di daerah maupun pusat dalam
menentukan sasaran penerima bantuan yang tepat karena
data diperbaharui secara cepat mulai dari hulu (pengumpul
data) sampai ke hilir (diseminasi dan pemanfaatan data)/
Tentu saja ini akan mendukung program pengentasan
kemiskinan berjalan dengan efektif, efisien, terintegrasi dan
termonitor dengan baik.
1. MEKANISME PENGELOLAAN DATA
Sebagai acuan bagi para pelaksana melakukan kegiatan verifikasi dan validasi
data di Kabupaten/Kota agar sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011, Kementerian Sosial menerbitkan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum
Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang
Tidak Mampu. Peraturan ini tidak saja berlaku sebagai petunjuk pelaksanaan,
akan tetapi ditujukan juga agar data yang diperoleh merupakan data calon
Agar kegiatan verifikasi dan validasi berjalan dengan optimal, maka disusunlah
struktur organisasi fungsional sebagai acuan koordinasi dan rentang tugas di
daerah kabupaten/kota. Setiap unsur dalam organisasi mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan haknya masing-masing.
Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-NG) dirancang untuk mengelola data secara akurat dan terpadu, sehingga mampu mengikuti dinamika perubahan data di lapangan. Sistem ini dapat digunakan terpasang (online) dan tidak terpasang (offline) sehingga membantu pengambil keputusan di daerah maupun pusat dalam menentukan sasaran penerima bantuan yang tepat karena data diperbaharui secara cepat mulai dari hulu (pengumpulan data) sampai ke hilir (diseminasi dan pemanfaatan data). Tentu saja ini akan mendukung program pengentasan kemiskinan berjalan dengan efektif, efisien, terintegrasi dan termonitor dengan baik.
16Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
10
Struktur organisasi kegiatan Verifikasi dan Validasi di tingkat daerah
kabupaten/kota dipimpin oleh Bupati/walikota setempat dengan ketentuan
sebagai berikut (lihat bagan).
Gambar 2.1 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (1/5)
Gambar 2.1 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (1/5)
17Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
Gambar 2.2 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (2/5)
18Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
Gambar 2.3 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (3/5)
19Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
Gambar 2.4 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (4/5)
20Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
Gambar 2.5 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (5/5)
21Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
15
2. PELAKSANAAN VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA
Untuk menjalankan kegiatan secara teratur dan sistematis sesuai program yang
telah dirancang, para petugas verifikasi dan validasi mengikuti pelatihan yang
disebut bimbingan teknis (bimtek). Kegiatan ini diawali dengan melakukan pre-
test (ujian sebelum memulai bimtek) dan post-test (ujian setelah bimtek). Tujuan
ujian tersebut untuk mengukur kemampuan para peserta sebelum dan setelah
bimtek. Selain itu, alat ini dapat membantu pelatih dalam memahami tingkat
pengetahuan peserta atas penugasannya sehingga bisa menyusun program
pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi para peserta. Dinas Sosial dapat
bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat dalam pelaksanaan
bimtek tersebut.
Kegiatan verifikasi dan validasi data dimulai dengan menyusun daftar awal
sasaran (prelist). Daftar awal sasaran ini disusun berdasarkan Penetapan DTKS
periode terakhir, usulan rumah tangga baru, dan pendaftaran aktif masyarakat di
setiap daerah kabupaten/kota. Daftar tersebut disusun berdasarkan lokasi tempat
tinggal yang rinci dimulai dari kecamatan, desa/kelurahan/nama lain, rukun warga,
rukun tetangga, dan jalan.
Jika pelaksanaan kegiatan dilakukan secara manual, maka daftar prelist dicetak
oleh tim Pengolahan Data tingkat daerah kabupaten/kota dibawah pengawasan
Koordinator Daerah Kabupaten Kota dan diserahkan ke petugas pengumpul data.
Namun jika menggunakan aplikasi SIKS-Droid, maka daftar dikirim ke perangkat
telepon pintar petugas yang telah ditetapkan dan terdaftar di SIKS-NG. Langkah
berikutnya, petugas verifikasi dan validasi melakukan koordinasi dengan aparat
desa dalam menyiapkan musyawarah desa/kelurahan/nama lain11. Dalam
pertemuan itu dibahas jadwal pelaksanaan forum musyawarah dan teknis
penyebaran undangan kepada tokoh masyarakat, ketua rukun warga/rukun
tetangga, bhabinkamtibmas12 dan lain sebagainya. Pelaksanaan forum
11 Biasa disebut dengan Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan atau
Musdes/Muskel. 12 Bhabinkamtibmas atau Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas membina keamanan dan ketertiban masyarakat. Bhabinkamtibmas ditunjuk selaku pembina keamanan dan ketertiban masyarakat di desa/ kelurahan binaanya.
22Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
16
musyawarah di tingkat desa/kelurahan/nama lain diharapkan dapat dihadiri oleh
para tokoh masyarakat, aparat desa/ kelurahan/nama lain.
Gambar 2.6 Mekanisme Verval
Gambar 2.6. Mekanisme Verval
23Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
17
Sebelum forum musyawarah desa/kelurahan dimulai, kegiatan didahului dengan
konsultasi publik13. Dalam pelaksanaannya kedua kegiatan ini bisa dilakukan
secara bersamaan. Kegiatan dalam konsultasi publik adalah:
a. Petugas verifikasi dan validasi memberi penjelasan kepada aparat desa/ketua
rukun warga/rukun tetangga tentang maksud dan tujuan verifikasi dan validasi.
b. Menjelaskan tentang Data Prelist yang dibawa petugas verifikasi dan validasi.
c. Menjelaskan tujuan Forum Musyawarah, yaitu:
1) untuk membahas dan memastikan keberadaan dan status data keluarga
penerima manfaat yang ada dalam daftar.
2) untuk menetapkan usulan baru keluarga penerima manfaat.
Forum Musyawarah Desa/Kelurahan dimulai dengan mendiskusikan data awal
(prelist) dan data usulan baru untuk mencapai kesepakatan atas daftar rumah
tangga DTKS akhir sebelum melakukan kunjungan ke lapangan. Hasil
Musyawarah ini didokumentasikan ke dalam Berita Acara Forum Musyawarah
yang ditandatangani oleh aparat desa/kelurahan/nama lain dan tokoh masyarakat
yang hadir. Daftar rumah tangga hasil kesepatakan musdes/muskel ini dikirimkan
ke Dinas Sosial kabupaten/kota untuk diperiksa dan ditetapkan sebagai prelist
akhir.
Berdasar prelist akhir, petugas verifikasi dan validasi melakukan kunjungan
lapangan dan wawancara langsung ke rumah tangga sasaran. Proses perekaman
data (data entri) saat kunjungan rumah tangga dilakukan dengan dua cara yaitu
metode CAPI14 menggunakan ponsel pintar dan metode PAPI15 menggunakan
kertas dan pena/pensil.
Pada saat melakukan rekaman data lewar wawancara dan verifikasi data yang
diperoleh dari variavel kuesionner DTKS, petugas juga mengumpulkan data
pendukung yang meliputi koordinat lokasi bumi rumah, durasi pelaksanaan
13 Mekanisme ini telah dilakukan oleh BPS di PBDT 2015 dan masih diadopsi sampai
sekarang. 14 Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI) adalah metode pengumpulan data
tatap muka dimana petugas lapangan/pewawancara menggunakan komputer (tablet) atau ponsel pintar untuk mencatat/merekam fakta-fakta yang didapat dari lapangan.
15 Pen-and-Paper Interviewing (PAPI) adalah metode pengumpulan data tatap muka dimana petugas lapangan/pewawancara mencatat fakta-fakta yang didapat dari lapangan pada kuesioner yang sudah dicetak pada kertas.
24Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
18
wawancara, membuat foto kartu tanda penduduk, kartu keluarga, tampak depan
rumah, kamar, toilet, dapur, lantai dan atap.
Tahapan pengolahan data hasil kunjungan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa Data Hasil Kunjungan. Petugas Pengawas memeriksa
kelengkapan dan kebenaran data dan dokumen yang telah dikumpulkan.
b. Memperbaiki Data. Jika dalam pemeriksaan ditemukan rumah tangga yang
memiliki data tidak lengkap, tidak konsisten atau meragukan maka pengawas
meminta Pengumpul Data memperbaiki data tersebut. Perbaikan data dapat
dilakukan dengan kunjungan ulang ke rumah tangga tersebut.
c. Merekam dan Membersihkan Data. Pada metode pengumpulan data
dengan PAPI, Petugas Data Entri melakukan perekaman data hasil kunjungan
rumah tangga (dari kuesioner DTKS) ke dalam SIKS-NG Offline. Saat
perekaman data ini juga dilakukan pembersihan data (data cleansing).
Kegiatan data cleansing mencakup membersihkan data dari karakter yang
Gambar 2.7 Tahapan Forum Musyawarah
18
wawancara, membuat foto kartu tanda penduduk, kartu keluarga, tampak depan
rumah, kamar, toilet, dapur, lantai dan atap.
Tahapan pengolahan data hasil kunjungan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa Data Hasil Kunjungan. Petugas Pengawas memeriksa
kelengkapan dan kebenaran data dan dokumen yang telah dikumpulkan.
b. Memperbaiki Data. Jika dalam pemeriksaan ditemukan rumah tangga yang
memiliki data tidak lengkap, tidak konsisten atau meragukan maka pengawas
meminta Pengumpul Data memperbaiki data tersebut. Perbaikan data dapat
dilakukan dengan kunjungan ulang ke rumah tangga tersebut.
c. Merekam dan Membersihkan Data. Pada metode pengumpulan data
dengan PAPI, Petugas Data Entri melakukan perekaman data hasil kunjungan
rumah tangga (dari kuesioner DTKS) ke dalam SIKS-NG Offline. Saat
perekaman data ini juga dilakukan pembersihan data (data cleansing).
Kegiatan data cleansing mencakup membersihkan data dari karakter yang
Gambar 2.7 Tahapan Forum Musyawarah
18
wawancara, membuat foto kartu tanda penduduk, kartu keluarga, tampak depan
rumah, kamar, toilet, dapur, lantai dan atap.
Tahapan pengolahan data hasil kunjungan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa Data Hasil Kunjungan. Petugas Pengawas memeriksa
kelengkapan dan kebenaran data dan dokumen yang telah dikumpulkan.
b. Memperbaiki Data. Jika dalam pemeriksaan ditemukan rumah tangga yang
memiliki data tidak lengkap, tidak konsisten atau meragukan maka pengawas
meminta Pengumpul Data memperbaiki data tersebut. Perbaikan data dapat
dilakukan dengan kunjungan ulang ke rumah tangga tersebut.
c. Merekam dan Membersihkan Data. Pada metode pengumpulan data
dengan PAPI, Petugas Data Entri melakukan perekaman data hasil kunjungan
rumah tangga (dari kuesioner DTKS) ke dalam SIKS-NG Offline. Saat
perekaman data ini juga dilakukan pembersihan data (data cleansing).
Kegiatan data cleansing mencakup membersihkan data dari karakter yang
Gambar 2.7 Tahapan Forum Musyawarah
25Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
19
tidak sesuai dan memperbaiki format data16. Data yang sudah bersih
dikirimkan kepada Penanggungjawab Data yang berada di Dinas Sosial
kabupaten/kota17.
d. Pemadanan NIK. Pada saat data terkirim ke SIKS-NG Online, maka sistem
secara otomatis memeriksa NIK dan Nama apakah tercatat di basis data
penduduk dan catatan sipil yang dikelola Direktorat Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri. Jika NIK
dan Nama tidak valid maka sistem akan menolak data tersebut dan
Pemerintah Daerah harus memperbaiki NIK dan Nama agar sesuai dengan
yang tercatat di basis data Ditjen Dukcapil.
e. Memeriksa Data secara Online. Melalui SIKS-NG Online,
Penanggungjawab Data Dinas Sosial kabupaten/kota melakukan
pemeriksaan data per rumah tangga, baik data rumah tangga yang telah
diperbaiki dari hasil kunjungan lapangan maupun data rumah tangga yang
merupakan usulan baru dari hasil musdes/muskel yang juga sudah
dikunjungi oleh petugas lapangan.
f. Mengirim Data dilengkapi dengan Surat Pengesahan dari Bupati /
Walikota. Data yang sudah diperiksa dan valid dikirimkan ke Pusat Data dan
Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) Kementerian Sosial R.I
dengan mengunggah surat pengesahan usulan hasil verifikasi dan validasi
data yang ditanda-tangani oleh bupati/walikota. Pengiriman data ini
dilakukan melalui SIKS-NG Online.
16 Pada pengumpulan data dengan metode CAPI, proses data cleansing dilakukan
otomatis oleh aplikasi SIKS-Droid pada saat perekaman data di lapangan. 17 Pada SIKS-NG Offline data hasil pemutakhiran dikirimkan dengan cara mengekspor
data tersebut ke berkas dan kemudian mengirimkan berkas tersebut ke Dinsos kabupaten/kota untuk diunggah ke SIKS-NG Online, sedangkan pada SIKS-Droid data dikirimkan langsung ke SIKS-NG Online setelah data tersebut disetujui oleh Pengawas atau Koordinator Kecamatan.
26Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
!
!!
! ! ! ! 20
Setelah data hasil veri�kasi dan validasi terkumpul di Pusdatin Kesos, dilanjutkan
dengan pengolahan data internal yang meliputi :
!"#$"%&'( )&*"+","-&./-0/12 1""-&3"4"&5"671&89-:9-0&;","-0"-!
!"#$"%&'(A&B7,%&C30/37.7""0&6"+"&10+3%0"7&
!
!!
! ! ! ! 20
Setelah data hasil veri�kasi dan validasi terkumpul di Pusdatin Kesos, dilanjutkan
dengan pengolahan data internal yang meliputi :
!"#$"%&'( )&*"+","-&./-0/12 1""-&3"4"&5"671&89-:9-0&;","-0"-!
!"#$"%&'(A&B7,%&C30/37.7""0&6"+"&10+3%0"7&
!
!!
! ! ! ! 20
Setelah data hasil veri�kasi dan validasi terkumpul di Pusdatin Kesos, dilanjutkan
dengan pengolahan data internal yang meliputi :
!"#$"%&'( )&*"+","-&./-0/12 1""-&3"4"&5"671&89-:9-0&;","-0"-!
!"#$"%&'(A&B7,%&C30/37.7""0&6"+"&10+3%0"7&
27Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
21
3. PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN DATA 2017-2019
Dalam proses pemutakhiran data, maka ada 2 pihak yang terlibat, yaitu
Pemerintah Pusat (Kemensos) dan Pemerintah Daerah. Berikut peran masing-
masing pihak:
a. Pemerintah Pusat – Kementerian Sosial
Sejak tahun 2017 Kementerian Sosial melalui Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial mulai melakukan perbaikan data dengan melaksanakan
verifikasi dan validasi data. Pelaksanaan kegiatan ini diutamakan pada
kabupaten/kota yang belum pernah memutakhirkan data atau tidak memiliki
anggaran untuk pemutakhiran data.
Pelaksanaan verifikasi dan validasi data ini sudah mulai menggunakan metoda
CAPI (Computer-Assisted Personal Viewing) yaitu teknik pengumpulan data
dengan menggunakan perangkat berbasis Android. Hal ini merupakan
terobosan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan verifikasi dan validasi dari
segi ketepatan pemutakhiran data, efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan,
serta pemantauan pelaksanaan yang bisa diandalkan.
1) Verifikasi dan Validasi DTKS Tahun 2017
a) Daftar awal (prelist) penerima program perlindungan sosial yang belum
terdaftar dalam DTKS sebanyak 2.537.183 keluarga.
b) Data usulan baru sebanyak 1% dari prelist untuk keluarga dan anggota
keluarga penerima manfaat Program Perlindungan Sosial di luar DTKS.
Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data Tahun 2017 adalah
pada 7 (tujuh) kabupaten pada 3 (tiga) Provinsi yaitu:
1. Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut);
2. Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap);
3. Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Probolinggo).
Waktu pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah 4 (empat) bulan.
28Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
22
2) Verifikasi dan Validasi DTKS Tahun 2018
Pada pelaksanaan tahun ini, pemutakhiran DTKS dilakukan berdasarkan
Peraturan Menteri Sosial No 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum
Mekanisme Verifikasi Dan Validasi Data Terpadu.
a) Daftar awal (prelist) DTKS dengan jumlah 1.225.750 rumah tangga.
b) Data usulan baru untuk rumah tangga dan anggota rumah tangga
Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu di luar DTKS sebanyak 10%
sesuai hasil musyawarah desa/kelurahan.
Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 7
(tujuh) provinsi dan 28 Kabupaten/Kota, yaitu:
1. Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh
2. Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh
3. Kota Langsa, Provinsi Aceh
4. Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh
5. Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
6. Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
7. Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara
8. Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara
9. Kabupaten Batu bara, Provinsi Sumatera Utara
10. Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara
11. Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
12. Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
13. Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau
14. Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
15. Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan
16. Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan
17. Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan
18. Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan
19. Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan
20. Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan
21. Kota Makasar, Provinsi Sulawesi Selatan
22. Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
23. Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur
29Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
23
24. Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
25. Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur
26. Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur
27. Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
28. Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat
Waktu pelaksanaan verifikasi dan validasi data ini adalah 5 (lima) bulan.
3) Verifikasi dan Validasi DTKS Tahun 2019
a) Data Prelist awal berasal dari data peserta Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan (PBI JK) sebanyak 929.866 Rumah Tangga pada
4.132 kelurahan.
b) Data usulan rumah tangga baru didapatkan dari pelaksanaan
musyawarah kelurahan.
Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21
(dua puluh satu) provinsi dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota18
dengan waktu pelaksanaa 4 (empat) bulan.
b. Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Kabupaten/Kota melakukan
verifikasi dan validasi DTKS menggunakan aplikasi SIKS-NG. Setiap
Kabupaten/Kota menunjuk Penanggung Jawab Data (Supervisor DTKS)
dengan menggunakan Surat Keputusan Kepala (SK) Dinas Sosial dan
mengirimkan SK tersebut ke Pusdatin Kesos.
Berdasarkan SK tersebut Pusdatin Kesos membuatkan akun Penanggung
Jawab Data dan mengirimkan informasi akun SIKS-NG Online ke Dinas
Sosial. Penanggung Jawab Data login ke SIKS-NG Online untuk melakukan
hal-hal berikut:
1) Jika Pemerintah Daerah melaksanakan verifikasi dan validasi data dengan
menggunakan SIKS-NG Offline maka Penanggung Jawab Data dapat
mengunduh daftar awal (prelist) rumah tangga untuk diserahkan kepada
Pengumpul Data di kecamatan/kelurahan/desa. Dokumen yang diunduh
18Daftar bisa dilihat di Annex
30Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
24
dapat dibaca oleh aplikasi SIKS-NG Offline yang dimiliki para Pengumpul
Data.
2) mengunggah dokumen hasil verifikasi dan validasi data yang dikirimkan
oleh Petugas Pengumpul Data di kecamatan/kelurahan/desa yang
merupakan hasil ekspor dokumen dari SIKS-NG Offline. Untuk menjaga
keamanan data, dokumen hasil ekspor ini terenkripsi dan hanya bisa
dibaca melalui login pada SIKS-NG Offline.
3) Memeriksa hasil verifikasi dan validasi dengan melihat data setiap rumah
tangga yang telah diunggah lengkap dengan berita acara musdel/muskel.
Jika data rumah tangga dinyatakan valid maka Penanggung Jawab Data
akan mencentang rumah tangga tersebut.
4) Mengunduh lampiran surat pengesahan usulan19 hasil verifikasi dan
validasi data yang berisikan jumlah rumah tangga yang dimutakhirkan,
jumlah rumah tangga usulan baru, jumlah rumah tangga yang tidak
ditemukan.
5) Mengunggah surat pengesahan usulan hasil verifikasi dan validasi data
yang telah ditanda-tangani oleh bupati/walikota20.
19 Untuk surat pengesahan usulan dibuat oleh Dinsos masing-masing daerah dengan
lampiran yang diunduh dari SIKS-NG. 20 Pengembangan SIKS-NG ke depan, bupati/walikota dapat membubuhkan tanda-tangan
digital melalui modul aplikasi SIKS-NG Digisign yang akan segera dirilis.
31Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
25
Berikut daftar Kabupaten/Kota yang paling aktif melakukan pemutakhiran
DTKS dalam rentang tahun 2017 hingga periode Bulan Oktober 2020.
No Nama Provinsi
Nama Kabupaten
Jumlah Perbaikan
Jumlah Usulan
Jumlah Nonaktif
Jumlah Verval
Jumlah DTKS
1 Keplualan Riau
Karimun 13.440 1.877 281 15.317 15.307
2 Jawa Timur
Kota Blitar 7.317 55 482 7.372 7.381
3 DKI Jakarta
Kota Jakarta Pusat
46.024 3.136 1.727 49.160 49.474
4 DKI Jakarta
Kota Jakarta Timur
88.219 722 1.338 88.941 89.897
5 DKI Jakarta
Kota Jakarta Utara
81.588 2 2.428 81.590 84.148
6 DKI Jakarta
Kota Jakarta Selatan
73.744 3.096 1.671 76.840 79.261
7 DKI Jakarta
Kota Jakarta Barat
61.380 3.340 1.268 64.720 66.883
8 DKI Jakarta
Kepuluan Seribu
1.884 - 15 1.884 1.979
9 Kalimantan Selatan
Hulu Sungai Utara
26.504 - 391 26.504 27.908
10 Kalimantan Timur
Berau 7.097 8 292 7.105 7.547
Tabel 2.1 Daftar Kab/Kota paling aktif dalam pemutakhiran DTKS
32Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
26
C. PENINGKATAN KUALITAS DATA
Untuk meningkatkan kualitas data, ditetapkanlah beberapa strategi antara lain:
penyatuan, pemadanan, pembersihan, analisa dan pemantauan kualitas data.
1. JENIS DATA DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA
Saat ini terdapat tiga jenis data program bantuan sosial dan subsidi yang dikelola
oleh Kementerian Sosial, yaitu: data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
(PBI JK), data keluarga penerima manfaat Program Sembako, dan data keluarga
penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).
a. Program PBI JK dikelola oleh Kementerian Kesehatan sedangkan data
penerima program tersebut dikelola oleh Kementerian Sosial. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 1/HUK/2020 tentang Penetapan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2020, jumlah penerima
PBI JK adalah 96.8 juta jiwa21.
b. Program Keluarga Harapan (PKH) dikelola oleh Direktorat Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial yang meliputi 18% penduduk termiskin. Total
jumlah keluarga penerima manfaat program ini adalah 10 juta keluarga.
c. Program Sembako dikelola oleh Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin
(PFM) Kementerian Sosial. Total keluarga penerima manfaat Program
Sembako adalah 19,6 juta keluarga yang meliputi 28% penduduk termiskin
dengan realisasi sebanyak 19.090.735 KPM atau 97% per September 2020.
Di masa awal pengelolaan data bantuan sosial dan subsidi, pengelolaan data
tersebut dilakukan secara terpisah sehingga menimbulkan beberapa masalah,
yaitu:
a. Penetapan keluarga penerima bantuan sosial/subsidi yang tidak optimal
karena sulit untuk mengetahui suatu keluarga telah menerima program atau
subsidi apa saja.
21 Menurut Permensos No. 21 Tahun 2019 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perubahan
Data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, sumber data untuk perubahan kepesertaan PBI JK adalah dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
33Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
27
b. Variabel atau atribut data bantuan sosial atau subsidi yang tidak sinkron atau
tidak lengkap sehingga pemeringkatan tingkat kesejahteraan rumah tangga
peserta program tidak dapat dilakukan.
Oleh karena permasalahan diatas, maka data program bantuan sosial atau subsidi
disatukan dalam DTKS, termasuk pengelolaan data pada satu satuan kerja
pengelola data di Kementerian Sosial.
2. PENYATUAN DAN PEMADANAN DATA BANSOS DAN SUBSIDI DENGAN
DTKS
Tahun 2017 telah dilakukan pemadanan data Program Beras Sejahtera (Rastra) dan
BPNT (Bantuan Sosial Pangan/BSP)22, Program Keluarga Harapan (PKH) ke dalam
DTKS oleh Pusdatin Kesos. Dari hasil pemadanan terdapat 806.080 keluarga PKH
(yang juga merupakan penerima Rastra/BPNT) yang tidak terdaftar pada DTKS dan
97.597 keluarga Rastra/BPNT (yang bukan PKH) yang tidak terdaftar di DTKS.
Pemadanan data penerima PKH dengan DTKS dilakukan dengan membandingkan
data setiap Anggota Rumah Tangga (ART) DTKS dengan data pengurus dan
anggota keluarga PKH, sedangkan untuk data penerima Rastra/BPNT dan data PBI
JK dipadankan diantara data pengurus/penerima dengan data setiap ART DTKS.
Untuk pemadanan data program dengan DTKS saat ini menggunakan acuan NIK.
22 Saat ini Program Rastra dan BPNTmenjadi Program Sembako dengan pemberian bantuan
non tunai Rp. 200 ribu per keluarga perbulan yang digunakan untuk pembelian sembako.
34Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
28
Gambar 2.10 Keterpadanan Data Program Bansos dan DTKS tahun 2017
Gambar 2.11 Hubungan ideal cakupan dan mekanisme update data KPM
program bansos dan DTKS
Idealnya, seluruh penerima PKH juga merupakan penerima Program BSP dan
seluruh BSP juga merupakan peserta program PBI JK. Sementara itu, seluruh
peserta PKH, BSP, dan PBI JK harus tercatat di DTKS. Oleh karena itu, untuk
menyatukan data seluruh program Bantuan sosial/subsidi maka ditetapkan
kebijakan bahwa penetapan peserta program bantuan sosial/subsidi harus
35Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
29
berdasarkan DTKS dan semua peserta program yang berada di luar DTKS harus
diverifikasi dan didaftarkan masuk ke dalam DTKS.
Dengan terintegrasinya data PKH, Rastra/BPNT (BSP), PBI JK, dan DTKS, maka
pemutakhiran atau perubahan data yang dilakukan oleh masing-masing program
tersebut akan otomatis memperbaharui data pada DTKS. Sebaliknya pemutakhiran
DTKS akan otomatis memperbaharui data program bansos/subsidi. Dengan begitu,
DTKS menjadi satu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang menjadi rujukan dalam
pelaksanaan program bantuan sosial dan subsidi nasional23.
Keuntungan lain yang didapat dari integrasi data bansos/subsidi dengan DTKS
adalah sesuainya variabel-variabel data bansos/subsidi dengan DTKS sehingga
pemeringkatan keluarga/rumah tangga penerima bansos/subsidi dapat dilakukan.
Untuk menghasilkan data terpadu, seluruh data
penerima manfaat beragam program yang
dikumpulkan harus dipindahkan terlebih dahulu agar
memiliki variabel data yang seragam. Nomor Induk
Kependudukan (NIK) digunakan sebagai variabel acuan
untuk menghasilkan data yamg akurat. Keterpaduan
data semua program pengentasan kemiskinan ini
merupakan solusi bagi pemutakhiran data dinamis dan
tepat sasaran.
Saat ini, metode pemeringkatan penerima manfaat menggunakan metode Proxy
Mean Test (PMT)24 yang memprediksi pengeluaran per kapita per rumah tangga.
PMT dibangun menggunakan data SUSENAS dengan atribut konsumsi
23 Hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa data
penerima program (kemiskinan dan kesejahteraan sosial) mengacu pada data terpadu. 24 Istilah "proxy means test" digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi tentang
karakteristik rumah tangga atau individu yang berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan digunakan dalam algoritma formal untuk merepresentasikan nilai pendapatan (definisi World Bank).
Untuk menghasilkan data terpadu, seluruh data penerima manfaat beragam program yang dikumpulkan harus dipindahkan terlebih dahulu agar memiliki variabel data yang seragam. Nomer Induk Kependudukan (NIK) digunakan sebagai variabel acuan untuk menghasilkan data yang akurat.Keterpaduan data semua program pengentasan kemiskinan ini merupakan solusi bagi pemutakhiran data dinamis dan tepat sasaran.
29
berdasarkan DTKS dan semua peserta program yang berada di luar DTKS harus
diverifikasi dan didaftarkan masuk ke dalam DTKS.
Dengan terintegrasinya data PKH, Rastra/BPNT (BSP), PBI JK, dan DTKS, maka
pemutakhiran atau perubahan data yang dilakukan oleh masing-masing program
tersebut akan otomatis memperbaharui data pada DTKS. Sebaliknya pemutakhiran
DTKS akan otomatis memperbaharui data program bansos/subsidi. Dengan begitu,
DTKS menjadi satu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang menjadi rujukan dalam
pelaksanaan program bantuan sosial dan subsidi nasional23.
Keuntungan lain yang didapat dari integrasi data bansos/subsidi dengan DTKS
adalah sesuainya variabel-variabel data bansos/subsidi dengan DTKS sehingga
pemeringkatan keluarga/rumah tangga penerima bansos/subsidi dapat dilakukan.
Untuk menghasilkan data terpadu, seluruh data
penerima manfaat beragam program yang
dikumpulkan harus dipindahkan terlebih dahulu agar
memiliki variabel data yang seragam. Nomor Induk
Kependudukan (NIK) digunakan sebagai variabel acuan
untuk menghasilkan data yamg akurat. Keterpaduan
data semua program pengentasan kemiskinan ini
merupakan solusi bagi pemutakhiran data dinamis dan
tepat sasaran.
Saat ini, metode pemeringkatan penerima manfaat menggunakan metode Proxy
Mean Test (PMT)24 yang memprediksi pengeluaran per kapita per rumah tangga.
PMT dibangun menggunakan data SUSENAS dengan atribut konsumsi
23 Hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa data
penerima program (kemiskinan dan kesejahteraan sosial) mengacu pada data terpadu. 24 Istilah "proxy means test" digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi tentang
karakteristik rumah tangga atau individu yang berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan digunakan dalam algoritma formal untuk merepresentasikan nilai pendapatan (definisi World Bank).
36Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
30
(pengeluaran) dan karakteristik rumah tangga yaitu demografi, pendidikan,
pekerjaan, pengeluaran, fasilitas rumah, dan kepemilikan aset.
Tabel 2.2 memperlihatkan kelompok dan nama variabel yang digunakan dalam
pembuatan model PMT. Tabel ini juga memperlihatkan cakupan variabel data
program bantuan sosial dan keterpadanan variabel tersebut dengan variabel DTKS
sebelum integrasi data dilakukan. Karena data tiap program memiliki variabel yang
berbeda atau tidak lengkap, maka pemeringkatan menggunakan metode PMT ini
sulit dibangun.
Grup Variabel Nama Variabel
Pengeluaran 1. Pengeluaran Perkapita
Demografi
1. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga 2. Jumlah Anggota Rumah Tangga 3. Usia Kepala Rumah Tangga 4. Usia Anggota Rumah Tangga 5. Status Perkawinan Kepala Rumah Tangga 6. Jumlah Anggota Rumah Tangga Dengan Rentang
Usia Tertentu (Dependency Ratio)
Pendidikan 1. Pendidikan SD, SMP, SMA+: Anggota Rumah Tangga
Pekerjaan 1. Sektor Pekerjaan 2. Status Pekerjaan
Fasilitas Rumah
1. Jenis Lantai 2. Jenis Atap 3. Jenis Dinding 4. Penerangan Utama 5. Sumber Air Minum 6. Sanitasi 7. Status Kepemilikan Rumah
Kepemilikan Aset
1. Sepeda 2. Sepeda Motor 3. Kulkas 4. Perahu 5. Telepon Rumah
Spasial/Wilayah 1. Indeks kesulitan Geografis
Tabel 2.2 Kelompok nama dan variabel
30
(pengeluaran) dan karakteristik rumah tangga yaitu demografi, pendidikan,
pekerjaan, pengeluaran, fasilitas rumah, dan kepemilikan aset.
Tabel 2.2 memperlihatkan kelompok dan nama variabel yang digunakan dalam
pembuatan model PMT. Tabel ini juga memperlihatkan cakupan variabel data
program bantuan sosial dan keterpadanan variabel tersebut dengan variabel DTKS
sebelum integrasi data dilakukan. Karena data tiap program memiliki variabel yang
berbeda atau tidak lengkap, maka pemeringkatan menggunakan metode PMT ini
sulit dibangun.
Grup Variabel Nama Variabel
Pengeluaran 1. Pengeluaran Perkapita
Demografi
1. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga 2. Jumlah Anggota Rumah Tangga 3. Usia Kepala Rumah Tangga 4. Usia Anggota Rumah Tangga 5. Status Perkawinan Kepala Rumah Tangga 6. Jumlah Anggota Rumah Tangga Dengan Rentang
Usia Tertentu (Dependency Ratio)
Pendidikan 1. Pendidikan SD, SMP, SMA+: Anggota Rumah Tangga
Pekerjaan 1. Sektor Pekerjaan 2. Status Pekerjaan
Fasilitas Rumah
1. Jenis Lantai 2. Jenis Atap 3. Jenis Dinding 4. Penerangan Utama 5. Sumber Air Minum 6. Sanitasi 7. Status Kepemilikan Rumah
Kepemilikan Aset
1. Sepeda 2. Sepeda Motor 3. Kulkas 4. Perahu 5. Telepon Rumah
Spasial/Wilayah 1. Indeks kesulitan Geografis
Tabel 2.2 Kelompok nama dan variabel
37Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
31
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka proses integrasi diawali dengan proses
pemadanan data sesuai variabel yang seragam. Untuk melengkapi data yang
belum sempurna, dilakukan pemutakhiran data di lapangan.
3. PEMADANAN NIK DENGAN DATA PENDUDUK DAN CATATAN SIPIL
Selain dikelola oleh Kementerian Sosial, data penerima bansos/subsidi juga dikelola
oleh Kementerian/Lembaga lain. Contohnya data Program Indonesia Pintar dan
Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) dan data penerima subsidi listrik PLN yang dikelola
oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Agar proses integrasi
data penerima bansos/subsidi yang dikelola beberapa pihak dapat berjalan dengan
lancar, data ART DTKS dan data penerima bansos/subsidi harus dilengkapi dengan
data Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dikelola oleh Ditjen Kependudukan
dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri.
Meskipun tidak semua NIK ART DTKS dan NIK data penerima bansos/subsidi
tercatat dalam DTKS, sejak akhir tahun 2017 Pusat Data dan Informasi Kesos dan
Ditjen Dukcapil melakukan pemadanan NIK DTKS bersama. Pada saat itu,
ditemukan sekitar 23 juta jiwa NIK ART DTKS yang belum dapat dipadankan
dengan data NIK Dukcapil (NIK invalid). Ketidakpadanan ini karena NIK ART DTKS
bernilai kosong atau NIK terisi tetapi tidak sesuai format NIK Ditjen Dukcapil.
Tahun 2019 inisiasi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) KPK terkait
validitas NIK ART DTKS dimulai. Sejak itu, pemadanan NIK DTKS dengan data NIK
Ditjen Dukcapil dilakukan secara berkala. Hasil pemadanan tersebut
memperbaharui DTKS mulai pada penetapan DTKS periode Januari 2019 sampai
dengan penetapan DTKS periode Oktober 2020. Pada penetapan DTKS periode
Oktober 2019, jumlah ART DTKS dengan NIK belum padan berjumlah 18 juta jiwa,
jauh berkurang dari NIK yang tak padan di masa awal.
Sebagai upaya percepatan perbaikan NIK DTKS pada bulan Januari 2020,
Kemensos R.I meluncurkan modul perbaikan NIK mandiri pada SIKS-NG. Tujuan
modul perbaikan NIK mandiri adalah untuk mendukung Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota dalam melakukan perbaikan NIK dan/atau nama sehingga orang-
orang yang terdaftar pada DTKS di wilayahnya sesuai dengan yang tercatat pada
38Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
32
basis data Ditjen Dukcapil. Perbaikan data NIK dan Nama yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Daerah sampai dengan bulan April 2020 telah berhasil mengurangi NIK
DTKS invalid menjadi 16 juta jiwa25.
4. PEMBERSIHAN DATA
Pembersihan data merupakan proses analisa kualitas data dengan cara mengubah,
mengoreksi, atau menghapus data yang salah, tidak lengkap, tidak akurat, atau
memiliki format yang salah dalam basis data untuk menghasilkan data berkualitas
tinggi.
Berikut beberapa langkah-langkah yang telah dilakukan dalam cleansing DTKS:
a. Pembersihan data duplikat. Proses ini untuk menjamin tidak adanya data
ganda dengan cara membandingkan atribut identifier (ID) yang unik seperti ID
DTKS, ID ART DTKS, atau NIK. Proses pembersihan data ini juga memperhatikan
atribut pengenal lain seperti nama dan susunan anggota keluarga.
b. Parsing. Proses mengurai data untuk membersihkan data dari karakter atau
string yang tidak seharusnya ada.
c. Analisis Statistik. Dalam proses ini digunakan nilai-nilai statistik deviasi
standar, rata-rata, jangkauan, atau algoritma clustering. Salah satu fokus
cleansing data di DTKS adalah mengimputasi26 nilai variabel yang tidak terisi
(null). Isian tidak masuk akal atau diluar nilai referensi diperbaiki dengan
mengimputasi (mengganti) nilai-nilai tersebut dengan nilai statistik rata-rata
atau lainnya dengan menggunakan metode statistik. Rincian berkenaan dengan
aturan pembersihan data, bisa dilihat di Annex.
5. ANALISA KUALITAS DATA
Analisa kualitas data dilakukan 2 arah: internal dan eksternal.
25 Saat ini, Pusdatin Kesos sedang melakukan perbaikan NIK dan data catatan sipil yang
invalid dengan turun ke lapangan. Perbaikan ini dilakukan terhadap 12.6 juta ART DTKS. Diharapkan, pada akhir tahun 2020 jumlah ART DTKS yang memiliki NIK dan data kependudukan yang valid akan menjadi di atas 90%.
26 Imputasi data adalah substitusi nilai perkiraan untuk item data yang hilang atau tidak
konsisten.
39Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
33
a. Analisa Konsistensi Internal Kualitas DTKS
Untuk menjamin kualitas data, aspek pertama yang harus dipastikan adalah
konsistensi pengolahan data internal yang mengikuti peraturan dan standar
umum yang berlaku. Apalagi masih terdapat data rumah tangga yang belum
pernah dimutakhirkan oleh kabupaten/kota.
Adapun langkah-langkah atau proses pemeriksaan konsistensi internal dapat
dilakukan sebagai berikut
:
Gambar 2.12 Langkah-langkah proses pemeriksaan konsistensis
Gambar 2.12 Langkah-langkah proses pemeriksaan konsistensis
40Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
34
b. Analisa Konsistensi Eksternal Kualitas DTKS
Setelah konsistensi internal terjamin, barulah dapat dilakukan Pemeriksaan
konsistensi eksternal27. Hal ini penting karena beberapa hal, yaitu:
1) Pengumpulan data dilakukan dengan mendelegasikan kegiatan enumerasi
sesuai SOP yang berlaku kepada Pemerintah Daerah masing-masing.
Kegiatan ini berpotensi menimbulkan variasi kualitas pengumpulan data
meskipun metode dan prosedur sudah mengikuti SOP yang sudah
ditetapkan.
2) Bila ditemukan masalah dalam konsistensi eksternal, dapat dilakukan
evaluasi prosedural untuk melihat prosedur apa yang dapat berkontribusi
pada munculnya isu tersebut sehingga bisa diberikan solusinya.
3) Tujuan utama pengumpulan data DTKS adalah mengumpulkan data rumah
tangga miskin dan tidak mampu agar status kesejahteraannya dapat
diprediksi. Karenanya aspek aplikabilitas model yang digunakan pada data
DTKS musti menjadi perhatian penting. Bila data DTKS memiliki perbedaan
yang signifikan dengan data yang digunakan untuk membangun model,
akan sangat sulit menentukan prediksi sehingga berpotensi mengurangi
ketepatan dan akurasi sasaran penerima program bantuan sosial.
Dalam lingkungan statistik di Indonesia, data SUSENAS dari BPS menjadi
panduan untuk data sosial ekonomi. Ada dua kegiatan utama yang
menggunakan data SUSENAS sebagai acuan dan pembanding:
1) Membandingkan distribusi variabel karakteristik rumah tangga x di
SUSENAS dengan distribusi variabel serupa di Sensus, untuk memastikan
dan meyakinkan akan keterwakilan populasi dalam SUSENAS.
2) Melakukan perbandingan distribusi variabel karakteristik x dalam DTKS
dengan SUSENAS. Karena DTKS hanya memiliki data rumah tangga
miskin, maka tidak dapat dibandingkan dengan distribusi keseluruhan
SUSENAS yang mencakup seluruh populasi nasional. Untuk itu perlu
ditetapkan porsi SUSENAS (contoh: 40% terbawah) sebagai
perbandingan dengan DTKS. Tingkat perbandingan akan berbeda-beda
untuk setiap kabupaten sesuai dengan tingkat kemiskinan dan
27 Maksud dari data eksternal adalah data yang diperoleh di luar data asli hasil kegiatan
enumerasi yang dilakukan oleh petugas pengumpul data.
41Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
35
kerentanan, mengacu pada garis-garis kesejahteraan yang telah
diperhitungkan oleh BPS.
6. PEMANTAUAN KUALITAS DATA
Kegiatan pemantauan kualitas pada pelaksanaan verifikasi dan validasi DTKS
antara lain mengamati perkembangan, kemajuan pelaksanaan tahapan dan
mengidentifikasi permasalahan sehingga dapat diupayakan solusinya.
Tujuan pemantauan ini adalah menilai efektivitas pelaksanaan verifikasi dan validasi
data dan melihat kesesuaiannya dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
yang telah ditentukan.
Pemantauan kualitas dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi DTKS terdiri dari:
1) Pemantauan kualitas Pelaksanaan Bimbingan Teknis Petugas Verifikasi
dan Validasi Data
Kegiatan pemantauan ini adalah mengamati pelaksanaan bimbingan teknis
untuk memastikan pelaksanaan Bimbingan Teknis berjalan sesuai harapan dan
tujuan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang diamati antara lain sarana dan
prasarana yang sesuai dengan kebutuhan bimbingan teknis, jumlah peserta tiap
kelas, materi yang disampaikan, dan waktu pelaksanaan serta kapasitas
narasumber.
2) Pemantauan kualitas Pelaksanaan Musyawarah Desa/ Kelurahan
Untuk mengetahui dan memastikan pelaksanaan musyawarah
desa/kelurahan/nama lain dapat terlaksana dan berjalan dengan lancar, maka
perlu dilakukan pemantauan kualitas. Pemantauan kualitas terhadap
musyawarah desa/kelurahan/nama lain mencakup pemeriksaan terhadap
persiapan, mengamati dan memeriksa undangan yang hadir serta proses
jalannya musyawarah desa/kelurahan/nama Lain. Tindakan supervisi dan
koreksi perlu dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan ini. Teknik
pemantauan kualitas kegiatan ini hanya untuk wilayah-wilayah tertentu saja
sesuai kebijakan.
3) Pemantauan kualitas Kunjungan Rumah Tangga
Pemantauan kualitas pelaksanaan kunjungan rumah tangga dilakukan dengan
melakukan kunjungan ulang ke rumah tangga yang telah diverifikasi dan validasi
42Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
36
oleh petugas pengumpul data. Kegiatan pemantauan ini meliputi pemeriksaan
kelengkapan jawaban kuesioner, membandingkan hasil verifikasi dan validasi
yang dilakukan oleh petugas pengumpul data dengan kondisi nyata di lapangan
yang dilihat dan diamati oleh Petugas Pemantauan Kualitas. Kesalahan yang
ditemukan dan perbaikannya harus disampaikan kepada para Petugas
Pengumpul Data.
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Verifikasi dan Validasi DTKS menjadi
tanggung jawab Pemerintah Pusat, provinsi, dan daerah kabupaten/kota.
Kegiatan pemantauan kualitas kunjungan rumah tangga dilakukan pada masa
awal pelaksanaan kunjungan rumah tangga oleh Petugas Pengumpul Data. Hal
ini agar jika ditemukan permasalahan maka permasalahan tersebut dapat
diselesaikan pada tahap awal sehingga tidak merembet sampai kegiatan
pemutakhiran data selesaia.
D. METODE PENINGKATAN KUALITAS DATA
Ada beberapa teknik meningkatkan kualitas DTKS, antara lain menggunakan aplikasi
spesifik dalam pengumpulan dan pengelolaan data, memanfaatkan metode
statistical learning dan teknologi machine learning28 dan melakukan tindakan
pengamanan data.
1. Meningkatkan Kualitas Data Lewat Aplikasi Spesifik (SIKS-NG Offline dan
SIKS-Droid)
Kegiatan ini dilakukan dengan mendefinisikan dan menanamkan aturan/rule
validasi baik perfield/teks isian maupun antar field/teks isian pada aplikasi.
Sebagai hasilnya, misalnya petugas lapangan tidak dapat mengirimkan data
apabila variabel-variabel yang wajib diisi belum terisi lengkap atau apabila isian
pada suatu field tidak konsisten dengan field terkait lain. Variabel-variabel yang
wajib diisi bisa dilihat rinciannya di Annex Validasi Data Rumah Tangga.
28 Perbedaan mendasar antara machine learning dan statistical learning terletak pada tujuannya. Model
machine learning dirancang untuk membuat prediksi seakurat mungkin. Sementara model statistical learning dirancang untuk membuat kesimpulan dari hubungan antar variabel yang dikumpulkan dari fakta dan alasan.
43Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
37
2. Pemanfaatan Statistical Learning dan Machine Learning
Hal yang menjadi perhatian utama dalam setiap penetapan sasaran program
adalah kriteria penerima manfaat yang akan mendapat bantuan sosial. Hingga
saat ini, metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan rumah
tangga pada DTKS adalah Proxy Mean Test (PMT). Metode ini mengurutkan para
calon penerima manfaat berdasar pengeluaran (konsumsi) rumah tangga. Karena
pembuatan model PMT menggunakan teknik regresi linear (mengasumsikan
bahwa terdapat hubungan yang linear diantara variabel terikat PMT dengan
variabel pengeluaran rumah tangga padahal tidak selalu demikian), maka model
PMT yang dihasilkan masih memiliki rata-rata inclusion error dan exclusion error
sekitar 29%29.
Untuk mengurangi tingkat kesalahan tersebut perlu dilakukan terobosan dalam
pembangunan model analisis yaitu dengan menggunakan metode machine
learning30. Keunggulan metode machine learning antara lain mampu
menghimpun data dengan ukuran yang besar dan rumit dengan banyak algoritma
untuk menemukan pola tersembunyi dari data pembelajaran yang tersedia. Model
yang dihasilkan tidak selalu linear tapi mengikuti data pembelajaran yang
diberikan kepada algoritma terpilih. Kemudian, data yang dihimpunnya pun bukan
saja data berupa statistik atau angka, namun data berupa gambar. Dari hasil kajian
yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos, penggunaan metode machine learning
dalam memprediksi pengeluaran rumah tangga menghasilkan rata-rata Inclusion
dan exclusion error lebih kurang sebesar 25% dan jika menggunakan metode
classification learning rata-rata error tersebut bisa tekan menjadi rata-rata 22%.
Pada tahun 2021, Pusdatin Kesos akan memanfaatkan data pengolahan citra
satelit, foto karakteristik rumah tangga yang sudah tersedia di SIKS-Droid dan
29 Inclusion Error adalah kesalahan pemodelan yang menyebabkan rumah tangga yang seharusnya
tidak berhak menerima manfaat justru menjadi penerima manfaat sedangkan exclusion error adalah kesalahan pemodelan yang menyebabkan rumah tangga yang seharusnya berhak menerima manfaat tidak menerimanya. Untuk mengatasi masalah Ini, sebelum penetapan penerima program, unit pelaksana melakukan validasi calon penerima program ke lapangan seperti yang dilakukan untuk program PKH.
30 Machine Learning adalah merupakan metode analisis data yang mengotomatisasi pembuatan model analitik yang merupakan aplikasi dari kecerdasan buatan (AI). Metode ini memungkinkan sistem dapat belajar dari data, mengidentifikasi pola, dan membuat keputusan dengan intervensi manusia yang minimal.
44Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
38
data pendukung lainnya serta dipadukan dengan algoritma yang dimiliki machine
learning (seperti Deep Learning) untuk menganalisa data bagi penemuan pola
yang lebih akurat dalam menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga31.
Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam analisis machine learning maka
akan semakin meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang memiliki
tingkat ketepatan sasaran program yang tinggi dan menjadikan DTKS sebagai
rujukan utama yang dapat diandalkan secara nasional.
Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam
analisis machine learning, akan semakin
meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang
memiliki tingkat ketepatan sasaran program yang
tinggi dan menjadikan DTKS sebagai rujukan utama
yang dapat diandalkan secara nasional.
3. Keamanan Data
Keamanan data menjadi perhatian utama dalam pengembangan SIKS-NG,
mengingat DTKS berisikan data demografi dan sosial ekonomi rumah
tangga/keluarga dan individu yang harus dijaga kerahasiaannya.
Upaya yang dilakukan untuk mengamankan data antara lain:
a. Mendapatkan sertifikasi ISO 27001 di tahun 2019 untuk keamanan data: yaitu
melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi
serta mengelola dan mengendalikan risiko informasi.
b. Melakukan autentikasi pada saat login aplikasi dan menerapkan captcha,
sehingga hanya pengguna pemilik kewenangan yang dapat mengakses
sistem dan data. Teknik ini juga berguna untuk menghindari pengguna palsu
(bot).
31 Kajian lain yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos adalah pemanfaatan metode Machine Learning dalam
membantu penentuan kelayakan calon penerima bantuan untuk mendapatkan program bantuan tertentu atau kelayakan suatu keluarga penerima manfaat untuk digraduasi/dikeluarkan dari suatu program bantuan tertentu.
Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam analisis machine learning, akan semakin meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang memiliki tingkat ketepatan sasaran program yang tinggi dan menjadikan DTKS sebagai rujukan utama yang dapat diandalkan secara nasional.
38
data pendukung lainnya serta dipadukan dengan algoritma yang dimiliki machine
learning (seperti Deep Learning) untuk menganalisa data bagi penemuan pola
yang lebih akurat dalam menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga31.
Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam analisis machine learning maka
akan semakin meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang memiliki
tingkat ketepatan sasaran program yang tinggi dan menjadikan DTKS sebagai
rujukan utama yang dapat diandalkan secara nasional.
Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam
analisis machine learning, akan semakin
meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang
memiliki tingkat ketepatan sasaran program yang
tinggi dan menjadikan DTKS sebagai rujukan utama
yang dapat diandalkan secara nasional.
3. Keamanan Data
Keamanan data menjadi perhatian utama dalam pengembangan SIKS-NG,
mengingat DTKS berisikan data demografi dan sosial ekonomi rumah
tangga/keluarga dan individu yang harus dijaga kerahasiaannya.
Upaya yang dilakukan untuk mengamankan data antara lain:
a. Mendapatkan sertifikasi ISO 27001 di tahun 2019 untuk keamanan data: yaitu
melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi
serta mengelola dan mengendalikan risiko informasi.
b. Melakukan autentikasi pada saat login aplikasi dan menerapkan captcha,
sehingga hanya pengguna pemilik kewenangan yang dapat mengakses
sistem dan data. Teknik ini juga berguna untuk menghindari pengguna palsu
(bot).
31 Kajian lain yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos adalah pemanfaatan metode Machine Learning dalam
membantu penentuan kelayakan calon penerima bantuan untuk mendapatkan program bantuan tertentu atau kelayakan suatu keluarga penerima manfaat untuk digraduasi/dikeluarkan dari suatu program bantuan tertentu.
45Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
39
c. Menerapkan standar pembangunan dan pemeliharaan aplikasi dengan 3
tahapan utama, yaitu pengembangan, uji coba dan produksi. Dengan
pembagian tahapan ini, masing-masing personil/bagian tidak saling
mengganggu pekerjaan bagian lainnya (segregation of duties).
d. Pembangunan SIKS-NG Middleware atau Service Bus untuk menjembatani
aplikasi utama (front-end) dengan komponen basis data (back-end). Setiap
aplikasi harus menggunakan API atau Web Service yang terdapat di Service
Bus dengan token tertentu untuk mengakses data. Dengan begitu, pengguna
tidak bisa mengakses basis data secara langsung.
e. Melakukan diagnosa dan analisis kerentanan aplikasi secara rutin dengan
menggunakan software khusus pemindai kerentanan aplikasi web. Setiap
sistem aplikasi yang ada di Kemensos harus lolos dalam pemindaian oleh
software tersebut sehingga sehingga keamanan sistem aplikasi tersebut dapat
dijamin.
f. Menerapkan akses terbatas pada Data Center tempat pengelolaan aplikasi
dan server DTKS. Pintu menuju Data Center dilengkapi dengan akses
biometrik. Hal ini dilakukan untuk melindungi data dari terobosan pihak tertentu
yang tidak diinginkan.
g. Menggunakan perangkat firewall32 untuk melindungi DTKS dari akses yang
tidak diijinkan baik ke jaringan, server, basis data maupun aplikasi. Firewall
dapat mengontrol semua lalu lintas jaringan yang keluar masuk secara sah.
E. BIMBINGAN TEKNIS SIKS-NG UNTUK PENGUATAN SDM PELAKSANA DI
DAERAH
Sumber Daya Manusia merupakan komponen utama dalam pelaksanaan
pemutakhiran DTKS. Karenanya, penguatan SDM secara berkala perlu dilakukan
seiring dengan perkembangan teknologi dan sistem pada SIKS-NG. Penguatan ini juga
perlu dilaksanakan mengingat rotasi petugas (supervisor dan operator) di daerah yang
relatif tinggi.
32 Firewall adalah sistem keamanan jaringan yang memantau dan mengontrol lalu lintas jaringan yang
masuk dan keluar berdasarkan aturan keamanan yang telah ditentukan sebelumnya.
46Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
40
Penguatan SDM sudah dilakukan sejak Agustus tahun 2017 dalam berbagai kegiatan,
antara lain:
1. Training of Trainer (TOT) di Pusdatin Kesos. Pelaksanaan TOT dijadwalkan secara
rutin dan diinformasikan melalui halaman resmi https://e-sertifikat.kemsos.go.id
yang bertempat di kantor Pusdatin Kesos Jakarta. Durasi kegiatan TOT adalah 1
hari untuk setiap modul materi. Modul materi yang tersedia adalah SIKS-Droid,
SIKS-NG Online dan Offline, SIKS-NG Modul PBI, SIKS-NG Modul LKS dan SIKS-
NG Modul SLRT.
2. Penguatan SDM Supervisor dan Operator daerah yang dilakukan secara terpusat
di provinsi. Bimbingan teknis ini diikuti oleh petugas SIKS-NG dari perwakilan
provinsi dan kabupaten/kota. Waktu penyelenggaran selama dua hari dengan
materi33 kebijakan mekanisme verifikasi dan validasi DTKS, dan teknis penggunaan
aplikasi SIKS-NG serta dilengkapi dengan Forum Discussion Grup (FGD).
3. Penguatan SDM sesuai permintaan atau undangan (On Demand) pemerintah
kabupaten/kota. Pusdatin Kesos mengirim tenaga pelatih ke daerah untuk
memberikan pembekalan dan pendalaman SIKS-NG selama beberapa hari.
Selain materi teknis, juga diberikan materi yang berkaitan dengan moral dan integritas
para petugas untuk mendukung kualitas dan keakuratan data yang lebih baik. Hal ini
penting mengingat kualitas data yang dikumpulkan di lapangan sangat bergantung
pada peran para petugas dalam menjalankan amanah yang diembannya. Kejadian
tidak terduga seperti pengisian data fiktif tanpa kunjungan ke lapangan maupun
kesalahan input data merupakan masalah yang dapat terjadi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka strategi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pada saat Bimtek ditekankan kepada Pengawas untuk mendampingi Petugas
Pengumpul Data di awal pendataan agar kesalahan dapat berkurang.
2. Menilai kesesuaian pelaksanaan tiap tahap Verifikasi dan Validasi data di
lapangan dengan standar yang telah ditentukan34. Pemantauan dilakukan secara
periodik untuk setiap tahapan Verifikasi dan Validasi Data
33 Verivali= verifikasi dan validasi 34 Standar pelaksanaan kegiatan Pemantauan telah ditetapkan pada Lampiran Peraturan
Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.
47Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
41
3. Pelaksanaan verifikasi dan validasi di lapangan dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SIKS-NG berbasis Android (SIKS-Droid) sehingga dapat dicatat secara
rinci dan presisi sesuai fakta yang ada di lapangan.
F. MEKANISME DISEMINASI DAN PENGGUNAAN DATA
Data yang telah dikumpulkan, diolah, dianalisa dan ditetapkan oleh Menteri Sosial
selanjutnya dibagikan ke pihak-pihak yang berkepentingan untuk beragam tujuan.
Agar semua data dapat dimanfaatkan sesuai tujuannya dan tetap terjaga keakuratan
dan kerahasiaannya, ditetapkanlah mekanisme diseminasi dan penggunaan data.
1. Diseminasi Data
Diseminasi data merupakan bagian dari tugas Pusdatin Kesos yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial. Perubahan Permensos ini adalah
merupakan penajaman dari tata kelola data, sistem dan teknologi Informasi di
Kemensos dimana Pusdatin Kesos sebagai satuan kerja yang melakukan
pengelolaan dan diseminasi DTKS termasuk sistem dan Infrastruktur
penunjangnya.
Kegiatan diseminasi data mencakup penyebaran dan promosi data kepada para
pengguna atau pemangku kepentingan data (konsumen data) baik yang berada di
internal Kemensos maupun di luar Kemensos. Kegiatan ini juga mencakup layanan
konsultasi data untuk memahami makna dan cara pemanfaatan data. Konsumen
data DTKS meliputi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Lembaga
Legislatif, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan dan lembaga internasional.
Tujuan diseminasi data adalah agar pengguna dan pemangku kepentingan dapat
memperoleh informasi yang akurat dan cepat mengenai DTKS dan dapat
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.
Dalam melakukan tugas diseminasi data DTKS, Pusdatin Kesos
menggunakan beberapa cara antara lain dengan memberikan layanan
permohonan penggunaan data, layanan konsultasi secara tatap muka langsung
maupun melalui layanan video conference dengan para konsumen data, layanan
pemanfaatan aplikasi pengolah dan analisis data (melalui SIKS-NG Modul Business
48Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
42
Intellgence/BI), keikutsertaan dalam kegiatan pameran, penerbitan buku, leaflet,
booklet, dan poster DTKS, penyebaran informasi mengenai DTKS melalui sosilisasi,
rakor, media sosial, pembangunan dan pengembangan situs web Pusdatin35 dan
situs web DTKS36, serta melakukan kunjungan langsung ke Pemerintah Daerah.
Berikut adalah gambaran lengkap tentang bentuk diseminasi DTKS yang dilakukan
oleh Pusdatin Kesos.
a. Diseminasi DTKS melalui layanan permohonan penggunaan data
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin dan
Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolan Data Terpadu
Kesejahteraan sosial mengamanatkan bahwa data terpadu kesejahteraan sosial
merupakan sumber data utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
yang dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Keterpaduan
data dan komplementaris di antara program menjadi kunci efektivitas
penanganan fakir miskin dalam memberikan bantuan, subsidi dan/atau
pemberdayaan sosial.
Saat ini, DTKS telah banyak digunakan oleh berbagai kepentingan untuk
ketepatan sasaran program. Penetapan sasaran program diperlukan agar
perencanaan, pelaksanaan dan penganggaran program dapat menjadi lebih
fokus, terarah dan efisien, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial, penggunaan DTKS oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat telah diatur mekanismenya, sebagai
berikut:
35 http://pusdatin.kemensos.go.id 36 http://dtks.kemensos.go.id
49Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
43
NoNo. Pengguna Tujuan Penggunaan
1 Kementerian Sosial Program Bantuan Sosial Sembako/BPNT, BST,
PKH
2 Kementerian Energi dan
Sumber Daya Manusia
Subsidi Listrik
3 Kementerian Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
4 Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu
Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah)
5 Kementerian Agama Program Indonesia Pintar
6 Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Bantuan Sosial untuk nelayan miskin
7 Kementerian Desa, PDT
dan Transmigrasi
Program Penanggulangan Fakir Miskin di wilayah
pedesaan, alokasi dana desa, penyusunan peta
ketahanan dan kerentanan pangan, Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD)
8 Kementerian
ketenagakerjaan
Kegiatan penurunan pekerja anak, publikasi
dalam rangka Hari Disabilitas Internasional
9 Baznas dan Rumah Zakat Program Penanganan Fakir Miskin
10 Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Penelitian
11 Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat
Program peningkatan kualitas rumah tidak layak
huni, grand design housing dan real estate
information system
12 Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah
Program Kelompok Usaha Bersama
13 Badan Pertanahan Nasional Program pembuatan sertifikat tanah bagi fakir
miskin
14 Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek
Subsidi transportasi warga Jakarta tepat sasaran
15 BPJS Ketenagakerjaan Program perikanan tangkap dan budidaya,
Subsidi Upah
16 Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
Aplikasi SEPAKAT
50Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
44
Tabel 2.3 Pemanfaatan DTKS oleh K/L
No Pengguna Tujuan Penggunaan
17 Kementerian Pertanian Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan, Program Pengentasan Daerah Rentan
Rawan Pangan, Program bantuan petani miskin
18 Kementerian Dalam Negeri Penetapan Kebijakan Social Safety Net
Pemerintah Daerah
19 Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
Kebijakan Program Jaring Pengaman Sosial
untuk masyarakat terdampak Covid-19
20 Badan Nasional Pengelola
Perbatasan
Lokasi prioritas pengelolaan batas wilayah
negara dan kawasan perbatasan
21 Kepolisian Penanganan masalah kesejahteraan sosial,
pemetaan wilayah penerima bantuan sosial
covid-19
22 Badan Pengawasan
Keuangan Pembagunan
Pemeriksaan
23 Badan Pemeriksa
Keuangan
Pemeriksaan
24 Komisi Pemberantasan
Korupsi
Pemetaan kondisi data dan rekomendasi
perbaikan bagi daerah
25 Kementerian Keuangan Alokasi anggaran dana desa, pemetaan basis
data perpajakan, Program Pembiayaan Ultra
Mikro, Program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN)
26 Kementerian
Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan
Perlindungan Anak
27 Badan Informasi Geopasial Penyusunan konsep integrasi spasial statistic
28 Manajemen Pelaksana
Kartu Prakerja
Program Kartu Prakerja
29 Gugus Tugas Covid-19 Penentuan Program Bantuan Sosial Covid-19
30 Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan
Koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian
pelaksanaan bantuan social dan subsidi
51Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
45
Hingga saat ini pemerintah daerah menggunakan DTKS untuk melakukan
pemutakhiran data dan pemberian bantuan. DTKS juga digunakan oleh
kementerian/lembaga untuk berbagai kepentingan perencanaan,
penganggaran, pembangunan dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Adapun Kementerian/Lembaga yang telah menggunakan DTKS serta
pemanfaatannya sebagaimana berikut:
Selain itu, saat ini Pusdatin Kesos tengah mengembangkan dashboard37 Business
Intelligence (SIKS-NG Modul BI) yang bertujuan untuk memfasilitasi Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota untuk mengakses data, mengekslorasi data dan
melakukan analisis data kemiskinan. Dashboard ini menampilkan variabel-
variabel DTKS yang disajikan dengan berbagai filter yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dan
perencanaan program yang lebih tepat sasaran. Terobosan ini merupakan suatu
upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan DTKS oleh Organisasi Perangkat
Daerah (OPD). Lebih lanjut, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu telah
37 Dashboards adalah sebuah tampilan visualisai data yang menampilkan berbagai metriks, angka
ataupun data visual. Tujuan utama dashboards adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan yang tepat dan cepat berdasarkan dari data yang ada.
Gambar 2.13 Pengajuan penggunaan DTKS Gambar 2.13 Pengajuan penggunaan DTKS
45
Hingga saat ini pemerintah daerah menggunakan DTKS untuk melakukan
pemutakhiran data dan pemberian bantuan. DTKS juga digunakan oleh
kementerian/lembaga untuk berbagai kepentingan perencanaan,
penganggaran, pembangunan dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Adapun Kementerian/Lembaga yang telah menggunakan DTKS serta
pemanfaatannya sebagaimana berikut:
Selain itu, saat ini Pusdatin Kesos tengah mengembangkan dashboard37 Business
Intelligence (SIKS-NG Modul BI) yang bertujuan untuk memfasilitasi Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota untuk mengakses data, mengekslorasi data dan
melakukan analisis data kemiskinan. Dashboard ini menampilkan variabel-
variabel DTKS yang disajikan dengan berbagai filter yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dan
perencanaan program yang lebih tepat sasaran. Terobosan ini merupakan suatu
upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan DTKS oleh Organisasi Perangkat
Daerah (OPD). Lebih lanjut, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu telah
37 Dashboards adalah sebuah tampilan visualisai data yang menampilkan berbagai metriks, angka
ataupun data visual. Tujuan utama dashboards adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan yang tepat dan cepat berdasarkan dari data yang ada.
Gambar 2.13 Pengajuan penggunaan DTKS
52Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
46
meminta akses Dashboard SIKS-NG Modul BI dan akses penuh layanan BI telah
diberikan.
b. Diseminasi DTKS Melalui Layanan Konsultasi Tatap Muka Langsung Dan
Video Conference
Untuk mendukung dan memberikan pemahaman dan kesadaran stakeholder akan
manfaat DTKS yang lebih besar dalam perencanaan dan penganggaran
pembangunan, implementasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan serta kepentingan
penelitian, Pusdatin Kesos melakukan layanan konsultasi data yang dilakukan baik
secara tatap muka maupun video conference. Diseminasi dengan cara datang
langsung ke Pusdatin Kesos dan melalui layanan video conference dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
1) Kementerian/Lembaga/Instansi mengirimkan surat permohonan konsultasi data
ke e-mail [email protected]. Pemohon wajib mencantumkan jenis
layanan konsultasi data, via video conference atau tatap muka, dan contact
person serta jadwal konsultasi.
2) Petugas layanan data memeriksa dan melaporkan surat permohonan konsultasi
data yang masuk kepada pejabat yang berwenang.
3) Pejabat berwenang menelaah surat permohonan konsultasi data yang masuk.
Jika disetujui, pejabat berwenang menentukan petugas yang akan menerima
pemohon. Jika tidak, petugas layanan data akan menginformasikan kepada
pemohon untuk memperbaiki atau menerima penjadwalan ulang konsultasi
data.
4) Petugas layanan data menyampaikan informasi persetujuan konsultasi data
kepada pemohon melalui media komunikasi.
5) Melaksanakan konsultasi data sesuai jenis layanan dan jadwal yang telah
ditentukan.
6) Pemohon mengisi form survei kepuasan layanan yang disampaikan oleh
petugas layanan data setelah sesi konsultasi berakhir.
7) Pemohon wajib menyerahkan form survei kepuasan layanan data yang telah diisi
kepada petugas layanan data.
53Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
47
c. Diseminasi DTKS melalui keikutsertaan dalam kegiatan pameran
Pameran yang rutin diikuti oleh Pusdatin Kesos setiap tahun adalah pameran dalam
rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Dalam
pameran ini Pusdatin Kesos menampilkan produk-produk Pusdatin Kesos. Selain
pameran HKSN, Pusdatin Kesos juga mengikuti pameran yang diselenggarakan
oleh Kementerian/Lembaga lainnya.
d. Diseminasi DTKS melalui penerbitan buku, leaflet, booklet, dan poster
Pada tahun 2020 terdapat beberapa produk yang telah diterbitkan oleh Pusdatin
Kesos diantaranya leaflet SIKS-DATAKU, leaflet SIKS-Droid, leaflet Metadata
Kesos, poster Alur Menu Perbaikan NIK, poster mekanisme verifikasi dan validasi
DTKS, poster Layanan Terpadu DTKS, hasil survei kepuasaan layanan data dan
booklet buku saku DTKS. Semua produk ini dapat diunduh melalui situs web DTKS.
e. Diseminasi DTKS melalui media sosial
Gambaran mengenai jumlah pengikut dan jumlah publikasi di media sosial disajikan
pada infografik berikut:
Media sosial merupakan salah satu media yang digunakan oleh Pusdatin Kesos
untuk mendiseminasikan DTKS secara cepat. Media sosial dimaksud adalah
Instagram (@pusdatinkesos), Facebook, Twitter (@pusdatinkesos), dan Youtube.
Twitter 987 pengikut
Facebook 2.786 pengikut
Instagram 10.000 pengikut
Youtube 1,2ribu pengikut
Tabel 2.4 Jumlah pengikut sosial media per November 2020
Tabel 2.4 Jumlah pengikut sosial media per November 2020
47
c. Diseminasi DTKS melalui keikutsertaan dalam kegiatan pameran
Pameran yang rutin diikuti oleh Pusdatin Kesos setiap tahun adalah pameran dalam
rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Dalam
pameran ini Pusdatin Kesos menampilkan produk-produk Pusdatin Kesos. Selain
pameran HKSN, Pusdatin Kesos juga mengikuti pameran yang diselenggarakan
oleh Kementerian/Lembaga lainnya.
d. Diseminasi DTKS melalui penerbitan buku, leaflet, booklet, dan poster
Pada tahun 2020 terdapat beberapa produk yang telah diterbitkan oleh Pusdatin
Kesos diantaranya leaflet SIKS-DATAKU, leaflet SIKS-Droid, leaflet Metadata
Kesos, poster Alur Menu Perbaikan NIK, poster mekanisme verifikasi dan validasi
DTKS, poster Layanan Terpadu DTKS, hasil survei kepuasaan layanan data dan
booklet buku saku DTKS. Semua produk ini dapat diunduh melalui situs web DTKS.
e. Diseminasi DTKS melalui media sosial
Gambaran mengenai jumlah pengikut dan jumlah publikasi di media sosial disajikan
pada infografik berikut:
Media sosial merupakan salah satu media yang digunakan oleh Pusdatin Kesos
untuk mendiseminasikan DTKS secara cepat. Media sosial dimaksud adalah
Instagram (@pusdatinkesos), Facebook, Twitter (@pusdatinkesos), dan Youtube.
Twitter 987 pengikut
Facebook 2.786 pengikut
Instagram 10.000 pengikut
Youtube 1,2ribu pengikut
Tabel 2.4 Jumlah pengikut sosial media per November 2020
54Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
48
Media ini menginformasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pusdatin
Kesos baik dalam bentuk narasi maupun dokumentasi kegiatan. Selain itu, dalam
media sosial juga ditampilkan video dan infografik yang berkaitan dengan kegiatan
Pusdatin Kesos.
f. Diseminasi melalui situs web
Berikut situs website yang telah dibangun untuk tujuan diseminasi informasi
DTKS:
1) Situs web Pusdatin Kesos (https://pusdatin.kemsos.go.id) yang
menampilkan informasi mengenai profil, kinerja, layanan Pusdatin Kesos
dan informasi publik.
2) Situs web DTKS (https://dtks.kemensos.go.id) yang menampilkan
sejarah DTKS, dasar hukum/regulasi, informasi terkini, dashboard data
tertentu, layanan data, helpdesk, berita dari daerah, dan informasi yang
berhubungan dengan DTKS.
3) Situs web Dashboard BI (https://dashboard.kemensos.go.id) yang
menyediakan alat analisa DTKS bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Dashboard ini menyajikan DTKS dari berbagai sudut
pandang diantaranya pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Dashboard
Ini juga menyajikan data berdasarkan jenis kerentanan yaitu penyandang
disabilitas, anak dan lanjut usia.
g. Diseminasi dengan melakukan kunjungan ke Pemerintah Daerah
Kunjungan yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos ke Pemerintah Daerah
yang berkenaan dengan diseminasi data adalah kegiatan sosialisasi
Dashboard Business Intelligence DTKS dan pembagian publikasi policy
brief (Ringkasan Kebijakan). Dalam kegiatan ini Pusdatin Kesos melakukan
sosialisasi manfaat Dashboard Business Intelligence DTKS, simulasi
penggunaan Dashboard Business Intelligence DTKS, dan sekaligus
memberikan akses kepada Pemerintah Daerah untuk dapat menggunakan
Dashboard Business Intelligence DTKS. Pada kegiatan kunjungan ini
Pusdatin Kesos juga telah menyiapkan policy brief yang merupakan
55Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
49
analisis terhadap Dashboard Business Intelligence DTKS serta
rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan dan ditindaklanjuti oleh
Pemerintah Daerah.
2. MEKANISME PENGGUNAAN DATA
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin dan
Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial mengamanatkan bahwa data terpadu kesejahteraan
sosial merupakan sumber data utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial yang dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Keterpaduan data dan komplementar antar program menjadi kunci efektivitas
penanganan fakir miskin dalam memberikan bantuan, subsidi dan/atau
pemberdayaan sosial.
Saat ini, DTKS telah banyak digunakan oleh berbagai kepentingan untuk
ketepatan sasaran program. Penetapan sasaran program diperlukan agar
perencanaan, pelaksanaan dan penganggaran program dapat menjadi lebih
fokus, terarah dan efesien, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial, penggunaan DTKS oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat telah diatur mekanismenya, sebagai
berikut :
56Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
50
2.5 Mekanisme Penggunaan DTKS
Hingga saat ini, DTKS tidak hanya dimanfaatkan oleh Dinas Sosial
Kabupaten/Kota dalam pemutakhiran data, akan tetapi juga digunakan oleh
organisasi, K/L dan masyarakat.
Adapun K/L yang telah menggunakan DTKS sebagai berikut :
1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk subsidi Listrik.
2. Kementerian Kesehatan untuk Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (PBI JK).
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama
untuk Kartu Indonesia Pintar.
Kementerian / Lembaga
Pemerintah Daerah Perangkat Daerah Masyarakat
1. Mengajukan
permohonan
tertulis kepada
Menteri
2. Menandatangani
Berita Acara
Serah Terima
Data dan
menerima data
3. Melaporkan
secara tertulis
hasil
pemanfaatan
data kepada
Menteri
1. Dinas / Instansi
Sosial mengajukan
permohonan
tertulis kepada
Menteri melalui
aplikasi SIKS-NG
2. Menandatangani
Berita Acara Serah
Terima Data dan
menerima data dari
aplikasi SIKS NG
3. Melaporkan secara
tertulis hasil
pemanfaatan data
kepada Menteri
1. Mengajukan
permohonan tertulis
kepada Dinas /
Instansi Sosial
2. Dinas/Instansi
Sosial menyiapkan
data dan membuat
Berita Acara Serah
Terima Data
3. Pemohon
menandatangani
Berita Acara Serah
Terima Data dan
menerima data
4. Hasil penggunaan
data oleh perangkat
daerah dilaporkan
kepada Menteri
1. Mengajukan
permohonan
tertulis kepada
Menteri
2. Menandatangani
Berita Acara Serah
Terima Data dan
menerima data
3. Melaporkan secara
tertulis hasil
pemanfaatan data
kepada Menteri
50
2.5 Mekanisme Penggunaan DTKS
Hingga saat ini, DTKS tidak hanya dimanfaatkan oleh Dinas Sosial
Kabupaten/Kota dalam pemutakhiran data, akan tetapi juga digunakan oleh
organisasi, K/L dan masyarakat.
Adapun K/L yang telah menggunakan DTKS sebagai berikut :
1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk subsidi Listrik.
2. Kementerian Kesehatan untuk Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (PBI JK).
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama
untuk Kartu Indonesia Pintar.
Kementerian / Lembaga
Pemerintah Daerah Perangkat Daerah Masyarakat
1. Mengajukan
permohonan
tertulis kepada
Menteri
2. Menandatangani
Berita Acara
Serah Terima
Data dan
menerima data
3. Melaporkan
secara tertulis
hasil
pemanfaatan
data kepada
Menteri
1. Dinas / Instansi
Sosial mengajukan
permohonan
tertulis kepada
Menteri melalui
aplikasi SIKS-NG
2. Menandatangani
Berita Acara Serah
Terima Data dan
menerima data dari
aplikasi SIKS NG
3. Melaporkan secara
tertulis hasil
pemanfaatan data
kepada Menteri
1. Mengajukan
permohonan tertulis
kepada Dinas /
Instansi Sosial
2. Dinas/Instansi
Sosial menyiapkan
data dan membuat
Berita Acara Serah
Terima Data
3. Pemohon
menandatangani
Berita Acara Serah
Terima Data dan
menerima data
4. Hasil penggunaan
data oleh perangkat
daerah dilaporkan
kepada Menteri
1. Mengajukan
permohonan
tertulis kepada
Menteri
2. Menandatangani
Berita Acara Serah
Terima Data dan
menerima data
3. Melaporkan secara
tertulis hasil
pemanfaatan data
kepada Menteri
57Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
51
4. Kementerian Sosial untuk Program Keluarga Harapan, Program Sembako,
Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) dan bantuan Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
5. BPJS Tenaga Kerja DKI Jakarta untuk program perikanan tangkap dan
budidaya.
6. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek untuk subsidi transportasi
warga Jakarta tepat sasaran.
7. Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk warga miskin nelayan.
8. Kementerian Desa untuk program PFM di wilayah perdesaan.
9. Badan Amil Zakat Nasional untuk program PFM.
10. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk pemeriksaan.
11. Kementerian Pertanian untuk program bekerja.
12. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
peningkatan kualitas rumah tidak layak huni.
13. Kementerian koperasi dan UKM untuk Kelompok Usaha Bersama.
14. Kepolisian untuk penanganan masalah kesejahteraan sosial.
15. Badan Pertanahan Nasional untuk pembuatan sertifikat tanah bagi fakir
miskin.
16. Kementerian Sosial dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Teringgal, dan Transmigrasi untuk penyaluran bantuan sosial Covid-19.
Dengan terintegrasinya semua data program pengentasan
kemiskinan, para pengambil keputusan mudah melakukan
kerjanya dalam menentukan program apa saja yang efektif
dan tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat tanpa terkecuali.
Dengan terintegrasinya semua data program pengentasan kemiskinan, para pengambil keputusan mudah melakukan kerjanya dalam menentukan program apa saja yang efektif dan tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat tanpa kecuali.
58Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
52
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial telah
menetapkan besaran tugas dan fungsi Kementerian Sosial yang
diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.
Permensos ini merupakan pengganti dari Permensos Nomor 20 Tahun 2015
untuk mengakomodasi perkembangan dan dinamika kebijakan yang diturunkan
melalui berbagai peraturan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan Kementerian Sosial
sebagai leading sector terkait pengelolaan data fakir miskin.
Menyimak perkembangan lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor
39 Tahun 2019 berkenaan Satu Data Indonesia (SDI) dan dengan dibentuknya
Lembaga SDI yang terdiri dari Dewan Pengarah, Forum SDI, Pembina Data,
Walidata dan Produsen Data, maka Menteri Sosial menindaklanjuti hal tersebut
dengan menerbitkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020 tentang Walidata dan
Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.
Pada Permensos tersebut disebutkan bahwa Walidata Bidang Kesejahteraan
Sosial dilaksanakan oleh unit kerja di Kementerian Sosial yang mempunyai tugas
dan fungsi data dan informasi kesejahteraan sosial yang saat ini dipegang oleh
Pusdatin Kesos dan mempunyai tugas:
1. mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang
disampaikan oleh produsen data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;
2. menyebarluaskan data, Metadata, memberi Kode Referensi, dan Data Induk di
Portal Satu Data Indonesia; dan
3. membantu Pembina Data dalam membina Produsen Data.
Produsen Data merupakan seluruh unit kerja di Kementerian Sosial yang
menghasilkan data di bidang kesejahteraan sosial dan menyampaikan data
kepada Walidata.
III. Kelembagaan
52
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial telah
menetapkan besaran tugas dan fungsi Kementerian Sosial yang
diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.
Permensos ini merupakan pengganti dari Permensos Nomor 20 Tahun 2015
untuk mengakomodasi perkembangan dan dinamika kebijakan yang diturunkan
melalui berbagai peraturan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan Kementerian Sosial
sebagai leading sector terkait pengelolaan data fakir miskin.
Menyimak perkembangan lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor
39 Tahun 2019 berkenaan Satu Data Indonesia (SDI) dan dengan dibentuknya
Lembaga SDI yang terdiri dari Dewan Pengarah, Forum SDI, Pembina Data,
Walidata dan Produsen Data, maka Menteri Sosial menindaklanjuti hal tersebut
dengan menerbitkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020 tentang Walidata dan
Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.
Pada Permensos tersebut disebutkan bahwa Walidata Bidang Kesejahteraan
Sosial dilaksanakan oleh unit kerja di Kementerian Sosial yang mempunyai tugas
dan fungsi data dan informasi kesejahteraan sosial yang saat ini dipegang oleh
Pusdatin Kesos dan mempunyai tugas:
1. mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang
disampaikan oleh produsen data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;
2. menyebarluaskan data, Metadata, memberi Kode Referensi, dan Data Induk di
Portal Satu Data Indonesia; dan
3. membantu Pembina Data dalam membina Produsen Data.
Produsen Data merupakan seluruh unit kerja di Kementerian Sosial yang
menghasilkan data di bidang kesejahteraan sosial dan menyampaikan data
kepada Walidata.
III. Kelembagaan
52
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial telah
menetapkan besaran tugas dan fungsi Kementerian Sosial yang
diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.
Permensos ini merupakan pengganti dari Permensos Nomor 20 Tahun 2015
untuk mengakomodasi perkembangan dan dinamika kebijakan yang diturunkan
melalui berbagai peraturan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan Kementerian Sosial
sebagai leading sector terkait pengelolaan data fakir miskin.
Menyimak perkembangan lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor
39 Tahun 2019 berkenaan Satu Data Indonesia (SDI) dan dengan dibentuknya
Lembaga SDI yang terdiri dari Dewan Pengarah, Forum SDI, Pembina Data,
Walidata dan Produsen Data, maka Menteri Sosial menindaklanjuti hal tersebut
dengan menerbitkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020 tentang Walidata dan
Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.
Pada Permensos tersebut disebutkan bahwa Walidata Bidang Kesejahteraan
Sosial dilaksanakan oleh unit kerja di Kementerian Sosial yang mempunyai tugas
dan fungsi data dan informasi kesejahteraan sosial yang saat ini dipegang oleh
Pusdatin Kesos dan mempunyai tugas:
1. mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang
disampaikan oleh produsen data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;
2. menyebarluaskan data, Metadata, memberi Kode Referensi, dan Data Induk di
Portal Satu Data Indonesia; dan
3. membantu Pembina Data dalam membina Produsen Data.
Produsen Data merupakan seluruh unit kerja di Kementerian Sosial yang
menghasilkan data di bidang kesejahteraan sosial dan menyampaikan data
kepada Walidata.
III. Kelembagaan
59Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
53
Tugas Produsen Data diantaranya:
1. memberikan masukan kepada Pembina Data dan Menteri atau kepala Instansi
Pusat mengenai Standar Data, Metadata, dan Interoperabilitas Data;
2. menghasilkan Data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;
3. menyampaikan Data dan Metadata kepada Walidata.
Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memenuhi Standar Data, dilengkapi
dengan Metadata38 dan memenuhi kaidah Interoperabilitas39 Data serta
menggunakan Kode Referensi atau Data Induk.
Untuk mendapatkan data kesejahteraan sosial yang terpadu dan akurat secara
nasional, diperlukan strategi yang cermat baik di data utama dan data pendukung
kegiatan penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya strategi itu memerlukan
penyempurnaan baik dari sisi organisasi, sumber daya, mekanisme pengelolaan
data beserta infrastruktur pendukungnya, dan pengelolaan sistem informasi
pengelola data yang handal di Kementerian Sosial.
Dengan mempertimbangkan kondisi empirik atas permasalahan, kebutuhan
untuk menangani keluasan cakupan, dan kekhususan tugas dan fungsi maka
dipandang perlu penataan organisasi dan tata kerja untuk mewadahi tugas dan
fungsi pengelolaan data di bidang kesejahteraan sosial serta Sistem dan
Teknologi Informasi pendukung proses bisnis kegiatan Kementerian Sosial yang
mencakup:
1. Pengelolaan pengembangan Teknologi Informasi (TI), infrastruktur TI, dan
sistem informasi kesejahteraan sosial;
2. Pengumpulan, pengolahan, dan penyajian DTKS; dan
3. Diseminasi DTKS yang meliputi rujukan, analisis, dan layanan serta
penyebarluasan data.
38 Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau
setidaknya menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola. Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi.
39 Interoperabilitas dalam organisasi berkaitan dengan kemampuan sistem dan aplikasi IT yang berbeda untuk saling berkomunikasi. Dengan kata lain, perangkat yang ada nantinya mampu bertukar dan menginterpretasi data yang dibagikan satu sama lain.
60Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
54
STRUKTUR ORGANISASI
Untuk menguatkan organisasi dan tata kerja Pusdatin Kesos, serta mendukung
pengelolaan data dan informasi secara terintegrasi sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, perlu
dilakukan penataan organisasi dan tata kerja Pusdatin Kesos. Untuk mewujudkan itu,
pada tahun 2017 Organisasi dan tata kerja Pusdatin Kesos mengalami perubahan
dengan menambahkan dan mengubah nomenklatur jabatan struktural.
Sesuai Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Sosial Nomor 14 Tahun 2017, pada pasal 629 (1) Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri melalui
Sekretaris Jenderal.
Adapun Struktur Organisasi Pusdatin Kesos tersebut terdiri dari:
1. Kepala Pusdatin Kesos
2. Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan administrasi pusat. Bagian
Tata Usaha terdiri dari 2 (dua) sub bagian yaitu Sub Bagian Perencanaan dan
Keuangan dan Sub Bagian Umum. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan urusan perencanaan kegiatan dan anggaran;
b. pelaksanaan urusan keuangan; dan
c. pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, tata persuratan, kearsipan,
perlengkapan, dan rumah tangga
3. Bidang Pengelolaan Data, melaksanakan tugas penyusunan kebijakan teknis dan
pengelolaan data kesejahteraan sosial. Bidang Pengelolaan Data terdiri dari 2
(dua) sub bidang yaitu Sub Bidang Pengumpulan Data dan Sub Bidang
Pengolahan dan Penyajian Data. Bidang Pengelolaan Data mempunyai fungsi:
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengelolaan data
kesejahteraan sosial; dan
b. pelaksanaan pengelolaan data kesejahteraan sosial.
4. Bidang Diseminasi Data, melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan diseminasi data kesejahteraan sosial. Bidang Diseminasi Data terdiri
dari 2 (dua) sub bidang yaitu Sub Bidang Layanan Data dan Sub Bidang Promosi
Data. Bidang Diseminasi Data mempunyai fungsi:
61Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
55
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang diseminasi data
kesejahteraan sosial; dan
b. pelaksanaan diseminasi data kesejahteraan sosial.
5. Bidang Pengelolaan Sistem dan Teknologi Informasi, mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis serta pengelolaan sistem dan
teknologi informasi. Bidang Pengelolaan Sistem dan Teknologi Informasi terdiri
dari 2 (dua) sub bidang yaitu Sub Bidang Pengelolaan Sistem Informasi dan Sub
Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi. Bidang Pengelolaan Sistem dan
Teknologi Informasi mempunyai fungsi:
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengelolaan sistem dan
teknologi informasi; dan
b. pelaksanaan pengelolaan sistem dan teknologi informasi.
Secara rinci Struktur Organisasi Pusdatin Kesos dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut:
62Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
Gambar 3.1 Struktur Kelembagaan
63Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
57
Untuk mewujudkan tujuan strategis Pusdatin Kesos,
dirancang sasaran kegiatan. Berupa peningkatan
meningkatkan kualitas Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial yang lengkap, akurat, dan tepat waktu. Juga
terciptanya sistem informasi layanan data terpadu
kesejahteraan sosial yang andal.
Salah satu tujuan strategis Kementerian Sosial adalah meningkatkan layanan
yang berkualitas oleh pelaku penyelenggara kesejahteraan sosial yang
profesional. Dari tujuan tersebut dibagi menjadi dua sasaran strategis yang salah
satunya meningkatkan kualitas DTKS. Indikator kinerja sasaran strategis
meningkatkan kualitas DTKS adalah Persentase (%) K/L/D yang memanfaatkan
DTKS dalam penyelenggaraan program penanggulangan kemiskinan.
Mengacu kepada kebijakan Kementerian Sosial, maka kebijakan Pusdatin Kesos
dalam meningkatkan kualitas DTKS melalui strategi-strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas sistem informasi kesejahteraan sosial;
2. Peningkatan kualitas instrumen DTKS yang memasukkan indikator
kemiskinan dan kerentanan multi dimensi, serta pengembangan metode
perangkingan penduduk yang konsisten dengan sistem graduasi masing-
masing program;
3. Pendampingan kepada Pemerintah Daerah untuk pengendalian mutu dalam
proses verifikasi dan validasi dari segi kelembagaan di daerah, kapasitas
sumber daya manusia, serta pengembangan sistem pendataan, melalui (i)
pemantauan kualitas data; (ii) Pemberian bimbingan teknis ke daerah
terhadap mekanisme verifikasi dan validasi data; (iii) Sosialiasi DTKS secara
internal maupun eksternal kelembagaan;
4. Peningkatan keaktifan Pemerintah Daerah serta memastikan pengalokasian
anggaran verifikasi dan validasi data terpadu kesejahteraan sosial, melalui (i)
penyusunan raport keaktifan pendataan untuk setiap daerah, rapor ditujukan
kepada Gubernur/Walikota/Bupati; (ii) Redefinisi keaktifan pemutakhiran
Untuk mewujudkan tujuan strategis Pusdatin Kesos, dirancang sasaran kegiatan. Berupa peningkatan meningkatkan kualitas Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang lengkap, akurat, dan tepat waktu. Juga terciptanya sistem informasi layanan data terpadu kesejahteraan sosial yang andal.
64Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
58
DTKS agar aa batas minimal data yang harus dilakukan pemutakhiran oleh
daerah; (iii) Insentif yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
sosial bagi daerah yang aktif melakukan pemutakhiran data;
5. Peningkatan integrasi data terpadu baik secara program maupun sistem,
khususnya dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sistem informasi
Administrasi Kependudukan (Adminduk), sistem informasi Kesehatan yang
dimiliki oleh BPJS Kesehatan, sistem informasi pelanggan PLN, serta basis
data lain yang terkait dengan penyelenggaraan program penanggulangan
kemiskinan dan perlindungan sosial;
6. Peningkatan tata kelola kelembagaan melalui penguatan fungsi Tim
Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) untuk
berkoordinasi dengan perangkat daerah terkait dalam hal pendataan,
pengaduan, dan pemanfaatan DTKS.
Menjadi pengelola Data Kesejahteraan Sosial yang
profesional dan andal, berbasis sistem dan teknologi
informasi.
Menjadi pengelola Data Kesejahteraan Sosial yang profesional dan andal, berbasis sistem dan teknologi informasi
65Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
59
Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019, DTKS terdiri dari tiga
komponen data utama, yaitu Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS), Data Penerima Bantuan dan Pemberdayaan sosial serta data Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Data ini dikelola dengan aplikasi Sistem
Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG) dan menjadi sumber data utama dalam
penyaluran program-program bantuan dan pemberdayaan sosial, baik yang
diselenggarakan oleh Kementerian Sosial maupun Kementerian/Lembaga lain.
A. DTKS SEBAGAI SATU DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, beberapa negara sudah membangun
Sistem Informasi Perlindungan Sosial (Social Protection Information
System/SPIS) sebagai sarana pengelolaan register sosial (Social Registries)
maupun register penerima bantuan sosial (Beneficiaries Registries).
Social Registries adalah sistem informasi yang mendukung penjangkauan,
penerimaan, pendaftaran populasi dan penentuan kelayakan untuk mendapatkan
program bantuan dan pemberdayaan sosial, sedangkan Beneficiaries Registries
merupakan sistem informasi yang mendukung penentuan sasaran, penyaluran
dan pemantauan program-program bantuan maupun pemberdayaan sosial.
Kedua sistem ini biasanya berjalan bersama dan saling mendukung dalam satu
kesatuan Social Protection Information System.
DTKS sebagai sumber data utama pelaksanaan program-program jaring
pengaman sosial di Indonesia beserta sistem pengelolanya SIKS-NG, dari yang
semula masih berupa Social Registries (periode 2005-2017), saat ini sudah
menjadi sebuah Social Protection Information System ditambah dengan sistem
informasi pengelola data PSKS yang berkaitan erat dengan pelaksanaan
kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, SIKS-NG terdiri dari 3 (tiga) sub sistem
utama yaitu sistem informasi pengelola populasi/data calon penerima bantuan
dan pemberdayaan sosial atau Register Sosial, sistem informasi pengelola data
IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM
59
Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019, DTKS terdiri dari tiga
komponen data utama, yaitu Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS), Data Penerima Bantuan dan Pemberdayaan sosial serta data Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Data ini dikelola dengan aplikasi Sistem
Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG) dan menjadi sumber data utama dalam
penyaluran program-program bantuan dan pemberdayaan sosial, baik yang
diselenggarakan oleh Kementerian Sosial maupun Kementerian/Lembaga lain.
A. DTKS SEBAGAI SATU DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, beberapa negara sudah membangun
Sistem Informasi Perlindungan Sosial (Social Protection Information
System/SPIS) sebagai sarana pengelolaan register sosial (Social Registries)
maupun register penerima bantuan sosial (Beneficiaries Registries).
Social Registries adalah sistem informasi yang mendukung penjangkauan,
penerimaan, pendaftaran populasi dan penentuan kelayakan untuk mendapatkan
program bantuan dan pemberdayaan sosial, sedangkan Beneficiaries Registries
merupakan sistem informasi yang mendukung penentuan sasaran, penyaluran
dan pemantauan program-program bantuan maupun pemberdayaan sosial.
Kedua sistem ini biasanya berjalan bersama dan saling mendukung dalam satu
kesatuan Social Protection Information System.
DTKS sebagai sumber data utama pelaksanaan program-program jaring
pengaman sosial di Indonesia beserta sistem pengelolanya SIKS-NG, dari yang
semula masih berupa Social Registries (periode 2005-2017), saat ini sudah
menjadi sebuah Social Protection Information System ditambah dengan sistem
informasi pengelola data PSKS yang berkaitan erat dengan pelaksanaan
kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, SIKS-NG terdiri dari 3 (tiga) sub sistem
utama yaitu sistem informasi pengelola populasi/data calon penerima bantuan
dan pemberdayaan sosial atau Register Sosial, sistem informasi pengelola data
IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM
59
Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019, DTKS terdiri dari tiga
komponen data utama, yaitu Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS), Data Penerima Bantuan dan Pemberdayaan sosial serta data Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Data ini dikelola dengan aplikasi Sistem
Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG) dan menjadi sumber data utama dalam
penyaluran program-program bantuan dan pemberdayaan sosial, baik yang
diselenggarakan oleh Kementerian Sosial maupun Kementerian/Lembaga lain.
A. DTKS SEBAGAI SATU DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, beberapa negara sudah membangun
Sistem Informasi Perlindungan Sosial (Social Protection Information
System/SPIS) sebagai sarana pengelolaan register sosial (Social Registries)
maupun register penerima bantuan sosial (Beneficiaries Registries).
Social Registries adalah sistem informasi yang mendukung penjangkauan,
penerimaan, pendaftaran populasi dan penentuan kelayakan untuk mendapatkan
program bantuan dan pemberdayaan sosial, sedangkan Beneficiaries Registries
merupakan sistem informasi yang mendukung penentuan sasaran, penyaluran
dan pemantauan program-program bantuan maupun pemberdayaan sosial.
Kedua sistem ini biasanya berjalan bersama dan saling mendukung dalam satu
kesatuan Social Protection Information System.
DTKS sebagai sumber data utama pelaksanaan program-program jaring
pengaman sosial di Indonesia beserta sistem pengelolanya SIKS-NG, dari yang
semula masih berupa Social Registries (periode 2005-2017), saat ini sudah
menjadi sebuah Social Protection Information System ditambah dengan sistem
informasi pengelola data PSKS yang berkaitan erat dengan pelaksanaan
kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, SIKS-NG terdiri dari 3 (tiga) sub sistem
utama yaitu sistem informasi pengelola populasi/data calon penerima bantuan
dan pemberdayaan sosial atau Register Sosial, sistem informasi pengelola data
IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM
66Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
60
penerima bantuan dan pemberdayaan sosial atau beneficiaries registries dan
sistem informasi pengelola data PSKS. Data yang dikelola oleh SIKS-NG ini
menjadi sumber data utama dalam penyaluran program-program bantuan dan
pemberdayaan sosial baik yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial
maupun Kementerian/Lembaga lain.
Gambar 4.1 Tiga Kelompok Data dalam DTKS
Secara lebih rinci lagi, komponen-komponen DTKS tersebut terdiri dari :
1. Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), meliputi:
a. PPKS dalam rumah tangga yang berupa:
• Fakir miskin, adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi
tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak
bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
• Orang Tidak Mampu, adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan
dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan
keluarganya.
Kedua data sudah mulai dikumpulkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun
2005 dan mulai berjalan menjadi social registries sejak tahun 2011 dan
dimutakhirkan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Sejak tahun 2017 mulai dikelola
dengan SIKS-NG yang memungkinkan dinas sosial kabupaten/kota dapat
melakukan pemutakhiran data maupun pengusulan rumah tangga miskin baru
setiap saat secara online.
60
penerima bantuan dan pemberdayaan sosial atau beneficiaries registries dan
sistem informasi pengelola data PSKS. Data yang dikelola oleh SIKS-NG ini
menjadi sumber data utama dalam penyaluran program-program bantuan dan
pemberdayaan sosial baik yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial
maupun Kementerian/Lembaga lain.
Gambar 4.1 Tiga Kelompok Data dalam DTKS
Secara lebih rinci lagi, komponen-komponen DTKS tersebut terdiri dari :
1. Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), meliputi:
a. PPKS dalam rumah tangga yang berupa:
• Fakir miskin, adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi
tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak
bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
• Orang Tidak Mampu, adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan
dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan
keluarganya.
Kedua data sudah mulai dikumpulkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun
2005 dan mulai berjalan menjadi social registries sejak tahun 2011 dan
dimutakhirkan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Sejak tahun 2017 mulai dikelola
dengan SIKS-NG yang memungkinkan dinas sosial kabupaten/kota dapat
melakukan pemutakhiran data maupun pengusulan rumah tangga miskin baru
setiap saat secara online.
67Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
61
Gambar di bawah ini memperlihatkan mekanisme pemutakhiran rumah tangga
DTKS. Masing-masing alur proses dijelaskan sebagai berikut:
1. Supervisor atau Penanggung Jawab Data Dinas Sosial Kabupaten/Kota
mengunduh prelist rumah tangga untuk disimpan pada SIKS-NG Offline atau
mempublikasikan data rumah tangga ke petugas lapangan melalui SIKS-
Droid.
2. Prelist rumah tangga DTKS dibawa ke Musdes/Muskel untuk didiskusikan
kelayakan rumah tangga tersebut dalam DTKS.
3. Musdes/Muskel juga menerima pendaftaran rumah tangga miskin baru.
4. Petugas lapangan mengunjungi rumah tangga hasil musdes/muskel.
Kunjungan ini bisa menggunakan SIKS-Droid atau SIKS-NG Offline.
5. Hasil pemutakhiran data dikirimkan ke kabupaten/kota yang selanjutnya
disahkan dengan tanda tangan kepala daerah. Sebelum disahkan, melalui
SIKS-NG Online Penanggung Jawab Data/Supervisor memeriksa data dan
mencetak lampiran surat pengesahan. Proses pemeriksaan data ini didahului
dengan pemeriksaan NIK setiap individu secara otomatis oleh sistem ke data
Dukcapil.
6. Usulan hasil pemutakhiran data dikirimkan ke Kemensos (Pusdatin Kesos)
melalui SIKS-NG Online.
7. Pusdatin Kesos melakukan pengolahan data dengan merujuk ke data
administratif K/L lain seperti BPJS Kesehatan dan Ditjen Dukcapil.
Pengolahan data ini meliputi pemeringkatan rumah tangga DTKS.
8. Kemensos menerbitkan Surat Keputusan penetapan DTKS. DTKS hasil
penetapan ini digunakan untuk bantuan dan pemberdayaan sosial.
68Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
62
Gambar 4.2 Mekanisme Pemutakhiran Data Rumah Tangga DTKS
b. PPKS di luar rumah tangga
• Anak terlantar
• Anak balita terlantar
• Anak yg memerlukan pengembangan fungsi sosial
• Anak jalanan
• Anak yang memerlukan perlindungan khusus
• Lanjut usia terlantar
• Penyandang disabilitas
• Korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
• Warga negara Indonesia migran korban perdagangan orang
• Korban trafficking
• Korban tindak kekerasan
• Bekas narapidana terorisme
• Wanita tuna susila
• Orang dengan HIV/AIDS
• Gelandangan
• Pengemis
• Kelompok minoritas
• Korban bencana alam
musyawarah desa/kelurahan
2. prelist data DTKS
Pemutakhiran data berbasis komunitas dgn pendaftaran
aktif masyarakat (SIKS-Droid)SLRT/Kantor Desa/Kelurahan/Dinsos
5. pengesahan kab/kota
Pemda prop/kab/kota Kecamatan Desa/Kelurahan/RW/RT
SK Bupati4. visit
16 unduh prelistvia SIKS-NG
DATA ADM
Dj Dukcapil
Kemendikbud
Dj Pajak
BPJS-Kes
BPJS-TK
BKN7. Pertukaran data
kunjungan rumah tangga(PSKS/petugas Desa)
3. daftar aktif
TOP 99Inovasi Pelayanan
Publik 2019
ISO 27001Information Security
Management
Satu Data Kesejahteraan Sosial DTKSBansos
& Dayasos
8. SK Mensos DTKS
62
Gambar 4.2 Mekanisme Pemutakhiran Data Rumah Tangga DTKS
b. PPKS di luar rumah tangga
• Anak terlantar
• Anak balita terlantar
• Anak yg memerlukan pengembangan fungsi sosial
• Anak jalanan
• Anak yang memerlukan perlindungan khusus
• Lanjut usia terlantar
• Penyandang disabilitas
• Korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
• Warga negara Indonesia migran korban perdagangan orang
• Korban trafficking
• Korban tindak kekerasan
• Bekas narapidana terorisme
• Wanita tuna susila
• Orang dengan HIV/AIDS
• Gelandangan
• Pengemis
• Kelompok minoritas
• Korban bencana alam
musyawarah desa/kelurahan
2. prelist data DTKS
Pemutakhiran data berbasis komunitas dgn pendaftaran
aktif masyarakat (SIKS-Droid)SLRT/Kantor Desa/Kelurahan/Dinsos
5. pengesahan kab/kota
Pemda prop/kab/kota Kecamatan Desa/Kelurahan/RW/RT
SK Bupati
4. visit
16 unduh prelistvia SIKS-NG
DATA ADM
Dj Dukcapil
Kemendikbud
Dj Pajak
BPJS-Kes
BPJS-TK
BKN7. Pertukaran data
kunjungan rumah tangga(PSKS/petugas Desa)
3. daftar aktif
TOP 99Inovasi Pelayanan
Publik 2019
ISO 27001Information Security
Management
Satu Data Kesejahteraan Sosial DTKSBansos
& Dayasos
8. SK Mensos DTKS
69Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
63
• Korban bencana sosial
• Perempuan rawan sosial ekonomi
• Keluarga yang memiliki masalah psikososial
• Komunitas adat terpencil
c. Penerima Bantuan dan Pemberdayaan Sosial
• Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)
• Penerima Bantuan Program Sembako (BPNT & Rastra)
• Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK)
• Penerima Bantuan Sosial Tunai (BST)
• Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak, Lanjut Usia, Penyandang
Disabilitas, Tuna Sosial, KPO, Napza
• Penerima Bantuan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT)
• Penerima Bantuan Bencana Sosial & Alam
• Penerima Program Indonesia Pintar (PIP)
• Penerima Program Bidik Misi
• Penerima Program Subsidi Listrik
2. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)
a. PSKS Perseorangan
• Pekerja Sosial
• Asisten Pekerja Sosial
• Pendamping Sosial
• Pekerja Sosial Masyarakat
• Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
• Taruna Siaga Bencana
• Penyuluh Sosial Masyarakat
• Tenaga Pelopor Perdamaian
b. PSKS Keluarga
• KPM program bantuan sosial yang sudah mampu
• Keluarga yang mampu dan mau berkontribusi
c. PSKS Lembaga
• Karang Taruna
• Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
• Lembaga Peduli Keluarga
70Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
64
Data PSKS dan PPKS di Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya akan divalidasi
dan ditetapkan dalam DTKS sehingga bisa menjadi calon penerima bantuan dan
pemberdayaan sosial.
Gambar di bawah ini memperlihatkan alur pendaftaran PSKS dan PPKS di luar
rumah tangga. Pendaftaran dimulai dari PSKS yang digambarkan dalam kotak
merah di sebelah kiri. Tergantung jenisnya, pendaftaran PSKS baik berupa lembaga
maupun non lembaga dilakukan secara mandiri (secara online) atau oleh satuan
kerja terkait di Kementerian Sosial.
Gambar 4.2 Skema pendataan PSKS dan PPKS yang tinggal di luar rumah tangga
Setelah PSKS didaftarkan (dengan proses verifikasi berjenjang dari dinas sosial
kabupaten/kota sampai ke satuan kerja Kemensos terkait, PSKS yang berbentuk
lembaga yang memiliki penerima manfaat (PM) akan mendaftarkan para penerima
manfaat di lembaga mereka dengan login ke akun SIKS-NG. Selanjutnya, PPKS
yang sudah terdaftar dapat diusulkan untuk menerima bantuan melalui lembaga
kesejahteraan sosial tempat mereka bernaung. Diharapkan dengan mekanisme ini
64
Data PSKS dan PPKS di Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya akan divalidasi
dan ditetapkan dalam DTKS sehingga bisa menjadi calon penerima bantuan dan
pemberdayaan sosial.
Gambar di bawah ini memperlihatkan alur pendaftaran PSKS dan PPKS di luar
rumah tangga. Pendaftaran dimulai dari PSKS yang digambarkan dalam kotak
merah di sebelah kiri. Tergantung jenisnya, pendaftaran PSKS baik berupa lembaga
maupun non lembaga dilakukan secara mandiri (secara online) atau oleh satuan
kerja terkait di Kementerian Sosial.
Gambar 4.2 Skema pendataan PSKS dan PPKS yang tinggal di luar rumah tangga
Setelah PSKS didaftarkan (dengan proses verifikasi berjenjang dari dinas sosial
kabupaten/kota sampai ke satuan kerja Kemensos terkait, PSKS yang berbentuk
lembaga yang memiliki penerima manfaat (PM) akan mendaftarkan para penerima
manfaat di lembaga mereka dengan login ke akun SIKS-NG. Selanjutnya, PPKS
yang sudah terdaftar dapat diusulkan untuk menerima bantuan melalui lembaga
kesejahteraan sosial tempat mereka bernaung. Diharapkan dengan mekanisme ini
71Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
65
maka PPKS akan mendapatkan akses yang lebih besar kepada layanan
pendaftaran.
Untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan akurat
bagi penyelenggaraan sistem perlindungan sosial
nasional, perlu dilakukan pemutakhiran data secara
rutin dan berkesinambungan
B. ARSITEKTUR SIKS-NG
Sebagai sebuah sistem informasi, arsitektur SIKS NG terdiri dari empat elemen dasar
yaitu data dan informasi; perangkat lunak aplikasi; manajemen basis data; dan
infrastruktur teknologi informasi:
1. Data dan Informasi
Pengelolaan data dan informasi pada SIKS NG meliputi proses pengumpulan
data, pertukaran data serta pengamanan data:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara seperti pengumpulan
data dari lapangan melalui kunjungan dari rumah ke rumah serta pendaftaran
aktif oleh individu ke petugas pengelola data di wilayahnya. Proses
pengumpulan data dapat melalui kuesioner kemudian diinput ke dalam sistem
secara offline maupun online dan dapat juga melalui perangkat mobile.
b. Pertukaran data dilakukan dengan data administasi K/L lain, seperti data
catatan sipil pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pada
Kementerian Dalam Negeri, Data Pokok Pendidikan pada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, data pajak pada Kementerian Keuangan, data
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan pada BPJS dan data pelanggan
listrik pada Kementerian ESDM. Data administrasi ini digunakan sebagai sarana
perbaikan dan verifikasi data yang didapat dari lapangan serta dapat
mengurangi jumlah data yang harus dimutakhirkan melalui kegiatan
pengumpulan data lapangan40.
40 Misalnya informasi tentang penerimaan bantuan sosial tidak perlu ditanyakan di lapangan
karena informasi tersebut bisa didapat dari data administratif.
Untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan akurat bagi penyelenggaraan sistem perlindungan sosial nasional, perlu dilakukan pemutakhiran data secara rutin dan berkesinambungan.
65
maka PPKS akan mendapatkan akses yang lebih besar kepada layanan
pendaftaran.
Untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan akurat
bagi penyelenggaraan sistem perlindungan sosial
nasional, perlu dilakukan pemutakhiran data secara
rutin dan berkesinambungan
B. ARSITEKTUR SIKS-NG
Sebagai sebuah sistem informasi, arsitektur SIKS NG terdiri dari empat elemen dasar
yaitu data dan informasi; perangkat lunak aplikasi; manajemen basis data; dan
infrastruktur teknologi informasi:
1. Data dan Informasi
Pengelolaan data dan informasi pada SIKS NG meliputi proses pengumpulan
data, pertukaran data serta pengamanan data:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara seperti pengumpulan
data dari lapangan melalui kunjungan dari rumah ke rumah serta pendaftaran
aktif oleh individu ke petugas pengelola data di wilayahnya. Proses
pengumpulan data dapat melalui kuesioner kemudian diinput ke dalam sistem
secara offline maupun online dan dapat juga melalui perangkat mobile.
b. Pertukaran data dilakukan dengan data administasi K/L lain, seperti data
catatan sipil pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pada
Kementerian Dalam Negeri, Data Pokok Pendidikan pada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, data pajak pada Kementerian Keuangan, data
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan pada BPJS dan data pelanggan
listrik pada Kementerian ESDM. Data administrasi ini digunakan sebagai sarana
perbaikan dan verifikasi data yang didapat dari lapangan serta dapat
mengurangi jumlah data yang harus dimutakhirkan melalui kegiatan
pengumpulan data lapangan40.
40 Misalnya informasi tentang penerimaan bantuan sosial tidak perlu ditanyakan di lapangan
karena informasi tersebut bisa didapat dari data administratif.
72Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
66
c. Perlindungan Data harus dilakukan karena DTKS memuat informasi pribadi
dari puluhan juta individu. Perlindungan data mencakup pengaturan akses
data, implementasi cyber security, serta penjaminan Confidentiality, Integrity
dan Avaliability Data. Untuk perlindungan data ini, Pusdatin Kesos telah
melakukan implementasi sesuai ISO 27001:2013 dan telah mendapatkan
sertifikasi ISO tersebut pada tahun 2019.
2. Perangkat Lunak Aplikasi
SIKS-NG sebagai perangkat lunak aplikasi pengelolaan DTKS terdiri dari
aplikasi front office serta back office:
a. Aplikasi Front-End: menyediakan tampilan antar muka dengan petugas
operator dan supervisor data serta individu dan K/L yang mengakses SIKS
NG. Aplikasi front-end memfasilitasi pendaftaran aktif individu maupun
Lembaga kesejahteraan sosial yang dimasukkan ke dalam DTKS;
pemutakhiran data individu maupun Lembaga yang sudah terdaftar pada
DTKS; monitoring progress pendaftaran maupun pemutakhiran data;
memvalidasi data hasil pendaftaran maupun pemutakhiran; serta
memverifikasi keabsahan data dengan mencocokkan ke data administrasi
kependudukan maupun data administrasi lain. Dalam SIKS NG, aplikasi front-
end ini dibangun dalam modul pengelolaan DTKS, modul Pengelolaan
Program Sembako, modul Pengelolaan PBI, modul Pengelolaan Data LKS dan
PPKS, modul SLRT serta modul Pengelolaan Bansos Tunai.
b. Aplikasi Back-end merupakan aplikasi pendukung aplikasi front-end yang
menyediakan koneksi dengan basis data serta proses validasi dan koneksi
dengan sistem lainnya. Aplikasi back-end ini dapat berupa middleware atau
Service Bus yang menghubungkan aplikasi dengan basis data, proses
validasi dan pembersihan data, transformasi data serta pertukaran data
dengan sistem lain.
Dengan perkembangan perangkat bergerak yang sangat pesat, Pusdatin
Kesos telah mengembangkan modul pengelolaan DTKS yang dapat dipasang
pada perangkat mobile terutama untuk proses pengumpulan dan validasi data
73Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
67
di lapangan diantaranya melalui pengembangan SIKS Droid, SIKS Dataku (Data
Terpadu di Jemariku) serta SIKS Mobile. Untuk menjaga kualitas Perangkat lunak aplikasi SIKS-NG, Pusdatin Kesos
membangun 3 lingkungan pengembangan perangkat lunak yaitu:
Development, Testing, dan Production. Ketiga lingkungan tersebut dibangun
terpisah namun memiliki struktur dan spesifikasi yang identik, di mana aplikasi
yang akan dibangun diletakkan pada lingkungan Development terlebih dahulu.
Setelah aplikasi tersebut dirasa siap oleh programmer maka selanjutnya akan
diduplikasi ke lingkungan testing. Lingkungan development dan testing ini
memuat data ujicoba yang secara struktur data sama dengan lingkungan
production namun jumlahnya lebih sedikit dan informasi individunya sudah
dihilangkan. Pada tahapan Testing ini tim quality control (QC) akan melakukan
pengecekan mendalam mengenai fungsi-fungsi aplikasi apakah sudah sesuai
menghasilkan output yang ingin dicapai. Selanjutnya jika aplikasi sudah lulus
dari proses testing dilakukan pemeriksaan keamanan aplikasi dengan
perangkat lunak khusus dan jika lulus maka aplikasi atau modul tersebut sudah
dapat dipasang pada lingkungan production yang berisi data sebenarnya dan
diakses oleh semua pengguna SIKS-NG.
3. Manajemen Basis Data
Manajemen basis data meliputi integrasi data, interoptabilitas serta koordinasi
dengan data administrasi pada sistem lain yang pada akhirnya akan mendukung
pengembangan Business Intelligence (BI) dan analisis data. Manajemen basis
data ini selain mengikuti pengembangan aplikasi yang menerapkan tiga
lingkungan, juga menambahkan lingkungan baru untuk tahap pengolahan data,
yaitu data cleansing, data integrity, dan tahap penyajian data (BI, Online Analytical
Data Processing, pertukaran data).
Gambaran arsitektur SIKS-NG dalam konteks data dan informasi, perangkat lunak
aplikasi, dan manajemen basis data dapat dilihat pada gambar berikut:
74Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
68
Gambar 4.4. Arsitektur SIKS-NG
Gambar di atas menjelaskan bahwa arsitektur SIKS-NG terdiri dari 7 komponen
utama, yakni:
a. Koneksi antara aplikasi dengan basis data dengan menggunakan Middleware
atau Service Bus yang mengatur akses ke Basis Data Sistem (RDB, Data
Warehouse, Data Lake Technology) secara standar dan aman;
b. Proses verivali mandiri oleh pemda untuk memutakhirkan DTKS secara
periodik dengan mekanisme yang baku yang didukung oleh sistem TIK yang
handal dan terkini;
c. Pertukaran data dengan sumber data administratif yang dikelola oleh K/L lain
yang terkoneksi langsung ke sistem;
d. Pemanfaatan DKTS untuk penyelenggaraan program-program bantuan dan
pemberdayaan sosial serta monitoring realisasi penyaluran yang tersimpan
pada Basis Data Sistem melalui Integrated Data Service;
e. Layanan pemanfaatan data kesos untuk komunitas nasional dan internasional
yang dapat menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP ini
digunakan untuk pemeliharaan sistem dan pemutakhiran data oleh pemda;
f. Sistem penunjang pengambilan keputusan berupa Executive Dashboard,
Command Center serta OLAP;
g. Komponen-komponen pendukung sistem dari berbagai sisi, yaitu peraturan,
sumber daya manusia, organisasi, dan anggaran. Komponen-komponen ini
didukung oleh E-government yang handal.
68
Gambar 4.4. Arsitektur SIKS-NG
Gambar di atas menjelaskan bahwa arsitektur SIKS-NG terdiri dari 7 komponen
utama, yakni:
a. Koneksi antara aplikasi dengan basis data dengan menggunakan Middleware
atau Service Bus yang mengatur akses ke Basis Data Sistem (RDB, Data
Warehouse, Data Lake Technology) secara standar dan aman;
b. Proses verivali mandiri oleh pemda untuk memutakhirkan DTKS secara
periodik dengan mekanisme yang baku yang didukung oleh sistem TIK yang
handal dan terkini;
c. Pertukaran data dengan sumber data administratif yang dikelola oleh K/L lain
yang terkoneksi langsung ke sistem;
d. Pemanfaatan DKTS untuk penyelenggaraan program-program bantuan dan
pemberdayaan sosial serta monitoring realisasi penyaluran yang tersimpan
pada Basis Data Sistem melalui Integrated Data Service;
e. Layanan pemanfaatan data kesos untuk komunitas nasional dan internasional
yang dapat menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP ini
digunakan untuk pemeliharaan sistem dan pemutakhiran data oleh pemda;
f. Sistem penunjang pengambilan keputusan berupa Executive Dashboard,
Command Center serta OLAP;
g. Komponen-komponen pendukung sistem dari berbagai sisi, yaitu peraturan,
sumber daya manusia, organisasi, dan anggaran. Komponen-komponen ini
didukung oleh E-government yang handal.
75Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
69
4. Infrastruktur Teknologi Informasi
Untuk mendukung pengelolaan data dan informasi, perangkat lunak aplikasi serta
basis data, diperlukan dukungan infrastruktur teknologi informasi yang handal dan
terjamin ketersediaannya setiap saat. Infrastruktur TI mencakup komponen-
komponen: Perangkat keras, perangkat lunak, dan brainware (SOP) dalam rangka
mendukung manajemen dan operasional perangkat TI.
Perangkat keras tersebut, secara garis besar terdiri dari perangkat pengolah data,
presentasi data, perangkat jaringan, Data Center (DC) dan Disaster Recovery
Center (DRC). Pusdatin Kesos dalam mengolah data, menyediakan Basis data
Engine, perangkat lunak ETL dan manajemen basis data berbasis Graphical User
Interface (GUI) maupun Command Line Interface (CLI), serta Personal Computer
(PC) maupun laptop dengan spesifikasi tinggi demi memperlancar pengolahan
data yang mencapai jutaan baris.
Kementerian sosial memiliki DC yang dibawah manajemen Pusdatin Kesos
dengan kapasitas yang cukup memadai, bahkan 2 tahun terakhir selalu
mendapatkan dukungan anggaran untuk peningkatan kapasitas. Fungsi DC ini mencakup pelayanan kebutuhan pengolahan DTKS dan hosting
penyelenggaraan sistem informasi dan teknologi informasi seluruh unit di
Kementerian Sosial. Hingga saat ini fasilitas DC yang dibangun oleh Kemensos
layak digunakan dalam mendukung pengelolaan DTKS dan akan terus
ditingkatkan guna mencapai standar DC Tier-3 implementasi atau Tier 4 design. DC Kementerian Sosial juga dilengkapi dengan Data Recovery Center (DRC) yang
saat ini ditempatkan secara collocation pada pihak ketiga dengan jarak lebih dari
771 km dari lokasi DC sehingga jika terjadi ketidak berfungsian pada DC akibat dari
bencana atau hal lain maka operasional aplikasi tidak akan terganggu karena
layanan akan dipindahkan secara otomatis ke DRC. Untuk mendukung percepatan proses pemutakhiran data di 514 kabupaten/kota
dan 34 provinsi serta di Balai dan Loka di bawah pengelolaan Kemensos, Pusdatin
Kesos juga menyediakan fasilitas jaringan komunikasi data melalui jalur internet
Fiber Optic dan V-Sat/Wireless (untuk daerah yang belum mendukung Fiber
76Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
70
Optic). Jaringan ini disiapkan untuk mengurangi kendala jaringan bagi pemerintah
daerah dalam pelaksanaan pemutakhiran DTKS di daerahnya secara online ke
Pusdatin Kesos dengan menerapkan standar keamanan data.
Adapun topologi dari infrastruktur TI untuk pengelolaan SIKS-NG dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.5 Topologi Infrastruktur TI
Selain Perangkat keras dan perangkat lunak, Pusdatin Kesos juga didukung
dengan brainware yang memadai. Pusdatin Kesos memiliki brainware seperti
administrator, teknisi, programmer, manajer proyek serta konsultan untuk hal-hal
tertentu. Administrator bertanggung jawab mengelola sistem agar berjalan lancar
Teknisi bertanggung jawab untuk merawat dan mengatasi permasalahan sistem
ketika terjadi kerusakan. Programmer bertugas untuk menyiapkan sistem yang
diperlukan. Agar semua pekerjaan berjalan lancar, selain administrator, teknisi dan
programmer, diperlukan project manager yang memimpin dalam suatu project
pekerjaan. Dengan adanya project manager ini, diharapkan para pegawai yang
terlibat dalam pekerjaan, melaksanakan kewajibannya sesuai tanggungjawab
masing-masing. Selain project manager, dalam hal tertentu diperlukan konsultan
agar pekerjaan berjalan lancar. Konsultan yang diperlukan, memiliki keahlian
77Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
71
khusus yang bisa memberikan nasehat atau konsultasi dalam menentukan
langkah pekerjaan.
C. PETA JALAN PENGEMBANGAN DAN CAPAIAN SIKS-NG
Pada awalnya SIKS-NG terdiri dari SIKS-NG Modul Bantuan Sosial Pangan (BSP).
Pemutakhiran Data Terpadu belum diakomodir di SIKS-NG versi awal. Baru pada
tahun 2018 SIKS-NG digunakan untuk memutakhirkan Data Terpadu dengan
menggunakan SIKS-NG Online dan SIKS-NG Offline. Selain untuk pemutakhiran
Data Terpadu, pada tahun 2018 telah dikembangkan SIKS-NG modul PBI. Modul ini
digunakan memutakhirkan data PBI yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
dan Kementerian Kesehatan.
Gambar 4.6 Tampilan Halaman SIKS-NG Offline. SIKS-NG Offline ini selain
mendukung pemutakhiran DTKS, juga menyediakan fungsi untuk memutakhirkan
data BSP/BPNT
78Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
72
Gambar 4.7 Tampilan Halaman SIKS-NG Online. Salah satu fungsi dari SIKS-NG Online
adalah sebagai tool untuk mengolah data yang diupload dari SIKS-NG Offline.
Gambar 4.8 Tampilan Halaman SIKS-NG Modul PBI. Modul ini memfasilitasi
penghapusan dan penggantian PBI yang terkoneksi langsung ke DTKS.
79Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
73
Gambar 4.9 Tampilan Halaman SIKS-NG Modul PBI. Modul ini terkoneksi dengan data
Dukcapil Kemendagri untuk memeriksa validitas NIK dan Nama yang diajukan sebagai
calon PBI.
Seiring dengan waktu SIKS-NG dikembangkan dengan menambahkan modul-
modul lain yang terkait dengan Data Terpadu. Pada tahun 2019 telah
dikembangkan modul-modul aplikasi penting lain yaitu SIKS-NG Modul Business
Intelligence (BI), SIKS-Droid, SIKS-NG Modul PPKS, SIKS-NG Modul SLRT,
SIKS Dataku dan SIKS4DX.
SIKS-NG Modul BI
SIKS-NG Modul BI adalah modul aplikasi untuk mendukung eksplorasi data,
analisis data dan pengambilan keputusan. Data pada modul aplikasi ini tidak
hanya berasal dari DTKS tetapi juga berasal dari sumber data lain seperti data
Potensi Desa (Podes) BPS. Data dari berbagai sumber diolah menjadi banyak
Data Mart41 untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan.
Saat ini tersedia BI yang berfokus pada aspek-aspek DTKS (pendidikan,
kesehatan, karakteristik rumah dan aset), rehabilitasi sosial (penyandang
disabilitas, anak dan lanjut usia), dan DTKS dari dilihat dari potensi desa.
41 Data mart adalah basis data yang berfokus pada lini bisnis, departemen, atau area subjek tertentu. Data mart
membuat data spesifik tersedia untuk sekelompok pengguna tertentu, yang memungkinkan pengguna tersebut dengan cepat mengakses wawasan penting tanpa membuang waktu untuk mencari di seluruh basis data yang ada.
80Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
74
Gambar 4.11 Tampilan Halaman SIKS BI
Gambar 4.10 Tampilan Halaman Dashboard SIKS BI pada
https://dtks.kemensos.go.id/dashboard-dtks
SIKS-Droid
SIKS-Droid adalah modul yang berbasis Android untuk memutakhirkan DTKS.
SIKS-Droid bisa digunakan secara online ketika ada koneksi internet maupun
secara offline ketika tidak ada koneksi internet. SIKS-Droid dapat menggantikan
fungsi SIKS-NG Offline untuk memutakhirkan DTKS. Kelebihan dari SIKS-Droid
81Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
75
adalah tidak perlu menggunakan kertas (paperless) sehingga pengolahan data
menjadi jauh lebih cepat dan kualitas data lebih terjamin.
Gambar 4.12 Tampilan aplikasi SIKSDroid pada perangkat mobile. Ini merupakan tampilan pertama sekali saat login ke aplikasi. Petugas yaitu Enumerator harus memasukkan User dan Password yang telah dibuat
oleh Petugas Korkab.
Gambar 4.13 Tampilan aplikasi SIKSDroid berbasis Web. SiksDroid berbasis web akan menampilkan peta/wilayah sehingga kelihatan lokasi dari wilayah pendataan serta bisa
menampilkan foto rumah tangga yang di mutakhirkan.
82Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
76
SIKS-NG Modul PPKS
SIKS-NG Modul PPKS adalah modul aplikasi yang digunakan untuk mengelola
data PPKS yang berada di luar rumah tangga termasuk Lembaga Kesejahteraan
Sosial (LKS) di mana PPKS bernaung. Dengan Modul ini dapat dilakukan
pendaftaran LKS Induk dan LKS Layanan, serta pendaftaran para penerima
manfaat/PPKS dari masing-masing LKS layanan. Saat ini jenis data PPKS yang
telah didukung oleh SIKS NG Modul PPKS adalah data layanan anak, data layanan
lanjut usia dan data layanan disabilitas. Layanan yang sedang dikembangkan
adalah data layanan Napza dan data layanan Korban Perdagangan Orang.
Gambar 4.13 Tampilan Halaman PPKS Layanan
SIKS-NG Modul SLRT
SIKS NG Modul SLRT adalah modul aplikasi penanganan aduan dan keluhan
masyaratkat pada baik pada Sekretariat SLRT, Puskesos dan Fasilitator SLRT.
Penanganan aduan dan keluhan dilakukan secara berjenjang yaitu dari desa,
kecamatan, kabupaten, provinsi dan pusat (Kemensos). Namun dalam aduan
dan keluhan bisa diselesaikan di tingkat desa atau kabupaten maka
penanganannya tidak perlu dilanjutkan sampai jenjang lebih tinggi misalnya
provinsi atau pusat (Kemensos). Saat Ini SIKS-NG Modul SLRT terbagi dalam 2
platform yaitu Web yang digunakan oleh Sekretariat SLRT dan Puskesos dan
Android yang digunakn oleh Fasilitator SLRT.
83Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
77
Terkait masyarakat yang menyampaikan keluhan belum terdaftar di dalam
DKTS, SIKS-NG modul SLRT bisa digunakan untuk mendaftarkan orang
tersebut sebagai data prelist untuk pemutakhiran DTKS periode berikutnya.
Kemudian untuk keluhan terkait bantuan, maka SIKS SLRT dapat diintegrasikan
dengan modul terkait bantuan seperti SIKS-NG Modul PBI dan SIKS-NG Modul
Program Sembako.
Gambar 4.12 Tampilan Halaman SIKS Modul SLRT Versi Web yang digunakan oleh
Sekretariat SLRT dan Puskesos untuk melayani keluhan dari masyarakat yang datang
mengadu.
Gambar 4.14 Tampilan Halaman SIKS Modul SLRT Versi Android yang digunakan
oleh Fasilitator SLRT untuk mencatat keluhan masyarakat dengan melakukan kunjungan
ke rumah atau tempat tinggal.
84Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
78
SIKS Dataku
SIKS Dataku adalah aplikasi Android yang dapat digunakan oleh masyarakat
yang bisa diunduh di Playstore. Pada aplikasi ini bisa dilihat jumlah pemutakhiran
DTKS yang dilakukan oleh setiap kabupaten/kota, jumlah penerima bansos, dan
sebaran jumlah rumah tangga DTKS atau penerima bansos sampai tingkat
desa/kelurahan.
Gambar 4.15 Tampilan Halaman SIKS Dataku yang digunakan oleh masyarakat
untuk mendapatkan informasi terkait keaktifan pemerintah daerah dalam pemutakhiran
data serta mengetahui distribusi jumlah rumah tangga atau penerima bansos perjenis
wilayah
SIKS4DX
SIKS4DX merupakan aplikasi untuk melayani pertukaran data dengan
kementerian atau lembaga lain melalui teknologi web service42. Daftar web
service bisa dilihat pada aplikasi Ini. Selain Itu juga dapat digunakan untuk
memonitor penggunaan web service oleh kementerian atau lembaga lain dan
juga dapat mengontrol penggunaan tersebut.
42 Web Service adalah perangkat lunak yang diinstal pada server web yang menggunakan
protokol komunikasi standar dalam berkomunikasi dengan perangkat lunak yang dimiliki klien atau dengan program berbasis web lainnya. Web service ini memungkinkan pertukaran atau komunikasi data dintara dua sistem tanpa banyak campur tangan manusia.
85Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
79
Gambar 4.16 Tampilan halaman SIKS4DX
Selain modul-modul aplikasi di atas, telah dikembangkan modul aplikasi
Cek Bansos. Modul aplikasi ini merupakan modul untuk memeriksa apakah
seseorang tercatat sebagai penerima bansos. Dengan modul ini
masyarakat bisa mengetahui apakah dirinya berhak mendapatkan bansos
atau tidak.
Pengembangan SIKS-NG pada tahun 2020 yang tidak kalah penting
adalah integrasi dengan sistem di luar Kemensos atau berbagai K/L lain.
Salah satunya adalah integrasi dengan Dukcapil melalui pemadanan data
NIK anggota rumah tangga yang ada di DTKS dengan data Dukcapil. Selain
dengan Dukcapil Kemendagri, integrasi lainnya adalah pertukaran data
dengan Kemendikbud. Integrasi ini dilakukan dengan memadankan
anggota rumah tangga DTKS dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)
Kemendikbud. Pemadanan ini dilakukan berdasarkan data NIK dan nama.
Integrasi data lain yang sedang dalam proses pelaksanaan adalah integrasi
dengan data Ditjen Pajak Kemenkeu dan data BPJS Ketenagakerjaan.
Integrasi ini direncanakan dapat diselesaikan pada kuartal pertama tahun
2021.
86Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
80
Gambar 4.17 Peta jalan Pengembangan SIKS NG
Pada tahun 2019, Hak Cipta Aplikasi SIKS-NG telah terdaftar di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah diterima oleh
Pusdatin Kesos.
Gambar 4. Hak Cipta Aplikasi SIKS-NG tahun 2019
87Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
81
ANNEX I-REFERENSI DASAR HUKUM DALAM BUKU INI
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan sebagai mana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional
Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum
Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial.
annex
81
ANNEX I-REFERENSI DASAR HUKUM DALAM BUKU INI
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan sebagai mana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional
Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum
Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial.
annex
88Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
82
ANNEX II - DAFTAR ISTILAH
1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,
dan/atau rentan terhadap risiko sosial agar dapat tetap hidup secara wajar.
2. Bantuan Sosial Pangan, yang selanjutnya disebut Bansos Pangan, adalah
program Bantuan Pangan Non tunai dan Program Bantuan Sosial Beras
Sejahtera (Rastra), yang pada tahun 2020 dikembangkan menjadi program
Sembako.
3. Data Terpadu adalah sistem data elektronik berisi data nama dan alamat
yang memuat informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari individu dengan
status kesejahteraan terendah di Indonesia.
4. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial adalah data Fakir Miskin hasil
pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kegiatan statistik dan telah diverifikasi dan divalidasi
oleh Kementerian Sosial dan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.
5. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
6. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/ataupelayanan sosial.
7. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
8. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
9. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah musyawarah antara badan
permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain, pemerintah
desa/kelurahan/nama lain, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
badan permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
82
ANNEX II - DAFTAR ISTILAH
1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,
dan/atau rentan terhadap risiko sosial agar dapat tetap hidup secara wajar.
2. Bantuan Sosial Pangan, yang selanjutnya disebut Bansos Pangan, adalah
program Bantuan Pangan Non tunai dan Program Bantuan Sosial Beras
Sejahtera (Rastra), yang pada tahun 2020 dikembangkan menjadi program
Sembako.
3. Data Terpadu adalah sistem data elektronik berisi data nama dan alamat
yang memuat informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari individu dengan
status kesejahteraan terendah di Indonesia.
4. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial adalah data Fakir Miskin hasil
pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kegiatan statistik dan telah diverifikasi dan divalidasi
oleh Kementerian Sosial dan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.
5. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
6. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/ataupelayanan sosial.
7. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
8. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
9. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah musyawarah antara badan
permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain, pemerintah
desa/kelurahan/nama lain, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
badan permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
89Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
83
10. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar
yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan
keluarganya.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
12. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
13. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah perseorangan, keluarga,
kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau
gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga
memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik
jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar.
14. Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan,
pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap
warga negara.
15. Pendataan adalah proses pengumpulan dan pemutakhiran data yang
berupa angka, teks, gambar, audio, dan/atau video, dilakukan dengan
metode diskusi, wawancara, dan pengamatan langsung.
16. Pengelolaan Data adalah kegiatan sistematis dalam pengaturan,
penyimpanan dan pemeliharaan data yang mencakup pendataan, verifikasi
dan validasi, dan penetapan data yang diperlukan untuk memastikan
aksesibilitas, kehandalan, ketepatan waktu, dan akuntabilitas data dalam
penggunaannya.
17. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan
fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang
dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak.
90Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
84
18. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial adalah perseorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk
menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
19. Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan, biasanya tinggal bersama, dan makan dari
satu dapur.
20. Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next-Generation yang
selanjutnya disingkat SIKS-NG adalah sistem informasi yang mendukung
proses Pengelolaan Data terpadu kesejahteraan sosial.
21. Verifikasi Data yang selanjutnya disebut Verifikasi adalah proses
pemeriksaan data untuk memastikan pendataan yang telah dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan dan memastikan data yang telah
dikumpulkan atau dimutakhirkan sesuai dengan fakta di lapangan.
22. Validasi Data yang selanjutnya disebut Validasi adalah proses pengesahan
data dengan memastikan dan memperbaiki data sehingga data valid atau
telah memenuhi aturan validasi.
91Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
85
ANNEX III - DAFTAR PERATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DATA
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin;
Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,
dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor
76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI
Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai
peserta program jaminan kesehatan.
Peraturan ini diterbitkan sebagai mandat dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan
Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional mengatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
85
ANNEX III - DAFTAR PERATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DATA
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin;
Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,
dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor
76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI
Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai
peserta program jaminan kesehatan.
Peraturan ini diterbitkan sebagai mandat dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan
Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional mengatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
92Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
86
Nasional yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh
penduduk melalui iuran wajib pekerja.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah;
a. Pasal 3:
Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui pendekatan wilayah
dimaksudkan
untuk:
1) memberikan arah agar Penanganan Fakir Miskin dilakukan secara
terpadu, terarah, dan berkesinambungan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesejahteraan Fakir Miskin; dan
2) memberikan pedoman bagi pengambilan kebijakan yang berpihak
kepada peningkatan kesejahteraan Fakir Miskin, berbasiskan wilayah
dengan memperhatikan kearifan lokal.
b. Pasal 4:
Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui pendekatan wilayah bertujuan:
1) terpenuhinya Kebutuhan Dasar Fakir Miskin agar memperoleh
kehidupan yang layak dan bermartabat yang dilaksanakan oleh
Menteri, menteri/pimpinan lembaga terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
2) meningkatnya kapasitas dan berkembangnya kemampuan dasar serta
kemampuan berusaha bagi Fakir Miskin; dan
3) terentaskannya Fakir Miskin dari kemiskinan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal;
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Pelayanan Minimal.
8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar Teknis
Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Sosial di Daerah;
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu
Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak
diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
87
ANNEX IV – DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN
VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA 2019
Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21 (dua puluh satu) provinsi
dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan Kegiatan
1 Banten Kota Tangerang Kota Serang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Cilegon Kab. Tangerang Kab. Pandeglang
2 Bengkulu Kota Bengkulu Kota Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Lebong
3 Jambi Kota Jambi Kota Jambi
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tanjung Jabung Timur
4 Jawa Barat Kota Bekasi Kota Bandung Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kab. Garut Kota Cimahi Kota Cirebon Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kab. Cirebon
5 Jawa Tengah Kota Semarang Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Wonosobo Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Cilacap
93Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
87
ANNEX IV – DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN
VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA 2019
Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21 (dua puluh satu) provinsi
dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan Kegiatan
1 Banten Kota Tangerang Kota Serang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Cilegon Kab. Tangerang Kab. Pandeglang
2 Bengkulu Kota Bengkulu Kota Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Lebong
3 Jambi Kota Jambi Kota Jambi
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tanjung Jabung Timur
4 Jawa Barat Kota Bekasi Kota Bandung Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kab. Garut Kota Cimahi Kota Cirebon Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kab. Cirebon
5 Jawa Tengah Kota Semarang Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Wonosobo Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Cilacap
87
ANNEX IV – DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN
VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA 2019
Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21 (dua puluh satu) provinsi
dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan Kegiatan
1 Banten Kota Tangerang Kota Serang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Cilegon Kab. Tangerang Kab. Pandeglang
2 Bengkulu Kota Bengkulu Kota Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Lebong
3 Jambi Kota Jambi Kota Jambi
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tanjung Jabung Timur
4 Jawa Barat Kota Bekasi Kota Bandung Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kab. Garut Kota Cimahi Kota Cirebon Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kab. Cirebon
5 Jawa Tengah Kota Semarang Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Wonosobo Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Cilacap
94Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
88
6 Jawa Timur Kota Surabaya Kota Surabaya Kota Malang Kab. Jember Kota Probolinggo Kab. Banyuwangi Kota Kediri Kota Pasuruan Kab. Sidoarjo Kab. Blitar Kota Madiun Kab. Magetan
7 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru
8 Kalimantan Timur Kota Samarinda Kota Samarinda Kota Balikpapan Kab. Kutai Kartanegara
9 Kepulauan Riau Kota Batam Kota Batam Kota Tanjung Pinang Kab. Karimun
10 Lampung Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung Kota Metro
11 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Kota Mataram
12 Riau Kota Dumai Kota Pekanbaru Kab. Bengkalis Kab.Pelalawan Kab.Siak
13 Sulawesi Selatan Kab. Gowa Kota Makassar Kab. Jeneponto Kab. Bone Kab. Wajo
Kab. Pangkajene Kepulauan
Kab. Maros Kota Pare Pare Kab. Sidenreng Rappang Kab. Takalar Kab. Bantaeng Kab. Tana Toraja
14 Sulawesi Tengah Kota Palu Kota Palu Kab. Poso Kab. Banggai Kab. Donggala
89
15 Sulawesi Tenggara Kota Kendari Kota Kendari Kab. Kolaka Kota Bau Bau Kab. Muna Kab. Kolaka Timur Kab. Konawe Kab. Buton Tengah Kab. Bombana
16 Sulawesi Utara Kota Manado Kota Manado Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Tomohon
17 Sumatera Barat Kota Padang Kota Padang 18 Sumatera Selatan Kota Palembang Kota Palembang
Kab. Banyuasin Kab. Musi Banyuasin Kota Pagar Alam Kab. Musi Rawas Utara
19 Sumatera Utara Kota Pematang Siantar Kota Medan Kab. Tapanuli Tengah Kota Tebing Tinggi Kota Padangsidimpuan Kab. Langkat Kab. Labuhanbatu Kab. Mandailing Natal Kota Binjai
20 Nusa Tenggara Timur Kab Kupang Kota Surabaya
Kab Timor Tengah Utara 21 Gorontalo Kota Gorontalo Kota Manado
Kab. Gorontalo
95Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
88
6 Jawa Timur Kota Surabaya Kota Surabaya Kota Malang Kab. Jember Kota Probolinggo Kab. Banyuwangi Kota Kediri Kota Pasuruan Kab. Sidoarjo Kab. Blitar Kota Madiun Kab. Magetan
7 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru
8 Kalimantan Timur Kota Samarinda Kota Samarinda Kota Balikpapan Kab. Kutai Kartanegara
9 Kepulauan Riau Kota Batam Kota Batam Kota Tanjung Pinang Kab. Karimun
10 Lampung Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung Kota Metro
11 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Kota Mataram
12 Riau Kota Dumai Kota Pekanbaru Kab. Bengkalis Kab.Pelalawan Kab.Siak
13 Sulawesi Selatan Kab. Gowa Kota Makassar Kab. Jeneponto Kab. Bone Kab. Wajo
Kab. Pangkajene Kepulauan
Kab. Maros Kota Pare Pare Kab. Sidenreng Rappang Kab. Takalar Kab. Bantaeng Kab. Tana Toraja
14 Sulawesi Tengah Kota Palu Kota Palu Kab. Poso Kab. Banggai Kab. Donggala
89
15 Sulawesi Tenggara Kota Kendari Kota Kendari Kab. Kolaka Kota Bau Bau Kab. Muna Kab. Kolaka Timur Kab. Konawe Kab. Buton Tengah Kab. Bombana
16 Sulawesi Utara Kota Manado Kota Manado Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Tomohon
17 Sumatera Barat Kota Padang Kota Padang 18 Sumatera Selatan Kota Palembang Kota Palembang
Kab. Banyuasin Kab. Musi Banyuasin Kota Pagar Alam Kab. Musi Rawas Utara
19 Sumatera Utara Kota Pematang Siantar Kota Medan Kab. Tapanuli Tengah Kota Tebing Tinggi Kota Padangsidimpuan Kab. Langkat Kab. Labuhanbatu Kab. Mandailing Natal Kota Binjai
20 Nusa Tenggara Timur Kab Kupang Kota Surabaya
Kab Timor Tengah Utara 21 Gorontalo Kota Gorontalo Kota Manado
Kab. Gorontalo
96Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
91
31 Data anggota rumah tangga harus diisi
32 Data anggota harus ada kepala Keluarga
33 Hanya Boleh ada 1 kepala rumah tangga
34 Periksa Nama kepala rumah tangga tidak ditemukan dalam data individu
90
ANNEX V DATA VARIABEL YANG DIVALIDASI
Validasi Data Rumah Tangga
1 Status Hasil vervali rumah tangga tidak boleh dikosongkan
2 Alamat tidak boleh dikosongkan
3 Nama tidak boleh dikosongkan
4 Jumlah ART tidak boleh dikosongkan
5 Jumlah Keluarga tidak boleh dikosongkan
6 Status kepemilikan bangunan tidak boleh dikosongkan
7 Status kepemilikan lahan tidak boleh dikosongkan
8 Luas lantai tidak boleh dikosongkan
9 Jenis Lantai tidak boleh dikosongkan
10 Jenis Dinding tidak boleh dikosongkan
11 Kondisi dinding tidak boleh dikosongkan
12 Jenis Atap tidak boleh dikosongkan
13 Kondisi atap tidak boleh dikosongkan
14 Sumber air minum tidak boleh dikosongkan
15 Cara peroleh air minum tidak boleh dikosongkan
16 Sumber penerangan tidak boleh dikosongkan
17 Besar Daya tidak boleh dikosongkan
18 Jika PLN: Nomor PLN tidak boleh dikosongkan
19 Bahan bakar masak tidak boleh dikosongkan
20 Fasilitas BAB tidak boleh dikosongkan
21 Jenis Kloset tidak boleh dikosongkan
22 Tempat Buang tinja tidak boleh dikosongkan
23 Aset tak bergerak (Lahan) tidak boleh dikosongkan
24 Luas lahan tidak boleh dikosongkan
25 Rumah lain tidak boleh dikosongkan
26 Data anggota rumah tangga harus diisi
27 Data anggota harus ada kepala rumah tangga
28 Luas lahan harus diinput
29 Jika sumber penerangan: PLN dan dengan meteran: ID PELANGGAN PLN HARUS
11 atau 12 DIGIT
30 Nomor kartu keluarga harus 16 digit
97Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
91
31 Data anggota rumah tangga harus diisi
32 Data anggota harus ada kepala Keluarga
33 Hanya Boleh ada 1 kepala rumah tangga
34 Periksa Nama kepala rumah tangga tidak ditemukan dalam data individu
90
ANNEX V DATA VARIABEL YANG DIVALIDASI
Validasi Data Rumah Tangga
1 Status Hasil vervali rumah tangga tidak boleh dikosongkan
2 Alamat tidak boleh dikosongkan
3 Nama tidak boleh dikosongkan
4 Jumlah ART tidak boleh dikosongkan
5 Jumlah Keluarga tidak boleh dikosongkan
6 Status kepemilikan bangunan tidak boleh dikosongkan
7 Status kepemilikan lahan tidak boleh dikosongkan
8 Luas lantai tidak boleh dikosongkan
9 Jenis Lantai tidak boleh dikosongkan
10 Jenis Dinding tidak boleh dikosongkan
11 Kondisi dinding tidak boleh dikosongkan
12 Jenis Atap tidak boleh dikosongkan
13 Kondisi atap tidak boleh dikosongkan
14 Sumber air minum tidak boleh dikosongkan
15 Cara peroleh air minum tidak boleh dikosongkan
16 Sumber penerangan tidak boleh dikosongkan
17 Besar Daya tidak boleh dikosongkan
18 Jika PLN: Nomor PLN tidak boleh dikosongkan
19 Bahan bakar masak tidak boleh dikosongkan
20 Fasilitas BAB tidak boleh dikosongkan
21 Jenis Kloset tidak boleh dikosongkan
22 Tempat Buang tinja tidak boleh dikosongkan
23 Aset tak bergerak (Lahan) tidak boleh dikosongkan
24 Luas lahan tidak boleh dikosongkan
25 Rumah lain tidak boleh dikosongkan
26 Data anggota rumah tangga harus diisi
27 Data anggota harus ada kepala rumah tangga
28 Luas lahan harus diinput
29 Jika sumber penerangan: PLN dan dengan meteran: ID PELANGGAN PLN HARUS
11 atau 12 DIGIT
30 Nomor kartu keluarga harus 16 digit
98Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
92
Validasi Data Anggota Rumah Tangga
1 NIK tidak boleh dikosongkan
2 Nama tidak boleh dikosongkan
3 Jenis kelamin tidak boleh dikosongkan
4 Tanggal lahir tidak boleh dikosongkan
5 Tanggal lahir tidak boleh melebihi hari ini
6 Nomor kartu keluarga tidak boleh dikosongkan
7 Hubungan kepala rumah tangga tidak boleh dikosongkan
8 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala rumah tangga
9 Nomor urut keluarga tidak boleh dikosongkan
10 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala keluarga dalam 1 keluarga
11 Status kawin tidak boleh dikosongkan
12 Jika kawin: ada akta nikah tidak boleh dikosongkan
13 Status ada di kartu keluarga tidak boleh dikosongkan
14 Ada kartu identitas tidak boleh dikosongkan
15 Jika wanita menikah: status hamil tidak boleh dikosongkan
16 Jenis disabilitas tidak boleh dikosongkan
17 Ada penyakit kronis tidak boleh dikosongkan
18 Partisipasi sekolah tidak boleh dikosongkan
19 Pendidikan tertinggi tidak boleh dikosongkan
20 Kelas tertinggi tidak boleh dikosongkan
21 Ijazah tertinggi tidak boleh dikosongkan
22 Status bekerja tidak boleh dikosongkan jika bekerja
23 Jumlah jam kerja tidak boleh dikosongkan
24 Lapangan usaha tidak boleh dikosongkan
25 Status pekerjaan tidak boleh dikosongkan
26 Status keberadaan anggota rumah tangga tidak boleh dikosongkan
27 NIK tidak lengkap/kurang dari 16 digit
28 Jenis kelamin kepala keluarga tidak boleh sama dengan suami/istri
92
Validasi Data Anggota Rumah Tangga
1 NIK tidak boleh dikosongkan
2 Nama tidak boleh dikosongkan
3 Jenis kelamin tidak boleh dikosongkan
4 Tanggal lahir tidak boleh dikosongkan
5 Tanggal lahir tidak boleh melebihi hari ini
6 Nomor kartu keluarga tidak boleh dikosongkan
7 Hubungan kepala rumah tangga tidak boleh dikosongkan
8 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala rumah tangga
9 Nomor urut keluarga tidak boleh dikosongkan
10 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala keluarga dalam 1 keluarga
11 Status kawin tidak boleh dikosongkan
12 Jika kawin: ada akta nikah tidak boleh dikosongkan
13 Status ada di kartu keluarga tidak boleh dikosongkan
14 Ada kartu identitas tidak boleh dikosongkan
15 Jika wanita menikah: status hamil tidak boleh dikosongkan
16 Jenis disabilitas tidak boleh dikosongkan
17 Ada penyakit kronis tidak boleh dikosongkan
18 Partisipasi sekolah tidak boleh dikosongkan
19 Pendidikan tertinggi tidak boleh dikosongkan
20 Kelas tertinggi tidak boleh dikosongkan
21 Ijazah tertinggi tidak boleh dikosongkan
22 Status bekerja tidak boleh dikosongkan jika bekerja
23 Jumlah jam kerja tidak boleh dikosongkan
24 Lapangan usaha tidak boleh dikosongkan
25 Status pekerjaan tidak boleh dikosongkan
26 Status keberadaan anggota rumah tangga tidak boleh dikosongkan
27 NIK tidak lengkap/kurang dari 16 digit
28 Jenis kelamin kepala keluarga tidak boleh sama dengan suami/istri
99Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020
100Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020
93