217
REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE ISKEMIK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Yohanes Wisnu Pradipta Putra 159114099 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

REGULASI DIRI PEKERJA TETAP

YANG MENDERITA STROKE ISKEMIK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Yohanes Wisnu Pradipta Putra

159114099

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

iv

HALAMAN MOTTO

In Omnia Paratus

(Prepared in all things/ready for anything)

&

“Sederhana dan logis” – Prof. Augustinus Supratiknya, Ph.D.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya penelitian ini saya persembahkan untuk:

Para pekerja yang berjuang untuk hidup nya dan berjuang untuk penyakit

strokenya.

Serta keluarga, teman-teman, dosen-dosen, dan semua yang telah mendukung

saya dari awal hingga akhir masa perkuliahan ini

Terimakasih banyak!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Desember 2020

Penulis

Yohanes Wisnu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

vii

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita

stroke iskemik. Proses regulasi diri yang dimaksudkan adalah tiga tahapan regulasi

diri terkait dengan yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Boekarts et al.,

2000) yakni forethought, performance/volitional control, dan self-reflection.

Partisipan merupakan tiga orang pekerja yang menderita stroke iskemik.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara semi-

terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi kualitatif (AIK)

dengan pendekatan deduktif terarah. Secara umum hasil penelitian menunjukkan

bahwa pekerja yang menderita stroke iskemik melakukan regulasi diri terkait

dengan proses forethought dimana partisipan melakukan pemikiran awal yang

mengacu pada proses yang berpengaruh untuk mendahului upaya untuk bertindak,

performance/volitional control tahap kontrol kinerja atau kehendak partisipan

dimana melibatkan proses yang terjadi selama upaya motorik dan mempengaruhi

perhatian dan tindakan, dan self-reflection dimana partisipan melibatkan proses

yang terjadi setelah upaya kinerja dan mempengaruhi respons seseorang terhadap

pengalaman itu.

Kata Kunci: Pekerja dengan Stroke Iskemik, Regulasi diri, Forethought,

Performance/Volitional Control, Self-reflection

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

viii

SELF-REGULATION OF PERMANENT WORKERS SUFFERING FROM

ISCHEMIC STROKE

Yohanes Wisnu

Abstract

In conducting the study, the researcher applied a qualitative research method

which aimed to explore the process of self-regulation of permanent workers who

suffer from ischemic stroke. According to Zimmerman, there are three phases of

self-regulation. Those are forethought, performance/volitional control, dan self-

reflection (Boekarts et al., 2000). For the participants, the researcher examined

three permanent workers who suffer from ischemic stroke. Moreover, the data was

collected through a semi-structured interview with qualitative content analysis and

deductive approach. As for the result, this study showed that permanent workers

who suffer from ischemic stroke performed the forethought phase, in which the

participants executed a preliminary thought dealing with the process that is

influenced to precede any attempt to act. The participants performed the

performance/volitional control phase in which involved the effort of motor control

that affected attention and action. The participants performed a self-reflection

phase in which involved the process after performance effort and influenced

participants’ response to that experience.

Keywords: Workers with Ischemic Stroke, Self-regulation, Forethought,

Performance/Volitional control, Self-reflection

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiwa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yohanes Wisnu Pradipta Putra

Nomor Mahasiswa : 159114099

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma kaya ilmiah saya berjudul:

Regulasi Diri Pekerja Tetap Yang Menderita Stroke Iskemik

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 1 Desember 2020

Yang menyatakan,

Yohanes Wisnu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

x

KATA PENGANTAR

Penyusunan skripsi ini merupakan usaha keras saya selama tiga puluh bulan.

Dalam menyusun skripsi ini, saya belajar banyak tentang berpikir logis dan

konsistensi dalam melakukan hal. Dari sinilah saya merasa justru mendapatkan

banyak pembelajaran dan pengalaman yang bisa saya terapkan dalam kehidupan

saya. Dari penelitian inilah saya menyadari bahwa ini tidak hanya sebatas dengan

lulus cepat dan bergelar sarjana, tetapi bagaimana proses saya selama kuliah di

Fakultas Psikologi Sanata Dharma dan bersyukurnya saya atas bimbingan Prof. A.

Supratiknya yang telah membantu saya untuk melengkapi ilmu dan

mengedepankan logika berpikir.

Dalam proses mengerjakan penelitian ini, peneliti menghadapi banyak

tantangan dan hambatan. Dukungan dari berbagai pihak membantu peneliti untuk

menyelesaikan penelitian ini. Maka dari itu, peneliti ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing dan dosen pembimbing

akademik saya yang dengan sabar membantu, membimbing, memberi arahan,

dan membantu saya dalam menyusun tugas akhir ini. Semoga Bapak selalu

sehat, berbahagia dan bersemangat untuk selalu mendidik dan

mengembangkan keilmuan Psikologi.

2. Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ibu

Monica Eviandaru M., M. App. Psych, Ph. D selaku Kaprodi Fakultas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

xi

Psikologi Universitas Sanata Dharma yang membantu untuk memudahkan

saya dalam proses perkuliahan.

4. Keluarga besar Babe dan Mama yang menyemangati saya, mengingatkan serta

memberikan semangat. Semoga kalian selalu diberikan kesehatan, berkah dan

umur panjang.

5. Alex, Dyda, Thea, Anin, Rena, Michael, Niken, Nadya, Indri, dan kakak

tingkat yang selalu membantu saya Dea, Mank Indah, Devamethia, Citra,

Sandri, terutama Erick Wang yang selalu sabar membantu pengerjaan skripsi

saya.

6. Novi Kristianti yang sabar dan mau membantu dalam proses administrasi dan

memberikan support.

7. Semua pihak yang berpartisipasi terutama ketiga partisipan dalam membantu

terlaksananya wawancara partisipan dan membantu dalam penelitian saya.

Semoga kalian selalu diberi kebahagian, semangat dan kesehatan selalu!

Terlepas dari ucapan terimakasih yang telah saya berikan kepada berbagai

pihak, sayalah yang bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang mungkin

terjadi dalam skripsi ini. Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan sehingga peneliti terbuka akan setiap kritik dan saran yang disampaikan

untuk perkembangan yang lebih baik.

Yogyakarta, 1 Desember 2020

Peneliti

Yohanes Wisnu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .........................................................ix

KATA PENGANTAR.........................................................................................x

DAFTAR ISI........................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xv

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................13

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................13

D. Manfaat Penelitian...........................................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................15

A. Stroke Iskemik Pada Pekerja........................................................................... 15

1. Penyebab, efek dan rehabilitasi dari stroke……………………..……….17

2. Faktor risiko usia, gender, dan sosial budaya untuk stroke…………..…17

3. Faktor gaya hidup & risiko biologis untuk stroke……………………….18

4. Efek dan rehabilitasi stroke……………………………..….…………...19

5. Aspek Psikososial dari Stroke…………………………….…………….22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

xiii

B. Regulasi diri pada pekerja dengan stroke iskemik…………..……...……….. 25

1. Disfungsi dalam regulasi diri ….............................................................26

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri…….……………...….28

C. Proses regulasi diri……………………….………………………..…....…....30

1. Forethought……………….…………….…..………………….….…..30

2 .Performance or volitional control …..………….……….……...….…..32

3 .Self Reflection………………………….……………….….….....…....35

D. Dampak negatif…………………………………………….…….....…….…..38

E. Dampak positif dilingkungan kerja……………………..…….……..………...39

F. Kerangka konseptual…………………………..…..………………….….…....40

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................44

A. Jenis dan Desain Penelitian .........................................................................…44

B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 45

C. Partisipan..........................................................................................................46

D. Peran Peneliti................................................................................................... 47

E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................... 48

F. Analisis dan Interpretasi Wawancara ...............................................................52

G. Kredibilitas Data...............................................................................................59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................61

A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

xiv

B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan .................................... 61

C. Hasil Penelitian..................................................................................................68

1.Pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita stroke

iskemik .......................................................................................................... 68

D. Pembahasan .................................................................................................... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 107

A. Kesimpulan....................................................................................................107

B. Keterbatasan penelitian……………………………………………………..109

C. Saran ............................................................................................................ 109

DAFTAR ACUAN.............................................................................................111

Lampiran 1. Informed consent partisipan 1….....................................................121

Lampiran 2. Informed consent partisipan 2.........................................................124

Lampiran 3. Informed consent partisipan 3.........................................................127

Lampiran 4. Form debrief partisipan 1 ...............................................................130

Lampiran 5. Form debrief partisipan 2................................................................133

Lampiran 6. Form debrief partisipan 3................................................................136

Lampiran 7. Transkrip wawancara P1.................................................................139

Lampiran 8. Transkrip wawancara P2.................................................................160

Lampiran 9. Transkrip wawancara P3 ................................................................176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan kerangka konseptual penelitian ............................................... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Identitas Partisipan...................................................................................47

Tabel 2 Protokol Wawancara .............................................................................. 50

Tabel 3 Matriks analisis dan indikator dari regulasi diri.................................... 54

Tabel 4 Waktu dan lokasi pelaksanaan wawancara.............................................61

Tabel 5 Ringkasan hasil analisis regulasi diri .................................................... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal

atau global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf

pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik.

Gangguan saraf tersebut dapat menimbulkan gejala berupa: kelumpuhan pada

wajah atau anggota badan lainnya, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas atau pelo,

perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain (Rahmadiliyani, N. R.,

& Fitria, A. (2019).

Penyakit stroke dibagi menjadi dua macam yaitu stroke hemoragik dan

stroke iskemik. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak yang menyebabkan keluarnya darah ke jaringan dasar otak,

ruang serebrospinalis di sekitar otak atau kombinasi keduanya. Yang kedua yaitu

penyakit stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak

yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan

darah dan oksigen di otak (Laily, 2017).

Salah satu penyakit yang sering menimpa pekerja adalah stroke. Di benua

Asia didapatkan proporsi pada stroke iskemik cukup besar yaitu berkisar 70% lebih

besar jika dibandingkan dengan stroke hemoragik 30 % (Nastiti, 2012). Di negara-

negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang

menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre

(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

2

yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia,

dan Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan

jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh

perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka

kejadian masing- masingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata, 2013).

Penyebab stroke dapat dimulai dari bekerja. Dalam bekerja, tugas yang

dikerjakan dapat memberikan tekanan bagi pekerja. Kejadian kematian yang

disebabkan stroke erat hubungannya dengan pekerjaan dan pendapatan di dalam

keluarga, pada umumnya angka kematian stroke meningkat pada pasien yang

mempunyai status sosial ekonomi rendah (Noor, 2008). Pada individu yang

mempunyai status ekonomi rendah dikarenakan pravelensi tingkat stress dan

tuntunan tinggi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga akan memicu terjadinya

hipertensi dan kemudian stroke. Ketika pekerja tidak dapat mengatur pola kerjanya,

maka tekanan dalam pekerjaannya akan menyebabkan stres. Stres psikologis dapat

memicu tekanan darah tinggi. Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin

berisiko terkena stroke. Stroke pada pekerja bisa disebabkan oleh stres. Individu

sebagai pekerja tetap sering mengalami stres karena sistem otak yang bekerja terlalu

lama sehingga dapat meningkatkan tekanan dan menyebabkan stroke. Artinya,

status bekerja atau jenis pekerjaan yang berkorelasi dengan jumlah pendapatan

yang diterima bisa menjadi pemicu terjadinya stroke (Hartono, 2007).

Hasil penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa hipertensi ditemukan

50-70% pada pasien stroke. Seseorang yang memiliki hipertensi berisiko 3-4 kali

mengalami stroke dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hipertensi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

3

Riwayat hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian stroke pada usia

dewasa awal dengan risiko 16,22 kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan

dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat hipertensi. Hipertensi merupakan

penyebab utama dari komplikasi beberapa penyakit kardiovaskuler (Burhanuddin

et al., 2013). Hipertensi berhubungan dengan stroke karena adanya perubahan

struktur pembuluh darah arteri yang menyempit sehingga aliran dari pembuluh

darah ke otak berkurang sehingga terjadi proses penyumbatan di otak. Stress dapat

merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung untuk berdetak lebih

cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (American Heart

Association, 2013). Hasil studi dari berbagai penelitian lain menunjukkan bahwa

stres merupakan salah satu faktor utama pemicu hipertensi, yang merupakan faktor

terbesar penyebab terjadinya serangan stroke (Herke, 2006).

Ketika individu mengalami stroke akan sulit bagi individu tersebut

melakukan dinamika kerja karena harus beradapatasi dengan keadaan baru yaitu

keadaan perubahan fisik seperti pelo, gangguan emosional lability maupun

gangguan lain sehingga pekerja yang mengalami stroke iskemik dapat melakukan

regulasi diri yang bisa mendorongnya berdinamika lagi dengan kehidupan dan

lingkungan kerjanya. Penanganan pasca stroke biasanya dilakukan dengan terapi

psikologis, akupuntur, fisioterapi, terapi stem cell, terapi kognitif atau teknik medis

lainnya (Sarafino et al., 2011) Ketika penderita dapat mengontrol stroke dan

mengendalikan perubahan yang terjadi dari diri sendiri akan memberikan dampak

positif. Dampak lain yang didapatkan dari pekerja yang menderita stroke iskemik

ketika dapat meregulasikan diri adalah kinerja yang optimal dan pencapaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

4

prestasi kerja (Bandura, A. 1986). Dengan regulasi diri yang baik pekerja dengan

stroke iskemik juga dapat mengembangkan dirinya sendiri tanpa harus bergantung

dengan terapi dari luar. Individu yang mempunyai regulasi diri yang baik dapat

menjalani dinamika kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan kerja dengan

terkontrol. Dari kasus individu yang menderita stroke iskemik yang masih bekerja,

ketika individu mempunyai regulasi diri yang tepat, maka individu tersebut dapat

menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih adaptif. Keadaan lain yang muncul

dengan adanya regulasi diri adalah pekerja dapat tetap mengoptimalkan kinerjanya

dan terus beprestasi meskipun dihadapkan dengan kenyataan penyakit stroke yang

dideritanya.

Albert Bandura menyatakan tentang konsep regulasi diri bahwa individu

dapat secara efektif beradaptasi terhadap lingkungannya dan mampu membuat

kemampuan kontrol diri terhadap proses psikologi dan perilakunya (Risnawita,

2010). Bandura (2005) mengemukakan bahwa regulasi diri adalah kemampuan

manusia untuk menolak dan mengubah respon. Regulasi diri merupakan usaha

manusia untuk melakukan pengendalian. Regulasi berarti perubahan perilaku yang

sesuai dengan standar ideal atau tujuan. Mengubah perilaku agar sesuai dengan

aturan, sesuai dengan yang kita mau, atau mengejar tujuan adalah sebuah bentuk

regulasi diri. Menurut Zimmerman, dalam (Schunk & Zimmerman, 1998) regulasi

diri atau self-regulation mencakup tiga proses, yaitu (a) Forethought atau fase

pemikiran awal yang mengacu pada proses yang berpengaruh dan keyakinan yang

mendahului upaya untuk belajar dan mengatur tahapan untuk proses pembelajaran.

(b)Performance/volitional control melibatkan proses yang terjadi selama upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

5

pembelajaran dan mempengaruhi konsentrasi dan performansi. (c) Self-reflection

melibatkan proses yang terjadi setelah upaya belajar dan mempengaruhi reaksi

individu terhadap pengalaman itu. Refleksi diri ini, pada gilirannya, mempengaruhi

pemikiran tentang upaya pembelajaran selanjutnya, sehingga melengkapi siklus

regulasi diri. Zimmerman (2000) menerangkan regulasi diri sebagai suatu proses

yang berlangsung membentuk suatu siklus; diawali dengan ditetapkannya tujuan

dan dibuatnya rencana pencapaian tujuan dalam fase forethought, seseorang akan

bertindak menurut strategi yang telah dibuatnya dan mengontrol dirinya agar tetap

berada di jalur menuju tujuan dalam fase performance, dan ketika ia mencapai hasil,

ia membuat suatu evaluasi dan menentukan reaksinya selanjutnya untuk kembali

melanjutkan usaha atau berhenti dalam fase self- reflection.

Regulasi diri adalah konstruk psikologis penting yang baru muncul dalam

literatur psikologi di Indonesia. Jika di Barat perkembangan regulasi diri telah

dimulai sejak sekitar 30 tahun yang lalu, tidak demikian halnya dengan yang terjadi

di Indonesia. Penelitian yang bersangkutan dengan regulasi diri adalah disertasi

Markum (1998) yang menunjukkan bahwa individu yang berprestasi tinggi

memiliki karakteristik pekerja keras, disiplin, prestatif, berkomitmen, mandiri, dan

realistis. Sekalipun tidak secara langsung berbicara tentang regulasi diri, penemuan

tersebut mengindikasikan adanya peran self- regulatory ability bagi keberhasilan

seseorang. Regulasi diri dipengaruhi oleh banyak hal. Dari faktor internal, regulasi

diri dipengaruhi oleh pengetahuan, motivasi dan volition (Hoy, 2010). Dari faktor

eksternal, regulasi diri dipengaruhi oleh kondisi lingkungan berupa ada tidaknya

kesempatan untuk meregulasi diri dan ketersediaan sumber belajar (Pintrich, 2000);

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

6

faktor sosial berupa hubungan sosial yang mempengaruhi tujuan, usaha dan

pengawasan (Finkel & Fitzsimons, 2011); faktor perkembangan di mana disebutkan

bahwa kemampuan regulasi diri merupakan hasil dari perkembangan kemampuan

kognitif dan kemampuan representasional, yang dipengaruhi oleh adanya

bimbingan dari orangtua atau agen sosialisasi lainnya dan dipengaruhi oleh tugas

perkembangan individu (Heckhausen, 2008); faktor budaya lewat temuan adanya

perbedaan proses regulasi antara masyarakat Barat yang individualistik dengan

masyarakat Timur yang kolektivistik dan faktor agama (Husna, 2014)

Penelitian-penelitian saat ini terbatas dalam mengungkap kekayaan

fenomena regulasi diri, mengingat secara metodologis, regulasi diri selama ini lebih

banyak diteliti dengan metode-metode survei. Fokus penelitian pun perlu diperluas

untuk menggambarkan individu yang bertindak dalam konteks psikologis, sosial

dan kulturalnya sehingga penggunaan metode kualitatif untuk meneliti regulasi diri

menjadi penting (Perry, 2002). Setelah semakin disadari besarnya pengaruh agama,

budaya dan proses interpersonal terhadap proses regulasi diri, terdapat

kemungkinan bahwa orang Indonesia yang hidup dalam budaya kolektivistik-

religius memiliki regulasi diri yang unik dan berbeda dari regulasi diri masyarakat

Barat yang individualistik. Hal tersebut menjadikan beberapa konseptualisasi

tentang regulasi diri yang dikembangkan di Barat kurang tepat digunakan untuk

memahami regulasi diri orang Indonesia atau diterapkan bagi masyarakat

Indonesia.

Dari proses perkembangan regulasi diri dalam konstruk psikologi ini

peneliti ingin mengetahui regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

7

tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya

aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak

terhadap individu yang masih bekerja. Dari pengalaman peneliti dan beberapa

referensi yang dibaca, penderita stroke akan sulit untuk mengontrol diri secara

emosional dan temperamen yang mengakibatkan tindakan agresi sehingga akan

menganggu mobilitas kehidupan mereka (Emotional effects of stroke, 2019).

Dilatarbelakangi oleh persoalan tersebut di atas, peneliti ingin

mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection pada pekerja yang menderita

stroke iskemik dengan metode kualitatif fenomenologis untuk menjawab

pertanyaan: Bagaimana pengalaman pekerja dengan stroke iskemik melakukan

proses regulasi diri terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan

self-reflection. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah eksplorasi

pengalaman regulasi diri sebagai suatu fenomena yang dialami secara unik oleh

pekerja yang menderita stroke iskemik terkait dengan forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection dari sudut pandang yang

dialaminya. Sebagai suatu metode ilmiah, fenomenologi dapat membantu psikologi

mengungkapkan dunia pengalaman dengan cara-cara yang signifikan secara

psikologis (Giorgi & Giorgi, 2009). Ketika menerapkan fenomenologi dalam

penelitian psikologi, fokus penelitian ada pada pemahaman pengalaman hidup

subjek (lived experience) di dalam lifeworld-nya; bagaimana persepsinya terhadap

dunianya dan apa maknanya bagi dirinya.

Fokus penelitian mengenai regulasi diri akan terkait dengan pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

8

proses regulasi diri oleh pekerja yang menderita stroke iskemik yang meliputi

forethought, performance/volitional control, dan self-reflection. Akan tetapi belum

ada penelitian yang mengulas tentang regulasi diri pada pekerja yang menderita

stroke iskemik. Berdasarkan ulasan tersebut, maka penelitian terkait regulasi diri

pekerja tetap yang menderita stroke iskemik penting untuk diteliti.

Kebanyakan penelitian yang dilakukan sebelumnya baik diluar negeri

maupun di dalam negeri lebih menjelaskan tentang stroke iskemik yang berfokus

pada epidemologi penyakit stroke sendiri. Beberapa penelitian lain berfokus pada

hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian stroke iskemik.

Salah satu penelitian dilakukan oleh (Dinata et al., 2013) tentang gambaran faktor

resiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap di bagian penyakit dalam RSUD

kabupaten Solok Selatan periode 1 Januari 2010-31 Juni 2012 (Jurnal Kesehatan

Andalas). Penelitian lain yang berkaitan tentang stroke juga dilakukan oleh

Ramadhani (2015) tentang hubungan tingkat stres, asupan natrium, dan riwayat

makan dengan kejadian stroke. Penelitian ini membahas tentang asupan natrium

dan riwayat makan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke,

sedangkan tingkat stres merupakan faktor yang tidak memiliki hubungan bermakna

dengan kejadian stroke. Selanjutnya ada penelitian yang dilakukan oleh Laily

(2016) tentang hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian

stroke iskemik. Penelitian ini membahas tentang faktor dari hipertensi dan

karakteristik penderita yang menyebabkan kejadian stroke iskemik. Penelitian lain

tentang stroke iskemik lebih menekankan pada intervensi secara klinis

epidiemiologi penderita stroke iskemik seperti penelitian dari Journal of the

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

9

American College of Cardiology tentang acute ischemic stroke intervention (2016).

Untuk mendukung landasan yang kuat, peneliti juga mencari kajian empiris tentang

stress yang menjadi penyebab kejadian stroke iskemik. Penelitian ini yaitu

penelitian dari Yunita Rahmawati tentang hubungan antara stres kerja dengan

burnout pada karyawan bagian operator PT. Bukit Makmur Mandiri Utama (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan

burnout, tingkat stres kerja pekerja bagian operator, tingkat burnout pada pekerja

bagian operator dan peran stres kerja terhadap tingkat burnout. Hasil menunjukkan

bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara stres kerja dengan

burnout pada pekerja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stress dapat

memberika pengaruh terhadap mobilitas dalam bekerja. Penelitian lainnya lebih

berfokus pada efek yang datang setelah mengalami stroke. Penelitian ini dilakukan

oleh Liza dan Loebis tentang gangguan psikotik akibat stroke iskemik (2015).

Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa stroke iskemik dapat memberikan efek

psikosis. Psikosis adalah komplikasi pasca stroke yang jarang terjadi yang

diakibatkan oleh pengobatan pasca stroke yang menyebabkan remisi. Penelitian ini

menggunakan wawancara formal terhadap pasien yang didiagnosis mengalami

gangguan pasca stroke iskemik. Peneltian ini menjelaskan bahwa penderita juga

dapat mengalami gangguan mood primer. Dari penelitian ini membantu peneliti

untuk mempelajari lebih lanjut apakah regulasi diri dapat membantu penderita

mengatur mood premiernya.

Selain itu beberapa penelitian tentang regulasi diri lebih memfokuskan pada

fenomena sosial yang terjadi seperti regulasi diri pada mahasiswa yang mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

10

banyak peran dan kasus yang berkaitan dengan pengembangan diri individu. Salah

satu penelitian adalah hubungan antara regulasi diri dengan perilaku prokastinasi

akademik pada mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKES) Mitra Adiguna

Palembang (2016). Penelitian lain yang berkaitan dengan stroke adalah penelitian

yang dilakukan oleh Retno Ayu Kencono yaitu tentang kesabaran dan regulasi

emosi pada pasien pasca stroke (2016). Penelitian ini mengungkapkan tentang

pengaruh kesabaran terhadap regulasi emosi pada pasien pasca stroke di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Dari hasil penelitian ini menunjukan

apabila kesabaran semakin tinggi maka regulasi emosi akan semakin tinggi, begitu

pula sebaliknya semakin rendah kesabaran maka akan semakin rendah regulasi

emosi juga semakin rendah. Dari hal ini penulis akan melakukan penelitian tentang

bagaimana regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik.

Penelitian-penelitian yang lalu yang lebih menjelaskan tentang stroke

iskemik yang berfokus pada epidemologi penyakit stroke sendiri, penelitian yang

berfokus pada hubungan karakteristik penderita dan hipertensi dengan kejadian

stroke iskemik, gambaran faktor resiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap dan

juga penelitian lain tentang stroke iskemik lebih menekankan pada intervensi secara

klinis epidiemiologi penderita stroke iskemik. Selain itu kenbanyakan penelitian

tentang regulasi diri juga lebih banyak memfokuskan tentang gambaran regulasi

diri terhadap suatu fenomena tertentu.

Oleh karena itu topik ini penting untuk diteliti karena dapat mengurangi

dampak yang lebih parah pada pekerja yang menderita stroke iskemik. Hal ini

terjadi karena dari beberapa penelitian didapatkan proporsi pasien yang menderita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

11

stroke iskemik lebih banyak pada mereka yang bekerja dan meningkat setiap

tahunnya. Stroke iskemik disebabkan karena stres psikologis akibat pekerjaan yang

dapat meningkatkan resiko terkena penyakit tersebut. Dilihat secara empiris juga

pekerja yang menderita stroke sulit untuk mengendalikan emosional mereka dan

menyesuaikan diri mereka. Oleh karena itu pekerja yang menderita stoke iskemik

membutuhkan regulasi diri yang berdampak positif bagi pekerja yang menderita

stroke iskemik karena mampu beradaptasi lebih baik.

Untuk menutup defisiensi dari penelitian terdahulu maka penelitian ini akan

mengungkap tentang makna esensial pengalaman proses regulasi diri pekerja yang

menderita stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional

control, dan self-reflection. Penelitian ini dilakukan dengan desain kualitatif

fenomologis. Subjek dari penelitian ini adalah pekerja yang menderita stroke

iskemik berusia 45-65 tahun. Prosedur pengambilan data akan dilakukan dengan

metode wawancara semi terstruktur. Peneliti meyakini dengan metode wawancara,

subjek dapat bercerita lebih personal dan dapat menggali tentang regulasi diri pada

pekerja yang menderita stroke iskemik.

Peneliti akan melakukan wawancara langsung dengan pekerja yang

mengalami stroke iskemik yang secara medis didiagnosa stroke iskemisk dan

peneliti akan menjelaskan tentang regulasi diri pada pekerja yang menderita stroke

iskemik tersebut. Penelitian ini berguna untuk melihat dan memaknai pengalaman

proses regulasi diri penderita stroke iskemik yang masih bekerja yang nantinya

dapat berguna sebagai wawasan dan artikel metodologis yang dapat digunakan oleh

instansi kesehatan atau masyarakat yang anggota keluarganya mempunyai kasus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

12

yang sama yaitu dalam mengontrol individu yang sulit untuk membangun regulasi

diri penderita stroke iskemik. Dari sini peneliti akan mengkaji pekerja yang

menderita stroke iskemik dan berdiskusi tentang regulasi diri ketika dihadapkan

dengan stroke ini. Dengan adanya fenomena ini peneliti juga ingin mengetahui

tentang output yang didapatkan dari meregulasi diri dalam hal kinerja optimal dan

pencapaian prestasi kerja. Dilihat dari beberapa penelitian pemulihan pasca stroke

lebih banyak dilakukan dengan teknik medis dan terapi, maka peneliti ingin

mengetahui proses regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik yang dapat

dilakukan oleh individu itu sendiri pasca terjadinya stroke.

Oleh sebab itu untuk menutup defisiensi atau celah, penelitian ini dapat

menjadi bahan referensi sebagai kajian teoritis untuk dapat mempersiapkan diri

individu yang mempunyai riwayat penyakit stroke dan masih bekerja. Dengan

adanya penelitian ini peneliti dapat mengungkap keterkaitan secara ilmu psikologi

dan epidemologi antara regulasi diri dan stroke iskemik. Penelitian ini diharapkan

dapat membahas tentang pengalaman proses regulasi diri pekerja yang menderita

stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-

reflection yang hasilnya dapat dikembangkan untuk menjadi cara bagi keluarga dan

lingkungan sekitar untuk membantu para kerabat atau orang terdekat yang sulit

untuk meregulasikan diri mereka yang mempunyai penyakit stroke. Penelitian ini

dapat membantu memberikan pandangan baru bagi keluarga maupun penderita

stroke iskemik agar dapat melakukan dinamika dan intervensi yang tepat dengan

melakukan regulasi diri dan mengurangi intervensi yang dilakukan secara

epidemologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

13

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana pengalaman pekerja dengan stroke iskemik melakukan proses

regulasi diri terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-

reflection?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi mengenai pengalaman proses

regulasi diri terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-

reflection pekerja yang menderita stroke iskemik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi baru

pada bidang ilmu psikologi, terkait dengan regulasi diri pekerja yang menderita

stroke iskemik

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, melalui hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar

pembuatan intervensi untuk keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang

menderita stroke iskemik. Sehingga dapat diberikan pengarahan yang tepat dan

memberikan dampak positif pada penderita stroke iskemik yang masih bekerja.

3. Manfaat Kebijakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

14

Penelitian ini diharapkan bisa membantu pihak-pihak yang terkait seperti

keluarga yang anggotanya menderita stroke iskemik dan masih bekerja, rekan

kerja, saudara, dan orang-orang dilingkungan sekitar individu yang menderita

stroke iskemik. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat membantu instansi

kerja pada penderita stroke iskemik agar dapat diberikan penanganan atau

program intervensi sesuai untuk individu yang menderita stroke iskemik yang

masih bekerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, penulis akan mengelaborasi tentang pengalaman proses

regulasi diri pekerja yang menderita stroke iskemik terkait dengan forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection. Pembahasan pada bagian ini

akan dimulai dengan fenomena stroke iskemik pada pekerja dan dilanjutkan dengan

pemaparan regulasi diri pekerja tetap dengan usia berkisar 45-60 tahun yang

mengalami stroke iskemik. Selanjutnya, peneliti membahas tentang regulasi diri

secara umum dan memaparkan mengenai konsep regulasi. Selanjutnya, pada bagian

akhir peneliti akan memaparkan kerangka konseptual penelitian ini.

A. Stroke Iskemik Pada Pekerja

Penyakit stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak. Insiden penyakit stroke iskemik

meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah pasien stroke iskemik menyebabkan

kenaikan jumlah kematian. Angka kejadian stroke iskemik di Indonesia mencapai

8.3 per 1000 penduduk dan daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah

Nanggroe Aceh Darussalam (16.6 per 1000 penduduk) dan yang terendah adalah

Papua (3.8 per 1000 penduduk). Insidensi kejadian stroke yang tertinggi

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, 2013 adalah kota Sulawesi Utara (10.8 persen),

Yogyakarta (10.3 persen), Bangka Belitung dan DKI Jakarta (9.7 persen)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

16

(Rikesdas, 2013).

Penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di

Indonesia adalah penyakit stroke sejak tahun 1991 hingga 2013 (Rikesdas, 2013).

Kejadian stroke semakin meningkat dengan individu yang bekerja dan mempunyai

tuntutan tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak bekerja. Kejadian stroke

tidak hanya menimpa penderitanya melainkan juga mempengaruhi kehidupan

keluarga. Salah seorang anggota keluarga mendadak menjadi tidak berdaya,

menghilang perannya di keluarga dan menjadi beban keluarga. Readaptasi

merupakan hal yang penting dalam mempertahankan kehidupan keluarga

menghadapi keadaan baru. Keluarga perlu didorong dan dimotivasi untuk

menghadapi keadaan secara nyata. Situasi ini akan bertambah sulit apabila hanya

ada satu anggota keluarga yang merawat penderita stroke (Kusumaningrum, 2012).

Individu yang mengalami tanda-tanda peringatan stroke berikut ini harus

segera mengunjungi dokter.

Individu mengalami mati rasa atau kelemahan yang mendadak pada

wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh.

Individu mengalami kebingungan yang mendadak, kesulitan dalam

berbicara dan memahami.

Individu kesulitan untuk melihat secara tiba-tiba di satu atau kedua

mata.

Keadaan yang susah untuk berjalan secara mendadak, pusing, dan

kehilangan keseimbangan atau koordinasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

17

Sakit kepala mendadak dan parah tanpa sebab yang diketahui.

1. Penyebab, Efek, dan Rehabilitasi dari Stroke

Gangguan pasokan darah yang menyebabkan stroke terjadi dalam dua cara

(ACC/AHA/ESC, 2006). Pada stroke iskemik, kerusakan terjadi ketika pasokan

darah dalam arteri serebral berkurang atau terputus, mirip dengan aterosklerosis dan

infark miokard pada penyakit jantung, kecuali itu merusak otak daripada jantung.

Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah dan berdarah ke otak. Stroke yang

disebabkan oleh pendarahan umumnya terjadi dengan cepat dan menyebabkan

orang tersebut kehilangan kesadaran; sebagian besar kerusakan yang dihasilkan

terjadi dalam beberapa menit. Sebaliknya, stroke iskemik cenderung terjadi lebih

lambat, dan orang tersebut cenderung kehilangan kesadaran. Stroke akibat

perdarahan terjadi jauh lebih jarang tetapi lebih cenderung menyebabkan kerusakan

dan kematian yang luas daripada stroke iskemia (ACC/AHA/ESC, 2006).

2.Faktor Risiko Usia, Gender, dan Sosial Budaya untuk Stroke

Insiden stroke sangat rendah sebelum usia paruh baya; sejak saat itu, tingkat

kematiannya di Amerika tiga kali lipat dalam setiap dekade berturut-turut (NCHS,

2006). Laki-laki lebih mungkin terkena stroke daripada perempuan dan meninggal

karenanya. Seperti pada penyakit jantung, bagian dari alasan perbedaan usia, jenis

kelamin, dan sosiokultural dalam risiko stroke terletak pada variasi biologis dan

gaya hidup. Sebagai contoh, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko untuk stroke,

dan tingkat prevalensi untuk hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

18

jauh lebih tinggi pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih Amerika (NCHS,

2006).

3.Faktor Gaya Hidup dan Risiko Biologis untuk Stroke

Beberapa faktor gaya hidup dan biologis dapat meningkatkan risiko seseorang

terkena stroke, dan beberapa di antaranya dapat diubah atau diobati

(ACC/AHA/ESC, 2006). Selain usia, jenis kelamin, dan ras, faktor-faktor risiko ini

adalah:

1. Tekanan darah tinggi

2. Merokok

3. Penyakit kardiovaskular, diabetes, dan faktor risikonya, seperti kolesterol

tinggi, obesitas, dan kurang aktivitas fisik

4. Riwayat keluarga stroke

5. Fibrilasi atrium, suatu bentuk aritmia jantung

6. Penyalahgunaan narkoba atau alcohol

7. ‘‘Mini-stroke” yang disebut serangan iskemik sementara yang dapat terjadi

satu atau lebih kali sebelum stroke penuh

Risiko biologis yang ditimbulkan dari penyakit stroke adalah emosi negatif dan

stress yang tampak. Penelitian prospektif telah menemukan bahwa orang yang

depresi lebih mungkin terkena stroke dan meninggal dalam dua dekade berikutnya

(Skarupski et al., 2011). Stres kerja juga telah ditemukan untuk memprediksi risiko

stroke. Banyak faktor risiko yang sama dengan penyakit jantung. Akibatnya, orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

19

yang mengalami stroke biasanya diminta untuk melakukan perubahan gaya hidup

yang serupa dengan orang-orang yang mengalami serangan jantung: menurunkan

berat badan, berhenti merokok, berolahraga, dan mengurangi lemak dan kolesterol

makanan.

4.Efek dan Rehabilitasi Stroke

Stroke bervariasi dalam tingkat keparahannya. Orang-orang yang selamat

dari stroke sedang atau berat umumnya menderita beberapa tingkat gangguan

motorik, sensorik, kognitif, atau ganguguan bicara sebagai akibat dari kerusakan

otak. Jika cukup banyak sel yang terpengaruh, fungsi yang dikendalikan oleh area

otak yang rusak dapat sangat terganggu. Tingkat dan jenis gangguan yang diderita

pasien stroke dan perawatan medis dengan obat-obatan dan pembedahan dapat

sangat bervariasi, tergantung pada jumlah dan lokasi kerusakan (ACC/AHA/ESC,

2006). Mendapatkan perawatan segera sangat penting karena obat-obatan yang

larut dalam gumpalan dapat membatasi kerusakan akibat stroke iskemik. Diskusi

berikut ini berlaku untuk stroke yang menyebabkan setidaknya kerusakan parah.

Meskipun pengalaman awal penderita stroke yang defisit bisa permanen, orang-

orang ini sering menunjukkan peningkatan yang cukup besar dari waktu ke waktu.

Perawatan medis dan terapi fisik, pekerjaan, dan wicara dapat membantu pasien

mendapatkan kembali beberapa fungsi yang hilang (ACC/AHA/ESC, 2006).

Gangguan fungsional biasanya lebih mudah diatasi pada hemoragik

daripada stroke iskemik. Pendarahan sering merusak fungsi sebagian dengan

menciptakan tekanan pada neuron. Jika tekanan itu hilang, seperti jika tubuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

20

menyerap kembali genangan darah, orang tersebut secara bertahap dapat

memulihkan beberapa fungsi yang hilang.

Stroke adalah salah satu penyakit kronis yang paling melumpuhkan

(ACC/AHA/ESC, 2006). Defisit yang paling umum dialami pasien stroke

melibatkan aksi motorik (Sarafino et al., 2019). Untuk pasien ini, beberapa derajat

kelumpuhan terjadi segera, dan orang tersebut biasanya tidak dapat menggerakkan

lengan dan kaki pada satu sisi tubuh. Sisi mana yang lumpuh tergantung pada sisi

otak mana yang rusak: belahan otak kiri mengontrol pergerakan sisi kanan tubuh;

belahan kanan mengontrol sisi kiri. Akibatnya, kelumpuhan terjadi pada sisi tubuh

yang berlawanan dengan belahan otak yang mengalami kerusakan pada stroke.

Karena kelumpuhan, pasien-pasien ini sering tidak dapat berjalan, berpakaian

sendiri, atau melakukan banyak kegiatan self-help yang biasa. Sebagian besar

keuntungan yang ditunjukkan oleh orang-orang ini pada bulan pertama tampaknya

terjadi secara spontan (ACC/AHA/ESC, 2006). Meskipun sebagian besar pasien

akan dapat berkeliling sendiri dan melakukan perawatan diri, seperti mandi dan

berpakaian, setelah 6 bulan tanpa rehabilitasi formal, terlibat dalam kegiatan

rehabilitasi mengurangi kecacatan mereka. Biofeedback dan terapi fisik intensif

dapat secara nyata meningkatkan fungsi motorik pada korban stroke. Untuk urutan

perilaku yang kompleks, banyak pasien mendapat manfaat dari menggunakan

instruksi verbal. Misalnya, untuk pindah dari kursi roda ke tempat tidur, orang itu

mungkin berkata, ‘‘Saya menempatkan kursi roda menghadap tempat tidur; tegak

lurus dengannya,’’ ‘‘Selanjutnya, saya mengerem, ’dan seterusnya (Sarafino et al.,

2019).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

21

Defisit lain yang dihadapi banyak pasien stroke melibatkan fungsi kognitif

seperti bahasa, pembelajaran, memori, dan persepsi. Jenis kerusakan spesifik yang

mereka miliki tergantung pada sisi otak mana yang rusak. Pada kebanyakan orang,

belahan sisi kiri berisi area untuk proses bahasa, termasuk ucapan dan tulisan

(Tortora & Derrickson, 2009). Dengan demikian, kerusakan di sisi kiri sering

menyebabkan defisit bahasa dan pembelajaran. Gangguan bahasa yang umum pada

pasien stroke adalah afasia, yang ditandai dengan kesulitan dalam memahami atau

menggunakan kata-kata. Ada dua jenis afasia: afasia reseptif merujuk pada

kesulitan dalam memahami informasi verbal; afasia ekspresif melibatkan masalah

dalam menghasilkan bahasa, meskipun orang tersebut dapat membuat komponen

berbunyi. Misalnya, orang tersebut mungkin tidak dapat membedakan antara dua

kata yang diucapkan secara verbal, seperti ''coal' atau “cold” Atau pasien mungkin

mengalami kesulitan mengingat urutan hal-hal yang ia perintahkan untuk dilakukan

seperti, ''Sentuh telinga kanan Anda dengan tangan kiri Anda, dan sentuh alis kiri

anda dengan tangan kanan Anda. ''

Defisit yang terkait dengan belahan kanan biasanya memproses pencitraan

visual, emosi, dan persepsi pola, seperti melodi. Akibatnya, gangguan penglihatan

umum terjadi pada kerusakan otak kanan. (Tortora & Derrickson, 2009). Dalam

kelainan yang disebut pengabaian visual, pasien gagal memproses informasi di sisi

kiri bidang visual normal. Masalah ini juga merusak kemampuan mereka untuk

memahami jarak dengan benar dan menyebabkan mereka menabrak objek atau

bingkai pintu di sisi kiri bidang visual, membuat mereka rawan kecelakaan.

Kadang-kadang pasien dengan gangguan ini merasa mereka 'menjadi gila' ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

22

mereka mendengar seseorang berbicara tetapi tidak dapat melihat orang itu karena

dia berdiri di sisi kiri bidang visual. Perbedaan antara apa yang mereka dengar dan

apa yang mereka lihat membuat mereka bertanya-tanya apakah mereka

berhalusinasi.

Lokasi kerusakan spesifik di otak juga dapat menentukan gangguan

emosional yang mungkin ditunjukkan pasien stroke. Beberapa penelitian telah

menemukan hubungan antara (1) kerusakan hemisfer kiri spesifik dan derajat

depresi pasien dan (2) kerusakan hemisfer kanan spesifik dan kemampuan pasien

untuk menafsirkan dan mengekspresikan pengaruh. Contoh gangguan emosional

yang dialami oleh beberapa pasien stroke disebut sebagai emosional lability, yang

dapat terjadi dalam berbagai tingkatan. Beberapa orang dengan gangguan ini

mungkin tertawa atau menangis dengan sedikit atau tanpa provokasi, menyadari

dan terkejut oleh perbedaan tersebut; orang lain dengan gangguan ringan dapat

menampilkan emosi yang sesuai (Sarafino et al., 2019)

5.Aspek Psikosokial dari Stroke

Pemulihan dari stroke yang parah adalah proses yang panjang dan sulit.

Defisit fisik dan kognitif awal sangat menakutkan, tetapi banyak pasien berbesar

hati dengan keuntungan awal dalam fungsi mereka. Meskipun pasien dengan semua

penyakit kronis sering mengandalkan strategi penghindaran untuk mengatasi

selama fase awal pemulihan, penolakan tampaknya lebih umum di antara pasien

yang mengalami stroke daripada pasien dengan penyakit jantung atau kanker

(Krantz & Deckel, 1983). Pasien stroke yang terus menyangkal keterbatasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

23

mereka saat ini atau kemungkinan pada masa depan mereka sering menghambat

kemajuan mereka dalam rehabilitasi. Sebaliknya, mereka membutuhkan

keseimbangan antara kenyataan dan harapan, pasien stroke yang merasa memiliki

kendali atas kondisi mereka pada akhir bulan pertama menunjukkan bulan

pemulihan yang lebih baik lebih lambat daripada yang lainnya (Johnston et al.,

1999).

Ketika stroke menghasilkan defisit fisik atau kognitif, penyesuaian

emosional bisa sangat sulit. Pasien stroke sangat rentan terhadap depresi (Bleiberg,

1986; Krantz & Deckel, 1983; Newman, 1984b). Mereka yang mengalami depresi

pada minggu-minggu pertama tetap di rumah sakit lebih lama dan menunjukkan

sedikit peningkatan dari program rehabilitasi sebelum mereka pergi (Tennen,

Eberhardt, & Affleck, 1999). Ketika pasien melihat keuntungan dalam pemulihan

melambat dan mulai menyadari sejauh mana gangguan mereka, mereka mungkin

merasa putus asa dan tidak berdaya. Pada titik ini, semakin parah kondisinya,

semakin kuat depresi yang mereka kembangkan. Intervensi dengan terapi kognitif-

perilaku efektif dalam mencegah dan mengobati depresi (Hackett et al. 2008;

Sarafino, 2001).

Meskipun stroke biasanya menimpa orang-orang yang berada di luar usia

pensiun, banyak dari korbannya dipekerjakan ketika penyakit terjadi dan menderita

gangguan yang mencegah mereka untuk kembali bekerja. Hasil studi tindak lanjut

menunjukkan bahwa kurang dari setengah dari pasien yang bekerja sebelum stroke

kembali bekerja dalam waktu 6 bulan, sering pada jam kerja yang dikurangi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

24

Beberapa korban stroke yang tidak kembali bekerja sudah cukup tua untuk pensiun

dini dengan pensiun, tetapi yang lain harus meninggalkan tenaga kerja dalam

keadaan yang kurang menguntungkan, yang sedang mencoba secara finansial dan

emosional (Sarafino et al., 2019).

Gangguan yang dihasilkan oleh stroke memiliki efek sosial yang penting

pada pasien dan keluarga mereka, terutama ketika pasien lumpuh parah atau

memiliki afasia. Tetapi keluarga lain tidak menyesuaikan diri dengan perubahan

peran hubungan individu tersebut dan kerukunan pernikahan sering menurun..

Meskipun penurunan kegiatan sosial dan waktu luang memburuk dengan tingkat

kecacatan korban, seringkali penting bahkan ketika orang tersebut telah membuat

pemulihan yang baik. Terapi keluarga dan kelompok pendukung dapat membantu

pasien stroke dan keluarga mereka beradaptasi, tetapi pendekatan ini seringkali

perlu mengatasi masalah praktis, seperti tidak memiliki transportasi, sebelum

mencoba menyelesaikan masalah antarpribadi (Sarafino et al., 2019).

Singkatnya, stroke adalah penyakit mortalitas tinggi yang melibatkan

kerusakan neurologis sebagai akibat aliran darah ke otak terganggu. Korban stroke

sering menderita gangguan fisik dan kognitif yang substansial, tetapi perawatan

medis dan terapi fisik, pekerjaan, dan wicara dapat membantu orang-orang ini

mendapatkan kembali banyak kemampuan mereka yang hilang. Semakin parah

defisit yang tersisa setelah rehabilitasi, semakin besar kemungkinan pasien

mengalami masalah psikososial (Sarafino et al., 2019).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

25

B. Regulasi Diri Pada Pekerja dengan Stroke Iskemik

Regulasi diri individu yang bekerja berkaitan dengan bagaimana individu

mengaktualisasikan dirinya dengan menampilkan serangkaian tindakan yang

ditujukan pada pencapaian target. Menurut Bandura (2005) regulasi diri merupakan

kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai

strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang mencapai tujuan atau

prestasi sebagai bukti peningkatan. Regulasi diri pekerja yang mengalami stroke

iskemik merupakan proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian target dan

tindakan mereka sendiri. Mengevaluasi kesuksesan saat mencapai target tersebut

dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai

tujuan tersebut (Friedman & Schustock, 2008). Proses regulasi diri melibatkan

keaktifan seseorang untuk menghasilkan pikiran, perasaan dan tindakan,

merencanakan serta mengadaptasikannya guna mencapai tujuan-tujuannya

(Zimmerman, 2000 dalam Husna et al, 2014). Bandura meyakini bahwa seseorang

menggunakan cara proaktif dan reaktif untuk melakukan regulasi diri. Hal ini

berarti bahwa seseorang secara reaktif berusaha untuk mengurangi perbedaan

antara pencapaian dan tujuan mereka yang baru dan lebih tinggi untuk diri mereka

sendiri (Feist & Feist, 2010). Pekerja yang menderita stroke iskemik akan berusaha

untuk mengontrol dirinya supaya dapat berdinamika dalam lingkungan kerja

dengan keadaan yang baru yakni setelah didiagnosis mangalami stroke iskemik.

Hal ini akan menjadi tantangan atau hambatan bagi pekerja itu karena harus

bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan mengatur perilakunya dengan situasi

hal yang baru ini terutama untuk bisa tetap bekerja optimal dan berprestasi. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

26

meregulasi situasi ini, pekerja dapat mengontrol dirinya dalam kondisi apapun

termasuk dalam lingkungan kerja yang dihadapkan dengan tekanan kantor. Sesuai

dengan konsep Bandura yang menyakini bahwa individu yang mengatur tingkah

lakunya akan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan kondisi yang dialami pada

invidu. Hal ini sejalan dengan konsep yang diutarakan oleh Zimmerman (2000) dan

Friedman & Schustock (2008) bahwa dengan menolak dan mengubah respon

terhadap perilakunya maka individu dapat mencapai tujuan dan mempunyai kontrol

diri sehingga dapat menjalani dinamika sehari-hari dengan lebih adapatif. Penderita

stroke iskemik yang dapat menerima kenyataan bahwa dirinya sakit namun dapat

memberikan respon positif dan kontrol diri yang lebih terarah sehingga individu

tersebut dapat mengembangkan kualitas dalam dirinya dan mengurangi perilaku

yang merugikan seperti marah-marah, temperamen, merasa hopeless, atau

cerminan negatif tentang dirinya.

1.Disfungsi dalam regulasi diri

Orang yang tidak dapat mengatur sendiri penyakit kronis asma

menunjukkan tingkat gejala yang lebih tinggi, kualitas hidup yang lebih rendah, dan

lebih sering dirawat di rumah sakit (Zimmerman; Bonner; 1999; dst).

Selain kesulitan-kesulitan ini, penyebab utama kematian, cedera, dan

penyakit di antara remaja dan dewasa muda adalah kegagalan mereka untuk

mengatur sendiri berbagai perilaku berbahaya, seperti minum alkohol,

menggunakan obat-obatan rekreasi, melakukan hubungan seks tanpa kondom, dan

mengemudi dengan kecepatan berlebihan. Bahkan kejadian kelakuan buruk, agresi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

27

dan kejahatan telah dikaitkan dengan kontrol impuls rendah dan pelepasan standar

regulator diri moral (Bandura; Barbaranelli 1996a; dst)

Dari perspektif kognitif sosial, disfungsi dalam regulasi diri terutama

disebabkan oleh teknik pemikiran dan kontrol kinerja yang tidak efektif, seperti

merencanakan diet harian seseorang dan mencatat sendiri frekuensi olahraga untuk

mengendalikan berat badan (Bandura, 1991; Zimmerman, 1998). Gangguan mood,

seperti mania atau depresi, adalah keterbatasan pribadi yang dapat menyebabkan

disfungsi utama dalam regulasi diri. Sebagai contoh, depresi biasanya menunjukkan

bias yang mengalahkan diri sendiri, salah persepsi pencapaian kinerja mereka, atau

secara negatif mengubah ingatan mereka dari pencapaian ini (Bandura, 1991). Bias

ini sangat kontras dengan optimisme self-enhancing dari nondepresif yang

mengingat keberhasilan mereka dengan baik, tetapi mengingat lebih sedikit

kegagalan daripada yang sebenarnya mereka alami (Nelson & Craighead, 1977).

Depresif juga menetapkan standar yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri

daripada yang tidak depresi (Schwartz, 1974; Simon, 1979) dan cepat menyalahkan

diri mereka sendiri atas kegagalan (Kuiper, 1978). Sayangnya, meminimalkan

kesuksesan seseorang hanya semakin memperparah perasaan putus asa seseorang.

Disfungsi umum dalam regulasi diri dikaitkan dengan adanya

ketidakmampuan belajar, seperti masalah kognitif dalam konsentrasi, mengingat,

membaca, dan menulis. Keterbatasan pribadi ini, yang secara luas diyakini

memiliki asal neurologis, menyebabkan sejumlah disfungsi regulasi diri

(Borkowski & Thorpe, 1994). Sebagai contoh, belajar siswa penyandang cacat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

28

menetapkan tujuan akademik yang lebih rendah untuk diri mereka sendiri,

mengalami kesulitan mengendalikan impuls mereka, dan kurang akurat dalam

menilai kemampuan mereka. Mereka juga lebih kritis terhadap diri sendiri dan

kurang efikasi diri tentang kinerja mereka dan cenderung menyerah lebih mudah

daripada individu yang tidak memiliki keterbatasan.

2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri

Menurut Zimmerman (dalam Boekarts et al., 2000) faktor-faktor yang

mempengaruhi regulasi diri meliputi:

Lingkungan Sosial.

Lingkungan akan berpengaruh pada perubahan individu dimana lingkungan itu

dapat menyediakan ruang yang memberikan dorongan yang memberikan support

atau sebaliknya lingkungan disekitar individu akan menghambat individu untuk

berkembang dan sulit untuk melakukan pengolahan diri. Lingkungan sosial akan

mendukung atau menghambat proses regulasi diri. Dengan adanya dukungan sosial

yang baik seperti keluarga, teman kerja atau kondisi yang memacu individu untuk

berkembang maka individu akan cepat untuk melakukan reaksi diri untuk mencapai

tindakan yang diinginkan.

Individu

Upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki. Semakin besar dan

optimal upaya yang dikerahkan individu dalam mengatur dan mengorganisir suatu

aktivitas akan meningkatkan regulasi pada diri individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

29

Dengan demikian, lingkungan sosial dan individu dipandang oleh peneliti

kognitif sosial sebagai sumber daya untuk meningkatkan pemikiran ke depan,

kinerja atau kontrol kehendak, dan refleksi diri. Regulasi diri memiliki beberapa

manfaat yakni:

1. Tercapainya keberhasilan dalam menjalankan tugas di sekolah dan

kantor, memperoleh popularitas, dan kesehatan mental;

2. Memiliki hubungan interpersonal yang baik;

3. Dapat melakukan toleransi terhadap rasa frustrasi karena menghadapi

tantangan atau pekerjaan berat;

4. Memiliki moral, disiplin, dan perilaku yang baik;

5. Dapat menekan sifat egois dan agresif yang mengancam kelompok; dan

6. Memiliki nilai regulasi diri yang positif seperti kesehatan, kebahagiaan,

mampu berfungsi secara optimal, dan dapat melakukan banyak hal baik

(Dale & Baumeister 1999; Baumeister & Vohs 2007; Carver & Scheier

2009; dst).

Kerugian bila melakukan kesalahan dalam melakukan regulasi diri yaitu

munculnya masalah pribadi dan sosial seperti kegagalan di sekolah atau tempat

kerja, kejahatan, perilaku yang senang mengalahkan orang lain, tidak adanya

pencapaian, obesitas, kecanduan alkohol dan obat- obatan, kehamilan di luar nikah,

putus sekolah, judi, perceraian, kesehatan yang buruk, gangguan makan,

perceraian, dan kekerasan terhadap anak. (Dale & Baumeister 1999; Baumeister &

Vohs 2007; Carver & Scheier 2009; dst).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

30

C. Proses Regulasi Diri

Menurut Zimmerman (dalam Boekarts et al., 2000) regulasi diri atau self regulation

mencakup tiga proses, yaitu:

1.Forethought

Forethought pemikiran awal mengacu pada proses yang

berpengaruh yang mendahului upaya untuk bertindak dan mengatur fase

untuk itu. Di sini ada dua aspek yang meliputi pemikiran awal yaitu:

1. Task Analysis atau analisis tugas. Bentuk utama dari analisis tugas

melibatkan penetapan tujuan. Goal setting atau penentuan tujuan mengacu

pada memutuskan hasil pembelajaran atau kinerja tertentu, seperti

memecahkan sekelompok masalah divisi dalam matematika selama sesi

studi (Locke & Latham, 1990). Bentuk kedua dari analisis tugas adalah

strategic planning atau perencanaan strategis (Weinstein & Mayer, 1986).

Agar keterampilan dapat dikuasai atau dilakukan secara optimal, individu

perlu metode yang sesuai untuk tugas dan pengaturan. Strategi mengatur

diri sendiri adalah proses dan tindakan pribadi yang bertujuan mengarahkan

untuk memperoleh atau menampilkan keterampilan (Zimmerman, 1989).

2. Self-motivation beliefs atau keyakinan motivasi diri

Keterampilan mengatur diri sendiri nilainya kecil jika seseorang tidak dapat

memotivasi diri mereka untuk menggunakannya. Proses-proses penentuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

31

tujuan dan perencanaan strategis yang mendasari pemikiran ke depan adalah

sejumlah keyakinan motivasi-diri utama: self-efficacy, outcome

expectations, intrinsic interest/value, dan goal orientation. Self-efficacy

mengacu pada keyakinan pribadi tentang memiliki sarana untuk belajar atau

cara melakukan secara efektif, sedangkan ekspektasi hasil merujuk pada

keyakinan tentang tujuan akhir kinerja (Bandura, 1997). Sebagai contoh,

self-efficacy mengacu pada keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai

kelas A, dan hasil merujuk pada ekspektasi tentang konsekuensi yang akan

dihasilkan oleh grade ini setelah lulus, seperti pekerjaan yang diinginkan.

Seiring berjalannya waktu, proses individu mulai melihat hasil yang

diperoleh sebagai tonggak dalam proses penguasaan seumur hidup, seperti

ketika pekerja yang menderita stroke iskemik melihat bahwa penguasaan

emosi terletak pada pengaturan diri individu maka individu tersebut akan

berusaha untuk mengatur dirinya sebaik mungkin dalam hal emosional.

Dengan cara ini, pencapaian proses memberikan rasa motivasi intrinsik atau

penilaian yang dapat melengkapi dan bahkan melampaui hasil ekstrinsik

(Deci, 1975; Lepper & Hodell, 1989). Orientasi tujuan proses pengaturan

diri ini juga telah diberi label pembelajaran (Dweck, 1988), penguasaan

(Ames, 1992), atau orientasi tujuan tugas (Nicholls, 1984), dan telah

terbukti mempertahankan motivasi dan meningkatkan akuisisi dan kinerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

32

2.Performance or Volitional control

Kontrol kinerja atau kehendak melibatkan proses yang terjadi

selama upaya motorik dan memengaruhi perhatian dan tindakan. Dua aspek

utama dari kinerja atau proses kontrol kehendak telah dipelajari sampai saat

ini: Self Control kontrol diri dan pengamatan diri. Proses kontrol diri, seperti

instruksi diri, citra, fokus perhatian, dan strategi tugas, membantu individu

untuk fokus pada tugas dan mengoptimalkan upaya mereka.

1. Self-instruction atau intruksi diri melibatkan penjelasan secara terbuka

atau terselubung bagaimana seseorang menjalankan tugas, seperti

menyelesaikan masalah matematika atau menghafal rumus, dan

penelitian menunjukkan bahwa verbalisasi semacam itu dapat

meningkatkan pembelajaran individu (Schunk, 1982).

2. Imagey (Perumpamaan atau pembentukan gambar mental) adalah teknik

kontrol diri lain yang banyak digunakan untuk membantu penyandian

dan kinerja. Psikolog olahraga telah mengajarkan para pesaing, seperti

skater, penyelam, atau pesenam, untuk membayangkan eksekusi yang

sukses dari rutinitas yang direncanakan untuk meningkatkan kinerja

mereka (Garfield & Bennett, 1985). Dengan adanya pembentukan

gambar mental, pekerja yang menderita stroke iskemik dapat

membayangkan seperti apa saja yang akan dilakukan untuk meraih

goals tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

33

3. Attention focusing atau pemusatan perhatian, dirancang untuk

meningkatkan konsentrasi seseorang dan menyaring proses terselubung

lain atau peristiwa eksternal. Pelaku ahli melaporkan menggunakan

berbagai teknik untuk meningkatkan kontrol atensi mereka, seperti

penataan lingkungan untuk menghilangkan pengalihan atau pelaksanaan

tugas gerak lambat untuk membantu koordinasi (Math, 1988). Kuhl dan

rekan-rekannya (Kuhl, 1985) mempelajari penggunaan metode kontrol

kehendak, seperti mengabaikan gangguan dan menghindari

merenungkan kesalahan masa lalu, dan menemukan mereka menjadi

efektif. Ada bukti bahwa mengetahui bagaimana memusatkan dan

menyaring proses terselubung dan peristiwa eksternal lainnya adalah

strategi penting untuk pembelajaran yang efektif (Corno, 1993;

Weinstein, Schulte, & Palmer, 1987)

4. Task Strategies atau strategi tugas membantu pembelajaran dan kinerja

dengan mengurangi tugas ke bagian-bagian penting dan mengatur ulang

bagian-bagian secara bermakna. Misalnya, ketika pekerja yang

menderita stroke iskemik akan meregulasi emosi maka individu tersebut

dapat melakukan dengan hal-hal terkecil seperti tidak mudah marah

untuk beban kerja yang membuat dia lelah. Efektivitas dari strategi tugas

telah dipelajari oleh Weinstein dan Mayer (1986), Wood, Woloshyn,

dan Willoughby (1995), dan Zimmerman dan Martinez-Pons (1988)

untuk memandu upaya pembelajaran, pengelolaan dan efektivitas

strategi ini. Ini termasuk strategi belajar, seperti mencatat, persiapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

34

diri, dan membaca untuk pemahaman, serta strategi kinerja, seperti

teknik pemilihan, dan pemecahan masalah.

Jenis kedua dari proses kontrol kinerja melibatkan pengamatan diri. Ini

mengacu pada pelacakan seseorang terhadap aspek spesifik dari kinerja

mereka sendiri, kondisi yang mengelilinginya, dan efek yang dihasilkannya

(Zimmerman & Paulsen, 1995). Para individu dapat melacak diri mereka

secara selektif pada tingkat proses terperinci bila perlu, seperti ketika pianis

konser memantau posisi tangan mereka, yang memungkinkan mereka

membuat adaptasi yang lebih baik daripada para pemula (Math, 1988).

1. Self-recording adalah teknik pengamatan diri yang umum yang dapat

meningkatkan kedekatan, keinformatifan, akurasi, dan valensi umpan

balik (Zimmerman & Kitsantas, 1996). Catatan dapat menangkap

informasi pribadi pada saat itu terjadi, menyusunnya menjadi paling

bermakna, menjaga akurasinya tanpa perlu latihan intrusif, dan

menyediakan basis data yang lebih panjang untuk melihat bukti

kemajuan. Sebagai contoh, penderita asma yang mencatat gejala mereka

dapat mengetahui pemicu alergi mereka serta efektivitas obat

pencegahan (Bonner, Rivera, & Zimmerman, 1997).

2. Self-experimentation. Pengamatan diri dapat mengarahkan pada siklus

eksperimen diri (Bandura, 1991). Ketika pengamatan diri terhadap

variasi alami dalam perilaku tidak memberikan informasi diagnostik

yang menentukan, orang dapat terlibat dalam eksperimen pribadi secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

35

sistematis memvariasikan aspek-aspek fungsi mereka yang

dipertanyakan. Misalnya, ketika keinginan untuk merokok tampak acak

dan spontan, seorang perokok dapat menguji berbagai hipotesis

kontekstual, seperti adanya stres, baki abu, atau iklan. Dengan cara ini,

pengamatan diri yang sistematis dapat mengarah pada pemahaman

pribadi yang lebih besar dan kinerja yang lebih baik atau kontrol

kehendak.

3.Self Reflection

Refleksi diri melibatkan proses yang terjadi setelah upaya kinerja

dan mempengaruhi respons seseorang terhadap pengalaman itu. Bandura

(1986) telah mengidentifikasi dua proses refleksi diri yang terkait erat

dengan refleksi diri: Self Judgment atau penilaian diri dan Self-reaction atau

reaksi diri. Self-judgement meliputi:

1. Self evaluation

Self-judgement atau penilaian diri melibatkan evaluasi diri terhadap

kinerja seseorang dan menghubungkan signifikansi kausal dengan

hasil. Evaluasi diri mengacu pada membandingkan informasi yang

dipantau sendiri dengan standar atau tujuan, seperti praktik pekerja

yang menderita stroke iskemik melihat perbandingan hasil yang

ditunjukan dengan upaya dia dalam meregulasi emosi nya.

2. Causal attribution

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

36

Self-evaluation atau penilaian self-evaluatif terkait dengan atribusi

kausal tentang hasil, seperti, apakah kinerja yang buruk adalah karena

kemampuan seseorang yang terbatas atau upaya yang tidak mencukupi.

Penilaian atribusi ini sangat penting untuk refleksi diri, karena atribusi

kesalahan pada kemampuan tetap mendorong individu untuk bereaksi

negatif dan mencegah upaya untuk meningkatkan (Weiner, 1979). Ada

bukti terkini (mis., Zimmerman & Kitsantas, 1996, 1997) bahwa

atribusi kesalahan pada strategi pembelajaran sangat efektif dalam

mempertahankan motivasi selama periode kinerja di bawah standar

karena atribusi strategi mempertahankan persepsi kemanjuran sampai

semua strategi yang mungkin telah diuji. Misalnya, ketika pekerja

menerima evaluasi negatif untuk kinerja pekerjaan mereka, mereka

yang berinisiatif lebih cenderung mengaitkannya dengan upaya yang

kurang atau strategi tugas yang buruk.

Penilaian diri sendiri yang bersifat evaluatif dan atribusi terkait erat

dengan dua bentuk utama reaksi diri: kepuasan diri dan kesimpulan

adaptif.

1. Self-satisfaction atau kepuasan diri melibatkan persepsi kepuasan

atau ketidakpuasan dan pengaruh yang terkait dengan kinerja

seseorang. Ketika kepuasan diri dibuat bersyarat untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, orang memberikan arahan untuk tindakan

mereka dan menciptakan dorongan diri untuk bertahan dalam upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

37

mereka. Dengan demikian, motivasi seseorang tidak berasal dari

tujuan itu sendiri, tetapi lebih dari reaksi evaluasi diri untuk hasil

perilaku. Tingkat kepuasan diri seseorang juga tergantung pada

nilai intrinsik atau pentingnya tugas tersebut. Misalnya, orang yang

sangat menghargai pekerjaan mereka akan mengalami

ketidakpuasan dan kecemasan yang parah jika mereka menerima

peringkat kinerja yang tidak menguntungkan. Namun, individu

yang memandang posisi mereka hanya sebagai pekerjaan sementara

dan tidak layak mendapat pertimbangan serius tidak akan terlalu

tertekan oleh peringkat pekerjaan yang tidak menguntungkan.

Orang yang sangat mandiri mengatur nilai perasaan intrinsik

mereka tentang harga diri dan kepuasan diri dari pekerjaan yang

dilakukan lebih tinggi daripada memperoleh imbalan materi

(Bandura, 1997).

2. Adaptive-defensive

Kesimpulan adaptif atau defensif adalah kesimpulan tentang

bagaimana seseorang perlu mengubah pendekatan regulasi diri

selama upaya berikutnya untuk belajar atau melakukan tindakan.

Kesimpulan adaptif penting karena mengarahkan orang ke bentuk

regulasi diri kinerja yang baru dan berpotensi lebih baik, seperti

dengan menggeser tujuan secara hierarkis atau memilih strategi

yang lebih efektif (Zimmerman & Martinez-Pons, 1992).

Sebaliknya, kesimpulan defensif berfungsi terutama untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

38

melindungi orang tersebut dari ketidakpuasan. Reaksi diri yang

defensif ini termasuk ketidakberdayaan, penundaan, penghindaran

tugas, pelepasan kognitif, dan apatis sehingga terlepas dari

perlindungan yang dimaksudkan, mereka pada akhirnya membatasi

pertumbuhan pribadi.

D. Dampak Negatif

Dampak buruk yang muncul ketika pekerja yang menderita stroke

tidak dapat meregulasi diri dengan baik, maka individu akan susah untuk

mengarahkan atau menjauhi keputusan tertentu, menekan pikiran-pikiran yang

tidak diinginkan, usaha untuk fokus pada sesuatu seperti berusaha untuk

konsentrasi, dan usaha untuk menghilangkan pengaruh proses kognitif di bawah

sadar. Selain itu pekerja yang menderita stroke sulit untuk menghentikan dan

mengubah emosi-emosi tertentu yang buruk seperti marah, takut, cemas, dan

keadaan afektif lainnya. Hal lain nya juga berpengaruh pada perilaku yang sulit

untuk mengendalikan perilaku seperti menghindari kecenderungan minum alkohol,

menggunakan obat, merokok, mengkonsumsi makanan tidak sehat, melakukan seks

pada keadaan yang tidak tepat, menghamburkan uang atau melakukan tindakan

agresi, dan sulitnya membangun komitmen untuk melaksanakan tugas yang belum

dilakukan. Dampak ini juga berakibat buruk pada orang yang ada disekitar pekerja

yang menderita stroke iskemik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

39

E.Dampak Positif di Lingkungan Kerja

Regulasi diri yang baik pada pekerja yang menderita stroke iskemik dapat

membantu pekerja untuk mengoptimalkan kinerja nya dan tetap bisa berprestasi

dalam lingkungan kerjanya. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang telah dicapai

seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja (Sutrisno,

2014:151). Menurut Hasibuan, (2010:94), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja

yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta

waktu. Prestasi kerja merupakan gabungan dari 3 (tiga) faktor penting, yaitu

kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat

motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi angka untuk ketiga faktor ini, semakin

besar prestasi kerja individu yang bersangkutan. Prestasi kerja didefinisikan

sebagai seberapa baik pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan

(Mrayyan dan Ibrahim, 2008). Menurut penelitian Ramadhany, dkk (2012), prestasi

kerja merupakan tingkat pelaksanaan kerja yang menunjukkan hasil kerja karyawan

sesuai dengan standar yang ada dalam suatu perusahaan. Hasil yang dapat dicapai

oleh karyawan selama ia bekerja dan sudah dinilai oleh perusahaan merupakan

prestasi kerja karyawan (Winarno, 2008).

Indikator-indikator mengenai penilaian prestasi kerja menurut Mangkunegara

(2002: 67) sebagai berikut:

1) Kualitas kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

40

Kualitas kerja dilihat dari pemahaman tentang lingkup pekerjaan, uraian pekerjaan,

tanggung jawab serta wewenang yang diemban.

2) Kuantitas kerja

Kuantitas kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam melaksanakan

pekerjaan.

3) Konsistensi pegawai

Konsistensi dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan kemampuan dan

aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, mempunyai

inisiatif, kejujuran, kecerdasan dan kehati-hatian dalam bekerja.

4) Kerjasama

Kemampuan bekerjasama yang ditunjukan untuk meningkatkan kualitas.

5) Sikap pegawai

Perilaku terhadap organisasi/lembaga atau atasan dan juga rekan sekerja.

F. Kerangka Konseptual

Individu mempunyai tujuan dalam bekerja, salah satunya adalah memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Setiap bidang pekerjaan mempunyai tugas dan tekanan yang

berbeda satu dengan yang lainnya oleh sebab itu individu harus dapat beradaptasi

dengan lingkungan kerja. Individu yang bekerja akan berusaha untuk bekerja

maksimal dan meneyelesaikan tugasnya hingga tuntas, namun lingkungan, kondisi

diri yang sakit dan tekanan akan membuat individu tersebut mempunyai tekanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

41

berlebih. Ketika tekanan terus menerus ada maka akan menyebabkan individu itu

menjadi stress. Individu yang bekerja di kantor mempunyai tuntuntan dan target

tertentu yang tentunya akan menambah tekanan dalam bekerja. Dengan tekanan

yang berkelanjutan ini, pekerja dapat mengalami stress dan memicu penyakit

stroke. Stress dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung

untuk berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat

(American Heart Association, 2013). Kebanyakan pekerja menderita stroke

iskemik yaitu tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan

kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen

di otak (Laily, 2017). Penanganan pasca stroke dapat dilakukan dengan regulasi diri

yaitu perubahan perilaku yang sesuai dengan standar ideal atau tujuan. Pekerja yang

menderita stroke iskemik pada dasarnya akan mengalami gangguan fungsional. Hal

ini dikarenakan individu secara mendadak mengalami kelumpuhan pada satu sisi

tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata, bicara pelo, sulit

komunikasi atau tidak mampu mengerti pembicaraan. Selain itu penderita stroke

iskemik akan sulit untuk mengontrol emosionalnya. Pekerja yang mempunyai

regulasi diri yang baik dapat menjalani dinamika kehidupan kerja sehari-hari

dengan terkontrol. Dari kasus individu yang menderita stroke iskemik yang masih

bekerja, ketika individu mempunyai regulasi diri yang tepat, maka individu tersebut

dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih adaptif. Pekerja yang

menderita stroke harus dapat meregulasi diri yaitu kemampuan mengatur tingkah

laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh

terhadap performansi seseorang mencapai tujuan. Hal ini penting dilakukan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

42

ketika pekerja yang mengalami stroke iskemik tidak dapat meregulasi diri dengan

baik maka dinamika dalam bekerja akan terhambat. Hal ini dikarenakan pekerja

harus dapat menerima dirinya yang mempunyai batasan-batasan secara fungsional

dan harus mencapai tujuan tertentu dalam bekerja. Dalam kondisi seperti ini pekerja

harus dapat meregulasi diri dengan kondisi penyakitnya dan kondisi tekanan

kerjanya. Konsep regulasi diri yang baik pada pekerja yang mengalami stroke

iskemik adalah individu dapat secara efektif beradaptasi terhadap lingkungannya

dan mampu membuat kemampuan kontrol diri terhadap proses psikologi dan

perilakunya (Ghufron & Rini Risnawati, 2014). Dari sini peneliti ingin

mengeksplorasi tentang pengalaman proses regulasi diri pekerja yang mengalami

stroke iskemik.

Gambar 1.

Bagan kerangka konseptual penelitian

Penyakit stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak. Pekerja yang menderita stroke

iskemik akan mengalami perubahan kontrol emosional dan perilaku. Ketika

Pekerja dengan

Stroke Iskemik

Proses Regulasi

Diri

1. Forethought

2. Performance/Volitional

Control

3. Self-Reflection

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

43

individu mengalami stroke akan sulit bagi individu tersebut melakukan dinamika

di lingkungan kerja seperti biasanya sehingga pekerja yang mengalami stroke

iskemik harus dapat melakukan regulasi diri yang dapat mendorongnya

berdinamika lagi dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerjanya.

Penanganan pasca stroke biasanya dilakukan dengan terapi psikologis,

akupuntur, fisioterapi, terapi stem cell, terapi kognitif atau teknik medis lainnya.

Ketika penderita dapat mengontrol stroke dan mengendalikan perubahan yang

terjadi pada diri sendiri akan memberikan dampak positif. Dengan regulasi diri

yang baik penderita stroke iskemik juga akan dapat mengembangkan dirinya sendiri

tanpa harus bergantung dengan terapi dari luar. Individu yang mempunyai regulasi

diri yang baik dapat menjalani dinamika kehidupan sehari-hari dengan terkontrol.

Dengan adanya dinamika yang suportif dalam menghadapi keadaannya dalam

kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerjanya, rutinitas dan pekerjaan dapat

memberikan hasil yang optimal dan dapat mengelola diri juga tetap meraih prestasi

kerja meskipun menderita stroke iskemik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif fenomologis. Dalam penelitian kualitatif peneliti secara nyata berbicara

langsung dengan orang-orang serta menyaksikan mereka bertingkah laku dan

bertindak di tengah konteks mereka. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif deduktif terarah, yaitu penelitian ilmiah yang bertujuan mengungkap

subjektivitas atau cara orang dalam memaknai pengalaman hidupnya mengenai

sebuah fenomen dalam situasi konkret tertentu. Penelitian ini juga bertujuan untuk

memvalidasi sebuah kerangka teoritis dalam konteks baru (Supratiknya, 2019).

Selanjutnya desain penelitian yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK),

yaitu metode penelitian yang menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks

melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau pengodean dan

pengindetifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman proses regulasi

diri pada pekerja yang menderita stroke iskemik terkait dengan forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection. Pengambilan data

menggunakan metode wawancara semi terstruktur dengan memberikan beberapa

pertanyaan terbuka agar dapat lebih mengungkapkan pengalaman proses regulasi

diri subjek yang menderita stroke iskemik. Analisis data diawali dengan

mentranskripkan data lisan maupun rekaman elektronik dalam bentuk teks atau

dokumen. Dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif (AIK) teks tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

45

dikelompokkan dalam beberapa kategori untuk mendapatkan deskripsi yang padat

dan kaya tentang fenomena yang diteliti (Supratiknya, 2015)

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengalaman proses regulasi diri terkait dengan

forethought, performance/volitional control, dan self-reflection pada pekerja usia

dewasa madya (45-60 tahun) yang menderita stroke iskemik. Pengambilan

partisipan pada dewasa madya didasarkan dari proporsi penderita stroke iskemik

paling banyak diumur dewasa madya dan umur yang masih produktif untuk bekerja.

Secara keseluruhan pengalaman regulasi diri didefinisikan sebagai suatu peristiwa

pengendalian diri yang dialami, dipikirkan, dan dirasakan langsung oleh individu

yang menderita stroke iskemik. Disisi lain pengalaman regulasi diri menunjukkan

bagaimana narasumber melakukan perubahan perilaku agar sesuai dengan aturan,

menolak atau mengubah respon agar dapat sesuai dengan tujuan. Regulasi diri akan

diungkap proses dan komponen yang membentuknya.

Menurut Zimmerman, dalam (Schunk & Zimmerman, 1998) regulasi diri

atau self-regulation mencakup tiga proses yang, yaitu (a) Forethought atau fase

pemikiran awal yang mengacu pada proses yang berpengaruh dan keyakinan yang

mendahului upaya untuk belajar dan mengatur tahapan untuk proses pembelajaran.

(b) Performance/volitional control melibatkan proses yang terjadi selama upaya

pembelajaran dan mempengaruhi konsentrasi dan performansi. (c) Self-reflection

melibatkan proses yang terjadi setelah upaya belajar dan mempengaruhi reaksi

individu terhadap pengalaman itu. Refleksi diri ini, pada gilirannya, mempengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

46

pemikiran tentang upaya pembelajaran selanjutnya, sehingga melengkapi siklus

regulasi diri.

C.Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah 3 individu dengan kriteria berada

dalam tahap perkembangan dewasa madya (usia 45-60 tahun) yang bekerja dan

mengalami stroke iskemik. Selanjutnya, diutamakan subjek yang berdomisili di

Yogyakarta. Pengambilan partisipan ini dilakukan melalui individu yang dikenal

oleh peneliti, yang merupakan orangtua dari teman peneliti dan teman dari orangtua

peneliti. Pengambilan partisipan didasarkan pada kriteria individu yang sudah

didiagnosis penyakit stroke iskemik melalui data rekam medis dan significant

others dari individu yang bersangkutan.

Penelitian kualitatif ini mengambil partisipan secara purposeful atau dengan

tujuan tertentu, yaitu secara sengaja dipilih partisipan tertentu yang dipandang

mampu memberikan data yang paling kaya informasi. Selain itu, pengambilan

partisipan selalu criterion-based atau berdasarkan kriteria tertentu, tergantung dari

pertanyaan penelitiannya. Peneliti tidak membatasi jumlah partisipan yang akan

terlibat karena data akan dikumpulkan sampai titik redundasi, yaitu hingga kondisi

dimana tidak akan diperoleh informasi baru lagi dengan menambah data. Artinya,

bagaimana partisipan diperoleh serta kualitas, panjang dan kedalaman data

wawancara, dan tersedianya evidensi yang beragam jauh lebih penting daripada

seberapa besarnya partisipan (Supratiknya, 2018). Peneliti harus fleksibel dan

partisipan bisa berubah selama penelitian (Creswell, 2007). Namun sebagai langkah

awal peneliti menentukan tiga partisipan agar menjaga kredibilitas data yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

47

dihasilkan. Identitas mengenai partisipan dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Identitas Partisipan

Jumlah narasumber terdiri dari 3 partisipan yang terdiri dari partisipan Pak

Y yang berjenis kelamin laki-laki. Partisipan 1 (Pak Y) sudah menikah dan

mempunyai 3 orang anak laki-laki. Partisipan 2 (Pak B) berjenis kelamin laki-laki

sudah menikah dan mempunyai 2 anak laki-laki. Untuk yang terakhir partisipan 3

(Ibu E) sudah menikah dan mempunyai 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

D.Peran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen kunci yaitu

peneliti turun sendiri ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data, memeriksa

dokumen, dan mewawancarai partisipan (Supratiknya, 2015). Wawancara

dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai topik yang dibahas

sehingga peneliti bisa menginterpretasikan sebuah fenomen yang menjadi topik

yang diangkat (Alshenqeeti, 2014, dalam Supratiknya, 2019).

Wawancara dilakukan secara perorangan dengan pertanyaan semi

terstruktur. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang peneliti kenal

namun tidak memiliki kedekatan khusus atau emosional dengan peneliti. Tempat

Nama Umur Pekerjaan

Pak Y 59 Tahun PNS

Pak B 59Tahun PNS

Ibu E 49 Tahun Karyawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

48

berlangsungnya wawancara ditentukan oleh kesepakatan peneliti dan partisipan

demi kenyamanan saat pelaksanaan wawancara.

E.Prosedur Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Dalam

penerapannya, peneliti memiliki beberapa pertanyaan kunci yang berguna untuk

membatasi wilayah makna yang harus dieksplorasi. Pertanyaan tersebut berupa

pertanyaan terbuka untuk memancing pandangan dan pendapat para partisipan.

Beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara

adalah mebuat protokol wawancara. Protokol wawancara didasarkan pada

pertanyaan penelitian serta landasan teori yang digunakan oleh peneliti sehingga

jawaban-jawaban dari partisipan diharapkan sesuai dengan aspek-aspek yang ingin

digali. Sebelum dilakukannya proses wawancara, ada beberapa langkah yang

dilakukan oleh peneliti agar proses pengambilan data mampu terlaksana dengan

baik. Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mencari partisipan sesuai dengan karakteristik yang telah

ditentukan.

2. Peneliti akan membangun rapport dengan partisipan, peneliti akan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan

memastikan kembali kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

3. Sebelum dimulainya proses wawancara, peneliti menjelaskan terlebih

dahulu garis besar dari penelitian yang sedang dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

49

4. Peneliti meminta persetujuan partisipan secara lisan dan tertulis dengan cara

menandatangani informed consent yang berisi garis besar tujuan

dilaksanakannya proses wawancara. Hal ini bertujuan untuk dapat

melindungi hak-hak dan kesejahteraan partisipan yang sudah merelakan diri

berkontribusi dalam penelitian ini (Grady, 2017, dalam Supratiknya, 2018).

5. Peneliti menyiapkan panduan wawancara, pertanyaan pembuka, pertanyaan

komponen regulasi diri, pertanyaan probing serta beberapa alat untuk

mendukung proses wawancara seperti kertas dan alat tulis.

6. Melaksanakan wawancara sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan

oleh peneliti dan partisipan. Dalam psoses wawancara, peneliti

menggunakan alat perekam suara (digital recorder) sebagai alat bantuan.

7. Setelah data terkumpul dan proses wawancara selesai, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena telah bersedia

meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian peneliti.

8. Melakukan debrief (diskusi antara peneliti dengan partisipan) berkaitan

dengan pengalaman partisipan setelah menjalani proses wawancara. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang mungkin timbul setelah

partisipan menjalani proses wawancara, sehingga partisipan mampu

meninggalkan tempat wawancara dengan perasaan lega dan tidak sia-sia

(Supratiknya, 2020). Setelah data terkumpul, peneliti melakukan transkrip

dari hasil rekaman ke dalam bentuk dokumen.

9. Terakhir, data yang sudah terkumpul tersebut akan peneliti proses dengan

membuat verbatim dari hasil perekaman saat wawancara dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

50

Berikut tabel protokol wawancara yang akan digunakan ketika pengambilan data:

Tabel 2

Protokol Wawancara

Pertanyaan pembuka:

1. Sejak kapan Anda menderita stroke iskemik?

2. Kira-kira apa penyebab anda mengalami stroke?

3. Pengobatan apa saja yang sudah anda jalani selama mengalami stroke?

4. Apakah ada perubahan yang terjadi di hidup anda setelah anda

mengalami stroke? Perubahan dari segi apa saja?

Pertanyaan umum terkait komponen proses regulasi diri:

1. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan kondisi anda yang sekarang?

2. Ceritakan bagaimana Anda bisa memahami bahwa Anda sakit stroke

dan memikirkan apa yang akan anda lakukan selanjutnya untuk menjadi

lebih baik didalam pekerjaan Anda. (fase forethought)

3. Ceritakan bagaimana proses untuk membentuk diri Anda ke arah yang

lebih baik didaam pekerjaan Anda. (fase performance/volitional

control)

4. Ceritakan bagaimana Anda melakukan evaluasi diri untuk setiap proses

pekerjaan yang Anda lakukan. (fase self-reflection)

5. Ceritakan hal-hal yang Anda dapatkan setelah melakukan pengelolaan

diri.

No. Pertanyaan

No. Pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

51

Pertanyaan Probes

1. Apakah Anda mendorong diri anda untuk menetapkan tujuan yang lebih

baik? (goal setting)

2. Bagaimana anda merencanakan langkah-langkah untuk meningkatkan

diri Anda setelah menderita stroke (strategic planning)

3. Apakah Anda mempunyai keyakinan pribadi tentang memiliki

memiliki sarana belajar yang Anda lakukan efektif? (self-efficacy)

4. Apakah Anda mengetahui konsekuensi atau hasil yang diberikan dari

proses mengubah diri kearah yang lebih baik? (outcome expectations)

6. Dengan adanya konsekuensi atau hasil yang diberikan dari proses

mengubah diri kearah yang lebih baik dapat lebih memotivasi Anda?

(intristic interest/value)

7. Dengan adanya hal-hal positif yang didapatkan dari proses ini apakah

Anda menjadi lebih berorientasi pada tujuan Anda? (goal orientation)

8. Apa Anda mengetahui cara-cara dalam proses membentuk diri Anda

ke arah yang lebih baik? (self-instruction)

9. Apa Anda membayangkan seperti apa proses dalam membentuk diri

Anda ke arah yang lebih baik seperti apa? (imagery)

10. Apa Anda memusatkan perhatian/konsentrasi dalam proses yang Anda

lakukan? (attention focusing)

11. Apa Anda melakukan strategi tertentu dalam mejalankan proses untuk

memperbaiki diri Anda? (task strategies)

No. Pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

52

12. Apa Anda melakukan pengamatan diri ketika berproses? (self-

recording)

13. Apa Anda berusaha memahami munculnya peyebab tindakan-tindakan

yang menghambat proses Anda? (self-experimentation)

14. Apa Anda melakukan penilaian diri untuk setiap proses yang telah

anda lakukan? (self-judgement)

15. Apa Anda berusaha mengaitkan hal-hal yang buruk atau hasil yang

kurang disebabkan oleh upaya Anda dalam berproses? (causal

attribution)

16. Apa Anda melihat kepuasan dan ketidakpuasan kinerja Anda? (self-

satisfaction)

17. Apa Anda mencoba untuk melakukan bentuk pengaturan diri yang

baru? (adaptive-defensive)

F.Analisis dan Interpretasi Wawancara

Penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif, yaitu metode

penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks melalui

proses klasifikasi sistematik berupa coding atau pengodean dan

pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam

Supratiknya 2015). Dalam penelitian ini data teks berupa rekaman elektronik

yang kemudian diubah dengan cara ditranskripkan menjadi teks tulis atau

dokumen. Tujuan akhir dari AIK adalah mendapatkan pengetahuan dan

pemahaman berupa konsep-konsep atau kategori-kategori tentang fenomena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

53

yang sedang diteliti (Hseih & Shannon, 2005; Elo & Kyngas, 2008, dalam

Supratiknya, 2015).

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif.

Pendekatan deduktif mencoba menguji ulang penelitian-penelitian yang

telah ada dalam konteks atau fenomena yang baru (Supratiknya, 2015).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisi data diantaranya adalah

sebagai berikut: (1) menyusun sebuah matriks kategorisasi, kemudian; (2)

melakukan pengodean atau coding. Ketika akan melakukan coding peneliti

membaca terlebih dahulu keseluruhan trankrip wawancara. Setelah itu

peneliti langsung membubuhkan kode pada kalimat atau kata-kata yang

dipandang merepresentasikan fenomena yang diteliti. Data yang diperoleh

berupa rekaman elektronik kemudian ditranskripkan menjadi dokumen

dianalisis melalui langkah-langkah berikut :

1. Menyusun matriks kategorisasi

2. Melalukan coding atau pengodean untuk mengkategorikan semua bentuk

manifestasi dari fenomen yang dibahas dengan cara membaca keseluruhan

transkrip wawancara dan menandai setiap bagian dari teks yang

merepresentasikan fenomen yang sedang diteliti.

Kerangka analisis dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

54

Tabel 3

Matriks analisis dan indikator dari regulasi diri

Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator

1.Forethought Proses pemikiran awal

adalah proses yang

berpengaruh dan

keyakinan yang

mendahului upaya

untuk belajar dan

mengatur tahapan

untuk proses

pembelajaran.

Merupakan proses

pengetahuan sesorang

untuk mengatur dan

membimbing atau

menata peristiwa yang

akan dihadapi dan

memilih strategi yang

sesuai. Di sini ada dua

aspek yang meliputi

pemikiran awal yaitu:

1. Goal setting

2. Strategic

planning

3. Self-efficacy

4. Intristic

interest/value

5. Goal

Orientation

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

55

Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator

1.Task Analysis atau

analisis tugas. Bentuk

utama dari analisis

tugas melibatkan

penetapan

tujuan. Goal setting

atau penentuan tujuan.

Bentuk

kedua dari analisis

tugas adalah strategic

planning atau

perencanaan strategis.

2. Self-motivation

beliefs atau

keyakinan motivasi

diri. Proses-proses

penentuan tujuan dan

perencanaan strategis

yang mendasari

pemikiran ke depan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

56

Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator

2.Performance/volitional

control

adalah sejumlah

keyakinan motivasi-

diriutama: self-

efficacy, outcome

expectations,

intrinsic interest/value,

dan goal orientation

Proses yang terjadi

selama upaya

pembelajaran dan

mempengaruhi

konsentrasi dan

performansi. Dua

aspek utama dari

kinerja

1. Self-instruction

(Instruksi diri

individu.dalam

menjalankan tugas)

2. Imagery

(perumpamaan atau

pembentukan

gambar mental oleh

individu)

3. Attention focusing

(pemusatan

perhatian dan

konsentrasi

individu)

atau proses kontrol

kehendak telah

dipelajari sampai saat

ini adalah:

1.Self-control atau

kontrol diri dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

57

Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator

pengamatan diri.

Bentuk kontrol diri,

seperti instruksi diri,

citra, fokus perhatian,

dan strategi tugas,

membantu individu

untuk fokus pada tugas

dan mengoptimalkan

upaya mereka.

2.Self-observation.

Bentuk dari

pengamatan diri seperti

self-recording atau

pencatatan diri sendri

dan

self-experimentation

atau eksperimen diri.

4. Task strategies

(strategi tugas oleh

individu)

1. Self-recording

(teknik pengamatan

diri)

2. Self-

experimentation

(pengembangan

eksperimen diri

individu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

58

Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator

3.Self-reflection Proses yang terjadi

setelah upaya belajar

dan mempengaruhi

reaksi individu

terhadap pengalaman

itu. Refleksi diri ini,

pada gilirannya,

mempengaruhi

pemikiran tentang

upaya pembelajaran

selanjutnya, sehingga

melengkapi siklus

regulasi diri. Dua

proses refleksi diri

yang terkait

1.Self-judgement

meliputi: self-

evaluation atau

evaluasi diri dan

1. Self-judgement

(penilaian diri

kinerja individu)

2. Causal attribution

(atribusi kausal

tentang hasil)

3. Self-satisfication

(kepuasan kinerja

diri)

4. Adaptive-

defensive(kesipulan

bagaimana

pendekatan regulasi

diri selama upaya

berikutnya untuk

belajar atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

59

Tahap Regulasi Diri Pemahaman Indikator

causal attribution atau

atribusi kausal.

2.Self-reaction.

Penilaian diri sendiri

yang bersifat evaluatif

dan atribusi terkait erat

dengan dua bentuk

utama reaksi diri: self-

satisfication (kepuasan

diri) dan Adaptive-

defensive (adaptif-

defensif).

melakukan

tindakan.

G. Kredibilitas Data

Untuk menguji kredibilitas data peneliti menggunakan strategi

member checking, yaitu pengecekan kembali pada partisipan. Hal ini

digunakan untuk memastikan apakah tema yang ditemukan sudah sesuai dan

akurat dengan kondisi partisipan. Selanjutnya peneliti juga menggunakan

strategi thick description, yaitu melakukan deskripsi yang mendalam dalam

memaparkan hasil dari temuan-temuan. Hasil yang dipaparkan yaitu diskusi

tema-tema dengan berbagai macam perspektif, sehingga penelitian menjadi

lebih realistik dan lebih mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

60

Penelitian ini menggunakan strategi untuk menguji reliabilitas atau

konsistensi data dengan cara memeriksa kembali transkrip-transkrip

rekaman wawancara untuk memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan serius

yang bisa terjadi selama proses transkrip. Selanjutnya peneliti juga

melakukan strategi berupa membandingkan data dengan kode-kode yang

berhasil dirumuskan dan membuat catatan tentnag kode-kode beserta definisi

masing-masing. Strategi lain yang juga digunakan peneliti yaitu meminta

pendapat dari peer maupun expert terkait hasil wawancara yang dimasukkan

ke dalam komponen penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

61

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

A.Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data diadakan mulai dari tanggal 19 Agustus 2020 sampai

dengan 20 September 2020. Proses pengumpulan data menggunakan metode

wawancara semi terstruktur dengan menggunakan protokol wawancara yang telah

di susun di bab sebelumnya. Penelitian ini dilakukan kepada tiga pekerja yang

menderita stroke iskemik. Wawancara di lakukan di rumah masing-masing setiap

partisipan. Durasi wawancara bervariasi mulai dari 38 menit sampai dengan 72

menit. Rangkuman waktu dan tempat wawancara disajikan di tabel 4.

Tabel 4

Waktu dan lokasi pelaksanaan wawancara

No Partisipan Waktu Lokasi

1. P1 16 Agustus 2020 Rumah Partisipan

2. P2 22 Agustus 2020 Rumah Partisipan

3. P3 11 September 2020 RS Panti Rapih

B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan

Wawancara dilakukan oleh peneliti secara tatap muka. Peneliti diperantarai

oleh significant others dari partisipan untuk mengatur jadwal pertemuan. Peneliti

dan partisipan bertemu di jam yang telah disepakati. Sebelumnya ketiga calon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

62

partisipan telah di infokan secara ringkas terkait topik yang akan diteliti oleh

peneliti. Semua partisipan telah menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini yang dibuktikan dalam surat pernyataan kesediaan atau informed consent yang

diberikan oleh peneliti. Informed consent yang diberikan mencakup kewajiban dan

tanggung jawab peneliti dan hak informan dalam penelitian. Setelah memberikan

Informed Consent peneliti melaksanakan wawancara. Sesudah melakukan

wawancara, peneliti memberikan debrief berkaitan dengan pengalaman partisipan

setelah menjalani proses wawancara tentang regulasi diri pekerja yang menderita

stroke iskemik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang mungkin

timbul setelah partisipan menjalani proses wawancara.

Partisipan pertama, P1 adalah salah satu guru pegawai negeri sipil di

daerah kota Yogyakarta. P1 saat ini berusia 59 tahun dan telah 3 tahun menderita

penyakit stroke iskemik. P1 memiliki latar belakang pendidikan Sarjana dan

menghabiskan waktunya dari pagi hingga siang untuk bekerja. P1 juga mempunyai

kolam ikan dan biasa menghabiskan waktu di sore hari untuk berkunjung dan

memberi makan. Namun sejak menderita penyakit stroke, P1 lebih sering

menyediakan waktu untuk istirahat. P1 mempunyai pola hidup yang bisa dibilang

kurang ideal, dikarenakan kurang nya waktu istirahat untuk tidur, begadang

maupun kurangnya asupan nutrisi dan merokok. Menurut significant others dari P1,

P1 adalah orang dengan sosial yang tinggi dan selalu bertemu dengan banyak orang

atau temannya. P1 juga adalah orang yang temperamental. P1 sering marah dan

mudah tersulut emosi. Hal ini mulai membaik dan P1 sudah belajar untuk

mengendalikan emosinya, namun semenjak menderita stroke iskemik P1 kembali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

63

pada habitus yang lama yaitu sering marah-marah dan tersulut emosi. Menurut

keterangan keluarga, P1 kembali menjadi pribadi yang temperamental dikarenakan

menurut keterangan medis yang didapatkan keluarga, akibat penyumbatan yang

terjadi disekitaran otak itulah yang menganggu kestabilan emosinya.

P1 mendapatkan serangan stroke pertama pada tahun 2016. Kronologis

kejadiannya adalah P1 dibawa pulang dibantu oleh temannya yang juga berada di

kolam ikan pada saat itu. Menurut keterangan, P1 terbaring lemah disebuh gubuk

dengan badan yang sangat dingin. P1 terbaring disana seorang diri dan beruntung

ada temannya yang menemukan dia, hal ini dikarenakan tempat itu juga sudah gelap

dan sudah tidak ada banyak orang berkumpul disana. Mengetahui hal temannya

langsung membawa P1 untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah, P1 langsung

tergeletak di sofa dengan keadaan seluruh badan dingin dan tidak berdaya. Pihak

keluarga lalu membawa P1 ke IGD Rumah Sakit Panti Rapih untuk mendapatkan

pertolongan. Sesampainya di Rumah Sakit P1 langsung dirawat intensif dan

didiagnosis stroke iskemik.

Pertemuan pertama dengan P1 dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2020

di rumah P1. Pertemuan awal ini bertujuan untuk membangun rapport dengan P1.

Pada pertemuan ini P1 mengungkapkan dirinya siap diwawancara dan

menceritakan pengalaman hidupnya. Wawancara pertama dilaksanakan di rumah

P1 pada pukul 08.30 wib tanggal 16 Agustus 2020. P1 menggunakan baju berwarna

biru dan celana pendel berwarna hitam. Wawancara berlangsung cukup kondusif.

Selama proses, P1 menjawab pertanyaan dengan aktif dan mendetail. P1

menunjukkan beberapa ekspresi ketika wawancara dan hanya sesekali tersenyum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

64

Setelah wawancara berakhir, peneliti memberikan debrief untuk meminimalisir

dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh P1.

Partisipan kedua, P2 adalah salah pekerja yang bekerja di PLN

Yogyakarta. P2 menderita stroke iskemik 2 tahun lalu tepatnya pada 2018 yang

lalu. Umur P2 sekarang adalah 59 tahun. P2 memiliki latar belakang pendidikan

terakhir Sarjana. P2 mulai bekerja pada pukul 7.30 dan pulang pada jam 16.00 WIB.

Untuk keseharian nya P2 menghabiskan waktu untuk bekerja dan pada sore hari

membantu istrinya untuk berjualan angkringan di depan rumahnya. Selain itu pada

sore atau malam hari P2 juga menghabiskan waktu untuk bermain nomor togel.

Untuk keseharian dari P2 ini mempunyai pola hidup yang kurang sehat,

dikarenakan seringnya begadang, kurang makan, makan dengan banyak minyak

dan juga konsumsi rokok yang berlebih. P2 mempunyai postur tubuh yang kecil

namun berisi. Setelah didiagnosis menderita stroke iskemik, P2 menjadi kurus dan

perut yang membesar. Keadaan ini terjadi karena adanya komplikasi penyakit lain

yang diderita oleh P2 setelah didiagnosis stroke iskemik. Penyakit komplikasi yang

diderita ieh P2 meliputi penyakit jantung, liver, hernia, kolestrol dan diabetes.

Keadaan ini membuat P2 menjadi lemah dan harus diawasi oleh significant others

untuk menjalani keseharian aktivitas setiap hari. P2 mempunyai keadaan kaki yang

sudah menghitam dan besar, sehingga P2 cukup kesusahan untuk berjalan, sehingga

P2 harus dibantu untuk berjalan. Keadaan memburuk ini mulai terjadi diawal 2020

dan membuat P2 menjadi lemah dan harus banyak beristirahat. Hal ini lah yang

membuat significant other melakukan pengajuan pensiun lebih awal dibulan

Oktober 2020. Namun, dengan kondisi ini, terutama keadaan pandemic covid-19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

65

membuat P2 mempunyai banyak waktu isitrahat dirumah.

P2 mendapatkan serangan stroke pada tahun 2018 yang lalu. Kronologis

kejadian yang dialami oleh P2 adalah pada saat P2 sedang bekerja, pada pagi

menjelang siang hari, P2 merasa tidak enak badan dan lemas. Dari keadaan ini P2

memutuskan untuk ijin dari kantor dan segera pulang ke rumah. Sesampainya

dirumah pada siang hari sekitar pukul 1 siang P2 segera berbaring di kasur. Pada

saat itu istri P2 menanyakan kondisi dari P2 dan melihat bahwa keadaan ini sangat

jarang terjadi dan melihat terbaring lemas dan badan yang sangat panas, sehingga

membuat istri dan anaknya memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit Panti

Rapih Yogyakarta. Setelah dibawa ke rumah sakit dan dirawat disana P2 ternyata

mendapat serangan stroke dan terjadi komplikasi.

Pertemuan pertama dengan P2 dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2020

di rumah P2. Pertemuan awal ini bertujuan untuk membangun rapport dengan P2.

Pada pertemuan ini P2 mengungkapkan dirinya siap diwawancara dan

menceritakan pengalaman hidupnya. Wawancara pertama dilaksanakan di rumah

P2 pada pukul 11.00 wib tanggal 22 Agustus 2020. P2 tidak menggunakan baju dan

hanya menggunakan sarung dikarenakan keadaan yang cukup panas dan gerah.

Wawancara berlangsung cukup kondusif. Selama proses, P2 menjawab pertanyaan

dengan aktif dan mendetail. P2 tidak menunjukkan beberapa ekspresi ketika

wawancara dan lebih sering melihat ke bawah dan sesekali menghela napas yang

panjang. Setelah wawancara berakhir, peneliti memberikan debrief untuk

meminimalisir dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh P2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

66

Partisipan ketiga, P3 adalah salah pekerja yang bekerja di bagian

laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. P3 menderita stroke iskemik

tahun lalu tepatnya pada bulan Oktober 2019 yang lalu. Umur P3 sekarang adalah

49 tahun. P3 memiliki latar belakang pendidikan terakhir Sarjana. P3 mulai bekerja

pada pukul 7.00 WIB dan pulang pada pukul 14.00 WIB untuk shift pagi sedangkan

untuk shift siang, P3 masuk pada pukul 14.00 WIB dan selesai pada pukul 21.00

WIB. Untuk keseharian nya P3 menghabiskan waktu untuk bekerja dan pada sore

hari pulang kerumah dan membereskan rumah dan biasa dibantu oleh anak-

anaknya. P3 mempunyai pola makan yang kurang baik seperti suka dan sering

makan yang berminyak setiap hari, makan yang serba memicu kolestrol. Meskipun

P3 tau dampak buruk akan pola makannya, namun terkadang P3 tetap melakukan

rutinitasnya. Selain itu P3 bercerita bahwa dirinya adalah orang yang mudah

terbawa perasaaan dan banyak berpikir (overthinking). P3 menjelaskan bahwa

dengan banyaknya berpikir dan terlalu membawa perasaan sikap dan tanggapan

dari orang-orang sekitar yang membuat P3 mudah overthinking dan menyebabkan

stress yang berkepanjangan. Selain itu P3 juga mempunyai riwayat darah tinggi.

Terkadang ketika banyak stress P3 merasakan bahwa itu memicu hipertensinya.

P3 mendapatkan serangan stroke pada tahun 2019 yang lalu. Kronologis

kejadian yang dialami oleh P3 adalah pada saat P3 pulang dari bekerja shift pagi,

pada sore hari dirumah P3, P3 merasa lemas dan badan panas yang tinggi. Melihat

keadaan ini anak dan suami dari P3 cemas dan membujuk P3 untuk pergi kerumah

sakit. Pada saat pertama diajak, P3 menolak dan merasa bahwa dia hanya kelelahan

bekerja. Suami dan anak P3 membawa P3 ke kamar untuk bebaring dan istirahat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

67

Setelah 1 jam, anak P3 melihat kondisi ibunya yang semakin panas disekujur

tubuhnya dan keadaan yang sangat lemas. Anak dan suami P3 memutuskan segera

membawa P3 ke Rumah Sakit Panti Rapih. Saat itu pada pukul sekitar 7 malam, P3

sampai di Rumah Sakit dan dibawa ke UGD. P3 langsung ditangani oleh perawat

dan dokter. Setelah beberapa saat, diberitahukan bahwa P3 mendapatkan serangan

stroke dan langsung opname. P3 dirawat di Rumah Sakit selama 9 hari dan istirahat

di rumah selama 10 hari.

Pertemuan pertama dengan P3 dilaksanakan pada tanggal 8 September 2020

di rumah P3. Pertemuan awal ini bertujuan untuk membangun rapport dengan P3.

Pada pertemuan ini P3 mengungkapkan dirinya siap diwawancara dan

menceritakan pengalaman hidupnya. Wawancara pertama dilaksanakan di ruang

staff Laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih pada pukul 14.33 wib tanggal 11

September 2020. P3 mengenakan seragam batik dinas dengan corak batik berwarna

biru dan menggunakan rok biru tua. Wawancara berlangsung cukup kondusif

namun beberapa kali terganggu dengan angin ventilasi dan angin dari jendela yang

dekat dengan taman. Selama proses, P3 menjawab pertanyaan dengan aktif dan

mendetail. Sesekali P3 mengungkapkan tentang personal hidupnya. P3

menunjukkan beberapa ekspresi ketika wawancara dan memperhatikan pertanyaan

dari peneliti. Setelah wawancara berakhir, peneliti memberikan debrief untuk

meminimalisir dampak negatif yang mungkin dirasakan oleh P3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

68

C.Hasil Penelitian

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan berusaha

mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita

stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-

reflection. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dianalisa menggunakan teknik

analisis isi kualitatif dengan pendekatan deduktif terarah.

1.Pengalaman Proses Regulasi Diri pada Pekerja yang Menderita Stroke

Iskemik

Pekerja yang menderita stroke iskemik mengalami gangguan fungsional dan

perubahan kontrol emosi serta perilaku. Pekerja yang mengalami stroke sulit

melakukan dinamika di lingkungan sekitar dan tempat kerja seperti biasanya

sehingga pekerja yang mengalami stroke iskemik harus dapat melakukan regulasi

diri yang dapat mendorongnya berdinamika lagi dengan kehidupan sehari-hari dan

lingkungan kerjanya. Regulasi dalam penelitian meliputi forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection.

Pengalaman Proses Regulasi Diri Forethought

Pada pengalaman proses regulasi diri forethought, peneliti menemukan

bahwa ketiga partisipan mengalami proses regulasi diri forethought. Hal ini

tampak dari partisipan yang mengungkapkan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

69

P1: “Saya menjaga diri se, dalam hal semua kegiatan saya, saya batasi.

Dalam pekerjaan pun saya juga membatasi diri dan sangat berubah tidak

seperti yang dulu, baik itu di rumah maupun di kantor. Ehem.”

P2: “Ya selama stroke kita banyak istirahat ya yang jelas itu. Jadi aktivitas

banyak yang dikurangi. Tapi tetep menjaga diri, makanan juga dijaga

kedua itu resiko tinggi. Anggep aja mati separo atau stroke berat.”

P3: “Oh iya, hati hati, lebih hati-hati. Ya makan juga harus dijaga, gak anu

apa ck pokoknya gak seperti biasanya apalagi kan nek seusia saya harus

yang udah pernah itu lo. Waktu muda sudah pernah makan anu apa waktu

kurban itu, biasanya makan apa haha. Ya di soto dibuat apa, kambing

dibuat tongseng gitu. Apa-apa kadang semua dimakan gitu lo, nah ini kan

harus bisa memilih yang harus saya kurangi yang harus saya hindari tuh

apa. Jadi tahu diri gitu. Jadi bisa....”

“Nah nah nah beradaptasi yang jangan sampe nanti terulang kembali

seperti itu. Kan kaya gitu kan harus dari anu dari diri kita sendiri to,

walaupun orang lain memberitahu harus gini harus gini, kalo kita gak

melaksanakan ya sama aja.”

Peneliti juga menemukan goal setting atau penentuan tujuan yang

merupakan bentuk dari proses forethought aspek task analysis.

P1: “Ya untuk mendorong kehidupan yang lebih baik jelas, itu ada.

Merubah sikap, merubah langkah hidup jelas. Kenapa saya mempunyai

suatu gambaran cita-cita supaya di kehidupan ini tidak mengecewakan

semuanya, lebih-lebih dalam kehidupan keluarga, saya tidak akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

70

mengecewakan untuk semua anggota keluarga saya dalam kehidupan ini.

Yang saya inginkan semuanya sukses bersama berjalan bersama dengan

baik dan semuanya sampai pada tujuan akhir yang diinginkan masing-

masing anggota keluarga, itu yang menjadi semangat dalam hidup kami.”

P2: “Ya tujuannya tetep kita kembali lagi ke sehat yang normal ya. Tujuan

utamanya kita tuh kembali ke sehat yang normal. Tapi yang Namanya

stroke itu sulit, karena kita harus sabar, sesuai dengan anjuran-anjuran

tadi itu kita harus sabar. Karena itu memang sulit, kalau orang yang sudah

kena stroke, itu kalau kita gak sabar itu malah menambah berat. Makanya

kita harus sabar, melakukan aktivitas biasa, olahraga juga biasa saja, gak

usah yang berat-berat, sehingga badan kita tetep seger dan kemungkinan

besar akan pulih kembali.”

P3: “Iya, iya. Ya itu sama keluarga ya itu ada istilahe memberitahu gitu lo.

Supaya jangan, istilahnya jangan dengan sengaja membikin apa ya,

membuat emosi haha. Nanti disuruh begitu terus mau itu, kalo gak mau itu

ada rasanya gitu lo istilahnya. Terus gak mua gitu jadi ngasih pengertian

nah, istilahe kita harus ngasih pengertian pada anu yang ada di rumah kan

gitu. Nek nek di kantor kan udah, ya emang ada yang mau tahu ada yang

terserah gitu kan ada. Ya kita harus nganu gak gebyah gebyah uyah

menyamakan to tiap pribadi kan beda-beda to. Ho’o kalo di kantor kan

beda-beda.”

Selanjutnya peneliti menemukan bentuk kedua dari analisis tugas yaitu

strategic planning atau perencanaan strategis pada partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

71

P1 : “Ya, langkah-langkah saya, satu, pertama kali saya harus juga

menyadari diri saya. Saya siapa dan saya siapa itu saya sadari. Yang kedua,

setelah saya menyadari itu apa yang saya lakukan maka saya perlu tahap

demi tahap. Tidak bisa yang saya lakukan bersama-sama, maka saya punya

keinginan untuk tahap demi tahap, bukan semuanya kita lakukan dan bisa

berhasil tidak. Tapi yang menjadi em apa, kehidupan saya menjadi

berkembang dengan baik ini adalah saya menyadari bener bahwa

semuanya itu akan tercapai apabila kita berusaha, kita menyadari, dan kita

mau hidup dalam kebersamaan, itu.”

P2 : “Ya kalau kita lihat kondisinya ya. Yang namanya orang stroke itu

tidak, jangka pendek, artinya penyakit itu tidak di wak, dibatasi dengan

waktu, sebulan dua bulan sembuh hehe sebulan dua bulan sembuh itu gak

bisa. Yang penting kita me, mengaktivitas diri, untuk bisa sehat kembali

seperti semula, itu aja.”

P3 : “Oya menjaga nganu apa bisa, bisa mengatur diri sendiri to biasanya.

Mencegah biar gak terulang kembali to. Jadi kita harus pandai-pandai

mengatur em kondisi. Umpamane kondisi kita capek ya udah gak usah

diteruskan gitu lo. Kalo em apa, pokoknya merasa gak enak itu apane mau

sakit tu yo jangan terus diterjang gitu. Heem jadi jangan memaksakan anu

kehendak.”

P3 : “Iya, maunya rumahnya bersih haha. Tiap hari gini harus gini ya tidak

mengharuskan gitu lo istilahnya iya. Tidak mengharuskan tapi yo tetep anu,

yo tetep apa ya, em, tetep jalan terus gitu lo mas. Tidak mengharuskan tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

72

tetep jalan terus apa yang sudah ada baik tu ya udah dikerjakan biasa gitu

lo. Contohnya kalo di rumah pas ama, masak yo jatahe masak yo masak

gitu lo. Trus jangan sampe terus dengan anu udah punya sakit terus gak

masak, terus hanya beli gitu kan ya juga anu to, juga hubungannya dengan

ekonomi juga to kan. Ya tambah hem tambah nganu kan, beda lagi to nanti

hahaha. Kalo sudah gak mau apa-apa gitu kan cuma taunya dicepakke gitu

kan gak mungkin to, walaupun mungkin kita punya sakit tapi tetep harus

anu..”

Peneliti menemukan self-efficacy dari self-motivation beliefs atau

keyakinan motivasi diri. Self-efficacy mengacu pada keyakinan pribadi tentang

memiliki sarana untuk belajar atau cara melakukan secara efektif.

P1 : “Ya emang selama ini yang saya lakukan seperti itu, saya merasa itu

em, lebih mudah dan semuanya itu saya rasakan ada perkembangan yang

baik. Tetapi apabila nanti kami menemukan cara-cara yang lebih lagi kami

juga akan lakukan, dan saya akan menyadari betul. Saya akan membuat

hati saya sendiri tuh lebih senang ya, dalam artian kita lakukan dalam

kehidupan susah, yang kita rasakan dalam hati itu. Kita akan membuang

jauh-jauh itu tapi yang kita rasakan bagaimana cara kita sekarang untuk

coba untuk bisa em, menerima keadaan yang menyakitkan seperti ini dalam

kehidupan hari demi hari kita akan hidup lebih baik lagi.”

P3: “Oh, oh iya ada, ya bisa.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

73

P3: “Iya, mungkin dari itu ya tetep itu seadanya kayak apa pengen tahu apa

gitu kan bisa buka to. Kan sekarang sudah dipermudah to. Kan gak tau jadi

tahu cari di mbah google hahaha.”

Peneliti menemukan bahwasannya partisipan melakukan yang terbaik untuk

keyakinan diri bahwa yang dilakukan sudah semampunya dan melihat kondisi atau

keterbatasan-keterbatasan yang ada.

P2: “Kalau secara efektif ya tidak juga ya. Karena yang punya rutinitas itu

kan kita melakukan tiap hari ya dan semua orang bisa melakukan itu

walaupun tidak sakit. Jadi tapi kita punya kemampuan atau keyakinan

bahwa kegiatan kita itu akan lebih baik untuk menjaga kesehatan kita. Atau

paling enggak kita mengurangi resiko stroke yang lebih berat lagi.”

Peneliti juga mendapatkan bahwa para partisipan mengetahui dan

menyadari outcome expectations. Ekspektasi hasil merujuk pada keyakinan tentang

tujuan akhir kinerja.

P1: “Ya saya tahu apa yang saya rubah itu pasti akan em, mempunyai hasil

yang positif dan hasil yang megatif. Yang positif kita lebih baik lagi, yang

negatif adalah mengurangi em, kebebasan saya dan merasa saya terbatasi

atau dibatasi oleh em, langkah-langkah yang saya lakukan tadi. Jadi tidak

sebebas kalau kita tidak mempunyai batasan-batasan itu.”

P2: “Kalau konsekuensinya ya kita harus ya secara medis mungkin kita

tidak tahu ya, kalo secara medis tidak tahu. Tapi kalo dari seberfungsinya

orang sehat itu pasti bera, berawal dari aktivitas-aktivitas sendiri. Dari

olahraga, dari makan yang bergizi, tidur, istirahat yang cukup, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

74

memikirkan yang lebih berat, atau paling tidak kita mengurangi pikiran-

pikiran yang, yang menyebabkan kita sakit.”

P2: “Kemungkinan besar iya, kemungkinan besar iya. Karena entar kan

kalo secara medis kan dokter yang tahu, bukan kita yang tahu. Tapi untuk

melakukan di luar itu kita yang tahu. Jadi, frekuensi kegiatan kita itu kita

yang ngatur sendiri. Kalo mungkin dokter, kamu harus makan ini makan ini

makan itu, ini dikurangin ini dikurangi tapi kalo itu tidak mengurangi

penyakit kita ya kita gak papa lakukan aja sesuai dengan kebutuhan kita.

Kalo kita butuh makan ya makan aja makan. Jadi kita yakin kalo makanan

itu tidak mengganggu Kesehatan kita. Justru ada yang orang bilang kita

makan sate kambing misalkan, bisa menambah struk, ternyata ya tidak

juga. Karena yang paling utama itu ya pemikiran kita. Pola pikir kita yang

baik.”

P3:” Iya iya bisa, biasanya anak-anak itu yang malah kadang, mbok udah

gak usah hahaha.”

P3: “Nah iya.”

Selanjutnya peneliti menemukan bahwa para partisipan memperoleh

intrinsic interest/value. Pencapaian proses memberikan rasa motivasi intrinsik atau

penilaian yang dapat melengkapi dan bahkan melampaui hasil ekstrinsik.

P1: “Ya untuk memotivasi itu adalah salah satu wujud bahwa kita akan

semakin hari semakin berkembang, semakin hari semakin baik, maka

motivasi saya adalah hidup semakin baik dan hidup dalam berkeluarga

semakin terbuka, hidup dalam keluarga semakin mempunyai sinar dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

75

kehidupan. Yang berarti semuanya bisa menyinari dalam kehidupan maka

semuanya akan senang, akan sampai pada tujuan yang diinginkan oleh

anggota keluarga itu. Menjadi kekuatan yang baik bagi kehidupan saya.”

P2: “Ya harus to. Harus jadi motivasi, karena kalau tidak kita akan lemah.

Kalau lemah kita akan malas. Kalau malas kita tidak punya aktivitas apa-

apa, itu aja.”

P3: “Heem ya.”

(Pada partisipan 3 menunjukkan eskpresi dan jawaban yang flat dan

menyatakan bentuk ekspresif bahwa partisipan menunmbuhkan motivasi

dari proses yang dialami.)

Peneliti melihat bahwa para partisipan juga mempunyai goal orientation

atau orientasi tujuan. Dengan adanya goal orientation ini mempertahankan

motivasi dan meningkatkan akuisisi dan kinerja.

P1: “Ya saya dari hari, em, langkah-langkah yang saya lakukan itu saya

memusatkan dalam kehidupan saya yang utama, yaitu saya ingin

menyukseskan semua anggota keluarga yaitu seperti anak-anak bisa

sekolah, itu adalah bekal yang mereka punyai dan itu adalah hasil daripada

dorongan-dorongan keluarga kami, maka saya pun juga merasa ada suatu

perubahan positif dan mempunyai rasa suatu kebanggaan dalam hidup

saya. Dan ini benar-benar saya rasakan ada suatu perubahan dari anak-

anak saya, maka saya ada suatu dorongan hidup semakin lebih baik, dan

semakin lebih hidup dalam kehidupan di keluarga ini, itu yang saya

laksanakan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

76

P2: “Ya kalau orientasinya jelas ya, kita menuju hidup yang sehat. Yang

penting itu hidup yang sehat, yang kedua itu mungkin akan menambah

kekuatan kita untuk lebih baik. Artinya tidak serangi, tidak terserang stroke

yang kedua kalinya, itu. Dan tujuan kita juga hidup yang sehat.”

P3: “Tujuannya ya selanjutnya ya apa ya istilahe damai, tenang hahaha.

Ya pokoknya bisa, bisa tercukupi gitu lo, bisa cukup gitu lo. Gak usah,

syukur-syukur bisa hahaha. Bisa bantu orang lain gitu lo. La wong kadang

kita bisa bantu orang lain dari ketidakmampuan kita, kekurangan kita, pada

anu bantu saudara yang istilahnya em punya ponakan tuh sambat apa

istilahnya kara covid pandemi ini kan ponakan saya tuh orangtuanya kan

yang satu PHK. Kadang minta itu dikirimi, minta pulsa gitu hahaha. Jadi

apa ya..”

Pengalaman Proses Regulasi Diri Performance/volitional control

Peneliti menemukan bahwa para partisipan melakukan proses untuk

melakukan pengelolaan diri dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

mereka. Pada pengalaman proses regulasi diri performance/volitional control, yang

merupakan proses yang terjadi selama upaya pembelajaran dan mempengaruhi

konsentrasi dan performansi individu.

P1:” Em, kami membagi diri dan akan kami pilah-pilah atau saya pilih-

pilih, mana yang harus saya kerjakan dan mana yang tidak, itu kami sudah

mempunyai, em, pandangan. Kalau dulu kami tidak memikirkan pekerjaan,

semuanya saya lakukan, saya membatasi apabila kami sudah merasa capek,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

77

ya kami berhenti, beristirahat dan lain sebagainya. Itu yang kami lakukan,

langkah yang saya ambil selama ini.”

P2: “Kalau pekerjaan rutin biasa. Rutin biasa kita lakukan, sesuai dengan

aturan perusahaan. Karena perusahaan mungkin juga menyadari kalau

kita baru sakit. Jadi mungkin pekerjaan itu dikurangi semaksimal mungkin

secara fisik maupun pikiran.”

P3: “Gak bisa langsung anu nanti kan yo bertahap istilahnya apa ya, gak

bisa langsung anu apa ya cepet gitu gak bisa, pelan-pelan ya.

Beradaptasinya pelan-pelan, bertahap ehe. Ya kalo sakit kan (brek) cepet

ya, kalo mau sembuh kan emang harus..”

Pada Self-control atau kontrol diri bentuk Self-instruction atau intruksi diri

melibatkan penjelasan secara terbuka atau terselubung bagaimana seseorang

menjalankan tugas. Peneliti menemukan bahwa para partisipan mengetahui dan

melakukan instruksi diri.

P1 : “Ya saya tahu cara-cara membentuk proses yang lebih baik, ya

terjaganya suatu sistem, sistem itu adalah cara yang saya lakukan untuk

dapat berkomunikasi bersama dan keterbukaan, tapi tidak terlewatkan

adanya harga menghargai atau yang saya rasakan adalh untuk saling

menghormati. Itu akan menjadikan suatu kebanggan tersendiri bagi pribadi

saya, saya melihat rasakan senang sekali apabila itu terwujud, suatu

perubahan yang luar biasa bagi saya, itu.”

P2 : “Ya kita anu, apa itu, ck, ya namanya orang sakit ya, orang sakit itu

kan tidak bisa seratus persen beraktivitas, tapi kita bisa mengevaluasi, kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

78

bisa mengetahui, kalau kita aktivitas itu ya sebatas kemampuan kita.

Artinya kalau kita jalam-jalan ya tidak terlalu jauh, kalau senam ya tidak

terlalu lama, gerakannya juga ya tidak terlalu berat, itu aja.”

P3: “Oh sebenernya kalo menghindar itu kan juga, kalo saya kalo malah

menghindar tuh kadang gak bisa e. Kadang malah harus, pengen nganu,

pengen membantu tuh lo. Nek menghindar malah gak bisa, tapi sebatas

nganu lo kalo masih ada hubungannya dengan saya gak masalah mas. Tapi

kalo sudah gak ada hubungan ya ngapain kita memba, nganu nanti malah

tambah, tambah apa ya pikiran nanti, menambahi pikiran kita. Jadi kalo

sesuai dengan ada hubungannya, maksudnya gitu gak papa kita terus

jangan menghindar, malah apa ya istilahnya bertemu gitu lo. Misalnya, opo

kan gak boleh kalo ada masalah apa masalah keluarga terus menghindar

kan gak boleh.”

Peneliti menemukan bentuk imagey (Perumpamaan atau pembentukan

gambar mental) adalah teknik kontrol diri lain yang banyak digunakan untuk

membantu penyandian dan kinerja pada para partisipan.

P1: “Iya, proses dalam membentuk diri saya itu satu, tidak dikecewakan.

Karena orang yang dikecewakan itu akan lama sekali untuk bisa

menghilangkan atau terobati, karena banyak hal yang harus dilakukan,

atau langkah-langkah, proses-proses itu lama, itu. Yang kedua, dalam

membentuk diri saya itu, saya juga ingin menerima, mendambakan suatu

perhatian, dari seluruh unsur. Baik itu anak, istri, orang lain, teman, dan

lain sebagainya. Itu ada perhatian, itu sangat saya dambakan, itu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

79

menjadikan positif, saya akan semakin baik dan itu pasti akan merubah

segala-galanya dalam kehidupan kami, untuk kemajuan yang lebih baik.

Tidak hanya sekedar pribadi, tapi orang lain juga dan kebersamaan, itu

yang saya rasakan, ehem, ehem. Itu langkah-langkah yang saya lakukan,

langkah-langkah yang harus saya jalani.”

P1: “Ya, bayangan yang saya lakukan itu sungguh indah, sungguh baik

dan sangat kami temukan hari demi hari saya akan menemukan hal yang

seperti itu. Bukan em, yang saya terima suatu kekecewaan, itu sungguh

jauh daripada pemikiran saya yang, menjadi pemikiran saya begitu

semuanya akan saya dapatkan, apabila semuanya itu mengerti keadaan

saya. Saya tidak bisa bebas, tapi saya harus mengendalikan diri dan saya

tahap bertahap itu juga akan berubah. Tidak bisa kebiasaan itu dirubah

dengan begitu saja, tapi juga ada proses dalam perubahan saya itu,

sekarang haru begini, sekarang begitu ya, tidak. Proses perjalanan yang

orang lain belum tentu bisa melakukan, itu. Itu yang saya lakukan dari

hidup hari ke hari, itu yang saya rasakan.”

P2: “Kalo soal bayangan atau kita membayangkan hidup yang baik tuh

semua orang ke a ke arah sana ya, semua orang pasti arah ke sana.

Walaupun dia tidak sakit, tapi arahnya juga ke sana. Apalagi orang yang

sakit, tujuan utamanya tu sembuh dan arah yang lebih baik dari pada yang

sebelumnya, itu.”

P3: “Heem iya. Lagi, apa ya, seandainya hasilnya stabil kayak di itu tensi,

tensinya dia kasih baik kan berarti sudah nganu..”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

80

P3: “Ho’o hahaha. Jangan sampe anu kan yo malah gak ke arah

perbaikan to nanti malah iya.”

(Partisipan ketiga menjelaskan lebih dalam pada probing ketika proses

dalam membentuk diri ke arah yang lebih baik terus dilakukan dengan

mengontrol stabilitas emosi dan terus mengontrolnya untuk lebih baik lagi

sehingga hasil yang akan didapatkan akan maksimal)

Peneliti menemukan adanya attention focusing atau pemusatan perhatian

pada partisipan, dirancang untuk meningkatkan konsentrasi seseorang dan

menyaring proses terselubung lain atau peristiwa eksternal.

P1: “Saya dapat memfokuskan apa yang saya lakukan tidak bisa bersama-

sama, tapi satu demi satu, tahap demi tahap. Hari ini saya pengen seperti

ini dan begini, itu yang saya lakukan dan fokus untuk itu, maka tidak bisa

kalau baru dalam perjalanan fokus gitu trus diuputus untuk melakukan yang

lain, itu kami tidak bisa. Yang jelas tahap demi tahap satu demi satu

semuanya akan berhasil dan tidak berhenti di tengah jalan. Gambaran-

gambaran itu jelas sudah saya lakukan dan itu jelas sudah saya dapat

merasakan walaupun begitu berat, tapi kami tidak merasa begitu berat,

karena yang saya lakukan adalah penuh dengan kesadaran dan

menyenangkan. Adanya hanya senang, yang saya lakukan adanya senang,

tidak mengecewakan tidak dikecewakan, itu yang saya lakukan.”

P3 : “Iya la iya konsentrasi. Kalo gak konsentrasi nanti anu em gak sesuai

tujuannya nanti. Harus fokus maksudnya gitu iya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

81

P3: “Iya heem iya, nanti kalo mlengo sedikit tuh kan.. apalagi di kerjaan

tuh harus konsentrasi penuh itu, kalo enggak..”

Peneliti juga menemukan bahwa partisipan melakukan pengelolaan diri

berdasarkan kemampuan yang disesuaikan dan tidak ingin menfokuskan setiap hari.

P2: “Kalau konsentrasi tidak, artinya kita tidak harus setiap hari

melakukan itu tidak. Karena kita punya aktivitas yang lain. Jadi kalau kita

kepingin melakukan ya lakukan lah. Tapi paling tidak kalau kita olahraga

ya antara lima sampai sepuluh menit itu kita olahraga. Sesuai dengan

kemampuan kita.”

Selanjutnya peneliti menemukan bentuk task strategies atau strategi tugas pada

para partisipan dimana strategi tugas ini membantu pembelajaran dan kinerja

dengan mengurangi tugas ke bagian-bagian penting dan mengatur ulang bagian-

bagian secara bermakna

P1 : “Ya, saya punya, punya cara, cara tersendiri dan cara-cara itu

mungkin kurang disadari oleh orang lain, yang jelas langkah saya, tahap

saya itu ada. Dan itu sudah rencana pada diri saya ada dan yang jelas

rencana itu adalah positif. Dan kami tidak mau juga mengecewakan orang

lain tapi ikut bersama-sama mari kita, membuat, merubah menjadi

semuanya senang, memuaskan, dan semua akan menerima hasil yang

terbaik bagi kehidupan. Langkah-langka saya itu dan tentunya langkah itu

yang tahu adalah diri saya sendiri, bukan orang lain. Dan orang lain hanya

tinggal melihat, oh kenapa dia begini, begini, begitu, dan udah tahu saya

berproses itu. Itu yang saya lakukan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

82

P1: “Strategi saya yang saya lakukan untuk merubah menjadi lebih baik

adalah cara, cara, karena semakin hari kami juga mulai berproses.

Strateginya itu adalah cara, langkah-langkah saya, hari demi hari akan

tidak ada kesamaan, tapi pasti akan ada suatu perbedaan, perbuatan

langkah yang saya lakukan itu pasti berubah-ubah. Tapi itu adalah suatu

cara yang harus saya lakukan dan itu akan menemui suatu keberhasilan.

Dan akhirnya saya juga akan merasakan adanya keberhasilan, walaupun

belum sempurna tapi sudah bagian-bagian sudah merasa saya rasakan.

Tentunya dalam kehidupan saya, yang saya, kesehatan saya, trus untuk

berkomunikasi dengan orang lain, itu sudah hasilnya dengan baik. Hanya

masih banyak hal yang saya lakukan, dalam hidup kami, dalam hidup

berkeluarga, dalam hidup bermasyarakat dan bersama orang lain.”

P2: “Ya kalau strateginya ya kita ya, gimana ya, Namanya orang sakit itu

kan tidak berfokus dengan jam tertentu. Misalkan saya harus bangun jam

lima, harus kita bangun jam tujuh, kan tidak. Tapi kita tetap bangun pagi,

misal kan kita aktivitas senam atau kita olahraga ringan, atau ya seperti

biasa orang hidup di rumah tangga”

P3: “Sabar.”

P3 : “Ho’o sabar. Yakin, sabar”.

Pada aspek self-observation, peneliti memaparkan bentuk dari pengamatan

diri seperti self-recording atau pencatatan diri sendri dan self-experimentation atau

eksperimen diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

83

Peneliti menemukan adanya self-recording pada para partisipan yaitu

teknik pengamatan diri yang umum yang dapat meningkatkan kedekatan,

keinformatifan, akurasi, dan valensi umpan balik (Zimmerman & Kitsantas, 1996).

P1: “Ya, saya mengamati. Pengamatan diri saya adalah saya mengamati

saya pribadi suatu perubahan-perubahan. Pengamatan saya ternyata ada

suatu perubahan-perubahan. Oh, setelah saya berbuat perubahannya

seperti ini, kalau saya tidak berbuat juga ada perubahan seperti ini. Saya

melangkah ternyata hasilnya seperti ini, itu ada semuanya ada. Dan itu

saya amati betul, sikap, langkah, dan cara-cara yang positif, dan itu tidak

disia-siakan. Itu cara-cara yang saya amati ternyata hasilnya akan efektif

dan bagus sekali.”

P3: “Oh itu, oh iya ada, ada. Karena itu membantu ya.”

Peneliti juga menemukan bahwa partisipan tidak melakukan pencatatan diri.

P2: “Oh kalau itu tidak ya, karena saya tidak punya jadwal atau program

tertentu untuk melakukan itu. Karena kalau kita punya schedule seperti itu,

kita ya harus punya catatan tertentu. Misalkan hari pertama itu kita jalan-

jalan seratus meter misalkan gitu. Atau jalan paling lama lima menit itu,

terus besok kita tingkatkan atau gimana itu. Itu kita harus punya schedule-

nya, jadi kita bisa mengevaluasi. Itu kita tidak punya, ya rutinitas biasa aja

yang kita bisa lakukan.”

Peneliti menemukan adanya self-experimentation atau eksperimen diri

pada para partisipan. Pengamatan diri dapat mengarahkan pada siklus eksperimen

diri (Bandura, 1991). Ketika pengamatan diri terhadap variasi alami dalam perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

84

tidak memberikan informasi diagnostik yang menentukan, orang dapat terlibat

dalam eksperimen pribadi secara sistematis memvariasikan aspek-aspek fungsi

mereka yang dipertanyakan.

P1: “Ya, kemungkinan yang saya amati ini, apakah dalam tindakan saya

itu tidak tepat waktunya, salah satunya. Atau yang kedua itu tidak ada

pemahaman dari orang lain menjadikan saya akan merubah cara yang

harus saya lakukan. Itu perubahan-perubahan itu jelas sekali. Yang tidak

bisa lepas dari pada kehidupan diri saya sendiri. Saya mengamati ada hasil

yang bagus dan ada yang masih dalam perjalanan saja sudah diputus, maka

akan mengulangi dengan cara yang lain. Itu yang saya amati, saya

merasakan semuanya.”

P1: “Ya saya memahami penyebab-penyebab, alasan-alasan semua yang

saya hadapi. Bagaimana? Mengapa? Ketidakmunculan itu, atau

ketidaksesuaian, atau tidak sejalan, atau tidak dimengerti orang lain apa

sebabnya, maka saya mengoreksi diri ternayat seperti ini, ternyata seperti

itu, dan lain sebagainya. Maka saya koreksi, saya buka lembaran demi

lembaran, maka akhirnya juga akan menemukan lembaran-lembaran itu

dari awal hingga saat perjalan hidup saya saat ini. Dan saya tidak

mengelak bahwa kehidupan saya memang banyak kekurang ya, banyak

sekali kekurangan. Waktu saya belum bisa menerima pemikiran orang lain,

tapi sekarang sudah bisa menerima pemikiran orang lain. Kadang saya

tidak mau dikecewakan, tapi banyak orang yang mengecewakan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

85

sebagainya, itu dalam analisa dalam kehidupan dalam hidup kami, yang

jelas seperi itu.”

P2: “Itu kita pahami juga, tapi kalo untuk hal-hal yang terkait untuk seperti

merokok itu kita tidak bisa mencegah diri karena kita ya tahu sendiri kalau

orang sudah merokok itu artinya sulit kita kendalikan, mau tidak mau kita

juga merokok. Tapi bagi orang yang punya penyakit stroke, baik ringan

maupun berat, itu kalau bisa dihindari, bahaya merokok atau makanan

yang artinya yang mengganggu kita kembali ke stroke lagi. Jadi yang

kandungan kolesterol yang tinggi atau mungkin gula yang tinggi dan

sebagainya.”

P3: “Em yang menghambat tuh ya kadang malah dari diri sendiri kan. Iya

dari diri sendiri, apa ya, dari dalam diri sendiri malah kadang-kadang tuh.

Jadi antara em apa ya tindakan sama anu sok gak sama pernah. Itu

menghambat itu, hati nurani sama yang nganu kan harusnya sama, nah itu

pernh gak sama tuh jadi menghambat betul. Jadi harus sejalan, pernah tapi

yo jarang.”

Pengalaman Proses Regulasi Diri Self-reflection

Proses yang terjadi setelah upaya belajar dan mempengaruhi reaksi individu

terhadap pengalaman itu. Refleksi diri ini, pada gilirannya, mempengaruhi

pemikiran tentang upaya pembelajaran selanjutnya, sehingga melengkapi siklus

regulasi diri. Dua proses refleksi diri yang terkait erat dengan pengamatan diri: Self-

Judgment atau penilaian diri dan Self-reaction atau reaksi diri. Pada pengalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

86

proses regulasi diri self-reflection, peneliti menemukan bahwa partisipan

melakukan refleksi pada diri sendiri untuk proses regulasi dirinya.

P1: “Dalam mengevaluasi diri, dalam pekerjaan saya memang sudah

komitmen pada diri saya sendiri bahwa apa yang saya lakukan itu saya

batasi dan saya utamakan yang diperlukan oleh banyak orang, itu saya

utamakan. Yang untuk diri sendiri, itu kami sangat kurangi, maka yang

diinginkan banyak orang itu saya utamakan, jadi tidak berpikir diri sendiri

berarti yang kami butuhkan adalah banyak orang, keinginan orang,

kebutuhan orang lain maka itu yang saya lakukan. Tapi perlu diperhatikan

bahwa kekuatan saya tidak se, sama dengan yang dulu, maka saya juga

perlu batasan itu saya perhatikan betul, itu yang saya lakukan selama ini.”

Peneliti menemukan bahwa partisipan tidak melakukan refleksi diri.

P2 : “Ya secara global enggak ya kalau evaluasi ya. Karena kita sudah

capek untuk kerja di kantor, pulang ya seperti biasa aja. Istirahat, aktivitas

biasa, tidak melakukan hal-hal yang sifatnya menguras energi atau

pemikiran. Jadi banyakin istirahat. Makanan seu, sesuai dengan anjuran.

Jadi tidak bertentangan dengan apa yang dianjurkan oleh dokter.”

P2: “Ya heem, karena kalau kita mengevaluasi tuh kita juga kesulitan

karena kita gak punya data medis yang baik. Artinya kita setelah struk ni

yang seperti apa to? Struk ni ya seperti ini ni. Kita hanya melakukan apa

yang sesuai anjuran dokter aja. Bangun pagi ya kita senam biasa, senam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

87

biasa lima menit sampai sepuluh menit. Terus kita berjemur, juga di jam-

jam tertentu selama hampir satu jam atau setengah jam lah, itu aja.”

Selanjutnya peneliti mendapatkan bahwa partisipan melakukan refleksi diri

berdasarkan dari orang lain yang ada disekitarnya.

P3: “Oh, oh itu mungkin nganu yang menilai kan temen kadang. Kadang

temen tuh malah mengingatkan, yang mengingatkan saya keadaan saya tuh

lo. Anu, udah, udah nganu belom, udah minum obat belom, kadang malah

ada yang, yang peduli gitu lo. Ada kepedulian dari em ya, baik dari orang

rumah, baik dari temen kerja. Pokoknya di sekitar situ lo, tapi yang tahu

persis dengan kondisi saya. Nah kepedulian iya, ada kepedulian dari

sesama rekan kerja, kepedulian dari dalam keluarga, itu kan biasanya gitu

to. Dan saudara-saudara juga kan gak tau to saudara-saudara.”

Peneliti menemukan bahwa partisipan melakukan self-judgement. Self-judgement

atau penilaian diri melibatkan evaluasi diri terhadap kinerja seseorang dan

menghubungkan signifikansi kausal dengan hasil.

P1: “Ya tadi saya me, mengevaluasi diri, tahap-tahap yang saya lakukan.

Dari awal saya menyadari saat ini pun saya lakukan. Banyak hal yang se,

ternyata ada kesesuaian dan ada yang tidak kesesuaian. Ada yang

menggembirakan tapi ada yang mengecewakan. Ada yang memuaskan tapi

banyak sekali yang mengecewakan. Hal-hal seperti itu menjadikan ehem,

saya mengoreksi kembali mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa hal ini

bisa muncul, maka saya akan koreksi, dan saya akan merubah em, saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

88

akan mengupayakan yang lebih baik lagi, dari pada yang sudah kami

jalankan kemaren. Itu yang saya lakukan, saya menyadari bahwa banyak

kekurangan ada, tapi saya berusaha untuk memperbaiki, bagaimana cara

saya memperbaiki, maka saya itu perlu memproses perjalanan, kesadaran,

dan penuh dengan pengertian. Itu yang saya lakukan pengamatan saya,

yang semua sudah saya jelaskan tadi, menjadikan kekuatan dalam hidup

kami dan merubah sikap-sikap saya.”

P3: “Iya, saya paling tidak ada minta maaf gitu mesti. Ambil pasien pun

kalo gak dapet rasanya wes, ambil sampel darah itu sekali gak kena tuh

sudah rasanya tuh merasa bersalah. Sudah sakit kok di ehe ya to. Jadi

kecewa tuh lo kok gini ya, gak bisa ya, kan perasaannya mesti ya selalu

timbul juga, spontan lah mas itu. Em tapi ya kadang kalo waktu kita bisa

ngambil ya itu udah sesuai tugas kita jadi ya itu biasa-biasa aja. Tapi kalo

sampe gak bisa ya wis malah jadi pikiran, memikirkan, malah tambah

pikiran banyak tuh bisanya hanya minta maaf itu. Dah kalo dah minta maaf

rasanya ya berkurang to bebannya.”

Selanjutnya peneliti mendapatkan bahwa partisipan tidak melakukan

penilaian diri.

P2: “Melakukan penilaian sej, dari, dari tadi kita gak evaluasi ya, karena

kita gak punya schedule-nya. Kita melakukan hal itu berapa menit atau

berapa jam. Jadi kita tiap-tiap hari tidak bisa menilai atau mungkin tiap

bulan tidak bisa mengevaluasi, yang jelas kita rutinitas aja melakukan hal-

hal seperti itu. Tapi tujuannya kita untuk lebih sehat lebih baik.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

89

Peneliti mendapatkan bahwa para partisipan melakukan causal attribution

atau atribusi kausal. Penilaian atribusi ini sangat penting untuk refleksi diri, karena

atribusi kesalahan pada kemampuan tetap mendorong individu untuk bereaksi

negatif dan mencegah upaya untuk meningkatkan (Weiner, 1979).

P1: “Ya menyadari keadaan diri saya sendiri dalam kehidupan saya.

Setiap orang pasti mempunyai keinginan, setiap orang pasti akan

mempunyai suatu perubahan, yang jelas terpusat pada suatu kesenangan,

kebahagiaan, bukan suatu kekecewaan. Karena hal itu dalam perjalanan

banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi. Dan itu tentu setiap orang

akan bisa sama, itu juga sulit sekali dilakukan.”

P3: “Ho’o iya bisa. Karena ketidaksiapan itu, terus karena kurang kete,

opo yo, kurang perhitungan kadang iya.”

P3: “Jadi kadang-kadang gak gampangke ya. Em mungkin anu tentang

bayar itu apa bayar SPP anak, anak seko apa kuliah itu ya. Em ini em anu

targetnya hari ini harus bayar atau ternyata anu apa yang dipokokkan

tuh sudah berkurang itu lo. Sudah kurang jadi kan biasa untuk ini untuk

yang lainnya, kan gak sesuai harapan kita to. Padahal itu harusnya

sebenernya untuk ini tapi kok untuk yang lain, apa to yang lainnya tuh

juga anu juga butuh juga.”

Peneliti menemukan partisipan yang tidak melakukan causal attribution

atau atribusi kausal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

90

P2: “Kalau mengaitkan juga tidak, tapi kita tahu persis apa yang kita

lakukan tuh yang terbaik. Artinya hal-hal yang tidak kurang baik untuk

kita ya sebisa mungkin kita hindari. Contohnya olahraga berat kita lari-

lari, ya kita gak usah lari-lari. Karena kita kalau lari-lari kalau orang

stroke kan gak bisa. Kalau yang sifatnya kenceng atau banter atau keras,

ya kita cukup jalan-jalan aja. Resiko tetep kita jaga, karena kalau resiko

tidak kita jaga ya nanti kita yang menanggung akibatnya. Dari situ kita

bisa ya kalo kita kecapekan gitu kalo orang struk bisa kena lagi yang

kedua atau struk yang kedua, struk yang kedua tuh lebih parah daripada

struk yang pertama.”

Pada bagian self-satisfaction atau kepuasan diri melibatkan persepsi

kepuasan atau ketidakpuasan dan pengaruh yang terkait dengan kinerja seseorang.

Ketika kepuasan diri dibuat bersyarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan,

orang memberikan arahan untuk tindakan mereka dan menciptakan dorongan diri

untuk bertahan dalam upaya mereka. Peneliti menemukan self-satisfaction pada

para partisipan.

P1: “Iya untuk kepuasan saya bisa melihat dari hasil yang dilakukan oleh

orang-orang yang saya biayai. Di sisi lain ada merasa kekecewaan suatu

menghargai, atau kurangnya dihargai, dan kurangnya untuk mengetahui,

mengerti apa yang saya lakukan. Yang jelas orang lain itu adanya hanya

em, atau orang lain itu tidak mau melihat usaha, upaya yang saya

lakukan, maka itu menjadi suatu kekecewaan pada diri saya. Dan itu saya

juga mensikapi apa yang harus saya lakukan. Sampai sekarang pun saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

91

juga menganalisa terus ada perubahan tapi ada yang tidak berubah dan

ada yang em muncul permasalahan baru dan sebagainya.”

P1: “Yang menjadi pokok dari pada kehidupan saya. Yang saya sendiri

pun juga ya menyadari bahwa saya tuh sudah semakin hari semakin

banyak bertambah usia, maka saya pun juga mengingat orang yang masih

muda-muda, saya pun juga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan anak-

anak muda.”

P2: “Kalo puas ya kita koreksi diri ya, kita sebenarnya sudah cukup atau

tidak, karena kalo yang namanya puas itu kalo kita merasakan sudah

cukup sehat atau sudah sehat itu kita puas. Tapi kalau kita belum

merasakan sehat atau cukup sehat itu kita belom puas, itu aja. Jadi hasil

yang kita lakukan itu istirahat cuma menjaga diri supaya kita tidak kena

yang kedua, mengurangi resiko, itu aja.”

P3: “Em iya melihatnya. Ya kalo puas ya kalo pas kita kerja sesuai

dengan target kita bisa selesai, tidak ada masalah, hasilnya baik-baik

aja itu puas. Tapi kalo gak puas ya itu kalo ada yang merasa kecewa,

ada yang merasa apa ya sakit hati mungkin ya, kan bisa to itu. Itu jadi

merasa dirinya tidak bisa apa ya, ya tidak puas dengan dirinya sendiri

hahaha. Mengecewakan orang lain tuh masuk anu pribadi saya tidak

puas dengan diri saya.”

Selanjutnya kesimpulan adaptif atau defensif adalah kesimpulan tentang

bagaimana seseorang perlu mengubah pendekatan regulasi diri selama upaya

berikutnya untuk belajar atau melakukan tindakan. Kesimpulan adaptif penting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

92

karena mengarahkan orang ke bentuk regulasi diri kinerja yang baru dan berpotensi

lebih baik, seperti dengan menggeser tujuan secara hierarkis atau memilih strategi

yang lebih efektif. Sebaliknya, kesimpulan defensif berfungsi terutama untuk

melindungi orang tersebut dari ketidakpuasan. Reaksi diri yang defensif ini

termasuk ketidakberdayaan, penundaan, penghindaran tugas, pelepasan kognitif,

dan apatis sehingga terlepas dari perlindungan yang dimaksudkan, mereka pada

akhirnya membatasi pertumbuhan pribadi. Peneliti menemukan bahwa para

partisipan melakukan bentuk adaptive-defensive (adaptif-defensif).

P1: “Ya jelas itu ada suatu perubahan indikasi yang sangat baik dan

tentunya em, itu ada pada diri saya. Setiap em orang melakukan

berubah, memperbaiki. Yang sudah baik kita pegang, yang sudah baik

kita rubah menjadi baik, yang kurang pas kita pas kan, semuanya itu

akan merubah dari pada sikap-sikap, dari kehidupan kita, kepuasan

maupun tindakan yang harus kita lakukan pada orang lain. Menjadi

bekal hidup, semakin hari saya semakin lemah dalam hal berpikir, dalam

hal bekerja, dalam hal kehidupan yang selama ini saya lakukan, itu

sangat-sangat berubah dari pada kehidupan saya waktu masih muda, itu.

P1: “Ya dalam hal hambatan dalam bekerja memang sudah saya

utarakan tadi bahwa saya tidak bisa seperti kemaren lagi. Dalam bekerja

saya masih perlu menyaring dan membagi apa yang harus saya lakukan,

dan itu pasti tidak full seratus persen seperti kemaren. Yang jelas saya

melakukan sa, pekerjaan yang saya lakukan itu sangat dibutuhkan oleh

orang lain, itu”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

93

P2: “Ya kita lihat dulu kondisi kita, kalo kondisi kita tu semakin baik,

kondisi kita semakin sehat, mungkin kita tingkatkan kegiatan kita. Tapi

kalo kondisi kita tidak semakin baik, tidak semakin sehat, ya kita harus

mengatur ulang, artinya kalau kemaren jalan seratus meter ya kita

kurangi tujuh puluh lima meter, misalnya gitu. Kalau kita bisa muter satu

stadion satu kali, berarti tuh jangan satu kali, setengah, setengah

putaran saja kita istirahat, itu aja.”

P3: “Ya ya dari pengalaman itu harus lebih hati-hati, harus lebih opo

yo, em bisa memilah-milah mana yang harus di, didahulukan

kepentingan mana yang harus kita apa dahulukan pokoknya. Apalagi

sudah ada itunya, kayak apa em, tanggal-tanggal opo yo, ketentuan

waktunya tuh lo. Sudah ada waktu-waktu tertentu yang sudah ditentukan

gitu lo, makanya anu bulan ini tanggal ini harus sudah, paling lambat

tanggal ini, jadi harus sudah memilih gitu lo untuk mempersiapkan. Bisa

dipersiapkan sebelumnya itu. Lebih hati-hati lagi dalam anu mengambil

keputusan tuh jadi gak.. yang lebih penting, yang emang harus dilakukan

tuh ya udah, jangan ya, itu ya itu jangan untuk yang lainne, ya bisa

memilah-milah.”

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti menyimpulkan tiga proses

regulasi diri yang terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan

self-reflection ada dalam tahap hasil sesuai dan muncul dalam ungkapan para

partisipan. Pada bagian ini proses regulasi diri dilakukan oleh para partisipan dan

menjalani setiap tahap dari proses tersebut. Berikut ringaksan hasil penelitian pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

94

tabel 5.

Tabel 5

Ringkasan Hasil Analisis Regulasi Diri

Proses Regulasi

Dri

Tahap Indikator Kode P1 P2 P3

1.Forethought Goal Setting ( individu melakukan penetapan

tujuan)

C1 V V V

Strategic Planning (perencanaan strategis) C2 V V V

Self-efficacy(keyakinan pribadi) C3 V - V

Outcome expectations(keyakinan individu untuk

berekspektasi sesuai yang diinginkan)

C4 V V V

Intristic interest/value (pencapaian proses

memberikan rasa motivasi intrinsik atau

penilaian yang dapat melengkapi dan bahkan

melampaui hasil ekstrinsik individu)

C5 V V V

Goal orientation (Orientasi tujuan) C6 V V V

2.Performance

or Volitional

control

Self-instruction (Instruksi diri individu dalam

menjalankan tugas)

D1 V V V

Imagery (perumpamaan atau pembentukan

gambar mental oleh individu)

D2 V V V

Attention focusing (pemusatan perhatian dan

konsentrasi individu)

D3 V - V

Task strategies (strategi tugas oleh individu) D4 V V V

Self-recording (teknik pengamatan diri) D5 V - V

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

95

Self-experimentation (pengembangan

eksperimen diri individu)

D6

V - V

Proses Regulasi

Dri

Tahap Indikator Kode P1 P2 P3

3.Self-reflection Self-judgement (penilaian diri kinerja individu) E1 V - V

Causal attribution (atribusi kausal tentang hasil) E2 V - V

Self-satisfication (kepuasan kinerja diri) E3 V V V

Adaptive-defensive (kesimpulan bagaimana

individu perlu mengubah pendekatan regulasi

diri selama upaya berikutnya untuk belajar atau

melakukan tindakan

E4 V V V

Ringkasan hasil analisis ini menunjukkan bahwa pada tabel yang diberikan

label “v” menunjukkan bahwa partisipan menjalani atau ditemukan fase sub

komponen pada proses regulasi diri. Untuk indikator “-“menunjukan tidak

ditemukannya atau partisipan tidak melewati fase subkomponen proses regulasi

diri.

D.Pembahasan

Pada bagian ini, peneliti akan membahas penemuan terkait hasil wawancara

yang telah dilakukan pada partisipan. Peneliti akan membahas secara umum

mengeksplorasi pengalaman proses regulasi diri pada pekerja yang menderita

stroke iskemik terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-

reflection. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan kekuatan dan kelemahan dari

penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti juga akan memaparkan keterbatasan penelitian

sehingga para pembaca bisa memahami hasil penelitian ini dalam konteks spesifik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

96

Lalu peneliti akan mencoba menginterpretasi temuan-temuan wawancara dengan

cara membandingkan hasil atau perbedaan respon setiap partisipan serta

mengaitkan temuan-temuan tersebut dengan penelitian terdahulu.

Secara umum, partisipan melakukan proses regulasi diri terkait dengan

forethought, performance/volitional control, dan self-reflection. Partisipan

mengungkapkan bagaimana pengalaman proses regulasi diri yang sudah dijalani,

seperti bagaimana partisipan menerima keadaan setelah medapatkan diagnostik

penyakit stroke. Konsep regulasi diri yang baik pada pekerja yang mengalami

stroke iskemik adalah individu dapat secara efektif beradaptasi terhadap

lingkungannya dan mampu membuat kemampuan kontrol diri terhadap proses

psikologi dan perilakunya (Ghufron & Rini Risnawati, 2014).

Pekerja yang menderita stroke iskemik yang dapat menerima kenyataan

bahwa dirinya sakit namun dapat memberikan respon positif dan kontrol diri yang

lebih terarah sehingga individu tersebut dapat mengembangkan kualitas dalam

dirinya dan mengurangi perilaku yang merugikan seperti marah-marah,

temperamen, merasa hopeless, atau cerminan negatif tentang dirinya.

Dalam proses meregulasi dirinya, ketiga partisipan telah melalui tiga

tahapan proses regulasi diri dan telah berhasil melakukan regulasi diri mereka atas

proses pengalaman mereka sebagai pekerja yang menderita stroke iskemik. Ketiga

partisipan telah melalui tiga tahapan proses regulasi diri Menurut Zimmerman

(dalam Boekarts et al., 2000) regulasi diri atau self regulation mencakup tiga

proses, yaitu: forethought, performance/volitional control, dan self-reflection. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

97

ini tampak terkonfirmasi melalui adanya indikator-indikator perilaku pada setiap

tahapan dari hasil wawancara ketiga partisipan. Walaupun demikian, terdapat

beberapa perbedaan indikator perilaku yang muncul pada ketiga partisipan. Hal ini

mencerminkan perbedaan dinamika proses regulasi diri para partisipan.

Peneliti menilai kekuatan yang ada pada penelitian ini terletak pada metode

yang digunakan untuk memastikan kredibilitas data. Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan pekerja yang menderita stroke iskemik, peneliti mengetahui

bahwasanya para partisipan terbuka dengan pengalaman proses regulasi diri dan

mau membagikan pengalaman secara eksplisit dan jelas. Dalam hal ini peneliti telah

melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan fakta

pengalaman yang dialami yang meliputi (1). Pembuatan Thick Description.

Deskripsi mendalam (Thick Description) yang dilakukan peneliti untuk

memaparkan temuan-temuan yang ada. Penyajian deskripsi yang dilakukan peneliti

rinci tentang setting atau lingkungan penelitian serta memaparkan tema dengan

berbagai macam perspektif atau sudut pandang dari orang yang cukup paham

dengan penelitian ini. (2). Member Checking atau pengecekan kembali pada

partisipan. Untuk memastikan keakuratan temuan-temuan berupa tema-tema,

peneliti melakukan pemeriksaan kembali tema-tema yang ditemukan peneliti

dengan partisipan. (3). Audit eksternal, peneliti berdiskusi dengan satu orang koder

tambahan sebagai audit eksternal untuk melakukan crosscheck hasil analisis data

sehingga pengolahan data lebih akurat (4). Triangulasi dengan significant others

yang mendampingi partisipan sehingga data yang dihasilkan memiliki kredibilitas

yang baik. Di sisi lain, penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

98

meliputi partisipan penelitian yang tersedia dan keterbatasan waktu dalam

melakukan rapport dengan calon partisipan. Pada wawancara yang dilakukan juga

peneliti harus bisa menggunkan waktu dengan ekfektif dan efisien dikarenakan

waktu yang dimiliki para partisipan terbatas terutama partisipan dengan kondisi

lemah dan harus segera istirahat. Selain itu peneliti menemukan bahwa partisipan

harus diberikan penjelasan yang jelas sehingga peneliti sering melakukan probing

agar partisipan dapat memahami pertanyaan yang diajukan dengan jelas. Pada sisi

lain dari segi waktu, peneliti merasa belum terlalu banyak melakukan pendekatan

atau rapport dengan calon partisipan sehingga ada kemungkinan bahwa ada data-

data yang belum tergali atau teridentifikasi dengan baik.

Secara umum, hasil penelitian yang telah berhasil mengungkap tiga tahap

proses regulasi diri sesuai dengan paparan teori Zimmerman terkait regulasi diri

atau self regulation mencakup tiga proses, yaitu: forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection. Pada tahap forethought peneliti

melihat bahwa ketiga partisipan memahami bahwa para partisipan menderita sakit

stroke dan memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk menjadi lebih

baik didalam pekerjaannya. Peneliti menemukan bahwa para partisipan menyadari

bahwa dengan adanya stroke iskemik ini dapat membatasi dinamika para partisipan

dan memikirkan apa yang harus dilakukan setelah menderita stroke iskemik ini

dengan cara memberikan batasan-batasan tertentu untuk beradaptasi dengan

keadaan baru ini.

Pada tahap ini juga hasil penelitian menunjukkan bahwa para partipan juga

melakukan penentuan tujuan. Hal ini dikarenakan setelah para partisipan menyadari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

99

bahwa mereka sakit stroke, mereka menentukan tujuan yang mengarah ke hal

positif yaitu bagaimana mereka tetap bisa mengontrol perilaku dan sikap mereka

juga keinginan mereka untuk bisa mengontrol emosional dan tetap bisa kembali ke

rutinitas yang biasa dilakukan sebelumnya. Para partisipan juga melakukan

perencanaan strategis hal ini didasari karena ketika partisipan sudah menyadari

bahwa dirinya sakit dan mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kelemahan

mereka, maka para partisipan mencoba membuat perencanaan strategis untuk

mendorong dirinya beradaptasi dengan kondisi baru untuk bisa melalui setiap tahap

agar sampai ke tujuan masing-masing indivdu. Hal ini sesuai dengan yang bentuk

kedua dari analisis tugas adalah strategic planning atau perencanaan strategis

(Weinstein & Mayer, 1986). Agar keterampilan dapat dikuasai atau dilakukan

secara optimal, individu perlu metode yang sesuai untuk tugas dan pengaturan.

Strategi mengatur diri sendiri adalah proses dan tindakan pribadi yang bertujuan

mengarahkan untuk memperoleh atau menampilkan keterampilan (Zimmerman,

1989).

Pada keyakinan pada diri sendiri, peneliti menilai bahwasannya para

partisipan mempunyai keyakinan diri yang sudah dilakukan untuk pengelolaan diri

yang baru sudah dilakukan dengan maksimal. Salah satu partisipan (P2) merasa

bahwa yang dilakukan untuk mengelola diri tidak efektif dikarenakan partisipan

hanya melakukan semampunya dan tidak akan ukuran yang melihat proses itu

efektif atau tidak, namun tetap ada keyakinan bahwa yang dilakukan sudah cukup

baik bagi partisipan. Dari keyakinan yang ada pada setiap partisipan ini

mengarahkan partisipan akan keyakinan pada ekspektasi hasil yang positif. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

100

adanya keyakinan ini akan membawa partisipan meraih pencapaian proses sehingga

memberikan rasa motivasi intrinsik. Peneliti melihat bahwa hal ini terjadi karena

partisipan mempunyai keyakinan pada diri sendiri untuk merubah kearah yang lebih

baik, karena telah menyadari dan mau berusaha berkembang dan motivasi intrinsik

dalam diri terus ada dan semakin kuat. Hal ini sesuai dengan pemaparan bahwa

pencapaian proses memberikan rasa motivasi intrinsik atau penilaian yang dapat

melengkapi dan bahkan melampaui hasil ekstrinsik (Deci, 1975; Lepper & Hodell,

1989). Peneliti menemukan bahwa dengan tahap yang dijalani partisipan hingga

membentuk rasa motivasi yang kuat telah mengarahkan partisipan mempunyai

orientasi tujuan. Dinamika ini terjadi karena partisipan mempunyai semangat dan

motivasi kuat sehingga tetap mengarahkan partisipan pada hasil terbaik yang juga

berfokus pada tujuan setiap partisipan. Dengan adanya orientasi tujuan proses

pengaturan diri ini juga telah diberi label pembelajaran (Dweck, 1988), penguasaan

(Ames, 1992), atau orientasi tujuan tugas (Nicholls, 1984), dan telah terbukti

mempertahankan motivasi dan meningkatkan akuisisi dan kinerja.

Pengalaman proses regulasi diri pada tahap performance/volitional control

menunjukan bahwa partisipan melakukan pembelajaran proses dengan cara

menyesuaikan dengan kondisi setelah mengalami stroke iskemik. Tahap yang

terjadi selama upaya pembelajaran dan mempengaruhi konsentrasi dan

performansi. Semua partisipan melakukan proses pembelajaran dalam mengelola

diri seperti melakukan instruksi diri, melakukan pembentukan gambar mental,

melakukan pemusatan perhatian dan strategis tugas. Dengan teknik pegelolaan ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

101

partisipan menjadi terarah dan mengelola diri secara sistematis dalam hal bentuk

dan tahap-tahap yang harus dilakukan.

Semua partisipan melakukan instruksi diri bagaimana partisipan

mejalankan teknik intruksi diri seperti membuat sistem dalam setiap proses yang

dijalani, mengarahkan diri untuk apa saja yang akan dilakukan dalam melakukan

setiap aktivitas dan menginstruksikan diri ketika partisipan dihadapkan dengan

aktivitas yang mendorong atau menghambat dalam menjalani dinamika sehari-hari.

Hal ini mendorong individiu dalam meningkatkan cipta kinerja dalam proses

mengelola diri dimana intruksi diri melibatkan penjelasan secara terbuka atau

terselubung bagaimana seseorang menjalankan tugas, seperti menyelesaikan

masalah matematika atau menghafal rumus, dan penelitian menunjukkan bahwa

verbalisasi semacam itu dapat meningkatkan pembelajaran individu (Schunk,

1982). Dalam melakukan instruksi diri ini semua partisipan juga akan terdorong

oleh pembentukan gambaran mental atau imagery dimana partisipan dapat

mengarahkan pandangan mereka dan membayangkan hasil seperti apa yang akan

didapatkan dengan proses tindakan yang dilakukan dalam melakukan pengelolaan

diri.

Pada tahap attention focusing atau pemusatan perhatian, tahap ini muncul

pada P1 dan P3. Berbeda dengan P1 dan P3, pemusatan perhatian tidak ditemukan

pada P2. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan kondisi P2 yang buruk karena

penyakit komplikasi yang diderita dan batasan-batasan kemampuan kognitif

maupun fisik. Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh P2 yang mempunyai konsep

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

102

diri untuk melakukan semua aktivitas yang diselaraskan dengan kemampuan yang

dimiliki. P2 merasa bahwa dalam melakukan pengelolaan diri harus bisa jalan

dengan disesuaikan oleh kapasitas yang dimiliki, seperti P2 yang tidak ingin banyak

berpikir dan memberikan atensi ke banyak hal juga melakukan aktivitas berat.

Namun ketiga partisipan sudah menyaring proses terselubung dalam setiap kinerja

mereka yang tentunya akan mengarahkan pada proses tindakan kearah yang lebih

baik. Ada bukti bahwa mengetahui bagaimana memusatkan dan menyaring proses

terselubung dan peristiwa eksternal lainnya adalah strategi penting untuk

pembelajaran yang efektif (Corno, 1993; Weinstein, Schulte, & Palmer, 1987).

Pada tahap ini semua partisipan melakukan task strategies atau strategi

tugas dalam melakukan pengelolaan diri. Masing-masing partisipan mempunyai

strategi tugas dalam melakukan pembelajaran diri kearah yang lebih baik dan

meningkatkan kinerja dalam melakukan pengelolaan diri. Strategi ini dapat

membantu mengarahkan partisipan untuk melakukan kinerja yang efektif.

Efektivitas dari strategi tugas telah dipelajari oleh (Wood & Mayer, 1986; Wood et

al., 1995; Zimmerman & Pons, 1998) untuk memandu upaya pembelajaran,

pengelolaan dan efektivitas strategi ini. Ini termasuk strategi belajar, seperti

mencatat, persiapan diri, dan membaca untuk pemahaman, serta strategi kinerja,

seperti teknik pemilihan, dan pemecahan masalah.

Selanjutnya partisipan melakukan teknik pengamatan diri untuk membantu

mendapatkan keinformatifkan dari proses pengelolaan diri partisipan. Bentuk dari

pengamatan diri ini dilakukan oleh P1 dan P3. Pada proses ini, P2 tidak melakukan

pengamatan diri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan P2 yang ingin menjalani rutinitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

103

seperti biasa layaknya orang pada umumnya sehingga tidak melakukan pengamatan

diri.

Pada bentuk eksperimen diri, semua partisipan mengarahkan pada siklus

pengamatan diri yang dikaitkan dengan hal-hal yang mendasari terbentuknya

perilaku atau penyebab-penyebab yang membangun partisipan melakukan tindakan

tertentu. Ketika pengamatan diri terhadap variasi alami dalam perilaku tidak

memberikan informasi diagnostik yang menentukan, orang dapat terlibat dalam

eksperimen pribadi secara sistematis memvariasikan aspek-aspek fungsi mereka

yang dipertanyakan. Dengan cara ini, pengamatan diri yang sistematis dapat

mengarah pada pemahaman pribadi yang lebih besar dan kinerja yang lebih baik

atau kontrol kehendak.

Pada tahap proses melakukan refleksi diri, ada variasi yang berbeda pada

setiap partisipan. Proses refleksi diri dilakukan oleh P1 dimana P1 melakukan

evaluasi pada diri sendiri dan menyadari adanya batasan-batasan dalam diri

sehingga membentuk komtimen pada tindakan apa yang akan dilakukan. Hal ini

berbeda dengan yang dilakukan oleh P2 dimana P2 tidak melakukan evaluasi secara

global dan hanya ingin melakukan aktivitas seperti dinamika keseharian.

Selanjutnya, ada bentuk variatif dari tahap refleksi diri ini, dimana P3 melakukan

refleksi diri yang didorong berdasarkan penilaian orang lain yang ada di lingkungan

sekitar P3 seperti keluarga dan rekan kerja.

Lalu penilaian diri melibatkan evaluasi diri terhadap kinerja seseorang dan

menghubungkan signifikansi kausal dengan hasil. Proses ini ditemukan pada P1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

104

dan P3 namun tidak ditemukan pada P2. P1 dan P3 melakukan evaluasi diri dengan

membandingkan informasi yang dipantau sendiri dengan standar atau tujuan.

Namun, pada P2 tidak melakukan penilaian diri, hal ini dapat dilatarbelakangi oleh

konsep pemikiran P2 dimana P2 hanya ingin melakukan rutinitas biasa dan

mencoba mengarahkan pemikiran hanya agar lebih sehat dan lebih baik.

Penilaian self-evaluatif terkait dengan atribusi kausal tentang hasil, seperti,

apakah kinerja yang buruk adalah karena kemampuan seseorang yang terbatas atau

upaya yang tidak mencukupi. Hal ini ditemukan pada P1 dan P3. Secara eksplisit,

P1 dan P3 menyadari bahwa partisipan mempunyai kesulitan-kesulitan dalam

berproses dikarenakan perubahan kondisi dan ekspektasi yang tidak sesuai. Dengan

proses yang dijalani oleh P1 dan P3 ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi

untuk terus berproses untuk melakukan pengelolaan diri yang baik. Ada bukti

terkini (mis., Zimmerman & Kitsantas, 1996, 1997) bahwa atribusi kesalahan pada

strategi pembelajaran sangat efektif dalam mempertahankan motivasi selama

periode kinerja di bawah standar karena atribusi strategi mempertahankan persepsi

kemanjuran sampai semua strategi yang mungkin telah diuji. Misalnya, ketika

pekerja menerima evaluasi negatif untuk kinerja pekerjaan mereka, mereka yang

berinisiatif lebih cenderung mengaitkannya dengan upaya yang kurang atau strategi

tugas yang buruk. Namun proses atribusi kausal ini tidak ditemukan oleh P2. Hal

ini dapat disebabkan P2 yang merasa bahwa yang dilakukan oleh nya sudah yang

terbaik dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dengan melihat juga batasan-

batasan yang dimilikinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

105

Penilaian diri sendiri yang bersifat evaluatif dan atribusi terkait erat dengan

dua bentuk utama reaksi diri: kepuasan diri dan kesimpulan adaptif. Self-

satisfaction atau kepuasan diri melibatkan persepsi kepuasan atau ketidakpuasan

dan pengaruh yang terkait dengan kinerja seseorang. Ketika kepuasan diri dibuat

bersyarat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, orang memberikan arahan untuk

tindakan mereka dan menciptakan dorongan diri untuk bertahan dalam upaya

mereka. Pada proses ini semua partisipan menyatakan adanya kepuasan dan

ketidakpuasan dalam menyadari proses mengelola diri.

Pada tahap akhir yaitu adaptive-defensive atau adaptif atau defensif adalah

kesimpulan tentang bagaimana seseorang perlu mengubah pendekatan regulasi diri

selama upaya berikutnya untuk belajar atau melakukan tindakan. Pada tahap

terakhir ini semua partisipan menyatakan proses adaptif dan defensif dimana

partisipan menyadari setiap proses yang dapat mendorong dan menghambat dan

mengetahui hal apa yang harus dilakukan sehingga bisa memperbaiki atau

mempertahankan dalam proses mengelola diri. Kesimpulan adaptif penting karena

mengarahkan orang ke bentuk regulasi diri kinerja yang baru dan berpotensi lebih

baik, seperti dengan menggeser tujuan secara hierarkis atau memilih strategi yang

lebih efektif (Zimmerman & Martinez-Pons, 1992). Sebaliknya, kesimpulan

defensif berfungsi terutama untuk melindungi orang tersebut dari ketidakpuasan.

Reaksi diri yang defensif ini termasuk ketidakberdayaan, penundaan, penghindaran

tugas, pelepasan kognitif, dan apatis sehingga terlepas dari perlindungan yang

dimaksudkan, mereka pada akhirnya membatasi pertumbuhan pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

106

Secara keseluruhan ketiga partisipan melakukan proses regulasi diri terkait

dengan forethought, performance/volitional control, dan self-reflection yang

diungkapkan oleh Zimmerman (dalam Boekarts et al., 2000). Peneliti menemukan

bahwa ketiga partisipan dapat menyadari perubahan kondisi yang terjadi pada

partisipan. Dengan adanya kesadaran pada perubahan dikarenakan menderita stroke

iskemik ini, partisipan melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki diri dan terus

mengembangkan diri secara kinerja perilaku dan pemikiran. Peneliti juga

menemukan semua partisipan melakukan evaluasi dan mempunyai motivasi untuk

terus berkembang dan meregulasi diri secara bertahap. Peneliti juga menemukan

faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya proses regulasi pada setiap partisipan

yaitu adanya semangat dan motivasi yang mendorong untuk memperbaiki diri dan

mempunyai tujuan positif dimana bisa menjalani rutinitas kehidupan individu pada

umumnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ketersediaan partisipan yang

sesuai dengan kriteria peneliti. Dikarenakan sulitnya menemukan partisipan yang

mempunyai penyakit vital stroke iskemik dan masih bekerja. Hal ini cukup

meghambat peneliti karena harus mencari dan mengganti beberapa partisipan

dikarenakan 3 calon partisipan peneliti sudah meninggal sebelum peneliti

melakukan proses pengambilan data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

107

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan untuk melihat proses regulasi diri terkait

dengan forethought, performance/volitional control, dan self-reflection dapat

ditarik kesimpulan yaitu:

1. Secara umum pekerja yang menderita stroke iskemik akan mengalami

perubahan diri berupa keterbatasan secara fisik dan emosional.

2. Secara keseluruhan proses regulasi diri terkait dengan forethought,

performance/volitional control, dan self-reflection Menurut Zimmerman

(dalam Boekarts et al., 2000) dapat ditemukan pada pengalaman proses regulasi

diri pekerja yang menderita stroke iskemik.

3. Pada penelitian ini ketiga partisipan telah melakukan tiga proses regulasi diri

terkait dengan forethought, performance/volitional control, dan self-reflection.

Sebagai hasilnya adanya perubahan yang positif pada setiap partisipan yaitu

mengetahui batasan-batasan tertentu dalam diri, bisa mengontrol diri, dan

mempunyai motivasi kuat yang didukung dengan tujuan hidup yang tinggi.

4. Pada tahap forethought atau proses pemikiran awal, ketiga partisipan melewati

tahap ini. Peneliti menemukan faktor bahwa dengan momenentum peristiwa

sakitnya stroke ini, mendorong partisipan untuk menyadari dan berpikir untuk

upaya apa yang akan dilakukan selanjutnya.

5. Pada tahap performance/volitional control, secara umum ketiga partisipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

108

melakukan proses ini. Namun, untuk sub tahap dari proses ini, satu dari total

tiga partisipan ini mempunyai kecenderungan untuk melakukan setiap proses

pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuannya saja dan tidak

berekpektasi lebih pada kinerja yang dilakukan.

6. Pada tahap self-reflection, secara umum ketiga partisipan melakukan proses ini.

Namun, satu dari total tiga partisipan ini tidak melakukan untuk sub dari tahap

proses ini. Hal ini bisa dilatarbelakangi dari kecenderungan partisipan yang

tidak mau berpikir berlebihan dan melakukan setiap proses tanpa memacu diri

secara berlebihan. Hal ini juga bisa dimaklumi dikarenaka kondisi partisipan ini

bisa dibilang lebih buruk secara aspek fisik dan aspek kognitif.

7. Pada tahap hasil, peneliti berhasil menemukan bahwa faktor yang mendorong

partisipan untuk melakukan proses regulasi diri karena didorong dengan

semangat hidup tinggi, dorongan motivasi dan rasa ingin melakukan yang

terbaik untuk setiap perjalanan proses yang dijalani.

8. Dukungan sosial seperti lingkungan kerja dan keluarga berpengaruh pada

terciptanya proses regulasi setiap partisipan. Motivasi dan tujuan yang ingin

dicapai menjadi faktor yang membentuk partisipan untuk terus berkembang dan

melakukan regulasi diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

109

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mempunyai keterbatasan mulai

dari sulitnya menemukan partispan yang sesuai. Hal ini dikarenakan partisipan

mempunyai kriteria tertentu dan beberapa kondisi yang cukup menghambat

dilakukannya penelitian ini karena partisipan yang sudah ditetapkan sebelumnya

sudah meninggal atau komplikasi yang berat setelah itu meninggal. Pencarian data

validitas penyakit juga sulit dilakukan karena data rekam medis yang disimpan oleh

rumah sakit yang bersangkutan juga data-data lain seperti data diagnostik dan

kontrol jalan. Selain itu kondisi partisipan yang mempunyai komplikasi penyakit

juga menjadi keterbatasan peneliti dikarenakan pengambilan data harus disesuaikan

dengan kondisi fisik dan kognitif dari partispan itu.

C.Saran

Berdasarkan tujuan dan keterbatasan peneliti, berikut beberapa saran yang

dapat peneliti ajukan:

Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam mencari partisipan yang

sesuai dengan kriteria penelitian dimana penelitian ini menggali partisipan yang

mempunyai karateristik pekerja yang menderita stroke dengan diagnosis iskemik.

Hal ini cukup sulit dijangkau oleh peneliti dikarenakan perlunya keterangan dari

significant others tentang latar belakang setiap partisipan, data diagnostik, data

perkembangan kontrol pengawasan dan juga harus melihat kondisi dari partisipan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

110

Keterbatasan dalam mencari partisipan juga harus dilihat dengan kondisi tertentu

dari partisipan, hal ini dikarenakan adanya penyakit stroke dapat dibarengi dengan

komplikasi penyakit lain yang dapat menimbulkan keterbatasan fisik maupun

kognitif pada partisipan.

Bagi significant others pekerja yang menderita stroke iskemik

Melalui bacaan ini diharapkan significant others mampu memberikan

gambaran terhadap kebutuhan psikologis pekerja yang menderita stroke iskemik.

Dari hasil penelitian ini significant others dapat mengetahui kebutuhan apa saja

yang diperlukan untuk membantu proses regulasi diri pekerja yang menderita stroke

iskemik. Dalam hal ini significant others mempunyai peran penting untuk

mendorong, membangun dan dapat melihat perkembangan proses regulasi diri pada

pekerja yang menderita stroke iskemik. Keterbatasan yang muncul seperti

keterbatasan fisik, kognitif maupun kebutuhan yang diperlukan pekerja yang

menderita stroke iskemik dapat dipahami dan diolah oleh significant others

sehingga dapat memotivasi dan membantu dalam proses perkembangan regulasi

diri.

Bagi Pekerja Yang Menderita Stroke Iskemik

Diharapkan melalui penelitian ini mampu membantu individu untuk

memberikan gambaran kondisi yang dialami setelah mendapatkan diagnosa

penyakit stroke iskemik dan memahami batasan-batasan yang mungkin terjadi dan

dapat melakukan tindakan preventif atau intervensi yang tepat. Penelitian ini juga

diharapkan mampu memberikan rasa optimis dan motivasi bagi individu tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

111

adanya kesempatan mengelola diri untuk berubah dan menjalani hidup yang lebih

baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

112

DAFTAR ACUAN

Audina, D., & Halimuddin, H. (2016). Usia, jenis kelamin dan

klasifikasi hipertensi dengan jenis stroke di RSUD dr.

ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 1(1). 1-6

http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/1529/1834

ACC/AHA/ESC 2006 Guidelines for Management of Patients With

Ventricular Arrhythmias and the Prevention of Sudden Cardiac

Death. Circulation, 114(10). 385-484.

https://doi.org/10.1161/circulationaha.106.178233

Anita Woolfolk Hoy. (2010). Educational psychology. Pearson Canada.

American Heart Association. (2013). Understand Your Risk for High

Blood Pressure. Diakses dari http://www.heart.org.

Bandura, A., & Schunk, D. H. (1981). Cultivating competence, self-

efficacy, and intrinsic interest through proximal self-

motivation. Journal of Personality and Social

Psychology, 41(3), 586–598. https://doi.org/10.1037/0022-

3514.41.3.586

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social

cognitive theory. Prentice-hall.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

113

Bandura, A. (2005). The primacy of self-regulation in health promotion.

Applied Psychology, 54(2), 245–254.

https://doi.org/10.1111/j.1464-0597.2005.00208.x

Baumeister, R. F., & Vohs, K. D. (2007). Self-Regulation, ego

depletion, and motivation. Social and Personality Psychology

Compass, 1(1), 115–128. https://doi.org/10.1111/j.1751-

9004.2007.00001.x

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing. Elsevier

Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M. S. V. (2017). Stroke risk

factors, genetics, and prevention. Circulation Research, 120(3),

472–495. https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.116.308398

Boekaerts, M., Pintrich, P. R., & Zeider, M. (2000). Handbook of self-

regulation. Academic Press

Burhanuddin, M., Wahiduddin., Jumriani. (2013). Faktor risiko

kejadian stroke pada dewasa awal (18-40 Tahun) di kota

makassar tahun 2010-2012. Jurnal MKMI. Diakses dari

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5426.html

Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran faktor risiko

dan tipe stroke pada pasien rawat inap di bagian penyakit dalam

RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

114

Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2), 57-61.

https://doi.org/10.25077/jka.v2i2.119

Elvira, M., & Anggraini, N. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi. Jurnal Akademika Baiturrahim

Jambi, 8(1), 78-89.

https://doi.org/10.36565/jab.v8i1.105

Emotional effects of stroke. (2019). Www.stroke.org.

https://www.stroke.org/en/about-stroke/effects-of-

stroke/emotional-effects-of-stroke

Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of personality. Mcgraw-Hill.

Fitzsimons, G. M., & Finkel, E. J. (2011). Outsourcing self-

regulation. Psychological Science, 22(3), 369–375.

https://doi.org/10.1177/0956797610397955

Ghufron, M.N, & Risnawita, S.R. (2010). Teori-teori psikologi. Ar-

Ruzz Media.

Hartono, L. A. (2007). Stres & stroke. Penerbit Kanisius.

Heckhausen, J., & Dweck, C. S. (2008). Motivation and self-regulation

across the life span. Cambridge University Press.

Herke, J.O. (2006). Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi.

Jakarta, 10 (2), 78–88.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

115

Husna, A. N., Hidayati, F. N. R., & Ariati, J. (2014). Regulasi diri

mahasiswa berprestasi. Jurnal Psikologi Undip, 13(1). 50-63.

https://doi.org/10.14710/jpu.13.1.50-63

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan

Dasar Nasional 2013.

http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/R

KD/2013/Laporan_riskesdas_2013_final.pdf

Kencono, R. A. (2016). Kesabaran dan regulasi emosi pada pasien

pasca stroke. Psycho Idea, 14(2), 1-9.

https://doi.org/10.30595/psychoidea.v14i2.2115

Khandelwal, P., Yavagal, D. R., & Sacco, R. L. (2016). Acute ischemic

stroke intervention. Journal of the American College of

Cardiology, 67(22), 2631–2644.

https://doi.org/10.1016/j.jacc.2016.03.555

Kowalski, R. M., & Leary, M. R. (1999). The social psychology of

emotional and behavioral problems: Interfaces of social and

clinical psychology. American Psychological Association

Kusumaningrum, O. D. (2012). Regulasi Emosi Istri Yang Memiliki Suami

Stroke. Jurnal EMPATHY, .I, (1), 198-209.

https://adoc.pub/regulasi-emosi-istri-yang-memiliki-suami-stroke.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

116

Laily, S. R. (2017). Relationship between characteristic and

hypertension with incidence of ischemic stroke. Jurnal Berkala

Epidemiologi, 5(1), 48.

https://doi.org/10.20473/jbe.v5i12017.48-59

Liza, R. G., & Loebis, B. (2015). Gangguan psikotik akibat stroke

iskemik. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2).

https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.308

Lubis, I. S. L. (2018). Hubungan regulasi diri dalam belajar dan efikasi

diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. JURNAL

DIVERSITA, 4(2), 90.

https://doi.org/10.31289/diversita.v4i2.1884

Malayu S P Hasibuan. (2010). Manajemen sumber daya manusia.

Bumi Aksara A A Anwar Prabu

Mangkunegara. (2000). Manajemen sumber daya manusia

perusahaan. Remaja Rosdakarya.

Nastiti. (2012). Gambaran faktor risiko kejadian stroke pada pasien

stroke rawat inap di rumah sakit krakatau medika tahun 2011.

Universitas Indonesia.

NCHS Dataline. (2006). Public Health Reports, 121(4), 477–478.

https://doi.org/10.1177/003335490612100419

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

117

Nifadkar, S. S., & Tsui, A. S. (2007). Great Minds in Management: The

process of theory development. Academy of Management

Review, 32(1), 298–303.

https://doi.org/10.5465/amr.2007.23467624

Noor, N. N. (2008). Epidemiologi. Rineka Cipta.

Penelitian, B., Pengembangan, D., Kementerian, K., & Ri, K.

(2013). Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.

http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/

RKD/2013/Laporan_riskesdas_2013_final.pdf

Perry, N. E. (2002). Introduction: Using qualitative methods to enrich

understandings of self-regulated learning. Educational

Psychologist, 37(1), 1–3.

https://doi.org/10.1207/s15326985ep3701_1

Pintrich, P. R. (1995). Understanding self-regulated learning. Jossey-

Bass.

Rahmadiliyani, N. R., & Fitria, A. (2019). Ketepatan penentuan kode

diagnosis utama penyebab kematian pada kasus stroke di RSUD

Brigjend H. Hasan Basry Kandangan. Jurnal Kesehatan

Indonesia, 9(2), 104-116.

https://doi.org/10/33657/jurkessia.v9i2.165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

118

Ramadhani, Ayu, P., & Adriani, M. (2015). Hubungan tingkat stres,

asupan natrium, dan riwayat makan dengan kejadian stroke.

Media Gizi Indonesia, 10 (2) 104-110.

http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v10i2.104-110

Robinson, M. D. (2007). Personality, affective processing, and self-

regulation: Toward process-based views of extraversion,

neuroticism, and agreeableness. Social and Personality

Psychology Compass, 1(1), 223–235.

https://doi.org/10.1111/j.1751-9004.2007.00019.x

Ross, I. B. (2011). Acute ischemic stroke: Imaging and

intervention. JAMA, 306(19) 2160-2160.

https://doi.org/10.1001/jama.2011.1680

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2019). Health psychology:

Biopsychosocial interactions. Wiley.

Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1998). Self-regulated learning:

From teaching to self-reflective practice. Guilford Press.

Siagian, T., & Savitra, A. R. (2016). Gambaran faktor risiko kejadian

stroke pada Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia.

Repository.Uki. Ac.Id; FK UKI.

http://repository.uki.ac.id/id/eprint/995

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

119

Sigarlaki, H. (2010). The characteristic and factors related to

hypertension in desa Bocor, kecamatan Bulus Pesantren,

Kabupaten Kebumen, Central Java, 2006. Makara Journal of

Health Research, 10(2) 78-88.

https://doi.org/10.7454/msk.v10i2.187

Skarupski, K. A., Zack, M. M., Bienias, J. L., Scherr, P. A., & Evans,

D. A. (2011). The Relationship Between Mentally Unhealthy

Days and Depressive Symptoms Among Older Adults Over

Time. Journal of Applied Gerontology: The Official Journal of

the Southern Gerontological Society, 30(20), 241–253.

https://doi.org/10.1177/0733464810361348

Smith, J. A. (2015). Qualitative psychology: A practical guide to

research methods. Sage.

Studi, Karyawan, P., Ramadhany, M., Al, T., Mochammad, H.,

Fakultas, D., & Administrasi, I. (n.d.). Pengaruh program

kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan

dan prestasi kerja karyawan. Retrieved September 17, 2019,

from https://media.neliti.com/media/publications/73331-ID-

pengaruh-program-kesejahteraan-karyawan.pdf

Sutia, D., Indra, S., Permana, H., Arinda, L., & Rahmi, A. S. (2020).

Hubungan morfologi plak pada stenosis arteri karotis

ekstrakranial dengan kejadian stroke iskemik. Jurnal Kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

120

Andalas, 9(2), 157-161.

https://doi.org/10.25077/jka.v9i2.1274

Tabor, E. B. (2006). Handbook of self-regulation: Research, theory, and

applications. Psychiatric Services, 57(4), 585–586.

https://doi.org/10.1176/ps.2006.57.4.585a

Tennen, H., Eberhardt, T. L., & Affleck, G. (1999). Depression research

methodologies at the social–clinical interface: Still hazy after all

these years. Journal of Social and Clinical Psychology, 18(2),

121–159.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of anatomy and

physiology. Wiley.

Widjaja, L. W. (2014). Hubungan lokus kontrol internal dengan

regulasi diri pada mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Budha

(STAB) Maha Prajna Jakarta. Jurnal Psiko-Edukasi, 12(2),

124-134.

http://mx2.atmajaya.ac.id/index.php/psikoedukasi/article/view/

317

Winarno, J. (2008). Emotional intelegence sebagai salah satu faktor

penunjang prestasi kerja. Jurnal Manajemen Maranatha, 8(1),

12–19. https://doi.org/10.28932/jmm.v8i1.195

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining self- regulation. Academic Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

121

Lampiran

Inform Consent Partisipan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

124

Inform Consent Partisipan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

127

Inform Consent Partisipan 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

130

Form Debriefing Partisipan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

133

Form Debriefing Partisipan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

136

Form Debriefing Partisipan 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

139

Transkip wawancara P1

VERBATIM SUBJEK 1

P: PEWAWANCARA

N: NARASUMBER

P : Sejak kapan anda menderita stroke, iskemik? Stroke iskemik tuh stroke

penyumbatan?

N : Oh jadi yang seperti bapak kemaren?

P : Ya, bapak kemaren.

N : Setelah beberapa tahun yang lalu, baru sekali itu.

P : Kira-kira apa penyebab bapak mengalami stroke?

N : Yang saya rasakan waktu itu, terakhir makan duren itu, makan duren

terlalu banyak. Pulang kerja belom sampe di rumah, makan duren,

sampe di rumah merasa tidak bisa atau bernapasnya sulit. Terus dibawa

ke rumah sakit, itu yang saya alami.

P : Apakah ada riwayat? Riwayat penyakit-penyakitnya?

N : Tidak ada riwayat.

P : Oke baik, lalu pengobatan apa saja yang bapak sudah jalani selama

mengalami stroke?

N : Yang saya jalani itu obat dari dokter.

P : Pengobatan secara medis ya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

140

N : Secara medis, obat secara medis.

P : Oke baik, lalu apakah ada perubahan yang terjadi di hidup bapak setelah

an, setelah bapak mengalami stroke? Em, perubahan dari segi apa saja

yang mungkin?

N : Ya perubahan mungkin untuk kebebasan itu sudah berkurang.

Kebebasan sudah berkurang.

P : Kebebasan seperti apa?

N : Kebebasan dalam arti tidak seperti yang dulu sekarang banyak batasan-

batasan, seperti tidak boleh terlalu capek, itu harus diukur dengan

kekuatannya sendiri. Kalo dulu di luar kekuatan kita masih bisa,

sekarang mengukur sendiri.

P : Oke baik, em, selanjutnya mungkin bisa diceritakan bagaimana cara

bapak beradaptasi dengan kondisi yang bapak alami sekarang?

N : Kalo untuk kondisi sekarang sudah bisa, sudah nyaman dan ya tapi kami

masih ingat lagi pada anjuran dokter.

P : Oke baik, em, mungkin bisa diceritakan bagaimana anda, bapak bisa

memahami bahwa bapak sakit stroke dan memikirkan apa yang akan

bapak lakukan selanjutnya untuk menjadi lebih baik di dalam pekerjaan

bapak saat ini?

N : Saya menjaga diri se, dalam hal semua kegiatan saya, saya batasi. Dalam

pekerjaan pun saya juga membatasi diri dan sangat berubah tidak seperti

yang dulu, baik itu di rumah maupun di kantor. Ehem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

141

P : Oke baik, em mungkin bisa diceritakan bagaimana proses, proses untuk

membentuk diri bapak ke arah yang lebih baik, di dalam pekerjaan

bapak?

N : Em, kami membagi diri dan akan kami pilah-pilah atau saya pilih-pilih,

mana yang harus saya kerjakan dan mana yang tidak, itu kami sudah

mempunyai, em, pandangan. Kalau dulu kami tidak memikirkan

pekerjaan, semuanya saya lakukan, saya membatasi apabila kami sudah

merasa capek, ya kami berhenti, beristirahat dan lain sebagainya. Itu

yang kami lakukan, langkah yang saya ambil selama ini.

P : Oke baik bapak. Baik mungkin em, apakah bapak memahami bahwa

bapak ini sadar stroke dan kemudian em, bapak ini tahu dan sadar harus

merubah pola bapak, apakah bapak tahu dengan hal itu?

N : Saya menyadari bahwa keadaan saya sudah atau sudah em, mempunyai

endapan penyakit ini em, maka saya pun juga harus membatasi segala

apa yang saya lakukan. Keinginan ada, tapi kekuatan tidak ada, maka

kami akan berhenti istirahat. Saya menyadari bahwa saya harus

memperbaiki demi untuk rencana kehidupan saya, itu yang saya lakukan

sampe sekarang pun sudah berangsur-angsur sangat membaik dan sangat

bagus sekali.

P : Oke, cukup bagus bapak ya. Em, lalu mungkin bisa bapak ceritakan

bagaimana bapak melakukan evaluasi diri untuk setiap proses perjalanan

yang bapak lakukan. Maksudnya mungkin bapak untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

142

kegiatan kemudian bapak mengevaluasi apa yang perlu bapak perbaiki,

itu bagaimana coba bisa bapak ceritakan?

N : Dalam mengevaluasi diri, dalam pekerjaan saya memang sudah

komitmen pada diri saya sendiri bahwa apa yang saya lakukan itu saya

batasi dan saya utamakan yang diperlukan oleh banyak orang, itu saya

utamakan. Yang untuk diri sendiri, itu kami sangat kurangi, maka yang

diinginkan banyak orang itu saya utamakan, jadi tidak berpikir diri

sendiri berarti yang kami butuhkan adalah banyak orang, keinginan

orang, kebutuhan orang lain maka itu yang saya lakukan. Tapi perlu

diperhatikan bahwa kekuatan saya tidak se, sama dengan yang dulu,

maka saya juga perlu batasan itu saya perhatikan betul, itu yang saya

lakukan selama ini.

P : Kenapa bapak memilih untuk mengutamakan kepentingan orang banyak

dibanding kepentingan bapak sendiri?

N : Ya, untuk mementingkan orang banyak, itu banyak hal yang saya

pertimbangkan. Untuk mementingkan diri sendiri cukup hanya

kebutuhan saya saja. Tapi untuk kebutuhan orang lain banyak hal bisa

juga, nanti akan kembali pada diri saya sendiri. Apa yang saya lakukan,

maka saya pun nanti akan menerima hasil daripada orang lain itu. Jadi

tidak melulu untuk orang lain semuanya, tapi saya berpikir bahwa saya

pada orang lain itu, nanti pada akhirnya akan kembali pada diri saya

sendiri. Dalam suatu perbuatan, kehidupan, itu jelas kami melakukan

tidak bisa lepas dari orang lain dan saya juga em, hidup saya tuh juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

143

dipengaruhi daripada orang lain, bukan dipengaruhi oleh diri sendiri.

Jadi orang lain tuh bisa tetangga, bisa teman, bisa anak, bisa istri, dan

lain sebagainya, itu.

P : Oke baik bapak, terima kasih penjelasannya. Em, kemudian mungkin

bapak bisa ceritakan hal-hal yang bapak dapatkan setelah melakukan

pengelolaan diri ini, dan mungkin pengelolaan diri ini termasuk bapak

menyadari bahwa bapak sakit stroke, kemudian bapak mencoba untuk

bangkit dan berkembang, dan bapak mengevaluasi, nah mungkin bisa

diceritakan em, hal apa aja yang bapak dapatkan setelah melakukan

pengelolaan diri ini?

N : Ya saya merubah pola hidup saya, itu yang penting saya itu tidak ehem,

merasa begitu kecewa yang penting saya itu tidak merasa apa ya down,

dalam artian bahwa segala yang saya lihat, saya lakukan itu tidak

berhubungan pada orang lain maka saya akan down, nah itu saya jaga.

Kemudian saya untuk merubahnya itu membuat suatu kegiatan yang

dapat menyenangkan diri saya sendiri. Karena itu salah satu obat wujud

daripada perubahan dalam hidup yang sudah saya rasakan ada perubahan

yang sangat bagus. Saya akan merubah dan akan mengembalikan badan

tubuh saya dalam kehidupan yang lebih baik lagi, itu yang saya lakukan,

dalam hal kehidupan setelah saya menerima atau mendapatkan penyakit

itu.

P : Jadi mungkin em, setelah bapak melakukan pengelolaan diri tadi yang

termasuk dalam mengubah ataupun merubah untuk hal-hal yang baik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

144

terus kemudian berani untuk em, mau berkembang, mau menerima itu,

nah bapak sendiri mendapatkan apa di sana? Mungkin seperti contohnya

mungkin apakah ada kepuasan atau mungkin em, rasa syukur atau apa

mungkin yang bisa bapak rasakan dengan mendapat dari hal-hal itu?

N : Ya saya rasa diingatkan kembali kehidupan saya ini di mana saya selama

saya hidup belum pernah mendapat cobaan yang begitu berat seperti itu,

tapi seperti ini saya mendapatkan maka itu suatu peringatan, maka itu

suatu disadarkan untuk lebih membuka diri, bukan egois, bukan

mementingkan diri sendiri, tapi kita kembali pada kehidupan bersama.

Yang jelas saya merubah ini demi semuanya. Dalam hal ini kehidupan

kita semakin hari semakin em, bertambah baik. Em, selama tiga tahun

ini saya merasa melakukan perkembangan dengan baik karena merubah

sikap hidup saya, saya tidak, em, menyalahkan penyakit itu datang untuk

saya tidak, tapi saya merasa diingatkan bahwa em, hidup kita itu banyak

macamnya, yang harus saya lakukan, banyak macam yang harus saya

rubah demi kelangsungan hidup di dalam kebersamaan tadi. Jadi saya

tidak pernah merasa kecewa, dikecewakan itu akan saya hilangkan dan

akan saya buat sebagai cambuk untuk saya berkembang, itu saja.

P : Oke baik, mung, em, terima kasih atas penjelasannya dan mau

keterbukaan dengan bapak sendiri. Em, mungkin bisa bapak jelaskan,

em, apakah bapak mendorong diri bapak untuk memantapkan tujuan

yang lebih baik?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

145

N : Ya untuk mendorong kehidupan yang lebih baik jelas, itu ada. Merubah

sikap, merubah langkah hidup jelas. Kenapa saya mempunyai suatu

gambaran cita-cita supaya di kehidupan ini tidak mengecewakan

semuanya, lebih-lebih dalam kehidupan keluarga, saya tidak akan

mengecewakan untuk semua anggota keluarga saya dalam kehidupan

ini. Yang saya inginkan semuanya sukses bersama berjalan bersama

dengan baik dan semuanya sampai pada tujuan akhir yang diinginkan

masing-masing anggota keluarga, itu yang menjadi semangat dalam

hidup kami.

P : Jadi em, bapak merasa, bapak mendorong diri bapak untuk menetapkan

tujuan hidup yang lebih baik lagi ya? Setelah bapak mendapatkan atau

terdiagnosis penyakit stroke sendiri?

N : Iya, itu yang ehem, menjadi ukuran kami. Saya masih merasa banyak

sekali kekurangan maka dengan adanya saya mendapatkan hal ini saya

lebih em, baik lagi untuk mengembangkan bagaimana caranya pun kami

akan melakukan demi keberhasilan, kebersamaan, dalam kehidupan di

dalam rumah tangga ini. Itu yang saya lakukan dan kami mengharapkan

juga untuk bisa hidup dengan lebih baik dalam kehidupan berumah

tangga.

P : Oke, baik, bagaimana bapak merencanakan langkah-langkah untuk

meningkatkan diri bapak setelah diri bapak mernderita stroke?

N : Ya, langkah-langkah saya, satu, pertama kali saya harus juga menyadari

diri saya. Saya siapa dan saya siapa itu saya sadari. Yang kedua, setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

146

saya menyadari itu apa yang saya lakukan maka saya perlu tahap demi

tahap. Tidak bisa yang saya lakukan bersama-sama, maka saya punya

keinginan untuk tahap demi tahap, bukan semuanya kita lakukan dan

bisa berhasil tidak. Tapi yang menjadi em apa, kehidupan saya menjadi

berkembang dengan baik ini adalah saya menyadari bener bahwa

semuanya itu akan tercapai apabila kita berusaha, kita menyadari, dan

kita mau hidup dalam kebersamaan, itu.

P : Oke, baik. Oke baik terima kasih bapak em, kemudian apakah bapak

mempunyai keyakinan pribadi tetap memiliki sarana belajar yang bapak

tahu itu efektif? Maksudnya adalah bapak merasa ataupun yakin bahwa

apa yang bapak lakukan untuk mengelola stroke ini, itu efektif? Apa

yang bapak lakukan itu adalah efektif, berarti bapak menjelaskan tentang

apakah bapak menyadari, berusaha, dalam artian sama apakah bapak

menyadari dan yakinlah kalau yang bapak perbuat itu sudah efektif bagi

bapak?

N : Ya emang selama ini yang saya lakukan seperti itu, saya merasa itu em,

lebih mudah dan semuanya itu saya rasakan ada perkembangan yang

baik. Tetapi apabila nanti kami menemukan cara-cara yang lebih lagi

kami juga akan lakukan, dan saya akan menyadari betul. Saya akan

membuat hati saya sendiri tuh lebih senang ya, dalam artian kita lakukan

dalam kehidupan susah, yang kita rasakan dalam hati itu. Kita akan

membuang jauh-jauh itu tapi yang kita rasakan bagaimana cara kita

sekarang untuk coba untuk bisa em, menerima keadaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

147

menyakitkan seperti ini dalam kehidupan hari demi hari kita akan hidup

lebih baik lagi.

P : Oke, baik bapak. Em, lalu apakah bapak mengetahui konsekuensi atau

hasil yang diberikan dari proses mengubah diri ke arah yang lebih baik?

N : Ya saya tahu apa yang saya rubah itu pasti akan em, mempunyai hasil

yang positif dan hasil yang negatif. Yang positif kita lebih baik lagi, yang

negatif adalah mengurangi em, kebebasan saya dan merasa saya terbatasi

atau dibatasi oleh em, langkah-langkah yang saya lakukan tadi. Jadi

tidak sebebas kalau kita tidak mempunyai batasan-batasan itu.

P : Oke baik em, dengan adanya konsekuensi atau hasil yang ditekan dari

proses bapak dalam mengubah diri ke arah yang lebih baik, apakah itu

dapat lebih memotivasi bapak?

N : Ya untuk memotivasi itu adalah salah satu wujud bahwa kita akan

semakin hari semakin berkembang, semakin hari semakin baik, maka

motivasi saya adalah hidup semakin baik dan hidup dalam berkeluarga

semakin terbuka, hidup dalam keluarga semakin mempunyai sinar dalam

kehidupan. Yang berarti semuanya bisa menyinari dalam kehidupan

maka semuanya akan senang, akan sampai pada tujuan yang diinginkan

oleh anggota keluarga itu. Menjadi kekuatan yang baik bagi kehidupan

saya.

P : Oke baik, dengan adanya hal-hal positif yang didapatkan dari proses

bapak ini, apakah bapak menjadi lebih berorientasi pada tujuan bapak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

148

N : Ya saya dari hari, em, langkah-langkah yang saya lakukan itu saya

memusatkan dalam kehidupan saya yang utama, yaitu saya ingin

menyukseskan semua anggota keluarga yaitu seperti anak-anak bisa

sekolah, itu adalah bekal yang mereka punyai dan itu adalah hasil

daripada dorongan-dorongan keluarga kami, maka saya pun juga merasa

ada suatu perubahan positif dan mempunyai rasa suatu kebanggaan

dalam hidup saya. Dan ini benar-benar saya rasakan ada suatu perubahan

dari anak-anak saya, maka saya ada suatu dorongan hidup semakin lebih

baik, dan semakin lebih hidup dalam kehidupan di keluarga ini, itu yang

saya laksanakan.

P : Oke baik, dengan em, lalu apakah bapak mengetahui cara-cara dan

proses membentuk diri bapak ke arah yang lebih baik?

N : Ya saya tahu cara-cara membentuk proses yang lebih baik, ya terjaganya

suatu sistem, sistem itu adalah cara yang saya lakukan untuk dapat

berkomunikasi bersama dan keterbukaan, tapi tidak terlewatkan adanya

harga menghargai atau yang saya rasakan adalh untuk saling

menghormati. Itu akan menjadikan suatu kebanggan tersendiri bagi

pribadi saya, saya melihat rasakan senang sekali apabila itu terwujud,

suatu perubahan yang luar biasa bagi saya, itu.

P : Mungkin bisa diceritakan cara-cara seperti apa yang anda lakukan untuk

membentuk diri anda lagi ke arah yang lebih baik?

N : Ya, cara-cara yang saya lakukan atau langkah-langkah yang saya

lakukan terutama tadi sudah saya utarakan di depan, bahwa saya harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

149

menyadari diri saya, yang kedua saya harus memperhatikan betul

keadaan saya, maka saya baru bisa melangkah. Kalo saya itu dalam

keadaan fit, bagus sekarang, maka apa yang saya la, lakukan pasti akan

berhasil dengan baik. Tapi kalo keadan saya tidak fit maka saya

menyadari bahwa apa yang saya lakukan itu akan hasilnya akan tidak

bagus dan akan sia-sia. Tapi kalo keadaan saya itu fit, bagus, maka saya

positif dan memastikan bahwa hasilnya akan baik semuanya, itu. Yang

ketiga adalah saya membuka diri dan menyadari serta mengurangi suatu

kegiatan yang tidak efisien atau tidak berguna sama sekali bagi keluarga,

walaupun itu berguna bagi diri saya, tapi saya mengutamakan orang lain,

karena yang nanti akhirnya akan kembali pada diri saya. Kalau saya

dengan orang lain, maka orang lain akan tahu pada saya, itu yang saya

lakukan dalam langkah-langkah yang tidak mungkin bisa lepas daripada

pribadi kehidupan saya, itu.

P : Oke baik, terima kasih atas penjelasannya. Em, lalu apakah bapak

membayangkan seperti apa proses bapak dalam membentuk diri anda ke

arah yang lebih baik? Maksudnya adalah mungkin bapak

membayangkan ketika bapak selalu berpikir positif, maka hari-harinya

semakin baik, atau mungkin bapak bisa membayangkan kalau ketika

bapak bisa membayangkan emosi-emosi negatif maka bapak akan

merasa lebih terkontrol dalam kehidupan sehari-hari. atau mungkin

bapak mendapatkan hal lain, bagaimana bapak membayangkan seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

150

apa sih proses dalam membentuk diri bapak ke arah yang lebih baik tuh

seperti apa? Mungkin bisa seperti contoh yang udah saya jelasin.

N : Iya, proses dalam membentuk diri saya itu satu, tidak dikecewakan.

Karna orang yang dikecewakan itu akan lama sekali untuk bisa

menghilangkan atau terobati, karna banyak hal yang harus dilakukan,

atau langkah-langkah, proses-proses itu lama, itu. Yang kedua, dalam

membentuk diri saya itu, saya juga ingin menerima, mendambakan suatu

perhatian, dari seluruh unsur. Baik itu anak, istri, orang lain, teman, dan

lain sebagainya. Itu ada perhatian, itu sangat saya dambakan, itu yang

menjadikan positif, saya akan semakin baik dan itu pasti akan merubah

segala-galanya dalam kehidupan kami, untuk kemajuan yang lebih baik.

Tidak hanya sekedar pribadi, tapi orang lain juga dan kebersamaan, itu

yang saya rasakan, ehem, ehem. Itu langkah-langkah yang saya lakukan,

langkah-langkah yang harus saya jalani.

P : Berarti, em, bapak bisa membayangkan ketika bapak melakukan

tindakan yang ingin bapak lakukan itu, bapak udah tahu, bapak bisa

membayangkannya seperti apa?

N : Ya, bayangan yang saya lakukan itu sungguh indah, sungguh baik dan

sangat kami temukan hari demi hari saya akan menemukan hal yang

seperti itu. Bukan em, yang saya terima suatu kekecewaan, itu sungguh

jauh daripada pemikiran saya yang, menjadi pemikiran saya begitu

semuanya akan saya dapatkan, apabila semuanya itu mengerti keadaan

saya. Saya tidak bisa bebas, tapi saya harus mengendalikan diri dan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

151

tahap bertahap itu juga akan berubah. Tidak bisa kebiasaan itu dirubah

dengan begitu saja, tapi juga ada proses dalam perubahan saya itu,

sekarang baru begini, sekarang begitu ya, tidak. Proses perjalanan yang

orang lain belum tentu bisa melakukan, itu. Itu yang saya lakukan dari

hidup hari ke hari, itu yang saya rasakan.

P : Oke, terima kasih, em, baik, apakah bapak memusatkan perhatian atau

konsentrasi dalam bapak berproses? Maksudnya adalah bapak bisa

memfokuskan diri bapak dalam melakukan tindakan yang bapak lakukan

setiap harinya?

N : Saya dapat memfokuskan apa yang saya lakukan tidak bisa bersama-

sama, tapi satu demi satu, tahap demi tahap. Hari ini saya pengen seperti

ini dan begini, itu yang saya lakukan dan fokus untuk itu, maka tidak

bisa kalau baru dalam perjalanan fokus gitu terus diputus untuk

melakukan yang lain, itu kami tidak bisa. Yang jelas tahap demi tahap

satu demi satu semuanya akan berhasil dan tidak berhenti di tengah jalan.

Gambaran-gambaran itu jelas sudah saya lakukan dan itu jelas sudah

saya dapat merasakan walaupun begitu berat, tapi kami tidak merasa

begitu berat, karena yang saya lakukan adalah penuh dengan kesadaran

dan menyenangkan. Adanya hanya senang, yang saya lakukan adanya

senang, tidak mengecewakan tidak dikecewakan, itu yang saya lakukan.

P : Oke, baik terima kasih bapak. Em, apa bapak melakukan strategi tertentu

untuk menjalankan proses untuk memperbaiki diri bapak, yang

terkhususkan bapak mungkin?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

152

N : Untuk?

P : Melakukan em, proses yang lebih baik, memperbaiki diri anda.

Mungkin, bapak aja udah menjelaskan kalo selalu berpikiran positif,

bapak selalu memberikan kesenangan ataupun em, mementingkan

keperluan orang lain, ataupun kebutuhan orang-orang di sekitar bapak,

nah dari bapak sendiri, apakah bapak melakukan strategi tertentu dalam

menjalankan proses untuk memperbaiki diri bapak?

N : Ya, saya punya, punya cara, cara tersendiri dan cara-cara itu mungkin

kurang disadari oleh orang lain, yang jelas langkah saya, tahap saya itu

ada. Dan itu sudah rencana pada diri saya ada dan yang jelas rencana itu

adalah positif. Dan kami tidak mau juga mengecewakan orang lain tapi

ikut bersama-sama mari kita, membuat, merubah menjadi semuanya

senang, memuaskan, dan semua akan menerima hasil yang terbaik bagi

kehidupan. Langkah-langkah saya itu dan tentunya langkah itu yang tahu

adalah diri saya sendiri, bukan orang lain. Dan orang lain hanya tinggal

melihat, oh kenapa dia begini, begini, begitu, dan udah tahu saya

berproses itu. Itu yang saya lakukan.

P : Mungkin bisa bapak jelaskan, strategi seperti apa yang ingin bapak

lakukan untuk memperbaiki diri bapak ke arah diri bapak untuk

mengelola ke arah yang lebih baik?

N : Strategi saya yang saya lakukan untuk merubah menjadi lebih baik

adalah cara, cara, karena semakin hari kami juga mulai berproses.

Strateginya itu adalah cara, langkah-langkah saya, hari demi hari akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

153

tidak ada kesamaan, tapi pasti akan ada suatu perbedaan, perbuatan

langkah yang saya lakukan itu pasti berubah-ubah. Tapi itu adalah suatu

cara yang harus saya lakukan dan itu akan menemui suatu keberhasilan.

Dan akhirnya saya juga akan merasakan adanya keberhasilan, walaupun

belum sempurna tapi sudah bagian-bagian sudah merasa saya rasakan.

Tentunya dalam kehidupan saya, yang saya, kesehatan saya, terus untuk

berkomunikasi dengan orang lain, itu sudah hasilnya dengan baik.

Hanya masih banyak hal yang saya lakukan, dalam hidup kami, dalam

hidup berkeluarga, dalam hidup bermasyarakat dan bersama orang lain.

P : Oke, baik em, terima kasih. Em, apakah bapak melakukan pengamatan

diri ketika bapak berproses?

N : Ya, saya mengamati. Pengamatan diri saya adalah saya mengamati saya

pribadi suatu perubahan-perubahan. Pengamatan saya ternyata ada suatu

perubahan-perubahan. Oh, setelah saya berbuat perubahannya seperti

ini, kalau saya tidak berbuat juga ada perubahan seperti ini. Saya

melangkah ternyata hasilnya seperti ini, itu ada semuanya ada. Dan itu

saya amati betul, sikap, langkah, dan cara-cara yang positif, dan itu tidak

disia-siakan. Itu cara-cara yang saya amati ternyata hasilnya akan efektif

dan bagus sekali.

P : Oke baik em, mungkin bisa diceritakan juga bagaimana bapak berusaha

memahami munculnya penyebab tindakan-tindakan yang menghambat

proses bapak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

154

N : Ya, kemungkinan yang saya amati ini, apakah dalam tindakan saya itu

tidak tepat waktunya, salah satunya. Atau yang kedua itu tidak ada

pemahaman dari orang lain menjadikan saya akan merubah cara yang

harus saya lakukan. Itu perubahan-perubahan itu jelas sekali. Yang tidak

bisa lepas dari pada kehidupan diri saya sendiri. Saya mengamati ada

hasil yang bagus dan ada yang masih dalam perjalanan saja sudah

diputus, maka akan mengulangi dengan cara yang lain. Itu yang saya

amati, saya merasakan semuanya.

P : Oke berarti di sini bapak memahami ya munculnya penyebab tindakan-

tindakan yang menghambat proses bapak?

N : Ya saya memahami penyebab-penyebab, alasan-alasan semua yang saya

hadapi. Bagaimana? Mengapa? Ketidakmunculan itu, atau

ketidaksesuaian, atau tidak sejalan, atau tidak dimengerti orang lain apa

sebabnya, maka saya mengoreksi diri ternayat seperti ini, ternyata

seperti itu, dan lain sebagainya. Maka saya koreksi, saya buka lembaran

demi lembaran, maka akhirnya juga akan menemukan lembaran-

lembaran itu dari awal hingga saat perjalan hidup saya saat ini. Dan saya

tidak mengelak bahwa kehidupan saya memang banyak kekurangan ya,

banyak sekali kekurangan. Waktu saya belum bisa menerima pemikiran

orang lain, tapi sekarang sudah bisa menerima pemikiran orang lain.

Kadang saya tidak mau dikecewakan, tapi banyak orang yang

mengecewakan dan sebagainya, itu dalam analisa dalam kehidupan

dalam hidup kami, yang jelas seperi itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

155

P : Oke, terima kasih. Oke, em, di sini apakah bapak melakukan evaluasi

diri untuk setiap progress bapak tadi? Jadi mungkin bapak tadi sudah

menjelaskan banyak tentang apa saja sih yang menghambat bapak? Apa

saja sih yang menjadi em, dorongan bapak? Hal apa saja yang bisa

mendorong bapak, dan mungkin em di sini em, apakah bapak

melakukan penilaian diri dari tahap ke tahap yang bapak lakukan?

N : Ya tadi saya me, mengevaluasi diri, tahap-tahap yang saya lakukan. Dari

awal saya menyadari saat ini pun saya lakukan. Banyak hal yang se,

ternyata ada kesesuaian dan ada yang tidak kesesuaian. Ada yang

menggembirakan tapi ada yang mengecewakan. Ada yang memuaskan

tapi banyak sekali yang mengecewakan. Hal-hal seperti itu menjadikan

ehem, saya mengoreksi kembali mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa

hal ini bisa muncul, maka saya akan koreksi, dan saya akan merubah em,

saya akan mengupayakan yang lebih baik lagi, dari pada yang sudah

kami jalankan kemaren. Itu yang saya lakukan, saya menyadari bahwa

banyak kekurangan ada, tapi saya berusaha untuk memperbaiki,

bagaimana cara saya memperbaiki, maka saya itu perlu memproses

perjalanan, kesadaran, dan penuh dengan pengertian. Itu yang saya

lakukan pengamatan saya, yang semua sudah saya jelaskan tadi,

menjadikan kekuatan dalam hidup kami dan merubah sikap-sikap saya.

P : Oke, terima kasih mungkin untuk sharing-nya juga tadi. Em mungkin

bisa dilanjutkan untuk em, apakah bapak berusaha mengaitkan hal-hal

yang buruk atau hasil yang kurang disebabkan oleh upaya bapak dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

156

berproses? Jadi em, bapak bisa menjelaskan secara umum, misalnya em

ketika em, bapak tahu ada hal-hal negatif, bapak lakukan adalah

misalnya menghambat seperti merokok, seperti em tidak ada kesesuaian

dengan orang-orang sekitar, nah di situ apakah bapak berusaha

mengaitkan hal-hal yang buruk itu? Atau hasil yang kurang disebabkan

oleh upaya bapak dalam berproses tadi? Tadi kan bapak sudah

menjelaskan kalau ya mungkin saya akan mengevaluasi diri, nah sejauh

ini yang bapak rasakan untuk mengevaluasi diri itu seperti apa?

N : Ya menyadari keadaan diri saya sendiri dalam kehidupan saya. Setiap

orang pasti mempunyai keinginan, setiap orang pasti akan mempunyai

suatu perubahan, yang jelas terpusat pada suatu kesenangan,

kebahagiaan, bukan suatu kekecewaan. Karna hal itu dalam perjalanan

banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi. Dan itu tentu setiap orang

akan bisa sama, itu juga sulit sekali dilakukan.

P : Oke dari sini mungkin akan mendekati untuk pertanyaan terakhir ya

bapak ya. Jadi apakah bapak melihat kepuasan dan ketidakpuasan

bekerja dari bapak?

N : Dalam bekerja?

P : Kinerja bapak.

N : Iya untuk kepuasan saya bisa melihat dari hasil yang dilakukan oleh

orang-orang yang saya biayai. Di sisi lain ada merasa kekecewaan suatu

menghargai, atau kurangnya dihargai, dan kurangnya untuk mengetahui,

mengerti apa yang saya lakukan. Yang jelas orang lain itu adanya hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

157

em, atau orang lain itu tidak mau melihat usaha, upaya yang saya

lakukan, maka itu menjadi suatu kekecewaan pada diri saya. Dan itu saya

juga mensikapi apa yang harus saya lakukan. Sampai sekarang pun saya

juga menganalisa terus ada perubahan tapi ada yang tidak berubah dan

ada yang em muncul permasalahan baru dan sebagainya.

P : Jadi di sini bapak bisa mengetahui jikalau bapak puas dan ketidakpuasan

tadi ya? Bapak puas ketika bapak menyadari kalau ada orang-orang yang

em, tidak mengecewakan bapak dan bapak bisa dihargai seperti itu

bapak ya.

N : Yang menjadi pokok dari pada kehidupan saya. Yang saya sendiri pun

juga ya menyadari bahwa saya tuh sudah semakin hari semakin banyak

bertambah usia, maka saya pun juga mengingat orang yang masih muda-

muda, saya pun juga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan anak-anak

muda.

P : Oke em, dan ini adalah pertanyaan terakhir ya bapak ya. Mungkin em,

apakah bapak sendiri mencoba untuk melakukan em, bentuk pengaturan

diri yang baru? Jadi em, mungkin lebih terlihat seperti em bagaimana

bapak mengubah pengaturan bapak untuk melakukan pembelajaran yang

berpotensi lebih baik lagi?

N : Ya jelas itu ada suatu perubahan indikasi yang sangat baik dan tentunya

em, itu ada pada diri saya. Setiap em orang melakukan berubah,

memperbaiki. Yang sudah baik kita pegang, yang sudah baik kita rubah

menjadi baik, yang kurang pas kita pas kan, semuanya itu akan merubah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

158

dari pada sikap-sikap, dari kehidupan kita, kepuasan maupun tindakan

yang harus kita lakukan pada orang lain. Menjadi bekal hidup, semakin

hari saya semakin lemah dalam hal berpikir, dalam hal bekerja, dalam

hal kehidupan yang selama ini saya lakukan, itu sangat-sangat berubah

dari pada kehidupan saya waktu masih muda, itu.

P : Oke kalau bagaimana dengan dinamika bapak dalam bekerja? Apakah

ada hambatan juga setelah bapak mengalami stroke?

N : Ya dalam hal hambatan dalam bekerja memang sudah saya utarakan tadi

bahwa saya tidak bisa seperti kemaren lagi. Dalam bekerja saya masih

perlu menyaring dan membagi apa yang harus saya lakukan, dan itu pasti

tidak full seratus persen seperti kemaren. Yang jelas saya melakukan sa,

pekerjaan yang saya lakukan itu sangat dibutuhkan oleh orang lain, itu.

P : Untuk lingkungan sekitar bapak, dalam em pekerjaan, apakah ada juga

memberi dukungan? Atau ada berapa orang yang mereka juga membuat

bapak sendiri merasa down atau dikecewakan? Dan dalam hal orang

lingkungan dalam lingkup kerja.

N : Ehm, dalam hal lingkup kerja?

P : Iya dalam hal lingkup kerja.

N : Iya karna ada orang yang tidak mau tahu dengan keadaan saya. Tahunya

keadaan seperti sebelum saya menerima penyakit itu ehem. Walaupun

sudah kami jelaskan, saya jelaskan, tapi orang itu masih berpikir pada

pola lama, maka orang-orang seperti itu pun juga merasa em,

mengecewakan saya. Bukan suatu bukan sebuah perbuatan tapi em, apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

159

ya, menjadikan ketidakpuasan saya atau merasa saya tuh dikecewakan.

Kenapa tidak mau tahu pada diri saya? Tahunya orang itu seperti dulu

saya. Semuanya bisa saya lakukan, dengan kegiatan-kegiatan itu tapi

sekarang saya tidak seperti itu. Itu yang menjadikan hambatan dalam

langkah-langkah saya.

P : Oke, jadi mungkin em, untuk wawancaranya sudah mencakup beberapa

pertanyaan yang sudah itu tadi. Dari bapak sendiri apakah ada yang ingin

bapak utarakan terkait dengan proses bapak melakukan pengaturan diri?

N : Saya kira hal itu, saya belum ada pemikiran-pemikiran. Yang jelas saya

melaksanakan yang ada pada diri saya. Jadi saya tidak ada pertanyaan,

tidak ada apa, permintaan, yang jelas saya tahu keadaan yang sebenarnya

pada diri saya itu penting buat saya gitu. Saya menyadari, disadari, dan

saya menyadarkan dan disadarkan, tuk dapat hidup saling em, saling

menghargai, saling mengetahui, itu saja.

P : Oke mungkin, sudah tidak ada pertanyaan untuk didiskusikan lagi yang,

ini sudah cukup untuk wawancara dan terima kasih atas waktu yang

sudah diberikan, dan atas sharing ataupun wawancara dan data yang

telah diberikan, dan mungkin sekian dulu terima kasih ya bapak ya.

N : Ya sama-sama, semoga sukses semuanya.

P : Oke baik terima kasih bapak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

160

Transkip wawancara P2

VERBATIM SUBJEK 2

P: Pewawancara

N: Narasumber

P : Halo om selamat siang om. Sehat om hari ini om?

N : Selamat siang, sehat.

P : Oke, jadi untuk menanggapi em perkenalan tadi maksud dari

wawancara ini, mungkin bisa dimulai dengan pertanyaan pembuka ya

om ya. Sejak kapan om menderita stroke?

N : Tiga tahun yang lalu, tepatnya bulan Januari. Tapi tanggalnya gak tau

lupa.

P : Itu om masih bekerja om?

N : Masih, masih aktif.

P : Kira-kira apa penyebab om mengalami stroke?

N : Ya berawal dari penyakit gula. Gula darah yang tinggi.

P : Lalu, pengobatan apa saja yang sudah om jalani selama mengalami

stroke?

N : Ya medis, secara medis tu ke rumah sakit, opname satu minggu, terus

diijinkan pulang, karena cuma stroke ringan.

P : Apakah ada perubahan yang terjadi di hidup om setelah om mengalami

em stroke, perubahan dari segi apa saja?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

161

N : Ya terutama secara fisik ya. Secara fisik itu kita kelihatan lemas,

terutama di bagian yang stroke atau yang bagian badan yang kiri.

P : Oke.

N : Jadi gerakannya tidak bisa yang seratus persen normal. Ya digerakkan

tapi gak bisa maksimal.

P : Oke terima kasih om. Bagian tubuh yang sebelah kiri berarti ya om?

N : Kiri, ya.

P : Oke.

N : Terus kondisi stamina makin turun.

P : Oke. Baik om, mungkin bisa kita lanjut lagi. Ke pertanyaan mendalam

tentang stroke itu sendiri ya om ya. Nah di sini, mungkin om bisa cerita

bagaimana om beradaptasi dengan kondisi yang sekarang.

N : Ya kita jalani aja biasa, kita jalani sesuai dengan anjuran medis atau

dokter. Ya kalo kita mau ya kita minum obatnya, aktivitas seperti biasa.

P : Oke.

N : Tapi sesering mungkin aktivitasnya itu ya kalo kita lemes ya kita

gerakkan sesuai dengan aturan orang stroke. Karena kan orang stroke

kan tidak bisa seperti orang biasa. Jadi yang penting aktif saja. Mana

yang dirasa lemah itu yang digerakkan.

P : Oke om. Oke, oke em mungkin bisa om bantu ceritakan bagaimana om

bisa memahami kalo om ini sakit stroke dan memikirkan apa yang akan

om lakukan selanjutnya untuk menjadi lebih baik dalam pekerjaan om?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

162

N : Ya selama stroke kita banyak istirahat ya yang jelas itu. Jadi aktivitas

banyak yang dikurangi. Tapi tetep menjaga diri, makanan juga dijaga

supaya tidak berlanjut. Karena orang stroke itu kalo sekali stroke kalo

kena kedua itu resiko tinggi. Anggep aja mati separo atau stroke berat.

P : Oke baik om.

N : Yang penting semangat. Semangat untuk sembuh, semangat untuk

hidup.

P : Oke baik. Em, jadi om, em, berpikir, em, om menyadari kalau om ini

sakit stroke terus om, em, tahu apa yang akan om lakukan selanjutnya

dengan cara itu tadi ya, yang penting semangat, mau beristirahat,

seperti itu tadi ya mengikuti anjuran dokter berarti ya.

N : Ya, heem.

P : Oke baik om terima kasih. Em kemudian mungkin bisa om bantu

ceritakan bagaimana proses om untuk membentuk diri om kearah yang

lebih baik, dalam pekerjaan om.

N : Kalau pekerjaan rutin biasa. Rutin biasa kita lakukan, sesuai dengan

aturan perusahaan. Karena perusahaan mungkin juga menyadari kalau

kita baru sakit. Jadi mungkin pekerjaan itu dikurangi semaksimal

mungkin secara fisik maupun pikiran.

P : Oke.

N : Tapi tetep akif di kantor atau di perusahaan.

P : Oke, terima kasih om. Em, jadi kalau proses dari om-nya sendiri, untuk

mengelola aku ni sudah em, menderita atau mengidap stroke ringan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

163

terus em, om ni melakukan cara apa supaya om bisa lebih baik dari ini

ketika sudah di, diagnostik penyakit stroke?

N : Ya secara pribadi ya, tetep aktivitas seperti biasa. Aktivitas seperti

biasa, bangun ya juga pagi, olahraga secukupnya, makanan yang

diijinkan oleh medis atau dokter, tidak terlalu berpikiran yang macem-

macem, atau pemikiran yang berat, tapi kita tetep aktivitas. Tidak

engurangi aktivitas lah.

P : Oke baik, tetep aktivitas seperti biasa ya om ya.

N : Heem.

P : Oke baik terima kasih om ya. Em, mungkin saya tanyain pertanyaan

selanjutnya ya om ya. Mungkin bisa om ceritakan bagaimana sih em,

om melakukan evaluasi diri untuk setiap proses yang, em, pekerjaan

yang om dilakukan. Jadi misalnya setiap om melakukan pekerjaan om

sendiri di tempat kerja, ataupun dinamika om sehari-hari tuh, om

melakukan evaluasi diri gak sih?

N : Ya secara global enggak ya kalau evaluasi ya. Karena kita sudah capek

untuk kerja di kantor, pulang ya seperti biasa aja. Istirahat, aktivitas

biasa, tidak melakukan hal-hal yang sifatnya menguras energi atau

pemikiran. Jadi banyakin istirahat. Makanan seu, sesuai dengan

anjuran. Jadi tidak bertentangan dengan apa yang dianjurkan oleh

dokter.

P : Oke, tidak bertentangan. Berarti, em, om ya udah melakukan aktivitas

biasa ya, jadi om gak pernah yang atau gak yang mengevaluasi diri om

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

164

untuk melakukan setiap lebih, jadi lebih ke ya udah aku lanjut step

kegiatan biasa gitu ya?

N : Ya heem, karena kalau kita mengevaluasi tuh kita juga kesulitan karena

kita gak punya data medis yang baik. Artinya kita setelah stroke ni yang

seperti apa to? Stroke ni ya seperti ini ni. Kita hanya melakukan apa

yang sesuai anjuran dokter aja. Bangun pagi ya kita senam biasa, senam

biasa lima menit sampai sepuluh menit. Terus kita berjemur, juga di

jam-jam tertentu selama hampir satu jam atau setengah jam lah, itu aja.

P : Oke. Baik terima kasih om. Nah, om ni, ini bisa diceritakan em, yang

om dapatkan setelah melakukan pengelolaan diri, jadi mungkin em, om

sudah didiagnosis gejala stroke ringan dan em, om sendiri melakukan

pengelolaan diri dengan cara itu tadi, oh mengurangi em, em apa

namanya, em tidak berpikir berat, atau yang penting sesuai protokol

yang medis aja, em apa sih yang om, yang om dapatkan dalam

melakukan pengelolaan itu tadi?

N : Ya mungkin secara medis atau secara kesehatan itu lebih baik, artinya

tidak menambah resiko stroke atau penyakit itu sendiri. Jadi kita em

rutinitas kita tidak harus berat, tapi tidak juga mengurangi resiko

penyakit itu sendiri. Jadi kita tetep hati-hati, karena yang stroke itu

resiko tinggi. Jadi ya kita biasa-biasa saja aktvitasnya sesuai dengan

anjuran secara medis itu mungkin lebih baik.

P : Em, jadi em yang om dapatkan setelah melakukan pengelolaan diri itu

ya lebih tahu diri om ya harus bagaimana itu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

165

N : Ya, ya betul.

P : Oke. Oke baik terima kasih ya om ya. Em, lalu mungkin bisa dibantu

om, kalau untuk om sendiri apakah ada yang mendorong diri om untuk

menetapkan tujuan yang lebih baik?

N : Ya, tujuannya tetep kita kembali lagi ke sehat yang normal ya. Tujuan

utamanya kita tuh kembali ke sehat yang normal. Tapi yang namanya

stroke itu sulit, karna kita harus sabar, sesuai dengan anjuran-anjuran

tadi itu kita harus sabar. Karena itu memang sulit, kalau orang yang

sudah kena stroke, itu kalau kita gak sabar itu malah menambah berat.

Makanya kita harus sabar, melakukan aktivitas biasa, olahraga juga

biasa saja, gak usah yang berat-berat, sehingga badan kita tetep seger

dan kemungkinan besar akan pulih Kembali.

P : Oke. Em jadi em, om sendiri mendorong diri om untuk melakukan

tujuan yang lebih baik tuh yang penting aku mau sehat, dengan aku

mempunyai semangat, aku bisa lebih baik, gitu ya om berarti?

N : Ya betul.

P : Oke, terima kasih om. Lalu, bagaimana om merencanakan langkah-

langkah diri setelah om menderita stroke?

N : Ya kalau kita lihat kondisinya ya. Yang Namanya orang stroke itu

tidak, jangka pendek, artinya penyakit itu tidak di waktu, dibatasi

dengan waktu, sebulan dua bulan sembuh hehe sebulan dua bulan

sembuh itu gak bisa. Yang penting kita me, mengaktivitas diri, untuk

bisa sehat Kembali seperti semula, itu aja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

166

P : Em, berarti selalu memikirkan supaya gimana caranya aku bisa sembuh

gitu ya om?

N : Iya.

P : Oke, oke terima kasih om. Em, cukup bagus. Terus mungkin apakah

om mempunyai keyakinan pribadi tentang memiliki sarana belajar yang

om lakukan itu efektif? Jadi misalnya, em, om ini yakin dengan

tindakan-tindakan om yang Ketika om lakukan setelah menderita

stroke ini? Itu tuh efektif untuk om? Apakah om mempunyai keyakinan

seperti itu?

N : Kalau secara efektif ya tidak juga ya. Karena yang punya rutinitas itu

kan kita melakukan tiap hari ya dan semua orang bisa melakukan itu

walaupun tidak sakit. Jadi tapi kita punya kemampuan atau keyakinan

bahwa kegiatan kita itu akan lebih baik untuk menjaga kesehatan kita.

Atau paling enggak kita mengurangi resiko stroke yang lebih berat lagi.

P : Oke.

N : Jadi yang kita yakin itu harus ya aktivitas kita sendiri, aktivitas kita

sendiri itu harus kita yakini bahwa itu akan mengurangi resiko stroke

yang lebih berat.

P : Oke, baik terima kasih om. Lalu, em, mungkin apakah om mengetahui

konsekuensi atau hasil yang diberikan dari proses perubahan diri ke

arah yang lebih baik?

N : Kalau konsekuensinya ya kita harus ya secara medis mungkin kita tidak

tahu ya, kalo secara medis tidak tahu. Tapi kalo dari seberfungsinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

167

orang sehat itu pasti bera, berawal dari aktivitas-aktivitas sendiri. Dari

olahraga, dari makan yang bergizi, tidur, istirahat yang cukup, tidak

memikirkan yang lebih berat, atau paling tidak kita mengurangi

pikiran-pikiran yang, yang menyebabkan kita sakit.

P : Berarti em tindakan yang baik atau yang sesuai anjuran dokter menurut

apa aktivitas yang baik akan membawa konsekuensi yang baik juga

untuk perubahan diri om yang baik berarti ya?

N : Kemungkinan besar iya, kemungkinan besar iya. Karena entar kan kalo

secara medis kan dokter yang tahu, bukan kita yang tahu. Tapi untuk

melakukan di luar itu kita yang tahu. Jadi, frekuensi kegiatan kita itu

kita yang ngatur sendiri. Kalo mungkin dokter, kamu harus makan ini

makan ini makan itu, ini dikurangin ini dikurangi tapi kalo itu tidak

mengurangi penyakit kita ya kita gak papa lakukan aja sesuai dengan

kebutuhan kita. Kalo kita butuh makan ya makan aja makan. Jadi kita

yakin kalo makanan itu tidak mengganggu kesehatan kita. Justru ada

yang orang bilang kita makan sate kambing misalkan, bisa menambah

stroke, ternyata ya tidak juga. Karna yang paling utama itu ya

pemikiran kita. Pola pikir kita yang baik.

P : Pola pikir yang baik ya om jadi?

N : Heem. Ya positive thinking lah.

P : Oke, mungkin bisa dibantu dengan, dengan adanya konsekuensi

dengan yang diberikan dari perubahan diri ke arah yang lebih baik,

apakah itu dapat memotivasi om?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

168

N : Ya harus to. Harus jadi motivasi, karena kalau tidak kita akan lemah.

Kalau lemah kita akan malas. Kalau malas kita tidak punya aktivitas

apa-apa, itu aja.

P : Oke. Oke baik, dengan adanya em, mungkin, em hal-hal positif yang

didapatkan dari proses ini, apakah om menjadi lebih berorientasi pada

tujuan om. Maksudnya dengan om setelah melakukan banyak aktivitas

atau yang om yakin yang lebih baik, nah itu akan em, menghasilkan,

akan mendorong om em, lebih berorientasi gak sih pada tujuan om

sendiri, sekarang?

N : Ya kalau orientasinya jelas ya, kita menuju hidup yang sehat. Yang

penting itu hidup yang sehat, yang kedua itu mungkin akan menambah

kekuatan kita untuk lebih baik. Artinya tidak serang, tidak terserang

stroke yang kedua kalinya, itu. Dan tujuan kita juga hidup yang sehat.

P : Oke, berarti juga sembuh juga pengennya sembuh juga gitu ya om?

N : Iya.

P : Oke, terima kasih om. Lalu apa om mengetahui cara-cara dalam proses

membentuk diri om ke arah yang lebih baik? Om tahu harus melakukan

apa nih, misalnya, wah kalo om capek itu jadi pemicu terus em, om

harus menghindarinya, atau gimana? Artinya lebih ke om ni sendiri

tahu gak sih cara-cara untuk em, membentuk diri om ke arah yang lebih

baik melakukan pengelolaan?

N : Ya kita anu, apa itu, ck, ya namanya orang sakit ya, orang sakit itu kan

tidak bisa seratus persen beraktivitas, tapi kita bisa mengevaluasi, kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

169

bisa mengetahui, kalau kita aktivitas itu ya sebatas kemampuan kita.

Artinya kalau kita jalam-jalan ya tidak terlalu jauh, kalau senam ya

tidak terlalu lama, gerakannya juga ya tidak terlalu berat, itu aja.

P : Oke, baik om. Oke, jadi secara langsung om sudah tahu lah cara proses

membentuk diri om ke arah yang lebih baik ya?

N : Ya.

P : Em, apa om membayangkan seperti apa proses dalam membentuk diri

om seperti itu, seperti apa? Maksudnya kayak, om ni bayangin gak sih,

wah kalo misalnya hidup yang baik tuh, atau pola yang baik tuh kayak

gini. Nah om tuh, em, ini gak, sering bayangin gak? Prosesnya itu, aku

harus kayak gini, karna itu bahaya terus aku harus kayak gini?

N : Kalo soal bayangan atau kita membayangkan hidup yang baik tuh

semua orang ke a ke arah sana ya, semua orang pasti arah ke sana.

Walaupun dia tidak sakit, tapi arahnya juga ke sana. Apalagi orang

yang sakit, tujuan utamanya tu sembuh dan arah yang lebih baik dari

pada yang sebelumnya, itu.

P : Oke, baik om, ini sudah mendekati pertanyaan yang terakhir ya om ya.

Oke, jadi apa om memusatkan perhatian atau konsentrasi dalam proses

yang om lakukan?

N : Kalau konsentrasi tidak, artinya kita tidak harus setiap hari melakukan

itu tidak. Karna kita punya aktivitas yang lain. Jadi kalau kita kepingin

melakukan ya lakukan lah. Tapi paling tidak kalau kita olahraga ya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

170

antara lima sampai sepuluh menit itu kita olahraga. Sesuai dengan

kemampuan kita.

P : Oke, berarti em, tidak terlalu konsen em, tidak terlalu berfokus ya om

ya, karna ada beberapa ya, ya udah se, melakukan semampunya aja ya

om?

N : Ya betul.

P : Oke, lalu apa om melakukan strategi tertentu dalam menjalankan

proses untuk memperbaiki diri om?

N : Ya kalau strateginya ya kita ya, gimana ya, namanya orang sakit itu kan

tidak berfokus dengan jam tertentu. Misalkan saya harus bangun jam

lima, harus kita bangun jam tujuh, kan tidak. Tapi kita tetap bangun

pagi, misal kan kita aktivitas senam atau kita olahraga ringan, atau ya

seperti biasa orang hidup di rumah tangga.

P : Em, jadi lebih ke enggak, lebih ke enggak memikirkan strategi seperti

apa cuman melakukan hidup senormal mungkin ya om?

N : Ya betul.

P : Oke.

N : Aktivitas-aktivitas kita tuh jangan istilahnya terpaksa atau dipaksakan

gitu.

P : Jangan terpaksa atau dipaksakan ya berarti. Oke, nah apakah om juga

melakukan pegamatan diri ketika berproses? Kayak mengamati, oh jadi

aku sudah sampe taraf ini, aku sudah melakukan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

171

N : Oh kalau itu tidak ya, karna saya tidak punya jadwal atau program

tertentu untuk melakukan itu. Karna kalau kita punya schedule seperti

itu, kita ya harus punya catatan tertentu. Misalkan hari pertama itu kita

jalan-jalan seratus meter misalkan gitu. Atau jalan paling lama lima

menit itu, terus besok kita tingkatkan atau gimana itu. Itu kita harus

punya schedule-nya, jadi kita bisa mengevaluasi itu kita tidak punya,

ya rutinitas biasa aja yang kita bisa lakukan.

P : Oke terima kasih om. Lalu apakah em, om berusaha memahami

munculnya penyebab tindakan-tindakan yang menghambat proses om?

Jadi om ini tahu dan paham kalo misalnya penyebab tindakan-tindakan

itu bisa menghambat proses om seperti misalnya em merokok, atau gak

minum obat, itu tahu itu bakal menghambat om untuk misalnya ke arah

baiknya sembuh atau apa, om ini memahami itu gak?

N : Itu kita pahami juga, tapi kalo untuk hal-hal yang terkait untuk seperti

merokok itu kita tidak bisa mencegah diri karna kita ya tahu sendiri

kalau orang sudah merokok itu artinya sulit kita kendalikan, mau tidak

mau kita juga merokok. Tapi bagi orang yang punya penyakit stroke,

baik ringan maupun berat, itu kalau bisa dihindari, bahaya merokok

atau makanan yang artinya yang mengganggu kita kembali ke stroke

lagi. Jadi yang kandungan kolesterol yang tinggi atau mungkin gula

yang tinggi dan sebagainya.

P : Em, jadi jadi memahami juga gitu ya om ya?

N : Ya kita pahami juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

172

P : Oke, em, tinggal beberapa pertanyaan lagi ya om ya. Berhubungan

dengan itu, em apa om melakukan penilaian diri untuk setiap proses

om?

N : Melakukan penilaian diri, dari, dari tadi kita gak evaluasi ya, karena

kita gak punya schedule-nya. Kita melakukan hal itu berapa menit atau

berapa jam. Jadi kita tiap-tiap hari tidak bisa menilai atau mungkin tiap

bulan tidak bisa mengevaluasi, yang jelas kita rutinitas aja melakukan

hal-hal seperti itu. Tapi tujuannya kita untuk lebih sehat lebih baik.

P : Oke, em, apakah om berusaha mengaitkan hal-hal yang buruk atau hasil

yang kurang setelah berupaya dalam berproses tadi?

N : Kalau mengaitkan juga tidak, tapi kita tahu persis apa yang kita lakukan

tuh yang terbaik. Artinya hal-hal yang tidak kurang baik untuk kita ya

sebisa mungkin kita hindari. Contohnya olahraga berat kita lari-lari, ya

kita gak usah lari-lari. Karena kita kalau lari-lari kalau orang stroke kan

gak bisa. Kalau yang sifatnya kenceng atau banter atau keras, ya kita

cukup jalan-jalan aja. Resiko tetep kita jaga, karena kalau resiko tidak

kita jaga ya nanti kita yang menanggung akibatnya. Dari situ kita bisa

ya kalo kita kecapekan gitu kalo orang stroke bisa kena lagi yang kedua

atau stroke yang kedua, stroke yang kedua tuh lebih parah daripada

stroke yang pertama.

P : Oke, em, lalu mungkin apakah om melihat kepuasan dan ketidakpuasan

om sendiri dalam mengelola diri om setelah om didiagnosis penyakit

stroke?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

173

N : Kalo puas ya kita koreksi diri ya, kita sebenarnya sudah cukup atau

tidak, karena kalo yang namanya puas itu kalo kita merasakan sudah

cukup sehat atau sudah sehat itu kita puas. Tapi kalau kita belum

merasakan sehat atau cukup sehat itu kita belom puas, itu aja. Jadi hasil

yang kita lakukan itu istirahat cuma menjaga diri supaya kita tidak kena

yang kedua, mengurangi resiko, itu aja.

P : Oke jadi em, intinya cuman em, mengurangi ada kedua ya, yang

penting ya puas tapi jangan tetap mengoreksi diri dan kalau tidak puas

berarti masih ada yang kurang gitu ya, oke.

N : Ya betul ya.

P : Oke mungkin pertanyaan yang terakhir ya om ya. Em, apakah om

mencoba melakukan bentuk pengaturan diri yang baru?

N : Ya kita lihat dulu kondisi kita, kalo kondisi kita tu semakin baik,

kondisi kita semakin sehat, mungkin kita tingkatkan kegiatan kita. Tapi

kalo kondisi kita tidak semakin baik, tidak semakin sehat, ya kita harus

mengatur ulang, artinya kalau kemaren jalan seratus meter ya kita

kurangi tujuh puluh lima meter, misalnya gitu. Kalau kita bisa muter

satu stadion satu kali, berarti tuh jangan satu kali, setengah, setengah

putaran saja kita istirahat, itu aja.

P : Berarti, em, om juga akan melakukan, melakukan bentuk pengaturan

diri tuh ya setelah om juga melihat apakah ada perubahan hidup apa

enggak? Terus melihat gimana polanya gitu ya?

N : Iya iya iya, ya selama kegiatan tuh memperhatikan kondisi fisik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

174

P : Oke, oke, ini sebenernya sudah sih om, sudah, selesai dengan pokok-

pokok pertanyaan kan, karena ya aku juga tahu kalo opo, om juga pasti

sesek juga, pasti capek juga kalau lama-lama kan, dan mungkin untuk

yang lain-lainnya bisa didukung sama ceritanya tante atau apa.

Mungkin sejauh ini sudah cukup aja om, atau mungkin ada om, ada

yang ingin om tanyakan atau apa?

N : Cuik, gak ada e, gak ada, yang mau ditanyaka gak ada. Cuma secara

umum kalo orang stroke tuh ya seperti ini, kondisinya. Nah ini di rumah

saja atau di rumah sakit. Cuman kalau di rumah sakit tuh ada yang

ngawasi kalau di rumah tuh ya gimana pengawasannya, kan aktivitas

di rumah tuh beda di rumah sakit. Rumah sakit tuh khusus kalo di

rumah sakit tuh kan khusus ada yang ngerawat sendiri, ada yang

memberi obat sendiri, dan diawasi oleh dokter. Kalo di rumah kan gak

ada, itu bedanya.

P : Em, terus om suka was-was gak kalau misalnya gak ada yang ngawasin

gitu?

N : Kalau was-was ya semua orang mesti was-was, orang sehat aja mesti

was-was kok, namanya stroke itu. Karena ketidak, kedisiplinan kita,

baik dari pola makan kita, aktivitas kita api kalo orang sehat itu kan

kebanyakan bergaya ya, aku lo nih sehat, tapi tahu-tahu kemaren,

dibilang sehat tahu-tahu besok di, gak bisa bangun tidur, nah itu yang

tidak bisa kita awasi dan kita jaga, itu. Kalau orang sudah tahu besok

saya mau stroke nah itu di kita awasi. Tapi kan ya secara umum orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

175

tidak tahu itu stroke. Bangun-bangun tidur tahu-tahu stroke, baru

makan ya orang bisa stroke, baru jalan kita bisa stroke, tapi yang kita

awasi itu pola makan kita sama pola hidup kita, itu aja ya.

P : Oke, oke mungkin cukup om untuk wawancaranya juga, aku juga takut

ntar kalo om jadi capek kan. Udah om ini gak ada pertanyaan lagi gak

mungkin?

N : Gak ada.

P : Gak ada oke, makasih om ya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

176

Transkip wawancara P3

VERBATIM SUBJEK 3

P : Em oke, selamat siang tante, dengan tante siapa ini?

N : Dengan Emilia Rahayu Budi Astuti, biasa dipanggil Emi hehehehe.

P : Oke, Budi Astuti, terus em, sejak kapan ibu menderita stroke diskemik?

N : Em, kemarin, em, tahun 2019 tapi bulan Oktober po ya?

P : Oh tahun 2019 bulan Oktober?

N : Ho’o, pada tahun 2019 itu karena em, mendadak itu kayak vertigo tu lo.

Kayak vertigo, terus em mata kebuka langsung kayak muter-muter itu lo.

P : Oh iya.

N : Ho’o terus dibawa ke IGD tuh tensinya langsung tinggi seratus tujuh

puluh bawahnya seratus sepuluh po ya.

P : Oke.

N : Trus akhirnya ditangani, dikasih obat. Ternyata waktu itu dikasih obat

sempat malah naik, seratus sembilan puluh po ya. Jadi naik seratus

sembilan puluh, bawahnya ketika itu ketok, kelihatannya sama. Habis itu

terus em waktu proses itu dapat obat penurun tensi. Gak tau obatnya apa,

kayak semuanya tuh diresepin semua tu lo mas. Jadi tadinya gak em, apa

ya, gak bisa digerakkan tu kayak lemes.

P : Jadi kayak tuh setelah diobatin tuh jadi susah digerakin tuh ya.

N : Heem. Iya yang sebelah kiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

177

P : Oh yang sebelah kiri. Oke terus untuk kira-kira penyebab strokenya tuh

apa ya?

N : Em, nah, sebenarnya kalo saya sering makan itu ya, em sering makan

sayur yang dipanasi tuh lo mas. Kayak sayur santen.

P : Sayuran yang dipanasi sama santen ya.

N : Heem, konsumsi itu. Terus sering goreng-gorengan, kalo gak pake goreng

apa, kalo minyak tuh kan, apa-apa masak kan mesti digong, di-gongso apa

digoreng,

P : Oh gitu.

N : Iya, terus santen itu kalo masih ya itu yang habiskan cuma saya hahaha.

P : Berarti pemicunya gara-gara dari makanan ya?

N : Nah, makanan iya. Heem itu, terus sama yang kedua mungkin sering

kemrungsung.

P : Oh sering kemrungsung.

N : Sekiranya itu..

P : Buru-buru ya?

N : Ho’o buru-buru, terus kan kadang punya target em, paling kayak masa

sekolah atau kerja itu kan jam satu udah harus siap. Sementara kadang

ada, ada tamu, apa-apa jadi kemrungsung to yo. Terus ada pikiran anu apa,

tiba-tiba gitu lo. Jadi seolah-olah tuh kalo tidak melibatkan sodara gitu

tuh, terus nganu, opo yo, kayak perasaannya kayak di, di apa ya,

disisihkan gitu lo. Merasa di em, kayak gak dianggep gitu lah, opo yo.

Padahal kan, padahal kan saya em walaupun masih di bawahnya dia em,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

178

saudara saya yang lebih kayak ipar atau bagaimana, ya lebih tua dia

umurnya. Tapi kan awu-nya, keris-nya saya kan. Adek ipar kan banyak

yang usianya lebih tua dari saya ya, jadi kadang ya itu apa ya gak

nganggep gitu lo ngrosone hehehe. Kurang em, ya mungkin karna anu

terbawa nganu juga, perasaan aja. Sisanya gak apa-apa sih sebenernya..

P : Oh ibu dari kegiatan gitu jadi kepikiran gitu ya?

N : Heem ya betul. Yang saya amati yang saya rasakan gitu tuh. Ya itu sama

dokternya kan disuruh nganu apa-apa tuh jangan dimasukan di pikiran bu,

ya kalo bisa tuh ya rasah ngoyo rasah ngoyo, apa yang bisa dilakukan ya

dilakukan, kalo capek ya udah dak usah, harus istirahat dulu gitu.

P : Trus lanjut lagi tante pengobatan yang sudah tante jalani selama stroke?

N : Kemaren pernah anu em pengencer darah itu apa ya namanya singostasin?

Singostatin apa, apa namanya itu heem, berhubung saya kan kemarin em

ada apa kayak menstruasi gak berhenti-berhenti tuh padahal kan tuh

pengencer darah. Kalo minum itu kan tamban nanti gak berhenti-berhenti

darahnya to, sementara itu em, itu dalam pengobatan itu trus dihentikan.

Dihentikan gak minum obat itu lagi, biar gak kalo mens gak anu sampe

apa berkepanjangan tuh lo mas. Tapi nanti kan malah anemia, sudah sama

dokter ya udah distop aja gitu. Sama dokter poli kebidanannya gitu.

P : Berarti em pengobatannya cuma secara medis aja ya?

N : Heem iya.

P : Trus kemaren sempet dirawat atau?

N : Dirawat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

179

P : Oh dirawat.

N : Ho’o seminggu, trus tambah istirahat dokter seminggu. Dua kali kok saya

tuh. Kalo dirawat di rumah sekali aja, gitu. Tapi pernah ngebet ke

belakang tuh sampe kunang-kunang setelah, aduh jatuh. Ngempet ke

belakang juga gak boleh to itu. Gak papa mas gak papa?

P : Gak papa ini gak papa.

N : Itu kena angin ya.

P : Iya. Lalu apakah ada perubahan yang terjadi di hidup ibu setelah ibu

mengalami stroke?

N : Oh perubahannya ya itu harus bisa mengendalikan apa ya em kayak emosi

gitu. Jangan sampe apa em gampang marah-marah, cepet marah tuh lo

mas. Jadi emosinya anu di, kalo bisa dihindari, jangan sampe marah, gitu.

Trus yang kedua ya itu kalo merasa capek ya udah istirahat jangan

dipaksakan, jangan disentakke tuh lo koyo ngoyo hahaha.

P : Jadi sering kecapekan ya dulu ya?

N : Iya heem sering kecapekan, padahal saya tidurnya mudah lo. Boboknya

mudah keliatannya sebenarnya, tidurnya tuh langsung bisa tidur gitu lo,

kayak capek itu. Ya, cuma kalo tidur itu gak pernah kok sudah tidur itu

pasti nganu ada dalam mimpi tuh kerja terus. Apa artinya kayak gitu? Jadi

kalo tidur, istirahat itu anunya ke mana-mana, sampe mengigau. Kenapa

itu?

P : Ya jadi bisa ter-stresnya karena represi, nah represi karna tekanan yang

ada dalam real life kita sendiri kan bisa dalam pola hidup kerja, supresi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

180

karena ada pikiran sama perasaan itu yang disebabkan akhirnya tuh secara

gak sadar alam bawah sadar kita yang bekerja. Jadi tidur-tidur tuh capek

tapi bukannya bangun malah seger malah makin capek karna itu tadi

namanya stresnya kan atau supresi itu tadi. Mungkin ya berarti tante bisa

dibilang tuh stresnya juga tinggi berarti ya?

N : Oh gitu, iya, iya termasuk.

P : Oh gitu.

N : Kadang saya kerja tuh suka ngomong sendiri lo mas. Takut e anu kelupaan

hehehe haduh. Ada temen yang bilang Emi kui ngomong dewe lo ho’o,

padahal jane pinginnya biar, milihnya gak anu..

P : Oh biar, biar, biar bisa luwes pikirannya gitu ya?

N : Heem heem heem iya, nah itu. Tapi sekarang saya ke pengobatan rutin.

P : Pengobatan medis tadi masih ya?

N : Hipertensi.

P : Oh hipertensi.

N : Hipertensinya rutin ya, hipertensinya obatnya candesartan hanya itu sama

em kemarin hanya dikasih vitamin untuk syaratnya itu. Sempat minum

obat sarap juga. Terapi, pernah terapi juga. Dalam proses penyembuhan

itu terapi juga.

P : Terapi juga ya, selain medis ada terapi juga?

N : Iya, terapinya tapi terapi nganu lo kayak kecapekan gak terapi yang

khusus untuk apa sarap sik nganu enggak.

P : Bukan fisio, fisioterapi terapi berarti ya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

181

N : Ya fisioterapi.

P : Oh fisioterapi.

N : Masuk fisioterapi tapi untuk nganu, biar, apa ya.

P : Rileks gitu ya.

N : Ho’o rileks otot-ototnya gak tegang itu aja, iya. Mengamati kalau pola,

pola makan dan pola hidup.

P : Pola makan sama pola hidup?

N : Heem. Ya itu kalo pola hidupnya sering itu apa terbawa perasaan itu heem

heem.

P : Oh terbawa perasaan terus mulai mikir, mikir, mikir, stres, banyak

tekanan.

N : Heem heem heem iya betul. Terus bilangnya di dokter saraf itu, ada

hubungannya hahaha. Tapi kalo untuk obat hipertensi itu bilangnya dokter

penyakit dalam di Lempuyangwangi itu tetep harus rutin dak boleh lepas.

P : Kalo perubahan secara fisik, ada gak mungkin fisik tuh jadi lebih capek,

atau mungkin sempet kaku di bagian salah satu fisiknya?

N : Iya iya ada kadang nganu kayak gimana gitu lo berat gitu lo.

P : Badannya berat gitu ya?

N : Ho’o berat. La ini selama covid harus menjaga nganu to.

P : Iya pola, imun.

N : Imun itu tubuhnya harus dipikirin makanya yo apa-apa yo di maksudnya

haha.

P : Bisa dijaga pokoknya sadar lah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

182

N : Ho’o ho’o iya jadi ya badannya gemuk ya hahaha.

P : Hahaha enggak kok sans aja bu hahaha. Terus untuk caranya ibu

beradaptasi dengan kondisi yang sekarang? Caranya beradaptasi dengan,

ya maksudnya kan mungkin itu sudah, sudah pernah mengalami em,

penyakit stroke ini. Terus cara ibu untuk beradaptasi dengan ya itu juga

harus bekerja, nah itu gimana?

N : Heem harus, nah itu harus bisa mengatur.

P : Harus bisa mengatur ya.

N : Ho’o mengatur ya makanannya apane dalam sehari itu terutama ya minum

itu lo. Minum tuh kan kadang saya kurang.

P : Oh air putih ya?

N : Ho’o padahal kan em apa obat tensi tuh harus banyak minumnya padahal

kalo banyak minum harus ke belakang haha. Kadang kalo ke belakang tuh

suka diempet, saya ampet kadang itu.

P : Ooh.

N : Tapi kan ya gak boleh ngempet juga ya. Ya harus segera, ya annu to.

P : Iya terus em terus untuk pekerjaan juga adaptasinya?

N : Ya anu bisa kok.

P : Bisa? Masih bisa beradptasi dengan pekerjaannya?

N : Iya bisa kok cuman nek gek anu ya itu. Mesti harus punya target, apane

shift shift pagi itu kalo bisa ya diselesaikan, sampe sesuai nganunya

sampel yang ada, jangan ditunda. Kalo ditunda kan numpuk-numpuk nanti

kasian yang selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

183

P : Oh yayaya.

N : Ha yang siangnya ho’o to, kan memang itu kan anu berantai to mas kalo

kerja shift itu. Kalo paginya pas, pas gak banyak ya pokoknya bisa,

kerjaannya pokoknya bisa diselesaikan , dibereskan. Jadi sesuai

nganunya, kemampuannya kita nah. Kalo dulu saya tuh pikirannya gini,

pokoknya kerjaan pagi harus udah selesai. Jadi kadang agak pulang molor

gitu tuh.

P : Ooh iya.

N : Jadi kan kayak beban to, jadi kalo belom selesai mau pulang itu gimana-

gimana sama temen. Tapi sekarang kan gak perlu gitu. Ha kemampuannya

hanya sampe se, jam dua ya jam dua harus selesai. Nanti kalo anu

kasihkan temen, kan ada istilahnya ada pasrah serah terima itu lo. Jadi ya

udah, jadi sak anunya.

P : Se, sedapetnya juga ya.

N : Ho’o iya gak boleh ngoyo itu tadi.

P : Lalu bagaimana tante bisa memahami kalau tante ini sakit? Terus

pemikiran apa yang akan tante lakukan selanjutnya untuk menjadi lebih

baik dalam pekerjaan?

N : Oh ya hati hati, lebih hati-hati. Ya makan juga harus dijaga, gak anu apa

ck pokoknya gak seperti biasanya apalagi kan nek seusia saya harus yang

udah pernah itu lo. Waktu muda sudah pernah makan anu apa waktu

kurban itu, biasanya makan apa haha. Ya di soto dibuat apa, kambing

dibuat tongseng gitu. Apa-apa kadang semua dimakan gitu lo, nah ini kan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

184

harus bisa memilih yang harus saya kurangi yang harus saya hindari tuh

apa. Jadi tahu diri gitu. Jadi bisa....

P : Jadi tante memikirkan apa namanya oh aku udah harus, aku udah sakit nih

berarti aku harus memikirkan untuk cara lebih baik supaya bisa mema,

mem, beradaptasi gitu ya?

N : Nah nah nah beradaptasi yang jangan sampe nanti terulang kembali seperti

itu. Kan kaya gitu kan harus dari anu dari diri kita sendiri to, walaupun

orang lain memberitahu harus gini harus gini, kalo kita gak melaksanakan

ya sama aja.

P : Ya sama aja. Trus prosesnya tante untuk membentuk diri tante ke arah

yang lebih baik di dalam pekerjaan tante, itu gimana prosesnya tante untuk

membentuk diri tante ke arah yang lebih baik? Kan setelah stroke pasti

tante mikir, wah saya fisiknya halangan, saya gak, trus prosesnya tante tuh

gimana, untuk beradaptasi?

N : Prosesnya?

P : Iya.

N : Ya nganu, pelan-pelan hahaha.

P : Oh pelan-pelan.

N : Gak bisa langsung anu nanti kan yo bertahap istilahnya apa ya, gak bisa

langsung anu apa ya cepet gitu gak bisa, pelan-pelan ya. Beradaptasinya

pelan-pelan, bertahap ehe. Ya kalo sakit kan brek cepet ya, kalo mau

sembuh kan emang harus..

P : Emang harus bertahap?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

185

N : Heem, iya.

P : Em, berarti emang tante ini ya harus bisa melakukan adaptasi baru ya

untuk kejadian seperti ini?

N : Nah iya haha, new normal haha, kayak covid aja hahaha.

P : Berarti pelan-pelan tante mengamati ya, maksudnya tante harus ngapain,

terus gimana cara beradaptasi gitu ya?

N : Iya.

P : Em, lalu bagaimana em, tante melakukan evaluasi diri untuk proses

pekerjaan yang tante lakukan? Jadi em tante ketika misal nih tante kan

bilang, wah berarti saya harus menjaga temperamen biar gak marah-

marah, trus abis itu, nah itu kan evaluasi dirinya tante, berarti kalau tante

melakukan evaluasinya tuh setiap prosesnya tuh gimana?

N : Setiap proses?

P : Jadi bagaimana tante melakukan evaluasi diri untuk setiap proses

pekerjaan yang udah dilakuin tante tuh?

N : Oh, oh itu mungkin nganu yang menilai kan temen kadang. Kadang temen

tuh malah mengingatkan, yang mengingatkan saya keadaan saya tuh lo.

Anu, udah, udah nganu belom, udah minum obat belom, kadang malah

ada yang, yang peduli gitu lo. Ada kepedulian dari em ya, baik dari orang

rumah, baik dari temen kerja. Pokoknya di sekitar situ lo, tapi yang tahu

persis dengan kondisi saya. Nah kepedulian iya, ada kepedulian dari

sesama rekan kerja, kepedulian dari dalam keluarga, itu kan biasanya gitu

to. Dan saudara-saudara juga kan gak tau to saudara-saudara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

186

P : Jadi em dari temen-temen, rekan kerja, maupun saudara tante itu yang

menilai tante trus akhirnya tante bisa, berarti aku bisa lakuin ini aku bisa

ngapain ini seperti itu?

N : Heem, iya.

P : Trus mungkin bisa tante ceritain hal-hal yang dapet, yang tante dapetin

setelah melakukan pengolahan diri?

N : Em, anu apa, hasilnya atau?

P : Iya hasilnya, hal-hal yang tante dapatkan setelah melakukan pengelolaan

diri? Kan tante berobat udah stroke nih, trus sadar udah harus membentuk

kebiasaan baru nih, trus hal yang tante dapetin apa selama berada dalam

proses itu?

N : Ya harus lebih nganu apa sabar. Gak ya itu, gak terlalu terbawa perasaan

jadi ya se, apa sema, ngalah itu opo yo? Ya gak pasrah sih, tapi ya se sak,

duh ngomongnya opo yo istilahnya sesuai kemampuan, nah kemampuan

kita saat ini lo ya.

P : Jadi yang tante dapetin tante tuh bisa ini ya, bisa mulai mengolah diri tante

misalnya dari pekerjaan, kesehatan, itu tante udah tuh itu yang tante

dapetin berarti ya?

N : Oh iya heem, iya. Kalo saya kan biasane kalo disuruh apa iya iya hahaha.

Jadi semua langsung ya, padahal kadang kan gak tau to.

P : Kapasitas kemampuan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

187

N : Iya heem, istilahnya sekarang ya sak titahe apa ya sak hahaha. Kondisnya

kan kayak gini nek dipekso nanti ya malah nganu lagi. Malah kembali

nganu lagi kan malah lebih parah to nanti.

P : Iya kalo udah sekali nanti.

N : Iya ho’o, ada yang pesen jangan sampe jatuh. Nanti kalo jatuh kan gak..

P : Susah ya?

N : Ho’o susah, kalo sampe jatuh itu, kalo bisa jangan sampe jatuh.

P : Heem iya, trus apakah tante mendorong diri tante untuk melakukan tujuan

yang lebih baik?

N : Iya, iya. Ya itu sama keluarga ya itu ada istilahe memberitahu gitu lo.

Supaya jangan, istilahnya jangan dengan sengaja membikin apa ya,

membuat emosi haha. Nanti disuruh begitu terus mau itu, kalo gak mau

itu ada rasanya gitu lo istilahnya. Trus gak mau gitu jadi ngasih pengertian

nah, istilahe kita harus ngasih pengertian pada anu yang ada di rumah kan

gitu. Nek nek di kantor kan udah, ya emang ada yang mau tahu ada yang

terserah gitu kan ada. Ya kita harus nganu gak gebyah gebyah uyah

menyamakan to tiap pribadi kan beda-beda to. Ho’o kalo di kantor kan

beda-beda.

P : Trus bagaimana tante merencanakan langkah-langkah untuk

meningkatkan diri tante setelah mengalami stroke? Langkah-langkah, jadi

tante em, jadi tante merencanakan aku harus ngapain aja ya, pertama aku

harus belajar nih mengatur emosi kan, trus tante merencanakan wah aku

mau mengatur waktu, aku harus istirahat lah, itu gimana tante?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

188

N : Oya menjaga nganu apa bisa, bisa mengatur diri sendiri to biasanya.

Mencegah biar gak terulang kembali to. Jadi kita harus pandai-pandai

mengatur em kondisi. Umpamane kondisi kita capek ya udah gak usah

diteruskan gitu lo. Kalo em apa, pokoknya merasa gak enak itu apane mau

sakit tu yo jangan terus diterjang gitu. Heem jadi jangan memaksakan anu

kehendak.

P : Kehendak?

N : Iya, maunya rumahnya bersih haha. Tiap hari gini harus gini ya tidak

mengharuskan gitu lo istilahnya iya. Tidak mengharuskan tapi yo tetep

anu, yo tetep apa ya, em, tetep jalan terus gitu lo mas. Tidak

mengharuskan tapi tetep jalan terus apa yang sudah ada baik tu ya udah

dikerjakan biasa gitu lo. Contohnya kalo di rumah pas ama, masak yo

jatahe masak yo masak gitu lo. Trus jangan sampe terus dengan anu udah

punya sakit terus gak masak, terus hanya beli gitu kan ya juga anu to, juga

hubungannya dengan ekonomi juga to kan. Ya tambah hem tambah nganu

kan, beda lagi to nanti hahaha. Kalo sudah gak mau apa-apa gitu kan cuma

taunya dicepakke gitu kan gak mungkin to, walaupun mungkin kita punya

sakit tapi tetep harus anu..

P : Harus bisa ya?

N : Heem harus ada kewajiban nah kewajiban itu apa hahaha. Karna harus

masak harus nganu kan ya itu emang sudah tugasnya gitu lo mas, nah ya

itu walaupun sakit hem tapi kan masih ada nganu to istilahnya ada obat

gitu kan kalo harus minum obat ya minum obat. Cuman ya itu kalo minum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

189

obat tu trus kadang gak bisa nganu inget jam, jam apa pagi, apa siang, apa

sore tu lo saya yang belum nganu minum obat itu mas. Iya, kalo pagi tu

jarang minum obat. Biasanya kalo mau jam, mau bobok baru minum obat.

P : Baru minum obat?

N : Hahaha iya jadi kadang diingetin sama anaknya, udah minum obat belom?

Nah udah, udah ada yang memperhatikan gitu lo, walaupun hanya

mengingatkan minum obat ya itu kan udah termasuk perhatian to. Nah jadi

dalam rumah dalam apa to keluarga tuh ada yang saling mau peduli gitu,

iya.

P : Apakah tante mempunyai keyakinan pribadi tentang memiliki sarana

belajar yang, yang dilakukan tuh efektif? Jadi pola-pola yang tante lakuin,

pembelajaran tante itu efektif?

N : Belajar apa?

P : Em jadi em tante belajar diri tante untuk pengelolaan diri tante, nah itu

apakah tante mempunyai keyakinan kalo tante bisa gitu?

N : Oh tapi kalo yang belajar yang, belajar apa itu maksudnya ya?

P : Ma, maksudnya em, pembelajaran dalam arti begini tante em apa..

N : Tambah nganu.

P : Tante, keyakinan tante kalo misalnya ada sarana-sarana di sekeliling

ataupun tidak di sekliling tante tuh bisa mendukung tante tuh, tante yakin

bisa anu melangkah lebih baik gitu?

N : Oh, oh iya ada, ya bisa.

P : Berarti ada keyakinan dalam diri tante ya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

190

N : Iya, mungkin dari itu ya tetep itu seadanya kayak apa pengen tahu apa gitu

kan bisa buka to. Kan sekarang sudah dipermudah to. Kan gak tau jadi

tahu cari di mbah google hahaha.

P : Oke baik terima kasih tante, lalu em dengan adanya em maksud saya

apakah tante mengetahui kosekuensi atau hasil yang diberikan dari proses

mengubah diri ke arah yang lebih baik? Jadi tante tahu kan misalnya wah

ketika aku harus melakukan hal baik ketika maksudnya saya harus

melakukan mengontrol emosi, itu tante apakah tahu konsekuensinya atau

hasil-hasil itu bisa mengubah diri ke arah lebih baik?

N : Iya iya bisa, biasanya anak-anak itu yang malah kadang, mbok udah gak

usah hahaha.

P : Dorongan sifat ya?

N : Nah iya.

P : Oke jadi dengan adanya konsekuensi atau hasil yang diberikan dari proses

tadi mengubah diri ke arah yang lebih baik, itu dapat memotivasi tante?

N : Heem ya.

P : Dapat memotivasi.

N : Ada motivasi dia.

P : Jadi dengan kayak tadi anak tante terus mendorong tadi tante jadi

termotivasi?

N : Heem heem iya.

P : Oke lalu dengan adanya hal-hal positif yang didapat dari proses ini apakah

tante menjadi lebih berorientasi pada tujuan tante?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

191

N : Tujuannya ya selanjutnya ya apa ya istilahe damai, tenang hahaha. Ya

pokoknya bisa, bisa tercukupi gitu lo, bisa cukup gitu lo. Gak usah,

syukur-syukur bisa hahaha. Bisa bantu orang lain gitu lo. La wong kadang

kita bisa bantu orang lain dari ketidakmampuan kita, kekurangan kita,

pada anu bantu saudara yang istilahnya em punya ponakan tuh sambat apa

istilahnya kara covid pandemi ini kan ponakan saya tuh orangtuanya kan

yang satu PHK. Kadang minta itu dikirimi, minta pulsa gitu hahaha. Jadi

apa ya..

P : Oh iya jadi bisa memberi, tetep bisa membantu.

N : Nah bisa membayar maksudnya bisa membantu walaupun ya kita aja

sama-sama kekurangan hahaha. Tapi ya bisa disisihkan gitu istilahnya.

P : Heem yang penting bisa membantu ya.

N : Nah iya keinginan untuk membantu tuh. Kalo dipikir ya kita ya kurang

tapi apa ya kita ngasihnya kalo hanya berlebih itu lo. Dari kekurangan kita

juga bisa membantu ya kan.

P : Oke, baik tante lalu apakah tante mengetahui cara-cara dalam proses

membentuk diri tante it, tante misalnya seperti ini em, ketika tante

mungkin punya semisalnya aja mungkin tante ketika dihadapkan sama

situasi kayak misalnya kan, wah ini aku bakal em gampang ke bawa

perasaan lah atau gak pergi aja. Beberapa kondisi yang itu memicu tante,

jadi em tante tuh tahu gak e cara-cara dalam proses membentuk diri tante

ke arah yang lebih baik. Jadi misalnya kayak em, wah ketika aku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

192

dihadapin sama situasi hal ini, ini bisa membikin atau memicu aku, aku

harus menghindarilah kalo bener situasinya seperti itu tante.

N : Oh sebenernya kalo menghindar itu kan juga, kalo saya kalo malah

menghindar tuh kadang gak bisa e. Kadang malah harus, pengen nganu,

pengen membantu tuh lo. Nek menghindar malah gak bisa, tapi sebatas

nganu lo kalo masih ada hubungannya dengan saya gak masalah mas.

Tapi kalo sudah gak ada hubungan ya ngapain kita memba, nganu nanti

malah tambah, tambah apa ya pikiran nanti, menambahi pikiran kita. Jadi

kalo sesuai dengan ada hubungannya, maksudnya gitu gak papa kita terus

jangan menghindar, malah apa ya istilahnya bertemu gitu lo. Misalnya,

opo kan gak boleh kalo ada masalah apa masalah keluarga terus

menghindar kan gak boleh.

P : Jadi tante tahu ya bagaimana keputusan terhadap diri kita ke arah yang

lebih baik ya?

N : Heem.

P : Lalu apakah tante membayangkan setiap apa sih proses dalam membentuk

diri tante ke arah yang lebih baik? Jadi misalnya, wah besok kalo misalnya

aku bisa mengontrol emosiku supaya stabil itu bisa dapet ketenangan

dalam hati gitu, atau misalnya apa gitu? Jadi tante tuh membayangkan itu

gak apa membayangkan setiap proses yang bakal tante lakuin itu

membuahkan hasil apa sih? Itu lo tante bayangin kayak gitu gak?

N : Oh hasilnya kan ya..

P : Tapi tante membayangkan itu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

193

N : Heem iya. Lagi, apa ya, seandainya hasilnya stabil kayak di itu tensi,

tensinya dia kasih baik kan berarti sudah nganu..

P : Hasilnya juga baik?

N : Ho’o hahaha. Jangan sampe anu kan yo malah gak ke arah perbaikan to

nanti malah iya.

P : Oke, dikit lagi kok tante.

N : Hahaha kecapekan.

P : Dikit lagi haha. Em lalu apakah tante memusatkan perhatian atau

konsentrasi dalam proses yang tante lakuin? Tante ngelakuin apa, nah

terus..

N : Iya la iya konsentrasi. Kalo gak konsentrasi nanti anu em gak sesuai

tujuannya nanti. Harus fokus maksudnya gitu iya.

P : Berarti tante selalu fokus gitu ya untuk ngelakuinnya ya?

N : Iya heem iya, nanti kalo mlengo sedikit tuh kan.. apalagi di kerjaan tuh

harus konsentrasi penuh itu, kalo enggak..

P : Trus em, apa tante nih punya strategi khusus tante atau cara tertentu untuk

menjalankan proses untuk memperbaiki diri. Misal tante sudah berusaha

yang terbaik, trus tante merasa kalau apa namanya, dalam proses itu em,

tante harus lebih baik lagi maka tante mempunyai strategi seperti apa kira-

kira?

N : Strateginya..

P : Untuk jadi lebih baik lagi.

N : Sabar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

194

P : Sabar itu?

N : Ho’o sabar. Yakin, sabar.

P : Ditambah dengan yakin ya?

N : Heem iya.

P : Lalu apakah tante melakukan pengamatan diri ketika berproses?

N : Pengamatan maksudnya?

P : Jadi misalnya kayak tante em buat catetan, proses diri tante.

N : Oh itu, oh iya ada, ada. Karna itu membantu ya.

P : Biar teringat juga ya?

N : Ho’o biar teringat.

P : Oke lalu apakah em tante tuh berusaha memahami gak sih munculnya

penyebab tindakan-tindakan yang menghambat proses tante? Atau tante

tahu gak sih, misalnya ingin, ingin mengubah, ingin berproses diri ke arah

yang lebih baik, tapi tante tahu nih ada beberapa kejadian, apa hal yang

bakal menghambat tante, tante tahu gak itu apa?

N : Em yang menghambat tuh ya kadang malah dari diri sendiri kan. Iya dari

diri sendiri, apa ya, dari dalam diri sendiri malah kadang-kadang tuh. Jadi

antara em apa ya tindakan sama anu sok gak sama pernah. Itu

menghambat itu, hati nurani sama yang nganu kan harusnya sama, nah itu

pernh gak sama tuh jadi menghambat betul. Jadi harus sejalan, pernah tapi

yo jarang.

P : Jadi tante nih en berusaha juga menca, beru apa namanya maksudnya em

memahami munculnya penyebabnya hambatan tante tuh apa aja tante tuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

195

sudah memahami ya. Oke baik terima kasih. Lalu apakah tante nih juga

melakukan penilaian diri dalam setiap prosesnya tante?

N : Iya.

P : Menilai seperti apa tante, misalnya tante wah kok aku tadi kok agak gini

ya sama orang ini atau gimana? Tante kayak gitu ya?

N : Iya iya bener.

P : Berarti lebih memikirkan juga orang lain?

N : Iya, saya paling tidak ada minta maaf gitu mesti. Ambil pasien pun kalo

gak dapet rasanya wes, ambil sampel darah itu sekali gak kena tuh sudah

rasanya tuh merasa bersalah. Sudah sakit kok di ehe ya to. Jadi kecewa

tuh lo kok gini ya, gak bisa ya, kan perasaannya mesti ya selalu timbul

juga, spontan lah mas itu. Em tapi ya kadang kalo waktu kita bisa ngambil

ya itu udah sesuai tugas kita jadi ya itu biasa-biasa aja. Tapi kalo sampe

gak bisa ya wis malah jadi pikiran, memikirkan, malah tambah pikiran

banyak tuh bisanya hanya minta maaf itu. Dah kalo dah minta maaf

rasanya ya berkurang to bebannya.

P : Oke oke.

N : Ada kesalahan itu ya gak harus itu pokoknya ngomong salah gitu yo tetep

harus minta maaf, walaupun jane gak sengaja ya haha. Ngomong itu kalo

kadang spontan tuh, jadi sok terbawa. Karna ada yang bilang gini ya terus

mo bener apa enggak kan hee itu lo kan kadang..

P : Tante juga sering mikirinnya berarti ya?

N : Nah ho’o.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

196

P : Oh begitu terima kasih tante. Lalu apa tante berusaha mengaitkan hal-hal

yang buruk atau hasil yang kurang dalam upaya untuk berproses?

N : Hasil yang buruk?

P : Em tante berusaha mengaitkan hal yang buruk ketika kenapa kok

ekpektasi-ekspektasinya tante gak bisa tercapai seperti itu, itu kan

disebabkan oleh upaya tante sebenernya.

N : Ho’o iya bisa. Karna ketidaksiapan itu, terus karna kurang kete, opo yo,

kurang perhitungan kadang iya.

P : Perhitungannya seperti apa tante?

N : Jadi kadang-kadang gak gampangke ya. Em mungkin anu tentang bayar

itu apa bayar SPP anak, anak seko apa kuliah itu ya. Em ini em anu

targetnya hari ini harus bayar atau ternyata anu apa yang dipokokkan tuh

sudah berkurang itu lo. Sudah kurang jadi kan biasa untuk ini untuk yang

lainnya, kan gak sesuai harapan kita to. Padahal itu harusnya sebenernya

untuk ini tapi kok untuk yang lain, apa to yang lainnya tuh juga anu juga

butuh juga.

P : Trus akhirnya tante?

N : Harus nah kepikira harus bisa me apa ya, nggenapi hahaha itu kan

termasuk anu juga tuh dari kurang perhitungan juga to. Pait e pait e haha.

P : Apakah tante melihat kepuasan dan ketidakpuasan kinerja tante?

N : Em iya melihatnya. Ya kalo puas ya kalo pas kita kerja sesuai dengan

target kita bisa selesai, tidak ada masalah, hasilnya baik-baik aja itu puas.

Tapi kalo gak puas ya itu kalo ada yang merasa kecewa, ada yang merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

197

apa ya sakit hati mungkin ya, kan bisa to itu. Itu jadi merasa dirinya tidak

bisa apa ya, ya tidak puas dengan dirinya sendiri hahaha. Mengecewakan

orang lain tuh masuk anu pribadi saya tidak puas dengan diri saya.

P : Oke baik pertanyaan terakhir nih tante.

N : Haha capek, capek banget ini mas tenan.

P : Apakah tante mencoba melakukan pengaturan diri yang baru? Ataukah

tante selalu kayak apa ya mengupgrade? Misalnya cara ini masih kurang

buat saya, saya masih mau perbaikin lah.

N : Ohh dengan berusaha memperbaiki?

P : Iya memperbaiki.

N : Heem bisa.

P : Dengan cara yang tadi? Atau mungkin dengan cara apa tante?

N : Ya ya dari pengalaman itu harus lebih hati-hati, harus lebih opo yo, em

bisa memilah-milah mana yang harus di, didahulukan kepentingan mana

yang harus kita apa dahulukan pokoknya. Apalagi sudah ada itunya, kayak

apa em, tanggal-tanggal opo yo, ketentuan waktunya tuh lo. Sudah ada

waktu-waktu tertentu yang sudah ditentukan gitu lo, makanya anu bulan

ini tanggal ini harus sudah, paling lambat tanggal ini, jadi harus sudah

memilih gitu lo untuk mempersiapkan. Bisa dipersiapkan sebelumnya itu.

Lebih hati-hati lagi dalam anu mengambil keputusan tuh jadi gak.. yang

lebih penting, yang emang harus dilakukan tuh ya udah, jangan ya, itu ya

itu jangan untuk yang lainne, ya bisa memilah-milah.

P : Em ini sudah selesai tante.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

198

N : Oh udah selesai hahaha.

P : Mungkin ada yang ingin tante tanyain atau tante sharing-in?

N : Sharing-in tuh apa ya?

P : Em menceritakan gitu dari sesuatu, tapi ini untuk konstan secara em apa

isi penelitiannya udah. Cuman mungkin ada yang tante pengen em tanyain

atau mungkin tante apa gitu?

N : Kalo anu orang yang selalu apa ya, mengingat-ngingat masa lalu yang

membikin kecewa trus akhirnya dia apa ya, merasa..

P : Bersalah?

N : Ho’o gitu gimana?

P : Itu, em kalo kan kelas psikologi sebenarnya ada menganalisa. Nah jadi,

gak ada yang bener gak ada yang salah.

N : Heem heem gak ada yang bener gak ada yang salah.

P : Kemudian dia, itu orang tuh banyak yang kayak gitu juga. Mungkin bisa

dibilang mungkin kurang ideal tante ketika melihat itu udah menghambat

mobilitas kita, jadi malah jadi hal yang kurang ideal. Nah kalo secara teori

itu orangnya kayak here and now, di si apa, di sini dan sekarang. Dan itu

banyak penyebabnya, mungkin karena orang itu belum bisa berdamai

dengan dirinya sendiri..

N : Berdamai dengan diri sendiri?

P : Harus bedamai dulu, harus mau menerima. Jadi misalnya nanti aku

berbuat seperti ini yaudah lah mau berpasrah dan yang apa ya, kalo boleh

saya bilang tuh kalo dilepasin aja. Apa yang kurang itu dikeluarin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

199

N : Move on?

P : Ya dikeluarkan apa yang di pikiran tuh..

N : Diceritain?

P : Iya, jadi menurut saya tante tuh udah bagus dengan caratante ngobrol

sendiri.

N : Oh bisa ngobrol sendiri ya.

P : Bisa mengeluarkan isi pikiran tu lo tante. Karna banyak sebenernya,

sebenernya pemicu utama penyakit itu ya dari pikiran.

N : Dari pikiran? Ho’o bener kok.

P : Jadi kalo orang tuh psikosomatis dari pikirannya trus jadi sakit di bagian

apanya gitu. Penyakit vital itu paling banyak tuh ada lima penyakit vital

di Indonesia, termasuk jantung, stroke, ginjal, lalu ada apa lagi ya dua lagi.

N : Diabet tuh enggak?

P : Iya diabet juga. Satu lagi tuh, vital tuh dalam arti yang yang ya..

N : Paru-paru apa ya?

P : Ya, itu juga termasuk tapi vital tuh dalam artian sangat mendominasi.

N : Ah iya mendominasi.

P : Nah kenapa saya di penelitian ini membahas stroke diskemik, itu karena

stroke diskemik itu, kan ada dua stroke, hemoragik sama diskemik itu

pecahnya oembuluh darah trus terjadi penyumbatan. Dan delapan puluh

tujuh persen itu didapatkan di Indonesia, itu penyakit stroke diskemik.

Nah kenapa makanya saya pilih ini, dan sebenernya saya ini ini di luar

konteks ni, dan itu sebenernya yang jadi pemicu utama itu stres ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

200

N : Oh stres haha.

P : Hiperten em jantung menimbulkan hipertensi, hipertensi muncul jadi

stres. Hanya sekitar dua puluh tiga persen sampe tiga puluh persen itu

juga. Cuman gini maksudnya gini tante kasus dua puluh tiga sampe tiga

puluh persen itu juga disebabkan oleh genetik. Jadi..

N : Dari bawaan?

P : Iya pasti kan, em kromosom X atau Y mungkin orang tuh bakal nurunin,

tuh pasti. Cuman itu sangat em ketika gak terlalu banyak pemicunya itu

masih bisa kromosom di-handle, tetapi kalo individu ini udah dapet

riwayat itu ketambahan dia gak bisa ngontrol pikirannya, pemicu stres,

lari tuh. Itu mulai..

N : Cepet ya?

P : Cepet, ya karna budaya Indonesia juga kan makan selalu goreng-

gorengan, selalu banyak mikirnya. Mungkin kalo setelah ini, ini sih tante

saya sih mikirnya tante udah melakukan yang terbaik, orang-orang di

sekitar tuh udah support lah. Tante harus bisa bersyukur.

N : Nah itu bersyukur itu, makasih.

P : Bersyukur dan apa ya, intinya tante udah melakukan yang terbaik gitu.

Oke pemikiran orang lain tu baik tante, tapi ketika orang lain em udah

merasa udah baik terus, udah cukup udah ya udah, apa sih kayak udah

sing penting tante udah ngelakuin yang terbaik tu lo. Udah, ya tante udah

bisa memberikan, bisa mengapresiasi diri tante sendiri tu lo. Dah tante

katakan pada diri, hari ini udah aku bersyukur, aku bisa em menikmati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: REGULASI DIRI PEKERJA TETAP YANG MENDERITA STROKE …

201

hari ini, aku bisa bantu orang lain dah. Yang penting tante itu di situ. Kalo

yang ini dia masuk humanistik, kalo yang tadi lebih ke bagian syaraf atau

apa itu dia masuk ke psikologi klinis. Sedangkan topik saya itu

menggabungkan antara epidemiologi danje dunia kedokteran? dengan

psikologi klinis.

N : Oh psikologi klinis.

P : Iya seperti yang wawancara ini tadi. Nah kalo yang ini tu tadi kan tentang

iskemik. Isinya tentang jelasin apa aja yang jadi pemicunya, bagaimana ?

N : Iya semua itu kan tentang nganu kayak gojalaran ya. Ternyata ada sebab

ada akibat kan ya.

P : Mungkin itu sih tante. Tante sudah, menurut saya tante udah bisa proses

beradaptasi, mungkin tante bisa melakukan beradaptasi dengan cara

bersyukur trus mau berdamai dengan diri sendiri untuk menerima situasi

saat ini. Dan apa ya, yakin aja kalo tante udah ngelakuin yang terbaik.

N : Baik iya, cuman kita yang bisa menerima kok ya to.

P : Baik kalau sudah terima kasih banyak ya tante.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI