101
REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS PEMBUNUHAN ASRORI JOMBANG MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum untuk mememuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syari‟ah (S,Sy) LAKA RAMADHAN MUBARAK NIM : 1110043200004 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH & HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2015 M - 1436 H

REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS

PEMBUNUHAN ASRORI JOMBANG MENURUT HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM

(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum untuk mememuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Syari‟ah (S,Sy)

LAKA RAMADHAN MUBARAK

NIM : 1110043200004

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2015 M - 1436 H

Page 2: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan
Page 3: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan
Page 4: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Juni 2015 M

Laka Ramadhan Mubarak

Page 5: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

v

ABSTRAK

LAKA RAMADHAN MUBARAK. NIM 1110043200004. Rehabilitasi

Dalam Putusan Bebas Pada Kasus Pembunuhan Asrori Jombang Menurut

Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 89

PK/PID/2008). Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, konsentrasi

Perbandingan Hukum, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakrta, 1436H/2015M

Skripsi ini merupakan upaya untuk menjelaskan mengenai penerapan

rehabilitasi dalam putusan bebas pada kasus pembunuhan menurut hukum positif

dan hukum Islam. Dalam penegakan hukum di Indonesia masih terjadi kesalahan

dalam penyidikan maupun memberikan putusan. Setiap kesalahan tersebut

tentunya dapat diperbaiki salah satunya melalui putusan yang berupa rehabilitasi

yang dikeluarkan oleh pengadilan terkait. Seperti halnya yang terjadi kepada

Kemat, Devid dan Sugik yang dituduh dan di hukum telah melakukan

pembunuhan kepada Moch. Asrori padahal mereka tidak pernah melakukan hal

tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif, yaitu penelitian

terhadap efektivitas pelaksanaan suatu peraturan, terutama dalam hukum positif

dan hukum Islam. Dengan pendekatan kualitatif yaitu bersumber pada data

skunder dan primer dengan pengumpulan data melalui study pustaka (library

research). Sedangkan analisis data dilakukan analisis kualitatif. Yaitu upaya yang

dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data, memilihnya menjadi

satuan yang sistematis dan sempurna, menemukan apa yang penting dan apa yang

dapat dipelajari, memutuskan apa yang dapat dibaca dan mudah difahami serta

menginformasikannya kepada pembaca.

Tujuan dari penelitian ini agar pembaca dapat memahami dan mengetahui

bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan Moch. Asrori

di Jombang. Mencakup juga penjelasan tentang bagaimana penerapan rehabilitasi

terhadap putusan bebas dalam kasus Moh. Asrori di Jombang menurut hukum

positif dan hukum Islam.

Page 6: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin, berkat rahmat Allah SWT yang senantiasa

memberikan taufik serta hidayahnya. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi

Besar Muhammad SAW berserta Keluarga dan para sahabatnya. Kemudahan serta

pertolongan Allah SWT yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rehabilitasi Dalam Putusan Bebas

Pasa Kasus Pembunuhan Asrori Jombang Menurut Hukum Positif Dan

Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008)”

Karya ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari kawan-kawan

serta pihak-pihak yang terkait dalam memberikan dukungan dan memberikan

sumbangsih ide serta waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh karena itu

penulis merasa sangat perlu untuk mengucapkan terimakasih sebagai bentuk

penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Khamami Zada, M.A, selaku Ketua prodi Perbandingan

Mazhab Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc., M.A, selaku sekretaris prodi Perbandingan

Mazhab Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 7: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

vii

4. Bapak Dedy Nursamsi, S.H, M.H, dan Bapak H.M Riza Afwi, M.A,

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu

dan mencurahkan segala perhatiannya untuk memberikan pencerahan serta

pengarahan yang begitu baik bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.si yang telah membantu dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakan Umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Pimpinan serta karyawan Perputakan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas

untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya,

sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.

7. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama menjalani masa pendidikan berlangsung.

8. Ayahanda tercinta Bapak H. Zulkifli Syukur, S.H, dan ibunda tercinta Ibu

Dra. Hj. Elfy Julaeha yang selalu mendukung dan memberikan segalanya

kepada ananda, agar ananda dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak tersayang Riska Aurisna Febriane, S.H, M.H, yang selalu

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, serta adik-adik tersayang

Fadly Khairuzzadhi dan Isye Mariza Fadilah.

10. Teman berkeluh kesah Hefa Nur Adri Septayunani, S.E, yang selalu

memberikan semangat dan dukungan.

Page 8: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

viii

11. Sahabat tercinta M. Aidzbillah, Ramdhani, S.sy, Rani Putri Larasati, S.sy,

M. Ade Septiawan, dan Ilyas Fadilah yang tak henti-henti memberikan

dukungan serta menemani dalam kondisi suka dan duka juga menjadi

teman diskusi yang baik untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu

memberikan motivasi dan kenangan dalam menjalani pendidikan di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2015

Laka Ramadhan Mubarak

Page 9: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. iii

ABSTRAK .................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 9

D. Studi Terdahulu ........................................................................................ 10

E. Metode Penelitian .................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM REHABILITASI MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM

ISLAM ..................................................................................................... 14

A. Definisi Rehabilitasi................................................................................14

B. Rehabilitasi Menurut Hukum Positif ........................................................ 15

1. Hukum Positif dalam Pemidanaan........................................................17

2. Penjatuhan Pidana Terhadap Pelaku.....................................................19

3. Rehabilitasi dalam Putusan Bebas........................................................22

C. Pelaksanaan Rehabilitasi dalam Sistem Peradilan Indonesia................27

Page 10: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

x

D. Rehabilitasi Menurut Hukum Islam .......................................................... 34

1. Hukum Islam Mengenai Pemidanaan...................................................36

2. Penjatuhan Pidana Menurut Hukum Islam...........................................39

3. Rehabilitasi dalam Hukum Islam..........................................................41

Bab III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.89 PK/PID/2008 YANG MEMBEBASKAN

DEVID, KEMAT DAN SUGIK DALAM PEMBUNUHAN ASRORI DI JOMBANG . 52

A. Latar Belakang Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 ............ 52

B. Amar Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 ........................... 63

C. Pertimbangan Hukum (Interpretasi Hakim) Putusan Mahkamah Agung

No. 89 PK/PID/2008.................................................................................68

Bab IV ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM MENGENAI

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 89 PK/PID/2008 ............................... 72

A. Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 Menurut Hukum

Positif ...................................................................................................... ..72

1. Pemulihan Nama Baik Menurut Hukum Positif....................................74

2. Ganti Rugi Menurut Hukum Positif.......................................................75

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 Menurut Hukum

Islam........................................................................................................79

1. Pemulihan Nama Baik Menurut Islam..................................................82

2. Ganti Rugi Menurut Islam.....................................................................84

Bab V PENUTUP ................................................................................................ 86

A. Kesimpulan ............................................................................................... 86

B. Saran ......................................................................................................... 87

Page 11: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

xi

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 88

LAMPIRAN..................................................................................................................91

Page 12: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum,

bahwa UUD 1945 menetapkan Indonesia suatu negara hukum dan dapat

dibuktikan dari ketentuan dalam pembukaan, batang tubuh dan penjelasan UUD

1945. Hukum diciptakan dengan tujuan untuk dapat memberikan perlindungan

dan ketertiban di dalam masyarakat supaya terciptanya keadilan bagi semua

lapisan masyarakat. Akan tetapi dalam prakteknya masih banyak ditemukan

pelanggaran-pelanggaran serta penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan

hukum itu sendiri, baik di sengaja maupun tidak di sengaja. Sudah semestinya

peran penegak hukum melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang berlaku.1

Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia

setiap individu. Pengakuan negara terhadap hak individu ini tersirat di dalam

persamaan kedudukan di hadapan hukum bagi semua orang. Dalam sebuah negara

hukum semua orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before

the law), menegakkan keadilan di mana persamaan kedudukan berarti hukum

sebagai satu entitas tidak membedakan siapapun yang meminta keadilan

kepadanya dan diharapkan tidak terjadi sesuatu diskriminasi dalam hukum di

Indonesia di mana ada suatu pembeda atara penguasa dan rakyatnya.

1 Ramly Hutabarat, Persamaan Dihadapan Hukum “Equality Before the Law” di

Indonesia, cet.I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, Maret 1985), hal. 11.

Page 13: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

2

Kalau seorang yang mampu dalam materi dan dianggap sudah cakap

hukum (the have) mempunyai masalah hukum, ia dapat menunjuk seorang atau

lebih advokat untuk membela kepentingannya. Sebaliknya, seorang yang

tergolong tidak mampu dalam segi materi dan tidak cakap hukum (the have not)

juga dapat meminta pembelaan dari seorang atau lebih pembela umum sebagai

pekerja di lembaga bantuan hukum untuk membela kepentingannya dalam suatu

perkara hukum.

Tidak adil bilamana orang yang mampu saja yang dibela oleh advokat

dalam menghadapi masalah hukum, sedangkan fakir miskin tidak memperoleh

pembelaan karena tidak sanggup membayar uang sewa seorang advokat.

Perolehan pembelaan dari seorang advokat atau pembela umum adalah hak asasi

manusia setiap orang dan merupakan salah satu unsur untuk memperoleh keadilan

bagi semua orang. Tidak ada seorang pun dalam negara hukum yang boleh

diabaikan haknya untuk memperoleh pembelaan dari seorang advokat atau

pembela umum dengan tidak memerhatikan latar belakangnya, seperti latar

belakang agama, keturunan, ras, etnis, keyakinan politik, strata sosio-ekonomi,

warna kulit, dan gender.2

Bangsa Indonesia menjamin perlindungan terhadap nyawa setiap warga

negaranya, dari yang ada dalam kandungan sampai yang akan meninggal.

Tujuannya adalah untuk mencegah tindakan sewenang-wenang dalam suatu

perbuatan khususnya yang dilakukan dengan cara merampas nyawa orang lain

(membunuh). Pada masyarakat yang masih sederhana, membunuh merupakan

2 Andi Sofyan dan Abd. Azis, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar) , Cet.I, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal. 1-2.

Page 14: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

3

suatu kebanggaan sebagai bukti keberanian dan kepahlawanan seseorang di

kalangan kelompoknya. Membunuh jika dipandang dengan sudut agama

merupakan sesuatu yang terlarang bahkan tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu

setiap perbuatan yang mengancam keamanan dan keselamatan atas nyawa

seseorang tersebut dianggap sebagai kejahatan yang berat oleh karena itu dijatuhi

oleh hukuman yang berat pula.3

Kesadaran akan hak dan kewajiban setiap warga negara terutama pada

negara yang sedang berkembang dan sedang membangun seperti negara kita,

perlu ditingkatkan secara terus-menerus karena di setiap kegiatan maupun setiap

organisasi tidak dapat disangkal bahwa peranan kesadaraan hak dan kewajiban,

amat menentukan dalam pencapaian tujuan. Dalam upaya penegakan hukum,

selain kesadaraan akan hak dan kewajiban tersebut, juga tidak kurang pentingnya

kesadaraan penggunaan kewenangan aparat penegak hukum, karena

penyalahgunaan kewenangan tersebut selain sangat memalukan dan dapat

merugikan keuangan negara juga dapat mengakibatkan timbulnya kekhawatiran

atau ketakutan warga jika berhadapan dengan aparat penegak hukum.4

Untuk mewujudkan satu hukum nasional bagi bangsa Indonesia yang

terdiri dari suku bangsa dengan kebudayaan dan agama yang berbeda, ditambah

dengan keanekaragaman hukum yang ditinggalkan oleh penjajah, bukanlah

pekerjaan yang mudah. Pembangunan hukum nasional yang akan berlaku bagi

semua warga negara, semestinya tidaklah memandang agama maupun elemen

3 Harmien Hardiati Koeswadji, Hukum dan Masalah Medik, Airlangga University Press,

Surabaya, 1984, hal, 2. 4 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana: Penyidikan dan Penyelidikan,

cet.II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. Vii.

Page 15: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

4

kultural salah satu golongan masyarakat. Sebab, jika hal itu dilakukan, besar

peluangnya akan menimbulkan goncangan sosial secara nasional.

Secara teoritis, bisa ditegaskan bahwa kalaupun hal itu terjadi, hendaklah

ia merupakan proses alami yang dikerjakan oleh masyarakat sendiri berdasarkan

kebutuhan akan masa depan yang lebih baik. Apalagi, pencapaian suatu sasaran

hukum nasional yang diharapkan, seharusnya dilakukan secara bertahap,

terencana, terpadu, terarah, dan senantiasa mempertimbangkan psiko-sosial,

kultural, maupun teologi suatu masyarakat.5

“You have shown me the sky to a creature who‟ll never do better than

crawl.”

“Anda memperlihatkan langit kepadaku, tapi apalah artinya cakrawala,

bagi manusia kecil melata, yang hanya mampu merangkak terseok-seok.”

Ungkapan di atas pernah di ucapkan ketua Lembaga Bantuan Hukum

Filiphina, Dr. Salvador Laurel. Mungkin ungkapan ini merupakan manifestasi

perasaan golongan masyarakat kecil yang pernah dihibur dengan berbagai

kecemerlangan integritas hak asasi pribadi. Namun dalam kenyataan dan praktek

penegakan hukum, mereka sama sekali tidak mampu bertahan ketika berhadapan

dengan kecongkakan kekuasaan yang diperankan aparat penegak hukum yang

selalu berperilaku mempertontonkan kesewenangan dan kehausan kekuasaan.6

Semisal itulah barangkali yang dikhawatirkan dalam pelaksanaan

penegakan KUHAP. Pembuat undang-undang telah sengaja menciptakan

5 Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, cet.I, (Jakarta:

Penamadani, 2004), hal. 3-4. 6 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan

dan Penuntutan, Cet.VIII, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 1.

Page 16: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

5

cakrawala hukum acara pidana yang penuh ditaburi hiasan hak asasi sebagai

cahaya kemilau penuntun yang sekaligus menjadi perisai bagi diri mereka

berhadapan dengan wewenang yang diberikan undang-undang kepada aparat

penegak hukum. Namun penuntun dan perisai itu hancur lebur di bawah telapak

kaki keangkuhan pejabat penegak hukum, yang memaksa mereka merangkak-

rangkak merengek belas kasihan para pejabat yang mumpung berkuasa.7

Awal lahirnya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

tidak lepas dari peninggalan warisan kolonial yang begitu saja langsung

diterapkan ke dalam sistem hukum di Indonesia. Akan tetapi setelah orde baru,

ada kesempatan yang sangat memungkinkan untuk membangun tatanan

kehidupan ataupun sistem kelembagaan yang ada tidak terkecuali di bidang

hukum. Suatu undang-undang hukum acara pidana nasional yang modern dan

ideal bagi bangsa Indonesia merupakan sebuah harapan seiring dengan

perkembangan zaman. Dimana ada konsep hukum acara pidana yang dapat

mengakomodir kebutuhan hukum masyarakat yang sesuai dengan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Sistem peradilan pidana di Indonesia di mana semua aturan hukumnya

merujuk pada konsep hukum yang berbentuk normatif berupa perundang-

undangan. Yang erat kaitannya dengan Hukum Acara Pidana yang dimaksudkan

ketentuan normatif sistem peradilan pidana. Sedangkan sistem peradilan pidana

Indonesia menganut konsep bahwa kasus pidana adalah sengketa antara individu

dengan masyarakat (publik) dan sengketa itu akan diselesaikan oleh negara

7 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan

dan Penuntutan, hal. 1.

Page 17: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

6

(pemerintah) sebagai wakil dari publik, secara umum yang berlaku di Indonesia

civil law system yang didasari dengan satu doktrin bahwa pemerintah senantiasa

akan berbuat baik terhadap warga negara.8

Namun pada kenyataannya dalam proses pemeriksaan perkara pada tingkat

pengadilan segala kemungkinan bisa terjadi, salah hukum pun mungkin terjadi.

Salah hukum merupakan kesalahan dalam menetapkan hukuman, hal tersebut bisa

berupa salah tangkap sampai dengan adanya salah vonis. Salah hukum tersebut

terjadi karena ada kesalahan baik pada proses penyidikan, proses pemeriksaan

berkas acara perkara oleh Jaksa dan Hakim dalam proses menjatuhkan putusan,

sehingga dibutuhkan kejelian dan kehati-hatian dalam proses awal pemeriksaan

perkara sampai pada putusan hakim.

Dalam proses acara perkara pidana bisa terjadi kelalaian prosedur untuk

menyelesaikan perkara pidana salah satunya adanya salah hukum. Apabila terjadi

salah hukum maka korban salah hukum ini sebagai pihak yang sangat dirugikan

baik secara jasmani ataupun rohani, terjadinya salah hukum bermula dari salah

tangkap dan dilanjutkan dengan adanya salah vonis dalam menjatuhkan putusan.

Kasus salah hukum yang pertama terjadi di Indonesia adalah kasus Sengkon dan

Karta di Bekasi pada tahun 1974 yang dituduh melakukan pembunuhan.

Dalam perkara hukum acara pidana ada adagium yang menarik untuk

dicermati, yaitu bahwa lebih baik melepaskan seribu orang bersalah daripada

menghukum satu orang yang tidak bersalah. Adagium hukum tersebut lebih

menekankan kepada hakim untuk lebih ekstra hati-hati dalam menjatuhkan vonis,

8 Luhut M.P Pangaribuan, Hukum Acara Pidana (Jakarta, Djembatan,2008), hal. 1.

Page 18: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

7

jangan sampai orang yang tidak bersalah dihukum, hanya karena disebabkan sikap

tidak profesionalnya hakim dalam menangani perkara. Begitu juga jangan mudah

melepaskan atau menjatuhkan hukuman yang ringan kepada pelaku kejahatan dari

hukuman yang seharunya dijatuhkan.

Seperti halnya dalam peristiwa tindak pidana yang dituduhkan kepada

David Eko Prianto alias Devid, Imam Hambali alias Kemat, dan Maman Sugianto

alias Sugik. Mereka diputus bersalah telah melakukan pembunuhan terhadap

Moch. Asrori dan harus bertanggungjawab atas perbuatan yang sebenarnya tidak

pernah mereka lakukan.

Penderitaan yang diterima oleh Devid, Kemat, dan Sugik bukan saja harus

mendekam di penjara, ketiganya juga mengakui bahwa selama proses penyidikan,

mereka diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Berdasarkan isi surat kepada

keluarganya, Devid mengaku ditodong pistol pada bagian perut dan kepala selama

pemeriksaan. Sedangkan Kemat, selain ditodong pistol, juga dipukuli perut dan

telinganya di Polsek Bandar Jombang.9

Kebenaran itu hadir belakangan, ketika tersangka Verry Idham

Heryansyah alias (Ryan) mengaku sebagai pelaku pembunuh Moh. Asrori alias

(Luki atau Aldo). Hal itu diperkuat kembali dengan keterangan Ryan bahwa

jenazah Asrori dimakamkan di kebun belakang rumah orang tua nya. Kebenaran

bahwa itu adalah jasad Asrori dibuktikan melalui uji tes DNA (deoxyribonucleic

acid), antara jenazah Asrori dengan pasangan Jalal dan Dewi (orang tua Asrori).10

Devid, Kemat, dan Sugik pun akhirnya dibebaskan begitu saja tanpa mendapatkan

rehabilitasi atas segala hal yang dituduhkan kepada mereka.

9 “Kemat Dihajar Polisi di Kebun Tebu”, Kompas, 28 Agustus 2008, hal 2.

10 “Asrori Korban ke-11 Ryan”, Jawa Post, 28 Agustus 2008, hal 3.

Page 19: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

8

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dari itu penulis tertarik

mengangkat skripsi dengan judul : REHABILITASI DALAM PUTUSAN

BEBAS PADA KASUS ASRORI JOMBANG MENURUT HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 89

PK/PID/2008)

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran masalah, maka penulis akan

mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan dibahas :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya rehabilitasi dalam putusan bebas.

2. Pelaksanaan rehabilitasi terhadap putusan bebas dalam kasus pembunuhan

Moch. Asrori di Jombang menurut hukum positif dan hukum Islam.

3. Praktek penegakan hak pada tersangka pembunuhan.

4. Kelalaian dalam mengidentifikasi korban pembunuhan dan memutuskan

hukuman kepada pelaku pembunuhan.

Mengingat luasnya cakupan pembahasan masalah, maka ruang lingkup

masalah dalam penelitian ini difokuskan hanya terhadap masalah :

1. Terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan Moch. Asrori di Jombang.

2. Praktek penegakan hak pada tersangka pembunuhan.

3. Bagaimana pelaksanaan rehabilitasi menurut hukum positif dan hukum Islam.

Berdasarkan batasan rumusan masalah di atas, maka untuk mempermudah

pembahasan, penulis merumuskan masalah yang dikaji dalam skripsi ini sebagai

berikut:

Page 20: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

9

1. Bagaimana terjadinya putusan bebas terhadap kasus pembunuhan Moch.

Asrori di Jombang?

2. Bagaimana rehabilitasi terhadap putusan bebas dalam kasus Moch. Asrori di

Jombang menurut hukum positif dan hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus

pembunuhan Moch. Asrori di Jombang.

b. Untuk menjelaskan bagaimana penerapan rehabilitasi terhadap putusan bebas

dalam kasus Moh. Asrori di Jombang menurut hukum positif dan hukum

Islam.

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat sebagai

berikut:

a. Bagi penulis yaitu untuk menambah wawasan sekaligus pengembangan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan hak tersangka yang dituduh melakukan

pembunuhan.

b. Secara teoritis untuk mengetahui kesesuaian praktek penegakan hukum

peradilan pidana di Indonesia dan hukum Islam.

c. Secara praktis yaitu untuk menambah keyakinan dan pemahaman kepada

masyarakat terhadap keadilan pemerintah dalam penegakan hukum yang

berlaku di Indonesia.

Page 21: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

10

D. Studi Terdahulu

Sejauh yang penulis ketahui, apa yang penulis tulis ini belum pernah ada

yang menuliskannya, setidaknya di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang mempunyai

sedikit kesamaan antara lain: “Penyertaan dalam Pembunuhan Berencana

dalam Hukum Islam dan Hukum Positif (Kajian Yurisprudensi No.

1429K/Pid/2010)”. Pokok masalah yang dikaji membahas tentang pengertian

tindak pidana, unsur-usnur tindak pidana, pengertian penyertaan, bentuk-bentuk

penyertaan, pengertian pembunuhan, macam-macam pembunuhan, sanksi pidana

dan konsep pemaafan.

Pada tinjauan selanjutnya, penulis mencermati skripsi yang berjudul :

“Pencemaran Nama Baik Akibat Salah Tangkap (Kajian Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Positif)”. Pada skripsi ini, pokok masalah yang dikaji

membahas tentang pengertian tindak pidana, pencemaran nama baik dan

sanksinya menurut hukum positif dan hukum Islam, pengertian jinayah dan

jarimah, macam-macam dan jenis-jenis jarimah, uqubah macam dan tujuannya

dalam hukum Islam, sebab terjadinya salah tangkap dan akibat salah tangkap. Jadi

dalam skripsi ini hanya menitikberatkan sanksi pada pelaku utama saja, tanpa

menjelaskan bagaimana bila terdakwa adalah bukan pelaku yang sebenarnya.

Ini sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, yang lebih

berfokus kepada bagaimana terjadinya perubahan putusan yang asalnya di

Pengadilan Negeri Jombang memutus bersalah menjadi putusan bebas pada

Mahkamah Agung. Serta bagaimana penerapan rehabilitasi pada putusan bebas

Mahkamah Agung menurut hukum positif dan hukum Islam.

Page 22: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

11

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini adalah metode-metode yang dapat mempermudah dalam penelitian

yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam pemulisan skripsi ini digunakan pendekatan Perbandingan

(Comparative Approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan

studi perbandingan hukum. Perbandingan hukum merupakan suatu metode studi

dan penelitian hukum, studi perbandingan hukum merupakan kegiatan untuk

membandingkan hukum satu dengan hukum yang lain, penulis memilih

pendekatan ini karena penulis ingin membandingkan antara hukum Islam dengan

hukum positif di Indonesia dalam hal penerapan rehabilitasi yang diberikan

kepada orang yang di hukum bersalah, akan tetapi dia tidak pernah melakukan hal

tersebut.

2. Jenis Penelitian

Dengan menggunakan kajian pendekatan hukum normatif yaitu

mengumpulkan peraturan perundang–undangan dari bidang-bidang tertentu, yang

menjadi pusat perhatian dari peneliti. Klasifikasi dapat dibuat atas dasar

kronologi, bagian-bagian yang diatur oleh peraturan tersebut, dan seterusnya.

Kemudian diadakan suatu analisa, dengan mempergunakan pengertian-pengertian

dasar dari sistem hukum, analisa hanya dilakukan terhadap pasal-pasal yang isinya

merupakan kaedah (hukum).11

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta: UI Press, 1984), hal.

255.

Page 23: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

12

3. Sumber Data Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis data. Data

yang digunakan yaitu data Primer dan data Sekunder. Untuk penelitian normatif

data primer yang digunakan adalah putusan peninjauan kembali yang di keluarkan

oleh Mahkamah Agung. Sedangkan sumber sekundernya adalah berupa undang-

undang yang di terapkan atau berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan masalah

yang penulis kaji, komentar dan buku-buku, dokumen-dokumen, serta artikel-

artikel yang terkait.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk pendekatan penelitian normatif dilakukan dengan cara studi

kepustakaan, yaitu dengan menelusuri bahan–bahan tertulis atau pustaka yang

terkait dengan judul dan masalah yang penulis teliti. Baik berupa salinan putusan

Mahkamah Agung dari website Mahkamah Agung, buku-buku, artikel-artikel

undang-undang ataupun dokumen-dokumen resmi yang di keluarkan yang terkait

dengan skripsi ini.

5. Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan secara komparatif yaitu peneliti akan

membandingkan antara pandangan hukum positif dan hukum Islam mengenai

masalah rehabilitasi yang diberikan kepada korban yang diputus bersalah akan

tetapi dia tidak pernah melakukan perbuatan yang dituduhkan.

6. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan acuan dari Buku Pedoman Penulisan

Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

Page 24: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

13

F. Sistematika Penulisan

Sistematika bertujuan agar penulisan ini dapat terarah dan sistematis,

sehingga dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 (lima) bab yaitu

sebagai berikut :

Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini penulis membahas tentang latar

belakang masalah, batasan masalah dan perumusan masalah, tujuan serta maanfaat

penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II adalah kerangka teoritis tinjauan umum rehabilitasi menurut hukum

positif dan hukum Islam. Bab ini memberi gambaran secara jelas tentang

rehabilitasi dalam ruang lingkup hukum pidana Islam dan hukum Positif.

Bab III adalah putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 yang

membebaskan Kemat, Devid dan Sugik. Dalam bab ini penulis menguraikan

tentang latar belakang putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 dan dasar

hukum putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008.

Bab IV adalah analisis perbandingan rehabilitasi pasca putusan Mahkamah

Agung No. 89 PK/PID/2008 menurut hukum positif dan hukum Islam. Pada bab

ini penulis membahas pelaksanaan rehabilitasi dalam sistem peradilan Indonesia,

analisis putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 menurut hukum positif

dan analisis putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 menurut hukum

Islam.

Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran penulis.

Page 25: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

14

BAB II

TINJAUAN UMUM REHABILITASI MENURUT HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM

Bab II ini penulis ingin memaparkan tentang tinjauan umum rehabilitasi akibat

putusan bebas dalam hukum positif dan hukum Islam yang berisikan; rehabilitasi

dalam pandangan hukum positif, rehabilitasi dalam pandangan hukum pidana

Islam, dan dasar hukum rehabilitasi.

A. Definisi Rehabilitasi

Rehabilitasi berasal dari bahasa latih “habilitare” yang berati membuat

baik. Dalam perspektif ini yang dimaksud rehabilitasi ialah suatu tindakan

Presiden dalam rangka mengembalikan hak seseorang yang telah hilang karena

suatu keputusan hakim yang ternyata dalam waktu berikutnya terbukti bahwa

kesalahan yang telah dilakukan seorang tersangka tidak seberapa dibandingkan

dengan perkiraan semula atau bahkan dia ternyata tidak bersalah sama sekali.

Menurut black rehabilitasi adalah pemulihan kembali hak-hak, kewenangan, atau

martabat seseorang.12

Fokus rehabilitasi ini terletak pada nilai kehormatan yang

diperoleh kembali dan hal ini tidak tergantung kepada undang-undang tetapi pada

pandangan masyarakat sekitarnya.

Rehabilitasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pemulihan kepada

kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula). Atau perbaikan anggota

tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal pasien rumah sakit, korban

12

Henry Campbell Black, Black Law Dictionary (Revised Fourth Edition), Michigan:

West Group, 1968, hal. 1451.

Page 26: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

15

bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di

masyarakat.13

Dalam kamus hukum Indonesia pengertian rehabilitasi adalah hak

seseorang untuk mendapat pemulihan nama baik karena proses hukum tanpa

alasan berdasarkan undang-undang atau karena terjadi kekeliruan mengenai orang

atau hukum yang diterapkan.14

B. Rehabilitasi Menurut Hukum Positif

Lama sebelum KUHAP diundangkan, ketentuan ganti rugi dan rehabilitasi

sudah dituangkan sebagai ketentuan hukum pada Pasal 9 Undang-undang No.

14/1970 tersebut, sering pencari keadilan mencoba menuntut ganti rugi ke

pengadilan. Namun tuntutan demikian selalu kandas di pengadilan atas

argumentasi bahwa Pasal 9 Undang-undang No. 14/1970 belum mengatur tata

cara pelaksanaan.15

Ketentuan tentang rehabilitasi di dalam KUHAP hanya pada satu pasal saja,

yaitu Pasal 97. Sebelum pasal itu, dalam Pasal 1 butir 23 terdapat definisi tentang

rehabilitasi sebagai berikut.

“Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapatkan pemulihan haknya

dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada

tingkat penyidikan, penuntutan, atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut,

ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena

13

Tim Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal.1186. 14

Fienso Suharso, Kamus Hukum, cet.X, (Jonggol: Vandetta Publishing, 2010), hal. 31. 15

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan (edisi kedua), cet.VIII, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 44.

Page 27: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

16

kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini.”16

Senada dengan definisi tersebut, Pasal 97 ayat (1) KUHAP berbunyi:

“Seseorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas

atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.” Selanjutnya ditentukan bahwa rehabilitasi tersebut

diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan tersebut di atas

(Pasal 97 ayat (2) KUHAP). Dalam KUHAP tidak dijelaskan apakah rehabilitasi

akibat putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum tersebut bersifat

fakultatif (dituntut oleh terdakwa) ataukah imperatif. Artinya setiap kali hakim

memutus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap harus diberikan rehabilitasi. Hal ini mestinya diatur dalam

aturan pelaksanaan KUHAP.

Selanjutnya perlu diperhatikan, bahwa sebagaimana halnya dengan

ketentuan ganti kerugian, pada proses rehabilitasi pun dibedakan antara perkara

yang diajukan ke pengadilan dan yang tidak. Acara untuk perkara yang diajukan

ke pengadilan negeri berlaku ketentuan Pasal 97 ayat (1) dan (2) KUHAP

tersebut, sedangkan yang tidak, diputus oleh hakim praperadilan sebagaimana

yang ditentukan dalam Pasal 77 KUHAP. Hal ini disebut oleh Pasal 97 ayat (3)

KUHAP.

16

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia: edisi revisi, cet.V, (Jakarta, Sinar

Grafika, 2006), hal. 202.

Page 28: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

17

Memperhatikan bunyi Pasal tersebut, rehabilitasi adalah hak seseorang

tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan pemulihan atas hak kemampuan, atas

hak kedudukan dan harkat martabatnya.

KUHAP memberi hak kepada tersangka untuk menuntut ganti rugi dan

rehabilitasi apabila penangkapan, penahanan, penggeledahan, atau penyitaan

dilakukan tanpa alasan hukum yang sah, atau apabila putusan pengadian

menyatakan terdakwa bebas karena tindak pidana yang didakwakan tidak terbukti

atau tindak pidana yang didakwakan kepadanya bukan merupakan tindak pidana

kejahatan atau pelanggaran.17

1. Hukum Positif Dalam Pemidanaan

Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-

pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan

mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau

siksaan.18

Adapun yang termasuk dalam pengertian kepentingan umum ialah:

a. Badan dan peraturan perundangan negara, seperti negara, lembaga-lembaga

negara, pejabat negara, pegawai negeri, undang-undang, peraturan

pemerintah, dan sebagainya.

b. Kepentingan hukum tiap manusia, yaitu: jiwa, raga/tubuh, kemerdekaan,

kehormatan, dan hak milik/harta benda.19

Hukum pidana itu tidak membuat peraturan-peraturan yang baru, melainkan

mengambil dari peraturan-peraturan hukum yang lain yang bersifat kepentingan

17

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan: edisi kedua, cet.VIII, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006), hal. 338. 18

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, cet.VII, (Jakarta, Balai

Pustaka, 1986), hal. 257. 19

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 257.

Page 29: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

18

umum. Memang sebenarnya peraturan-peraturan tentang jiwa, raga, milik, dan

sebagainya, dari tiap orang telah termasuk hukum perdata. Hal pembunuhan,

pencurian, dan sebagainya antara orang-orang biasa, semata-mata diurus oleh

pengadilan pidana.

Biasanya, pengertian hukum pidana itu sendiri, paling luas hanya tersebut

pada ilmu-ilmu hukum pidana sistematik:

a. Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang

mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud

perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh hukum material : hukum

pidana, hukum perdata, hukum dagang dan lain-lain.20

Hukum pidana material, yang berarti isi atau subtansi hukum pidana itu.

Disini hukum pidana bermakna abstrak atau dalam keadaan diam.21

Singkatnya

hukum pidana material mengatur tentang apa, siapa, dan bagaimana orang dapat

dihukum. Jadi hukuman pidana material mengatur perumusan dari kejahatan dan

pelanggaran serta syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum.

b. Hukum formal (hukum proses atau hukum acara) yaitu hukum yang memuat

peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan

mempertahankan hukum material atau peraturan-peraturan yang mengatur

bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan

bagaimana cara-caranya hakim memberikan putusan. Contoh hukum formal:

hukum acara pidana dan hukum acara perdata.22

20

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 74. 21

Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, cet.II, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), hal.

2. 22

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 74.

Page 30: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

19

Hukum pidana formal atau hukum acara pidana bersifat nyata atau konkret.

Disini kita lihat hukum pidana dalam keadaan bergerak, atau dijalankan atau

berada dalam suatu proses. Oleh karena itu disebut juga hukum acara pidana.23

2. Penjatuhan Pidana Terhadap Pelaku

Setiap keputusan hakim merupakan salah satu dari tiga kemungkinan :

a. Pemidanaan atau penjatuhan pidana dan atau tata tertib.

b. Putusan bebas.

c. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.24

Sebelum membicarakan putusan akhir tersebut, perlu kita ketahui bahwa

pada waktu hakim menerima suatu perkara dari penuntut umum dapat diterima.

Putusan mengenai hal ini bukan merupakan keputusan akhir (vonnis), tetapi suatu

ketetapan. Suatu putusan mengenai tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima

jika berhubungan dengan perbuatan yang didakwakan tidak ada alasan hukum

untuk menuntut pidana, misalnya dalam hal delik aduan tidak ada surat pengaduan

yang dilampirkan pada berkas perkara, atau aduan ditarik kembali, atau delik itu

telah lewat waktu, atau alasan non bis in idem.

Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir (vonnis). Dalam

putusan itu hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah

dipertimbangkan dan putusannya. Berbeda dengan Ned. Sv. yang tidak menyebut

apakah yang dimaksud dengan putusan (vonnis) itu, KUHAP Indonesia memberi

definisi tentang putusan (vonnis) sebagai berikut.

23

Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, cet.II, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), hal.

2. 24

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia: edisi revisi, cet.V, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006), hal. 280.

Page 31: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

20

“Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari

segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undang ini.” (Pasal 1 butir 11 KUHAP).

Tentang kapan suatu putusan pemidanaan dijatuhkan, dijawab oleh Pasal

193 ayat (1) KUHAP sebagai berikut: “Jika pengadilan berpendapat bahwa

terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka

pengadilan menjatuhkan pidana.”25

Atau dengan penjelasan lain, apabila menurut

pendapat dan penilaian pengadilan terdakwa telah terbukti secara sah dan

menyakinkan melakukan kesalahan tindak pidana yang didakwakan kepadanya

sesuai dengan sistem pembuktian dan asas batas minimun pembuktian yang

ditentukan dalam Pasal 183, kesalahan terdakwa telah cukup terbukti dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah yang memberi keyakinan kepada

hakim, terdakwalah pelaku tindak pidananya.26

Selanjutnya putusan bebas dijatuhkan “jika pengadilan berpendapat bahwa

dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa

diputus bebas.” (Pasal 191 ayat (1) KUHAP). Tidak memenuhi asas pembuktian

menurut undang-undang secara negatif. Pembuktian yang diperoleh di

persidangan, tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan sekaligus

kesalahan terdakwa yang tidak cukup terbukti itu, tidak diyakini oleh hakim.

25

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia: edisi revisi, hal. 280-281. 26

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, cet.VIII, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2006), hal. 354.

Page 32: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

21

Kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa hanya didukung oleh satu alat bukti

saja, sedang menurut ketentuan Pasal 183, agar cukup membuktikan kesalahan

seorang terdakwa, harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah.27

Selanjutnya putusan lepas dari segala tuntutan hukum dijatuhkan menurut

KUHAP “jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana maka

terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.” (Pasal 191 ayat (2) KUHAP).

Pada masa yang lalu putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum disebut onslag

van recht vervolging, yang sama maksudnya dengan Pasal 191 ayat (2), yakni

putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum, berdasar kriteria28

:

1) Apa yang didakwakan kepada terdakwa memang terbukti secara sah dan

meyakinkan;

2) Tetapi sekalipun terbukti, hakim berpendapat bahwa perbuatan yang

didakwakan tidak merupakan tindak pidana.

Disini kita lihat hal yang melandasi putusan pelepasan, terletak pada

kenyataan, apa yang didakwakan dan yang telah terbukti tersebut tidak merupakan

tindak pidana, tetapi termasuk ruang lingkup hukum perdata atau hukum adat.

3. Rehabilitasi Dalam Putusan Bebas

Secara singkat sistem peradilan pidana dapat diartikan sebagai suatu sistem

dalam masyarakat untuk menanggulangi kejahatan agar hal tersebut masih berada

27

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 348. 28

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 352.

Page 33: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

22

dalam batas-batas toleransi mayarakat.29

Sistem peradilan pidana bukan

merupakan struktur yang telah direncanakan sebagai sebuah sistem. Juga tidak

begitu terorganisir bahwa beberapa bagian saling beroperasi secara harmonis.

Sistem peradilan pidana (criminal justice system) pada dasarnya terbentuk

sebagai bagian dari upaya negara untuk melindungi warga masyarakat dari

bentuk-bentuk perilaku sosial yang ditetapkan secara hukum sebagai kejahatan. Di

samping itu, sistem tersebut juga dibentuk sebagai sarana untuk melembagakan

pengendalian sosial oleh negara. Ikhtisar memberikan perlindungan terhadap

masyarakat melalui sistem peradilan pidana merupakan rangkaian dari kegiatan

instasional kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan.30

Komponen tersebut harus saling berkaitan, jika terdapat kelemahan pada salah

satu sistem kerja komponennya, akan mempengaruhi komponen lainnya dalam

sistem yang terintegrasi itu.

Sistem peradilan pidana yang digariskan KUHAP merupakan “sistem

terpadu” (integrated criminal justice system). Sistem terpadu tersebut diletakkan

di atas landasan prinsip “diferensiasi fungsional” di antara aparat penegak hukum

sesuai dengan “tahap proses kewenangan” yang diberikan undang-undang kepada

masing-masing. Berdasaran kerangka landasan yang dimaksud aktivitas

pelaksanaannya, merupakan fungsi gabungan (collection of function) dari

29

Teguh Prasetyo dan Abdul H.im Barkatullah , Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum

pemikiran menuju masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat, cet.I, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada,2012) hal. 115. 30

Mulyana w. kusuma dan Adnan Buyung Nasution, Tegaknya Supremasi Hukum

(Terjebak Antara Memilih Hukum dan Demokrasi, cet.I, (Bandung : PT Remaja Roksadakarya,

februari, 2011), hal. 03.

Page 34: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

23

legislator, polisi, jaksa, pengadilan, dan penjara, serta badan yang berkaitan, baik

yang ada di lingkungan pemerintahan atau di luarnya.

Penyelidik ialah orang yang melakukan penyelidikan. Penyelidikan berarti

serangkaian tindakan mencari dan menemukan sesuatu keadaan atau peristiwa

yang berhubungan dengan kejahatan dan pelanggaran tindak pidana atau yang

diduga sebagai perbuatan tindak pidana. Pencarian dan usaha menemukan

peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, bermaksud untuk menentukan sikap

pejabat penyelidik, apakah peristiwa yang ditentukan dapat dilakukan penyidikan

atau tidak sesuai dengan cara yang diatur oleh KUHAP (Pasal 1 butir 5).

Dari penjelasan diatas, penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama

permulaan penyidikan. Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukan tindakan

yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan

bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Kalau dipinjam kata-kata yang

dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan

“merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang

mendahului tindakan lain, yaitu penindakan yang berupa penangkapan,

penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan

pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut umum”.31

Siapa berwenang melakukan penyelidikan diatur dalam Pasal 1 butir 4:

penyelidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Selajutnya,

31

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan: edisi kedua, hal. 101.

Page 35: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

24

sesuai dengan pasal 4, yang berwenang melaksanakan fungsi penyelidikan adalah

“setiap pejabat polisi Negara Republik Indonesia”.

Pada tindakan penyelidikan penekanan diletakkan pada tindakan “mencari

dan menemukan” sesuatu “peristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai tindak

pidana. Pada penyidikan, titik berat tekanannya diletakkan pada tindakan

“mencari serta mengumpulkan bukti” supaya tindak pidana yang ditemukan dapat

menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya. Dari

penjelasan dimaksud hampir tidak ada perbedaan makna keduanya. Hanya bersifat

gradual saja. Antara penyelidikan dan penyidikan adalah dua fase tindakan yang

berwujud satu. Antara keduanya saling berkaitan dan isi-mengisi guna dapat

diselesaikan pemeriksaan suatu peristiwa pidana.32

Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses

pemeriksaan sidang pengadilan. Melalui pembuktian ditentukan nasib terdakwa.

Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang

“tidak cukup” membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa,

terdakwa “dibebaskan” dari hukuman. Sebaliknya, kalau kesalahan terdakwa

dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal 184, terdakwa

dinyatakan “bersalah”. Kepadanya akan dijatuhkan hukuman. Oleh karena itu,

hakim harus hati-hati, cermat, dan matang menilai dan mempertimbangkan nilai

pembuktian. Meneliti sampai dimana batas minimum “kekuatan pembuktian” atau

bewijs kracht dari setiap alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP.33

32

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan

dan Penuntutan: edisi kedua, hal. 109. 33

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 273.

Page 36: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

25

Agar permasalahannya lebih jelas, mari kita hubungkan Pasal 183 dengan

Pasal 184 ayat (1). Pada Pasal 184 ayat (1) telah disebutkan secara rinci atau

“limitatif” alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang yaitu keterangan

saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Sesuai dengan

ketentuan Pasal 184 ayat (1), undang-undang menentukan lima jenis alat bukti

yang sah. Di luar ini, tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.

Jika ketentuan Pasal 183 dihubungkan dengan jenis alat bukti itu terdakwa

baru dapat dijatuhi hukuman pidana, apabila kesalahannya dapat dibuktikan

paling sedikit dengan dua jenis alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 ayat (1).

Kalau begitu, minimum pembuktian yang dapat dinilai cukup memadai untuk

membuktikan kesalahan terdakwa, “sekurang-kurangnya” atau “paling sedikit”

dibuktikan dengan “dua” alat bukti yang sah.

Mengenai putusan apa yang akan dijatuhkan pengadilan, tergantung hasil

mufakat musyawarah hakim berdasarkan penilaian yang mereka peroleh dari surat

dakwaan dihubungkan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di

sidang pengadilan. Mungkin menurut penilaian mereka, apa yang didakwakan

dalam surat dakwaan terbukti, mungkin juga menilai, apa yang didakwakan

memang benar terbukti, akan tetapi apa yang didakwakan bukan merupakan

tindak pidana, tapi termasuk ruang lingkup perkara perdata atau termasuk ruang

lingkup tindak pidana aduan (klacht delik). Atau menurut penilaian mereka, tindak

pidana yang didakwakan tidak terbukti sama sekali.34

34

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 347.

Page 37: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

26

Apabila pemeriksaan perkara sudah sampai ke tingkat pengadilan, dan dari

hasil pemeriksaan pengadilan menjatuhkan putusan bebas dan putusan pelepasan

dari segala tuntutan hukum, maka dalam hal yang seperti ini rehabilitasi diberikan

pengadilan yang memutusnya. Bertitik tolak dari bunyi ketentuan Pasal 97 ayat

(2), rehabilitasi bedasarkan putusan pengadilan yang membebaskan atau

melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum. Jadi menurut ketentuan Pasal

97 ayat (2), jika pengadilan menjatuhkan putusan bebas atau pelepasan dari segala

tuntutan hukum, rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam

amar atau diktum putusan pengadilan yang bersangkutan.

Di samping rehabilitasi diberikan langsung oleh pengadilan dalam putusan

pembebasan atau pelepasan dari segala tuntutan hukum, praperadilan berwenang

memeriksa rehabilitasi. Jenis rehabilitasi yang termasuk ke dalam kewenangan

praperadilan meliputi permintaan rehabilitasi atau tindakan penengakan hukum

yang tidak sah yang perkaranya tidak dilanjutkan ke sidang pengadilan.35

Dari pengertian singkat di atas, tampak jelas apa yang menjadi tujuan

rehabilitasi. Tujuannya tiada lain sebagai sarana dan upaya untuk memulihkan

kembali nama baik, kedudukan, dan martabat seseorang yang telah sempat

menjalani tindakan penegakan hukum baik berupa penangkapan, penahanan,

penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan. Padahal ternyata semua

tindakan yang dikenakan kepada dirinya merupakan tindakan tanpa alasan yang

sah menurut undang-undang.

35

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 70-71.

Page 38: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

27

Secara singkat dasar Hukum Rehabilitasi Dalam Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana Nomor 8 Tahun 1981 bab XII bagian kedua Pasal 97

mengenai rehabilitasi dijelaskan bahwa:

a. Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus

bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah

mempunyai kekuatan hukum tetap.

b. Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan

pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

c. Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penangkapan atau penahanan

tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai

orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95

ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri diputus oleh

hakim praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77.

C. Pelaksanaan Rehabilitasi Dalam Sistem Peradilan Indonesia

Dampak akibat putusan Mahkamah Agung No. 89/PK/PID/2008 yang

membebaskan Kemat, Devid, dan Sugik mengharuskan mereka untuk segera

dibebaskan dan dikembalikan hak terpidana dalam kemapuan, kedudukan, harkat

serta martabatnya sesuai salah satu isi dalam putusan. Dalam Pasal 1 butir 23

KUHAP berbunyi bahwa rehabilitasi adalah hak seseorang yang mendapat

pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya

yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan, atau peradilan karena

ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-

Page 39: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

28

undang atau karena alasan kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang

diterapkan.

Bunyi redaksi pemberian rehabilitasi diatur dalam Pasal 14 PP No. 27

Tahun 1983. Perumusan redaksi ini dalam peraturan memperlancar pelayanan

pemberian rehabilitasi, sebab dengan ditentukan rumusan standar dalam

pemberian rehabilitasi baik pemohon maupun pengadilan tidak memperdebatkan

rumusan redaksi. Pengadilan dan pemohon terikat dan harus tunduk menerima

rumusan yang ditentukan dalam Pasal 14 PP No. 27 Tahun 1983.36

Arang yang sempat tercoreng di dahinya akibat tindakan penangkapan,

penahanan atau pemeriksaan pengadilan bisa dibersihkan dengan jalan memberi

rehabilitasi. Pemberian rehabilitasi berdasarkan atas putusan pengadilan atau

praperadilan yang rumusan redaksinya telah ditentukan dalam pasal 14. Pasal ini

memuat dua jenis redaksi, namun isi yang terkandung di dalamnya sama. Dasar

pembedaan rumusan itu dalam dua redaksi, semata-mata didasarkan atas alasan

perbedaan status pemohon serta instansi yang memeriksa permintaan rehabilitasi

yang diajukan.

Jika yang memeriksa pengadilan apabila yang berwenang memberikan

adalah pengadilan atas alasan pembebasan atau pelepasan dari segala tuntutan

hukum sesuai dengan yang di atur dalam Pasal 97 ayat (1) KUHAP. Bila yang

memeriksa praperadilan apabila permintaan rehabilitasi didasarkan atas alasan

penangkapan dan penahanan yang tidak sah, yang berwenang memeriksa

permintaan rehabilitasi adalah praperadilan berdasarkan Pasal 97 ayat (3).

36

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 74.

Page 40: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

29

Sesuai dengan Pasal 1 butir 23 KUHAP, maka Kemat, Devid, dan Sugik

berhak mendapatkan rehabilitasi karena mereka ditangkap, ditahan, dituntut, dan

diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena alasan

kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. Dalam Pasal 97 ayat

(3) KUHAP dan pasal 12 PP No. 27 Tahun 1983, orang yang berhak mengajukan

permintaan rehabilitasi adalah tersangka, keluarga tersangka atau kuasanya.

Hak mengajukan rehabilitasi yang diberikan undang-undang kepada

keluarga tersangka merupakan hak yang sederajat dengan yang diberikan kepada

tersangka. Sejak semula keluarga tersangka berhak mengajukan permintaan

rehabilitasi, sekalipun tersangka masih hidup dan sehat. Tidak ada hak prioritas

antara tersangka dengan keluarganya. Masing-masing mempunyai hak sederajat

untuk mengajukan permintaan rehabilitasi.

Tentang diberikan kemungkinan kepada kuasa mengajukan permintaan

rehabilitasi memperlihatkan rehabilitasi agak cenderung ke arah keperdataan.

Memang rehabilitasi secara murni adalah hak keperdataan yang seharusnya

dimintakan atau digugat di depan peradilan perdata. Akan tetapi lain halnya

dengan rehabilitasi yang diatur dalam pasal 97 KUHAP. Permintaan rehabilitasi

atas pejabat penegak hukum yang dikenakan kepada seseorang, tidak perlu

melalui gugat perdata. Apabila pejabat penegak hukum melakukan tindakan

pidana penangkapan, penahanan yang tidak berdasar alasan yang dibenarkan

undang-undang atau apabila terhadap terdakwa dijatuhkan putusan bebas atau

lepas dari segala tuntutan hukum, rehabilitasi atau tindakan dan peristiwa tersebut

tidak perlu melalui proses perdata. Yang bersangkutan atau keluarganya dapat

Page 41: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

30

mengajukan permintaan rehabilitasi melalui proses yang diatur dalam pasal 97

KUHAP jo. Bab V PP No. 27 Tahun 1983.

Dalam proses permintaan dan pemeriksaan rehabilitasi melalui pengadilan

perdata dengan apa yang diatur dalam KUHAP, terletak pada subjek yang menjadi

pihak. Rehabilitasi melalui gugatan perdata harus ada pihak yang digugat sebagai

pihak yang disalahkan melakukan perbuatan melawan hukum dan orang yang

melakukan perbuatan yang melawan hukum tersebut berkewajiban untuk

merehabiliter nama baik orang yang dirugikan atas fitnah atau pencemaran nama

baiknya. Berbeda dengan proses rehabilitasi yang diatur dalam Pasal 97 KUHAP

tidak menempatkan seseorang sebagai pihak tergugat. Tetapi pihak pemohon

sendiri bukan merupakan pihak secara murni atau walaupun disebut ada pihak

yakni pemohon pada satu sisi dan pejabat penegak hukum yang bersangkutan

pada pihak lain, sifat keberadaan mereka sebagai pihak adalah semu. Pemohon

secara semu bertindak sebagai pihak penggugat dan pejabat atau instansi yang

terlibat atau negara negara berada dalam kedudukan sebagai tergugat semu.37

Dalam mengajukan permintaan rehabilitasi terdapat tenggang waktu yang

telah ditentukan dalam Pasal 12 PP No. 27 yang berisi permintaan rehabilitasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (3) KUHAP diajukan oleh tersangka,

keluarganya, atau kuasanya kepada pengadilan yang berwenang selambat-

lambatnya dalam waktu 14 hari setelah putusan mengenai sah tidaknya

penangkapan atau penahan diberitahukan kepada pemohon. Dengan begitu masa

37

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 72.

Page 42: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

31

tenggang waktu mengajukan permintaan rehabilitasi adalah 14 hari terhitung sejak

putusan mengenai tidak sahnya penangkapan atau penahanan diberitahukan.

Bila dicermati kembali dalam Pasal 12, tenggang waktu yang diatur di

dalamnya hanya berkenaan dengan permintaan rehabilitasi yang disebut dalam

Pasal 97 ayat (3) KUHAP yaitu tenggang waktu mengenai rehabilitasi atas alasan

penangkapan atau penahanan yang tidak sah dimana perkaranya tidak diajukan ke

sidang pengadilan. Namun dalam tenggang waktu atas alasan putusan bebas atau

lepas dari segala tuntutan hukum sebagaimana yang disebut dalam Pasal 97 ayat

(1) KUHAP, tidak ada disinggung dalam Pasal 12 PP No. 27 Tahun 1983.

Alasannya dalam setiap putusan pengadilan yang berupa pembebasan atau

pelepasan dari segala tuntutan hukum harus sekaligus mencantumkan dan

memberikan rehabilitasi, itu sebabnya tidak ada tenggang waktu.

Pemberian rehabilitasi dalam putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan

hukum merupakan hak yang wajib diberikan dan dicantumkan sekaligus secara

langsung dalam putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum. Dengan

begitu rehabilitasi dalam putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum

tidak perlu diminta dan diajukan terdakwa, yang berarti tidak memiliki tenggang

waktu.

Rehabilitasi yang diberikan dan dicantumkan dalam putusan bebas atau

lepas dari segala tuntutan hukum baru dianggap sah dan mempunyai kekuatan

mengikat terhitung sejak putusan yang bersangkutan memperoleh kekuatan

hukum tetap. Jika Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan bebas terhadap

terdakwa, maka berpedoman kepada ketentuan Pasal 97 ayat (2) KUHAP

Page 43: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

32

Pengadilan Negeri yang bersangkutan harus memberikan dan mencantumkan

rehabilitasi dalam putusan.

Penyampaian petikan dan salinan putusan pemberian rehabilitasi diatur

dalam Pasal 13 PP No. 27 Tahun 1983. Pasal ini mengatur kewajiban panitera

Pengadilan Negeri untuk menyampaikan petikan dan salinan putusan rehabilitasi

kepada pemohon dan pihak instansi tertentu. Tujuannya agar pemberian

rehabilitasi tersebut diketahui pihak yang berkepentingan, instansi penegak hukum

yang bersangkutan serta masyarakat lingkungan di mana pemohon rehabilitasi

bertempat tinggal dan bekerja.

Adapun pihak dan instansi yang berhak mendapat petikan dan salinan

putusan rehabilitasi:38

1. Petikan penetapan disampaikan kepada pihak pemohon, hal ini diatur

dalam Pasal 13 ayat (1) PP. Kepada pemohon cukup disampaikan

petikan penetapan, namun tidak mengurangi haknya untuk mendapat

salinan penetapan jika ia menghendaki. Untuk itu pemohon dapat

meminta salinan penetapan kepada panitera pengadilan. Hak pemohon

untuk mendapatkan salinan petikan rehabilitasi bertitik tolak dari

ketentuan Pasal 226 ayat (3) KUHAP.

2. Salinan penetapan rehabilitasi disampaikan kepada beberapa instansi,

ini diatur dalam Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) PP. Berdasarkan

ketentuan ini, pemberian atau pengiriman salianan penetapan

rehabilitasi:

38

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 75.

Page 44: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

33

a. Diberikan kepada penyidik.

b. Diberikan kepada penuntut umum.

c. Instansi tempat pemohon bekerja.

d. Kepada Ketua Rukun Warga (RW) di mana pemohon bertempat

tinggal.

Apa yang digariskan dalam Pasal 13 PP No. 27 Tahun 1983, tidak

menentukan berapa lama jangka waktu penyampaian atau pengiriman petikan

dan salinan itu kepada pihak yang berkepentingan. Walaupun demikian,

pemberian atau pengiriman petikan dan salinan sepatutnya segara

dilaksanakan panitera, terutama kepada instansi tempat pemohon bekerja

serta kepada Ketua Rukun Warga, guna secepat mungkin pemulihan nama

baik, kedudukan, harkat, dan martabatnya di lingkungan masyarakat tempat

di mana ia hidup dan bekerja. Cara menyebarluaskan pemberian rehabilitasi

diatur dalam Pasal 15 PP No. 27 Tahun 1983, pengumuman putusan

rehabilitasi cukup ditempelkan pada papan pengumuman pengadilan.

D. Rehabilitasi Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya dalam hukum pidana Islam tidak terdapat penjelasan secara

khusus mengenai rehabilitasi, oleh karena itu penulis menganalogikan masalah

tersebut ke dalam ta‟zir. Ta‟zir ialah sanksi yang diberlakukan kepada pelaku

jarimah yang melakukan pelanggaran, baik berkaitan dengan hak Allah maupun

hak manusia, dan tidak termasuk ke dalam kategori hukuman hudud atau kafarat.

Karena ta‟zir tidak ditentukan secara langsung oleh Alquran dan hadist, maka ini

Page 45: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

34

menjadi kompetensi penguasa setempat. Dalam memutuskan jenis dan ukuran

sanksi ta‟zir, harus tetap memperhatikan petunjuk nash secara teliti karena

menyangkut kemaslahatan umum.39

Menurut Ibrahim Anis, ta‟zir ialah pengajaran yang tidak sampai pada

ketentuan had syar‟i, seperti pengajaran terhadap seseorang yang mencaci-maki

(pihak lain) tetapi bukan menuduh (orang lain berbuat zina). Al-Mawardi dalam

kitab Al-Ahkam Al-Sultaniyyah berpendapat ta‟zir ialah pengajaran (terhadap

pelaku) dosa-dosa yang tidak diatur oleh hudud. Status hukumnya berbeda-beda

sesuai dengan keadaan dosa dan pelakunya. Ta‟zir sama dengan hudud dari satu

sisi, yaitu sebagai pengajaran (untuk menciptakan) kesejahteraan dan untuk

melaksanakan ancaman yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan dosa yang

dikerjakan.40

Ulama berbeda pendapat mengenai hukum sanksi ta‟zir. Berikut ini adalah

penjelasannya.

1. Menurut golongan Malikiyah dan Hanabilah, ta‟zir hukumnya wajib

sebagaimana hudud karena merupakan teguran yang disyariatkan untuk

menegakkan hak Allah dan seorang kepala negara atau kepala daerah tidak

boleh mengabaikannya.

2. Menurut mazhab Syafi‟i, ta‟zir hukumnya tidak wajib. Seorang kepala negara

atau kepala daerah boleh meninggalkannya jika hukum itu tidak menyangkut

hak adami.

39

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 139-140. 40

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 137.

Page 46: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

35

3. Menurut mazhab Hanafiyah, ta‟zir hukumnya wajib apabila berkaitan dengan

hak adami. Tidak ada pemberian maaf dari hakim karena hak hamba tidak

dapat digugurkan, kecuali oleh yang memiliki hak itu. Adapun jika berkenaan

dengan hak Allah, keputusannya terserah hakim. Jika hakim berpendapat ada

kebaikan dalam penegakannya maka ia melaksanakan keputusan itu. Akan

tetapi, jika menurut hakim tidak ada maslahat maka boleh meninggalkannya.

Artinya, si pelaku mendapat ampunan dari hakim. Sejalan dengan ini Ibnu Al-

Hamam berpendapat, “Apa yang diwajibkan kepada imam untuk menjalankan

hukum ta‟zir berkenaan dengan hak Allah adalah kewajiban yang menjadi

wewenangnya dan ia tidak boleh meninggalkannya, kecuali tidak ada

maslahat bagi pelaku kejahatan”.41

Penetapan sanksi ta‟zir dilakukan melalui pengakuan, bukti, serta

pengetahuan hakim dan saksi. Kesaksian dari kaum perempuan bersama kaum

laki-laki dibolehkan, namun tidak diterima jika saksi dari kaum perempuan saja.

1. Hukum Islam Mengenai Pemidanaan

Salah satu aturan pokok yang sangat penting dalam syari‟at Islam ialah

aturan yang berbunyi “Sebelum ada nash (ketentuan), tidak ada hukum bagi

perbuatan orang-orang yang berakal sehat”. Dengan perkataan lain perbuatan

seseorang yang cakap tidak mungkin dikatakan dilarang, selama belum ada nash

yang melarangnya, dan ia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatan itu

atau meninggalkannya, sehingga ada nash yang melarangnya.

41

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 145.

Page 47: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

36

Oleh karena sesuatu perbuatan dan sikap tidak berbuat tidak cukup

dipandang sebagai jarimah hanya karena dilarang saja, tetapi juga harus

dinyatakan hukumannya, baik hukuman had atau hukuman ta‟zir, maka

kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhannya ialah bahwa aturan-aturan

pokok syari‟at Islam menentukan tidak ada jarimah dan tidak ada hukuman

kecuali dengan suatu nash”.42

ال جزيمت ال عقبت اال ببننص

“Tidak ada jarimah dan tidak ada hukuman kecuali dengan suatu nash”.

Dalam kaidah hukum Islam, pengertian hukum pidana termuat dalam fiqh

jinayah. Didalamnya terhimpun permbahasan semua jenis pelanggaran atau

kejahatan manusia berbagai sasaran yang menyangkut badan, jiwa, harta benda,

kehormatan, nama baik, negara, tatanan hidup dan lingkup hidup. Di sinilah

letaknya agama Islam sangat menghormati dan mengakui keberadaan manusia

dengan menimbang segala kelebihan maupun kekurangannya.

Dalam fiqh jinayah, ada istilah penting yang terlebih dahulu dipahami

sebelum menggali materi selanjutnya. Pertama adalah jinayah dan kedua

mengenai jarimah. Kedua istilah ini secara etimologis mempunyai arti dan arah

yang sama. Selain itu, istilah yang satu menjadi murodif (sinonim) bagi istilah

lainnya. Singkat kata, keduanya bermakna tunggal. Meski begitu, keduanya

berbeda dalam penerapannya. Dengan demikian, kita patut memperhatikan dan

memahami agar penggunaannya tidak keliru.

42

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, cet.IV, (Jakarta : PT Midas Surya

Grafindo, 1990), hal. 58-59.

Page 48: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

37

Jarimah ialah larangan-larangan Syara‟ yang diancamkan oleh Allah dengan

hukuman had atau ta‟zir. Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa

mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang

diperintahkan. Dengan kata lain Syara‟ pada pengertian tersebut di atas, yang

dimaksud ialah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang

oleh Syara‟. Pengertian jarimah tersebut tidak berbeda dengan pengertian tindak

pidana, (peristiwa pidana, delik) pada hukum pidana positif.

Para fuqaha sering memakai kata-kata jinayah untuk jarimah. Semula

pengertian jinayah ialah hasil perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi kepada

perbuatan yang dilarang saja. Di kalangan fuqaha, yang dimaksud dengan kata-

kata jinayah ialah perbuatan yang dilarang oleh Syara‟, baik perbuatan itu

mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda ataupun lain-lainnya.

Akan tetapi kebanyakan fuqaha memakai kata-kata jinayah hanya untuk

perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti membunuh,

melukai, memukul, menggugurkan kandungan dan sebagainya. Ada pula

golongan fuqaha yang membatasi pemakaian kata-kata jarimah kepada jarimah

hudud dan qisas saja. Dengan mengenyampingkan perbedaan pemakaian kata-kata

jinayah dikalangan fuqaha, dapatlah kita katakan bahwa kata-kata jinayah dalam

istilah fuqaha sama dengan kata-kata jarimah.43

Adapun unsur-unsur umum dari pada tindak pidana dalam hukum Islam,

dibagi menjadi tiga yaitu:44

43

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, cet.IV, (Jakarta : PT Midas Surya

Grafindo, 1990), hal. 01-02. 44

Juhaya S Praja dan Ahmad Syihabuddin, Delik Agama Dalam Hukum Islam, cet.II,

(Bandung: Penerbit Angkasa, 1993), hal. 81.

Page 49: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

38

a. Hendaknya ada nash yang mengancam tindak pidana yang dapat

menghukuminya (rukun syar‟i). Dalam perundang-undangan kita istilah ini

disebut juga dengan unsur formil.

b. Melakukan perbuatan-perbuatan yang diancam dengan pidana, baik dengan

melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan (rukun madi). Dalam

perundang-undangan kita unsur ini disebut dengan unsur materil.

c. Hendaknya pelaku tindak pidana kejahatan itu mukallaf atau bertanggung

jawab atas tindakan pidana itu (rukun adabi). Dalam perundang-undangan

kita disebut dengan unsur moril.

Unsur-unsur tersebut adalah unsur yang sama dan berlaku bagi setiap

macam jarimah (tindak pidana atau delik). Disamping itu, terdapat unsur kasus

yang hanya ada pada jarimah tertentu dan tidak terdapat pada jarimah yang lain.

Unsur kasus ini merupakan spesifikasi pada setiap jarimah dan tentu saja tidak

akan ditemukan pada jarimah lain. Sebagai contoh, memindahkan (mengambil)

harta benda orang lain hanya ada pada jarimah pencurian atau menghilangkan

nyawa orang lain dalam kasus pembunuhan.45

2. Penjatuhan Pidana Dalam Hukum Islam

Tujuan pokok dalam penjatuhan hukuman dalam syari‟at Islam ialah

pencegahan (ar-rad-u waz-zajru) dan pengajaran serta pendidikan (al-islah wat-

tahdzib). Pengertian pencegahan ialah menahan pembuat agar tidak mengulangi

perbuatan jarimahnya atau agar ia tidak terus-menerus memperbuatnya, disamping

pencegahan terhadap orang lain selain pembuat agar ia tidak memperbuat jarimah,

45

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), cet.I, (Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2000), hal. 53.

Page 50: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

39

sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang dikenakan terhadap orang yang

memperbuat pula perbuatan yang sama. Dengan demikian, maka kegunaan

pencegahan adalah rangkap, yaitu menahan terhadap pembuat sendiri untuk tidak

mengulangi perbuatannya dan menahan orang lain untuk tidak memperbuatnya

pula dan menjauhkan diri dari lingkungan jarimah.

Oleh karena tujuan hukuman adalah pencegahan, maka besarnya hukuman

harus sedemikian rupa yang cukup mewujudkan tujuan tersebut, tidak boleh

kurang atau lebih dari batas yang diperlukannya, dan dengan demikian maka

terdapat prinsip keadilan dalam menjatuhkan hukuman. Bila demikian

keadaannya, maka hukuman dapat berbeda-beda terutama hukuman ta‟zir,

menurut perbedaan pembuatnya, sebab di antara pembuat-pembuat ada yang

cukup dengan diberi peringatan dan ada yang cukup dijilid.46

Jarimah-jarimah dapat berbeda penggolongannya, menurut perbedaan cara

meninjaunya dilihat dari segi berat-ringannya hukuman, jarimah dibagi menjadi

tiga yaitu jarimah hudud, jarimah qisas dan jarimah ta‟zir:47

a. Jarimah hudud ialah jarimah yang diancamkan hukuman had, yaitu hukuman

yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak Tuhan. Dengan

demikian, maka hukuman tersebut tidak mempunyai batas terendah atau batas

tertinggi. Pengertian hak Tuhan ialah bahwa hukuman tersebut tidak bisa

dihapuskan baik oleh perseorangan (yang menjadi korban jarimah), ataupun

oleh masyarakat yang diwakili oleh negara. Jarimah-jarimah hudud ada tujuh,

yaitu zina, qadzaf (menuduh orang lain berbuat zina), minum-minuman keras,

46

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, cet.IV, (Jakarta: Bulan Bintang,

1990), hal. 255-256. 47

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, hal. 7-9.

Page 51: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

40

mencuri, haribah (pembegalan/perampokan, gangguan keamanan), murtad,

dan pemberontakan (al-baghyu).

b. Jarimah qisas-diyat adalah perbuatan-perbuatan yang diancamkan hukuman

qisas atau hukuman diyat. Baik qisas maupun diyat adalah hukuman-

hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai batas

terendah atau batas tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan, dengan

pengertian bahwa korban bisa memaafkan pembuat, dan apabila dimaafkan,

maka hukuman tersebut menjadi hapus. Jarimah qisas-diyat ada lima yaitu

pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, pembunuhan karena tidak

sengaja, penganiayaan sengaja, dan penganiayaan tidak sengaja.

c. Jarimah ta‟zir ialah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan satu atau

beberapa hukuman ta‟zir. Pengertian ta‟zir ialah memberi pengajaran (at-

Ta‟dib). Tetapi untuk hukum pidana Islam istilah tersebut mempunyai

pengertian tersendiri, seperti yang akan terlihat dibawah ini. Syara‟ tidak

menentukan macam-macamnya hukuman untuk tiap-tiap jarimah ta‟zir, tetapi

hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya

sampai kepada yang seberat-beratnya. Dalam hal ini hakim diberi kebebasan

untuk memilih hukuman-hukuman mana yang sesuai dengan macam jarimah

ta‟zir serta keadaan si pembuatnya juga. Jadi hukuman-hukuman jarimah

ta‟zir tidak mempunyai batas tertentu. Maksudnya pemberian hak penentuan

jarimah-jarimah ta‟zir kepada para penguasa, ialah agar mereka dapat

mengatur masyarakat dan memelihara kepentingan-kepentingannya, serta bisa

menghadapi sebaik-baiknya terhadap keadaan yang mendadak.

Page 52: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

41

3. Rehabilitasi Dalam Hukum Islam

Secara teoritis dalam hukum Islam tidak mengenal tentang rehabilitasi, oleh

karena itu penulis mengqiyaskannya dalam perkara fitnah yang mengandung

unsur kezaliman. Bagi seseorang yang pernah di zalimi, hendaklah untuk tidak

membalaskan perbuatannya tersebut. Karena dalam Islam mengenai pembalasan

dan ganti rugi merupakan hak Allah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW

dalam hadits Imam Bukhari48

:

حذثنب ئسمبعيم قبل حذثني مبنك عن سعيذ انمقبزي عن أبي ىزيزة أن رسل انهو

نب سهم قبل من كبنج عنذه مظهمت نأخيو فهيخحههو منيب فانو نيس ثم دينبر صهى انهو عهيو

درىم من قبم أن يإخذ نأخيو من حسنبحو فان نم يكن نو حسنبث أخذ من سيئبث أخيو فطزحج

عهيو

“Telah menceritakan kepada kami (Ismail) mengatakan, telah menceritakan

kepadaku (Malik) dari (Sa‟id Al Maqburi) dari ( Abu Hurairah)

radhilayyhu‟anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu‟alaihiwasallam

bersabda: Barangsiapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya,

hendaklah ia meminta dihalalkan, sebab dinar dan dirham (dihari kiamat)

tidak bermanfaat, kezalimannya harus harus dibalas dengan cara

kebaikannya diberikan kepada saudaranya, jika ia tidak mempunyai

kebaikan lagi, kejahatan kawannya diambil dan dipikulkan kepadanya.”

Apabila dia mengetahui bahwa jika dia memaafkan dan berbuat baik, maka

hal itu akan menyebabkan hatinya selamat dari (berbagai kedengkian dan

kebencian kepada saudaranya) serta hatinya akan terbebas dari keinginan untuk

melakukan balas dendam dan berbuat jahat (kepada pihak yang menzaliminya).

Sehingga dia memperoleh kenikmatan memaafkan yang justru akan menambah

48 Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makasar, diakses pada tanggal 28 April

2015 http://hadits.stiba.net/?type=hadits&imam=bukhari&no=6053.

Page 53: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

42

kelezatan dan manfaat yang berlipat-lipat, baik manfaat itu dirasakan sekarang

atau nanti.49

Dengan demikian, ganti rugi menjadi tanggungan Allah bukan di tangan

makhluk. Barangsiapa yang menuntut ganti rugi kepada makhluk (yang telah

menyakitinya), tentu dia tidak lagi memperoleh ganti rugi dari Allah.

Sesungguhnya seorang yang mengalami kerugian (karena disakiti) ketika

beribadah di jalan Allah, maka Allah berkewajiban memberikan ganti rugi.

Kondisi yang dialami layaknya seorang yang kecurian satu dinar, namun dia

malah menerima ganti puluhan ribu dinar. Dengan demikian dia akan merasa

sangat gembira atas karunia Allah yang diberikan kepadanya melebihi

kegembiraan yang pernah dirasakannya. Hendaknya dia mengetahui bahwa

seseorang yang melampiaskan dendam semata-mata untuk kepentingan nafsunya,

maka hal itu hanya akan mewariskan kehinaan didalam dirinya. Apabila dia

memaafkan, maka Allah justru akan memberikan kemuliaan kepadanya.

Keutamaan ini telah diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui

sabdanya:

ئال عشا مب ساد انهو عبذا بعف

Artinya: “kemuliaan hanya akan ditambahkan oleh Allah kepada seorang

hamba yang bersikap pemaaf.”

Berdasarkan hadits di atas, kemuliaan yang diperoleh dari sikap memaafkan

itu tentu lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi dirinya daripada kemuliaan yang

diperoleh dari tindakan pelampiasan dendam. Kemuliaan yang diperoleh dari

49 Tazkiyatun Nufus, “Tips Bersabar (2): Sabar Ketika Disakiti Orang Lain”, diakses pada

tanggal 28 April 2015 dari http://www.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/tips-bersabar-2-sabar-ketika-

disakiti-orang-lain.html.

Page 54: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

43

pelampiasan dendam adalah kemuliaan lahiriah semata, namun mewariskan

kehinaan batin. Sedangkan sikap memaafkan terkadang merupakan kehinaan di

dalam batin, namun mewariskan kemuliaan lahir dan batin.50

Sebagaimana contoh yang pernah terjadi terhadap Aisyah, istri Nabi

Muhammad SAW. Aisyah pernah difitnah melakukan perbuatan zina dengan

salah satu sahabat Rasulullah. Permasalahan tersebut dalam hukum islam disebut

dengan hadist ifki.

Hadisul al-ifki adalah “berita bohong” yang sangat berbahaya, baik jika

dilihat dari segi makna maupun kandungan dan tujuannya.51

Aisyah ra

menceritakan kisah bohong besar tersebut, yang diriwayatkan oleh az-Zuhri dari

„Urwah dan lain-lain dari riwayat Aisyah ra beliau berkata: “Biasanya Rasulullah

SAW apabila hendak berpergian jauh melakukan undian bagi istri-istrinya, maka

siapa saja diantara mereka yang bagiannya (undiannya) keluar atas namanya maka

dialah yang mendapat bagian ikut pergi bersama beliau. Pada suatu ketika, nabi

akan pergi dalam suatu peperangan, lalu beliau melakukan undian dan yang keluar

adalah bagian atas namaku. Maka aku pun ikut pergi bersamanya

(mendampinginya) sesudah ayat tentang wajib hijab diturunkan. Aku pada saat itu

dibawa di dalam sekedup (di atas punggung unta) dan disitulah aku tinggal. Kami

pun berjalan hingga Rasulullah SAW selesai dari misi peperangannya dan beliau

pun kembali. Dan sudah terasa dekat dari kota Madinah, maka pada suatu malam

50

Tazkiyatun Nufus, “Tips Bersabar (2): Sabar Ketika Disakiti Orang Lain”, diakses pada

tanggal 28 April 2015 dari http://www.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/tips-bersabar-2-sabar-ketika-

disakiti-orang-lain.html. 51

Abdurrahman bin Abdullah, Kisah-kisah Manusia Pilihan, Penerjemah, Uwais Al-

qorny, (Bogor: Pustaka Teriqul Izzah, 2005), hal. 194.

Page 55: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

44

beliau mengizinkan (para sahabatnya) untuk berangkat (pulang). Maka aku pun

bangkit (untuk buang hajat) ketika mereka diizinkan untuk pulang hingga pasukan

itu telah berlalu.52

Seusai buang hajat aku kembali pada untaku, kemudian aku raba dadaku dan

ternyata kalungku terputus karena terenggut kukuku (dan hilang). Maka aku

kembali (ke tempat buang hajat) sambil mencari kalungku yang terjatuh hingga

makan waktu cukup lama. Lalu pada saat itu sekelompok orang yang biasa

menuntun untaku datang menuju unta yang di punggungnya ada sekedupku

(tempat duduk diatas unta) dan mereka langsung menggiringnya dengan mengira

bahwa aku ada di dalamnya. Rata-rata perempuan pada masa itu ringan, tidak

gemuk, karena kami biasa makan sesuap makan saja, sehingga ketika mengangkat

sekedupku ke atas punggung unta tidak merasa bahwa aku tidak ada di dalamnya

dan mereka pun langsung membawanya. Sementara pada saat itu aku masih

remaja di bawah umur sedangkan unta telah pergi bersama mereka. Kalungku

baru aku temukan sesudah pasukan berjalan jauh, maka dari itu aku pergi ke

tempat bekas mereka singgah (bernalam) dan disana tidak ada seseorang. Lalu aku

menuju bekas persinggahanku, karena dalam dugaanku mereka pasti akan

mencariku di sini.53

Ketika aku sedang duduk menunggu, aku pun tertidur. Pada saat itu ada

seorang sahabat Nabi bernama Shafwan bin Mu‟atthal As-Sulami Adz-Dzakwani,

52 Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/. 53

Imad Zaki Al-Barudi, Tafsir Al-Qur‟an Wanita, (Jakarta Pusat: Pena Pundi Aksara,

tth), Judul Asli: Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzhim Lin Nisa. Hal. 200.

Page 56: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

45

bertugas sebagai orang yang memeriksa di belakang pasukan hingga kemalaman

dan pada keesokan harinya ia berada di dekat persinggahanku. Lalu ia melihat

warna kehitam-hitaman tampak seperti manusia yang sedang tidur dan ia pun

menghampirinya (aku) dan langsung mengenalku di saat ia melihatku,54

dan itu

sebelum diwajibkan hijab (tabir). Akupun terbangun karena ucapan “istirja”-nya

disaat melihatku. (Istirja‟ adalah ucapan: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiu‟un).

Maka aku langsung menutup wajahku dengan jilbabku, demi Allah, ia tidak

berbicara kepadaku dengan satu katapun, dan aku tidak mendengar satu katapun

selain istirja‟-nya tadi. Lalu ia turun dan mendudukan untanya (supaya aku naik

untanya). Maka aku naik ke untanya dan ia pun mengendalikannya, hingga kami

dapat mengejar para pasukan setelah mereka singgah beristirahat di Madinah.55

Aisyah melanjutkan: orang yang melihat mereka mulai membicarakan

menurut pendapat masing-masing,56

dan tokoh yang menyebarluaskan dosa besar

ini adalah Abdullah bin Ubai bin Salul (seorang tokoh munafik yang tidak jujur).

Setibanya kami di Madinah aku jatuh sakit selama satu bulan karena berita

bohong itu, dan orang-orang banyak terlibat dalam hasutan para penyebar berita

bohong itu, sedangkan aku tidak sadarkan diri dan makin membuatku tidak

menentu di masa sakitku adalah bahwasannya aku tidak melihat lagi dari

Raulullah SAW kelembutan yang selama ini selalu aku melihatnya mana kala aku

sedang sakit, dan beliau hanya memberikan salam bila masuk menjengukku lalu

54

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/. 55

Zaini Dahlan, Dkk, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakap, 1990),

Jilid-6, hal. 604. 56

Imad Zaki Al-Barudi, Tafsir Al-Qur‟an wanita, hal. 201.

Page 57: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

46

bertanya, “Bagaimana kamu?”, lalu pergi. Itulah yang membuatku makin merasa

bimbang.57

Aku tidak merasakan adanya keburukan kecuali setelah aku sembuh dan

masih dalam keadaan lemah. Aku keluar bersama Ummi Masthah menuju

Manashi‟, yaitu tempat kami buang air. Kami tidak keluar ke sana kecuali pada

malam hari, dan itu sebelum kami menggunakan dinding pelindung (untuk buang

air), karena kami sama seperti orang-orang Arab lainnya dalam hal buang air

besar, yaitu membuang air besar di padang yang jauh (gha‟ith). Kemudian, seusai

buang hajat aku dan Ummi Masthah kembali dengan jalan kaki. (Ummi Masthah

adalah putri Abu Dirham bin Abdil Mutthalib bin Abdi Manaf, sedangkan ibunya

adalah anak dari Shakhar bin „Amir, bibinya Abu Bakar Siddik, putranya bernama

Masthah bin Utsatsah). Tiba-tiba Ummi Masthah tersandung karena kainnya dan

berkata, “Celaka Masthah!” maka aku bertanya, “Alangkah buruknya apa yang

kamu katakan! Apakah kamu mencela orang yang telah ikut dalam perang

Badar?” Ia menjawab, “Wahai saudaraku, apakah kamu belum mendengar apa

yang ia katakan?” Aku bertanya, “ apa yang telah ia katakan?” Lalu Ummi

Masthah menceritakan kepadaku bahwa Masthah ikut membicarakan apa yang

dibicarakan oleh para penyebar berita bohong itu. Maka aku pun bertambah

sakit.58

57

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/. 58

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/.

Page 58: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

47

Sekembalinya aku ke rumah, Rasulullah SAW masuk menjengukku dan

berkata, “Bagaimana kamu?” aku berkata kepada beliau, “Izinkan aku datang

kepada kedua ibu-bapakku.” Pada saat itu aku ingin mengecek berita dari pihak

mereka (orang tuaku). Maka Rasulullah mengizinkan dan akupun pergi menemui

ibu dan ayahku. Di rumah aku bertanya kepada ibuku, “Wahai ibuku, apa yang

sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini?” ibu menjawab, “Wahai anakku,

tahan dirimu atas peristiwa ini, karena demi Allah, jarang ada perempuan cantik

yang mempunyai suami yang sangat mencintainya, sedangkan ia mempunyai

banyak madu (istri-istri suami yang lain) melainkan mereka selalu

memojokannya.” Aku berkata, “Maha suci Allah, sungguh manusia telah

membicarakan masalah ini?” Maka aku pun menangis pada malam itu hingga

pagi, air mata terus bercucuran tiada henti dan tidak dapat tidur. Pagi harinya pun

aku tetap menangis.59

Aisyah menceritakan: adapun Usamah, menganjurkan sesuai dengan

pengetahuan akan kebersihan istrinya dan dengan dasar pengetahuannya bahwa

Nabi sangat mencintai mereka, seraya berkata: “Mereka adalah keluargamu wahai

Rasulullah, dan kami, demi Allah, tidak mengenal mereka kecuali sebagai orang-

orang baik”.60

Sedangkan Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Wahai Rasulullah,

Allah tidak mempersulit dirimu, dan perempuan selain dia (Aisyah) masih sangat

banyak. Engkau hanya minta carikan kepada salah seorang perempuan, niscaya ia

mencarikannya.”

59

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/. 60

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/.

Page 59: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

48

Aisyah menuturkan: Semenjak hari itu Rasulullah SAW pergi dan meminta

kerelaan orang-orang untuk menindak Abdullah bin Ubai bin Salul seraya

bersabda sambil berdiri diatas mimbar, “Siapa yang mendukungku untuk

menghukum orang yang telah menyakiti aku dengan mencemarkan keluargaku?

Demi Allah, aku tidak mengenal keluargaku selain sebagai orang yang baik. Dan

sesungguhnya mereka menyebutkan seseorang yang tidak aku ketahui kecuali

sebagai orang baik, dan ia tidak pernah datang kepada keluargaku kecuali

bersamaku.”

Lanjut Aisyah: Maka Sa‟ad bin Mu‟adz ra berdiri seraya berkata, “Wahai

Rasulullah, aku, demi Allah mendukungmu untuk menghukumnya. Kalau dia

berasal dari suku Aus, maka kita penggal lehernya, dan kalau ia berasal dari

saudara kami, satu Khazraj, maka kami tunggu apa perintah terhadapnya, niscaya

kami lakukan.”

Kemudian Sa‟ad bin Ubadah ra bangkit dia adalah pemuka suku Khazraj

dan merupakan seorang lelaki shalih, namun fanatisme kesukuannya sangat tinggi

seraya berkata kepada Sa‟ad bin Mu‟adz, “Tidak benar kamu! Demi Allah, kamu

tidak boleh membunuhnya dan tidak akan mampu melakukannya.” Kemudian,

Usaid bin Hudhair ra (keponakan Sa‟ad bin Mu‟adz) berkata kepada sa‟ad bin

Ubadah, “Kamu yang tidka benar! Demi Allah, kami pasti membunuhnya, kamu

adalah orang munafik, karena membela orang-orang munafik.” Maka kedua suku

Aus dan Khazraj ini pun naik darah, hingga hampir saja mereka berbunuhan.

Page 60: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

49

Sementara Rasulullah SAW masih berada di atas mimbar dan melunakkan emosi

mereka hingga akhirnya mereka diam dan kemudian beliau turun (dari mimbar).61

Aku pada hari itu menangis tiada henti dan air mataku pun terus berlinang

dan tidak merasakan tidur sedikitpun juga. Pada malam berikutnya pun aku masih

terus menangis dengan air mata bercucuran dan tidak dapat tidur hingga pada

keesokan harinya ayah dan ibuku mendampingiku. Sungguh, aku telah menangis

dua malam satu hari hingga aku mengira bahwa tangisan itu akan membelah

hatiku. Ketika ayah dan bundaku duduk di sisiku, sementara aku sedang

menangis, seketika ada seorang perempuan dari kaum Anshar minta izin masuk,

maka aku pun mengizinkannya. Lalu ia duduk sambil menangis bersamaku.

Ketika kami dalam keadaan seperti itu Raulullah SAW masuk kepada kami lalu

duduk, padahal ia tidak pernah duduk di sisiku semenjak hari disebarluaskannya

berita bohong itu. Sudah sebulan lamanya beliau tidak menerima wahyu

berkenaan dengan perihal ini. Beliau ber-tasyahhud ketika duduk, lalu bersabda,

“Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku tentang kamu, bahwa begini dan

begitu. Maka jika kamu benar-benar bersih dari tuduhan itu, niscaya Allah

membebaskan kamu dari tuduhan. Dan jika kamu benar-benar telah melakukan

dosa, maka minta ampunlah kamu kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya,

karena sesungguhnya apabila seorang hamba mengakui dosanya lalu bertobat,

niscaya Allah menerima tobatnya.” Setelah Rasulullah SAW selesai

61

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/.

Page 61: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

50

mengutarakan ucapannya maka air mataku kering (berhenti) hingga aku tidak

merasa ada setetes pun.62

Pada saat itu Allah menurunkan firman-Nya surat 11,

ا بهبفك عصبت منكم ان انذين جبء

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah

dari golongan kamu juga...” (Dan ayat-ayat selanjutnya).

Lalu setelah ayat tentang pembebasan Aisyah diturunkan Abu Bakar As-

Shiddiq ra yang sebelumnya selalu memberi nafkah kepada Misthah bin Utsatsah

karena hubungan kerabat dekat dan kefakirannya, ia berkata: “Demi Allah, aku

tidak akan memberinya nafkah lagi selama-lamanya, karena ia turut serta

menyebarkan berita bohong yang dituduhkan terhadap Aisyah ra.” Maka

kemudian Allah menurunkan ayat:63

انميبجزين انمسبكين نى انقزبى ا ا انسعت ان يإ ح ا انفضم منكم ن نب يبحم ا

ر رحيم اهلل غف ن ان يغفزاهلل نكم ا انب ححب نيصفح ا نيعف فى سبيم اهلل

Artinya: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan

kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan

memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang

miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan

hendaklah mereka mema‟afkan dan berlapang dada. Apakah kamu

tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.” (An-Nur/ 24:22).64

62

Imad ZaSki Al-Barudi, Tafsir Al-Qur‟an wanita, hal. 203. 63

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/. 64

M. Qurais Shihab. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2007), Cet-8, hal. 310.

Page 62: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

51

Aisyah ra menuturkan: Rasulullah SAW juga menanyakan tentang aku

kepada Zainab binti Jahsy ra seraya bersabda, “Wahai Zainab, apa yang engkau

ketahui (tentang Aisyah) dan apa yang telah kamu lihat.” Zainab menjawab, “Ya

Rasulullah, aku selalu memelihara pendengaran dan mataku, demi Allah, aku

tidak mengetahui tentang dia kecuali baik-baik saja.” Dialah (Zainab) di antara

istri-istri Rasulullah SAW yang selalu menyayangi aku, dan Allah melindunginya

dengan ke-wara‟annya. Aisyah juga menuturkan, “Namun saudara perempuannya

selalu melancarkan serangan terhadapnya, maka dari itu ia binasa (mendapat

hukuman) bersama-sama para penyebar berita bohong itu.”65

ن نهطي انطيب انطيببث نهطيبين ن نهخبيثبث انخبيث نئك انخبيثبث نهخبيثين ببث ا

رسق كزيم ن نيم مغفزة ن ن ممب يق مبزؤ

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang

keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik

adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-

wanita yang baik pula. Mereka (yang dituduh itu) bersih dari apa yang

dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki

yang mulia (surga). (An-Nur ayat 26).

65

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015. http://www.artikel-

islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/.

Page 63: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

52

BAB III

PUTUSAN MA No. 89 PK/PID/2008 YANG MEMBEBASKAN DEVID,

KEMAT, DAN SUGIK DALAM PEMBUNUHAN ASRORI DI JOMBANG

A. Latar Belakang Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008

Peradilan Asrori adalah peradilan yang menyidangkan terdakwa David Eko

Priyanto alias Devid, Imam Chambali alias Kemat, dan Maman Sugianto alias

Sugik atas dakwaan melakukan pembunuhan terhadap korbannya yang bernama

Moch. Asrori. Mula-mula, saudara Kemat mengetahui Asrori mempunyai pacar

seorang laki-laki (Alex Adi Saputro), sehingga saudara Kemat merasa sakit hati

dan cemburu terhadap Asrori. Selanjutnya, saudara Kemat sebelum kejadian

pernah menyampaikan niatnya kepada saudara Devid dan Sugik untuk membunuh

Asrori, karena ia merasa sakit hati atau cemburu dengan Asrori yang mempunyai

pria lebih tampan. Niat terdakwa tersebut disetujui oleh Devid dan Sugik,

kemudian mereka bertiga menentukan hari pelaksanaan untuk membunuh Asrori,

yaitu hari Sabtu malam tanggal 22 September 2007.66

Pada hari dan tanggal yang telah ditentukan sekitar pukul 21.30 WIB Kemat

bersama-sama dengan Devid mencari korban dengan mengendarai mobil Carry

warna biru No. Pol. LP 1057 KD milik Kemat. Devid duduk dibangku depan kiri

sedangkan Kemat yang mengemudikan kendaraan, akhirnya mereka bertemu

dengan Asrori di depan Mitra Swalayan Jalan Wachid Hasyim depan Kebonrojo

Jombang dan diajak Kemat pulang. Asrori pulang dengan mengendarai sepeda

66

Putusan perkara No.48/Pid.B/2008/PN.JMB atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 64: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

53

motor Yamaha Jupiter No. Pol S 4088 WJ yang diikuti oleh Kemat dan Devid dari

belakang dengan mengendarai mobil Carry menuju Salon Ayu.

Sesampainya di Salon Ayu Devid memasukan sepedah motor milik Asrori

ke dalam Salon Ayu setelah itu Asrori masuk ke dalam mobil Kemat duduk di

bangku tengah, Devid duduk di bangku depan dan Kemat yang mengemudikan

kendaraan Carry menuju rumah kosong yang telah ditentukan yaitu di Dusun

Kalangan, Ds. Kalangsemanding, Kec. Perak, Jombang. Sesampai di tempat

tujuan sekitar pukul 22.30 WIB Kemat menghentikan mobilnya dan memaksa

Asrori untuk turun dari mobil lalu di suruh masuk rumah kosong kemudian Kemat

bersama Devid juga masuk ke dalam rumah tersebut, setelah berada di dalam

Devid mendekap tubuh dan menyumbat mulut Asrori dengan menggunakan

tangan supaya Asrori tidak berteriak kemudian Kemat dari samping kiri memukul

Asrori menggunakan kayu balok bekas bangunan kebagian belakang leher Asrori

dengan keras sebanyak satu kali mengakibatkan Asrori jatuh ke tanah dan tidak

berdaya/tidak sadarkan diri.67

Kemat dan Devid kemudian mengangkat tubuh Asrori yang sedang tidak

sadarkan diri ke dalam mobil Carry di bangku tengah dan dibawa menuju Desa

Bandar Kedungmulyo, setibanya di Dusun Braan Kemat menemukan tempat yang

dianggap aman yaitu di tengah sawah bekas tanaman tebu yang telah di tebang

dan bersama mereka menurunkan Asrori dalam keadaan tidak sadarkan diri untuk

dibawa ke tempat bekas tebangan tebu. Kemat lalu melepaskan celana dan celana

67

Putusan MA No.89 PK/PID/2008 atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 65: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

54

dalam yang dipakai Asrori, setelah itu Kemat mengambil pisau yang ada di dalam

mobil lalu Kemat menusuk dan merobek perut korban hingga ususnya ke luar.

Devid kemudian mengambil oli bekas yang ada di dalam mobil dan oli

tersebut oleh Kemat disiramkan ke muka Asrori dengan tujuan untuk

menghilangkan identitas Asrori dan memastikan bahwa Asrori telah meninggal

dunia. Kemat kemudian melepaskan jaket sweater yang dipakainya serta Devid

melepas jaket parasit warna biru yang dipakainya dan diletakkan di samping

korban, sedangkan celana dalam, 2 HP, dompet yang berisi uang dibawa Kemat

untuk disimpan lalu Kemat dan Devid menutupi tubuh Asrori dengan daun tebu

kering hingga tidak terlihat.68

Akibat perbuatan Kemat korban Moch. Asrori meninggal dunia

sebagaimana Visum Et Repertum Jenazah No. 371/04/415.39/X/2007 tanggal 25

Oktober 2007 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Rudy Prayudiya Ariyanto

dokter Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang, dengan hasil

pemeriksaan:

1. Pemeriksaan luar:

a. Pakaian : Tanpa menggunakan pakaian;

b. Tinggi badan : 160 cm;

c. Kepala : Rambut hitam, gigi tonggos;

d. Leher : Tak ada kelaianan;

e. Perut : Ada robekan 5 cm di atas pusar, 1 cm dari garis

tengah tubuh berbentuk elips dengan sudut tajam dikedua sudutnya

68

Putusan MA No.89 PK/PID/2008 atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 66: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

55

dengan ukuran 2 cm x 4 cm, tidak didapatkan jembatan jaringan,

didapatkan usus yang terburai dari lubang robekan;

f. Lain-lain : Terjadi pembusukan pada seluruh tubuh;

2. Pemeriksaan dalam:

Sebagian usus besar keluar dari rongga perut lewat lubang (robekan)

yang terdapat pada dinding perut dan sebagian dan besar organ dalam

mengalami pembusukan;

3. Kesimpulan:

Tidak dapat disangkal, bahwa korban meninggal dunia karena

pendarahaan rongga perut karena robekan diding perut sebagai akibat

persentuhan dengan benda tajam;

Satu hari setelah perbuatan pembunuhan Kemat membawa sepeda motor

Yamaha Jupiter No. Pol. S 4088 WJ milik Asrori dan dititipkan di tempat

penitipan sepeda motor Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang, pada tanggal 29

September 2007 Kemat dan Devid mendengar jasad Asrori ditemukan warga

setempat, untuk menghilangkan jejak barang-barang yang masih disimpan oleh

Kemat dibuang ke sungai yang airnya mengalir di Dusun Barong, Ds.

Barongsawahan Kec. Bandarkedungmulyo namun sebelumnya HP milik Asrori

sempat digunakan oleh Kemat untuk membalas SMS kepada keluarga Asrori pada

hari Sabtu tanggal 29 September 2007 jam 04.57 WIB dengan menggunakan

bahasa Jawa yang isinya “Aku nok Magetan aku gak onok sing nekan nek aku ora

iso goleh duet minggu iki sepedahe tak dol aku gak mulih sepeda tak gawe sangu

lungo golek kerjo sing adoh” (saya berada di Magetan saya tidak ada yang

Page 67: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

56

menekan kalau saya tidak bisa mencari uang minggu ini sepedanya saya jual saya

tidak pulang sepedanya saya pakai biaya mencari pekerjaan yang jauh).69

Petugas dari Polsek Bandar Kedungmulyo pada tanggal 29 September 2007

bersama-sama dengan kakak kadung Moch. Asrori yang bernama Agung Wibowo

berangkat ke RSU Jombang untuk melihat korban dan kakak korban menyakini

bahwa mayat tersebut adalah Moch. Asrori hanya berdasarkan ciri-ciri fisik kaki

kanan dibagian betisnya ada luka bekas kena knalpot, kukunya panjang terawat,

gigi tulang sebelah kiri agak keluar, potongan rambut bagian kiri dan kanan tipis

dan bagian belakang tebal, sedangkan di sekujur tubuh ada bekas oli, hidung ada

luka bengkak, rahang gigi sudah lepas, tengkuk mengalami luka memar, perut

luka terbuka dan usus terburai keluar dan wajah korban sudah mengalami

kerusakan dan sulit untuk dikenali. Setelah adanya pernyataan dari keluarga atas

mayat tersebut penyidik tanpa melakukan tes DNA untuk mencocokkan dengan

DNA keluarga Moch. Asrori mengambil kesimpulan bahwa mayat di kebun tebu

tersebut adalah Moch. Asrori.70

Berdasarkan bukti permulaan, yaitu keterangan saksi Suyoto (Kepala Desa

Dusun Bra‟an Jombang) serta Jalal (orang tua korban) yang menyatakan bahwa

satu hari sebelum dilakukan pembunuhan, terdakwa sempat dilihat oleh saksi

memakai sepeda motor Yamaha Jupiter No. Pol S 4008 WJ milik korban.

Keterangan selanjutnya yang diberikan oleh saksi bahwa sandal jepit dan jaket

parasit yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) yang merupakan milik

terdakwa. Setelah penyidik melakukan olah TKP, penyidik berkesimpulan bahwa

69

Putusan MA No.89 PK/PID/2008 atas nama Imam Chambali al. Kemat. 70

Putusan MA No.89 PK/PID/2008 atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 68: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

57

mayat di kebun tebu itu bernama Moch. Asrori korban pembunuhan yang diduga

pelakunya ialah Imam Chambali alias Kemat.

Penyidik kemudian melakukan penangkapan terhadap saudara Kemat pada

21 Oktober 2007. Melalui proses investigasi yang dilakukan oleh penyidik Polsek

Bandar Jombang, akhirnya Kemat ditetapkan statusnya menjadi tersangka, serta

berdasarkan keterangan Kemat bahwa ia tidak melakukan kejahatan itu sendirian,

tetapi dibantu oleh Devid Eko Priyanto alias Devid dan Maman Sugianto alias

Sugik.71

Perbuatan Kemat sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338

KUHP jo. 55 (1) ke-1e KUHP, membaca tuntutan Jaksa/Penuntut Umum tanggal

17 April 2008 yang isinya adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Imam Chambali alias Kemat bersalah telah

melakukan tindak pidana “Pembunuhan direncanakan yang dilakukan

bersama-sama” sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 340 KUHP

jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP dalam surat dakwaan Primair;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Imam Chambali alias Kemat

dengan pidana penjara selama 17 (tujuh belas) tahun dikurangi selama

terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah terdakwa tetap ditahan;

3. Barang bukti :

1 (satu) unit mobil Suzuki Carry warna biru No.Pol L 1057 KD,1 (satu)

unit sepeda motor Yamah Jupiter warna merah No.Pol. S 4088 WJ,1

(satu) buah jaket parasit warna biru, 1 (satu) buah sweater hitam bergaris

71

Putusan perkara No.48/Pid.B/2008/PN.JMB atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 69: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

58

putih, 1 (satu) buah celana jeans warna hitam, 1 (satu) buah ikat

pinggang berwarna hitam, 1 (satu) buah pisau dapur gagang kayu

panjang 32 cm, 1 (satu) pasang sendal jepit warna biru, 1 (satu) buah

sendal jepit sebelah kanan warna hitam, 1 (satu) buah batang kayu bekas

bangunan, 1 (satu) buah helm warna hitam kaca riben, untuk pembuktian

perkara Terdakwa Devid Eko Priyanto;

Kasus Asrori menjadi menarik ketika penyidik melepaskan Sugik karena

tidak cukup bukti keterlibatan langsung antara Sugik dengan rangkaian kejahatan

tersebut. Pada akhirnya, kasus Asrori hanya di pertanggungjawabkan oleh

terdakwa Devid dan Kemat di persidangan.

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari penyidik, jaksa penuntut

umum mengajukan perkara Asrori ke pengadilan dengan dakwaan secara

alternatif. Dalam surat dakwaannya, penuntut umum mendakwa (terdakwa)

melakukan kejahatan sebagai berikut. Pertama, dakwaan primer, melakukan

kejahatan sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal 340 KUHP

jo 55 (1) ke-1e KUHP. Kedua, dakwaan subsider diancam dengan pidana Pasal

338 KUH Pidana jo Pasal 55 ayat (1) ke-1e KUH Pidana.72

Pada tanggal 8 Mei 2008, Pengadilan Negeri Jombang dalam putusannya

Nomor 48/Pid.B/2008/PN.JMB menyatakan bahwa terdakwa terbukti dengan sah

dan menyakinkan melakukan tindak pidana “pembunuhan berencana” yang

mengakibatkan kematian terhadap korbannya bernama Moch. Asrori dan

hukuman yang dijatuhkan berupa pidana penjara selama 17 tahun kepada

72

Putusan perkara No.48/Pid.B/2008/PN.JMB atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 70: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

59

terdakwa Kemat, dan 12 tahun kepada terdakwa Devid yang amar lengkapnya

sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Imam Chambali alias Kemat telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan melakukan tindka

pidana “Pembunuhan berencana”;

2. Menjatuhkan pidana terhdap terdakwa tersebut dengan pidana penjara

selama 17 (tujuh belas) tahun;

3. Menetapkan bahwa masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

1 (satu) unit mobil Suzuki Carry warna biru No.Pol L 1057 KD, 1 (satu)

unit sepeda motor Yamah Jupiter warna merah No.Pol. S 4088 WJ, 1

(satu) buah jaket parasit warna biru, 1 (satu) buah switer hitam bergaris

putih, 1 (satu) buah celana jeans warna hitam, 1 (satu) buah ikat

pinggang berwarna hitam, 1 (satu) buah pisau dapur gagang kayu

panjang 32 cm, 1 (satu) pasang sendal jepit warna biru, 1 (satu) buah

sendal jepit sebelah kanan warna hitam, 1 (satu) buah batang kayu

bekas bangunan, 1 (satu) buah helm warna hitam kaca riben.

Dalam proses persidangan Devid dan Kemat, kembali status Maman

Sugianto alias Sugik dipersoalkan, yang sebelumnya Sugik dijadikan tersangka

kemudian oleh penyidik dilepaskan karena alasan tidak cukup bukti. Melalui

pembuktian di persidangan Devid dan Kemat, maka majelis hakim menyatakan

Page 71: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

60

saudara Sugik memiliki keterkaitan langsung terhadap rangkaian kejahatan

pembunuhan tersebut. Setelah putusan terdakwa meminta kepada jaksa penuntut

umum dapat bekerjasama dengan penyidik Polsek Bandar Jombang untuk

melakukan penangkapan kembali terhadap saudara Sugik.

Pada tangal 28 Agustus 2008, Pengadilan Negeri Jombang menggelar

sidang perdana terdakwa Maman Sugianto alias Sugik yang diketahui oleh

Majelis Hakim Kartijono. Sebelum sidang perdana Sugik dilangsungkan, pada

tanggal 27 Agustus 2008, kasus pembunuhan terhadap Asrori menjadi masalah

setelah tersangka Verry Idham Heryansyah alias Ryan yang ditangkap di Depok

sebagai pelaku pembunuhan berantai dengan modus memutilasi korbannya

mengaku kepada polisi bahwa Moch. Asrori alias Luki atau Aldo menjadi korban

ke-11 yang telah dibunuhnya. Ryan memberikan keterangan kepada penyidik

bahwa jenazah Asrori dimakamkan di kebun belakang rumah orang tuanya.

Kebenaran bahwa itu jasad Asrori dibuktikan melalui uji tes DNA

(deoxyribonucleic acid) antara jenazah Asrori dengan pasangan Jalal dan Dewi

(orang tua Asrori).73

Setelah adanya pengakuan Ryan, kemudian Kapolda Jawa Timur Irjen Pol

Herman Sumawiredja memerintahkan untuk dilakukan pembongkaran terhadap

kuburan di Desa Bandar Kedung Mulyo pada tanggal 17 September 2008.

Hasilnya melalui uji tes DNA (deoxyribonucleic acid) bahwa jenazah yang

diketemukan di kebun tebu bukan jenazah Moch. Asrori alias Aldo melainkan

73“Asrori Korban ke-11 Ryan”, Jawa Post, 28 Agustus 2008, hal. 3.

Page 72: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

61

jenazah Fauzin Suyanto alias Fauzin warga asal Kelurahan Ploso, Kecamatan

Kota, Nganjuk, Jawa Timur.

Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 18 Oktober 2008

polisi berhasil menangkap Rudi Hartono alias Rangga dan ditetapkan menjadi

tersangka atas kasus pembunuhan terhadap Fauzin, setelah pengakuan didapatkan

dari Joni Irwanto alias Joni. Pengakuan Joni, bahwa Rangga sempat menceritakan

niatnya ingin membunuh Fauzin, lantaran kesal karena Fauzin sering ingkar

janji.74

Kemudian atas temuan-temuan baru dari Tim Khusus (tim-sus) yang

dibentuk langsung oleh Polda Jatim, melalui pengacara Devid dan Kemat, yaitu

Slamet Yuono, pada tanggal 25 Oktober 2008, Devid dan Kemat mengajukan

upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Pengadilan

Negeri Jombang (kasus Asrori) kepada Mahkamah Agung (MA), berdasarkan

bukti-bukti baru (novum), yaitu pengakuan dari tersangka Ryan yang mengaku

membunuh Asrori dan disertai tes DNA Asrori dan Fauzin.

Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 2008, terdakwa Sugik mendapatkan

penangguhan penahanan yang diberikan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jombang. Tidak jauh dari 4 Desember 2008 Mahkamah Agung membatalkan

vonis Pengadilan Negeri Jombang terhadap Devid Kemat, dan mereka bebas tanpa

syarat. Berdasarkan putusan tersebut, maka Mahkamah Agung memperlihatkan

74

“Tragedi Sengkon Karta Terulang”, Jawa Pos, 20 Oktober 2008, hal. 3.

Page 73: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

62

kekhilafan dan kekeliruan nyata yang dilakukan oleh hakim dalam menjatuhkan

pidana kepada Devid dan Kemat.75

Pada tanggal 12 Desember 2008, akhirnya terdakwa Sugik dituntut bebas

oleh jaksa penuntut umum (JPU) yang diketuai oleh Endang Dwi Rahayu dalam

persidangan di Pengadilan Negeri Jombang. Tuntutan bebas itu dibacakan oleh

satu penuntut umum, yaitu Didik Sudarmadi. Namun, tuntutan bebas ini masih

harus menunggu putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jombang. Hakim

meminta waktu satu (hingga) dua hari untuk menyusun putusan.

Dalam persidangan dengan agenda pembacaan putusan, pada tanggal 15

Desember 2008, Majelis Hakim yang diketuai oleh Kartijono memberikan

putusan bebas terhadap Maman Sugiato alias Sugik. Beberapa alasan mendasari

putusan Majelis Hakim, pertama, dalam putusannya hakim mengatakan terdakwa

tidak terbukti melakukan pembunuhan yang dimaksud. Kedua, berdasarkan

putusan MA yang telah mengabulkan peninjauan kembali (PK) Kemat dan Devid.

Ketiga, dalam kasus yang menimpa Sugik ini telah terjadi kesalahan penyelidikan

yang mengakibatkan salah/keliru dalam menentukan pelakunya.76

Berdasarkan putusan Nomor: 650/PID.B/2008/PN.JMB, pertimbangan

Majelis Hakim dalam memberikan putusan bebas kepada terdakwa Sugik adalah

sebagai berikut:

Menimbang, bahwa dari komparasi alat bukti identifikasi antara

korban Asrori dan Fauzin, Majelis Hakim berpendapat, bahwa bukti-

bukti yang diajukan oleh pihak penuntut umum dan penasihat hukum

75“Ryan Pelaku, Orang Lain Dibui.” Kompas, 20 Oktober 2008, hal. 3. 76“Ryan Pelaku, Orang Lain Dibui.” Kompas, 20 Oktober 2008, hal. 3.

Page 74: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

63

terdakwa, dikaitkan dengan adanya surat No.Pol:B/5723/XI/2008/Dit

Reskrim tertangal 14 November 2008 dari Kapolda Jawa Timur,

yang disampaikan kepada majelis juga dijadikan bukti surat oleh

penasihat hukum terdakwa, terdapat fakta yang tersirat bahwa pihak

penyidik telah salah menyajikan fakta (BAP) dalam perkara a quo, di

samping DNA sebagi bukti ilmiah di bidang medis yang menunjukan

identifikasi korban, maka majelis berpendapat, mayat di kebun

tebu/korban dalam perkara a quo adalah mayat Fauzin, bukan mayat

Asrori, sehingga dakwaan penuntut umum yang menyebutkan bahwa

korban dalam perkara a quo adalah Asrori tersebut merupakan error

in objecto, sehingga terhadap pelakunya salah sasaran merupakan

error in persona, oleh karena terdapat error in persona dalam surat

dakwaan penuntut umum, maka dakwaan penuntut umum cacat

prosesuil.

B. Amar Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008

Penerimaan peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung dikarenakan

terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa maksud keadaan

baru dalam ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP tersebut sesungguhnya

bukan keadaannya yang baru, akan tetapi diketahuinya yang baru atau baru

diketahui. Keadaan yang dimaksudkan itu sesungguhnya sudah ada pada saat

perkara pokoknya diperiksa di pengadilan. Keadaan baru dalam Pasal 263 ayat (2)

huruf a KUHAP dapat disimpulkan suatu keadaan yang sesungguhnya secara

(materiil) sudah ada, namun ketika perkara sedang diperiksa belumlah dibuktikan/

Page 75: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

64

diketahui tentang keberadaanya itu. Untuk membuktikan adanya keadaan itu

haruslah dengan alat bukti, yaitu jika alat bukti itu diperiksa di muka persidangan

maka terbuktilah tentang keadaan tersebut.

Keadaan baru yang pertama dan dijadikan dasar permohonan peninjauan

kembali ini adalah pengakuan Very Idham Heryansyah alias Ryan pada tanggal 17

Agustus 2008 yang menyatakan bahwa mayat/korban ke 11 yang saat itu belum

diketahui identitasnya (disebut Mr.X) yang dikuburkan di pekarangan belakang

rumah orang tuanya di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembeleng,

Kabupaten Jombang adalah bernama Asrori dan dibunuh sekitar bulan Oktober

2007.

Berdasarkan pernyataan yang dibuat Kemat, peninjauan kembali tertanggal

10 Juni 2008 menyatakan bahwa dirinya dan Sugik tidak pernah membunuh

Asrori, pengakuan yang dibuat dalam BAP dihadapan Penyidik POLRI bahwa

dirinya dan Sugik telah membunuh Asrori dibuat semata-mata karena Kemat tidak

tahan disiksa dan dipukuli oleh oknum anggota Polsek Bandar Kedungmulyo di

pinggir sungai.

Devid juga dalam pernyataannya yang dibuat pada tanggal 10 Juni 2008

menyatakan tidak tahu tentang pembunuhan Asrori dan benar-benar tidak

melakukan pembunuhan tetapi karena dipukuli oleh oknum aparat Polsek Bandar

kedungmulyo akhirnya mengakui turut serta membunuh Asrori. Asrori juga turut

menyertakan kliping korang harian Surya rabu tanggal 20 Agustus 2008 dengan

Page 76: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

65

judul “Ryan Pelaku, Orang lain Dibui” dan koran harian Surya kamis tanggal 21

Agustus 2008 dengan judul “Ryan: Polisi Salah Tangkap”.77

Keadaan baru yang kedua berdasarkan DNA Mr. X yang dikubur di

belakang rumah orang tua Ryan identik dengan DNA M. Jalal (ayah kandung

Moch. Asrori) dan Dewi Muntari (ibu kandung Moch. Asrori). Dengan demikian

terbukti mayat yang ditemukan di kebun tebu di Desa Braan, Kecamatan Bandar

Kedungmulyo, Kabupaten Jombang pada tanggal 29 September 2007 bukanlah

Moch. Asrori melainkan Fauzin Suyanto alias Antonius. Akan tetapi sampai

dengan memori peninjauan kembali ini pemohon peninjauan kembali daftarkan

copy hasil DNA tersebut belum pemohon peninjauan kembali dapatkan, maka

pemohon peninjauan kembali mengacu pada keterangan Kasatpidum Polda Jatim

AKBP Susanto yang dimuat dalam media massa yaitu koran harian pagi Jawa Pos

yang diterbitkan pada tanggal 28 Agustus 2008 dengan judul “Asrori Korban ke-

11 Ryan” dan koran harian Surya yang diterbitkan hari kamis tanggal 28 Agustus

2008 dengan judul “Tragedi Sengkon Karta Terulang” dan koran harian pagi

Surya yang terbit pada hari kamis tanggal 28 Agustus 2008 dengan judul “3

Orang Tak Bersalah Dibui” yang pada intinya menegaskan bahwa berdasarkan

hasil pemeriksaan DNA terhadap Mr. X menunjukan bahwa Mr. X adalah Moch.

Asrori.

DNA Mr. XX yang ditemukan di kebun tebu Desa Braan, Kabupaten

Jombang identik dengan Ny. Suyati selaku ibu kandung Fauzin Suyanto alias

Antonius melalui hasil tes laboratorium DNA No.Pol.: R/08012.D/DNA/V

77

Putusan MA No.89 PK/PID/2008 atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Page 77: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

66

III/2008/Biddokpol tanggal 27 Agustus 2008 dengan nilai kebenaraan

pemeriksaan DNA lebih dari 99,999% bahwa Mr. XX yang dibunuh oleh Ryan

teridentifikasi sebagai Moch. Asrori alias Aldo, maka pihak kepolisian

menindaklanjuti dengan melakukan pembongkaran makam Mr. XX yang

selanjutnya diyakini sebagai mayat Moch. Asrori di Dusun Kalangan, Desa

Kalangan Semanding, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang yang dilakukan

pada tanggal 28 Agustus 2008.

Tanggal 17 September 2008 Mabes POLRI melalui Kadiv Humas Polda

Brigjen Pol. R. Abubakar Nataprawira, Direktur I Keamanan dan Trans Nasional

Bareskrim Polda Brigjen Pol. Badrodin Haiti, dan Kabid Dokpol Pusdokkes Polri

Kombes Pol Mussadeq Ishaq di Mabes Polda berdasarkan Surat Pemeriksaan

DNA No. R/08012.E/DNA/IX/2008/Biddokpol, tanggal 16 September 2008

menyatakan bahwa hasil tes DNA mayat di kebun tebu (Mr. XX) di Desa Braan,

Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang adalah identik dengan

keluarga Fauzin Suyanto alias Antonius artinya Mr.XX adalah anak biologis Ny.

Suyati orang tua Fauzin Suyanto.

Bukti lain yang menguatkan fakta bahwa Mr.XX adalah Fauzin Suyanto

adalah bukti baru berupa berita acara penyerahan/pengambilan mayat (jenazah)

Fauzin Suyanto tertanggal 19 September 2008 dengan uraian singkat jalannya

penyerahan/pengambilan mayat sebagai berikut: “Pada hari Kamis tanggal 28

Agustus 2008 Penyidik Ditreskim Polda Jatim telah melakukan penggalian di

makam Islam Desa Kalang Semanding, Kecamatan Perak, Kab. Jombang yang

sebelumnya ditemukan di TKP Kebun Tebu Dusun Braan, Desa / Kecamatan

Page 78: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

67

Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang pada tanggal 29 September 2007

yang diduga merupakan korban pembunuhan. Kemudian setelah dilakukan

identifikasi, otopsi atau pemeriksaan forensik guna kepentingan penyidikan oleh

penyidik Polda Jatim, maka diketahui identitas atau jati diri jenazah tersebut dan

selanjutnya dimasukan ke dalam peti dan diserahkan/dikembalikan kepada pihak

keluarga”.

Kadiv Humas Polda Brigjen Pol. R. Abubakar Nataprawira, Direktur I

Keamanan dan Trans Nasional Bareskrim Polda Brigjen Pol. Badrodin Haiti, dan

Kabid Dokpol Pusdokkes Polri Kombes Pol Mussadeq Ishaq di Mabes POLRI

melalui media massa juga mengumumkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan

hasil forensik terhadap Mr. XX diketahui bahwa Mr. XX adalah Fauzin Suyanto,

yang antara lain dikutip oleh Koran Harian Pagi JAWA POS terbit Kamis tanggal

18 September 2008 dengan judul “Tes DNA Pastikan Mr.XX Fauzin” dan Koran

Harian Pagi SURYA terbit Kamis tanggal 18 September 2008 dengan judul

“Mayat Kebun Tebu 100% Fauzin”. Jelas bahwa mayat yang diketemukan di

Desa Braan, Desa/Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang

bukanlah mayat Moch Asrori melainkan mayat Fauzin Suyanto.

Pemohon Peninjauan Kembali berpendapat bahwa dalam memutus perkara

No. 48/Pid.B/2008/PN.JMB, Pengadilan Negeri telah melakukan kekhilafan dan

kekeliruan yang nyata dalam memberikan pertimbangan hukumnya, sehingga

putusan tersebut dalam pertimbangannya tidak sempurna dan terdapat kekeliruan

yang nyata dalam amar putusannya yang sangat merugikan Pemohon Peninjauan

Kembali. Tidak adanya saksi fakta yang dalam perkara tersebut, saksi-saksi yang

Page 79: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

68

dihadirkan di muka persidangan pada tingkat pertama yang terdiri dari H. Ishak

Hidayat, Suyoto, Jalal, Agung Wibowo, Kasyono, Bambang Hermanto, Supandi,

Bambang Sucipto, Alex Hadi Saputro, H. Djaimudin, Abdul Wahid, dan Devid

Eko Priyanto adalah untuk memberikan keterangan terkait dengan berkas perkara

tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Moch. Asrori.

C. Pertimbangan Hukum (Interpretasi Hakim) Putusan Mahkamah Agung

No 89 PK/PID/2008

Mencermati catatan sidang mengenai keterangan para saksi tersebut diatas,

jelas bahwa pengetahuan atas pernyataan yang mereka sampaikan di atas tidak

diperoleh dari pengetahuannya sendiri, tidak ada saksi yang mampu menjelaskan

cara kejahatan, waktu kejahatan dan tempat kejahatan yang tepat dilakukan oleh

Pemohon Peninjauan Kembali di mana telah dijelaskan klasifikasi seorang saksi

dalam Pasal 1 ayat (26) bahwa orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana

yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Pengajuan saksi Polisi

Pemeriksaan Perkara / Penyidik dilakukan sekedar untuk memenuhi syarat formil

jumlah saksi, apalagi dalam perkara ini terungkap bahwa Kemat maupun Devid

mengalami penyiksaan untuk mengaku sebagai pelaku pembunuhan.

Hasil Visum Et Repertum Jenazah atas nama Moch. Asrori No.

371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya

Ariyanto Dokter Bedah pada Rumah Sakit Umum Jombang tersebut terdapat

beberapa ketidaksesuaian antara lain:

Page 80: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

69

1. Keterangan yang diberikan oleh kakak kandung Moch. Asrori yang

bernama Agung Wibowo yang mengatakan Asrori memiliki gigi

tulang sebelah kiri agak keluar (gingsul) tetapi berdasarkan hasil

Visum menyatakan hasil pemeriksaan luar terhadap kepala: gigi

tonggos, adalah suatu pengetahuan yang bersifat umum bahwa

keadaan anatar gigi tulang sebelah kiri agak keluar (gingsul) dan gigi

tonggos adalah berbeda, tonggos adalah bentuk gigi yang cenderung

maju kedepan, sedangkan gingsul adalah gigi tulang yang lebih

menonjol dari gigi lainnya pada barisan depan gigi manusia.

2. Terhadap hasil pemeriksaan dipersidangan Pemohon Peninjauan

Kembali mengatakan Maman Sugianto memukul kepala korban

bagian belakang dari arah samping korban yang mengakibatkan

korban jatuh kelantai tidak sadarkan diri tetapi berdasarkan hasil

Visum menyatakan hasil pemeriksaan luar leher: tidak ada kelaianan,

terdapat pertentangan terhadap hasil Visum yang menyatakan tidak

ada kelaianan dan fakta dipersidangan leher dipukul dengan balok

kayu yang seharusnya akan timbul luka atau patah tulang terhadap

leher tersebut sebagai akibat dipukul dengan balok kayu.

3. Bahwa terhadap hasil VER pemeriksaan luar dinyatakan “pada bagian

perut ada robekan 5 cm di atas pusar, 1 cm dari garis tengah tubuh

berbentuk elips dengan sudut tajam di kedua sudutnya dengan ukuran

2 cm x 4 cm ... dst”, apabila dikaitkan dengan barang bukti berupa

pisau dapur yang disita dari rumah Kemat maka luka berbentuk ellips

Page 81: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

70

tersebut pada VER adalah bukan karena ditusuk dengan pisau dapur

yang memiliki satu sudut tajam, lebih-lebih terhadap pisau dapur yang

dijadikan barang bukti tersebut tidak pernah diperiksa forensik apakah

terdapat bekas-bekas darah yang identik dengan darah korban.

Alasan peninjauan kembali dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Adanya bukti-bukti yang menjelaskan bahwa korban mati yang digali

dari kebun rumah Ryan ternyata dari hasil sampel darah adalah anak

pasangan Dwi Mentari dan Jalal yang bernama Moch. Asrori.

2. Korban yang di kebun tebu adalah anak dari pasangan Suyati yang

bernama Suyanto.

3. Kemat didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap Asrori

sedangkan dalam kasus perkara itu kemudian ditemukan tersangka

yang mengakui bernama Ryan adalah pelakunya.

4. Sesuai bukti-bukti ternyata mayat yang ditemukan oleh masyarakat

teridentifikasi bernama Moch. Asrori sebagai korban pembunuhan

Ryan sedangkan kemudian ternyata korban mati yang di kebun tebu

adalah Fauzin Suyanto alias Antonius.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan Pasal 263 (2) jo. Pasal 266

ayat (2) huruf b KUHAP terdapat cukup alasan untuk membatalkan putusan

Pengadilan Negeri Jombang No. 48/Pid.B/2008/PN.JMB. tanggal 8 Mei 2008 dan

Mahkamah Agung mengadili kembali perkara tersebut yang mengabulkan

permohonan peninjauan kembali dengan putusan:

Page 82: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

71

1. Menyatakan terpidana Imam Chambali alias Kemat tersebut di atas

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana sebagaimana dalam dakwaan Primair dan Subsidair;

2. Membebaskan oleh karena itu kepada Terpidana dari segala dakwaan;

3. Memulihkan hak Terpidana dalam kemampuan, kedudukan dan harkat

serta martabatnya;

4. Memerintahkan agar Terpidana segera dikeluarkan dari tahanan,

kecuali Terpidana ditahan karena perkara lain;

5. Menyatakan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) unit mobil Suzuki Carry warna biru No.Pol L 1057

KD;

b. 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Jupiter warna merah

No.Pol. S 4088 WJ;

c. 1 (satu) buah jaket parasit warna biru;

d. 1 (satu) buah switer hitam bergaris putih;

e. 1 (satu) buah celana jeans warna hitam;

f. 1 (satu) buah ikat pinggang berwarna hitam;

g. 1 (satu) buah pisau dapur gagang kayu panjang 32 cm;

h. 1 (satu) pasang sendal jepit warna biru;

i. 1 (satu) buah sendal jepit sebelah kanan warna hitam;

j. 1 (satu) buah batang kayu bekas bangunan;

k. 1 (satu) buah helm warna hitam kaca riben;

Dikembalikan dari mana barang bukti tersebut disita.

Page 83: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

72

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN REHABILITASI PASCA PUTUSAN MA No.

89 PK/PID/2008 MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008

Jika dilihat dari sudut pandang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) atas putusan Mahkamah Agung No. 89/PK/PID/2008 berdasarkan

Pasal 263 (2) jo. Pasal 266 ayat (2) sudahlah tepat. Dalam putusan tersebut Kemat

dan Devid dijatuhi hukuman bebas karena terbukti tidak bersalah melakukan

pembunuhan. Menimbang atas alasan-alasan terdapat keadaan baru (novum) yang

menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu

sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas

dari tuntutan hukum.

Dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP dijelaskan permintaan peninjauan

kembali dilakukan atas dasar:

1. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat,

bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang

lebih ringan.

2. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat penyertaan bahwa sesuatu

telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan

Page 84: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

73

putusan yang telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu

dengan yang lainnya.

3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan

hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Dalam Pasal 266 ayat (2) KUHAP Mahkamah Agung berpendapat bahwa

permintaan peninjauan kembali dapat diterima untuk diperiksa, berlaku ketentuan

sebagai berikut:

1. Apabila Mahkamah Agung tidak membenarkan alasan pemohon,

Mahkamah Agung menolak permintaan peninjauan kembali dengan

menetapkan bahwa putusan yang dimintakan peninjauan kembali itu

tetap berlaku disertai dasar pertimbangannya.

2. Apabila Mahkamah Agung membenarkan alasan pemohon,

Mahkamah Agung membatalkan putusan yang dimintakan

peninjauan kembali itu dan menjatuhkan putusan yang dapat berupa:

a. Putusan bebas.

b. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

c. Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum.

d. Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih

ringan.

Dengan keterangan putusan bebas diatas, maka Kemat dan Devid berhak

mendapatkan ganti rugi dan pemulihan nama baik atas tuduhan-tuduhan yang

telah diberikan kepada mereka.

Page 85: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

74

1. Pemulihan Nama Baik

Nama baik merupakan citra seseorang dimata lingkungannya, jika nama

baik seseorang rusak maka rusak juga citra orang tersebut di mata masyarakat

sekitarnya. Tujuan dari pemulihan nama baik adalah sebagai sarana dan upaya

untuk memulihkan kembali nama baik, kedudukan, dan martabat seseorang yang

telah sempat menjalani tindakan penegakan hukum baik berupa penangkapan,

penahanan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan yang ternyata

semua tindakan yang dikenakan kepada dirinya merupakan tindakan tanpa alasan

yang sah menurut undang-undang.

Pemulihan kembali nama baik dan martabat tersangka atau terdakwa di

dalam pergaulan masyarakat sangat penting, untuk menghapuskan luka yang

dideritanya akibat penangkapan, penahanan, atau penuntutan dan pemeriksaan

pengadilan yang dilakukan terhadap dirinya. Dengan pemberian rehabilitasi ini

dapat diharapkan sebagai upaya membersihkan nama baik dan harkat serta

martabat tersangka atau terdakwa maupun keluarganya di mata masyarakat.

Dalam Pasal 97 ayat (1) KUHAP sudah dijelaskan bahwa seseorang berhak

memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau diputus lepas

dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum

tetap. Dengan begitu rehabilitasi kepada Kemat dan Devid diberikan langsung

oleh pengadilan yang dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan yang

bersangkutan.78

78

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 71.

Page 86: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

75

Berdasarkan bukti-bukti baru yang ditemukan antara lain yaitu pengakuan

dari Very Idham Heryansyah alias Ryan yang menyatakan bahwa korban ke 11

adalah Moch. Asrori, yang sebelumnya Kemat dan Devid melalui putusan Nomor:

650/PID.B/2008/PN.JMB dijatuhi hukuman bersalah melakukan pembunuhan

kepada Moch. Asrori. Bukti baru yang kedua adalah hasil dari tes DNA mayat

yang ditemukan di kebun tebu Desa Braan, Kabupaten Jombang ternyata identik

dengan Ny. Suyati selaku ibu kandung Fauzin Suyanto alias Antonius. Sementara

mayat yang ditemukan dibelakang rumah orang tua Ryan identik dengan DNA M.

Jalal dan Dewi Muntari selaku orang tua Moch. Asrori.

Dengan penjelasan singkat diatas, pemulihan nama baik harus diberikan

kepada Kemat dan Devid mengingat dalam perkara pembunuhan yang dituduhkan

kepada mereka karena sempat menjalani tindakan penegakan hukum baik berupa

penangkapan, penahanan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

Padahal ternyata semua tindakan yang dikenakan kepada Kemat dan Devid

merupakan tindakan tanpa alasan yang sah menurut undang-undang.

2. Ganti Rugi

Tuntutan permintaan ganti kerugian yang dilakukan tersangka atau terdakwa

atau ahli waris merupakan perwujudan perlindungan hak asasi dan harkat

martabatnya. Apabila tersangka atau terdakwa mendapat perlakuan yang tidak sah

atau tindakan tanpa alasan berdasar undang-undang, memberi hak kepadanya

menuntut ganti rugi.79

79

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 38.

Page 87: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

76

Pengertian ganti kerugian yang diatur dalam Bab XII bagian kesatu

KUHAP, dapat diperhatikan dalam Pasal 1 butir 22 bahwa ganti kerugian adalah

hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan

sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut, atau pun diadili tanpa alasan

yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau

hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Mengenai landasan hukum tuntutan ganti kerugian yang diatur dalam

KUHAP, bersumber dari ketentuan Pasal 9 Undang-undang No. 14 Tahun 1970

yang berbunyi seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa

alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai

orangnya atau hukum yang diterapkan, berhak menuntut ganti kerugian dan

rehabilitasi. Jika diperhatikan rumusan Pasal 9 Undang-undang No. 14 Tahun

1970 sama isinya dengan Pasal 1 butir 22 KUHAP.

Praperadilan adalah salah satu instansi yang berwenang memeriksa dan

memutus tuntutan ganti kerugian selain Pengadilan Negeri, sebagaimana yang

disebut dalam Pasal 78 ayat (1) dan Pasal 1 butir 10 adalah suatu lembaga yang

distrukturkan dalam organisasi Pengadilan Negeri. Merujuk kepada berbagai pasal

yaitu Pasal 77 huruf b, Pasal 81, dan Pasal 95 ayat (2) KUHAP dijelaskan jenis-

jenis tuntutan ganti kerugian yang termasuk kewenangan praperadilan yakni:

a. Tuntutan ganti kerugian tentang tidak sahnya penangkapan, penahanan,

serta tindakan lain tanpa berdasarkan yang sah menurut undang-undang

atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan

dengan syarat:

Page 88: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

77

1) Perkaranya hanya sampai tingkat penyidikan,

2) Perkaranya hanya sampai tingkat penuntutan seperti yang

disebut Pasal 138 ayat (1) KUHAP,

3) Perkaranya tidak diajukan ke sidang pengadilan.

b. Tuntutan ganti kerugian yang disebut dalam Pasal 77 huruf b:

1) Atas alasan penghentian penyidikan,

2) Atas alasan penghentian penuntutan.

Jika perkaranya sudah dilimpahkan atau diajukan ke sidang pengadilan itu

sudah menjadi kewenangan Pengadilan Negeri untuk memeriksanya. Pasal 95

ayat (3) menyatakan bahwa jika perkaranya sudah diajukan, diperiksa, dan diputus

oleh pegadilan, baik pemeriksaan itu hanya sampai pada tingkat Pengadilan

Negeri maupun sampai pada tingkat banding atau kasasi, tinggal kewenangan

Praperadilan untuk memeriksanya, dan beralih kewenangannya kepada

Pengadilan Negeri.

Mengenai tenggang waktu mengajukan tuntutan ganti kerugian diatur dalam

Pasal 7 PP No. 27 Tahun 1983, Pasal 7 terdiri dari 2 ayat. Pembagian ke dalam 2

ayat, sengaja dibuat untuk membedakan cara memperhitungkan tenggang waktu

sesuai dengan jenis alasan yang mendasari tuntutan ganti kerugian.

Tenggang waktu mengajukan tuntutan ganti kerugian telah ditetapkan dalam

waktu 3 bulan, akan tetapi cara memperhitungkannya, Pasal 7 membedakan antara

tuntutan ganti kerugian berdasarkan pasal 95 dan tuntutan ganti kerugian berdasar

alasan yang disebut dalam pasal 77 huruf b. Tuntutan ganti kerugian berdasarkan

alasan yang disebut dalam Pasal 95 meliputi alasan penangkapan, penahanan,

Page 89: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

78

penuntutan, atau diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau

tindakan lain yang tidak berdasar undang-undang atau karena kekeliruan

mengenai orang atau hukum yang diterapkan, jangka waktu pengajuan yang

diberikan adalah 3 bulan terhitung sejak putusan pengadilan memperoleh

kekuatan hukum tetap.80

Terhadap tuntutan ganti kerugian berdasarkan alasan yang disebut dalam

Pasal 77 huruf b yaitu tuntutan ganti kerugian atas alasan penghentian penyidikan

atau penuntutan. Jangka waktu pengajuannya 3 bulan terhitung dari sejak saat

pemberitahuan penetapan praperadilan.

Hak atas ganti kerugian merupakan imbalan sejumlah uang yang diberikan

kepada tersangka atau terdakwa. Mengenai jumlah ganti kerugian yang dapat

dikabulkan berpedoman kepada ketentuan Pasal 9 PP No. 27 Tahun 1983. Pasal 9

telah menentukan berapa besarnya jumlah maksimun yang dapat dikabulkan.

Ganti kerugian berdasarkan alasan Pasal 77 huruf b dan Pasal 95 KUHAP

serendah-rendahnya Rp. 5.000,- dan setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,-. Apabila

penangkapan, penahanan atau tindakan lain seperti yang dimaksud dalam Pasal 95

KUHAP mengakibatkan yang bersangkutan mengalami sakit atau cacat sehingga

tidak dapat melakukan pekerjaan atau meninggal dunia, besarnya imbalan ganti

kerugian setinggi-tingginya Rp. 3.000.000,-.

Pasal 11 PP No. 27 Tahun 1983 menentukan, negara melalui Departemen

Keuangan dibebani tanggung jawab untuk menyelesaikan pembayaran tuntutan

ganti kerugian yang dikabulkan pengadilan. Untuk itu Departemen Keuangan

80

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: edisi kedua, hal. 46.

Page 90: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

79

telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan tanggal 31 Desember 1983, No.

983/KMK.01/1983. Dalam Pasal 2 ayat (3) keputusan dimaksud ditetapkan bahwa

masalah ganti kerugian yang sehubungan dengan Pasal 95 KUHAP, menjadi

beban Bagian Pembayaran dan Perhitungan Anggaran Belanja Negara Rutin.

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 Menurut

Hukum Islam

Secara teoritis dalam hukum Islam tidak mengenal tentang rehabilitasi, oleh

karena itu penulis mengqiyaskannya dalam perkara fitnah yang mengandung

unsur kezaliman. Jika dilihat menurut hukum Islam atas putusan Mahkamah

Agung No. 89/PK/PID/2008 berdasarkan Pasal 263 (2) jo. Pasal 266 ayat (2)

sudahlah tepat. Islam merupakan agama yang rahmatan lil‟alamin atau rahmat

bagi seluruh alam semesta, karena seluruh ajaran yang ada dalam Islam telah

mengatur tata cara berkehidupan yang baik dan menjadi pedoman hidup.

Hukum yang telah ditetapkan dalam Islam bersifat pencegahan, agar orang

lain yang belum pernah melakukan perbuatan tersebut tidak berani melakukan

jarimah karena takut dengan sanksi yang akan di terima. Bagi pelaku jarimah

diharapkan tidak mengulangi perbuatannya di kemudian hari. Hukum dalam Islam

juga bersifat mendidik bagi pelaku jarimah agar kelak hukuman tersebut merubah

pola hidupnya ke arah yang lebih baik.

Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 yang memberikan

rehabilitasi pada Kemat dan Devid, dalam Islam kelak akan memberikan

kemaslahatan bagi Kemat, Devid, dan seluruh aparat penegak hukum yang terkait.

Page 91: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

80

Sebab dengan pemberian rehabilitasi kepada mereka yang sempat menerima

kezaliman terdapat unsur pemaafan dan akan memperoleh kebaikan yang lain.

Dalam hukum Islam juga mengenal kaedah maslahah mursalah. Yaitu

kemaslahatan yang diberikan kepada orang yang terzalimi atau teraniaya.

Maslahah mursalah atau kesejahteraan umum artinya mendatangkan keuntungan

bagi mereka dan menolak mudharat serta menghilangkan kesulitan daripadanya.

Kemaslahatan bahwasannya diperuntukan untuk kebaikan umat manusia dan tidak

terungkap bagian-bagiannya.

Jadi maslahah-maslahah, di mana syari‟ telah mensyariatkan hukum untuk

merealisir maslahah itu, dan atas pengakuan syari‟ atas maslahah itu, telah

ditunjukkan beberapa illat dari hukum yang disyariatkannya, maka maslahah-

maslahah itulah yang di dalam istilah Ulama Ushul disebut (Maslahah

Mu‟tabaroh) maslahah yang diakui dari syari‟. Seperti pemeliharaan kehormatan

mereka, yang syari‟ telah mensyariatkan mengenai hal itu, dera penuduh, dera

laki-laki atau perempuan yang berbuat zina. Jadi masing-masing tersebut, baik

pembunuhan secara sengaja, pencurian, tuduhan dan zina adalah sifat yang sesuai.

Jumhur Ulama ummat Islam berpendapat, bahwa maslahah-maslahah itu

adalah hujjah syariat yang dijadikan dasar pembentukan hukum, dan

bahwasannya kejadian yang tidak ada hukumnya dalam nash dan ijma atau qiyas

atau istihsan itu disyariatkan padanya hukum yang dikehendaki oleh maslahah

Page 92: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

81

umum, dan tidaklah berhenti pembentukan hutum atas dasar maslahah ini karena

adanya saksi syari‟ yang mengakuinya.81

Para ulama yang menjadikan hujjah maslahah mursalah mereka berhati-hati

dalam hal itu, sehingga tidak menjadi pintu bagi pembentukan hukum syariat

menurut hawa nafsu dan ke inginan perorangan. Karena itu mereka mensyaratkan

dalam maslahah mursalah yang dijadikan dasar pembentukan hukum itu tiga

syarat sebagai berikut82

:

1. Berupa maslahah yang sebenarnya, bukan maslahah yang bersifat dugaan.

Yang dimaksud dengan ini, yaitu agar dapat direalisir pembentukan hukum

suatu kejadian itu, dan dapat mendatangkan keuntungan atau menolak

mudharat. Adapun dugaan semata bahwa pembentukan hukum itu

mendatangkan keuntungan-keuntungan tanpa pertimbangan di antara

maslahah yang dapat didatangkan oleh pembentukan hukum itu, maka ini

berarti adalah didasarkan atas maslahah yang bersifat dugaan, contoh

maslahah ini ialah maslahah yang didengar dalam hal merampas hak suami

untuk menceraikan istrinya, dan menjadikan hak menjatuhkan talak itu bagi

hakim (qadhi) saja dalam segala keadaan.

2. Berupa maslahah yang umum, bukan maslahah yang bersifat perorangan.

Yang dimaksud dengan ini, yaitu agar dapat direalisir bahwa dalam

pembentukan hukum suatu kejadian dapat mendatangkan keuntungan kepada

kebanyakan ummat manusia, atau dapat menolak madharat dari mereka, dan

81

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, cet.VI,

(Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 1996), hal. 128. 82

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, cet.VI, hal.

130.

Page 93: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

82

bukan mendatangkan keuntungan kepada seseorang atau beberapa orang saja

di antara mereka. Kalau begitu, maka tidak dapat disyariatkan sebuah hukum,

karena ia hanya dapat merealisir maslahah secara khusus kepada Amir, atau

kepada kalangan elit saja, tanpa memperhatikan mayoritas umat dan

kemaslahatannya. Jadi maslahah harus menguntungkan (manfaat) bagi

mayoritas umat manusia.

3. Pembentukan hukum bagi maslahah ini tidak bertentangan dengan hukum

atau prinsip yang telah ditetapkan oleh nash atau ijma. Jadi tidak sah

mengakui maslahah yang menuntut adanya kesamaan hak di antara anak laki-

laki dan perempuan dalam hal pembagian harta pusaka, karena masalah ini

adalah masalah yang dibatalkan.

1. Pemulihan Nama Baik Menurut Islam

Bagi Kemat dan Devid yang pernah di zalimi walau pada akhrinya dalam

Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008 membebaskan mereka dari

segala tuntutan, dalam Islam diperbolehkan untuk membalaskan perbuatannya

tersebut. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW lebih menganjurkan hendaklah

untuk tidak membalaskan perbuatan tersebut atau menuntut rehabilitasi. Karena

dalam Islam mengenai pembalasan merupakan hak Allah sebagaimana sabda Nabi

Muhammad SAW.

Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa rehabilitasi dalam Islam

dijelaskan hendaknya tidak menuntut pemulihan nama baik kepada orang yang

menzaliminya. Karena Nabi Muhammad SAW telah menegaskan bahwa

Page 94: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

83

rehabilitasi akan lebih baik jika Allah yang memberikan pemulihan atas mereka

daripada Kemat dan Devid menuntut rehabilitasi kepada orang yang

menzaliminya. Kemat dan Devid hendaknya lebih bersabar dan mendekatkan diri

kepada Allah SWT agar mendapatkan kemuliaan yang sudah di jelaskan dalam

sabda Nabi Muhammad SAW.83

Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Asy Syuura: 4

أصهح فأجزه عهى انهو ئنو نب يحب انظبنمين جشاء سيئت سيئت مثهيب فمن عفب

Artinya : “dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka

barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas

(tangguhan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang

yang zalim.”

Seseorang yang melampiaskan dendam semata-mata untuk kepentingan

nafsunya, maka hal itu hanya akan mewariskan kehinaan di dalam dirinya.

Apabila Kemat dan Devid memaafkan, maka Allah justru akan memberikan

kemuliaan kepadanya. Kemuliaan yang diperoleh dari sikap memaafkan itu tentu

lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi dirinya daripada kemuliaan yang

diperoleh dari tindakan pelampiasan dendam. Karena penuntutan rehabilitasi bila

dilakukan Kemat dan Devid merupakan bentuk pembelaan diri yang dilandasi

oleh keinginan melampiaskan hawa nafsu.

Kemat dan Devid termasuk ke dalam orang-orang yang dizalimi bila melihat

dari pernyataan Devid yang tertulis dalam kliping korang harian Surya Rabu 20

Agustus 2008 bahwa mereka terpaksa mengaku pelaku dari korban pembunuhan

83

Tazkiyatun Nufus, “Tips Bersabar (2): Sabar Ketika Disakiti Orang Lain”, diakses pada

tanggal 28 April 2015 dari http://www.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/tips-bersabar-2-sabar-ketika-

disakiti-orang-lain.html.

Page 95: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

84

Moch. Asrori karena disiksa dan dipukuli oleh oknum aparat Polsek Bandar

Kedungmulyo. Melalui pengakuan ini dan bukti-bukti baru yang didapat, Kemat

dan Devid menurut hukum Islam boleh menuntut atas haknya kepada penguasa.

2. Ganti Rugi Menurut Islam

Islam tidak menjelaskan secara khusus mengenai ganti rugi kepada orang

yang menerima kezaliman berupa salah tangkap maupun salah dalam memberikan

putusan. Namun bila melihat dalam surat Asy Syuura ayat 4, maka pembalasan

atau ganti rugi merupakan hak dan menjadi tanggungan Allah SWT. Maka dengan

Kemat dan Devid berbuat baik serta memaafkan segala perbuatan zalim yang

pernah mereka terima, Allah SWT akan memberikan pahala kepada mereka.

Dalam surat An-Nur ayat 26 pun menjelaskan bahwa bagi mereka yang

mendapatkan fitnah atau dituduh akan menerima ampunan dan rizki yang mulia

(surga).84

Kezaliman harus dibalas dengan kebaikan, maka pahala yang dimiliki atas

mereka pelaku fitnah akan diambil dan diberikan kepada orang-orang yang

terzalimi, bila tidak ada pahala lagi maka dosa orang yang dizalimi akan diambil

dan diberikan kepada mereka yang telah menzalimi. Dengan begitu Kemat dan

Devid akan mendapatkan ketenangan jiwa karena telah memaafkan dan lebih

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kemat dan Devid kelak akan mendapatkan ganti rugi yang lebih baik bila

mereka memaafkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan menuntut

84

http://www.artikel-islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/. Diakses pada tanggal 13 Juni

2015.

Page 96: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

85

ganti rugi kepada aparat penegak hukum. Seperti misalnya orang yang sepedanya

dicuri, lalu orang itu ikhlas dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka ia

akan mendapatkan ganti sebuah sepeda motor dari pada ia mencari pelakunya agar

sepedanya kembali.

Bila dilihat ganti rugi yang harus didapatkan terhadap putusan bebas yang

diberikan kepada Kemat dan Devid dalam kasus pembunuhan yang dituduhkan

kepada mereka menurut hukum Islam tidak dijelaskan secara khusus bagaimana

atau berapa besar jumlah ganti rugi yang akan didapatkan oleh mereka, maka dari

itu peran serta penguasa atau pemerintah yang mengharuskan untuk mengaturnya.

Karena dalam Islam lebih baik Kemat dan Devid untuk memaafkan segala

perbuatan yang pernah diterimanya, dengan begitu Kemat dan Devid

mendapatkan kemuliaan di mata Allah SWT dan mendapatkan balasan yang jauh

lebih baik daripada Kemat dan Devid melakukan balas dendam.

Page 97: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

86

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menguraikan dan menganalisis pembahasan skripsi yang

berfokus pada persoalan penerapan rehabilitasi setelah putusan Mahkamah Agung

No. 89 PK/Pid/2008 serta rehabilitasi terhadap putusan bebas dalam kasus

pembunuhan Moch. Asrori di Jombang menurut hukum positif dan hukum Islam,

maka penulis menyimpulkan bahwa:

1. Terjadinya putusan bebas yang diberikan Mahkamah Agung kepada Kemat,

Devid, dan Sugik disebabkan terdapat bukti-bukti baru (novum) yang

membuktikan bahwa mereka secara sah terbukti tidak bersalah. Hal ini dapat

dilakukan melihat bahwa dalam kasus pembunuhan yang dituduhkan kepada

mereka sudah salah dari tingkat penyidikan yang salah/keliru dalam

mengidentifikasi korban serta pengakuan dari Very Idham Heryansyah alias

Ryan bahwa dirinya yang telah melakukan pembunuhan kepada Moch. Asrori

dan mayatnya dikubur di halaman belakang rumah orang tua Ryan bukan

yang berada di kebun tebu.

2. Dalam hukum positif rehabilitasi harus diberikan/dicantumkan dalam putusan

kepada Kemat, Devid, dan Sugik sesuai dalam Pasal 97 KUHAP yang

digunakan sebagai upaya mencari keadilan pemulihan atas haknya dalam

kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya. Sementara dalam

hukum Islam mengenai rehabilitasi bagi mereka yang telah dituduh

melakukan perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan tidak dibahas secara

Page 98: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

87

terperinci. Maka dari itu penulis menggolongkan mengenai rehabilitasi

dimasukkan ke dalam jarimah ta‟zir, yang di mana hukumnya ditentukan oleh

ulil amri.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Agar aparat penegak hukum hendaknya tidak sewenang-wenang melakukan

penganiayaan secara fisik maupun mental terhadap terdakwa hanya demi

mendapatkan keterangan atau pengakuan kejahatan yang belum tentu mereka

lihat atau mereka lakukan.

2. Kepada hakim hendaknya lebih berhati-hati dalam memeriksa dan memutus

suatu perkara. Jangan sampai orang yang tidak bersalah mendapatkan

hukuman atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan. Jika ada keraguan

terhadap bukti-bukti yang ada, harusnya hakim juga mempertimbangkan

adagium yang mengatakan bahwa lebih baik melepaskan seribu orang

bersalah dari pada menghukum satu orang yang tidak bersalah.

3. Kepada masyarakat hendaknya lebih mengetahui hak-hak serta kewajibannya

di mata hukum yang berlaku di Indonesia guna menghindari kejadian serupa

terulang kembali.

Page 99: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

88

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman, bin Abdullah. Kisah-kisah Manusia Pilihan, Penerjemah, Uwais

Al-qorny, Bogor: Pustaka Teriqul Izzah, 2005.

Al-Munawar, Said Agil Husin. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, cet.I. Jakarta:

Penamadani, 2004.

Al-Barudi, Imad Zaki. Tafsir Al-Qur‟an Wanita, (Jakarta Pusat: Pena Pundi

Aksara, tth), Judul Asli: Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzhim Lin Nisa.

Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam, cet.I. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Black, Henry Campbell. Black Law Dictionary (Revised Fourth Edition),

Michigan: West Group, 1968.

Fienso Suharso, Kamus Hukum, cet.X, (Jonggol: Vandetta Publishing, 2010), hal.

31.

Dahlan, Zaini, Dkk. Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakap,

1990.

Hakim, Rahmat. Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), cet.I. Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2000.

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia (edisi revisi), cet.V. Jakarta:

Sinar Grafika, 2006.

_______, Asas-asas Hukum Pidana, Cetakan Kedua, Jakarta: PT Rineka Cipta,

1994.

Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

(Penyidikan dan Penuntutan), cet.VIII. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan

Kembali (edisi kedua), cet.VIII. Jakarta: Sinar GrafikHanafi, Ahmad.

Asas-asas Hukum Pidana Islam, cet-4, Jakarta : PT Midas Surya

Grafindo, 1990.

Hutabarat, Ramly. Persamaan Dihadapan Hukum “Equality Before the Law” di

Indonesia, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia 1985.

Page 100: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

89

Irfan, Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, cet.I. Jakarta: Amzah, 2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, cet.VII, Jakarta, Balai

Pustaka, 1986.

Koeswadji, Harmien Hardiati. Hukum dan Masalah Medik, Airlangga University

Press, Surabaya, 1984.

Kusuma, Mulyana W dan Nasution, Adnan Buyung. Tegaknya Supremasi Hukum

(Terjebak Antara Memilih Hukum dan Demokrasi, cet.I. Bandung : PT

Remaja Roksadakarya, februari, 2011.

Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyidikan dan

Penyelidikan), cet.II, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Pangaribuan , Luhut M.P. Hukum Acara Pidana, Jakarta: Djembatan,2008.

Praja, Juhaya S dan Syihabuddin, Ahmad. Delik Agama Dalam Hukum Islam,

cet.II. Bandung: Penerbit Angkasa, 1993.

Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul H.im. Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum

pemikiran menuju masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat, cet.I

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2012.

Shihab, M. Qurais. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya,

Bogor: Poleteia, 1990.

Sofyan, Andi dan Abd, Azis. Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar,) Jakarta:

Penerbit Kencana Prenadamedia Group 2014.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet.III. Jakarta: 1984.

Tim Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa Depdiknas.

Yafi, Alie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam.

Page 101: REHABILITASI DALAM PUTUSAN BEBAS PADA KASUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30602/1/LAKA... · bagaimana proses terjadinya putusan bebas pada kasus pembunuhan

90

Undang-undang/Putusan

Putusan MA No.89 PK/PID/2008 atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Putusan perkara No.48/Pid.B/2008/PN.JMB atas nama Imam Chambali al. Kemat.

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Website:

Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab Makasar, diakses pada tanggal 28

April 2015

http://hadits.stiba.net/?type=hadits&imam=bukhari&no=6053.

Nufus, Tazkiyatun. “Tips Bersabar (2): Sabar Ketika Disakiti Orang Lain”,

diakses pada tanggal 28 April 2015 dari

http://www.muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/tips-bersabar-2-sabar-ketika-

disakiti-orang-lain.html.

Muslim Taubat, “Hadits Ifki”, diakses pada tanggal 13 Juni 2015.

http://www.artikel-islam.com/muslim/taubat/hadits-ifki/.

Koran/Majalah

“Asrori Korban ke-11 Ryan.” Jawa Post. 28 Agustus 2008.

“Ryan Pelaku, Orang Lain Dibui.” Kompas. 20 Oktober 2008.

“Kemat Dihajar Polisi di Kebun Tebu.” Kompas. 28 Agustus 2008.

“Tragedi Sengkon Karta Terulang.” Jawa Post. 20 Oktober 2008.