58
1 Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK TAHUN 2015-2019 Revisi Tahun 2017 Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TAHUN 2017

RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

  • Upload
    phamnga

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

1

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK TAHUN 2015-2019

Revisi Tahun 2017 Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

TAHUN 2017

Page 2: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

2

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

SAMBUTAN Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR 3

BAB I. PENDAHULUAN 5

I. LATAR BELAKANG 5 II. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN 6 A. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 6 B. Penyakit Terabaikan 9 III. LINGKUNGAN STRATEGIS 10 A. Lingkungan Strategis Nasional 10 B. Lingkungan Strategis Regional 12 C. Lingkungan Strategis Global 13 BAB II. TUJUAN DAN SASARAN STATEGIS DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN 15

PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK 15

I. TUJUAN 15 II. SASARAN STRATEGIS 16 BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

KELEMBAGAAN 18

I. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 18 II. KERANGKA REGULASI 21 III. KERANGKA KELEMBAGAAN 22 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 23

I. TARGET KINERJA 23 II. KERANGKA PENDANAAN 27 V. PEMANTAUAN, PENILAIAN, PELAPORAN 55

BAB VI. PENUTUP 56

Page 3: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

3

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

KATA PENGANTAR

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) merupakan dokumen turunan dari Rencana Aksi Program

(RAP) yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian

Kesehatan 2015 - 2019 yang menjadi dokumen perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

kesehatan di Indonesia. RAK memuat tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi, indikator dan

target selama lima tahun (2015-2019).

Sejalan dengan ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana terjadi perubahan atas susunan

organisasi dan tata kerja. Sehingga terdapat perubahan pada nama satuan kerja Direktorat

Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang menjadi Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019 yang telah ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 sebagaimana telah direvisi melalui

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 telah disesuaikan dengan

perkembangan dan kebutuhan pemerintah dalam upaya mewujudkan masyarakat dengan

derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Buku Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor

dan Zoonotik Tahun 2015-2019 ini disusun untuk menjadi pedoman bersama dalam

mewujudkan outcome Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

Buku ini memuat tujuan, sasaran, arah kebijakan, stretegi, indikator, sampai dengan kerangka

pendanaan dan target Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

selama lima tahun (2015-2019) yang harus dijadikan acuan dan akan memberikan panduan

dalam penyusunan rencana kerja tahunan sekaligus menjadi salah satu dokumen sumber

dalam pelaksanaan penilaian Akuntabilitas Kinerja kegiatan Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

Kami meyakini, bahwa Rencana Aksi Kegiatan ini belum sempurna dan terus akan diperbarui

untuk mengakomodir perkembangan kondisi internal dan eksternal pembangunan kesehatan

di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Oleh karena itu, masukan dari semua

pihak untuk perbaikannya sangat dibutuhkan. Kepada seluruh penyusun buku ini, kami

mengucapkan terima kasih atas segala upayanya. Semoga Rencana Aksi Kegiatan ini dapat

mencapai tujuan penyusunannya.

Jakarta, September 2017

Direktur,

drg. R. VENSYA SITOHANG, M.Epid

Page 4: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

4

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK TAHUN 2015-2019

Page 5: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

5

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

BAB I. PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh

kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya

yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana

Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN). Selanjutnya Menteri Kesehatan mengamanahkan bahwa Renstra Kementerian

Kesehatan harus dijabarkan dalam Rencana Aksi Program Unit Eselon I dan Rencana Aksi

Kegiatan Eselon II.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan

sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan

pemeratan pelayanan kesehatan. Program Indonesia dituangkan dalam sasaran pokok

RPJMN 2015-2019 yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2)

meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan

kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)

meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan

kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat

dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,

penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional.Pilar paradigma sehat di

lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan

promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan

dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem

rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum

of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan

nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan

kendali biaya.

Program Indonesia sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan

sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

dengan mendatangi keluarga.

Page 6: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

6

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga dilaksanakan oleh Puskesmas

dengan ciri: 1) Sasaran utama adalah Keluarga; 2) Mengutamakan upaya Promotif-Preventif,

disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM); 3) Kunjungan Keluarga

dilakukan Puskesmas secara aktif untuk peningkatan outreach dan total coverage; dan 4)

Pendekatan siklus kehidupan atau life cycle approach. Melalui kunjungan keluarga, tim

Puskesmas sekaligus dapat memberikan intervensi awal terhadap permasalah kesehatan

yang ada di setiap keluarga. Kondisi kesehatan keluarga dan permasalahannya akan di catat

pada Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga), yang akan menjadi acuan dalam melakukan

evaluasi dan intervensi lanjut.

Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan

oleh peran dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor).

Peran dan tanggung jawab lintas sektor antara lain diwujudkan dalam bentuk menyukseskan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Gerakan ini dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.

Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka Germas mencakup enam hal sebagai berikut:1)

Peningkatan aktivitas fisik; (2) Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); 3)

Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; 4) Peningkatan pencegahan dan

deteksi dini penyakit; 5) Peningkatan kualitas lingkungan; 6) Peningkatan edukasi hidup

sehat.

Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun

2015, Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan

nomor HK.02.02/2015 sebagaimana telah direvisi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 dan Rencana Aksi Program PP dan

PL tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (P2PTVZ) menyusun Rencana Aksi

Kegiatan P2PTVZ yang merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam

pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun

mendatang.

II. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN

Gambaran kondisi umum, potensi dan permasalahan pencegahan dan pengendalian penyakit

tular vektor dan zoonotik dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program, kondisi

lingkungan strategis, kependudukan, sumber daya, dan perkembangan baru lainnya. Potensi

dan permasalahan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik menjadi

masukan dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan dalam

kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik.

A. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pengendalian penyakit malaria Menular yang merupakan komitmen global telah

menunjukkan pencapaian program yang cukup baik. Annual Parasite incidence (API)

yang menjadi indikator keberhasilan upaya penanggulangan malaria cenderung menurun

dari tahun ke tahun. Secara nasional kasus malaria selama tahun 2005-2012 cenderung

menurun dimana angka API pada tahun 1990 sebesar 4,69 per 1000 penduduk menjadi

Page 7: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

7

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

1,38 per 1000 pada tahun 2013 dan diharapkan pada tahun 2014 dapat mencapai target

MDGs yaitu API <1 per 1000 penduduk.

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu

tujuan ke6 MDGs dan RPJMN 2015-2019 yaitu menurunkan angka kesakitan malaria.

Angka kesakitan malaria berdasarkan API (Annual Paracite Incidence) adalah jumlah

kasus positif malaria per 1000 penduduk pada satu tahun. API ini digunakan untuk

menentukan trend morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah (masih

terjadi penularan malaria). API juga merupakan salah satu syarat suatu daerah masuk

dalam fase eliminasi yaitu jika API kurang dari 1 per 1000 penduduk. Pada tahun 2014,

dengan jumlah kasus 252.027 dan kelengkapan laporan 90%, API Nasional adalah 0,99

per 1000 penduduk. Angka tersebut telah mencapai target RPJMN tahun 2014 sebesar

1 per 1000 penduduk. Secara nasional kasus malaria selama tahun 2009 – 2014

cenderung menurun yaitu pada tahun 2009 angka API sebesar 1,85 per 1000 menjadi

0,99 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus 252.027 pada tahun 2014. Pada tahun

2016 dengan kelengkapan laporan kabupaten/kota 88%, API Nasional adalah 0,84 per

1000 penduduk. Kerugian akibat penyakit malaria pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2,5

triliyun sedangkan biaya pencegahan hanya 2,04 Milyar.

Kasus malaria terfokus di kawasan timur Indonesia, oleh karena itu pada tahun 2014-

2015 dilakukan upaya pencegahan berupa pembagian kelambu secara masal (Total

Coverage). Sehingga diharapkan kasus malaria menurun pada 5 tahun mendatang, yang

akan berdampak pada peningkatan jumlah kabupaten/kota dengan API <1 dari 340 di

tahun 2015 menjadi 400 pada tahun 2019 dan Kabupaten/Kota yang mencapai eliminasi

dari 225 tahun 2015 menjadi 300 ditahun 2019.

Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.Di Indonesia

penyakit ini pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968

dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang.Kemudian jumlah kasus terus bertambah

seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD dimana pada tahun 2011

penyakit ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi dan 400

Kabupaten/Kota).

Total kasus DBD tahun 2016 sebanyak 204.171 (Incidence rate 78,85/100.000

penduduk) dengan kematian sebanyak 1.598 (CFR 0,78%). Kasus terbanyak ditemukan

di Provinsi Jawa Barat disusul Jawa Timur dan Bali.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada tahun

1973 di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta. Sejak ditemukan pertama

kali sampai dengan tahun 2010, telah 21 provinsi dan 149 kab/kota di Indonesia pernah

melaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunya sering terjadi pada awal dan

akhir musim hujan dan penyakit ini lebih sering terjadi di daerah sub urban.

Virus JE pertama kali ditemukan pada 1971 dari nyamuk Culex, dan pada 1972 virus

diisolasi pada hewan babi. Kasus pada manusia telah ditemukan melalui survei di Bali

pada kurun waktu 1990- 2002, dimana rata-rata tiap tahun terdapat 50 - 60 anak yang

positif terjangkit JE berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium. JE selain dapat

menimbulkan kematian juga dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) mulai dari depresi

emosi, kelainan perilaku, gangguan intelektual dan fungsi neurologi lainnya.

Page 8: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

8

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Hasil pelaksanaan Surveilans sentinel JE tahun 2016, didapatkan hasil 43 kasus posistif

JE yang didapatkan dari Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, NTT, DKI Jakarta, DI.

Yogyakarta dan Batam.

Zoonosis adalah penyakit dan infeksi yang ditularkan secara alami di antara hewan

vertebrata dan manusia (WHO). Dalam rangka akselerasi Pengendalian Zoonosis telah

dibentuk Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis melalui PERPRES No.30 Tahun 2011

tentang Pengendalian Zoonosis.

Rabies adalah penyakit infeksi sistem saraf pusat akut pada manusia dan hewan

berdarah panas yang disebabkan oleh Lyssa virus, dan menyebabkan kematian pada

hampir semua penderita rabies baik manusia maupun hewan. Sebanyak 25 provinsi telah

tertular rabies dan hanya 9 provinsi masih bebas historis dan telah dibebaskan dari rabies

(Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat). Tahun 2016

terdapat 91 kasus Lyssa dan terlaporkan 68.216 kasus GHPR dan yang diberikan Post

Exposure Treatmeant (PET) sebanyak 45.104 kasus.

Kasus Flu Burung (FB) pertama kali dilaporkan pada manusia pada bulan Juni 2005.

Berdasarkan data kasus FB dalam 5 tahun terakhir (2011 – 2015), terjadi sporadis di 15

provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera

Utara, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Bali,

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Jumlah kasus

FB pada manusia tertinggi masih ditemukan di 3 provinsi dengan urutan DKI Jakarta,

Jawa Barat, dan Banten. Jumlah kumulatif kasus FB di Indonesia sejak Juni 2005 sampai

Desember 2015 adalah 199 kasus konfirmasi dengan 167 kasus kematian. Secara

kumulatif jumlah kasus FB pada manusia cenderung menurun, namun pada tahun 2012

sampai 2015, case fatality rate (CFR) FB mencapai 100%.

Sampai saat ini terdapat 15 provinsi di Indonesia yang terkonfirmasi kasus Flu Burung

pada manusia. Untuk tahun 2015 penambahan kasus konfirmasi dan kematian berasal

dari Provinsi Banten. Kasus terbesar terdapat di Provinsi DKI Jakarta yang disusul oleh

Provinsi Jawa Barat lalu Provinsi Banten.

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari

genusleptospira yang patogen dan dapat menyerang manusia dan hewan. Tikus dicurigai

sebagai sumber utama infeksi pada manusia di Indonesia. Pada tahun 2014 dilaporkan

kasus Leptospirosis nasional 524 kasus dengan 62 kematian (CFR 11,83%). Tahun 2016

dilaporkan kasus Leptospirosis nasional 830 kasus dengan 61 kematian (CFR 7 %).

Penyakit antraks adalah termasuk salah satu zoonosis yang disebabkan oleh Bacillus

anthracis, dapat menyerang manusia melalui 3 cara yaitu melalui kulit yang lecet, abrasi

atau luka, dapat melalui pernafasan (inhalasi) dan melalui mulut karena makan bahan

makanan yang tercemar kuman antraks misalnya daging yang terinfeksi yang dimasak

kurang sempurna. Spora antraks ini dapat digunakan sebagai senjata bioterorisme.

Wilayah endemis antraks pada hewan tersebar di 11 provinsi yaitu Jambi, Sumatera

Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Dalam 5 tahun terakhir (2011 -

Page 9: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

9

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2015) kasus antraks pada manusia ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi

Selatan, dan NTT. Jumlah rata-rata kasus antraks pada manusia dalam lima tahun

terakhir adalah 22 kasus per tahun. Sebesar 98% dari seluruh kasus antraks pada

manusia di Indonesia merupakan kasus antraks tipe kulit yang disebabkan kontak

langsung dengan hewan yang sakit/mati akibat antraks dan sebesar 2% merupakan

Antraks tipe pencernaan.

Pes (Plague) disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang terdapat pada binatang

pengerat/rodensia seperti tikus/bajing dan dapat menular antar binatang pengerat melalui

gigitan pinjal dan ke manusia melalui gigitan pinjal. Fokus Pes di Indonesia adalah

Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), Kabupaten

Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta).

B. Penyakit Terabaikan

Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan salah satu Penyakit Tropik Terabaikan

(Neglected Tropical Diseases/NTDs). Filariasis adalah penyakit menular menahun yang

disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu

Wuchereria bancrofti, Brugia malayidan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan

limfe (getah bening). Filariasis menularmelalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing

filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuhmanusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing

dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki,

tungkai, payudara, lengan dan organ genital. WHO menetapkan kesepakatan global

untuk mengeliminasi filariasispada tahun 2020 (The Global Goal of Elimination of

Lymphatic Filariasis as a Public Healthproblem by The Year 2020).

Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih

dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.Di Indonesia, sampai dengan

akhir tahun 2016 terdapat 13.032 kasus filariasis.

Untuk meningkatkan cakupan minum obat, maka pada Bulan Oktober periode Tahun

2015 – 2020 akan dilaksanakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA). BELKAGA

adalah Bulan dimana seluruh penduduk sasaran di wilayah endemis Filariasis minum

obat pencegahan Filariasis. Pencanangan BELKAGA dilaksanakan pada tanggal 1

Oktober 2015. Cakupan POPM filariasis dalam lima tahun terakhir terus meningkat, dari

56,5%pada tahun 2012 menjadi 69,5% pada tahun 2015, 71% pada tahun 2016.

Schistosomiasis disebabkan oleh cacing Schistosoma japanicum ditemukan hanya di

Provinsi Sulawesi Tengah di dua kabupaten yaitu yaitu di Lembah Lindu ( Kabupaten

Sigi), Lembah Napu dan Bada (Kabupaten Poso). Schistosomiasis merupakan penyakit

kronis yang dapat merusak organ-organ internal dan pada anak-anak dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan kognitif.Schistosomiasis secara epidemiologi

kebanyakan terjadi pada masyarakat miskin dan pedesaan, khususnya di daerah

pertanian dan perikanan. Secara keseluruhan penduduk yang berisiko tertular

schistosomiasis di kedua kabupaten adalah 50.000 (population of risk). Strategi

pengendalian dengan memutus rantai penularan penyakit dengan integrasi antara

Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum,

Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Daerah. Pencegahan melalui pengobatan

Page 10: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

10

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

harus dilakukan berulang selama beberapa tahun yang bertujuan mengurangi dan

mencegah timbulnya penyakit atau morbiditas Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi,

serta pengendalian faktor risiko terhadap lingkungan.

Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis/STH),

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara beriklim tropis dan sub

tropis, termasuk negara Indonesia. Prevalensi kecacingan saat ini berkisar 20-86 %

dengan rata-rata 30%. Infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi status gizi, proses

tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak yang terinfeksi. Kasus-

kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh karena kecacingan. Upaya

pengendalian kecacingan dengan strategi pemberian obat cacing massal dilakukan

secara terintegrasi dengan Program Gizi melalui pemberian vitamin A pada anak usia

dini dan melalui Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak usia sekolah.

Keberhasilan upaya pengendalian penyakit tular vektor dan zoonosa lainnya terkait

dengan pemutusan rantai penularan melalui upaya pengendalian vektor dan binatang

pembawa penyakit secara terpadu meliputi aspek teknis/metode, sumber daya baik

manusia dan sarana prasarana, keterpaduan antar program dan lintas sektor serta

melibatkan peran aktif masyarakat.

III. LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Lingkungan Strategis Nasional

Perkembangan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia ditandai dengan adanya

window opportunity di mana rasio ketergantungannya positif, yaitu jumlah penduduk usia

produktif lebih banyak dari pada yang usia non-produktif, yang puncaknya terjadi sekitar

tahun 2030. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah 256.461.700 orang.

Dengan laju pertumbuhan sebesar 1,19% pertahun, maka jumlah penduduk pada tahun

2019 naik menjadi 268.074.600 orang. Jumlah wanita usia subur akan meningkat dari

tahun 2015 yang diperkirakan sebanyak 68,1 juta menjadi 71,2 juta pada tahun 2019.

Dari jumlah tersebut, diperkirakan ada 5 juta ibu hamil setiap tahun. Angka ini merupakan

estimasi jumlah persalinan dan jumlah bayi lahir, yang juga menjadi petunjuk beban

pelayanan ANC, persalinan, dan neonatus/bayi. Penduduk usia kerja yang meningkat

dari 120,3 juta pada tahun 2015 menjadi 127,3 juta pada tahun 2019. Penduduk berusia

di atas 60 tahun meningkat, yang pada tahun 2015 sebesar 21.6 juta naik menjadi 25,9

juta pada tahun 2019. Jumlah lansia di Indonesia saat ini lebih besar dibanding penduduk

benua Australia yakni sekitar 19 juta. Implikasi kenaikan penduduk lansia ini terhadap

sistem kesehatan adalah (1) meningkatnya kebutuhan pelayanan sekunder dan tersier,

(2) meningkatnya kebutuhan pelayanan home care dan (3) meningkatnya biaya

kesehatan.

Masalah penduduk miskin yang sulit berkurang akan masih menjadi masalah penting.

Secara kuantitas jumlah penduduk miskin bertambah, dan ini menyebabkan

permasalahan biaya yang harus ditanggung pemerintah bagi mereka. Tahun 2014

pemerintah harus memberikan uang premium jaminan kesehatan sebanyak 86,4 juta

orang miskin dan mendekati miskin. Data BPS menunjukkan bahwa ternyata selama

tahun 2013 telah terjadi kenaikan indeks kedalaman kemiskinan dari 1,75% menjadi

1,89% dan indeks keparahan kemiskinan dari 0,43% menjadi 0,48%. Hal ini berarti tingkat

kemiskinan penduduk Indonesia semakin parah, sebab semakin menjauhi garis

Page 11: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

11

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran penduduk antara yang miskin dan yang tidak

miskin pun semakin melebar.

Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator yang menentukan Indeks

Pembangunan Manusia. Di samping kesehatan, pendidikan memegang porsi yang besar

bagi terwujudnya kualitas SDM Indonesia. Namun demikian, walaupun rata-rata lama

sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi angka ini belum memenuhi tujuan

program wajib belajar 9 tahun. Menurut perhitungan Susenas Triwulan I tahun 2013, rata-

rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun.

Keadaan tersebut erat kaitannya dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yakni

persentase jumlah murid sekolah di berbagai jenjang pendidikan terhadap penduduk

kelompok usia sekolah yang sesuai.

Disparitas Status Kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat

telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,

antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi

dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari

golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan

lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk

dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan

buruk di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.

Disparitas Status Kesehatan Antar Wilayah. Beberapa data kesenjangan bidang

kesehatan dapat dilihat pada hasil Riskesdas 2013. Proporsi bayi lahir pendek, terendah

di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%) atau tiga kali lipat

dibandingkan yang terendah. Kesenjangan yang cukup memprihatinkan terlihat pada

bentuk partisipasi masyarakat di bidang kesehatan, antara lain adalah keteraturan

penimbangan balita (penimbangan balita >4 kali ditimbang dalam 6 bulan terakhir).

Keteraturan penimbangan balita terendah di Provinsi Sumatera Utara (hanya 12,5%) dan

tertinggi 6 kali lipat di Provinsi DI Yogyakarta (79,0%). Ini menunjukkan kesenjangan

aktivitas Posyandu antar provinsi yang lebar. Dibandingkan tahun 2007, kesenjangan ini

lebih lebar, ini berarti selain aktivitas Posyandu makin menurun, variasi antar provinsi juga

semakin lebar.

Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Menurut peta jalan menuju

Jaminan Kesehatan Nasional ditargetkan pada tahun 2019 semua penduduk Indonesia

telah tercakup dalam JKN (Universal Health Coverage - UHC). Diberlakukannya JKN ini

jelas menuntut dilakukannya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, baik

pada fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan,

serta perbaikan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban

anggaran negara yang diperlukan dalam JKN memerlukan dukungan dari upaya

kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif agar masyarakat tetap sehat

dan tidak mudah jatuh sakit. Perkembangan kepesertaan JKN ternyata cukup baik.

Sampai awal September 2014, jumlah peserta telah mencapai 127.763.851 orang

(105,1% dari target). Penambahan peserta yang cepat ini tidak diimbangi dengan

peningkatan jumlah fasilitas kesehatan, sehingga terjadi antrian panjang yang bila tidak

segera diatasi, kualitas pelayanan bisa turun.

Page 12: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

12

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Kesetaraan Gender. Kualitas SDM perempuan harus tetap perlu ditingkatkan, terutama

dalam hal: (1) perempuan akan menjadi mitra kerja aktif bagi laki-laki dalam mengatasi

masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; dan (2) perempuan turut mempengaruhi

kualitas generasi penerus karena fungsi reproduksi perempuan berperan dalam

mengembangkan SDM di masa mendatang. Indeks Pemberdayaan Gender (IPG)

Indonesia telah meningkat dari 63,94 pada tahun 2004 menjadi 68,52 pada tahun 2012.

Peningkatan IPG tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh peningkatan dari beberapa

indikator komponen IPG, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kelayakan hidup.

Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa. Pada bulan Januari 2014 telah disahkan UU

Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Sejak itu, maka setiap desa dari 77.548 desa yang

ada, akan mendapat dana alokasi yang cukup besar setiap tahun. Dengan simulasi APBN

2015 misalnya, ke desa akan mengalir rata-rata Rp 1 Miliar. Kucuran dana sebesar ini

akan sangat besar artinya bagi pemberdayaan masyarakat desa. Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) dan pengembangan

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) akan lebih mungkin diupayakan

di tingkat rumah tangga di desa, karena cukup tersedianya sarana¬sarana yang menjadi

faktor pemungkinnya (enabling factors).

Menguatnya Peran Provinsi. Dengan diberlakukannya UU Nomor 23 tahun 2014 sebagai

pengganti UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Provinsi selain

berstatus sebagai daerah juga merupakan wilayah administratif yang menjadi wilayah

kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

bidang Kesehatan yang telah diatur oleh Menteri Kesehatan, maka UU Nomor 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah yang baru ini telah memberikan peran yang cukup

kuat bagi provinsi untuk mengendalikan daerah-daerah kabupaten dan kota di

wilayahnya. Pengawasan pelaksanaan SPM bidang Kesehatan dapat diserahkan

sepenuhnya kepada provinsi oleh Kementerian Kesehatan, karena provinsi telah diberi

kewenangan untuk memberikan sanksi bagi Kabupaten/Kota berkaitan dengan

pelaksanaan SPM.

Berlakunya Peraturan Tentang Sistem Informasi Kesehatan. Pada tahun 2014 juga

diberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tentang Sistem Informasi Kesehatan

(SIK). PP ini mensyaratkan agar data kesehatan terbuka untuk diakses oleh unit kerja

instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola SIK sesuai dengan

kewenangan masing-masing.

B. Lingkungan Strategis Regional

Saat mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif pada tanggal

1 Januari 2016. Pemberlakukan ASEAN Community yang mencakup total populasi lebih

dari 560 juta jiwa, akan memberikan peluang (akses pasar) sekaligus tantangan tersendiri

bagi Indonesia. Implementasi ASEAN Economic Community, yang mencakup liberalisasi

perdagangan barang dan jasa serta investasi sektor kesehatan. Perlu dilakukan upaya

meningkatkan daya saing (competitiveness) dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan

dalam negeri. Pembenahan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, baik dari

segi sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun dari segi

manajemennya perlu digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,

Page 13: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

13

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Puskesmas, dan lain-lain) harus dilakukan secara serius, terencana, dan dalam tempo

yang tidak terlalu lama.

Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan bersama (Mutual Recognition Agreement

- MRA) tentang jenis-jenis profesi yang menjadi cakupan dari mobilitas. Dalam MRA

tersebut, selain insinyur, akuntan, dan lain-lain, juga tercakup tenaga medis/dokter,

dokter gigi, dan perawat. Tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang, akan dicakupi

pula jenis-jenis tenaga kesehatan lain. Betapa pun, daya saing tenaga kesehatan dalam

negeri juga harus ditingkatkan. Institusi-institusi pendidikan tenaga kesehatan harus

ditingkatkan kualitasnya melalui pembenahan dan akreditasi.

C. Lingkungan Strategis Global

Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun

2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorong tindakan-

tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat.

Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini disebut Sustainable

Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan fakta

menunjukkan bahwa individu yang sehat memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang

lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan

masyarakatnya.

Pemberantasan malaria telah berhasil memenuhi indikator MDG’s yaitu API < 1 pada

tahun 2015. Pada SDG’s pemberantasan malaria masuk dalam goals ke 3.3 yaitu

Menghentikan epidemi AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan Penyakit Terabaikan serta

Hepatitis, Water Borne Diseases dan Penyakit menular lainnya.

Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty Agenda/GHSA)

dicanangkan di Washington DC dan Gedung PBB Genewa secara bersamaan pada

tanggal 13 Februari 2014. PertemuanGHSA pertama dilaksanakan pada tanggal 5-6 Mei

2014 diHelsinki, Finlandia. Pada awalnya, inisiatif GHSA digagas oleh Amerika Serikat

dan negara-negara maju dengan melibatkan multi-stakeholders dan multi-sektoral. Selain

itu juga dukung badan-badan dunia dibawah PBB diantaranya World Health Organisation

(WHO), Food and Agriculture Organisation (FAO), dan World Organisation for Animal

Health(OIE).

Di Helsinki, GHSA membahas rancangan GHSA Action Packagesand Commitments

yang diharapkan dapat dijadikan rujukan bersama di tingkat global dalam mengatasi

ancaman penyebaran penyakit infeksi. Komitmen ini antara lain juga dimaksudkan untuk

memperkuat implementasi International Health Regulation-IHR yang telah dicanangkan

WHO sebelumnya.

Agenda Ketahanan Kesehatan Global (Global Health Securty Agenda/GHSA) juga

sebagai bentuk komitmen dunia yang telah mengalami dan belajar banyak dalam

menghadapi musibah wabah penyakit menular berbahaya seperti wabah Ebola yang

telah melanda beberapa negara Afrika, Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov)

di beberapa negara Timur Tengah, flu H7N9 khsusunya di Tiongkok, flu babi di Meksiko,

flu burung yang melanda di berbagai negara, dan wabah flu Spanyol tahun 1918.

Rangkaian kejadian tersebut seakan menegaskan bahwa wabah penyakit menular

berbahaya tidak hanya mengancam negara yang bersangkutan, namun juga mengancam

Page 14: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

14

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

kesehatan masyarakat negara lainnya termasuk dampak sosial dan ekonomi yang

ditimbulkannya.

Termasuk elemen penting dari GHSA adalah zoonosis. Sebagai bentuk dari perwujudan

atas elemen penting (komitmen) tersebut, Pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini

diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian

Kesehatan, dan Kementerian Pertanian membahas lebih jauh berbagai aspek dari

penyakit zoonosis dalam kaitan pencegahan, pendeteksian lebih dini, dan upaya

merespon atas munculnya ancaman dari penyakit tersebut.

Page 15: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

15

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

BAB II. TUJUAN DAN SASARAN DIREKTORAT

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

Rencana Aksi Kegiatan Direktorat P2PTVZ mendukung pelaksanaan Renstra Kemenkes

yang melaksanakan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia

yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk

mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang

kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara

hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara

maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan

kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin

diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa

aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang

bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Kegiatan P2PTVZ mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita

terutama terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui upaya

preventif dan promotif.

I. TUJUAN

Terdapat dua tujuan Pembangunan Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1)

meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap

(responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang

kesehatan.

Page 16: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

16

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan dalam Renstra bersifat dampak (impact atau

outcome). Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai

adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 346 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),

menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,

serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

4. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular

Vektor dan Zoonotik disusun dalam rangka dukungan dalam keberhasilan Program

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam Rencana Aksi Program yaitu menurunnya

penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa.

Tujuan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular

Vektor dan Zoonotik berorientasi hasil kepada menurunnya penyakit tular vektor dan zoonotik.

Tujuan dilengkapi dengan ukuran keberhasilan sebagai berikut:

1. Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu sebesar 80%

di Tahun 2019

2. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk sebanyak 400 Kab/Kota di

Tahun 2019

3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi

< 1% sebanyak 75 Kab/Kota di Tahun 2019

4. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk sebesar 68%

di Tahun 2019

5. Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi Rabies sebesar 85% di Tahun 2019

II. SASARAN

Sasaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik adalah

meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik. Sasaran

kinerja dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2019 dengan

indikator kinerja sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu

sebesar 80%

b. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk sebanyak 400

Kab/Kota

c. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka

mikrofilaria menjadi < 1% sebanyak 75 Kab/Kota

d. Meningkatnya persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk

sebesar 68%

e. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang eliminasi Rabies sebesar 85%

Matrik target tahunan indikator sasaran kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit

tular vektor dan zoonotik sebagai berikut:

Page 17: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

17

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Tabel. II. 1. Matrik target tahunan indikator sasaran kegiatan pencegahan dan pengendalian

penyakit tular vektor dan zoonotik Tahun 2015-2019

No. Indikator Base

Line

(2014)

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1 Persentase Kabupaten/Kota

yang melakukan

pengendalian vektor terpadu

30% 40% 50% 60% 70% 80%

2 Jumlah Kabupaten/Kota

dengan API <1 per 1.000

penduduk

337 340 360 375 390 400

3 Jumlah Kabupaten/Kota

endemis Filaria berhasil

menurunkan angka

mikrofilaria menjadi < 1%

29 35 45 55 65 75

4 Persentase Kabupaten/Kota

dengan IR DBD < 49 per

100.000 penduduk

58% 60% 62% 64% 66% 68%

5 Persentase Kabupaten/Kota

yang eliminasi Rabies

10% 25% 40% 55% 70% 85%

Page 18: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

18

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN

KERANGKA KELEMBAGAAN

I. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Arah kebijakan dan strategi Direktorat P2PTVZ didasarkan pada arah kebijakan dan strategi

Kementerian Kesehatan 2005-2025 mengacu pada empat hal penting yakni: 1) Penguatan

Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care); 2) Penerapan Pendekatan

Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care); 3) Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan; 4)

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular

vektor dan zoonotik, maka arah kebijakan dan strategi pencegahan dan pengendalian

penyakit tular vektor dan zoonotik 2015-2019 adalah:

1. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan potensi

meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Survey untuk malaria)

dalam memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah-

daerah yang berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya

memutus mata rantai penularan.

2. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular,

dibutuhkan strategi innovative dengan memberikan otoritas pada petugas kesehatan

masyarakat (Public Health Officers), terutama hak akses pengamatan faktor risiko dan

penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya.

3. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian penyakit

melalui community base surveillance berbasis masyarakat untuk melakukan pengamatan

terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan melaporkannnya

kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan

kesehatan tidak terjadi.

4. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit menular

seperti tenaga entomologi, epidemiologi, sanitasi dan laboratorium.

5. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah pintu masuk

negara dalam mendukung implementasi pelaksanaan International Health Regulation

(IHR) untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang

berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

6. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk pengendalian

penyakit menular secara cepat.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik membagi

strategi dalam lima sub direktorat sebagai berikut:

1. Pencegahan dan Pengendalian Malaria

a. Diagnosis Malaria terkonfirmasi mikroskop atau uji reaksi cepat

b. Pengobatan memakai Artemisinin Based Combination Therapy /ACT

c. Pengendalian factor risiko terpadu

d. Integrasi ke layanan kesehatan dasar

e. Azas desentralisasi

f. Pemberdayaan kemandirian masyarakat (Posmaldes dan UKBM)

g. Forum kemitraan Nasional Gebrak Malaria

h. Penguatan sistem kesehatan

Page 19: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

19

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

i. Penguatan Komitmen Nasional

2. Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

3. Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Strategi untuk pencapaian tujuan:

a. Peningkatan kegiatan surveilans zoonosis.

b. Peningkatan dan pemantauan penatalaksanaan kasus zoonosis.

Page 20: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

20

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

c. Peningkatan peran serta masyarakat melalui KIE, sosialisasi dan penggalian dana

dari masyarakat.

d. Advokasi kepada penentu kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

e. Keterpaduan pelaksanaan baik secara lintas program dan sektor terkait dengan

pendekatan One Health.

f. Meningkatkan cakupan dan kualitas program.

g. Pencegahan dan penanggulangan KLB

h. Menyelenggarakan sosialisasi pengendalian zoonosis (Flu Burung, Rabies,

Leptospirosis, Antraks dan Pes)

h. Membuat dan mendistribusikan buku pedoman petunjuk teknis untuk pengelola

program di setiap tingkat administrasi.

i. Meningkatkan kualitas surveilans untuk mempertajam sasaran program,

mengukur pencapaian program serta menilai dampak program berdasarkan

indikator yang ditetapkan.

j. Melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi.

k. Menyediakan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) manusia

sebagai buffer stock Pusat.

l. Menyelenggarakan pertemuan untuk peningkatan kerjasama baik lintas program

maupun lintas sektor.

m. Membantu daerah dalam upaya penanggulangan KLB.

4. Filariasis dan Kecacingan

a. Kampanye Nasional POPM Filariasis: Pelaksanaan Pemberian Obat

Pencegahan Massal (POPM) Filariasis di kabupaten/kota endemis dalam waktu

serentak dengan jumlah sasaran yang besar.

b. Melakukan kegiatan POPM filariasis yang juga mencakup pemberian obat cacing

pada anak sekolah dan pra sekolah.

Page 21: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

21

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

c. Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI untuk sasaran anak usia pra sekolah

dan usia sekolah dasar.

d. Integrasi dengan pemberian vitamin A untuk sasaran anak balita.

5. Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan

kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas

keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan

mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya (Permenkes 374/2010 tentang

Pengendalian Vektor)

II. KERANGKA REGULASI

Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka perlu didukung

dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan regulasi disesuaikan dengan

tantangan global, regional dan nasional. Kerangka regulasi diarahkan untuk: 1) penyediaan

regulasi dari turunan Undang-Undang yang terkait dengan kesehatan; 2) meningkatkan

pemerataan sumber daya manusia kesehatan; 3) pengendalian penyakit dan kesehatan

lingkungan; 4) peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berwawasasn

kesehatan; 5) penguatan kemandirian obat dan alkes; 6) penyelenggaraan jaminan kesehatan

nasional yang lebih bermutu; 7) penguatan peran pemerintah di era desentralisasi; dan 8)

peningkatan pembiayaan kesehatan.

Regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan peraturan pemerintah, peraturan

presiden, dan peraturan menteri yang terkait, termasuk dalam rangka menciptakan

sinkronisasi, integrasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.

Page 22: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

22

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

III. KERANGKA KELEMBAGAAN

Kerangka kelembagaan untuk mendukung kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit

tular vektor dan zoonotik disusun sesuai dengan Kebijakan Pemerintah dan Kementerian

Kesehatan, dimana Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan

Zoonotik akan berperan aktif terhadap upaya perbaikan yang akan dilakukan untuk

memastikan kerangka kelembagaan sesuai dengan tantangan dan kebutuhan kegiatan

pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Repulik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1508), Pasal 328, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular

Vektor dan Zoonotik mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan

teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 328 Direktorat Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,

zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa

penyakit;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,

zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa

penyakit;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan

pengendalian malaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor

dan binatang pembawa penyakit;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan

pengendalian malaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor

dan binatang pembawa penyakit;

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,

zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa

penyakit; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik terdiri atas:

1. Sub Direktorat Malaria

2. Sub Direktorat Zoonosis

3. Sub Direktorat Filariasis dan Kecacingan

4. Sub Direktorat Arbovirosis

5. Sub Direktorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

6. Sub Bagian Tata Usaha; dan

7. Kelompok Jabatan Fungsional.

Page 23: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

23

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Memperhatikan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, tujuan, arah kebijakan dan

strategi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah target kinerja dan

kerangka pendanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan

Zoonotik 2015- 2019.

I. TARGET KINERJA

Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur secara berkala dan

dievaluasi pada akhir tahun 2019.

Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

mempunyai indikator kinerja sebagai berikut:

1. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1/1.000 penduduk

2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massal pencegahan

(POMP) Filariasis

3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi

< 1%

4. Presentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu

5. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk

6. Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi rabies

Target periodik atas kinerja kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan

zoonotik sebagai berikut:

Tabel. IV. 1. Matrik Target Periodik Atas Kinerja Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Tahun 2015-2019

No. Indikator Base Line

(2014)

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1 Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1 per 1.000 penduduk

337 340 360 375 390 400

2 Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) Filariasis

140 170 210 240 245

3 Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi < 1%

29 35 45 55 65 75

4 Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu

30% 40% 50% 60% 70% 80%

5 Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk

58% 60% 62% 64% 66% 68%

6 Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi Rabies

10% 25% 40% 55% 70% 85%

Page 24: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

24

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

A. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API< 1 per 1.000 Penduduk

Annual Paracites Incidence (API) adalah jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk

pada satu tahun. API ini digunakan untuk menentukan trend morbiditas malaria dan

menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan malaria). API juga

merupakan salah satu syarat suatu daerah masuk dalam fase eliminasi yaitu jika API

kurang dari 1 per 1000 penduduk.

a. Definisi Operasional Indikator

Jumlah Kumulatif Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk

b. Rumus perhitungan pencapaian indikator

1) Rumus perhitungan API :

Jumlah kasus positif malaria

------------------------------------- x 1000 penduduk

Jumlah Penduduk

2) Rumus Perhitungan Indikator :

Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mencapai API < 1

Target menuju eliminasi dilakukan secara bertahap disajikan dalam tabel berikut.

Tabel IV.2. Target pencapaian eliminasi.

Pencapaian JUMLAH TAHUN

RPJMN 2019 300 kab/kota 2019

Strategi Nasional Eliminasi 2020 337 kab/kota 2020

Semua kabupaten/kota mencapai eliminasi 511 kab/kota 2025

Semua Provinsi mencapai eliminasi 34 provinsi 2027

Mengajukan sertifikasi eliminasi kepada WHO Nasional 2028

Indonesia menerima sertifikat eliminasi malaria Nasional 2030

Gambar. Pemodelan penurunan jumlah kasus malaria sesuai milestone

Page 25: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

25

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

B. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massal pencegahan

(POMP) Filariasis

Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing

Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis)

dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa

pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya

penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang

lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

a. Definisi operasional

merupakan angka absolut yang menunjukkan jumlah kabupaten/kota endemis yang

melakukan POPM Filariasis baik yang tahun pertama/kedua/ketiga/ keempat/kelima.

b. Rumus/ cara perhitungan:

Rumus perhitungan pencapaian Indikator adalah akumulasi jumlah kabupaten/kota

melakukan POPM Filariasis pada tahun berjalan.

C. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi

< 1%

Filariasis merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan cacat permanen bagi

penderitanya. Salah satu upaya memutus mata rantai penularan filariasis adalah dengan

Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis

filariasis selama 5 tahun berturut-turut.

Setelah pengobatan tahun ke-5 perlu dilakukan evaluasi angka prevalensi mikrofilaria.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi mikrofilaria dan densitas

(kepadatan) mikrofilaria setelah POMP Filariasis.

a. Definisi operasional :

Jumlah Kabupaten/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <

1% adalah jumlah kabupaten/kota yang telah selesai melakukan Pemberian Obat

Pengobatan Massal (POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut, kemudian 6 bulan

setelahnya pada pemeriksaan darah jari berhasil menurunkan angka mikrofilaria (mf

rate) menjadi < 1%.

b. Rumus/ cara perhitungan:

Akumulasi jumlah Kabupaten/Kota endemis yang berhasil menurunkan angka

mikrofilaria menjadi < 1%.

D. Persentase Kabupaten/Kota yang Melakukan Pengendalian Vektor Terpadu

Pengendalian vektor terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan

kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas

keamanan, rasionalitas dan efektivitas pelaksanaannya serta dengan

mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya. Pengendalian Vektor Terpadu

dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumber daya

yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga. Beberapa

Metode pengendalian vektor yang dapat dilakukan diantaranya adalah : a) metode

pengendalian fisik dan mekanis, misalnya modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat

perindukan, pemberantasan sarang nyamuk, pemasangan kelambu ; b) metode

pengendalian dengan menggunakan agen biotik , misalnya predator pemakan jentik,

bakteri, manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll) ; c) metode pengendalian secara

Page 26: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

26

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

kimia, misalnya surface spray (IRS) dan space spray (fogging), larvasida, dan lain

sebagainya.

a. Defenisi Operasional Indikator

Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor dengan dua atau lebih

metode pengendalian

b. Rumus Perhitungan Pencapaian Indikator

Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian Vektor Terpadu

-------------------------------------------------------------------------------------- x 100 %

Jumlah seluruh Kabupaten/Kota

E. Persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk

Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat

angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas. Cara yang dapat

dilakukan saat ini dengan menghindari atau mencegah gigitan nyamuk penular DBD.

Oleh karena itu upaya pengendalian DBD yang penting pada saat ini adalah melalui

upaya pengendalian nyamuk penular dan upaya membatasi kematian akibat DBD. Atas

dasar itu maka upaya pengendalian DBD memerlukan kerjasama dengan program dan

sektor terkait serta peran serta masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar dapat

meningkatkan persentase kabupaten/kota yang mencapai angka kesakitan DBD kurang

dari atau sama dengan 49 per 100.000 penduduk, menurunkan angka kematian akibat

DBD menjadi kurang dari 1% dan membatasi penularan DBD dengan mengendalikan

populasi vektor sehingga angka bebas jentik (BJ) diatas atau sama dengan 95%.

a. Definisi Operasional Indikator

Persentase kab/kota dengan angka yang menunjukan kasus/kejadian penyakit

dalam suatu populasi pada waktu tertentu < 49/100.000.

b. Rumus / cara perhitungan pencapaian indikator

Jumlah kab/kota dengan IR DBD < 49/100.000 penduduk dibagi jumlah total

kabupaten / kota pada tahun yang sama.

F. Persentase kabupaten/kota yang eliminasi rabies

Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali Antartika. Namun 95% kasus rabies

dilaporkan dari benua Asia dan Afrika. Menurut World Health Organization (WHO) rabies

terjadi di 92 negara dan bahkan bersifat endemik di 72 negara. Diperkirakan 55.000 orang

di dunia meninggal akibat rabies setiap tahunnya dan menurut WHO lebih dari 99% kasus

rabies pada manusia terjadi akibat dari gigitan anjing yang terinfeksi.

Negara-negara yang memulai program eliminasi rabies telah berhasil mengurangi jumlah

penyakit rabies secara signifikan, yang seringkali berakhir dengan eliminasi rabies.

Program eliminasi sering berkisar pada kampanye vaksinasi anjing massal, di mana

setidaknya 70% populasi anjing harus dikurangi untuk memutus/memotong siklus

penularan pada anjing dan manusia.

a. Definisi Operasional Indikator

Eliminasi rabies adalah menghilangkan kasus rabies (Lyssa) di suatu daerah

(kabupaten/kota), dimana kasus lyssa kurang dari satu selama 2 tahun berturut-turut.

b. Rumus perhitungan pencapaian indikator: Jumlah kabupaten/kota yang kasus lyssanya kurang dari 1

selama 2 tahun berturut-turut

---------------------------------------------------------------------------------- x 100%

Jumlah total kab./kota yang mempunyai kasus lyssa pada tahun yang sama

Page 27: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

27

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

II. KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan Kementerian Kesehatan meliputi peningkatan pendanaan dan

efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan dilakukan melalui peningkatan

proporsi anggaran kesehatan secara signifikan sehingga mencapai 5% dari APBN pada tahun

2019. Peningkatan pendanaan kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah

Daerah, swasta dan masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun cukai. Guna

meningkatkan efektifitas pendanaan pembangunan kesehatan maka perlu mengefektifkan

peran dan kewenangan Pusat-Daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan

Pusat-Daerah dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran.

Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan maka pendanaan kesehatan

diutamakan untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

melalui program Jaminan Kesehatan Nasional, penguatan kesehatan pada masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan, penguatan sub-sub sistem dalam

Sistem Kesehatan Nasional untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi,

Balita, peningkatan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit dan serta penyehatan

lingkungan.

Pendanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (anggaran) untuk mencapai target

indikator kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik yang

ditetapkan. Pengalokasian anggaran kegiatan dilakukan pada tingkat pusat, daerah dan UPT

dengan memperhatikan kewajiban dan kewenangan masing masing serta memperhatikan

asas efektifitas dan efisiensi penganggaran.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, alokasi anggaran untuk dinas kesehatan provinsi dan

kabupaten/kota yang dilakukan melalui mekanisme Dekon secara bertahap akan dilakukan

melalui mekanisme DAK dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

dengan tetap memperhatikan target prioritas nasional bidang pencegahan dan pengendalian

penyakit.

Sumber pendanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan

zoonotik dalam kurun waktu 5 tahun mendatang masih tertumpu pada APBN (rupiah murni)

disertai dengan optimalisasi pemanfaatan anggaran bersumber PNBP. Pendanaan

bersumber PHLN akan dilakukan secara selektif dan dilakukan hanya untuk mencapai target

indikator program dan kegiatan yang telah ditetapkan.

Kegiatan dengan pembiayaan bersumber hibah yang saat ini sedang berlangsung dan akan

berakhir sebelum tahun 2019 saat ini akan dievaluasi hasilnya untuk menjadi input berlanjut

atau tidaknya kegiatan bersumber hibah.

Page 28: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

28

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2015

NO Satker Output PUSAT UPT Dekonsentrasi Total

Arbovirosis 23.394.906.000

7.051.302.000

5.592.120.000

36.038.328.000

1

Persentase kab/kota dengan IR DBD kurang dari target nasional

Penurunan Kasus penyakit DBD

23.394.906.000

penurunan IR DBD per provinsi

5.592.120.000

Pengendalian faktor risiko dan sumber penular DBD

4.500.227.000

Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD

2.551.075.000

Malaria 69.245.147.000

4.986.893.000

9.732.754.000

83.964.794.000

2 Jumlah Kab/Kota dengan API <1/1.000 pada tahun 2019

Persentase kasus malaria mendapat penatalaksanaan kasus sesuai standar

8.507.210.000

Persentase cakupan kelambu di daerah endemis Malaria

60.737.937.000

Jumlah Kab/kota dengan cakupan penatalaksanaan kasus malaria sesuai standar

7.024.245.000

Jumlah Kab/kota endemis malaria dg cakupan pendistribusian kelambu

2.708.509.000

Pengamatan faktor risiko dan sumber penular malaria

2.699.157.000

Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria

2.287.736.000

Zoonosis 13.005.760.000

5.307.306.000

3.027.070.000

21.340.136.000

3

Persentase Jumlah Kab/Kota endemis rabies yang mempunyai Rabies Center

12.067.590.000

324.620.000

12.392.210.000

Jumlah Provinsi endemis rabies dengan kab/kota yg mempunyai rabies center

12.067.590.000

Jumlah Kab/Kota endemis rabies yang mempunyai rabies center

324.620.000

Page 29: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

29

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

4

Jumlah kasus Konfirmasi Flu Burung pada Manusia kurang dari 11 pada tahun 2019

544.060.000

3.859.122.000

1.667.695.000

6.070.877.000

Penurunan Jumlah kasus flu burung ,

544.060.000

persentase pelaksanaan Deteksi Dini suspect Flu Burung

1.667.695.000

Pengamatan faktor risiko dan sumber penular flu burung di wilayah kerja

3.794.156.000

Pengamatan faktor risiko dan sumber penular flu burung di wilayah kerja

64.966.000

5

Persentase Angka Kematian kasus Leptospirosis pada Manusia menjadi <15% Tahun 2019

113.250.000

417.108.000

345.240.000

875.598.000

Penurunan persentase angka kematian kasus leptospirosis

113.250.000

persentase pelaksanaan deteksi dini suspect leptospirosis

345.240.000

Pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja

417.108.000

6

Jumlah kasus Antraks pada manusia menjadi <14 Tahun 2019

98.600.000

50.299.000

194.600.000

343.499.000

Penurunan Kasus Antraks

98.600.000

persentase pelaksanaan Deteksi Dini suspect Antraks

194.600.000

Pengamatan faktor risiko dan sumber penular antraks di wilayah kerja

50.299.000

7

Jumlah kasus Pes pada manusia menjadi <1 Tahun 2019

182.260.000

980.777.000

494.915.000

1.657.952.000

Menurunkan kasus Pes pd manusia

182.260.000

persentase pelaksanaan Deteksi Dini suspect Pes

494.915.000

Pengamatan faktor risiko dan sumber penular

980.777.000

Page 30: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

30

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

pes di wilayah kerja

Filariasis dan Kecacingan

21.850.717.000

1.196.726.000

41.201.277.000

64.248.720.000

8

Kab/Kota endemis melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis menuju eliminasi Filariasis

21.188.657.000

700.000.000

40.405.977.000

62.294.634.000

Jumlah provinsi endemis yang dilakukan Kampanye pengendalian filariasis

9.980.070.000

Kampanye Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis Menuju Eliminasi Filariasis ( New Initiative )

11.208.587.000

Jumlah Kab/Kota yang dilakukan Kampanye POMP Filariasis

1.170.000.000

Kampanye Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis Menuju Eliminasi Filariasis ( New Initiative )

39.235.977.000

Jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria

700.000.000

9

Persentase Kabupaten/kota melaksanakan Pemberian Obat Cacing pada anak usia sekolah dan prasekolah

558.300.000

315.580.000

430.300.000

1.304.180.000

Jumlah provinsi yg melaksanakan pemberian obat cacing pada anak usia sekolah dan prasekolah

558.300.000

Kabupaten/kota melaksanakan Pemberian Obat Cacing pada anak usia sekolah dan prasekolah

430.300.000

Jumlah lokasi survei endemisitas Kecacingan

315.580.000

10 Prevalensi Schistosomiasis pada manusia

103.760.000

181.146.000

365.000.000

649.906.000

Penurunan prevalensi Schistosomiasis pada manusia

103.760.000

Page 31: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

31

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Survei Schistosomiasis pada manusia

365.000.000

jumlah survei schistosomiasis yg dilaksanakan

181.146.000

Vektor 22.067.540.000

7.764.579.000

1.513.261.000

31.345.380.000

11

Persentase kab/Kota yang melakukan Pengendalian Vektor terpadu

Jumlah provinsi melakukan surveilans vektor

22.067.540.000

jumlah kab/kota yang melakukan kegiatan surveilans vektor

1.513.261.000

pengamatan vektor dan binatang penggangu

4.670.460.000

pelaksanaan kegiatan surveilans vektor

3.094.119.000

Tata Usaha 3.038.642.000

3.038.642.000

12

Kab/Kota endemis melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis menuju eliminasi Filariasis

Dokumen Perencanaan dan Anggaran

1.777.692.000

Dokumen Evaluasi dan Pelaporan

1.260.950.000

151.341.762.000

26.306.806.000

61.066.482.000

239.976.000.000

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2016

NO IKK USULAN OUTPUT

SATKER OUTPUT SUB OUTPUT 2016

Arbovirosis

1

Persentase kab/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk

Output Pusat

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Arbovirosis

1.428.128

2 Output Pusat

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Yang Meningkat Kualitasnya

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Arbovirosis Yang Meningkat Kualitasnya

1.122.365

3 Output Pusat

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Arbovirosis

5.099.665

4 Output Pusat

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Arbovirosis

48.162.949

5 Output Pusat

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Arbovirosis

381.000

Page 32: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

32

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

6 Output Pusat

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Arbovirosis

162.103

7 Output Dekon

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Di Kab/Kota

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Arbovirosis di Kab/Kota

6.092.218

8 Output KKP

SDM P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD yang meningkat kualitasnya

SDM Pengendalian Arbovirosis di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD) yang meningkat kualitasnya

2.550.000

9 Output KKP

Layanan pelaksanaan P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Arbovirosis di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD)

10 Output BBTKL

Kajian Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Kajian Bidang Pengendalian Arbovirosis

4.000.000

11 Output BBTKL

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Arbovirosis

12 Output BBTKL

Surveilans Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis Lab

Surveilans Pengendalian Arbovirosis berbasis Lab

Malaria

1

Jumlah kabupaten/kota dengan API <1/1.000 penduduk

Output Pusat

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Malaria

3.749.200

2 Output Pusat

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Yang Meningkat Kualitasnya

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Malaria Yang Meningkat Kualitasnya

23.114.940

3 Output Pusat

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Malaria

9.802.295

4 Output Pusat

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Malaria

78.671.550

5 Output Pusat

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Malaria

425.000

6 Output Pusat

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Malaria

1.451.015

7 Output Dekon

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Di Kab/Kota

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Malaria di Kab/Kota

33.520.102

8 Output KKP

SDM P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD yang meningkat kualitasnya

SDM Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD) yang meningkat kualitasnya

4.745.000

9 Output KKP

Layanan pelaksanaan P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD)

10 Output BBTKL

Kajian Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Kajian Bidang Pengendalian Malaria

8.000.000

Page 33: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

33

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

11 Output BBTKL

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Malaria

12 Output BBTKL

Surveilans Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis Lab

Surveilans Pengendalian Malaria berbasis Lab

Zoonosis

1

Persentase kab/kota yang eliminasi rabies

Output Pusat

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Zoonosis

1.293.440

2 Output Pusat

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Yang Meningkat Kualitasnya

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Zoonosis Yang Meningkat Kualitasnya

3.170.170

3 Output Pusat

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Zoonosis

1.922.820

4 Output Pusat

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit zoonosis

43.185.372

5 Output Pusat

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Zoonosis

137.700

6 Output Pusat

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Zoonosis

3.900.187

7 Output Dekon

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Di Kab/Kota

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Zoonosis di Kab/Kota

2.499.760

8 Output KKP

SDM P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD yang meningkat kualitasnya

SDM Pengendalian Zoonosis di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD) yang meningkat kualitasnya

1.000.000

9 Output KKP

Layanan pelaksanaan P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Zoonosis di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD)

10 Output BBTKL

Kajian Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Kajian Bidang Pengendalian Zoonosis

1.250.000

11 Output BBTKL

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Zoonosis

12 Output BBTKL

Surveilans Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis Lab

Surveilans Pengendalian Zoonosis berbasis Lab

Filariasis dan Kecacingan

1

Jumlah kab/kota endemis yang melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) Filariasis

Output Pusat

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Filariasis & Kecacingan

430.190

2

Jumlah kab/kota endemis filaria

berhasil menurunkan

Output Pusat

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Yang Meningkat Kualitasnya

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Filariasis & Kecacingan Yang Meningkat Kualitasnya

4.384.040

Page 34: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

34

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

3

angka mikrofilaria menjadi <1 %

Output Pusat

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Filariasis & Kecacingan

2.927.750

4 Output Pusat

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Filariasis & Kecacingan

19.747.650

5 Output Pusat

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Filariasis & Kecacingan

179.600

6 Output Pusat

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Filariasis & Kecacingan

750.520

7 Output Dekon

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Di Kab/Kota

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Filariasis & Kecacingan di Kab/Kota

117.497.748

8 Output KKP

SDM P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD yang meningkat kualitasnya

SDM Pengendalian Filariasis & Kecacingan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD) yang meningkat kualitasnya

9 Output KKP

Layanan pelaksanaan P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Filariasis & Kecacingan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD)

10 Output BBTKL

Kajian Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Kajian Bidang Pengendalian Filariasis & Kecacingan

2.600.000

11 Output BBTKL

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Filariasis & Kecacingan

12 Output BBTKL

Surveilans Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis Lab

Surveilans Pengendalian Filariasis & Kecacingan berbasis Lab

Vektor

1

Persentase kab/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu

Output Pusat

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pengendalian Vektor

1.885.070

2 Output Pusat

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Yang Meningkat Kualitasnya

Sumber Daya Manusia Pengendalian Penyakit Vektor Yang Meningkat Kualitasnya

1.725.550

3 Output Pusat

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pengawasan Pelaksanaan Pengendalian Vektor

3.037.900

4 Output Pusat

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Vektor

31.328.850

5 Output Pusat

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Peringatan Dini Kejadian Penyakit Vektor

5.123.620

Output Pusat

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Pembinaan Pelaksanaan Pengendalian Vektor

5.289.010

Page 35: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

35

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

6 Output Dekon

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Di Kab/Kota

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Vektor di Kab/Kota

6.335.110

7 Output KKP

SDM P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD yang meningkat kualitasnya

SDM Pengendalian Vektor di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD) yang meningkat kualitasnya

14.855.000

8 Output KKP

Layanan pelaksanaan P2P TVZ di pelabuhan/bandara/PLBD

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Vektor di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Barat (PLBD)

9 Output BBTKL

Kajian Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Kajian Bidang Pengendalian Vektor

5.000.000

10 Output BBTKL

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Teknologi Tepat Guna Bidang Pengendalian Vektor

11 Output BBTKL

Surveilans Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik Berbasis Lab

Surveilans Pengendalian Vektor berbasis Lab

Tata Usaha

1

Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi pelaksanaan POMP Filariasis di Kab/Kota endemis menuju eliminasi

Output Pusat

Layanan Dukungan Manajemen Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Layanan Dukungan Manajemen Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

3.300.561

Tabel. Matriks Pendanaan 2017

NO

SASARAN SUB OUTPUT DO OUTPUT (DO SUB OUTPUT) SATUAN

TARGET 2017

USULAN (Dalam Ribu)

2017

1 Pemberian obat pencegahan massal filariasis (POPM) di daerah kab/kota yang endemis filariasis

Angka absolut orang yang minum obat pencegahan filariasis di seluruh kabupaten endemis filariasis yang melaksanakan POPM filariasis

Orang 35.9 Juta

Orang

108.226.591

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Filariasis

Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Filariasis yang hasilkan

Jumlah NSPK

3 330.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Filariasis

Jumlah Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Filariasis yang mendapat informasi/pelatihan/TOT/ filariasis

Jumlah SDM

100 885.400

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Filariasis

Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Filariasis yang dihasilkan

Paket 12 20.990.000

Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Filariasis

Jumlah Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Filariasis pada tahap persiapan, pelaksanaan dan pasca POPM Filariasis yang di tangani

Kejadian 10 100.000

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis

Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis yang dilaksankan

Layanan 7 3.493.000

Page 36: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

36

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Filariasis di Kab/Kota

Jumlah Layanan Pelaksanaan Pengendalian Filariasis di Kab/Kota, POPM, Tatalaksana kasus kronis filariasis yang dilaksanakan

Kab/Kota

154 78.428.191

Kajian Bidang Pengendalian Filariasis

Jumlah Kajian Bidang Pengendalian Filariasis yang dilaksanakan

Kajian -

Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Filariasis

Jumlah Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Filariasis yang dilaksanakan

Jumlah TTG

-

Surveilans Pengendalian Filariasis Berbasis Lab

Jumlah Kegiatan Surveilans Pengendalian Filariasis Berbasis Lab untuk kegiatan SDJ, Evaluasi Mid term, Pre TAS dan TAS Filariasis Setelah POPM

Jumlah Kab/Kota yang

di survei

40 4.000.000

2 Pengobatan malaria sesuai standar

persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar

Persen 95% 128.494.500

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Malaria yang dihasilkan

Laporan 10 876.500

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Jumlah Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Malaria yang mendapat pelatihan / peningkatan kemampuan / TOT Malaria

Orang 300 10.300.000

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Malaria dihasilkan

Unit 15 65.000.000

Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Jumlah Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Malaria yang ditangani

Layanan 5 425.000

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Malaria

Jumlah layanan pencegahan dan pengendalian penyakit malaria yang dilaksanakan

Layanan 93 4.250.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Malaria di Kab/Kota

Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Malaria di Kab/Kota

Layanan 372 28.143.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Layanan 55 3.000.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD yang mendapat pelatihan /peningkatan kemampuan Malaria

Orang 375 4.500.000

Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Jumlah Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Malaria yang dihasilkan

kali/tahun

46 5.600.000

Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Jumlah Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian yang dihasilkan

Layanan 10 3.000.000

Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Malaria Berbasis Lab

Jumlah Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Malaria Berbasis Lab yang dilaksanakan

kali/tahun

44 3.400.000

Page 37: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

37

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Sasaran dan Indikator Lainnya

3 Tenaga pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit di Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota dan UPT (KKP dan BTKL) yang dilatih

Peningkatan pengetahuan tenaga kab/kota dalam proses melakukan pengendalian, surveilans dan monitoring vektor

Orang 600 16.000.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP

Jumlah Tenaga Entokes terlatih di Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota, UPT

Orang 90 2.600.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP di Kab/Kota/Puskesmas

Jumlah Tenaga terlatih Pengendalian Vektor dan Biantang Pembawa Penyakit di Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas

Orang 378 8.500.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah Tenaga yang Mengikuti Pelatihan Pengendalian Vektor dan BPP, Seminar yang berhubungan dengan Vektor dan BPP dan Kursus di Salatiga (Nyamuk, lalat dan reservoar dan BBTKL surabaya Tikus Dan Pinjal

Orang 132 4.900.000

4 Cakupan Kab/Kota endemis Demam Berdarah dan Malaria yang melakukan pengendalian vektor terpadu

Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang kegiatan pengendalian vektor dengan 2 atau lebih metode sekaligus

Kab/Kota

58 42.619.966

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP

Jumlah Pedoman, Juknis dan Aturan lainnya yang berhubungan dengan Vektor dan BPP yang dihasilkan

laporan 3 1.630.000

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP

Jumlah Alat dan Bahan Surveilans/pengendalian Vektor yang tersedia

unit 6 8.380.000

Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan PengendalianVektor dan BPP

Jumlah kejadian dan Diteksi dini vektor dan binatang pembawa penyakit yang di tanggani

laporan 18 2.170.000

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Vektor dan BPP

Jumlah layanan pencegahan dan pengendalian penyakit yang diturkan vektor dan BPP

laporan 34 5.062.966

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP di Kab/Kota

Jumlah Kab/kota yang melakukan pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP

laporan 34 3.400.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah layanan pencegahan dan pengendalian penyakit yang diturkan vektor dan BPP yang dialkukan di KKP

layanan 368 13.887.000

Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP

Jumlah Kajian vektor dan BPP yang dilakukan

laporan 51 5.590.000

Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Jumlah TTG yang di hasilkan untuk surveilans dan pengendalian vektor dan BPP

laporan 10 1.000.000

Page 38: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

38

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BPP Berbasis Lab

Jumlah surveilans vektor dan BPP yang dilakukan komfirmasi laboratorium

laporan 20 1.500.000

5 Cakupan pemberian obat cacing pada Anak usia pra sekolah dan sekolah

Jumlah absolut anak (usia pra sekolah dan sekolah) yang minum obat cacing

Anak 33.4 Anak

8.508.162

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan

Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan yang di hasilkan

Jumlah NSPK

2 220.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan

Jumlah Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Cacingan yang mendapat tambahan informasi/pelatihan/ Kecacingan

Jumlah SDM

100 885.400

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan

Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan yang dihasilkan

Paket 4 650.000

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kecacingan

Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kecacingan yang dilaksanakan

Layanan 6 1.180.953

Layanan Pelaksanaan Pengendalian Kecacingan di Kab/Kota

Jumlah Layanan Pelaksanaan Pengendalian Kecacingan melalui Pengobatan Massal Kecacingan di Kab/Kota

Anak 33.4 Anak

5.571.809

Kajian Bidang Pengendalian Kecacingan

Kegiatan Kajian Bidang Pengendalian Kecacingan yang dilaksanakan

Kajian -

Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan

Jumlah Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Kecacingan yang dilaksanakan

Jumlah TTG

-

Surveilans Pengendalian Kecacingan Berbasis Lab

Jumlah Kegiatan Surveilans Pengendalian Kecacingan Berbasis Lab untuk kegiatan penilaian prevalensi maupun evaluasi pasca pengobatan massal kecacingan

Jumlah Kab/Kota yang

di survei

-

6 Pembentukan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

Kabupaten/kota yang melaksanakan Pembentukan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.

Persen 40 33.297.764

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah NSPK pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang disusun/dicetak selama 1 tahun.

Dokumen/Lapora

n

2 850.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah orang yang mendapatkan sosialisasi/informasi/refreshing pencegahan dan pengendalian arbovirosis.

Orang 120 700.000

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah pengadaan logistik pencegahan dan pengendalian arbovirosis oleh pusat dan didistribusikan ke daerah.

Paket 5 20.262.764

Page 39: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

39

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Arbovirosis

Jumlah layanan pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh pusat ke daerah.

Lokasi/Layanan

34 1.420.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis di Kab/Kota

Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh provinsi ke kabupaten/kota.

Lokasi/Layanan

206 2.595.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh KKP di wilayah kerja KKP.

Lokasi/Layanan

49 2.190.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah orang di wilayah kerja KKP yang mendapatkan sosialisasi/informasi/refreshing pencegahan dan pengendalian arbovirosis.

Orang 1150 4.145.000

Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah kajian pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh B/BTKL-PP.

Dokumen/Lapora

n

10 490.000

Teknologi Tepat Guna Bidang Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis Pembawa Penyakit

Jumlah TTG yang dihasilkan dan digunakan dalam pencegahan dan pengendalian arbovirosis.

Dokumen/Lapora

n

10 645.000

7 Deteksi dini penyakit DBD

Jumlah puskesmas rawat inap yang mampu melakukan deteksi dini penyakit DBD dengan melakukan pemeriksaan menggunakan RDT DBD dan pemeriksaan laboratorium darah sederhana (leukosit, trombosit dan hematokrit).

Persen 40 20.935.000

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah NSPK pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang disusun/dicetak selama 1 tahun.

Dokumen/Lapora

n

2 150.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah tenaga kesehatan yang mendapatkan sosialisasi/informasi/refreshing tentang deteksi dini DBD dan penyakit arbovirosis lainnya.

Orang 60 350.000

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah pengadaan logistik pencegahan dan pengendalian arbovirosis oleh pusat dan didistribusikan ke daerah.

Paket 3 10.000.000

Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah daerah yang dikunjungi/diinvestigasi oleh pusat pada saat KLB/pasca KLB/situasi khusus.

Lokasi/Layanan

20 600.000

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Arbovirosis

Jumlah layanan pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh pusat ke daerah.

Lokasi/Layanan

34 3.400.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis di Kab/Kota

Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh provinsi ke kabupaten/kota.

Lokasi/Layanan

206 2.905.000

Page 40: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

40

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah layanan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh KKP di wilayah kerja KKP.

Lokasi/Layanan

49 665.000

Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Jumlah kajian pencegahan dan pengendalian arbovirosis yang dilakukan oleh B/BTKL-PP.

Dokumen/Lapora

n

10 490.000

Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis Berbasis Lab

Kegiatan surveilans pencegahan dan pengendalian arbovirosis berbasis lab yang dilakukan oleh B/BTKL-PP.

Dokumen/Lapora

n

10 2.375.000

8 Eliminasi kasus rabies pada manusia di kabupaten /kota

Jumlah kabupaten/kota yang tidak ditemukan kasus rabies pada manusia (lyssa) selama 2 tahun berturut-turut

45.870.527

Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Jumlah Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis yang dihasilkan

Jumlah NSPK

5 1.405.550

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Jumlah Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis yang meningkat pengetahuannya

Jumlah SDM

350 4.100.000

Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Jumlah Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis yang tersedia

Paket 15 23.078.187

Peringatan Dini Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Jumlah Kejadian Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis yang ditangani secara dini

lokasi 10 238.000

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis

Jumlah Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis yang dilakukan

layanan 30 6.048.790

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Kab/Kota

Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Kab/Kota yang dilaksanakan

layanan 5 5.000.000

Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah Layanan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD yang dilaksanakan

lap 99 2.000.000

Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD

Jumlah Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis di Pelabuhan/Bandara/PLBD yang meningkat pengetahuannya

orang 1700 1.000.000

Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Jumlah Laporan Kajian Bidang Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis yang dilakukan

lap 20 2.000.000

Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis Berbasis Lab

Jumlah Laporan Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis Berbasis Lab yang dilakukan

lap 10 1.000.000

Page 41: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

41

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

9 Pemberian obat pencegahan massal filariasis (POPM) di daerah kab/kota yang endemis filariasis

Jumlah Layanan dukungan manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dalam 1 tahun

Layanan 6 3.547.490

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2018

KODE OUTPUT / SUB OUTPUT / KOMPONEN PN/PB

VOLUME /

TARGET

SATUAN

PENDANAAN TAHUN 2018 (dalam juta)

RUPIAH

2059.001 Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

PB 2

Dokumen 560.050.000

2059.001.002 Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

1 Dokumen 178.390.000

2059.001.002.051 Penyusunan NSPK pencegahan dan pengendalian arbovirosis

178.390.000

2059.001.003 Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

1 Dokumen 381.660.000

2059.001.003.051 Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

381.660.000

2059.002 Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

PN

80 Orang 461.200.000

2059.002.003 Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

80 Orang 461.200.000

2059.002.003.054 Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis

461.200.000

2059.003 Sarana Prasarana Penunjang Prioritas Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

PN 16

Jenis 32.213.700.000

2059.003.002 Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

11 Jenis 4.390.900.000

2059.003.002.052 Pelaksanaan pengadaan alat/bahan pencegahan dan pengendalian arbovirosis

4.390.900.000

2059.003.003 Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

5

Jenis 27.822.800.000

2059.003.003.053 Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

27.822.800.000

2059,005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria PN 364

Layanan 75.462.900.000

2059.005.001 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Malaria Pusat

PN 20

Layanan 1.584.900.000

2059.005.001.051 Assesment Penilaian Eliminasi malaria 1.000.000.000

2059.005.001.059 Workshop evaluasi Gebrak Malaria dalam pengembangan dan pengaktifan Malaria Center

584.900.000

2059.005.002 Layanan Pelaksanaan Pengendalian Malaria Di Kabupaten/Kota

PN 285

Layanan 15.040.000.000

2059.005.002.064 Pre Assesment Penilaian Eliminasi Malaria 700.000.000

2059.005.002.065 Post Eliminasi Malaria 4.940.000.000

2059.005.002.066 Akselerasi Penemuan Kasus Malaria di Daerah Endemis Tinggi

3.970.000.000

Page 42: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

42

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2059.005.002.067 Assesment Pengendalian Vektor Malaria Terpadu 1.760.000.000

2059.005.002.068 Penemuan Kasus Aktif (MBS Fokus) 1.375.000.000

2059.005.002.069 Re-Orientasi Eliminasi Malaria 2.295.000.000

2059.005.003 Layanan Pelaksanaan Pengendalian Malaria di Pelabuhan/Bandara/PLBD

PN 49

Layanan 7.275.000.000

2059.005.003.060 Surveilans Migrasi di Pelabuhan dan bandara, termasuk Malaria Cross Border

1.975.000.000

2059.005.003.055 Pengamatan Faktor Resiko pencegahan dan pengendalian malaria

1.650.000.000

2059.005.003.056 Survei Demam Massal Malaria (Mass Fever Survey) penumpang di pelabuhan dan bandara

1.210.000.000

2059.005.003.061 Pengadaan Media Promosi dan KIE Malaria 2.440.000.000

2059.005.004 Layanan Pengendalian Penyakit Malaria di BTKL PN 10

Layanan 6.863.000.000

2059.005.004.059 Evaluasi PKMF (Pekan Kelambu Massal Fokus) dan Pekan Kelambu Massal

2.323.000.000

2059.005.004.056 Pemetaan luas wilayah Reseptifitas daerah malaria 3.040.000.000

2059.005.004.052 Monitoring resistensi dan uji efikasi obat anti malaria 1.500.000.000

2059.005.005 Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Malaria

PN 3

Jenis 44.700.000.000

2059.005.005.051 Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan Pengendalian Malaria

2.503.850.000

2059.005.005.052 Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Malaria

42.196.150.000

2059.006 Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis PB

45 Layanan 6.374.185.000

2059.006.001 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Arbovirosis Pusat

35

Layanan

1.374.185.000

2059.006.001.052 Koordinasi LS/LP pencegahan dan pengendalian arbovirosis

450.285.000

2059.006.001.053 Advokasi dan Sosialisasi pencegahan dan pengendalian arbovirosis

207.400.000

2059.006.001.054 Surveilans pencegahan dan pengendalian arbovirosis

243.500.000

2059.006.001.055 Monitoring Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Arbovirosis

303.000.000

2059.006.001.057 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan dan pengendalian arbovirosis

170.000.000

2059.006.004 Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis di BTKL

10

Layanan 5.000.000.000

2059.006.004.053 Surveilans Arbovirosis Berbasis laboratorium 5.000.000.000

2059.007 Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis PB

40 Layanan 12.411.300.000

2059.007.001 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis Pusat

30 Layanan 4.834.300.000

2059.007.001.051 Bimbingan Teknis/Supervisi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

500.790.000

2059.007.001.053 Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

102.432.000

2059.007.001.054 Koordinasi LS/LP Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

1.129.540.000

2059.007.001.055 Assesment Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

800.050.000

2059.007.001.056 Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis 504.388.000

2059.007.001.057 Monitoring Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis

301.400.000

2059.007.001.059 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Zoonosis 1.495.700.000

2059.007.004 Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis di BTKL

25 Layanan 7.577.000.000

Page 43: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

43

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2059.007.004.051 Kajian kualitas rantai dingin penyimpanan vaksin anti rabies

825.000.000

2059.007.004.052 kajian faktor resiko penyakit zoonosa 1.225.000.000

2059.007.004.053 surveilans penyakit zoonosa 2.875.000.000

2059.007.004.054 Surveilans dan Penanggulangan KLB Zoonosis 1.100.000.000

2059.007.004.055 Peningkatan Kapasitas dalam rangka pengendalian Zoonosis

1.552.000.000

2059.008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

PN

611 Layanan 148.945.100.000

2059.008.001 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan Pusat

34 Layanan 4.666.548.000

2059.008.001.056 Koordinasi LS/LP Pengendalian Filariasis dalam rangka Peningkatan Program

1.000.008.000

2059.008.001.076 Peningkatan Kapasitas Tenaga Entomologi / Pengendalian Vektor Filariasis dan Vektor lain

1.060.120.000

2059.008.001.077 Surveilans Vektor filariaisi dan vektor di daerah Perbatasandan kepulauan terluar

65.120.000

2059.008.001.078 Survei Efektifitas penggunaan Insektisida dalam pengendalian Vektor pasca POPM Filariasis Terpadu

267.580.000

2059.008.001.079 Surveilans Vektor dan BPP Filariasis terpadu 1.399.650.000

2059.008.001.080 Bimbingan Teknis/Supervisi Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor lainya dan BPP

107.100.000

2059.008.001.082 Monitoring Metode Pengendalian Vektor Filariaisis/Vektor lainya dan BPP secara Terpadu

185.760.000

2059.008.001.083 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor lainya dan Binatang Pembawa Penyakit

180.000.000

2059.008.001.084 Surveilans ASIAN GAMES Situasi Khusus/KLB/Pasca KLB Vektor Filariaisis/ Vektor lainya dan Binatang Pembawa Penyakit

401.210.000

2059.008.004 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan di BTKL

10 Layanan 1.013.018.000

2059.008.004.054 Survei Prilaku Vektor (DBD,Malaria dan Filariasis) 390.000.000

2059.008.004.055 Surveilans Vektor dan BPP Berbasis Lab (Virus, Parasit, Cacing dan Pes )

360.000.000

2059.008.004.056 Koordinasi Teknis Instalasi Entomologi dalam menunjang eliminasi Filariasis dan Malaria

263.018.000

2059.008.005 Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis Pusat

225 Layanan

11.744.811.000

2059.008.005.051 supervisi Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Terpadu

382.000.000

2059.008.005.052 Supervisi Evaluasi Penularan Filariasis dan Kecacingan (Transmission Assessment Survey/TAS Filariasis) Terpadu

366.720.000

2059.008.005.053 Supervisi Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu

30.560.000

2059.008.005.054 Bimbingan Teknis Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan terpadu

370.200.000

2059.008.005.055 Pencegahan Dini/ Penanggulangan Kejadian Ikutan Minum Obat (POPM) Filariasis dan Kecacingan terpadu

405.750.000

2059.008.005.056 Survei Prevalensi Cacingan di Daerah Fokus Stuning terpadu

3.088.120.000

2059.008.005.059 Workshop Penguatan Program P2PTVZ Terpadu dalam Pencapaian Eliminasi Filariasis

941.560.000

2059.008.005.060 Koordinasi National Task Force/Pokja Filariasis

19.604.000

2059.008.005.061 Koordinasi Komite Ahli Pengobatan Filariasis (KAPFI)

19.600.000

Page 44: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

44

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2059.008.005.063 Advokasi dan Sosialisasi Terintegrasi daerah binaan P2PTVZ dalam rangka akselerasi eliminasi Filariasis Terpadu di Kabupaten/Kota

5.263.322.000

2059.008.005.065 Evaluasi program eradikasi schito ls/lp terpadu

486.335.000

2059.008.005.066 Koordinasi Lintas Kementerian Lembaga dalam rangka Eradikasi Schistsomiasis

371.040.000

2059.008.006 Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis Kab/Kota

1 Layanan

903.448.000

2059.008.006.051 Bulan Eliminasi Kaki Gajah/BELKAGA

903.448.000

2059.008.007 Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis B/BTKL

54 Layanan

14.550.000.000

2059.008.007.051 Workshop Epidemiologi Fasciolopsis buski regional Kalimantan

350.000.000

2059.008.007.052 Surveilans Evaluasi Pasca POPM Filariasis dan kecacingan Pre TAS Terpadu

3.900.000.000

2059.008.007.053 Survei Evaluasi Pasca POPM Filariasis dan Kecacingan (Transmission Assessment Survey/TAS Filariasis) Terpadu

6.460.000.000

2059.008.007.054 Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu

1.100.000.000

2059.008.007.055 Survei Evaluasi Prevalensi Kecacingan terpadu

740.000.000

2059.008.007.056 Desiminasi Hasil Survey

2.000.000.000

2059.008.008 Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

4 Dokumen

903.168.000

2059.008.008.052 Penyusunan Modul Pelatihan Schistosomiasis

352.868.000

2059.008.008.053 Penyusunan Modul Pelatihan Transmission Assessment Survey/TAS Filariasis

237.700.000

2059.008.008.054 Penyusunan Modul Pelatihan Kecacingan

236.500.000

2059.008.008.056 Finalisasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian Filariasis,Kecacingan dan Schistosomiasis

76.100.000

2059.008.009 Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

95

Orang 1.162.634.000

2059.008.009.051 Peningkatan Kapasitas Teknis Manajemen Informasi Sistem Penanggulangan Filariasis, Kecacingan dan terpadu

488.136.000

2059.008.009.052 Peningkatan Kapasitas tenaga Mikroskopis Filariasis dan Kecacingan

674.498.000

2059.008.010 Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis dan Kecacingan di Kab/Kota

125

Layanan 68.749.929.000

2059.008.010.051 Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis dalam upaya peningkatan cakupan minum obat filariasis

9.850.000.000

2059.008.010.052 Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis

4.800.000.000

2059.008.010.053 Pelaksanaan POPM Filariasis

43.927.639.000

2059.008.010.054 Sosialisasi dan Advokasi POPM Kecacingan

5.971.778.000

2059.008.010.055 Pelaksanaan POPM Kecacingan daerah non Endemis Filariasis dan daerah Pasca POPM Filariasis

4.200.537.000

2059.008.011

Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor Lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit

4 Dokumen 789.797.000

2059.008.011.051 Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit

31.800.000

Page 45: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

45

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2059.008.011.053 Sosialisasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor Lainya dan Binatang Pembawa Penyakit

757.997.000

2059.008.012 Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis dan Vektor Lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit

30 Orang 410.840.000

2059.008.012.051 Diklat, seminar dan Kursus Tentang surveilans vektor Filariasis /Malaria/Vektor lainya dan binatang pembawa penyakit

134.000.000

2059.008.012.052 Fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga pengendalian vektor Filariasis dan Vektor Lainya di daerah/UPT

276.840.000

2059.008.013 Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

23

Jenis 40.260.507.000

2059.008.013.051 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

17.654.597.000,0

2059.008.013.052 Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

3.217.150.000,0

2059.008.013.053 Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

17.171.160.000,0

2059.008.013.054 Pelaksanaan Pengiriman Obat dan Logistik lainnya ke Daerah

2.217.600.000,0

2059.008.014

Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis/Vektor Lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit

6 Jenis 3.790.400.000

2059.008.014.051 Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filarisis /Vektor lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit

1.780.850.000

2059.008.014.052 Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis /Vektor Lainya dan Binatang Pembawa Penyakit

2.009.550.000

2059.009 Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

PN

49 Layanan 32.043.000.000

2059.009.003 Layanan Pelaksanaan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Pelabuhan/Bandara/PLBD

49 Layanan 32.043.000.000

2059.009.003.051 Surveilans Vektor (Aedes, Anopheles, Pinjal dan Lalat)

4.170.000.000

2059.009.003.052 Surveilans Binatang Pembawa Penyakit 2.206.000.000

2059.009.003.053 Pengendalian Vektor (Fogging, IRS , Larvasida dan PSM)

5.590.000.000

2059.009.003.054 Pengendalian Binatang Pembawa Penyakit 2.046.000.000

2059.009.003.055 Monitoring Resistensi/Efikasi 2 Jenis Bahan Aktif Insektisida

730.000.000

2059.009.003.056 Sarana dan Prasana Pengendalian Vektor dan BPP seperti : Mesin Fog, Spaycan, Insektisida Parangkap Tikus, Entomologi Kit dll)

6.559.000.000

2059.009.003.057 Pengawasan Pengendalian Vektor dan BPP di Wilayah Kerja KKP

3.625.000.000

2059.009.003.058 Koordinasi , Advokasi dan Sosialisasi Pengendalian Vektor dan BPP di KKP

2.976.000.000

2059.009.003.059 Peningkatan Kapasitas SDM tenaga Jabfung Entomologi dan Pengendalian Vektor

2.591.000.000

2059.009.003.060 Diklat Regional Pengendalian Vektor Di banadara/Pelabuhan Laut

1.550.000.000

2059.010 Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis PN

70 Layanan 15.064.900.000

2059.010.001 Pelaksanaan Surveillans Schistosomiasis pada manusia dan keong

28 Desa 3.210.000.000

2059.010.001.051 Surveilans Schistosomiasis pada manusia dan Keong

3.210.000.000

2059.010.002 Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal Schistosomiasis

28 Desa 200.000.000

Page 46: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

46

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2059.010.002.051 Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal Schistosomiasis

200.000.000

2059.010.003 Pelaksanaan Penyediaan sarana dan prasarana pencegahan dan pengendalian schistosomiasis

14 Jenis 11.654.900.000

2059.010.003.051 Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Schistosomiasis

11.654.900.000

2059.011 Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua PN

10 Layanan 6.450.000.000

2059.011.001 Akselerasi Eliminasi Malaria di Wilayah Papua PN

5 Layanan 5.300.000.000

2059.011.001.051 Scalling Up Pencegahan, Diagnosis dan Tatalaksana Pengobatan Tepat Malaria (dekon) (Pro PN)

1.350.000.000

2059.011.001.052 Advokasi Rencana Aksi Percepatan Eliminasi Malaria di Papua (Dekon) (Pro PN)

750.000.000

2059.011.001.053 Workshop Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center di Papua

2.000.000.000

2059.011.001.054 Pentaloka Pengendalian Vektor Malaria dalam Pengembangan Malaria Center

1.200.000.000

2059.011.002 Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center

PN

5 Layanan 1.150.000.000

2059.011.002.051 Pelaksanaan Pengadaan Alat Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center

506.400.000

2059.011.002.052 Pelaksanaan Pengadaan Media Promosi dan KIE Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center

643.600.000

2059,012 Pengendalian tular vektor dan zoonotik dalam rangka Asian Games dan Para Games

PN 6

Layanan 427.226.000

2059.012.001 Tanpa Sub Output PN 6

Layanan 427.226.000

2059.011.002.051 Penyediaan alat bahan kesehatankegiatan pengendalian penyakit tular vektor zoonotik

187.536.000

2059.011.002.052 Pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit tular vektor zoonotik

239.690.000

2059.951 Layanan internal(over head) PB 1

Layanan 2.364.700.000,0

2059.951.001 Tanpa Sub Output

1 Layanan

2.364.700.000,0

2059.951.001.051 Penyusunan Rencana Program dan Anggaran 650.580.000

2059.951.001.052 Pengelolaan Kepegawaian 417.620.000

2059.951.001.053 Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi 324.560.000

2059.951.001.054 Pengelolaan Data Data Informasi 28.080.000

2059.951.001.055 Pengadaan Sarana Kantor 200.020.000

2059.951.001.056 Pengelolaan Keuangan 407.920.000

2059.951.001.057 Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) 335.920.000

332.778.261.000

Tabel. Matriks Pendanaan Tahun 2019

KEMENTRIAN-LEMBAGA/UNIT/PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/KOMPONEN SATUAN JENIS Pembagian VOLUME

ALOKASI (JUTA

RUPIAH)

2019 2019

024-KEMENTERIAN KESEHATAN

05-Ditjen Pencegahan dan Pengendaliaan Penyakit

08-Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Page 47: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

47

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

2059-Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

425.967,73

001-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Dokumen Teknis

9

3.497,75

001-002-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pusat

4

1.028,85

051-Penyusunan NSPK pencegahan dan pengendalian arbovirosis

233,68

052-Finalisasi NSPK pencegahan dan pengendalian arbovirosis

426,00

053-Sosialisasi NSPK pencegahan dan pengendalian arbovirosis

369,17

001-003-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pusat 2 1.200,00

051-Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

800,00

052 -Evaluasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

400,00

001-005-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pusat 3

1.269

051 Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

109,5

052 Finalisasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

509,7

053 Sosialisasi NSPK Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

649,7

002-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Orang Teknis 230

8.644,17

002-003-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pusat 80 5.045,37

054-Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis

900,00

055 -Ceramah Klinis Leptospirosis 900,00

056 -Penguatan Sumberdaya Pengendalian Zoonosis dengan pendekatan OH

995,37

057 -Percepatan Program Eliminasi Rabies 2.250,00

002-005-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pusat 150

3.598,80

051 Peningkatan Kapasitas Tenaga Entomologi / Pengendalian Vektor

2.244,60

052 Diklat, seminar dan Kursus Tentang surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit

169,50

053 Fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga pengendalian vektor di daerah/UPT

1.184,70

003-Sarana Prasarana Penunjang Prioritas Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Jenis Teknis 50 55.695,39

003-001-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

Pusat 12 21.797,39

052-Pelaksanaan pengadaan alat/bahan pencegahan dan pengendalian arbovirosis

21.797,39

003-002-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

Pusat 13 2.265,00

053-Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

2.265,00

003-003-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Pusat 12 25.846,00

051 Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Surveilans dan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

25.846,00

003-004-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Schistosomiasis

Pusat 10 5.475,00

Page 48: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

48

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

051-Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Schistosomiasis

5.475,00

003-005-Sarana Prasarana Penunjang Prioritas Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Pusat 3 312,00

055-Pengadaan Sarana Kantor 312

005-Layanan Capaian Eliminasi Malaria Layanan Teknis 515 65.909,00

005-001-Layanan Capaian Eliminasi Malaria Pusat Pusat 34 3.450,00

051-Assesment Penilaian Eliminasi malaria 1500

061 - Pengembangan surveilans pencegahan dan pengendalian malaria

800

062 - Pembinaan dan Koordinasi Kegiatan LS/LP Malaria

100

063 - Sosialisasi dan Adokasi Pencegahan dan Pengendalian Malaria

400

064 - Workshop Komisi Ahli Malaria 200

065 - Workshop Forum Gebrak Malaria 400

066 - Media briefing Update Informasi Malaria

50

005-002-Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Pusat 1

350,00

051 - Penyusunan NSPK Pencegahan dan Pengendalian Malaria

350,00

005-003-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Malaria

Pusat 132

1.350,00

051 - Workshop Tatalaksana Kasus Malaria

350,00

052 - Workshop Evaluasi Mikroskopis

650,00

053 - Sosialisasi Kader Terintegrasi

350,00

005-004-Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Malaria Pusat 11 28.579,00

051 - Pelaksanaan Pengadaan Alat Pencegahan dan Pengendalian Malaria

4.613,65

052 - Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Malaria

23.512,25

053 - Pelaksanaan Pengadaan Media Promosi dan KIE

369,10

054 - Pemeliharaan Back Up server Pusdatin (e-sismal)

84,00

005-005-Layanan Capaian Eliminasi Malaria Kab/Kota Dekonsentrasi 33 10.380,00

064-Pre Assesment Penilaian Eliminasi Malaria

1.000,00

065-Post Eliminasi Malaria 3.000,00

067-Assesment Pengendalian Vektor Malaria Terpadu

600,00

068-Penemuan Kasus Aktif (MBS Fokus) 750

069-Re-Orientasi Eliminasi Malaria 2.025,00

070 - Surveilans PE 1-2-5 975,00

071 - TOT Mikroskopis 1.000,00

072 - Surveilans Migrasi 500,00

073 - Sosialisasi Tatalaksana pengobatan ke Rumah Sakit

430,00

074 - Peningkatan Kapasitas Tenaga penyemprot (IRS)

100,00

005-003-Layanan Capaian Eliminasi Malaria PLBD KKP 49 8.500,00

055-Pengamatan Faktor Resiko pencegahan dan pengendalian malaria

2.000,00

056-Survei Demam Massal Malaria (Mass Fever Survey) penumpang di pelabuhan dan bandara

1.500,00

060-Surveilans Migrasi di Pelabuhan dan bandara, termasuk Malaria Cross Border

2.500,00

061-Pengadaan Media Promosi dan KIE Malaria

2.500,00

Page 49: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

49

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

005-004-Layanan Capaian Eliminasi Malaria B/BTKL PP B/BTKL PP 10 9.000,00

052-Monitoring resistensi dan uji efikasi obat anti malaria

2.000,00

056-Pemetaan luas wilayah Reseptifitas daerah malaria

2.500,00

059 - Percepatan Eliminasi Malaria 1.000,00

060 - Monitoring resistensi Insektisida 2.000,00

061 - Uji Kualitas RDT 1.000,00

062 - TOT tenaga penyemprot IRS 500,00

005-U01-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 400

100-IRS/ Indoor Residual Spraying (Penyemprotan insektisida pada dinding rumah)

400

005-U02-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 500

100-Sediaan darah mikroskop malaria yang diuji silang (% sensitivitas, spesifitas, akurasi spesies)

500

005-U03-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 1.500,00

100-Survei Darah Massal Malaria (Angka Parasite Rate)

1.500,00

005-U04-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49 800,00

100-IRS/ Indoor Residual Spraying (Penyemprotan insektisida pada dinding rumah) di daerah sulit

800,00

005-U05-Layanan Capaian Eliminasi Malaria SBK 49

1.100,00

100-Survei Darah Massal Malaria (Angka Parasite Rate) di daerah sulit

1.100,00

006-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis Layanan Teknis 701 46.018,50

006-001-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis Pusat Pusat 88

5.966

054-Surveilans pencegahan dan pengendalian arbovirosis

1.374,00

057-Penguatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik

2.357,92

058-Intensifikasi Percepatan Penurunan IR DBD

2.233,58

006-002-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis di Kab/Kota Dekonsentrasi 505 17.153,00

052- Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kabupaten/Kota

6.540,00

053-Penguatan Tatalaksana dan Diagnostik DBD /penyakit Arbovirosis Lainnya

4.830,00

054-Intensifikasi Pengendalian DBD di Kabupaten/Kota

3.863,00

055-Media KIE Pengendalian DBD (PSN 3M Plus)/Penyakit Arbovirosis Lainnya

1.920,00

006-003-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis di Pelabuhan dan Bandara

KKP 98 14.700,00

052-Pembinaan Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Wilayah Kerja KKP

8.820

053-Surveilans/Kewaspadaan Dini Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis

5.880

006-004-Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis B/BTKL PP B/BTKL PP 10 8.200,00

053-Surveilans Arbovirosis Berbasis laboratorium

8.200

007-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis Layanan Teknis 237 20.694,77

007-001-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis Pusat 100 3.294,77

051-Bimbingan Teknis/Supervisi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

507,75

053-Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

102,40

054-Koordinasi LS/LP Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

1.140,44

055-Assesment Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

811,76

Page 50: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

50

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

056-Surveilans Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

556,32

057-Monitoring Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis

113,40

059-Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Zoonosis

62,70

007-002-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis di Kab/Kota Dekonsentrasi 102 7.400,00

051 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Deteksi dini dan Tatalaksana Zoonosis

3.725,00

052 Monitoring dan Evaluasi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

2.000,00

053 Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis

1.675,00

007-004-Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis B/BTKL PP 35 10.000,00

052-kajian faktor resiko penyakit zoonosa 2.800,00

053-surveilans penyakit zoonosa 4.700,00

056 Monev Pengendalian ZOonosis 1.700,00

057 Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB Zoonosis

800,00

008-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan Layanan Teknis 519 111.736,88

008-001-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan Pusat

Pusat 34 13.360,14

051-supervisi Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria

351,44

052-Supervisi Penilaian Penularan Filariasis (Transmission Assessment Survey/TAS Filariasis) Terpadu

565,36

053-Supervisi Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu

30,56

054-Bimbingan Teknis Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan terpadu

386

055-Pencegahan Dini/ Penanggulangan Kejadian Ikutan Minum Obat (POPM) Filariasis dan Kecacingan terpadu

400

056-Survei Prevalensi Cacingan di Daerah Fokus Stuning terpadu

4.250,00

059-Workshop Penguatan Program P2PTVZ Terpadu dalam Pencapaian Eliminasi Filariasis

1500

060-Koordinasi National Task Force/Pokja Filariasis

20

061-Koordinasi Komite Ahli Pengobatan Filariasis (KAPFI)

19,6

067-Advokasi dan sosialisasi kecacingan terintegrasi dalam rangka intervensi stunting

1.570,00

068 Evaluasi Pelaksanaan POPM Cacingan Terintegrasi dalam Rangka Intervensi Stunting

1.967,182

069 Workshop dalam Rangka Survei Pasca POPM berbasis Rumah Sakit

900,00

070 Pelaksanaan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA)

700,00

071 Pertemuan Monitoring dan Evaluasi POPM Filariasis dan Kecacingan

350

072 Koordinasi LS/LP Filariasis dan kecacingan dalam Rangka Peningkatan Program

350

008-002-Norma atau Standar atau Prosedur atau Kriteria (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

Pusat 4 1215,9

051-Penyusunan Juknis Pasca Surveilans Filariasis

353,00

052-Penyusunan Juknis Tatalaksana Kasus Klinis Filariasis

237,70

053-Penyusunan Juknis Pengobatan Cacingan pada Ibu Hamil dan Remaja Putri

312,60

054-Penyusunan Juknis Pemeriksaan Laboratorium cacingan

312,60

008-003-Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

Pusat 138

2.645,00

Page 51: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

51

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

051-Peningkatan Kapasitas Teknis Manajemen Informasi Sistem Penanggulangan Filariasis, Kecacingan dan terpadu

1.000,00

052-Peningkatan Kapasitas petugas laboratorium dalam rangka POPM Cacingan.

700,00

053-Workshop Penguatan Tata laksana kasus kronis Penyakit Filariasis

945,00

008-004-Sarana Prasarana Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

Pusat 23 28.615,50

051-Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

9.290,00

052-Pelaksanaan Pengadaan Bahan Pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan

16.835,50

053-Pelaksanaan Pengiriman Obat dan Logistik lainnya ke daerah

2.490,00

008-005-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan Dekonsentrasi 275 52.900,34

051-Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis

7.516,07

052-Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis

3.800,00

053-Pelaksanaan POPM Filariasis 21.731,52

054-Sosialisasi dan Advokasi POPM Kecacingan

8.623,559

055-Pelaksanaan POPM Kecacingan 9.297,833

056- Bulan Eliminasi Kaki Gajah 950,00

058-Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis

981,359

008-007-Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan B/BTKL PP

B/BTKL PP 50 13.000,00

052-Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Pasca POPM Filariasis Terpadu

2.000,00

053-Survei Penilaian Penularan Filariasis dan Kecacingan (Transmission Assessment Survey/TAS Filariasis) Terpadu

5.550,00

054-Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu

750

055-Survei Evaluasi Prevalensi Kecacingan terpadu

3.000,00

056-Desiminasi Hasil Survey 1.500,00

057 Survei Prevalensi Fasciolopsis Buski di Kalimantan

200

009-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Layanan Teknis 1040 72.922,99

009-001 Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Pusat

Pusat 225 11.736,40

051 Bimbingan Teknis dan Supervisi Pengendalian Vektor dan BP2

1.184,70

052 Surveilans Vektor Filariasis, Malaria dan Vektor Lainnya di Daerah Perbatasan dan Kepulauan Terluar

431,80

053 Surveilans Vektor dan BPP terpadu menuju eliminasi dan eradikasi penyakit tular veKtor

2.325,40

054 Surveilans/Situasi Khusus/KLB/Pasca KLB Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

442,20

055 Monev Efektifitas/Resistensi Penggunaan Insektisida dalam Pengendalian Vektor Filariasis, Malaria dan Vektor Lainnya

2.325,40

056 Monitoring Metode Pengendalian Vektor dan BPP secara Terpadu

1.888,00

057 Pelaksanaan Pengadaan Media KIE Pencegahan dan Pengendalian Vektor Filariasis / Vektor lainnya dan Binatang Pembawa Penyakit

195,00

058 Koordinasi Kader Kesehatan Terpadu P2PTVZ

1.888,00

Page 52: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

52

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

059 Pembinaan dan Koordinasi Jabatan Fungsional Entomologi Kesehatan

1.055,90

009-002-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Kab/Kota

Dekonsentrasi 284 11.320,00

051 Pengawasaan dan Deteksi Dini Standar Baku Mutu Vektor

8.750,00

052 Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Insektisida kesehatan dalam Pengendalian Vektor Terpadu

2.570,00

009-003-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

KKP 295 26.701,59

055-Monitoring Resistensi/Efikasi 2 Jenis Bahan Aktif Insektisida

820,66

056-Sarana dan Prasana Pengendalian Vektor dan BPP seperti Mesin Fog, Spaycan, Insektisida Parangkap Tikus, Entomologi Kit dll)

8.090,00

057-Pengawasan Pengendalian Vektor dan BPP di Wilayah Kerja KKP

3.422,97

058-Koordinasi , Advokasi dan Sosialisasi Pengendalian Vektor dan BPP di KKP

3.550,00

059-Peningkatan Kapasitas SDM tenaga Jabfung Entomologi dan Pengendalian Vektor

2.952,96

060-Diklat Regional Pengendalian Vektor Di banadara/Pelabuhan Laut

1.600,00

061 Surveilans Vektor (Aedes, Anopheles, Pinjal dan Lalat)

2.330,00

062 Pekan Bebas Vektor di Pelabuhan / Bandara

3.935,00

009-004-Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

B/BTKL PP 10 11.000,00

051 'Survei Prilaku Vektor menuju Eliminasi dan Eradikasi

3.150,00

052 Konfirasi Vektor berbasisi laboratorium 6.000,00

053 Desiminasi dan Koordinasi Istalasi Entomologi

1.850,00

009-U01-Layanan Pengendalian Vektor DBD SBK 49 5.395,00

100-Survei dan Larvasida 453,5

101-Larvasida 313,5

102-Fogging 4.628,00

009-U02-Layanan Pengendalian Vektor Pes SBK 49 1.210,00

100-Pemetaan 144,83

101-Persiapan bahan dan alat 539,00

102-Pemasangan perangkap 490,00

103-Identifikasi tikus dan pinjal 36,17

009-U03-Layanan Pengendalian Vektor Diare SBK 49

1.620,00

100-Survei 367,50

101-Spraying

1.252,50

009-U04-Layanan Pengendalian Vektor malaria SBK 49 3.940,00

100-Survei Jentik

245,00

101-Survei nyamuk

1.470,00

102-Larvasida

980,00

103-Spraying (IRS)

1.245,00

010-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis Layanan Teknis 58 7.164,01

010-001-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis Dekonsentrasi 28 4.420,00

051-Surveilans Schistosomiasis pada manusia dan Keong

4.000,00

052-Pelaksanaan pengendalian schistosomiasis pada keong

220,00

Page 53: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

53

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

053-Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian schistosomiasis

200,00

010-002-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis Dekonsentrasi 28 400

051-Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal Schistosomiasis

200

052-Sosialisasi dan advokasi POPM schistosomiasis

200

010-004-Layanan Pengendalian Penyakit Schistosomiasis 2 2.344,01

051-Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Program Eradikasi Schistosomiasis LS/LP Terpadu

1.459,005

052-Monitoring dan Evaluasi Program Eradikasi Schistosomiasis Terpadu 200,00

053-Koordinasi Lintas Kementerian dan Lembaga dalam Rangka Eradikasi Schistosomiasis

285,00

054-Pertemuan Koordinasi LSLP Program Eradikasi Schistosomiasis 400,00

011-Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria di Papua Papua Barat

Layanan Teknis 12 16.096,28

011-001-Intervensi Percepatan Eliminasi Malaria Papua Dekonsentrasi 9.606,11

051-Scalling Up Pencegahan, Diagnosis dan Tatalaksana Pengobatan Tepat Malaria

1.901,87

055 - workshop malaria center untuk pimpinan SKPD dari 5 kab tertinggi di Papua

520,46

056 - Pembentukan dan Pelatihan Tim Penyemprot

1.113,32

058 - Data Officer 60,00

Assesment Pengendalian Vektor Malaria Terpadu

800,00

Sosialisasi Tatalaksana Pengobatan di rumah Sakit

100,00

Peningkatan Kapasitas Tenaga Penyemprot 250,00

Advokasi Rencana Aksi Percepatan Eliminasi Papua

711,85

Workshop Pengembangan dan Pengaktifan Malaria Center di Kabupaten Papua

437,02

Penta Loka Pengendalian Vektor 711,58

Pelaksanaan Media Promosi dan KIE 3000,00

011-003-Intervensi Percepatan Eliminasi Papua Barat Dekonsentrasi

6.490,18

052 - Advokasi dan sosialisasi percepatan eliminasi malaria bagi camat dan kepala desa di 2 kab tertinggi di Papua Barat

500,00

Scalling Up Pencegahan, Diagnosis dan Tatalaksana Pengobatan Tepat Malaria

1.901,87

Assesment Pengendalian Vektor Malaria Terpadu

100,00

Sosialisasi Tatalaksana Pengobatan di rumah Sakit

70,00

Peningkatan Kapasitas Tenaga Penyemprot

150,00

Pentaloka Pengendalian Vektor Malaria

318,30

Petugas Pendamping Malaria (technical Advisor)

450,00

Pelaksanaan Media Promosi dan KIE

3.000,00

012-Layanan pencegahan pengendalian filariasis di Papua dan Papua Barat

Layanan Teknis 2

15.625,00

012-001-Layanan pencegahan pengendalian filariasis di Papua dan Papua Barat

Dekonsentrasi 2

15.625,00

Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis

2.600,00

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis

1.450,00

Pelaksanaan POPM Filariasis

8.800,00

Page 54: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

54

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Sosialisasi dan Advokasi POPM Kecacingan

1.250,00

Pelaksanaan POPM Kecacingan

1.400,00

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan POPM Cacingan

125,00

951-Layanan Internal (Overhead) Layanan Generik 1 1.962,99

951-001-Layanan Internal (Overhead) Pusat 1 1.962,99

051-Penyusunan Rencana Program dan Anggaran

483,63

052-Pengelolaan Kepegawaian 57,11

053-Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi 28,16

054-Pengelolaan Data Data Informasi 14,08

055-Pengadaan Sarana Kantor 138

056-Pengelolaan Keuangan 881,37

057-Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

360,64

Page 55: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

55

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

IV. PEMANTAUAN PENILAIAN DAN PELAPORAN

Pemantauan, evaluasi dan pengendalian merupakan bagian tidak terpisahkan dari tahapan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pengendalian merupakan upaya untuk

memastikan tercapainya sasaran pembangunan. Berbagai aplikasi dan media pelaporan yang

dibangun digunakan sebagai salah satu alat untuk pengumpulan data realisasi (pemantauan)

pelaksanaan rencana pembangunan. Data hasil pemantauan ini digunakan sebagai bahan

untuk melakukan pengendalian dan bahan bagi pelaksanaan evaluasi, baik evaluasi tahap

pelaksanaan (ongoing), evaluasi hasil, -output-outcome (ex-post) maupun evaluasi pra-

rencana (ex-ante). Kebutuhan akan data secara sistematis akan sangat menentukan kualitas

pengendalian dan hasil evaluasi.

Media informasi pemantauan ditujukan sebagai alat bantu pelaksanaan pemantauan yang

dapat menghasilkan pelaporan pemantauan yang bermanfaat untuk pengendalian

pelaksanaan rencana dan menyediakan data bagi pelaksanaan evaluasi pelaksanaan

rencana pembangunan, khususnya yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN).

Ruang lingkup pemantauan dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:

1. Input data realisasi komponen data pendukung

Sesuai dengan struktur data Renja KL 2018, pemantauan dilakukan mulai dari level

komponen. Input data dilakukan untuk data realisasi anggaran dan fisik, yang dilengkapi

dengan bukti dokumen Input data pemantauan dilakukan setiap bulan atau setiap saat

tergantung kebutuhan masing-masing indikator.

2. Input data realisasi output dan indikator-indikatornya

Pemantauan atas capaian atau realisasi output dan indikator-indikatornya yang terdiri dari

indikator output kegiatan, indikator kinerja kegiatan, indikator output program dan

indikator kinerja program dilakukan dengan melihat realisasi komponen yang ada di

masing-masing kegiatan/program. Input data dilakukan jika output dan sasaran/target

dari masing-masing indikator telah tercapai.

3. Verifikasi data

Verifikasi data ini terkait dengan pelaporan atas pemantauan dan input data realisasi

komponen/output/indikator yang telah dilakukan. Apabila verifikasi telah dilakukan maka

input data realisasi diasumsikan telah siap menjadi laporan hasil pemantauan.

Secara garis besar pemantauan, penilaian dan pelaporan dibagi menurut periode

pelaksanaannya adalah: 1.) Periode Bulanan (E Sismal, E Monev DJA, E Monev Bappenas

Satker, Simpeka, E Rekon KPPN), 2.) Periode Triwulanan (E Monev Bappenas, Matriks

Sandingan, Monitoring Triwulan atas Capaian Kinerja, E Performance), 3.) Periode Tahunan

(Laporan Kinerja, Profil Direktorat, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan dan BMN)

Page 56: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

56

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

BAB VI. PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

ini disusun untuk dijadikan acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dalam kurun

waktu lima tahun ke depan. Dengan demikian, Satuan Kerja Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik mempunyai target kinerja yang telah

ditetapkan dan dievaluasi pada pertengahan (2017) dan akhir periode 5 tahun (2019) sesuai

ketentuan yang berlaku.

Jika di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Rencana Aksi Kegiatan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 2015-2019, maka akan

dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.

Page 57: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

57

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019

Page 58: RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN … · Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan dimana ... yang akan menjadi acuan dalam ... Saat ini penyakit DBD masih menjadi masalah

58

Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019