Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

  • Upload
    iwansut

  • View
    372

  • Download
    47

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

Citation preview

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    1/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    Program Studi Teknik SipilFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanUniversitas Mercu Buana 1

    MODUL 1

    TEORI KERUNTUH N

    D N D Y DUKUNG

    1. MACAM-MACAM TIPE FONDASI

    Fondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban

    bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya.

    Terdapat dua klasifikasi fondasi yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam.

    Fondasi dangkal didefinisikan sebagai fondasi yang mendukung bebannya secara

    langsung, seperti : fondasi telapak, fondasi memanjang dan fondasi rakit.

    Fondasi dalam didefinisikan sebagai fondasi yang yang meneruskan beban bangunan

    ke tanah keras atau batu yang relatif jauh dari permukaan, contohnya fundasi sumuran

    atau fundasi tiang.

    Macam-macam contoh tipe fondasi diberikan dalam Gambar 1.

    Gambar 1. Macam-macam tipe fondasi

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    2/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    Fondasi telapakadalah fondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom.

    Fondasi memanjang adalah fondasi yang digunakan untuk mendukung dinding

    memanjang atau digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat

    sehingga bila dipakai fondasi telapak sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain.

    Fondasi-rakit (raft foundation atau mat foundation),adalah fondasi yang digunakan untuk

    mendukung bangunan yang terletak, pada tanah lunak atau digunakan bila susunan

    kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat di semua arahnya, sehingga bila dipakai

    fondasi telapak, sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain.

    Fondasi sumuran (pier foundation) yang merupakan bentuk peralihan antara fondasi

    dangkal dan fondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada

    kedalaman yang relatif dalam. Peck, dkk. (1953) membedakan fondasi sumuran dengan

    fondasi dangkal dari nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B). Untuk fondasi sumuran

    Df/B > 4, sedang untuk fondasi dangkai Df/B < 1

    Fondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah fondasi pada kedalaman yang

    normal tidak mampu mendukung bebannya, dan tanah keras terletak pada kedalaman

    yang sangat dalam. Demikian pula, bila fondasi, bangunan terletak pada tanahtimbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada timbunan akan

    dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Bedanya dengan fondasi sumuran adalah

    fondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang.

    2. TIPE-TIPE KERUNTUHAN FONDASI

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    3/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan pembebanan sampai

    mencapai keruntuhan, dilakukan tinjauan terhadap suatu fondasi kaku pada kedalaman

    dasar fondasi yang tak lebih dari lebar fondasinya. Penambahan beban fondasi

    dilakukan secara berangsur-angsur (Gambar 3.2).

    Gambar 2. Fase-fase keruntuhan fondasi

    Fase I. Saat awal penerapan bebannya, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh

    deformasi tanah secara lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban yang diterapkan

    relatif kecil, penurunan yang terjadi kira-kira sebading dengan besarnya beban yang

    diterapkan. Dalam keadaan ini tanah dalam kondisi keseimbangan elastis. Massa

    tanah yang terletak di bawah fondasi mengalami kompresi yang mengakibatkan

    kenaikan kuat geser tanah yang dengan demikian menambah daya dukungnya.

    Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya baji tanah terbentuk tepat di dasar

    fondasi dan deformasi plastis tanah menjadi semakin dominan. Gerakan tanah pada

    kedudukan plastis dimulai dari tepi fondasi, dan kemudian dengan bertambahnya beban,

    zona plastis berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang

    diikuti oleh retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi fondasinya. Dalam zona

    plastis, kuat geser tanah sepenuhnya berkembang untuk menahan, bebannya.

    Fase III.Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah

    seiring dengan penambahan bebannya. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan tanah

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    4/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    ke arah luar yang diikuti oleh menggembungnya tanah permukaan, dan kemudian tanah

    pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh yang berbentuk

    lengkungan dan garis, yang disebut bidang geser radial dan bidang geser linier.

    Berdasarkan pengujian model, Vesic (1963) membagi mekanisme keruntuhan fondasi

    menjadi 3 macam:

    1. Keruntuhan geser umum (general shear failure)

    2. Keruntuhan geser lokal (local shear failure)

    3. Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching shear failure

    Keruntuhan geser umum .

    Keruntuhan fondasi terjadi menurut bidang runtuh yang dapat diidentifikasi dengan

    jelas. Suatu baji tanah terbentuk tepat pada dasar fondasi (zona A) yang menekan

    tanah ke bawah hingga menyebabkan aliran tanah secara plastis pada zona B.Gerakan

    ke arah luar di kedua zona tersebut, ditahan oleh tahanan tanah pasif di bagian C. Saat

    tahanan tanah pasif bagian C terlampaui, terjadi gerakan tanah yang mengakibatkan

    penggembungan tanah di sekitar fondasi. Bidang longsor yang terbentuk, berupa

    lengkungan dan garis lurus yang menembus hingga mencapai permukaan tanah. Saat

    keruntuhannya terjadi gerakan massa tanah ke arah luar dan ke atas (Gambar 3a).Keruntuhan geser umum terjadi dalam waktu yang relatif mendadak yang diikuti oleh

    penggulingan fondasinya.

    Keruntuhan geser lokal.

    Tipekeruntuhan geser ini hampir sama dengan keruntuhan geser umum,

    namun bidang runtuh yang terbentuk tidak sampai mencapai permukaan tanah. Jadi

    bidang runtuh yang yang kontinu tidak berkembang. Fondasi tenggelam akibat

    bertambahnya beban pada kedalaman yang relatif dalam, yang menyebabkan tanah didekatnya mampat. Tetapi, mampatnya tanah tidak sampai mengakibatkan kedudukan

    kritis keruntuhan tanahnya, sehingga zona plastis tak berkembang seperti pada

    keruntuhan geser umum. Dalam tipe keruntuhan geser lokal, terdapat sedikit

    penggembungan tanah di sekitar fondasi, namun tak terjadi penggulingan fondasi

    (Gambar 3b).

    Keruntu han penetrasi .

    Pada tipe keruntuhan ini, dapat dikatakan keruntuhan geser tanah tidak terjadi.

    Akibat bebannya, fondasi hanya menembus dan menekan tanah ke samping yang

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    5/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    menyebabkan pemampatan tanah di dekat fondasi. Penurunan fondasi bertambah

    hampir secara linier dengan penambahan bebannya. Pemampatan tanah akibat

    penetrasi fondasi berkembang, hanya pada zona terbatas tepat di dasar dan di sekitar

    tepi fondasi. Penurunan yang terjadi tak menghasilkan cukup gerakan arah lateral

    yang,menuju kedudukan kritis keruntuhan tanahnya, sehingga,kuat geser ultimit tanah

    tak dapat berkembang. Fondasi menembus tanah ke bawah dan baji tanah yang

    terbentuk di bawah dasar fondasi hanya menyebabkan tanah menyisih. Saat

    keruntuhan,bidang runtuh tak terlihat sama sekali (Gambar 3c)

    Catatan :

    keruntuhan geser umum terjadi pada tanah tak mudah mampat dan kuat

    gesernya tinggi :.

    keruntuhan geser penetrasi terjadi pada tanah yang mudah mampat (pasir tak

    padat dan lempung lunak) juga jika pada kedalaman fundasi Df sangat besar

    dibanding lebarnya.

    Gambar 3. Macam-macam keruntuhan fondasi.

    a)keruntuhan geser umum, b)keruntuhan geser lokal, c)keruntuhan geser penetrasi

    Vesic (1963) mengerjakan tes model untuk mengetahui pengaruh kepadatan tanah pasir

    serta pengaruh lebar dibanding kedalaman fundasi Df/B terhadap mekanisme

    keruntuhan fundasi. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa tipe keruntuhan fundasi

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    6/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    bergantung pada kerapatan relatif Dr dan nilai Df/B (gambar 3.4). Tipe keruntuhan geser

    umum diharapkan terjadi pada fundasi yang relatif dangkal yang terlatak pada pasir

    padat atau kira-kira > 36 , sedang keruntuhan geser lokal kira-kira dengan

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    7/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    (2) Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan.

    Khususnya penurunan yang tak seragam (differential settlement) harus tidak

    mengakibatkan kerusakan pada struktur.

    Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada

    peletakan dasar fondasi. Fondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk

    menanggulangi risiko erosi permukaari, gerusan, kembang susut tanah, dan gangguan

    tanah di sekitar fondasi lainnya.

    Analisis-analisis daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk

    memudahkan hitungan. Persamaan-persaman yang dibuat, dikaitkan denga'n sifat-sifat

    tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan. Analisisnya dilakukan

    dengan menganggap bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan bersifat plastis. Konsep

    ini pertama kali diperkenalkan oleh Prandtl (1921), yang kemudian dikembangkan oleh

    Terzaghi, (1943), Meyerhof (1955), De Beer dan Vesic (1958). Persamaan-persamaan

    daya dukung tanah yang diusulkan, umumnya didasarkan pada persamaan Mohr-

    Coulomb :

    tgc

    dengan

    = S = tahanan geser tanah.

    c = kohesi tanah.

    = sudut gesek dalam tanah.

    = tegangan normal

    Sumber :

    Hardiyatmo, Hary Christady, Teknik Fondasi I, Edisi ke 2, PT Gramedia Pustaka Utama,

    Jakarta 2002

    3 TEORI DAYA DUKUNG

  • 5/20/2018 Rekayasa Pondasi 1 Modul 1

    8/8

    Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB DESIANA VIDAYANTIREKAYASA FUNDASI

    Daya dukung : tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan,

    yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang gesernya.

    Perancangan fondasi harus dipertimbangkan terhadap keruntuhan geser dan penurunan

    yang berlebihan. Untuk ini, perlu dipenuhi dua kriteria, yaitu: kriteria stabilitas dan

    kriteria penurunan.

    Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan fondasi adalah:

    (1) Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya dukung harus

    dipenuhi. Dalam hitungan daya dukung,,umumnya digunakan faktor aman 3.

    (2) Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan.

    Khususnya penurunan yang tak seragam (differential settlement) harus tidak

    mengakibatkan kerusakan pada struktur.

    Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada peletakan

    dasar fondasi. Fondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk

    menanggulangi risiko erosi permukaari, gerusan, kembang susut tanah, dan gangguan

    tanah di sekitar fondasi lainnya.

    Analisis-analisis daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk memudahkanhitungan. Persamaan-persaman yang dibuat, dikaitkan denga'n sifat-sifat tanah dan

    bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan. Analisisnya dilakukan dengan

    menganggap bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan bersifat plastis. Konsep ini

    pertama kali diperkenalkan oleh Prandtl (1921), yang kemudian dikembangkan oleh

    Terzaghi, (1943), Meyerhof (1955), De Beer dan Vesic (1958). Persamaan-persamaan

    daya dukung tanah yang diusulkan, umumnya didasarkan pada persamaan Mohr-

    Coulomb :

    tgc

    dengan

    = S = tahanan geser tanah.

    c = kohesi tanah.

    = sudut gesek dalam tanah.

    = tegangan normal.