10
Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3) No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015 14 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan Tipologi Pesisir dan Permukiman Kasus : Pesisir Jayapura Tsunami Disaster Mitigation Action Plan with Coastal and Settlement Typology Approach Case : Coastal Area of Jayapura M. Ngainul Malawani 1 dan Djati Mardiatno 2 1 Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai F. Geografi UGM, Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281. email ; [email protected] 2 Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Jl. Mahoni, Bulaksumur C-16. email : 2 [email protected] . Abstrak Tipologi pesisir dan permukiman memberikan respon yang spesifik terhadap kejadian bencana tsunami serta proses evakuasi yang berjalan. Daerah rawan bencana tsunami di Indonesia memiliki berbagai tipologi pesisir dan permukiman yang berbeda sehingga akan berimplikasi pada risiko yang ditimbulkan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menyusun mapping unit untuk penyusun rencana aksi mitigasi tsunami dan 2) menyusun konsep komponen rencana aksi mitigasi bencana tsunami. Terdapat 103 kabupaten/kota yang tergolong kedalam daerah risiko tinggi tsunami di Indonesia. Seluruh wilayah tersebut memiliki karakteristik dan ciri khusus dalam merespon kejadian tsunami. Respon tersebut akan berpengaruh terhadap rencana mitigasi yang perlu dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyusun mapping unit dan komponen rencana aksi, Kota Jayapura dipilih sebagai contoh kasus karena memiliki keberagaman tipologi pesisir dan permukiman. Berdasarkan hasil analisis, mapping unit penentuan rencana aksi dapat disusun atas empat parameter, yaitu bentuk pantai, topografi pesisir, kepadatan bangunan, dan jenis permukiman. Hasil dari mapping unit unit tersebut akan menghasilkan level prioritas pengelolaan wilayah pesisir. Rencana aksi untuk mitigasi bencana berbagai level prioritas tersebut terdiri atas lima komponen, yaitu peningkatan sistem mata rantai sistem peringatan dini, pembangunan tempat evakuasi tsunami, peningkatan kesiapsiagaan dan kapasitas mengahadapi bencana, pengembangan iptek, serta pengurangan faktor risiko bencana. Melalui konsep tersebut, diharapkan rencana aksi mitigasi bencana tsunami dapat diterapkan di berbagai wilayah di Indoensia sesuai dengan karakteristik wilayahnya sehingga proses pengurangan risiko dapat berjalan optimal. Kata Kunci: mitigasi, rencana aksi, tsunami, tipologi pesisir, tipologi permukiman. Abstract Coastal and settlement typology provide a specific response to the evidence of the tsunami disaster and its evacuation process. Tsunami disaster-prone area in Indonesia have various typologies of coastal and settlements. That will have implications on the

Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

14 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Tipologi Pesisir dan Permukiman Kasus : Pesisir Jayapura

Tsunami Disaster Mitigation Action Plan with Coastal and Settlement Typology Approach Case : Coastal Area of Jayapura

M. Ngainul Malawani1 dan Djati Mardiatno2

1Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai F. Geografi UGM, Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281. email ;

[email protected] 2Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Jl. Mahoni, Bulaksumur C-16. email : [email protected] .

Abstrak Tipologi pesisir dan permukiman memberikan respon yang spesifik terhadap kejadian bencana tsunami serta proses evakuasi yang berjalan. Daerah rawan bencana tsunami di Indonesia memiliki berbagai tipologi pesisir dan permukiman yang berbeda sehingga akan berimplikasi pada risiko yang ditimbulkan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menyusun mapping unit untuk penyusun rencana aksi mitigasi tsunami dan 2) menyusun konsep komponen rencana aksi mitigasi bencana tsunami. Terdapat 103 kabupaten/kota yang tergolong kedalam daerah risiko tinggi tsunami di Indonesia. Seluruh wilayah tersebut memiliki karakteristik dan ciri khusus dalam merespon kejadian tsunami. Respon tersebut akan berpengaruh terhadap rencana mitigasi yang perlu dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyusun mapping unit dan komponen rencana aksi, Kota Jayapura dipilih sebagai contoh kasus karena memiliki keberagaman tipologi pesisir dan permukiman. Berdasarkan hasil analisis, mapping unit penentuan rencana aksi dapat disusun atas empat parameter, yaitu bentuk pantai, topografi pesisir, kepadatan bangunan, dan jenis permukiman. Hasil dari mapping unit unit tersebut akan menghasilkan level prioritas pengelolaan wilayah pesisir. Rencana aksi untuk mitigasi bencana berbagai level prioritas tersebut terdiri atas lima komponen, yaitu peningkatan sistem mata rantai sistem peringatan dini, pembangunan tempat evakuasi tsunami, peningkatan kesiapsiagaan dan kapasitas mengahadapi bencana, pengembangan iptek, serta pengurangan faktor risiko bencana. Melalui konsep tersebut, diharapkan rencana aksi mitigasi bencana tsunami dapat diterapkan di berbagai wilayah di Indoensia sesuai dengan karakteristik wilayahnya sehingga proses pengurangan risiko dapat berjalan optimal. Kata Kunci: mitigasi, rencana aksi, tsunami, tipologi pesisir, tipologi permukiman.

Abstract

Coastal and settlement typology provide a specific response to the evidence of the tsunami disaster and its evacuation process. Tsunami disaster-prone area in Indonesia have various typologies of coastal and settlements. That will have implications on the

Page 2: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

15 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

risks level. The aims of this study are 1) developing mapping unit for tsunami mitigation action plan and 2) construct the action plan component for tsunami disaster mitigation. There are 103 districts/cities were classified into high risk areas of tsunami in Indonesia. Those areas has special characteristic to response tsunami hazard. The response will affect the mitigation plan that needs to be done. Therefore, to develop a mapping units and components of the action plan, the Jayapura City chosen as an example for case study because it has various typology of coastal and settlements. Based on the analysis, mapping unit can be drawn up on four parameter, there were shape of the coast, coastal topography, building density, and type of settlement. Result of analysis of the mapping unit will generate the priority level of management. The action plan for disaster mitigation in various priority levels consists of five components, there were improving chain system of early warning systems, the developing tsunami evacuation sites, improving disaster preparedness and capacity, developing science and technology, also reducing disaster risk factors. Through this concept, tsunami mitigation action plan hopefully can be implemented in various regions in Indonesia according to it characteristics, so the risk reduction process can run optimally. Keywords: mitigation, action plan, tsunami,coastal typology, settlement typology.

1. Pendahuluan Tsunami adalah serangkaian gelombang panjang yang disebabkan oleh

pergeseran lempeng bawah laut, atau pada umumnya adalah gempa dasar laut. Kecepatan gelombang tsunami mampu mencapai 170 km/jam, namun ketika mencapai wilayah yang dangkal kecepatannya menurun akan tetapi tinggi gelombangnya meningkat. Kejadian tsunami dapat memakan korban jiwa, merusak kegiatan ekonomi, serta merusak ekosistem di wilayah pesisir (UNESCO, 2011).

Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam kejadian gempa bumi dan tsunami. Letak indonesia yang berada di antara dua lempeng samudera dan satu lempeng benua menyebabkan secara geologis rawan terhadap pergerakan lempeng. Lempeng tersebut adalah Lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Kejadian tsunami di Indonesia yang tercatat adalah sebanyak 172 kejadian tsunami dari tahun 1600-2012. Dari total kejadian tersebut, kejadian tsunami yang masih baru antara lain di Banggai, Aceh, Nias, Jawa Barat, Bengkulu, dan Mentawai. (BNPB, 2012).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menetapkan wilayah risiko sangat tinggi tsunami di Indonesia. Wilayah tersebut meliputi daerah yang memiliki garis pantai yang berhadapan dengan zona tumbukan lempeng. Secara umum wilayah tersebut dibagi kedalam empat zona, yaitu zona Megathrust Mentawai, Selat Jawa dan Jawa Bagian Selatan, Bali dan Nusa Tenggara, Serta kawasan Papua. Setidaknya terdapat 5.031.17 jiwa yang terpapar pada wilayah risiko tinggi tersebut (BNPB, 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa menajemen bencana tsunami pada wilayah risiko sangat tinggi sangat diperlukan.

Manajemen bencana tsunami hendaknya disusun secara detail/lokal karena masing-masing wilayah memiliki karakteristik khusus. Manajemen bencana dalam satu

Page 3: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

16 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

wilayah belum tentu dapat diaplikasikan kedalam wilayah lain walaupun dengan kondisi risiko yang sama. Hal ini diperlukan agar proses pengurangan risiko bencana dapat berjalan efektif dan tepat guna. Terdapat dua hal yang penting dalam rencana mitigasi tsunami di unit area yang lebih detail/lokal, yaitu perencaan ruang untuk memperkuat kesiapsiagaan elemen berisiko serta kesiapan darurat dalam membentuk organisasi struktural seperti peringatan dini, jalur evakuasi, dan sebagainya (UNESCO, 2008). Dalam menyusun rencana mitigasi bencana yang detail/lokal salah satunya dapat dilakukan melalui pendekatan tipologi pesisir dan permukimannya.

Salah satu wilayah risiko tsunami sangat tinggi di Indonesia adalah Kota Jayapura dengan jumlah jiwa terpapar sebanyak 7.155 jiwa (BNPB, 2012). Kota Jayapura dapat dijadikan sebagai salah satu contoh wilayah untuk penentuan manajemen bencana tsunami melalui pendekatan tipologi pesisir dan permukiman karena memiliki variasi tipologi pesisir dan permukiman yang beragam dalam satu area dengan karakteristik risiko bencana tsunami sangat tinggi. Melalui pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan mapping unit risiko tsunami dan profil wilayah pesisir untuk mendukung penyusunan rencana aksi mitigasi tsunami. Gagasan ini diharapkan dapat diterapkan di wilayah lain di Indonesia untuk mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana. 2. Metode

Manajemen bencana dapat disusun melalaui berbagai tahapan. Dalam tahap pra-bencana, rencana aksi mitigasi adalah salah satu management plant yang dapat digunakan. Indonesia memiliki Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) dengan kerangka waktu tiga tahunan. Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa RAN-PRB adalah penjabaran Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas PB) yang disusun untuk mendukung perumusan kebijakan dan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana (BAPPENAS dan BNPB, 2012). Dalam skala yang lebih detail, rencana aksi tersebut dapat disusun dengan tema bencana tertentu. Untuk menjawab tantangan pengelolaan bencana terutama tsunami, pendekatan tipologi permukiman dan pesisir digunakan untuk menyusun rencana aksi bencana tsunami dalam skala yang lebih detail. Pendekatan tersebut dapat digunakan untuk penyusunan rencana aksi sesuai dengan kerangka pikir pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Page 4: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

17 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa parameter tipologi pesisir dan permukiman memiliki beberapa parameter didalamnya. Parameter tersebut dapat menjadi informasi penting mengenai profil wilayah pesisir dalam skala yang lebih detail. Dalam pelaksaan manajemen bencana berbasis rencana aksi, informasi profil wilayah pesisir menjadi hal yang sangat penting karena dapat menentukan aksi yang akan dilakukan. Digram alir penelitian ditunjukkan oleh Gambar 2.

Penetuan level bahaya, level kerentanan, dan level prioritas disusun menggunakan matriks. Matriks tersebut menghubungkan dua parameter dan perbedaan warna menunjukkan tingkatannya pada setiap level. Matriks yang serupa dapat juga digunakan untuk menentukan tingkat ancaman, tingkat kapasitas, tingkat kerugian, dan tingkat risiko (BNPB, 2011). Data dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini cukup mudah didapatkan. Data yang menjadi dasar adalah informasi tipologi pesisir dan permukiman yang dapat diperoleh dari citra satelit. Data dan bahan yang dibutuhkan dalam peneitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data dan Bahan Penelitian

No Data dan Bahan Sumber 1.

Tiplogi Pesisir - Topografi/kelerengan - Bentuk pantai

Citra Satelit dari Google Earth, Geoeye, Landsat, SRTM

2. Tipologi Permukiman - Kepadatan Bangunan

- Jenis Bangunan Citra Satelit dari Google Earth, Geoeye, survei lapangan

3. Mitigasi Bencana Eksisting Suvei lapangan, studi literatur 4. Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami

Indonsia BNPB, 2012 5. Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan

Risiko Bencana 2015-2030 (Terjemahan) BNPB, 2015

Page 5: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

18 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Gambar 3. Matriks Penilaian Profil Wilayah Pesisir

3. Hasil dan Diskusi Indonesia tergolong memiliki tingkat risiko-multi bencana yang tinggi. Terdapat

322 kabupaten/kota yang tergolong memiliki risko tinggi (BNPB, 2013). Khusus bencana tsunami, terdapat 103 kabupaten/kota yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman bencana tsunami (BNPB, 2012). Kabupaten/kota yang memiliki risiko tinggi tersebut memiliki karakteristik wilayah pesisir yang berbeda-beda, sehingga untuk menata wilayah yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana diperlukan informasi profil wilayah pesisirnya. Profil wilayah pesisir tersebut dapat dicirikan dari kondisi tipologi pesisir dan permukiman yang ada didalamnya.

Salah satu wilayah di Indonesia yang masuk kedalam risko tinggi tsunami adalah Kota Jayapura (BNPB, 2012). Jayapura memiliki tipologi pesisir dan permukiman yang cukup kompleks dalam satu area risiko tinggi tsunami sehingga Jayapura dapat dijadikan sebagai contoh kasus untuk menyusun prioritas komponen rencana aksi mitigasi tsunami berdasarkan informasi profil wilayah pesisirnya. Informasi profil wilayah pesisir disusun dari bentuk pantai, topografi pesisir, kepadatan bangunan, dan jenis permukiman. Untuk menentukan level prioritas mitigasi bencana pada masing-masing profil, maka dilakukan penilaian berdasarkan matriks seperti Gambar 3.

Level bahaya disusun atas kondisi tipologi pesisirnya, yaitu memuat informasi topografi dan bentuk pantai. Bentuk pantai cekung/teluk adalah bentuk pantai yang memiliki kerawanan paling tinggi terhadap tsunami. Hal ini dikarenakan gelombang akan terkonsentrasi kedalam teluk sehingga akan memiliki kekuatan yang lebih merusak. Berbeda halnya pada kondisi cembung/tanjung yang dapat memecah gelombang tsunami sehingga memiliki daya rusak yang lebih kecil. Dalam level bahaya, tipologi pesisir yang memiliki level paling tinggi adalah pesisir dengan topografi datar yang berbentuk teluk.

Level kerentanan menggambarkan kondisi permukiman yang ada di wilayah pesisir yang memuat informasi jenis permukiman dan kepadatan bangunan. Jenis permukiman dibagi menjadi tiga, yaitu permukiman kota, desa, dan nelayan.

Page 6: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

19 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Tabel 2. Identifikasi Profil Wilayah Pesisir Jayapura No Citra Satelit Profil Wilayah Pesisir

1

Bentuk pantai : Cekung/teluk Topografi : Datar Kepadatan bangunan : Padat Jenis Permukiman : Kota

Level Bahaya : Tinggi Level Kerentanan : Sedang Level Prioritas : 1

2

Bentuk pantai : Lurus Topografi : Datar Kepadatan bangunan : Padat Jenis Permukiman : Desa

Level Bahaya : Tinggi Level Kerentanan : Tinggi Level Prioritas : 1

3

Bentuk pantai : Cembung Topografi : Bergelombang Kepadatan bangunan : Padat Jenis Permukiman : Kota

Level Bahaya : Rendah Level Kerentanan : Sedang Level Prioritas : 3

4

Bentuk pantai : Cekung/teluk Topografi : Bergelombang Kepadatan bangunan : Padat Jenis Permukiman : Nelayan

Level Bahaya : Sedang Level Kerentanan : Tinggi Level Prioritas : 1

A

B

C

D

Page 7: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

20 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

No Citra Satelit Profil Wilayah Pesisir

5

Bentuk pantai : Lurus Topografi : Bergelombang Kepadatan bangunan : Sedang Jenis Permukiman : Desa

Level Bahaya : Sedang Level Kerentanan : Sedang Level Prioritas : 2

Permukiman nelayan adalah jenis permukiman yang paling rentan karena belum memiliki struktur bangunan yang kuat. Letaknya pun cenderung dekat laut atau bahkan berada diatas laut. Kepadatan bangunan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kerentanan wilayah pesisir. Semakin padat bangunan maka pesisir tersebut akan semakin rentan karena akan mempersulit proses evakuasi. Kepadatan bangunan juga mengindikasikan jumlah penduduk yang ada. Semakin padat permukiman maka akan semakin banyak penduduk yang terpapar oleh ancaman tsunami.

Informasi profil wilayah yang terdiri dari bentuk pantai, topografi pesisir, kepadatan bangunan, dan jenis permukiman tersebut kemudian dijadikan sebagai unit pemetaan (maping unit) untuk menentukan level prioritas penanganan. Oleh sebab itu, maka rencana aksi mitigasi bencana tsunami dapat disusun berdasarkan informasi level prioritas yang dihasilkan. Semakin tinggi levelnya, maka tindakan mitigasi yang diperlukan semakin kompleks. Gagasan mapping unit tersebut diterapkan di pesisir Kota Jayapura sebagai contoh kasus. Hasil identifikasi kondisi profil wilayah pesisir Kota Jayapura disajikan dalam Tabel 2.

Berdasarkan hasil identifikasi profil pesisir berbagai lokasi di Kota Jayapura, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai jenis tipologi pesisir dan permukiman yang ada. Dari lima sampel lokasi yang dipilih, terdapat tiga lokasi yang masuk kedalam level prioritas 1. Sisanya masuk kedalam level prioritas 2 dan 3. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, dapat diketahui bahwa profil wilayah berupa informasi bentuk pantai, topografi pesisir, kepadatan bangunan, dan jenis permukiman sangat membantu menemukan lokasi prioritas penanganan. Persebaran lokasi identifikasi profil wilayah pesisir Kota Jayapura dapat dilihat pada Gambar 4.

Identifikasi mitigasi bencana eksisting sangat diperlukan untuk menyusun rencana aksi mitigasi tsunami. Berdasarkan hasil survei tahun 2014, mitigasi struktural maupun non struktural yang ada di Kota Jayapura masih belum tersebar secara merata. Triatmadja (2010) menyebutkan bahwa mitigasi bencana tsunami dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan fisik dan pendekatan non fisik. Pendekatan fisik adalah pendekatan yang sama dengan mitigasi struktural, sedangkan pendekatan non fisik adalah mitigasi non struktural. Contoh mitigasi yang ada dilokasi kajian antara lain adalah early warning system (EWS) berupa sirine, bangunan pemeceah dan penahan arus, serta papan informasi kejadian tsunami. Keterdapatan infrastruktur mitigasi tersebut masih belum tersebar merata sesuai kebutuhan wilayahnya.

E

Page 8: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

21 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Gambar 4. Peta Lokasi Identifikasi Profil Wilayah Pesisir Jayapura

Tabel 3. Matriks Komponen Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami

Informasi profil wilayah dan level prioritas dapat membantu menentukan

rencana aksi mitigasi yang akan ditambah maupun dibangun. Dalam menentukan komponen rencana aksi mitigasi tsunami, perlu mengacu kedalam Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana Nasional dan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030. Beberapa komponen rencana aksi yang dapat disusun pada level lokal disajikan pada Tabel 3.

No Komponen Rencana Aksi Profil Wilayah Pesisir Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3

1 Peningkatan Sistem Mata Rantai Sistem Peringatan Dini Bahaya Tsunami √ √ √

2 Pembangunan Jalur dan Tempat Evakuasi Bencana Tsunami √ √

3 Peningkatan Kesiapsiagaan dan Kapasitas Menghadapi Bencana Tsunami √ √ √

4 Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi √

5 Pengurangan Faktor Risiko Bencana √ √ √

Page 9: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

22 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

Berdasarkan matriks komponen rencana aksi, dapat diketahui bahwa masing-masing profil wilayah pesisir memiliki kebutuhan komponen rencana aksi yang berbeda-beda. Pada level prioritas pertama, seluruh komponen rencana aksi menjadi hal wajib dan perlu dilakukan dalam jangka pendek. Pada prioritas kedua, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak menjadi hal mendasar yang perlu dilakukan dalam jangka pendek. Hal yang serupa juga dimiliki oleh wilayah prioritas ketiga. Pada wilayah prioritas ketiga, komponen rencana aksi lain yang tidak menjadi hal mendasar untuk dilakukan dalam jangka pendek adalah pembangunan tempat evakuasi bencana tsunami. Hal ini disebabkan karena pada prioritas ketiga ancaman bahaya dan kerentanan masih tergolong rendah. Komponen rencana aksi yang ada pada Tabel 3 adalah komponen utama yang dapat dijabarkan menjadi aksi mitigasi pada setiap komponennya. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi gagasan baru dalam penentuan rencana aksi mitigasi bencana tsunami pada level lokal di wilayah risiko tinggi tsunami Indonesia. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan diskusi mengenai pendekatan tipologi pesisir dan permukiman untuk mendukung penyusunan rencana aksi mitigasi bencana tsunami, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mapping unit berupa bentuk pantai, topografi pesisir, kepadatan bangunan, dan jenis permukiman dapat digunakan untuk menentukan level prioritas penanganan bencana tsunami pada wilayah risiko tinggi tsunami. 2. Masing-masing profil wilayah pesisir memiliki kebutuhan komponen rencana aksi yang berbeda-beda. Komponen rencana aksi tersebut terdiri dari lima poin yang dapat dilakukan untuk pengurangan risiko bencana, yaitu peningkatan sistem mata rantai sistem peringatan dini, pembangunan tempat evakuasi tsunami, peningkatan kesiapsiagaan dan kapasitas mengahadapi bencana, pengembangan iptek, serta pengurangan faktor risiko bencana.

Ucapan Terimakasih Penelitian ini adalah pengembangan dari survei kawasan rawan tsunami yang dilakukan oleh Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian dan penulisan. Ucapan terimakasih diucapkan kepada Dandhun Wacano, S,Si, M.Sc, Evita Pramudianti, S.Si, M.Sc, Harfiadi, S,Si serta peneliti di Pusat Studi Bencana UGM. Ucapan terimakasih juga kepada Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah. Daftar Pustaka BNPB, 2011, Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana untuk Rencana Penanggulangan

Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta. _____. 2012, Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nasional, Jakarta. _____, 2013, Indeks Risiko Bencana Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nasional, Jakarta.

Page 10: Rencana Aksi Mitigasi Bencana Tsunami Melalui Pendekatan

Prosiding SIMPOSIUM NASIONAL MITIGASI BENCANA TSUNAMI 2015 TDMRC Universitas Syiah Kuala didukung oleh USAID (PEER Cycle 3)

No.ISSN: 2477-6440 Banda Aceh, 21 – 22 Desember 2015

23 Tema: Mitigasi Bencana Tsunami melalui Penataan Ruang dan Morfologi Kawasan Pantai

_____, 2015, Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030, (Terjemahan), Platform Nasional PRB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta

BAPPENAS dan BNPB, 2010, Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana Tahun

2010-2012. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta.

Triatmadja, R., 2010. Tsunami, Kejadian, Penjalaran, Daya Rusak, dan Mitigasinya. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta UNESCO, 2008, Tsunami Preparedness-Information Guide for Disaster Palnners, IOC

Manuals and Guides No. 49, Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO, Paris.

_______, 2011, Reducing and managing the risk of tsunamis, IOC Manuals and Guides No. 57,

Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO, Paris.