39
KELOMPOK VII Febe Septiana 11130210113 Felicia 11130210129 Iren Vivianti 11130210131 Steffi Aprilda N.L 11130210133

religiositas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

religiositas merupakan mata kuliah wajib universitas

Citation preview

KELOMPOK VIIFebe Septiana 11130210113Felicia 11130210129Iren Vivianti 11130210131Steffi Aprilda N.L 11130210133

Pengertian dan Relevansi

Manusia mengimani Tuhan bermukim di dunia.

Iman diwujudkan dalam kehidupan di dunia.Hubungan antara Tuhan dan dunia

merupakan hal penting dalam proses praktik keberimanan manusia.

Hubungan antara Tuhan dan duniaMeliputi :Bahasa untuk membicarakan Tuhan.Tuhan yang transeden sekaligus imanen.Konsep penciptaan.Kebebasan manusia di hadapan Tuhan.Kejahatan dan penderitaan di dunia.

Bahasa yang Dapat Digunakan untuk Berbicara tentang TuhanPada umumnya manusia dari agama

manapun menggambarkan Tuhan sebagai baik, bijaksana, berbelaskasih, adil, penyayang, dll.

Orang beriman secara rasional akan mengatakan bahwa gambaran tentang Tuhan seperti itu harus dicermati lebih dalam.

Menurut sebagian orang, manusia tidak bisa memahami Tuhan dengan akalnya,nalar manusia tidak sanggup membuat gagasan menyeluruh dan lengkap tentang Tuhan.Nalar manusia sangat terbatas.

Hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang beriman secara rasional. Mereka akan berusaha mempertanggungjawabkan imannya secara rasional dengan nalarnya yaitu dengan bahasa dialektis, bahasa analogis, dan bahasa simbol.

1. Bahasa DialektisOrang berpijak pada dua pengandaian:

Pertama : Tuhan bukan objek

Artinya Tuhan tidak bisa dialami dan dibahas berdasarkan pengamatan manusia seperti objek inderawi seperti kursi,meja,rumah, tetapi dialami oleh manusia dalam mengalami objek – objek.

Tuhan adalah transendental. Tuhan menjadi cakrawala yang memungkinkan manusia memahami dan mengalami semua jenis pengalaman dan pengetahuan mengenai objek inderawi.

Kedua : Bahasa manusia tentang objek-objek inderawi adalah bahasa yang tidak terlepas ruang dan waktu.

Artinya bahasa yang dipakai dalam kehidupan manusia disatu sisi dapat menjelaskan hakikat dari sesuatu, di sisi lain dapat membatasi hakikat itu sendiri.

Kesimpulan dari dua pengandaian tersebut adalah bahasa manusia terbatas untuk membahasakan Tuhan tetapi manusia harus tetap berusaha karena usaha tersebut merupakan wujud konkrit dari dorongan sadar manusia untuk selalu berhubungan secara akrab dengan Tuhan.

Bahasa Dialektis Mewujud dalam Tiga JalanJalan penyataan

Manusia menyatakan Tuhan dengan nilai seperti baik,adil,kuasa,dll. Semua hal positif di dunia sudah pasti ada pada Tuhan.

Jalan penyangkalanJalan ini disebut via negativa. Manusia membahasakan Tuhan dengan cara negatif seperti Tuhan tidak jahat, Tuhan baik tetapi tidak seperti manusia, Tuhan besar tetapi tidak seperti alam semesta

Jalan transendensi atau pelampauanBahasa yang dipakai melampaui keterbatasan bahasa manakala membicarakan atau membahasakan Tuhan.

2. Bahasa AnalogiAnalogi menekankan bahwa di satu pihak arti

tentang sesuatu sama, di lain pihak ada perbedaannya.

Bahasa analog melampaui tiga jalan dialektis.Contoh : Orang menyatakan bahwa Tuhan

baik. Kebaikan Tuhan itu di satu sisi sama dengan kebaikan manusia, pada sisi lain tidak sama dengan kebaikan manusia.

3. Bahasa SimbolBahasa simbol lebih memadai untuk

mengungkapkan pengalaman tentang Tuhan.

Simbol bukan merupakan tanda yang mewakili sesuatu, sesuatu yang dimaksud hadir, lebih besar dan sempurna dari simbol itu sendiri.

Bahasa simbol hanya bermakna dan berfungsi bagi orang yang mengimani Tuhan di jalan yang sama. Contoh : Salib sebagai simbol Tuhan Yesus hanya

bermakna bagi penganut Kristen.Kabah sebagai simbol kehadiran Allah hanya

berfungsi bagi pemeluk Islam.Patung Buddha Gautama sebagai simbol diri

absolut atau tercerah bagi pemeluk Buddha.

Tuhan yang Transenden Sekaligus Imanen

Pertama, kesatuan transedensi dan imanen

Kedua, monisme, dualisme dan

politeisme

Kesatuan Transendensi dan Imanensi

Refleksi mengenai jalan menuju Tuhan menyadarkan manusia bahwa segala sesuatu yang dijalani dan dialami dalam hidup sehari-hari, hanya bisa dijelaskan bila manusia mengakui bahwa ada realitas yang mutlak, transenden, dan personal

Realitas mutlak, transenden, dan personal itu adalah Tuhan. Yang mutlak, transenden, dan personal itu memampukan manusia untuk memaknai hidup, sanggup menggunakan hati nurani, memilih yang baik menghindari yang buruk, dan sebagainya.

Mutlak, Transenden dan Personal

Mutlak artinya realitas itu betul-betul ada dan tak terbatas.

Transenden artinya kesanggupan manusia memaknai hidup, menggunakan hati nurani, mengutamakan hal-hal yang baik dsb.

Personal artinya yang mutlak dan transenden itu dialami dalam pengalamannya sebagai manusia.

Bagaimana Hubungan Realitas Mutlak, Transenden dan Personal itu ?Pertama, hubungannya bersifat transenden.Kedua, meskipun Ia transenden dan tak

terbatas, Ia sekaligus imanenTuhan itu jauh dari dunia sekaligus dekat

dengan dunia. Oleh karena itu orang beriman dapat menemukan Tuhan yang maha segalanya dalam segalanya yang ada di dunia.

Monisme, Dualisme, dan Politeisme

Monisme adalah keyakinan bahwa segala yang ada merupakan suatu kesatuan, dan pada akhirnya segala-galanya adalah satu.

Panteisme adalah keyakinan bahwa Yang Ilahi bersemayam dalam segala-galanya.

Dualisme adalah keyakinan bahwa realitas terdiri dari dua prinsip yang saling berlawanan;hitam-putih, baik-buruk, kiri-kanan.

Politeisme adalah keyakinan pada dewa-dewi.

Perbedaan Panteisme dan paham Tuhan yang Transenden

Bagi panteisme, dunia ini dapat dipikirkan jika ada Yang Ilahi dan Yang Ilahi dapat dipikirkan jika ada dunia.Bagi paham Tuhan yang transenden, dunia ini dapat dipikirkan jika ada Yang Ilahi dan Yang Ilahi bisa dipikirkan tanpa harus tergantung pada dunia.

Catatan tentang Transendensi dan Imanensi: Masalah Kesatuan dan KemajemukanDua model kesatuan menurut Thomas Aquinas :

Unum in se : satu pada diri sendiriUnum ordinis : satu karena

ketearahan

Unum ordinis bisa ada jika ada unum in se.

Hukum MetafisikMakin tinggi tingkat kemengadaan pengada,

makin unik dan tak tergantikan identitasnya.Makin tinggi kesatuan antara dua pengada di

mana mereka justru mencapai kesatuan dan identitas masing-masing yang paling tinggi.

Hubungan Yang Ilahi dengan dunia lebih tepat dipahami menurut pola cinta kasih.

Konsep PenciptaanBerdasarkan tradisi Abrahamistik, Tuhan

menciptakan alam semesta dari ketiadaan.Penciptaan dari ketiadaan disebut creatio ex

nihilo sui et subjecti yang artinya penciptaan dari ketiadaan dan tanpa adanya materi dasar.

Maksud ketiadaan ialah sebelum ada alam semesta seperti sekarang, tidak ada alam semesta dalam bentuk apapun.

Sekilas1. Agama Abrahamistik atau Samawi atau agama

langit adalah agama yang dipercaya oleh para pengikutnya dibangun berdasarkan wahyu Allah.

2. Beberapa pendapat menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika:

Mempunyai definisi Tuhan yang jelas. Mempunyai penyampai risalah (Nabi/Rasul). Mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan yang

diwujudkan dalam Kitab Suci.3. Di dunia ini agama-agama besar yang dianggap

agama samawi diantaranya Yahudi, Kristen, Islam.

4. Saat ini di dunia diperkirakan ada sekitar 3,7 milyar orang pemeluk agama Abrahamik.

Peta menunjukkan penyebaran yang luas dari agama “Abrahamik” (ungu) di masing-masing negara.

5 hal penting dan mendasar yang menjadi pegangan para pemeluk agama Abrahamistika. Tuhan berada di luar kerangka waktu.b. Alam raya tidak bersifat mutlak karena

mengandaikan sang pencipta.c. Tuhan memberi kehidupan, potensi, dan roh.d. Tuhan yang memberdayakan makhluk yang

berubah dan menghasilkan sesuatu yang baru.

e. Allah itu transenden dan sama sekali tidak tergantung pada alam semesta dan manusia.

Kebebasan Manusia

2 pertanyaan besar dan penting dalam usaha memahami dan menghayati kebebasan manusia dalam kaitan dengan keberimanan :1. Apakah Tuhan mengendalikan manusia

sehingga manusia tidak bisa bebas?

Jawab : Tuhan menciptakan agar manusia memanfaatkan segenap daya hidup dan potensinya untuk bertanggungjawab di hadapan-Nya. Jika Tuhan mengendalikan hidup manusia, maka tanggung jawab tidak mungkin dihadapkan dari manusia.

2. Jika Tuhan mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi pada masa datang, khususnya bagi manusia, apakah manusia sungguh-sungguh bebas?Jawab :1. Pada kenyataannya apa yang dialami dan

diketahui adalah bahwa manusia bebas.2. Ada batas prinsipil dalam memahami Tuhan.

Manusia bisa berbicara tentang Yang Ilahi tapi tidak pernah bisa seutuhnya masuk ke kawasan Pengetahuan Yang Ilahi.

Jika Tuhan mahaadil mengapa bencana alam di dunia ini ?

Jika Tuhan mahaadil megapa banyak

pengganguran di dunia ini ?? Jika Tuhan

mahaadil mengapa

aku tetap miskin

dan menderita ?

Deretan pertanyaan di atas merupakan gugatan terhadap Tuhan dengan segala atribut kemahaan-Nya.

Dua hal besar itu merupakan masalah teodisea . Teodisea berasal dari kata “ theos” yang artinya Tuhan dan “ dike “ yang berarti keadilan .

Sedangkan, menurut Gottfried Wilhelm Leibniz, Teodisea yaitu paham pembenaran Allah yang artinya adanya kejahatan dan penderitaan kelihatan bertentangan dengan eksistensi Allah yang Mahatahu, Mahabaik, Mahakuasa, sehingga Allah seakan – akan perlu dibenarkan.

• Keburukan Moral ( malum morale ) menyangkut sikap moral manusia . Kejahatan ini menimbulkan penderitaan bagi manusia merupakan fakta bahwa manusia bisa berkemauan dan berbuat jahat . Jadi meskipun manusia dapat berbuat baik karena kebebasannya disamping itu ia juga dapat berbuat Jahat dengan kebebasannya .

• Bagi manusia yang mengalami penderitaan akibat keburukan moral harus disadari betul bahwa manusia memiliki batas memahaminya secara filofis karena tidak bisa menyelidiki motivasi – motivasi Tuhan .

Keburukan Fisik ( Malum physicum ) menyangkut ketidakberesan objektif dialam, misalnya bencana alam .

Ada 3 jawaban untuk keburukan fisik ini : Sebagian orang mengatakan “bencana alam “

merupakan hukuman dari Tuhan

Sebagian orang mengatakan dunia yang relatif dan terbatas ini tak mungkin tanpa penderitaan , kegagalan , atau kerusakan

Sebagian orang mengatakan dengan keras bahwa

manusia tidak berada dalam posisi berhak Menggugat Tuhan .

Yang perlu manusia lakukan menghadapi keburukan moral yaitu mengelola persoalan ini dengan akal sehat dan hati yang jernih sebagai wujud dari tanggung jawab yang ada dalam diri manusia.

Dan saat menghadapi keburukan fisik yaitu cukuplah “ percaya “ Bencana alam bukan dikehendaki Tuhan melainkan Tuhan tidak mencegahnya karena kehendak-Nya untuk menciptakan alam dan manusia seperti itu . Pada titik tertentu dalam perjalanan hidup manusia di dunia ini, manusia harus mengakui ada misteri besar di hadapan-Nya.

Manusia beriman memang harus mempertanggungjawabkan imannya secara rasional, bisa juga dengan mempertimbangkan kembali providentia Dei atau penyelenggaraan Tuhan saat menciptakan universum, khususnya manusia.

Providentia Dei dalam kondisi dasar manusia mengandung arti determinen . Tuhanlah yang menentukan secara mutlak manusia dengan kondisi dasar seperti manusia.

Providentia Dei berubah sebagai tawaran dengan mengandung dua aspek penting seperti :

Tuhan menghargai manusia yang memiliki daya – daya spiritual dan kebertubuhannya untuk menyelesaikan persoalan penderitaan manusia

Dengan daya – daya spiritual dan kebertubuhan itu , manusia dapat merespon malum physicum yang terjadi dalam universum ( alam semesta ).

Manusia dapat menggunakan daya – daya spiritual dan kebertubuhannya untuk menyelesaikan persoalan penderitaan manusisa .

Disamping itu manusia dapat merancang strategi sebagai antisipasi terhadap penderitaan yang bisa saja akan terjadi dan menimpa manusia . Antisipasi itu melibatkan kondisi dasar manusia .

Tukang Cukur yang Mempertanyakan Adanya TuhanSeorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.

“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, apa yang terjadi di jalanan itu menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak ada? Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, mengapa ada orang sakit??, mengapa ada anak terlantar??"

"Jika Tuhan ada, pastilah tidak akan ada orang sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker, istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,” Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana,”

Si konsumen menambahkan.“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!” sanggah si tukang cukur.”Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.” Itulah point utama-nya!.

Sama dengan Tuhan, Tuhan itu juga ada, tapi apa yang terjadi… orang-orang tidak mau datang kepada-Nya, dan tidak mau mencari-Nya. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”http://www.apakabardunia.com/2011/05/kisah-tukang-

cukur-yang-mempertanyakan.html

Pertanyaan Apakah pendapat Anda mengenai hubungan

antara Tuhan dan dunia dalam proses praktik keberimanan manusia dan upaya yang tepat untuk menjaga hubungan antara Tuhan dan dunia?

Apakah Tuhan harus memaksa manusia untuk datang kepada-Nya baru dunia tidak ada penderitaan? Berikan juga alasannya.

Menurut Anda, bahasa apa yang paling tepat untuk membahasakan Tuhan, berikan contoh nyata dalam kehidupan sehari - hari?