25
BAB I PENDAHULUAN Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. 1 Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis media media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). 1 Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut=OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK/OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesive. 1,2 Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear). 1,2,3 1

Refrat OMNS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Refrat OMNS

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1 Banyak ahli

membuat pembagian dan klasifikasi otitis media.

Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis

media non supuratif (otitis media media serosa, otitis media sekretoria, otitis

media musinosa, otitis media efusi/OME).1 Masing-masing golongan mempunyai

bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut=OMA)

dan otitis media supuratif kronis (OMSK/OMP). Begitu pula otitis media serosa

terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media

serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media

tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media

adhesive.1,2

Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis

media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue

ear).1,2,3

Otitis media efusi (OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang

nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda

infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut

otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis

media mukoid (glue ear).1,2,3

1

Page 2: Refrat OMNS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu

1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.

2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang

dan oleh tulang ke telinga dalam.

3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik

yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga

dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk

mempertahankan keseimbangan.4

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran

telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membran

timpani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan

getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya

2

Page 3: Refrat OMNS

membran timpani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar

sampai membran tympani. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang

rawan elastis dan sisanya dibentuk olehtulang rawan temporal. Meatus

dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis

kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi

kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok

yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan

yang dinamakan serumen ( minyak telinga ). 4,5

Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membran

tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada

permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel

yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut

kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran

atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran

shrapnell. 4,5

Gambar 2. Telinga Luar

2.1.2 Telinga Tengah (Cavum Timpani)

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis

(tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu

maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang

sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian. Tangkai

maleus melekat pada permukaan dalam membran timpani, sedangkan

3

Page 4: Refrat OMNS

bagian kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus

bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah

antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis

(tingkap jorong/fenestra vestibule). Di bawah fenestra ovalis terdapat

tingkap bundar atau fenestra kokhlea, yang tertutup oleh membran yang

disebut membran timpani sekunder. 4,5

Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau

membran tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga dalam. Ia

berfungsi untuk menghantar getaran suara dari udara menuju tulang

pendengaran di dalam telinga tengah. Gendang telinga secara anatomi

dibagi 2 yaitu pars tensa (tegang) dan pars flaksida,

1. Pars tensa, sebagain besar gendang telinga merupakan pars tensa,

terdiri dari 3 lapis, bagian luar lanjutan kulit liang telinga, di tengah

jaringan ikat, dan bagian dalam yang mengarah ke telinga tengah,

merupakan lanjutan mukosa telinga tengah.

2. Pars flaksida, bagian atas gendang telinga (daerah atiq), hanya terdiri

dari dua lapis tanpa jaringan ikat di bagian tengah. 4,5,6

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran

Eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan

tekanan antara kedua sisi membran timpani. Tuba auditiva akan membuka

ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara

yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk

mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba

auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga

tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan

dalam dan permukaan luar membran timpani.4,5,6

4

Page 5: Refrat OMNS

Gambar 3. Anatomi Telinga Tengah

2.1.3 Telinga Dalam (Labirin)

Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari

serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi

cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan

berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di

dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin

osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi

perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak,

sehingga susunan perilimfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin

membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan

ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri

tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-

jaringan ikat.4,5,7

Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula,

choclea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah

lingkaran).

Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang

choclea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan

5

Page 6: Refrat OMNS

dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibula

bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus.

Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut

makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh

terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa

sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel

tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil

kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala

yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan

impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulochoclea yang terdapat

pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf

tersebut ke pusat keseimbangan di otak.4

Canalis semisirkularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak

di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran

tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula

berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Crista acustik,

sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan

posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada

vestibula sel-sel reseptor dalam crista acustika juga berupa sel-sel rambut

yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit.

Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala

bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di

atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan

mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot

berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi

yang baru.4

Koklea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan

vestibula. Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral

yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut

mediolus. Penampang melintang Koklea menunjukkan bahwa koklea

terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:

6

Page 7: Refrat OMNS

1. Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung

perilimfe, berakhir pada tingkap jorong.

2. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung

perilimfe berakhir pada tingkap bulat.

3. Saluran choclear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan

skala tympani, mengandung endolimfe.4,7

Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran

vestibularis (membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani

oleh membran basilaris.4,5

2.2 FISIOLOGI TELINGA

Telinga luar berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi

energi getaran sampai ke gendang telinga. Getaran suara ditangkap oleh aurikel

yang diteruskan keliang telinga sehingga menggetarkan membran tympani.8

Telinga tengah menghubungkan gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis

yang berisi cairan. Di telinga tengah ini, gelombang getaran yang dihasilkan tadi

diteruskan ke tulang tulang pendengaran, stapes akhirnya menggerakkan foramen

oval yang juga menggerakkan perilymph dalam skala vestibuli. Dilanjutkan

melalui membran vestibuler yang mendorong endolymph dan membran basal ke

arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga mendorong

foramen rotundum ke arah luar. 8 Telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung

saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat

pendengaran di otak manusia. Skala media yang menjadi cembung mendesak

endolimfe dan mendorong membran basal dan menggerakkan perilimfe pada skala

timpani. 8

Pada saat istirahat, ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan

berubahnya membran basal, ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik

tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan natrium menjadi aliran listrik

yang diteruskan ke nervus VIII yang diteruskan ke pusat sensorik pendengaran

diotak ( area 39-40) melalui sarafpusat yang ada dilobus temporalis.5,8

7

Page 8: Refrat OMNS

2.3 Otitis Media Non Supuratif

2.3.1 Definisi

Otitis Media Non Supuratif atau nama lainnya Otitis media serosa,

otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis

media mukoid (glue ear). Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya

sekret nonpurulen di telinga tengah dengan  membran timpani utuh tampa

adanya tanda – tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis

media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis

media mukoid (glue ear).1

2.3.2 Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain

infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba Eustachius, status

imunologi, alergi, faktor lingkungan dan sosial. Walaupun demikian

tekanan telinga tengah yang negatif, abnormalitas imunologi, atau

kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama

dalam pathogenesis OME. Faktor penyebab lainnya termasuk hipertropi

adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma,

terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis. Merokok

dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi adenoid

yang juga merupakan patogenesis timbulnya OME.1,9

2.3.3 Klasifikasi

Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan

otitis media serosa kronik (glue ear). Dimana pembagian ini berdasarkan

pada durasi timbulnya penyakit atau durasi timbulnya sekret dan bentuk

sekret.

1.      Otitis Media Serosa Akut

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di

telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi

tuba. Penyebabnya antara lain sumbatan tuba (barotrauma), virus,

alergi dan idiopatik.

8

Page 9: Refrat OMNS

Gejala yang menonjol biasanya pendengaran yang berkurang,

selain itu ada rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar

lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang terasa

seperti ada cairan yang bergerak di dalam telinga dengan perubahan

posisi. Rasa nyeri relative. Vertigo kadang dalam bentuk ringan.

Dengan otoskop terlihat retraksi membrane timpani. Kadang tampak

gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli

konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.

Pengobatan dapat dengan medikamentosa dan pembedahan.

Dapat diberikan tetes hidung (vasokontriktor lokal), anti histamine,

serta perasat valsava. Bila gejala masih menetap setelah 1–2 minggu,

dilakukan miringotomi, dan apabila belum mebaik dengan

miringotomi dapat ditambahkan pemasangan pipa ventilasi

(Grommet).1,6

2.      Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)

Pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa

nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak,

sedangkan otitis media serosa akut lebih sering pada orang dewasa.

Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari

OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diduga adanya

hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan

mekanis pada tuba.1,6

Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis

media serosa kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis

media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah

dengan disertai rasa nyeri pada telinga.

 Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara

bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang

berlangsung lama.  Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada

anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi

9

Page 10: Refrat OMNS

pada orang dewasa. Sekret pada otitis media serosa kronik dapat

kental seperti lem, maka disebut glue ear.

.2.3.4 Diagnosis

Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karana prosesnya

sendiri yang kerap tidak bergejala (asimptomatik), atau dikenal

dengansilent otitis media. Dengan absennya gejala seperti nyeri telinga,

demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh

orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.10

Gejala klinik meliputi:

a. Berkurangnya fungsi pendengaran. Keadaan ini sering ditemukan

dan kadang-kadang satu-satunya gejala. Onsetnya tersembunyi dan

jarang melebihi 40 dB. Ketulian bisa saja tidak terdeteksi oleh

orang tua dan mungkin ditemukan secara tidak sengaja pada saat

dilakukan skrining tes audiometri.

b. Percakapan yang lambat dan bisu. Disebabkan oleh ketulian,

perkembangan dari fungsi percakapan menjadi lambat atau bisu.

c. Sakit pada telinga tengah. Hal ini mungkin disebabkan adanya

infeksi pada saluran pernapasan atas.11

Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik

telinga dengan menemukan cairan di belakang membran timpani yang

normalnya translusen.

Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:

a. Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), nyeri tumpul,

dan opaque yang ditandai dengan hilangnya refleks cahaya

b. Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.

c. Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol

dan Processuslongus tertarik medial dari membran timpani.

d. Adanya level udara-cairan (air fluid level) membuat diagnosis

lebih nyata.2,10

Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan

diagnosis OME, antara lain:

10

Page 11: Refrat OMNS

a. Pneumatic otoscope

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk

memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan

otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung,

perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak

kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.2,3,5

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan

otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk

melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil

untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan

udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada

sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.3,5

b. Impedance audiometry (tympanometry):

Digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik sistem

Membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara

di telinga luar. 2,5

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan

timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun

timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi

perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di

bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di

rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang

tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau

dengan gejala sangat berat dan komplikasi.5

c. Pure tone Audiometry:

Juga banyak digunakan, terutama menilai dari sisi gangguan

dengar atau tuli konduktif yang mungkin berasosiasi dengan OME.

Meski teknik ini time consuming dan membutuhkan peralatan yang

mahal, tetap digunakan sebagai skrining, dimana tuli konduktif

berkisar antara derajat ringan hingga sedang.2,10

11

Page 12: Refrat OMNS

2.3.5 PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif. Pengobatan konservatif secara local ( obat tetes hidung atau spray ) dan sistemik antara lain antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Pengobatan dan control terhadap alergi dapat mengurangi atau menyembuhkan otitis media efusi.12

Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah dilakukan pengobatan konservatif selam lebih dari 3 bulan tidak sembuh. Untuk memberikan hasil yang baik terhadap drainase dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi

Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi

normal telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh

secara alamiah, terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil

disembuhkan. Artinya banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan

medis. Akan lebih baik menangani faktor predisposisi-nya.

Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan

medis mulai diindikasikan, seperti:

1. Antihistamin atau dekongestan.

Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara

sistem telinga tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena

antihistamin dan dekongestan terbukti membantu membersihkan dan

menghilangkan sekresi dan sumbatan di sinonasal, maka tampaknya

logis bahwa keduanya dapat memberikan efek yang sama untuk OME.

Jika ternyata alergi adalah faktor etiologi OME, maka kedua obat ini

seharusnya memberikan efek yang menguntungkan terhadap OME.2,5,13

2. Mukolitik.

Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah

untuk memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalui TE ke

nasofaring. Namun demikian mukolitik ini tidak memegang peranan

penting dalam pengobatan OME.2

3. Antibiotik.

Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati. Karena

OME bukanlah infeksi sebenarnya (true infection). Meskipun demikian

OME seringkali diikuti oleh OMA, di samping itu isolat bakteri juga

12

Page 13: Refrat OMNS

banyak ditemukan pada sampel cairan OME. Organisme tersering

ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable, M.

catarrhalis, dan grup A streptococci, serta Staphyllococcus

aureus. Controlled studies menunjukkan antibiotika golongan

amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, sefaklor, eritromisin, trimetropim-

sulfametoksazol, atau eritromisin-sulfisoksazole, dapat memperbaiki

klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian antibiotika juga meliputi dosis

profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada infeksi akut. Namun

demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara antibiotika

profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies

bakteri yang resisten. 2,5,13

4. Kortikosteroid.

Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk

mengurangi respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius

dan menstimulasi agent-aktif di permukaan tuba Eustachius dalam

memfasilitasi pergerakan udara dan cairan melalui tuba Eustachius.

Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau topikal (nasal), ataupun

kombinasi. Berdasarkan clinical guidance 1994, pemberian steroid

bersama-sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu

memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun

demikian karena hanya memberikan hasil jangka pendek dengan

kejadian OME rekuren yang tinggi, serta resiko sekuele maka

kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.1,2,5

5. Operasi

a. Myringotomy

Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik

profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat disarankan

untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilakukan di

bawah anestesi umum.14

Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil

(small surgical incision : melubangi gendang telinga untuk

mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) ke dalam

gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan menghilangkan rasa

sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam beberapa hari

tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.5,13,15

13

Page 14: Refrat OMNS

Terkadang dibuat dua insisi pada membran timpani, insisi

pertama di daerah anteroinferior dan insisi kedua di daerah

anterosuperior, untuk mengaspirasi sekret yang tebal seperti lem.12

Myringotomy juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di

mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.  Cairan

yang keluar harus dikultur.5,13,15

b. Pemasangan Tube Ventilasi (Grommet's Tube)

Terkadang tube ventilasi ( umumnya dikenal Grommet’s tube)

diletakan di dalam bukaan tadi jika masalah tetap ada setelah jangka

waktu yang lama.

(gambar dikutip dari kepustakaan )

Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6

hingga 12 bulan di dalam telinga hingga infeksi telinga bagian

tengah membaik dan sampai tuba Eustachi kembali normal. Selama

masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak masuk kedalam

telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu,

tube tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat

perkembangan yang sangat baik pada pendengaran dan penurunan

pada frekuensi infeksi telinga.15

Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi,

mungkin dibutuhkan adenoidektomi, tonsilektomi dan mencuci

(membersihkna) sinus maksillaris. Hal ini biasanya dilakukan pada

waktu dilakukannya myringoktomi.12

2.3.7 Komplikasi

Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.2,4,

2.3.8 Prognosis

Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam

waktu minggu atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat

14

Page 15: Refrat OMNS

proses penyembuhan. Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga,

maka akan mengurangi fungsi pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi

perkembangan bahasa pada anak-anak. Gangguan ini tidak akan menjadi

ancaman bagi kehidupan tetapi dapat mengakibatkan komplikasi serius.1,16

BAB III

15

Page 16: Refrat OMNS

KESIMPULAN

OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam

melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi dengan

anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian orang tua dan

guru sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Etiologi dan patofisiologi OME sangat multifaktorial, saling menunjang

dan saling terkait. Pada bayi dan anak, status imunologi sangat penting untuk

menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis

OME. Penggunaan alat otoskopi pneumatik, timpanometri, audiometric untuk

pemeriksaan fisik sangat membantu dalam menegakan diagnosis.

Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan

operatif. Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin,

dekogestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif

meliputi mirigotomi dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan

adenoidektomi dengan atau tanpa tonsilektomi.

Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam

menghambat terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Refrat OMNS

1. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor: Otitis Media Non-

Supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan Kepala

Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. p 58-60.

2. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi.  Cited 15 Juni 2009. Diunduh dari :http:// www.perhati-kl.org/

3. Efendi, Harjanto; Santoso Kuswidayati. Editor: Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. Jakarta: EGC. 1996.p 97-98.

4. Jide. 2008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan . diunduh 20 november 2013. Diunduh dari :http:// iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran- dan-keseimbangan..

5. Media, Wiki. 2009. Telinga.  Diunduh dari :http:// id.wikipedia.org/wiki/Telinga.

6. Arifiani, Novi. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja . diunduh dari http:// www.Cerminduniakedokteran.com .

7. Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion di unduh dari http:// www.emedicine.medscape.com/

8.Admin.2009. Otitis Media Akut.  diunduh dari http://www.medli-nux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-akut.html.

9. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/

10. Lalwani K, Anil. Editor: Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery , Ed.2. New York: McGraw Hill Lange . 2007.p 1-10.

11. Rauch, Daniel. 2009. Otitis Media With Effusion [4 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from:http:// www.midlineplus/healthtopics.html.

12. Djafar ZA, Effendi G. Penatalaksanaan otitis media serosa pada anak. Kumpulan naskah kongres XI PERHATI:Yogyakarta 1995; 621 – 31.

13. Commerse.2009. Infeksi Telinga dan Tuli. [6 screens] Cited 21 Juni 2009. Available from:http:// www.entsurgery.com.sg/indo/index.php

14. Anonymus. 2009. Otitis Media. Diunduh dari http:// www.texasear- center.com/eardisorders/om.asp

17

Page 18: Refrat OMNS

15. Anonymus.2009. Ear Infections. diunduh dari http:// www.akron-ent.com/infections.php

16. Elfa. 2008. Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan. Diunduh dari http://elfa79.wordpress.com/2008/09/3/Anatomi-Fisiologi-Sistem-Pendengaran-dan-Keseimbangan/ 

18