Upload
nimas-dwiastuti
View
262
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
1/30
1
REFERAT
POLISITEMIA VERA
Oleh:
Wahyu Tiara Dewiyanti, S.Ked
J500080048
Pembimbing:
dr. I Wayan Mertha, Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
2/30
2
REFERAT
POLISITEMIA VERA
Oleh
Wahyu Tiara Dewiyanti, S. Ked
J500080048
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oktober 2012
Pembimbing:
dr. I Wayan Mertha, Sp.PD (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan:
dr. I Wayan Mertha, Sp.PD (.............................................)
Disahkan Ka. Program Pendidikan Profesi FK UMS:
dr. Yuni Prasetyo, M.M.Kes (.............................................)
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
3/30
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1B. Tujuan ............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 3
A. Definisi ............................................................................ 3B. Epidemiologi ................................................................... 3C. Etiologi ............................................................................ 3D. Patofisiologi .................................................................... 4E. Klasifikasi ....................................................................... 7F. Manifestasi Klinis ........................................................... 9G. Diagnosis ......................................................................... 12H. Diagnosis Banding .......................................................... 14I. Tatalaksana ...................................................................... 16J. Komplikasi ...................................................................... 21K. Prognosis ......................................................................... 22
BAB III KESIMPULAN ..................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
4/30
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangJumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar
antara 4 hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak
dibandingkan dengan sel darah lainnya. Apapun yang ada di dalam tubuh
kita, jika kurang maupun berlebih, mudah menyebabkan masalah.
Demikian juga berlebihnya sel darah merah. Salah satu resikonya, bisa
mencetuskan penggumpalan darah dan kemudian memicu penyumbatan
pada jantung. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal.
Kondisi ini dikenal dengan sebutanpolisitemia vera.
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani yang mengandung artipoly
(banyak), cyt(sel), dan hemia (darah) adalah suatu penyakit kelainan pada
sistem mieloproliferatif dimana terjadi klon abnormal pada hemopoitik sel
induk (hematopoietic stem cells) dengan peningkatan sensitivitas pada
growth factors yang berbeda untuk terjadinya maturasi yang berakibat
terjadinya peningkatan banyak sel. 1
Polisitemia Vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel
induk hematopoitik dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit
absolut dan volume darah total, biasanya disertai lekositosis, trombositosis
dan splenomegali 1
Polisitemia Vera dapat mengenai semua umur, sering pada pasien
berumur 40-60 tahun, dengan perbandingan antara pria dan wanita 2:1, di
Amerika Serikat angka kejadiannya ialah 2,3 per 100.000 penduduk dalam
setahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan tentang angka
kejadiannya. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras / bangsa, walaupun
didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi pada orang Yahudi2.
Etiopatogenesis Polisitemia Vera belum sepenuhnya dimengerti,
suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya kelainan molekular yaitu
adanya kariotip abnormal di sel induk hematopoisis.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
5/30
5
Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan
jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian
akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat
menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal
tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai
gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ menyebabkan
iskemia / infark seperti di otak, mata, telingga, jantung, paru, dan
ekstremitas3.
Diagnosis Polisitemia Vera ditegakkan dengan menggunakan
kriteria diagnosis berdasarkan Polycythemia Vera Study Group (PVSG)
yang terdiri dari Kriteria Mayor dan Kriteria Minor. 1
Permasalahan pada Polisitemia vera adalah dalam
penatalaksanannya, karena penatalaksanaan Polisitemia Vera yang optimal
masih kontroversial, dan tidak ada terapi tunggal untuk Polisitemia Vera.
Tujuan utama terapi adalah mencegah terjadinya trombosis. PVSG
merekomendasikan plebotomoi pada semua pasien yang baru didiagnosis
untuk mempertahankan hematokrit < 45 %, dan untuk mengontrol gejala.
Untuk terapi jangka panjang ditentukan berdasarkan status klinis pasien.4
B. TujuanMengingat bahaya yang dapat terjadi karena polisitemia vera ini
maka penting bagi kita sebagai tenaga medis khususnya dokter untuk
mengetahui tentang polisitemia, baik dari definisi, etiologi, patofisiologi,
serta penatalaksanaan yang tepat.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
6/30
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiPolisitemia vera, merupakan suatu penyakit atau kelainan pada
sistem mieloproliferatif yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam
sumsum tulang. Mulainya diam-diam tetapi progresif, kronik dan belum
diketahui penyebabnya. Seperti diketahui pada orang dewasa sehat,
eritrosit, granulosit, dan trombosit yang beredar dalam darah tepi
diproduksi dalam sumsum tulang1.
B. EpidemiologiPolisitemia vera biasanya mengenai pasien berumur 40-60 tahun,
walaupun kadang-kadang ditemukan + 5% pada mereka yang berusia lebih
muda. Angka kejadian polisitemia vera ialah 7 per satu juta penduduk
dalam setahun. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras/bangsa,
walaupun didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi di kalangan bangsaYahudi. Pada pria didapatkan dua kali lebih banyak dibandingkan pada
wanita.
C. EtiologiPolisitemia Vera merupakan penyakit kronik progresif dan belum
diketahui penyebabnya, suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya
kelainan molekular yaitu adanya kariotip abnormal di sel induk
hemopoisis yaitu kariotip 20q, 13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8, dan trisomi
9.(1.5)
Penemuan mutasi JAK2V617F tahun 2005 merupakan hal yang
penting pada etiopatogenesis Polisitemia vera, dan membuat diagnosis
Polisitemia Vera lebih mudah. JAK2 merupakan golongan tirosin kinase
yang berfungsi sebagai perantara reseptor membran dengan molekul signal
intraselulur. Dalam keadaan normal proses eritropoisis dimulai dengan
ikatan eritropoitin (EPO) dengan reseptornya (EPO-R), kemudian terjadi
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
7/30
7
fosforilasi pada protein JAK, yang selanjutnya mengaktivasi molekul
STAT ( Signal Tranducers and Activator of Transcription), molekul STAT
masuk kedalam inti sel dan terjadi proses transkripsi. Pada Polisitemia
vera terjadi mutasi yang terletak pada posisi 617 (V617F) sehingga
menyebabkan kesalahan pengkodean quanin-timin menjadi valin-
fenilalanin sehingga proses eritropoisis tidak memerlukan eritropoitin.
sehingga pada pasien Polisitemia Vera serum eritropoetinnya rendah yaitu
< 4 mU/mL, serum eritropoitin normal adalah 4-26 mU/mL.(6,7)
Hal ini jelas membedakan dari Polisitemia sekunder dimana
eritropoetin meningkat secara fisiologis (sebagai kompensasi atas
kebutuhan oksigen yang meningkat), atau eritopoetin meningkat secara
non fisiologis pada sindrom paraneoplastik yang mensekresi
eritropoetin.(2,5,8)
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit dapat disebabkan karena
penurunan volume plasma tanpa peningkatan sel darah merah disebut
polisitemia relatif, misalnya pada dehidrasi berat, luka bakar dan reaksi
alergi.8
D. PatofisiologiPerubahan-perubahan anatomi utama berasal dari peningkatan
volume darah dan pengentalan yang dihasilkan oleh eritrositosis.
Bendungan yang melimpah pada semua jaringan dan alat tubuh
merupakan ciri khas polisitemia vera. Hati membesar dan sering
mengandung fokus-fokus metaplasi mieloid. Limpa juga agak membesar,
mencapai 250 sampai 300 gram, dan sangat kenyal. Sinus-sinus limpa
dipadati oleh sel darah merah, seperti juga semua pembuluh darah limpa.
Pembuluh darah utama secara seragam melebar, biasanya karena
pengentalan darah yang kekurangan oksigen.
Akibat peningkatan kekentalan dan bendungan vaskuler, trombosis
dan infark sering terjadi paling sering mengenai jantung, limpa dan ginjal.
Perdarahan terjadi pada kira-kira sepertiga penderita, mungkin karena
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
8/30
8
pelebaran pembuluh darah dan kelainan fungsi trombosit. Biasanya
mengenai saluran pencernaan, orofaring atau otak. Meskipun dikatakan
perdarahan ini kadang-kadang terjadi spontan, lebih sering terjadi setelah
berbagai trauma minor ataupun tindakan bedah. Ulkus peptikum
dinyatakan pada kira-kira seperlima penderita.
Polisitemia vera sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang
lambat, terjadi karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon sel
induk darah yang abnormal. Berbeda dengan keadaan normalnya, sel
induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan eritropoetin untuk
proses pematangannya (eritropoetin serum < 4 mu/mL).(UI)
Penyakit polisitemia vera juga berkaitan dengan proliferasi
berlebihan prekursor eritroid, granulositik dan megakariositik. Di sini
eritrositosis merupakan manifestasi primer. Konsentrasi eritropoetin dalam
serum pada polisitemia vera rendah tetapi tidak menghilang. Prekursor
eritroid pada pasien Polisitemia berespon terhadap eritropoetin dan
mungkin hipersensitif terhadap kerja hormon ini. Sel sumsum tulang dari
pasien polisitemia vera membentuk koloni prekursor eritroid dalam biakan
tanpa ditambahkan eritropoetin. Fenomena ini jarang dijumpai pada
penyakit lain. Banyak dari pembentukan koloni eritroid endogen pada
polisitemia vera ini dihambat oleh penambahan antibodi terhadap
eritropoetin, yang mengisyaratkan peningkatan kepekaan terhadap
eritropoetin. Namun sebagian pembentukan sel darah merah pada
polisitemia vera mungkin autonom dalam kaitannya dengan eritropoetin.
Selain itu terdapat peningkatan progenitor mieloid dan megakariositik di
sumsum tulang, yang mengisyaratkan bahwa panmielosis pada polisitemia
vera ditandai oleh ekspansi cadangan sel prekursor.
Di dalam sirkulasi darah tepi pasien polisitemia vera didapati
peninggian nilai hematokrit. Terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit
terhadap plasma dapat mencapai > 49% pada wanita (kadar Hb > 16
mg/dL) dan > 52% pada pria (kadar Hb > 17 mg/dL), serta di dapati pula
peningkatan jumlah total eritrosit (hitung eritrosit > 6 juta/mL).
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
9/30
9
Mekanisme yang diduga menyebabkan peningkatan proliferasi sel
induk hematopoitikadalah 1 :
a. Tidak terkontrolnya proliferasi sel induk hematopoitik yang bersifatNeoplastik.
b. Adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang mempengaruhiproliferasi sel induk hematopoitik normal
c. Peningkatan sensitivitas sel induk hematopoitik terhadap eritropoitin,Interleukin 1,3, GMCSF (Granulocyte Macrophage Colony
Stimulating Factor), Stem cell factor.
Adapun perjalanan klinis pasien polisitemia vera adalah :
a. Fase eritrositik atau fase polisitemia.Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini di dapatkan
peningkatan jumlah eritrosit yang dapat berlangsung hingga 5-25
tahun. Pada fase ini dibutuhkan flebotomi secara teratur untuk
mengendalikan viskositas darah dalam batas normal.
b. Fase burn out ( terbakar habis ) atau spent out ( terpakai habis ).Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien
memasuki periode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-
kadang timbul anemia tetapi trombositosis dan leukositosis biasanya
menetap.
c. Fase mielofibrotikJika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis
dan perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan
metaplasi mieloid. Kadang-kadang terjadi metaplasia mieloid pada
limpa, hati, kelenjar getah bening dan ginjal.
d. Fase terminalPada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera
diakibatkan oleh kompilasi trombosis atau perdarahan. Kematian
karena meilofibrosis terjadi pada kurang dari 15%.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
10/30
10
E. KlasifikasiKlasifikasi Polisitemia Vera tergantung volume sel darah merah
yaitu Polisitemia Relatif dan Polisitemia Aktual atau Polisitemia Vera,
dimana pada Polisitemia Relatif terjadi penurunan volume plasma tanpa
peningkatan yang sebenarnya dari volume sel darah merah, seperti pada
pada keadaan dehidrasi berat, luka bakar, reaksi alergi.8
Sedangkan secara garis besar Polisitemia dibedakan atas
Polisitemia Primer dan Polisitemia sekunder. Pada Polisitemia Primer
terjadi peningkatan volume sel darah merah tanpa diketahui penyebabnya,
sedangkan Polisitemia sekunder, terjadinya peningkatan volume sel darah
merah secara fisiologis karena kompensasi atas kebutuhan oksigen yang
meningkat seperti pada penyakit paru kronis, penyakit jantung kongenital
atau tinggal didaerah ketinggian dll, disamping itu peningkatan sel darah
merah juga dapat terjadi secara non fisiologis pada tumor yang
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
11/30
11
menghasilkan eritropoitin seperti tumor ginjal, hepatoma, tumor ovarium
dll.9
Klasifikasi Eritrositosis9
I. Primary (Autonomaus )
A. Polycythemia vera
B. Polycythemia familial primer
II. Secondary.
A.Physiologically appropriate (decreased tissue oxygenation )
1. High altitude
2. Chronic lung disease
3. Alveolar Hypoventilation.
4. Cardiovascular right-to-left shunt
5. High oxygen affinity Hemoglobinopathy
6. Carboxyhemoglobinemia ( Smokers erythrocytosis )
7. Congenital Decreased 2,3diphosphoglycerate
B.Physiologically inappropriate erythropoietin
1. Tumor producing erythropoietin
a. Renal cell carcinoma
b. Hepatocelular carcinoma
c. Cerebellar hemangioblastoma
d. Uterine leiomyoma
e. Ovarian carcinoma
f. Pheochromocytoma
2. Renal diseases
a. Cysts
b. Hydronephrosis
3. Adrenal cortical hypersecretion
4. Exogenous androgens
5. Unexplained (essential )
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
12/30
12
F. Manifestasi KlinisManifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total
eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan
menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat
menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal
tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai
gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa 1:
1. HiperviskositasPeningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah
yang kemudian akan menyebabkan :
Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akanmenimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
Penurunan laju transport oksigenKedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi
jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi
organ sasaran (iskemia/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung,
paru, dan ekstremitas.
2. Penurunanshear ratePenurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi
hemostasisprimer yaitu agregasi trombosit pada endotel. Hal tersebut
akan mengakibatkan timbulnya perdarahan walaupun jumlah trombosit
> 450.000/mm3. Perdarahan terjadi pada 10 - 30 % kasus Polisitemia
Vera, manifestasinya dapat berupa epistaksis, ekimosis dan perdarahan
gastrointestinal.
3. Trombositosis (hitung trombosit > 400.000/mm3).Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada Polisitemia
Vera tidak ada korelasi trombositosis dengan trombosis.
4. BasofiliaLima puluh persen kasus Polisitemia Vera datang dengan gatal
(pruritus) di seluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10%
kasus polisitemia vera datang dengan urtikaria suatu keadaan yang
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
13/30
13
disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai
akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan
lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin.
5. SplenomegaliSplenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien Polisitemia vera.
Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas
hemopoesis ekstramedular
6. HepatomegaliHepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% Polisitemia
Vera.Sebagaimana halnya splenomegali, hepatomegali juga
merupakan akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
7. GoutSebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan
splenomegali adalah sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak
dengan demikian produksi asam urat darah akan meningkat. Di sisi
lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan shear rate.
Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia .
8. Defisiensi vitamin B12 dan asam folatLaju siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisiensi
asam folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai pada 30% kasus
Polisitemis Vera karena penggunaan untuk pembuatan sel darah,
sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin B12
(Unsaturated B12 Binding Capacity) dijumpai meningkat > 75%
kasus.
9. Muka kemerah-merahan (Plethora)Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir,
konjungtiva hiperemis sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.
10.Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepatlupa, vertigo, tinitus, perasaan panas.
11.Manifestasi perdarahan (10-20 %), dapat berupa epistaksis, ekimosis,perdarahan gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum. Perdarahan
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
14/30
14
terjadi karena peningkatan viskositas darah akan menyebabkan ruptur
spontan pembuluh darah arteri. Pasien Polisitemia Vera yang tidak
diterapi beresiko terjadinya perdarahan waktu operasi atau trauma. 9
Tanda dan gejala Polisitemia Vera10
Signs and Symptoms of Polycythema vera
More Common Less Common
Hematocrit level > 52 %in whit men, > 47 % in
blacks and women
Hemoglobin Level > 18 g/ dL in white men, > 16 g /
dL in blacks and women
Plethora Pruritus after bathing Splenomegaly Weight loss Sweating
Bruising/epistaxis Budd-chiari Syndrome Erythromelalgia Gout Hemorrhagic Events Hepatomegaly Ischemic digit Thrombotic events Transient Neuralgic
Complaints (headache,tinnitus Dizziness, blurred)
Atypical chest painTanda dan gejala yang predominan terbagi dalam 3 fase 1
1. Gejala awal (early symptoms )Gejala awal dari Polisitemia Vera sangat minimal dan tidak selalu
ada kelainan walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala
awal biasanya sakit kepala (48 %), telinga berdenging (43 %), mudah lelah
(47 %), gangguan daya ingat, susah bernafas (26 %), hipertensi (72 %),
gangguan penglihatan (31 %), rasa panas pada tangan / kaki (29 %),
pruritus (43 %), perdarahan hidung, lambung (24 %), sakit tulang (26 %).
2. Gejala akhir(later symptom) dan komplikasiSebagai penyakit progresif, pasien Polisitemia Vera mengalami
perdarahan / trombosis, peningkatan asam urat (10 %) berkembang
menjadi gout dan peningkatan resiko ulkus peptikum.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
15/30
15
3. Fase Splenomegali (Spent phase )Sekitar 30 % gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali.
Pada fase ini terjadi kegagalan Sum-sum tulang dan pasien menjadi
anemia berat, kebutuhan tranfusi meningkat, hati dan limpa membesar.
G. DiagnosisPolisitemia Vera merupakan Penyakit Mieloproliferatif, sehingga dapat
menyulitkan dalam menegakkan diagnosis karena gambaran klinis yang
hampir sama, sehingga tahun 1970 Polycythenia Vera Study Group
menetapkan kriteria diagnosis berdasarkan Kriteria mayor dan Kriteria
minor.1.2
Kriteria Diagnosis menurut Polycythemia Vera Study Group19701
Kriteria Mayor Kriteria Minor
1. Massa eritrosit : laki-laki>36 ml / kg, perempuan >
32 ml / kg
2. Saturasi Oksigen > 92 %3. Splenomegali
1. Trombositosis > 400.000 /mm3
2. Lekositosis > 12.000 / mm33. Aktivasi Alkali fosfatase
lekosit >100 ( tanpa ada
demam / infeksi )
4. B 12 serum > 900 pg / mlatau UBBC (Unsaturated
B12 Binding Capasity ) >
2200 pg / ml
Diagnosa Polisitemia Vera
1. 3 kriteria mayor, atau2. 2 kriteria mayor pertama + 2 kriteria minor
Beberapa kriteria ( alkali fosfatase lekosit, B12 serum,UBBC) dianggap
kurang sensitif, sehingga dilakukan revisi kriteria diagnostik Polisitemia
Vera sebagai berikut 1:
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
16/30
16
Kriteria kategori A :
A1. Peningkatan massa eritrosit lebih dari 25 % diatas rata-rata angka
normal.
A2. Tidak ada penyebab polisitemia sekunder.
A3. Splenomegali
A4. Petanda klon abnormal (Kariotipe abnormal ).
Kriteria kategori B :
B1. Trombositosis : > 400.000/mm3
B2. Leukositosis : >12.000/mm3 (tidak ada infeksi).
B3. Splenomegali pada pemeriksaan radio isotop atau ultrasonografi
B4. Penurunan serum eritropoitin.
Diagnosis Polisitemia Vera : Kategori A1 +A2 dan A3 atau A4 atau
Kategori A1 + A2 dan 2 kriteria kategori B.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Eritrosit
Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera, peninggian massaeritrosit haruslah didemonstrasikan pada saat perjalanan penyakit ini.
Pada hitung sel jumlah eritrosit dijumpai > 6 juta/mL, dan sediaan apus
eritrosit biasanya normokrom, normositik kecuali jika terdapat
defisiensi besi. Poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya
transisi ke arah metaplasia meiloid di akhir perjalanan penyakit ini.
2. Granulosit
Granulosit jumlahnya meningkat terjadi pada 2/3 kasus policitemia,
berkisar antara 12-25 ribu/mL tetap dapat sampai 60 ribu?mL. Pada
dua pertiga kasus ini juga terdapat basofilia.
3. TrombositJumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan
dapat > 1 juta/mL. Sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang
abnormal.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
17/30
17
4. B12 SerumB12 serum dapat meningkat, hal ini dijumpai pada 35 % kasus, tetapi
dapat pula menurun, yaitu pada + 30% kasus, dan kadar UB12BC
meningkat pada > 75% kasus policitemia.
5. Pemeriksaan sumsum tulangPemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada
kecurigaan terhadap penyakit mieloproliferatif lainnya seperti adanya
sel blas dalam hitung jenis leukosit. Sitologi sumsum tulang
menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik berupa hiperplasi
trilinier seri eritrosit, megakariosit, dan mielosit. Sedangkan dari
gambaran histopatologi sumsum tulang adanya bentuk morfologi
megakariosit yang patologis/abnormal dan sedikit fibrosis merupakan
petanda patognomonik policitemia.
6. PemeriksaanJAK2V617Fditemukan 90% pasien Polisitemia Vera dan50% pasien Trombositosis Esensial dan Mielofibrosis Idiopatik.7.8
7. Pemeriksaan sitogenetikPada pasien policitemia yang belum mendapat pengobatan P53 atau
kemoterapi sitostatik dapat dijumpai kariotip 20q-,=8,+9,13q-,+1q.
Variasi abnormalitas sitogenetik dapat dijumpai selain bentuk tersebut
di atas terutama jika pasien telah mendapatkan pengobatan P53 atau
kemoterapi sitostatik sebelumnya.
H. Diagnosa Banding1. Polisitemia Sekunder
Biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah lekosit
dan trombosit, pada pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit
menurun (pada PV normal). Kadar alkali fosfatase normal (pada
PV meningkat). Pada polisitemia sekunder biasanya didapatkan
kelainan dasar penyakit seperti kelainan jantung bawaan, arterio
venous shunt, penyakit paru obstruktif menahun. Penyebab lain
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
18/30
18
yang jarang dijumpai seperti tumor otak, tumor ginjal, cushing
sindrome, dan lain-lain. Hipoksemia biasanya disertai dengan
sianosis dan clubbing.
Pada polisitemia sekunder biasanya tidak disertai dengan
penambahan jumlah leukosit dan trombosit. Oleh karenanya M:E
rasio dalam sumsum tulang berubah. Pemeriksaan saturasi oksigen
dalam eritrosit di dapatkan penurunan, sedangkan kadar LAF
normal.
2. Polisitemia RelatifTidak disertai peninggian jumlah lekosit dan trombosit.
Terjadi akibat berkurangnya volume plasma karena dehidrasi atau
renjatan hipovolemik, tidak terdapat peninggian jumlah leukosit
dan trombosit.
3. Leukemia Granulositik kronika stadium awalTerdapat peninggian kadar hb tetapi jumlah eritrosit jarang
melebihi angka 6 juta/mL, biasanya jumlah leukosit M:E rasio
akan berubah sampai 8:1.
4. Polisitemia StresBiasanya ditemukan pada laki-laki dengan hipertensi yang
labil. Secara klinis sukar dibedakan dengan polisitemia vera
stadium awal, untuk mengetahuinya diperlukan observasi yang
agak lama. Pada Polisitemia stres pada riwayat penyakitnya
didapatkan adanya riwayat stres emosional.
5. Sindroma PickwichianPolisitemia yang terjadi pada obesitas, dimana akan dijumpai
sedikit peningkatan jumlah eritrosit, penurunan kapasitas vital,
hipertensi, tidak ada splenomegali. Terjadinya polisitemia
disebabkan karena adanya hipoventilasi alveoli sebagai akibat
diafragma yang kurang dapat bergerak bebas.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
19/30
19
6. Mielofibrosis mieloid metaplasiaBiasanya didapatkan eritrosit bentuk tetesan dan pada
pemeriksaan sumsum tulang akan menghasilkan suatu dry tap.
7. Hyper thyroidismeSecara klinis dapat menyerupai polisitemia vera karena ada
perasaan panas dan hiperhidrosis.
I. TatalaksanaPenatalaksanan Polisitemia Vera yang optimal masih kontroversial,
tidak ada terapi tunggal untuk Polisitemia Vera. Tujuan utama terapi
adalah mencegah terjadinya trombosis. PVSG merekomendasikan
plebotomoi pada semua pasien yang baru didiagnosis untuk
mempertahankan hematokrit
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
20/30
20
Leukositosis progresif
Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopeniaproblematik
Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukardikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang
sulit diatasi.
2. Media Pengobatana. Flebotomi
Indikasi flebotomi :
Polisitemia vera fase polisitemia Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55%
(target Ht 55%)
Polisitemia sekunder non fisiologis bergantung pada derajatpenatalaksanaan terbatas gawat darurat sindrom paraneoplastik.
Tujuan flebotomi :
Mempertahankan Ht 42 % pada wanita dan 47 % pada pria. Mencegah timbulnya hiperviskositas dan penurunan shear rate.
Prosedur flebotomi :
250500 cc darah dikeluarkan dengan blood donor collectionset standar setiap 2 hari. Pada pasien dengan usia lebih dari 55
tahun atau penyakit vascular aterosklerotik yang serius,
flebotomi hanya boleh dilakukan dengan prinsip isovolemik
yaitu mengganti plasma darah yang dikeluarkan dengan cairan
pengganti plasma, untuk mencegah timbulnya bahaya iskemia
serebral atau jantung karena status hipovolemik.
Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500 mL darah(normal total body iron 5 g). defisiensi besi merupakan efek
samping pengobatan flebotomi berulang. Gejala defisiensi besi
seperti glositis, keilosis, disfagia dan astenia cepat hilang
dengan pemberian preparat besi.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
21/30
21
b. Kemoterapi SitostatikaIndikasi kemoterapi sitostatika :
Hanya untuk polisitemia vera. Flebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan > 2 kali sebulan. Trombositosis yang terbukti menimbulkan trombosis. Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan antitistamin. Splenomegali simtomatik atau mengancam ruptur limpa.Prosedur pemberian kemoterapi sitostatik :
Hidroksiurea (Hydrea
@
500 mg/tablet) dengan dosis 800-1200mg/m2/hari atau diberikan sehari 2 kali dengan dosis 10-15 mg/kg
BB/kali, jika telah tercapai target dapat dilanjutkan dengan
pemberian intermiten untuk pemeliharaan.
Klorambusil (Leukeran @ 2 mg/tablet) dengan dosis induksi 0,1 0,2 mg/kg BB/hari selama 3 6 minggu dan dosis pemeliharaan
0,4 mg/kg BB tiap 24 minggu.
Busulfan (Myleran @ 2 mg/tablet) 0,06 mg/kg BB/hari atau 1,8mg/m2/hari, jika telah mencapai target dapat dilanjutkan dengan
pemberian intermiten untuk pemeliharaan.
Pemberian obat dihentikan jika hematokrit :
Pada pria 47% dan memberikannya lagi jika > 52% Pada wanita 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
c. Fosfor Radioaktif ( P32 )P32 pertama kali diberikan dengan dosis 2-3 mCi/m
2 secara iv,
apabila diberikan peroral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika
setelah 3-4 minggu pemberian P32 pertama :
Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Tidak mendapatkan hasil, dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis
pertama dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
22/30
22
d. Kemoterapi biologi ( Sitokin )Tujuan pengobatan terutama untuk mengontrol trombositemia
(hitung trombosit > 800.000/mm3). Produk biologi yang digunakan
Interferon (Intron A@ 3 dan 5 juta IU, Roveron A@ 3 dan 9 juta
IU) digunakan terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat
dikendalikan. Dosis yang dianjurkan 2 juta IU/m2/ subkutan atau IM 3
kali seminggu.
Kebanyakan klinisi mengkombinasikan dengan sitostatik
siklofosfamid (Cytoxan@ 25 mg dan 50 mg/tablet) dengan dosis 100
mg/m2/hari, selama 10 14 hari atau target telah tercapai (hitung
trombosit < 800.000 / mm3) kemudian dapat dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 100 mf/m2 1-2 kali seminggu.
e. Pengobatan Suportif Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-699 mg/hari oral
pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperlihatkan
fungsi ginjal.
Pruritus dan urtikaria dapat diberikan antitistamin, jika diperlukandapat diberikan Psoralen dengan penyinaran ultraviolet range A
(PUVA).
Gastritis atau Ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptorH2.
Antiagregasi trombosit analgrelide turunan dari quinazolindisebutkan juga dapat menekan trombopoesis.
3. Pembedahan Pada Pasien Polisitemiaa. Pembedahan Darurat
Sedapat-dapatnya ditunda atau dihindari. Dalam keadaan darurat,
dilakukan flebotomi agresif dengan pronsip isovolemik dengan
mengganti plasma yang terbuang dengan plasmafusin 4% atau cairan
plasma ekspander lainnya, bukan cairan isotonis/ garam fisiologis,
suatu prosedur yang merupakan tindakan penyelamatan hidup (life-
saving).
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
23/30
23
Splenektomi sangat berbahaya untuk dilakukan pada semua fase
polisitemia, dan harus dihindari karena dalam perjalanan penyakitnya
jika terjadi fibrosis sumsum tulang organ inilah yang diharapkan
sebagai pengganti hemopoesisnya.
b. Pembedahan BerencanaPembedahan berencana dapat dilakukan setelah pasien terkendali
dengan baik. Lebih dari 75% pasien dengan polisitemia vera tidak
terkendali atau belum diobati akan mengalami perdarahan atau
komplikasi trombosis pada pembedahan. Kira-kira sepertiga dari
jumlah pasien tersebut akan meninggal. Angka komplikasi akan
menurun jauh jika eristrositosis sudah dikendalikan dengan adekuat
sebelum pembedahan. Makin lama telah terkendali, makin kecil
kemungkinan terjadinya komplikasi pada pembedahan. Darah yang
didapat dari flebotomi dapat disimpan untuk transfusi autologus pada
saat pembedahan.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
24/30
24
Algoritma untuk Evaluasi dan Penatalaksanaan Polisitemia Vera
J. Komplikasi1. Trombosis
Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas, arteriosklerosis dan
trombositosis.2. Perdarahan
Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat adanya
hipervolemia dan gangguan fungsi trombosit.
3. Gagal JantungDisebabkan karena beban jantung terlalu berat akibat dari
hipervolemia, hiperviskositas, hipertusi dan kemungkinan infrak
miokard akibat trombosis.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
25/30
25
4. Leukimia MieloblastikSering terjadi pada pasien yang diberikan terapi dengan radioterapi
atau fosfor radioaktif.
5. MielofibrosisKomplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dapat khemoterapi
intensif.
6. Gout dan nefrolithiasisDisebabkan karena tingginya kadar asam urat.
K. PrognosisSekitar 30% penderita meninggal karena komplikasi trombosis,
yang biasanya mempengaruhi otak dan jantung. Disamping itu, 10 sampai
15% lagi meninggal karena berbagai komplikasi perdarahan.
Pada penderita yang tidak mendapatkan pengobatan, kematian
diakibatkan kelainan vaskuler, yang terjadi setelah beberapa bulan
diagnosis dibuat. Tetapi bila massa sel darah merah masih bisa
dipertahankan mendekati normal melalui flebotomi, kelangsungan hidupmedian 10 tahun dapat diusahakan.
Prognosis polisitemia vera pada umumnya adalah cukup baik,
kecuali apabila sering terjadi komplikasi trombosis, penderita tidak
kooperatif terhadap terapi yang diberikan atau apabila ada tanda-tanda
gagal jantung.
Penggunaan P32 dan terapi mielosupresif dengan obat alkilasi,
walaupun dapat mengontrol penyakit, menyebabkan peningkatan insidensi
leukemia akut, dan saat ini terapi tersebut jarang digunakan. Terapi
modern kemungkinan menyebabkan perubahan perjalanan penyakit.
Dahulu sebagian besar pasien meninggal akibat penyulit kardiovaskular.
Leukemia akut dapat timbul pada 2% pasien yang tidak mendapat obat
alkilasi atau radioterapi.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
26/30
26
BAB III
KESIMPULAN
Polisitemia vera merupakan suatu penyakit gangguan hematologi yang
jarang ditemukan tetapi mempunyai dampak yang cukup serius bagi penderitanya.
Penyakit ini adalah suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, terjadi
karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon sel induk darah yang
abnormal.
Karenanya dengan memahami definisi, perjalanan klinis sampai dengan
penatalaksanaannya, maka diharapkan dapat mengetahui bagaimana cara
mendeteksi penyakit ini pada tahap awal dan mencegah berbagai macam
komplikasi yang dapat ditimbulkan.
Penatalaksanaan yang tepat terhadap penderita polisitemia vera dapat
meningkatkan vitalitas dan umur harapan hidup bagi penderitanya.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
27/30
27
Daftar pustaka
1. Prenggono D.Polisitemia vera. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.Edisi IV. Penerbit IPD FKUI. 2006:702-705.
2. Tefferi A. Polycthemia Vera :A Comprehensive Review and ClinicalRecommendations.Mayo Clin Proc.2003;78:174-194.
3. George TI. Polycythemia Vera.In Chconic Myeloproliferative Syndromes.Wintrobes Atlas of Clinical Hematology.2007;2:104-108.
4. Paquette R.Hiller E.The Myieloproliferative Syndromes. ModernHematology.2007:2:137-150Hillman, Robert S.Polycythemia.Hematologyin clinical Practice. 2005 4:137-143.
5. Supandiman I,Sumahtri R.Polisitemia Vera.Pedoman diagnosis dan terapiHematologi Onkologi Medik.2003:83-90.
6. Levine RL, Gilliland DG.Myeloproliferative Disorders.Blood.2008;112:2190-2198.
7. Mazza, Joseph J.Polycythemia Vera. Myeloproliferative Diseases. Manualof Clinical Hematology.2002:3; 137-142.
8. Hillman.Robert S.Kenneth A. Polycythemia. Hematology in ClinicalPractice.2005;4:1-25.
9. Stuart B J,Viera AJ.Polycythemia Vera.Polycythemia :primary anSecundary.Practical diagnosis of hematologyc disordrers.2000:3;221-22
Mazza, Joseph J.Classification. Myeloproliferative Diseases. Manual of
Clinical Hematology.2002:3;93-98.
10.Schafer AI. Molecular basis of the diagnosis and treatment ofPolycythemia Vera an Essensial Thrombocythemia.Blood.2006;107:4214-
4222.
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
28/30
28
LAMPIRAN
Haemopoesis
Eritopoesis
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
29/30
29
Hemoglobin
7/27/2019 Refrat Wahyu Tiara - Polisitemia Vera
30/30