13
REFRAKSI MATA Pemeriksaan refraksi bertujuan untuk mengetahui jenis kelainan refraksi dan mengukur besarnya kelainan tersebut yang perlu dikoreksi.Pemeriksaan refraksi terdiri dari pemeriksaan subyektif dan obyektif.Pemeriksaan refraksi obyektif dilakukan menggunakan alat retinoscopy dan auto-refractor yang hasilnya dapat dilihat atau diukur langsung, tidak tergantung apa yang dikatakan oleh penderita kepada pemeriksa. Hasil pemeriksaan refraksi subyektif sangat tergantung yang dikatakan penderita kepada pemeriksa. Metode pemeriksaan subyektif antara lain menggunakan metode best vision sphere, sphero-sylindrical dan near refraction dengan menggunakan phoropter atau lensa coba (trial lens) yang dipakaikan pada penderita. KELAINAN REFRAKSI Seseorang dengan kelainan refraksi akan datang dengan mata yang tampak normal dengan keluhan sulit melihat dengan jelas. Kelainan refraksi terjadi karena kelainan bentuk dan ukuran bola mata, sehingga seseorang membutuhkan kaca mata atau lensa kontak (contact lens) agar dapat melihat dengan jelas dan nyaman.Kelainan refraksi terdiri dari miopia, hiperopia, astigmatisma dan presbiopia. Besarnya kelainan refraksi dan koreksi yang perlu dilakukan tergantung pada kelengkungan kornea, lensa dan panjang bola mata. Pada mata normal (emetrop) sinar yang masuk akan difokuskan tepat pada retina, sedangkan pada mata ammetrop sinar tidak tepat jatuh di retina sehingga tidak didapatkan bayangan benda yang jelas.

Refraksi Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

word

Citation preview

REFRAKSI MATA

Pemeriksaan refraksi bertujuan untuk mengetahui jenis kelainan refraksi dan mengukur besarnya kelainan tersebut yang perlu dikoreksi.Pemeriksaan refraksi terdiri dari pemeriksaan subyektif dan obyektif.Pemeriksaan refraksi obyektif dilakukan menggunakan alat retinoscopy dan auto-refractor yang hasilnya dapat dilihat atau diukur langsung, tidak tergantung apa yang dikatakan oleh penderita kepada pemeriksa. Hasil pemeriksaan refraksi subyektif sangat tergantung yang dikatakan penderita kepada pemeriksa. Metode pemeriksaan subyektif antara lain menggunakan metode best vision sphere, sphero-sylindrical dan near refraction dengan menggunakan phoropter atau lensa coba (trial lens) yang dipakaikan pada penderita.KELAINAN REFRAKSISeseorang dengan kelainan refraksi akan datang dengan mata yang tampak normal dengan keluhan sulit melihat dengan jelas. Kelainan refraksi terjadi karena kelainan bentuk dan ukuran bola mata, sehingga seseorang membutuhkan kaca mata atau lensa kontak (contact lens) agar dapat melihat dengan jelas dan nyaman.Kelainan refraksi terdiri dari miopia, hiperopia, astigmatisma dan presbiopia.Besarnya kelainan refraksi dan koreksi yang perlu dilakukan tergantung pada kelengkungan kornea, lensa dan panjang bola mata. Pada mata normal (emetrop) sinar yang masuk akan difokuskan tepat pada retina, sedangkan pada mata ammetrop sinar tidak tepat jatuh di retina sehingga tidak didapatkan bayangan benda yang jelas.

Berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina akan menimbulkan kelainan yang disebut miopia. Dalam keadaan ini obyek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran difus dengan akibat bayangan kabur. Miopia terdiri dari miopia axial yaitu bila sumbu mata lebih panjang dari normal dan miopia pembiasan bila daya bias lebih besar dari normal misalnya pada orang dengan lensa terlalu cembung. Koreksi miopia harus diberi kaca mata sferis lensa negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.

Sinar yang difokuskan di belakang retina menyebabkan keadaan hipemetropia yang juga dapat disebabkan sumbu mata terlalu pendek disebut hipermetropia axial atau karena daya bias lensa kurang dari norma akibat kornea terlalu datar atau lensa yang menipis sehingga disebut hiperopia bias. Pada waktu koreksi hipermetropia harus diberi lensa positif sekuat-kuatnya.

Pada astigmatisma sinar yang masuk mata tidak difokuskan pada satu titik diretina melainkan pada bidang bias masing-masing. Ada dua jenis astigmatisma yaitu irreguler yang memiliki titik bias tidak teratur dan jenis reguler yang titik bianya tertatur pada sumbu mata. Kelainan astigmatisme ireguler terdapat pada ketidakteraturan permukaan kornea yang dapat dinilai dengan tes menggunakan keratoskop plasido berupa piringan datar bergambar lingkaran, lingkaran hitam putih concentrik dengan lubang kecil ditengahnya.

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME DAN TRIAL LENS Tujuan Pemeriksaan:1. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling jelas untuk mengkoreksi kelainan refraksi2. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling nyaman untuk mengkoreksi kelainan refraksi

Alat Yang Perlu Dipersiapkan:1. Penggaris2. Optotype Snellen3. Set alat trial frame dan trial lens (kaca mata dan lensa coba)4. Keratoskop Plasido5. Kartu baca dekat

Cara Pemeriksaan:1. Persiapkan penderita untuk duduk sejajar pada jarak 6 meter dari optotype snellen (=d). Tentukan dahulu ketajaman penglihatan masing-masing mata, dengan menutup mata yang tidak diperiksa.2. Pemeriksaan dilakukan dengan menunjukkan huruf-huruf pada optotype snellen mulai dari deretan huruf terbesar sampai deretan huruf terkecil yang masih dapat dilihat atau dibaca dengan jelas dan lengkap (=D).3. Disebelah kanan deretan huruf tersebut, tertera angka yang menunjukkan jarak dalam meter yang masih dapat dibaca mata normal (emmetrop). Ketajaman penglihatan ditentukan dengan rumus snellen yaitu V= d/D, harga d selalu 5 atau 6 meter. Ukur jarak pupil (PD/Pupil Distance) kedua mata untuk mengukur jarak frame kanan dan kiri pada trial frame yang akan dipasangkan dan kaca mata atau lensa bantu koreksi nantinya.4. Tentukan jarak pupil mata kanan dan kiri dengan meletakkan penggaris di depan kedua mata, kemudian mengarahkan senter di tengah kedua mata pasien. Perhatikan reflek cahaya pada kedua kornea mata, kemudian ukur jarak antara kedua reflek tersebut dalam mm maka didapatkan jarak pupil untuk penglihatan dekat. Tambahkan 2mm untuk jarak pupil untuk penglihatan jauh. Bila hasil visus awal adalah 6/6, maka kemungkinan keadaan mata adalah emmetropia atau hipermetropia dengan akomodasi.5. Pasang kaca mata coba pada posisi yang tepat yaitu jarak pupil untuk penglihatan dekat. Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang belum akan diperiksa.

6. Pemeriksaan dimulai dengan memberikan lensa speris positif (+)0,25D. Ulangi pemeriksaan dengan meminta penderita membaca semua deretan huruf snellen dari yang terbesar hingga terkecil yang masih dapat dibaca dengan jelas dan lengkap. Bila dengan lensa ini deretan huruf 6/6 yang semula jelas menjadi kabur maka berarti mata penderita adalah emmetropia.7. Pada hipermetropia, mata dapat melihat huruf-huruf yang lebih kecil dari 6/6 dengan akomodasi. Untuk koreksinya, pemeriksa mulai dengan memberikan lensa positif (+)0,25D, berturut-turut meningkat 0,25D. Hal ini adalah usaha untuk membuat mata menjadi emmetrop dengan mengurangi akomodasi, sebagai hasilnya diharapkan penderita dapat melihat deretan huruf 6/6 dengan jelas tanpa akomodasi. Lensa positif terkuat dimana mata hipermetropia masih dapat melihat deretan huruf 6/6 dengan jelas menunjukkan besar kelainan hipermetropianya.8. Bila visus kurang dari 6/6, lanjutkan dengan tes pinhole dengan meletakkan pinhole didepan mata yang diperiksa. Bila dengan tes pinhole ketajaman penglihatan menjadi lebih baik maka terbukti pasien mengalamai kelainan refraksi, namun bila pada tes pinhole tidak mengalami perbaikan maka, pasien tidak mengalami kelainan refraksi dan perlu dirujuk untuk pemeiksaan mata lebih lanjut.

9. Bila visus kurang dari 6/6 dengan tes pinhole positif, maka kemungkinan mata termasuk miopia. Untuk menilai besar miopia, dimulai dari lensa negatif (-)0,25D, ditambahakan berturut-turut -0,25 sampai pada lensa negatif terlemah penderita dapat membaca deretan huruf 6/6. Untuk melakukan koreksi, kadang terdapat beberapa jenis kekuatan lensa yang pas untuk digunakan melihat dengan jelas, namun tidak semua lensa tersebut akan nyaman digunakan sebagai lensa bantu. Hanya akan ada satu jenis kekuatan lensa yang memberikan penglihatan yang jelas dan kenyamanan saat dipakai sebagai lensa bantu yaitu lensa yang akan meminimalkan akomodasi penderita. Untuk melakukan koreksi perlu dicoba beberapa jenis kekuatan lensa secara berurutan yang tetap memberikan penglihatan yang jelas dan kenyamanan saat membaca huruf tersebut.

Seseorang dengan miopia bila diberikan lensa bantu negatif yang terlalu lemah akan menimbulkan ketidaknyamanan karena membuat orang tersebut berakomodasi untuk dapat melihat dengan jelas atau pada hiperopia yang diberikan lensa positif terlalu kuat akan menyebabkan pandangan orang tersebut kabur. Jadi bila pasien miopia dikoreksi dengan -3,0D memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25D, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3,0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi. Demikian pula pada penderita hipermetropia, perlu ditambah atau kurangkan kekuatan lensa sampai didapatkan visus terbaik (trial and error). Ketepatan koreksi sangat ditentukan oleh ketepatan ukuran lensa bantu yang dapat membiaskan sinar tepat pada retina dengan akomodasi lensa yang minimal agar penderita dapat melihat dengan jelas dan nyaman.

Kelainan refraksiyang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:1. Miopia2. Hipermetropia3. Astigmatisma4. Afakia

MIOPIMiopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola matatanpa akomodasi akan dibiaskan didepan retina. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferisminus.Bentuk dari Miopia menurut penyebabnya1. Miopia aksialDiameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal, walaupunkornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal. Miopiadalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak normalnya besarsegmen anterior,peripapillary myopic crescentdanexaggeratedcincin skleral, danstafiloma posterior.2. Miopia kurvaturaMata memiliki diameter antero-posterior normal, tetapi kelengkungan dari kornealebih curam dari rata-rata, missal : pembawaan sejak lahir atau keratokonus, ataukelengkungan lensa bertambah seperti pada hiperglikemia sedang ataupun berat, yangmenyebabkan lensa membesar.3. Miopia karena peningkatan indeks refraksiPeningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan permulaan diniataumoderatedari katarak nuklear sklerotik. Merupakan penyebab umum terjadinyaMiopia pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa meningkatkan indeks refraksi,dengan demikian membuat mata menjadi myopik.4. Miopia karena pergerakan lensa ke anteriorKeadaan ini sering terlihat setelah operasi glaukoma dan akan meningkatkanmiopia pada mata.

HIPERMETROPIHipermetropia (hyperopia) atau Far sightedness adalah suatu kelainan refraksidaripada mata dimana sinar sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpaakomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan yang dihasilkan kabur.Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis plus.Struktur Hipermetropia berdasarkan pada konfigurasi anatomi dari bola mata :1. Hipermetropia AksialBola mata lebih pendek dari normal pada diameter antero-posterior, meskipunmedia refraksi (misalnya lensa atau kornea) normal.2. Hipermetropia kurvaturaKeadaan dimana kelengkungan lensa atau kornea lebih tipis dari normal danpower refraksinya turun. Sekitar setiap 1 mm penurunan dari radius kelengkungantersebut menghasilkan Hipermetropia 6 D3. Hipermetropia indeks refraksiTerjadi penurunan indeks refraksi akibat penurunan dari densitas beberapa atauseluruh bagian dari system optik mata, juga penurunan power refraksi mata. Biasanyaterjadi pada usia tua dan juga pada penderita diabetes terkontrol

ASTIGMATISMAAstigmatisma adalah suatu kondisi dengan kurvatura yang berlainan sepanjangmeridian yang berbeda-beda pada satu atau lebih permukaan refraktif mata ( kornea,permukaan anterior atau posterior dari lensa mata ), akibatnya pantulan cahaya dari suatusumber atau titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina.Pada astigmatisma, karena adanya variasi dari lengkungan kornea atau lensa pada meridianyang berbeda-beda mencegah berkas sinar itu memfokuskan diri kesatu titik.Jenis-jenis Astigmatisma1. Astigmatisma RegulerSecara teori, pada setiap titik pada permukaan yang lengkung, arah darikelengkungan yang terbesar dan yang terkecil selalu terpisah 90 derajat tetapi arah inibias beribah saat melewati satu titik ke titik yang lain. Bila meridian utama dariastigmatisma mempunyai orientasi yang konstan pada setiap titik yang melewati pupildan apabila ukuran astigmatisma ini sama pada setiap titik. Kondisi refraktif inidikenal sebagai astigmatisma regular. Dan ini bisa dikoreksi dengan kacamata lensasilindris

Berdasarkan axis dan sudut antara 2 meridian utama, astigmatisma reguler dibagi atas:a. Horizonto-vertikal astigmatismaDibagi dalam 2 bentuk : Astigmatismawith the ruleSuatu astigmatisma dimana meridian vertical lebih curam dari horizontal, dikoreksidengan lensa silindris positif dengan axis 9020 atau lensa silindris negatif dengan axis 18020 Astigmatismaagainst the ruleSuatu astigmatisma dimana meridian horizontalnya lebih curam dari meridian vertical.Koreksinya dengan lensa silindris positif dengan axis 18020 atau lensa silindrisnegatif dengan axis 9020b. AstigmatismaobliqueSuatu bentuk regular astigmatisma dimana garis meridian utamanya tidak tegak lurustapi miring dengan axis 45 dan 135.

Tipe Refraktif Dari Astigmatisma RegulerBergantung pada posisi dari 2 garis fokus yang berhubungan ke retina, astigmatismaregular lebih lanjut dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe :a. Simple astigmatismaBerkas cahaya pada satu meridian terfokus tepat did retina, dan cahaya pada meridianyang lain terfokus pada titik didepan retina disebut simple myopic astigmatisma. Jikacahaya itu terfokus dibelakang retina disebut simple hypermetropic astigmatisma.Contoh : C 2 x 90 atau C + 2 x 90

b. Compound astigmatismaPada jenis ini, berkas cahaya pada kedua meridian terfokus didepan retina disebutastigmatisma Miopia compound dan jika terfokus dibelakang retina disebutastigmatisma Hipermetropia compound.Contoh : S - 4, C - 2 x 90 atau S + 4, C + 2 x 90c. Mixed astigmatismaPada jenis ini berkas cahaya pada satu meridian terfokus pada titik di depan retina dancahaya pada meridian yang lain terfokus di belakang retina.Contoh : S - 4, C + 2 x 90 atau S + 4, C - 2 x 90

2. Astigmatisma IrregularSuatu astigmatisma dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang dibias tidakteratur.Astigmatisma irregular ini bersifat / mempunyai perubahan-perubahanirregular dari tenaga refraksinya pada meridian-meridian yang berbeda.Terdapat multimeridian yang tidak dapat dianalisa secara geometris.Lensa silindris hanya sedikitmemperbaiki penglihatan dalam kasus-kasus ini, tapi dapat diterapi dengan lensakontak rigid.

AFAKIAAfakia secara literature berarti tidak adanya lensa dalam mata. Afakia akanmengakibatkan Hipermetropia tinggi.Penyebab :1. KongenitalSuatu keadaan yang jarang dimana lensa tidak ada sejak lahir.2. Afakia paska operasiTerjadi setelah operasi ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction ), ECCE ( Extra Capsular Cataract Extraction ).3. Post TraumatikDiikuti oleh trauma tumpul atau tembus, yang mengakibatkan subluksasi atau dislokasi dari lensa4. Posterior dislokasi dari lensa ke vitreus akan menyebabkan optikal AfakiaOptik Afakia dari mata : perubahan optik terjadi setelah keluarnya lensa. Mata menjadi Hipermetropia tinggi Total power mata berkurang dari + 60 D menjadi + 44D Fokal poin anterior menjadi 23.2 mm didepan kornea Posterior fokal poin sekitar 31 mm dibelakang kornea atau sekitar 7 mm dibelakang mata normal (panjang bola mata anterior-posterior sekitar 24 mm)

Kesimpulan :1. MiopiTerjadi bila bayangan jatuh didepan retina. Dan harus menggunakan lensa konkaf atau negatif agar bayangan jatuh didepan retina sehingga dapat melihat normal. 2. Hipermetropi Terjadi bila bayangan jatuh dibelakang retina. Dan harus menggunakan lensa konveks atau positif agar dapat melihat normal.3. Astigmatisme Terjadi karena permukaan lensa yang tidak rata. Dan harus menggunakan lensa silinder.4. Afakia 5. Terjadi dimana seseorang tidak memiliki lensa. Sehingga menggunakan lensa artifisial.

REFERENSI:https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/02/trapmed-koreksi-refraksi-blok-16.pdf. http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1643_FISIKA%20INDERA%203.pdf. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26191/3/Chapter%20II.pdf.