Upload
vanphuc
View
225
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
i
RENCANA AKSI KEGIATANPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA
KESEHATANTAHUN 2015 - 2019
KEMENTERIAN KESEHATAN RIBADAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATANPUSAT PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TENAGA KESEHATAN2015
ii
iii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………..
A. LATAR BELAKANG ………………………………
B. KONDISI UMUM, POTENSI DAN TANTANGAN
C. MAKSUD DAN KEGUNAAN …………………….
D. DASAR HUKUM …………………………………..
E. TATA URUT……………………………………….
ii
iii
1
1
2
5
6
8
BAB I I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
A. VISI…………………………………………………
B. MISI…………………………………………………
C. TUJUAN …………………………………………..
D. SASARAN ………………………………………..
10
10
10
11
11
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, POKOK-
POKOK KEGIATAN ……………....................
A. ARAH KEBIJKAN ….………………………………
B. STRATEGI …………………………………………
C. POKOK-POKOK KEGIATAN…………………….
12
12
12
13
iv
BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN
A. TARGET KINERJA ………………….................
B. KERANGKA PENDANAAN……………………..
14
14
16
16
BAB V. PENUTUP ………………………………………… 17
LAMPIRAN
LAMPIRAN I : Matriks Kinerja dan Pendanaan
LAMPIRAN 2 : Matriks Pokok-Pokok Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN
KONTRIBUTOR
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005 – 2025 disebutkan bahwa
tantangan pembangunan bidang kesehatan jangka
panjang yang dihadapi antara lain adalah mengurangi
kesenjangan status kesehatan masyarakat dan akses
terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah, tingkat
sosial ekonomi, dan gender; meningkatkan jumlah dan
penyebaran tenaga kesehatan yang kurang memadai;
meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan; dan
mengurangi beban ganda penyakit, serta meningkatnya
penyalahgunaan narkotik dan obat-obat terlarang.
Dalam kaitannya dengan tantangan tersebut di atas dan
mengantisipasi pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) sebagai pengelolaan kesehatan, isu satrategis
yang dihadapi pembangunan kesehatan dewasa ini dan
di masa depan antara lain adalah: 1) Mutu, pemerataan
dan keterjangkauan upaya kesehatan belum optimal.
Perhatian pada masyarakat miskin, rentan, dan beresiko
2
tinggi masih kurang memadai; 2) Penelitian dan
pengembangan kesehatan belum sepenuhnya
menunjang pembangunan kesehatan; 3) Pemerataan
dan mutu sumber daya manusia kesehatan belum
sepenuhnya menunjang penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan mutu
sumber daya manusia kesehatan pada umumnya masih
terbatas kemampuannya; 4) Pemberdayaan masyarakat
dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta
pengawasan sosial dalam pembangunan kesehatan
belum banyak dilaksanakan.
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan
pembangunan kesehatan dan masuk pada sasaran
pokok pembangunan kesehatan pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
adalah terpenuhinyan tenaga kesehatan yang bertugas
di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Jumlah
tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
peran utamanya adalah promotif preventif, ternyata jenis
dan proporsi tenaga yang ada masih didominasi oleh
tenaga kuratif-rehabilitatif.
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan pada Pasal 13 disebutkan bahwa Pemerintah
3
dan Pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan
Tenaga Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis maupun
dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan kesehatan.
Seiring dengan diundangkannya Undang-undang No 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, terjadi
pergeseran dimana Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) sekarang menjadi mandatori, bukan sebagai
“pelengkap” dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Tinggi. Sistem penjamin mutu pendidikan tinggi sesuai
dengan Undang-undang Pendidikan Tinggi dibagi
menjadi dua yaitu, Sistem Penjaminan Internal yang
harus dikembangkan oleh satuan pendidikan dan Sistem
Penjaminan Eksternal yang dilakukan melalui akreditasi.
Pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan
tanggung jawab Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, namun pembinaan teknis pendidikan
tenaga kesehatan merupakan kewenangan Kementerian
Kesehatan. Dalam upaya pengembangan sistem
pendidikan tenaga kesehatan, maka perlu perpaduan
antara Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi dan Kementerian Kesehatan. Pada era otonomi
daerah diterbitkan beberapa keputusan-keputusan
antara lain, Keputusan Mendiknas No. 234 Tahun 2000
tentang Pedoman Pendidikan Tinggi dan Peraturan
4
Menkes No. 1192 Tahun 2004 tentang Pendirian
Diploma Bidang Kesehatan dapat diselenggarakan
berdasarkan ijin dari Menteri Pendidikan Nasional
setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Kesehatan.
Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan
adalah untuk membentuk keahlian dan keterampilan
tenaga kesehatan di bidang-bidang teknologi yang
strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan
keahlian sebagai akibat kemajuan teknologi.
Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan
tidak terlepas dari sistem pendidikan nasional.
Selama beberapa dekade, tenaga kesehatan
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari masing-
masing institusi pengguna. Pendidikan dan pelatihan
yang diberikan kepada tenaga kesehatan lebih banyak
pada teknis kesehatan. Kurangnya koordinasi dan
sinergisme, mengakibatkan beragamnya kompetensi
yang dimiliki tenaga kesehatan pada tugas dan fungsi
sejenis. Di era desentralisasi, masalah koordinasi dan
sinergisme termaksud menjadi lebih berat. Dampak
lainnya dari desentralisasi, di beberapa daerah
pengangkatan ke dalam jabatan belum sepenuhnya
memperhatikan kompetensi yang diperlukan, serta
5
belum ada dan diterapkannya sistem pengembangan
karir.
Dari perkembangan dan masalah pendidikan tenaga
kesehatan, perlu upaya yang dilakukan dalam Rencana
Aksi Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan Tahun 2015 - 2019 yang memuat tujuan,
sasaran, strategis dan pokok-pokok kegiatan pendidikan
dan pelatihan tenada kesehatan dalam kurun waktu
2015 sampai dengan tahun 2019.
B. KONDISI UMUM, POTENSI DAN TANTANGAN
1. Kondisi UmumDari analisis situasi perkembangan dan masalah
dalam penyusunan Rencana Aksi kegiatan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Keseghatan Tahun
2015 - 2019 dewasa ini dan ke depan masih dihadapi
isu strategis yang berkaitan dengan masalah pokok
pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
sebagai berikut:
a. Pengembangan dan pemberdayaan SDM
kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan untuk pelayanan/pembangunan
kesehatan. Tenaga kesehatan terus membaik
6
dalam jumlah, kualitas dan penyebarannya,
namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama
pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan. Mutu tenaga kesehatan belum memiliki
daya saing dalam memenuhi permintaan tenaga
kesehatan dari luar negeri.
b. Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan
dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan masih terbatas.
c. Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia
kesehatan masih perlu ditingkatkan dan belum
didukung dengan sistem informasi tenaga
kesehatan yang memadai. Rencana kebutuhan
sumber daya manusia kesehatan yang
menyeluruh belum disusun sesuai yang
diharapkan, sehingga belum sepenuhnya dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam
pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan.
d. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan
pengadaan/pendidikan berbagai jenis tenaga
kesehatan. Kajian jenis tenaga kesehatan yang
dibutuhkan tersebut belum dilakukan sebagaimana
7
mestinya. Kualitas hasil pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan pada umumnya masih kurang
memadai. Masih banyak institusi pendidikan
tenaga kesehatan yang belum terakreditasi dan
memenuhi standard. Hal ini akan berdampak
terhadap kompetensi dan kualitas lulusan tenaga
kesehatan.
Permasalahan pendidikan tenaga kesehatan pada
umumnya bersifat sistemik, antara lain terdapat
ketidaksesuaian kompetensi lulusan pendidikan
dengan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat, lemahnya kerjasama antara pelaku
dalam pembangunan kesehatan dan pendidikan
tenaga kesehatan, lebih dominannya pendidikan
tenaga kesehatan yang berorientasi ke Rumah Sakit
dibandingkan dengan Primary Health Care. Selain itu,
Sumber daya pendukung pengembangan pendidikan
seperti sistem informasi menyediakan data yang
akurat, terpercaya dan tepat waktu. serta sumber
daya pembiayaan dan lain-lain belum memadai.
Poltekkes Kemenkes adalah institusi pendidikan
tenaga kesehatan milik pemerintah yang memiliki
ragam jenis prodi terbanyak dibandingkan dengan
institusi pendidikan milik swasta. Jumlah institusi
8
pendidikan tenaga kesehatan di lingkungan Kemenkes
ada 38 Politeknik Kesehatan Kemenkes dengan 395
program studi yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah
program studi Diploma III sebanyak 262 Prodi,
Diploma IV sebanyak 133 Prodi. Masa berlaku
akreditasi yang berakhir sampai dengan tahun 2015
sebanyak 134 prodi, pada tahun 2016 sebanyak 189
prodi. Pada tahun 2017 sebanyak 112 prodi dan pada
tahun 2018 sebanyak 127 Prodi serta tahun 2019
sebanyak 140 prodi.
Jumlah dosen di seluruh Poltekkes Kemenkes
sebanyak 4.640 orang dengan rincian kualifikasi
pendidikan dosen, pendidikan D3 sebanyak 2 orang,
pendidikan D4/S1 sebanyak 754 orang, pendidikan
profesi dan Spesialis sebanyak 24 orang, S2 sebanyak
3.531 orang dan S3 sebanyak 135 orang. Jumlah
dosen yang sudah tersertifikasi berjumlah 3.345 orang
dan jumlah mahasiswa sebanyak 80.178 orang.
Perkembangan institusi pendidikan tenaga kesehatan
cukup tinggi. Jenjang pendidikan yang besar
pertumbuhannya adalah jenjang pendidikan D3 dan
S1. Berdasarkan data Evaluasi Program Studi
Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) tahun 2010,
diketahui bahwa program studi bidan merupakan yang
terbanyak dibandingkan program studi tenaga
kesehatan lainnya. Kondisi tersebut didorong oleh
9
adanya kebijakan pemerintah tentang penempatan
bidan pada setiap desa dalam kerangka Desa Siaga.
Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat
ini masih belum memenuhi standar kualitas
pendidikan. Berdasarkan data yang ada, 67% institusi
pendidikan tenaga kesehatan belum terakreditasi.
Bahkan institusi pendidikan untuk perawat mencapai
82% institusi yang belum terakreditasi. Pendirian
institusi pendidikan tenaga kesehatan yang belum
terencana sesuai dengan standar mutu dapat
berdampak terhadap tidak terpenuhinya kompetensi
tenaga kesehatan.
2. Potensi dan Tantangan
Dengan memperhatikan masalah kurang
memadainya mutu tenaga kesehatan lulusan institusi
pendidikan tenaga kesehatan, merupakan tantangan
yang perlu dijawab dengan pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan. Apalagi perlunya peningkatan
mutu tenaga kesehatan agar mempunyai daya saing
yang tinggi untuk memenuhi permintaan tenaga
kesehatan dari luar negeri. Namun keterbatasan
biaya, sumber daya manusia pendidikan dan
pelatihan, dan sarana prasarana yang dibutuhkan
menjadi penghambat dalam menjawab tantangan
belum memadainya mutu tenaga kesehatan ini.
10
Selama beberapa dekade, tenaga kesehatan
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari masing-
masing institusi pengguna. Pendidikan dan pelatihan
yang diberikan kepada tenaga kesehatan lebih
banyak pada teknis kesehatan. Kurangnya koordinasi
dan sinergisme, mengakibatkan beragamnya
kompetensi yang dimiliki tenaga kesehatan pada
tugas dan fungsi sejenis. Di era desentralisasi,
masalah koordinasi dan sinergisme termaksud
menjadi lebih berat. Dampak lainnya dari
desentralisasi, di beberapa daerah pengangkatan ke
dalam jabatan belum sepenuhnya memperhatikan
kompetensi yang diperlukan, serta belum ada dan
diterapkannya sistem pengembangan karir.
Tantangan ke depan yang dihadapi oleh tenaga
kesehatan yang akan mempengaruhi diklat-diklat
yang akan diselenggarakan antara lain: (1)
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
(2) Globalisasi yang akan mempengaruhi migrasi
tenaga kesehatan baik dari dalam ke luar negeri
maupun dari luar negeri ke dalam negeri.
Dari perkembangan dan masalah pendidikan tenaga
kesehatan serta pendidikan dan pelatihan tenaga
11
kesehatan, maka masih dihadapi berbagai masalah
pokok atau isu strategis dalam pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan sebagai berikut :
a. Pendidikan tenaga kesehatan serta pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan belum
sepenuhnya didasarkan pada kompetensi sesuai
kebutuhan pembangunan kesehatan dan standar
pelayanan kesehatan Tenaga kesehatan, belum
sepenuhnya kompeten dalam mengemban
tanggung jawab dan fungsinya dalam
pembangunan dan pelayanan kesehatan.
b. Institusi pendidikan yang belum terakreditasi
belum memenuhi yang diharapkan, yang
mempunyai implikasi pada mutu lulusan tenaga
kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan belum optimal,
karena belum adanya perencanaan pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan yang
menyeluruh dan belum memadainya faktor
pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan meliputi:
kebijakan, sarana & prasarana, pembiayaan,
institusi pendidikan dan pelatihan terakreditasi,
12
ketersediaan tenaga pendidik/dosen yang
mempunyai kompetensi sesuai bidangnya.
c. Pembinaan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan bagi semua
pemangku kepentingan juga belum
dikembangkan dan belum dilaksanakan secara
memadai. Koordinasi dan sinergisme dalam
penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan
masih perlu ditingkatkan.
d. Belum adanya kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan antar para pemangku kepentingan
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, baik
di pusat secara lintas sektor maupun provinsi dan
kabupaten/kota.
e. Sumberdaya pendukung dalam pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan juga masih terbatas.
regulasi, sarana dan prasarana, serta SDM
Kesehatan untuk mendukung upaya pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan belum memadai.
13
C. MAKSUD DAN KEGUNAAN
Perencanaan Tahun 2015- 2019 yang tertuang Rencana
Aksi Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan Tahun 2015 - 2019 merupakan perencanaan
yang bersifat indikatif memuat program-program
PPSDMK dalam bidang pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan termasuk pelatihan bagi pendidik dan tenaga
kpendidikan, dan menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan tahunan.
Dokumen ini dapat menjadi acuan bagi semua
pemangku kepentingan bidang pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan, diharapkan dapat
berkembang secara dinamis dan bersinergi, serta saling
melengkapi dan saling mendukung dalam melaksanakan
program – program PPSDMK khususnya bidang
pendidikan dan pelatihan..
D. PENGERTIAN.
Pengertian yang digunakan dalam Rencana Aksi
Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan adalah sebagai berikut:
14
SDM kesehatanSDM kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi
termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga
kesehatan non profesi serta tenaga pendukung /
penunjang yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan
manajemen kesehatan.
Tenaga kesehatanTenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
Asisten Tenaga KesehatanAsisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan/atau keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang
Diploma 3 (tiga).
Fasilitas Pelayanan KesehatanFasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
15
menyelennggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
Pengembangan dan Pemberdayaan SDMKesehatan
Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan
adalah upaya perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu
SDM Kesehatan yang dilaksanakan secara
multidisiplin, lintas sektor dan program, untuk
memenuhi kebutuhan SDM Kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
Pengadaan SDM Kesehatan
Pengadaan SDM Kesehatan adalah upaya yang
meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
SDM Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan kesehatan.
E. DASAR HUKUM.
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan Tahun 2015 – 2019 merupakan
16
penjabaran dari Rencana Aksi Program Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan,
yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan memiliki dasar hukum
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78);
2. Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembar
Negara Tahun 2004 No. 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 33);
4. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 No. 144,
Tambahan Lembar Negara Nomor 5072);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran
Negara Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5336);
17
6. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2014
Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5609);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2006, tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan (Lembar Negara Tahun
2006 Nomor 97);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90
Tahun 2010, tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga
(Tambahan Lembar Negara RI Nomor 5178);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2012 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional;
18
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28
Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 53
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimum bagi Perguruan Tinggi Negeri
yang Menerapkan Penggelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63
Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Program
Studi di Luar Domisili;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 24 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.03/I.2/08810/2013 tentang Petunjuk
Teknis Organisasi dan Tatalaksana Poltekkes
Kemenkes;
19
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun
2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
21. Surat Keputusan Bersama (SKB) No.
14/VIII/KB/2011, No. 1673/Menkes/ SKB/VIII/2011,
tentang Penyelenggaraan Politeknik Kesehatan yang
diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/menkes/52/2015 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015 – 2019;
F. TATA URUTRencana Aksi Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan tahun 2015- 2019 disusun dengan
tata urut sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. KONDISI UMUM, POTENSI DAN
TANTANGAN
C. MAKSUD DAN KEGUNAAN
D. PENGERTIAN
E. DASAR HUKUM
F. TATA URUT
20
BAB II : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
A. VISI
B. MISI
C. TUJUAN
D. SASARAN
BAB III : ARAH, KEBIJAKAN, STRATEGI, POKOK-
POKOK KEGIATAN
A. ARAH KEBIJAKAN
B. STRATEGI
C. POKOK-POKOK KEGIATAN
BAB IV : TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN
A. TARGET KINERJA
B. KERANGKA PENDANAAN
BAB V : PENUTUP
LAMPIRAN
LAMPIRAN – 1 : Matriks Kinerja dan Pendanaan
LAMPIRAN – 2 : Matriks Kerangka Regulasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN
KONTRIBUTOR
21
BAB IIVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
A. VISI
Rencana Aksi Kegiatan mengacu kepada Visi dan Misi
Presiden Republik Indonesia yang tertuang dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019
yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong “.
B. MISI
Untuk mewujudkan Visi tersebut, dilakukan upaya
melalui 7 (tujuh) Misi Pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keaman nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumber daya maritim dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan
dan demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta
memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang
tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
22
6. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritime
yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda yang dikenal dengan
NAWA CITA yang ingin diwujudkan dalam Kabinet Kerja
Presiden Republik Indonesia, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka Negara kesatuan.
4. Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi
sitem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produkktifitas rakyat dan daya saing di
pasar internasional.
23
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestic.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh ke-Bhinekaa-an dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia.
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan
berkontribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita
terutama dalam meningkatkan kualitas hidup amnesia
(Nawa Cita ke-5).
C. TUJUAN1. Meningkatnya pengelolaan pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan.
2. Meningkatkan pengelolaan mutu pendidikan tinggi.
D. SASARAN
Tujuan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2015 adalah
“terselenggaranya pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan dan terselenggaranya pengelolaan mutu
pendidikan tinggi”.
24
Sasaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2015, adalah :
1. Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang
ditingkatkan kapasitasnya sebesar 1.200 orang (per
tahun)
2. Persentase program studi/institusi Poltekkes
Kemenkes yang terakreditasi baik sebesar 50%.(per
tahun)
Sasaran sampai dengan Tahun 2019 sesuai dengan
indikator adalah:
1. Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang
ditingkatkan kapasitasnya sebesar 11.910 orang
(kumulatif)
2. Persentase program studi/institusi Poltekkes
Kemenkes yang terakreditasi sebesar 80%.
Berdasarkan 2 (dua) indikator yang sudah ditetapkan,
maka yang menjadi sasaran yang dicapai sampai
dengan Tahun 2019 adalah:
1. Jumlah pendidik dan kependidikan yang ditingkatkan
kapasitasnya sebanyak 11.910 orang (kumulatif)
25
2. Jumlah hasil kajian jenis pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan sesuai kebutuhan pembangunan
kesehatan sebanyak 6 kajian.
3. Program peningkatan kompetensi dan kualifikasi
tenaga kesehatan dari pendidikan jenjang
JPM/Diploma I ke Diploma III sebanyak 25 dokumen
4. Jumlah dokumen bahan kurikulum pendidikan vokasi
dan profesi bidang kesehatan sebanayk 30 dokumen
5. Jumlah dokumen standar pendidikan tenaga
kesehatan sebanyak 15 dokumen
6. Persentase program studi/ Poltekkes Kemenkes yang
terakreditasi baik sebanyak 80 %.
26
BAB IIIARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, POKOK-POKOK
KEGIATAN
A. ARAH KEBIJAKAN1. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan kesehatan/pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkelanjutan.
2. Perencanaan pendidikan tenaga kesehatan
didasarkan atas kajian kebutuhan pendidikan tenaga
kesehatan berbasis data dan informasi pendidikan
tenaga kesehatan yang akurat dan tepat waktu, serta
memperhatikan standar nasional pendidikan.
3. Perencanaan pelatihan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan didasarkan atas kajian kebutuhan bagi
pendidik dan tenaga kependidikan berbasis data dan
informasi yang akurat dan tepat waktu, serta
memperhatikan penggunaan metodologi dan
teknologi yang inovatif, kreatif dan tepat guna
dengan menerapkan prinsip peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan yang
berkesinambungan.
27
4. Peningkatan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan dilakukan melalui peningkatan kemitraan
dengan semua pemangku kepentingan yang meliputi
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat
termasuk swasta serta pemangku kepentingan di
luar negeri.
5. Peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan
dilakukan melalui akreditasi institusi pendidikan dan
sertifikasi tenaga pendidik.
6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
dan kegiatan lainnya pada program pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan dilakukan dengan
meningkatkan kepemimpinan, koordinasi dan
kerjasama dalam pelaksanaan tugas, meningkatkan
dukungan sumber daya (SDM, dana dan sarana
prasarana yang memadai), pengelolaan, pembinaan
& pengawasan ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan serta tugas teknis & kegiatan lainnya.
B. STRATEGI
Dalam rangka mewujudkan tujuan kegiatan
Pusdiklatnakes dan mencapai sasaran strategis pada
28
tahun 2019 termaksud, telah ditetapkan strategi yang
akan ditempuh.
Strategi Pusdiklatnakes yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan dan pengembangan pengadaan
SDM Kesehatan.
Mutu pengadaan SDM Kesehatan ditingkatkan
melalui akreditasi institusi pendidikan. Evaluasi
pendidikan dilakukan guna pengembangan
pengadaan SDM Kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan program/pelayanan kesehatan dan
perkembangan IPTEK. Kerjasama dengan
pemangku kepentingan dalam pengadaan SDM
Kesehatan sangat diperlukan terutama dengan
Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi
Birokrasi, dan Organisasi Profesi.
2. Penguatan Manajemen dan Peningkatan
Dukungan Sumber Daya.
29
Upaya peningkatan dan pengembangan
pengadaan SDM Kesehatan, dilakukan melalui :
(1) perencanaan kebijakan dan program, (2)
penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, (3)
pengendalian dan penilaian, didukung melalui
peningkatan jumlah dan kemampuan para
pengelola bidang pendidikan dan pelatihan,
penyediaan data dan informasi yang akurat dan
terpercaya. Disamping itu perlu juga didukung
dengan pembiayaan dan sarana serta prasarana,
peraturan perundang-undangan, dan
penelitian/riset yang perlu diupayakan dalam
kerangka pencapaian tujuan dan sasaran
strategis Pusdiklatnakes seperti yang telah
ditetapkan. Keterlibatan dan kerjasama dengan
pemangku kepentingan dalam semangat
kemitraan dalam peningkatan dan
pengembangan pendidikan tenaga kesehatan
sangat diperlukan.
C. POKOK-POKOK KEGIATANUpaya pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan serta
sesuai dengan kebijakan pelaksanaan kegiatan
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan tahun
2015-2019, dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan,
yaitu :
30
1. Penyusunan Program dan Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
2. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
3. Pengendalian Mutu Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan.
4. Ketatausahaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.
31
BAB IVTARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian
kegiatan yang diukur secara berkala dan dievaluasi pada
setiap tahunnya. Sasaran kinerja kegiatan dihitung secara
kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun
2019.
1. Program dan Pengembangan Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan
Sasaran kegiatan program dan pengembangan
adalah tersusunnya rencana program dan
pengembangan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, melalui kegiatan :
a. Penyusunan rencana program pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan, dengan indikator
pencapaian sasaran kegiatan sebagai berikut:
- Jumlah dokumen perencanaan dan anggaran
program pendidikan dan pelatihan jangka
pendek, dan jangka menengah sebanyak 15
dokumen
- Jumlah dokumen evaluasi kinerja dan laporan
kegiatan sebanyak 15 dokumen
32
- Jumlah dokumen kajian pendidikan tenaga
kesehatan sebanyak 10 dokumen
- Jumlah dokumen pembinaan program
pendidikan tenaga kesehatan sebanyak 25
dokumen
- Jumlah dokumen evaluasi program
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
sebanyak 10 dokumen
- Jumlah dokumen peningkatan mutu tenaga
kesehatan, akses pelayanan mutu dalam
rangka JKN sebanyak 5 dokumen.
b. Penyusunan rencana pengembangan pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan, dengan
indikator pencapaian sasaran kegiatan sebagai
berikut:
- Jumlah dokumen pengembangan system
pendidikan tinggi dalam rangka program
peningkatan kompetensi dan kualifikasi
tenaga kesehatan dari pendidikan JPM/D-I ke
D-III sebanyak 25 dokumen
- Jumlah dokumen manajemen PJJ sebanyak
10 dokumen
- Jumlah dokumen pembinaan
penyelenggaraan Tridharma Perguruan
Tinggi sebanyak 19 dokumen
33
- Jumlah dokumen pengembangan program
pendidikan tenaga kesehatan sebanyak 6
dokumen
- Jumlah dokumen rencana pengembangan
program studi pendidikan tenaga kesehatan
sebanyak 5 dokumen
2. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan adalah
meningkatnya mutu tenaga kesehatan melalui
pendidikan dan pelatihan, melalui kegiatan :
a. Peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui
pendidikan, dengan indikator pencapaian sasaran
kegiatan sebagai berikut :
- Jumlah dokumen bahan kurikulum pendidikan
vokasi dan profesi bidang kesehatan sesuai
dengan standar nasional pendidikan tinggi
sebanyak 30 dokumen
- Jumlah dokumen pembinaan pelaksanaan
pendidikan tenaga kesehatan sebanyak 25
dokumen
b. Peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui
pelatihan, dengan indikator pencapaian sasaran
kegiatan sebagai berikut :
34
- Jumlah dokumen kurikulum dan modul yang
disusun sebanyak 29 jenis
- Jumlah pendidik, tenaga kesehatan dan
masyarakat yang ditingkatkan
kemampuannya melalui pelatihan 11.910
orang
3. Pengendalian Mutu Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan
Sasaran kegiatan pengendalian mutu adalah
terlaksananya mutu pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, melalui kegiatan :
a. Penyusunan standardisasi pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan, dengan indikator
pencapaian sasaran kegiatan sebagai berikut :
- Jumlah dokumen standar pendidikan tenaga
kesehatan sebanyak 15 dokumen
- Jumlah dokumen pengembangan sistem
informasi bidang pendidikan tenaga
kesehatan sebanyak 15 dokumen
b. Pemantauan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, dengan indikator pencapaian sasaran
kegiatan sebagai berikut :
35
- Jumlah dokumen pemantauan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan sebanyak 10 dokumen
- Persentase program studi/institusi Poltekkes
Kemenkes yang terakreditasi baik sebanyak
80 % (kumulatif)
- Jumlah dokumen sinkronisasi data prodi
Poltekkes Kemenkes dengan PDPT
sebanyak 1 dokumen
- Jumlah dokumen pembinaan prodi Poltekkes
Kemenkes dalam rangka akreditasi sebanyak
5 dokumen
4. Ketatausahaan
Sasaran kegiatan ketatausahaan adalah
terlaksananya dukungan layanan manajemen
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dengan
indikator pencapaian sasaran sebagai berikut :
- Jumlah dokumen pengelolaan keuangan dan
BMN sebanyak 10 dokumen
- Jumlah dokumen pengelolaan kepegawaian dan
ketatausahaan sebanyak 10 dokumen.
36
B. KERANGKA PENDANAAN
Dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan dibutuhkan pembiayaan
yang dijamin kecukupan dalam penyediaannya, benar
dalam pengalokasiannya serta efektif dan efisien dalam
pembelanjaannya. Pembiayaan ini harus tersedia secara
berkesinambungan sesuai dengan pentahapannya
selama periode Rencana Kegiatan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan tahun 2015 - 2019. Sumber
pembiayaan berasal dari Anggaraan Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan sumber lain yang merupakan
suplemen terhadap APBN yang dapat disediakan.
Perkiraan kebutuhan pembiayaan untuk pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
dapat dilihat pada Tabel-1 berikut ini:
37
Tabel 1 : Kebutuhan Pendanaan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Tahun2015 – 2019
(dalam ribuan rupiah)
NO KEGIATAN 2015 2016 2017 20182019
1 PerencanaanProgram danPengembanganDiklat TenagaKesehatan
13.599.311 115.650.000 135.310.500 154.971.000 174.631.500
2 Pendidikan danPelatihan TenagaKesehatan
13.945.447 41.730.000 48.824.100 55.918.200 63.012.300
3 Pengendalian MutuPendidikan danPelatihan TenagaKesehatan
9.358.070 14.470.000 16.929.900 19.389.800 21.849.700
4 Ketatausahaan Pen-didikan dan Pelatih-an TenagaKesehatan
7.097.172 5.650.000 6.610.500 7.571.000 8.531.500
J U M L A H : 44.000.000 177.500.000 207.675.000 237.850.000 268.025.000
38
BAB VP E N U T U P
Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur pendukung
utama dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan
pelayanan kesehatan. Dengan tersedianya tenaga kesehatan
yang mencukupi jumlahnya, terdistribusi secara merata dan
berkualitas akan menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan dan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Oleh karenanya untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan yang bermutu untuk
pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan
pengadaaan tenaga kesehatan yang meliputi pendidikan
tenaga kesehtaan dan pelatihan tenaga kesehatan harus
dikembangkan dan ditingkatkan.
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kesehatan ini berisikan arah dan kebijakan pelaksanaan serta
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tahun
2015 – 2019. Rencana Aksi ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi semua unit kerja di lingkungan Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dalam penyusunan rencana
kegiatan dan anggaran setiap tahunnya, serta dalam
melakukan pemantauan dan evaluasinya.
39
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan ini disusun dan ditetapkan dengan
partisipasi aktif dan kontribusi seluruh pimpinan dan staf di
lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan. Oleh karena itu diharapkan rencana kegiatan ini
akan dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya dengan
semangat, dedikasi, ketekunan, kerjasama, dan kerja keras
segenap aparatur di lingkungan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Kiranya dengan kerja keras semua pihak dalam pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan, akan dapat memberikan
sumbangsih dalam mewujudkan Visi dan Misi Presiden
Republik Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan lindungan, petunjuk dan rahmat-Nya untuk
kelancaran penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan.