Upload
didi-sadili
View
64
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversity yang memiliki keanekaragaman spesies tertinggi ketiga di dunia, saat ini beberapa spesies mengalami ancaman kepunahan yang cukup tinggi, salah satu diantaranya adalah Pari manta. Pari manta terdiri dari 2 spesies yaitu Manta karang (Manta alfredi) dan Manta oseanik (Manta birostris), kedua spesies tersebut merupakan spesies karismatik dunia. Berbeda dengan spesies pari lainnya, selain menjadi komoditi perikanan pari manta juga menjadi aset jasa kelautan melalui kegiatan pariwisata bahari. Untuk daerah tujuan wisata bahari yang sudah berkembang seperti di Nusa Penida-Bali, 1 ekor pari manta dapat menyumbangkan nilai ekonomi sebesar 9,75 milyar selama hidupnya, angka ini jauh lebih besar bila dibandingkan jika pari manta dijual untuk kebutuhan konsumsi (insang dan daging) yang nilainya sekitar Rp. 2 juta per ekornya. Ancaman kepunahan pari manta tidak hanya disebabkan karena laju penangkapan yang jauh melebihi ambang batas potensi lestarinya, namun secara biologis ikan Pari manta mempunyai fekunditas yang rendah, hanya menghasilkan 1 anakan dalam kurun waktu 3 - 5 tahun dan baru matang seksual pada usia sekitar 10 tahun. Lembaga konservasi dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) telah menempatkan pari manta dalam kelompok vulnerable/rawan terancam punah, status ini merupakan “warning” bagi pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghindari ancaman kepunahan spesies tersebut. Saat ini populasi pari manta di Indonesia mengalami penurunan yang cukup ekstrim, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah kehilangan populasi 33 – 57 %. Penurunan ini terjadi terutama di daerah – daerah dimana pari manta menjadi salah satu target utama perburuan oleh nelayan, seperti di perairan Nusa Tenggara (Lombok, Lamakera, Lamalera, Alor, dan Flores) yang berhasil menangkap sekitar 900 – 1300 individu dalam setahun. Peningkatan laju penangkapan pari manta ini salah satunya disebabkan karena tingginya permintaan pelat insang pari manta untuk kebutuhan bahan baku obat tradisional di China. Tingginya kekhawatiran akan ancaman kepunahan pari manta di habitat alam yang disebabkan oleh perdagangan internasional telah menempatkan pari manta dalam daftar Appendik II CITES pada CoP CITES yang dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2013 di Bangkok.Meskipun pari manta penyebarannya sangat luas, tetapi pari manta di wilayah perairan Indonesia mengalami ancaman kepunahan yang cukup serius, Ancaman kepunahan disebabkan antara lain karena : (a) populasi di habitat alam terus mengalami penurunan, (b) penangkapan secara berlebihan masih terus dilakukan baik sebagai target penangkapan maupun tertangkap sebagai hasil tangkapan sampingan, (c) jumlah tangkapan melebihi potensi lestari, (d) nilai pasar dari ingsang yang terus meningkat. Beberapa negara di dunia telah melakukan tindakan perlindungan terhadap pari manta, diantaranya : Palau, Maldives, New Caledonia, Cook Islands, Federated States of Micronesia, dan French Polynesia. Di Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Manggarai Barat telah mengeluarkan PERDA larangan penangkapan pari manta. Melihat kondisi tersebut, untuk menghindari laju penurunan yang lebih tajam maka diperlukan regulasi yang cukup ekstrim, diantaranya dengan menetapkannya sebagai ikan yang dilindungi. Mengacu kepada PP no. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, pari manta sudah termasuk kedalam kriteria ikan yang dilindungi, yakni langka, terancam punah, fekunditas rendah, dan mengalami penurunan populasi. Menyadari nilai penting keanekaragaman hayati tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada awal tahun 2014, telah menetapkan pari manta sebagai jenis ikan yang dilindungi penuh melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 4 tahun 2014. Penetapan status perlindungan penuh pari manta ini telah mendapatkan rekomendasi ilmiah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan mela
Citation preview