47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal merupakan salah satu wilayah region Kawasan Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran (Baca Kabupaten Semarang), Salatiga, Semarang dan Purwodadi). Kabupaten Kendal yang merupakan wilayah hinterland dari Kota Semarang mempunyai akses ekonomi yang cukup menarik. Hal ini ditambah lagi dengan letak Kabupaten Kendal yang berada di jalur pantura merupakan peluang investasi yang cukup baik bagi perekonomian Kendal. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Temanggung di selatan, serta Kabupaten Batang di barat. Mengingat letaknya yang strategis di jalur pantura maka daerah ini menjadi daerah tujuan investasi yang menarik bagi para investor. Setiap daerah mempunyai sektor andalan dalam kegiatan ekonominya. Begitu juga dengan Kabupaten Kendal, karena letaknya yang strategis di jalur pantura, bukan berarti sektor perdgangan dan jasa yang menjadi sektor andalan atau sektor basis, mungkin sektor-sektor lain yang menjadi andalan atau sektor basis Kabupaten Kendal. Di Kabupaten Kendal terdapat industri-indusrti pengolahan yang cukup 1

Regional Kendal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Regional Kendal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Kendal merupakan salah satu wilayah region Kawasan

Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran (Baca Kabupaten Semarang),

Salatiga, Semarang dan Purwodadi). Kabupaten Kendal yang merupakan

wilayah hinterland dari Kota Semarang mempunyai akses ekonomi yang

cukup menarik. Hal ini ditambah lagi dengan letak Kabupaten Kendal yang

berada di jalur pantura merupakan peluang investasi yang cukup baik bagi

perekonomian Kendal. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara,

Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Temanggung

di selatan, serta Kabupaten Batang di barat. Mengingat letaknya yang

strategis di jalur pantura maka daerah ini menjadi daerah tujuan investasi

yang menarik bagi para investor.

Setiap daerah mempunyai sektor andalan dalam kegiatan

ekonominya. Begitu juga dengan Kabupaten Kendal, karena letaknya yang

strategis di jalur pantura, bukan berarti sektor perdgangan dan jasa yang

menjadi sektor andalan atau sektor basis, mungkin sektor-sektor lain yang

menjadi andalan atau sektor basis Kabupaten Kendal. Di Kabupaten Kendal

terdapat industri-indusrti pengolahan yang cukup berkembang disana

diantaranya yaitu industri krupuk, furniture, industri konveksi, industri

gerabah, dll. Selain sektor industri, di Kab. Kendal juga berkembang sektor

pertanian. Komoditas sektor pertanian yang cukup berkembang adalah

tanaman pisang, sawo dan jagung.

Kabupaten Kendal yang merupakan hinterland dari Kab. Semarang

merupakan salah satu hinterland yang cukup pesat perkembangannya.

Perkembangan di Kota Kendal yang cukup menyita perhatian adalah

Kecamatan Weleri. Di kecamatan ini berkembang sektor perdagangan. Selain

itu Kec. Weleri menjadi pusat persinggahan para pedagang dari Solo –

Semarang dan daerah lain dari Indonesia. Oleh karena banyaknya sektor yang

1

Page 2: Regional Kendal

menjadikan Kab. Kendal menjadi maju, maka dengan makalah ini kami ingin

mengetahui sektor manakah yang menjadi sektor basis di Kab. Kendal.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat

dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai

macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat

perubahan ekonomi. Menurut Sukirno (1994:10), pertumbuhan ekonomi

berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

barang dan jasa yang diproduksikan bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat. Biasanya yang menjadi tongkat penyangga perekonomian suatu

daerah adalah sektor basis di daerah tersebut. Sedangkan laju pertumbuhan

ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa memandang apakah

kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk

dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi. Salah satu

indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data

mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang

berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Namun untuk menunjukkan tingkat

pergeseran sektor dilihat melalui PDRB berdasarkan tingkat harga berlaku.

Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam

kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga atau

pendapatan terus menerus bertambah.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dilihat apakah sektor yang

cukup berkembang di Kab. Kendal menjadi sektor basis atau bukan. Selain itu

dalam makalah ini akan diuraikan mengenai sektor-sektor yang merupakan

sektor basis dan sektor non basis yang mendukung pertumbuhan Kabupaten

Kendal. Adanya perkembangan pada setiap sektor bisa menyebabkan

bergesernya suatu sektor dari sektor non basis (sektor pendukung) menjadi

sektor basis dan begitu juga sebaliknya. Dalam analisa ini digunakan alat

Metode Location Quotient untuk membandingkan porsi lapangan kerja/nilai

tambahan untuk sektor-sektor tertentu di wilayah tersebut dibandingkan

dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara

nasional (nasional disini maksudnya adalah wilayah yang lebih tinggi

jenjangnya).

2

Page 3: Regional Kendal

1.2. Rumusan Masalah

a) Berdasarkan data dari PDRB, sektor manakah yang menjadi sektor basis

dan non basis di kabupaten Kendal untuk menunjang perekonomian?

b) Apakah dalam kurun lima waktu terakhir apakah terjadi pergeseran

sektor basis?

c) Bagaimana dampak dari sektor basis terhadap kehidupan perekonomian

masyarakat disana, ditinjau dari banyaknya tenaga kerja yang terserap?

d) Bagimana pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal selama lima tahun

terakhir?

1.3. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui sektor manakah yang menjadi sektor basis dan non

basis dalam Kabupaten Kendal.

b) Mengetahui besarnya sumbangan sektor tersebut dalam PDRB

Kabupaten Kendal.

c) Untuk mengetahui apakah ada pergeseran sektor atau tidak (basis dan

non basis di Kabupaten Kendal).

d) Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan perekonomian di

Kabupaten Kendal dalam kurun lima tahun terakhir.

1.4. Manfaat Penelitian

a) Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan

b) Sebagai sumber informasi struktur perekonomian Kabupaten Kendal

c) Untuk menambah pengetahuan mengenai Kabupaten Kendal itu

sendiri

d) Untuk mengetahui apakah sektor yang berproduksi secara efisien

merupakan sektor basis di daerah tersebut atau tidak.

e) Bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut yang ingin lebih mengkaji

masalah ini.

3

Page 4: Regional Kendal

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) adalah

jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam

suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Untuk menghitung

PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang

digunakan (BPS 2002:5-6) yaitu :

1. Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai

tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto

barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian

selama satu tahun.

2. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan

menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor

produksi, meliputi :

a. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)

b. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)

c. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

d. Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)

3. Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara

menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa,

yaitu:

a. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga

swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

b. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap

bruto.

c. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

4. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang-

kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk

mengadakan penghitungan pendapatan regional dengan

4

Page 5: Regional Kendal

menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga

dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sebagai

contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan

kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan

kantor cabang tidak mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena

perhitungan rugi-laba dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi

hal itu penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan

metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh

kantor pusat dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat

menunjukkan seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang

terhadap kantor pusat.

Sedangkan cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut:

a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan

dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing

tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun

pada penilaian komponen nilai PDRB.

b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan

dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat

pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan

produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. Dalam

penelitian ini, PDRB yang digunakan untuk penelitian

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal adalah PDRB Atas Dasar

Harga Konstan.

1.2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson

(1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan

akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan

selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang

menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku

untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan

5

Page 6: Regional Kendal

peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa

suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat

memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain

sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146). Ada serangkaian

teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahan-

perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang

terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan

populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory).

Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi

membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:

a) Sektor-sektor Basis, adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-

barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat

yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada

masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian

masyarakat yang bersangkutan.

b) Sektor-sektor Bukan Basis, adalah sektor-sektor yang menjadikan

barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal

di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-

sektor bukan basis ini tidak mengekspor barang-barang. Ruang

lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal.

Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi

menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana

keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi.

Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus

pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah

permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan

menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya

kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan

bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah

yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran

sebagai penggerak utama.

6

Page 7: Regional Kendal

1.1 Pengembangan Sektor Potensial

Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka

adanya sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan

seoptimal mungkin. Lincolin Arsyad (1999:165) mengatakan bahwa sampai

dengan akhir dekade 1980-an, di Indonesia terdapat tiga kelompok

pemikiran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang perlu diambil

untuk memantapkan keberadaan sektor industri. Ketiga kelompok pemikiran

tersebut adalah:

1. Pengembangan sektor industri hendaknya diarahkan kepada sektor

yang memiliki keunggulan komparatif (comparative adventage).

Pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalangan

ekonom-akademis.

2. Konsep Delapan Wahana Transformasi Teknologi dan Industri

yang di kemukakan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Habibie),

yang pada dasarnya memprioritaskan pembangunan industi-industri

hulu secara serentak (simultan).

3. Konsep keterkaitan antar industri, khususnya keterkaitan hulu-hilir.

Konsep ini merupakan konsep menteri perindustrian (Tungki

Ariwibowo). Sebagai indikator analisis evaluasi, metode klarifikasi

dan validasi dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan

tuntutan kerangka acuan kerja digunakan analisis SWOT. Analisis

ini merupakan suatu metode untuk menggali aspek-aspek kondisi

sektoral yang terdapat di suatu kawasan yang direncanakan untuk

menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi

dalam pengembangan sektoral tersebut.

1.2 Model Analisis dengan Metode Location Quotient

Metode Location Quotient adalah metode dengan membandingkan

porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah

dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang

sama secara nasional (nasional yang dimaksud adalah wilayah yang lebih

tinggi jenjangnya). Dalam bentuk rumus diperlihatkan dibawah ini :

7

Page 8: Regional Kendal

Keterangan :

li = banyaknya lapangan kerja sektor i di wilayah analisis

e = banyaknya lapangan kerja di wilayah analisis

Li = banyaknya lapangan kerja sektor i secara nasional

E = banyak lapangan kerja secara nasional

Dari persamaan diatas diketahui bahwa apabila LQ > 1 berarti

porsi lapangan kerja sektor i di wilayah analisis terhadap total lapangan

kerja wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi lapangan kerja

untuk sektor yang sama secara nasional. Maksud dari pernyataan ini adalah

sektor i di wilayah tersebut secara proporsional dapat menyediakan

lapangan kerja melebihi porsi sektor i secara nasional. LQ > 1 memberikan

indikasi bahwa sektor tersebut adalah basis, sedangkan apabila LQ < 1

berarti sektor ini adalah nonbasis.

Teknik ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu

daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan

nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor

industri di suatu daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam

industri nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada

setiap sektor, dan bahwa perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah

suatu perekonomian tertutup. Digunakan analisis LQ karena analisis ini

memiliki kelebihan-kelebihan, yakni merupakan alat analisis sederhana

yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri

substitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan

untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk

dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya antara lain merupakan

indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak

memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil

produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda,

juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap

daerah.

BAB III8

Page 9: Regional Kendal

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Pendekatan Penelitian

Dalam laporan ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan secara

kuantitatif yaitu penghitungan secara formulasi dengan menggunakan

metode LQ (Location Quotient), sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan

melalui studi literatur dan alat analisis terhadap fenomena yang terjadi

khususnya yang berkaitan dengan permasalahan pada laporan ini.

1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan dan menjelaskan beberapa

variabel yang terdapat pada hipotesis, sehingga penyusunan laporan ini

dapat terarah pada pokok permasalahannya. Definisi operasional tersebut

meliputi :

1. Pertumbuhan sektor ekonomi:

Definisi pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang

dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB

atas dasar harga konstan tahun 2000.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):

Pengertian PDRB disini mengacu pada pengertian PDRB menurut

Badan Pusat Statistik (BPS). Bila dipandang dari sudut produksi, PDRB

merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan

oleh berbagai unit produksi dalam satu region atau wilayah selama

jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut

dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok

lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB dihitung

berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada harga-harga barang

yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni dengan tahun 2000

sebagai tahun dasar. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini

dilakukan karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi. Sedangkan untuk

9

Page 10: Regional Kendal

mengetahi ada atau tidaknya pergeseran sektor dilihat berdasarkan

PDRB atas harga berlaku.

3. Penduduk

BPS mendefinisikan bahwa yang dimaksud penduduk adalah semua

orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama

6 (enam) bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari

6 (enam) bulan tetapi bertujuan untuk menetap (dalam satuan jiwa).

4. Sektor-sektor ekonomi

Sektor-sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang

berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini

BPS membagi sektor-sektor ekonomi tersebut menjadi sembilan sektor

seperti sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri, sektor

listrik, gas dan air, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor

komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa dan lainnya.

5. Pengembangan sektor ekonomi potensial

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002:4),

Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-

putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan

mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan

pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor

potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan

keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada

sektor-sektor ekonomi potensial (unggul, mampu, strategis), guna

meningkatkan PDRB Kabupaten Kendal.

1.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang kami peroleh dari

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data PDRB

Kabupaten Kendal tahun 2002 – 2007.

10

Page 11: Regional Kendal

1.4 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah melalui studi kepustakaan (Library Study), yaitu dengan mempelajari

literatur-litaratur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti

kemudian dihubungkan satu sama lainnya sehingga dapat diperoleh hasil

yang betul-betul akan membantu dalam menjawab permasalahan yang ada.

Literatur-litertur yang digunakan adalah jurnal-jurnal yang berhubungan

dengan permasalah tersebut dan buku ekonomi regional yang ada di

perpustakaan.

11

Page 12: Regional Kendal

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian

1.1.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Kendal tahun 2003

berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2003 adalah sebesar

891.166 jiwa. Penduduk yang bekerja pada tahun 2003 sebesar

417.627 jiwa, hal ini menggambarkan bahwa hampir separuh

penduduk Kab. Kendal bekerja di sektor basis. Pada tahun 2004

jumlah penduduk Kendal sebanyak 899.211 jiwa dan yang bekerja

sebanyak 403.044 jiwa. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kab.

Kendal 905.541 jiwa dan yang bekerja sebesar 445.515 jiwa. Pada

tahun 2006 jumlah penduduk Kab. Kendal sebesar 918.945 jiwa dan

yang bekerja sebesar 465.682 jiwa. Dari uraian data kependudukan dan

tenaga kerja dapat dilihat bahwa setiap tahun rata-rata terjadi kenaikan

jumlah penduduk dan tenaga kerja di Kab. Kendal.

Grafik: Alokasi tenaga kerja persektor di Kab. Kendal

Sumber: BPS Jateng, Susenas

Berdasarkan grafik di atas, bila dilihat bahwa tenaga kerja

banyak terserap pada sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa

sebagian besar penduduk di Kab. Kendal bekerja di sektor pertanian.

Setelah itu disusul oleh sektor perdagangan. Hal ini ditunjang letak 12

Page 13: Regional Kendal

Kab. Kendal yang berada di jalur pantura sehingga cocok untuk

perdagangan. Perdagangan di Kab. Kendal cukup berekembang

terutama di Kecamatan Weleri. Setelah sektor perdagangan disusul

oleh sektor industri. Di Kendal, sektor industri yang berkembang

adalah sektor industri non migas yaitu sektor industri pengolahan

seperti industri furniture, kerupuk , petis, bordir, pengolahan hasil laut,

dan lain-lain. Setelah sektor industri, kemudian disusul sektor

kontruksi, komunikasi, pertambangan, listrik dan gas, keuangan dan

lainnya.

Berikut tabel alokasi tenaga kerja persektor di Kab.Kendal

Sektor 2002 2003 2004 2005 2006Pertanian 204.157 217.987 181.707 215.550 218.090

Prtmbngn 497 1.668 648 2.665 1.448

Industri 52.496 47.169 48.540 45.160 62.336Listrik, gas & air

994 292 0 0 362

Konstruksi 15.966 20.397 18.348 21.890 14.782

Prdgangan 72.078 72.619 86.703 92.850 85.082

Komnksi 13.924 18.676 19.581 20.380 24.028

Keuangan 4.928 1.565 4.059 5.330 3.926

Jasa 42.065 36.032 42.810 40.395 54.626

Lainnya 497 1.222 648 1.295 1.002

Jumlah 407.602 417.627 403.044 445.515 465.682Sumber: BPS Jateng, Susenas

1.1.1 Perekonomian Daerah

Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau

sumbangan dari masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB

yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu

perekonomian mangalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai

sektor. Nilai PDRB Kabupaten Kendal selalu mengalami peningkatan

yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu meningkat dari

tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 4 tahun (2004 – 2007) tahun

terakhir, sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang

menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal. hal ini ditandai

dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu

13

Page 14: Regional Kendal

berkisar di atas 34 persen, paling tinggi dibanding dengan sektor lain.

Selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor

Industri Pengolahan adalah sektor Pertanian dan sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran. Secara keseluruhan, dalam 4 tahun terakhir. tidak

terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, masing-masing

sektor masih dalam posisi yang sama.

1.1 Analisis Potensi Sektor Ekonomi, Keterkaitan Wilayah dan

Pengembangan Sektor Potensial

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi

ekonomi Kabupaten Kendal sehingga sektor-sektor strategis yang potensial

tesebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan PDRB kemudian sektor-

sektor potensial yang teridentifikasi tersebut dianalisis lebih lanjut

bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman/tantangan

pengembanganya sehingga dapat dirumuskan strategi apa yang bisa

diterapkan dalam rangka pengembangan sektor potensial tesebut. Selain itu,

juga dicari seberapa jauh keterkaitan Kabupaten Kendal dengan daerah

sekitarnya dalam satu kawasan.

Untuk mengetahui potensi sektor-sektor ekonomi yang mendukung

PDRB Kabupaten Kendal maka digunakan alat analisis LQ yaitu untuk

mengetahui apakah sektor ekonomi tersebut termasuk sektor basis atau non

basis.

1.2 Analisis Potensi Sektor Ekonomi dengan Model Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui

sektor-sektor ekonomi manakah yang termasuk kedalam sektor basis (basic

sector) atau berpotensi ekspor dan manakah yang bukan merupakan sektor

basis (non basic sector). Apabila hasil perhitungannya menunjukkan angka

lebih dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis.

Sebaliknya apabila hasilnya menunjukkan angka kurang dari satu (LQ < 1)

berarti sektor tersebut bukan sektor basis. Hasil perhitungan Location

14

Page 15: Regional Kendal

Quotient (LQ) Kabupaten Kendal selama 5 tahun terakhir (dari tahun 1999 –

2003) selengkapnya dapat dilihat pada table berikut :

Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) berdasarkan atas harga berlaku di Kabupaten Kendal 2003 – 2007

SektorTahun 2003

Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

Tahun 2007

Petanian 1,168 1,195 1,23 1,245 1,25Petambangan & galian

1,11 0,7 1,07 1,1 1,11

Industri pengolahan 1,166 1,136 1,11 1,079 1,18Listrik, gas, air bersih

1,31 1,167 1,25 1,45 1,55

Bangunan 0,78 0,679 0,64 0,69 0,62

Perdang, hotel, restoran

0,855 0,585 0,89 0,86 0,85

Pengankutan & komunikasi

0,48 0,45 0,48 0,55 0,56

Keu.persewaan & jasa persuasi

0,67 0,73 0,77 0,93 0,8

Jasa-jasa 0,86 0,9 0,96 0,97 0,93

Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) berdasarkan atas harga konstan berlaku di Kabupaten Kendal 2003 – 2007

SektorTahun 2003

Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

Tahun 2007

Pertanian 1,14 1,17 1,14 1,16 1,18Pertambangan & galian

0,899 0,91 0,9 0,96 0,96

Industri pengolahan

1,24 1,2 1,25 1,24 1,25

Listrik, gas, air bersih

1,63 1,64 1,3 1,38 1,43

Bangunan 0,64 0,5 0,48 0,5 0,49Perdag, hotel, restoran

0,85 0,87 0,88 0,9 0,92

Pengankutan & komunikasi

0,498 2 0,49 0,49 0,49

Keu.persewaan & jasa perushn

0,64 0,68 0,7 0,69 0,71

Jasa-jasa 0,79 0,8 0,79 0,79 0,79

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode LQ di

atas dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir belum ada

pergeseran sektor. Dimana yang dimaksud pergeseran sektor disini yaitu

pergeseran dari sektor basis ke sektor non basis dan begitu pula sebaliknya.

15

Page 16: Regional Kendal

Selain itu, dalam perhitungan ini dapat diketahui bahwa yang menjadi sektor

basis adalah sektor pertanian; industri pengolahan; listrk, gas, dan air bersih.

Sektor non basis adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; bangunan;

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Adanya urutan sektor non basis

seperti hal tersebut sangatlah tepat dengan keadaan perekonomian di Kab.

Kendal. Dimana seperti yang kita tahu bahwa sektor-sektor non basis

tersebut sangat mendorong terus berkembanya sektor basis di Kab. Kendal.

Berkembangnya sektor basis seperti hal tersebut sangat cocok

dengan wilayah Kab. Kendal dimana pada wilayah dataran tinggi seperti di

Kendal Selatan sangat cocok untuk kegiatan pertanian. Sektor pertanian

yang juga merupakan sektor basis banyak berkembang di wilayah Kec.

Boja, Kec. Patean dimana pada wilayah ini berkembang sektor perkebunan

yang merupakan subsektor dari sektor pertanian. Sedangkan di wilayah

dataran rendah berkembang sektor indusrti. Sektor industri yang banyak

berkembang di sini adalah sektor industri pengolahan pengolahan furniture

yang berorientasi ekspor ke Eropa, Amerika dan negara-negara lainnya.

Selain itu juga berkembang sektor pengolahan hasil laut, industri kecil

konveksi dan dll. Berkembangnya sektor ini di wilayah dataran rendah Kab.

Kendal karena adanya kemudahan dalam memperoleh bahan baku untuk

memproduksi hal tersebut.

Meskipun sektor basis merupakan sektor yang paling potensial untuk

dikembangkan dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Kendal, akan tetapi kita tidak boleh melupakan sektor non basis. Karena

dengan adanya sektor basis tersebut maka sektor non basis dapat dibantu

untuk dikembangkan menjadi sektor basis baru. Tidak hanya itu saja,

tanpa adanya sektor non basis yang diperhatikan maka

kegiatan perekonomian di sektor yang lain tidak akan bisa

berkembang.

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa

selama lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran sektor

basis di Kab. Kendal. jadi disini bisa dilihat bahwa setiap sektor

selama kurun waktu lima tahun terakhir posis setiap sektor

sama.16

Page 17: Regional Kendal

1.3 Pengembangan Sektor Basis di Kabupaten Kendal berdasarkan atas

dasar harga berlaku dan atas harga konstan tahun 2003 – 2007

Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis LQ, maka

dapat diketahui masing-masing sektor basis dan non basis ekonomi

Kabupaten Kendal. Setelah diketahui potensi tiap sektor, selanjutnya

diharapkan adanya pengelolaan yang lebih terfokus pada sektor yang lebih

mampu mendorong perkembangan ekonomi Kabupaten Kendal. Dengan

menitik beratkan pada sektor-sektor yang mempunyai pengaruh yang besar

pada perekonomian sehingga diharapkan hasilnya dapat optimal.

Dalam penelitian ini analisis pengembangan sektor basis di

Kabupaten Kendal berdasarkan PDRB atas harga berlaku yaitu sektor

industri pengolahan terutama industri non migas, sektor pertanian dan sektor

listrik, gas, dan air bersih. Berikut akan di bahas sektor yang menjadi sektor

basis di Kab. Kendal.

1.1.1 Sektor Industri dan Pengolahan

a. Sentra Industri Kecil Mebel dari Kayu/Furniture

Di Kabupaten Kendal banyak terdapat kegiatan industri

mebel kayu/furniture yang lokasinya tersebar di pelosok daerah,

baik yang mengelompok dalam satu pedesaan/sentra maupun yang

terpencar antara 1 hingga 4 perusahaan dari yang berskala kecil

maupun besar.

Bahan yang digunakan berupa kayu jati yang berasal dari

Perum Perhutani maupun jati tanaman rakyat, juga kayu non jati

(sengon, mahoni, kalimantan, dan lain-lain) yang persediaannya

cukup banyak di pasaran. Walaupun perkembangan furniture

kurang begitu cepat, namun usaha ini berjalan cukup lancar dalam

melayani kebutuhan mebelair dan bahan bangunan serta produksi

lain yang dibutuhkan masyarakat, perkantoran, keperluan pabrik

tekstil, dan lain-lain. Seperti disebutkan di atas bahwa di

Kabupaten Kendal terdapat industri furniture dan pengolah kayu

17

Page 18: Regional Kendal

menengah dan besar namun dengan produk berorientasi pasar

ekspor ke negara-negara Eropa, Amerika dan negara lainya dengan

jenis produk antara lain kayu olahan dan mebelair seperti Hartco di

Kecamatan Patean, dan sebagainya.

b. Sentra Industri Kecil Emping Melinjo

Tanaman melinjo banyak tumbuh di Kecamatan

Pageruyung, Plantungan dan Kecamatan Patebon sehingga

beberapa desa di kecamatan tersebut merupakan daerah sentra

industri kecil pembuatan emping melinjo. Sentra emping melinjo

berada di Kecamatan Plantungan, Kecamatan Pageruyung dan

Patebon yang merupakan usaha turun temurun dari nenek moyang

mereka dan masih dikerjakan dengan peralatan yang sederhana.

Jumlah industri kecil emping melinjo pada tahun 2007

mencapai 152 unit usaha dan mampu menyerap tenaga kerja

sebanyak 169 orang. Salah satu kendala yang dihadapi oleh

pengrajin industri kecil pembuatan emping melinjo di sentra adalah

penyimpanan pasca panen buah melinjo sebagai bahan bakunya,

sementara ini buah melinjo yang dipanen apabila permintaan

emping melinjo berkurang maka buah melinjo tadi dijual ke

tengkulak. Emping melinjo di sentra industri pembuatan emping

melinjo di Kecamatan Plantungan sudah banyak dikenal oleh

masyarakat Kabupaten Kendal bahkan di luar Kabupaten, misalnya

Semarang, Magelang, Pekalongan, dan Batang. Untuk produksi

emping melinjo Kabupaten Kendal bentuknya agak pulen dan tidak

retak apabila ditumbuk.

c. Sentra Industri Kecil Konveksi

Industri kecil pembuatan pakaian jadi/konveksi di

Kabupaten Kendal mempunyai perkembangan yang cukup baik.

Keberadaan industri kecil ini menyebar merata di daerah,

sedangkan untuk sentra industri kecil pembuatan pakaian jadi

18

Page 19: Regional Kendal

diantaranya adalah di Desa Kutoharjo, Krajan Kulon, dan Desa

Protomulyo Kecamatan Kaliwungu serta di Desa Cepiring dan

Pandes Kecamatan Cepiring. Jumlah industri kecil pembuatan

pakaian jadi/konveksi pada tahun 2007 mencapai 70 unit usaha dan

mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 230 orang.

Industri kecil pembuatan pakaian jadi ini sebagian besar

dikerjakan dengan peralatan sederhana, mesin jahit dikerjakan

dengan tenaga manusia atau manual dan belum menggunakan

tenaga mekanis/tenaga listrik. Adapun jenis produk yang dihasilkan

antara lain kemeja pria, celana panjang, pakaian anak-anak dan

pakaian wanita.

d. Sentra Industri Kecil Gerabah

Pada tahun 1970-an jumlah pengrajin industri kecil gerabah

di Kabupaten Kendal lebih dari 200 unit usaha yang terdapat di

Kecamatan Kota Kendal dan Kecamatan Weleri. Namun dengan

kemajuan peradaban manusia sekarang ini banyak diproduksi

barang substitusi sehingga jumlah industri gerabah mengalami

penurunan drastis menjadi 40 unit usaha pada tahun 2007. Dari

sejumlah 40 unit usaha tersebut dikerjakan oleh orang-orang yang

sudah tua, sedangkan generasi muda sudah tidak tertarik pada

kegiatan kerajinan gerabah. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh

industri kecil gerabah sebanyak 52 orang.Barang-barang yang

dibuat antara lain periuk, cobek, tungku, wajan dan barang-barang

bersifat seni seperti aneka pot/vas bunga, barang hiasan ruang

tamu, hiasan taman, dan lain-lain yang dipesan oleh penggemar

barang seni.

e. Sentra Industri Kecil Bata Merah

Guna memenuhi kebutuhan bahan bangunan daerah lokal

dan daerah sekitarnya, masyarakat Kabupaten Kendal

memanfaatkan potensi tanah dari lokasi yang kurang subur (tanah

19

Page 20: Regional Kendal

tadah hujan, berem sungai, tanah kebun, tanah urugan) untuk

pembuatan bata merah.

Sentra industri bata merah di Kabupaten Kendal sebanyak

185 unit usaha yang tersebar di berbagai kecamatan, yaitu Desa

Kebonadem, Desa Rejosari Kecamatan Brangsong; Kelurahan

Tunggulrejo Kecamatan Kota Kendal; Desa Banjarejo dan

Kaligading Kecamatan Boja; Desa Merbuh Kecamatan Singorojo;

Desa Karangsuno, Mulyosari, Botomulyo, Gondang, dan Pandes

Kecamatan Cepiring; Desa Tambaksari Kecamatan Rowosari; serta

Desa Karanganom dan Payung Kecamatan Weleri. Jumlah tenaga

kerja yang terserap sebanyak 634 orang.

f. Sentra Industri Kecil Genteng

Sentra industri kecil genteng letaknya tersebar di

Kabupaten Kendal, desa yang potensial penghasil genteng press /

non press adalah Desa TamanGede Kecamatan Gemuh, Desa

Meteseh Kecamatan Boja, Desa Kaliputih - Singorojo dan

Tegorejo - Pegandon. Usaha genteng di daerah sentra merupakan

usaha yang di kelola secara turun temurun dengan peralatan yang

sederhana / tradisional.

Daerah pemasaran produk industri genteng berbeda-beda

antara daerah sentra yang satu dengan daerah sentra yang lain

karena masing-masing sentra mempunyai pangsa pasar tersendiri.

Produk industri genteng Meteseh dan produk industri genteng

Taman Gede pemasarannya sudah merambah ke luar Kabupaten

Kendal dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan

produk industri genteng non press yang dihasilkan oleh sentra

genteng dari Desa Tegorejo sasaran pemasarannya adalah untuk

kelas menengah ke bawah.

g. Sentra Industri Kecil Gula Aren

20

Page 21: Regional Kendal

Salah satu industri yang berkembang di Kecamatan

Limbangan adalah industri pembuatan gula aren. Pembuatan gula

aren ini dikelola oleh hampir setiap warga di tiap-tiap desa di

Kecamatan Limbangan. Tanaman aren yang ber kembang ini tidak

lepas dari daya dukung sumber daya alam, tanaman aren sebagai

bahan baku pembuatan gula aren tumbuh tersebar di daerah /

wilayah Kecamatan Limbangan.

Pada umumnya desa yang menjadi sentra gula aren di

Kecamatan Limbangan sifatnya home industri walaupun sebagian

ada juga yang sudah diusahakan skala sedang maupun

penampungan dari pengrajin-pengrajin setempat.

Pemasaran hasil produksi selama ini dilakukan oleh para

pedagang yang langsung membeli ke pengrajin dengan cara

memesan atau meminjami dulu uang untuk modal tambahan.

Daerah pemasar an gula aren di sentra Kecamatan Limbangan

meliputi Kabupaten Kendal serta Semarang dan sekitarnya.

h. Sentra Industri Kecil Bordir

Bordir di Kabupaten Kendal yang potensial dan

berkembang adalah daerah Kecamatan Kaliwungu. Produk industri

kecil bordir di daerah ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat

luas. Kecamatan Kaliwungu sendiri tidak terlepas dari sebutan

“Kota Santri” dimana banyak terdapat pesantren dan sarana

pendidikan keagaman Islami yang mana santri-santrinya berasal

dari seluruh nusantara.

Pembuatan bordir di Kecamatan Kaliwungu cukup baik

perkembangannya. Hal ini dilihat dari perkembangan selama ini

yaitu dengan adanya Koperasi Bordir “Mekar Sari”. Koperasi ini

menampung bordir yang diusahakan secara home industri. Produk

yang paling banyak diproduksi adalah busana muslim, hal ini

disebabkan banyaknya pesanan baik yang datang dari lokal maupun

dari luar daerah misal Jakarta, Surabaya, Bali, bahkan Australia.

21

Page 22: Regional Kendal

Tempat sentra Bordir terdapat di dekat area masjid Kaliwungu

yaitu Desa Krajankulon, Sarirejo, Protomulyo dan Kutoharjo.

i. Sentra Industri Kecil Pengolahan Hasil Laut

Terinasi merupakan salah satu komoditi ekspor di

Kabupaten Kendal yang mempunyai prospek yang cukup baik.

Sentra industri terinasi di Kec. Cepiring pengelolaannya ditangani

dengan mana- jemen yang baik, karena usaha ini sudah merupa kan

perusahaan sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup

banyak. Terinasi hasil olahan memang mempunyai spesifikasi

khusus, karena memang sebagian besar untuk konsumsi ekspor

sehingga kualitas produk sangat diperhatikan. Pada umumnya

spesifikasi itu adalah warnanya bersih, tidak menggumpal, dan

besarnya hampir seragam. Hasil produk pengolahan teri nasi

diekspor ke Jepang, Taiwan, dan sedang dijajaki ke negara-negara

di Asia dan Eropa.

j. Sentra Industri Kecil Terasi

Terasi adalah produk makanan yang terbuat dari nener.

Terasi digunakan untuk penyedap bumbu makanan di Indonesia. Di

Kabupaten Kendal sentra industri skala rumah tangga pembuatan

terasi yang potensial adalah di Desa Korowelang Anyar Kecamatan

Cepiring, Gempolsewu - Rowosari, Karangsari - Kendal, Desa

Wonorejo - Kaliwungu, Desa Pidodo Wetan dan Pidodo Kulon

Kecamatan Patebon, serta Kec. Kangkung. Nener merupakan bahan

baku utama pembuatan terasi yang hidup baik di perairan laut

maupun perairan darat (tambak), yang pada musim tertentu nener

banyak berkembang sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap

produksi terasi.

Dalam proses pembuatan terasi sebagian industri-industri

kecil belum menggunakan peralatan teknologi tepat guna

melainkan masih menggunakan peralatan yang sederhana yaitu alat

22

Page 23: Regional Kendal

penumbuk. Pemasaran terasi dari sentra-sentra ini sebagian besar

masih di sekitar Kabupaten Kendal..

k. Sentra Industri Kecil Kerupuk

Industri kerupuk merupakan bagian dari industri kecil yang

ada di Kabupaten Kendal. Ketika terjadi krisis ekonomi, industri

kecil kerupuk di Kabupaten Kendal mampu bertahan bahkan

berkembang cukup baik dan menggembirakan. Hal ini terlihat

dengan adanya pertumbuhan unit usaha dan penyerapan tenaga

kerja. Melihat kondisi sekarang ini industri kecil kerupuk yang

potensial untuk berkembang adalah industri kecil kerupuk di Desa

Sarirejo, Protomulyo, Krajan kulon Kec. Kaliwungu, Kelurahan

Kebondalem, Langenharjo, Tunggulsari dan Sijeruk Keca-matan

Kota Kendal, Desa Gemuh Blanten Kecamatan Gemuh, Desa Boja

Kecamatan Boja, Desa Kertosari Kecamatan Singorojo, Desa Lanji,

Sukolilan dan Kebonharjo Patebon, Desa Karangsuno - Cepiring,

dan Desa Parakan Sebaran Kecamatan Pageruyung.

Industri kecil pembuatan kerupuk sebagian besar dikelola

secara tradisional oleh ibu-ibu rumah tangga/home industri.

Kualitas produk kerupuk di sentra-sentra ini masih perlu

ditingkatkan lagi agar mampu bersaing dengan produk sejenis dari

daerah lain. Adapun jenis produksi kerupuk yang dihasilkan antara

lain kerupuk udang, kerupuk coklat (kerupuk rembulung), kerupuk

petis, dan kerupuk goreng pasir.

1.1.1. Sektor Pertanian

Sesuai kondisi wilayah dan iklimnya, maka sektor yang paling

berkembang di kabupaten ini adalah sektor pertanian yang meliputi

subsektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor

peternakan, serta subsektor kelautan dan perikanan dan sektor pertambangan

dan energi.

23

Page 24: Regional Kendal

a) Pertanian Tanaman Pangan

Mengingat kondisi wilayahnya sangat dipengaruhi oleh

iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, maka pertanian

tanaman pangan menjadi salah satu sektor unggulan di kabupaten

ini. Komoditinya sebagian besar adalah buah-buahan segar di

samping bawang merah, cabe, jahe, kunyit, kacang-kacangan dan

ubi jalar.Secara rinci luas lahan dan jumlah produksi masing-

masing komoditi dapat dilihat pada tabel berikut.

No Komoditi Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)1 Durian 925 14.047 2 Mangga 2.311 10.933 3 Rambutan 893 5.283 4 Pisang 19.500 17.514 5 Sawo 12.941 1.528 6 Bengkoang 10,5 4.345 7 Kacang pajang 987 3.787 8 Bawang merah 683 6.026 9 Jahe 10,5 1,4 10 Jangung 11.545 58.926 11 Ubi jalar 325 6.066 12 Kacang tanah 4.190 4.710 13 Kacang hijau 1.039 1.070 14 Kunyit 10,4 - Sumber: BPS Jateng, Kendal dalam Angka

b) Perkebunan

Pada subsektor perkebunan prospeknya cukup bagus.

Berbagai jenis komoditi perkebunan tersebar secara merata di

seluruh kecamatan, meliputi cengkeh, kapuk, jambu mete, tebu,

karet, aren, kapulogo, kemukus, vanili, lada, kemiri, teh, kelapa

dalam, kelapa hibrida, kopi robusta, kopi arabika dan tembakau.

Komoditi cengkeh, aren dan teh potensinya banyak terdapat

di Kecamatan Plantungan, Sukorejo, Patean serta Limbangan.

Sementara untuk jenis komoditi kapuk, kemukus, kopi arabika,

24

Page 25: Regional Kendal

kopi robusta, lada, kemiri dan kelapa hibrida potensi terbesarnya

terdapat di Kecamatan Patean dan Singorojo. Komoditi kapulogo,

lada, vanili, kopi arabika dan kelapa juga banyak ditemui di

Kecamatan Boja. Khusus produksi karet terkonsentrasi di

Kecamatan Limbangan, yang juga memiliki potensi untuk jenis

komoditi seperti : aren, kapulogo, kemukus, kemiri, lada, vanili,

kopi arabika dan robusta.

c) Peternakan

Potensi pada subsektor ini meliputi ternak sapi, kerbau,

kambing, domba dan ayam. Setiap tahunnya kabupaten ini mampu

menghasilkan produksi daging sapi sebesar 447,515 ton, kerbau 1,8

ton, kambing 160,897 ton, domba 57,758 ton serta ayam sebesar

2.077,717 ton. Di sisi lain produksi telur tiap tahunnya juga cukup

besar yaitu mencapai 17.546,707 ton.

d) Perikanan

Potensi pada subsektor terdapat di Kecamatan Rowosari

dan Kecamatan Kota Kendal, meliputi perikanan laut dan

perikanan air tawar. Kedua wilayah ini sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai sentra perikanan yang didukung oleh

produktifitas yang tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Hasil produksi perikanan air tawar antara lain: ikan lele, bandeng

dan udang, sementara dari perikanan laut produksi unggulannya

berupa teri nasi. Untuk melengkapi tingginya produktifitas

perikanan, saat ini telah terdapat empat Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) yaitu TPI Tawang, TPI Bandengan, TPI Tanggul Malang,

TPI Sendang Sekucing.

e) Listrik, gas, dan air bersih

Listrik, gas, dan air bersih merupakan salah satu sektor

basis di Kab. Kendal. Hal ini bisa terjadi karena pada Kab. Kendal

25

Page 26: Regional Kendal

salah satu sektor basis adalah industri pengolahan dimana pada

sektor ini listrik, gas, dan air bersih merupakan subsektor yang

mendukung kelangsungan sektor ini. Sehingga secara tidak

langsung keberadaan sektor industri ini mempengaruhi jumlah

penerimaan pada PDRB. Salah satu sub sektor yang paling

berkembang dalam hal ini adalah sub sektor listrik, dimana pada

tahun 2003 sebesar 78.121,13; pada tahun 2004 sebesar

72.7674,30; pada tahun 2005 sebesar 86.329,04; pada tahun 2006

sebesar 102.551,94; pada tahun 2007 sebesar 126.592,09.

1.2. Pengaruh Sektor Basis terhadap Kehidupan Perekonomian Masyakat

Pengaruh sektor

basis (pertanian)

terhadap

perekononomian di

Kab. Kendal cukup

besar, hal ini bisa

dilihat dari

banyaknya tenaga

kerja yang terserap ke

sektor tersebut cukup banyak dan mengalami peningkatan setiap tahunnya

walaupun pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan yang sangat tajam.

Dari adanya alokasi tenaga kerja yang cukup banyak ini bisa dilihat bahwa

perekonomian rakyat berkembang dengan baik. Banyaknya tenaga kerja yang

terserap dapat menimbuklan tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja di

daerah tersebut. Akibat dari adanya hal tersebut, produksi barang dan jasa

semakin meningkat sehingga hal ini bisa memberikan income yang memadai

bagi para pekerja khususnya penduduk yang bekerja di masing-masing sektor

baik itu basis maupun non basis. Dengan semakin banyaknya atau

meningkatnya produktivitas di tiap sektor bisa menyababkan semakin

meningkatnya perekonomian daerah tersebut yang kemudian berdampak pada

26

Page 27: Regional Kendal

semakin meningkatnya perekonomian masyarakat lewat naiknya pendapatan

perkapita mereka.

1.3. Pertumbuhan Ekonomi Kab. Kendal dilihat dari PDRB selama tahun

2003 – 2007

Pertumbuhan perekonomian Kab. Kendal selama lima tahun

terakhir, berdasarkan PDRB harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan

yang cukup tajam. Kenaikan ini dapat dilihat dengan meningkatnya PDRB

Kab. Kendal dengan atau tanpa migas pada tahun 2003 sebesar 4.061.726,90;

pada tahun 2004 sebesar 4.167.626,21; pada tahun 2005 sebesar

4.277.354,27; pada tahun 2006 sebesar 4.433.799,54 dan pada tahun 2007

sebesar 4.623.577,98.

Dari pertumbuhan

PDRB di samping

dapat di ketahui bahwa

selama lima tahun

terakhir perekonomian

Kab.Kendal

mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Sedangkan

untuk PDRB perkapita

baik tanpa atau dengan

menggunakan migas

mengalami kenaikan

yang cukup signifikan.

Pada tahun 2003

besarnya PDRB

perkapita sebesar 4.569.133,77; pada tahun 2004 sebesar 4.645.763,55; pada

tahun 2005 sebesar 4.737.587,18; pada tahun 2006 sebesar 4.886.278,72 dan

pada tahun 2007 sebesar 5.072.827,59.

27

Page 28: Regional Kendal

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode LQ dapat

diketahui bahwa yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian, industri

pengolahan , dan listrk, gas, dan air bersih. Sektor non basis adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran ;bangunan; keuangan,;persewaan; persewaan

jasa perusahaan. Adanya urutan sektor non basis seperti hal tersebut sangatlah

tepat dengan keadaan perekonomian di Kab. Kendal. dimana seperti yang kita

tahu bahwa sektor-sektor non basis tersebut sangat mendorong terus

berkembanya sektor basis di Kab. Kendal. Selain itu, dapat di lihat bahwa

dalam kurun waktu lima tahun terakhir belum ada pergeseran sektor. Dimana

yang dimaksud pergeseran sektor disini yaitu pergeseran dari sektor basis ke

sektor non basis dan begitu pula sebaliknya.

Pengaruh sektor basis terhadap perekononomian di Kab. Kendal

cukup besar. Dari adanya alokasi tenaga kerja yang cukup banyak ini bisa

dilihat bahwa perekonomian rakyat berkembang dengan baik. Banyaknya

tenaga kerja yang terserap dapat menimbulkan tingginya tingkat produktivitas

tenaga kerja di daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya atau

meningkatnya produktivitas di tiap sektor bisa menyababkan semakin

meningkatnya perekonomian daearh tersebut yang kemudian berdampak pada

semakin meningkatnya perekonomian masyarakat lewat naiknya pendapatan

perkapita mereka.

Selama lima tahun terakhir (2003 – 2007) Kabupaten Kendal

mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan jika dilihat dari

PDRB harga konstan tahun 2000. Kenaikan ini dapat dilihat dengan

meningkatnya PDRB Kab. Kendal dengan atau tanpa migas pada tahun 2003

sebesar 4.061.726,90; pada tahun 2004 sebesar 4.167.626,21; pada tahun

2005 sebesar 4.277.354,27; pada tahun 2006 sebesar 4.433.799,54 dan pada

28

Page 29: Regional Kendal

tahun 2007 sebesar 4.623.577,98. Sedangkan untuk PDRB perkapita baik

tanpa atau dengan menggunakan migas mengalami kenaikan yang cukup

signifikan. Pada tahun 2003 besarnya PDRB perkapita sebesar 4.569.133,77;

pada tahun 2004 sebesar 4.645.763,55; pada tahun 2005 sebesar

4.737.587,18; pada tahun 2006 sebesar 4.886.278,72 dan pada tahun 2007

sebesar 5.072.827,59.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan dalam meningkatkan perekonomian

di Kabupaten Kendal antara lain:

Kabupaten Kendal pada saat mengembangkan sektor-sektor basis

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya hendaknya

juga tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong non basis.

Karena dengan pengembangan sektor basis diharapkan akan dapat

merangsang pertumbuhan sektor non basis sehingga menjadi sektor

basis yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama

mendukung peningkatan peningkatan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kendal

Pemerintah kabupaten diharapkan mampu mengalokasikan

anggaran untuk belanja pemerintah yang proporsional sehingga

mampu memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi

regional, suatu alokasi anggaran belanja pemerintah yang tidak

terkesan boros ataupun pelit.

Pemerintah kabupaten/ kota diharapkan mampu menumbuhkan dan

memelihara sikap kompetitif dan kooperatif antar daerah, sehingga

pada saat perekonomian sedang sulit seperti krisis ekonomi maka

dapat saling bahu membahu mengatasinya secara bersama-sama.

29

Page 30: Regional Kendal

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan

STIE YKPN.

BPS Jawa Tengah. Kendal dalam Angka 2003 – 2007.

, Susenas 2002 – 2006.

Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul

Sitohang. Jakarta: LPFEUI.

Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Suyatno, 2000. Analisa Econimic Base terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan

UU No. 25/1999. Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1. No. 2.

Hal. 144-159. Surakarta: UMS.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara.

Jakarta

www.kabupatenkendal.go.id

30