Upload
darconababan
View
365
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Bioteknologi merupakan suatu teknologi yang menghasilkan barang dan jasa
dengan memanfaatkan sistem biologi. Dalam era globalisasi ini, bioteknologi terus
mengalami perkembangan. Kemajuan bioteknologi sangat didukung oleh peran ilmu
mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler dan genetik. Pencapaian tersebut dapat
diterapkan melalui penelitian dengan menggunakan metode bioteknologi yang
mutakhir. Metode bioteknologi dapat berupa kultur jaringan, rekayasa genetik,
hibridoma, kloning dan Polymerase Chains Reaction (PCR) (Nurcahyo, 2011).
Bioteknologi dulunya dianggap sebagai industri yang hanya berbasis pada
peran agen-agen mikroba. Dalam bioteknologi tradisional, prosesnya memanfaatkan
mikroba, biokimia dan proses genetik alami. Contohnya pada pembuatan keju,
minuman anggur, tempe dan tape. Ciri-ciri bioteknologi konvensional kurang steril,
jumlah sedikit (terbatas), kualitas belum terjamin, memakai makhluk hidup secara
langsung, dan tanpa didasari prinsip ilmiah (Nurcahyo, 2011).
Namun dalam perkembangannya diketahui bahwa dalam proses bioteknologi
modern (bioteknologi molekuler) harus mengandung tiga hal pokok yaitu gen
biologis (mikroba, enzim, sel tanaman, sel hewan), pendayagunaan secara teknologis
dan industrial, serta produk dan jasa yang diperoleh (Nurcahyo, 2011). Bioteknologi
modern memanfaatkan agen hayati atau komponennya yang telah mengalami
rekayasa genetik melalui teknologi Asam Deoksiribonukleat (DNA) rekombinan.
Tujuannya untuk menghasilkan produk yang berguna. Saat ini peneliti memindahkan
gen tertentu dari organisme yang satu ke organisme lainnya yang sangat berbeda.
Contohnya adalah bayi tabung, pembuatan insulin dan hormon pertumbuhan,
tanaman kapas tahan hama hasil rekayasa genetik, kloning Domba Dolly dan lainnya
(Sudjadi, 2008).
1
Indonesia dilaporkan sebagai negara dengan manifestasi penyakit hewan yang
menurunkan produksi ternak yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh metode
diagnosis dan penanggulangan penyakit masih dilakukan secara konvensional. Selain
itu, Indonesia juga terlibat dalam berbagai masalah seperti kesehatan, pertanian dan
industri pangan. Sehingga penerapan bioteknologi terkait sangat diperlukan (Wasito,
1997).
Adanya kemajuan metode bioteknologi mampu mengatasi masalah yang
terlibat di Indonesia. Metode tersebut mampu menghasilkan produk penemuan baru,
memberikan jasa pelayanan seperti diagnosis suatu penyakit, pencegahan dan
pengobatan. Metode bioteknologi modern dianggap sebagai cara yang paling efektif
untuk kontrol, pengendalian dan pencegahan penyakit infeksi yang merugikan
kesehatan hewan dan/atau manusia. Semuanya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraaan hidup manusia (Nurcahyo, 2011).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bioteknologi
Istilah bioteknologi pertama kali diperkenalkan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917. Bioteknologi berasal dari kata “Bio” artinya agen
hayati (living things) yang meliputi; organisme (bakteri, jamur (ragi), kapang),
jaringan/sel (kultur sel tumbuhan atau hewan), dan/atau komponen sub-selulernya
(enzim). “Tekno” memiliki arti teknik atau rekayasa (engineering) yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan rancang-bangun, misalnya untuk rancang bangun
suatu bioreaktor. Cakupan teknik disini sangat luas antara lain; teknik industri dan
kimia. Dan “Logi” yang artinya ilmu pengetahuan alam (sains) yang mencakup;
biologi, kimia, fisika, matematika dan sebagainya (Nurcahyo, 2011).
Kemajuan dalam bioteknologi adalah penerapan rekayasa genetik dengan
menyisipkan gen-gen tertentu yang dikehendaki ke dalam sel yang telah dikultur.
Dalam perkembangannya, bioteknologi telah mencapai tingkat rekayasa yang lebih
terarah, sehingga hasilnya dapat dikendalikan. Dengan teknik yang dikenal sebagai
teknik DNA rekombinan, atau secara popular dikenal sebagai rekayasa genetik.
Dalam perkembangan bioteknologi, bioteknologi dibagi menjadi bioteknologi
konvensional dan modern. Bioteknologi modern tidak terlepas dengan aplikasi
metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of biotecnology) seperti
kultur jaringan, teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology),
hibridoma, kloning, PCR, dan hibridisasi DNA. Produk-produk yang dihasilkan dari
pemanfaatan aplikasi bioteknologi dapat diaplikasikan pada bidang pertanian, bidang
peternakan, bidang perikanan, bidang lingkungan, bidang kesehatan dan pengobatan
serta bidang kesehatan sel embrional (germ line gene therapy) (Nurcahyo, 2011).
3
Salah satu metode penting yang memberi kontribusi pada pengembangan
bioteknologi modern adalah rekayasa genetik yang melibatkan rekayasa biologi
(teknobiologi). Rekayasa genetik telah merambah pada semua organisme seperti
bakteri, tumbuhan, maupun hewan. Organisme yang telah disisipi gen dari organisme
lain disebut transgenik. Organisme transgenik pada hakekatnya digunakan untuk
memproduksi sesuatu zat yang bermanfaat bagi kepentingan manusia (Nurcahyo,
2011).
2.2 Rekayasa Genetik
Bagian dari perkembangan bioteknologi adalah rekayasa genetik. Rekayasa
genetik bermanfaat dalam bidang lingkungan, kesehatan dan farmasi maupun
pertanian. Indonesia sudah mulai memperhatikan perkembangan rekayasa genetik
pada awal tahun 1980, bahkan pada tahun 1985 prioritas risetnya adalah bioteknologi
dimana perkembangan selanjutnya adalah transgenik (Sripratiwi, 2005).
Rekayasa genetik atau teknologi DNA rekombinan adalah suatu metode
merekayasa genetik untuk menghasilkan sifat baru dengan cara merekombinasikan
gen tertentu dengan DNA genom. Rekayasa genetika melibatkan upaya perbanyakan
gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula
dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi telah diberikan untuk
mendeskripsikan pengertian teknologi DNA rekombinan. Salah satu di antaranya
menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi
materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu
vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di
dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang (Rifa’i, 2010).
Pengetahuan tentang struktur dan fungsi DNA secara
mendalam telah diterapkan melalui rekayasa genetik. Rekayasa
genetik menggunakan metode yang memanipulasi gen dan
kemudian memindahkan gen tersebut dari suatu organisme ke
4
organisme lain dalam suatu spesies atau berbeda spesies. Biasanya
dipilih organisme yang mudah ditangani (handling) dan memiliki
sifat pertumbuhan cepat dalam waktu singkat, sebagai contoh
bakteri Escherichia coli (E. coli). Bakteri E. coli memiliki DNA yang
berada di luar kromosom yang disebut plasmid, sehingga mudah
dimanipulasi (Nurcahyo, 2011).
2.3 Metode Rekayasa Genetik
Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetik
meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR, screening, serta analisis rekombinan
(Rachma, 2008). Vektor adalah pembawa gen ke hospes, biasanya digunakan plasmid
bakteri, atau virus. Plasmid merupakan molekul DNA di luar kromosom
(extrachromosomal), berbentuk sirkuler, kecil, yang dapat masuk ke bakteri lain dan
bereplikasi secara otonom diluar genom hospes. PCR adalah suatu cara untuk
membuat banyak copy dari segmen DNA spesifik. Polymerase Chains Reaction jauh
lebih cepat daripada menggunakan plasmid (Nurcahyo, 2011).
Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan
melalui teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu. Tahapan-
tahapan tersebut adalah isolasi DNA genomik atau kromosom yang akan diklon,
pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran,
isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk menghasilkan
molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang menggunakan molekul DNA
rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan dari sel inang, dan analisis DNA
rekombinan (Rifa’i, 2010).
Teknologi DNA Rekombinan bekerja berdasarkan mekanisme yang ada pada
bakteri. Perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga cara, yaitu konjugasi,
transformasi, dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri dapat
berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk DNA
5
rekombinan atau kromosom rekombinan. Ataupun tidak dapat berintegrasi dengan
DNA. Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya
enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA dan
vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup, transposon
sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk menyisipkan penanda, pustaka
genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, enzim
transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak DNA atau RNA
untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi
klon yang benar. Vektor yang sering digunakan diantaranya plasmid, kosmid dan
bakteriofag (Rifa’i, 2010).
2.4 Pemanfaatan Rekayasa Genetik
Teknologi DNA rekombinan mempunyai dua segi manfaat. Pertama, dengan
mengisolasi dan mempelajari masing-masing gen akan diperoleh pengetahuan tentang
fungsi dan mekanisme kontrolnya. Kedua, teknologi ini memungkinkan diperolehnya
produk gen tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada
produksi secara konvensional (Rifa’i, 2010).
Berikut adalah pemanfaatan rekayasa genetik di beberapa bidang:
1. Pemanfaatan rekayasa genetik di bidang kesehatan adalah (Nurcahyo, 2011):
a. Insulin manusia telah diproduksi secara massal menggunakan bakteri
E.coli dan telah diperdagangkan untuk mengobati penyakit diabetes
mellitus.
b. Vaksin hepatitis B digunakan untuk mencegah infeksi virus hepatitis.
Vaksin hepatitis B telah diproduksi secara komersial menggunakan
S.cereviciae dalam skala industri.
c. Hormon pertumbuhan manusia diproduksi menggunakan E.coli dan
digunakan untuk mengobati kelainan pertumbuhan.
6
d. Terapi gen dilakukan dengan menggantikan gen yang mengalami
kerusakan dengan gen yang normal, digunakan untuk mengobati
penyakit-penyakit keturunan (genetic disorders) dan penyakit lain yang
disebabkan oleh kerusakan gen seperti kanker.
2. Pemanfaatan rekayasa genetik di bidang peternakan adalah:
a. Sapi transgenik penghasil protein susu
Pada hewan uji berupa ternak besar jarang sekali dilakukan percobaan
transgenik karena kendala masa regenerasi yang membutuhkan waktu sekitar
2 tahun. Namun para peneliti akhirnya bisa menyisipi gen penghasil α-
lactalbumin yang berasal dari manusia. Dari hasil uji produksi susu sebesar 91
ml, ditemukan sekresi α–lactalbumin. Metode yang digunakan adalah
melakukan fertilisasi secara in vitro yang selanjutnya akan dihasilkan zigot.
Tahap berikutnya zigot akan diinjeksi dengan DNA yang mengandung gen α–
lactalbumin. Proses injeksi dengan menggunakan teknik microinjection.
Selanjutnya zigot dikultur selama 6 atau 7 hari dengan menggunakan media
sintetik yang menyerupai cairan oviduk. Setelah itu akan tumbuh menjadi
embrio dan ditransfer ke rahim sapi untuk proses kehamilan (Rachma, 2008).
b. Kelinci penghasil Bispesifik T-Cell Antibody
Kanker merupakan salah satu penyakit pada yang mematikan. Penyakit
ini dapat diatasi dengan meningkatkan antibodi sel T. Dengan menggunakan
rekayasa genetika, kelinci dapat dipakai sebagai hewan uji untuk
menghasilkan dua macam antibodi spesifik yang mampu membunuh sel
kanker. Dengan ditemukannya antibodi bispesifik ini dapat diharapkan untuk
mendapatkan cukup banyak pengetahuan tentang antibodi bispesifik bagi
aplikasi medis (Rachma, 2008).
c. Ayam penghasil Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik yang diperlukan dalam dunia medis
untuk mengobati pasien. Selama ini tetrasiklin dihasilkan dari
mikroorganisme. Melalui pemanfaatan rekayasa genetik ini, diharapkan ayam
7
transgenik mampu menghasilkan tetrasiklin dalam jumlah yang lebih banyak
serta lebih hemat dalam proses pembuatannya (Rachma, 2008).
d. Sapi penghasil Omega 3
Omega 3 merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi manusia.
Melalui pendekatan secara ekonomi dapat dihasilkan omega 3 dengan cara
merekayasa sapi menjadi hewan transgenik penghasil omega 3 (Rachma,
2008).
e. Sapi perah dan babi dengan produksi meningkat
Penggunaan hormon BST yang berasal hasil rekayasa genetik dapat
meningkatkan produksi susu sapi hingga 40 persen dari produksi normal.
Demikian pula Porcine Somatotropin yang dapat meningkatkan produksi
daging babi 25 persen dari pertambahan berat badan normal. Di Meksiko,
penggunaan hormon BST pada sapi bisa meningkatkan produksi susu 25
persen (Rachma, 2008).
f. Susu sapi rendah laktosa
Di Inggris, sekira lima persen penduduk mengalami intoleransi laktosa,
sedangkan di beberapa bagian Afrika dan Asia mencapai hingga 90 persen
dari populasi yang tidak memiliki kemampuan untuk mencerna susu. Oleh
karena itu ilmuwan asal China mencoba membuat susu sapi yang lebih sehat
namun relatif rendah kadar laktosanya bahkan ada yang tidak memiliki laktosa
sama sekali dengan cara melakukan modifikasi pada genetik sapi perah
(Rachma, 2008)..
3. Pemanfaatan rekayasa genetik di bidang pertanian adalah (Nurcahyo, 2011):
a. Mikroba pendegradasi limbah
b. Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan menciptakan kultivar
unggul seperti tanaman padi tahan wereng, kapas tahan hama sehingga
dapat meningkatkan hasil panen.
8
c. Kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi
mikronutrien.
d. Pengolahan makanan seperti tempe, tape, kecap. Pengolahan minuman
seperti anggur, bir, yoghurt.
2.5 Dampak Rekayasa Genetik
Produksi ternak bisa meningkat pesat melalui rekayasa genetik. Namun,
rekayasa genetik juga diketahui membuat ternak menderita. Contohnya, suntikan
hormon Bovine Somatotrophin (BST) pada sapi dapat meningkatkan produksi susu
hingga 15 persen. Seiring hal tersebut ternyata tingkat penyakit pada sapi pun
meningkat sehingga umur sapi menurun. Contoh lain adalah hasil rekayasa genetika
pada domba Dolly. Domba Dolly adalah domba yang dihasilkan dari hasil
transplantasi gen. Namun setelah enam tahun diketahui bahwa pada domba Dolly
mengalami penyakit artrithis yang merupakan suatu penyakit yang muncul dari
penggunaan rekayasa genetika (Rachma, 2008).
Beberapa dampak positif dari rekayasa genetik antara lain menciptakan bibit
unggul, meningkatkan gizi masyarakat, melestarikan plasma nutfah, meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan keinginan manusia. Namun masih lebih
banyak ditemukan dampak negatif dari produk rekayasa genetik, misalnya (Rachma,
2008):
1. Mengganggu proses seleksi alam
2. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar
3. Kedelai rekayasa genetik menyebabkan tikus betina melahirkan bayi kerdil
dan tidak normal dengan lebih dari setengahnya meninggal dalam tiga minggu
4. Sejumlah sapi mati setelah makan jagung rekayasa genetik.
9
BAB III
PENUTUP
Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak terlibat dalam berbagai
masalah seperti kesehatan, pertanian, peternakan dan industri pangan. Sehingga
penerapan bioteknologi sangat diperlukan. Salah satu metode penting yang memberi
kontribusi pada pengembangan bioteknologi modern adalah rekayasa genetik.
Rekayasa genetik adalah suatu metode merekayasa genetik untuk menghasilkan sifat
baru dengan cara merekombinasikan gen tertentu dengan DNA genom. Teknologi
DNA rekombinan mempunyai banyak manfaat. Pemanfaatan rekayasa genetik dapat
diaplikasikan dalam beberapa bidang yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraaan hidup makhluk hidup.
10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo H. 2011. Diktat Bioteknologi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Rachma S. 2008. Genetika Ternak.
Rifa’i M. 2010. Genetika Rekombinasi dan Populasi. Buku Ajar Genetika. Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Brawijaya. Malang.
Sripratiwi. 2005. Kebijakan Transgenik di Beberapa Negara. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia.. Volume 3 No. 1. Hal 21-28.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wasito. 1997. Bioteknologi Kesehatan Hewan di Indonesia: Wawasan dan Masa
Depan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
11