230

Click here to load reader

Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

REKAYASA SISTEM RANTAI PASOKAN BAHAN BAKU BERBASIS JARINGAN PADA AGROINDUSTRI FARMASI

NUNUK ADIARNI

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Berbasis Jaringan pada Bahan Baku Agroindustri Farmasi adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Maret 2007

Nunuk Adiarni P 256 00010

Page 3: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

ABSTRACT

NUNUK ADIARNI. Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN, ANAS M FAUZI, MARIMIN, MACHFUD and RIZAL SJARIEF. The pharmaceutical agroindustry required a variety of medicinal plants for traditional or herbal products. However, the raw materials’ quality product still not satisfied the industry standard requirement due to weaknesses in processing raw materials and communication between farmers and industry. The objective of this research was to develop the network-based supply chain system for raw materials of pharmaceutical agroindustry that may increase farmer’s income and sustainably. Under such a system, the farmers as members of the network are expected to gain more benefits than the traditional supply chain.

The network-based supply chain system was structured by connecting farmers, group of farmers and central management of the network. Results of the network structuring by using Interpretative Structural Modelling indicated that the structure and system of the network were considered to be critical elements to integrate the processing chain.

The result of customers’ preference analysis using Quality Function Deployment (QFD) indicated water content and cleanliness of the material as priority aspects and the dominant process that produced such quality should be controlled by members’ of the network.

Conflict analysis within the network organization using Analytical Hierarchy Process (AHP) illustrated that the management of farming business was very potential to trigger conflicts and required continuous solution on guidance and socialization. Verification of the network proved that farmers would gain increase of income 23.5 % compared with traditional supply chain and members would still received Rp 93,000,-/farmer/year as an additional incentive after 10 % of the margin of the network was reserved. Feasibility analysis showed NPV Rp 2,229,719,300,-, IRR 22.75 %, payback period (month) 7.52. The network should be operated at 1,581 ton/year and distributed to: Zingiber officinale 46 %, Curcuma xanthorriza 11 %, Curcuma domesticae 15 % and 27 % others herb-medicinal plant of Zingiberaceae familia. Such result would be achieved with the assumption that there would be supported by 620 farmers based on 0.2 ha/farmer. The Analytical Network Process (ANP) in benefit cost opportunity risk (BCOR) approach was used for validation with respect to the purpose and the result was valid in optimistic condition. Considering the farmers’ weaknesses, the implementation would be proposed under four stages strategy initiated by industry and supported by government. The condition required were the commitment of industry to absorb the supply of herbal plants, presence of the facilitators to facilitate exchange between members and commitment of the members. Key words : supply chain network, pharmaceutical agroindustry, quality function

deployment, analytical hierarchy process, benefit cost opportunity result.

Page 4: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

NUNUK ADIARNI. Rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku berbasis jaringan pada agroindustri farmasi. Dibawah bimbingan : IRAWADI JAMARAN, ANAS M FAUZI, MARIMIN, MACHFUD dan RIZAL SJARIEF.

RINGKASAN

Agroindustri farmasi membutuhkan bahan baku tanaman obat dengan

jaminan kebenaran jenis, kestabilan dan keseragaman kualitas agar produk yang dihasilkan sesuai klaim khasiat. Keseragaman kualitas dimaksud dapat terwujud, dengan memperhatikan pemilihan bibit, proses penanganan pada saat panen, pascapanen sampai produk jadi.

Rantai pasokan tanaman obat menghadapi permasalahan dimana para aktor bekerja secara sendiri-sendiri dan petani tampak sebagai pihak yang kurang cepat mendapatkan informasi inovasi produk yang dilakukan industri. Keterbatasan petani dalam memenuhi kebutuhan pasokan dan kualitas mendorong agroindustri farmasi membeli dari pedagang pengumpul.

Konsep jaringan merupakan pendekatan manajemen rantai pasokan yang menekankan hubungan anggota secara erat dimana masing-masing berkontribusi sesuai peran yang disepakati dalam integrasi proses secara kesatuan. Masing-masing anggota jaringan bagaikan node yang walaupun terdiri dari individu maupun lembaga yang bebas tetapi dapat menjalin hubungan secara terstruktur.

Tujuan penelitian adalah menghasilkan sistem pasokan bahan baku agroindustri farmasi berbasis jaringan yang mampu meningkatkan pendapatan bagi petani anggota dan hubungan yang berkelanjutan.

Pasokan bahan baku agroindustri farmasi menghadapi kompleksitas permasalahan dengan kerumitan hubungan antar elemen dan perubahan dinamis permintaan dan penawaran bahan baku. Sistem rantai pasokan akan direkayasa agar terdapat integrasi strategis antara petani dan industri dimana petani berlokasi tersebar, berkontribusi sesuai perannya atas dasar saling ketergantungan.

Kerangka pemikiran pembangunan jaringan, diawali dengan mempelajari secara seksama kebutuhan agroindustri farmasi dan kondisi rantai pasokan saat ini. Pendekatan kesisteman dilakukan melalui analisis usaha tani, matriks persyaratan mutu dan analisis elemen jaringan. Keluaran analisis usaha tani adalah kondisi situasional rantai pasokan, atribut mutu dan proses terkait sebagai hasil dari analisis matriks persyaratan mutu serta elemen kunci sebagai hasil analisis elemen jaringan. Setelah struktur jaringan terbentuk kemudian dianalisis konflik dan perhitungan manfaat. Struktur jaringan yang telah dihasilkan kemudian divalidasi menggunakan pendapat pakar dan analisis Analytical Network Process melalui pendekatan benefit, cost, opportunity dan risk (BCOR).

Kebaruan dari disertasi ini adalah hubungan pemasok-pemasok pada rantai pasokan bahan baku agroindustri farmasi yang bergabung melalui jaringan dengan memanfaatkan kelompok sebagai bagian dari tata kelola. Penekanan hubungan yang erat dan saling berbagi kekuatan berlangsung dengan mengoperasikan fungsi yang terdistribusikan pada pusat manajemen jaringan dan anggota.

Penjabaran elemen kunci menggunakan Interpretative Structural Modelling (ISM) menghasilkan sub-elemen struktur dan sistem organisasi dari elemen tujuan. Namun, sub-elemen permodalan dan perkembangan agroindustri farmasi menjadi

Page 5: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

kendala keberhasilan jaringan. Matriks perbandingan aspek proses dan harapan pelanggan menggunakan Quality Function Deployment-QFD menghasilkan proses pengeringan sangat berpengaruh pada atribut mutu kadar air, terutama untuk produk tanaman obat kering. Konfigurasi jaringan terdiri dari petani, kelompok tani, dan pusat manajemen, yang membagi fungsi sesuai kemampuan masing-masing. Pengaturan dimaksud memperjelas pengintegrasian proses sehingga menempatkan tanggungjawab produksi dan pascapanen berada pada anggota. Dengan demikian upaya menjamin mutu telah dimulai sejak dini dan kendali proses yang berpengaruh terhadap mutu sebagaimana hasil Quality Function Deployment - QFD kemudian menjadi tanggungjawab petani. Pusat manajemen lebih memfokuskan penanganan pemasaran, distribusi dan pelayanan pelanggan.

Validasi terhadap jaringan dilakukan terhadap elemen tujuan jaringan, keterlibatan petani dan perilaku. Validasi tujuan dengan menggunakan metode Benefit Cost Opportunity Risk dari Analitycal Network Process, dinyatakan valid pada kondisi optimistik. Sedangkan validasi menggunakan pendapat pakar dinyatakan valid dengan skala tinggi. Dalam hal validasi keterlibatan petani untuk mematuhi aturan dihasilkan valid pada skala tinggi berdasarkan pendekatan pendapat pakar, tetapi konsistensi perilaku petani dinyatakan berskala sedang.

Hasil verifikasi menunjukkan petani mampu memperoleh peningkatan pendapatan 23,5 % apabila diusahakan secara campuran irisan kering dan segar. Melalui pengelolaan fungsi pemasaran dan pengaturan masukan-keluaran bahan baku, keuntungan jaringan pada tahun kelima akan mencapai 18 % per tahun. Bilamana keuntungan ditahan sebesar 10%, dan sisanya didistribusikan kepada petani maka masing-masing masih akan memperoleh tambahan sebesar Rp 93.000,- per orang per tahun, dan bilamana bahan baku hasil reject dikonversikan menjadi produk serbuk maka masih diperoleh pendapatan tambahan bagi setiap petani sebesar Rp 156.000,- .

Kondisi tersebut tercapai ketika jaringan beroperasi pada kapasitas penjualan 1.581 ton per tahun melibatkan 620 petani bilamana rata-rata petani memiliki lahan 2000 m2 dengan komposisi lahan untuk tanaman jahe 46 %, temulawak 11 %, kunyit 15 % dan sisanya berasal tanaman obat lainnya.

Konflik diantara anggota jaringan mungkin terjadi mengingat perubahan dari petani yang semula mengusahakan tanaman obat secara mandiri menjadi satu kumpulan dalam jaringan. Tiga faktor pemicu konflik berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Process berasal dari sumber daya manusia, pengelolaan organisasi dan usaha tani. Alternatif pemecahan konflik dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi untuk mengatasi pemicu utama yakni pengelolaan usaha tani.

Keberhasilan pengoperasian jaringan memerlukan persyaratan berupa dukungan industri untuk menyerap hasil tanaman obat, peran pemerintah untuk fasilitasi pinjaman modal dan perilaku anggota menjaga komitmen serta integritas.

Pengimplementasian jaringan ini dilakukan melalui empat tahapan strategis dengan pemrakarsa yang dipandang tepat berasal dari industri untuk menyelesaikan tahap pertama yakni peletakkan dasar organisasi.

Kata kunci : tanaman obat, jaringan, agroindustri farmasi, kelembagaan, ISM, QFD, AHP.

Page 6: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

Bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 7: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Judul Disertasi : Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis Jaringan pada Agroindustri Farmasi

Nama Mahasiswa : Nunuk Adiarni Nomor Pokok : P 256 00010

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Ketua

Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Anggota Anggota Dr. Ir. Machfud, MS Prof. Dr. Ir. Rizal Sjarief, DESS Anggota Anggota

Diketahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof. Dr. Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 31 Januari 2007 Tanggal Lulus :

Page 8: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pontianak 6 Mei 1958, anak kedua dari pasangan Soenarjo dan

Waloejamin. Penulis menempuh pendidikan dasar di beberapa sekolah yakni sekolah

dasar katolik susteran Pontianak, SD Strada Tangerang, dan SD Xaverius IV Palembang.

Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Katolik Xaverius Palembang dan

melanjutkan di SMA Katolik Pendowo Magelang. Pendidikan sarjana ditempuh di

jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Gadjahmada lulus tahun 1981. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan studi manajemen

program magister manajemen di sekolah Tinggi Manajemen PPM.

Penulis mengawali bekerja sebagai pengajar dan konsultan manajemen di

Lembaga PPM pada tahun 1984. Pada tahun 1990, penulis bekerja di PT Berca

Indonesia sebagai Training & Development Manager, HRD Manager PT Daya Tata

Matra dari tahun 1996 sampai dengan 2002 dan sejak tahun 2003 sebagai Staff Direksi

bidang HRD di PT Agung Automall main dealer Toyota. Selain itu juga sebagai

pengurus Yayasan Lembaga Uji Kompetensi Tenaga Kerja Indonesia, dan sejak 2005

pengajar di jurusan agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis mendapatkan beasiswa dari AOTS Jepang untuk belajar program for

Quality Management di Tokyo, program for Indonesia Enterpreneur di Osaka, dan Small

Medium Enterprises di Manila. Memproleh sertifikat Lead Assessor ISO 9001 dari BSI

di London tahun 1993. Bersuamikan Ir Bambang Nuryanto, ibu dari Astari Nuryandani,

Anindito Nur Rahmandana dan Inggita Arundina.

Page 9: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan sehingga

disertasi ini berhasil diselesaikan. Pencarian fakta di lapangan, kajian konsep dan

teori, merupakan pembelajaran atas keilmuan yang multi disiplin yang memberikan

wawasan luar biasa.

Terimakasih dan penghargaan setingginya penulis haturkan kepada komisi

pembimbing yaitu Dr. Ir Irawadi Jamaran selaku ketua pembimbing, Dr. Ir. Anas M.

Fauzi, M.Eng, Prof. Dr. Ir Marimin, M.Sc, Dr. Ir. Machfud, MS dan Prof. Dr. Ir

Rizal Sjarief, DESS sebagai anggota, atas motivasi yang tiada henti, dan pengarahan

yang mempertajam pemahaman kaidah ilmiah serta tanggung jawab sebagai ilmuwan.

Kepada Lala M Kolopaking, Ph.D sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup,

Dr. Ir. Nadirman Haska, APU dan Dr.Dedi Mulyadi, M.Si sebagai penguji luar komisi

pada ujian terbuka, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menguji,

dan memberikan masukan.

Rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku berbasis jaringan pada agroindustri

farmasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ranah keilmuan

manajemen rantai pasokan yang menempatkan petani sebagai tokoh penting dalam

pengembangan agroindustri farmasi. Pemikiran strategis dalam rangka pemberdayaan

dan peningkatan kesejahteraan petani perlu dikedepankan, sehingga rencana besar

membangun agroindustri farmasi unggul dan memiliki kemampuan bersaing dapat

tercapai.

Disertasi ini diawali dengan latar belakang permasalahan pasokan, tujuan dan

ruang lingkup. Guna menarik kajian ilmiah yang relevan, hasil penelitian dari peneliti

sebelumnya disajikan pada tinjauan pustaka dalam lingkup rantai pasokan, aliansi

strategis, analisis konflik dan kelembagaan. Alat bantu pengolahan data yang

dihimpun dari responden petani, pengumpul dan para pihak di industri menggunakan

Quality Function Deployment, Intrepretative Structural Modelling, Analytical

Hierarchy Process, Analytical Network Process - yang ditinjau dari aspek benefit,

cost, opportunity, risk (BCOR) dan analisis kelayakan.

Page 10: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Keberhasilan menyelesaikan disertasi ini tidak lepas dari jasa baik pimpinan PT

Agung Automall main dealer Toyota, Pimpinan Yayasan Lembaga Uji Kompetensi

Mandiri yang memberikan kelonggaran waktu, bahkan bantuan materiil sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga tuntas.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada :

1. Para responden pakar yang telah menyediakan waktu untuk menjelaskan

mengenai Agroindustri farmasi, mengisi kuisioner dan berdiskusi.

2. Responden perusahaan agroindustri farmasi : PT Air Mancur, PT Phapros Tbk,

dan PT Indofarma Tbk serta agroindustri farmasi menengah – kecil di Nguter

Sukoharjo yang mengizinkan melakukan observasi dan wawancara dengan

para pihak.

3. Para responden petani, pengumpul di beberapa desa.

Penyelesaian disertasi ini merupakan wujud tanggung jawab kepada Ir.

Bambang Nuryanto suami penulis yang turut bersusah payah membantu saat

proses perkuliahan hingga penelitian. Anak-anakku, Astari Nuryandani, Anindito

Nur Rahmandana dan Inggita Arundina yang memudahkan berbagai aktivitas

yang penulis lakukan.

Terima kasih disampaikan kepada keluarga di Surakarta yang memperlancar

pelaksanaan penelitian dan para pihak yang telah memberikan motivasi tanpa

henti.

Bogor, Maret 2007

Nunuk Adiarni

Page 11: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

RIWAYAT HIDUP

Penulis, lahir di Pontianak 6 Mei 1958, anak kedua dari keluarga Soenarjo dan

Waloejamin. Kehidupan yang berpindah-pindah di masa kecil memberikan kekayaan

wawasan atas budaya masyarakat. Penulis menempuh pendidikan dasar di sekolah

katolik ’susteran’ Pontianak, SD Strada Tangerang dan SD Xaverius IV Palembang.

Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Katolik Xaverius II Palembang dan

SMA ditempuh di SMA Katolik Pendowo Magelang.

Tahun 1977, penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Gadjahmada dan mengambil jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, lulus

tahun 1981. Tahun 1993 penulis melanjutkan studi manajemen program magister

manajemen di Sekolah Tinggi manajemen PPM.

Penulis mengawali bekerja tahun 1984 sebagai pengajar dan konsultan

manajemen PPM. Kemudian tahun 1990 menjabat sebagai Training & Development

Manager di PT Berca Indonesia, HRD Manager di PT Daya Tata Matra dari tahun

1996 sampai dengan 2002. Sejak tahun 2003, penulis bekerja di main dealer Toyota

PT Agung Automall. Selain itu sebagai pengurus Yayasan Lembaga Uji Kompetensi

menangani uji kompetensi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dan

tahun 2005, sebagai pengajar pada jurusan agribisnis - Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Penulis mendapatkan beasiswa dari AOTS Jepang untuk belajar program for

Quality Management di Tokyo, program for Indonesia Entrepreneur di Osaka, dan

Small Medium Entreprises di Manila. Memperoleh sertifikat Lead Assessor ISO 9000

dari BSI di London tahun 1993. Bersuamikan Ir. Bambang Nuryanto, Ibu dari Astari

Nuryandani, Anindito Nur Rahmandana dan Inggita Arundina.

Page 12: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. x DAFTAR ISTILAH .................................................................................................. xi I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Tujuan ...................................................................................................... 5

1.3. Ruang Lingkup ......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agroindustri Farmasi ............................................................................... 6

2.2. Rantai Pasokan .........................................................................................21

2.3. Konflik .....................................................................................................30

2.4. Kelembagaan ............................................................................................32

2.5. Resiko Petani ............................................................................................35

2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................................37

III. LANDASAN TEORITIS

3.1. Quality Function Deployment (QFD) .....................................................39

3.2. Intrepretative Structural Modelling (ISM ) ..............................................44

3.3. Analytical Hierarchy Process (AHP) ......................................................46

3.4. Analytical Network Process (ANP) .........................................................50

3.5. Penilaian Investasi ....................................................................................52

IV. METODOLOGI

4.1. Kerangka Pemikiran .................................................................................55

4.2. Pendekatan Sistem ...................................................................................60

4.3. Tata Laksana Penelitian ...........................................................................61

V. Analisis Situasi Tanaman Obat

5.1. Bahan Baku Tanaman Obat .....................................................................67

5.2. Kondisi Usaha Tani...................................................................................69

5.3. Pergerakkan Harga Tanaman Obat ..........................................................75

5.4. Permasalahan Petani Tanaman Obat ........................................................78

Page 13: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

v

5.5. Pedagang Pengumpul ...............................................................................79

5.6. Agroindustri Farmasi ................................................................................84

5.7. Identifikasi Resiko ....................................................................................87

VI. REKAYASA SISTEM RANTAI PASOKAN

6.1. Aliran Bahan Baku ...................................................................................94

6.2. Analisis Kualitas dan Elemen Kunci Jaringan .........................................95

6.3. Struktur Rantai Pasokan Berbasis jaringan ..............................................117

VII. RANCANGAN IMPLEMENTASI

7.1. Tahapan Strategis Pembangunan Jaringan ...............................................133

7.2. Kepemilikan Jaringan ..............................................................................143

7.3. Persyaratan Impelementasi ......................................................................144

7.4. Kekuatan dan Keterbatasan jaringan ........................................................147

VIII. VALIDASI DAN VERIFIKASI SISTEM

8.1. Validasi ....................................................................................................150

8.2. Verifikasi ..................................................................................................153

8.3. Manfaat untuk Petani ...............................................................................166

8.4. Manfaat untuk Masyarakat ......................................................................168

8.5. Manfaat untuk Industri .............................................................................168

8.6. Analisis Konflik .......................................................................................169

8.7. Analisis Manfaat menggunakan BCOR ...................................................174

8.8. Implikasi Kebijakan .................................................................................175

IX. KESIMPULAN dan SARAN

9.1. Kesimpulan ..............................................................................................177

9.2. Saran .........................................................................................................178

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................179

LAMPIRAN ..............................................................................................................188

Page 14: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 - Data IOT dan IKOT 2002 ................................................................................ 9

2 - Urutan pemakaian bahan baku yang banyak digunakan di 8 IOT....................13

3 - Kebutuhan tanaman obat IOT dan IKOT tahun 2000-2002 ..............................14

4 - Produksi tanaman obat tahun 2000 – 2002 ......................................................14

5 - Transisi dari hubungan vertikal hingga jaringan ............................................27

6 - Tinjauan teori jaringan menurut peneliti terdahulu ..........................................29

7 - Skala banding berpasangan pada AHP ............................................................48

8 - Analisis kebutuhan para aktor pada rantai pasokan ........................................61

9 - Biaya dan hasil produksi per hektar ................................................................78

10 - Permasalahan petani ........................................................................................79

11 - Aspek pengadaan bahan baku industri ...........................................................86

12 - Kandungan tanaman obat pada jamu ...........................................................87 13 - Proses, resiko dan tanggungan biaya pada rantai pasokan .............................91

14 - Bentuk pengendalian vertikal .........................................................................92

15 - Aliran bahan baku pada rantai pasokan ...........................................................94

16 - Elemen tujuan....................................................................................................99

17 - Hasil reachability matrix final elemen tujuan .................................................100

18 - Hasil reachability matrix final elemen kendala ...............................................106

19 - Hasil reachability matrix final elemen aktivitas ..............................................110

20 - Hasil reachability matriks final perubahan yang dimungkinkan ..........................................................................................114

Page 15: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

vii

21 - Analisis faktor penghambat dan pendorong keterlibatan petani ......................128

22 - Fungsi pusat manajemen jaringan ...................................................................129

23 - Hasil agregasi pendapat pakar atas sub-elemen validasi ..................................152

24 - Asumsi penggunaan bibit, pupuk, buruh dan biaya ........................................154

25 - Asumsi analisis usaha tani ..............................................................................155

26 - Skenario asumsi analisis usaha jaringan ......................................................160

27 - Hasil analisis kelayakan usaha jaringan dan analisis sensitivitas ....................................................................................161

28 - Hasil perhitungan nilai tambah tanaman obat jenis kering dan segar ............164

29 - Analisis konsistensi AHP ................................................................................173

30 - Hasil analisis BCOR..........................................................................................175

Page 16: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 - Skema aliran pasokan bahan baku ..............................................................12

2 - Skema bahan baku menjadi irisan kering .. ................................................17

3 - Kerangka manajemen rantai pasokan ........................................................26

4 - Rumah mutu .. ............................................................................................42

5 - Struktur hirarki AHP .. ...............................................................................49

6 - Ketergantungan antar elemen dalam ANP .. ..............................................51

7 - Kerangka pemikiran penelitian ...................................................................56

8 – Tahapan penelitian .....................................................................................59

9 - Peta lokasi penelitian .. ................................................................................62

10 - Alur proses penanganan bahan baku .. .......................................................69

11 - Kondisi harga temulawak di lapangan ......................................................76

12 - Kondisi harga jahe di lapangan .................................................................77

13 - Aktor pada rantai pasokan tanaman obat ..................................................82

14 - Hasil final matriks rumah kualitas – QFD ................................................98

15 - Struktur hirarki dari elemen tujuan ............................................................101

16 - Matriks DP-D elemen tujuan .. ..................................................................101

17 - Struktur hirarki kendala.. ............................................................................107

18 - Matriks DP-D elemen kendala .. ...............................................................107

19 - Struktur hirarki aktivitas jaringan .. ...........................................................111

Page 17: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

ix

20 - Matriks DP-D untuk elemen aktivitas .. ....................................................112

21 - Struktur hirarki elemen perubahan .. ..........................................................115

22 - Matriks DP-D perubahan yang diinginkan ................................................116

23 – Struktur jaringan .. ......................................................................................118

24 – Mekanisme pengendalian ..........................................................................125

25 - Empat tahapan strategis pembangunan jaringan .. ......................................132

26 - Penerimaan petani anggota jaringan .. ........................................................134

27 - Skema pengambilan keputusan jaringan ....................................................140

28 - Kegiatan operasi pusat manajemen jaringan .............................................142

29 - Biaya usaha tani tanaman obat ....................................................................156

30 - Harga tanaman obat dijual ke jaringan .....................................................157

31 - Keuntungan jaringan selama 5 tahun .........................................................163

32 - Struktur hirarki analisis konflik .................................................................170

Page 18: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Asumsi biaya jaringan ............................................................................... 188

2. Proporsi bahan baku dari target nasional ................................................... 189

3. Penetapan komposisi penjualan tanaman obat ........................................... 190

4. Target penyaluran ....................................................................................... 191

5. Harga bahan baku segar .............................................................................. 192

6. Biaya pembelian bahan baku jaringan ....................................................... 193

7. Pembiayaan teknis jaringan ....................................................................... 194

8. Biaya sewa dan investasi ............................................................................ 195

9. Perkiraan arus kas jaringan ........................................................................ 196

10. Target penyaluran bahan baku perhitungan BEP ....................................... 197

11. Harga Jual Bahan Baku ............................................................................. 198

12. Pembiayaan teknis jaringan posisi BEP .................................................... 199

13. Penjualan tanaman obat posisi BEP .......................................................... 200

14. Perkiraan arus kas posisi BEP ................................................................... 201

15. Manfaat Jaringan bagi masyarakat ........................................................... 202

16. Manfaat Jaringan bagi masyarakat kondisi BEP ...................................... 203

17. Permasalahan petani .................................................................................. 204

18. Pengendalian vertikal industri terhadap pemasok ..................................... 205

19. Pengendalian vertikal pedagang terhadap pemasok .................................. 206

Page 19: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

DAFTAR ISTILAH

Agroindustri

Didefinisikan sebagai industri yang mengolah hasil pertanian menjadi barang lain bernilai tambah lebih tinggi melalui kemampuan teknologi yang melibatkan aspek fisik, kimia maupun biologi. Boleh dikatakan agroindustri sebagai revolusi nilai tambah yang menyempurnakan keberhasilan di bidang pertanian. Kegiatan agroindustri dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu daur singkat dan daur panjang. Konsep agroindustri mensimbiosakan dua bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan proses produksi dan manajemen.

Agroindustri farmasi Industri yang menggunakan bahan baku tanaman obat bagi keperluan produk untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan. Departemen Kesehatan menyebutkan sebagai Industri Obat Tradisional.

Analytical Hierarhcy Process Proses hierarki analitik diajukan oleh Profesor Thomas

L.Saaty yang merupakan model pengambilan keputusan yang mampu memecahkan persoalan kompleks secara kuantitatif. Tujuannya adalah memodelkan problem yang tidak berstruktur. Tiga unsur dalam AHP adalah menggambarkan dan menguraikan secara hierarkis yaitu memecah persoalan menjadi unsur terpisah-pisah. Kemudian pembedaan prioritas dan sintesis dan dilanjutkan dengan konsistensi logis untuk menjamin bahwa semua elemen telah dikelompokkan dan diperingkatkan secara konsisten sesuai kriteria yang logis.

Analytical Network Process Merupakan metode pemecahan masalah tidak berstruktur dan

membutuhkan ketergantungan hubungan antar elemennya. Konsep ini dikembangkan dari teori AHP dimana tidak membutuhkan level khusus sebagaimana dalam hierarki. Dengan konsep hubungan yang saling mempengaruhi antar elemen digunakan sebagai sarana memprediksi dengan memasukkan interaksi dan kekuatan relatif untuk pemecahan masalah. Hubungan ketergantungan antar elemen ditandai dengan anak panah bolak-balik. Hubungan saling ketergantungan pada level yang sama ditunjukkan dengan sebuah loop. Bentuk interaksi ketergantungan antar elemen pada masing-masing level ini diturunkan menjadi supermatrik.

Page 20: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

BCOR

Pengambilan keputusan dipertimbangkan dari sisi menguntungkan dan merugikan. Pertimbangan menguntungkan ini disebut sebagai manfaat (benefit – B), pertimbangan merugikan ditinjau dari sisi biaya (cost – C). Saaty, melengkapi pendekatan pengambilan keputusan menggunakan ANP, dengan memperhatikan peluang (opportunity – O) dan hal-hal yang menuju akibat negatif sebagai resiko (risk – R). Sintesa dari manfaat, biaya, kesempatan dan resiko menjadi kesimpulan akhir pengambilan keputusan (BCOR).

Fitofarmaka Produk yang harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat harus dibuktikan secara uji klinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.

Herbal terstandardisir Produk yang berasal dari bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral, yang harus memenuhi kriteria aman, klaim khasiat yang dibuktikan secara ilmiah/ praklinik, telah dilakukan standarisasi bahan baku yang digunakan dalam produk jadi danmemenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Intrepretative Structural Modelling Adalah proses pengkajian kelompok guna memotret perihal

komples suatu sistem. Secara metodologi dan teknik, ISM dibagi dua bagian yakni penyusunan hirarki dan klasifikasi sub-elemen. Prinsip dasar adalah identifikasi struktur di dalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat tinggi dan untuk pengambilan keputusan lebih baik.

Jamu Bentuk sediaan masih sederhana, berwujud serbuk seduhan, dan bahan rajangan dengan sejumlah kegunaan yang sepenuhnya menggunakan istilah- istilah tradisional. Produk jamu berasal dari resep tradisional dan tidak mengikuti standar ilmiah, sehingga terfragmentasi sangat lebar dengan kandungan tanaman obat dan klaim yang bervariasi. Klaim kegunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan pengalaman empiris.

Quality Function Deployment QFD dikembangkan di Jepang oleh Mitsubishi’s Kobe Shipyard dan diadopsi oleh Toyota tahun 1978. Merupakan format terstruktur yang menerjemahkan persyaratan nilai pelanggan ke dalam karakteristik produk dan jasa spesifik dan

Page 21: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

pada akhirnya ke dalam proses dan sistem yang memberikan produk dan jasa benilai tersebut. Dengan kata lain tujuan QFD adalah menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam persyaratan teknis dan menset prioritas. Terlebih dulu, pada rumah mutu QFD diterjemahkan kebutuhan pelanggan yang diletakkan pada lajur kiri kolom, kemudian menerjemahkan serangkaian proses yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan hubungan berpasangan antara fitur persyaratan mutu dan proses untuk dilihat mana proses yang berpengaruh kuat atas fitur dimaksud.

Rantai pasokan Merupakan pergerakan fisik bahan baku atau produk, aliran informasi, pergerakan uang, penciptaan dan penjabaran modal intelektual. Rantai pasokan tidak sama dengan istilah logistik karena di dalamnya akan termasuk fungsi pembelian, produksi, pemasaran, keuangan, perekayasaan dan aktivitas pengendalian.

Rantai pasokan berbasis jaringan Menunjukkan alur berstruktur dari obyek yang dipertukarkan sebagai ganti aliran bebas dengan dasar ketergantungan yang diakui dan wujud keikatan bersama. Analogi dari basis jaringan sebagaimana sel dalam organisme hidup yang dapat beraktivitas sendiri untuk memenuhi kebutuhan tetapi dengan bertindak dalam kesatuan dapat menghasilkan fungsi yang lebih kompleks. Membangun kekuatan jaringan strategik memerlukan berbagi teknologi, manfaat, pengembangan dan kepemilikan di dalam jaringan. Uraian terperinci terdapat pada tinjauan pustaka.

Simplisia Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia dapat berasal dari nabati, hewani, pelikan atau mineral.

Simplisia nabati Simplisia tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya.

Page 22: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat tradisional dengan tujuan penggunaan untuk promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitatif telah dikenal oleh masyarakat Indonesia secara

turun temurun. Obat tradisional atau dikenal sebagai jamu merupakan

ramuan yang dapat dibuat sendiri, diolah oleh penjual jamu gendong atau

berasal dari produk industri.

Berdasarkan cara pembuatan, klaim penggunaan, tingkat pembuktian

khasiat, produk agroindustri farmasi dikelompokkan menjadi : a) jamu, yakni

ramuan tradisional yang secara empiris dibuktikan khasiatnya, b) herbal

terstandar yakni obat tradisional yang telah melalui uji pra klinik, dan c)

fitorfarmaka yakni obat tradisional yang telah melalui uji klinik sehingga

dapat digunakan pada pelayanan kesehatan formal. Walaupun saat ini

dikenal pengobatan kesehatan formal, namun terdapat kecenderungan

masyarakat mencari alternatif pengobatan kembali pada alam (back to

nature) karena persepsi manfaat berdasarkan pengalaman empirik.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan – BPOM (2003),

terdapat peningkatan jumlah industri obat tradisional (IOT) pada tahun 2000

dari 96 menjadi 118, dan industri kecil obat tradisional (IKOT) dari 856

meningkat hampir 10 % menjadi 917 pada tahun 2002. Penyerapan bahan

baku atau simplisia untuk memenuhi kebutuhan IOT/ IKOT dan industri

farmasi sebesar 63 %, keperluan ekspor sebesar 14 % dan konsumsi

rumah tangga 23 %.

Laju pertumbuhan Industri Obat Tradisional berdasarkan data litbang

Deptan 2006 sebesar 6,40 %. Pasar obat farmasi di Indonesia mencapai nilai

Rp 17 triliun dan obat herbal Rp 2 triliun pada tahun 2003. Pasar obat herbal

mengalami peningkatan menjadi Rp 2.9 triliun pada tahun 2005, naik 11 %

dibandingkan tahun lalu (BPPT, 2006).

Total pasar produk herbal Indonesia relatif sangat kecil apabila

dibandingkan dengan pasar dunia. Pasar herbal dunia pada tahun 1999

mencapai US $ 19.4 miliar dimana pasar Eropa mencapai US $ 6.7 miliar,

Page 23: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

2

diikuti Asia US $ 5.1 miliar, Amerika Utara US $ 4.0 miliar, Jepang US $

2.2 miliar dan negara lain US $ 1.4 miliar (Laird dan Pierce, di dalam WWF

2006). Pengembangan agroindustri farmasi lebih maju telah dilakukan oleh

China dengan mengintegrasikan kebun, pabrik dan lembaga layanan

kesehatan formal (Pramono, 2001).

Agroindustri farmasi membutuhkan beraneka jenis bahan baku

tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan produk obat tradisional yang telah

dikenal lama oleh masyarakat, maupun guna keperluan bahan baku produk

hasil inovasi yang dilakukan industri.

Kebutuhan bahan dasar obat tradisional seperti jahe, kunyit, dan

temulawak meningkat 5 % pada tahun 2001, di mana kunyit naik mencapai

12 % dan permintaan jahe diperkirakan tumbuh mencapai rata-rata 11 % per

tahun. Pada saat kebutuhan jahe dan kunyit meningkat, produksi jahe terlihat

menurun sebesar 7 % dan kunyit mencapai 11 %, sedangkan temulawak

mengalami kenaikan produksi mencapai 15 % pada tahun 2002.

Pada kenyataannya, tidak semua tanaman obat telah dibudidayakan.

Bahan baku hasil budidaya diperoleh dari petani yang mengikuti program

pembinaan industri, petani yang secara mandiri atau berasal dari kebun milik

industri. Menurut Darusman (2004), diperlukan pedoman teknis dalam

produksi bahan baku jamu, herbal terstandarisir maupun fitofarmaka yang

mencakup teknik budidaya, pengumpulan dan produksi bahan baku, proses

pasca panen dan proses pengendalian kualitas bahan baku.

Usaha pemerintah dalam mengembangkan obat tradisional menjadi

fitofarmaka mendorong kebutuhan bahan baku yang memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia atau Materia Medika

Indonesia dan persyaratan lain yang berlaku (Depkes, 1985). Menurut

Chanisah (1996), masih terdapat permasalahan pada rantai pasokan,

mengingat para aktor masih bekerja secara sendiri-sendiri dan lemahnya

standarisasi hasil dari masing-masing proses. Kondisi dimaksud terjadi

karena komunikasi di antara petani dan industri belum terjalin akibat

ketidaksamaan tujuan dan belum terbangun saling percaya (Sudarsono,

Page 24: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

3

2004). Akibatnya, petani kurang cepat mendapatkan informasi inovasi

produk dan kebutuhan jenis dan tanaman obat yang dibutuhkan oleh industri.

Manajemen rantai pasokan menurut Kotler (2000), adalah representasi

dari sistem pengiriman bahan baku dimana di satu pihak terdapat kebutuhan

pasokan dan di lain pihak terdapat permintaan yang mendorong terjadinya

pertukaran dalam bentuk aliran pergerakkan fisik bahan atau produk,

informasi, uang, penciptaan dan penjabaran modal intelektual (Ayers, 2002).

Manajemen rantai pasokan telah menjadi area penelitian yang tidak

saja difokuskan pada logistik dan proses operasi, namun diteliti dari berbagai

perspektif seperti: manajemen strategik, kelembagaan, hubungan antar

organisasi, manajemen pengetahuan , biaya transaksi dan jaringan.

Konsep rantai pasokan mengintegrasikan proses bisnis dari pemasok

hingga pemakai akhir sehingga memberikan produk, jasa dan informasi guna

menambah nilai (Tracey et al., 2004; Maku et al, 2005), di mana pendekatan

lintas fungsi dan organisasi menjadi penting. Selain dipandang memiliki

kepentingan jangka panjang, dipergunakan sebagai strategi untuk menjalin

kerjasama dan menurunkan kehilangan peluang bisnis (Dobler dan Burt,

1996). Manajer yang berada pada rantai pasokan bekerja bersama agar

keseluruhan bagian menjadi lebih kompetitif dengan syarat memandang

seluruh rantai sebagai satuan proses dengan tujuan mengurangi

ketidakefisienan dan terjadinya pengulangan proses sehingga secara

keseluruhan menjadi lebih fleksibel serta responsif terhadap kebutuhan

pelanggan (Vokurka et al. 2002).

Kerangka kerja dalam memformulasikan strategi rantai pasokan

tergantung pada strategi sumber, aliran permintaan, layanan pelanggan dan

integrasi pasokan (Evans dan Danks, 1998). Terdapat tiga dimensi strategis

yang berkaitan dengan struktur fisik rantai pasokan yakni mensintesa dimensi

struktural, sinergi interaksi manusia dan hubungan di dalam rantai pasokan

dan sinkronisasi kendali operasional proses (Giannakis dan Croom, 2004).

Ketidaksinkronan pada rantai pasokan terjadi ketika pihak yang

memiliki kekuatan pengatur pasokan cenderung mendominasi, dengan

keuntungan yang diperoleh pihak yang mendominasi atas tanggungan biaya

Page 25: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

4

pihak lain. Kondisi dimaksud menurut Sumardjo (2002), mempunyai ciri

tidak terdapat hubungan fungsional dan disebut sebagai sistem dispersial

serta hanya mementingkan diri sendiri sehingga petani berada pada posisi

tidak menguntungkan.

Kedudukan petani dengan keterbatasan dan kemampuannya, kurang

berposisi sejajar dengan pihak pada rantai di atasnya. Sifat hubungan jangka

pendek berdasarkan mekanisme pasar kurang mengarah pada hubungan

jangka panjang yang saling membutuhkan. Manajemen rantai pasokan

berbasis jaringan akan meninjau keterhubungan antar individu bahkan antar

organisasi sehingga domain manajemen rantai pasokan tidak sekedar unit

analisis, tetapi bagaimana interaksi dan interdependensi dari fungsi-fungsi,

kelompok bahkan organisasi (Giannakis, 2004). Dengan kata lain menurut

Barba et al. dalam Gattorna (1998), anggota jaringan bertanggung jawab

untuk masing-masing aktivitas transaksi dengan pelanggan.

Kerjasama antara agroindustri farmasi dan petani telah dilakukan di

daerah penelitian dengan fasilitasi pemerintah daerah, atau lembaga

penelitian. Tanaman obat yang dibutuhkan industri dibudidayakan oleh

petani kemudian dibina oleh agroindustri farmasi. Pembinaan petani oleh

pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait sangat tergantung pada

keberlanjutan proyek dan dana yang tersedia.

Hasil kerjasama petani dan agroindustri farmasi berupa hasil panen

petani dibeli oleh industri sebagai bagian dari kontrak pembelian, atau

industri hanya memberikan penyuluhan budidaya dan standar pengolahan

bahan baku tanpa kewajiban membeli hasil panen petani. Pembelian melalui

pedagang pengumpul pada kenyataannya masih tetap dominan dengan alasan

lebih praktis dan tidak terlibat pada permasalahan budidaya yang

mengharuskan menyediakan tenaga petugas tersendiri untuk melakukan

penyuluhan.

Mengingat unsur strategis kontinuitas pasokan dalam menjamin

kelangsungan usaha agroindustri farmasi, maka merekayasa sistem rantai

pasokan bahan baku berbasis jaringan menjadi penting untuk meningkatkan

keterhubungan pemasok dengan industri yang memberikan nilai tambah.

Page 26: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

5

Kajian sistem rantai pasokan saat ini ditelaah dan direkayasa agar

dapat mengakomodasikan kebutuhan pihak industri berupa kualitas,

kuantitas, dan kontinuitas pasokan bahan baku sekaligus memenuhi harapan

petani dalam hal harga yang lebih baik, kecepatan penyaluran dan kepastian

penerimaan uang. Penelitian mendalam mengenai organisasi jaringan

dipergunakan untuk menerjemahkan seluruh elemen dan disain struktural

dengan memperhatikan kemungkinan kendala implementasi dan konflik

internal jaringan.

1.2. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk menghasilkan sistem pasokan bahan baku

agroindustri farmasi berbasis jaringan yang mampu meningkatkan

pendapatan bagi petani anggota dan hubungan yang berkelanjutan.

1.3. Ruang Lingkup

Penelitian menitikberatkan pada rantai pasokan petani hingga industri

dengan fokus tanaman obat familia Zingiberaceae yakni umbi Curcuma

xanthorizza (temulawak), Curcuma domestica (kunyit), Zingiberis officinale

(jahe) sebagai bahan baku yang banyak digunakan agroindustri farmasi yang

menghasilkan jamu. Untuk merancang sistem, dilakukan identifikasi tata niaga

dan pola pengadaan dan permintaan tanaman obat, menjabarkan harapan

pelanggan dan matriks hubungan kriteria mutu dengan aspek teknis

operasional menggunakan Quality Function Deployment.

Analisis elemen kritis dalam menstrukturkan jaringan menggunakan

Intrepretative Structural Modelling dengan meninjau tujuan, kendala utama,

aktivitas yang dibutuhkan dan perubahan diharapkan. Untuk mengkaji manfaat

yang diperoleh anggota jaringan dilakukan analisis finansial.

Guna mempertahankan jaringan agar dapat bertahan lama, dikaji

kemungkinan konflik yang mengganggu dengan menggunakan Analytical

Hierarchy Process sehingga dapat disiapkan solusi yang tepat. Dalam

mengkaji pada kondisi apa tujuan jaringan tercapai, didekati dengan analisis

Benefit Cost Opportunity Risk – BCOR.

Page 27: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agroindustri Farmasi

Industri obat tradisional (IOT) sebagaimana dinyatakan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 246 / Menkes / Per / V / 1990

adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset di atas

Rp 600.000.000,- dan disebut Industri kecil obat tradisional (IKOT) bilamana

total aset lebih rendah. Industri obat tradisional menghasilkan produk dengan

menggunakan bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan

galenik yang secara tradisional digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman empiris. Bentuk sediaan berwujud serbuk seduhan, dan bahan

rajangan dengan sejumlah kegunaan yang sepenuhnya menggunakan istilah-

istilah tradisional sehingga produk yang beredar memiliki kandungan

tanaman obat dan klaim yang bervariasi.

Menurut pendapat Sinambela sebagai responden ahli, sesungguhnya

tidak tepat menyebutkan kata obat pada produk tradisional walaupun

masyarakat menyatakan demikian. Menurut kalangan berpendidikan atau

masyarakat kesehatan, bilamana dinyatakan sebagai obat berarti menuntut

pembuktian secara ilmiah. Kalau khasiat produk tidak terbuktikan, maka

tidak dapat dikatagorikan sebagai obat tetapi suplemen makanan herbal atau

herbal food supplement. Merujuk pada definisi obat tradisional, beberapa

industri obat tradisional sudah tidak tepat menyandang penamaan dimaksud

karena telah menghasilkan produk herbal terstandardisir dan fitofarmaka.

Beberapa industri obat tradisional yang dikenal masyarakat antara lain

Sidomuncul, Nyonya Meneer, Air Mancur, Jamu Jago, Jamu Iboe yang

memberi kontribusi signifikan terhadap total produk obat tradisional. Selain

produk yang dihasilkan oleh industri dengan merek yang telah dikenal,

produk jamu juga berasal dari industri kecil dengan jumlah terbesar berlokasi

di Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti terdapat pada Tabel 1.

Strategi pemasaran dan pengembangan produk yang dilakukan oleh

agroindustri farmasi telah menghasilkan inovasi produk dengan bentuk dan

tujuan khasiat lebih bervariasi. Tampilan obat tradisional menjadi lebih

Page 28: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

7

praktis untuk dikonsumsi berupa kaplet, pil maupun kapsul. Perubahan

bentuk produk agar dapat diterima konsumen yang kurang menyukai rasa

pahit bilamana mengkonsumsi produk dalam bentuk bubuk.

Katagori produk obat tradisional menurut definisi dari Nyonya

Meneer adalah : jamu wanita, jamu laki-laki, jamu untuk tujuan kecantikan,

kesejahteraan keluarga, kesehatan dan penyembuhan. Menurut responden

ahli Widyastuti dari Balai Penelitian Tanaman Obat, produk untuk

meningkatkan kesehatan atau kesegaran merupakan produk yang umum

dihasilkan industri penghasil obat tradisional.

Agroindustri farmasi kecil lebih cenderung menggunakan merek lokal

atau bahkan tanpa merek. Pemrosesan produk masih menggunakan peralatan

pengolahan sederhana, yang bersifat padat karyan dan melibatkan keluarga.

Produk obat tradisional dijual dengan harga relatif murah berkisar Rp 1.000,-

per sachet dengan berat 7 gram, pada saat penelitian ini dilakukan.

Dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Malaysia sebagai salah

satu pesaing obat tradisional di wilayah Asia Tenggara, produk tanaman obat

di negara tersebut diposisikan sebagai produk herbal terstandardisir. Sejak

tahun 1998, Malaysia memfokuskan pada penanganan produk herbal dan

melalui National Herbal Product Blueprint mencanangkan tekad menjadi

pemain dunia (Tahir, 2004). Negara China yang dikenal sebagai pemasok

produk herbal terkemuka, melakukan pendekatan strategis dan mengaitkan

secara konsisten berbagai sektor untuk program pengembangan bahan baku

guna memperkuat posisi industri produk herbal.

Arah kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan obat

tradisional menjadi fitofarmaka ditujukan agar terdapat rasionalisasi dan

peningkatan pemanfaatan di dalam pelayanan kesehatan formal.

Pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka sebagaimana dinyatakan

oleh Peraturan Menteri Kesehatan 760/MENKES/PER/IX/1992, harus

melalui uji toksisitas, uji farmakologik eksperimental, uji klinik dan terbukti

memiliki efek kuratif. Pendekatan menuju produk fitofarmaka dilakukan

melalui pengembangan formula obat tradisional dan penyusunan formula

obat baru berlandaskan ilmiah. Kebijakan tersebut perlu mendapatkan

Page 29: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

8

dukungan pasokan dan komunikasi dengan konsumen dari kalangan layanan

kesehatan formal mengingat persepsi terhadap fitofarmaka masih disamakan

dengan jamu.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kebenaran jenis bahan baku

masih diragukan dan kualitas pasokan bahan baku masih belum stabil. Atas

kondisi tersebut, tujuan menghasilkan produk fitofarmaka masih menghadapi

kendala. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, baru terdapat

empat obat tradisional yang dinyatakan sebagai fitofarmaka sampai tahun

2003. Produk dimaksud, berasal dari perusahaan farmasi milik negara dan

satu perusahaan swasta. Darusman (2004) menyatakan bahwa produksi

tanaman obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan farmakope

Indonesia, ekstrak farmakope Indonesia, materia medika Indonesia, dan

ketentuan persyaratan lain yang berlaku.

Istilah agroindustri tanaman obat sering digunakan dalam forum ilmiah

sampai dengan tahun 2000 untuk menjelaskan industri pengolah tanaman

obat, walaupun istilah agromedisin juga dipakai untuk penggambaran yang

sama. Selanjutnya, sejak tahun 2001 istilah biofarmaka sering digunakan.

Biofarmaka adalah tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki

potensi sebagai obat, nutriceuticals, makanan kesehatan untuk manusia,

hewan, maupun tanaman (Darusman, 2004). Penulis memakai istilah

agroindustri farmasi yakni industri yang menggunakan bahan baku tanaman

obat bagi keperluan produk untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.

Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, industri yang

menghasilkan obat tradisional terkonsentrasi di Jawa dengan jumlah paling

banyak berada di Jawa Tengah. Jumlah industri obat tradisional tumbuh

mencapai 20 % pada tahun 2001 dibanding tahun 2000, dan selanjutnya

meningkat mencapai 4 % pada tahun 2002. Menurut Sinambela,

penggambaran peningkatan jumlah industri tidak secara otomotis

meningkatkan jumlah produksi produk yang dihasilkan.

Page 30: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

9

Tabel 1 Data industri obat tradisional (IOT) dan industri kecil obat tradisional (IKOT) 2002

2000 2001 2002 No Provinsi

IOT IKOT IOT IKOT IOT IKOT 1 DI Aceh - 25 - 25 - 25 2 Sumatera Utara 3 49 3 50 3 50 3 Suamtera Barat - 4 - 4 - 4 4 Riau - 8 - 8 - 8 5 Jambi - 11 - 11 1 11 6 Sumatera Selatan - 6 1 6 1 7 7 Bengkulu - - - - - - 8 Lampung - 4 - 4 - 4 9 DKI Jakarta 23 128 23 134 24 134

10 Jawa Barat 46 94 55 108 34 98 11 Banten - - - - 22 16 12 Jawa Tengah 15 200 17 207 17 207 13 Yogyakarta - 20 - 21 22 14 Jawa Timur 8 176 14 186 - 190 15 Bali - 8 - 8 16 8 16 NTB - 12 - 14 - 14 17 NTT - - - - - - 18 Kalbar - 9 - 10 - 2 19 Kalteng - 2 - 2 - 2 20 Kalsel - 33 - 36 - 36 21 Kaltim - 10 - 11 - 11 22 Sulawesi Utara - 7 - 7 - 7 23 Sulawesi Tengah - 1 - 1 - 1 24 Sulawesi Tenggara - 2 - 2 - 2 25 Sulawesi Selatan - 26 - 26 - 26 26 Maluku - 17 - 17 - 17 27 Papua - 3 - 3 - 3 28 Indonesia 94 856 113 903 118 917

2.1.1. Bahan Baku Agroindustri Farmasi.

Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber kekayaan hayati

dengan 9.606 spesies tanaman obat, baru sekitar 4 % dimanfaatkan secara

komersiil (Sastroamidjojo, 1997). Bahan baku obat tradisional berasal dari

panen hasil hutan dan pembudidayaan. Tumbuhan liar kurang baik dijadikan

sumber bahan baku dibandingkan dengan tanaman budidaya, disebabkan

keragaman umur tanaman, homogenitas spesies kurang terjamin dan

lingkungan tempat tumbuh yang berlainan. Kondisi tersebut berakibat pada

Sumber : Badan pengawas obat dan makanan (2003)

Page 31: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

10

keseragaman kandungan metabolit sekunder. Gangguan kelestarian sumber

plasma nutfah dapat dikurangi dengan pelaksanaan pembudidayaan tanaman

obat. Walaupun demikian, pemanenan hasil hutan masih saja berlangsung

sehingga dikhawatirkan dengan berjalannya waktu akan mengalami

kepunahan.

Tanaman obat memiliki sifat khusus dengan kandungan metabolit

sekunder yang berkhasiat obat baik diperoleh dari akar hingga daun.

Metabolit sekunder sebagaimana dinyatakan Jamaran (1995), memiliki

karakteristik biosintesis adaptif, spesifik dan variatif. Tanaman obat dalam

satu familia mensintesis metabolit sekunder yang menyerupai ditinjau dari

struktur kimia inti namun berbeda dengan familia lain. Respon terhadap

rangsangan yang tidak selalu sama antara spesies satu dengan yang lain,

berakibat kandungan senyawa metabolit sekunder bervariasi baik kadar

maupun komposisinya ketika metabolit sekunder menyerupai dari beberapa

spesies dari salah satu keluarga disintesis.

Agroindustri farmasi memerlukan jaminan kebenaran jenis tanaman

obat, kestabilan dan keseragaman kualitas. Keseragaman kualitas dipengaruhi

oleh keterkaitan proses satu dengan lainnya dimulai saat pemilihan bibit,

proses penanganan saat panen, pascapanen hingga produk jadi (Sudarsono,

2004). Keseragaman kadar senyawa aktif dipengaruhi oleh faktor genetik,

lingkungan tumbuh, perlakuan selama masa tumbuh, saat panen dan

pascapanen. Adapun penentuan masa panen tergantung pada waktu dan

bagian tanaman yang dibutuhkan. Waktu panen tersebut, terkait dengan

pembentukan senyawa aktif pada bagian tanaman yang dipanen, sehingga

waktu yang tepat adalah saat bagian tanaman mengandung senyawa aktif

dalam jumlah terbesar (Sudiatso, 2002).

Bilamana mengharapkan penelusuran historikal hasil panen dan

terstandarisasi maka budidaya merupakan cara yang tepat karena melalui

praktek pertanian yang baik (good agricultural practices) dengan perpaduan

teknologi agronomik. Praktek budidaya demikian, mencakup penggunaan

bibit terpilih, pengolahan tanah, pengaturan tanaman, pemupukan,

perlindungan dan penentuan masa panen.

Page 32: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

11

Terdapat dua cara pembudidayaan tanaman obat yakni menggunakan

cara monokultur dan polikultur. Pendekatan monokultur dilakukan dengan

menanam jenis tanaman obat tertentu pada satu hamparan lahan. Pendekatan

polikultur dilakukan secara tumpang sari dengan alasan mengurangi resiko

kegagalan panen akibat hama dan penyakit, mengurangi kerugian saat harga

tanaman obat rendah dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan.

Tanaman keluarga Zingiberaceae sebagai contoh, lazim

ditumpangsarikan dengan jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis

hipogea) dan ketela pohon (Manihot utilisima). Pemilihan jenis tanaman

tumpangsari tergantung pada iklim, selera dan harga pasar, dimana petani

akan memperoleh manfaat ganda (Paimin dan Murhananto, 1999). Sampai

saat ini, aspek kelayakan usaha tani untuk beberapa tanaman obat telah

berhasil dikaji seperti jahe gajah, temulawak, kunyit, lengkuas, adas, cabai

jawa, katuk, dan kapulaga.

Tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam sebagai berikut :

(1) Tumbuhan obat tradisional

Merupakan spesies yang diketahui atau dikenal masyarakat

memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional. Contoh : temulawak, jahe, kencur, kumis kucing.

(2) Tumbuhan obat modern

Merupakan spesies yang secara ilmiah telah dibuktikan

mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan

penggunaannya dapat dipertangungjawabkan secara medis.

(3) Tumbuhan obat potensial

Merupakan spesies yang diduga mengandung atau memiliki

senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, tetapi belum

dibuktikan penggunaanya secara ilmiah sebagai bahan obat

(Zuhud, 2001).

Ditinjau dari aliran pasokan, tanaman obat dapat langsung dipasok ke

industri atau terlebih dahulu diolah menjadi bahan setengah jadi, minyak

atsiri atau bentuk lain oleh industri antara (Suharti, 2000). Tanaman obat juga

Page 33: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

12

dipasok kepada pedagang yang mengolah serbuk untuk dijual kepada

pedagang jamu gendong di berbagai kota di Indonesia. Pedagang demikian,

sering disebut sebagai pedagang racikan. Kata racikan adalah istilah yang

ditujukan terhadap pedagang jamu yang membuat jamu berdasarkan resep

yang dipahami turun temurun untuk kegunaan sediaan dasar. Pedagang

pengumpul kabupaten dapat pula berlaku sebagai pedagang racikan. Petani

dalam kelompok, yang berkemampuan memasok dalam jumlah dan

kontinuitas sebagaimana dikehendaki industri dapat menjual langsung kepada

industri.

Skema aliran pasokan bahan baku dapat digambarkan sebagai berikut :

Data Direktorat Jenderal Bina Produksi dan Hortikultura (2004)

menunjukkan empat jenis tanaman obat yang banyak dibutuhkan yakni :

lempuyang (Zingiberis aromatica rhizoma), jahe (Zingiberis rhizoma),

temulawak (Curcuma xanthoriza rhizoma) dan kunyit (Curcuma domestica

rhizoma). Industri yang memanfaatkan temulawak sebagai bahan baku

ramuan obat sejumlah 916 produk dengan klaim penggunaan untuk menjaga

stamina dan pemeliharaan kesehatan. Jahe dimanfaatkan pada 753 produk

dan kunyit 664 jenis produk. Ditinjau dari kategori produk yang banyak

Gambar 1. Skema aliran pasokan bahan baku

Petani tanaman obat

Pedagang pengumpul desa

Pedagang kecamatan/kabupaten

Eksportir Pedagang Racikan

Agroindustri farmasi

Kerjasama/ contract farming

Konsumen

Jamu gendong

Page 34: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

13

diproduksi, tercatat sejumlah 66 produk untuk peningkatan stamina dan 964

produk untuk pemeliharaan kesehatan (Badan POM, 2003).

Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku dapat berasal dari

daun, akar, kulit batang, buah, semua bagian, batang/ kayu, biji, bunga,

getah, pucuk daun/ tunas, rimpang, umbi, cabang/ ranting, dan air batang.

Menurut Zuhud et al. (2001), daun merupakan bagian tanaman yang paling

banyak digunakan sebagai bahan baku. Data pada Tabel 2, menyajikan dua

puluh nama bahan baku yang digunakan di delapan Agroindustri farmasi /

industri obat tradisional (IOT) pada tahun 2002. Dari data tersebut

menunjukkan temulawak sebagai tanaman obat paling banyak dimanfaatkan

sebagai bahan baku produk.

Tabel 2 Urutan pemakaian bahan baku yang banyak digunakan di delapan IOT

No Nama Bahan baku Nama Indonesia Total pemakaian (kg/tahun)

1 Curcuma Rhizoma Temulawak 324.832 2 Zingiberis aromatica rhizoma Lempuyang wangi 202.445 3 Languatis rhizoma Lengkuas 190.904 4 Zingiberis rhizoma Jahe 157.599 5 Foeniculli fructus Adas 156.419 6 Alyziae cortex Pulosari 94.932 7 Kaemferiae rhizoma Kencur 87.959 8 Curcuma domestica rhizoma Kunyit 83.371 9 Retrofrati fructus Cabe Jawa 59.213 10 Imperatae radix Alang – alang 57.333 11 Eugenia aromaticae folium Cengkeh 56.468 12 Zingiberis zerumbeti rhizoma Lempuyang 55.986 13 Zingiberis purpurei rhizoma Bengle 46.467 14 Boesenbergiae rhizoma Temu Kunci 43.687 15 Orthosiphonis folium Kumis Kucing 40.647 16 Centellae herba Pegagan 40.467 17 Piperis nigri fructus Merica 39.200 18 Myristicae fructus Pala 34.802 19 Parkiae semen Kedawung 34.604 20 Physalis peruvianum folium Alba 34.467

Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan 2003

Page 35: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

14

Dari penelitian pendahuluan, diperoleh fakta bahwa sebagian atau

seluruh tanaman obat obyek penelitian jahe, kunyit, temulawak dipergunakan

di kelompok produk : jamu sehat perempuan, sehat laki-laki, pegal linu dan

masuk angin. Kebutuhan pasokan jahe, temulawak meningkat 8 % dan kunyit

hampir 10 % pada tahun 2002 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.

Permintaan jahe dari industri menduduki peringkat pertama. Saat kebutuhan

tanaman obat jahe, kunyit, dan temulawak meningkat, produksi komoditas

jahe menurun sebesar 7 %, kunyit 11 % sedangkan temulawak mengalami

kenaikan produksi sebesar 15 % pada tahun 2002.

Tabel 3 Kebutuhan tanaman obat IOT dan IKOT tahun 2000-2002

No Komoditas 2000 2001 2002*) 1 Jahe 106.194 111.670 121.204 2 Lengkuas 26.566 27.934 30.195. 3 Kunyit 22.572 23.740 25.999 4 Kencur 12.215 12.848 14.116 5 Temulawak 6.813 7.170 8.104 6 Lempuyang 4.309 4.531 4.917 7 Temuireng 2.889 3.040 3.386 8 Kejibeling 582 612 683

9 Dringo 348 366 400 10 Kapulaga 681 718 860

*) olahan. Ukuran dalam ton/ tahun

Tabel 4 Produksi tanaman obat tahun 2000 - 2002

No Komoditas 2000 2001 2002 1 Jahe 115.092 128.437 118.496 2 Lengkuas 27.512 26.154 27.934 3 Kunyit 24.813 27.195 23.993 4 Kencur 9.490 11.112 12.848 5 Temulawak 5.674 6.089 7.174 6 Lempuyang 4.485 4.794 4.531 7 Temu ireng 2.853 1.663 3.040 8 Keji beling 470 678 611 9 Dringo 140 115 366 10 Kapulaga 2.490 1.929 3.539

Jumlah 193.018 208.167 202.533 Sumber : Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Ditjen Bina Produksi Holtikultura 2004 (Ukuran dalam ton/tahun)

Page 36: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

15

2.1.2. Penanganan Bahan Baku.

Kadar senyawa aktif simplisia berbeda-beda tergantung dari bagian

tanaman yang digunakan, umur, saat waktu panen dan lingkungan tumbuh.

Tanaman obat yang banyak mengandung minyak atsiri, akan lebih baik

dipanen pada pagi hari. Bahan baku yang dipanen harus bebas dari tanaman

lain yang mengandung komponen bioaktif.

Menurut Sandra (2001), kurangnya keahlian pada tingkat hulu

mendorong terjadinya kesalahan penanganan lepas panen. Akibatnya, bahan

baku mudah ditumbuhi jamur penghasil aflatoksin, kontaminasi nabati,

mikroorganisme dan mineral tanah yang disebabkan oleh proses pencucian

yang kurang bersih.

Penanganan pascapanen terdiri dari pembersihan tanah, kotoran, batu

atau benda asing lainnya, pencucian, dan pengemasan bilamana tidak terjadi

pemrosesan perubahan bentuk. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang

mengalir seperti menggunakan air dari mata air. Penggunaan air sumur harus

dilakukan secara tepat agar tidak menambah jumlah mikroba. Penggunaan

air yang kotor akan berakibat pada pertambahan jumlah mikroba pada

permukaan dan air yang menempel pada permukaan mempercepat

pertumbuhan mikroba.

Tanaman obat jenis akar dan umbi perlu mengalami perubahan bentuk

berupa irisan tipis apabila akan diproses menjadi simplisia kering dengan

tujuan mempermudah proses pengeringan. Proses dilakukan melalui

perajangan berupa penipisan dengan tebal 5 – 7 mm menggunakan pisau atau

mesin perajang. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan semakin dapat

membantu mempercepat penguapan air sehingga waktu pengeringan menjadi

lebih singkat. Namun, perajangan yang sangat tipis dapat menyebabkan

berkurangnya zat berkhasiat mudah menguap sehingga mempengaruhi bau

dan rasa yang diinginkan. Proses perajangan tanaman obat temulawak,

kencur, jahe, dan temu giring, perlu dijaga agar tidak banyak kehilangan

kandungan minyak atsiri.

Pengeringan sampai mencapai kadar air 10–12 % sebagaimana

permintaan industri atau pedagang pengumpul dilakukan agar bahan baku

Page 37: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

16

lebih tahan lama dan tidak cepat rusak. Kadar air tanaman obat hasil panen

berkisar 60 – 80 %, sedangkan bahan kering yang diperoleh rata – rata

berkisar 50 – 60 % dari bahan asalnya (Paimin dan Murhananto, 1999).

Lama pengeringan menggunakan sinar matahari berkisar 5 – 8 hari,

sedangkan bilamana menggunakan alat bantu pengeringan membutuhkan 3 –

4 hari.

Cara pengeringan dengan bantuan sinar matahari, lebih biasa

digunakan. Bahan baku yang telah diiris tipis dihamparkan pada lantai

pengeringan menggunakan alas plastik, tikar, tampah atau lantai pengeringan

saja. Proses pengeringan dengan cara ini memang sederhana tetapi sangat

mengandalkan kondisi cuaca dan intensitas matahari. Bahan baku harus

sering dilakukan pembalikan dan relatif rawan kontaminasi akibat

pengeringan tidak sempurna.

Bahan baku yang tidak melalui proses pengeringan, hanya dilakukan

pencucian kemudian diseleksi dan dikemas dengan menggunakan karung

plastik. Biasanya pedagang pengumpul akan mengambil bahan baku pada

gudang petani terkecuali bilamana dipersyaratkan bahan baku dikirim ke

gudang pengumpul pada lokasi yang ditetapkan.

Tanaman obat hasil panen rentan terhadap kehilangan kadar air. Laju

kehilangan kadar air bahan baku segar tergantung pada cara penanganan

bahan baku, penggunaan kemasan dan cara mengemas, lama pengiriman,

penyusunan bahan baku dalam kendaraan pengangkut dan selama proses

penyimpanan. Penanganan bahan baku segar perlu dilakukan secara cepat

agar terhindar dari penyusutan volume dan kehilangan kesegarannya.

Tanaman obat irisan kering dapat disimpan lebih lama dengan

pengaturan suhu, kelembaban dan cara penyimpanan yang tepat agar tidak

terkontaminasi oleh kutu, rayap, dan jamur. Bahan baku tanaman obat irisan

kering dapat diproses lebih lanjut menjadi serbuk. Petani jarang melakukan

pengolahan menjadi serbuk disebabkan alat kerja yang tidak memadai dan

keinginan petani segera menjual hasil guna untuk mendapatkan uang tunai.

Skema pada gambar 2, memaparkan proses yang dilalui untuk

menghasilkan bahan baku kering.

Page 38: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

17

Sarana dan cara pengolahan yang kurang memadai menjadi penyebab

kontaminasi dan rendahnya kualitas bahan baku. Selain itu, kualitas bahan

baku dari masing – masing sentra pasokan bervariasi karena perbedaan

agroklimat, dan penanganan pascapanen. Perbedaan kualitas tersebut

menimbulkan permasalahan bagi industri penghasil produk fitofarmaka,

karena harus melakukan pengaturan standarisasi dosis dan formulasi.

Bahan baku tanaman obat rentan terhadap cahaya dan oksigen udara

karena dapat terjadi kerusakan atau perubahan kualitas. Senyawa tertentu

dalam bahan baku dapat mengalami perubahan kimiawi karena proses

oksidasi, reaksi kimia intern oleh enzim, dehidrasi dan pengaruh penyerapan

air.

2.1.3. Pengadaan Bahan Baku

Pembelian bahan baku tanaman obat jenis rimpang dengan masa

tanam selama 9 – 10 bulan biasanya berlangsung sekitar bulan Juli –

September atau sebelum masuk musim penghujan. Setelah dilakukan proses

seleksi, pembersihan, bahan baku disimpan sambil menunggu datangnya

pedagang pengumpul. Kemampuan membeli dan kapasitas gudang menjadi

penentu jumlah pembelian untuk memenuhi kebutuhan produksi pabrik satu

periode panen atau memenuhi pesanan pedagang pengumpul bagi keperluan

ekspor atau kebutuhan rumah tangga.

Perdagangan tanaman obat umumnya dengan rantai pasokan bertingkat.

Pedagang pengumpul desa membeli bahan baku dari petani dan setelah

Pembersihan dari kotoran

Pencucian bahan baku

Penirisan

Perajangan menjadi irisan

Pengeringan

Gambar 2. Skema proses bahan baku menjadi irisan kering

Irisan kering

Page 39: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

18

diproses sederhana dijual kepada pedagang pada tingkat berikutnya dengan

harga sesuai kualitas bahan baku yang dihasilkan. Industri bebas membeli

bahan baku dari berbagai pihak baik.

Keterbatasan petani dalam melakukan transaksi, kemampuan pasokan

dan lokasi yang jauh dari pabrik atau gudang industri, mendorong industri

memanfaatkan peran pedagang pengumpul. Mekanisme pembelian

berdasarkan pola dagang atau kontrak terbatas yang kurang terkoordinasi

dimana pihak pembeli menjalin hubungan cukup lama dengan pemasok

tetapi penentuan harga tetap ditentukan berdasarkan situasi penawaran dan

permintaan. (Chanisah, 1996; Sudarsono, 2004).

Menurut Sajogyo (1999), kehadiran pedagang pengumpul di desa telah

diterima. Pedagang dimaksud dianggap pihak yang memiliki hubungan luas

dan mampu menembus batas desa. Keberadaan pedagang pengumpul ini

memberikan manfaat mengingat pengetahuan petani mengenai pasar terbatas.

Petani kemudian memanfaatkan jasa pedagang pengumpul sebagai pemasar

dan melaksanakan kegiatan pemasaran bahan baku kepada pihak pembeli

lainnya. Pedagang pengumpul tingkat pertama yang berasal dari desa yang

sama sangat mengenal situasi pasokan dan bahkan petani.

Dalam hal pembinaan kepada petani, agroindustri farmasi besar telah

melakukan namun dalam lingkup terbatas. Industri lebih menitikberatkan

pada aktivitas dan pemecahan masalah pemrosesan serta upaya memenuhi

persyaratan efikasi dan keamanan produk. Pengadaan bahan baku yang

dikelola sendiri oleh agroindustri farmasi tidak menjadi alternatif karena akan

menuntut biaya investasi, operasional dan penyediaan sumber daya manusia.

Sebagaimana penelitian Rademakers dan Valkengoed (1995), agroindustri

farmasi tidak terlalu melakukan pengintegrasian ke hulu dalam hal

pengadaan bahan baku. Kalaupun terjadi kekurangan pasokan lebih

berkecenderungan melakukan impor.

Bahan baku yang dipasok harus memenuhi standar dan lolos inspeksi

mutu pada saat penerimaan melalui pemeriksaan visual dan laboratorium.

Pemeriksaan mutu bahan baku akan mencakup tingkat kekeringan, bentuk

fisik, penampilan, warna, kebersihan, kemurnian bahan, dan kadar zat

Page 40: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

19

berkhasiat. Bahan baku yang diterima dari petani maupun pedagang

pengumpul, akan dilakukan pembersihan ulang, pemilahan, pencucian hingga

pengeringan sebelum diubah bentuk menjadi partikel kecil sesuai dengan

kebutuhan formulasi.

2.1.4. Komoditas Penelitian

Penelitian dibatasi pada tiga komoditas keluarga Zingiberaceae yakni :

temulawak, kunyit, dan jahe sebagai komoditas yang banyak digunakan oleh

agroindustri farmasi.

a. Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza )

Rimpang tanaman temulawak berukuran besar,

bercabang-cabang dan berwarna cokelat

kemerahan atau kuning tua. Tumbuh pada ketinggian

750 dpl. Minyak esensial temulawak gandung p-toluil-metil karbinol,

kurkuimin, desmetoksi kurkumin, bidesmetil kurkumin, felandren,

sabinen, sineol, borneol, zingiberen, turmeron, atlanton, arutmeron,

ksantorizol, dan germakron.

Temulawak mempunyai dua komponen utama yaitu minyak atsiri

dan kurkuminoid (Oei et al. diacu dalam Yuliani. 2003). Kurkuminoid

merupakan substansi yang paling menonjol ditemukan pada temulawak.

Temulawak dimanfaatkan untuk menurunkan kadar kolesterol,

menghilangkan rasa nyeri, mencegah penyakit hati, pengobatan radang

lambung, pelepasan gas dalam perut dan pengobatan pada orang yang

kurang nafsu makan.

Kualitas rimpang temulawak sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuh

tanaman tersebut. Temulawak yang tumbuh di dataran rendah akan

mengandung pati lebih tinggi, dan lebih mengandung minyak atsiri

bilamana ditanam pada dataran tinggi. Tanaman temulawak lebih baik

ditanam dengan menggunakan pohon naungan. Ketidakseragaman

budidaya temulawak dari berbagai daerah mengakibatkan kandungan

senyawa esensial temulawak yang dipasok bervariasi.

Page 41: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

20

b. Kunyit ( Curcuma domestica Val )

Kunyit atau kunir tumbuh dengan baik di

daerah dengan curah hujan sekitar

2.000 – 4.000 mm setiap tahun dan di area yang

sedikit terlindung. Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang

berbentuk bulat panjang, pendek, tebal, lurus, dan melengkung. Bercabang

dan berkembang secara terus menerus. Tanaman kunyit dapat hidup di

tempat terbuka atau sedikit ternaungi dan orang membudidayakannya

sepanjang tahun. (Winarto, 2003).

Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri 3 – 5 % terdiri dari

turmeron, simen, artumeron, kurkumin, pati, dan damar. Kunyit digunakan

untuk menurunkan tekanan darah, stimulan, penyakit pencernaan,

penambah tenaga, dan infeksi kulit. Selain berguna bagi pengobatan,

kunyit banyak dimanfaatkan oleh industri kosmetik dan pewarna serta

rumah tangga.

Kualitas kunyit menjadi kurang baik bilamana ditanam di tempat

yang kurang ternaungi. Walaupun dapat dipanen terus menerus, tetapi

panen kunyit yang paling baik berada pada umur 12 bulan dan ditanam

pada awal musim penghujan. Rimpang kunyit dalam bentuk kering dicapai

sekitar 7 hari dengan pengeringan matahari, dan mengalami penyusutan

16 % untuk mencapai kadar air 8 – 13,7 %.

c. Jahe ( Zingiber officinale Rose )

Tanaman jahe tumbuh berumpun, dengan

rimpang bercabang tidak teratur, umumnya

ke arah vertikal. Berdasarkan ukuran, bentuk

dan warnanya, rimpang jahe dibedakan dalam tiga jenis yakni : jahe gajah

dengan rimpang lebih besar dan ruas rimpang yang lebih mengembung,

jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe putih kecil dan jahe merah ini

cocok untuk ramuan obat karena kandungan minyak atsiri yang lebih

tinggi dibanding jahe gajah dan rasanya lebih pedas.

Page 42: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

21

Jahe dapat dibudidayakan dan terbaik pada ketinggian sekitar 200 –

600 m dpl. Iklim ideal untuk jahe adalah panas sampai sedang, dengan

sinar matahari yang cukup dan ternaungi. Rimpang jahe mengandung

minyak atsiri 2 – 3 % terdiri dari zingiberin, kamfena, limonen, borneol,

sineol, linalool, geraniol, kavikol, zingiberen dan zingiberol serta gingerol

dan shogaol. Jahe berasal dari China Selatan, dan sekarang banyak

dibudidayakan di semua daerah Asia baik tropik maupun subtropik.

India menghasilkan 50 % dari jahe dunia ( www-ang.kfunigraz.ac.at/-

katzer/engl/zing_off.html - 22 September 2003 )

Rimpang jahe digunakan oleh agroindustri farmasi untuk

memperlancar keluarnya keringat, menghalau masuk angin, penambah

nafsu makan, dan menghambat pertumbuhan bakteri. Jahe juga digunakan

bagi industri kosmetik dan minuman. Jahe dapat ditanam secara polikultur

maupun monokultur. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang jahe

ditentukan oleh umur panen dan jenisnya. Kebutuhan pasokan bagi

industri yang menghasilkan produk untuk kesehatan lebih diinginkan hasil

panen jahe tua karena memiliki kandungan minyak atsiri optimum (Paimin

dan Murhananto,1999).

2.2. Rantai Pasokan

Logistik dan manajemen rantai pasokan (supply chain management)

acapkali membingungkan dan saling dipertukarkan (Tracey et al., 2004).

Konsep rantai pasokan menekankan pada upaya mencari optimasi dan

integrasi rantai nilai dengan menciptakan kompetensi unik di mana di

dalamnya termasuk logistik. Menurut the Council of Logistics Management

(CLM), logistik merupakan bagian dari proses rantai pasokan dimana

perencanaan, implementasi dan pengendalian aliran dari barang, jasa dan

informasi yang berkaitan dimulai dari hulu hingga saat dikonsumsi konsumen

dengan memenuhi persyaratan.

Riset rantai pasokan berkembang diluar domain logistik atau proses

operasi ditinjau dari perspektif manajemen strategik, organisasi,

kelembagaan, biaya transaksi, kesisteman, hubungan antar organisasi (inter-

Page 43: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

22

organizational), aliansi, manajemen pengetahuan, dan jaringan. Sebagai

terobosan strategik, manajemen rantai pasokan terwujud karena operasi

pabrikasi dan pemasaran yang mengintegrasikan proses bisnis yang kompleks

untuk menuju konsumen (Levi et al., 2000, Gowen dan Talion di dalam

Maku et al., 2005).

Rantai pasokan menciptakan nilai dan penjabaran modal intelektual

dari pemasok-pemasok yang berhubungan guna memenuhi persyaratan

pengguna (Ayers, 2000). Dalam hal ini terjadi pengelolaan hubungan

upstream dan downstream antara pemasok dan pelanggan dengan sasaran

menghilangkan inefisiensi dan pengulangan proses pada rantai. Menurut

Evans dan Danks (1998), terdapat empat aliran strategis pada rantai pasokan

yakni : permintaan, penawaran, informasi dan uang yang perlu dipahami

proses dan pergerakkannya.

Prinsipnya adalah bagaimana bekerja kooperatif dengan organisasi lain

dan bukan mengalahkan. Hasil yang dicapai pada akhirnya menjadi lebih

fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan. Sebagai contoh,

bilamana tujuannya untuk mengurangi sediaan penyangga (buffer stock) satu

entitas yang termasuk dalam rantai, maka diperlukan penyebaran informasi

mengenai jumlah permintaan dan pengaturan tingkat sediaan (Christopher,

1998). Dengan demikian, manajemen rantai pasokan dipandang strategis

meningkatkan pelayanan pelanggan, mengurangi biaya transaksi,

mempertahankan pelanggan, meningkatkan daya saing, meningkatkan

profitabilitas, menciptakan nilai, meningkatkan mutu dan ketersediaan

produk (Evans dan Dank, 1998; Beech 1998; Stock dan Lambert, 2001).

Tinjauan terhahadap aktivitas proses rantai pasokan mensyaratkan

koordinasi dan integrasi dalam satu kesatuan dan setiap manajer yang

terdapat pada rantai bekerja bersama agar keseluruhan proses pada rantai

menjadi kompetitif (Vokurka et al., 2002). Integrasi proses dimulai dari

perusahaan yang mendorong aktivitas dari tingkat strategik hingga

operasional.

Pembangunan kemampuan rantai pasokan memerlukan perhatian

terhadap pengembangan dan peningkatan kemampuan operasi yang bermutu,

Page 44: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

23

ketergantungan proses yang disesuaikan dengan perubahan yang cepat.

Perubahan ini harus disadari oleh setiap tingkat dari rantai pasokan.

Penanggung jawab dari setiap tingkatan harus mampu bergerak fleksibel,

menyajikan kualitas tinggi dengan tenggang waktu singkat untuk sejumlah

variasi produk yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Stock dan Lambert (2001) menawarkan delapan proses bisnis penting

di dalam rantai pasokan yakni :

(1) manajemen hubungan pelanggan,

(2) manajemen pelayanan pelanggan,

(3) manajemen permintaan,

(4) pemenuhan pesanan,

(5) manajemen aliran pembuatan,

(6) pembelian,

(7) pengembangan produk dan komersialisasi, dan

(8) perolehan.

Dari pengembangan kerangka konseptual rantai pasokan, Giannakis

(2004) menyatakan perlunya sintesa, sinergi, dan sinkronisasi. Yang pertama

adalah bagaimana mensintesakan aspek struktur fisik rantai pasokan. Struktur

fisik dimaksud berkaitan dengan pengambilan keputusan strategik,

konfigurasi pasokan, bentuk saluran dan pengelolaan organisasi.

Pensinergian dilakukan dengan menelaah sifat dan pengaruh interaksi

diantara aktor yang berbeda dan sinkronisasi seluruh keputusan operasional

dikaitkan kendali produksi dan pengiriman barang.

Rantai pasokan tidak semata terletak pada fungsi tunggal sebagai unit

analisis namun melibatkan interaksi dan interdependensi fungsi, kelompok

dan organisasi. Untuk itu diperlukan formulasi strategi yang tepat mencakup

arus permintaan, sumber, jenis layanan kepada pengguna dan bentuk integrasi

pasokan yang diinginkan, (Evans dan Danks, 1998).

Kesulitan memanajemeni rantai pasokan menurut Maku et al. (2005)

berasal dari kompleksitas yang mempengaruhi struktur dan variabilitas yang

aliran pasokan. Levi et al. (2000), Frankel dan Whipple, di dalam Stanek,

(2004); Anslinger dan Jenk (2004), meninjau manajemen rantai pasokan dari

Page 45: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

24

sudut aliansi yang berarti menyatukan keunggulan kompetensi anggota guna

mencapai tujuan strategik bersama. Melalui aliansi akan menghapuskan

hambatan antar orang, antar unit organisasi dan hambatan organisasi itu

sendiri yang berarti kemitraan jangka panjang dimana resiko dan manfaat

jangka panjang dinikmati bagi pihak yang beraliansi.

Menurut Giles dan Hancy di dalam Gattorna (1998), penyatuan

kompetensi inti dipandang sebagai upaya untuk mengatasi persaingan yang

tidak perlu. Masing-masing pihak, harus memahami apa yang menjadi

kekuatan dan kelemahan mitra kerjanya dan bagaimana semua faktor dapat

sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai dari aliansi strategik (Stanek,

2004). Informasi harus terbuka dan mengalir setelah informasi yang

diproteksi dijabarkan secara jelas. Melalui pertemuan, fungsi masing-masing

pihak dapat dipastikan.

Peneliti terdahulu meninjau sejumlah perilaku yang diperlukan guna

menjamin implementasi rantai pasokan yakni: hubungan berdasarkan

kepercayaan, kemampuan mengevaluasi peluang untuk menciptakan nilai,

hubungan yang dekat, situasi saling memberikan manfaat, menciptakan

pertumbuhan, menyatukan keahlian yang melengkapi, peran aktif, kerjasama,

harmonisasi, solidaritas, integrasi peran, berbagi pengetahuan dan

keuntungan (Barba et al.,1998; Daboub 2002; Vokurka et al., 2002).

Persyaratan dimaksud sebagaimana prinsip dasar dalam membangun

supplier-supplier relationship yang diajukan oleh Choi et al. (2002) yang

menuntut kerjasama secara erat, pertukaran ide dimana masing-masing

berkontribusi dalam sumberdaya, pengetahuan teknologi dan kapasitas

produksi.

Jaringan menurut Bowersox (1992) adalah alur berstruktur dari obyek

yang dipertukarkan sebagai ganti aliran bebas atas saling ketergantungan

yang diakui bersama dan keikatan. Konsep jaringan, akan menerobos batas

dan menciptakan komunikasi antara orang yang terfokus pada aktivitas, dan

pengetahuan yang sama (Hastings, 1996). Terdiri dari individu, kelompok

yang menggunakan bauran talenta dan sumberdaya untuk ber ko-operasi

sehingga mencapai efisiensi dan mencapai pasar.

Page 46: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

25

Analogi jaringan, seperti sel dalam organisme hidup yang dapat

beraktivitas sendiri memenuhi kebutuhannya tetapi dengan bertindak dalam

kesatuan sehingga menghasilkan fungsi yang lebih kompleks. Bilamana

tujuan utama manajemen rantai pasokan lebih ditujukan pada pencapaian

penciptaan nilai dan keunggulan bersaing industri, maka keberadaan jaringan

lebih memudahkan pertukaran informasi, dan efektivitas pembelian dari sisi

industri dan sebaliknya pemasok dapat memahami tuntutan pelanggan.

Orang berkontribusi sesuai dengan kemampuan, dimana masing-

masing memiliki kekuatan yang unik, baik pemasaran, distribusi, produksi,

atau pengembangan. Uraian tugas tidak digariskan, tetapi anggota

berkontribusi, berkomitmen diantara mereka dengan umpan balik dan

menjalankan disiplin. Organisasi jaringan terdiri dari divisi yang berdiri

secara otonomik sebagaimana perilaku perusahaan yang terpisah tanpa tugas

dan peran yang terdefinisikan dengan baik (Halal dalam Daboub, 2002).

Membangun kekuatan jaringan strategik memerlukan berbagi

teknologi, manfaat, pengembangan, ketrampilan, biaya, akses pasar dan

kepemilikan. Koordinasi, pengendalian strategik, pengintegrasian proses,

dan aliansi dengan kemampuan sinergetik menjadi penting dalam

membangun rantai pasokan berbasis jaringan (Stock dan Lambert, 2001).

Evans dan Danks dalam Gattorna (1998) memandang perlu keterkaitan

informasi, finansial, operasional, dan pengambilan keputusan dari anggota.

Struktur menjadi lebih fleksibel untuk berhubungan dengan kelompok-

kelompok dalam bidang yang berbeda. Sehingga, akan terjadi perubahan dari

saluran menjadi multisaluran (Barba et al.1998).

Tiga prinsip penting dalam struktur jaringan yang perlu diperhatikan

menurut Stock dan Lambert (2001) adalah : keanggotaan dari rantai pasokan,

dimensi struktural dalam jaringan dan perbedaan tipe proses yang terkait

dengan rantai pasokan. Kerangka rantai pasokan sendiri mengandung tiga

unsur sebagaimana digambarkan pada gambar 3.

Page 47: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

26

Pemilihan anggota menjadi penting ketika membuat struktur jaringan.

Dalam menarik anggota, perlu membedakan anggota utama yakni yang

memberikan sumber daya, pengetahuan, fasilitas atau aset dari rantai

pasokan, dan anggota pendukung. Menetapkan berapa jumlah optimal, lokasi,

dan peran masing-masing pihak merupakan elemen kritis dari keseluruhan

strategi. Para aktor tersebut menurut Callon di dalam Murdoch (2000)

penting dikoordinasikan guna mengembangkan, menghasilkan dan

mendistribusikan produk yang memenuhi persyaratan pelanggan.

Faktor yang diperhatikan ketika menyeleksi anggota yang layak

adalah : kemampuan finansial, kecakapan, kemampuan mengaitkan proses,

dan tumbuh bersama organisasi usaha serta kompetensi dalam rantai pasokan

(Stock dan Lambert, 2001). Aspek yang paling sulit dalam

mengorganisasikan anggota adalah bagaimana modal dan investasi dapat

distrukturkan.

Menurut Hastings (1995), yang penting adalah memiliki jaringan itu

sendiri kemudian menghadirkan dan mengaktifkan anggota dalam

memobilisasi jaringan. Organisasi jaringan memerlukan lingkungan

organisasi pembelajar dengan sumber daya manusia yang berdaya, berkreasi

mencari jawaban dan berinovasi. Untuk itu diperlukan pengembangan

kepercayaan dan komitmen, solidaritas dan upaya harmonisasi konflik, serta

pengendalian kekuasaan (Achrol diacu dalam Daboub, 2002).

Proses bisnis Rantai pasokan

Proses yang dikaitkan dengan

anggota

Komponen Manajemen rantai

pasokan

Struktur Jaringan

Rantai pasokan

Tingkat integrasi dan pengelolaan dari setiap proses

Anggota rantai yang terkait

Gambar 3. Kerangka manajemen rantai pasokan (Stock dan Lambert, 2001)

Page 48: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

27

Struktur horizontal dan vertikal merupakan bentuk hubungan di dalam

jaringan. Struktur vertikal menjadi alat mengorganisasikan transaksi barang

ataupun jasa yang diharapkan dapat meminimalkan biaya transaksi dan

mengurangi ketidakpastian. Menurut Mc Fetridge (2000), bilamana tidak ada

transaksi vertikal dapat disatukan atau diinternalisasikan, maka tidak akan

bermanfaat.

Struktur hubungan horizontal, terjalin antara pemasok dengan pemasok

memberikan alternatif yang mendorong kontribusi sumber daya, teknologi

dan sumber daya manusia dalam pertukaran yang lebih kooperatif. Hubungan

kooperatif ini akan lebih baik dibandingkan hubungan kompetitif yang

mendorong terjadinya negosiasi ketat dan tekanan harga, akibat ketakutan

akan adanya resiko yang dilakukan oleh pihak lebih kuat (Choi et al., 2002).

Giles dan Hancy dalam Gattorna (1998) menguraikan bahwa terdapat

pengembangan tipe organisasi dari struktur vertikal ke organisasi jaringan.

Transisi yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Transisi dari hubungan vertikal hingga jaringan

Tipe organisasi

Produksi tersentralisasi

Proses desentralisasi

Sistem jaringan

Gaya kepemimpinan dan sistem kendali

Komando dan hirarki kendali

Efisiensi dan kendali ekonomik

Koordinasi dan kendali strategik

Integrasi Integrasi vertikal Deintegrated Integrasi sistem

Hubungan pasokan

Pemasok Outsourcing Aliansi

Ukuran Ukuran luas Ukuran diciutkan Globalisasi Diferensiasi spesialisasi

Organisasi fungsional

Organisasi proses Organisasi lintas fungsi

Fokus pada efektivitas kerja kelompok

Skala ekonomi Kompetensi inti Kemampuan sinergik

Sumber : Robert Porter – Lynch dan Ian Somerville di dalam Giles dan Hancy (1998)

Page 49: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

28

Menggunakan kerangka manajemen rantai pasokan yang diajukan

Stock dan Lambert (2001); Daboub (2002), anggota jaringan bertanggung

jawab pada bagian proses yang disepakati sanggup dilaksanakan. Peran

anggota didefinisikan secara seksama .

Teori organisasi jaringan berkembang dari aliansis strategik yang

semula atas dasar pemasok yang diinginkan (preferred vendors) dalam

upaya mencapai profitabilitas diperluas menjadi pemahaman konsep

organisasi tanpa batas, melibatkan orang, kelompok dan organsisasi. Evolusi

struktur organisasi demikian mendorong fleksibilitas yang menghasilkan

organisasi lebih ramping.

Diperlukan transisi yang dicerminkan pada turunan program-program

yang akan diikuti anggota. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi transformasi

dari kepemilikan pengetahuan menjadi distribusi pengetahuan. Anggota

didorong saling bertukar pengetahuan dan lembaga tempat anggota bernaung

perlu memberikan ruang pertukaran tersebut dan melaksanakan pemantauan.

Peneliti terdahulu mengajukan contoh jaringan yang dibangun oleh

perusahaan Toyota dalam menjalin hubungan dengan banyak organisasi

tersebar sehingga persediaan bahan baku dan respon dapat ditelusuri dalam

waktu 24 jam dengan tingkat kesesuaian tinggi. Demikian pula General

Motor yang melakukan keterhubungan dalam sistem informasi manajemen.

Menurut Beech (1998), kerangka strategi jaringan bersifat holistik yang

mensinkronisasikan sejumlah entitas untuk bekerja bersama mengunakan

basis teknologi informatika. Unsur pengurangan biaya dilakukan dengan

mengalihkan bidang-bidang pekerjaan tidak utama kepada pihak yang berada

pada jaringan dan perusahaan inti lebih memfokuskan pada bidang yang

menjadi keunggulan strategik. Kondisi ini berakibat informasi terfragmentasi

dan tergantung pada pihak lainnya (Hall di dalam Daboub, 2002). Kegagalan

pengaturan jaringan, terjadi ketika terdapat oportunistik, konflik tujuan,

keengganan berkontribusi secara seimbang dan batasan resiko yang lebar.

Simpulan dari pembangunan jaringan pada rantai pasokan menurut

peneliti terdahulu melibatkan struktur, perilaku, pengaturan, dan sebagaimana

terlihat pada Tabel 6 berikut ini.

Page 50: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

29

Tabel 6 Tinjauan teori jaringan menurut peneliti terdahulu

Faktor Uraian

1 Terdapat anggota dengan kedudukan independen, namun dengan peran terdefinisikan.

2 Tanggung jawab anggota mengarah pada rantai nilai, pada transaksi yang disanggupi

3 Organisasi datar, dan ramping.

4 Informasi terdistribusikan

5 Pengintegrasian proses dan tingkat integrasi dari proses bisnis

6 Sinkronisasi aset

7 Penatalaksanaan dan koordinasi

Struktur

8 Pengukuran atas dasar prestasi

Perilaku Terdapat 13 sub-elemen perilaku yang diperlukan saat membangun jaringan menurut peneliti sebelumnya yakni: hubungan berdasarkan kepercayaan, kemampuan mengevaluasi peluang untuk menciptakan nilai, hubungan yang dekat, situasi saling memberikan manfaat, menciptakan pertumbuhan, menyatukan keahlian yang melengkapi, peran aktif, kerjasama, harmonisasi, solidaritas, integrasi peran, berbagi pengetahuan dan keuntungan

1 Sinergi dan sinkronisasi menurut Ginneakis dan Croom (2004)

2 Inventory deployment menurut Evan dan Danks (1998)

Pengaturan

3 Tanggung jawab pada bagian yang disepakati, menurut Barba et al. (1998)

Pemrakarsa Peneliti terdahulu tidak secara tajam menggariskan siapa yang menjadi pemrakarsa, tetapi tersirat lebih ditujukan pada perusahaan inti untuk mendapatkan keunggulan strategik.

Williamson diacu pada Dorward (2001), menyatakan terdapat tiga

dimensi dalam pengaturan kontrak yakni :

1. unsur ketidakpastian karena kurangnya informasi,

2. rasionalitas, dan oportunisme dari pihak yang menjalin transaksi,

3. spesifikasi aset dan frekuensi dalam menjalin kesepakatan

kontraktual antar pihak.

Page 51: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

30

Pengaturan kontrak acapkali gagal memberikan penekanan pada hubungan

yang lebih mendalam. Kelemahan utama adalah terlalu terfokus pada upaya

meminimalisasikan biaya sehingga mengabaikan aspek penciptaan nilai.

Pengaturan yang diperlukan pada pendekatan biaya transaksi adalah sejauh

mana aset dapat diturunkan oleh pengguna tanpa merusak nilai – nilai

produktif (Williamson 1998 di dalam Tsang, 2000).

Biaya transaksi dipengaruhi oleh kondisi pasar yang tidak menentu,

perilaku oportunistik, resiko, pengaruh harga beli dikaitkan dengan kondisi

pasar dan perilaku penjual. Sistem kontrak mengandung bahaya, ketika dari

salah satu pihak yang lebih memiliki informasi bersikap oportunis dan

menolak untuk menginvestasikan pada sumber – sumber yang diperlukan

karena takut salah satu pihak akan mengingkari hubungan

2.3. Konflik

Sistem rantai pasokan berbasis jaringan memerlukan komitmen para

pihak atas dasar manfaat bersama. Anggota rantai pasokan harus dapat

mewujudkan aktivitas operasional dalam rangkaian proses dan berarti

memberikan sumber daya, pengetahuan atau aset yang dimiliki. Dalam

konteks peralihan antara pola tidak berstruktur menjadi kehidupan dalam

rangkaian kerja tertata, dimungkinkan terjadinya konflik karena perubahan

kebiasaan, cara pengambilan keputusan dan perbedaan kepentingan.

Konflik merupakan ketidaksepakatan yang terjadi pada kondisi dua

atau lebih orang berbeda dalam hal keinginan, idea, keyakinan dan nilai-

nilai. Saaty (1996) menyebutkan konflik dimulai dengan premis selalu

terdapat pemenang dan yang kalah dalam situasi orang saling bertentangan.

Konflik dapat menghasilkan dampak positif atau negatif terhadap kinerja,

tergantung bagaimana konflik ditangani dan lebih mudah diselesaikan

bilamana dikenali sejak dini.

Menurut Ohbuchi dan Suzuki (2003), konflik dipandang mengganggu

organisasi karena menimbulkan permusuhan dan ketidakpercayaan di antara

anggota dan akhirnya mengintervensi fungsi organisasi bahkan akan

memecahbelah organisasi. Terdapat konflik substantif yang berhubungan

Page 52: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

31

dengan perbedaan idea dan pekerjaan atau bidang minat dari berbagai pihak

(Blackard dan Gibson, 2002).

Tipe konflik seperti ini menyangkut interpretasi strategi, kebijakan,

sudut pandang dan pertanyaan atas apa yang akan dilakukan. Adapun tipe

lainnya adalah konflik personal atau emosional menurut Wood et al. (1998),

terjadi ketika hubungan antar personal mengalami friksi, kondisi frustasi dan

benturan kepribadian.

Selain konflik personal terdapat juga konflik relasional (Ohbuchi dan

Suzuki, 2003) yang merupakan ketidaksepakatan atas kepemimpinan, alokasi

kerja, dan perbedaan kepribadian. Adapun konflik tugas dapat terjadi karena

ketidaksetujuan atas isi dan prosedur kerja. Terlepas dari tipe konflik, akan

terdapat konsekuensi ketidaksepakatan dan perselisihan sehingga

mengakibatkan kontraproduktif berupa kinerja rendah dan ketidakpuasan

kelompok. Dengan demikian lebih baik ditemukenali kemungkinan konflik

pada implementasi rantai pasokan sehingga dapat dirancang langkah

pencegahan yang tepat.

Menurut Saaty (1998) untuk mengubah ketidaksepakatan menjadi

kesepakatan dapat dilakukan melalui :

a. bekerja bersama,

b. bekerja terpisah dan memanfaatkan mediasi guna mencapai

kompromi,

c. bekerja terpisah dan menggunakan intimidasi atau kekuatan untuk

memperlemah pihak beroposisi.

Ohbuchi dan Suzuki menyebutkan sebagai kolaborasi dalam upaya

menyelesaikan konflik agar sasaran semua pihak yang terlibat dapat

diakomodasikan. Konfrontasi atau istilah competitor berdasarkan Wood et

al., adalah pendekatan yang sama dengan pemecahan berdasarkan bekerja

terpisah. Namun semua metode pemecahan konflik tidak hanya perlu

mengidentifikasi semua konteks bahasan secara detil dan menghubungkannya

tetapi hendaknya membahas untung rugi. Karenanya, analisis konflik

dilakukan dengan cara yang rasional dan pertimbangan akurat sehingga

memenuhi dan memuaskan nilai-nilai orang dan tujuan.

Page 53: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

32

Penelitian terdahulu mengenai negosiasi dan pemecahan konflik

menggunakan AHP dilakukan oleh Tabtabai dan Thomas (2004), yang

diterapkan pada manajemen proyek. Hasil penelitian menyatakan bahwa

proses pemecahan konflik harus dapat memuaskan berbagai pihak yang

terlibat sehingga memberikan jaminan hasil lebih stabil, di mana perlu

diyakinkan apa yang diperoleh atau hilang dari satu pihak menjadi apa yang

hilang dan diperoleh di pihak lain. Terlebih dahulu digambarkan konteks

konflik, kemudian disusun hirarki untuk mengevaluasi biaya dan manfaat.

Keberadaan organisasi yang melibatkan berbagai pihak tidak saja dapat

menimbulkan konflik antar personal maupun antar kelompok, tetapi juga

memungkinkan terjadinya persaingan antar organisasi terlebih bilamana

beroperasi pada pasar yang sama. Hal ini oleh Wood et al. (1998) disebut

sebagai interorganisational conflict. Pengumpul tanaman obat yang telah

beroperasi secara bertahun-tahun akan berhadapan dengan jaringan yang

beranggotakan petani sehingga dianggap mengganggu kenyamanan

beroperasi. Saaty (1989), mengajukan perlunya dibuat pemodelan konflik

dalam rangka pemecahan dengan terlebih dahulu mengidentifikasikan pihak-

pihak yang berkonflik, dan sasaran atau kebutuhan dari masing-masing pihak.

2.4. Kelembagaan

Kelembagaan menurut Arifin (2004), memberikan naungan dan

hambatan bagi individu atau anggota masyarakat, baik secara tertulis formal

maupun berdasarkan kebiasaan atau tidak tertulis seperti aturan adat dan

norma yang dianut. Kelembagaan akan mencakup konvensi dan aturan main,

sehingga mengandung kegiatan kolektif dalam suatu kontrak atau jurisdiksi,

pembebasan atau liberalisasi, dan perluasan kegiatan individu.

Menurut Haeruman (2001), kelembagaan masyarakat pedesaan

mencakup dua pola hubungan yakni lembaga adat dengan ikatan sosial antar

anggota masyarakat yang kuat. Hubungan dimaksud kemudian bergeser

sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi di mana semula berdasarkan

aspek sosial beralih pada pertimbangan imbalan ekonomi.

Page 54: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

33

Pembahasan tentang kelembagaan menjadi penting ketika menetapkan

bentuk dan instrumen yang dapat mengatur tata nilai dan aturan main. Ketika

membahas sekumpulan orang untuk pencapaian tujuan yang tunggal, maka

perlu dilakukan pengorganisasian sejumlah aktivitas, aset/ fasilitas, peran dan

sub-sub tujuan. Tujuan lembaga adalah agar memberikan perlindungan

kepada anggota secara taat azas dan mampu menciptakan manfaat bagi para

anggota. Gibson et al. di dalam Nasution (2002) menyebutkan lima kriteria

guna menilai keefektifan lembaga yaitu :

1) kemampuan organisasi menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang

dibutuhkan lingkungan,

2) efisiensi yang merupakan rasio keuntungan dengan biaya atau waktu

yang digunakan,

3) kepuasan, yakni ukuran yang menunjukkan tingkat organisasi

memenuhi kebutuhan karyawan,

4) adaptasi terhadap perubahan dan

5) pengembangan yang mengukur kemampuan organisasi meningkatkan

kapasitas menghadapi tuntutan lingkungan.

Berdasarkan kajian sosiologi pedesaan, pola umum kelembagaan

yang berlaku di pedesaan bertumpu pada spesialisasi fungsi dan

pembagian pekerjaan. Korten di dalam Pratikno menjelaskan bahwa

membangun kelembagaan perlu menekankan pentingnya energi sosial yang

merupakan produk pembelajaran sosial

(www.fppm.org/makalah%20pratikno.htm). Pendekatan birokratis yang

terlalu berlebihan harus diarahkan untuk memobilisasi energi sosial yang

biasa dihasilkan dari aktivitas masyarakat yang mandiri. Struktur organisasi

tradisional terbentuk dengan gaya yang dipakai adalah hirarkis dengan garis

komando dan kontrol yang tinggi guna beradaptasi dengan perubahan (Giles

dan Hancy dalam Gattorna, 1998). Dalam struktur jaringan, bentuk

organisasi yang baru lebih condong pada kerja kelompok untuk mengatur

hubungan eksternal yang lebih kompleks.

Page 55: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

34

Hubungan kemitraan usaha antara pengusaha kecil dan besar dapat

berbentuk :

(a) kontak bisnis dengan interaksi pasif antar organisasi tanpa perjanjian

formal yang mengikat

(b) kontrak bisnis dicirikan oleh adanya hubungan bisnis

(c) kerjasama bisnis aktif sampai pada penanganan manajemen dan

membentuk usaha patungan

(d) keterkaitan bisnis dengan kondisi antar pihak bersepakat untuk

melakukan subkontrak perekayasaan.

Pengembangan kelembagaan agribisnis menurut Sumardjo (2002), perlu

menempatkan kedudukan petani tidak hanya sebagai sub-ordinasi struktur

pembangunan pertanian, tetapi diperlukan pengembangan pemberdayaan

petani melalui peningkatan kualitas dengan pendekatan konvergen antar

berbagai pihak yang menjadi pelaku dalam sistem agribisnis.

Kegiatan kelembagaan bergantung pada fasilitator yang berfungsi

untuk memediasi seluruh jalur komunikasi dan distribusi informasi.

Fasilitator diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan dalam

melaksanakan peran motivator dan organisator. Kata kompetensi dianggap

paling tepat untuk menggambarkan kemampuan yang multi dimensi

mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Spencer & Spencer

(1993 ) terdapat tiga kelompok kompetensi yakni :

1. Kompetensi generik merupakan serangkaian sifat – sifat generik yang

sebaiknya dimiliki seorang fasilitator yaitu :

a. elemen entrepreneurship yang merupakan keinginan untuk bekerja

dengan baik. Dengan demikian seseorang yang tepat menjadi

fasilitator adalah orang yang senantiasa termotivasi menghasilkan

karya yang lebih dari biasa, berkeinginan terus berkreasi sehingga

memiliki daya dorong anggota lain.

b. elemen pengaruh strategik (strategic influence) yakni kemampuan

untuk meyakinkan, mempengaruhi dan memberikan gambaran

prospektif pada pihak lain dalam hal ini anggota sehingga

diharapkan petani bersedia mendukung agenda kerja jaringan.

Page 56: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

35

c. elemen kerjasama yang menunjukkan keinginan untuk bekerja

secara kooperatif dengan pihak lain. Dalam pengertian ini,

fasilitator adalah seseorang yang akan berusaha menggalang

dinamika kelompok, dan memotivasi anggota berkontribusi

sekaligus menghidupkan komunikasi dua arah.

2. Kompetensi manajerial, merupakan serangkaian kemampuan bidang

manajerial yang sebaiknya dimiliki oleh fasilitator agar kelompok

efektif. Terdapat dua elemen manajerial yakni : a) pengembangan pihak

lain (developing others) dan b) penggorganisasian (organizing).

3. Kompetensi teknikal, merupakan kemampuan berkaitan dengan bidang

pokok usaha. Seorang fasilitator setidaknya memahami budidaya yang

memberikan produktivitas hasil terbaik dan pemrosesan pascapanen

yang berkualitas.

Bauran kelompok kompetensi ini akan membuat suasana kehidupan

berorganisasi lebih produktif dan mendorong anggota aktif untuk

menghidupkan kelembagaan jaringan.

2.5. Resiko Petani

Resiko yang dihadapi petani cenderung berhubungan dengan

variabilitas tingkat pendapatan bersih, yang terkait dengan harga perolehan,

produksi, dan kuantitas. Studi Patrick, (1985) dalam Blank et al. (1997)

menunjukkan dua klasifikasi sumber resiko yakni resiko produksi dan pasar.

Resiko produksi dipengaruhi hama, banjir, ketersediaan tenaga, dan

kekeringan. Sedangkan resiko pasar timbul karena faktor fisik, tenaga kerja,

dan harga yang akan sangat mempengaruhi keputusan petani.

Langkah penting dalam mengurangi tingkat kerugian adalah

menetapkan resiko yang harus ditanggung, dengan mendekomposisi variabel

pada pendapatan. Apakah seluruh resiko, produksi maupun pasar, harus

ditanggung sekaligus oleh petani atau produser ataukah terdapat penyebaran

resiko. Menurut Sporleder dalam Royer (1995), penting untuk memahami

alternatif pertukaran dalam saluran pemasaran di mana resiko dapat

didistribusikan di antara perusahaan yang berada pada saluran. Dalam bentuk

Page 57: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

36

integrasi, resiko dapat dialihkan dari produser kepada pemain tengah. Resiko

pada tingkat petani akan berkaitan dengan harga, mutu, jumlah dan waktu

distribusi. Resiko tersebut dapat dialihkan kepada pemain tengah dalam

pengaturan kontrak dan pengendalian manajerial.

Petani tanaman obat tidak lepas dari kemungkinan menanggung resiko

berkurangnya penghasilan. Resiko tersebut berupa resiko produksi yang

diakibatkan oleh hama dan penyakit sehingga rimpang menjadi busuk

dengan tanda – tanda agak gelap. Penyakit busuk rimpang terjadi pada

tanaman jahe akibat Fusorium oxysporium sp zingiberi, penyakit bercak

daun dan hama (Paimin dan Murhananto,1999). Tanaman kunyit sering

diserang busuk akar yang disebabkan jamur Sclerotium rolfsii, Botryotrichum

sp, dan Fusarium sp.

Penyakit busuk akar dimaksud biasanya disebabkan karena drainase

yang kurang baik atau rimpang terluka oleh alat pertanian saat penyiangan.

Fusarium sp menyebabkan bagian pusat akar rimpang busuk basah dan

keropos. Sclerotium rolfsii dapat mengakibatkan rimpang menjadi keriput

dan Botryotrichum sp mengakibatkan rimpang menjadi layu (Winarto, 2003).

Kerusakan dan kemunduran mutu saat penyimpanan adalah bentuk

resiko lain yang dihadapi petani. Menurut Sudiatso (2002), kerusakan atau

kemunduran mutu tersebut diakibatkan oleh cahaya, oksidasi, reaksi kimiawi

internal, dehidrasi, absorpsi air, pengotoran dari sumber debu, pasir, kotoran

serangga, bahan asing, dan fragmen wadah, serangga dan kapang. Dengan

demikian, gudang harus mempunyai ventilasi udara yang baik, bebas

kebocoran, terpisah dari penyimpanan bahan yang tidak sejenis,

berpenerangan cukup dan mencegah masuknya sinar matahari yang berlebih

serta bebas dari sampah atau limbah yang menjadi sarang serangga dan hama.

Dari sisi proses pengemasan, petani masih dimungkinkan menghadapi

resiko terjadinya perubahan mutu tanaman obat. Menurut Widyastuti (2004),

pengemasan tergantung pada jenis dan tujuan pengemasan. Bahan pengemas

harus bersifat netral dan tidak menimbulkan reaksi dengan tanaman obat

yang dapat menimbulkan perubahan warna, rasa, dan bau. Dari sudut resiko

ekonomi, petani menghadapi kelemahan akibat masing-masing aktor masih

Page 58: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

37

bekerja sendiri-sendiri disamping kelemahan informasi pasar sehingga

kurang dapat memenuhi keinginan pasar.

2.6. Penelitian Terdahulu

Maulana (2005) menyoroti menurunnya motivasi petani nanas di

Subang karena kondisi ketidaksetaraan dengan industri pengolah sehingga

diperlukan integrasi melalui penyetaraan hasil nenas dengan kapasitas olah

industri. Syaratnya adalah dengan membuat model kemitraan setara di mana

industri menyediakan fasilitas pengolahan. Walaupun tetap menggunakan

basis pembentukan koperasi petani untuk berhubungan dengan industri

pengolahan nanas, Maulana lebih memfokuskan pada implementasi

kesetaraan. Guna mencapai manfaat ekonomi dan sosial yang lebih baik,

hubungan kerja yang memberikan manfaat antara industri dan pemasok perlu

dijalin atas dasar saling membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan.

Dalam hal menjalin aliansi strategis rantai pasokan petani sayuran,

Suryati (2002) menyebutkan kendala yang layak diperhatikan yakni konsepsi,

perilaku, manajerial dan lingkungan yang menempatkan elemen kunci pada

perbedaan misi, minat, dan tujuan. Membangun aliansi strategis dipandang

sangat menguntungkan untuk jangka panjang.

Keberhasilan kerjasama akan bertumpu pada kepemimpinan,

pembagian resiko, dan keuntungan serta kekuatan manajemen. Organisasi

saat ini dirancang lebih menjadi ramping, datar, dan lebih fokus pada

kontribusi rantai nilai. Daboub (2002) mengajukan contoh General Electric

yang oleh Jack Welch dijadikan organisasi tanpa batas (bounderless

organization). Apa yang dibangun di GE adalah jaringan pasar yang dinamis

dari berbagai organisasi. Halal di dalam Daboub menyatakan bahwa iklim

yang dibangun bertumpu pada kepercayaan dibanding wewenang.

Dalam hal pembentukan jaringan antar perusahaan, maka sebaiknya

tergambar dibenak bahwa terlebih dulu terdapat pembentukan hubungan

yang dikembangkan oleh individu-individu. Fasilitator sangat perlu memiliki

kemampuan untuk memastikan bahwa semua stakeholder mengungkapkan

pendapat, dan tidak terdapat dominasi pada pertemuan dan diskusi yang

Page 59: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

38

berlangsung dengan struktur yang sesuai. Peran fasilitator diperlukan dalam

mewujudkan keberhasilan strategi kemitraan sebagaimana penelitian oleh

Lembaga Alam Tropika Indonesia - Latin (1999) di kabupaten Jember.

.

Page 60: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

III. LANDASAN TEORITIS

3.1. Quality Function Deployment (QFD)

QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi’s Kobe Shipyard

sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis

diterjemahkan ke dalam proses internal (Zairi, 1994). Konsep yang

mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen pada pengembangan

produk, melahirkan disiplin untuk menjamin persyaratan mutu (Ansari dan

Modarress, 1994).

QFD memungkinkan integrasi perekayasaan guna menjamin efektivitas

biaya pada setiap bagian proses guna menghasilkan produk bermutu.

Pelaksanaan QFD melalui penjabaran sejumlah persyaratan mutu dengan

informasi berasal dari konsumen. Persyaratan dimaksud kemudian

ditempatkan pada bagian horizontal yang disebut tabel konsumen dari rumah

mutu. Bagian vertikal dari matriks rumah mutu, berisi informasi teknis

berdasarkan masukan konsumen yang disebut tabel teknis (Marimin, 2004).

Dengan hubungan matriks antara elemen persyaratan mutu dengan

spesifikasi teknikal dan membandingkan antara masing-masing elemen

spesifikasi teknik maka dapat dikaji secara terstruktur dan konsisten proses

yang relevan dalam mewujudkan mutu sebagaimana diharapkan konsumen.

Tujuan penjabaran harapan konsumen terhadap tanaman obat

dimaksudkan untuk memperoleh kriteria mutu agar dapat diterjemahkan

kedalam pengelolaan dan pengendalian proses. Pengumpulan data

dilaksanakan melalui wawancara petani, pengumpul dan wakil industri yang

telah memahami persyaratan mutu, dan proses mewujudkkan mutu serta

keterkaitan antar proses. Responden menilai aspek mana yang memberikan

pengaruh kuat hingga lemah dalam mewujudkan atribut mutu kemudian

menghubungkan antara aspek proses dan atribut mutu dengan nilai yang

sudah ditetapkan.

Page 61: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

40

Terlebih dahulu ditanyakan kepada responden persyaratan konsumen

dengan menggunakan pembobotan. Bobot merupakan nilai preferensi

dengan sifat :

0 ≤ We ≤ 1

dimana We = bobot ke e dan e = 1,2,……k

�=

k

eW e

1 = 1

Pemberian bobot dilakukan secara langsung pada setiap kriteria, yang

dilakukan oleh orang yang mengerti, dan berpengalaman. Penentuan bobot

dilakukan dengan melakukan perubahan urutan menjadi nilai dimana urutan

pertama dengan tingkat yang tertinggi dan urutan kedua dengan tingkat di

bawahnya demikian seterusnya (Maarif, 2003). Bilamana terdapat beberapa

kriteria keputusan maka urutan 1 mempunyai nilai = k – 1 dan seterusnya.

Formula penentuan bobot adalah sebagai berikut :

�=

n

j 1

λej

untuk e = 1,2,…k

�=

k

e 1

λej �=

n

j 1

eej

λej = nilai tujuan ke λ oleh pakar ke j. Jumlah pakar = n eej = nilai ke e oleh pakar ke j

Bobot kriteria ke 1 = (nilai urutan 1* jumlah pakar yang memberikan

nilai pada urutan 1) + ( nilai urutan 2 * jumlah pakar yang memberikan nilai

pada urutan 2 ) + (nilai urutan ke n* jumlah pakar yang memberikan nilai

dari urutan n ) dibagi dengan (nilai urutan 1 * jumlah pakar yang

memberikan nilai dari urutan 1 tersebut dan seterusnya) dijumlahkan sampai

urutan ke n untuk seluruh kriteria.

Rumah mutu sebagaimana pada gambar 4, terdiri dari lajur tabel

konsumen yang memberikan penilaian atas atribut produk berdasarkan

We =

Page 62: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

41

persyaratan konsumen. Kolom horisontal terdiri dari daftar proses yang

relevan atau aspek teknikal yang berkaitan dengan persyaratan konsumen.

Kombinasi atau matriks hubungan antara teknikal dan persyaratan

konsumen akan menggunakan simbol-simbol seperti :

= hubungan kuat

= hubungan sedang

�� = hubungan sangat lemah

Matrik korelasi pada atap digunakan untuk mengidentifikasikan persyaratan

teknikal mana yang saling mendukung satu sama lain di dalam desain

produk. Pemberian simbol pada matrik korelasi terdiri dari :

++ = hubungan proses berkorelasi sangat erat

+ = hubungan proses berkorelasi erat

Pada lajur paling kanan dignakan untuk mengukur kinerja teknik

lyakni dengan membandingkan antara target dan realisasi. Hasil akhir matriks

adalah nilai target untuk setiap persyaratan teknikal, dengan demikian

pengambil keputusan dari internal organisasi dapat terfokus dan menerapkan

langkah implementasi yang tepat dalam mewujudkan atribut produk

sebagaimana dikehendaki melalui peryaratan konsumen.

Page 63: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

42

MATRIKS KORELASI

DESAIN ATRIBUT (HOW)

HUBUNGAN HARAPAN KONSUMENDAN

DESAIN ATRIBUT

(HUBUNGAN MATRIKS)

BENCHMARK

UKURAN KINERJA/ TECHNICAL IMPORTANCE RATING

HARAPAN

KONSUMEN

BOBOT

PENILAIAN

KOMPETITIF

KONSUMEN

Berdasarkan hasil preferensi konsumen, terdapat tiga elemen mutu

sebagai persyaratan bahan baku yakni :

(1) mutu bahan baku,

(2) kemampuan pasokan dan

(3) kemampuan teknis pengelolaan

Sub-elemen mutu bahan terbagi atas :

(K1) kadar air,

(K2) kebersihan dari cemaran kotoran, tanah, ranting,

(K3) kandungan metabolit sekunder.

Pengertian elemen kemampuan pasokan menunjukkan sejauh mana pemasok

sanggup memenuhi jadwal dan jumlah pasokan. Pedagang pengumpul dan

industri cenderung menanyakan elemen tersebut sebagai dasar perencanaan

pengadaan bahan baku dan produksi.

Gambar 4. Rumah mutu (Bounds, 1994); Marimin, 2004).

Page 64: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

43

Kemampuan pasokan terurai dalam sub elemen :

(L1) kontinuitas pasokan, dan

(L2) jumlah pasokan.

Elemen pengelolaan menunjukkan kondisi operasional usaha pengadaan

bahan baku pemasok sebagai cermin profesionalitas. Walaupun kemampuan

pengelolaan jarang dipergunakan sebagai penentu seleksi pemasok bahan

baku, tetapi pemasok yang berkemampuan mengelola sesuai harapan industri

memiliki nilai tambah dan berpeluang lebih diperhatikan. Dalam menjalin

kemitraan jangka panjang, pihak pembeli dimungkinkan melakukan tinjauan

pengecekan hingga ke lokasi pengolahan bahan baku sehingga calon pembeli

dapat melihat sejauh mana kesiapan pemasok.

Kemampuan teknis terdiri atas sub-elemen :

(T1) ketersediaan alat dan

(T2) kemampuan sumber daya manusia.

Aplikasi diawali dengan meminta pendapat responden mengenai urutan

kepentingan atau prioritas dari pertanyaan yang telah disajikan dan pendapat

responden kemudian diolah sehingga menghasilkan bobot sub elemen.

Berdasarkan masukan dari wawancara responden ahli diperoleh

masukan karakteristik proses ditinjau dari sepuluh aspek teknikal atau

operasi (AO) sebagai berikut :

AO1. pembersihan AO6. penyimpanan

AO2. pencucian AO7. pengemasan

AO3. pengirisan AO8. pengelolaan lahan

AO4. pengeringan AO9. pengelolaan dana

AO5. pemilahan AO10.pengelolaan operasional

Responden diminta memberikan pendapat atas perbandingan

berpasangan antara harapan terhadap pasokan tanaman obat dan aspek teknis

operasi dengan memberikan nilai 10 mewakili hubungan kuat. Nilai tersebut

memberikan pengertian aspek teknis sangat berpengaruh mewujudkan

harapan konsumen, nilai 5 mewakili hubungan sedang, 3 mewakili hubungan

lemah, 1 mewakili hubungan sangat lemah dan 0 tidak ada hubungan sama

Page 65: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

44

sekali. Responden ahli berasal dari pihak industri yang mengerti mengenai

persyaratan tanaman obat, pengumpul dan petani yang masing-masing

diajukan pertanyaan yang sama.

Dari aplikasi QFD tersebut, menjadi masukan merancang desain fungsi

dari lembaga jaringan yang dapat menjadi perhatian dan pembelajaran bagi

anggota sehingga produk yang dihasilkan memenuhi peryaratan konsumen.

3.2. Interpretative Structural Modeling (ISM)

Kompleksitas rantai pasokan bahan baku agroindustri farmasi dengan

kerumitan interaksi antar elemen dan dinamika masing-masing aktor

dipandang strategis didekati dengan pendekatan kesisteman. Pertanyaan dan

pemikiran kritis digali guna memahami harapan berbagai pihak dan konflik

kepentingan yang timbul. Teknik ISM digunakan sebagai proses pengkajian

kelompok di mana model struktural dihasilkan untuk memotret sistem yang

kompleks melalui pola yang dirancang secara seksama dengan grafis dan

kalimat (Eriyatno,1999).

Struktur diperlukan untuk menjelaskan pemahaman pokok kajian dari

sistem yang berjenjang. Penentuan tingkat jenjang didasarkan atas lima

kriteria, yakni (1) kekuatan pengikat, (2) frekuensi relatif terhadap

guncangan, (3) konteks, (4) liputan tingkat dan (5) hubungan fungsional.

Kemudian program yang telah disusun secara berjenjang itu, dibagi menjadi

elemen-elemen. Menurut Saxena (1992), dalam Eriyatno (1999), program

dapat dibagi menjadi sembilan elemen yakni :

a) Sektor masyarakat yang terpenuhi

b) Kebutuhan program

c) Kendala

d) Perubahan yang dimungkinkan

e) Tujuan program

f) Tolok ukur penilaian tujuan

g) Aktivitas yang akan dilaksanakan

h) Ukuran aktivitas

i) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program

Page 66: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

45

Elemen-elemen tersebut dijabarkan dalam sub-elemen yang berasal dari

masukan pakar. Selanjutnya ditetapkan hubungan kontekstual antar sub

elemen tersebut, kemudian disusun SSIM atau Structural Self Interaction

Matrix.

Penyusunan SSIM menggunakan simbol V,A, X dan O yaitu :

V adalah eij = 1 dan eji = 0

A adalah eij = 0 dan eji = 1

X adalah eij = 1 dan eji = 1

O adalah eij = 0 dan eji = 0

Simbol 1 mengandung pengertian terdapat hubungan kontekstual antar

elemen i dan j yang diperbandingkan, sedangkan simbol 0 tidak terdapat

hubungan kontestual di antara elemen i dan j. Hubungan kontekstual dapat

berupa :

(a) pembandingan komperatif,

(b) pernyataan,

(c) pengaruh,

(d) keruangan,

(e) waktu.

Perhitungan aturan Transivity dilakukan untuk mengoreksi SSIM

sampai matriks menjadi tepat dan tertutup, bilamana :

A mempengaruhi B

B mempengaruhi C

Sehingga seharusnya A mempengaruhi C

Tabel Reachability Matrix dibuat untuk menggambarkan ada tidaknya

hubungan satu arah antar sub-elemen yang satu dengan lainnya, setelah

dilakukan pengecekan menggunakan Transivity. Hasil revisi SSIM dan

matriks yang memenuhi aturan Transivity ini diolah untuk menetapkan

pilihan jenjang. Hasil pengolahan diklasifikasikan dalam empat sektor :

Page 67: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

46

Sektor 1 Weak Driver – Weak Dependent Variable ( Autonomous ).

Variabel sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau

mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut

bisa saja kuat.

Sektor 2 Weak Driver –Strongly Dependent Variable (Dependent).

Umumnya variabel bersifat tidak bebas.

Sektor 3 Strong Driver – Strongly Dependent Variable (Linkage).

Variabel sektor ini harus dikaji secara hati–hati, sebab hubungan

antar variabel tidak stabil. Setiap tindakan pada variabel tersebut

akan memberikan dampak terhadap lainnya.

Sektor 4 Strong Driver – Weak Dependent Variable ( Independent ).

Merupakan variabel bebas, sebagai sisa dari sistem.

Pengolahan pendapat responden dilakukan menggunakan alat bantu

program ISM terbagai atas daftar pakar, analisis pakar, survei, hasil survei,

dan resume survei dengan penjelasan sebagai berikut :

1) menu daftar pakar, berisi identifikasi responden yang akan

memberikan pendapat,

2) menu analisis pakar, untuk menjabarkan sub elemen dari setiap

elemen yang akan dikaji,

3) menu survei, menampung pendapat pakar

4) hasil survei, menampilkan struktur hirarki pendapat dan dependence

– driver power.

Analisis elemen ISM meliputi : tujuan, perubahan yang diinginkan,

kendala program, dan aktivitas program.

3.3. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Kehidupan yang semakin kompleks dengan berbagai interaksi dan

saling ketergantungan di antara berbagai faktor memerlukan pendekatan yang

dapat mewakili situasi tersebut. Cara memandang masalah dalam suatu

kerangka teroganisir tetapi kompleks, memungkinkan adanya interaksi dan

saling ketergantungan antar faktor.

Page 68: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

47

AHP yang dikembangkan oleh Saaty (1993), merupakan metode untuk

memecahkan situasi kompleks dan tidak berstruktur tersebut ke dalam

komponen-komponen yang tersusun secara hirarki, baik struktural maupun

fungsional.

AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, untuk

aneka ragam persoalan tak berstuktur, memadukan ancangan deduktif dan

ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

Proses sistemik AHP memungkinkan pengambil keputusan mempelajari

interaksi dari komponen-komponen yang telah disusun dalam hirarki secara

simultan. Keharusan untuk memberikan nilai numerik pada setiap variabel

masalah akan membantu pengambil keputusan mempertahankan pola pikir

yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan.

Sistem yang kompleks dapat mudah dipahami bilamana dipecah

menjadi berbagai elemen dan elemen tersebut disusun secara hirakis. Hirarki

melibatkan pengindentifikasian elemen suatu persoalan, pengelompokan

elemen-elemen ke dalam kumpulan yang homogen dan menata kumpulan

pada tingkat yang berbeda.

Terdapat dua macam hirarki, struktural dan fungsional. Pada hirarki

struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen pokoknya

dengan urutan menurun menurut sifat struktural. Sedangkan hirarki

fungsional menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen – elemen

pokok menurut hubungan esensial.

Penyusunan secara hirarkis AHP mencerminkan pemilahan elemen

sistem dalam beberapa tingkat yang berlainan dan pengelompokan unsur

serupa pada setiap tingkat. Setiap perangkat elemen dalam hirarki fungsional

menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak yang disebut fokus, hanya

terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Pada

tingkat berikutnya masing – masing dapat memiliki beberapa elemen,

meskipun jumlahnya biasanya kecil antara lima dan sembilan.

Elemen-elemen dari suatu tingkat akan dibandingkan satu dengan

lainnya terhadap kriteria yang berada di tingkat atas, sehingga elemen-

elemen pada setiap tingkat harus dari derajat besaran yang sama. Selain

Page 69: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

48

identifikasi faktor penting dalam struktur hirarki, juga diperlukan cara untuk

memutuskan apakah faktor mempunyai pengaruh yang sama terhadap hasil

atau apakah sebagian boleh diabaikan. Unit dasar analisis adalah

perbandingan berpasangan dengan hubungan aji =1/aij. Bilamana matriks

menunjukkan aij = 5 berarti aktivitas i penting dan sangat penting

dibandingkan dengan aktivitas j.

Ancangan dalam menyusun hirarki tergantung pada jenis keputusan

yang perlu diambil. Jika persoalannya memilih alternatif, dapat dimulai dari

tingkat dasar dengan menderetkan semua alternatif. Tingkat berikutnya harus

terdiri atas kriteria untuk mempertimbangkan alternatif tersebut dan tingkat

puncak terdiri atas satu elemen saja yakni fokus tujuan menyeluruh. Selain

itu, AHP juga memberi peluang menguji konsistensi penilai. Bilamana terjadi

penyimpangan terlalu jauh, maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki

distruktur ulang (Marimin, 2004). Skala banding berpasangan menurut Saaty

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Skala Banding Berpasangan pada AHP

Intensitas Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit mendukung satu elemen atas lainnya

5 Elemen yang satu penting atau sangat penting dibanding elemen lain

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas elemen lainnya.

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat didukung, dan terlihat dominan pada praktek.

9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu atas lainnya memiliki tingkat penegasan atau yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan.

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan.

Kebalikan : Jika aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Page 70: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

49

AHP juga dapat dipergunakan bagi penyelesaian masalah konflik.

Menurut Saaty (1993), terlebih dahulu dilakukan identifikasi dari pihak –

pihak yang berkonflik, sasaran dan keingingan masing-masing pihak, solusi

yang diharapkan, asumsi cara yang diinginkan oleh masing-masing pihak

terutma dalam pandangannya terhadap pentingnya sasaran dan hasil. Namun,

pemecahan masalah konflik dan pencarian informasi dari berbagai pihak

yang terlibat resiko memungkinkan terjadinya bias dalam memahami situasi.

Tabtabai dan Thomas (2004), menyatakan perlunya terlebih dahulu

memformulasikan masalah keputusan pada struktur hirarki. Setelah hirarki

dibangun, maka mulai memprioritaskan prosedur untuk menetapkan

kepentingan relatif dari elemen dalam masing-masing tingkat hirarki. Contoh

tingkat hirarki AHP dapat dilihat sebagaimana gambar 5.

Tingkat IFOKUS FOKUS

Tingkat 2SKENARIO

SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3

Tingkat 3FAKTOR

FAKTOR 1 FAKTOR 2 FAKTOR 3 FAKTOR 4 FAKTOR 5

Tingkat 4ALTERNATIF ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 ALTERNATIF 3 ALTERNATIF 4

Elemen setiap tingkat diatur dalam kelompok yang homogen dan

dibandingkan dengan perhatian terhadap kepentingan dalam membuat

keputusan yang penuh pertimbangan. Perbandingan dari dua elemen mana

yang lebih penting dengan memperhatikan (with respect to) kriteria pada

Gambar 5. Struktur hirarki AHP.

Page 71: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

50

tingkat yang lebih atas menggunakan skala 1 – 9. Pengalihan bentuk verbal

diterjemahkan dalam angka absolut 1, 3, 5, 7 dan 9 dengan 2, 4, 6 dan 8

sebagai nilai tengah/ antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan.

Perbandingan rating untuk masing-masing tingkat dimulai dari atas hirarki ke

bawah. Ketika membandingkan elemen A dengan B, apabila A lebih penting

maka angkat tertinggi diterakan, kemudian B menjadi angka sebaliknya.

Menurut Saaty, menjadi penting untuk mengetahui konsistensi

penetapan keputusan para pengambil keputusan. Mencapai tingkat konsistensi

sempurna memang sulit, tetapi sebaliknya konsistensi yang rendah juga akan

merefleksikan pertimbangan yang tidak fokus. Konsistensi ini menjadi

penting guna memperoleh hasil yang sahih pada dunia nyata. Rasio

konsistensi menjadi parameter yang digunakan untuk memeriksa

perbandingan berpasangan telah dilakukan konsekuen. Rasio konsistensi (CR)

diperoleh dengan pembagian indeks konsistensi dibagi indeks random atau

CR = CI/ RI. Nilai CR seharusnya tidak lebih dari 0,10.

3.4. Analytical Network Process (ANP)

Analytical Network Process (ANP) merupakan generasi lanjutan

pendekatan AHP yang dikembangkan oleh Saaty. ANP menjawab kondisi

bahwa nilai dan pendapat antar individu sangat bervariasi dan dibutuhkan

suatu pengetahuan baru untuk membantu mencapai objektivitas dan

universalitas. Menurut Saaty, banyak keputusan tidak dapat distrukturkan

secara hirarki karena melibatkan interaksi dan ketergantungan mulai dari

elemen yang tinggi hingga elemen paling rendah. ANP ini dimaksudkan

untuk membuat model permasalahan yang tidak terstruktur dalam bidang

ekonomi, sosial maupun manajemen.

Perbedaan dengan AHP bahwa struktur ANP terdiri atas

ketergantungan antar elemen di dalam komponen (inner dependence) dan

dari ketergantungan antar elemen dari komponen di luar (outer dependence)

dan terdapat hirarki kontrol. Hirarki kontrol pada pendekatan ANP sangat

penting. Hirarki ini lebih berupa jaringan.

Page 72: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

51

Kriteria pada hirarki kontrol digunakan untuk membandingkan

komponen-komponen yang biasanya merupakan kriteria utama. Sedangkan

sub-kriteria digunakan untuk membandingkan elemen komponen. Dengan

demikian kriteria untuk komponen lebih luas dibanding sub-kriteria untuk

elemen komponen. Dengan kata lain, kriteria digunakan untuk

membandingkan komponen sistem.

Jaringan dalam ANP memungkinkan menampilkan beberapa elemen

secara terfokus pada awal proses dan akhir seperti pada AHP. Gambaran

bagaimana ketergantungan antar elemen pada ANP dapat dilihat pada gambar

6 berikut ini.

ANP merupakan struktur non linear terdiri dari sumber, siklus dan

looping yang memiliki prioritas, tidak hanya pada elemen tetapi juga pada

komponen atau klaster. ANP merupakan teori nilai matematik yang

didasarkan pada skala rasio secara berpasangan. Masing-masing skala rasio

menunjukkan perbandingan berpasangan antar elemen di dalam suatu

komponen, dan dengan elemen di luar komponen. Elemen yang tidak

memberikan pengaruh pada elemen lain memberikan nilai nol.

Hasil perbandingan diwujudkan dalam bentuk matriks vertikal dan

horizontal, bersifat stokhastik yang disebut supermatriks. Guna meninjau

Gambar 6. Ketergantungan antar elemen dalam ANP (Saaty, 1996).

Komponen sumber

Komponen sumber (lingkar umpan

balik)

Komponen antara

Komponen tersembunyi

Page 73: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

52

semua faktor dan kriteria yang digunakan dan keterkaitannya satu sama lain

diperlukan pendekatan holistik.

Pendekatan ANP akan mengukur pengaruh dominan elemen yang harus

memenuhi standar atau kriteria. Bentuk pertanyaan yang diajukan kepada

pakar dalam perbandingan berpasangan adalah : ” mana yang lebih

berpengaruh antara komponen atau elemen, berdasarkan kriteria kontrol

dibandingkan dengan kandungan komponen atau elemen yang lain ? ”

Hasil analisis supermatrik ANP menghasilkan nilai BCOR (benefit,

cost, opportunity dan risk) dimana pengambilan keputusan merupakan proses

berdasarkan pertimbangan yang menguntungkan dan merugikan.

Pertimbangan yang menguntungkan disebut sebagai manfaat dan

pertimbangan yang merugikan disebut sebagai biaya. Selain itu juga

dipertimbangkan adanya kemungkinan positif di masa datang yang disebut

peluang dan kemungkinan negatif disebut resiko.

3.5. Penilaian Investasi

Pengambilan keputusan untuk program sistem pasokan bahan baku

berbasis jaringan, harus didasarkan pada pertimbangan kelayakan finansial

sehingga program layak atau tidak untuk dilaksanakan. Beberapa parameter

yang digunakan adalah :

a. Payback Period (PBP)

b. Net Present Value (NPV)

c. Benefit-Cost Ratio (B/C)

d. Internal Rate of Return (IRR)

a. Metode Payback Period

Payback period merupakan periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran suatu investasi dengan mengunakan aliran kas masuk

neto yang diperoleh. Terlebih dahulu dijabarkan seluruh biaya dan

kemungkinan penyusutan bahan baku yang berkorelasi pada biaya.

Kemudian arus kas masuk dijabarkan berdasarkan perkiraan penjualan

bahan baku yang telah diolah lebih lanjut. Arus kas masuk netto

Page 74: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

53

diperhitungkan setelah pengeluaran pajak dan penyusutan. Formula

mencari payback periode adalah :

Rumus ini dipergunakan bilamana aliran kas masuk tetap setiap

tahun. Bilamana aliran kas masuk tidak sama, maka sisa investasi yang

belum kembali diperhitungan dengan aliran kas masuk netto pada tahun

berikutnya sehingga PBP terdiri atas tahun di mana aliran kas netto yang

telah berhasil ditutup ditambah total bulan sisa nilai investasi, dapat

ditutup secara proporsional.

b. Metode Net Present Value ( NPV)

Metode PBP memiliki kelemahan karena tidak memperhitungkan

nilai waktu uang, padahal uang memiliki nilai yang berbeda apabila

waktu memperolehnya berbeda. Hal ini dikarenakan faktor diskonto

berupa bunga dan biaya modal yang lain. Metode NPV akan

mengakomodasikan kedua hal tersebut. Metode NPV mencari selisih nilai

sekarang dari aliran kas netto dengan nilai sekarang dari suatu investasi.

( ) 010

Ii

NPVn

tt

tA −+

=�=

At = Aliran kas netto pada periode ke t

Io = Nilai Investasi

r = Discount rate

t = Jangka waktu proyek investasi / umur proyek investasi

Nilai Investasi ________________ x 1 tahun Aliran kas masuk

=PBP

Page 75: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

54

c. Metode Benefit – Cost Ratio (B/C)

Metode Benefit Cost Ratio atau Profitability Index merupakan

metode yang memiliki hasil keputusan sama dengan metode NPV.

Apabila suatu proyek investasi diterima, maka akan diterima pula jika

dihitung dengan menggunakan formula. Suatu usulan proyek investasi

akan diterima atau layak apabila > 1. Formula yang dipergunakan dalam

menghitung B/C adalah :

d. Metode Internal Rate of Return ( IRR )

Metode Internal Rate of Return merupakan metode penilaian

investasi untuk mencari tingkat bunga (discount rate) yang menyamakan

nilai sekarang dari aliran kas neto ( Present Value of Proceeds ) dan

investasi (Initial Outlays). Pada saat IRR tercapai, maka NPV sama

dengan nol.

Pengambilan keputusan menggunakan metode IRR akan sejalan

dengan perhitungan menggunakan metode NPV walaupun kadang –

kadang terjadi pertentangan antara kedua metode tersebut. IRR dapat

dihitung dengan rumus

( )rkrbTPVrbTPVrk

NPVrkrkIRR −�

���

−+=

IRR = Internal Rate of Return

rk = tingkat bunga yang rendah

rb = tingkat bunga yang tinggi

PV rk = present value dari arus kas netto pada tingkat bunga kecil

PV rb = present value dari arus kas netto pada tingkat bunga besar

Total PV dari arus kas bersih _____________________ Investasi

=B / C

Page 76: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

IV. METODOLOGI

4.1. Kerangka Pemikiran

Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang

menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan

yang kompleks dalam rangkaian proses bisnis secara satu kesatuan.

Pengertian, filosofi, dan alur berstruktur rantai pasokan telah diajukan oleh

peneliti terdahulu dan menegaskan perbedaan manajemen rantai pasokan

dengan manajemen logistik (Christopher, 1998; Bowersox, 1992; Ayers,

2000; Levi 2002; Vokurka, 2002; Giannakis, 2004; Tracey, 2005; Gowen di

dalam Maku, 2005).

Membangun rantai pasokan berbasis jaringan melibatkan anggota, dan

formulasi kerangka kerja (Evans dan Danks, 1998; Stock dan Lambert, 2001;

Halal dalam Daboub, 2002). Fungsi jaringan menurut peneliti terdahulu

adalah mendistribusikan manfaat dan resiko berdasarkan tujuan melalui

mekanisme umpan balik, insentif, dan sanksi yang dijabarkan serta dikelola

(Barba et al. 1998; Levi, 2000; Goold dan Quinn, di dalam Stanek, 2004).

Membangun jaringan memerlukan persyaratan perilaku berupa hubungan

berbasis kepercayaan, penyatuan keahlian saling melengkapi, peran aktif,

harmonisasi, solidaritas dan pengendalian kekuasaan (Achrol di dalam

Daboub, 2000; Barba et al. 1998; Choi et al. 2002).

Pasokan bahan baku agroindustri farmasi menghadapi kompleksitas

permasalahan dengan kerumitan hubungan antar elemen dan perubahan

dinamis permintaan dan penawaran bahan baku. Permasalahan yang dihadapi

petani umumnya terletak pada akses pasar, kemampuan dan kualitas

pasokan, permodalan, kemampuan pengelolaan bahan baku sehingga

standarisasi hasil dari masing-masing aktor lemah karena tidak menyatunya

rantai proses.

Sistem rantai pasokan direkayasa agar terdapat integrasi strategis antara

petani dan industri dimana petani berlokasi tersebar, berkontribusi sesuai

perannya atas dasar saling tergantung sehingga tercapai kesejahteraan petani

dan mendorong pengusahaan tanaman obat secara berkelanjutan.

Page 77: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

56

Kerangka pemikiran pembangunan jaringan dapat dilihat pada Gambar

7 dan tahapan penelitian sebagaimana pada Gambar 8 berikut ini.

AGROINDUSTRI FARMASI

KONDISI SISTEM RANTAI PASOKAN SAAT INI DAN KEBUTUHAN1. Usaha tani

2. Pola pembelian3. Rantai pasokan

4. Persyaratan mutu

PETANI TANAMAN OBAT

PENDEKATAN SISTEM

ANALISIS USAHATANI

ANALISIS MATRIKSPERSYARATAN MUTU

ANALISIS ELEMENJARINGAN

PEREKAYASAAN SISTEM RANTAI PASOKANBASIS JARINGAN

STRUKTUR JARINGAN ANALISIS KONFLIKPERHITUNGAN

MANFAAT

PERSYARATAN IMPLEMENTASIFAKTORPENGHAMBAT

FAKTORPENDUKUNG

SISTEM RANTAI PASOKANBASIS JARINGAN

KONDISI SITUASIONALUSAHA TANI

ATRIBUT UTAMA DANPROSES TERKAIT ELEMEN KUNCI

Gambar 7 Kerangka pemikiran penelitian.

Page 78: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

57

Penelitian mengkaji sistem rantai pasokan saat ini mencakup

pengadaan bahan baku oleh agroindustri farmasi, hubungan petani dengan

rantai di atasnya dan keunikan rantai pasokan tanaman obat. Aspek hubungan

vertikal sistem pasokan yang dikaji adalah : cara memilih dan menilai

pemasok, penetapan mutu, harga dan nilai-nilai kerjasama. Selanjutnya

dilakukan analisis usaha tani, persyaratan mutu dan elemen kritis

membangun jaringan.

Nilai keilmuan dari penelitian adalah bagaimana jaringan dalam ranah

manajemen rantai pasokan diimplementasikan pada agroindustri farmasi dan

memberikan manfaat bagi petani tanaman obat. Validasi terhadap

pembangunan jaringan dilakukan dengan melalui pengujian antar variabel

dirujuk pada teori yang mendukung dan berdasarkan pendapat pakar untuk

kesesuaian realitas di lapangan. Uji konsistensi dari pendapat pakar atas

perbandingan berpasangan dilakukan walaupun pada kenyataanya sulit

mendapatkan konsistensi sempurna tetapi analisis berpasangan atas elemen

telah memperoleh kepastian.

Page 79: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

58

Analisis usaha tani danrantai pasokan

bahan baku

Peryaratan mutu pembeli,tingkat rantai pasokan,ketentuan pembelian

Biaya usaha tani tanamanobat, R/L menjual padapembeli non jaringan

Komponen biaya -biaya usaha tani

Persyaratanpasokan bahan

baku dan ciri rantaipasokan

Metode :wawancara

pelaku,perhtiungan rugi

laba

Analisis usaha tani dan rantai pasokan bahan baku petani (1)

Kriteria mutu bahanbaku

Aspek pengolahanbahan baku

Analisis persyaratan mutubahan baku dan aspek

teknis pengolahan

Bobot kriteria mutu, targetnilai proses yang terkait

mutu

Metode : QualityFunction

Deploypment,Pembobatan MPE

Analisis persyaratan mutu bahan baku (2)

A B

C

A

Page 80: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

59

Elemen - elemensistem

pembentukankelembagaan

Analisis Elemen Strukturisasi Jaringan (3)

Analisis ElemenKelembagaan rantai

pasokan berbasis jaringanMetode : ISM

Elemen Kunci yangdiperhatikan saat

membangun lembagaD

Rekayasa Sistem RantaiPasokan bahan baku

Lembaga jaringan :struktur, fungsi,

mekanisme operasional

Metode :Penstrukturan(Giannakis &

Croom, 2004-Stock& Lambert,,2001 -

Giles & Hancy,1998)

Rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku (4)

A CB D

AHPAnalisis dan solusi konflik

Mekanisme penanganankonflik

R/L,Analisis

kelayakan,

Perhitungan manfaat yangditerima anggota hasil

rekayasa

Nilai manfaat yang diterimapetani

Gambar 8. Tahapan penelitian

A

Page 81: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

60

Untuk merancang sistem, terlebih dahulu dilakukan analisis kebutuhan

para aktor sehingga diperoleh gambaran harapan dan faktor berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan industri berkaitan dengan perencanaan

pengadaan bahan baku, perilaku masing – masing aktor dan pola

pengelolaan. Harapan konsumen industri didekati dengan menggunakan alat

bantu Quality Function Deployment sehingga diperoleh ketegasan atas

preferensi utama dari kualitas dan dihubungkan dengan proses internal, akan

diperoleh prioritas proses yang sangat berpengaruh.

4.2. Pendekatan Sistem

Sistem rantai pasokan merupakan permasalahan yang tidak berdiri

sendiri. Sub-sistem satu dan lainnya akan saling berkaitan mulai dari saat

pembudidayaan sampai produk diterima oleh industri. Banyaknya pelaku

yang terlibat dalam proses bisnis menjadikan sistem bersifat dinamis,

kompleks dan rawan pada konflik kepentingan. Menurut Eriyatno (1999),

metodologi sistem bertujuan untuk mendapatkan gugus alternatif sistem yang

layak, mencakup kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi.

Perancangan sistem, diawali dengan memahami para aktor yang

terlibat pada sistem rantai pasokan dan kebutuhan masing-masing. Aktor

utama pada sistem rantai pasokan bahan baku meliputi petani, pedagang

pengumpul dengan satu atau lebih tingkatan, hingga industri. Kebutuhan

aktor dimaksud dapat serupa, namun dapat terjadi bertentangan sehingga

berpotensi terjadinya konflik kepentingan.

Tabel 8 berikut ini memberikan gambaran mengenai kebutuhan yang

menjadi fokus oleh pelaku utama.

Page 82: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

61

Tabel 8 Analisis kebutuhan para aktor pada rantai pasokan

No Kebutuhan Petani Pedagang pengumpul

Pedagang besar

Industri

1 Harga Jual x x x x

2 Kesesuaian pasokan x x x x

3 Biaya budidaya x

4 Mutu x x x x

5 Informasi persyaratan

x x x

6 Pembinaan berkelanjutan

x

7 Teknologi x

8 Ketersediaan SDM x x

9 Ketepatan waktu pasokan

x x x

10 Modal kerja x x x x

11 Peningkatan keuntungan

x x x x

Potensi konflik x = Yang berkepentingan atas kebutuhan dimaksud

4.3. Tata Laksana Penelitian

Penelitian rekayasa sistem pasokan tanaman obat difokuskan pada

tanaman obat yang dipasok ke agorindustri farmasi penghasil obat

tradisional. Penelitian melalui empat tahapan yakni (1) analisis usaha tani

dan rantai pasokan bahan baku petani, (2) analisis persyaratan mutu bahan

baku, (3) analisis elemen kelembagaan, (4) rekayasa sistem rantai pasokan

bahan baku. Adapun kerangka berpikir penelitian sebagaimana terlihat pada

Gambar 7.

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer

mencakup luas lahan petani, biaya – biaya, kapasitas produksi, perlakuan

budidaya dan pemrosesan, tingkat penolakan kualitas, pola perdagangan

tanaman obat. Responden ditetapkan dengan batasan :

1. Petani dan pengumpul yang telah menekuni bidang tanaman obat

secara terus menerus selama lima tahun.

2. Pengumpulan data dilakukan di daerah Karanganyar, Sukoharjo,

Wonogiri, dan sekitar Slahung.

Page 83: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

62

3. Industri penghasil jamu dan obat herbal yang dipilih secara sengaja

yakni : PT Air Mancur, PT Phapros tbk, dan PT Indofarma tbk.

Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu :

(1) penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan pejabat BPTO

Tawangmangu dan petani pada bulan Februari 2003

(2) penelitian utama melalui wawancara petani, pengumpul dan

agroindustri farmasi penghasil obat tradisional, industri farmasi

yang menghasilkan fitofarmaka dan obat herbal, serta agroindustri

kecil obat tradisional yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai

dengan Oktober 2003

(3) pencarian data sekunder di Badan Pengawasan Obat dan Makanan

subdit Obat Asli Indonesia, Badan Pusat Statistik pada bulan

November, Desember 2003

(4) pengecekan silang melalui wawancara pengumpul di Caruban dan

Slahung, pada bulan Juli 2004

(5) melakukan wawancara pakar

Lokasi : Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri

Page 84: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

63

Wawancara dengan kelompok petani menggunakan struktur

pertanyaan terarah untuk memperdalam obyek telaah. Kuesioner

ditujukan bagi responden yang mampu menjawab pertanyaan tanpa

memerlukan bantuan. Kuesioner berisi sekumpulan pertanyaan untuk

menggali informasi sehingga diperoleh gambaran mengenai : peran

aktor, kemampuan pasokan, persyaratan kualitas, dan faktor yang

mempengaruhi, resiko produksi dan pengolahan, faktor yang

mempengaruhi harga, nilai berpengaruh pada hubungan pemasok dan

pembeli.

Wawancara konfirmasi dilakukan pada kelompok petani dan

pengumpul di daerah berbeda. Pendekatan pengamatan diperlukan untuk

memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai :

a) penanganan pascapanen hingga penyimpanan pada tingkat petani.

b) penerimaan dan perlakuan bahan baku pada tingkat pedagang

pengumpul

c) penerimaan dan perlakuan bahan baku pada tingkat industri

d) kondisi fasilitas di areal petani dan pengumpul

Seluruh informasi dipergunakan untuk mengkaji faktor

berpengaruh terhadap pengadaan dan distribusi bahan baku, kelemahan

dan kekuatan rantai pasokan yang berlangsung saat ini serta peluang

mengembangkan sistem rantai pasokan baru.

Responden ahli yang menjadi nara sumber adalah : peneliti

tanaman obat sekaligus Kepala BPTO Tawangmangu, ketua koperasi

karyawan BPTO, manajer-manajer terkait dari agroindustri farmasi

terpilih, pembina petani, dan ketua Koperasi Jamu (KOJAI) Nguter –

Sukoharjo.

b. Teknik pengolahan dan analisis data

1. Pengolahan data harapan konsumen menggunakan Quality Function

Deployment, dengan memberikan bobot kepentingan atas harapan

konsumen dimaksud.

Page 85: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

64

2. Penjabaran harapan konsumen menggunakan QFD melalui tahapan

berikut :

a. Mengajukan pertanyaan pendahuluan kepada kelompok pakar,

sehingga dihasilkan sekumpulan persyaratan tanaman obat

kemudian disarikan menjadi kriteria-kriteria kualitas.

b. Elemen yang dihasilkan tersebut disusun dalam bentuk kuesioner

dan diajukan kepada responden terpilih terdiri atas petani, dan

pedagang pengumpul. Responden diminta mengurutkan dari

prioritas pertama hingga ke n dari kriteria konsumen dimaksud.

c. Melakukan pembobotan atas kriteria konsumen.

d. Menguraikan aspek pemrosesan dalam menghasilkan bahan baku

sebagaimana diharapkan konsumen. Penguraian proses dilakukan

melalui wawancara pakar industri dan diikuti dengan observasi.

e. Melakukan penilaian berpasangan atas kriteria konsumen dengan

proses. Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai

pengaruh hubungan kuat, sedang atau tidak sama sekali dari

proses. Tinjauan matriks antara kriteria konsumen dan proses

dilakukan melalui wawancara pakar.

f. Tahap akhir adalah melakukan proses trade off antar aktivitas

proses untuk melihat apakah terdapat pengaruh positif kuat (+

+), pengaruh negatif (-), sehingga dapat disimpulkan korelasi

proses satu dengan proses lainnya.

3. Teknik ISM dipergunakan dalam mengkaji hubungan sub-elemen dari

elemen-elemen yang perlu diperhatikan saat membangun jaringan.

Kaitan kontekstual antara elemen dan sub-elemen dan bagaimana

kuat-lemahnya pengaruh satu elemen terhadap lainnya dianalisis.

Analisis memanfaatkan kelompok pakar untuk mendeskripsikan

berbagai elemen dan keterkaitan kontekstualnya.

4. Pendekatan supermatrik ANP digunakan untuk mengkaji hubungan

yang kompleks dari elemen–elemen yang saling berpengaruh.

Pendekatan ini memberi ruang interaksi dan umpan balik di dalam

Page 86: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

65

dan di antara kelompok elemen. Hasil analisis supermatrik berupa

nilai BCOR, ditinjau dari kriteria optimistis, pesimistis, dan normal.

5. Perhitungan kelayakan jaringan dilakukan dengan terlebih dulu

menetapkan asumsi : target penjualan, nilai investasi dan prosentase

kerusakan bahan baku. Sedangkan analisis manfaat akan mengkaji

nilai insentif yang masih mampu didistribusikan kepada anggota.

6. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai tambah dari perubahan

produk tanaman obat irisan kering dan segar dari jahe dan kunyit

sebagai studi kasus dengan menghitung selisih nilai produk setelah

mendapatkan pemrosesan tertentu dengan nilai yang dikorbankan

untuk permrosesan.

7. Tinjauan konflik internal jaringan dimaksudkan untuk menduga

kemungkinan ketidakselarasan di dalam organisasi. Proses

pengolahan pertanyaan dilakukan melalui AHP. Responden diminta

membandingkan secara berpasangan antar kriteria. Bila ternyata

pendapat mereka tidak konsisten, maka dilakukan pengulangan,

sehingga diperoleh kesimpulan akhir.

c. Tahap pengembangan sistem, validasi dan verifikasinya

Pengembangan sistem jaringan dilakukan dengan mengkaji

kembali seluruh teori jaringan dari peneliti terdahulu berdasarkan studi

pustaka, wawancara dari sejumlah nara sumber dan melakukan cek

silang dengan sistem rantai pasokan yang telah berjalan selama ini.

Jaringan kemudian dikembangkan dengan melibatkan penstrukturan,

mekanisme, persyaratan dan pembagian fungsi.

Validasi model konseptual dimaksudkan untuk menetapkan bahwa

teori dan asumsi-asumsi yang mendasari tepat dan model telah

merepresentasikan masalah. Baik struktur model, logika dan matematika

serta hubungan sebab telah tepat terhadap tujuan dari model yang

dikehendaki.

Dalam hal ini, pengembang model atau peneliti mengkaji secara

seksama dan mengevaluasi bagaimana model bekerja. Validasi tidak

Page 87: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

66

dapat dilaksanakan oleh peneliti semata tetapi memerlukan komunikasi

dengan pengguna (Sargent, 2000; Carson, 2002; Martis, 2006).

Validasi terhadap jaringan yang telah dibangun dilakukan sejak

awal dengan memeriksa logika berpikir, asumsi-asumsi yang digunakan

dan teori jaringan yang mendukung. Perubahan pendapatan petani dan

jaringan dianalisis dengan mengambil tanaman obat terpilih sebagaimana

disebutkan pada ruang lingkup.

Verifikasi dilakukan untuk melihat apakah model telah menjawab

tujuan dan seberapa tinggi pencapaiannya. Verifikasi manfaat jaringan

dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh di lapangan dan

dengan memasukkan beberapa asumsi-asumsi.

Page 88: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

V. ANALISIS SITUASI USAHA TANAMAN OBAT

5.1. Bahan Baku Tanaman Obat

Agroindustri farmasi terutama yang menghasilkan produk fitofarmaka

membutuhkan bahan baku sesuai standar formulasi agar memberikan efek

khasiat. Proses seleksi bahan baku agroindustri farmasi penghasil produk

fitofarmaka dilakukan melalui tahapan :

1. menetapkan kandungan zat aktif berkhasiat positif dari tanaman obat

obyek.

2. memetakan sumber pasok bahan baku yang memiliki kandungan khasiat

aktif optimal.

3. mengecek fluktuasi kandungan berkhasiat di setiap musim dengan

memperhitungkan kemampuan mereproduksi zat aktif gabungan.

4. membuat penanda berupa isolate yang mengandung kandungan utama.

Pemeriksaan kesesuaian dan kemurnian, tingkat kekeringan, kadar

cemaran kutu dan zat asing serta tingkat kebaruan bahan baku merupakan

pemeriksaan awal, sebelum dilakukan analisis kandungan senyawa metabolit

sekunder. Pemeriksaan kandungan metabolit sekunder yang dilakukan secara

rutin, menghasilkan data kondisi bahan baku dari berbagai daerah sumber

pasok. Melalui data dimaksud diperoleh perbandingan kinerja bahan baku

antara daerah satu dan lainnya.

Perbedaan kandungan metabolit sekunder khususnya agroindustri

farmasi penghasil fitofarmaka, akan memerlukan perhitungan reprodusibilitas

zat aktif gabungan. Kondisi ini memerlukan tindakan koreksi pada proses

ekstraksi, yang berdampak pada biaya produksi. Kandungan senyawa

metabolit sekunder yang tidak sesuai dengan penanda, mendorong industri

melakukan peninjauan kembali pemesanan dari pemasok dan mengambil

keputusan atas penetapan asal daerah sumber pasokan.

Selain persyaratan dasar, kadangkala industri juga menetapkan kriteria

tambahan pasokan bahan baku seperti : standar usia tanam, waktu panen dan

ketinggian daerah tanam. Alasannya adalah, metabolit sekunder akan berbeda

menurut cara bagaimana tanaman obat ditanam dan cara pemanenan. Namun,

Page 89: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

68

ketika bahan baku sulit diperoleh maka persyaratan yang ditetapkan akan

sedikit diperlonggar. Pemeriksaan kandungan metabolit sekunder dilakukan

di laboratorium pengawasan kualitas untuk setiap kedatangan bahan baku,

dirujuk pada sampel yang telah dikirimkan sebelumnya. Cara pengambilan

sampel disesuaikan dengan ketentuan Material Medika Indonesia. Hasil

pemeriksaan tersebut kemudian dipakai sebagai penilaian kinerja pemasok.

Bahan baku tanaman obat yang diterima melalui tahapan persiapan

sebelum dipergunakan sebagai bahan baku ramuan. Salah satu bentuk standar

proses yang dilakukan di Air Mancur antara lain :

1. Sortasi untuk memisahkan bahan dari cemaran pasir dan kotoran lain

dengan cara hembusan dan pengayakan.

2. Penggorengan tanpa minyak agar dihasilkan aroma yang diinginkan atau

mempermudah bahan baku dikupas dari kulitnya.

3. Vaporasi dilakukan, khusus terhadap bahan yang mempunyai angka

cemaran kuman tinggi. Vaporasi, biasanya dilakukan untuk bahan baku

jenis daun-daunan.

4. Pengeringan bahan baku dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari langsung atau pengeringan menggunakan oven. Bahan baku

kemudian dikemas setelah diangin-anginkan terlebih dulu.

5. Pengecilan dimensi untuk mempermudah proses standarisasi, mengingat

bahan baku yang berasal dari daerah berbeda mempunyai kadar zat

berkhasiat yang berbeda pula.

6. Bahan baku yang tidak langsung mengalami pemrosesan, akan disimpan

dalam kemasan yang terbuat dari plastik polipropilena, tidak beracun,

tidak bereaksi dengan isi, dan melindungi bahan baku dari cemaran

mikroba.

Page 90: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

69

Sebagai contoh, alur perlakuan bahan baku pada agroindustri jamu PT.Air

Mancur dapat dilihat pada halaman berikut ini :

Pemasok Bahanbaku

Sortasi

Qualityspecification

Gudangsimpan

Penggorengan Pencucian Penguapan

Pengeringan/hembus

Standarisasi

Pengecilan dimensi

Qualityspecification

Bahan baku ruah

Formulasi Produkantara

5.2. Kondisi Usaha Tani

a. Sumber pasokan

Petani di daerah obyek penelitian lebih mendahulukan mengelola

tanaman pangan dibanding tanaman obat karena tanaman obat diposisikan

Gambar 10. Alur proses penanganan bahan baku

Page 91: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

70

sebagai penambah penghasilan. Areal yang digunakan untuk budidaya

tanaman obat berada di pekarangan, lahan kering atau lahan yang tidak

cocok untuk tanaman pangan. Luas lahan tanaman obat yang diusahakan

oleh petani relatif sempit berkisar 0,03 ha hingga 3 ha per petani.

Petani biasanya tidak menanam untuk satu jenis tanaman obat atau

monokultur, tetapi campuran atau polikultur dari beberapa tanaman obat

seperti temulawak, kunyit, lempuyang wangi, lempuyang pahit, jahe dan

sebagainya, dengan sifat penanaman berupa tanaman sela atau berada di

bawah naungan tanaman tertentu.

Tanaman obat di daerah Malang misalnya, ditanam pada ketinggian

1500 dpl dibudidayakan secara tumpangsari dengan tanaman apel sebagai

naungan. Sedangkan tanaman obat di Kediri pada ketinggian sekitar 800 dpl

ditanam dengan naungan tanaman kopi. Tanaman obat di daerah Pacitan

dilakukan tumpangsari dengan ketela dan jagung.

Data dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri (2004), menunjukkan

tanaman obat familia Zingiberacea terutama jahe dan lengkuas, terdapat di

seluruh kecamatan meliputi areal menghasilkan seluas 360 hektar, dengan

produksi sebesar 1.839 ton. Jumlah produksi tersebut, melibatkan 3.082

kepala keluarga (kk) petani atau rata-rata setiap kk petani menangani 0,117

hektar atau 1.170 m2.

Kecamatan Pracimantoro yang berbatasan dengan kabupaten

Wonosari, merupakan wilayah yang paling sedikit membudidayakan

tanaman obat dengan luas 7,97 hektar, melibatkan 55 kk petani. Kecamatan

Karangtengah menghasilkan tanaman obat terbesar dibanding kecamatan

lain di kabupaten Wonogiri dengan luas lahan 47 hektar. Pasokan tanaman

obat jahe, dan kunyit paling banyak berasal dari kecamatan ini. Produksi

tanaman obat sejumlah tersebut, melibatkan 222 kk petani.

Berdasarkan data tahun 2002, kabupaten Karanganyar memiliki 504

hektar lahan tanaman obat dengan produksi sebesar 2.342,5 ton tersebar di

13 kecamatan dari total 17 kecamatan (Dinas Pertanian Karanganganyar,

2002). Kecamatan Ngargoyoso yang berada di lereng Gunung Lawu

merupakan daerah penghasil utama jahe dengan produksi sebesar 652,5

Page 92: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

71

ton, berasal dari lahan seluas 130,5 hektar, melibatkan sekitar 1.680 kk

petani bilamana rata-rata petani memiliki lahan seluas 0,3 hektar.

Sedangkan kunyit dan kencur lebih banyak terdapat di kecamatan Jumapolo

dengan luas lahan masing-masing 20 dan 35 hektar dengan hasil produksi

175 ton kunyit dan 60 ton kencur. Dari kedua kabupaten tersebut, jahe

merupakan tanaman obat paling banyak ditanam dibanding lainnya.

Kabupaten Boyolali yang berbatasan dengan Surakarta, sangat dikenal

sebagai penghasil kencur yang berkualitas, terutama dipasok dari

kecamatan Nogosari dan Simo. Boyolali juga menghasilkan jahe yang baik,

berada di kecamatan Ampel seluas 280 hektar dengan produksi pada tahun

1999 sebesar 1.540 ton.

Sumber pasokan tanaman obat tersebar di beberapa kabupaten

seperti : Karanganyar, Wonogiri, Boyolali termasuk Malang, Madiun dan

Pacitan menjadi sumber pasokan penting untuk agroindustri farmasi besar

yang berada di sekitar Solo dan Semarang serta industri skala menengah

kecil yang berada di kabupaten Sukoharjo hingga Cilacap.

Teknik budidaya tanaman obat yang digunakan petani umumnya

berdasarkan informasi secara turun temurun dan hasil olah pengalaman

petani sendiri. Beberapa petani menjadi anggota kelompok petani

memperoleh masukan dari pertemuan kelompok atau dari petani yang lebih

diandalkan. Kehadiran petani yang memiliki pengetahuan lebih, bertindak

sebagai pembina untuk rekan petani lainnya dan keberadaan merekan

sangat membantu.

b. Penanganan pascapanen

Penanganan pascapanen tanaman obat tidak memerlukan peralatan

yang mahal. Kegiatan pembersihan, dan bilamana dilanjutkan dengan

pengeringan atau penggerusan menjadi serbuk dilakukan secara padat karya

dan cenderung melibatkan anggota keluarga. Proses perajangan umum

dikerjakan oleh buruh perempuan, sedangkan tenaga kerja laki-laki lebih

menangani kegiatan pengeringan. Proses pengeringan memerlukan tenaga

fisik lebih besar, mengingat bahan baku yang dihamparkan pada lantai

Page 93: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

72

pengeringan harus dibalik beberapa kali, kemudian dilakukan penataan

gudang.

Tanaman obat bentuk segar lebih dipilih sebagai produk yang dijual

petani dengan alasan lebih mudah penanganan, tidak memerlukan waktu

dan tenaga serta langsung dijual guna memperoleh uang tunai. Tanaman

obat segar tersebut, biasanya dijual dengan kondisi tanpa sortasi sehingga

berakibat bervariasinya ukuran dan kondisi bahan baku. Bilamana petani

menilai bahwa harga pembelian bahan baku tidak menarik maka tanaman

obat tetap dibiarkan tidak dipanen.

Penanganan bahan baku segar harus dilaksanakan segera untuk

mencegah kerusakan. Petani biasa menyimpan bahan baku di dalam rumah

tempat tinggal atau pada bangunan sederhana di pekarangan yang

diperuntukkan sebagai gudang. Cara menyimpan bahan baku dengan

ditumpuk di atas tanah atau di atas para-para dalam kemasan karung bekas

berisi bahan baku irisan kering.

Cara perhitungan biaya pada tingkat petani terbatas pada komponen

biaya yang langsung dikeluarkan seperti biaya bibit, sewa lahan bilamana

lahan tidak dimiliki sendiri, biaya pemeliharaan tanaman dan biaya buruh.

Apabila tenaga keluarga dipakai atau dilibatkan maka tidak dikatagorikan

sebagai penyumbang biaya. Kegiatan yang dilakukan saat panen terdiri

dari :

1. melakukan pencabutan/ pembongkaran tanaman yang telah memenuhi

umur panen dengan bantuan garpu.

2. membersihkan rimpang dari tanah, diikuti pemotongan sulur/ akar

tanaman.

3. membersihkan tanah dengan pencucian menggunakan air bertekanan

sehingga tanah-tanah yang melekat akan jatuh dan kulit tidak cacad atau

tergores. Namun, biasanya petani hanya melakukan pencucian

sekedarnya.

4. mengemas dalam karung seberat 50 sampai 60 kilogram bilamana dijual

dalam bentuk segar menggunakan karung bekas.

Page 94: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

73

c. Kehidupan petani tanaman obat

Berdasarkan hasil pengamatan, petani terlibat di dalam kelompok

sebagai sarana berbagi pengalaman serta membahas berbagi masalah usaha

tani secara umum. Pelaksanaan pertemuan kelompok tidak diatur secara

kaku dan dapat dilaksanakan dimana saja. Pengurus desa ada yang terlibat

aktif untuk mengembangkan pengetahuan petani, tetapi lebih sering petani

berusaha sendiri memperoleh masukan dari petani lainnya anggota

kelompok. Walaupun terdapat tenaga penyuluh dari kantor dinas kabupaten,

cakupan penyuluhan belum menjangkau petani yang letaknya lebih di

pelosok.

Menurut petani, program penyuluhan jarang diperoleh sehingga

petani cenderung menyelesaikan permasalahan sendiri. Bentuk kerjasama

melibatkan petani ditemui di daerah observasi antara lain:

1. Kerjasama industri dan lembaga penelitian untuk mengembangkan

tanaman tertentu dan mendorong petani membudidayakan dan

mengelola pascapanen secara tepat. Contoh : kerjasama antara Balai

Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu dengan agroindustri farmasi

tertentu yang melakukan pembinaan dengan petani-petani setempat.

Selanjutnya hasil produksi petani tersebut dipasok ke agroindustri

farmasi dimaksud, dengan terlebih dahulu menyepakati teknis

pemasokan dan harga pembelian.

2. Kerjasama antara agroindustri farmasi dan pemerintah daerah dalam

program pembinaan petani pada desa-desa yang ditetapkan. Contoh :

pemerintah daerah kabupaten Karanganyar bekerjasama dengan Air

Mancur.

3. Kerjasama langsung antara industri dengan kelompok tani yang menjadi

pembinaan dari petani andalan seperti dijumpai di Wonogiri kemudian

memasok bahan baku ke agroindustri farmasi yang membina.

Dari pertanyaan yang diajukan melalui kuisioner kepada 30 responden

petani mengenai , “ pernahkah mendapatkan penyuluhan dan dari instansi

mana “, diperoleh hasil 60 % responden tidak pernah mendapatkan

Page 95: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

74

bantuan penyuluhan dari instansi manapun dan sisanya menjawab

kadangkala penyuluhan diperoleh.

Pihak yang memberikan penyuluhan berasal petugas kecamatan, atau

dinas perkebunan kabupaten. Dari tiga perusahaan yang menjadi responden,

memang telah melakukan penyuluhan pada kelompok petani sebagai bagian

dari kegiatan pengembangan lingkungan tetapi masih bersifat insidental.

Sejumlah 76 % responden petani mengatakan tidak terdapat hubungan

dengan agroindustri farmasi besar maupun menengah-kecil.

Pada kenyataannya, petani cenderung mengandalkan sesama petani

yang lebih memiliki akses dan selanjutnya bertindak sebagai pedagang

pengumpul desa dalam pola dagang atau istilah di desa disebut jual putus.

Prinsip jual beli sederhana dengan aturan yang mudah, lebih dimengerti

oleh petani dimana antara petani dan pembeli lebih berpegang pada unsur

kepercayaan dengan ketentuan formal yang longgar.

Untuk mengetahui faktor penentu dalam menetapkan keputusan

menjual diajukan pertanyaan apa alasan keputusan menjual kepada pihak

pembeli tertentu atau menjual bebas. Hasilnya adalah 74 % menyatakan

harga merupakan alasan utama keputusan menjual pada pembeli tertentu

atau bebas. Faktor lain yang menjadi pertimbangan selain harga adalah: (1)

kontinuitas pembelian (2) standar penolakan kualitas, (3) bantuan

pembinaan pascapanen, (4) bantuan peningkatan kesejahteraan dan (5)

informasi.

Selain pedagang pengumpul desa, pejabat desa atau perwakilan

kelompok petani yang aktif dapat bertindak sebagai mediator dalam

pemasaran hasil panen petani. Petani yang memiliki akses pemasaran ke

agroindustri farmasi akan diminta membantu menjual bahan baku milik

petani lainnya.

Pedagang pengumpul membeli bahan baku dengan kondisi harga beli

lokasi petani sehingga petani tidak harus mengupayakan alat transportasi.

Alternatif lain adalah menjual tanaman obat melalui pasar yang hanya

dibuka pada “hari pasaran”. Pasaran adalah hari dalam penanggalan Jawa

saat pembeli dan penjual bertransaksi. Petani yang menjual hasil di hari

Page 96: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

75

pasaran memiliki pilihan pembeli walaupun perbedaan antara satu pembeli

dan pembeli lain tidak terlalu mencolok. Pola penjualan ini ditemui di

daerah Slahung dan Caruban. Petani tanaman obat datang dari berbagai desa

dan menawarkan hasil panennya pada pedagang penerima di pasar

dimaksud dan kemudian transaksi harga berlangsung hingga tercapai

kesepakatan.

Harga menjadi kriteria penting dalam keputusan menjual bahan

baku dibandingkan alasan kedekatan hubungan dengan pembeli. Harga

masih merupakan harapan tertinggi dibandingkan dengan jumlah, kepastian

waktu, frekuensi pembelian, bantuan modal, bibit dan pupuk terhadap

pertanyaan apa harapan petani terhadap pembeli. Tidak jarang petani

dikecewakan oleh perilaku pedagang yang tidak memenuhi janji

pembelian atau menunda pembelian dalam waktu yang tidak jelas.

Merujuk pada hubungan pembeli-pemasok menurut Choi et al.

(2002), hubungan petani tanaman obat dengan pedagang pengumpul

merupakan permodelan hubungan diadik (dyadic buyer-supplier model)

dengan mengandalkan logika resiko ekonomi yang kemudian diatur melalui

kontrak. Ketika pembeli menerapkan tipe kompetitif maka berpeluang

mengatur dan mengkoordinasikan informasi dan pengaturan pertukaran

material. Kepemilikan kendali terhadap aliran informasi tersebut dapat

diarahkan untuk memperoleh manfaat bagi kepentingan pihak pembeli.

Kondisi ini disebut sebagai sifat oportunisme sebagaimana dinyatakan

oleh Williamson di dalam Ghoshal dan Moran (1995) Ketakutan atas resiko

ekonomi, mendorong diterapkannya mekanisme bertahan dalam wujud

negosiasi yang sangat tegas dan kontrak terbatas.

5.3. Pergerakan Harga Tanaman Obat

Rata-rata tanaman obat keluarga Zingiberaceae dipanen pada bulan Mei

sampai dengan Agustus. Pada bulan-bulan ini, bahan baku tersedia dalam

jumlah besar dan menurun memasuki musim penghujan. Pedagang tanaman

obat harus jeli mengamati perubahan harga. Ketidaktepatan menghitung harga

Page 97: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

76

saat membeli dari petani dan pada saat kapan dan harga berapa bahan baku

dijual kembali akan berakibat kerugian karena kesalahan penetapan harga jual.

Harga pembelian bahan baku yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Pergerakan harga tersebut dipengaruhi oleh

kegagalan panen di beberapa daerah sumber pasokan, peningkatan produksi

produk dari industri yang membutuhkan pasok tanaman obat tertentu,

peningkatan ekspor atau terdapat pedagang besar yang sengaja menahan

bahan baku di gudang dengan tujuan mencari harga tinggi.

Harga temulawak berada pada kisaran Rp 400,- - Rp 700,- dan relatif

stabil selama dua tahun dibandingkan dengan harga jahe segar berkisar Rp

1.500,- hingga Rp 2.500,- per kilogram pada lokasi gudang petani. Alasan

yang dikemukakan pedagang terhadap perbedaan harga mencolok antara

temulawak dan jahe karena temulawak mudah diperoleh dan penggunaan lebih

terbatas dibandingkan jahe sehingga mengurangi tarik-menarik antara

kebutuhan agroindustri farmasi dengan industri lainnya yang menggunakan

jahe. Jahe dan kunyit selain dimanfaatkan oleh agroindustri farmasi juga

dibutuhkan industri minuman, kosmetik dan keperluan rumahtangga.

-100200300400500600700

Janua

ri

Februa

riM

aret

April

Mei

Juni Ju

li

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Novem

ber

Desembe

r

Gambar 11. Kondisi harga temulawak di lapangan

Page 98: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

77

-1.0002.0003.0004.0005.0006.000

Janua

ri

Februa

riM

aret

April

Mei

Juni Ju

li

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Novem

ber

Desembe

r

harg

a / k

ilogr

am (R

p)

Gambar 12. Kondisi harga Jahe di Lapangan

Penyimpanan bahan baku segar memiliki resiko penyusutan berat dan

kerusakan, sehingga petani cenderung menjual secepatnya. Petani memilih

menunda panen atau disimpan sementara pada tempat penyimpanan yang

lembab ketika kondisi harga kurang menarik. Mengubah bentuk tanaman

obat segar menjadi irisan kering pada musim penghujan, cenderung

merugikan karena akan dihasilkan kualitas bahan baku yang kurang baik.

Bahan baku yang dikeringkan pada musim penghujan membutuhkan

jumlah bahan baku lebih banyak dibandingkan saat pengeringan di musim

kemarau. Petani biasa menggunakan istilah satu banding lima yakni lima

kilogram tanaman obat segar untuk menjadikan satu kilogram irisan kering,

dan meningkat menjadi satu berbanding tujuh pada musim penghujan.

Biaya produksi atau biaya budidaya untuk tiga jenis bahan baku

temulawak, jahe dan kunyit dengan menghitung unsur biaya sewa lahan

untuk lahan yang tidak dimiliki sendiri, biaya pupuk, kemasan, buruh tani,

pestisida, bibit diperoleh gambaran sebagai berikut :

Page 99: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

78

Tabel 9 Biaya dan hasil produksi / hektar

Komoditas Biaya produksi Hasil produksi/ha

Temulawak Rp 8.250.000,- 12 ton

Jahe Rp 12.000.000,- 15 ton

Kunyit Rp 9.000.000,- 7 ton

Data observasi lapangan bulan Juli 2003

5.4. Permasalahan Petani Tanaman Obat

Terdapat dua permasalahan dihadapi petani yakni akses pasar

menempati urutan pertama diikuti modal kerja. Permasalahan akses pasar

adalah upaya untuk mendapatkan pembeli dengan harga yang lebih baik.

Akses pasar dihadapi oleh petani yang berada jauh di pelosok atau daerah

yang baru berusaha tanaman obat. Daerah yang terjangkau oleh pedagang

pengumpul, membuka peluang disalurkannya tanaman obat hasil panen.

Petani yang lebih dekat kota kecamatan atau kabupaten, lebih leluasa

memperoleh informasi dan mudah membandingkan harga satu tempat

dengan lainnya.

Petani jarang hingga hampir tidak pernah berhubungan dengan lembaga

pembiayaan untuk meminta kredit pinjaman. Kalaupun kendala modal kerja

terjadi, petani lebih sering menyesuaikan dengan kondisi keuangan yang

dimiliki atau melakukan pinjaman secara perseorangan. Keterbatasan ini

berakibat pengelolaan budidaya dilakukan seadanya. Permasalahan petani

tanaman obat sebagaimana terlihat pada tabel 10, terdapat tujuh masalah

dengan tiga masalah dinilai sangat tinggi yakni : akses pasar, modal kerja dan

negosiasi.

Page 100: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

79

Tabel 10 Permasalahan Petani

Aspek Uraian permasalahan

Nilai

Akses pasar Ketidakmampuan mencari alternatif pasar industri.

ST

Modal kerja Petani kurang dapat mengakses lembaga keuangan karena persyaratan, kurangpengetahuan, selain lembaga keuangan belum tertarik mendanai produk pertanian.

ST

Teknik pengolahan Kelemahan dalam teknik pengolahan pascapanen.

T

Teknik budidaya Kurang pengetahuan dalam budidaya dan langkah pemeliharaan selama masa tanam

T

Negosiasi Kurang kuat dalam posisi tawar terhadap pihak pembeli.

ST

Fasilitator penyuluh Kurangnya penyuluhan dari fasilitator R

Buruh pengolah Kendala tenaga buruh tani R

ST = Sangat tinggi, T = Tinggi, R = Rendah

5.5. Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul tanaman obat terdiri dari : (1) petani yang

bertindak sebagai pengumpul, dan (2) pedagang bukan petani, yang semata

berdagang tanaman obat. Pedagang pengumpul desa adalah orang yang

melakukan pengumpulan tanaman obat langsung dari petani. Kemampuan

pengumpulan rata-rata kurang dari lima ton per bulan. Pedagang pengumpul

desa aktif mencari pasokan hingga sumber-sumber yang jauh di pelosok

dengan mendatangi rumah-rumah petani atau petani mengirimkan bahan

baku ke gudang yang ditunjuk.

Petani yang menanam jahe di sekitar lereng gunung misalnya sangat

memerlukan kehadiran pedagang pengumpul mengingat lokasi yang sulit

dicapai. Pedagang pengumpul desa yang berasal dari komunitas sama dengan

petani tanaman obat lebih memahami persoalan di lapangan atau kebutuhan

petani sehingga pola hubungan cenderung informal.

Page 101: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

80

Pedagang menengah yang berdomisili di kota kecamatan atau

kabupaten memperoleh pasokan baik dari pengumpul desa dan petani.

Kemampuan membeli tanaman obat berkisar 25 hingga 50 ton per bulan.

Sedangkan pedagang menengah-besar mampu membeli di atas 50 ton per

bulan. Pedagang menengah-besar mampu menyediakan gudang penyimpanan

dan fasilitas pendukung lainnya seperti areal penjemuran maupun truk

pengangkut. Besar kecilnya pedagang pengumpul juga tergantung pada

kesanggupan mengumpulkan jumlah maupun jenis komoditasnya.

Berdasarkan wawancara nara sumber, pasar tanaman obat mengenal

spesialisasi pengumpulan seperti spesialis tanaman obat dasar, daun-daunan,

batang atau tanaman obat yang spesifik sesuai kebutuhan. Tanaman obat

keluarga Zingiberaceae disebut sebagai bahan baku dasar yang relatif dapat

dilakukan oleh setiap pedagang pengumpul.

Pedagang pengumpul biasa mengenakan pemotongan berat tanaman

obat yang dipasok petani sebesar 5 % hingga 10 %, yang dianggap sebagai

faktor cemaran. Bilamana diketemukan cemaran seperti ranting, tanah dan

faktor pemberat lain dilakukan pengecekan total atas seluruh kemasan.

Standar pemeriksaan kualitas tanaman obat yang dipasok petani ditinjau dari

kenampakan visual, faktor kebersihan, ukuran, dan kebenaran jenis.

Pembelian tanaman obat dari petani umumnya dibayar secara tunai.

Pendekatan ini disukai oleh petani karena tidak terdapat penundaan dan

sederhana.

Pedagang pengumpul dengan kemampuan lebih tinggi akan mengolah

kembali bahan baku sehingga memiliki nilai tambah. Pada musim penghujan

dimana bahan baku sulit diperoleh, harga akan meningkat dan kadang disertai

kelangkaan. Sebagai contoh, harga pembelian jahe segar pada bulan

Desember 2004, berkisar Rp 3.500,- per kilogran harga irisan kering Rp

25.000,- per kilogram. Penetapan harga jual di tingkat pedagang pengumpul

umumnya naik 15 % hingga 20 % dibanding harga pembelian dari petani.

Kerjasama pedagang dan petani tidak menggunakan ikatan kontrak

formal. Pedagang dan petani bebas menjalin dan memutuskan hubungan.

Hubungan yang terjalin antar dua pihak terbentuk atas nilai-nilai :

Page 102: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

81

1. kemampuan memberi harga yang baik

2. saling percaya / hubungan

3. kemudahan

4. kedekatan jarak / hidup di desa yang sama

5. rekomendasi petani sebelumnya

Pedagang pengumpul yang ditemui di daerah penelitian tidak terbiasa

bergabung pada suatu organisasi satu profesi dengan alasan tidak perlu,

membuang waktu, tidak bermanfaat, dan karena persaingan. Kondisi ini oleh

Choi et al. (2002) dikatakan sebagai model pemasok-pemasok yang

kompetitif. Pengertiannya adalah pemasok diibaratkan memasang dinding

pembatas dengan interaksi yang minimum atau tidak terdapat hubungan sama

sekali.

Pembeli secara independen berinteraksi dengan masing-masing

pedagang pengumpul. Aktivitas mencari pasokan tanaman obat biasa

menggunakan petani yang telah terlebih dahulu menjalin hubungan usaha dan

kemudian secara berantai menginformasikan pada petani lain akan adanya

pengumpul yang membutuhkan tanaman obat atau mendatangi petani di pusat

sumber pasokan.

Pedagang tingkat kabupaten umumnya didatangi oleh pengumpul desa

dibanding melakukan pencarian ke sumber pasok, terkecuali apabila terdapat

kesulitan bahan baku. Hubungan usaha dengan pengumpul memberikan

manfaat bagi petani, dari segi informasi walau sifatnya terbatas pada

kebutuhan tanaman obat dan tidak mendalam seperti bagaimana

meningkatkan kualitas dan bentuk pembinaan lainnya.

Pengumpul desa mengumpulkan tanaman obat dari berbagai desa

sumber pasok sejumlah yang dibutuhkan kemudian dilakukan proses sortasi

sederhana, dan disalurkan kepada pedagang pengumpul berikutnya. Pedagang

pengumpul dimaksud akan melakukan proses lanjutan berupa pembersihan,

pencucian, pengeringan, dan pemisahan kelas/grade atau diubah bentuk

menjadi irisan kering, bubuk atau sediaan galenik.

Jenis komoditas yang diperdagangkan tidak terbatas tergantung dari

permintaan, tetapi umumnya berupa tanaman obat dasar seperti kunyit,

Page 103: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

82

temulawak, jahe, lempuyang, kencur dan kelompok temu-temuan. Ditinjau

produk yang dihasilkan dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Petani menghasilkan bahan baku basah/segardalam kondisi bersih tanah.

2. Pengumpul desa menghasilkan bahan baku basah/segartersortasi dan

bersih lanjut.

3. Pedagang pengumpul kabupaten menghasilkan bahan baku

basah/segartersortasi menurut ukuran, bersih, terkemas rapih dan bahan

baku irisan kering cerah dan terkemas.

Peran petani, pedagang, industri dan proses yang ditangani dapat dilihat

pada Gambar 13.

Gambar 13 Aktor pada rantai pasokan tanaman obat.

Petani berperan sebagai produsen yang menghasilkan tanaman obat

segar dengan kondisi tanaman obat bersih dari tanah. Pedagang pengumpul

Harga Jual produk ++

Petani Proses : budidaya,

panen, pascapanen

Rimpang segar. Bersih tanah tidak merata.

Proses : pengumpulan,

pemisahan,

Rimpang basah/segarbersih atau kering

Pedagang pengumpul

desa

Uang, info

Harga Jual produk

Pedagang pengumpul kabuputen

Proses : olah lanjut – kering/ bubuk, grading, kemasan, label

Harga Jual produk+

Uang, info

Rimpang basah/segar bersih/ kering iris/ bubuk.

Industri

Uang Info

Page 104: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

83

berperan sebagai perantara yang berfungsi menerjemahkan informasi

umumnya berupa jenis, jumlah dan waktu tanaman obat yang harus dipasok.

Pembeli berusaha mencari maksimasi utilitas dalam situasi pasar tidak

menentu dan berusaha melakukan perhitungan bersifat protektif dalam rangka

mengurangi resiko kerugian transaksi. Terdapat dimensi kritis yang

mempengaruhi biaya transaksi yakni ketidakpastian kuantitas, kualitas,

harga, frekuensi transaksi dan penggunaan aset. Tingkat kehilangan saat

bertransaksi menjadi tinggi bilamana penyediaan aset tidak dipertimbangkan

secara seksama. Kehilangan dimaksud terjadi ketika fasilitas yang disediakan

tidak dimanfaatkan, pemborosan tenaga kerja akibat bahan baku tidak

mengalir sebagaimana waktu ditetapkan. Kondisi ini membentuk perilaku

tertentu, seperti penetapan pemotongan kualitas 5 – 10 %, sebagaimana

pada tanaman obat.

Terdapat keterkaitan antara harga beli komoditas pada kondisi pasar

dan perilaku pembeli tertentu, sehingga terjadi pemberlakuan kesepakatan

kontrak yang berbeda antara pembeli dan penjual. Penetapan harga pada

kondisi pasokan tanaman obat melimpah, mendorong harga beli turun.

Sedangkan pemeriksaan kualitas lebih ketat terhadap pemasok tertentu

dibanding lainnya sebagaimana teori biaya transaksi yang diaplikasikan untuk

menghindari akikbat kerugian.

Hubungan penjual dan pembeli akan mempengaruhi negosiasi

keduabelah pihak pada saat transaksi. Peraturan lebih tegas ditetapkan oleh

agroindustri farmasi yang melakukan ttransaksi dengan pedagang dimana

waktu pengiriman, jumlah, jenis tanaman obat, harga, kemasan dan jenis

angkutan ditetapkan secara jelas. Ketidakpatuhan atas aturan yang ditetapkan

oleh satu pihak berakibat kerugian pihak lainnya.

Secara umum, aktivitas perdagangan tanaman obat dapat

dikelompokkan tiga bagian yakni : mencari dan mengumpulkan aneka

tanaman obat, proses pengolahan lanjutan dan pemasaran/pendistribusian.

Berdasarkan masukan responden, terdapat beberapa jenis jalur

pendistribusian tanaman obat yakni :

Page 105: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

84

1. pasokan didistribusikan ke pasar induk, misal pasar induk Jakarta dan

Surabaya.

2. pendistribusian kepada pedagang antar pulau.

3. distribusi pasokan bagi pemenuhan ekspor.

4. distribusi pasokan untuk keperluan pedagang antara yang memiliki

pesanan pabrik.

5. pasokan langsung menuju pabrik.

6. distribusi sedia galenik atas dasar pesanan.

Pertimbangan pedagang dalam menentukan harga jual kepada pembeli

berikutnya akan ditinjau dari pegerakkan harga tanaman obat. Resiko yang

ditanggung pedagang yang menempati urutan pertama adalah harga diikuti

kerusakan dalam penyimpanan. Apabila pedagang pengumpul berkeinginan

menarik petani sebagai sumber pemasok berjangka panjang maka nilai utama

adalah :

1. kemampuan pasokan,

2. kestabilan kualitas,

3. pemenuhan jadwal kirim.

Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, kaum perempuan lebih

mengambil peran sebagai negosiator dalam melakukan transaksi,

pengecekan kualitas dan menentukan keputusan membeli atau menjual.

Adapun tenaga lelaki berperan besar dalam hal pencarian sumber pasokan,

pengelolaan bahan baku dan pendistribusian ke lokasi penyimpanan pembeli.

5.6. Agroindustri farmasi

Agroindustri farmasi penghasil fitofarmaka mempersyaratkan

kandungan zat aktif standar sesuai dengan persyaratan dosis. Karenanya,

industri melakukan pemetaan kandungan zat khasiat aktif optimal dari daerah

sumber pasokan. Namun rendahnya kemampuan pasokan bahan baku petani

dan kestabilan kualitas menambah kesulitan pemrosesan di tingkat pabrikan.

Industri lebih memilih membeli dari pedagang dengan alasan keamanan,

kepercayaan, bahan baku sudah terklasifikasi, dan dikemas.

Page 106: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

85

Industri menetapkan jumlah pesanan bahan baku untuk setiap satuan

pengiriman dimana jumlah tersebut kurang memungkinkan dipenuhi oleh

petani. Petani mampu memasok bahan baku ke industri apabila bergabung

dalam satu kelompok. Pemasok baru yang belum tercatat di dalam daftar

rekanan pemasok harus memasukkan sampel terlebih dulu dan apabila

diterima baru kemudian diterbitkan surat pemesanan.

Beberapa responden pengumpul menyatakan tidak mudah untuk

diterima sebagai rekanan karena harus memenuhi persyaratan yang ketat

mencakup kemampuan pasok, kontinuitas pasokan, kestabilan kualitas dan

kualitas serta kemampuan pengelolaan.

Prosedur pembelian oleh agroindustri farmasi dimulai dari tahapan :

(1) penerimaan sampel,

(2) penetapan pesanan pembelian disertai ketetapan jadwal pengiriman,

(3) penyerahan barang,

(4) pemeriksaan kualitas,

(5) pembayaran.

Prosedur pembelian demikian dipandang oleh petani terlalu birokratis

dan menyita waktu. Cara pembayaran yang dilakukan industri kurang

fleksibel dibandingkan pedagang pengumpul dimana pembayaran ditetapkan

tiga minggu hingga dua bulan kemudian. Berbeda dengan pembelian bahan

baku oleh pedagang pengumpul yang dilakukan secara tunai. Bahkan

terhadap petani yang sudah sangat dikenal, pedagang pengumpul dapat saja

bertindak meminjamkan dana bilamana terdapat kebutuhan mendesak yang

dianggap sebagai pembayaran dimuka.

Hubungan industri dengan pemasok memiliki pola : a) industri –

pedagang pengumpul, b) industri – kelompok petani, dan c) industri -

lembaga perantara Berdasarkan informasi responden pola hubungan industri

dan pedagang pengumpul paling banyak ditemui. Pembelian langsung kepada

petani terutama dilakukan melalui kelompok petani terutama hasil pembinaan

atau melalui lembaga perantara yang menjalin hubungan dengan petani.

Lembaga dimaksud seperti balai penelitian sebagaimana dilakukan kerjasama

oleh BPTO Tawangmangu.

Page 107: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

86

Terdapat tujuh aspek yang menjadi pertimbangan agroindustri farmasi

dalam pengadaan bahan baku dan hubungan dengan pemasok berdasarkan

hasil wawancara responden sebagaimana dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Aspek pengadaan bahan baku industri

No Aspek Deskripsi

1 Harga Ditetapkan berdasar harga yang berlaku di pasar. Industri akan membandingkan posisi pasokan dan permintaan untuk perkiraan tahun mendatang

2 Sediaan (stock) Diputuskan berdasarkan rencana pemasaran, rencana produksi tahun mendatang, posisi stock tersedia, dan ketersediaan pasokan

3 Seleksi pemasok Ditinjau dari hasil sampel yang dikirimkan, kemampuan pasokan, kesediaan memenuhi persyaratan dan dalam bentuk terbatas dilakukan tinjauan lokasi permrosesan.

4 Pembelian Pembelian terbatas dalam jangka pendek, setelah persyaratan dipenuhi. Hubungan lebih lama didasarkan pada kinerja pemasok.

5 Pembayaran Ditentukan dari keseluruhan hasil pemeriksaan kualitas pasokan baik pemerian maupun uji laboratorium, dan bilamana administrasi telah selesai.

6 Pengiriman dan penerimaan

Terhadap pemasok baru, melalui pengiriman sampel dan pasokan dalam skala percobaan dengan pemeriksaan lengkap.

7 Kerjasama Dijalin sebagai bagian dari hubungan pemasok, khususnya terhadap pemasok yang telah berhubungan lama. Pembinaan ditujukan pada penanganan pascapanen.

Masyarakat peminum jamu berdasarkan wawancara responden ahli dari

industri, umumnya berasal dari segmen bawah yang peka terhadap harga.

Harga jamu di beberapa gerai penjualan berdasarkan pengumpulan data bulan

Desember 2004, berkisar antara Rp 700 – Rp 1.000,- per sachet ukuran 7

gram dengan kandungan lima hingga delapan jenis tanaman obat.

Page 108: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

87

Tidak terdapat standarisasi penggunaan tanaman obat antar industri

untuk tujuan yang sama. Sebagai contoh, jamu sehat lelaki akan

mengandung tanaman obat yang berbeda antar satu industri dengan industri

lainnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kandungan tanaman obat pada jamu

No Keterangan Jenis

Jamu

Curcuma.

xanthoriza

Curcuma

domestica

Zingiber

officinale

Zingiber

aromatica

Zingiber

purpurei

Languatis

rizhoma

Kampferia

rizhoma

Temulawak Kunyit Jahe Lempuyang Bengle Lengkuas Kencur

1 Jerawat Nirmalasari

(AM) x x x

2 Encok (AM) x x x

3 Benkwat (AM) x x

4 Kuat Majun (AM) x x x x

5 Sehat lelaki (AM) x x x x

6 Jaket Jampur sari

(AM) x x x x x x x

7 Sesak Napas (AM) x x

8 Sanggageni (AM) x x

9 Sehat P erempuan

(AM) x x x x

10 Tujuh Angin (AM) x x

11 RaLinu (AM) x x x

12 Seger (AM) x x x x

13 Pegal Linu (SM) x x x x

14 Sehat wanita (SM) x x

15 Galian Sehat (NM) x

AM = Air Mancur SM = Sidomuncul

NM = Nyonya

Meneer

5.7. Identifikasi Resiko

Berdasarkan analisis resiko, petani menghadapi kemungkinan kerugian

atau kehilangan/ losses disebabkan gagal panen, panen yang tidak optimal

maupun kehilangan karena penangangan pascapanen yang kurang baik,

resiko kerusakan saat pengiriman dan kerugian harga. Kondisi harga yang

ditetapkan pengumpul cenderung diterima mengingat kemampuan

pemenuhan kualitas bahan baku pasokan, terkecuali bilamana tanaman obat

tertentu sedang sulit diperoleh. Contohnya, tanaman harga selama tiga kali

Page 109: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

88

masa pengamatan sejak tahun 2003 berada pada harga yang lebih tinggi

dibanding tanaman obat satu keluarga Zingiberaceae, karena kekurangan

pasokan. Apabila kondisi dimaksud terjadi, maka posisi tawar petani menjadi

lebih kuat sehingga petani leluasa memilih pembeli yang dapat memberikan

harga lebih baik.

Gejolak harga dapat mengakibatkan pedagang pengumpul menderita

kerugian. Kondisi ini terjadi ketika harga jual bahan baku tiba-tiba menurun

sehingga harga pembelian dari petani beberapa waktu sebelumnya menjadi

lebih tinggi. Seorang pedagang pengumpul maupun industri harus memiliki

ketajaman pengamatan terhadap harga, kemampuan menganalisis pasokan

dari berbagai daerah dan perkiraan tanaman obat yang masih tersimpan di

beberapa pedagang besar atau di gudang industri, perkiraan produksi

industri, baru kemudian mengambil keputusan secara tepat apakah sudah

saatnya menjual bahan baku yang dimiliki atau tersimpan di gudang.

Pedagang pengumpul juga menghadapi resiko kerugian akibat pasokan

tercemar benda asing hasil dari perilaku petani yang kurang jujur maupun

cara penanganan pascapanen yang kurang baik. Campuran tanah, ranting,

daun dan kotoran lain, bila tidak diperhatikan secara seksama pada saat

penerimaan bahan baku dari petani akan merugikan pengumpul. Tidak saja

mengurangi berat bersih dari tanaman obat yang diterima, tetapi juga

memerlukan tambahan aktivitas melakukan pembersihan dengan

mengerahkan tenaga buruh.

Pemberat bahan baku merupakan cara tidak etis yang dilakukan petani

agar memperoleh pendapatan tinggi. Namun, perilaku tersebut mendorong

pedagang pengumpul melakukan tindakan pencegahan dengan

memberlakukan potongan berat 5 – 10 % yang dinyatakan sebagai faktor

cemaran dan mencatat petani yang terbukti telah melakukan pelanggaran

dengan kemudian hari tidak lagi bersedia menerima pasokan dari petani

dimaksud.

Resiko lain yang dihadapi pedagang adalah penyusutan berat bahan

baku segar bilamana tidak segera dijual adalah kerusakan penyimpanan

seperti patah, kulit keriput, busuk, dan perubahan warna kenampakan visual.

Page 110: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

89

Pihak yang memiliki kendali lebih kuat dapat mengalihkan resiko kepada

pihak lain, berbeda dengan petani yang sulit untuk melakukan hal serupa

kepada pihak manapun. Bilamana pembeli menemukan kondisi bahan baku

tidak memenuhi persyaratan, pembeli dapat melakukan tindakan untuk

mengurangi resiko dengan cara :

1. penurunan/pemotongan harga beli bahan baku

2. pengenaan potongan kualitas lebih besar dari 5 %

3. pengurangan frekuensi pasokan,

4. pengawasan lebih ketat dan inspeksi 100 %

5. penangguhan pengiriman

6. penghentian pembelian

Pemasok yang diketemukan masih mempunyai perilaku kurang etis

dengan memberikan tanaman obat yang tidak sesuai persyaratan standar

kualitas. Pengenaan potongan kualitas adalah sebagai bentuk pinalti atas

kontaminan yang sengaja disisipkan atau karena faktor penanganan

pascapanen yang kurang baik. Pihak pembeli dapat bertindak selaku

pengendali bagi pihak lainnya dengan standar perlakuan yang ditetapkan

bagi kepentingan operasional.

Luas cakupan pengendalian akan berbeda satu sama lain tergantung

pada upaya mengamankan standar dan kelancaran aliran pasokan. Pengertian

pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur atau menetapkan ketentuan

yang harus dipatuhi oleh pihak pemasok. Konsekwensi pemasok yang

kurang mampu memenuhi persyaratan industri akan berakibat tidak dipilih

sebagai pemasok.

Kedudukan pemasok lebih mudah dihilangkan dan dapat digantikan

dengan pemasok lainnya. Sebagai contoh, industri dapat mewajibkan

pemasok memenuhi ketentuan antrian pengiriman. Terhadap pemasok yang

tidak memenuhi ketentuan akan berakibat terkena penjadwalan ulang yang

sudah tentu akan berdampak pada penambahan biaya operasional yang

dipergunakan untuk sewa kendaraan atau membayar supir dan buruh. Lama

proses penyelesaian setiap satuan pengiriman tergantung jumlah kemasan

Page 111: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

90

yang diangkut dan kecepatan penimbangan. Pemasok dalam urutan berikut

harus menunggu proses pemeriksaan pemasok sebelumnya.

Dibandingkan dengan industri, pengendalian di tingkat pedagang

pengumpul relatif lebih fleksibel dan lebih leluasa melakukan negosiasi.

Pedagang pengumpul lebih melihat siapa petani pemasok berdasarkan kinerja

lalu. Bilamana catatan pengiriman di masa lalu tidak pernah menghasilkan

cacad yang tinggi, maka kemasan relatif tidak dibongkar seluruhnya tetapi

cukup secara sampel acak.

Resiko industri dapat diakibatkan oleh pihak pada rantai pasok

sebelumnya dan kelemahan internal dari industri sendiri. Bilamana kondisi ini

terjadi, maka tanggungan resiko industri mencakup bidang operasional,

pemasaran, dan keputusan manajemen. Variasi kualitas bahan baku sebagai

contoh, merupakan bentuk resiko disebabkan pihak pada rantai sebelumnya.

Apabila kondisi ini ditemui, pihak industri akan menetapkan keputusan

operasional seperti pemeriksaan ulang, penataan kembali proses persiapan

bahan baku dan perubahan perhitungan produksi.

Produk obat tradisional umumnya mengandung lima jenis tanaman

obat. Kontinuitas pasokan dari seluruh jenis tanaman sangat menentukan

kelancaran produksi. Kelangkaan pada salah satu jenis tanaman obat, akan

beresiko gangguan produksi produk tersebut walaupun tanaman obat lainnya

telah tersedia.

Sebagian resiko industri dapat dialihkan pada rantai pasokan

sebelumnya, tetapi kesalahan akibat kebijakan dan keputusan manajemen

lebih ditanggung oleh pihak industri. Kesalahan mengantisipasi pergerakan

pasar dan berakibat pada ketidaktepatan keputusan manajemen atas

perencanaan pengadaan bahan baku dan pengaturan aliran pasokan, akan

menjadi tanggungan industri. Pembelian bahan baku dalam jumlah besar saat

panen raya, berakibat diperlukannya pengaturan penyimpanan secara baik dan

kebutuhan kapasitas gudang.

Penyimpanan dalam jangka lama memerlukan pencahayaan,

kelembaban, kebersihan, penyusunan agar terhindar dari kerusakan bahan

baku berupa kontaminasi, perubahan kenampakan dan kandungan senyawa

Page 112: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

91

aktif. Bentuk pengendalian pemasok yang dilakukan industri dan pedagang

diklasifikasikan : pengendalian atas produk, pasokan, harga dan perlakuan.

Yang dimaksudkan dengan pengendalian produk adalah ketentuan bentuk

pasokan dalam jenis segar, atau kering dengan persyaratan bentuk, ukuran,

kadar air, kenampakan visual dan berat per rimpang.

Tabel 13 berikut ini memperlihatkan ruang lingkup proses yang

dilakukan pada masing-masing mata rantai, resiko dan komponen biaya yang

ditanggung oleh masing-masing pihak.

Tabel 13 Proses – Resiko – tanggungan biaya pada rantai pasokan

AKTOR Keterangan Petani Pedagang pengumpul

Agroindustri

farmasi Proses Budidaya

Pascapanen Penyediaan bahan baku basah/segar

Sortasi basah/segar Perajangan Pengeringan menjadi bentuk kering tipis Penggerusan menjadi bubuk Pengemasan Peracikan menjadi sediaan galenik

Pengolahan produk jadi, diawali dengan persiapan bahan baku Penelitian Pemasaran

Resiko Rusak panen Rusak pascapanen Rusak seleksi rimpang segar/basah/segar Kerusakan saat pengiriman Resiko harga

Kontaminan Kerusakan saat penyimpanan Kerusakan saat pengiriman Kerugian saat menunggu antrian pemeriksaan pabrik Fluktuasi harga

Keragaman kualitas bahan baku Pemrosesan ulang Penambahan sumber daya dan modal kerja

Biaya Budidaya Proses panen Pascapanen Pengangkutan

Sortasi Perajangan dan pengeringan Penyimpanan Pengiriman

Proses ulang Kualitas rendah Variasi proses Pemeriksaan

Page 113: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

92

Pengendalian pasokan adalah ketentuan frekuensi pengiriman per satuan

waktu, waktu atau jadwal pengiriman yang terdiri hari dan jam pengiriman,

jumlah pengiriman dan dalam kasus tertentu menetapkan jenis angkutan

berupa angkutan truk ukuran tonase tertentu. Pengendalian harga juga

dilakukan pembeli berupa penetapan harga pembelian per kilogram,

pengurangan harga bilamana kualitas tidak memenuhi syarat dan cara

pembayaran. Untuk memperoleh tingkat kualitas pasokan, pembeli industri

akan menetapkan pemeriksaan kualitas, pemrosesan administrasi dan

pengaturan tertentu.

Tabel 14 Bentuk pengendalian vertikal

Intensitas Katagori Bentuk pengendalian Industri Pedagang

Jenis produk T T Kemasan S R

Produk

Standar Produk T S Frekuensi Pasokan T S Waktu pengiriman T S Jumlah per pengiriman T R

Pasokan

Jenis angkutan R R Penetapan harga T S Bentuk pinalti S R

Harga

Cara pembayaran T R Pemeriksaan kualitas S S Prosedur pemrosesan R R

Perlakuan

Petugas pengiriman S R T= tinggi; S = Sedang; R = Rendah

Page 114: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

VI. REKAYASA SISTEM RANTAI PASOKAN

Tujuan manajemen rantai pasokan dalam penciptaan nilai, profitabilitas, dan

keunggulan bersaing dari perspektif pembeli, didekati melalui konsep jaringan yang

memfokuskan pada keterhubungan pemasok-pemasok secara kooperatif. Pemasok

satu dan lainnya yang bergabung dalam satu jaringan saling bertukar informasi,

sehingga lebih memahami kebutuhan pembeli dan pencapaian tujuan dibandingkan

apabila dilakukan sendiri.

Kkarakteristik jaringan yang menekankan pada hubungan antar pihak menurut

Choi et al. (2002); Barba et al. (1998) mempersyaratkan perilaku: kemauan bekerja

bersama secara erat, berbagi keahlian, pengetahuan teknologi, aset maupun sumber

daya yang akhirnya memberikan kepuasan bagi pelanggan yang menjadi tujuan

pasokan.

Teori jaringan yang telah dibangun oleh peneliti terdahulu, direkayasa pada

sistem pasokan bahan baku agroindustri farmasi dimana rantai pasokan distruktur

ulang sehingga memungkinkan terjalin keterhubungan horisontal antar pemasok

dan selanjutnya secara vertikal menjalin hubungan dengan pembeli industri.

Jaringan diharapkan menyatukan sumber daya yang terpisah-pisah, keragaman

kemampuan petani, menjadi kegiatan yang mencakup aspek pemasaran, produksi,

pembiayaan, legalitas sehingga mampu menjawab tantangan usaha. Mengingat

terdapatnya orang-orang, fasilitas, aliran fisik dan informasi maka diperlukan

pengorganisasian aktivitas, sehingga jaringan juga ditinjau dari aspek organisasi.

Hakekat berjejaring bukan dilandasi oleh semangat siapa memanfaatkan

siapa, tetapi memadukan berbagai kekuatan yang dimiliki masing-masing anggota

untuk menutup setiap kelemahan yang dimiliki. Kondisi masyarakat jaringan akan

membentuk komposisi yang semula ruang hubungan manusia direstruktur menjadi

jaringan socio technological akibat peningkatan pemahaman kehidupan ekonomi

modern dan sosial (Murdoch, 2000).

Page 115: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

94

6.1. Aliran Bahan Baku

Bahan baku mengalir dari petani melalui satu hingga tiga pedagang

pengumpul pada rantai pasokan sebelum sampai ke industri (lihat tabel 15).

Walaupun terdapat spesialisasi pengumpulan bahan baku tanaman obat, tetapi

rata-rata pengumpul memperdagangkan aneka tanaman obat jenis rimpang,

akar, daun, maupun buah. Daerah pengumpulan tergantung kemampuan

masing-masing pengumpul dalam menjangkau desa sumber pasokan hingga

lokasi terpencil.

Dengan kehadiran jaringan, bahan baku mengalir dari petani ke industri

sesuai dengan pengaturan dari pusat lembaga guna memenuhi kebutuhan

industri. Kendala kemampuan petani yang terbatas untuk mencukupi

permintaan industri dipecahkan dengan menghimpun sejumlah petani yang

berdekatan yang berhimpun dalam satu kelompok.

Tabel 15 Aliran bahan baku pada rantai pasokan

Aktor Kondisi saat ini Keterangan Rekayasa sistem

Petani Bahan segar, dengan harga lokasi petani, bahan belum terklasifikasi

Pengumpul desa (P1)

Bahan segar bersih kotoran – tanah.

Pedagang (P2) h Bahan segar terklasifikasi/kering

Pedagang (P3) h Jenis bahan (segar,kering,serbuk), grading, kualitas lebih tinggi.

Industri -Eksportir

1.Produk jamu/fitofarmaka

2.Bahan kering/serbuk terkemas

H bahan segar

h

� h = perbedaan harga

Page 116: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

95

6.2. Analisis Kualitas dan Elemen Kunci Jaringan

6.2.1. Hasil analisis harapan konsumen

Harapan konsumen tanaman obat terlebih dahulu dipelajari agar

bahan baku diproses sesuai yang dikehendaki. Pendekatan quality

function deployment, diawali dengan memperoleh informasi

persyaratan kualitas tanaman obat melalui wawancara responden. Dari

hasil wawancara, diperoleh tujuh atribut kualitas yakni : pemenuhan

persyaratan kadar air dan kebersihan bahan baku, kontinuitas, jumlah

pasokan, kandungan metabolit sekunder bahan baku. Adapun

ketersediaan alat pemrosesan, dan kemampuan sumber daya manusia

yang dimiliki pemasok merupakan persyaratan pelengkap yang

apabila dipenuhi akan memberikan nilai lebih baik dibanding pemasok

lain dan keyakinan kepada pembeli.

Hasil pengolahan menggunakan teknik QFD sebagaimana

gambar 14 menunjukkan kadar air memiliki bobot paling tinggi,

diikuti dengan persyaratan kebersihan dari cemaran. Kondisi

dimaksud menunjukkan kadar air merupakan persyaratan bahan baku

yang sangat diminta konsumen. Kadar air simplisia kering umumnya

ditetapkan 10 %. Bilamana kadar air bahan baku lebih tinggi akan

mempercepat kerusakan bahan baku selama penyimpanan karena

rawan ditumbuhi mikroba. Agroindustri farmasi biasanya membeli

bahan baku dalam jumlah besar kemudian disimpan untuk masa enam

bulan atau lebih sampai saat pengolahan.

Atribut kualitas yang diperoleh, kemudian dianalisis

berpasangan dengan aspek proses pengolahan. Hasil olahan

keterkaitan antara kriteria kualitas dan aspek proses menunjukkan

nilai tingkat kepentingan (TK) proses pengeringan tertinggi 102

diikuti pemilahan 98. Nilai relatif karateristik proses yang merupakan

pembagian antara tingkat kepentingan proses dibagi jumlah total nilai

kepentingan masing-masing, diperoleh hasil 0,15 untuk aspek

pengeringan. Hasil QFD memberikan kesimpulan bahwa pengeringan

Page 117: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

96

dan pemilahan bahan baku harus dikendalikan agar kualitas bahan

baku terwujud.

Hasil perhitungan rasio target pencapaian kualitas dan kenyataan

menunjukkan kandungan nilai rasio persyaratan kualitas metabolit

sekunder 1,33, kontinuitas pasokan 1,33 dan kebersihan/kemurnian

1,25. Hasil tersebut menunjukkan kinerja pasokan bahan baku saat

ini masih belum memenuhi harapan.

Analisis perbandingan berpasangan antar proses satu dan

lainnya dimaksudkan untuk mengkaji keeratan korelasi satu proses

dan lainnya. Dengan pengertian terdapat keluaran dari satu proses

yang akan langsung berakibat pada proses berikut.

Hasil perbandingan antar proses perajangan dan pengeringan

berkorelasi sangat erat (++). Kondisi ini menyimpulkan proses

perajangan mempengaruhi pengeringan sehingga perlu dikendalikan.

Setiap keluaran proses perajangan yang tidak memenuhi kriteria

proses pengeringan berkibat pengeringan tidak berjalan sempurna.

Sebagai contoh : perajangan yang terlalu tebal berakibat pengeringan

berlangsung lebih lama. Perajangan yang terlalu tipis mendorong

tingkat kehilangan lebih tinggi karena lebih mudah hancur.

Ketepatan perajangan membantu lama proses pengeringan

secara alamiah. Ketebalan pengirisan dan luas penampang irisan

menjadi penting. Irisan dengan ketebalan yang tepat, rata dan lebar

membantu sinar matahari atau panas pengering buatan mengenai

seluruh bidang secara merata. Mengingat umumnya industri membeli

dalam bentuk irisan kering, maka proses perajangan yang tepat perlu

diturunkan kepada anggota jaringan sehingga keluaran dari masing-

masing proses memiliki kualitas hasil yang sama. Proses perajangan

dilakukan oleh buruh perajang secara manual atau menggunakan alat

bantu.

Page 118: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

97

Proses yang menunjukkan berkorelasi erat ditandai dengan kode

+ yakni :

- pembersihan dan pencucian,

- pemeriksaan dan pengemasan,

- pemilahan dan pemerikaan

- pengelolaan lahan dan dana.

Proses pembersihan berkorelasi erat dengan pencucian dengan

penjelasan bahwa bahan baku lepas panen harus dipisahkan dari tanah,

sulur, daun, dan akar kemudian dicuci menggunakan air bertekanan

atau dalam bak pencucian. Pembersihan dimulai saat tanaman obat

selesai dipanen dan dibersihkan oleh petani.

Petani adalah pihak pertama yang mengolah tanaman obat segar.

Bahan baku yang tidak bersih akan mempercepat tumbuhnya mikroba

yang mengganggu proses berikutnya. Bahan baku yang mengandung

kontaminan selain berakibat dikenakan peningkatan potongan pinalti,

juga menurunkan kepercayaan pembeli. Proses pemeriksaan

berhubungan dengan pengemasan untuk mencegah bahan baku tidak

sesuai standar, tidak lolos kepada pembeli.

Melalui hubungan berpasangan antar dua proses, membantu

anggota memahami pentingnya pengendalian yang menjamin setiap

keluaran proses sesuai dengan persyaratan proses berikutnya. Melalui

pendekatan QFD, tergambar secara jelas korelasi harapan pelanggan

dan proses sehingga jaringan perlu memperhatikan dalam

menjabarkan pada langkah-langkah operasional.

Page 119: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

98

6.2.2. Analisis elemen kunci pembentukan jaringan

Guna menstrukturikan jaringan, elemen–elemen kunci dikaji

menggunakan Intrepretative Structural Modeling - ISM yang mencakup

tujuan sistem rantai pasokan, kendala, dan aktivitas dalam pembentukan

sistem, serta perubahan yang diharapkan. Dari setiap elemen dibagi

menjadi sejumlah sub-elemen dalam jumlah memadai yang

menggambarkan situasi. Penelaahan setiap sub-elemen akan

memberikan pengertian mendalam pembentukan jaringan guna

mencapai pemecahan terbaik.

Gambar 14 Hasil final matriks rumah mutu – QFD.

Page 120: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

99

1. Tujuan Pembentukan Jaringan

Struktur berjenjang dari elemen tujuan terbagi menjadi

sejumlah sub-elemen yang dikaji hubungan kontekstual.

Penjenjangan struktur diperlukan untuk lebih menjelaskan hal yang

dikaji (Eriyatno, 1999). Sub-elemen tujuan yang terletak pada hirarki

lebih tinggi beroperasi dengan jangka waktu yang lebih lambat dan

mencakup tujuan pada tingkat yang lebih rendah. Terdapat tujuh sub-

elemen tujuan jaringan berdasarkan masukan petani sebagaimana

diuraikan pada Tabel 16.

Harapan utama petani adalah perbaikan pendapatan sehingga

memberikan peluang terwujudnya kesejahteraan. Untuk mencapai

tujuan kesejahteraan dimaksud, terdapat sub-sub elemen tujuan

lainnya yang harus diperhatikan.

Tabel 16 Elemen tujuan

Kode Sub-elemen Deskripsi

E1 Kesejahteraan petani Kemampuan jaringan untuk memberikan manfaat bagi petani secara finansial.

E2 Kelangsungan hubungan anggota

Lama periode bertahan petani sebagai anggota dan aktif memberikan kontribusi. Dengan kata lain, petani merasakan manfaat bergabung.

E3 Kelangsungan hubungan pembeli

Lama waktu pembeli memanfaatkan produk jaringan dalam memenuhi kebutuhan pasokan tanaman obat

E4 Perluasan pasar Merupakan kemampuan pertambahan jumlah pembeli yang tersebar di beberapa tempat.

E5 Operasionalisasi fungsi jaringan

Sejauh mana jaringan mampu melaksanakan fungsinya seperti pengadaan/pengumpulan, pembinaan, pemasaran, dan pengelolaan.

E6 Tercapainya kualitas pengelolaan

Adalah kesanggupan organisasi dalam mengelola kepercayaan anggota, dan manajemen anggota.

E7 Terwujudnya sistem organisasi

Adalah kesanggupan membuat prosedur dan tata cara pengorganisasian yang efektif .

Page 121: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

100

Berdasarkan hasil olahan hubungan kontekstual tersusun

Structural Self Interaction Matrix (SSIM) menggunakan simbol V, A, X

dan O dan pada tabel reachability matrix simbol dimaksud diganti

menjadi bilangan 1 dan 0 dimana simbol 1 terdapat hubungan

kontekstual dan simbol 0 tidak terdapat hubungan kontekstual. Hasil

SSIM final yang memenuhi syarat transivity rule dengan pengecekan

aturan lingkaran sebab akibat dari hubungan kontekstual yang telah

dikoreksi diwujudkan dalam bentuk matriks tertutup, sebagaimana

Tabel 17.

Tabel 17. Hasil reachability matrix final elemen tujuan

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 DEP DRP

E1 1 0 0 0 0 0 0 7 1

E2 1 1 0 1 1 1 0 6 5

E3 1 1 1 1 1 1 0 2 6

E4 1 1 0 1 1 1 0 6 5

E5 1 1 0 1 1 1 0 6 5

E6 1 1 0 1 1 1 0 6 5

E7 1 1 1 1 1 1 1 1 7 DRP Driver Power * Elemen Kunci DEP Dependence

Hasil pengolahan reachibility matriks yang telah memenuhi aturan

transivity tersebut tersusun struktur berjenjang dari elemen tujuan

sebagaimana dinyatakan pada Gambar 15 dimana E7 struktur dan sistem

organisasi jaringan berada pada tingkat paling bawah hirarki dan

dinyatakan sebagai sub-elemen kunci.

E5 = Operasionalisasi Fungsi Jaringan E6 = Kualitas pengelolaan E4 = Perluasan pasar anggota E3 = Kelangsungan hubungan pembeli E7 = Struktur dan Sistem E2 = Kelangsungan hubungan

anggota E1 = Kesejahteraan petani

Page 122: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

101

E1 KESEJAHTERAAN PETANI

E2

KELANGSUNGANHUBUNGANANGGOTA

E4

PENCAPAIANPERLUASAN

PASAR

E5

FUNGSIJARINGAN

E6

KUALITASPENGELOLAAN

ANGGOTA

E3

KELANGSUNGANHUBUNGAN PEMBELI

E7

STRUKTUR & SISTEMORGANISASI

E1

E3

E7

E2, E4, E5, E6

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 1 2 3 4 5 6 7 8

sektor I sektor II

sektor IIIsektor IVDependence

Driver

power

Sub-elemen struktur jaringan menetapkan siapa yang menjadi

anggota, garis komunikasi, prosedur dan pengorganisasian yang

memungkinkan anggota berinteraksi dalam berbagi pengetahuan,

keterampilan, informasi akses pasar atas prinsip kepercayaan.

Gambar 15 Struktur hirarki dari elemen tujuan.

Gambar 16 Matriks DP-D elemen tujuan.

Page 123: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

102

Sub-elemen sistem organisasi jaringan mengatur keterhubungan

proses dan tingkatannya, pembagian tanggungjawab proses kepada

anggota sesuai keahlian dan pengetahuan teknologi yang dimiliki.

Penetapan sistem berimplikasi pada pengaturan aliran bahan baku,

informasi, uang, pengetahuan. Dengan kata lain, sinkronisasi proses

mendorong mengalirnya fisik material, informasi dan sumber daya

lainnya guna memenuhi preferensi konsumen. Hak kepemilikan anggota,

konvensi atau aturan yang jelas mengajarkan anggota cara beroganisasi,

berbagi manfaat bersama, sehingga anggota aman bergabung di dalam

jaringan.

Sub-elemen kunci struktur dan sistem pada disertasi ini berbeda

dengan apa yang dinyatakan oleh Barba et al. (1998) yang menekankan

kepemimpinan sebagai elemen kunci. Transparansi dan kejelasan menjadi

penting dalam membangun kepercayaan untuk mencegah kondisi

oportunistik salah satu pihak. Akibatnya, terjadi perubahan kepemilikan

informasi menjadi pembagian informasi.

Merujuk pada uraian Evans dan Danks (1998), faktor yang

mempengaruhi manajemen rantai pasokan adalah : strategi sumber,

pengelolaan permintaan dan penawaran serta integrasi pasokan yang akan

membentuk struktur dan variabilitas yang berciri sesuai dengan aliran

bahan baku. Mekanisme pengelolaan bahan baku dilakukan dengan

menganalisis informasi permintaan dan kemudian diturunkan kepada

anggota melalui kelompoknya.

Permintaan bahan baku dari agroindustri farmasi kemungkinan

mempunyai persyaratan spesifik seperti menyebutkan asal daerah sumber

bahan baku yang diinginkan. Dengan demikian akan terdapat variasi

aliran permintaan dan pasokan. Pengaturan operasional pembagian

permintaan untuk setiap anggota diselesaikan dengan fasilitasi fasilitator

agar pemenuhan permintaan cepat dan sesuai.

Struktur jaringan diatur fleksibel yang memungkinkan anggota

berkreasi menjawab dinamika di lapangan dan tidak mengalami hambatan

birokrasi. Fleksibilitas dicapai ketika pasokan dapat mengalir dari lokasi

Page 124: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

103

sumber langsung menuju gudang tujuan berdasarkan pertimbangan biaya

dan efektivitas atau mungkin melalui pemrosesan terlebih dulu di luar

lokasi sumber.

Hasil ISM menyatakan bahwa posisi sub-elemen kesejahteraan

anggota yang berada pada hirarki level pertama dinilai mudah

mengalami goncangan bilamana elemen pada hirarki sebelumnya kurang

diperhatikan. Sub-elemen pada level kedua dari elemen tujuan adalah

kelangsungan hubungan (E2), perluasan pasar (E4), operasionalisasi

fungsi jaringan (E5), dan kualitas pengelolaan anggota (E6).

Seluruh sub-elemen tujuan tersebut dinilai sama penting ditandai

dengan tanda panah bolak balik yang menunjukkan keempat elemen pada

level dua mempunyai tingkatan yang sama dan saling berpengaruh.

Pengelolaan fungsi jaringan sebagaimana tertera pada hirarki kedua,

dapat meningkatkan kesanggupan memenuhi harapan pelanggan

sebagaimana telah diuraikan pada analisis QFD.

Ditinjau dari matriks driver power-dependence pada Gambar 16,

struktur dan sistem jaringan (E7) berada pada sektor independent,

sehingga dinilai sebagai sub-elemen pendorong yang kuat sedangkan sub-

elemen kesejahteraan petani (E1) merupakan sub-elemen dependen yang

dipengaruhi oleh pencapaian tujuan lainnya. Sub-elemen (E2,E4,E5,E6)

berada pada sektor linkage yang memberi pemaknaan sebagai peubah

pengait sistem. Setiap tindakan pada sub-elemen tersebut akan

menghasilkan keberhasilan atau kegagalan jaringan. Gangguan terhadap

hubungan anggota akan mempengaruhi pencapaian pengumpulan bahan

baku. Demikian pula bilamana pengelolaan anggota tidak terlaksana

dengan baik, akan mengganggu kelangsungan fungsi jaringan yang

mewakili kepentingan anggota.

2. Kendala Sistem

Rekayasa sistem pasokan berbasis jaringan membutuhkan

pengorganisasian untuk mengatur permintaan, penawaran pasokan,

informasi, dan uang. Mengubah perilaku petani dari semula terbiasa pada

Page 125: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

104

mekanisme pedagang pengumpul yang lebih lentur, ke arah tuntutan

jaringan pada pemberdayaan diri dan pemenuhan persyaratan yang ketat

dalam empat bidang tersebut di atas memungkinkan timbulnya kendala.

Analisis kendala sistem penting untuk mengkaji kemungkinan

terjadi dan sub-elemen apa yang memberikan pengaruh. Terdapat tujuh

penjabaran sub-elemen kendala dalam membangun jaringan dengan

deskripsi sebagai berikut :

a. Fasilitas jaringan

Fasilitas yang terkait pada budidaya, pengolahan pascapanen,

penyimpanan maupun distribusi diperlukan untuk menghasilkan

bahan baku berkualitas sesuai harapan konsumen. Pengadaan

fasilitas menjadi faktor yang mempengaruhi keunggulan bersaing

jaringan. Pembeli akan menilai sejauh mana kredibilitas pemasok

memenuhi persyaratan. Selain itu ketersediaan fasilitas ini penting

dalam mendukung proses untuk menghasilkan bahan baku

berkualitas maupun bagi keperluan penyimpanan.

b. Meyakinkan anggota

Alasan memasukkan sub-elemen ini sebagai salah satu

kendala, mengingat petani terbiasa berhubungan dengan

pengumpul sehingga kemungkinan terpola suatu pandangan

tersendiri. Suatu pendekatan baru dan belum dikenal akan

memunculkan pertanyaan, fase membandingkan apa yang yang

ditawarkan oleh jaringan dengan pedagang pengumpul. Anggota

akan menimbang sejauh mana manfaat diperoleh, dan keyakinan

berjalannya sistem. Penjelasan mengenai pengertian, manfaat dan

fungsi jaringan secara distinktif memperjelas apa yang menjadi

tujuan, mekanisme dan manfaat yang diperoleh sehingga muncul

dorongan untuk bergabung.

c. Permodalan

Kendala permodalan umum dihadapi petani dan kelembagaan

desa. Kurangnya perhatian dan peraturan birokrasi lembaga

pembiayaan dari aspek kondisi, kolateral, penilaian kapasitas calon

Page 126: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

105

pencari kredit menahan turunnya aliran kredit pinjaman atau

menyurutkan calon nasabah untuk mengajukan kredit.

Ketidakmampuan menyediakan modal kerja maupun investasi akan

menghambat aktivitas jaringan dalam membeli dan menyalurkan

bahan baku. Di sisi lain, jaringan memerlukan tahapan sosialisasi

ke sentra – sentra pasokan untuk menyakinkan petani, dan

menyiapkan fasilitas dimana seluruh aspek tersebut memerlukan

dana investasi. Dengan demikian sub-elemen permodalan menjadi

penting untuk dikaji.

d. Meyakinkan pihak pembeli

Sebagai pemasok baru yang belum tercatat terdaftar sebagai

pemasok industri memerlukan usaha untuk menjelaskan

kemampuan agar terbangun. Kegagalan pendekatan dan

mempromosikan kemampuan jaringan kepada calon pembeli

berakibat bahan baku yang telah dihimpun dari anggota menemui

kesulitan penyaluran yang pada akhirnya merusak kepercayaan

anggota.

e. Persaingan dengan pihak non jaringan

Sub-elemen persaingan dengan pihak non jaringan

dimasukkan sebagai kendala dengan pertimbangan kemungkinan

munculnya persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh pihak yang

menganggap keberadaaan jaringan sebagai ancaman. Apabila

kondisi tersebut terjadi, berpeluang membatasi gerak jaringan

menarik petani sebagai anggota, dan membatasi gerak operasi.

f. Perkembangan agroindustri farmasi

Sub-elemen ini berhubungan sebab akibat antara permintaan

bahan baku dengan pertumbuhan industri. Agroindustri farmasi

yang tumbuh diharapkan dapat menjamin kelangsungan permintaan

pasokan bahan baku dari petani. Sebaliknya pertumbuhan industri

yang terus menurun akan memberikan efek ikutan kepada petani.

Page 127: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

106

g. Komitmen anggota

Komitmen anggota merupakan kesepakatan untuk memenuhi

kewajiban selaku anggota. Kebiasaan hidup mandiri dan bebas

mengambil keputusan, kemudian terlibat dalam pola teratur

merupakan perubahan bagi petani. Perubahan ini memerlukan

adaptasi untuk memahami peran dan bagaimana berperilaku.

Komitmen terhadap persyaratan bahan baku yang dipasok dan

pertukaran informasi merupakan tuntutan baru bagi petani.

Keutuhan jaringan yang ditopang oleh anggota yang aktif turut

membangun jaringan yang kuat.

Hasil reachibility matrix final untuk elemen kendala pembentukan

sistem rantai pasokan berbasis jaringan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut

ini, dan struktur hirarki elemen kendala tersaji pada Gambar 17.

Tabel 18 Hasil reachability matrix final elemen kendala

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 DEP DRP

E1 1 1 0 1 0 0 1 4 4

E2 0 1 0 1 0 0 1 6 3

E3 1 1 1 1 1 1 1 1 7

E4 0 0 0 1 0 0 0 7 1

E5 1 1 0 1 1 0 1 3 5

E6 1 1 0 1 1 1 1 2 6

E7 0 1 0 1 0 0 1 6 3

DEP Driver Power

DRP Dependence

E 7 = Komitmen anggota E 6 = Pertumbuhan agroindustri farmasi E 5 = Persaingan dengan pedagang E 4 = Meyakinkan pihak pembeli E 3 = Permodalan awal E 2 = Meyakinkan anggota E 1 = Fasilitas jaringan

Page 128: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

107

E4

MEYAKINKAN PIHAKPEMBELI

E7 KOMITMEN ANGGOTAE

2MEYAKINKAN

ANGGOTA

E1 FASILITAS JARINGAN

E5

PERSAINGAN DENGANPEDAGANG

E6

PERTUMBUHANAGROINDUSTRI

FARMASI

E3 PERMODALAN

Gambar 17 Struktur hirarki kendala.

E1

E2, E7

E3

E4

E5

E6

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 1 2 3 4 5 6 7 8

sektor IIsektor I

sektor IV sektor III

Dependence

Drver

Power

Gambar 18 Matriks DP-D elemen kendala.

Struktur hirarki sub-elemen kendala sistem sebagaimana gambar 17

menunjukkan permodalan menjadi sub-elemen kunci yang perlu ditangani.

Fasilitas untuk mendukung kegiatan operasional perlu disediakan baik

dengan alternatif sewa maupun beli. Keberadaan fasilitas jaringan

berhubungan dengan alat bantu proses yakni : alat rajang, lantai

pengeringan, oven pengeringan, kendaraan angkutan, ruang penyimpanan

Page 129: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

108

dan sebagainya. Ketika modal tidak tersedia berakibat gangguan

operasional jaringan secara keseluruhan.

Penjabaran elemen kendala, menghasilkan sub-elemen meyakinkan

industri (E4 berada pada sektor dependen yang akan dipengaruhi oleh sub-

elemen lain seperti permodalan (E3), persaingan dengan pihak pedagang

(E5) dan perkembangan agroindustri farmasi (E6). Ketiga sub-elemen

dimaksud sebagaimana terlihat pada gambar 18, berada pada sektor 4–

independent yang merupakan peubah bebas yang berpengaruh besar

terhadap keberhasilan pembentukan jaringan.

Persaingan dengan pedagang misalnya, ketika memberikan efek

mengganggu maka akan mengurangi efektivitas sosialisasi untuk menarik

petani menjadi anggota. Komitmen anggota (E7) berada pada sektor

dependen, yang berarti peubah tidak bebas di mana kendala tersebut akan

tergantung dari sub-elemen yang lain.

3. Aktivitas Perekayasaan Sistem

Diperlukan beberapa aktivitas untuk membangun jaringan. Elemen

aktivitas ini dianalisis secara seksama dengan mempertimbangkan elemen

kendala yang telah dibahas sebelumnya. Terdapat enam sub-elemen

aktivitas yakni :

a. Sosialisasi program

Pengertian sub-elemen sosialisasi program adalah kegiatan

untuk menginformasikan keberadaan organisasi, keunggulan, dan

manfaat kepada calon anggota maupun pembeli. Aktivitas ini penting

untuk mengenalkan sistem baru yang lebih baik dibandingkan dengan

sistem rantai pasokan konvensional.

Keunggulan sistem yang menghubungkan para anggota atas

dasar kepercayaan dan pengintegrasian proses, perlu dijelaskan

terlebih dahulu. Sosialisasi program kepada petani juga termasuk

manfaat finansial terlibat di jaringan. Kesalahan pendekatan akan

menghasilkan persepsi negatif terhadap keberadaan jaringan. Dengan

demikian, sub-elemen sosialisasi penting dianalisis.

Page 130: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

109

b. Penyiapan sumber daya manusia

Sistem berfungsi bilamana anggota saling berinteraksi dan

melakukan pertukaran informasi dan material. Kemampuan

memadukan unsur teknologi dan bisnis ini memerlukan penyiapan

sumber daya manusia dari sisi pengelola maupun anggota. Pengaturan

orang, aliran bahan baku, pemahaman kondisi pasar dan pemasaran

maupun kegiatan sosialisasi memerlukan tokoh yang memiliki

wawasan terhadap usaha tanaman obat, kehidupan petani selain

sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Sub-elemen sumber daya

manusia ini menjadi sub-elemen yang layak diperhatikan.

c. Pencarian akses pasar industri

Sub-elemen pencarian pasar industr imencakup aktivitas

memetakan prospek pembeli, identifikasi kebutuhan, pola pembelian,

kapasitas pasokan, sumber-sumber pasokan yang sudah terdaftar dan

bahan baku substitusi sehingga menjadi masukan potensi pasar bagi

jaringan. Sebagai pendatang baru, jaringan perlu berupaya

mengenalkan keberadaan jaringan mengingat industri telah memiliki

pemasok.

d. Penyiapan fasilitas

Sub-elemen penyiapan fasilitas mencakup pengadaan, dan

penataan fasilitas dalam rangka mendukung operasional. Fasilitas

yang dimaksud tidak saja bagi kegiatan pengolahan tetapi juga

penyimpanan. Penyiapan fisik fasilitas dimaksud mencakup keputusan

fasilitas yang dibutuhkan, berapa banyak, kapasitas dan penentuan

lokasi keberadaan, pengadaan dan penataan yang memerlukan waktu.

Sehingga sub-elemen aktivitas ini penting dikaji.

e. Penyiapan organisasi

Mengingat terdapat kumpulan orang, maka diperlukan penataan,

pengelolaan, penciptaan sistem kerja, legalitas, dan cara yang

memungkinkan dilaksanakannya pengorganisasian aktivitas secara

tertib. Penyiapan organisasi ini menjawab sub-elemen kunci pada

tujuan yakni struktur dan sistem organisasi yang harus ditetapkan

Page 131: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

110

terlebih dulu. Sebagaimana organisasi lainnya, diharapkan dapat

terwujud tertib administrasi dan tertib kerja dari seluruh pendukung

organisasi.

f. Survei lokasi pasokan

Merupakan aktivitas pemetaan dan pencarian desa sumber

pasokan yang berpotensi terdapat petani untuk menjadi anggota.

Dengan diketahuinya peta sumber, maka kegiatan sosialisasi lebih

mudah dilakukan. Peta sumber dimaksud sekaligus mendata kekuatan

di masing-masing daerah dan kekuatan petani mencakup jumlah,

kemampuan, dan produktivitas lahan.

Hasil analisis reachability matrix final menggunakan metode ISM

atas enam aktivitas dapat dilihat pada Tabel 19 dan susunan sub elemen

aktivitas program berdasarkan hasil hirarki sebagaimana pada Gambar 19.

Tabel 19 Hasil reachability matrix final elemen aktivitas

E1 E2 E3 E4 E5 E6 DEP DRP

E1 1 0 0 0 0 0 6 1

E2 1 1 1 1 1 0 2 5

E3 1 0 1 1 1 0 5 4

E4 1 0 1 1 1 0 5 4

E5 1 0 1 1 1 0 5 4

E6 1 1 1 1 1 1 1 6 DRP Driver Power DEP Dependence

Survei lokasi pasokan (E6) merupakan sub-elemen penting dalam

menjamin keberhasilan membangun jaringan. Aktivitas survei pasokan

akan memberikan informasi potensi daerah sumber pasokan dan petani

yang akan menjadi calon anggota. Penyiapan sumber daya manusia (E2)

E 6 = Survei lokasi pasokan E 5 = Penyiapan organisasi E 4 = Penyiapan fasilitas pendukung E 3 = Pencarian akses pasar E 2 = Penyiapan sumber daya manusia E 1 = Sosialisasi kegiatan jaringan

Page 132: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

111

dimaksudkan sebagai aktivitas yang dapat memberikan pengetahuan

kepada pengelola maupun anggota jaringan agar dapat menjalankan fungsi

operasional. Jaringan dapat menjalin kerjasama dengan lembaga

pemerintah untuk perluasan wawasan.

Pelatihan diperlukan sebagai bagian pemberdayaan anggota

mencakup tata nilai organisasi, tata cara pemasokan, pemahaman mengenai

tanaman obat, proses produksi yang baik (good manufacturing practice),

dan fungsi organisasi dalam jangka panjang.

Aktivitas pencarian akses industri (E3) dan penyiapan fasilitas

pendukung (E4) merupakan sub-elemen yang saling mempengaruhi.

Fasilitas pendukung operasional dimaksud antara lain penyiapan area

pemrosesan dan penyimpanan. Keputusan fasilitas gudang akan tergantung

pada jumlah pasokan untuk memenuhi kebutuhan industri secara efektif

dan efisien. Efisien dinilai dari segi biaya operasional yang dikeluarkan dan

efektif dalam hal pengelolaan dan pengaturan.

E1 SOSIALISASI KEGIATAN

E4

PENYIAPANFASILITAS

PENDUKUNG

E3

PENCARIAN PASARINDUSTRI

E2 PENYIAPAN SDM

E6 SURVEI LOKASI

PENYIAPANORGANISASI

E5

Gambar 19. Struktur hirarki aktivitas jaringan

Page 133: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

112

E1

E2

E3, E4, E5

E6

0

1

2

3

4

5

6

7

0 1 2 3 4 5 6 7

sektor I sektor II

sektor IIIsektor IVDependence

Driver

Power

Berdasarkan matrik driver power-dependence pada Gambar 20, sub-

elemen pencarian akses pasar industri (E3), penyiapan fasilitas gudang

(E4), dan penyiapan organisasi (E5), terletak pada sektor linkage yang

memberi pemaknaan peubah pengait sistem. Setiap tindakan pada sub-

elemen tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan

jaringan.

Sub-elemen survei lokasi pasokan (E6) dan penyiapan SDM (E2)

merupakan variabel yang terletak pada sektor independent, yang

merupakan variabel penggerak yang berpengaruh terhadap sub-elemen

sosialisasi. Keberhasilan aktivitas survei lokasi dalam membangun jaringan

akan menghasilkan data daerah yang berpeluang sebagai sumber anggota.

Keberhasilan menarik calon anggota, tergantung dari kemampuan

petugas (E2) yang mensosialisasikan kegiatan. Aktivitas sosialisasi

program (E1), dikategorikan peubah tidak bebas yang berarti aktivitas

tersebut tergantung pada tindakan aktivitas sub-elemen lainnya. Dengan

demikian, menjadi penting dilakukan sosialisasi pada petani calon anggota

pada lokasi sumber yang telah diidentifikasi saat dilakukan survei lokasi.

Gambar 20 Matriks DP-D untuk Elemen Aktivitas.

Page 134: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

113

4. Perubahan yang diharapkan

Kehadiran jaringan diharapkan memberikan perubahan yang dapat

dinikmati oleh masyarakat di sekitar keberadaan anggota jaringan. Namun,

untuk mencapai perubahan dimaksud terdapat sub-sub elemen terkait yang

layak diperhatikan dan dianalisis keterkaitan satu sama lain antara lain:

a. Sinergi dengan industri

Sub-elemen ini menjamin keberlanjutan hubungan jaringan dan

pembeli industri. Interaksi antara jaringan dan pembeli industri

menjamin kontinuitas aliran pasokan yang pada akhirnya memberikan

manfaat kedua belah pihak. Anggota termotivasi untuk terus

menciptakan produk bernilai, dan industri terdorong berbagi informasi

dalam upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan bahan

baku terstandarisir.

b. Pengelolaan usaha tani

Jaringan dapat memberikan stimuli agar petani dalam

pengelolaan usaha tani secara, sehingga. menurunkan deviasi

ketidaksesuaian kualitas dan kesalahan penanganan. Hasil analisis

permasalahan menunjukkan bahwa petani relatif berkembang sendiri

dengan cara yang dikenal secara turun menurun dan pengetahuan

yang diperoleh berdasarkan pengalaman. Perubahan pengelolaan

usaha tani yang dibantu oleh jaringan diharapkan mencapai manfaat

yang lebih besar.

c. Perilaku berorganisasi

Sub-elemen ini mencakup cara berpikir, bertindak, dan

bekerjasama di dalam jaringan. Terdapat dinamika kelompok ketika

sekumpulan individu berkumpul. Masing-masing akan membawa

kebiasaan berbudidaya, pengolahan atau mengelola suatu organisasi.

Diharapkan melalui pembelajaran dapat memperkecil deviasi karena

kekurangpengetahuan atau cara-cara bertindak yang kurang

beradaptasi dengan lingkungan usaha secara luas.

Keterlambatan dalam menyelesaikan nilai-nilai anutan akan

membuka ruang konflik diantara anggota. Melalui jaringan, anggota

Page 135: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

114

difasilitasi berlatih memberikan komitmen, menyalurkan pendapat,

pengajuan pemikiran dalam rangka kemajuan jaringan.

d. Kemajuan desa setempat

Keberadaan jaringan dengan anggota lebih sejahtera, dapat

memberikan efek positif bagi desa di mana anggota berada. Anggota

jaringan diharapkan memberikan manfaat positif terhadap

kesejahteraan masyarakat di desa, dengan imbas ekonomi pada sektor

lainnya yang berkaitan seperti : usaha – usaha pendukung, maupun

yang relatif jauh dalam memenuhi keinginan perbaikan keluarga

petani.

e. Manfaat bagi masyarakat

Perubahan yang diajukan oleh jaringan berupa perbaikan

kesejahteraan masyarakat sekitar akibat keberadaan jaringan.

Masyarakat adalah para individu di luar petani yang memperoleh

pendapatan dari tumbuhnya jaringan. Mereka dapat buruh yang

menjual tenaga lepas, perajang atau penyokong kegiatan lainnya.

Matriks reachability final hasil analisis ISM elemen perubahan yang

dimungkinkan dapat dilihat pada Tabel 20. Sinergi jaringan dengan industri

dimungkinkan terjadi dengan tumbuhnya kepercayaan dari pembeli.

Pembelajaran internal anggota akan mendorong terwujudnya komitmen

dalam memenuhi jaminan kualitas.

Tabel 20 Hasil reachability matrix final perubahan yang dimungkinkan

E1 E2 E3 E4 E5 DEP DRP

E1 1 0 0 1 1 1 3

E2 0 1 0 1 1 2 3

E3 0 1 1 1 1 1 4

E4 0 0 0 1 0 5 1

E5 0 0 0 1 1 4 2 DEP Driver Power DRP Dependence

E 5 = Manfaat pada masyarakat E 4 = Kemajuan desa E 3 = Perilaku organisasi E 2 = Pengelolaan usaha tani E 1 = Sinergi dengan industri

Page 136: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

115

E4

KEMAJUAN DESASETEMPAT

E5

MANFAAT BAGIMASYARAKAT

E2 PENGELOLAAN USAHA E

1SINERGI DENGAN

INDUSTRI

E3

PERILAKUBERORGANISASI

Gambar 21. Struktur hirarki elemen perubahan

Sub-elemen perilaku berorganisasi merupakan elemen kritis perubahan

untuk mencapai kemajuan desa. Giannakis dan Croom (2004) menyebutkan

sebagai pengaruh interaksi antar pihak pada dimensi sinergi. Di dalam

dimensi sinergi tersebut dipersyaratkan perilaku : rasa saling percaya,

kesediaan membagi informasi dan bertindak proaktif yang diwujudkan oleh

anggota jaringan. Dengan demikian, tidak lagi siapa mengatur atau

mendominasi siapa tetapi bagaimana memahami apa yang dikontribusikan

dan pada tingkatan apa dari proses bisnis.

Ketika persoalan internal organisasi dapat diatasi, maka selanjutnya

berkonsentrasi pada pencapaian perubahan sinergi dengan industri (E1),

karena keterlibatan industri dapat memberikan stimuli tidak saja pada

pengetahuan usaha tani tanaman obat, tetapi yang lebih penting

memberikan peluang menjadi pemasok tanaman obat untuk kebutuhan

agroindustri farmasi.

Selain petani anggota, masyarakat memperoleh manfaat (E5) sebagai

bagian dari bergeraknya kegiatan ekonomi usaha tanaman obat, dalam hal

penyediaan tenaga kerja dalam berbagai aktivitas proses, alat transportasi,

dan seluruh komponen pendukung lainnya. Dengan keberadaan jaringan,

Page 137: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

116

pengelolaan usaha tani tanaman obat (E2) diharapkan menjadi usaha yang

produktif akibat arus pembelian bahan baku.

E1 E2

E3

E4

E5

0

1

2

3

4

5

0 1 2 3 4 5 6

sektor I sektor II

sektor IV sektor III

Dependence

Driver

Power

Gambar 22 Matriks DP-D perubahan yang diinginkan.

Sub-elemen sinergi dengan industri (E1), pengelolaan usaha tani (E2)

dan perilaku organisasi (E3) berada pada sektor independen yang merupakan

peubah bebas yang memiliki sedikit ketergantungan pada sistem tetapi

mempunyai penggerak yang besar. Kegagalan menjalin hubungan dengan

industri (E1), akan menghambat perubahan yang diinginkan.

Posisi sinergi dengan industri adalah peubah bebas dan bilamana

disatukan dengan perubahan perilaku organisasi serta pengelolaan usaha tani

menjadi faktor penggerak kemajuan desa. Dengan demikian kemajuan desa

(E4) dan manfaat bagi masyarakat (E5) dapat menjadi akibat dari

keberhasilan tindakan atau pencapaian perubahan.

Dari seluruh hasil sintesa ISM memberikan kesimpulan bahwa

mekanisme pengorganisasian yang menatakelola jalannya aktivitas jaringan

dan bagaimana anggota berinteraksi perlu dipersiapkan terlebih dulu.

Sebagaimana dinyatakan oleh Ginneakis dan Croom (2004), diperlukan

sinkronisasi operasional mengingat terdapat peran dari sejumlah anggota.

Page 138: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

117

Tata kelola di dalam jaringan yang diawali dengan struktur dan sistem

jaringan mempertajam pengertian saling berbagi, kepercayaan dan

kontribusi yang diajukan oleh peneliti sebelumnya. Pengaturan struktur dan

sistem organisasi jaringan mendorong terbentuknya pemahaman atas apa

yang perlu diintegrasikan sebagaimana diajukan oleh Stock dan Lambert

(2001).

Sub-elemen ini menjadi pendorong paling tinggi agar tujuan

kesejahteraan anggota tercapai. Namun, kendala utama dalam mewujudkan

jaringan terletak pada permodalan. Dengan demikian, dana pengadaan

fasilitas dan modal kerja perlu dicarikan jalan keluar. Aktivitas survei lokasi

pasokan menjadi sub-elemen penggerak aktivitas lainnya, dimana survei

menjadi titik kritis untuk keberhasilan sosialisasi kegiatan jaringan

mengingat lokasi calon anggota berada pada desa-desa yang tersebar.

6.3. Struktur Rantai Pasokan berbasis Jaringan

Jaringan direkayasa dengan mengacu pada Giannakis dan Croom

(2004), Choi et al. (2002), Barba et al. (1998), Giles dan Hancy (1998)

dengan ciri keterhubungan antar individu dengan individu menembus batas

organisasi. Desain menggunakan tiga dimensi strategis yakni struktural,

sinergi interaksi manusia dan hubungan di dalam rantai pasokan.

Penstrukturan jaringan terlebih dahulu menetapkan siapa yang menjadi

anggota utama.

Kebaruan jaringan terletak pada pengaturan berjejaring dimana pada

penelitian sebelumnya lebih ditekankan pada unsur perilaku. Jaringan yang

diajukan memadukan perilaku dan operasionalisasi sehingga abstraksi

ditegaskan melalui pembagian fungsi. Anggota yang menyebar dengan

tingkat kerumitan pengelolaan, dipecahkan dengan memasukkan unsur

kelompok mewujudkan ciri jaringan salin berbagi.

Hakekat berjejaring yang menekankan pada hubungan, diwujudkan

dengan terjalinnya koneksi antar petani secara horisontal menembus batas

lokasi, kemampuan, usia dan perbedaan kapasitas.

Page 139: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

118

Atas dasar analisis sub-elemen dan kondisi faktual, maka jaringan

didesain mencakup :

1. para aktor dan lembaga yang terlibat

2. garis hubungan

3. penjabaran fungsi

4. aliran fisik dan informasi, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 23

Aliran bahan baku

Lang

sung

guda

ng in

dust

ri

Info

rmas

ipe

nelit

ian

Lang

sung

guda

ng in

dust

ri

Kelompokpetani

Personnel

PETANI

Personnel

PETANI

PETANI

Kelompokpetani

Kelompokpetani

Fasilitator

Pusat ManajemenJaringan

FUNGSI

Perencanaan,pengendalian,

koordinasi jaringan

Sosialisasi danpembinaan

Pemasaran danhubungan eksternal

Pengelolaan keuangandan distribusi dana

Penyimpanan/pergudangan

Aliranbahanbaku

Aliraninformasi

Aliran bahan bakuPETANI

Kelompokpetani

Fasilitator

Pemerintah daerah

Lembaga Pembiayaan

Lembaga Penelitian/Perguruan tinggi

Lembaga usahaPendukung

industriKe

rja s

ama

usah

a

Alirankredit

Aliraninformasi

Aliraninformasi

Bergabungdlm kelp

Garis komunikasiantar kelompok

Bergabungdlm kelp

Bergabungdlm kelp

Bergabungdlm kelp

Mel

alui

gud

ang

jarin

gan

Mel

alui

guda

ngja

ringa

n

Aliran kerjasama

Aliran manfaat

Aliranmanfaat

Aliranmanfaatfungsi

jaringan

AliranKeputusanoperasional

AliranKeputusanoperasional

AliranKeputusanoperasional

Alira

n ke

putu

san

stra

tegi

sAl

iran

kepu

tusa

nst

rate

gis

pedagangAlirandana

Gambar 23 Struktur Jaringan.

Page 140: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

119

Struktur jaringan terdiri dari petani, kelompok, dan pusat manajemen.

Ketika menstrukturkan jaringan, penetapan siapa yang menjadi anggota

menjadi penting. Melalui jaringan, anggota diberi ruang untuk menyatukan

dan menghubungkan proses rantai pasokan. Pasokan bahan baku yang

semula mengalir melalui beberapa tingkat pedagang pengumpul direstruktur

menjadi satu tingkat melalui pusat manajemen jaringan sebagai operator

yang mengatur proses permintaan dan penawaran bahan baku. Hubungan

secara horizontal antara petani dan secara vertikal berhubungan dengan

industri merupakan model jaringan baru untuk pemberdayaan dan kemajuan

petani.

Jaringan memberikan ruang pada peningkatan kualitas hubungan

yang mendorong perubahan kemampuan anggota. Perbedaan jaringan

dibandingkan dengan sistem pasokan yang telah berlangsung saat ini adalah

pedagang pengumpul yang walaupun memiliki banyak pemasok, terdapat

pengaturan yang bersifat mekanisme defensif dari pembeli. Model hubungan

tersebut disebut sebagai hubungan pembeli-pemasok diadik.

Ketika hubungan diantara pemasok berlangsung sangat terbatas dan

memiliki jarak, maka merupakan hubungan antar pemasok yang

berkompetisi dan bukan sebagaimana dikehendaki pada jaringan. Model

hubungan tersebut, pada kenyataannya tidak membuka peluang perilaku

bertukar pengetahuan atau proses lintas fungsi diantara pemasok yang

menjadi landasan jaringan sebagaimana dinyatakan oleh Giles dan Hancy

(1998).

Teori jaringan pada rantai pasokan agroindustri farmasi dengan

kompleksitas tanaman obat dan keragaman petani mengubah rantai pasokan

yang bekerja sendiri-sendiri diintegrasikan dalam satu kesatuan. Jaringan

dimiliki dan dikelola oleh petani. Masing-masing petani mengidentifikasi

kemampuan yang dikuasai. Keluaran dari petani, dapat menjadi masukan

proses yang diselenggarakan oleh petani lainnya. Secara bertahap

kemampuan proses petani berpindah pada tingkat yang lebih maju.

Anggota jaringan ketika beraktivitas dalam kesatuan, menghasilkan

fungsi lebih menyeluruh. Jaringan tidak sekedar penyatuan lahan

Page 141: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

120

sebagaimana corporate farming namun sebagai entitas yang luas, berdaya

dan berada pada kekuatan seimbang dalam interaksi dengan pembeli

industri. Persyaratan agar jaringan berfungsi dengan baik adalah bilamana

struktur dan sistem, nilai-nilai anutan menjadi perilaku, pengintegrasian

proses, pengendalian strategik, sebagaimana diuraikan di atas dapat

terwujud.

Jaringan mengambil ruang gerak yang relatif sama dengan kegiatan

pedagang pengumpul yang telah beroperasi selama ini sehingga terdapat

kemungkinan ancaman menggagalkan operasi jaringan. Kondisi ini perlu

ditangkal melalui penguatan keanggotan, memberikan manfaat kuantitatif

yang lebih baik dan pemberdayaan terus menerus.

Pedagang pengumpul dapat memperoleh peran lain dari keberadaan

jaringan melalui aktivitas pendukung maupun proses lanjutan berasal dari

distribusi pekerjaan jaringan. Keberadaan pedagang pengumpul besar dapat

disetarakan dengan industri sehingga kedudukannya akan berlaku sebagai

perusahaan pembeli.

Penjelasan mengenai penstrukturan adalah sebagai berikut :

a. Anggota jaringan

Adalah petani yang memiliki usaha tanaman obat. Petani dengan

ciri tersebut terlibat sebagai anggota utama dan memberikan sumber

daya, pengetahuan, dan hasil panen tanaman obat. Walaupun terdapat

variasi kepemilikan luas lahan, jaringan didesain tanpa pengklasifikasian

anggota berdasarkan luas lahan. Sejauh petani bersedia mematuhi

ketentuan dan perilaku yang ditetapkan bekerjasama, petani diterima

sebagai anggota. Petani tidak direkrut untuk tugas tertentu tetapi

berkontribusi sesuai dengan kemampuan.

Petani anggota berhimpun dan menjadikan jaringan sebagai

organisasi yang berkekuatan dan sebagai sarana pemberdayaan, sehingga

pada akhirnya jaringan menjadi organisasi petani yang kuat. Fungsi

produksi dan pengolahan hasil panen menjadi tanggungjawab petani.

Petani yang belum memiliki kemampuan pemrosesan bahan baku

sebagaimana dipersyaratkan dapat diambil alih petani lain atau oleh pusat

Page 142: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

121

manajemen. Pada saatnya dengan teknis pengolahan petani yang

bertambah baik akibat pembelajaran, aktivitas variasi pengolahan bahan

baku segar dapat diserahkan kepada sehingga memberikan penghasilan

lebih baik kepada anggota.

Menggunakan gambaran sumber bahan baku tanaman obat di

Jawa Tengah, petani berlokasi mulai dari kecamatan Karangpandan,

Ngargoyoso yang terletak di lereng gunung Lawu dan kecamatan

Karanganyar serta Nguter yang relatif dekat dengan pusat agroindustri.

Lokasi petani yang jauh dari pusat industri lebih mengalami kendala

akses dan transportasi dalam menyalurkan bahan baku, sehingga sangat

mengandalkan pengumpul. Petani yang tersebar di 842 desa di empat

kabupaten penghasil tanaman obat yakni Sukoharjo, Boyolali, Wonogiri

dan Karanganyar berpotensi menjadi anggota utama bilamana jaringan

diimplementasikan di daerah tersebut.

Total petani yang dibutuhkan oleh jaringan sebesar jumlah target

pasokan yang mampu dipasok jaringan kepada industri. Menggunakan

perhitungan rata-rata luas petani sekitar 2000 m2 dengan break even

point pada kondisi 332 ton, diperkirakan akan membutuhkan 110 petani

(lihat bab VIII).

b. Kelompok petani

Ketika petani telah bergabung, dimungkinkan terdapat sejumlah

lokasi dan variasi kemampuan yang perlu dikoordinasikan. Dalam

kondisi ini pasokan dan informasi akan mengalir dalam sebaran yang

lebar dengan kerumitan pengelolaan. Karenanya, dipandang perlu dibuat

mekanisme yang memudahkan interaksi dan penyampaian pesan.

Mempelajari kebiasaan petani di desa cenderung terlibat di dalam

kelompok secara informal (Sajogyo,1999), maka pendekatan tersebut

dipandang baik untuk dipergunakan. Manfaat secara positif adalah

terbangun kerjasama dan satu sama lain dapat berbagi pengetahuan dan

informasi.

Anggota diarahkan berhimpun di dalam kelompok sehingga

mempermudah pengimplementasian proses dan pertukaran informasi

Page 143: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

122

serta pengetahuan. Hal ini untuk menjawab perlunya penatakelolaan

sebagaimana hasil sintesa ISM, dimana kondisi tersebut kurang dibahas

oleh peneliti terdahulu yang lebih memfokuskan pada perilaku hubungan.

Melalui kelompok, diberikan ruang untuk mengubah kepemilikan

pengetahuan menjadi distribusi pengetahuan. Alasan lain memanfaatkan

kelompok petani adalah dalam hal pengelolaan sejumlah besar petani

dengan melibatkan interaksi dan pertukaran informasi.

Hubungan antar anggota dan antar kelompok secara horisontal

dibangun dengan fasilitasi fasilitator. Interaksi inter dan intra kelompok

memungkinkan mengalirnya informasi kondisi pasokan bahan baku,

status anggota, dan pertukaran informasi usaha tanaman obat. Wujud

sinergi ini sebagaimana dinyatakan oleh Giannakis dan Croom (2004)

dilakukan dalam bentuk mengalirnya informasi: 1) usaha, 2)

pengetahuan, 3) kondisi pasar dan harga, 4) keuangan, 5) kondisi

organisasi dari pusat manajemen jaringan.

Berapa sebaiknya jumlah petani yang menjadi anggota kelompok

tergantung dari jumlah yang masih memungkinkan pertemuan

diselenggarakan secara efektif. Memakai kondisi di pedesaan, bisa

terdapat satu desa berhimpun banyak petani tetapi berlokasi saling

berjauhan dibatasi oleh lahan yang luas atau sebaliknya pada jarak yang

saling berdekatan. Petani dari desa yang sama atau berbeda bilamana

dipandang masih dalam jarak jangkauan dapat bergabung dikarenakan

konsep jaringan tidak membedakan batas lokasi.

c. Pusat manajemen jaringan

Struktur jaringan, menetapkan garis hubungan dimana informasi,

bahan baku, manfaat dan keputusan mengalir. Aliran informasi ini

berlangsung dari kelompok ke kelompok dan dari kelompok ke pusat

manajemen jaringan secara bolak-balik. Aliran bahan baku dari anggota

menuju lokasi pengiriman berdasarkan perintah kirim.

Keberadaan pusat manajemen diperlukan guna pengelolaan empat

bagian besar aliran dimaksud disamping anggota, proses, aset dan

sumberdaya. Mengingat perilaku pembeli senantiasa menekankan pada

Page 144: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

123

ketepatan waktu, jumlah dan kualitas maka kendali operasional mengarah

pada ketercapaian keluaran dari daerah otonomi masing-masing anggota

dan mengendalikan sesuai tanggungjawab bersangkutan.

Manajemen rantai pasokan melibatkan dua bagian besar menurut Maku

et al. (2005) yakni demand dan supply process dengan tujuan kepuasan

pembeli. Fungsi jaringan berkaitan distribusi, pemasaran, manajemen

permintaan dan hubungan pelanggan (Customer Relation Management)

sebagaimana dinyatakan oleh Stock dan Lambert (2001), disolusikan dengan

menghadirkan pusat manajemen jaringan. Fungsi produksi dan pengolahan

hasil panen menjadi tanggungjawab petani.

1. Mekanisme Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk menilai kinerja organisasi secara

keseluruhan yang terbagi atas : keanggotaan, pasokan, proses, usaha dan

keuangan. Penjelasan mekanisme pengendalian sebagaimana gambar 24

sebagai berikut :

• Kendali keanggotaan dimaksudkan untuk memantau masukan,

kontribusi dan perilaku anggota. Anggota yang aktif berarti akan

memasok bahan baku sebagaimana diminta. Pusat manajemen

mengendalikan penerimaan, pengolahan permintaan dan kemudian

diturunkan melalui kelompok dengan fasilitasi fasilitator. Anggota

akan memberikan informasi kesanggupan pasokan melalui

kelompoknya.

• Kendali pasokan dimaksudkan untuk memantau sejauh mana anggota

menjamin bahan baku pasokan dapat dipenuhi baik jumlah, jenis,

kualitas, waktu dan harga. Apabila tidak terpenuhi, akan dilakukan

penelusuran terhadap kontribusi anggota.

• Kendali proses akan mengecek pencapaian mutu dari setiap bagian

proses. Pusat manajemen akan mendata kinerja anggota ditinjau dari

total penolakan, atau ketidaksesuaian hasil. Standar kualitas dan

tingkat penolakan telah terlebih dulu diserahkan kepada kelompok

untuk disebarkan kepada anggota.

Page 145: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

124

• Kendali usaha mencakup sejauh mana permintaan dapat dipenuhi

sesuai dengan jumlah, jenis, kualitas dan waktu. Ketidaksanggupan

penyaluran akan ditelusur kembali kearah persiapan pasokan. Kendali

usaha juga akan memantau kemajuan perluasan pasar. Dalam hal ini

dimonitor sejauh mana terdapat tambahan pembeli baru dan apakah

mampu dipenuhi. Apabila ternyata tidak bisa, maka dilakukan

penundaan untuk persiapan kemampuan internal. Pusat manajemen

jaringan menerima permintaan pasokan dari industri sebagai hasil

kegiatan pemasaran dan memperhitungkan kesanggupan waktu kirim

berdasarkan waktu proses dan distribusi. Kendali terhadap

penyimpanan bahan baku dipecah menjadi tanggung jawab jaringan

dan anggota melalui kelompok masing-masing. Informasi terhadap

data stok mengalir dari kelompok ke jaringan sebagai dasar

pengambilan keputusan penawaran kepada industri.

• Kendali keuangan melibatkan kemampuan pengelola mengatur

keuangan sehingga organisasi sehat dan mampu meraih keuntungan

yang masih dapat dibagikan kepada anggota. Kendali keuangan akan

memantau pendapatan dan rugi laba operasi. Bilamana tidak tercapai

ditelusur lagi ke arah persiapan pasokan.

Sub-elemen perilaku berorganisasi yang menjadi elemen kritis,

membuka pemahaman diperlukan seseorang untuk memediasikan arus

informasi dan berbagai bentuk pengambilan keputusan. Unsur bekerja

sangat erat atas dasar kepercayaan yang ditemui di semua rujukan

jaringan, dipertegas melalui struktur dan sistem jaringan yang jelas.

Tanggungjawab menjamin ketercapaian kualitas produk dan proses yang

diintegrasikan sebagaimana hasil QFD, perlu dimengerti oleh anggota

jaringan.

Page 146: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Gambar 24. Mekanisme Pengendalian

PASOKAN USAHA KEUANGANANGGOTA

MASUKAN BAHANBAKU PASOKAN

Jml,jenis,kualitas,

waktuharga

PROSES

Biaya,kecepatan,

kualitas

HASIL

Kualitas,Jenis,

Kemasan,Harga

PEMENUHANTARGET

PENYALURAN

Jml,jenis,kualitas,

waktu

PERLUASAN PASAR

Mampu ?

Tunda

KEANGGOTAAN

Jml, lokasi,lahan,

kemampuan

KONTRIBUSI

Aktif ?

PEMBINAAN

ya

ya

ya

ya

PENCAPAIAN SASARAN

PendapatanR/L

Tidak

Tidak

ya

Tidak

ya

ya

yaSurvei

Tidak

Tidak

KINERJAJARINGAN

Tidak

Kembali kepasokan

125

Page 147: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

126

2. Fasilitator

Fasilitator diperlukan dan berperan di dalam lintas informasi dan

kegiatan teknis maupun kendali proses. Siapa yang paling tepat sebagai

fasilitator, adalah tokoh yang telah dikenal petani agar mengurangi

resistensi dan menjadi pendorong. Keberadaan fasilitator menjadi penting

mengingat kelangsungan hubungan dengan anggota petani harus

dipertahankan.

Fasilitator melaksanakan aktivitas:

(1) memfasilitasi berbagai kepentingan petani,

(2) mendata kemampuan petani,

(3) menyalurkan informasi,

(4) mengelola konflik,

(5) memberikan motivasi,

(6) mengorganisasikan proses

(7) mengorganisasikan aktivitas petani dan

(8) memfasilitasi pembahasan persoalan di lapangan.

Fasilitator adalah seseorang yang mampu mewujudkan kepercayaan

anggota terhadap jaringan dan membangun dinamika kelompok agar

diperoleh pengambilan keputusan bersama. Tugas fasilitator

menerjemahkan informasi sesuai dengan tingkat pemahaman petani dan

sebaliknya menyampaikan ke pusat manajemen mengenai kondisi di

lapangan. Fasilitator juga menginformasikan kepada pusat manajemen

jaringan pencapaian hasil kelompoknya dan sejauh mana proses pertukaran

dan pengintegrasian proses berlangsung.

3. Pengelola Pusat Manajemen

Penyelenggara aktivitas di pusat manajemen adalah manajer yang

memahami perdagangan tanaman obat dan direkrut untuk menjalankan

fungsi pusat manajemen jaringan dimaksud. Manajer bertanggung jawab

terhadap hubungan eksternal yakni industri sebagai pelanggan utama dan

lembaga terkait seperti lembaga pemerintah yang membidangi tanaman

obat di tingkat kabupaten. Jaringan akan menjadi mata rantai pasokan

Page 148: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

127

dengan berbagai industri tidak saja dengan industri yang menghasilkan obat

tradisional atau herbal terstandardisir, tetapi juga industri berorientasi

ekspor, dan industri kosmetik atas dasar sinergi.

Manajer selaku pengelola menjalin hubungan dengan lembaga

pembiayaan sebagaimana dimaksudkan pada Gambar 23, agar

memperoleh akses pinjaman modal baik bagi anggota maupun lembaga

jaringan. Kendala utama membangun jaringan adalah permodalan yang

dipergunakan untuk mengadakan fasilitas, sebagaimana hasil ISM. Sumber

dana tersebut dapat digali dari lembaga di luar jaringan. Kemudahan

memperoleh pinjaman diharapkan difasilitasi oleh pemerintah dan/atau

industri.

Hubungan dengan lembaga penelitian dijalin baik yang dimiliki oleh

perguruan tinggi maupun pemerintah sehingga dapat diperoleh bimbingan

teknis guna kepentingan anggota, dan bantuan penyuluhan hasil penelitian

mengalir dengan koordinasi pusat manajemen jaringan.

Jaringan mengambil ruang gerak yang relatif sama dengan kegiatan

pedagang pengumpul yang telah beroperasi selama ini sehingga terdapat

kemungkinan ancaman menggagalkan operasi jaringan. Bentuk persaingan

usaha di satu sisi dapat diterima dengan wajar, dengan mendorong langkah

positif dalam upaya bersaing secara konstruktif. Apabila terdapat tindakan

persaingan tidak sehat, anggota perlu menangkal melalui penguatan

keanggotan, memberikan manfaat kuantitatif yang lebih baik dan

pemberdayaan terus menerus.

Sesungguhnya pedagang pengumpul dapat memperoleh peran lain

dari keberadaan jaringan melalui aktivitas pendukung maupun proses

lanjutan berasal dari distribusi pekerjaan jaringan. Keberadaan pedagang

pengumpul besar dapat disetarakan dengan industri sehingga

kedudukannya akan berlaku sebagai perusahaan pembeli. Penjabaran

kemungkinan faktor penghambat internal dan eksternal diperlukan untuk

memperdalam sejauh mana konsep jaringan dapat diimplementasi.

Page 149: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

128

Tabel 21 Analisis faktor penghambat dan pendorong keterlibatan petani

Faktor Penghambat Faktor Pendorong

INTERNAL PETANI

1. Respon petani kurang, akibat pandangan negatif proyek penyuluhan sebelumnya yang tidak konsisten.

2. Enggan melepaskan ikatan dengan pedagang karena

a. Jasa pedagang di masa lalu.

b. Telah mengenal pedagang.

3. Keterikatan pinjaman pada pihak pedagang. 6. Tidak terbiasa dengan pola

berstruktur.

7. Ketidakcocokan nilai jaringan dengan nilai yang dikenal saat ini.

1. Keinginan mendapatkan alternatif akses pasar.

2. Harga beli lebih baik atau keuntungan menarik.

3. Mendapatkan pembinaan dan kemudahan penyaluran.

4. Ingin mempunyai alternatif lain selain pedagang pengumpul.

5. Kekecewaan berhubungan dengan pedagang pengumpul.

6. Mendapatkan bantuan mediasi modal.

EKSTERNAL PETANI

2. Desakan pedagang pengumpul untuk tidak beralih. Desakan dimaksud dapat berupa :

a. tindakan membujuk b. penggunaan ikatan

hubungan masa lalu c. ancaman/ tindakan

kontra produktif 3. Perubahan taktik perdagangan dari

pedagang pengumpul dalam meraih simpati.

1. Terdapat tokoh yang menjadi fasilitator/ pengurus.

2. Anggota petani lain telah menjadi anggota.

3. Melihat manfaat yang diperoleh akan memberikan dorongan keinginan untuk bergabung.

4. Tawaran manfaat bilamana bergabung.

5. Peluang mendapatkan pembiayaan.

Page 150: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

129

Penjabaran lebih rinci terhadap fungsi – fungsi pusat manajemen jaringan

dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini.

Tabel 22 Fungsi pusat manajemen Jaringan

Ke arah anggota (internal) Ke arah luar anggota (eksternal)

Informasi dan layanan

1. Persyaratan bahan baku 2. Sistem dan prosedur organisasi,

kebijakan, norma-norma, perkembangan organisasi, dan laporan keuangan

3. Penilaian kinerja. 4. Pergerakan harga, data

persaingan 5. Data produksi 6. Informasi peminjaman dana

Pemasaran

1. Analisis perkembangan permintaan konsumen

2. Memberikan sampel, melaksanakan kegiatan penjualan

3. Mencari akses pasar/ memperluas pasar

4. Menetapkan strategi bersaing dan mencari cara memenangkan persaingan.

Pengolahan

1. Melanjutkan pemrosesan bahan baku pada tingkat lebih lanjut seperti : menjadi simplisia kering, bubuk, sediaan galenik atau hasil penyulingan.

2. Mengemas hasil pasokan petani menjadi lebih baik lagi dalam tampilan, pelabelan.

Pengiriman

1. Pengadaan alat transportasi, buruh angkut.

2. Pengawasan selama pengiriman.

3. Penyertaan dalam pemeriksaan di pabrik penerima.

4. Pengapalan (bila diperlukan)

Pembelian

1. Mencari sumber pasok. 2. Menetapkan rencana pengadaan

bahan baku. 3. Membeli dengan harga yang tepat. 4. Mengumpulkan bahan baku.

Pembinaan

Mencari masukan dari pembeli dalam berntuk kesediaan bimbingan guna meningkatkan produktivitas, peningkatan kualitas.

Pembinaan dan layanan

1. Budidaya, pasca panen, pengelolaan usaha.

2. Kualitas berorganisasi. 3. Penyelesaian permasalahan.

Pelayanan pembeli 1. Menangani keluhan. 2. Mempertahankan pembeli

melalui kunjungan. 3. Melakukan kontak untuk

menggali kebutuhan

Page 151: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

130

Baik Hall dan Valenzuela and Villacorta di dalam Daboub (2002)

menyoroti pentingnya membangun nilai-nilai yang mendorong terbangunnya

jaringan diantara para pihak. Tiga nilai penting yang diajukan pada disertasi ini

agar jaringan utuh adalah :

a. komitmen,

b. integritas dan

c. kerjasama.

Merujuk pada pengalaman membina petani tanaman obat oleh Koperasi

BPTO, komitmen sangat penting karena akan terwujud dalam tindakan

mematuhi kesanggupan / janji pasokan dalam jumlah, jenis, kualitas dan seluruh

ketentuan yang berlaku. Nilai integritas merupakan wujud kepatuhan untuk

menyatukan langkah operasi individual dengan organisasi. Nilai kerjasama

menunjukkan kesediaan berbagi dengan anggota lainnya.

Penerapan nilai dimaksud menjadi pedoman perilaku yang memerlukan

sosialisasi terus menerus. Responden pakar yang berpengalaman membina

petani menyatakan bahwa pelanggaran komitmen kadangkala masih ditemui

bahkan ketika kesepakatan telah dibuat. Apabila diketahui terdapat anggota

yang tidak menjalankan aturan secara konsisten, maka pembuat kesalahan perlu

dibina hingga bentuk teguran atau pinalti. Memperhatikan penerapan sanksi

pada petani anggota pendukung Koperasi Karyawan BPTO (Kobapto) di

Tawangmangu, sanksi akan dijatuhkan bilamana petani tidak mematuhi tata

cara berbudidaya yang digariskan, atau secara diam-diam menjual pada pihak

lain.

Ketidakpatuhan juga dapat berupa tidak mematuhi cara berproduksi yang

baik, tidak menjalankan standar pascapanen, mengalihkan pasokan kepada

pihak lain baik terbuka maupun terutup, dan tidak terlibat aktif dalam kegiatan

organisasi. Bentuk sanksi tergantung dari derajat kesalahan yang menentukan

kriteria ketidakpatuhan dan sanksi ditetapkan atas keputusan kelompok. Bentuk

sanksi dapat berupa : teguran administratif, pengurangan jumlah pasokan,

penghentian penerimaan pasokan sementara waktu atau penghentian sebagai

anggota.

Page 152: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

VII. RANCANGAN IMPLEMENTASI

Implementasi jaringan dirancang melalui empat tahapan strategis. Jaringan

yang didesain dimiliki oleh petani perlu dibantu perwujudannya, mengingat

berbagai keterbatasan petani. Terdapat tiga alternatif pemrakarsa yang

dimungkinkan untuk mewujudkan jaringan yakni: pemerintah, lembaga

pemberdayaan masyarakat, dan agroindustri farmasi. Secara detil keunggulan dan

kelemahan masing-masing alternatif pemrakarsa sebagai berikut :

1. Pemrakarsa berasal dari pemerintah

Pemrakarsa dari pemerintah memiliki nilai positif yakni sebagai bentuk

kepedulian terhadap kesejahteraan petani tanaman obat dan menjadikan

agroindustri farmasi sebagai industri strategis yang layak dikembangkan.

Kelemahan dari pemrakarsa pemerintah terletak dari aspek pengambilan

keputusan dan pengalokasian dana mengingat harus melalui persetujuan

anggaran oleh dewan legislatif yang memerlukan tahapan pembahasan.

Birokrasi dan keterbatasan dana berakibat pada kontinuitas dan luas

cakupan areal pembinaan petani tanaman obat. Selain itu, kemungkinan

terdapat persinggungan teknis operasional mengingat penanganan

agroindustri farmasi menginduk kepada departemen pertanian dan kesehatan

sehingga dikhawatirkan terjadi penundaan pengambilan keputusan.

2. Pemrakarsa berasal dari lembaga pemberdayaan/swadaya masyarakat

Lembaga pemberdayaan masyarakat yang profesional sudah terbiasa

melakukan pendampingan kepada kelompok marginal sehingga memiliki

keunggulan lebih mengenal karakter masyarakat desa dan pendekatan yang

sebaiknya dilakukan. Kelemahan yang dimiliki lembaga swadaya masyarakat

adalah masih jangkauan pembinaan dan. akses industri sehingga

dikhawatirkan mengalami kesulitan di dalam penyaluran hasil produksi.

3. Pemrakarsa dari agroindustri farmasi

Pemrakarsa yang berasal dari agroindustri farmasi memiliki keunggulan

memahami karakter pemasok dan permasalahan pasokan. Kebutuhan industri

relatif dapat diterjemahkan secara tepat kepada petani. Namun, pemrakarsa

industri memiliki kelemahan karena harus berkonsentrasi memenuhi

ketentuan pemerintah untuk menghasilkan produk yang bermutu dan cara

Page 153: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

132

pembuatan obat yang baik, selain beranggapan bahwa memberdayakan petani

dan penyelesaian di tingkat hulu merupakan tanggungjawab pemerintah.

Setelah mempelajari keunggulan dan kelemahan masing – masing, kombinasi

antara pemrakarsa industri dengan pemerintah menjadi pendekatan harmonis

untuk membangun sistem rantai pasokan basis jaringan. Industri akan mencari

tokoh-tokoh di desa yang memiliki kesamaan pandangan untuk memajukan usaha

tani tanaman obat tetapi memiliki keterbatasan dalam cakupan pembinaan. Industri

akan menjelaskan perlunya mempererat hubungan secara lebih berstruktur dan

mendorong para tokoh yang telah mempunyai hubungan dengan petani untuk

mewujudkan jaringan.

Mengacu pada temuan selama penelitian, memang terdapat tokoh yang peduli

terhadap kemajuan usaha tanaman obat petani. Tokoh dimaksud, atas usaha sendiri

melakukan pembinaan dalam skala terbatas. Dengan bertemunya pihak dengan visi

sama menjadi kekuatan luar biasa untuk pembangunan jaringan. Pemerintah sesuai

dengan perannya mengeluarkan kebijakan dalam hal memajukan petani. Adapun

empat tahapan strategis pembangunan jaringan dapat dilihat pada Gambar 25

berikut ini.

INDUSTRI JARINGAN DIMILIKIPETANI

TAHAP IPELETAKKAN DASAR ORGANISASI

JARINGAN

TAHAP IIOPERASIONALISASI

TAHAP IIIPEMBINAAN

TAHAP IVPENGELOLAAN MANDIRI

PEMERINTAH

Gambar 25 Empat tahapan strategis pembangunan jaringan.

Page 154: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

133

7.1. Tahapan Strategis Pembangunan Jaringan

1. Tahap Pertama : Penetapan dasar organisasi jaringan

Tahap pertama menyelesaikan lima bagian pekerjaan penyiapan

jaringan yakni: penataan organisasi, keanggotaan, penataan proses,

penyiapan fasilitas dan petugas pelaksana. Tujuannya adalah :

a. Menghasilkan cetak biru pengorganisasian jaringan dengan menetapkan

kewenangan pusat manajemen, kelompok petani, petani anggota dan

fasilitator. Mengelompokkan fungsi dan menempatkan pada pelaksana

fungsi. Menetapkan garis komunikasi dan bagaimana pemrosesan dan

aliran informasi. Pengaturan lingkup keputusan dan bagaimana

disebarkan ke setiap anggota untuk mencegah timbulnya konflik

internal.

b. Menyelesaikan pendeskripsian hak dan kewajiban anggota, ruang

lingkup tanggung jawab anggota dan mekanisme koordinasi anggota

dan kelompok.

c. Menghasilkan keterhubungan proses, dan data kemampuan proses yang

sanggup dilakukan oleh anggota, siapa yang akan mengerjakan bagian

proses yang mana dan keterhubungan proses satu sama lain. Seluruh

prosedur diuraikan dengan jelas, demikian pula penetapan titik kendali

dari setiap proses dan menjadi manual organisasi jaringan.

d. Mempersiapkan fasilitas mencakup lokasi kantor untuk pusat

manajemen, gudang penyimpanan, lantai pengeringan dan alat bantu

kerja lainnya.

e. Mempersiapkan petugas pengelola di pusat manajemen jaringan

sehingga kegiatan dalam lingkup fungsi hubungan eksternal mulai

dilakukan.

Peletakkan dasar organisasi pada tahap pertama ini dengan

memperhatikan hasil sintesa ISM terhadap sub-elemen struktur dan sistem

organisasi pada elemen tujuan. Kejelasan pengorganisasian akan

membantu calon anggota membandingkan dan mempelajari apa manfaat

yang akan diperoleh bilamana menjadi anggota jaringan. Penjabaran

Page 155: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

134

konsep pada tahap pertama memerlukan kegiatan berpikir secara

konseptual sehingga peran pemrakarsa menjadi tinggi.

Aktivitas kunci yang dihasilkan dari sintesa ISM yakni survei lokasi,

telah mulai dilaksanakan pada tahap pertama sehingga petani anggota dari

beberapa daerah sumber pasokan yang telah tergerak bergabung dapat

ditempatkan pada kelompoknya. Bersamaan dengan pertambahan jumlah

petani bergabung dengan jaringan, fasilitator akan terus mensosialisasikan

manfaat berjejaring. Mekanisme penerimaan anggota diatur sebagaimana

Gambar 26 berikut ini.

Mulai

Analisis kesediaan petani bergabungtinjauan status saat ini (kontrak)

Analisis potensi petani andalan, untukfasiltator

Potensi lahan,tanaman obat,kondisi ikatan

dengan pihaklain

Menolak ?

Analisis kesediaan memenuhi normaorganisasi

tinjauan sikap dan perilaku

Rujukan norma:integritas, komitmen,

kerjasama

Bersedia ?

tidak

tidak

ya

ya

Kompetensisesuai ?

Kriteria fasilitator

Pengembangan/pendampingan

Sesuai ? Petani, fasilitator terdaftar

Selesaitidak

ya

Kepemimpinan,penerimaan lingkungan,

pengetahuan

Tetap mekanismedagang/ tidak terikat

tidak

ya

Gambar 26 Penerimaan petani anggota jaringan.

Page 156: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

135

Siapa sebaiknya menjadi fasilitator diperoleh berdasarkan

informasi dari petugas pemrakarsa industri atau mitra kerja di desa.

Fasilitator dimaksud dapat berasal dari petani, tokoh non petani yang

memiliki kemampuan mengkoordinasikan kegiatan dan memahami

tanaman obat. Apabila setelah dilakukan survei, ternyata tidak terdapat

orang yang tepat sebagai fasilitator, maka industri dapat menempatkan

petugasnya sementara waktu sambil melakukan pembinaan atau meminta

bantuan pemerintah untuk menempatkan petugas berkemampuan guna

memfasilitiasi kegiatan kelompok.

2. Tahap Kedua : Operasionalisasi kegiatan

Setelah tahap penyusunan organisasi jaringan selesai, maka tahap

kedua adalah melaksanakan pengoperasian kegiatan dengan sasaran

terselenggaranya proses produksi, pemasaran dan pengendalian keuangan

secara tertib dan terkendali. Kinerja pengelolaan operasi dinyatakan

dengan tingkat penolakan bahan baku rendah, perolehan harga premium,

kesesuaian jumlah produksi dengan serapan pasar guna mencegah bahan

baku tertahan di gudang.

Perincian ruang lingkup kegiatan pada tahap kedua sebagai berikut :

a. Mencari anggota sehingga mencapai jumlah petani sesuai target.

b. Melaksanakan sosialisasi secara intensif kepada industri dengan

sasaran pengenalan dan perluasan pembeli.

c. Mengoperasikan transaksi dengan pembeli dan penyaluran bahan

baku dalam waktu, jumlah dan tingkat mutu yang sesuai lebih giat

dilaksanakan dengan bantuan dari pemrakarsa. Keberhasilan pada

tahap ini ditunjukkan dengan kesediaan industri membeli bahan

baku yang dipasok.

d. Melaksanakan pembelajaran anggota dan petugas pusat manajemen

jaringan dalam mengelola organisasi jaringan. Pembelajaran

mencakup perencanaan pengadaan dan pemasaran berdasarkan

analisis permintaan dan penawaran, pengambilan keputusan,

pengelolaan persediaan, manajemen transportasi dan pembukuan.

Page 157: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

136

e. Mengalihkan pengetahuan dari petugas pemrakarsa yang memiliki

kemampuan pengelolaan kepada fasilitator dan pengelola pusat

manajemen jaringan, sehingga secara bertahap peran industri

dikurangi.

f. Mencari akses modal mengingat faktor tersebut menjadi kendala

pada pembangunan jaringan sebagaimana hasil sintesa ISM.

Terdapat alternatif sumber modal yakni pinjaman bank, pinjaman

industri berupa uang muka pembelian bahan baku dan iuran anggota

yang jumlahnya ditetapkan oleh organisasi. Jaringan dapat

mengusahakan pencarian pinjaman kepada lembaga pembiayaan

untuk kepentingan anggota. Apabila petani kurang memiliki

kemampuan melakukan pembayaran iuran anggota secara sekaligus,

maka diatur penempatan uang muka dalam prosentase yang

disepakati dari total dana penempatan yang ditetapkan. Sisa

kewajiban diangsur dari hasil penjualan bahan baku. Pemerintah

dapat mengambil peran memfasilitasi kemudahan pinjaman dari

pihak pemberi pinjaman.

Bilamana dua tahapan strategis telah dikuasai maka peran

pemrakarsa dapat berangsur berkurang dan dialihkan pada pengelolaan

terkendali yang dilakukan oleh anggota dan pengurus.

Guna melaksanakan aktivitas operasional pusat manajemen

jaringan, pekerjaan dikelompokkan menjadi dua bagian yakni

operasional dan keuangan - administrasi umum. Bagian operasional

mencakup kegiatan pokok :

1. pengadaan bahan baku,

2. pembinaan anggota dan

3. pemasaran.

Kegiatan pengadaan bahan baku mencakup : perencanaan dan

pendataan produksi, penyiapan pasokan, pengendalian mutu dan

penyimpanan. Pengaturan arus masuk dan keluar bahan baku dikelola

berdasarkan perhitungan saat panen, persediaan bahan baku di gudang

dan perkiraan permintaan.

Page 158: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

137

Pembinaan anggota merupakan aktivitas yang dilakukan oleh

fasilitator untuk meningkatkan kemampuan anggota dari segi : budidaya,

pascapanen dan berorganisasi. Petani diajak untuk berusaha secara

profesional dengan mengedepankan komitmen.

Kegiatan pemasaran merupakan serangkaian aktivitas perencanaan

target pasar, membina hubungan untuk mempertahankan pembeli,

melakukan aktivitas pemasaran, dan menyalurkan bahan baku.. Perluasan

pasar akan menjadi perhatian guna memperbesar kemungkinan

menyalurkan pasokan anggota.

Desain organisasi yang bertumpu pada peran aktif anggota akan

meminimalisir penggunaan pegawai tetap di pusat manajemen sehingga

menekan pengeluaran biaya tetap. Bagian keuangan dan administrasi

umum mencakup kegiatan pendukung yakni :

(1) akunting dan keuangan

(2) administrasi dan pengelolaan orang

Kelompok keuangan dan administrasi umum akan mengelola aktivitas

uang masuk dan keluar, pencatatan keuangan, pengadaan fasilitas

organisasi, hubungan dengan lembaga pembiayaan, legalitas dan izin-

izin, serta pengelolaan tenaga kerja.

Pengelola pusat manajemen jaringan adalah manajer yang dibantu

oleh petugas pelaksana yang menangani operasional dan pengendalian

keuangan. Petugas pelaksana operasional bertanggung jawab memantau

pergerakan harga tanaman obat dari berbagai sumber pasokan dan harga

jual yang ditetapkan oleh pengumpul dari berbagai daerah, berkunjung

kepada kelompok petani dan aktivitas berkaitan pemrosesan permintaan

dan pasokan. Petugas pelaksana keuangan bertanggungjawab dalam

pengendalian arus kas, pengelolaan fasilitas/ aset lembaga, pembayaran

berbagai pihak, pembagian sisa hasil usaha, hubungan dengan lembaga

pembiayaan, pengolalaan pelaksana dan buruh kerja.

Manajer, bertanggung jawab atas pencapaian kinerja jaringan

ditinjau dari keterlibatan anggota, perolehan pendapatan organisasi, dan

penjualan / penyaluran bahan baku kepada pihak industri. Manajer

Page 159: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

138

memastikan bahwa perencanaan dan pengendalian staf di bawahnya

berjalan dengan baik. Melalui kemampuan berkomunikasi, terdapat

kemungkinan diperoleh dana bantuan ataupun pembinaan bekerjasama

dengan agroindustri farmasi, departemen teknis atau pemerintah daerah

setempat. Setiap individu dapat menjadi manajer dengan syarat

memenuhi kelayakan kompentensi generik, teknikal dan manajerial.

Manajer digaji dengan standar upah minimum regional ditambah

dengan tunjangan jabatan. Tenaga pelaksana diperhitungkan

mendapatkan upah setara dengan upah minimum regional. Bilamana

kegiatan jaringan berkembang, dimungkinkan derajad bagian operasional

yang dipimpin oleh seorang kepala bagian operasional dan tidak sekedar

seorang staf dengan cakupan tanggungjawab yang lebih luas dalam

pensupervisian.

Mekanisme pengkoordinasian kegiatan dilakukan melalui pertemuan

reguler pusat manajemen dengan fasilitator sehingga senantiasa dapat

disampaikan kondisi pasar tanaman obat. Pada tahap ini, pemrakarsa

memperkenalkan cara menilai kinerja jaringan secara kuantitatif yang

mencakup kinerja : pemasaran, keuangan, operasional / proses internal,

dan pembelajaran.

3. Tahap ketiga : Pembinaan Jaringan

Sasaran pada tahap ini adalah memperbaiki fungsi jaringan yang

dinilai belum efektif, tercapai pengelolaan operasional berupa kapasitas

produksi dan mutu produk, kinerja hubungan antar anggota dan

perubahan perilaku anggota. Anggota didorong untuk menganalisis rantai

proses yang belum menunjukkan kinerja sebagaimana diharapkan,

menilai kembali anggota yang belum terlibat aktif, dan koordinasi yang

masih belum berjalan sebagaimana diharapkan. Permasalahan di

lapangan dianalisis di dalam kelompok untuk dicari solusinya. Berapa

lama tahapan ketiga ini berlangsung, tergantung dari kemajuan

pembentukan kelompok dan kemandirian pengelola.

Page 160: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

139

Bilamana target pada tahap ketiga tercapai, menjadi tanda bahwa

perangkat organisasi siap memasuki tahap keempat yakni pengelolaan

mandiri dimana keterlibatan industri diganti dengan partisipasi anggota

dan pengelola pusat manajemen. Kehadiran industri hanya dilakukan

dimana diperlukan dan bertindak sebagai konsultan organisasi.

Dalam kegiatan jaringan yang melibatkan banyak individu,

diperlukan pengambilan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan. Lingkungan bisnis yang berubah cepat sering

memerlukan keputusan lebih cepat, yang dapat berakibat pada mutu

pengambilan keputusan (Turban, Aronson dan Peng Lian, 2005).

Pengambilan keputusan semakin kompleks bilamana melibatkan

beberapa orang di dalam kelompok.

Area pengambilan keputusan dibagi menjadi dua yakni keputusan

strategis dan teknis sebagai berikut :

a. Keputusan teknis operasional adalah keputusan yang diambil oleh

kelompok mencakup cara bagaimana anggota berkontribusi dan

bagaimana pelaksanaan teknis diselenggarakan mencakup:

budidaya dan usaha tani, pengelolaan aktivitas, mekanisme

pemecahan masalah anggota dan berpendapat. Dengan bantuan

fasilitator, keputusan teknis dikelola sejalan dengan keputusan

yang ditetapkan oleh pusat manajemen jaringan.

b. Keputusan strategis berada pada pusat manajemen jaringan

mencakup : pemasaran, pengembangan usaha, keorganisasian, dan

pemberdayaan anggota dengan cakupan yang lebih luas untuk

kepentingan seluruh anggota. Keputusan strategis akan menjadi

anutan dari seluruh anggota. Bagan di bawah ini akan

menunjukkan bagaimana dua keputusan ditetapkan oleh lembaga

jaringan.

Page 161: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

140

Analisispersaingan

- pergerakkan harga- pendekatan

pesaing- jumlah pesaing

Analisis Kebutuhan- pergerakkan permintaan

- pergerakkan hargaindustri

- perkembangan pasaragroinidustri

LingkunganIndustri dan Jauh

- peraturan- inflasi

- suku bunga

Analisis pengadaannasional

- pasokan desa - nasional- produksi petani non

anggota- prediksi stock

Analisis faktorpendukung

- ketersediaan gudang- kemungkinan dana

pinjaman- penyediaan buruh

KEPUTUSANSTRATEGIS

Mulai

Data lengkap

tidak

ya

(1). Total ped pengumpul, Jml serapan tan obat, harga

beli.(2). Total permintaan industri.(3). Harga beli AIF (Ai

Mancur, Sidomuncul, Nyonya

Meneer Jago)(4). Suku bunga kredit. Tkt

inflasi(5), Sewa,lokasi, luas

gudang, biaya buruh.

Kebijakanpembelian,tingkat kualitas

dan harga

Harga sesuaiJumlah stock gudangJumlah penyaluran

Rujukan

Lokasi gudang,FIFO

ya

- Keputusan harga- Kebijakan produk (jenis,

tingkat mutu, pasokan)- Jumlah pembelian

Kapasitas ?Sewa < /= batas ?

Penetapan lokasipenyimpanan

KEPUTUSANOPERASIONAL

tidak

Selesai

yatidak

Gambar 27. Skema pengambilan keputusan jaringan

Page 162: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

141

4. Tahap keempat : Pengelolaan Mandiri

Tanggung jawab pengelolaan jaringan pada tahap ini telah

diserahterimakan kepada petani. Dengan demikian rekayasa rantai

pasokan berbasis jaringan yang dimiliki sepenuhnya oleh anggota

terwujud. Indikator jaringan siap berada pada tahap pengelolaan

mandiri ditunjukkan dengan:

1. kemampuan pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh petani,

fasilitator dan pengurus,

2. proses bisnis berjalan,

3. pengelolaan administrasi terpenuhi,

4. cara petani beraktivitas telah tepat.

Kondisi dimana kegiatan rutin berjalan sesuai proses bisnis dengan

tingkat kesalahan rendah menunjukkan proses pembelajaran telah

berjalan baik. Aktivitas kerja jaringan yang berada dalam tanggung

jawab masing-masing bagian mengikuti proses bisnis sebagaimana

diterakan pada gambar 28. Masing – masing penanggung jawab bagian

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan

dalam proses bisnis.

Page 163: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

142

Kegiatanpemasaran

Industri

Pelaksanaoperasional

Manajer

Perkiraan

kebutuhan bahan

baku

Perencanaan

pengadaan b.baku

Pem

belian

Pengolahan

Penyimpanan

Penyaluran

Evaluasi pencapaian

Pengadaan fasilitaspergudangan,transportasi

Penyediaan buruhoperasional

Keuangan/ danaoperasi

Kegiatan pendukung

Kegiatan operasi

Staf akunting danadministrasi umum

Pem

binaan petani

Pusatpenyimpanan

data

KegiatanSosialisasi

Petanianggota

Lembagateknis

Gambar 28 Kegiatan operasi pusat manajemen jaringan.

Keberhasilan jaringan diukur dari :

a. keuntungan, arus kas,

b. pertumbuhan permintaan,

c. tingkat penolakan produk,

d. umur keanggotaan dan

e. tingkat kepuasan pelanggan.

Tolok ukur tersebut merefleksikan kemampuan operasional jaringan

memuaskan pembeli industri, maupun memenuhi komitmen organisasi

memberikan nilai lebih bagi anggota dalam wujud kepuasan, pembinaan

dan kemajuan. Efektivitas pengelolaan diwujudkan dari seberapa cepat

permintaan pasok bahan baku dapat dipenuhi kepada pembeli. Dalam

pemenuhan permintaan pasokan, tenggang waktu (lead time)

Page 164: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

143

diperhitungkan secara seksama dengan menganalisis waktu pengalihan

permintaan kepada masing-masing anggota, melakukan pengumpulan bahan

baku dan memproses sesuai persyaratan yang diminta.

7.2. Kepemilikan Jaringan

Pada tahap awal pembangunan, jaringan tidak dipusingkan dengan

pemilihan hukum usaha. Terdapat tiga jenis badan hukum usaha yang dikenal

di Indonesia yakni : 1) usaha swasta, 2) badan usaha pemerintah dan 3)

koperasi (Hendrajogi, 1998). Esensi berjejaring lebih mengedepankan

bagaimana hubungan pemasok-pemasok. Jaringan diharapkan segera

beroperasi tanpa terkendala oleh persyaratan legalitas.

Jaringan menempatkan anggota sebagai pemilik, dimana salah satu

alternatif memperoleh modal adalah dari anggota. Setoran modal diatur agar

tidak terjebak pada pemusatan modal sehingga dikhawatirkan mempengaruhi

keputusan. Dengan demikian, modal saham anggota tidak dipindahtangankan

dengan tujuan mendorong anggota petani bersungguh-sungguh berhimpun di

dalam jaringan. Atas dasar ini pula diharapkan jaringan menjadi kuat.

Setoran modal anggota merupakan tanda keikutsertaan sebagai

anggota. Modal tersebut tidak dihitung untuk mendapatkan manfaat atau nilai

deviden. Pengaturan-pengaturan dalam hal permodalan dan pengelolaannya

diperlukan sehingga memberikan kepastian. Modal saham diatur tidak dapat

ditarik untuk satu masa, yang lama masa tersebut ditetapkan dalam rapat

pengurus terutama bagi anggota yang bermaksud mengundurkan diri.

Jaringan berazaskan manfaat pada anggota dimana masing-masing

bertanggungjawab atas bagian yang disanggupi, berpartisipasi dan

menyumbangkan kemampuan untuk keberhasilan organisasi. Pengelola pusat

manajemen akan menetapkan kebijakan dasar, visi dan misi organisasi dan

pengendalian operasional secara menyeluruh.

Tenaga pengelola di pusat manajemen ditetapkan oleh anggota.

Pengelola berasal dari petani, kemungkinan sulit diperoleh pada tahap

pertama dan kedua langkah strategis. Alternatif pertama untuk mengatasi

kendala tenaga pengelola dilakukan dengan menarik tenaga profesional yang

Page 165: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

144

dapat mengelola jaringan. Alternatif kedua, memperoleh tenaga pengelola

yang berasal dari pemrakarsa industri. Kelanjutan dari pemakaian tenaga

profesional sebagai pengelola pusat manajemen dapat diputuskan oleh

anggota.

Pengambilan keputusan strategis dan penetapan rencana tahunan akan

menemui kesulitan apabila melibatkan seluruh anggota mengingat domisili

anggota yang berjauhan. Pemecahannya dilakukan dengan mewakilkan suara

anggota kepada anggota lain atau fasilitator.

Kebijakan sisa hasil usaha akan ditetapkan berdasarkan masukan

anggota. Distribusi sisa hasil usaha akan terdiri dari keuntungan jaringan

setelah disisihkan dana cadangan untuk menghadapi paceklik atau resiko

penurunan penjualan, sejumlah prosentase tertentu untuk tujuan

pengembangan. Apabila jaringan menderita kerugian, maka ditetapkan

alokasi tanggungan anggota. Bilamana terjadi pembubaran, maka modal

saham yang telah disetorkan sejauh masih dimiliki sisa, dikembalikan kepada

anggota secara proporsional.

Biaya operasional bagi fasilitator disiapkan berasal dari biaya

pengelolaan yang dicadangkan untuk setiap kilogram bahan baku sebesar

Rp 20,- Adapun alokasi insentif bagi pengelola jaringan disisihkan berasal

dari biaya transaksi sebesar Rp 15,- per kilogram.

7.3. Persyaratan Implementasi

Jaringan memerlukan persyaratan-persyaratan agar dapat

diimplementasikan. Keberhasilan penerapan sistem dipengaruhi oleh faktor

lingkungan usaha dan kemungkinan penghambat internal. Sesungguhnya,

apapun bentuk usaha memerlukan komitmen pemerintah dalam memberikan

kemudahan dan keamanan berusaha, prasarana, sarana, dan paket kebijakan

yang mendorong kemajuan usaha, dan pemihakan kepada kalangan petani.

Lingkungan industri merupakan faktor yang sangat dekat dengan

kelangsungan hidup petani tanaman obat. Ekspansi industri akan memberikan

dampak pada peningkatan volume produksi yang pada akhirnya mendorong

permintaan bahan baku. Sebaliknya kesulitan pemasaran dan hambatan

Page 166: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

145

perluasan usaha industri memberikan dampak negatif kepada petani. Untuk

dapat menyejahterakan petani jaringan terlebih dahulu berhasil secara usaha.

Persyaratan yang diharapkan terpenuhi dalam membangun rantai pasokan

berbasis jaringan adalah :

1. Respon industri

Keberhasilan mewujudkan jaringan dan pengoperasiannya,

memerlukan respons industri, dalam bentuk kesediaan menjalin kemitraan

dengan jaringan. Dampak dari kesediaan bermitra akan menghasilkan

keputusan pembelian bahan baku dengan harga terbaik disesuaikan

dengan tingkat mutu bahan baku. Harapan kepada industri agar jaringan

dapat diimplementasikan adalah :

a. memiliki visi membangun usaha agroindustri farmasi yang kuat, dan

menempatkan petani sebagai aktor penting di dalam manajemen

sumber bahan baku.

b. komitmen memberikan informasi kebutuhan bahan baku.

c. tidak memutuskan kontrak secara sepihak dan bersedia memberikan

pembinaan.

d. melakukan pembayaran tunai terhadap pembelian bahan baku bahkan

bilamana dimungkinkan membayar uang muka pembelian bahan baku

yang dapat dipergunakan sebagai modal kerja jaringan minimal pada

tahap pertama dan kedua dari empat tahapan strategis.

e. melakukan transaksi secara wajar dan tidak melakukan penekanan

yang bersifat oportunistik.

Harga sebagai instrumen penentu transaksi dicapai bilamana

keduabelah pihak saling terbuka dan mencapai titik temu untuk

kepentingan bersama. Dalam hal penetapan harga beli, kedua belah pihak

sebaiknya mencapai kesepakatan harga pembelian bahan baku untuk

jangka tertentu. Mengingat harga tanaman obat cenderung berfluktuasi

maka pada saat harga bergerak naik di luar kesanggupan pembeli, industri

dan jaringan dapat melakukan kesepakatan perubahan harga baru yang

tidak merugikan industri. Sebaliknya, bilamana harga bergerak turun,

maka dapat disepakati pada tingkat harga sebagaimana ditetapkan

Page 167: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

146

sebelumnya atau terdapat keputusan lain yang saling tidak merugikan.

Peluang penyesuaian harga meningkat atau menurun dapat dibicarakan

pada saat pertemuan penetapan harga beli yang pada prinsipnya adalah

keterbukaan kedua belah pihak dan mempunyai komitmen penyelesaian

terbaik sehingga tumbuh secara sehat.

2. Dukungan pemerintah

Keterbatasan kemampuan petani membangun jaringan,

membutuhkan kehadiran pemrakarsa industri dengan dukungan

pemerintah. Pemerintah membantu jaringan dalam :

1. penyuluhan atau pembinaan kepada petani tanaman obat melalui dinas

terkait.

2. mendorong lembaga pembiayaan memberikan kredit bagi kepentingan

usaha tani tanaman obat

3. perbaikan infrastruktur, dan menjamin kemudahan sarana produksi .

4. bekerjasama dengan balai penelitian melakukan penyuluhan budidaya.

5. konsistensi peraturan yang melindungi konsumen terhadap

agroindustri farmasi ilegal yang tidak dijamin keamanan produknya

sehingga merusak citra produk secara keseluruhan.

6. mengalokasikan lahan bagi pengembangan tanaman obat dengan

memberikan peluang petani mengolahnya.

7. memasukkan pengembangan usaha tanaman obat sebagai kebijakan

strategis yang layak mendapatkan dukungan dari DPRD terutama di

kabupaten-kabupaten sumber pasokan..

3. Respon petani anggota

Keberhasilan jaringan bertitiktolak pada partisipasi anggota. Tokoh

panutan akan mendorong petani menjadi anggota dan memberikan

komitmen memasok tanaman obat. Lahan petani yang terbatas dengan

luas rata – rata 0.3 hektar per petani, bilamana disatukan dalam kelompok

dapat diubah menjadi lahan satu hamparan lebih luas sehingga terjadi

Page 168: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

147

efektivitas kegiatan melalui berbagi informasi dan perencanaan budidaya

terpadu.

Diasumsikan petani memiliki komitmen mengikuti cara berbudidaya

yang tepat dan terdorong meningkatkan pengelolaan usaha tani. Untuk

mencapai hal dimaksud dipersyaratkan kesediaan petani :

1. mematuhi prosedur organisasi jaringan dan tata laksana teknis

operasional yang ditetapkan

2. aktif dalam kegiatan bagi kepentingan kelompok

3. berkomitmen mengembangkan diri

4. berkontribusi membentuk hubungan kerja antar anggota dan dengan

pusat manajemen jaringan, mencegah kemungkinan persaingan usaha

tidak sehat dari pihak ekseternal dan

5. bersedia menyerahkan bahan baku dengan waktu pembayaran

menunggu dari penerimaan pembayaran dari industri.

4. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan yang berasal dari institusi perbankan,

lembaga pembiayaan mikro maupun non perbankan seperti perusahaan

milik negara pembina unit usaha kecil menengah, bersedia memberikan

pinjaman modal kerja bagi keperluan petani anggota atau jaringan.

Melalui intervensi pemerintah diharapkan lembaga pembiayaan bersedia

memberikan kredit dengan surat kontrak pembelian dari industri. Kredit

bank ditujukan untuk modal investasi dan modal kerja.

7.4. Kekuatan dan Keterbatasan Jaringan

Rekayasa sistem rantai pasokan berbasis jaringan memperkaya studi

tentang manajemen rantai pasokan, dengan mengkonkritkan tinjauan

hubungan di dalam jaringan melalui tatakelola berdasarkan kekuatan

pembagian proses dan pembelajaran. Berhimpunnya petani dengan

berorientasi kepada kebutuhan pembeli mendorong perhatian seksama akan

mutu proses sebagaimana telah dihasilkan dari penerjemahan Quality

Page 169: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

148

Function Deployment. Kemampuan untuk menghasilkan lebih baik, akan

berimplikasi pada harga beli yang lebih tinggi.

Kekuatan jaringan bertumpu pada kontribusi aktif dan bukan

berdasarkan hubungan atas-bawah yang kaku. Kumpulan petani ini akan

menghubungkan beragam kemampuan pembudidayaan tanaman obat,

menyatukan proses dan menembus batas desa sehingga jenis tanaman obat

yang berhasil dikumpulkan akan beragam. Melalui jaringan yang dimiliki

petani, akan menjadi sarana pemberdayaan petani untuk memiliki kekuatan

yang mampu berinteraksi dan melakukan negosiasi dengan lembaga-

lembaga usaha lainnya. Namun, selain kekuatan sistem sebagaimana

diuraikan diatas, jaringan memiliki keterbatasan yakni :

1. Jaringan bekerja dengan jumlah petani dengan kesanggupan memasok

sampai batas BEP (lihat bab VIII). Pasokan disalurkan kepada pembeli

tanpa jeda waktu atau masa tunggu. Kondisi ini penting karena

berakibat perubahan mutu atau terjadi penyusutan berat.

2. Semua batasan atau asumsi bekerja dengan tepat. Kegagalan perkiraan

kerusakan panen, resiko rusak pengolahan maupun penyimpanan

menjadi peluang ketidaksanggupan memenuhi komitmen pasokan dan

pada akhirnya mengurangi kepercayaan. Dengan demikian, setiap kali

perubahan dua asumsi tersebut akan berpengaruh pada perhitungan

pendapatan jaringan secara keseluruhan.

3. Jaringan mengandalkan kehadiran fasilitator dan telah diasumsikan

terdapat figur dimaksud, dan bilamana belum ada diatur dengan

kehadiran fasilitator dari pemrakarsa sambil secara bertahap dilakukan

pembinaan menjadi fasilitator.

4. Jaringan bertumpu kepada industri sebagai pemrakarsa sekaligus

pembeli.

5. Jaringan bekerja dengan asumsi, petani memegang nilai integritas,

kebersamaan dan komitmen sudah menyatu pada diri petani selaku

anggota. Sistem tidak memasukkan resiko pembelotan petani atau

tindakan tidak terpuji dengan melanggar komitmen. Jaringan tidak

Page 170: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

149

memasukkan perhitungan resiko terjadi pengalihan lahan untuk

dipergunakan menanam tanaman lain selain tanaman obat.

6. Seluruh perhitungan semata dengan menggunakan pengalihan tanaman

obat segar menjadi bahan baku irisan kering dan belum dengan variasi

jenis lainnya.

Page 171: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

VIII. VALIDASI DAN VERIFIKASI SISTEM

8.1. Validasi

Validasi bertujuan menelaah logika berpikir dalam membuat

perekayasaan sistem sehingga menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan

dengan memeriksa kembali teori, asumsi dan pendekatan yang mendukung

atau dipergunakan. Suatu model dinyatakan valid untuk satu set kondisi

tertentu dengan mencapai ketelitian sebagaimana dikehendaki oleh tujuan

dari model. Validitas model konseptual adalah menetapkan bahwa teori dan

asumsi yang melandasi model konseptual tersebut tepat dan model telah

merepresentasikan dari entitas permasalahan yang diarahkan untuk mencapai

tujuan (Sargent, 2000).

Validasi, adakalanya tidak dilakukan untuk keseluruhan model sistem

mengingat permasalahan yang kompleks. Pengumpulan data yang relevan

untuk membangun rekayasa sistem diperlukan sebagaimana dinyatakan

Campbell di dalam Bungin (2005). Beberapa teknik validasi diajukan oleh

Martis (2006) antara lain membandingkan dengan model lainnya,

memprediksi perilaku sistem, data eksperimental dibandingkan dengan data

historis, mengajukan pertanyaan kepada pihak yang memiliki pengetahuan

untuk menilai apakah perilaku model sistem dapat dipertanggungjawabkan

dan pendekatan scoring.

Langkah validasi pada penelitian ini dilakukan menggunakan

kelompok pakar yang memiliki pengalaman dalam dunia usaha tanaman

obat. Hal ini sesuai dengan apa yang diajukan oleh Martis yakni

menggunakan individu yang berpengetahuan. Langkah-langkah yang

dilakukan adalah :

1. merancang sejumlah elemen yang merefleksikan kriteria yang akan

divalidasikan.

2. mendeskripsikan metode validasi melalui rujukan teori dan

penggunaan kelompok pakar.

3. memilih kelompok pakar terdiri dari praktisi, peneliti, pembina petani,

dan ketua koperasi yang berhubungan dengan petnai tanaman obat.

Page 172: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

151

4. mengajukan pertanyaan dengan satuan skala 5 dari sangat tidak

mungkin (skala 1) atau sangat rendah hingga sangat mungkin atau

sangat tinggi (skala 5).

Kuisioner berisi sejumlah faktor faktor yang berpengaruh terhadap sistem

rantai pasokan berbasis jaringan, diajukan kepada responden pakar. Faktor

akan berhubungan dengan penilaian :

1. tujuan jaringan mensejahterakan anggota

2. keterlibatan petani di dalam jaringan

3. perilaku petani

Selain menggunakan kelompok pakar, validasi atas tujuan jaringan didekati

dengan penggunaan analisis benefit, cost, opportunity, risk. Berdasarkan

hasil perhitungan, sistem rantai pasokan berbasis jaringan dinyatakan valid

dapat mencapai tujuan kesejahteraan petani pada kondisi optimistik. Validasi

terhadap elemen tujuan berdasarkan agregasi pendapat pakar menggunakan

skala sangat rendah sampai sangat tinggi, diperoleh nilai tinggi. Fungsi

jaringan yang melibatkan aktivitas petani untuk mengintegrasikan proses

dinyatakan valid sebagaimana dirujuk pada Vokurka et al., (2002).

Integrasi proses telah ditelaah menggunakan metode QFD dengan

hasil terbukti terjadi korelasi antara mutu dan proses. Agregasi pendapat

responden terhadap kepatuhan pada tata cara budidaya dan pascapanen

dihasilkan nilai tinggi. Namun, hasil agregasi terhadap perilaku petani untuk

tidak mengalihkan pasokan pada pihak lain dinyatakan sedang.

Menurut responden Sinambela, dalam hal penggunaan tenaga

fasilitator dinyatakan valid, mengingat petani tidak berkemampuan

melakukan pemberdayaan diri mereka dan kurang mampu melakukan

penetrasi pasar. Fasilitator harus seseorang yang dikenal dan memiliki daya

tahan untuk melakukan pendekatan dan pensosialisasian. Figur fasilitator

yang dinilai tepat oleh responden adalah aparat di desa. Esensi dari mengapa

aparat desa dipergunakan, karena lebih mengenal masyarakat di desanya.

Dengan demikian alasan mengenal masyarakat, merupakan kriteria atas

siapa yang paling tepat sebagai fasilitator yang sudah diuraikan pada bab

sebelumnya.

Page 173: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

152

Responden Widyastuti, membenarkan hubungan antara petani dan

industri tepat dilakukan karena kebenaran bahan baku yang menjadi

permasalahan industri harus dimengerti oleh petani dan kondisi tersebut

harus tercermin pada pemrosesan bahan baku awal. Dalam hal permasalahan

mutu dinyatakan valid sebagaimana terdapat di lapangan dan jaringan

mempunyai peran untuk mewujudkan ke dalam proses yang bermutu.

Mengingat petani sering mengubah cara pengelolaan usaha tani, maka

sistem pengawasan dan penyuluhan menjadi tepat diterapkan.

Sub-elemen konflik telah divalidasi dengan mencari logika pendukung

atas elemen pemicu konflik berdasarkan pendapat responden pakar Harsono

ketua Koperasi BPTO, dimana sub-elemen konflik dan solusi telah tepat.

Dengan demikian, ketika sistem diimplementasikan di lapangan akan

mengurangi gap konflik karena telah disiapkan langkah-langkah pencegahan.

Hasil agregasi pendapat responden atas sub-elemen validasi memberikan

hasil sebagai berikut :

Tabel 23 Hasil agregasi pendapat pakar atas sub-elemen validasi

No Elemen Kriteria Agregasi pendapat pakar

Kemampuan jaringan mensejahterakan petani

T 1 Tujuan jaringan

Kemampuan jaringan mencerdesakan petani

T

Petani memenuhi tata cara budidaya

ST

Petani mematuhi tata cara pascapanen

ST

2 Keterlibatan petani pada jaringan

Petani memenuhi jadwal

T

Komitmen T Integritas S Sinkronisasi keputusan dan integrasi proses

T

3 Perubahan perilaku petani

Kompetisi Tidak Sehat S ST = sangat tinggi T = tinggi S = sedang

Page 174: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

153

Validitas penggunaan AHP sebagai alat pengambil keputusan telah

dikonfirmasikan dengan responden dan diperoleh konsistensi sebagaimana

dijelaskan pada hasil analisis konflik. Konsistensi sangat penting dalam

pengambilan keputusan dimana apabila konsistensi sangat rendah seperti

pertimbangan menjadi acak, tetapi sebaliknya tidak ada konsistensi

sempurna juga sulit dicapai.

8.2. Verifikasi

Verifikasi dilakukan dengan menghitung penerimaan petani anggota

bilamana menyalurkan bahan baku melalui lembaga jaringan. Asumsi yang

digunakan sebagaimana tabel 24 dan 25. Data yang dipergunakan diperoleh

dari daerah sumber pasokan Karanganyar dan Wonogiri. Selanjutnya,

dilakukan verifikasi dengan menghitung kemampuan jaringan memasarkan

produk menggunakan ketetapan meraih pangsa pasar tanaman obat untuk

agroindustri farmasi penghasil obat tradisional rata-rata 8 % dan mampu

menjual ke industri tanpa mengalami masa tunggu, yakni bahan baku setelah

diproses langsung diserahkan kepada pihak pembeli.

1. Komponen Biaya Usaha Tani

Dalam penelusuran di lapangan, lahan tidak pernah dinilai sebagai

biaya, mengingat perhitungan petani sangat sederhana. Biaya-biaya yang

diperhitungkan adalah :

a. Biaya budidaya tani

Biaya penggunaan bibit, buruh saat penanaman, pemeliharaan, pupuk

kandang dan buatan, serta obat-obatan.

b. Biaya pemanenan dan pengolahan pascapanen

Terdiri dari biaya tenaga buruh yang digunakan dalam masa panen dan

pembersihan hasil panen, biaya kemasan karung plastik baru, walaupun

petani biasa menggunakan karung bekas dan biaya buruh kuli

mengangkat dan menurunkan kemasan seberat rata-rata 50 kg per karung

yang ditanggung petani bilamana bahan baku dikirimkan ke gudang

pembeli di tempat tujuan atau saat melakukan pemuatan ke truk.

Page 175: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

154

c. Biaya pemasaran

Merupakan sejumlah nilai yang dikeluarkan untuk bertransaksi dengan

pembeli, dapat berwujud biaya transportasi untuk bertemu dengan

pembeli di desa atau kota kecamatan, atau biaya perjalanan untuk

mencari pembeli.

d. Biaya pengelolaan

Merupakan sejumlah nilai sebagai biaya ganti waktu, perhatian dalam

pengelolaan seluruh kegiatan usaha tani. Biaya pengelolaan biasanya

tidak diperhitungkan oleh petani.

Tabel 24 Asumsi penggunaan bibit, pupuk, buruh dan biaya per hektar

Uraian

Satuan Jahe Temulawak Lempuyang wangi

Lempuyang pahit

Kunyit Kencur

Bibit kg 2.500 1.875 2.000 2 000 1.700 2.000

Harga bibit Rp/kg 1.000 250 400 400 400 400

Pengolahan tanah orang 25 25 25 25 25 25

Penanaman orang 40 30 30 30 30 30

Pemeliharaan orang 40 30 30 30 30 30

Pupuk kandang kwintal 25 10 15 15 15 15

Panen orang 40 30 30 30 30 30

Biaya pembersihan Rp/kg 15 15 15 15 15 15

Obat-obatan Kg 20 20 20 20 20 20

Page 176: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

155

Tabel 25 Asumsi analisis usaha tani

Uraian Satuan Nilai Tingkat kerusakan dan penolakan

Rata-rata kerusakan panen % 5 Penolakan oleh pembeli % 5

Produksi rata-rata Jahe kg/ha/thn 15.000 Temulawak kg/ha/thn 15.000 Lempuyang wangi kg/ha/thn 10.000 Lempuyang pahit kg/ha/thn 10.000 Kunyit kg/ha/thn 10.000 Kencur kg/ha/thn 10.000

Rasio panen terhadap bibit Jahe 6 Temulawak 8 Lempuyang wangi 8 Lempuyang pahit 8 Kunyit 6 Kencur

Per kg panen

6

Pembiayaan Sewa lahan Rp/ha/th 2.500.000,- Kapasitas karung Kg/unit 50 Biaya karung kemasan Rp/ unit 1.000,- Biaya buruh ( naik dan turun ) Rp/kg 50- Biaya pengelolaan Rp/kg 20,- Biaya truk angkutan Rp/kg 75,- Biaya pemasaran/transaksi Rp/kg 20,- Suku bunga % 14 Biaya investasi dalam 5 tahun Rp 5.000.000,-

2. Perhitungan Biaya Usaha Tani

Hasil perhitungan usaha tani per hektar dengan alat bantu

program TO Net untuk masing-masing tanaman obat jahe, kunyit,

temulawak, dan campuran beberapa tanaman obat dapat dilihat pada

Gambar 28. Untuk mendistribusikan nilai perolehan tanaman obat maka

terlebih dahulu dibuat proporsi penggunaan lahan menggunakan

perbandingan berpasangan dengan kriteria kesesuaian lahan, kemudahan

bertanam, kebutuhan komoditas, dan dampak finansial sehingga

diperoleh proporsi lahan untuk penanaman : jahe 45 % dari seluruh

lahan, temulawak sebesar 10,5 %, kunyit 14,3 % dan tanaman lainnya

sebesar 30,2 %.

Page 177: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

156

Berdasarkan hasil perhitungan, biaya usaha tani tanaman

temulawak paling rendah dibandingkan tanaman obat lainnya. Menurut

pendapat responden petani di lapangan, penanganan tanaman temulawak

relatif tidak terlalu rumit dan membutuhkan penanganan seksama

dibandingkan dengan jahe. Petani lebih menyebutkan sebagai tanaman

yang mudah dikelola dan tidak memerlukan upaya pemeliharaan

tanaman yang rumit. Bahkan petani cenderung membiarkan tanaman

temulawak dengan alasan temulawak tidak memiliki harga jual tinggi,

walaupun kenyataannya digunakan di banyak industri obat tradisional.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Jahe Kunyit Temulawak Campuran

Bia

ya u

saha

tani

(Rp.

juta

/hek

tar) 11.38

17.2

9.17

11.85

Gambar 29 Biaya usaha tani tanaman obat.

Untuk menghitung biaya usaha tani, diperoleh dari penambahan

biaya budidaya dengan biaya kemasan, pemasaran, pengelolaan, tenaga

buruh angkut dan biaya transportasi. Walaupun pada kenyataan di

lapangan petani sering menggunakan karung bekas sebagai kemasan,

tetapi pada perhitungan ini kemasan diasumsikan baru. Biaya

transportasi berupa kendaraan angkutan untuk mengangkut hasil panen

tanaman obat ke gudang yang dimiliki jaringan dengan jarak dari desa

sampai ke kota kabupaten.

Page 178: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

157

Perhitungan pendapatan petani, mempergunakan harga tanaman

obat sebagaimana tertera pada Gambar 30. Berdasarkan penelusuran di

lapangan, harga tanaman obat temulawak dibandingkan dengan

tanaman satu keluarga lainnya terendah, sedangkan harga jual jahe

segar petani berada pada tingkat paling tinggi dibandingkan dengan

komoditas lain.

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pergerakan Harga setiap bulan

Harg

a TO

(Rp/

kg)

Jahe Temulawak Kunyit

Gambar 30 Harga tanaman obat dijual ke Jaringan.

Hasil perhitungan keuntungan usaha tani petani jahe monokultur,

lebih baik dibandingkan tanaman obat kunyit dan temulawak. Hasil

perhitungan keuntungan menanam tanaman campuran tampak

mendekati pencapaian keuntungan tanaman jahe. Selain itu, penananam

polikultur akan mengurangi resiko kerugian ketika salah satu tanaman

kurang memperoleh respons pasar atau terjadi kegagalan panen, petani

masih memperoleh pendapatan dari tanaman lainnya.

Hasil perhitungan keuntungan jahe untuk lahan seluas 1 hektar

sebesar 62 % dibandingkan usaha tani secara polikultur sebesar 56,35

% dan keuntungan menanam kunyit sebesar keuntungan 10 %. Namun,

bilamana lahan hanya ditanami temulawak akan mengalami kerugian

sebesar (32,50 %). Pada kenyataannya, tidak ada lahan yang hanya

ditanami tanaman temulawak. Hasil perhitungan keuntungan petani

Page 179: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

158

tanaman obat pada prosentase tersebut, dikarenakan rendahnya biaya

budidaya dan biaya operasional.

Temulawak baru memperoleh keuntungan sebesar 6 % bilamana

biaya-biaya seperti sewa lahan, investasi pembelian alat, biaya transaksi

dan pengelolaan tidak diperhitungkan. Kondisi demikian menunjukkan

bahwa petani sesungguhnya tidak menikmati jerih payah bertanam

temulawak, terkecuali secara polikultur sehingga terjadi subsidi silang

antar tanaman obat. Walaupun menurut petani sudah memperoleh

keuntungan, sesungguhnya dengan tidak memasukkan biaya-biaya yang

seharusnya diperhitungkan. Kebutuhan temulawak sebagai tanaman obat

penting banyak digunakan oleh agroindustri farmasi besar maupun

menengah dan termasuk lima besar kebutuhan tanaman obat yang

diperlukan oleh industri, ternyata masih belum dapat memberikan nilai

manfaat bagi petani.

Dibandingkan dengan menjual kepada pengumpul, petani

jaringan memperoleh hasil lebih baik sampai dengan 23,5 %. Kondisi ini

terjadi karena aliran bahan baku melalui rantai lebih pendek dengan

kualitas penanganan pascapanen lebih baik hasil sosialisasi dan

pembelajaran.

Hasil verifikasi menunjukkan petani belum dapat menopang

kebutuhan rumahtangga bilamana mengandalkan hasil penjualan

tanaman obat. Perhitungan nilai sekarang (net present value) untuk

tanaman obat campuran sebesar Rp 12.418.046,- untuk satu kali panen

yang menyita waktu selama 9 bulan dengan luas hamparan satu hektar.

Lahan yang dimiliki petani rata-rata sangat sempit.

Data statistik kabupaten Wonogiri menunjukkan rata-rata lahan

yang ditanami tanaman jahe berkisar 0,195 hektar atau sekitar 2000 m2

per petani. Sedangkan hasil penelusuran luas lahan yang dimiliki petani

responden bergerak antara : 500 m2 - 3000 m2. Walaupun terdapat

kepemilikan di atas satu hektar namun jumlah petani yang memiliki

tidak terlalu banyak. Bilamana digunakan asumsi rata-rata lahan yang

dimiliki petani seluas 2000 m2, maka nilai sekarang atas penjualan

Page 180: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

159

kemudian sebesar Rp 2.483.609- atau setara Rp 207.000,- per bulan.

Kalau petani tidak menyertakan tanaman lainnya dan hanya

mengandalkan tanaman obat maka penghasilan keluarga masih di

bawah nilai upah minimum propinsi Jawa Tengah 2005 sebesar Rp

390.000,-. Pendapatan petani per bulan untuk 1 hektar baru terlihat

signifikan sebesar Rp 1.035.000,-

Dari pandangan petani, hasil penjualan tanaman obat hanya

sebagai tambahan penghasilan keluarga dan belum sebagai mata

pencaharian utama. Petani tetap masih memfokuskan pada tanaman

pangan padi. Pandangan yang dianut adalah padi merupakan lumbung

keluarga dan sisa panen kemudian baru dijual. Penggunaan tenaga kerja

yang berasal dari keluarga lazim terlibat dalam kegiatan usaha tani

desa. Penggunaan tenaga tersebut tidak diperhitungkan sebagai biaya

karena dianggap sudah seharusnya membantu usaha keluarga.

Menurut Gittinger (1986), sesungguhnya terjadi kehilangan biaya

peluang atau (opportunity loss). Seharusnya petani berpeluang

memperoleh tambahan pendapatan bilamana waktu yang dihabiskan

untuk melaksanakan kegiatan tanaman obat dialihkan pada kegiatan

lain. Dengan kata lain, terdapat kondisi waktu kerja yang harus

dikorbankan. Pernyataan petani responden bahwa masih menikmati

keuntungan sebesar 10 – 15 % menjadi benar bilamana beberapa

komponen biaya tidak dimasukkan. Sehingga, bilamana penghasilan

dari tanaman obat akan dikonversikan kepada nilai keekonomian maka

perlu menghitung peralihan biaya oportunitas.

3. Analisis Keuangan Jaringan

Skenario perhitungan menggunakan penyaluran bahan baku

dalam bentuk kombinasi bahan baku segar (simplisia segar) dan irisan

kering (simplisia kering). Jaringan dirancang mampu memenuhi

kebutuhan industri dalam berbagai bentuk tanaman obat. Agroindustri

farmasi penghasil obat tradisional umumnya telah menetapkan standar

penerimaan bahan baku yang ketat sehingga berpeluang menghasilkan

Page 181: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

160

penolakan. Dengan kemampuan pengelolaan bahan baku, jaringan

diasumsikan mampu mengendalikan tingkat penolakan akibat mutu

tidak sesuai standar sebesar 3 %. Penolakan atas mutu pasokan

diasumsikan dengan kondisi rimpang patah atau tampilan kurang

memenuhi syarat. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan

adalah :

Tabel 26 Skenario asumsi analisis usaha Jaringan

No Keterangan Satuan Angka 1 Penolakan bahan baku oleh pembeli % 3 2 Tingkat kerusakan pengolahan ditetapkan % 1 3 Pasokan ke pasar industri, mengambil pangsa

pasar (rata-rata) % 7

4 Biaya transaksi perkilogram Rp 15,- 5 Biaya pengelolaan perkilogram Rp 20,- 6 Biaya pembersihan dan pengemasan perkilogram Rp 100,- 7 Biaya perajangan perkilogram Rp 125,- 8 Biaya transportasi perkilogram Rp 150,- 9 Biaya kunjungan ke petani perbulan Rp 400.000,- 10 Biaya kuli angkut perkilogram Rp 25,- 11 Biaya kunjungan pemasaran ke prospek/ industri Rp 300.000,- 12 Biaya tetap perbulan Rp 6.700.000,- 13 Modal sendiri % 50 14 Bunga % 14

Perhitungan diawali dengan menetapkan prioritas penjualan

tanaman obat jaringan menggunakan teknik MPE. Adapun kriteria

yang dipergunakan untuk mengatur penjualan komoditas adalah : (1)

kemudahan pembudidayaan, (2) perkiraan keuntungan yang diperoleh

dan (3) jumlah permintaan. Dari hasil perhitungan dihasilkan sebagai

berikut : jahe (2.109), campuran (1.498), temulawak (993) dan kunyit

(649). Dengan demikian komposisi penjualan tanaman obat jaringan

diatur sebagaimana hasil olahan MPE.

Hasil analisis dengan skenario pada Tabel 27, menggunakan

kombinasi penjualan bahan baku segar dan irisan kering. Investasi awal

jaringan untuk mengelola usaha membutuhkan Rp 100.000.000- dengan

penjelasan rinci terdapat pada Lampiran 8. Adapun biaya kantor

Page 182: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

161

ditetapkan sebesar Rp 6.700.000,- yang dipergunakan untuk membiayai

gaji manajer, tenaga pelaksana, tenaga lepas dan biaya umum dengan

perincian sebagaimana dilihat pada lampiran. Penetapan gaji tenaga

pelaksana dimaksud menggunakan standar upah minimum regional

daerah setempat.

Modal investasi tersebut, diharapkan dapat diperoleh dari kredit

mikro yang diberikan kepada petani dengan bunga maksimum 14 %.

Jaringan dapat menjadi penanggung dan pemrakarsa industri membantu

meyakinkan lembaga pemberi pinjaman dengan jaminan surat

pemesanan.

Tabel 27 Hasil analisis kelayakan usaha jaringan dan analisis sensitivitas

Kriteria Keuangan

Nilai pada kondisi Normal

Nilai pada biaya operasi naik 10%, harga tetap

Nilai pada biaya operasi tetap, harga jual turun 10%

Nilai pada biaya operasi naik 10%, harga jual turun 10%

NPV (Rp) 2.229.719.300 2.077.995.786

1.698.091.832 1.506.023.615

IRR (%)

22,75 21.04 17,85 15,83

Payback period (bl)

7,.52 8,67 11,53 13,41

B/C Ratio

20,39 19.07 15,77 14,10

Analisis kelayakan pada skenario jaringan menjual tanaman obat

campuran menghasilkan IRR sebagaimana terlihat pada Tabel 27.

Apabila dilanjutkan dengan analisis sensitivitas, maka ketika harga

diturunkan 10 % berakibat lebih buruk dibandingkan dengan biaya

operasi naik 10 %, terlihat dari IRR menurun dan pay back period lebih

lama. Dengan demikian, harga jual menjadi faktor sangat berpengaruh

terhadap kinerja jaringan dibandingkan dengan kenaikan biaya-biaya

pascapanen.

Hasil analisis keuntungan bilamana jaringan memperdagangkan

tanaman obat dengan kombinasi segar dan irisan kering dibandingkan

menjual tanaman obat segar adalah 15,88 % dan 13,21 %. Rata-rata

Page 183: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

162

biaya bahan baku sebesar 70,2 % dari penjualan dan biaya pegawai –

umum dan variabel sebesar 10, 2 % dari penjualan.

Kondisi ini terjadi karena harga jual tanaman obat kering rata-rata

tujuh kali dibanding harga tanaman segar terkecuali temulawak yang

berkisar tiga kali. Dengan kata lain harga temulawak sebesar Rp 550,-

per kilogram segar akan menjadi sekitar Rp 1.650,- perkilogram bahan

baku temulawak kering. Analisis jaringan menunjukkan lebih

menguntungkan menjual bahan baku irisan kering. Selain memperoleh

keuntungan lebih baik, juga lebih tahan disimpan dan memudahkan

dalam transportasi.

Jaringan baru dapat beroperasi pada titik impas jaringan sebesar

332 ton dengan komposisi tanaman obat dan harga sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya, dengan hasil perhitungan arus kas sebagaimana

dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Perhitungan BEP dimaksud

dilakukan tidak dengan metode konvensional tetapi berdasarkan

pencapaian NPV nol dengan memasukkan faktor diskonto melalui

beberapa kali putaran perhitungan dengan program Generalized

Reduced Gradient. Biaya tetap pada posisi BEP sebesar Rp

705.836.908,- dan biaya variabel sebesar Rp 4.409.219.558,-.

Menggunakan skenario perencanaan usaha jaringan selama 5

tahun masih memungkinkan untuk mendistribusikan pembagian

keuntungan jaringan kepada anggota. Besarnya prosentase keuntungan

yang akan didistribusikan ditetapkan berdasarkan keputusan bersama.

Besarnya keuntungan jaringan menggunakan semua skenario yang telah

ditetapkan dapat dilihat pada Gambar 31 berikut.

Page 184: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

163

5

1416

1718

02

468

10

121416

1820

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Keu

ntun

gan

jari

ngan

(%)

Gambar 31 Keuntungan jaringan selama 5 tahun

Analisis nilai tambah dilakukan untuk meninjau berapa

pertambahan nilai setiap perubahan proses. Menurut Gittinger (1986),

nilai tambah diukur dengan perbedaan antara nilai output dan nilai

seluruh input karena pengolahan lebih lanjut. Secara detil, perhitungan

nilai tambah memerlukan data :

a. Output atau total produksi

b. Input bahan baku

c. Faktor konversi output terhadap input

d. Harga output

e. Harga input bahan baku

f. Sumbangan input lainnya

Nilai tambah adalah : nilai output (faktor konversi x harga output)

dikurangi harga input dan nilai sumbangan input lainnya. Sebagai contoh

perhitungan nilai tambah digunakan komoditas tanaman obat jahe.

Walaupun jaringan memperdagangkan bentuk irisan kering dan segar

dalam proporsi yang sama setiap tahun yakni 6 bulan memasok irisan

kering dan sisanya bentuk segar, namun di dalam perhitungan nilai

tambah difokuskan pada irisan kering dengan nilai output dihitung

berdasarkan harga output irisan kering. Adapun total produksi output

tetap menggunakan total produksi jaringan. Dengan cara yang sama

Page 185: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

164

perhitungan nilai tambah dapat digunakan terhadap tanaman obat

lainnya.

Nilai sumbangan input yang berasal dari tenaga kerja pusat

manajemen jaringan, dialokasikan untuk seluruh tanaman obat, sehingga

untuk perhitungan jahe ditetapkan secara proporsional. Hasil

perbandingan nilai tambah dua komoditas dalam komposisi segar dan

campuran irisan kering dapat di lihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Hasil perhitungan nilai tambah tanaman obat jenis kering dan

segar

Data nilai output jahe kering berasal dari pengolahan jahe kering.

Nilai tambah yang diperoleh per kilogram bahan baku sebesar Rp

3.952,- artinya untuk pengolahan rata-rata satu kilogram jahe segar

menjadi kering secara campuran menghasilkan nilai tambah sebesar Rp

3.952,- . Nilai tambah tersebut berasal dari data tahun pertama jaringan

beroperasi. Sedangkan nilai tambah bilamana jahe seluruhnya dijual

masih dalam jenis segar terkemas sebesar Rp 115,- Namun, ketika

kunyit dijual dalam jenis segar terkemas tidak memperoleh nilai tambah

sama sekali. Kondisi ini menunjukkan bahwa lebih baik tanaman obat

Page 186: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

165

diproses menjadi bentuk irisan kering. Jaringan harus sanggup

memberikan pembinaan kepada anggota sehingga integrasi proses dapat

mengarahkan pada pencapaian mutu bahan baku kering lebih baik.

Mengingat temulawak dibutuhkan oleh agroindustri farmasi,

namun harga temulawak tidak terlalu menarik bagi petani, berikut

dilakukan perhitungan harga termulawak yang memungkinkan petani

masih memperoleh keuntungan lebih baik. Pendekatan yang dilakukan

adalah penelusuran produk agroindustri farmasi menggunakan bahan

baku tanaman obat yang diteliti. Produk yang dipergunakan sebagai

basis perhitungan ditetapkan secara sengaja yakni produk jamu keluaran

PT Air Mancur. Asumsi yang digunakan adalah :

a. Harga eceran produk jamu pegel linu persachet @ 7 gram dari

toko pengecer dengan harga jual tingkat konsumen Rp 900,- /

sachet.

b. Komposisi biaya bahan baku pabrik ditetapkan dengan skenario

65 %, biaya pemrosesan 20 % dan biaya umum 15 %.

c. Menghitung harga bahan baku plafon pabrik dengan harga untuk

tanaman obat penelitian digunakan harga yang berlaku di pasar.

d. Skenario skala produksi 6 juta sachet dengan komposisi

temulawak, kunyit, lempuyang, laos, temu kunci, lada dan

tambahan 2 jenis tanaman obat lainnya.

e. Tanaman obat yang tidak menjadi bahan penelitian ditetapkan

harga sebagaimana dengan harga beli pabrik.

Terlebih dahulu menentukan nilai harga produk pabrik yang

diperoleh dengan menghapuskan keuntungan pengecer sebesar 20 %.

Rata-rata harga 1 sachet produk sebagaimana butir a di atas sehingga

harga beli pengecer sebesar Rp 720,-. Setelah menghilangkan

keuntungan industri sebesar 20 %, maka diperoleh harga pabrik. Dari

harga pabrik sebesar Rp 580, per sachet kemudian diperoleh plafon

harga bahan baku persatuan sachet dengan ketentuan 65 % dialokasikan

untuk bahan baku serbuk.

Page 187: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

166

Dengan perhitungan konversi bahan baku serbuk menjadi bahan

baku kering, dapat diketahui total kebutuhan bahan baku irisan kering

untuk menjadi enam juta sachet. Dari total kebutuhan bahan baku

tersebut diperoleh plafon pembelian bahan baku yang ditetapkan pabrik

sebesar Rp 2.475.000.000,-. Apabila digunakan nilai pembelian

tanaman obat dengan harga yang berlaku di pasar sebesar Rp 1.600,- per

kilogram temulawak kering, diperoleh realisasi pembelian sebesar Rp

2.264.636.000,-. Dengan demikian, dari alokasi pembelian bahan baku

berdasarkan perhitungan proporsi biaya bahan baku dibandingkan

dengan realisasi pembelian, masih terdapat kelebihan anggaran

pembelian bahan baku. Dari simulasi perhitungan tersebut, industri

sesungguhnya memperoleh keuntungan sebesar 24,08 %.

Apabila diskenariokan prosentase keuntungan antara jaringan

dan industri diperoleh sama sebesar 22 %, maka harga beli temulawak

berdasarkan simulasi dapat menjadi Rp 3.450,- per kilogram irisan

kering. Sedangkan harga tanaman obat lainnya yang relatif baik dan

menghasilkan keuntungan bagi petani, tetap berada pada harga

sebagaimana ditetapkan industri.

Harga produk akhir obat tradisional yang dijual dengan harga

marginal sesungguhnya tidak memberikan manfaat berarti bagi petani.

Berdasarkan survei, harga produk jadi agroindustri farmasi akan

mengambil harga premium bilamana dijual dalam bentuk herbal

terstandaridisi atau produk ekstraksi. Penghargaan kepada petani apabila

pembelian bahan baku berkualitas lebih baik diberikan harga lebih

tinggi, sehingga akan memberikan dorongan kepada petani untuk tetap

berbudidaya tanaman tersebut .

8.3. Manfaat untuk Petani

Dengan bergabung melalui jaringan, petani memperoleh manfaat

berupa keuntungan yang lebih baik dan manfaat non finansial dalam hal

kontinuitas permintaan, pembinaan dan integrasi proses berkelanjutan serta

akses pasar. Menggunakan kapasitas lahan 1 hektar dengan komposisi 45 %

Page 188: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

167

jahe, 11 % temulawak, 14 % Kunyit dan sisanya tanaman lain satu keluarga,

petani diperhitungkan memperoleh net present value sebesar Rp

70.605.849,-. Hasil tersebut berbeda sebesar Rp 28.372.361,- dibandingkan

bilamana petani menjual di luar jaringan.

Bilamana batas bawah keuntungan ditetapkan sebesar 10 % dengan

asumsi sedikit diatas bunga deposito bank setahun, maka insentif dapat

dibagikan kepada anggota bilamana keuntungan jaringan dicapai lebih besar

dari batas tersebut. Berdasarkan perhitungan, anggota jaringan dapat

memperoleh rata-rata Rp 93.000,- per anggota/ per tahun. Selain itu petani

masih memperoleh tambahan penghasilan yang berasal dari penjualan

tanaman obat reject yang diolah lebih lanjut sehingga menjadi bahan baku

bubuk/serbuk.

Perhitungan konversi tanaman obat segar menjadi serbuk adalah setiap

sepuluh kilogram simplisia segar akan menjadi satu kilogram serbuk dengan

harga jual rata-rata sebesar dua puluh lima kali dari harga simplisia segar.

Bilamana hasil penjualan bahan baku reject yang telah diolah menjadi

serbuk didistribusikan semua kepada anggota maka rata-rata anggota akan

mendapatkan sebesar Rp 156.000,- per tahun.

Jaringan akan melibatkan 620 petani dengan asumsi rata-rata lahan

petani seluas 2000 m2. Atas dasar tersebut diperlukan sejumlah 5 petani

untuk setiap satu hektar. Kebutuhan fasilitator sangat tergantung dari jumlah

petani dan jangkauan jarak satu desa dengan yang lainnya agar kegiatan

fasilitasi efektif. Bilamana menggunakan asumsi bahwa masih

dimungkinkan terdapat satu hamparan seluas 3 hektar di satu desa atau

berdekatan maka diperkirakan terdapat 15 petani untuk digabungkan di

dalam satu kelompok. Sehingga menggunakan skenario tersebut,

diperkirakan dibutuhkan 41 orang fasilitator.

Guna mendukung kegiatan usaha jaringan skenario kebutuhan lahan

adalah seluas 124 hektar yang layak ditanami tanaman obat. Namun, seluruh

perhitungan ini berlaku bilamana penyerapan atau pembelian bahan baku

oleh industri bersifat langsung tanpa masa tunggu, sehingga tidak diperlukan

perhitungan penurunan nilai uang.

Page 189: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

168

8.4. Manfaat untuk Masyarakat

Kehadiran lembaga jaringan memberikan manfaat tambahan dengan

turut bergeraknya ekonomi di lingkungan sekitar usaha tanaman obat

dengan keterlibatan masyarakat menjadi tenaga lepas untuk proses

perajangan, tenaga panen, tenaga yang memproses pascapanen maupun

tenaga kuli angkut. Bahkan usaha pendukung turut berkembang sejalan

dengan majunya lembaga jaringan misalnya usaha persewaan angkutan,

penyedia bibit atau sarana produksi pertanian.

Kondisi ini tidak saja memberikan dampak berupa peluang kerja

tetapi juga tambahan penghasilan keluarga. Pemrosesan yang umumnya

dilakukan oleh kaum perempuan adalah proses perajangan. Sedangkan

proses pengeringan yang masih mengandalkan sinar matahari masih

memerlukan tenaga laki-laki untuk melakukan pembalikan bahan baku.

Tenaga perajang akan mendapatkan upah atas dasar prestasi kerja atau

jumlah hasil perajangan yang mampu dihasilkan. Pendapatan setiap

perajang akan dipengaruhi oleh kemampuan olah dan biaya perkilogram.

Biaya proses perajangan sekaligus mengeringkan rata-rata Rp 125,-

.per kilogram. Buruh perajang akan mendapatkan pendapatan lebih tinggi

tergantung jumlah hasil yang mampu diselesaikan. Rata-rata kemampuan

perajangan secara manual sebesar 50 kilogram per satuan orang. Tetapi

apabila digunakan alat perajang akan menghasilkan keluaran yang lebih

tinggi. Biasanya proses perajangan menggunakan alat dikerjakan oleh

buruh perajang yang diberikan upah harian. Hasil perajangan menggunakan

alat dinilai responden kurang baik, karena ketebalan irisan kurang seragam.

Hasil verfikasi manfaat yang diperoleh oleh perajang sebesar Rp 162.500,-

per bulan melibatkan 138 orang.

8.5 Manfaat untuk Industri

Bilamana industri berhubungan dengan jaringan akan mendapatkan

manfaat finansial berupa penghematan transaksi sebesar Rp 4.125.000,-

untuk setiap 15 ton yang berasal dari biaya transportasi dari gudang

jaringan ke gudang industri. Selain itu pengurangan biaya yang berasal dari

Page 190: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

169

biaya buruh angkut dan pengolahan pembersihan. Industri juga

memperoleh manfaat berupa mutu lebih baik dengan jaminan jaringan dan

kepastian pasokan. Dengan demikian, secara keseluruhan akan mengurangi

biaya pengolahan pemrosesan awal sebelum produksi dan mengurangi

beban kendali proses/supervisi serta pengambilan sampling saat inspeksi

penerimaan bahan baku.

8.6. Analisis Konflik

Konflik kemungkinan terjadi mengingat terdapatnya perubahan atas

pola usaha tani dan cara pengaturan kehidupan petani yang semula sendiri

dengan cara-cara yang dianggap petani paling tepat kemudian dikelola

dengan tata cara budidaya dan pengolahan yang tertata. Akibat konflik dapat

bersifat ketidaknyamanan, keengganan hingga penarikan diri yang

melemahkan posisi lembaga jaringan dan pada akhirnya berpengaruh negatif

terhadap kinerja tim dan kepuasan. Dalam hal mengubah ketidaksepakatan

menjadi kesepakatan dapat dilakukan melalui bekerja bersama, bekerja

terpisah dan memanfaatkan mediasi guna mencapai kompromi dan bekerja

terpisah dan menggunakan intimidasi dan kekuatan untuk memperlemah

pihak beroposisi ( Saaty, 1998).

Pemecahan masalah konflik pada disertasi ini didekati dengan

menggunakan AHP dimana proses penyelesaian harus memuaskan para

pihak. Perlu diyakinkan apa yang diperoleh atau hilang dari satu pihak

menjadi apa yang hilang dan didapatkan oleh pihak lain. Dalam hal ini

digambarkan fokus konflik disusun secara hirarki untuk mengevaluasi biaya

dan manfaat. Untuk penelusuran analisis konflik dipergunakan pendekatan

Analytical Hierarchy Process dengan hasil struktur sebagai berikut :

Page 191: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Meminimumkan konflik di dalam Jaringan

SDM 0,1286

Pengelolaan Organisasi 0,2199

Pengelolaan Usaha Tani 0,6514

Pemenuhan Norma Organisasi

0,0277

Perilaku Anggota 0,0462

Kepemimpinan Fasilitator

0,0547

Distribusi Pasokan 0,0614

Pengelolaan Keuangan

0,0859

Standard Proses Operasi 0,0726

Budidaya

0,2606

Pemanenan

0,1706

Pascapanen

0,2702

Penetapan Pinalti dan Pengendalian

0,1182

Penyuluhan dan Sosialisasi

0,5386

Pembinaan

0,3432

FOKUS

FAKTOR

ALTERNATIF

SUB-FAKTOR

Gambar 32. Struktur hirarki analisis konflik.

170

Page 192: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

171

Pemicu konflik terbagi atas faktor manusia, pengelolaan organisasi

dan pengelolaan usaha tani. Penjabaran sub faktor dan penjelasannya

sebagai berikut :

1. Pemenuhan norma jaringan.

Jaringan akan menetapkan cara bagaimana berorganisasi dan

bertindak sehingga memberikan arahan untuk menjadi kelompok yang

kohesif. Nilai budaya organisasi yang dianut dan diterapkan akan menata

apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kondisi tersebut kemungkinan

tidak sejalan dengan nilai anutan dari petani selama ini. Norma organisasi

mencakup sikap dan pandangan-pandangan dalam kehidupan

berorganisasi.

2. Perilaku anggota

Sehubungan dengan pemenuhan norma organisasi, diperlukan

perilaku positif untuk menjadikan organisasi jaringan profesional dan

diakui oleh pihak konsumen. Penyimpangan perilaku akan

menghasilkan situasi di mana anggota tidak bersedia belajar berbagi

pengetahuan/ informasi dan melanggar komitmen yang disepakati atau

bahkan mementingkan diri sendiri. Ketika terdapat larangan menjual

hasil panen kepada pihak lain dilanggar oleh sejumlah anggota, maka

anggota lain terdorong meniru tindakan negatif tersebut bilamana tidak

dikenakan sanksi. Perilaku memproses hasil panen secara serampangan

dan sengaja menyisipkan kontaminan merupakan bentuk perilaku

negatif.

3. Kepemimpinan fasilitator

Kemungkinan konflik terjadi ketika anggota meragukan

kemampuan fasilitator mengatasi perbedaan pendapat, menyatukan

langkah dan mengarahkan pada keutuhan kelompok dalam rangka

mencapai sasaran usaha. Konflik kepentingan dan ketidakpercayaan bisa

saja terjadi ketika fasilitator tidak mampu menunjukkan kredibilitasnya.

Keberpihakan pada seseorang atau sekelompok orang dan

ketidakmampuan mengambil keputusan membuka ruang penolakan atas

keberadaan fasilitator.

Page 193: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

172

4. Distribusi pasokan

Konflik ini terjadi bilamana keputusan atau kebijakan ditetapkan

tanpa memperhatikan kepentingan bersama dan terdapat diskriminasi

dalam pendistribusian pasokan. Pengaturan pembagian jumlah yang

akan dipasok petani, jadwal penerimaan bilamana tidak dijelaskan

secara transparan akan menimbulkan pandangan negatif dan

kesalahpahaman. Ketika ketersediaan bahan baku berlimpah, perlu

pengaturan pendistribusian sehingga adil dan dalam hal ini informasi

sangat penting disampaikan agar tidak berkembang menjadi kabar berita

negatif.

5. Pengelolaan keuangan

Faktor keuangan merupakan pemicu konflik yang rawan memecah

keutuhan anggota dan merusak kepercayaan. Ketidakjelasan pencatatan,

pertanggungjawaban, dan ukuran – ukuran keuangan bilamana tidak

disampaikan akan membuka peluang kecurigaan. Informasi pergerakkan

harga harus disampaikan sehingga tidak terdapat kecenderungan

mengabaikan aturan jaringan.

6. Standar prosedur operasi

Konflik pada standar prosedur operasi terjadi bilamana tidak

terdapat pengaturan dan kejelasan di setiap proses bisnis seperti :

prosedur pengadaan bahan baku, pemeriksaan penerimaan bahan baku,

pemrosesan, penyimpanan, dan penjualan. Prosedur operasi akan

mencakup persyaratan-persyaratan, tata aturan yang harus dianut

bersama.

7. Budidaya

Perbedaan cara budidaya antara yang dikenal secara turun temurun

dan menurut ilmu pengetahuan dapat membuka ruang konflik. Petani di

daerah terpencil yang jauh dari akses informasi, dimungkinkan masih

memegang tata cara sebagai dikenal saat ini walaupun cara tersebut

sesungguhnya kurang tepat. Kultur yang menghormati apa yang

diajarkan oleh pendahulunya dianggap sebagai sesuatu yang benar,

disementara pihak harus dilakukan perubahan.

Page 194: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

173

8. Pemanenan.

Konflik terjadi karena perbedaan dalam melaksanakan pemanenan

mencakup jadwal panen (bulan dan waktu, cara panen). Keinginan

segera memanen hasil dengan pertimbangan memperoleh uang tunai,

akan mendorong ketidakpatuhan atas aturan dan bilamana terjadi tidak

saja berakibat pada pemenuhan persyaratan mutu tetapi juga harga

terbaik tidak tercapai dan perencanaan pasokan menjadi terganggu.

9. Pascapanen.

Ketidaksesuaian mungkin terjadi dikarenakan petani

menggunakan cara sendiri pada masa pascapanen yang tidak sesuai

dengan standar prosedur yang diatur jaringan.

Berdasarkan olahan AHP, hasil menunjukkan pengelolaan usaha tani

(0,65) berada pada bobot tertinggi diikuti dengan pengelolaan organisasi

(0,22). Resolusi konflik yang diharapkan dapat meredakan sehingga tercapai

kondisi yang lebih baik adalah aktivitas penyuluhan (0,54) dan pembinaan

anggota berorganisasi (0,34). Dalam perhitungan tersebut telah dilakukan

analisis konsistensi perbandingan elemen yang berpengaruh sebagai berikut :

Tabel 29. Analisis konsistensi AHP

No Perbandingan elemen terhadap

Consistency Index Consistency ratio

1 Analisis konflik 0.0001 0,0001 2 Pemenuhan norma 0,0254 0,0438 3 Perilaku anggota 0,0016 0,0027 4 Kepemimpinan

fasilitator 0,0009 0,0016

5 Distribusi pasokan 0,0001 0,0001 6 Pengelolaan keuangan 0,0001 0,0002 7 Standar proses 0,0001 0,0001 8 Budidaya 0,0004 0,0007 9 Pemanenan 0,0100 0,0172 10 Pasca panen 0,0117 0,0201

Page 195: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

174

8.7. Analisis Manfaat Menggunakan BOCR

Tujuan pembentukan rekayasa sistem rantai pasokan berbasis jaringan

yang mengarah pada kesejahteraan petani, dilengkapi dengan pertimbangan

atas tinjauan manfaat (Benefit) dan pertimbangan biaya (Cost), maupun

peluang (Opportunity) dan resiko (Risk) di kemudian hari. Pendekatan

BOCR, akan menyempurnakan analisis dengan mempertimbangkan faktor

kualitatif dan melengkapi perhitungan kuantitatif. Metode ANP

mensyaratkan konsistensi untuk penilaian kriteria. Hasil penilaian pendapat

dikelompokkan menjadi normal, pesimistis dan optimistis. Penilaian normal

dengan masih mempertahankan faktor peluang dan resiko memiliki formula

:

( )( )RC

OBHasil

××= (1)

B = benefit O = opportunity

C = cost R = risk

Rumus penilaian optimistis dengan mengabaikan resiko dalam

pengambilan keputusan sebagaimana disajikan dalam persamaan pada butir

2. Adapun rumus penilaian pesimistis tanpa mempertimbangkan peluang

dapat dilihat pada butir 3.

( )( )C

OBHasil

×= (2)

( )( )RC

BHasil

×= (3)

Hasil verfikasi BOCR sebagaimana tabel 30 menyimpulkan bahwa

dalam kondisi optimistis tanpa memperhitungkan faktor resiko tujuan

kesejahteraan petani memiliki bobot paling tinggi 0,58 dimungkinkan

terwujud dibandingkan dengan kelangsungan hubungan anggota yang

memiliki bobot 0,28. Dengan demikian, peluang alternatif tujuan

kesejahteraan menjadi keputusan terbaik setelah ditelaah dari pertimbangan

manfaat, biaya, dan peluang.

Page 196: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

175

Tabel 30 Hasil analisis BCOR

8.8. Implikasi Kebijakan

Sistem rantai pasokan berbasis jaringan ini bilamana diterapkan

sebagaimana diuraikan pada persyaratan dan rancangan implementasi,

memerlukan peran serta pemerintah untuk berkontribusi dalam kesuksesan

penerapan. Pemerintah berkewenangan menerbitkan kebijakan. Kebijakan

yang diharapkan adalah pengaturan lahan peruntukan bagi pengembangan

tanaman obat, kredit mikro melalui lembaga keuangan mikro, penyediaan bibit

tanaman obat dan sarana produksi.

Melalui fasilitasi pemerintah, hubungan antara petani, asosiasi industri

jamu dan asosiasi pedagang tanaman obat dijalin dengan tujuan memetakan

kebutuhan tanaman obat nasional dan daerah. Selanjutnya, pemerintah pusat

mendorong pemerintah daerah memperluas lahan untuk budidaya tanaman

obat sesuai dengan kondisi agroklimat.

Page 197: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

176

Guna mencegah mengalirnya tanaman obat segar bernilai tambah rendah

ke luar negeri, maka ekspor tanaman obat yang dibutuhkan oleh agroindustri

farmasi dalam negeri dapat dikenakan biaya pajak ekspor lebih tinggi.

Berdasarkan wawancara responden, salah satu sebab terjadinya kekurangan

pasokan jahe karena tanaman obat tersebut diekspor ke luar negeri. Lebih

lanjut menurut responden, ekstraksi dari tanaman obat yang dibeli dengan

harga rendah, kemudian kembali ke Indonesia dengan harga berlipat.

Perlindungan konsumen dan agroindustri farmasi menengah-kecil perlu

dilakukan dengan melakukan pengawasan lebih ketat terhadap produk herbal

impor dengan : 1) pengawasan registrasi produk, 2) pengawasan kepada

importir, 3) menetapkan pajak barang impor, 4) konsistensi pengawasan di

lapangan.

Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan keterlibatan pejabat teknis di

dinas terkait pemerintah daerah setempat yang berpihak kepada petani melalui

tindakan penyuluhan dan program pembinaan usaha tani. Adapun kebijakan

makro mengatur bagaimana ketersediaan sarana produksi yang diperlukan bagi

petani seperti pupuk, infrastruktur dan penataan menyeluruh agroindustri

farmasi.

Penataan agroindustri farmasi dimulai dengan melakukan pengawasan

produsen sehingga tingkat penggunaan bahan kimia yang disisipkan di dalam

obat tradisional nihil, pengawasan terhadap registrasi produk tradisional,

herbal dan fitofarmaka setelah dilakukan pengujian, pengawasan proses dan

kepatuhan cara – cara pemasaran obat tradisional yang beretika.

Page 198: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Pendekatan jaringan pada sistem rantai pasokan bahan baku agroindustri

farmasi, menghasilkan struktur dan sistem organisasi sebagai elemen kunci

untuk penatakelolaan jaringan sehingga perlu diselesaikan terlebih dahulu

pada tahapan pertama pengimplementasian. Konfigurasi jaringan terdiri dari

petani, kelompok, dan pusat manajemen yang membagi fungsi sesuai

kemampuan masing-masing. Pengaturan dimaksud memperjelas

pengintegrasian proses sehingga menempatkan tanggungjawab produksi dan

pascapanen berada pada anggota, dan pusat manajemen fokus pada

penanganan pemasaran, distribusi dan pelayanan pelanggan dengan para

pihak eksternal.

2. Konsep jaringan yang menekankan pada hubungan erat dan saling berbagi

kekuatan berlangsung bilamana fungsi jaringan yang memberikan jaminan

mutu produk sebagaimana harapan konsumen berjalan, dan ketika anggota

konsisten menjaga komitmen, dan integritas.

3. Jaringan berpotensi mengalami perpecahan dipicu konflik keberbedaan pada

pengelolaan usaha tani sebagaimana hasil strukturisasi AHP dan sedini

mungkin dicegah melalui penyuluhan dan sosialisasi berkesinambungan.

4. Validasi konsep jaringan yang direkayasa, dinyatakan valid menggunakan

metode ANP-BCOR pada kondisi optimistik. Kepuasan internal dengan

pencapaian tujuan mensejahterakan anggota, dinyatakan valid berdasarkan

pendapat pakar dengan skala tinggi. Dalam hal keterlibatan petani untuk

mematuhi aturan dinyatakan valid pada skala tinggi menurut pendapat pakar,

tetapi konsistensi perilaku petani dinyatakan berskala sedang.

5. Hasil verifikasi menunjukkan jaringan layak dengan NPV Rp

2.229.719.300,-, IRR 22,75 %, payback periode (bulan) 7,52. Perhitungan

dimaksud dengan komposisi jahe 46 %, temulawak 11 %, kunyit 15 % dan

sisanya berasal tanaman obat lainnya. Kelayakan jaringan dicapai tanpa

terdapat masa tunggu antara penyelesaian proses dan penjualan, dengan

prosentase kegagalan yang ditetapkan, beroperasi pada kapasitas penjualan

Page 199: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

178

1.581 ton/tahun melibatkan 620 petani bilamana rata-rata petani memiliki

lahan 2000 m2. Dalam kondisi tersebut, jaringan mampu memberikan

peningkatan pendapatan petani sebesar 23,5 %. Jaringan masih dapat

membagi insentif sebesar Rp 93.000,- per anggota/ per tahun dan

tambahan penjualan produk reject yang diolah menjadi serbuk sebesar Rp

156.000,- per tahun. Jaringan beroperasi dengan BEP 332 ton. Berdasarkan

analisis nilai tambah, tanaman obat lebih baik dijual dalam bentuk irisan

kering.

6. Jaringan membutuhkan persyaratan implementasi yakni respon industri dan

petani dalam wujud kesediaan membeli bahan baku dan komitmen petani.

Pemrakarsa yang tepat dalam mewujudkan jaringan adalah industri yang

didukung pemerintah.

9.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian konsep jaringan pada agroindustri farmasi,

diajukan beberapa saran yakni :

1. Model jaringan yang diajukan, memerlukan dukungan pemerintah secara

konsisten untuk sinkronisasi manajemen bahan baku dan agroindustri

farmasi melalui : pemberdayaan petani, penyediaan lahan-lahan

pembudidayaan, fasilitasi lembaga pembiayaan, pendisiplinan pelaporan

produksi dari pelaku industri.

2. Gabungan pengusaha jamu yang menghimpun industri obat tradisional,

memiliki komitmen memajukan petani tanaman obat melalui : pembinaan

petani, memperluas penerimaan pasokan, mengatur strategi pemasaran dan

inovasi produk yang menghasilkan produk premium sehingga dapat

dikembalikan dalam bentuk insentif harga.

3. Pada tahap awal, agroindustri farmasi bersama pemerintah bersungguh-

sungguh memfasilitasi pembangunan jaringan agar terwujud dan petani

pada akhirnya mampu mengelola secara mandiri.

Page 200: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

179

4. Perluasan penggunaan konsep jaringan pada dasarnya dapat dipergunakan

pada komoditas lain di luar Zingiberaceae, dan melibatkan anggota atau

lembaga lain (linkage firm) di luar petani tetapi diperlukan penelitian

mendalam terhadap pengintegrasian proses dan bentuk berbagi (sharing)

dari kekuatan masing-masing.

Page 201: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

DAFTAR PUSTAKA

Ansari A dan Modarres B. 1994. Quality function deployment. International Journal of Purchasing and Materials Management; “ Fall Ed “.p 28-35.

Anslinger P dan Jenk J. 2004. Creating successful alliances. The Journal of Business

Strategy. 25:2. 18 – 22. Ayers JB. 2002. Supply Chain Management. London. St Lucie Press.

Arifin B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta. Penerbit Kompas. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2003. Data Industri Obat Tradisional (IOT) dan

Industri Obat Tradisional Kecil (IKOT). Jakarta. BPOM. Badan Pengembangan Ekspor Nasional.2005. Pasar Jamu Nasional bisa capai Rp 3 Trilyun. http://www.nafed.go.id/indo/berita/index/php?artc=2566 (4 April 2006). Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.2005. Pasar Obat Herbal Meningkat Pesat.

http://www.bppt.go.id/index.2.php?option.com_content & do_pdf =1&id =1556. (8 April 2006

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.1995. Strategi Pengembangan Agribisnis

dan Agroindustri Tanaman Obat secara Terpadu. Di dalam : Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat; Bogor. 28-29 Nopember.BPPT. hlm 8-13.

Barba R, Roussel P, Bendix B. Gattorna. Editor. 1998. Strategic Value Networks.

England. Gower. Beech J. Gattorna. Editor.1998. The Supply-demand nexus from integration to

synchronization. England. Gower Blackard K dan Gibson JW. 2002. Capitalizing on Conflict – Strategies and Practices

for Turning Conflict to Synergy in Organizations. California. Davies-Black Publishing.

Blank SC, Carter CA, McDonald J.1997. Is The market failing agricultural producers

who wish to Manage Risk. Western Economic Association International; 15-July. Bound G, York L, Adam M, Ranney G, 1994. Beyond Total Quality Management –

Toward The Emerging Paradigm. Singapore: McGraw-Hill.

Page 202: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

180

Bowersox DJ dan Cooper MB. 1992. Strategic Marketing – Channel Management. “ Edisi Internasional”. Singapore. McGraw-Hill.

Bungin B, 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta. RajaGrafindo Persada. Carson JS.II. 2002. Model Verification and Validation. Proceedings of the 2002 Winter

Simulation Conference. USA Chanisah S. 1996. Status, perkembangan dan kendala pemasaran hasil tanaman obat

Indonesia. Di dalam : Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat; Bogor: 28–29 Nopember. BPPT. hlm 56 – 77.

Choi TY, Wu Z, Ellram L, Koka BR. 2002. Supplier – Supplier relationships and

Their implications for buyer – supplier relationships; IEEE Transactions on Engineering Management; 49 (2). May.

Choi TY, Rungtusanatham M. 1999. Comparison of quality management practices:

Across The Supply Chain and Industries. The Journal of Supply Chain Management; 35 (1): 20 – 27.

Christopher M. 1998. Logistic and Supply Chain Management. “Ed ke-2”. London :

Financial Times Professional Limited.

Daboub AJ. 2002. Strategic alliances, network organizations, and ethical responsibility; Sam Advanced Management. Autumn.2002. 40-63.

Darusman LK (2004). Standard dan mutu Produk Biofarmaka. Prosiding ilmiah

Indonesian Biopharmaca Exhibition Congress 14-18 Juli 2004. Yogyakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta.

Direktorat Pengawasan Obat Tradisional Direktorat Jenderal Pengawasan Obat &

Makanan, Departemen Kesehatan RI, 1995. Kodifikasi Peraturan Perundangan Obat Tradisional. Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Tanaman Sayuran dan

Biofarmaka. 2004. Informasi Pengembangan Agribisnis Tanaman Biofarmaka. Jakarta.

Dobler DW, Burt D, 1996. Purchasing and Supply Management. “Ed ke-6”. USA:

The McGraw Hill Companies Inc.

Page 203: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

181

Dorward A. 2001. The Effects of transaction costs, power and risk on contractual arrangements : a Comceptual Framework for Quantitative Analysis. Journal of Agricultural Economics; 52(2). 59-73.

Endardjo S. 1995. Pengembangan Obat Fitofarmaka menunjang Agroindustri Tanaman

Obat. Di dalam : BPPT. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat; Bogor. 28–29 Nopember. BPPT. hlm 105 –112.

Eksiklopedi Tokoh Indonesia. 2005. Generasi ketiga Nyonya Meneer. http://

www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/charles-saerang/index.shtml (8 April 2006).

Eriyatno.1999. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor

: IPB Press. Evans R dan Danks A. Gattorna. Editor. 1998. Strategic Supply Chain. England.

Gower. Fetridge DG, 1999. The Economics of vertical integration. Canadian Journal

Agricultural Economy; 42: 525-531. Ghoshal S dan Moran P.1995. Bad for Practice: A Critique of The Transaction Cost

Theory. Academy of Management Journal. Giannakis M dan Croom SR. 2004. Toward the development of a supply chain

management paradigm: a conceptual framework. Journal of Supply Chain Management; Spring 2004. 40,2.

Giles dan Hancy. Gattorna. Editor. 1998. Alternative organization optins. Moving from

lines of hierarchy to networks of alliances. England. Gower. Haeruman H Js. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jakarta.

Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota dan BIC Indonesia. Hastings G. 1996. The New Organization. Growing the culture of organizational

networking. England McGraw-Hill. Hill CC, Li H, Davies B. 2003. The paradox of Co-operation and competition in

strategic alliances: Towards a Multi Paradigm Approach. Management Research News; 26:1. 1-20.

Hutapea JR.2000. Obat Tradisional Indonesia menghadapi Era Globalisasi. Warta

Tumbuhan Obat Indonesia. 6: 36-38

Page 204: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

182

Jamaran I. 1995. Peranan Iptek dalam Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat. Di

dalam : Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat. Bogor. 28 – 29 Nopember. BPPT. hlm 1 - 7 .

Indrawanto C dan Wahyudi A.1995. Profil Tataniaga Beberapa Tanaman Obat Hasil

dari Usaha tani di Indonesia. Di dalam : Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat; Bogor. 28-29 Nopember.BPPT. hlm 168-170.

Karmawati E, Effendi DS, Wahid P. 1995. Potensi, Peluang dan Kendala

Pengembangan Agroindustri Tananam Obat. Di dalam : Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat; Bogor. 28-29 Nopember. BPPT. hlm 23-28.

Kotler P.2000. Marketing Management. International Edition. USA. Prentice Hall. Lembaga Alam Tropika Indonesia-LATIN. 1994. Pelestarian Pemanfaatan

Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. LATIN. Bogor. Lembaga Alam Tropika Indonesian – LATIN. 1999. Strategi Kemitraan. Dalam

mengelola sumber daya alam di Kabupaten Jember. Bogor. Pustaka Latin.

Levi DS, Kaminsky P, Levi ES. 2000. Designing and Managing the Supply Chain. USA. Irwing McGraw-Hill.

Nasution. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri.

IPB Press. Bogor. Maarif M dan Tanjung H. 2003. Teknik-teknik kuantitatif untuk Manajemen. Jakarta.

Grasindo. Maku TC, Collins, TR, Beruvides MG. 2005. The Impact of human interaction on

supply chain management practices. Performance Improvement; Silver Spring: 2005. Vol 44. Iss 7. 26-34.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta. Grasindo.

Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Tanaman Obat Rimpang. Jakarta. Penebar

Swadaya.

Page 205: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

183

Martin S dan McLeay F. 1998. The Diversity of Farmers’Risk Management Strategies in a Deregulated New Zealand Environment. Journal of Agricultural Economics; Spring 1998. Vol 49:2. 218-233.

Martis SM. Validation of Simulation Based Models : A Theoritical Outlook. The

Electronic Journal of BusinessResearc Methods. Vol 4. Issue 1, pp 39 – 46. Maulana A. 2005. Model Pengembangan Agroindustri Nenas Dengan Pendekatan

Kemitraan Setara Petani – Pengusaha Industri Pengolahan. (Disertasi). Bogor. Program Pascasarjana, Institut Peranian Bogor.

McFetridge DG. 2000. The Economics of Vertical Integration. Canadian Journal

Agricultural Economic; 42: 525-531. Murdoch J. 2000. Networks – a new paradigm of rural development. Journal of Rural

Studies; 16(2000) 407-419. Nasution M. 2002. Pengembangan kelembagaan KOPERASI pedesaan untuk

Agroindustri. Bogor. IPB-Press Newbery DMG dan Stiglitz JE, 1985. The Theory of Comodity Price Stabilization.

New York. Clarendon Press – Oxford. Ohbuchi K dan Suzuki M. 2003. Three Dimension of Conflict Issues and Their Effect

on Resolution Strategies in Organizational Settings. International Journal of Conflict Management; Bowling Green. 2003. Vol 14. Iss.1.

Paimin FB dan Murhananto,1999. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan JAHE.Jakarta:

Penebar Swadaya. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan

Agribisnis Tanaman Obat. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4obat. (8 April 2006). Pramono E.2001. Pengembangan Agromedisin Indonesia : Pemanfaatan Sumberdaya

Alam Indonesia menjadi Komoditas Farmasi Unggulan. Lokakarya Pengembangan Agribisnis berbasis Biofarmaka. Kerjasama Departemen Pertanian dan Institut Pertanian Bogor. Jakarta. November. 2001.

Pratikno.2001. Kelembagaan Politik Desa. Forum FPPM ke - 4 ”

Demokratisasi Masyarakat Desa”. Tenggarong 19-22 Juni 2001. www.fppm.org/makalah%20pratikno.htm (10 April 2006).

Page 206: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

184

Pyzdek T, 2001. The Six Sigma Handbook. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Rademakers MFL dan Valkengoed JR. 1995. Inter-firm Linkages in the Modern Jamu

Industry; Netherlands. Tilburg University. Riordan MH. 1998. Anticompetitive vertical integration by a dominant firm. The

American Economic Review; 88: 5. Royer JS. 1995. Potential For Cooperative Involvement in Vertical Coordination and

Value Added Activities. John Wiley & Sons, Inc. 11 (5) : 473-481. Saaty Tl.1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin. Jakarta. Pustaka

Binaman Pressindo. Saaty TL, 1996. Decision Making with Dependence and Feedback. The Analytical

Network Process. USA. RWS Publications. Saaty TL, 1998. An Alternative Approach to Conflict Resolution in terms of Games of

Strategy. [email protected]. Sandra AA, Munif G, Nuri A, Latifah KD. 2001. Dukungan Teknologi Pengembangan

Obat Asli Indonesia dari segi budidaya, pelestarian dan pasca panen. Lokakarya Pengembangan Agribisnis berbasis Biofarmaka. Departemen Pertanian – IPB.

Sajogyo, Sajogyo P. 1999. Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Sargent RG. 2000. Verification, Validation, and Accreditation of Simulation Models.

Proceedings of the 2000 Winter Simulation Conference. USA. Sastroamidjojo AS, 1997. Obat Asli Indonesia, Jakarta : Dian Rakyat.

Sidik. 1995. Status dan Perkembangan IPTEK Pengembangan Agroindustri Tanaman

Obat. Di dalam : BPPT. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat; Bogor. 28–29 Nopember. BPPT.hlm 42 – 51.

Silver EA, Peterson R, 1985. Decision Systems for Inventory Management and

Production Planning. “Ed ke-2”. Canada. John Wiley & Sons. Soediro I, 2000. Tinjauan Aspek Keamanan Obat Tradisional. Warta Tumbuhan Obat

Indonesia; 6:33-35.

Page 207: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

185

Spencer LM, Spencer SM.1993. Competence at Work-Models for superior performance. Boston-USA. John Wiley & Sons.Inc

Sporleder TL.1999. Assessing vertical strategic alliances by agribusiness. Canadian

Journal of Agricultural Economic; 42 : 533 – 540. Stanek MB. 2004. Measuring alliance value and risk. Management Decision; 42:

2.182-204.

Stock JR dan Lambert DM, 2001. Strategic Logistic Management. Singapore. “Edisi

ke-4”. McGraw-Hill Irwin. p 54-94. Subagyo P. 2000. Manajemen Operasi. Yogyakarta : “ Edisi ke – 1 “. BPFE.

Sudarsono. 2004. Kesamaan Persepsi Stakeholders Biofarmaka sebagai modal dasar

Pengembangan di masa depan. Prosiding Indonesian Biopharmaca Exhibition Congress, 14-18 Juli 2004, Yogyakarta.

Sudiarto, Hubir, Rahardjo M, Rosita SMD, Nurhayati H. 2001. Dukungan Teknologi

Budidaya untuk Pengembangan Industri Obat Tradisional. Di dalam : Lokakarya Pengembangan Agribisnis Berbasis Biofarmaka. 13–15 November 2001 di Jakarta. hlm 1 – 21.

Sudiatso S. 2002. Budidaya dan Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat. Langkah

Awal Standarisasi Bahan Baku Obat Tradisional Obat Asli Indonesia. Prosiding Seminar Sehari Standarisasi bahan baku langkah awal menjamin khasiat dan keamanan obat asli Indonesia. Jakarta. Puslitbang Farmasi dan obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. 2002.

Suharti NS. 2000. Pengadaan dan pengolahan bahan baku obat tradisional di PT Air

Mancur Solo. Warta Tumbuhan Obat Indonesia; 6:27-29. Sumardjo, Sulaksana J, Darmono WA. 2002. Kemitraan Agribisnis. Jakarta. Penebar

Swadaya. Suryati A. 2002. Model Aliansi Strategis Agroindustri Sayuran Bernilai Ekonomi

Tinggi. (Disertasi). Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sutrisno, Syukur, Budiyanto. 1999. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jakarta. Yayasan Mitra Pembangunan desa-kota dan Business Innovation Center of Indonesia.

Page 208: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

186

Tabtabai HM dan Thomas VP. 2004. an Negotiation and Resolution of Conflict using

AHP : an Application to project Management. Engineering Construction and Architecture Management; 11,2 : 90-100.

Tahir NM. 2004. Public-Private Sector Partnership in Developing Herbal Industry in

Malaysia. Prosiding : Indonesia Biopharma Exhibition Congress 2004. Yogyakarta 15 Juli 2004.

Tracey M, FIte RW, Sutoon MJ. 2004. An Explanatory model and measurement

instrument : A Guide to Supply Chain Management Research and Applications. American Journal of Business; Fall 2004;19,2.

Tsang EWK. 2000. Transaction cost an resource – based explanation of joint venture :

a comparison and synthesis. Organization Studies.; 21(1):215-242. Turban E, Aronson JE, dan Peng Liang T. 2005. Sistem Pendukung Keputusan dan

Sistem Cerdas. Ed ke- 7. Prabantini D, penerjemah. Yogyakarta : Penerbit Andi;2005. Terjemahan dari : Decision Support Systems and Intelligent Systems.

Ouden Md, Dijkhuizen AA, Huime RBM, Zuubier PJP. 1996. Vertical cooperation in

agricultural production marketing chain, with special reference to product differentiation in Pork;. 12(3). 277-290.

Vokurka RJ, Zank GM, Lund III CM. 2002. Improving competitiveness through

supply chain management: A cumulative improvement approach. Competitiveness Review. Indiana. Vol.12.Iss.1.

Widyastuti YS. 2002. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial. Jakarta.

Penebar Swadaya. Winarto. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Wood, Wallace Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn. 1998. Organisational

Behaviour. An Asia – Pacific Perpective. Singapore. John Wiley & Sons. Yuliani S. 2003. Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka.

Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat http://pustakabogor.net/publ/jp3/jp203-41.htm. (22 September 2003).

Zairi M. 1994. Measuring performance for business result. Chapman & Hall. 43-56.

Page 209: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

187

Zuhud EAM., Azis S, Ghulamahdi M, Andarwulan N, Darusman LK. 2001. Dukungan Teknologi Pengembangan Obat Asli Indonesia dari segi Budidaya, Pelestarian dan Pasca Panen. Lokakarya Pengembangan Agribisnis berbasis Biofarmaka. Jakarta. Departemen Pertanian dan IPB.

http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/komoditas/b4obat - (8 April 2006). http://(www.bppt.go.id/index 2.php ? option. Com_content & do_pdf = 1 % id = 1556

(8 April 2006), http://www-ang.kfunigraz.ac/at/-katzer/engl/zing_off.html (22 September 2003).

Ginger (Zingiber officinale Rosc). http://www.wwf.org.uk/filelibrary/pdf/tradeplants.pdf - 16 April 2006. Trade in

Medicinal and aromatic plants http://www.druid.dk/conferences/winter 1997/conf papers/Gelsing pdf - 08 Juni 2006.

Promoting Inter-Firm Networks in Industrial policy by Gelsing L dan Nielsen K.

Page 210: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

188

Lampiran 1 Asumsi Biaya Jaringan

No. Uraian Satuan Nilai1 Biaya - Biaya Langsung

Biaya kuli naik turun (2x25) Rp./kg 50,00Reject Penjualan % 3,00Biaya transportasi Rp./kg 150,00Biaya pembersihan dan kemas Rp./kg 100,00Biaya transaksi Rp./kg 15,00Biaya pengelolaan Rp./kg 20,00Reject pembelian % 3,00Resiko Kerusakan % 1,00

2 Khusus Jual KeringRendemen Pengeringan % 20,00Biaya perajangan Rp./kg 125,00

3 Biaya Umum dan PegawaiListrik, telepon Rp./bulan 400Umum dan ATK Rp./bulan 15Pemeliharaan Rp./bulan 100Biaya pegawai tetap Rp./bulan 4.950.000Upah Harian Rp./bulan 1.000.000Dana taktis Rp./bulan 100.000

4 Biaya KunjunganKunjungan Sumber Rp./bulan 400.000Kunjungan Pembeli Rp./bulan 300.000

5 Perbedaan Harga beli-jual % 30,006 Pendanaan

Modal Sendiri % 50,00Bunga %/bulan 1,16Jangka Waktu Pelunasan Bulan 60Tenggang Bulan 0

7 Harga Bahan Baku8 Penjualan Kembali Reject

Harga Reject Penjualan % harga jual 50,00Angka cemaran % 2,00Biaya Tenaga Proses Serbuk Rp./kg 20,00Rasio Harga Jual Serbuk x harga basah 25,00Rasio Basah - Serbuk basah/serbuk 10,00

Page 211: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

189

Lampiran 2 Proporsi Bahan Baku dari Target Nasional

Th. Tanaman Obat Nasional Bagian Jaringan Penjualan Jaringan

1 Temulawak 3.000,00 0,04 528Jahe 5.000,00Lempuyang 200Kunyit 3.000,00Kencur 2.000,00

2 Temulawak 3.210,00 0,06 847,44Jahe 5.350,00Lempuyang 214Kunyit 3.210,00Kencur 2.140,00

3 Temulawak 3.434,70 0,1 1.511,27Jahe 5.724,50Lempuyang 228,98Kunyit 3.434,70Kencur 2.289,80

4 Temulawak 3.675,13 0,15 2.425,59Jahe 6.125,22Lempuyang 245,01Kunyit 3.675,13Kencur 2.450,09

5 Temulawak 3.932,39 0,15 2.595,38Jahe 6.553,98Lempuyang 262,16Kunyit 3.932,39Kencur 2.621,59

75.909,75Total 7.907,67

Page 212: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

190

Lampiran 3 Penetapan Kompisisi Penjualan Tanaman Obat

Kode Deskripsi Komposisi

T1 Jahe 46,17

T2 Temulawak 10,84

T3 Kunyit 15,03

T4 Lempuyang Wangi 10,13

T5 Lempuyang pahit 9,82

T6 Kencur 8

Penetapan komposisi diperlukan untuk mengatur berapa proporsi tanaman obatyang akan diperdagangkan

Page 213: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

191

Lampiran 4 Target Penyaluran Tanaman Obat Jaringan

Tahun Target (Ton) Kuartal I Kuartal II Kuartal III

1 528 20 60 20

2 564,96 20 60 20

3 906,76 20 60 20

4 1.617,06 20 60 20

5 1.730,25 20 60 20

Page 214: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

192

Lampiran 5 Harga Bahan Baku Segar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jahe 6.500 5.500 4.950 3.850 2.750 1.500 1.500 2.750 6.500 4.400 5.500

Temulawak 800 700 650 650 600 600 500 500 550 700 800

Kunyit 2.750 2.200 1.650 1.650 1.100 900 900 1.100 1.650 2.200 2.750

Lempuyang Wangi 4.400 3.725 3.350 2.600 1.860 745 745 1.860 4.400 2.980 3.725

Lempuyang Pahit 3.850 3.260 2.935 2.280 1.630 650 650 1.630 3.850 2.600 3.260

Kencur 3.850 3.260 2.935 2.280 1.630 650 650 1.630 3.850 2.600 3.260

Tanaman ObatBulan

Page 215: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

192

12

6.500

800

3.300

4.400

3.850

3.850

Page 216: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 7 Pembiayaan Teknis Jaringan ( Komposisi Menjual Bahan baku segar dan kering )

Uraian1 2 3 4 5

1. Biaya - Biaya Langsung 151.904.266 243.806.350 434.787.990 697.834.726 746.683.154

Biaya Kuli naik turun 25.605.440 41.096.724 73.289.164 117.629.116 125.863.156

Biaya kuli transportasi 12.802.720 20.548.364 36.644.584 58.814.560 62.931.576

Biaya pembersihan dan kemasan 51.210.880 82.193.460 146.578.340 235.258.236 251.726.304

Biaya transaksi 7.681.636 12.329.020 21.986.756 35.288.736 37.758.944

Biaya pengelolaan 10.242.176 16.438.696 29.315.664 47.051.644 50.345.260

Perajangan dan Pengeringan 44.361.422 71.200.084 126.973.486 203.792.442 218.057.914

2. Biaya Umum dan Pegawai 80.400.000 80.400.000 80.400.000 80.400.000 88.440.000

Listrik, telepon per bulan 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

Umum dan ATK 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000

Pemeliharaan 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

Biaya pegawai tetap 59.400.000 59.400.000 59.400.000 59.400.000 59.400.000

Perkiraan harian 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000

Dana taktis 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

3. Biaya Kunjungan 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000

Kunjungan Sumber 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

Kunjungan User 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

Tahun

Page 217: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Total 240.704.266 332.606.350 523.587.990 786.634.726 843.523.154

Page 218: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 8 Biaya Sewa dan Investasi

No. Uraian Satuan Nilai

1 Sewa 15.000.000Ruang kantor 100 m2 Rp./tahun 5.000.000Gudang 1000 m2 Rp./tahun 7.500.000Areal penjemuran 500 m2 Rp./tahun 2.500.000

2 Investasi 100.000.000Peralatan kantor - furniture Rp. 5.000.000Peralatan elektronik -:: Fax Rp. 1.500.000:: Komputer Rp. 5.000.000:: Mesin ketik Rp. 1.000.000Motor operasional Rp. 14.000.000Izin dan legalitas Rp. 3.500.000Mobil angkutan Rp. 70.000.000

Total 115.000.000

Page 219: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 9 Perkiraan Arus Kas ( tanaman obat segar dan kering)

No Uraian

0 1 2 3 4 5

1 Inflow 1.726.831.269 2.771.564.186 4.942.622.798 7.932.909.590 9.337.034.588

2 Outflow 100.000.000 1.545.112.978 2.395.311.300 4.162.107.736 6.595.587.887 7.670.293.799

Sewa Lahan 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000

Investasi 100.000.000 0 0 0 0 0

Pembelian Bahan Baku 1.253.382.218 2.011.678.458 3.587.493.254 5.757.926.670 6.777.079.692

Pembiayaan Teknis 240.704.266 332.606.350 523.587.990 786.634.726 843.523.154

Penyusutan 20.000.004 20.000.004 20.000.004 20.000.004 20.000.004

Angsuran Pinjaman 16.026.492 16.026.492 16.026.492 16.026.492 14.690.951

3 Laba Sebelum Pajak -100.000.000 181.718.291 376.252.886 780.515.064 1.337.321.704 1.666.740.792

4 Pajak 0 0 0 0 0

5 Laba Bersih -100.000.000 181.718.291 376.252.886 780.515.064 1.337.321.704 1.666.740.792

Laba 81.718.291 376.252.886 780.515.064 1.337.321.704 1.666.740.792Pendapatan 1.726.831.269 2.771.564.186 4.942.622.798 7.932.909.590 9.337.034.588Keuntungan 0,05 0,14 0,16 0,17 0,18

Tahun

Page 220: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 10 Target Penyaluran perhitungan BEP

Tahun Target (Ton) Kuartal I Kuartal II Kuartal III

1 331,77 20 60 20

2 331,77 20 60 20

3 331,77 20 60 20

4 331,77 20 60 20

5 331,77 20 60 20

Page 221: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 11 Harga Jual Tanaman Obat ( bahan baku segar dan irisan kering )

1 2 3 4 5 6

Jahe 8.450 7.150 39.600 30.800 22.000 12.000

Temulawak 1.040 910 3.250 3.250 3.000 3.000

Kunyit 3.575 2.860 12.375 12.375 8.250 6.750

Lempuyang Wangi 5.720 4.843 18.425 14.300 10.230 4.098

Lempuyang Pahit 5.005 4.238 16.143 12.540 8.965 3.575

Kencur 5.005 4.238 16.143 12.540 8.965 3.575

Penjualan irisan kering

Harga diskenariokan tetap, terkecuali di tahun ke-5

Tanaman Obat Bulan

Page 222: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 11 Harga Jual Tanaman Obat ( bahan baku segar dan irisan kering )

7 8 9 10 11 12

12.000 22.000 8.450 5.720 7.150 8.450

2.500 2.500 715 910 1.040 1.040

6.750 8.250 2.145 2.860 3.575 4.290

4.098 10.230 5.720 3.874 4.843 5.720

3.575 8.965 5.005 3.380 4.238 5.005

3.575 8.965 5.005 3.380 4.238 5.005

Bulan

Page 223: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 12 Pembiayaan Teknis Jaringan Posisi BEP

1 2 3 4 5

1. Biaya - Biaya Langsung 95.450.305 95.450.305 95.450.305 95.450.305 95.450.305 Biaya Kuli naik turun 16.089.390 16.089.390 16.089.390 16.089.390 16.089.390 Biaya kuli transportasi 8.044.695 8.044.695 8.044.695 8.044.695 8.044.695 Biaya pembersihan dan kemas 32.178.780 32.178.780 32.178.780 32.178.780 32.178.780 Biaya transaksi 4.826.817 4.826.817 4.826.817 4.826.817 4.826.817 Biaya pengelolaan 6.435.756 6.435.756 6.435.756 6.435.756 6.435.756 Perajangan dan Pengeringan 27.874.868 27.874.868 27.874.868 27.874.868 27.874.8682. Biaya Umum dan Pegawai 80.400.000 80.400.000 80.400.000 80.400.000 88.440.000 Listrik, telepon per bulan 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 Umum dan ATK 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 Pemeliharaan 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 Biaya pegawai tetap 59.400.000 59.400.000 59.400.000 59.400.000 59.400.000 Perkiraan harian 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Dana taktis 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.0003. Biaya Kunjungan 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 Kunjungan Sumber 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 Kunjungan User 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000Total 184.250.305 184.250.305 184.250.305 184.250.305 192.290.305

Diskenariokan terdapat kenaikan 10 % biaya umum pada tahun ke-5

Uraian Tahun

Page 224: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 13 Penjualan Tanaman Obat posisi BEP ( untuk jenis segar dan campuran )

1 2 3 4 5

Jahe 737.330.938 737.330.938 737.330.938 737.330.938 811.064.032

Temulawak 23.407.067 23.407.067 23.407.067 23.407.067 25.747.774

Kunyit 101.170.824 101.170.824 101.170.824 101.170.824 111.287.907

Lempuyang Wangi 87.878.242 87.878.242 87.878.242 87.878.242 96.666.066

Lempuyang Pahit 74.549.154 74.549.154 74.549.154 74.549.154 82.004.069

Kencur 60.732.508 60.732.508 60.732.508 60.732.508 66.805.759

Total 1.085.068.734 1.085.068.734 1.085.068.734 1.085.068.734 1.193.575.608

Tanaman Obat Tahun

Page 225: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 14 Perkiraan Arus Kas kondisi BEP ( bahan baku segar dan kering )

0 1 2 3 4 5

1 Inflow 1.085.068.734 1.085.068.734 1.085.068.734 1.085.068.734 1.193.575.608

2 Outflow 100.000.000 1.022.849.896 1.022.849.896 1.022.849.896 1.022.849.896 3.154.011.457

Sewa Lahan 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 45.000.000

Investasi 100.000.000 0 0 0 0 0

Pembelian Bahan Baku 787.573.101 787.573.101 787.573.101 787.573.101 866.330.411

Pembiayaan Teknis 184.250.305 184.250.305 184.250.305 184.250.305 192.290.305

Penyusutan 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000

Angsuran Pinjaman 16.026.490 16.026.490 16.026.490 16.026.490 14.690.949

3 Laba Sebelum Pajak -100.000.000 62.218.838 62.218.838 62.218.838 62.218.838 85.263.942

Total Variabel Cost 4.493.874.341

Total Fixed Cost 705.836.908

No Uraian

Tahun

Page 226: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 15 Manfaat Jaringan bagi masyarakat

No Uraian Satuan Nilai

1Jumlah Hari kerja Hari/bulan 26Kapasitas Perajangan kg/orang/hari 50Rata-Rata Perajangan ton/bulan 178,96Produktifitas Perajangan ton/orang/bulan 1,3Jumlah Tenaga Perajang orang 138Pendapatan Tenaga Perajang Rp./orang/bulan 162.500Total Biaya Perajangan Rp./bulan 22.425.000

2Produktifitas ton/ha/tahun 12,78Luas lahan petani ha/orang 0,2Rata-Rata Produksi Aktual Ton/tahun 1.581,38Kebutuhan Lahan Ha 124Jumlah Petani Terlibat orang 620

Luas Lahan dan Keterlibatan Petani

Perajangan

Page 227: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 16 Manfaat Jaringan bagi masyarakat kondisi BEP

No. Uraian Satuan Nilai

1 Tenaga Perajangan

Jumlah Hari kerja Hari/bulan 26

Kapasitas Perajangan kg/orang/hari 50

Rata-Rata Perajangan ton/bulan 37,54

Produktifitas Perajangan ton/orang/bulan 1,3

Jumlah Tenaga Perajang orang 29

Pendapatan Tenaga Perajang Rp./orang/bulan 162,500Total Biaya Perajangan Rp./bulan 4.712.500

2 Luas Lahan dan Keterlibatan Petani

Produktifitas ton/ha/tahun 12,7755

Luas lahan petani ha/orang 0,2

Rata-Rata Produksi Aktual Ton/tahun 331,74

Kebutuhan Lahan Ha 26,00Jumlah Petani Terlibat orang 130

Page 228: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 17 Permasalahan Petani

Matriks Pendapat

1 2 3 4 5

AKSES PASAR ST ST ST ST ST ST

PERMODALAN ST ST ST ST ST ST

TEKNIK PENGOLAHAN T T ST ST T T

TEKNIK BUDIDAYA ST ST T T T T

NEGOSIASI R R ST ST ST ST

FASILITATOR SR R R R R R

TENAGA KERJA SR ST SR SR SR R

Skala PenilaianSANGAT RENDAHRENDAHSEDANGTINGGISANGAT TINGGI ST

RESPONDENAspek MasalahHASIL AGREGASI

SRRST

Page 229: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 18 Pengendalian Vertikal Industri terhadap Pemasok

Matriks Pendapat

1 2 3 4 5PRODUK Jenis Produk S S T T T T

Kemasan T T S S S SStandar produk T T ST ST T T

PASOKAN Frekuensi pasokan S T T S T TWaktu Pasokan S S T T T TJumlah per pengiriman R R T T T TJenis Angkutan SR SR SR R R R

HARGA dan Harga S S S T T TPEMBAYARAN Bentuk Pinalti R R S S S S

Cara Pembayaran S S T T S T

PEMERIKSAAN Pemeriksaan Mutu S S S T T SProsedur Pemrosesa S S R R R RPetugas Pengiriman R R S S S S

RESPONDENELEMEN PENGENDALIAN SUB-ELEMENHASIL AGREGASI

Page 230: Rekayasa Sistem Rantai Pasokan Bahan Baku Berbasis ... · Network-based supply chain system for raw materials of Pharmaceutical Agroindustry. Under the direction of IRAWADI JAMARAN,

Lampiran 19 Pengendalian Vertikal Pedagang terhadap Pemasok

Matriks Pendapat

1 2 3 4 5PRODUK Jenis Produk S S T T T T

Kemasan R R R S S RStandar produk T T S S S S

PASOKAN Frekuensi pasokan S T T S S SWaktu Pengiriman S S T T S SJumlah per pengiriman R R R SR R RJenis Angkutan SR SR R R R R

HARGA dan Harga S S T T T TPEMBAYARAN Bentuk Pinalti R R R S S R

Cara Pembayaran R R SR SR R R

PEMERIKSAAN Pemeriksaan Mutu S S S T T SProsedur Pemrosesan S S R R R RPetugas Pengiriman R R R S S R

RESPONDENELEMEN PENGENDALIAN SUB-ELEMENHASIL AGREGASI