Upload
others
View
23
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
TAHUN 2015-2019
REVISI III
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
JAKARTA, 2018
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................ II DAFTAR TABEL......................................................................... III BAB I. PENDAHULUAN .......................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan ................................. 3 1.3. Kondisi Umum Perlindungan Perkebunan .......... 4 1.4. Potensi dan Permasalahan .................................. 15 BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DIREKTORAT
PERLINDUNGAN PERKEBUNAN ............................. 22 2.1. Visi Direktorat Perlindungan Perkebunan ............ 22 2.2. Misi Direktorat Perlindungan Perkebunan ............ 22 2.3. Tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan ....... 23 2.4. Sasaran Direktorat Perlindungan Perkebunan ... 23
BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ......................... 25 3.1. Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan ......................................................... 25 3.2. Strategi Direktorat Perlindungan Perkebunan ..... 27 BAB IV. KEGIATAN OUTPUT DAN KOMPONEN KEGIATAN
DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN ..... 4.1. Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan .... 29 4.2. Sub Kegiatan Direktorat Perlindungan
Perkebunan/Keluaran (Output) ........................... 30 4.3. Komponen Kegiatan Direktorat Perlindungan
Perkebunan ......................................................... 35 4.4. Pendanaan Kegiatan ........................................... 39
BAB V. PENUTUP ................................................................... 40 LAMPIRAN ................................................................................ 41
iii
DAFTAR TABEL
Hal
1. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Keuangan
Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2010-2014 ...... 10
2. Luas Serangan OPT Perkebunan
Tahun 2009-2014 ................................................................. 10
3. Luas Pengendsalian OPT Perkebunan Tahun 2009-2014 .... 12
4. Pemantauan Hotspot dan kebakaran Lahan
Tahun 2009-2014………………………………………………….. 14
5. Pemantauan Dampak Perubahan Iklim (Banjir, Longsor,
dan Kekeringan……………………………………………………. 14
6. Kasus Gangguan Usaha Perkebunan ................................... 15
7. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan
Periode Tahun 2015-2019 .................................................... 37
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 mengamanatkan bahwa arah dan kebijakan pembangunan nasional adalah 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan pengelolahan nilai tambah sumber daya alam yang berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9 Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekomomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Arah kebijakan pembangunan nasional dalam dokumen RPJMN 2015-2019 diimplemensaikan dalam 11 (sebelas) sasaran strategis Kementerian Pertanian. Untuk mendukung arah kebijakan Kementerian Pertanian tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Perkebunan bertanggungjawab dalam pencapaian 7 (tujuh) sasaran strategis. Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan perkebunan tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 mencakup 2 agenda priotitas diantaranya 1) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan. Berdasarkan rencana strategis Direktorat Jenderal Perkebunan edisi revisi ke-3, bahwa arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka
2
mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu “peningkatan produksi komoditas perkebunan berkelanjutan”, sedangkan arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian 7 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019. Arah kebijakan umum pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 meliputi: 1) pengembangan komoditas perkebunan strategis; 2) pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunan; 3) pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan; 4)pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha agribisnis perkebunan; 5) perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; 6) peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; 7) peningkatan penerapan dan penanganan pasca panen, pengolahan dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan; 8) dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunan perkebunan. Arah kebijakan khusus pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 meliputi: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 3) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 4) pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan; 5) penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 6) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; 7) peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
Pada tahun 2015-2019 Renstra Perlindungan Perkebunan edisi revisi disusun dalam rangka mendukung arah kebijakan umum pembangunan perkebunan tahun 2015-2019. Peran perlindungan perkebunan dalam mendukung arah kebijakan pembangunan perkebunan ditekankan pada upaya penurunan serangan OPT melalui penanganan OPT, pemberdayaan perangkat perlindungan, dan pemberdayaan perangkat perlindungan; peningkatan pencegahan kebakaran lahan dan kebun; penanganan gangguan usaha perkebunan; dan penanganan dampak perubahan
3
iklim, serta pembinaan dan sertfikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan. Berdasarkan peran perlindungan dalam mendukung arah pembangunan perkebunan, maka disusun Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2015-2019 edisi revisi dengan maengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019. Dokumen Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan tahun 2015-2019 diharapkan dapat menjadi acuan perencanaan dan pedoman pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan perkebunan secara nasional baik pusat maupun daerah.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Dasar hukum penyusunan Renstra Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah:
1. Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;
2. Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan; 3. Peraturan Pemerintah No.6/1995 tentang Perlindungan Tanaman; 4. Peraturan Pemerintah No.4/2001 tentang Pengendalian Kerusakan
dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup Berkaitan Dengan kebakaran Hutan dan/atau Lahan;
5. PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 6. PP No.38 tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
7. Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan;
8. Peraturan Menteri Pertanian No.98/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;
9. Peraturan Menteri Pertanian No.01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang dan Pestisida Terbatas;
10. Peraturan Menteri Pertanian No. 39/Permentan/SR.330/7/2015 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida;
4
11. Keputusan Menteri Pertanian No.511/Kpts/PD.310/9/2006 junto Kepmentan No.3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura;
12. Keputusan Menteri Pertanian No.47/Permentan/OT.140/4/2014 tentang Brigade dan Pedoman Pelaksanaan Pencegahan serta Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun
13. Peraturan Menteri Pertanian 43/Permentan/OT.010/8/2015. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian
1.3 Kondisi Umum Perlindungan Perkebunan
1.3.1 . Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian 43/Permentan/ OT.010/8/2015. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Tugas Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengendalain hama penyakit dan perlindungan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat Perlindungan menyelenggarakan fungsi :
1) pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan;
2) peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan;
3) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
4) pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
5) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim
dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
5
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
6) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan
usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
7) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim
dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran; dan
8) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan.
1.3.2 Organisasi
Organisasi Direktorat Perlindungan Perkebunan terdiri atas:
1) Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan;
2) Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Semusim dan Rempah;
3) Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Tahunan dan Penyegar;
4) Subdirektorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran;
5) Subbagian Tata Usaha; dan 6) Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas dan fungsi masing-masing Subdirektorat sebagai berikut:
1) Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan Tugas: melaksanakan pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dan penyiapan peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan
6
Fungsi: a) pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data organisme
pengganggu tumbuhan; dan
b) pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data kelembagaan pengendalian organisme penganggu tumbuhan
2) Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Tanaman Semusim dan Rempah Tugas: melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendaliaan organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah Fungsi: a) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan teknologi
pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah; dan
e) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah
7
3) Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Tugas: melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendaliaan organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan dan penyegar
Fungsi: a) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan teknologi
pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan dan penyegar;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan dan penyegar;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan dan penyegar;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan dan penyegar; dan
e) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman tahunan dan penyegar
4) Subdirektorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran;
Tugas: melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran
8
Fungsi: a) penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penanggulangan
gangguan usaha dan pencegahan kebakaran serta penanganan dampak perubahan iklim;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan gangguan usaha dan pencegahan kebakaran serta penanganan dampak perubahan iklim;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penanggulangan gangguan usaha dan pencegahan kebakaran serta penanganan dampak perubahan iklim;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penanggulangan gangguan usaha dan pencegahan kebakaran serta penanganan dampak perubahan iklim; dan
e) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penanggulangan gangguan usaha dan pencegahan kebakaran serta penanganan dampak perubahan iklim
5) Subbagian Tata Usaha; dan Tugas: melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Perlindungan Perkebunan 6) Kelompok Jabatan Fungsional Tugas: melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Perkebunan seperti pada Lampiran 1. 1.3.3 Sumber Daya Manusia
Sampai dengan tahun 2014 pegawai Direktorat Perlindungan Perkebunan berjumlah 56 orang PNS (Struktural 45 orang dan Fungsional 11 orang), dengan rincian sebagai berikut :
9
1) S2 sebanyak 14 orang; 2) S1 sebanyak 18 orang ; 3) SM sebanyak 1 orang; 4) D3 sebanyak 4 orang; 5) SLTA sebanyak 19 orang;
Selain di Pusat pegawai teknis yang menangani perlindungan juga terdapat di empat UPT Pusat yaitu di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan sebanyak 275 orang, BBP2TP Surabaya sebanyak 180 orang, BBP2TP Ambon sebanyak 151 orang, dan di Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak sebanyak 85 orang. SDM Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selain diperkuat oleh SDM yang berada di UPT Pusat, juga yang berada di Dinas dan UPTD daerah, sebagai berikut :
1) Petugas Pengamat dan Pejabat Fungsional POPT
Jumlah Petugas Pengamat di seluruh Indonesia sampai tahun 2014 sebanyak 961 orang dan Pejabat Fungsional POPT sebanyak 212 orang.
2) Pemandu Lapang
Jumlah Pemandu Lapang Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) perkebunan sampai dengan tahun 2014 sebanyak 914 orang.
3) Petani SLPHT
Jumlah petani yang telah dilatih SLPHT perkebunan pada periode tahun 1998-2014 sebanyak 145.450 orang. 1.3.4 Kegiatan, Anggaran dan Realisasi
Pada periode Kabinet Indonesia Bersatu periode II (2010-2014) program pembangunan perkebunan adalah peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Alokasi anggaran untuk Direktorat Perlindungan Perkebunan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti disajikan pada Tabel 1.
10
Tabel 1. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Keuangan
Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2010-2014
Tahun Target
Renstra (Rp,-)
DIPA (Rp,000-)
Realisasi Terhadap
Target Renstra
(%)
Peningkatan/Penurunan dibanding
Tahun sebelumnya
(%)
2010 25,671,304 17.461.602 68,02 --
2011 26,196,705 30.224.764 107,18 73,09
2012 29,067,553 34.112.477 117,36 12,86
2013 30,499,991 77.389.750 253,74 126,87
2014 32,027,714 84.675.725 264,38 9,41
1.3.5 Aspek Teknis
1) Keadaan Serangan OPT
Luas serangan OPT pada komoditas unggulan nasional perkebunan yaitu kelapa, karet, kakao, kopi, lada, cengkeh, jambu mete, kelapa sawit, teh, tebu, nilam, tembakau dan kapas pada tahun 2009 seluas 1.787.034 ha, tahun 2010 menurun menjadi seluas 1.567.106 ha, tahun 2011 menurun menjadi 995.519 ha pada tahun 2012 meningkat menjadi 1.158.885 Ha. Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Luas Serangan OPT Perkebunan Tahun 2009-2014
No Komoditas Jenis OPT Tahun/Luas Serangan (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Kakao PBK 126.550 36.761 197.037 188.341 223.529
Helopeltis sp. 136.463 16.609 65.942 64.003 47.809
Busuk buah 76.018 10.791 62.137 106.976 158.513
VSD 78.923 5.934 74.741 83.932 69.474 2 Kopi PBKo 509.893 541.366 41.377 54.747 43.331
Penggerek 10.264 1.565 2.877 10.364 2.456
11
No Komoditas Jenis OPT Tahun/Luas Serangan (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
cabang
Karat daun 4.562 6.344 21.676 7.141 6.947
3 Teh Helopeltis sp. 5.578 5.375 4.899 5.324 3.878,44
Empoasca sp. 2.803 2.814 2.782 1.399 2.321,29
Cacar daun 7.434 4.263 4.824 6.719 4.609,70
4 Lada Penghisap buah
1.671 4.146 1.774 1.279 1.870
Penggerek batang/buah/ cabang
1.028 963 4.791 2.107 2.320
Busuk pangkal batang
5.424 10.931 7.248 5.246 4.617
5 Cengkeh Penggerek batang
3.368 586 92.932 16.309 19.693
Cacar daun 7.142 6.314 7.774 8.091 9.411
BPKC 679 248 729 2.339 4.025 6 Pala Penggerek
batang 2.472 2.446 5.703 7.349 2.946,20
Busuk buah 140 29 1.072 238 438,40 7 Kelapa Oryctes sp. 135.447 88.972 98.658 94.060 96.025
Sexava sp. 23.845 19.831 20.252 8.936 12.884
Artona sp. 135.071 1.176 381 678 963
Brontispa sp. 25.189 20.672 110 22.489 24.506
Busuk Pucuk 8.164 750 424 479 757 8 Karet JAP 135.832 68.230 80.895 82.947 87.59
Colletotrichum sp
14.953 27.151 32.826 25.792 18.213
Bidang Sadap 35.477 44.319 52.469 49.276 51.426
Jamur Upas 10.962 10.753 11.727 7.171 6.778
Rayap 14.017 4.312 5.708 3.535 6.461
9 Kelapa Sawit
Ulat api 2.328 10.707 2.529 1.443 2.424
Babi hutan 8.386 4.849 20.789 6.492 11.877
Tikus 8.842 5.230 38.836 4.471 16.706
Ganoderma 6.255 2.636 60.550 14.73 16.826
10 Jambu mete
Helopeltis sp. 11.686 10.478 11.791 10.749 12.640
Jamur Akar Putih
2.359 10.322 2.465 4.062 4.277
Cricula sp. 1.356 1.574 1.930 1.211 1.772
11 Tebu Penggerek batang
1.359 2.929 3.003 3.254 5.161
Scirpophaga nivella
682 764 1.657 2.505 2.669
Ustilago (luka api)
435 10 105 328 253
tikus 713 859 342 1.008 992
uret 373 417 164 4.990 3.13
12
Kapas
Empoasca sp. 429 2,60 0 74
Aphis sp. 37 50 49 0 23
Bemisia tabacci 28 0 0 0 0
Spodoptera sp. 17 0 0 191 0
Hypomyces sp. 10 0 0 0 0
Helicoverpa armigera
9 4 17 190,95 28
Pectinophora sp.
8 12 18 25 0
13 Tembakau Lanas (Phytophthora
899 22 4 930 261,51
12
No Komoditas Jenis OPT Tahun/Luas Serangan (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
sp.)
Ulat daun 602 609 425 0 0
Spodoptera litura
499 257 931 1.129
Helicoverpa armigera
103 0 0 0
TMV 194 189 125 38 358
Myzus persicae 29 0 19 0 6,03 14 Nilam Budok 71 174 125 162 277,25
Ulat daun 23 25 24 82 78,59
2) Luas Pengendalian OPT
Perkembangan luas pengendalian OPT yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dari tahun 2009 s.d 2013 berfluktuasi. Data luas pengendalian secara rinci per komoditi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Luas Pengendalian OPT Perkebunan Tahun 2009-2014
No Komoditas Jenis OPT Tahun/Luas Pengendalian (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
45.641 11.646 17.386 42.457 66.887
Helopeltis sp. 9.252 4.148 5.437 18.942 17.544
Busuk buah 57.051 1.794 8.680 21.025 28.641
VSD 51.637 564 2.447 20.545 18.998
2 Kopi PBKo 9.735 50.312 27.670 26.378 31.180
Penggerek cabang
3.156 362 252 1.433 439
Karat daun 1.027 1.215 1.931 1.129 3.300
3 Teh Helopeltis sp. 4.359 1.826 0 3.133 4.095
Empoasca sp. 1.858 2.495 0 916 10.362
Cacar daun 4.352 3.093 33 4.576 3.384
4 Lada Penghisap buah 173 456 802 244 608
Penggerek batang/buah/cabang
0 63 907 544 970
Busuk pangkal batang
913 4.110 1.382 1.887
1.107
5 Cengkeh Penggerek batang
975 4 11.482 1.724 6.013
Cacar daun 4.886 4.734 1.613 1.055 4.049
BPKC 244 1 267 646 822
6 Pala Penggerek batang
476 3 1.229 2.714 51,00
Busuk buah 8 1 650 96 33,60
7 Kelapa Oryctes sp. 24.813 12.390 13.462 15.867 21.553
Sexava sp. 1.317 295.00 1.979 315 2.762
Artona sp. 220 351 112 201 237
Brontispa sp. 6.558 1.996 4.016 3.305 6.142
Busuk Pucuk 2.155 364 254 23 547
8 Karet JAP 16.477 7.315 7.210 13.555 10.577
Colletotrichum sp 261 232 307 521 254
13
No Komoditas Jenis OPT Tahun/Luas Pengendalian (Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
Bidang Sadap 1.995 3.462 3.249 4.464 4.208
Jamur Upas 5.06 231 483 340 309
Rayap 948 936 834 659 391
9 Kelapa Sawit Ulat api 1.268 1.536 756 381 841
Babi hutan 959 463 2.798 1.188 1.526
Tikus 751 1.583 1.650 1.005 4.568
Ganoderma 112 677 1.138 834 2.061
10 Jambu mete Helopeltis sp. 239 552 833 708 12.640
Jamur Akar Putih 3.310 1.551 1.551 1.532
1.713
Cricula sp. 256 229 123 401
1.542
11 Tebu Penggerek batang
447 4.920 57.45 2.057 4.181,70
Scirpophaga nivella
23 2.614 135.93 1.912 2.695,03
ustilago (luka api)
190 17 14.49 90 114,33
tikus 196 778.5 19.43 568 1.251,41
uret 310 231.65 190.25 771 1.650,81
12 Kapas Empoasca sp. 15 0 0 25 0
Aphis sp. 0 0 40 0 25
Bemisia tabacci 0 0 0 0 0
Spodoptera sp. 13 0 0 75 0
Hypomyces sp. 0 0 0 0 0
Helicoverpa armigera
8.67 0 15 75 0
Pectinophora sp. 0 0 5 0 0
13 Tembakau Lanas (Phytophthora sp.)
418 4 4 20,28 0
Ulat daun 215 31 7 0 0
Spodoptera litura 7 435 293
Helicoverpa armigera
0 0 0
TMV 0 0 6 0 1,86
Myzus persicae 20 0 0 0 0
14 Nilam Budok 37 64 9 40 42
Ulat daun 2 25 0,3 11 10,85
3) Pemantauan hotspot dan kebakaran lahan
Jumlah hotspot dan Kebakaran Lahan dan Kebun berfluktuasi sesuai dengan aktivitas penyiapan lahan dan datangnya musim kering/kemarau. Kebakaran tidak hanya terjadi di lahan perkebunan, tetapi juga pada lahan untuk perladangan usaha tanaman pangan dan palawija. Data Hotspot serta Luas Kebakaran Lahan dan Kebun dari tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.
14
Tabel 4. Pemantauan Hotspot dan Kebakaran Lahan Tahun 2010-2014
No Tahun Hotspot (Titik Panas) Kebakaran (Ha)
1. 2010 8.946 2.772
2. 2011 27.205 6.793
3. 2012 34.747 7.376
4. 2013 19.187 17.809
5. 2014 30.665 38.642
4) Pemantauan Dampak Perubahan Iklim (Banjir, Longsor, dan
Kekeringan)
Berdasarkan data yang dapat direkam, luas kejadian banjir, longsor, dan kekeringan tahun 2010 – 2014 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pemantauan Dampak Perubahan Iklim tahun 2010-2014 (Ha)
No Bencana Alam 2010 2011 2012 2013 2014
1 Kekeringan - 3.681 - -
2 Banjir - 289,80 2,10 7 46,73
3 Angin Puting Beliung
- - 9,80 -
4. Curah Hujan Tinggi
- - 4.221 -
5. Erupsi Gunung - 182,06 - -
3 Gempa Bumi - - - 12,55
4 Longsor - - 118 -
JUMLAH - 4.152,86 4.351,90 19,55
15
5) Kasus Gangguan Usaha Perkebunan
Tabel 6. Kasus Gangguan Usaha Perkebunan
No Tahun Jumlah Kasus Gangguan
Usaha Perkebunan
1 2010 694
2 2011 822
3 2012 739
4 2013 631
5 2014 834
1.4 Potensi dan Permasalahan 1.4.1 Potensi
1) Kelembagaan
Tersedianya 28 UPTD/LL, 4 LUPH, 12 Sub lab hayati, 31 BPT di tingkat provinsi; 500 (lima ratus) UPPT Di tingkat Kabupaten/Kota ;
Terdapat 5.818 kelompok tani SL-PHT di tingkat lapangan;
Tersedianya Pusat/Balai Penelitian/Perguruan Tinggi/terkait dengan perlindungan perkebunan.
Tersedianya UPT pusat yaitu Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan, BBP2TP Surabaya, BBP2TP Ambon, dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak.
Tersedianya Brigade Pengendalian kebakaran perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten
2) Sumber Daya Manusia
Tersedianya petugas pengamat OPT sebanyak 961orang yang tersebar di seluruh provinsi sentra perkebunan.
Tersedia pejabat fungsional OPT (POPT) sebanyak 212 orang dengan berbagai jenjang.
Tersedia petugas pemandu lapang SL-PHT sebanyak 914 orang;
Tersedia kelompok tani/petani alumni SL-PHT sebanyak 5.818 kelompok tani (145.450 orang);
16
Tersedia 64 Penyidik PNS perkebunan yang tersebar di UPT Pusat dan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.
Tersedianya Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) sebanyak 127 kelompok tani
3) Pembiayaan
Tersedianya alokasi biaya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Direktorat Perlindungan Perkebunan.
4) Sarana dan Prasarana Kerja
Tersedianya sarana kerja, laboratorium, rumah kaca, perpustakaan dan ruang informasi, asrama, brigade proteksi tanaman dan kebakaran perkebunan, sarana pengendalian OPT dan kebakaran perkebunan dan kendaraan operasional pengendalain OPT dan kebakaran perkebunan.
5) Teknologi
Pengamatan dan Peramalan OPT tanaman perkebunan
Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan
Penanganan dampak perubahan iklim
Pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah diuji terap oleh Balai.
Hardware dan software untuk pengumpulan dan pengolahan data;
Pencegahan kebakaran lahan dan kebun
Perangkat Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG);
Perangkat Sistem Akuntansi Instansi (SAI);
Perangkat Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV).
6) Data dan Informasi serta Pedoman dan Standar Tersedia Data dan Informasi Komoditas Perkebunan; Tersedia data base serangan OPT; Tersedia Pedoman Pelaksanaan Anggaran Tahunan; Tersedia Pedoman Teknis yang terkait dengan Perlindungan
Tanaman Perkebunan;
Tersedia Pedoman Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan. Tersedia Data dan Informasi Kepegawaian;
17
7) Sumber Daya Hayati
Tersedianya organisme yang berpotensi sebagai musuh alami
(Agens Pengendali Hayati) dan tanaman yang berfungsi
sebagai pestisida nabati serta klon/varietas tanaman yang
memiliki ketahanan terhadap OPT. 8) Sumber Daya Lahan dan Agroekosistem
Tersedianya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman
perkebunan dan tersedianya tanaman perkebunan yang
memiliki potensi dalam memfiksasi CO2 dan berfungsi sebagai
tanaman konservasi tanah dan air.
1.4.2 Permasalahan
1) Standar pelayanan minimum
Peran unit kerja Direktorat dan UPT Pusat sebagai fasilitator, motivator, dan pengawas belum terlaksana secara optimal karena belum terpenuhinya jumlah SDM seperti Petugas Pengamat OPT, Pemandu Lapang SL-PHT, Petugas Laboratorium dan Penyidik PNS.
Peran dan fungsi perangkat perlindungan belum secara optimal mampu memberikan pelayanan dan menyelesaikan permasalahan perlindungan perkebunan di tingkat lapangan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tersedia masih terbatas
2) Kelembagaan
Belum semua provinsi memiliki UPTD yang menangani perlindungan perkebunan, sehingga pelayanan kepada masyarakat/pekebun belum optimal.
Laboratorium Lapangan, Sub Laboratorium Hayati, Laboratorium Utama Pengendalian Hayati belum dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan fungsinya.
Belum Optimalnya Fungsi Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
dalam mengendalikan OPT yang bersifat outbreak secara cepat.
Belum terbentuknya regu proteksi tingkat petani yang menjadi
bagian dari sistem pengendalian OPT.
Masih terbatasnya kelompok tani peduli api (KTPA) untuk
penanganan kebakaran lahan dan kebun.
18
Keberadaan perangkat perlindungan belum diketahui secara luas oleh masyarakat
perangkat pencegahan kebakaran lahan dan kebun, serta penanganan dampak perubahan iklim masih belum memadai sehingga kejadian kebakaran lahan dan kebun masih tinggi
3) Koordinasi
Koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan belum
terlaksana secara optimal terutama dalam kegiatan pengamatan
dan pengendalian OPT secara dini, pengawasan terhadap
penggunaan peredaran dan penyimpanan pestisida,
pemantauan hotspot, pencegahan kebakaran lahan dan kebun,
antisipasi dampak perubahan iklim, serta penegakan hukum
antar lembaga/kementerian. Belum Sinkronnya Kegiatan UPT pusat dan UPT daerah dalam
mendukung penanganan OPT perkebunan sehingga belum mampu secara maksimal memberikan pelayanan dan menyelesaikan permasalahan perlindungan perkebunan di tingkat lapangan
Belum tersedianya pedoman tata hubungan kerja antara UPT
Pusat, Dinas yang membidangi perkebunan dan UPTD
Penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan
masih belum optimal sehingga banyak kasus gangguan usaha
belum tertangani dengan baik
4) Pembiayaan Peningkatan jumlah anggaran yang tersedia untuk kegiatan
dukungan perlindungan perkebunan masih belum seimbang dengan kebutuhan untuk melakukan pengendalian dan pembinaan sumber daya manusia petani dalam melaksanakan kegiatan pengendalian OPT dan Mitigasi serta adaptasi dampak perubahan iklim serta kebakaran lahan dan kebun.
masih rendahnya sharing pendanaan oleh Daerah dalam mendukung kegiatan perlindungan perkebunan serta rendahnya tingkat partisipasi dan kemandirian petani dalam mengendalikan OPT di pertanamannya, sehingga ketergantungan kepada pemerintah menjadi semakin besar
19
5) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana untuk mendukung pengamatan dan
pengendalian OPT, pengawasan pestisida dan pemantauan
hotspot dan pencegahan kebakaran lahan serta antisipasi
dampak perubahan iklim belum memadai; Sebagian sarana dan prasarana kerja pada UPT Pusat tidak
layak pakai a.l. seperti fasilitas klimatologi, kendaraan roda 2 untuk operasional petugas penagmat OPT, dan beberapa peralatan laboratorium yang sudah tidak berfungsi/rusak.
belum tersedianya standar sarana dan prasarana pengendalian OPT sesuai amanat Undang-Undang no. 39 tahun 2014 tentang perkebunan
6) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik
Pengumpulan dan pelaporan data pengamatan OPT belum sesuai dengan Pedoman Teknis Pengamatan OPT Perkebunan. Hal tersebut menyebabkan keberadaan OPT sering terlambat diketahui;
Publikasi data dan informasi masih terbatas. Pengumpulan, pengolahan dan Analisa data base perlindungan
belum memadai. Belum optimalnya pemanfaatan Web-Site Ditjen Perkebunan/
perlindungan oleh Dirat Perlinbun/Dinas/UPT/UPTD sebagai wadah tukar menukar informasi/konsultasi penanganan OPT.
Pedoman Teknis yang seharusnya dijabarkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang spesifik lokasi oleh daerah serta SOP kegiatan belum seluruhnya tersedia.
7) Diseminasi Teknologi
Teknologi PHT belum sepenuhnya didiseminasikan sehingga belum diketahui dan diterapkan oleh petani dalam pengendalian OPT.
Sosialisasi pembukaan lahan dan penanaman tanaman baru masih banyak yang belum menerapkan PLTB dan mempertimbangkan risiko timbulnya serangan OPT.
Implementasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, karena masih kurangnya pemahaman, keterampilan dan sosial-budaya petugas dan petani dalam penerapan PHT.
20
Terbatasnya teknologi praktis dalam pengembangan APH (Eksplorasi , pemurnian, pengembangan, dan pemanfaatan APH, musuh alami) terkait dengan stabilitas dan virulensi APH
Teknologi adaptasi kekeringan sudah tersedia namun belum banyak diadopsi oleh pekebun
Legalitas dan hak paten APH/Teknologi Pengembangan Musuh
Alami belum dilakukan secara keseluruhan
Teknologi pengendalian OPT tanaman perkebunan yang ramah
lingkungan masih terbatas karena prosedur perijinan APH yang
masih sulit dan mahal
8) Kondisi Petugas
Jumlah Petugas Pengamat (POPT) di Wilayah Endemik OPT
masih sangat terbatas sehingga belum seimbang dengan luas areal yang harus diamati
Jumlah Pemandu lapang (PL) terbatas karena banyak yang mengalami purna bakti, mutasi dan promosi
Kualitas dan kuantitas petugas UPT dan UPTD masih terbatas Masih rendahnya kapasitas Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan (POPT) sehingga belum optimal sebagai ujung tombak perlindungan perkebunan
9) Kondisi Pekebun
Masih terbatasnya jumlah Kelompok tani SL-PHT dan kelompok tani alumni SL-PHT masih ada yang belum sepenuhnya menerapkan PHT dalam pengelolaan kebunnya
Belum terbentuknya Regu Pengendali OPT yang dapat berperan jika terjadi eksplosi OPT.
Ketergantungan petani pada pemerintah terutama pada lokasi eks proyek masih tinggi sehingga petani belum bisa melaksanakan pengendalian secara mandiri.
Kondisi geografis sentra perkebunan yang berupa kepulauan dengan aksesibilitas yang terbatas, tersebarnya lokasi kebun dengan luas kepemilikan kebun petani sempit dan terbatasnya jalan usahatani sehingga sulit dijangkau (remote area), menyebabkan biaya tinggi dan menyulitkan dalam pembinaan.
21
10) Sumber Daya Hayati Sumber daya hayati masih banyak yang belum dieksplor dan dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai agens pengendali hayati, pestisida nabati dan varietas/klon yang tahan/ toleran terhadap OPT.
22
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
2.1. Visi Direktorat Perlindungan Perkebunan
Dalam rangka mendukung tercapainya visi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu “Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peningkatan produksi komoditas perkebunan secara optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan pekebun”, maka Visi Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah “Menjadikan Direktorat Perlindungan Perkebunan sebagai institusi terdepan dalam memberikan layanan di bidang perlindungan terhadap pekebun dari risiko kerugian akibat OPT dan dampak perubahan iklim serta Gangguan Usaha Perkebunan”. 2.2. Misi Direktorat Perlindungan Perkebunan Mengacu pada misi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019, yang terkait dengan perlindungan perkebunan yaitu: menyediakan fasilitasi pembinaan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; dan mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan perkelanjutan, maka misi Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah: 1) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan
dampak perubahan iklim serta gangguan usaha yang terpadu terintegrasi dan berkelanjutan;
2) Mendorong upaya pemberdayaan perangkat perlindungan dalam penanganan OPT:
3) Memfasilitasi penyediaan teknologi spesifik lokasi dalam pengendalian OPT dan penanganan DPI;
4) Mewujudkan sumber daya manusia perlindungan yang handal; 5) Mewujudkan sistem perkebunan berkelanjutan melalui
pengembangan SL-PHT dan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan;
6) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas di bidang perlindungan perkebunan
23
2.3. Tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan Tujuan pembangunan perkebunan yang terkait dengan perlindungan perkebunan yaitu: 1) Melakukan upaya strategis dalam memfasilitasi penerapan
pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan.
2) Memfasilitasi ketersediaan teknologi perlindungan perkebunan, pengamatan, pemantauan dan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT), pencegahan kebakaran lahan/ kebun dan penanganan dampak perubahan iklim
Untuk mendukung tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan tersebut, maka tujuan Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah:
1) Menurunkan risiko kerugian hasil akibat serangan OPT, dampak
perubahan iklim dan gangguan usaha perkebunan
2) Melakukan pembinaan, bimbingan dan pendampingan kepada
pekebun dalam menerapkan teknologi perlindungan perkebunan,
pengamatan dan pengendalian OPT, pencegahan kebakaran
lahan dan kebun, penanganan DPI dan gangguan usaha
perkebunan
3) Fasilitasi kegiatan pemberdayaan perangkat, pengamatan, dan
kelembagaan kelompok tani perlindungan perkebunan (KTPA, SL-
PHT, Regu Pengendali Hama dan Desa Pertanian Organik)
2.4. Sasaran Direktorat Perlindungan Perkebunan
Sasaran Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun dalam rangka mendukung sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yang difokuskan pada peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Rincian sasaran Strategi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 sebagai:
24
1) Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional;
2) Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan;
3) Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry dengan fokus pengembangan komoditas kelapa sawit baik melalui kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas maupun melalui kegiatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak dan tumpang sari dengan komoditas pertanian lainnya serta penyediaan benih kemiri sunan;
4) Pengembangan sumbr daya insani perkebunan (SDI);
5) Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan;
6) Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik;
7) Peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 adalah : Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim dan Gangguan Usaha Perkebunan. Sasaran secara rinci sebagai berikut: 1) Penanganan OPT perkebunan berbasis pada penerapan PHT di
tingkat petani 2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan dalam rangka
penerapan PHT 3) Penanganan DPI melalui mitigasi dan adaptasi 4) Peningkatan kapasitas dalam pengendalian OPT dan
kesiapsiagaan dalam pencegahan kebakaran lahan dan kebun, serta gangguan usaha
5) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan
25
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1. Arah Kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan Dalam rangka mendukung arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan yang terkait dengan Direktorat Perlindungan Perkebunan antara lain: Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunan perkebunan, maka arah kebijakan Direktorat Perlindungan Perkebunan sebagai berikut: A. Arah Kebijakan Umum Direktorat Perlindungan Perkebunan
tahun 2015-2019 meliputi : 1) Budidaya Tanaman Sehat 2) Perlindungan Tanaman Perkebunan dilakukan melalui
pemantauan, pengamatan dan Pengendalian OPT 3) Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), yaitu memadukan semua cara dan teknis pengendalian OPT secara kompatibel dengan mempergunakan bahan dan cara pengendalian yang aman dan ramah lingkungan
4) Pemantauan, Pengamatan dan Pengendalian OPT dilakukan dengan cara peningkatan sarana dan prasarana perlindungan, (LL/UPTD Perlindungan , Sub LAB, LUPH, LAP, UPPT, Brigade Proteksi, Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun UPT Perlindungan Pusat) peningkatan SDM Perlindungan (POPT/Pengamat Hama Penyakit dan Petani Pengamat Hama dan penyakit Perkebunan)
5) Peningkatan kemampuan mitigasi dan adaptasi dalam rangka menurunkan risiko kegagalan produksi akibat dari faktor-faktor iklim
6) Peningkatan kemampuan Brigade pengendalian kebakaran lahan perkebunan dalam melakukan pengendalian kebakaran perkebunan;
7) Peningkatan kemampuan dan peran serta Pemerintah Daerah dalam menangani gangguan usaha perkebunan
8) Peningkatan kemampuan UPT Pusat sebagai Balai rujukan regional dalam identifikasi OPT, penelusuran residu pestisida,
26
pengembangan pengendali hayati dan penghasil rakitan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi
9) Mendukung pelaksanaan pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan
B. Arah Kebijakan Khusus Perlindungan Perkebunan adalah:
1. Pemantauan dan pengamatan diprioritaskan pada OPT utama komoditas tanaman perkebunan unggulan nasional;
2. Pengendalian OPT dilakukan pada tanaman dengan intesitas serangan ringan/atau secara ekonomis masih menguntungkan jika dikendalikan
3. Pengendalian pada OPT yang bersifat eksplosif atau pada sumber-sumber serangan sesuai dengan kemampuan, menjadi tanggung jawab pemerintah bersama sama dengan masyarakat
4. Pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida kimia merupakan pilihan terakhir dan berdasarkan pada hasil pengamatan dan analisa ekosistem
5. Penggunaan Musuh Alami dan APH menjadi pilihan utama dalam mengendalikan OPT.
6. APH yang digunakan harus yg telah berijin dan terdaftar di komisi pestisida; penggunaan APH yang belum terdaftar dapat dipergunakan dalam skala terbatas seperti Percobaan, Demplot dan Demfarm
7. Mendorong pengembangan dan perakitan teknologi spesifik lokasi oleh UPTP perlindungan dan UPTD Perlindungan
8. Mendorong UPT Pusat untuk mampu memiliki APH yang terdaftar 9. Pembinaan perangkat perlindungan di prioritaskan pada
peningkatan kemampuan dalam menyediakan standar pelayanan minimum dalam bidang perlindungan (teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi, pengembangan dan penyediaan MA dan APH, pengendalian OPT yang bersifat eksposif, pengembangan dan penerapan mitigasi dan adaptasi iklim serta penanganan kebakaran lahan dan kebun)
10. Pembinaan SDM petani perkebunan dilakukan melalui kegiatan SL-PHT dengan memperhatikan keterlibatan gender minimum sebesar 25 persen dan Pembentukan Kelompok Tani Perduli Api (KTPA)
11. Pemantauan kesiapsiagaan pengendalian kebakaran lahan perkebunan pada provinsi/kabupten rawan kebakaran.
27
Pemantauan sistem sarana dan prasaranan pengendalian kebakaran lahan perkebuan di perusahaan perkebunan.
12. Fasilitasi 13. Mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim dilaksanakan pada
provinsi/kabupaten/kota sentra perkebunan rawan kekeringan semaksimal mungkin memanfaatkan APBD
14. Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 15. Penyediaan Standar pelayanan minimum pengendalian OPT dan
penanganan kebakaran lahan dan kebun 16. Pelaksanaan penugasan baru untuk mengembangkan 150 desa
pertanian organik berbasis tanaman perkebunan 3.2. Strategi Direktorat Perlindungan Perkebunan
Memperhatikan strategi Pembangunan Perkebunan tahun 2015-2019, yang terkait dengan Direktorat Perlindungan perkebunan yaitu: strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunan perkebunan, maka strategi yang akan ditempuh Direktorat Perlindungan Perkebuann adalah : 1) Fasilitasi Peningkatan kemampuan Teknis Petugas dan Petani
melalui magang petugas dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
2) Fasilitasi Peningkatan sistem pengamatan, pemantauan, dan pengendalian OPT melalui Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT dan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan.
3) Fasilitasi antisipasi dampak perubahan iklim dan pencegahan
kebakaran lahan dan kebun melalui Fasilitasi kesiapsigaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun, mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim, dan Operasional Brigade Pencegahan kebakaran lahan dan kebun
4) Pemantapan jejaring dan kerjasama di bidang perlindungan
dengan Puslit/Balit, Perguruan Tinggi, BBPPTP, BPTP, UPTD,
28
Dinas Perkebunan, dan pihak terkait lainnya melalui Pemberdayaan Perangkat Perlindungan Perkebunan;
5) Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
melalui fasilitasi, inventarisasi serta penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan dan pertemuan koordinasi/rapat fasilitasi penanganan gangguan usaha perkebunan
6) Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas
Perkebunan melalui Pembinaan dan sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan
7) Penguatan sistem perlindungan perkebunan melalui Koordinasi
pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
29
BAB IV KEGIATAN, OUTPUT DAN KOMPONEN KEGIATAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
4.1. Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Dalam rangka mendukung Program pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah “peningkatan produksi komoditas perkebunan berkelanjutan”, dengan 2 Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu dan 2) Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya. Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 lebih diprioritaskan untuk produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pengolahan, standarisasi mutu, fasilitasi pemasaran, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas. Dalam rangka mendukung Implementasi Agenda NAWACITA 2015-2019, Direktorat Jenderal Perkebunan bertanggungjawab terhadap implementasi agenda prioritas yaitu: pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan; perluasan areal perkebunan 150.000 hektar di lahan kering; pengembangan food estate; pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan; pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru; integrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan perkebunan kelapa sawit Untuk mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan dan implementasi Agenda NAWACITA 2015-2019, maka kegiatan yang menjadi tanggungjawab Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah “Dukungan Perlindungan Perkebunan”. Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan difokuskan pada penurunan luas areal serangan OPT, peningkatan penanganan kebakaran lahan dan kebun, Peningkatan penanganan dampak perubahan iklim, dan penanganan
30
gangguan usaha perkebunan, serta pembinaan dan serifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebuan. 4.2. Sub Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan/Keluaran
(Outputs) Out-comes Direktorat Jenderal Perkebunan yang terkait dengan Direktorat Perlindungan Perkebuan yaitu penurunan luas areal serangan OPT, peningkatan penanganan kebakaran lahan dan kebun, peningkatan penanganan dampak perubahan iklim, dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta pembinaan dan serifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan, Dalam rangka pencapaian Out-comes Direktorat Jenderal Perkebunan tersebut, maka Direktorat Perlindungan Perkebunan mempunyai fokus Output sebagai berikut: 1) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Perkebunan;
Sasaran kegiatan adalah terkendalinya serangan OPT sehingga dapat mendukung peningkatan produksi komoditas perkebunan berkelanjutan. Bertujuan memberikan bantuan pengendalian OPT pada pusat-pusat serangan dan mendorong petani untuk melakukan pengendalian secara bersama agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas ke areal tanaman lainnya.
Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)perkebunan terdiri dari sub-sub kegiatan yaitu Pengendalian OPT tanaman perkebunan, Demfarm Pengendalian OPT tanaman perkebunan, dan Demplot Pengendalian OPT tanaman perkebunan.
2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan;
Sasaran kegiatan pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan adalah terlaksananya operasional Laboratorium Lapangan (LL), Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH), Sub Lab Hayati, Brigade Proteksi Tanaman (BPT), dan pemberdayaan pengamat OPT
Tujuan kegiatan pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan adalah untuk lebih meningkatkan peran dan fungsi LL, LUPH, Sub Lab Hayati, BPT, dan UPPT dalam mendukung kegiatan perlindungan perkebunan.
31
3) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;
Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan antisipasi dampak perubahan Iklim adalah penanganan dampak perubahan iklim dan pengurangan risiko kekeringan dalam mendukung peningkatan produksi komoditas perkebunan berkelanjutan.
Antisipasi Dampak Perubahan Iklim bertujuan untuk: a. Mengantisipasi dampak perubahan iklim secara dini melalui
kegiatan pemantauan kebakaran lahan dan kebun, dampak perubahan iklim dan bencana alam.
b. Terjalinnya kerjasama antar instansi pemerintah di daerah, pelaku usaha perkebunan, petani dan masyarakat dalam upaya Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun.
c. Menyediakan model adaptasi kekeringan pada tanaman perkebunan melalui demplot adaptasi kekeringan pada sub sektor perkebunan di provinsi rawan kekeringan.
d. Meningkatkan kesadaran pekebun untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan memanfaatkan pupuk organik dalam rangka menurunkan emisi GRK melalui penerapan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat.
4) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun
Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun adalah memfasilitasi pencegahan kebakaran dalam mendukung peningkatan produksi komoditas perkebunan berkelanjutan.
Tujuan kegiatan kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun adalah: a. Menjalin kerjasama antar instansi pemerintah di daerah, pelaku
usaha perkebunan, petani dan masyarakat dalam upaya Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun.
b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan perundang-undangan, pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dan memfasilitasi kelompok tani dalam pengendalian kebakaran lahan dan kebun
32
5) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) tanaman perkebunan;
SL-PHT bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku petani/kelompok tani agar mau dan mampu secara mandiri menerapkan PHT dalam pengelolaan kebunnya sehingga petani menjadi manager di kebunnya sendiri.
SL-PHT dilaksanakan pada komoditas strategis perkebunan; pada
daerah-daerah yang tersedia pemandu lapang (PL I/PL II)/petani pemandu/petugas yang sudah pernah terlibat dalam satu musim kepemanduan; memperhatikan/melibatkan unsur-unsur gender minimal 25%; dilaksanakan pembinaan lanjutan; pertemuan dilaksanakan sebanyak 16 kali dengan interval 1 minggu sekali, dan tersedia sarana belajar berupa kebun dan saung pertemuan; pada daerah yang tidak memiliki pemandu lapang di dorong untuk melaksanakan kegiatan pelatihan kepemanduan.
6) Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan;
Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan
Sasaran kegiatan ini adalah terbangunnya kemandirian dalam penyediaan input produksi berbahan organik dan terbangunnya sistem pertanian organik di 150 desa yang siap disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang terakreditasi sampai dengan tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut, mulai tahun 2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan secara organik sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada lahan perkebunan tertentu.
Adapun ruang lingkup kegiatan pengembangan pertanian organik berbasis komoditas perkebunan adalah:
a. Penyediaan input sarana produksi untuk menghasilkan pupuk organik/kompos, pestisida nabati/botani dan agens pengendali hayati (APH).
b. Penerapan budidaya tanaman yang ramah lingkungan dengan pola pemenuhan input sarana produksi secara mandiri berbasis kepada potensi ekosistem dan keanekaragaman hayati dan melakukan pengolahan limbah kebun sesuai prinsip zero waste management.
33
c. Pengembangan sumber daya manusia (petani dan petugas pendamping) dalam memahami konsep pertanian organik.
d. Petunjuk kerja perkebunan berbasis pertanian organik melalui penerapan penggunaan lahan terkonversi baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim.
e. Pengawalan, pendampingan dan pembinaan monitoring pertanian organik.
f. Sertifikasi produk perkebunan organik.
Kegiatan pertanian organik Ditjen. Perkebunan menjadi tanggungjawab
Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK) adalah pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik
berbasis komoditi perkebunan. Pertimbangan pelaksanaan
pengembangan pertanian organik berbasis komoditas perkebunan
berada pada kegiatan perlindungan perkebunan adalah:
a. Telah membina kelompok-kelompok tani SL-PHT yang pada
prinsipnya mengusung kaidah-kaidah pertanian organik dalam
menyelenggarakan usaha perkebunannya sehingga pemilihan
CP/CL desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan
salah satunya berdasarkan lokasi-lokasi eks SL-PHT.
b. Telah menginisiasi kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
dan model usaha perkebunan rendah emisi karbon pada tanaman
kopi yang komponen-komponen kegiatannya bisa menjadi bagian
dari pengembangan desa pertanian organik.
Komoditas yang akan dikembangkan untuk desa pertanian organik adalah komoditas perkebunan yang dikonsumsi segar antara lain: kopi, pala, lada, kakao, kelapa, jambu mete, teh, dan aren. Pembinaan desa pertanian organik sampai dengan sertifikasi organik akan dilaksanakan bertahap dan berkelanjutan dengan sasaran 150 desa sampai dengan tahun 2019 sehingga pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan intervensi yang berbeda antara desa dengan kelompok tani yang sudah terlebih dahulu menginisiasi pengembangan desa pertanian organik dan kelompok tani baru. Tahapan pelaksanaan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan sebagai berikut:
34
a. Tahap persiapan meliputi identifikasi dan penetapan CP/CL.
b. Tahap inisiasi meliputi 1) koordinasi teknis pusat dan daerah, 2) apresiasi/sosialisasi kepada stakeholder, 3) fasilitasi bahan input dan sarana prasarana untuk sistem pertanian organik, 4) penyiapan fasilitator/pendamping organik tingkat pusat dan daerah, 5) pemberdayaan petani tentang pemahaman konsep pertanian organik dan 6) pengawalan dan pendampingan (intesif).
c. Tahap pengembangan meliputi 1) pendampingan kelompok tani dalam pemanfaatan input sarana poduksi (mikro organisme lokal, kompos, APH dan pestisida nabati) dan sarana pendukung lainnya; 2) aplikasi budidaya organik dengan anggaran tertentu pertahun (continue) dan per provinsi; 3) pemeliharaan tanaman dengan penerapan GAP yang baik, pendampingan Sistem Manajemen Internal (SMI) dan penyusunan dokumen sistem mutu dalam penerapan pertanian organik di tingkat kelompok tani, pra inspeksi/audit dan 5) pengawalan dan pendampingan (semi intensif).
d. Pengajuan sertifikasi meliputi : 1) identifikasi pasar, 2) pemilihan LSO, 3) pengajuan sertifikasi organik kepada LSO bagi poktan/gapoktan yang sudah selesai pra inspeksi dan dinyatakan siap disertifikasi
e. Tahap pascapanen dan pengembangan pasar meliputi 1) bantuan pengadaan alat pascapanen; 2) pengembangan unit pengolahan produk dan sarana pendukung lainnya; 3) penyediaan pasar/mendorong mekanisme pasar untuk menyerap produk pertanian bekerjasama dengan sektor terkait Kemendag, Kemenperin, BKPM dan lain-lain (dimungkinkan melaksanakan pertemuan pemasaran skala nasional); 4) pertemuan rutin/temu bisnis dengan retailer, membuat outlet organik, pameran organik, dan 5) pengawalan dan pendampingan (semi intensif).
Secara teknis tahapan ini akan dibahas pada Permentan/ Kepmentan tentang pedoman umum 1.000 desa pertanian organik yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Sedangkan terkait proyeksi pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan tahun 2016-2019 ditunjukkan pada lampiran
35
7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan;
Sasaran kegiatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan adalah terfasilitasi, terinventarisasi, teridentifikasi, dan tertanganinya gangguan usaha perkebunan
Tujuan kegiatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan adalah:
a. Melakukan inventarisasi dan identifikasi kondisi dan jenis gangguan usaha perkebunan;
b. Membantu upaya dalam penyelesaian gangguan usaha perkebunan dan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penyelesaian gangguan usaha perkebunan;
c. Meningkatkan kesadaran pelaku usaha perkebunan dalam penanganan gangguan usaha perkebunan.
d. Meningkatkan koordinasi penanganan gangguan usaha perkebunan antar instansi terkait di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
Meningkatkan persamaan persepsi antar pihak terkait mengenai penanganan gangguan usaha perkebunan
8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi pembuatan buku perlindungan perkebunan; bimbingan teknis perlindungan perkebunan; pertemuan/konsolidasi kegiatan perlindungan perkebunan; pengawalan, pembinaan, monitoring dan eavaluasi kegiatan perlindungan; perencanaan program dan anggaran; penanganan pasca bencana; dan administrasi kegiatan perlindungan perkebunan.
4.3. Komponen Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan Komponen kegiatan yang merupakan penjabaran dari Output Kegiatan (sub kegiatan) dukungan perlindungan perkebunan adalah sebagai berikut: 1) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan;
a) Operasional Laboratorium Lapangan (LL) b) Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH) c) Operasional Sub. Hayati
36
d) Operasional Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan
2) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan; a) Pengendalian OPT Tanaman Semusim dan Rempah; b) Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar;
3) Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Perkebunan;
4) Antisipasi Dampak Perubahan Iklim; a) Mitigasi dan adaptasi Dampak Perubahan Iklim. b) Pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada
perkebunan Kopi Rakyat
5) Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun:
a) Fasilitasi pemantauan kebakaran dan dampak perubahan iklim dan bencana alam;
b) Pertemuan Koordinasi pencegahan kebakaran lahan dan kebun;
c) Operasional Brigade Pencegahan Kebakaran d) Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran;
6) Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditi Perkebunan
7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
8) Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Output dan komponen kegitan yang merupakan penjabaran dari kegiatan dukungan perlindungan perkebunan per tahun (RKT) untuk periode Tahun 2015-2019 seperti pada Tabel 11 berikut :
37
Tabel 7. Rencana Kerja Tahunan Direktorat Perlindungan Periode Tahun 2015-2019
No. Output/Komponen 2015 2016 2017 2018 2019
1. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan (hektar)
33.366 11.459 11.245 11.245 11.245
a. Pengendalian OPT tanaman semusim dan rempah (hektar)
9.746 3.500 3.500 3.500 3.500
b. Pengendalian OPT tanaman tahunan dan penyegar (hektar)
23.620 7.959 7.745 7.745 7.745
2. Pemberdayaan perangkat Perlindungan Perkebunan (Unit)
135 77 75 75 75
a Operasional Laboratorium Lapangan (LL)
28 28 28 28 28
b Operasional Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH)
4 4 4 4 4
c Operasional Sub. Lab. Hayati
12 13 12 12 12
d Operasional Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan
31 32 31 31 31
e. Operasional Brigade Pencegahan Kebakaran (Unit)
60 - - - -
3. Pemberdayaan petugas pengamat OPT (Insentif Petugas Hama dan Penyakit) (orang)
994 995 1.050 1.050 1.050
4. Antisipasi Dampak 77 94 9 9 9
38
No. Output/Komponen 2015 2016 2017 2018 2019
Perubahan Iklim (KT)
a. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran;
54 70 - - -
b. Mitigasi dan adaptasi Perubahan Iklim.
12 12 4 4 4
c.
Pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan
11 11 5 5 5
5. Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun (Dokumen/provinsi)
18 26 39 39 39
a. Fasilitasi pemantauan kebakaran dan dampak perubahan iklim dan bencana alam;
9 9 9 9 9
b. Apel siaga penanggulangan kebakaran lahan dan kebun/Pertemuan koordinasi
9 4 5 5 5
c. Operasional Brigade Pencegahan Kebakaran
13 25 25 25
6. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Perkebunan (KT)
224 93 84 84 84
7. Penanganan Gangguan usaha dan konflik
42 42 42 42 42
39
No. Output/Komponen 2015 2016 2017 2018 2019
perkebunan (kasus)
8. Pembinaan dan Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditi Perkebunan
- 150 150 150 150
9. Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan
12 12 12 12 12
4.4. Pendanaan Kegiatan
Pendanaan kegiatan bersumber dari APBN yang dialokasikan pada satuan kerja Direktorat Jenderal Perkebunan dan Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan seperti pada lampiran 2.
40
BAB V PENUTUP
Pemahaman yang sama dan perubahan perilaku serta kesadaran dari seluruh pelaku usaha dalam mengelola usahanya dan jajaran birokrasi dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, merupakan landasan/kekuatan yang diharapkan dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dibidang perlindungan perkebunan. Perubahan perilaku yang melembaga hanya akan terwujud dengan adanya komitmen yang kuat dan terpadu/sinergi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan dari seluruh pemangku kepentingan.
Rencana Strategi ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi jajaran Direktorat Perlindungan Perkebunan untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan. Disadari bahwa perubahan lingkungan baik domestik maupun internasional saat ini bergerak sangat cepat, sehingga pada implementasi Rencana Stratejik ini masih dimungkinkan adanya berbagai penyesuaian sesuai kebutuhan.
Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Perkebunan dimplementasikan melalui kegitan dukungan perlindungan perkebunan yang dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun. Tujuan dan sasaran perlindungan perkebunan diarahkan untuk mendukung program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. Pada intinya kegitan dukungan perlindungan perkebunan menjadi “asuransi” usaha perkebunan guna terjaminnya : (1). Pencapaian potensi hasil produksi, (2). Peningkatan mutu produk, dan (3). Keberlanjutan usaha perkebunan. Untuk mencapai sasaran perlindungan perkebunan diperlukan komitmen dari seluruh stake-holders terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, dana, sarana dan prasarana yang memadai.
Jakarta, 2017
Direktorat Perlindungan Perkebunan
41
DIREKTORAT
PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
SUB DIREKTORAT DATA DAN KELEMBAGAAN
PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN
Seksi Data dan
Informasi
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
Seksi
Kelembagaan
Pengendalian
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan
SUBBAGIAN TATA USAHA
SUB DIREKTORAT PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN
SEMUSIM DAN REMPAH
Seksi Teknologi
Pengendalian Hama
Terpadu Tanaman
Semusim dan
Rempah
Seksi Sarana Pengendalian
Organisme Pengganggu
Tumbuhan Tanaman Semusim dan
Rempah
SUB DIREKTORAT PENGENDALIAN ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN
REMPAH DAN PENYEGAR
Seksi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Tahunan dan
Penyegar
Seksi Sarana
Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan
Tanaman Tahunan dan Penyegar
SUB DIREKTORAT GANGGUAN USAHA DAMPAK
PERUBAHAN IKLIM DAN
PENCEGAHAN KEBAKARAN
Seksi Gangguan
Usaha dan
Pencegahan
Kebakaran
Seksi Dampak
Perubahan Iklim
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Perkebunan
Lampiran 2. Sasaran Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan Produksi
komoditas Perkebunan
Berkelanjutan
Dukungan Perlindungan
Perkebunan
Terkendalinya OPT dan
Tertangananinya gangguan usaha
dan DPI terhadap luas tanaman
perkebunan
179,6 136,34 132,68 137,99 143,51
Rasio Luas Serangan OPT yang dapat
dikendalikan dibanding Luas Lahan
Serangan OPT yang dilaporkan
0,1 1,2 1,2
- Luas pengendalian OPT Tanaman
Tahunan dan Penyegar 600 5.900 5.888
- Luas pengendalian OPT Tanaman
Semusim dan Rempah200 2.425 2.400
Rasio jumlah desa binaan yang siap
disertifikasi organik terhadap total
desa binaan
20 83 100
- Rasio jumlah desa binaan yang siap
disertifikasi organik terhadap total desa
binaan20 83 100
Rasio Luas area terkena DPI yang
dapat ditanggulangi (mitigasi dan
adaptasi) dibanding luas lahan yang
berpotensi terkena DPI
2 2 2
- Jumlah kelompok tani yang dapat
difasilitasi dalam penanggulangan DPI
(adaptasi dan mitigasi)
8 9 9
- Jumlah fasilitasi pencegahan
kebakaran dan penanganan pasca
bencana
65 43 43
Program/Kegiatan Sasaran IndikatorTarget
Alokasi Anggaran Baseline Kegiatan
(Rp. Milyar)
42
Lampiran 2. Sasaran Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Perlindungan Perkebunan
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Peningkatan Produksi
komoditas Perkebunan
Berkelanjutan
Dukungan Perlindungan
Perkebunan
Terkendalinya OPT dan
Tertangananinya gangguan usaha
dan DPI terhadap luas tanaman
perkebunan
179,6 136,34 132,68 137,99 143,51
Jumlah kasus gangguan usaha yang
ditangani9 21 21
- Jumlah kasus gangguan usaha yang
ditangani 9 21 21
Rasio permintaan dan keluhan
(tertulis) yang ditindaklanjuti terhadap
layanan ketatausahaan di lingkup
Direktorat Perlindungan Perkebunan
100 100 100
Rasio laporan yang selesai tepat
waktu terhadap total laporan wajib
disajikan di lingkup Direktorat
Perlindungan Perkebunan
100 100 100
Program/Kegiatan Sasaran IndikatorTarget
Alokasi Anggaran Baseline Kegiatan
(Rp. Milyar)
43