Rencana Pengembangan Wilayah Lampung Tengah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Merupakan tugas matakuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, menjelaskan mengenai pendapat pribadi penulis tentang rencana pengembangan wilayah daerah Lampung Tengah.

Citation preview

TUGAS MATAKULIAH PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KELAS B (PNU3205B)PENGEMBANGAN WILAYAH LAMPUNG TENGAH, INDONESIA

Disusun oleh:Nama: Rivandi Pranandita PutraNIM : 10/ 304773/ PN/ 12175Program Studi: AgronomiDosen: Dr. Ir. Sri Nuryani HU, M.P., M.Sc.

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2013DAFTAR ISI

BAB I. KONDISI FISIK KABUPATEN LAMPUNG TENGAHA. Keadaan Umum Wilayah Lampung Tengah..3-4B. Kondisi Perekonomian Yang Sudah Ada...4-5BAB II. RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH YANG DILAKUKAN.6-19BAB III. PENUTUP20DAFTAR PUSTAKA..21

BAB I. KONDISI FISIK KABUPATEN LAMPUNG TENGAHA. Keadaan Umum Wilayah Lampung TengahKabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Gunung Sugih. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.189,50 km dan berpenduduk sebanyak 1.109.884 jiwa (tahun 2004). Merupakan salah satu kabupaten yang terkurung daratan/land lock di provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran, sehingga wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km dan sekarang luasnya sekitar 9.189,50 km. Pemekaran wilayah yang pertama adalah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 1999, sehingga Kabupaten ini berkurang 10 kecamatan yakni, Sukadana, Metro Kibang, Pekalongan, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, Sekampung, Jabung, Purbolinggo, dan Raman Utara. Pemekaran kedua dengan terbentuknya Kota Madya Metro dengan disetujuinya UU RI Nomor 12 Tahun 1999, yang dulunya dikenal sebaga ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki status sebagai Kota Administratif dan pada tahun 1999 statusnya ditingkatkan sebagai Kota Madya. Wilayah Lampung Tengah mengalami pengurangan 5 Kecamatan yaitu, Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan, dan Metro Timur. Saat itu Lampung Tengah hanya memiliki 13 Kecamatan yaitu, Gunung Sugih, Terbanggi Besar, Anak Tuha, Bumi Ratu Nuban, Kota Gajah, Way Seputih, Bekri, Bandar Mataram, Anak Ratu Aji, Way Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian (Anonim, 2013).Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis dalam konteks pengembangan wilayah. Sebab selain dilintasi jalur lintas regional, baik yang menghubungkan antar provinsi maupun antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung, juga persimpangan antara jalur Sumatera Selatan via Menggala dan jalur Sumatera Selatan serta Bengkulu via Kotabumi. Bagian selatan jalur menuju ke Kota Bandar Lampung, bagian timur menuju jalan ASEAN, Kabupaten Lampung Timur dan Kotamadya Metro. Sementara bagian barat jalur menuju Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus serta jalur lintas kereta api jurusan Bandar Lampung-Kertapati, Palembang (Anonim, 2013).B. Keadaan Umum Perekonomian Yang Sudah AdaDaerah yang merupakan penghasil utama dari pertanian bahan pangan adalah daerah yang subur, mudah dibuka, mudah diairi sebagai tanah sawah, yaitu di Lampung Selatan dan Lampung Tengah, mulai dari Tanjong Karang Gedong Tataan Metro Sukadana terus ke utara, daerah ini dikenal sebagai daerah transmigrasi utama.Sungai Tulang Bawang, Way Seputih, Way Sekampung, yang mengalir ke laut Jawa dari Bukit Barisan adalah potensi yang besar bagi pengembangan pertanian di Lampung, terutama pertanian bahan pangan. Daerah yang akan dapat memanfaatkan potensi ini dengan baik adalah Lampung sebelah timur. Pemanfaatan potensi persawahan ini baru meliputi 30% saja. Dari jumlah itu sendiri baru beberapa bagian saja yang secara baik dapat di-BIMAS-kan.Lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah seluas 134.758 ha. Sebagian besar lahan yang tersedia ini termasuk dalam kategori sesuai (S) untuk komoditas padi, ubi kayu dan jagung, hanya sebagian kecil saja yang termasuk dalam ketegori tidak sesuai (N). Untuk komoditas padi, 298 ha termasuk kelas S1 (sangat sesuai), 17.377 ha kelas S2 (cukup sesuai), 116.426 ha kelas S3 (sesuai marjinal), dan 658 ha termasuk kelas N (tidak sesuai). Untuk komoditas jagung, 298 ha termasuk kelas S1, 31.928 ha kelas S2, 101.875 ha kelas S3, dan 658 ha tidak sesuai. Untuk komoditas ubi kayu, 418 ha termasuk kelas S1, 80.922 ha kelas S2, 50.171 ha kelas S3, dan 3.248 ha tidak sesuai. Dari AHP diperoleh bahwa masyarakat Kabupaten Lampung Tengah memilih komoditas padi sebagai komoditas unggulan prioritas pertama, sedangkan prioritas yang kedua adalah jagung dan yang ketiga adalah ubi kayu. Hasil analisis kelayakan usahatani memberikan gambaran bahwa komoditas padi, jagung, dan ubi kayu secara ekonomi layak untuk diusahakan dengan nilai R/C ratio untuk komoditas padi sebesar 3,38; untuk komoditas jagung sebesar 2,86; dan untuk komoditas ubi kayu sebesar 2,27. Berdasarkan beberapa pertimbangan perencanaan yang digunakan, pengembangan komoditas padi dialokasikan seluas 54.218 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Trimurjo, Punggur, Kota Gajah, Padang Ratu,Seputih Agung, Terbanggi Besar, Seputih Mataram, dan Way Seputih, sedangkan untuk jagung seluas 41.271 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Gunungsugih, Seputih Raman, dan Seputih Banyak, dan untuk ubi kayu seluas 38.852 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Anak Tuha, Way Pengubuan, dan Rumbia (Baehaqi, 2010).

BAB II.RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH YANG INGIN DILAKUKANDi wilayah asal saya di Lampung Tengah, saya memiliki keinginan untuk mengembangkan wilayah saya ini terutama dalam hal pembangunan pertanian. Pemanfaatan aliran sungai, areal alang-alang, serta areal lebak (pasang surut) akan membuat daerah Lampung Tengah merupakan daerah produksi bahan pangan yang penting. Potensi pengembangan untuk areal perkebunan di lereng gunung sebelah barat dapat dikatakan masih cukup besar sehingga produksinya masih bisa dikembangkan terus; dan kemungkinan peningkatan mutu dari produksi yang ada (kopi, lada, tembakau, cengkeh) masih akan dapat ditingkatkan. Dalam hubungan itu maka industri kecil berupa sortasi kopi, lada, cengkeh dan pengolahan gaplek dari bentuk yang sederhana (chips) menjadi butiran gaplek (pellets) dapat dikembangkan. Tersedianya tanah, serta arus transmigrasi spontan merupakan potensi untuk pengembangan wilayah. Secara garis besar, saya ingin mengembangkan Lampung Tengah melalui 2 hal, yaitu:1. Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan, yaitu dengan cara meningkatkan pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan secara berkelanjutan yang akan diwujudkan melalui strategi pokok sebagai berikut:a. Peningkatan produksi tanaman pangan.b. Pemanfaatan lahan dengan gulma dominan alang-alang.c. Pengembangan sistem agroforestry (wanatani).d. Peningkatan pelestarian dan pengendalian lingkungan hidup.e. Peningkatan kualitas sistem pengelolaan sumber daya alam.2. Pengembangan Industri Agribisnis, yaitu meningkatkan aktivitas perekonomian berbasis agribisnis yang berorientasi ekonomi kerakyatan yang didukung oleh dunia usaha yang akan diwujudkan melalui strategi pokok sebagai berikut:a. Meningkatkan dan mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, terutama pada komoditas unggulan di wilayah Lampung Tengah.b. Meningkatkan aktivitas usaha ekonomi produktif yang dilakukan masyarakat maupun dunia usaha. c. Meningkatkan penataan struktur industri, sistem perdagangan, kepariwisataan, dan jasa.

1. Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan LingkunganSupaya pengembangan daerah dapat dilakukan secara optimum, maka penentuan tata guna tanah (land use) adalah usaha yang perlu mendapat perhatian. Dalam pada itu sekalipun jaringan jalan hubungan utara-selatan dapat dikatakan cukup baik (Tanjung Karang-Blambangan Umpu), akan tetapi jaringan timur-barat, dimana pada wilayah-wilayah tersebut terdapat pusat produksi yang kuat, belum memadai. Demikian pula jalan yang menghubungkan pusat dengan permukiman penduduk di pedesaan masih perlu diperbaiki. Sebagai akibat dekatnya jarak Lampung dengan Jawa, maka Lampung akan mengalami perkembangan yang khusus, oleh karena itu memerlukan perencanaan yang tepat dan kebijaksanaan yang jelas, dan hal tersebut mengakibatkan pula cepatnya urbanisasi, sehingga perkembangan kota terutama Teluk Betung/Tanjung Karang perlu ditangani secara sungguhsungguh. Dilihat dari potensi pengembangan Lampung untuk pertanian bahan pangan yang sangat besar, maka pemanfaatan aliran sungai, pemanfaatan areal alang-alang, lebak akan memerlukan koordinasi perencanaan dengan penyediaan tenaga kerja, pembebasan tanah, modal kerja untuk pembukaan sawah. Dari sifat para transmigran yang berorientasi kepada pertanian padi, maka pengumpulan para transmigran pada daerah padi yang subur akan segera menyebabkan ketidak seimbangan antara tanah dan penduduk yang terutama terjadi di daerah Lampung Selatan dan Tengah. Masalah lain yang perlu mendapat perhatian ialah masalah penyelamatan tanah dan air, sebagai akibat penggundulan hutan, dan penyelesaian masalah agraria, antara lain hak tanah di daerah transmigrasi.Akibat mundurnya mutu tanah, atau kurang tersedianya air bagi areal padi, maka penduduk melakukan penanaman tanaman pangan lainnya, yaitu ketela pohon dan jagung. Karena dirasakan kegiatan ini memberikan keuntungan yang cukup baik, lambat laun penduduk mengkhususkan pada tanaman bahan pangan tersebut. Keadaan ini menyebabkan makin tidak seimbangnya kebutuhan akan padi karena pertambahan penduduk yang cepat dengan peningkatan hasil padi sendiri, yang berarti Lampung yang digambarkan sebagai lumbung beras bahkan mengalami kekurangan beras.Menurut saya, pengembangan produksi tanaman pangan perlu dilakukan tidak cukup hanya di wilayah Jawa saja, tetapi perlu dicarikan alternatif pengembangan di luar Jawa terutama di wilayah Sumatera. Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi dan peluang untuk tujuan ini. Pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan harus didasarkan pada pertimbangan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial untuk menjamin keberlanjutan dari sistem produksi komoditas ini. Secara ekologi, pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya dukung lahan yang dapat dilihat dari kesesuaian lahan untuk komoditas tersebut. Aspek ekonomi mempertimbangkan keuntungan atau nilai tambah komoditas ini bagi petani. Sedangkan aspek sosial mempertimbangkan aspirasi dan penguasaan teknologi oleh petani. Diperlukan penentuan ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Ketersediaan lahan didasarkan pada rencana tata ruang wilayah, status penguasaan lahan, dan jenis penggunaan lahan saat ini. Kesesuaian lahan merupakan pembandingan antara karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman pangan. Dalam rangka pengembangan kesejahteraan wilayah di Lampung Tengah, saya juga ingin merehabilitasi dan memanfaatkan memanfaatkan lahan alang-alang (Imperata cylindrica) yang banyak dijumpai di wilayah Lampung Tengah. Sebelumnya, lahan alang-alang berupa lahan hutan hujan tropik dengan kesuburan rendah, kecuali di bagian alluvial. Lahan alang-alang ini biasanya tidak produktif sehingga lahan menjadi tidak termanfaatkan secara optimal. Padahal, lahan alang-alang ini bisa ditanami tanaman perkebunan seperti tanaman karet, kelapa sawit, tebu, kakao, dan kopi dengan investasi yang cukup tinggi. Salah satu lahan kering potensial yang selama ini ditelantarkan adalah lahan kering yang ditumbuhi oleh alang-alang, disingkat lahan alang-alang. Lahan alang-alang sendiri merupakan lahan hutan yang setelah kayunya ditebang dan seresahnya dibakar, tumbuhan pionir yang didominasi alang-alang mengambil alih peran pepohonan. Lahan alang-alang merupakan lahan pinggiran hutan yang dari tahun ke tahun semakin luas. Dengan semakin luasnya hutan yang dibakar, lalu lahan yang ditlantarkan semakin banyak. Prinsip dasar mengelola lahan alang-alang adalah dengan memulihkan ekosistem yang telah rusak akibat eksploitasi SDA secara berlebihan tanpa perhatian terhadap kelestariannya, serta dengan menyusun strategi pemanfaatan SDA yang berlandaskan kepada optimalisasi manfaat dengan memperhatikan potensi dan kontribusinya kepada kepentingan masyarakat, daerah, dan nasional. Contoh lahan alang-alang yang berhasil dikonversi menjadi perkebunan nanas seluas 30.000 hektar dapat ditemui di Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Perkebunan nanas ini dikelola oleh perusahaan swasta Great Giant Pineapple dengan produk olahan berupa nanas kalengan dan kulit nanas yang diolah menjadi pakan ternak diekspor ke luar negeri.Prospek ke dapan yang bisa dilakukan, antara lain:a. Inventarisasi Potensia.1. Mengoptimalkan pemanfaatan SDA yang diawali dengan identifikasi dan inventarisasi potensinya bagi pembangunan nasional.a.2. Memperhatikan karakteristik berbagai jenis SDA dan mengupayakan peningkatan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Adapun karakterisasi teknik dan kelembagaan yang dilakukan dengan pemanfaatan lahan alang-alang, yaitu:- Pengumpulan data dan informasi, meteorologi/ klimatologi, hidrologi, pengelolaan lahan, akses ke pasar dan permodalan.- Survei potensi SDA, sumber daya air (neraca air), sumber daya lahan (tingkat kesesuaian lahan), kemampuan masyarakat (tingkat pendidika, teknologi, kearifan lokal).- Verifikasi teknologi, teknik reklamasi lahan, konservasi tanah dan air, perbaikan kesuburan tanah (pemupukan organic dan anorganik), teknik budidaya, penanaman tanaman pakan ternak, penggembalaan, penggunaan air (irigasi atau konservasi air).- Model farm, optimalisasi SDA dicapai dengan pendekatan diversifiakasi usahtani, berupa wanatani atau sistem integrasi tanaman ternak; faktor yang menentukan model adalah kesesuaian lahan dan pasar.b. Inventarisasi TeknologiPemanfaatan lahan alang-alang pada tanah podzolik merah-kuning di daerah transmigrasi di Lampung Tengah telah diteliti oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, sekarang menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, dan terbukti sangan prospektif sehingga cocok dikembangkan di wilayah Lampung Tengah. Dengan demikian, sistem usahatani yang menjanjikan itu perlu diversifikasi di lahan alang-alang yang akan direhabilitasi. Sebagai tumbuhan pionir, alang-alang memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan itu harus diketahui dan digunakan untuk mengendalikan atau memberantasnya. Misalnya, alang-alang memiliki kelemahan tidak tahan naungan. Dengan demikian, petani bisa diarahkan untuk menanam pepohonan yang dapat mengendalikan alang-alang dan memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti kayu untuk mebel, kayu untuk bahan bakar, daun untuk pakan ternak atau pakan hijau, bahkan untuk biopestisida. Dalam rangka pengembangan SDA di wilayah Lampung Tengah, saya juga akan melakukan sistem agroforestry. Agroforestry disini lebih ditujukan untuk mendapatkan keuntungan dari interaksi pohon dan tanaman pertanian dalam usaha memperbaiki produktivitas lahan dan atau untuk mengendalikan isu lingkungan (pertanian berkelanjutan) atau isu sosial untuk mengoptimalkan keuntungan produk dan lingkungan. Ke depannya, dalam mengembangkan sistem agroforestry diharapkan memperhatikan prospek pasar, karena saya rasa hal ini akan memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap respon petani di Lampung Tengah dalam menerapkan atau mengadopsi agroforestry. Teknologi agroforestry pada dasarnya merupakan sebagian solusi masalah lahan kering. Agroforestry di Lampung Tengah dapat menerapkan: Teknologi setempat atau existing yang sudah dikenal oleh petani. Praktek dengan memodifikasi atau memperbaiki teknologi setempat oleh petani atau dari luar. Menerapkan hasil penelitian dari pihak luar.Secara lebih rinci, untuk mendukung pengembangan agroforestry di Lampung Tengah dapat dilakukan usaha seperti penyusunan program kehutanan dan peningkatan SDM. Teknologi agroforestry ini dapat diperkenalkan ke masyarakat Lampung Tengah melalui penelitian dan plot demonstrasi. Selain pengembangan kawasan pertanian secara luas (SDA), saya juga akan tetap mengembangkan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Lampung Tengah. Usaha-usaha yang bisa dilakukan menjaga pelestarian kekayaan alam dari kerusakan lingkungan antara lain sebagai berikut.a. Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan KritisMisalnya lahan alang-alang seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Usaha pengendalian lahan kritis dilaksanakan melalui beberapa usaha sebagai berikut.1) Penghijauan dan ReboisasiUntuk lebih mempercepat usaha mengurangi lahan kritis, lahan tersebut justru dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan perkebunan, transmigrasi, peternakan, dan bentuk pembangun an lainnya sekaligus untuk rehabilitasi.2) Resettlement dan Pengendalian Peladang BerpindahUntuk mengendalikan peladang berpindah diperlukan pendekatan yang lebih menyeluruh. Dalam hubungan ini perlu dikembangkan pendekatan dengan cara pendekatan fisik dan alam, pendekatan sosioantropologi, dan pendekatan pengembangan institusi. Setelah pendekatan-pendekatan tersebut berhasil, baru dilakukan penataan pemukiman (resettlement).

b. Program Kali BersihUntuk meningkatkan daya dukung lingkungan demi menunjang keberhasilan kegiatan pembangunan di semua sektor maka ditempuh usaha program kali bersih. Program kali bersih ini mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut.1) Mencegah penurunan kualitas dan daya guna air sekaligus menaikkan kualitas dan daya guna air. Program kali bersih ditujukan khususnya pada sumber-sumber air yang kualitasnya sangat buruk.2) Persiapan bagi pelaksanaan peraturan pemerintah tentang pengendalian pencemaran air.3) Pengembangan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup

c. Usaha Menjaga Kelestarian dan Meningkatkan Sumber DayaDalam rangka menjaga kelestarian dan mening katkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia maka kebijaksanaan pembangunan harus mencakup hal-hal berikut.1) Penciptaan dan perluasan mata pencaharian khususnya di daerah yang mengalami tekanan ekonomi yang berat.2) Perlindungan terhadap pendapatan petani, nelayan, dan pengumpul hasil hutan.3) Pengkajian ilmiah terhadap pengikisan lapisan atas tanah dan pengambilan sumber daya hutan agar tidak melebihi laju perbaikan produktivitasnya.4) Peningkatan produktivitas lahan dengan cara memperhatikan pengendalian penggunaan pupuk organik, pestisida, dan tata air.5) Penelitian terhadap kebutuhan kayu bakar dan hasil hutan dengan memperhatikan aspek lingkungan.6) Pelestarian dan penggunaan energi secara efisien.7) Pencegahan dan pengurangan pencemaran udara, tanah, dan air sedini mungkin.8) Pengembangan teknologi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

2. Pengembangan Industri AgribisnisLampung Tengah sebenarnya kaya akan berbagai komoditas pertaniannya, seperti pisang dan durian. Namun selama ini masyarakat belum optimal memasarkannya. Misal pada pisang, untuk meningkatkan posisi tawar petani pisang dalam memasarkan hasil, maka perlu dikembangkan sistem kelembagaan di tingkat petani pisang seperti dibentuknya kelompok tani atau asosiasi petani pisang. Hal ini selain untuk lebih memperkuat petani pisang, juga dapat mempermudah koordinasi dalam pengadaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida serta akses ke sumber pendanaan. Dalam pengelolaan kebun pisang baik yang dikelola masyarakat maupun perusahaan harus merujuk pada prosedur operasional yang standar untuk menghasilkan produk yang bermutu. Produk pisang yang bermutu apakah pisang segar ataupun yang sudah berbentuk olahan harus dipromosikan agar dapat diterima oleh konsumen luar negeri dan juga dapat meningkatkan tingkat konsumsi domestik.Ada dua strategi utama yang bisa dilakukan untuk pengembangan pisang yaitu:1. Pengembangan usaha agribisnis skala kecil yang berdaya saing; dan2. Pengembangan usaha agribisnis skala kebun yang berdaya saing.Untuk itu perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha agribisnis pisang yang berdaya saing tinggi melalui penerapan inovasi teknologi.Program yang bisa dilakukan dalam pengembangan industry agribisnis di Lampung Tengah, antara lain:1. Penggunaan Varietas UnggulPenggunaan varietas unggul adalah salah satu kunci keberhasilan usahatani pisang. Varietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai masyarakat luas. Varietas yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya pada komoditas pisang, untuk keperluan ekspor menggunakan varietas yang disukai oleh negara pengimpor seperti Cavendish. Untuk memenuhi kebutuhan industri pedesaan sebagai bahan baku kripik digunakan pisang Nangka, Tanduk dan Sepatu Amora (Kepok).2. Pengembangan Teknologi Perbanyakan Benih BerkualitasBenih merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu usahatani. Benih berkualitas artinya benih yang true-to-type, bebas hama dan penyakit dan sehat. Teknologi perbanyakan benih pisang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara in vitro (kultur jaringan) dan secara konvensional. Perbanyakan benih secara in vitro memerlukan modal awal yang cukup besar serta ketrampilan khusus sehingga hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar yang pada umumnya juga berperan sebagai pekebun skala besar. Untuk menghindari terjadinya off-type pada tanaman hasil perbanyakan in vitro, maka diperlukan Prosedur Operasional Standar (POS) sistem perbanyakan ini. Perbanyakan benih secara konvensional adalah dengan cara mengembangkan teknologi perbanyakan yang telah ada untuk menghasilkan benih sehat dalam waktu yang relatif lebih cepat tetapi mudah dilakukan oleh petani. Sistem perbanyakan konvensional ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih skala pekarangan dan skala kecil (< 5 ha).3. Pemberdayaan Pertanian RakyatKebanyakan petani di Lampung Tengah berusahatani pisang dengan sistem pekarangan dan skala kecil. Sistem ini terbukti sangat menolong kesejahteraan petani karena tidak tergantung pada satu komoditas saja, disamping itu ekologi pekarangan dapat terjaga dengan baik dengan adanya multi-komoditas. Meskipun demikian untuk menunjang agroindustri pedesaan, perlu diseragamkan penggunaan varietas pisang yang ditanam, karena pada umumnya sistem pekarangan menggunakan varietas yang bermacam-macam baik antar petani maupun dalam kebun petani itu sendiri. Agar hasil produksi pisang sistem pekarangan dapat berproduksi optimal, maka diperlukan GAP maupun SPO khusus untuk sistem pekarangan ini, karena sampai sekarang aturan-aturan tersebut belum ada.4. Pemberdayaan Pertanian Skala BesarProdusen komoditas unggulan Lampung Tengah seperti pisang, ketela pohon, dan durian berskala komersial tidak berani mengambil resiko untuk menggunakan varietas yang belum tentu disukai oleh masyarakat apalagi untuk ekspor. Pada pisang, untuk keperluan ekspor varietas yang diterima pasar adalah Cavendish, sedangkan untuk keperluan industri tepung digunakan Sepatu Amora. Untuk industri obat tradisional dengan memanfaatkan -karotine digunakan varietas Tongkat Langit.5. Reklamasi Lahan KritisLahan kritis di Indonesia, termasuk di wilayah Lampung Tengah cukup luas. Luasan lahan kritis akan semakin bertambah apabila tidak dilakukan usaha konservasi, beberapa tanaman perkebunan seperti pisang mempunyai potensi untuk reklamasi, terutama karena perakaran yang rapat, batangnya sukulen dan menahan air. Meskipun lahan kritis pada awalnya mempunyai daya dukung terhadap pertumbuhan yang berada di bawah rata-rata, dengan program pemupukan yang baik produktivitas buah masih menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya apabila dimanfaatkan secara optimal. Untuk komoditi pisang, varietas yang dipilih adalah yang daya adaptasinya cukup bagus dan mampu menunjang industri pedesaan, yaitu Kepok atau Sepatu Amora yang sesuai untuk pisang olah, yaitu kripik pisang. Untuk memperbaiki agroekosistem diperlukan tanaman pioneer yang mampu bertahan pada kondisi yang kurang menguntungkan tersebut. Tanaman pisang adalah salah satu tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang cukup bagus untuk tujuan tersebut, disamping merupakan komoditi yang mampu mendatangkan hasil buahnya. Varietas yang dipakai adalah yang mempunyai daya adaptasi yang cukup luas yaitu Kepok atau Sepatu Amora.6. Pengembangan Sentra Produksi dan Perwilayahan Komoditas UnggulanPerbaikan-perbaikan lebih dititik-beratkan pada peningkatan produktivitas, mutu dan kontinyuitas pasokan serta pemasaran melaui upaya penerapan teknologi inovatif, penerapan kaidah budidaya yang baik dan benar (berdasarkan POS yang ada), penguatan kelembagaan di tingkat petani, penyediaan sarana dan prasarana kebun dan penyaluran hasil, dukungan pemerintah dalam penyaluran kredit usaha dan perbaikan sarana penyaluran hasil ke pasar. Penentuan dan penetapan wilayah komoditi unggulan bertujuan untuk mengembangkan secara komersial daerah sentra baru komoditi unggulan yang mempunyai potensi yang tinggi tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal.7. Diseminasi Inovasi TeknologiDiseminasi hasil pengkajian dan penerapan teknologi pengelolaan kebun komoditi unggulan sehat berupa review hasil, temu lapang, lokakarya dan seminar. Kegiatan ini didukung oleh instansi dan lembaga yang ada di daerah setempat. Pelaksanaan temu lapang merupakan wahana komunikasi langsung antara pelaku/pengguna teknologi dalam hal ini petani dengan penghasil teknologi atau petugas lapang yang dilakukan secara periodik sesuai dengan tingkat perkembangan pertanaman yang ada, karena dari sinilah proses komunikasi yang terjadi bukan hanya antar penyampai dan pengguna teknologi, tetapi juga dengan obyek teknologi, yaitu tanaman itu sendiri. Selain temu lapang juga dilaksanakan lokakarya yang diikuti oleh para pelaku agribisnis, penghasil teknologi dan pengambil kebijakan, yang bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan dan hambatan proses alih teknologi sehingga akan bermanfaat bagi pengguna. Dalam proses diseminasi dikemukakan teknologi-teknologi inovatif baik berupa forum diskusi atau training tentang agribisnis komoditi unggulan local di Lampung Tengah.

8. Penerapan Sistem Kendali MutuDengan memperhatikan syarat-syarat produk hortikultura yang akan diterima pasar global, maka sistem kendali mutu lebih ditekankan pada norma-norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practises GAP), penerapan pengelolaan hama terpadu (Integrated Pest Management IPM) yang ramah lingkungan serta jaminan mutu (quality assurance system) yang mengacu pada prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Penerapan sistem tersebut tentunya berdasarkan pada sistem pengusahaan apakah sistem pekarangan atau sistem skala luas (monokultur) yang memang berbeda.9. Penetapan Kelembagaan PetaniKelembagaan petani merupakan titik strategis dalam usaha pengembangan kawasan yang perlu mendapat prioritas untuk meningkatkan profesionalisme dan posisi tawar petani. Fokus dari kelembagaan petani adalah pada manajemen produksi, kebutuhan sarana produksi, permodalan dan industri pengolahan. Bentuk kelembagaan kelompok tani, paguyuban, asosiasi atau koperasi, dan lain-lain. Dalam aspek pemasaran kelembagaan petani dapat melaksanakan secara mandiri atau melalui kerjasama dengan pihak swasta/pengusaha kebun.10. Pengembangan Sistem Distribusi BenihMisalnya, dengan mewabahnya penyakit utama pada komoditas pisang yaitu layu Fusarium dan bakteri, maka perlu adanya dukungan pemerintah mengenai peraturan distribusi benih pisang untuk mencegah meluasnya penyakit tersebut. Hal ini juga dituntut adanya kerjasama antara pemerintah dan partisipasi pelaku agribisnis dalam penerapannya di lapang. Tanpa adanya kerjasama dari pihak-pihak terkait, penyebaran penyakit tersebut tidak akan terbendung lagi.

11. PromosiUntuk lebih memasyarakatkan dan meningkatkan konsumsi komoditi unggulan Lampung Tengah, misal pisang, perlu dilakukan promosi berupa kampanye makan buah pisang dengan menonjolkan keunggulan-keunggulan pisang berupa kandungan karbohidrat, tinggi kalori tetapi rendah lemak sehingga baik untuk makanan diet, kandungan vitamin dan mineralnya yang baik untuk kesehatan, kebugaran, kecantikan dan menghambat penuaan jaringan tubuh. Promosi diselenggarakan baik di dalam maupun di luar negeri.

BAB III.PENUTUP

Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis dalam konteks pengembangan wilayah. Sebab selain dilintasi jalur lintas regional, baik yang menghubungkan antar provinsi maupun antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung, juga persimpangan antara jalur Sumatera Selatan via Menggala dan jalur Sumatera Selatan serta Bengkulu via Kotabumi. Bagian selatan jalur menuju ke Kota Bandar Lampung, bagian timur menuju jalan ASEAN. Keadaan pertanian disana sudah cukup baik, sehingga pengembangan wilayah yang masih perlu dilakukan ditekankan kepada 2 hal, yaitu pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan pengembangan industri agribisnis. Pengembangan SDA dan lingkungan yaitu meningkatkan pengelolaan SDA secara berkelanjutan yang akan diwujudkan melalui strategi pokok: a) peningkatan pelestarian dan pengendalian lingkungan hidup; b) peningkatan kualitas sistem pengelolaan sumber daya alam; c) peningkatan produksi tanaman pangan; d) pemanfaatan lahan dengan gulma dominan alang-alang; serta e) pengembangan sistem agroforestry (wanatani). Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan melalui rehabilitasi dan reklamasi lahan kritis, program kali bersih, dan upaya meningkatkan kelestarian dan sumber daya. Sementara itu, pengembangan industri agribisnis, yaitu meningkatkan aktivitas perekonomian berbasis agribisnis yang berorientasi ekonomi kerakyatan yang didukung oleh dunia usaha yang akan diwujudkan melalui strategi pokok: a) meningkatkan dan mengembangkan agribisnis yang berdaya saing, terutama pada komoditas unggulan di wilayah Lampung Tengah; b) meningkatkan aktivitas usaha ekonomi produktif yang dilakukan masyarakat maupun dunia usaha; serta c) meningkatkan penataan struktur industri, sistem perdagangan, kepariwisataan, dan jasa.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2013. Kabupaten Lampung Tengah. . Diakses pada tanggal 1 Juni 2013.Baehaqi, A. 2010. Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan diKabupaten Lampung Tengah. Jurnal Institut Pertanian Bogor, Bogor.Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. 2012. Strategi dan Arah KebijakanPembangunan. . Diakses pada tanggal 1 Juni 2013.21