10
1 Inflasi IHK November 2018 Tetap Terkendali INFLASI IHK Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2018 tetap terkendali atau berada dalam kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). Inflasi IHK pada November 2018 mencapai 3,23% (yoy), meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 3,16% (yoy). Kenaikan inflasi IHK didorong oleh peningkatan inflasi kelompok inti dan administered prices ditengah penurunan inflasi volatile food (Grafik 1). Secara bulanan, inflasi IHK pada November 2018 mencatat inflasi sebesar 0,27% (mtm) 1 , sedikit menurun dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 0,28% (mtm). Penurunan inflasi IHK bulanan pada November 2018 bersumber dari penurunan inflasi kelompok inti ditengah peningkatan inflasi kelompok volatile food dan administered prices (Grafik 2). Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara kumulatif sampai dengan November 2018 mencapai 2,50% (ytd) (Tabel 1). Grafik 1. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan Tabel 1. Disagregasi Inflasi November 2018 Hingga November 2018, inflasi berbagai daerah masih terkendali di rentang sasaran. Hampir seluruh provinsi mencatatkan inflasi IHK di dalam rentang sasaran inflasi nasional (3,5%±1%), kecuali Sulawesi Tengah, Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara yang masing-masing mencatatkan inflasi tahunan (yoy) sebesar 7,27%, 6,83%, 5,19%, dan 4,64% (Gambar 1). Tingginya inflasi di keempat provinsi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya inflasi angkutan udara dan berbagai komoditas ikan segar di sepanjang 2018. Selain itu, bencana alam di Sulawesi Tengah juga berkontribusi besar terhadap tingginya inflasi di provinsi ini. 1 Angka tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi IHK November tiga tahun terakhir sebesar 0,29% (mtm). RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2018 Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP)

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2018 Tim Pengendalian ... · 4 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. ... tomat sayur dan wortel

Embed Size (px)

Citation preview

1

Inflasi IHK November 2018 Tetap Terkendali

INFLASI IHK

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2018 tetap terkendali atau berada dalam

kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). Inflasi IHK pada November 2018 mencapai 3,23% (yoy), meningkat

dibandingkan bulan lalu sebesar 3,16% (yoy). Kenaikan inflasi IHK didorong oleh peningkatan inflasi

kelompok inti dan administered prices ditengah penurunan inflasi volatile food (Grafik 1). Secara

bulanan, inflasi IHK pada November 2018 mencatat inflasi sebesar 0,27% (mtm)1, sedikit menurun

dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 0,28% (mtm). Penurunan inflasi IHK bulanan pada November

2018 bersumber dari penurunan inflasi kelompok inti ditengah peningkatan inflasi kelompok volatile

food dan administered prices (Grafik 2). Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara kumulatif

sampai dengan November 2018 mencapai 2,50% (ytd) (Tabel 1).

Grafik 1. Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 2. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan

Tabel 1. Disagregasi Inflasi November 2018

Hingga November 2018, inflasi berbagai daerah masih terkendali di rentang sasaran. Hampir

seluruh provinsi mencatatkan inflasi IHK di dalam rentang sasaran inflasi nasional (3,5%±1%), kecuali

Sulawesi Tengah, Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara yang masing-masing mencatatkan inflasi

tahunan (yoy) sebesar 7,27%, 6,83%, 5,19%, dan 4,64% (Gambar 1). Tingginya inflasi di keempat

provinsi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya inflasi angkutan udara dan berbagai

komoditas ikan segar di sepanjang 2018. Selain itu, bencana alam di Sulawesi Tengah juga

berkontribusi besar terhadap tingginya inflasi di provinsi ini.

1 Angka tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi IHK November tiga tahun terakhir sebesar 0,29% (mtm).

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2018

Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP)

2

Secara bulanan, hampir seluruh daerah mencatatkan inflasi pada November 2018. Inflasi

bulanan (mtm) tertinggi terjadi di Kawasan Timur Indonesia (0,38%), disusul Jawa (0,29%) dan

Sumatera (0,11%) (Gambar 2). Secara provinsi, inflasi tertinggi terjadi di Sulawesi Utara (1,84%)

didorong oleh kenaikan harga tomat sayur, angkutan udara, dan cabai rawit. Di sisi lain, terdapat lima

provinsi yang mencatatkan deflasi, yang mana deflasi terdalam terjadi di Sumatera Utara (-0,51%)

karena kembali normalnya harga cabai merah dan rawit setelah meningkat selama tiga bulan terakhir.

Secara umum, inflasi berbagai daerah dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas angkutan udara,

bawang merah, beras, dan bensin, meski tertahan oleh deflasi komoditas cabai merah dan daging ayam

ras.

Gambar 1. Peta Inflasi Daerah Tahunan

Gambar 2. Peta Inflasi Daerah Bulanan

Inflasi tahun 2018 diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%. Dengan

perkembangan terkini, inflasi IHK tahun 2018 diperkirakan sebesar 3,2% (yoy)2. Koordinasi kebijakan

Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi terus diperkuat, terutama sebagai

antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food.

INFLASI INTI Inflasi inti tetap terkendali. Inflasi inti tercatat sebesar 3,03% (yoy), meningkat dari bulan lalu

sebesar 2,94% (yoy) yang didorong oleh kenaikan inflasi inti traded dan non traded (Grafik 3). Sejalan

dengan itu, inflasi inti kelompok barang dan jasa juga meningkat dibandingkan bulan sebelumnya

(Grafik 4). Kenaikan inflasi barang didorong baik oleh kelompok barang durable maupun nondurable

(Grafik 5). Sementara itu di kelompok jasa, kenaikan inflasi inti jasa terutama didorong oleh kenaikan

inflasi jasa perumahan dan komunikasi. Selanjutnya, kenaikan inflasi inti bersumber dari kenaikan

inflasi kelompok non pangan ditengah kelompok pangan yang stabil (Grafik 6). Terkendalinya inflasi

inti hingga November 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam

mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai

fundamentalnya. Secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,22% (mtm), menurun dibandingkan

inflasi bulan lalu sebesar 0,29% (mtm)3. Inflasi inti bulan ini terutama disumbang oleh upah tukang

bukan mandor, cat tembok, tarif sewa rumah, tarif pulsa ponsel dan emas perhiasan.

2 Proyeksi Bank Indonesia November 2018. 3Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi inti November tiga tahun terakhir sebesar 0,15% (mtm).

3

Grafik 3. Inflasi Inti Traded dan Non Traded (yoy)

Grafik 4. Inflasi Inti Barang dan Jasa (yoy)

Grafik 5. Inflasi Barang Durable dan Barang Non

Durable (yoy)

Grafik 6. Inflasi Inti Food– Non Food (yoy)

Inflasi inti traded meningkat sejalan dengan perkembangan faktor eksternal. Inflasi inti traded

pada November 2018 tercatat sebesar 2,80% (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 2,65%

(yoy) meski tekanan depresiasi Rupiah berkurang yang diiringi oleh koreksi harga komoditas global

(Grafik 7). Nilai tukar Rupiah terdepresiasi 8,53% (yoy) pada November 2018, menurun dibandingkan

depresiasi bulan sebelumnya (12,18% yoy). Sementara itu, harga komoditas global (IHIM) kembali

mengalami deflasi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari deflasi 13,65% (yoy)

menjadi deflasi 22,86% (yoy). Deflasi IHIM yang lebih dalam tersebut bersumber dari koreksi harga

global pangan, besi baja dasar, emas, dan minyak ditengah inflasi harga global kapas. Harga global

minyak mengalami deflasi 0,27% (yoy), pertama kali selama 16 bulan terakhir, didorong oleh

peningkatan pasokan yang bersumber dari kenaikan produksi AS dan OPEC ditengah penurunan

permintaan. Secara bulanan inflasi inti traded sedikit meningkat dari 0,28% (mtm) menjadi 0,30%

(mtm) ditengah nilai tukar rupiah yang lebih apresiatif dan deflasi harga global yang lebih dalam dari

bulan lalu. Rupiah mengalami apresiasi sebesar 3,41% (mtm) pada bulan ini dibandingkan bulan lalu

yang mengalami depresiasi sebesar 2,07% (mtm). Harga komoditas global komposit mengalami deflasi

sebesar 11,03% (mtm), lebih dalam dibanding deflasi bulan lalu sebesar 2,49% (mtm). Kenaikan inflasi

inti traded tersebut terutama didorong oleh kelompok inti traded pangan ditengah inflasi traded non

pangan yang tercatat stabil dibandingkan bulan lalu (Grafik 8). Inflasi inti traded pangan meningkat

dari 0,13% (mtm) menjadi 0,26% (mtm) terutama didorong oleh kenaikan harga global beberapa

komoditas pangan, yakni gula, jagung, kedelai, daging ayam, dan daging sapi ditengah koreksi harga

CPO, gandum dan bawang putih. Sementara itu, inflasi inti traded non pangan stabil pada level 0,31%

(mtm) terutama disumbang oleh komoditas cat tembok dan emas perhiasan.

4

Grafik 7. Tekanan Eksternal – Nilai Tukar dan IHIM

Grafik 8. Inflasi Inti Traded (mtm)

Tabel 2. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Inti Bulanan November 2018

No. KomoditasInflasi/Deflasi

(% mtm)

Sumbangan

(% mtm)Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi dan Deflasi Terdalam (% mtm)

INFLASI

1 TUKANG BUKAN MANDOR 0.87 0.01 Sulawesi Tengah (13,51%), Maluku (7,20%), dan Kalimantan Utara (4,54%)

2 SEWA RUMAH 0.32 0.01 Papua Barat (1,52%), Bangka Belitung (1,31%), dan Riau (0,82%)

3 TARIP PULSA PONSEL 0.55 0.01 Sumatera Utara (2,41%), Riau (2,08%), dan Sumatera Barat (1,78%)

4 CAT TEMBOK 2.52 0.01 Bengkulu (10,94%), Lampung (7,58%), dan Jawa Barat (5,66%)

5 EMAS PERHIASAN 0.42 0.01 Gorontalo (1,88%), Riau (1,85%), dan Kalimantan Barat (1,78%)

DEFLASI

1 BATU BATA/BATU TELA -1.5 -0.01 Jawa Barat (-4,42%), Jawa Tengah (-0,75%), dan Banten (-0,17%)

Kenaikan inflasi inti non traded terjadi pada kelompok jasa. Pada bulan November 2018, inflasi

inti non traded meningkat dari 3,17% (yoy) menjadi 3,21% (yoy) (Grafik 3). Peningkatan inflasi

tersebut bersumber dari peningkatan inflasi kelompok jasa yang bersumber dari jasa perumahan dan

jasa komunikasi (Grafik 9). Secara bulanan, inflasi inti non traded menurun dari 0,29% (mtm) menjadi

0,16% (mtm) bersumber dari penurunan inflasi baik kelompok pangan maupun non pangan (Grafik

10). Inflasi inti non traded non pangan menurun dari 0,35% (mtm) menjadi 0,18% (mtm) terutama

bersumber dari tekanan inflasi sewa rumah, kontrak rumah, dan upah pembantu RT yang mereda pada

bulan ini sesuai pola musimannya. Inflasi sewa rumah, kontrak rumah dan upah pembantu RT pada

November 2018 menurun dari masing-masing sebesar 0,95%, 0,49% dan 0,61% menjadi 0,32%, 0,08%

dan 0,11% (Grafik 11). Sementara itu, upah tukang bukan mandor meningkat dari 0,03% (mtm)

menjadi 0,87% (mtm) (Grafik 12) sehingga menahan penurunan inflasi non traded non pangan lebih

lanjut pada bulan ini.

Grafik 9. Komponen Inflasi Inti Jasa (yoy)

Grafik 10. Inflasi Inti Non Traded (mtm)

5

Grafik 11. Inflasi Sewa Rumah dan Kontrak Rumah (mtm)

Grafik 12. Inflasi Tukang Bukan Mandor (mtm)

Tekanan permintaan domestik meningkat terbatas. Indikator demand sensitive to inflation dan core

flexible price meningkat pada November 2018 masing-masing menjadi sebesar 2,92% (yoy) dan 3,71%

(yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,82% (yoy) dan 3,58% (yoy) (Grafik 13).4 Peningkatan

tekanan permintaan yang masih terbatas ini tercermin pula dari pertumbuhan kredit konsumsi dan

M2. Pertumbuhan kredit konsumsi menurun dari 11,66% (yoy) ke 11,53% (yoy) di bulan Oktober

2018. Sementara itu, pertumbuhan M2 meningkat menjadi 7,20% (yoy) dibandingkan bulan

sebelumnya sebesar 6,70% (yoy).

Grafik 13. Core Flexible Price dan Demand

Sensitive to Inflation

Grafik 14. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast,

CPI Sticky Price dan Core Sticky Price

Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi.

Ekspektasi inflasi tahun 2018 yang terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei

Consensus Forecast (CF) bulan November 2018 yaitu sebesar 3,30% (average yoy), kembali menurun

dibandingkan hasil survei bulan lalu sebesar 3,40% (average yoy). Sementara itu ekspektasi inflasi

yang ditunjukkan oleh indikator core sticky price5 meningkat pada November 2018 (Grafik 14). Di

sektor riil, ekspektasi inflasi dari pedagang eceran meningkat untuk 3 bulan kedepan seiring dengan

potensi peningkatan permintaan pada awal tahun 2019. Sementara itu, ekspektasi pedagang eceran

untuk 6 bulan ke depan sedikit menurun (Grafik 15). Di sisi lain, ekspektasi inflasi dari konsumen

menunjukkan penurunan untuk 3 dan 6 bulan ke depan (Grafik 16).

4 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini. 5 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa.

6

Grafik 15. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 16. Ekspektasi Inflasi Konsumen

INFLASI VOLATILE FOOD

Inflasi kelompok volatile food meningkat dibandingkan bulan lalu namun lebih rendah dari

historisnya. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 0,23% (mtm), lebih tinggi dari bulan

sebelumnya yaitu sebesar 0,17% (mtm) namun lebih rendah dari rata-rata historis bulan November

tiga tahun terakhir sebesar 0,86% (mtm). Inflasi volatile food pada bulan November 2018 terutama

bersumber dari komoditas bawang merah, beras, telur ayam ras, tomat sayur dan wortel. Sementara

itu, penurunan harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, minyak goreng dan melon

menahan kenaikan inflasi volatile food lebih lanjut (Tabel 3).

Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food November 2018 (mtm)

Awal musim penghujan mendorong kenaikan harga bawang merah. Pada bulan ini, inflasi

bawang merah mencapai 8,58% (mtm), meningkat dari bulan lalu sebesar 4,42% (mtm). Lebih

tingginya inflasi bawang merah disebabkan karena berkurangnya pasokan dari wilayah sentra seiring

dengan awal musim penghujan yang jatuh di bulan November. Pada musim penghujan, jumlah petani

yang menanam bawang merah lebih sedikit dibandingkan normalnya seiring dengan meningkatnya

risiko hama penyakit dan sulitnya proses pengeringan6. Meningkatnya inflasi bawang merah

tercermin dari berkurangnya pasokan di Pasar Induk Kramat Jati DKI Jakarta yakni dari 2.284 ton

menjadi 2.029 ton pada bulan November7. Sejalan dengan itu, deflasi harga bawang putih bulan ini

tidak sedalam bulan sebelumnya yaitu dari deflasi 1,64% (mtm) menjadi deflasi 0,04% (mtm). Hal ini

disebabkan karena lebih rendahnya pasokan impor yaitu dari 62.268 ton menjadi 26.182 ton pada

6 Sumber: https://www.liputan6.com/regional/read/3682306/suara-petani-brebes-usai-harga-bawang-merah-jatuh. 7 Angka pasokan sampai dengan pekan III November 2018 dibandingkan dengan periode yang sama di bulan Oktober 2018.

7

bulan Oktober di tengah penurunan harga bawang putih global. Dengan perkembangan tersebut,

harga bawang merah mencapai Rp25.891/kg, masih lebih rendah dari harga acuan sebesar

Rp32.000/kg di tingkat konsumen. Sementara harga bawang putih mencapai Rp24.891/kg. Secara

tahunan, pada November 2018, inflasi bawang merah dan bawang putih mencapai 1,38% (yoy) dan

0,85% (yoy), meningkat dari deflasi pada akhir tahun 2017 yakni masing-masing sebesar 28,06%

(yoy) dan 34,09% (yoy) (Grafik 17 dan 18).

Grafik 17. Inflasi dan Harga Bawang Merah

Grafik 18. Inflasi dan Harga Bawang Putih

Sementara itu, telur ayam ras mengalami inflasi sesuai polanya menjelang akhir tahun. Pada

November 2018, telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 1,60% (mtm) setelah deflasi dalam tiga

bulan berturut-turut. Inflasi telur ayam ras pada bulan ini sesuai polanya menjelang Natal dan Tahun

Baru. Selain itu, inflasi juga didorong oleh kenaikan permintaan saat perayaan Maulid Nabi pada

pertengahan November. Di sisi lain, harga daging ayam ras bulan ini justru mengalami penurunan

yaitu sebesar 0,77% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, harga telur ayam ras dan daging ayam

ras masih berada di bawah harga acuan. Harga telur ayam ras mencapai Rp22.385/kg, di bawah

harga acuan sebesar Rp23.000/kg (Grafik 19). Sementara itu, harga daging ayam ras mencapai

Rp33.656/kg, di bawah harga acuan sebesar Rp34.000/kg (Grafik 20)8. Secara tahunan, inflasi telur

ayam ras dalam tren menurun paska HBKN hingga mencapai 3,50% (yoy) pada November 2018, lebih

rendah dari akhir tahun lalu. Sebaliknya, inflasi daging ayam ras masih dalam tren meningkat sejak

akhir tahun lalu hingga mencapai 11,08% (yoy) pada November 2018.

Grafik 19. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras

Grafik 20. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras

Meningkatnya pasokan mendorong deflasi aneka cabai. Upaya Pemerintah mengamankan

8 Permendag No. 96/2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen

tanggal 21 September 2018.

8

pasokan saat HBKN akhir tahun berhasil menurunkan harga cabai merah dan cabai rawit. Harga cabai

merah dan cabai rawit bulan ini mengalami penurunan yaitu masing-masing deflasi sebesar 5,49%

(mtm) dan 4,16% (mtm). Deflasi aneka cabai bulan ini berbeda dengan pola seasonalnya di bulan

November yang mengalami inflasi. Penurunan harga aneka cabai disebabkan oleh adanya panen di

wilayah sentra seiring intensifnya upaya Pemerintah dalam mengamankan pasokan cabai menjelang

Natal dan Tahun Baru. Pada November, diperkirakan produksi cabai rawit mencapai 12 ribu ton dan

cabai merah sebesar 10 ribu ton yang tersebar di wilayah Jawa, Sumatera dan Nusa Tenggara9.

Meningkatnya pasokan cabai tercermin pada pasokan di Pasar Induk Kramat Jati DKI Jakarta yang

mencapai 2.691 ton, lebih tinggi dari bulan lalu yaitu sebesar 2.464 ton10. Dengan perkembangan

tersebut, secara tahunan, cabai merah mengalami deflasi sebesar 2,69% (yoy) dengan level harga

sebesar Rp31.427/kg, meningkat dari akhir tahun lalu yang mencatat deflasi sebesar 19,09% (yoy).

Sementara itu, cabai rawit mengalami inflasi sebesar 24,72% (yoy) dengan level harga sebesar

Rp31.073/kg, meningkat dari akhir tahun lalu yang mencatat deflasi sebesar 33,89% (yoy) (Grafik 21

dan 22).

Grafik 21. Inflasi dan Harga

Cabai Merah

Grafik 22. Inflasi dan Harga

Cabai Rawit

Grafik 23. Inflasi dan Harga

Beras

Harga beras mengalami kenaikan seiring dengan lebih rendahnya pasokan. Setelah mengalami

inflasi yang rendah dalam delapan bulan terakhir dibandingkan historisnya (2012-2016), inflasi

beras bulan November meningkat relatif signifikan. Inflasi beras bulan November 2018 mencapai

0,72% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu (0,23%, mtm), inflasi bulan November 2017

(0,66%, mtm) dan historisnya (0,60%, mtm). Kenaikan harga beras di tingkat konsumen tersebut

seiring dengan kenaikan harga gabah di tingkat petani dan penggilingan. Kenaikan harga gabah

mencapai sekitar 3% (mtm)11, lebih tinggi dari historisnya (2%, mtm) seiring dengan berkurangnya

intensitas panen. Berkurangnya intensitas panen tercermin pada berkurangnya penyerapan dalam

negeri oleh Bulog yakni dari 23.234 ton pada bulan sebelumnya menjadi 12.702 ton. Inflasi beras

lebih jauh tertahan oleh penyaluran Operasi Pasar yang cukup besar di bulan ini yakni mencapai

61.123 ton sehingga selama Januari-November 2018 telah tersalurkan Cadangan Beras Pemerintah

(CBP) sebanyak 450.845 ton, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Besarnya Operasi Pasar didukung

oleh pasokan impor, sehingga stok beras di Bulog masih terjaga di level 2,28 juta ton12. Dengan

9Kebijakan Pemerintah yang dilakukan antara lain berupa pengembangan kawasan cabai. Sumber:

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/03/182235526/petani-champion-siap-amankan-pasokan-cabai-natal-dan-

tahun-baru. 10 Angka pasokan sampai dengan pekan III November 2018 dibandingkan dengan periode yang sama di bulan Oktober 2018. 11 Dibandingkan bulan lalu, rata-rata harga GKP di tingkat petani pada November 2018 naik 3,64% (mtm) menjadi Rp5.116/kg. GKP di tingkat penggilingan juga naik 3,43% (mtm) menjadi Rp5.212/kg. Sementara itu, GKG di tingkat petani naik 3,28% (mtm) menjadi Rp5.646/kg, sedangkan GKG di tingkat penggilingan naik 3,34% (mtm) menjadi Rp5.754/kg. 12 Bulog, November 2018.

9

perkembangan tersebut, inflasi beras pada November mencapai 4,44% (yoy) dan harga beras rata-

rata mencapai Rp11.627/kg13 (Grafik 23). Meski terus mengalami perlambatan sejak bulan Maret

2018, inflasi beras tersebut masih lebih tinggi dari level akhir tahun 2017 sebesar 3,47% (yoy).

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan November 2018, inflasi volatile food masih

dalam tren kenaikan sejak awal tahun. Pada November 2018, inflasi volatile food mencapai 4,32%

(yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,48% (yoy), namun lebih tinggi dari tahun 2017

sebesar 0,71% (yoy). Kenaikan inflasi volatile food sampai dengan bulan November 2018

dibandingkan tahun lalu terutama bersumber dari deflasi komoditas hortikultura yang tidak sedalam

tahun lalu di tengah melambatnya inflasi beras dan aneka daging serta telur (Grafik 24). Kenaikan

inflasi volatile food lebih lanjut tertahan oleh tren penurunan harga komoditas pangan global (Grafik

25).

Grafik 24. Sumbangan ytd Inflasi Pangan Grafik 25. Harga Pangan Domestik dan Global

INFLASI ADMINISTERED PRICES

Inflasi kelompok administered prices meningkat terutama didorong kenaikan inflasi tarif

angkutan udara dan Bahan Bakar Khusus (BBK). Kelompok administered prices mencatat inflasi

sebesar 0,52% (mtm), lebih tinggi dari bulan lalu yaitu sebesar 0,32% (mtm) dan historis bulan

November tiga tahun terakhir sebesar 0,18% (mtm). Tarif angkutan udara mengalami inflasi sebesar

5,18% (mtm) setelah mencatat deflasi selama empat bulan berturut-turut seiring peningkatan

permintaan menjelang akhir tahun. Sementara itu, kenaikan inflasi bensin pada bulan ini masih

dipengaruhi oleh kenaikan harga Bahan Bakar Khusus pada Oktober 201814. Selain kedua komoditas

tersebut, kenaikan inflasi rokok kretek filter dan rokok kretek juga turut menjadi pendorong inflasi

kelompok administered prices pada bulan ini.

13 Rata-rata seluruh jenis beras dari data PIHPS. 14 Pertamax sebesar Rp900/l, Pertamax Turbo sebesar Rp1550/l, Pertamina Dex sebesar Rp1350/l dan Dexlite sebesar

Rp1500/l per 10 Oktober 2018 seiring dengan kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah.

10

Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Administered Prices November 2018 (mtm)

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan November 2018, inflasi administered prices

masih melanjutkan tren perlambatan sejak Juli 2017. Pada November 2018, inflasi kelompok

administered prices sebesar 3,07% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu 2,74% (yoy),

namun lebih rendah dari akhir tahun 2017 yaitu 8,70% (yoy). Perlambatan tersebut terutama

didorong oleh perlambatan inflasi tarif listrik sejalan dengan berlalunya dampak kenaikan tarif

listrik non subsidi daya 900 VA pada tahun 2017. Sementara itu, inflasi bensin dan solar sedikit

meningkat dari akhir tahun lalu yang bersumber dari BBK. (Grafik 26 dan 27).

Grafik 26. Inflasi Komoditas Strategis Administered Prices

Grafik 27. Harga Bahan Bakar Khusus dan Minyak Dunia

Jakarta, 3 Desember 2018

Divisi Asesmen Inflasi

Divisi Asesmen Ekonomi Regional

Grup Asesmen Ekonomi

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter