37
Prinsip-Prinsip Reinventing Government Menurut David Osborne 1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan Ketimbang Mengayuh (Steering Rather Than Rowing ) Berfokus pada pengarahan, bukan pada produksi pelayanan publik Memisahkan fungsi ”mengarahkan” (kebijaksanaan dan regulasi) dari fungsi ”mengayuh” (pemberian layanan dan compliance). Peranan pemerintah lebih sebagai fasilitator dari pada langsung melakukan semua kegiatan operasional. Metode-metode yang digunakan antara lain : privatisasi, lisensi, konsesi, kerjasama operasional, kontrak, voucher, insentif pajak, dll. Pemerintah harus menyediakan (providing) beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses produksinya (producing). Pemerintah memfokuskan pada pemberian arahan, sedangkan produksi pelayanan publik diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga. Produksi pelayanan publik oleh Pemerintah harus dijadikan sebagai perkecualian, bukan suatu keharusan. Pemerintah hanya memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan pihak non publik. 2. Pemerintah adalah Milik Masyarakat : Memberdayakan Ketimbang Melayani ( Empowering raher than Serving ) Mendorong mekanisme control atas pelayanan lepas dari birokrasi dan diserahkan kepada masyarakat. Masyarakat dapat membangkitkan komitmen mereka yang lebih kuat, perhatian lebih baik dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Mengurangi ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Dengan adanya prinsip ini, Pemerintah sebaiknya memberi wewenang kepada masyarakat, sehingga menjadi masyarakat yang mampu menolong dirinya sendiri (community self-

Reinventing Government

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kapsel han

Citation preview

Prinsip-Prinsip Reinventing Government Menurut David Osborne

1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan Ketimbang Mengayuh (Steering Rather Than Rowing )

Berfokus pada pengarahan, bukan pada produksi pelayanan publik Memisahkan fungsi

”mengarahkan” (kebijaksanaan dan regulasi) dari fungsi ”mengayuh” (pemberian layanan dan

compliance). Peranan pemerintah lebih sebagai fasilitator dari pada langsung melakukan semua

kegiatan operasional. Metode-metode yang digunakan antara lain : privatisasi, lisensi, konsesi,

kerjasama operasional, kontrak, voucher, insentif pajak, dll. Pemerintah harus menyediakan

(providing) beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses

produksinya (producing). Pemerintah memfokuskan pada pemberian arahan, sedangkan produksi

pelayanan publik diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga. Produksi pelayanan publik oleh

Pemerintah harus dijadikan sebagai perkecualian, bukan suatu keharusan. Pemerintah hanya

memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan pihak non publik.

2. Pemerintah adalah Milik Masyarakat : Memberdayakan Ketimbang Melayani ( Empowering raher

than Serving )

Mendorong mekanisme control atas pelayanan lepas dari birokrasi dan diserahkan kepada

masyarakat. Masyarakat dapat membangkitkan komitmen mereka yang lebih kuat, perhatian lebih

baik dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Mengurangi ketergantungan masyarakat kepada

pemerintah. Dengan adanya prinsip ini, Pemerintah sebaiknya memberi wewenang kepada

masyarakat, sehingga menjadi masyarakat yang mampu menolong dirinya sendiri (community self-

help). Dengan adanya kontrol dari masyarakat, aparatur pemerintahan (pejabat eksekutif dan

legislatif) akan memiliki komitmen yang lebih baik dan lebih peduli serta lebih kreatif dalam

memecahkan masalah

.

3. Pemerintah yang kompetitif : Menyuntikkan persaingan dalam pemberian pelayanan ( Injecting

Competition into service Delivery )

Pemberian jasa/layanan harus bersaing dalam usaha berdasarkan kinerja dan harga. Persaingan

adalah kekuatan yang fundamental yang tidak memberikan pilihan lain yang harus dilakukan oleh

organisasi public; Pelayanan public yang dilaksanakan oleh Pemerintah tidak bersifat monopoli

tetapi harus bersaing. Masyarakat dapat memilih pelayanan yang disukainya. Oleh sebab itu

pelayanan sebaiknya mempunyai alternative. Kompetisi merupakan satu-satunya cara untuk

menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan

publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya

.

4. Pemerintah Digerakkan oleh Misi : Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan

(Transforming Rule-Driven Organizations) menjadi digerakkan oleh misi (mission-driven).

Secara internal,dapat dimulai dengan mengeliminasi peraturan internal dan secara radikal

menyederhanakan system administrasi. Perlu ditinjau kembali visi tentang apa yang harus dilakukan

oleh pemerintah. Misi pemerintah harus jelas dan peraturan perundangan tidak boleh bertentangan

dengan misi tersebut. Apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah diatur dalam

mandatnya. Tujuan Pemerintah bukan mandatnya, tetapi misinya. Contoh: Cara penyusunan APBD.

APBD memang harus disusun berdasarkan suatu prosedur yang benar dan baku, tetapi pemenuhan

prosedur bukanlah tujuan. Tujuan APBD adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya

.

5. Pemerintah yang berorientasi hasil: Membiayai hasil bukan masukan ( Funding outcomes, Not

input )

Berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif: membiayai hasil dan bukan masukan.

Mengembangkan standar kerja, yang mengukur seberapa baik mampu memecahkan masalah.

Semakin baik kinerja, semakin banyak dana yang dialokasikan untuk mengganti dana yang

dikeluarkan unit kerja

.

6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan: Memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi

( Meeting the Needs of Customer, not be Bureaucracy )

Mengidentifikasi pelanggan yang sesungguhnya. Pelayanan masyarakat harus berdasarkan pada

kebutuhan riil, dalam arti apa yang diminta masyarakat Instansi pemerintah harus responsif

terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen; Perlu dilakukan penelitian untuk

mendengarkan pelanggan mereka, Perlu penetapan standar pelayanan kepada pelanggan.

Pemerintah perlu meredesain organisasi mereka untuk memberikan nilai maksimum kepada para

pelanggannya. Menciptakan dual accountability (masyarakat dan bisnis, serta DPRD dan pejabat).

7. Pemerintah Menghasilkan ketimbang membelanjakan (Earning Rather than Spending)

Pemerintah wirausaha memfokuskan energinya bukan hanya membelanjakan uang (melakukan

pengeluaran uang) melainkan memperolehnya. Hal tersebut dapat diperoleh dari biaya yang

dibayarkan pengguna atau pelanggan yang dilayani dan biaya dampak (impact fees) pendapatan atas

investasinya dan dapat menggunakan insentif seperti dana usaha (swadana). Partisipasi pihak swasta

perlu ditingkatkan sehingga dapat meringankan beban pemerintah.

Contoh pelaksanaan :

Dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan, misal : BPS dan Bappeda dapat menjual

informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian.

BUMD menjual barang maupun jasa

Memberi hak guna usaha, menyertakan modal dan lain-lain.

8. Pemerintah antisipatif (anticipatory government): Mencegah ketimbang Mengobati ( Preventon

Rather than Cure)

Menunjuk pada pemerintahan yang berfikir kedepan, bersikap proaktif dan mencoba mencegah

timbulnya masalah daripada memberikan pelayanan untuk menghilangkan masalah. Hal itu

ditempuh melalui penggunaan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan utuk membantu

meraih peluang tidak terduga, menghadapi krisis tidak terduga, tanpa menunggu perintah., dan

berbagai metode lain untuk melihat masa depan

.

9. Pemerintah desentralisasi (decentralized government): Dari hierarki menuju partisipasi dan tim

kerja ( From Hierarchy to Participation and Teamwork )

Dengan melihat beberapa tantangan dari masyarakat, diantaranya :

a. Perkembangan teknologi sudah sangat maju.

b. Kebutuhan masyarakat dan bisnis semakin kompleks.

c. Staf banyak yang berpendidikan tinggi Maka pemerintah perlu untuk : Menurunkan wewenang

melalui organisasi, dengan mendorong mereka yang berurusan langsung dengan pelanggan untuk

lebih banyak membuat keputusan (Pengambilan keputusan bergeser kepada masyarakat, asosiasi,

pelanggan, LSM.)

Tujuan : Untuk memudahkan partisipasi masyarakat, serta terciptanya suasana kerja Tim. Pejabat

yang langsung berhubungan dengan masyarakat (from-line workers) harus diberi kewenangan yang

sesuai. Karena dengan kewenangan yang diberikan akan memungkinkan terjadinya koordinasi “cross

functional” antar semua instansi yang terkait. Keunggulan dari desentralisasi adalah lebih responsif

dan fleksibel, lebih efektif, lebih inovatif, dan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi

sehingga lebih banyak komitmen dan akhirnya lebih produktif.

10. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar (market oriented government) :

Mendongkrak perubahan melalui pasar ( Leveraging change throught the Market) Mengadakan

perubahan dengan mekanisme pasar ( sistem insentif ) dan bukan dengan mekanisme administratif (

sistem prosedur dan pemaksaan) (David Osborne,dkk.1996) maksudnya di sini adalah Pemerintahan

berorentasi pasar sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah daripada

menggunakan mekanisme administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau perintah dan kontrol

dengan memanfaatkan peraturan. Pemerintahan semacam ini menciptakan insentif keuangan –

insentif pajak, dengan cara itu organisasi swasta atau anggota masyarakat akan berperilaku yang

mengarah pada pemecahan masalah sosial.

Reinventing Government

Seperti halnya kondisi birokrasi di banyak Negara yang cenderung tidak efisien dan efektif,

Reinventing Government yang ditulis oleh David Osborne dan Ted Geabler juga diilhami oleh

kecenderungan sinisme yang mendalam rakyat Amerika terhadap birokrasi. Buku tersebut juga

merupakan kritik atas konsep weberian. Pada dasarnya gagasan Reinventing Government

merupakan gagasan tentang penataan ulang pemerintahan. Gagasan ini terbilang revolusioner bagi

mereka yang melihat pemerintahan sebagai sesuatu yang mapan, tidak berubah. Buku tersebut

disusun dalam kurun waktu yang cukup lama, 4 tahun. Selama kurun waktu tersebut Osborne dan

Geabler melakukan riset dan wawancara yang mendalam dengan ratusan orang dan bekerja dengan

ribuan orang lainnya dalam berbagai peran yang mereka jalani di bidang manajemen dan konsultasi

dalam bidang manajemen pemerintahan.

Buku tersebut ditulis dalam 11 bab. Masing-masing bab merupakan uraian terhadap 10 poit gagasan

reinventing Government, bab 11 berisi rangkuman yang menegaskan kembali inti dari gagasan

reinventing government. Buku tersebut menawarkan perspektif baru pemerintahan melalui

pendekatan kewirausahaan yang cenderung fleksibel dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi.

Kata Reinventing Government (pemerintahaan wirausaha) berasal dari kata “wirausaha dan

pemerintah. Wirausaha (entrepreneur) tidak sekedar mempunyai arti menjalankan bisnis, oleh J.B

Say (1800) diartikan sebagai memindahkan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah yang

produktivitasnya rendah ke wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasilnya lebih besar.

Dengan kata lain, seorang wirausahawan menggunakan sumber daya dengan cara baru untuk

memaksimalkan produktivitas dan efektivitas. Dengan demikian pemerintahan wirausaha adalah

pemerintahan yang mempunyai kebiasaan bertindak dengan menggunakan sumber daya dengan

cara baru untuk meningkatkan/mempertinggi efisiensi dan efektifitasnya. Definisi Say berlaku bagi

sektor swasta, pemerintah, dan sukarelawan atau sektor ketiga. Jika dihubungaan dengan kata

pemerintah, maka pemerintahan wirausaha berarti usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah

mengelola berbagai sumber daya dari cara dengan produktifitas rendah ke cara dengan produktifitas

tinggi dengan hasil yang lebih besar.

Dengan kata lain Reinventing dapat dimaknai sebagai penciptaan kembali birokrasi dengan

mendasarkan pada sistem wirausaha, yakni menciptakan organisasi-organisasi dan sistem publik

yang terbiasa memperbarui, yang secara berkelanjutan, memperbaiki kualitasnya tanpa harus

memperoleh dorongan dari luar. Dengan demikian, reinventing berarti menciptakan sektor publik

yang memiliki dorongan dari dalam untuk memperbaiki apa yang disebut dengan “sistem yang

memperbarui kembali secara sendiri”. Reinventing menjadikan pemerintah siap menghadapi

tantangan-tantangan yang mungkin tidak dapat diantisipasi. Dengan demikian konsep ini muncul

dari kritik terhadap kinerja pemerintahan selama ini yang cenderung kaku, tidak fleksibel, kurang

adaptif terhadap perkembangan yang terjadi dan perubahan yang akan terjadi di masa depan

Adapun kesepuluh point yang menjadi gagasan Reinventing Government adalah sebagai berikut :

Pemerintahan katalis, yakni pemerintahan yang bertindak sebagai pengarah daripada sebagai

pelaku

Pemerintahan milik masyarakat, yakni pemerintahan yang lebih banyak memberikan wewenang

daripada melayani.

Pemerintahan yang kompetitif, yakni dengan menyuntikkan persaingan dalam penyelenggaraan

pelayanan

Pemerintahan yang digerakkan oleh misi, yakni mengubah organisasi yang digerakkan oleh

peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi

Pemerintahan yang berorientasi hasil, yakni membiayai hasil bukan masukan

Pemerintahan berorientasi pelanggan, yakni memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi.

Pemerintah wirausaha, yakni pemerintah yang lebih banyak menghasilkan daripada

membelanjakan

Pemerintah yang antisipatif, yakni pemerintah yang lebih sering mencegah daripada mengobati

kerusakan.

Pemerintahan desentralisasi

Pemerintahan berorientasi pasar, mendongkrak perubahan melalui pasar.

Konsep birokrasi entrepreneurial merupakan kritik terhadap birokrasi seperti yang diungkapkan oleh

Weber yang sangat hirarkis. Meskipun pada awalnya, birokrasi merupakan sistem kerja institusional

yang diharapkan dapat menjadi alat untuk melayani kepentingan masyarakat dengan efektif dan

efisien, dalam kenyataannya justru sebaliknya. Birokrasi cenderung lamban, hirarkis, tidak efisien,

dan hanya memboroskan anggaran pemerintah. Meski demikian konsep ini bukan tanpa kritik.

Konsep pemerintahan entrepreneur Osborn dan Gaebler yang mencoba menemukan nilai-nilai baru

(re-inventing) di bidang pemerintahan ternyata menurut Painter (1994) mempunyai kekuatan dan

sekaligus kelemahan. Kritik Painter terhadap konsep pemerintahan entrepreneur adalah bahwa ia

terlalu bias pada “new administrative values” yang lebih banyak menitik beratkan pada orientasi

goal governance dengan meminggirkan nilai-nilai administrasi klasik yang sebenarnya masih

potensial yang berbasis pada rule governance. Oleh karena itu, Painter menyebutnya bukannya

reinventing government melainkan pemerintahan yang sudah dalam keadaan tertinggal (abandoning

government), karena Osborn dan Gaebler sebenarnya telah menghapuskan atau setidak-tidaknya

telah membelotkan nilai-nilai pemerintahan. Padahal kedua nilai tersebut (lama dan baru) bisa

disatu padukan.

KONTEKS INDONESIA

Pemerintahan dengan bisnis merupakan dua lembaga yang berbeda secara mendasar. Pemerintahan

bertujuan agar memperoleh legitimasi dari masyarakat sehingga dapat dipilih kembali oleh

masyarakat pada periode yang akan datang. Sedangkan bisnis bertujuan untuk memperoleh

keuntungan. Jika suatu organisasi bisnis tidak dapat memperoleh keuntungan maka organisasi

tersebut akan mengalami Death Line atau kematian. Demikian juga dengan organisasi

pemerintahan. Jika tidak dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat (tidak favorit bagi

masyarakat) maka pemerintahan tersebut pada periode yang akan datang tidak akan dipilih oleh

masyarakat dan akan berganti dengan pemerintah yang baru.

Perbedaan tujuan di atas menciptakan motivasi yang berbeda. Pimpinan usaha swasta akan

berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, karena keuntungan merupakan

indikator dari keberhasilan mereka. Sedangkan dalam pemerintahan, indikator keberhasilan seorang

manajer pemerintah adalah bukan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh tetapi apakah

mereka dapat menyenangkan para politisi yang terpilih atau tidak. Karena itu kinerja manajer

pemerintah sangat dipengaruhi oleh kelompok kepentingan yang menang dalam pemilu dalam

periode tertentu. Reinventing Government bukan bertujuan untuk menghilangkan peran

pemerintah dalam masyarakat dan menjadikan peran tersebut dijadikan peran swasta. Dengan kata

lain Reinventing Government bukan indentik dengan swastanisasi, karena dengan swastanisasi

menyeluruh fungsi pemerintah sebagai publik service akan kabur oleh profit oriented pihak swasta.

Menurut Imawan, prinsip utama Reinventing Government adalah: (1) Steering (mengendalikan,

memfasilitasi aktivitas masyarakat). (2) Empowering (memberdayakan anggota masyarakat). (3)

Meeting the need of the costumer, not bureaucracy. (4) Earning (5) Prevention. Prinsip-prinsip

utama reinventing government ini akan diigunakan sebagai dasar analisa untuk melihat pelaksanaan

reinventing government di Indonesia. Merujuk pada pendapat yang dikemukakan Imawan tersebut,

maka penerapan reinventing government untuk konteks Indonesia dapat dilihat melalui kelima

prinsip utama tersebut yakni: Pertama, Steering. Paradigma tradisional tentang birokrasi

pemerintahan menyatakan bahwa birokrasi pemerintahan ibarat sebuah perahu besar yang dapat

menyelamatkan seluruh warga negara dan masyarakat dari bencana banjir ekonomi maupun politik.

Hal ini menyebabkan pemerintah merupakan aktor tunggal untuk memenuhi seluruh kebutuhan

masyarakat dan masyarakat akan semakin tergantung kepada pemerintahnya. Paradigma tradisional

ini menyebabkan pemerintah tidak bisa lagi berpikir jernih untuk meningkatkan mutu kerjanya,

karena sudah dililit oleh aktivitas-aktivitas rutin untuk melayani kebutuhan masyarakat. Mutu

pelayanan kepada masyarakat tidak bisa ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu perubahan paradigma,

agar pemerintah tidak lagi sebagai pelaksana tunggal pelayanan kepada masyarakat tetapi bermitra

dengan pihak swasta. Agar pemerintah tidak lagi terjerat dengan kegiatan rutin sebagai pelayan

masyarakat, maka pemerintah perlu memikirkan untuk menyerahkan tugas-tugas pelayanan

tersebut kepada masyarakat (NGO -non government organization- atau pihak swasta) atau

melaksanakan pelayanan tersebut dengan bermitra dengan masyarakat (sistem koproduksi).

Pemerintah yang banyak melaksanakan tugas pelayanan akan semakin memberikan peluang kepada

gagalnya atau lemahnya mutu pekrjaan, maka dalam kondisi ini akan lebih baik jika pemerintah

menyerahkan urusan tersebut kepada swasta dan pemerintah hanya menetapkan peraturan-

peraturan yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta. Dengan memfokuskan diri kepada pengarahan,

maka daya pikir para pembuat kebijakan publik akan meningkat dan cermat, sehingga kebijakan-

kebijakan yang diambil akan lebih produktif dan lebih cermat.

Kedua, Empowering. Pada pemerintahan yang menganut sistem otoriter kekuasaan tertinggi berada

ditangan penguasa (negara) dan tidak memberikan hak-hak politik kepada rakyat. Pada sistem ini

rakyat hanyalah sebagai objek tanpa mempunyai akses untuk ikut berpartisipasi dalam

pemerintahan. Rakyat tidak dapat memberikan saran-saran/koreksi terhadap kinerja pemerintah

sehingga pemerintah bekerja tanpa terkontrol. Pada perkembangannya sistem ini tidak populer lagi

dimata masyarakat, apalagi pada sistem ini pemerintah harus melayani seluruh kebutuhan

masyarakat tetapi pemerintah tidak mampu melaksanakannya dengan baik.

Karena sistem otoriter tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu dilakukan

perubahan. Perubahan yang dimaksudkan adalah mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dengan

melakukan pemberdayaan kepada rakyat (Empowering). Melalui sistem ini rakyat tidak lagi sebagai

objek pemerintahan tetapi juga sebagai subjek pemerintahan. Rakyat harus diberikan kewenangan

untuk mengurus dirinya sendiri. Dalam pelaksanaan empowering ini ada beberapa kendala yang

dihadapi, yaitu keterbatasan kemampuan sumber daya manusia. Dengan keterbatasan ini

masyarakat belum mampu menterjemahkan berbagai misi pemerintahan. Disini tugas pemerintah

untuk melakukan pembinaan pengetahuan masyarakat agar mampu melakukan berbagai kegiatan

dalam pembangunan.

Ketiga, Meeting the Needs of the Costumer, not the Bureaucracy. Dalam prinsip reinventing

government ini pemerintah harus memenuhi kebutuhan consumer (masyarakat) bukan kebutuhan

birokrasi. Gejala yang selama ini ada para administrator bekerja untuk mendapatkan prestasi yang

akan dinilai baik oleh atasannya. Para bawahan akan berusaha membuat atasan senang agar dia

mendapatkan pangkat yang lebih tinggi. Sedangkan masyarakat yang seharusnya mendapatkan

pelayanan yang baik dari para administrator menjadi faktor sampingan, faktor yang utama adalah

seorang administrator harus melayani kebutuhan para pejabat. Untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat para administrator harus merubah orientasi pelayananan dari melayani

kebutuhan para birokrat menjadi melayani kebutuhan masyarakat. Dengan demikian masyarakat

akan merasa terayomi oleh pemerintah, merasa dekat secara emosional dengan pemerintah. Hal ini

akan terjadi jika telah terwujud Civil Society dalam masyarakat. Dengan civil society masyarakat akan

mempunyai ekses dalam mengawasi pelaksanaan tugas pemerintahan. Jika terjadi pelanggaran,

misalnya para birokrat tidak melayani masyarakat dengan baik tetapi melayani birokrat atasannya,

maka masyarakat akan meniupkan peluit sebagai tanda peringatan kepada administrator. Dengan

demikian penyimpangan akan semakin dikurangi. Dengan kata lain administrator akan

mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan birokrat.

Keempat, Earning. Sifat pemerintahan yang selama ini ada adalah selalu berusaha untuk

menghabiskan dana yang ada, tanpa perlu memikirkan bagaimana mendapatkan dana tersebut.

Semakin lama semakin terbatas sumber dana pemerintah, biaya yang dibutuhkan untuk membiayai

berbagai program pemerintah semakin tinggi. Disatu sisi pemerintah dapat memungut pajak yang

tinggi dari masyarakat untuk membiayai berbagai program pemerintah, tetapi hal tersebut akan

menambah beban masyarakat dan pada akhirnya akana mengurangi akuntabilitas pemerintah

dimata masyarakat. Disini berarti menaikan sektor pajak merupakan cara yang tidak bijaksana.

Sehubungan dengan hal di atas pemerintah perlu mempertimbangkan pemikiran bahwa instansi

pemerintah harus mampu menghasilkan dana untuk membiayai berbagai programnya. Seorang

manajer instansi pemerintah harus mampu melaksanakan tugas sebagaimana halnya manajer

perusahaan swasta yakni dengan mempertimbangkan input dan out-put dari instansinya. Masing-

masing instansi pemerintah harus mampu membuat program yang mampu menambah penghasilan

instansinya, sebagaimana yang dilaksanakan oleh sektor swasta. Dengan demikian instansi

pemerintah dan para birokrat didalamnya akan terbiasa untuk menghemat biaya/anggaran. Apabila

seluruh instansi pemerintah sudah terbiasa untuk menghasilkaan dana sendiri untuk membiayai

berbagaaai kegiatannya bahkan sampai bisa menabung/investasi untuk usaha lain, maka beban

pemerintah untuk berbagai kegiatan pemerintahan akan semakin berkurang. Dengan demikian

konsentrasi pemikiran pemerintah (pembuat kebijakan) akan tertuju pada masalah-masalah yang

penting dan mutu pelayanan pemerintah kepada masyarakat akan meningkat.

Hal di atas akan dapat dilaksanakan di Indonesia, jika masing-masing pemerintah daerah sudah

mampu membiayai pemerintahannya sendiri. Dan di dalam Pemerintah Daerah tersebut, masing-

masing instansi Pemerintah Daerah mampu menghasilkan dana sendiri dengan tidak selalu

memberatkan anggaran Pemerintah Daerah, misalnya Dinas Pertanian mampu menghasilkan dana

sendiri dengan melakukan penelitian dan pengembangan bibit unggul dan hasilnya dijual ke

masyarakat atau ke daerah lain melalui mekanisme pasar yang sehat. Demikian juga dengan Dinas

Perikanan, mampu mengembangkan sektor penelitian dan pengembangan ikan dan hasilnya di jual

kepada pasar. Demikian juga dengan dinas-dinas lainnya. Jika hal di atas dapat diwujudkan, maka

nantinya akan kita lihat bahwa daerah-daerah di Indonesia akan merata kemajuannya. Ekonomi

masyarakat akan ditunjang dengan perdagangan antar daerah yang berjalan dengan sehat. Hal ini

pada akhirnya akan mampu mengeluarkan Indonesia dari krisis ekonomi dan krisis politik.

Kelima, Prevention. Pemerintah selama ini cenderung untuk menyelesaikan suatu masalah setelah

masalah tersebut timbul atau menjadi masalah besar. Setelah suatu masalah menjadi masalah besar,

maka pemerintah akan mengalami kesulitan besar untuk mengatasinya, baik dari segi kerumitan

maupun pembiayaan. Misalnya, Masalah wabah penyakit, Apabila di suatu daerah telah terjadi

wabah penyakit mutaber, demam berdarah, maka pemerintah akan bekerja ekstra keras dan

mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengatasi masalah wabah penyakit tadi. Akan lain halnya jika

pemerintah sudah melakukan usaha-usaha pencegahan terhadap datangnya penyakit tadi. Misalnya,

pemerintah sudah membuat saluran-saluran air yang baik, memberikan penyuluhan tentang hidup

sehat kepada masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan penyakit yang mewabah tidak akan terjadi.

Dengan demikian pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengatasi masalah

wabah penyakit. Begitu juga dengan situasi politik nasional dan international. Pemerintah harus

sudah paham dengan situasi politik nasional dan internasional. Apa-apa yang diinginkan oleh

masyarakat harus mampu dibaca oleh pemerintah. keputusan-keputusan yang diambil harus sesuai

dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Akan terjadi akumulasi ketidakpuasan masyarakat

dalam bentuk tindakan anarkhis apabila kebutuhan masyarakat tidak terlayani oleh pemerintah. Jadi

dengan memahami kehendak politik rakyata secara dini, maka rakyat akan semakin dekat dengan

pemerintahnya, partisipasi politik rakyat akan semakin tinggi dan pemerintah akan melaksanakan

pemerintahan dengan tenang.

KESIMPULAN

Reinventing Government yang ditulis David Osborne dan Ted Geabler merupakan rujukan penting

dalam melakukan reformasi birokrasi di Indonesia. Latar belakang penulisan buku tersebut yang

merupakan refleksi atas keprihatinan mendalam terhadap birokrasi Amerika pada dasarnya juga

merupakan keprihatinan banyak negara-negara di dunia termasuk negara berkembang seperti

Indonesia. Masalah kunci yang muncul sehubungan dengan kinerja birokrasi adalah sifatnya yang

kaku, tidak fleksibel, kurang adaptif terhadap perkembangan pasar dan tidak peka terutama

terhadap kepentingan kelompok-kelompok marginal. Terkait dengan permasalahan-permasalahan

tersebut sudah selayaknya birokrasi di Indonesia melakukan introspeksi dan refleksi mendalam

terhadap perkembangan organisasinya terlebih lagi ditengah-tengah tuntutan dinamika global,

otonomi daerah dan demokratisasi yang terus berkembang.

Osborne dan Geabler menawarkan perspektif baru dalam reformasi birokrasi melalui pendekatan

yang dikenal dengan pendekatan entrepreneurship/kewirausahaan. Pendekatan ini menganalogikan

birokrasi seperti organisasi bisnis, yang luwes dan fleksibel yang dianggap lebih adaptif dalam

merspon perkembangan lingkungan eksternal. Gagaan ini bukan tidak mendapatkan kritik, kritik

Painter (1994) terhadap konsep pemerintahan entrepreneur adalah bahwa ia terlalu bias pada “new

administrative values” yang lebih banyak menitik beratkan pada orientasi goal governance dengan

meminggirkan nilai-nilai administrasi klasik yang sebenarnya masih potensial yang berbasis pada rule

governance.

Secara umum permasalahan tentang kelambanan birokrasi, ketidak efisienan merupakan kondisi

umum birokrasi di banyak Negara termasuk Indonesia. Meski demikian harus diakui pula bahwa

bagaimanapun Pemerintah tidak sama dengan organisasi bisnis, sehinga reinventing government

tidak boleh dimaknai sebagai swastanisasi. Himawan ( 1998 ) menyampaikan bahwa terdapat lima

prinsip utama Reinventing Government yakni : (1) Steering (mengendalikan, memfasilitasi aktivitas

masyarakat). (2) Empowering (memberdayakan anggota masyarakat). (3) Meeting the need of the

costumer, not bureaucracy). (4) Earning (5) Prevention. Kelima prinsip inilah yang membedakan

antara kewirausahaan pemerintah dengan kewirausahaan swasta.

Akhirnya jelas, sebuah perubahan harus dimulai, apapun konsep yang hendak digunakan, namun

paling tidak konsep tersebut harus merepresentasikan juga posisi kebudayaan Indonesia sehingga

ditemukan format kelembagaan birokrasi yang efisien,efektif, adaptif dan human tanpa harus

menjadi ke-barat-barat-an, meninggalkan identitas sebagai sebuah bangsa yang otonom dan berjati

diri.

ABSTRAK

Tuntutan masyarakat tentang terwujudnya masyarakat yang Civil Society (masyarakat madani)

merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sekarang ini. Tuntutan ini

menjadi semakin mendesak setelah pintu tirani kekuasaan terbuka lebar, yang memungkinkan

seluruh rakyat Indonesia melihat dengan jelas hakekat kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara

tersebut adalah kekuasaan yang diperoleh dari rakyat dan pertanggungungjawaban atas kekuasaan

tersebut juga kepada rakyat. Hal ini karena penerapan suatu konsep tidak bisa dilepaskan dari

konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang melingkupinya.Dengan demikian, reinventing

berarti menciptakan sektor publik yang memiliki dorongan dari dalam untuk memperbaiki apa yang

disebut dengan “sistem yang memperbarui kembali secara sendiri”. Dengan kata lain, reinventing

menjadikan pemerintah siap menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin tidak dapat

diantisipasi. Di samping itu, reinventing tidak hanya memperbaiki keefektifan pemerintah

sekarang ini, Didukung dengan riset yang dilakukan di beberapa negara bagian AS, Osborne dan

Gaebler merumuskan sepuluh prinsip birokrasi yang mempunyai jiwa entrepreneur, yakni(1).

Pemerintahan Katalis: Mengarahkan Ketimbang Mengayuh; (2). Pemerintahan Milik

Masyarakat: Memberi Wewenang Ketimbang Melayani; (3). Pemerintahan yang Kompetitif:

Menyuntikkan Persaingan ke dalam Pemberian Pelayanan; (4). Pemerintahan yang digerakkan

Misi: Mengubah Organisasi yang digerakkan oleh Peraturan; (5). Pemerintahan yang berorientasi

Hasil: Membiayai Hasil Dibandingkan dengan Masukan; (6). Pemerintahan berorientasi Pelanggan:

Memenuhi Kebutuhan Pelanggan bukan Birokrasi; (7). Pemerintahan Wirausaha: Menghasilkan

Dibandingkan dengan Membelanjakan; (8). Pemerintahan Antisipatif: Mencegah daripada

Mengobati; (9). Pemerintahan Desentralisasi; (10). Pemerintahan berorientasi Pasar:

Mendongkrak Perubahan Melalui Pasar. Dengan bahasa yang lebih ringkas, Osborne dan Gaebler

meringkas kesepuluh prinsip birokrasi wirausaha tersebut .

key word : Reinventing, Government

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berbagai macam nikmat iman, islam dan kesehatan kepada kami semua, sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas makalah sesuai dengan waktunya pada mata kuliah Pengantar Ilmu

Administrasi Negara. Dan tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Allah SWT.

Makalah ini kami buat dan kami tulis untuk memperluas pemahaman kami serta pengetahuan kami

tentang Reinventing Government. Disamping itu , pembuatan makalah ini sebagai penunjang nilai

mata kuliah Ilmu Administrasi Negara.

Dalam pembuatan makalah tentang Reinventing Government ini, kami mencoba memadukan

pemikiran-pemikiran dari para ahli teori, dan praktisi.

Makalah ini terdiri dari 3 bab, adapun bab pertama merupakan pendahuluan sebelum kami

membahas lebih jauh materinya, dan bab kedua merupakan pembahasan, dimana didalam

pembahasan terdapat pengertian dari Reinventing Government itu sendiri, kemudian setelah

pengertian ada perbedaaan pemerintah dengan usaha bisnis, lalu kepada pembahasan mengenai

sistem politik dan civil society (masyarakat madani), dan pembahasan yang terakhir adalah lima

strategi menuju pemerintahan wirausaha. Di dalam bab ketiga, kami isi dengan kesimpulan dari

hasil pembahasan mengenai Reinventing Government.

Tentunya di dalam makalah ini, kami menyadari banyak terdapat kesalahan di dalam pembuatan

nya, karena kami merupakan manusia biasa yang tak luput dari serba kekurangan. Kerena itu, kami

mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari teman-teman khususnya dosen mata kuliah

Pengantar Ilmu Administrasi Negara Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP. M.Si dalam perbaikan makalah kami.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat oleh semua Mahasiswa/i , dan dapat mengaplikasikannya di

dalam kehidupan sehari-hari, Amiin yarabbal’alamin.

April, 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

REINVENTING GOVERNMENT

Tuntutan masyarakat tentang terwujudnya masyarakat yang Civil Society (masyarakat madani)

merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sekarang ini. Tuntutan ini

menjadi semakin mendesak setelah pintu tirani kekuasaan terbuka lebar, yang memungkinkan

seluruh rakyat Indonesia melihat dengan jelas hakekat kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara

tersebut adalah kekuasaan yang diperoleh dari rakyat dan pertanggungungjawaban atas kekuasaan

tersebut juga kepada rakyat. Sebagai pihak yang telah diberikan kekuasaan oleh rakyat, tentulah

pihak pemerintah harus memberikan out put yang terbaik buat rakyat. Sekarang sudah saatnya

pemerintah mengembalikan hak-hak politik masyarakat yang selama ini dikekang oleh pemerintah

yang berkuasa dengan demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Salah satu latar belakang bergulirnya reformasi tahun 1988 adalah masyarakat Indonesia dilanda

oleh rasa kecewanya kepada pemerintah. Pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan yang

baik kepada masyarakat. Pelayanan dibidang kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya tidak

memuaskan masyarakat dan penegakan hukum tidak berjalan dengan semestinya. Aparat birokrat

bekerja tidak untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan politik atau penguasa. Hak rakyat

sebagai pemilik kedaulatan tidak dimiliki lagi oleh rakyat. Akibatnya rakyat semakin terpinggirkan

dalam kehidupan bernegara dan semakin kehilangan kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri

(jauhdari masyarakat madani).

Birokrasi yang besar dan tidak efektif merupakan salah satu penyebab dari masalah di atas. Prinsip

efisiensi dalam penggunaan dana negara tidak terlaksana dengan baik Birokrasi cenderung untuk

menghabiskan dana untuk kegiatan-kegiatanyang tidak berguna. Hal ini disebabkan oleh sistem

anggaran yang tradisional. Suatu institusi pemerintah harus menghabiskan dalam satu tahun

anggaran tertentu, jika tidak institusi birikrasi tersebut akan menerima resiko; pada tahun anggaran

berikutnya akan menerima anggaranyang lebih sedikit, mereka dinilai tidak mampu membuat

perencanaan anggaran yang baik. Dengan anggaran sistem tradisional ini aparat birokrasi tidak

diperkenankan untuk mengalihkan anggaran untuk kegiatan yang tidak tertulis dalam perencanaan

anggaran, walaupun kegiatan yang tertulis dalam perencanaan anggaran tersebut sudah tidak efektif

menurut waktu maupun kebutuhan masyarakat. Pengalihan anggaran merupakan tindakanyang

melanggar peraturan dan harus dihukum menurut sistem tradisional ini.

Disamping itu sistem pemerintahan yang sentralistik mengakibatkan lambannya proses penetapan

kebijakan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Daerah tidak mau membuat kebijakan publik

yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena harus menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.

Meskipun turun petunjuk dari pemerintah pusat, tetapi hal tersbeut sudah "out of date" sudah tidak

cocok dengan kebutuhan. Kondisi ini akan menambah rasa ketidakpuasan masyarakat kepada

pemerintah.

Bila dikaitkan dengan situasi krisis moneter yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yang

mengakibatkan pemerintah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dana untuk melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu pemerintah harus mengefisienkan penggunaan

dana bagi kegiatan pemerintahan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reinventing Government

Kata Reinventing Government (pemerintahan wirausaha) berasal dari kata "wirausaha dan

pemerintah". Wirausaha (entrepreneur) tidak sekedar mempunyai arti menjalankan bisnis, oleh J.B

Say (1800) diartikan sebagai memindahkan berbagai sumber ekonomidari suatu wilayah yang

produktivitasnya rendah ke wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasilnya lebih besar .

Dengan kata lain, seorang wirausahawan menggunakan sumber daya dengan cara baru untuk

memaksimalkan produktivitas dan efektivitas. Dengan demikian pemerintahan wirausaha adalah

pemerintahan yang mempunyai kebiasaan bertindak dengan menggunakan sumber daya dengan

cara baru untuk meningkatkan/ mempertinggi efisiensi dan efektifitasnya.

Definisi J.B Say berlaku bagi sektor swasta, pemerintah, dan sukarelawan atau sektor ketiga. Jika

dihubungaan dengan kata pemerintah, maka pemerintahan wirausaha berarti usaha-usahayang

dilakukan oleh pemerintah mengelola berbagai sumber daya dari cara dengan produktifitas rendah

ke cara dengan produktifitas tinggi dengan hasil yang lebih besar.

Pemerintahan yang bersifat wirausaha tersebut mempunyai 10 (sepuluh) karakteristik, yang meliputi

:

1) Pemerintahan Katalis : Mengarahkan Ketimbang Mengayuh.

Pemerintahan katalis memisahkan fungsi pemerintah sebagai pengarah (membuat kebijakan,

peraturan, undang-undang) dengan fungsi sebagai pelaksana (penyampai jasa dan penegakan).

Disamping itu menggunakan berbagai metode (kontrak, voucher, hadiah, insentif pajak dan

sebagainya) untuk membantu organisasi publik mencapai tujuan, memilih metodeyang paling sesuai

untuk mencapai efisiensi, efektivitas, persamaan, pertanggungjawaban dan fleksibilitas.

2) Pemerintahan Milik Masyarakat : Memberi Wewenang Ketimbang Melayani.

Menunjuk pada pemerintahan yang mengalihkan wewenang kontrol yang dimiliki ke tangan

masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh

birokrasi. Dengan adanya kontrol dari masyarakat, aparatur pemerintahan (pejabat eksekutif dan

legislatif) akan memiliki komitmen yang lebih baik dan lebih peduli serta lebih kreatif dalam

memecahkan masalah.

3) Pemerintahan Kompetitif : Menyuntikkan Persaingan Ke Dalam Pemberian Pelayanan.

Pemerintahan semacam ini mensyaratkan persaingan diantara para penyampai jasa atau pelayanan

(publik-swasta, swasta-swasta, publik-publik) untuk bersaing berdasarkan kinerja dan harga. Mereka

memahami bahwa kompetisi adalah kekuatan fundamental untuk memaksa badan pemerintah

melakukan perbaikan. Keuntungan dari kompetisi ini adalah efisiensi, respon terhadap kebutuhan

pelanggan lebih besar, menghargai inovasi dan membangkitkan semangat harga diri dan semangat

juang.

4) Pemerintahan Yang Digerakkan Oleh Misi : Mengubah Organisasi yang Digerakkan oleh

Peraturan.

Pemerintahan yang berorentasi misi melakukan deregulasi internal, menghapus banyak peraturan

internal dan secara radikal menyederhanakan sistem administrasi, seperti anggaran, kepegawaian

dan pengadaan. Pemerintahan seperti ini mensyaratkan setiap badan pemerintah harus mempunyai

misi yang jelas, kemudian memberikan kebebasan kepada para manajer untuk menemukan cara

terbaik misi tersebut, dalam batas-batas legal. Keunggulan pemerintahan semacam ini adalah lebih

efisien, efektif, inovatif, fleksible dan mempunyai semangat lebih tinggi.

5) Pemerintahan Berorentasi pada Hasil : Membiayai Hasil Bukan Masukan.

Menunjuk pada pemerintahan yang result-oriented dengan mengubah fokus dari input (kepatuhan

pada peraturan dan membelanjakan anggaran sesuai ketetapan) menjadi akuntabilitas pada

keluaran atau hasil. Mengukur kinerja badan publik, menetapkan target, memberi imbalan, kepada

badan-badanyang mencapai atau melebihi target.

6) Pemerintahan Berorentasi Pelanggan : Mematuhi Kebutuhan Pelanggan Bukan Birokrasi.

Pemerintah berorentasi pelanggan memperlakukan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan.

Oleh karenanya pemerintah melakukan survei pelanggan, menetapkan standart pelayanan, memberi

jaminan, dan sebagainya. Dengan masukan itu, pemerintah meredesain organisasinya untuk

menyampaikan nilai maksimum kepada pelanggan. Keunggulan dari sistem pemerintahan yang

berorentasi pada pelanggan adalah meningkatkan pertanggungjawaban kepada pelanggan,

mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi,

memberi lebih banyak pilihan kepada pelanggan, pemborosan dapat ditekan pemasokan sesuai

dengan permintaan, mendorong pelanggan untuk membuat pilihan dan berkomitmen, serta

menciptakan lebih besar bagi keadilan.

7) Pemerintahan Wirausaha : Menghasilkan Ketimbang Membelanjakan.

Pemerintah berusaha memfokuskan energinya bukan sekedar untuk menghabiskan anggaran, tetapi

juga menghasilkan uang. Mereka meminta masyarakat yang dilayani untuk membayar; menuntut

return on investment. Mereka memanfaatkan insentif seperti dana usaha, dana inovasi untuk

mendorong para pimpinan badan pemerintah berfikir mendapatkan dana operasional.

8) Pemerintahan Antisipatif : Mencegah Daripada Mengobati.

Menunjuk pada pemerintahan yang berfikir kedepan, mereka mencoba mencegah timbulnya

masalah daripada memberikan pelayanan untuk menghilangkan masalah. Hal itu ditempuh melalui

penggunaan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan, dan berbagai metode lain untuk

melihat masa depan.

9) Pemerintahan Desentralisasi : Dari Herarki Menuju Partisipasi dan Tim Kerja.

Adalah pemerintahan yang mendorong wewenang dari pusat pemerintahan melalui organisasi atau

sistem. Mendorong mereka yang langsung melakukan pelayanan, atau pelaksana untuk lebih berani

membuat keputusan. Keunggulan dari desentralisasi adalah lebih responsif dan fleksibel, lebih

efektif, lebih inovatif, dan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi sehingga lebih banyak

komitmen dan akhirnya lebih produktif.

10) Pemerintahan Berorentasi Pasars : Mendongkrak Perubahan Melalui Pasar.

Pemerintahan berorentasi pasar sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan

masalah daripada menggunakan mekanisme administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau

perintah dan kontrol dengan memanfaatkan peraturan. Pemerintahan semacam ini menciptakan

insentif keuangan -insentif pajak, dengan cara itu organisasi swasta atau anggota masyarakat akan

berperilaku yang mengarah pada pemecahan masalah sosial.

B. Beda Pemerintahan dengan Usaha Bisnis

Pemerintahan dengan bisnis merupakan dua lembaga yang berbeda secara mendasar. Pemerintahan

bertujuan agar memperoleh legitimasi dari masyarakat sehingga dapat dipilih kembali oleh

masyarakat pada periode yang akan datang. Sedangkan bisnis bertujuan untuk memperoleh

keuntungan. Jika suatu organisasi bisnis tidak dapat memperoleh keuntungan maka organisassi

tersebut akan mengalami Death Line atau kematian. Demikian juga dengan organisasi

pemerintahan. Jika tidak dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat (tidak favorit bagi

masyarakat) maka pemerintahan tersebut pada periode yang akan datang tidak akan dipilih oleh

masyarakat dan akan berganti dengan pemerintah yang baru.

Perbedaan tujuan di atas menciptakan motivasi yang berbeda. Pimpinan usaha swasta akan

berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, karena keuntungan merupakan

indikator dari keberhasilan mereka. Sedangkan dalam pemerintahan, indikator keberhasilan seorang

manajer pemerintah adalah bukan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh tetapi apakah

mereka dapat menyenangkan para politisi yang terpilih atau tidak. Karena itu kinerja manajer

pemerintah sangat dipengaruhi oleh kelompok kepentingan yang menang dalam pemilu dalam

periode tertentu.

Reinventing Government bukan bertujuan untuk menghilangkan peran pemerintah dalam

masyarakat dan menjadikan peran tersebut dijadikan peran swasta. Dengan kata lain Reinventing

Government bukan indentik dengan swastanisasi, karena dengan swastanisasi menyeluruh fungsi

pemerintah sebagai publik service akan kabur oleh profit oriented pihak swasta.

C. Sistem Politik

Sistem politik dapat diartikan sebagai struktur dan pola interaksi yang terjadi dalam suatu

masyarakat menyangkut pembagian nilai atau hak-hak istimewa kepada masyarakat itu, yang

membuat sipenerima dipandang syah (legitimate) dan memiliki kewenangan (authority) untuk

terlibat dalam proses politik. (Riswandha Imawan, Hand Out kuliah Sistem Politik dan Pemerintahan

RI). Jadi dalam sistem politik ada beberapa unsur, yaitu :

Struktur dan pola interaksi, yaitu adanya struktur dan pola interaksi tertentu dalam menjalankan

kegiatan politik.

Pembagian nilai atau hak-hak istimewa masyarakat, yaitu adanya nilai-nilai atau hak-hak yang

dibagi dari masyarakat kepada pemegang kekuasaan

Legitimate, yaitu keabsyahan penerima kewenangan (pemegang kekuasaan) dari masyarakat.

Proses politik, yaitu proses terjadinya penyerahan kewenangan dari masyarakat kepada penerima

kewenangan untuk menjalankan kekuasaan.

Proses politik itu sendiri berkaitan dengan upaya memahami persoalan yang ada dalam masyarakat,

penyusunan agenda persoalan sehingga dapat dibentuk serangkaian alternatif mana yang terbaik

yang seharusnya dipilih (Riswandha Imawan, Hand Out kuliah Sistem Politik dan Pemerintahan RI).

D. Civil Society

Civil Society atau sering disebut Masyarakat Madani merupakan konsep tentang keberadaan satu

masyarakat yang dalam batas-batas tertentu mampu memajukan dirinya sendiri melalui penciptaan

aktivitas mandiri, dalam satu ruang gerak yang tidak memungkinkan Negara melakukan intervensi.

Penekanan diberikan pada hak-hak dasar individual sebagai manusia maupun warga negara.

Penekanan ini yang membuat konsep Civil Society sangat erat terkait dengan demokrasi dan

demokratisasi. (Riswandha Imawan, Hand Out kuliah Sistem Politik dan Pemerintahan RI).

Dilihat dari pengertian dari pakar di atas, dapat dipahami bahwa Civil Society menghendaki suatu

masarakat yang mampu mengurus dirinya sendiri dengan menciptakan aktivitas sendiri tanpa

adanya intervensi dari negara. Pengertian ini bukan berarti rakyat tidak menghendaki adanya

pemerintah, tetapi pemerintah dengan rakyat berhubungan secara sejajar dan konsultatif.

Pengertian ini juga tidak perlu menimbulkan kecurigaan pemerintah bahwa Civil Society akan

menghilangkan fungsi negara, tetapi akan membantu negara melaksanakan tugas-tugas

pemerintahan dengan memberdayakan rakyat dan otonomi masyarakat untuk mengurus dirinya

sendiri.

Selanjutnya Imawan menjelaskan bahwa bila keberadaan Civil Society dipahami oleh negara, maka

tugas mereka untuk memelihara ketertiban seraya melayani kepentingan publik akan lebih ringan.

Tidak banyak yang dituntut oleh Civil Society dari negara. Hanya ada tiga hal yang diharapkan :

1. Negara manjamin hak-hak azasi warga negara.

2. Negara menghormati aksistensi ruang dan wacana publik.

3. Negara melaksanakan hal-hal yang telah disepakati senbagai batas kewenangan masing-masing.

Dari berbagai uraian di atas dapat dipahami bahwa konsep Civil Society adalah menghendaki

kemampuan rakyat untuk mengurus dirinya sendiri atau dengan kata lain pemberdayaan rakyat

serta memberikan otonomi kepada rakyat untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Hal ini dapat

dilaksanakan dengan menerapkan berbagai prinsip-prinsip Reinventing Government.

Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha

1. Strategi Inti

Strategi inti berbicara tentang tujuan karena berkaitan dengan fungsi inti pemerintahan, dan fungsi

pengarahan. Dalam strategi ini adanya penghapusan fungsi-fungsi yang tidak menjalankan tujuan

pemerintah yang sebenarnya, fungsi yang bisa lebih baik jika di laksanakan oleh sector swasta atau

oleh tingkat pemerintahan yang lain.

Strategi inti memisahkan fungsi pengarahan dari fungsi melaksanakan (dan fungsi pelayanan dari

penegakan ), sehingga tiap organisasi dapat memusatkan pada suatu tujuan. Dan strategi ini

mengingatkan kemampuan pemerintah untuk mengarahkan dengan menciptakan mekanisme baru

guna mendefinisikan tujuan dan strategi.

Pendekatan yang di gunakan yaitu :

1. Kejelasan tujuan

2. Kejelasan peran

3. Kejelasan arah

1. Strategi konsekuensi

Bagian penting kedua dari DNA sistem pemerintahan adalah DNA yang menentukan sistem insentif

pemerintah. DNA birokratis member intensif yang kuat kepada pegawai untuk taat aturan dan

tunduk. Inovasi hanya akan memberikan kesulitan. Pegawai di bayar sama tanpa memandang hasil.

Da sebagian besar organisasi adalah monopoli atau monopoli yang di isolasi dari kegagalan-

kegagalan mereka. Tidak seperti perusahaan swasta mereka tidak kehilangan pendapatan atau

keluar dari bisnis jika pesiang bisa melakukan pekerjaan lebih baik.

Para pembaru menulis kembali kode genetik untuk mengubah insentif ini dengan menciptakan

kesekuensi atas kinerja yang di hasilkan.

Pendekatan yang di gunakan yaitu :

1. Persaingan terkendali

2. Manajemen perusahaan

3. Manajemen kinerja

2. Strategi pelanggan

Bagian fundamental berikutnya dari sistem DNA terutama memusatkan pada akuntabilitas,

pertanggungjawaban. Sebagian bessar entinitas pemerintah bertanggung jawab kepada pemerintah

yang terpilih yang membuiat entinitas itu, menentukan fungsi entinitas.

Kadang kadang terjadi penelewenganterjadi dalam birokrasi pemerintahan, dan sebagai

jawaban para pembantu birokrasi sudah lama membentuk sebuah pamong praja yang professional

untuk memisahkan menejemen departemen-departemen dari pengaruh politk. Para menejer dan

pegawai secara bertahap menjadi bertanggung jawab untuk mengikuti peraturan pamong praja.

Strategi pelanggan memecah pola ini dengan menggeser sebagian pertanggungjawaban kepada

pelanggan. Ini member pilihan kepada pelanggan mengenai organisasi yang memberikan pelayanan

pelanggan yang harus di penuhi oleh organisasi organisasi itu. Strategi ini menjadikan organisasi

bertanggung jawab ganda yaitu kepada wakil terilih dan pelanggan.

Pendekatan yang di gunakan yaitu :

1. Pilihan pelanggan

2. Pilihan kompetitif

3. Pemastian mutu pelanggan

3. Strategi Kontrol

Bagian ke empat dari DNA menentukan letak kekuasaan pengambilan keputusan. Dalam birokrasi

sebagian besar kekuasaan berada pada puncak hierarki. Yang mana para petinggi akan cenderung

untuk mempertahankan kekuasaannya, dengan demikian para manajer badan “lini” pelaksana tidak

memiliki kebebasan dalam pengambilan keputusan. Akibatnya organisasi organisasi pemerintah

lebih tanggap pada peraturan baru daripada kepada perubahan situasi atau kebutuhan pelanggan.

Strategi pengendalian menggeser bentuk pengendalian yang di gunakan dari aturan aturan yang

rinci serta komando hierarkis ke misi bersama dan sistem yang menciptakan akuntabilitas kinerja.

Strategi ini memberdayakan pegawai dengan mendorong wewenang pengambilan keputusan ,

menanggapi pelanggan, dan memecahkan masalah ke mereka yang memiliki kemampuan lini depan

sebagaimana yang di miliki oleh beberapa badan pelaksana.

Pendekatan yang di gunakan yaitu :

1. Organsaional

2. Pemberdayaan karyawan

3. Pemberdayaan masyarakaat

4. Strategi Budaya

Bagian terakhir dari DNA pemerintah adalah DNA yang menentukan budaya organisasi pemerintah :

nilai-nilai, norma, sikap, dan harapan pegawai : oleh tujuan organisasi sistem intensif, sistem

pertanggungjawabanya, dan struktur kekuasaannya. Dengan mengubah unsure-unsur ini maka

budaya akan berubah.

Sistem birokrasi menggunakan spesifikasi yang rinci _unit unit fungsional, aturan prosedur, dan

uraian pekerjaan untuk membentuk hal-hal yang harus di kerjakan pegawai, spesifikasi tersebut

membuat inisiatif menjadi resiko. Akibatnya mereka menjadi reaktif, menggantungkan diri, takut

mengambil inisiatif terlalu banyak bila di lakukan sendirian. Dengan begitu menciptaka budaya takut,

menyalahkan dan sikap defensive.

Pendekatan yang di lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut :

1. Menghentikan kebiasaan

2. Menyentuh perasaan

3. Mengubah pikiran

KESIMPULAN

1. Paradigma tradisional ini menyebabkan pemerintah tidak bisa lagi berpikir jernih untuk

meningkatkan mutu kerjanya, karena sudah dililit oleh aktivitas-aktivitas rutin untuk melayani

kebutuhan masyarakat. Agar pemerintah tidak lagi terjerat dengan kegiatan rutin sebagai pelayan

masyarakat, maka pemerintah perlu memikirkan untuk menyerahkan tugas-tugas pelayanan

tersebut kepada masyarakat. Pemerintah yang banyak melaksanakan tugas pelayanan akan semakin

memberikan peluang kepada gagalnya atau lemahnya mutu pekerjaan, maka dalam kondisi ini akan

lebih baik jika pemerintah menyerahkan urusan tersebut kepada swasta dan pemerintah hanya

menetapkan peraturan-peraturan yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta.

2. Karena sistem otoriter tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu dilakukan

perubahan dengan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat atau pemberdayaan rakyat

(Empowering). Melalui sistem ini rakyat tidak lagi sebagai objek pemerintahan tetapi juga sebagai

subjek pemerintahan. Rakyat harus diberikan kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri.

3. Gejala yang selama ini ada para administrator bekerja untuk mendapatkan prestasi yang akan

dinilai baik oleh atasannya. Sedangkan masyarakat yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang

baik dari para administrator menjadi faktor sampingan. Untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat para administrator harus merubah orientasi pelayananan dari melayani kebutuhan para

birokrat menjadi melayani kebutuhan masyarakat.

4. Sifat pemerintahan yang selalu berusaha untuk menghabiskan dana, tanpa perlu memikirkan

bagaimana mendapatkan dana tersebut perlu dirobah. Karena sumber dana pemerintah makin

berkurang, biaya yang dibutuhkan untuk membiayai berbagai program pemerintah semakin tinggi.

Untuk itu instansi pemerintah harus mampu menghasilkan dana untuk membiayai berbagai

programnya.

5. Pemerintah selama ini cenderung untuk menyelesaikan suatu masalah setelah masalah menjadi

masalah besar. Setelah menjadi masalah besar, maka pemerintah akan kesulitan untuk mengatasi,

baik dari segi kerumitan maupun pembiayaan. Untuk itu perlu tindakan pencegahan terhadap

timbulnya suatu masalah.

6. Hal-hal di atas akan terlaksana jika di Indonesia telah terwujud Civil society. Civil society

menghendaki masyarakat yang sudah dewasa dan mempunyai aktivitas dan kreativitas yang tinggi.