61
BAB I PENDAHULUAN A. LANDASAN PENYUSUNAN Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang, khususnya pada Lampiran IV Pasal 1 disebutkan bahwa kedudukan Dinas Pertanian Kota Semarang adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota Semarang. Dinas Pertanian Kota Semarang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretraris Daerah. Kedudukan Dinas Pertanian Kota Semarang tidak terlepas dari eksistensinya sebagai lembaga pelayanan publik yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan segenap stakeholders di bidang pertanian. Penyelenggaraan segenap aktivitas pembangunan bidang pertanian oleh Dinas Pertanian Kota Semarang yang mengarah pada terciptanya good governance sudah seharusnya mengikutsertakan segenap komponen dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Rencana Strategis SKPD Dinas Pertanian Kota Semarang memberikan arah atau pedoman bagi strategi peningkatan produktivitas, efisiensi usaha pertanian, yang berorientasi bisnis dan wawasan lingkungan, serta mewujudkan peningkatan income, nilai tambah (value added), dan kesejahteraan masyarakat, untuk mewujudkan : 1

Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB I

PENDAHULUAN

A. LANDASAN PENYUSUNAN

Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang,

khususnya pada Lampiran IV Pasal 1 disebutkan bahwa kedudukan Dinas

Pertanian Kota Semarang adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Kota Semarang. Dinas Pertanian Kota Semarang dipimpin oleh seorang Kepala

Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui

Sekretraris Daerah. Kedudukan Dinas Pertanian Kota Semarang tidak terlepas

dari eksistensinya sebagai lembaga pelayanan publik yang dibutuhkan oleh

Pemerintah Daerah dan segenap stakeholders di bidang pertanian.

Penyelenggaraan segenap aktivitas pembangunan bidang pertanian oleh

Dinas Pertanian Kota Semarang yang mengarah pada terciptanya good

governance sudah seharusnya mengikutsertakan segenap komponen dalam

masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Rencana Strategis SKPD

Dinas Pertanian Kota Semarang memberikan arah atau pedoman bagi strategi

peningkatan produktivitas, efisiensi usaha pertanian, yang berorientasi bisnis dan

wawasan lingkungan, serta mewujudkan peningkatan income, nilai tambah (value

added), dan kesejahteraan masyarakat, untuk mewujudkan :

1. Peningkatan produktivitas dan efiensi usaha pertanian yang berorientasi pada

bisnis dan berwawasan lingkungan;

2. Peningkatan pendapatan, nilei tambah dan kesejahteaan petani/masyarakat;

3. Peningkatan peluag bagi institusi di dalam masyarakat, untuk

mengembangkan diri dan memanfaatkan seluruh sumber daya dalam proses

pra panen dan pasca panen;

4. Percepatan penerapan teknologi moderen di bidang budidaya ekonomi

manajemen pada suatu skala usaha yang optimal di sentra produksi;

5. Pembudayaan ekonomi kerakyaatan yang berorientasi bisnis dan mendorong

ekspor berbasis komoditas unggulan pertanian;

6. Kemandiran pertanian, dengan iklum usaha yang kondusif dan meningkatkan

produk pertanian yang membantu pemenuhan gizi masyarakat dan

penyediaan bahan baku industri.

1

Page 2: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Selaras dengan salah satu karakteristik Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005−2025 yaitu memfokuskan

pada identifikasi dan penanganan isu-isu strategik dengan sasaran yang dinamis,

Rencana Strategis SKPD (RENSTRA SKPD) Dinas Pertanian Kota Semarang

sebagai suatu dokumen perencanaan pembangunan Kota Semarang di bidang

pertanian menjadi penting artinya bagi Dinas Pertanian Kota Semarang untuk

mengidentifikasi, mengkaji, dan menangani isu-isu strategik bidang pertanian.

Isu-isu strategik tersebut kemudian dijabarkan dalam upaya-upaya peningkatan

kinerja pelaksanaan pembangunan bidang pertanian secara berkesinambungan

dan optimal, melalui hal-hal berikut :

1. Pemanfaatan berbagai kekuatan dan peluang;

2. Perhitungan yang matang terhadap berbagai kelemahan, kendala, dan

hambatan yang dihadapi, berdasarkan kemampuan, karakteristik, dan

kebutuhan nyata.Peningkatan produktivitas dan efiensi usaha pertanian yang

berorientasi pada bisnis dan berwawasan lingkungan;

Segenap stakeholder bidang pertanian menyadari bahwa dalam rangka

meningkatkan kinerja pembangunan bidang pertanian berdasarkan pada

kemampuan, karakteristik, dan kebutuhan nyata diperlukan adanya dokumen

perencanaan pembangunan bersifat strategis. RENSTRA SKPD Dinas Pertanian

Kota Semarang Tahun 2010−2015 sebagai dokumen perencanaan yang bersifat

strategis didukung penuh oleh kesepakatan dan komitmen seluruh stakeholder di

bidang pertanian.

B. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum penyusunan RENSTRA SKPD Dinas Pertanian Kota

Semarang Tahun 2010−2015 adalah :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844);

2

Page 3: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

5. Peraturan Pemerintah Penggati Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daearah;

9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2001 tentang

Program Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001‒2005;

10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 tahun 2003 tentang

Rencana Strategis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003‒2008;

11. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kota Semarang;

12. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun 2005‒2010;

13. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Semarang Nomor 13);

14. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang.

3

Page 4: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Kota Semarang Tahun 2010‒

2015 adalah rencana lima tahunan bidang pertanian yang menggambarkan visi,

misi, tujuan, sasaran dari program dan kegiatan, yang disusun untuk menjadi

dokumen perencanaan pembangunan yang menjabarkan potret dan rencana

pembangunan bidang pertanian, yang memuat gambaran pelayanan SKPD, isu

strategis berdasarkan tupoksi, dan indikasi program/kegiatan yang akan

dilaksanakan selama 5 (lima) tahun disertai dengan indikator-indikator kinerja.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD Dinas

Pertanian Tahun 2010‒2015 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Landasan Hukum

C. Maksud dan Tujuan

D. Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

A. Tupoksi dan Struktur Organisasi

B. Sumber Daya SKPD

C. Kinerja Pelayanan SKPD

D. Tantangan dan Peluang Pengembangan SKPD

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI

A. Indikasi Permasalahan

B. Telaah Visi dan Misi Kepala Daerah Terpilih

C. Telaah RPJMD

D. Telaah RTRW dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

E. Penentuan Isu Strategis

BAB IV VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI

DAN KEBIJAKAN

A. Visi

B. Misi

C. Tujuan dan Sasaran

D. Strategi dan Kebijakan

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR

KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN

INDIKATIF

4

Page 5: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VII PENUTUP

LAMPIRAN

-----o0o-----

5

Page 6: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

A. TUPOKSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Tugas pokok Dinas Pertanian Kota Semarang yang disebutkan dalam

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 Bab XV Pasal 52

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang yaitu

melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang pertanian berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan. Fungsi Dinas Pertanian Kota Semarang dalam

rangka untuk melaksanakan tugas pokok seperti yang disebutkan dalam Peraturan

Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 Bab XV Pasal 53 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang adalah :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang tanaman pangan dan hortikultura,

peternakan, perkebunan, kehutanan dan penyuluhan serta pengembangan

sumber daya;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan dan

penyuluhan serta pengembangan sumber daya;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang tanaman pangan dan hortikultura,

peternakan, perkebunan dan kehutanan, penyuluhan dan pengembangan

sumber daya;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota, sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Pertanian Kota Semarang disebutkan dalam

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 Bab XV Pasal 54

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang, terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi.

b. Sub Bagian Keuangan.

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

3. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari :

a. Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.

b. Seksi Agroindustri Tanaman Pangan dan Hortikultura.

c. Seksi Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

6

Page 7: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

4. Bidang Peternakan, terdiri dari :

a. Seksi Produksi Peternakan.

b. Seksi Agroindustri Peternakan.

c. Seksi Kesehatan Hewan.

5. Bidang Perkebunan dan Kehutanan, terdiri dari :

a. Seksi Produksi Perkebunan dan Kehutanan.

b. Seksi Agroindustri Perkebunan dan Kehutanan.

c. Seksi Pelestarian dan Konservasi.

6. Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya, terdiri dari :

a. Seksi Tata Penyuluhan.

b. Seksi Kelembagaan.

c. Seksi Pengembangan Sumber Daya.

7. UPTD, terdiri dari :

a. UPTD Balai Benih Pertanian.

b. UPTD Klinik Hewan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional.

B. SUMBER DAYA SKPD

Dinas Pertanian Kota Semarang memiliki sumber daya berupa aparatur

dan sarana prasarana (sarpras) sebagai berikut :

a. Aparatur

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pertanian

didukung personil sejumlah 119 orang, dengan perincian sebagai berikut :

a. Pejabat Struktural Eselon II : 1 orang

b. Pejabat Struktural Eselon III : 5 orang

c. Pejabat Struktural Eselon IV : 17 orang

d. Pejabat Fungsional : 18 orang

e. Staf Administrasi : 33 orang

f. Staf Teknis : 29 orang

g. TPHL : 1 orang

h. THLTBPP : 15 orang

Personil yang memegang posisi sebagai pejabat struktural eselon II, III, IV,

dan pejabat fungsional terdiri dari :

1.4. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi Dinas Pertanian terdiri dari :

Kepala Dinas.

Sekretaris.

7

Page 8: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Kepala Bidang Peternakan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya.

Kepala Bidang Perkebunan dan Kehutanan.

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi.

Kepala Sub Bagian Keuangan.

Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kepala Seksi Produksi Peternakan.

Kepala Seksi Produksi Perkebunan dan Kehutanan.

Kepala Seksi Agroindustri Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kepala Seksi Agroindustri Peternakan..

Kepala Seksi Agroindustri Perkebunan dan Kehutanan.

Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kepala Seksi Kesehatan Hewan.

Kepala Seksi Perlindungan dan Konservasi.

Kepala Seksi Tata Penyuluhan.

Kepala Seksi Kelembagaan..

Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya.

Kepala Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Balai Benih Pertanian.

Kepala Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Klinik Hewan.

Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional.

Untuk kegiatan di lapangan, telah ditunjuk Petugas Pertanian

Kecamatan (PPK) yang terdiri dari 14 orang Pejabat Fungsional Penyuluh

Pertanian dan 8 orang Staf Teknis. Di samping itu, ditunjuk juga Petugas

Pemeriksa Daging sebanyak 3 orang dan inseminator sebanyak 3 orang.

Karena UPTD Balai Benih dan UPTD Klinik Hewan secara fisik telah

terbentuk, maka untuk kelancaran kegiatannya, telah ditunjuk 5 orang staf

Seksi Produksi Pertanian dan Hortikultura untuk bertugas di Balai Benih

Kramas dan Kebun Dinas Penggaron, sedangkan untuk Klinik Hewan

ditugaskan Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kepala Seksi Obat Hewan

8

Page 9: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

beserta staf, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di Klinik Hewan dan Pos

Kesehatan Hewan di Gunungpati.

b. Sarana dan Prasarana

Kantor Dinas Pertanian beralamat & berlokasi di Jalan Kompak 2-3,

Kecamatan Pedurungan, Semarang, merupakan kantor yang cukup

representatif untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat utamanya

masyarakat tani. Untuk menunjang kegiatan dinas dan peningkatan pelayanan

kepada masyarakat ; sarana dan prasarana instansi berupa kebun–kebun dinas

telah dikelola secara optimal sesuai dengan fungsinya. Tetapi Kebun

Mangkang I dan Mangkang II sebagian lahannya beralih fungsi menjadi

Taman Marga Satwa (seluas ± 5.000 m2) yang dikelola oleh Dinas Pariwisata

Kota Semarang.

Adapun kebun–kebun dinas milik Pemerintah Kota Semarang yang saat

ini dikelola oleh Dinas Pertanian Kota Semarang adalah sebagai berikut :

- Kebun Mangkang I : 80.930 Ha

- Kebun Mangkang II : 3.000 Ha

- Kebun Penggaron : 29.441 Ha

- Kebun Kramas : 17.307 Ha

*) Luas berkurang pada tahun 2009 dan 2010 karena terkenal proyek tol.

- Kebun Mangunsari : 7.605 Ha

- Kebun Cangkiran : 9.300 Ha

- Kebun Wates : 58.190 Ha

- Kebun Purwosari : 45.600 Ha (digunakan JSDF)

- Kebun Tambangan : 10.050 Ha

- Kebun Mijen : 16.000 Ha

- Kebun Gunungpati : 8.476 Ha

- Kebun Gayamsari : 1.300 Ha

Sarana transportasi yang ada pada Dinas Pertanian Kota Semarang saat ini

adalah berupa :

- 5 unit kendaraan roda 4.

- 1 unit kendaraan roda 3.

- 23 unit kendaraan roda 2.

Di samping sarana transportasi tersebut di atas, Dinas Pertanian Kota

Semarang memiliki kendaraan, yang berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah, yang terdiri dari :

- 1 unit kendaraan roda 4.

9

Page 10: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

- 25 unit kendaraan roda 2.

Pengaturan penggunaan kendaraan milik Pemerintah Kota Semarang telah

sesuai dengan Keputusan Walikota Semarang, sedangkan kendaraan yang

lainnya diutamakan untuk petugas lapangan (Petugas Pertanian

Kecamatan/PPK). Balai Benih di Kebun Mijen pada tahun 2010 telah

memiliki asset berupa :

- 1 unit laboratorium anggrek.

- 2 unit screen house.

- 2 unit gudang.

- 1 unit kandang sapi.

Sarana dan prasarana yang ada telah diadministrasikan secara tertib dan

sesuai ketentuan, sehingga dimasa mendatang dapat dioptimalisasikan

operasionalnya untuk mendukung Program Pembangunan Pertanian di Kota

Semarang. Kegiatan administrasi surat-menyurat telah pula dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selama tahun 2010 telah diproses

surat masuk 3.315 buah dan surat keluar 3.832 buah.

C. KINERJA PELAYANAN SKPD

Pembangunan pertanian di Kota Semarang yang dilaksanakan oleh Dinas

Pertanian Kota Semarang diarahkan pada peningkatan pemanfaatan sumber daya

pertanian secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan melalui

peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian, dan pengelolaan potensi

secara maksimal. Pada hakekatnya, pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas

Pertanian Kota Semarang adalah pembangunan di bidang pertanian, yang

meliputi bidang tanaman pangan dan hortikultura, bidang peternakan, bidang

perkebunan dan kehutanan, serta bidang penyuluhan dan pengembangan sumber

daya. Dalam melaksanakan pembangunan bidang pertanian tersebut, Dinas

Pertanian Kota Semarang melaksanakan strategi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui optimalisasi pemanfaatan sumber

daya alam;

2. Pembangunanan sarana dan prasarana pertanian, peternakan, perkebunan, dan

kehutanan, dengan senantiasa mempertahankan aspek pelestarian lingkungan;

3. Peningkatan wawasan, pola berpikir, pengetahuan, dan ketrampilan sumber

daya manusia di bidang pertanian;

4. Pelaksanaan intensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi pertanian guna

memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat.

10

Page 11: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Kinerja pelayanan SKPD ditentukan dari perbandingan antara nilai

realisasi dan rencana, yang kemudian dinyatakan dalam prosentase capaian

tahunan. Kinerja pelayanan SKPD ini sangat ditentukan oleh kapasitas sumber

daya manusia yang melaksanakan program dan kegiatan pembangunan pertanian

oleh Dinas Pertanian Kota Semarang. Untuk menilai kinerja pelayanan SKPD,

dilaksanakan evaluasi kinerja SKPD setiap tahun terhadap seluruh program dan

kegiatan yang dilaksanakan. Program dan kegiatan pembangunan pertanian yang

direncanakan akan dilaksanakan lima tahun ke depan yaitu pada tahun

2010−2015 adalah sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dengan Kegiatan Penyuluhan dan

Pendampingan Petani dan Pelaku Agribisnis.

2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan Kegiatan Peningkatan

Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Perkebunan dan Produk Pertanian.

3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan, dengan kegiatan :

a. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan;

b. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan;

c. Revitalisasi Kebun Dinas.

4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan,

dengan Kegiatan Promosi atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

Unggulan Daerah.

5. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan, dengan

Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan

Tepat Guna.

6. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan, dengan

Kegiatan Penyuluhan dan Pendampingan bagi Pertanian/Perkebunan.

7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, dengan

Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak.

8. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, dengan Kegiatan

Pengembangan Agribisnis Peternakan.

9. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan Kegiatan Pembinaan,

Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

.

Hasil evaluasi kinerja program dan kegiatan menjadi tolok ukur untuk

memperbaiki dan meningkatkan penyelesaian program dan kegiatan dari tahun ke

tahun, selama kurun waktu lima tahun, agar nantinya dapat terwujud

peningkatan kinerja yang semakin baik. Peningkatan kinerja pelayanan SKPD

11

Page 12: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

yang semakin baik akan membawa dampak yang positif bagi masyarakat

pertanian di Kota Semarang.

D. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN

PELAYANAN SKPD

Dalam melaksanakan pembangunan pertanian di Kota Semarang, Dinas

Pertanian Kota Semarang menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan

oleh dua faktor lingkungan yaitu :

Lingkungan Internal

Lingkungan internal bersifat saat ini dan cenderung dapat dikontrol

dalam batas-batas wilayah kewenangan Dinas Pertanian Kota Semarang.

Hasil analisis atas lingkungan internal dirumuskan dalam dua kelompok faktor

yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness).

Dilihat dari posisi Kota Semarang secar geografis dan topografis

seperti yang sudah disebutkan di atas, jenis tanah yang cukup dominan untuk

pertanian adalah jenis mediteran coklat tua yang cocok bagi pengembangan

tanaman tahunan/keras, tanaman hortikultura dan tanaman palawija. Jenis

tanah yang lain adalah latosol coklat tua kemerahan, aluvial hidrosof,

grumusol kelabu tua, regosol kelabu tua, aluvial kelabu, dan aluvial coklat

keabuan.

Kota Semarang mempunyai iklim tropis yang lembab (humid tropics)

dan hoternik, dengan ciri-ciri banyak mengandung uap air sehingga tingkat

kelembaban udara relatif tinggi. Rata-rata curah hujan di Kota Semarang pada

tahun 2009 adalah 276 mm dan total hari hujan untuk seluruh kecamatan yang

tercatat curah hujannya (Kecamatan Mijen, Gunungpati, Banyumanik,Genuk,

dan Ngaliyan) adalah 316 hari.

Sarana dan prasarana yang ada untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan pembangunan bidang pertanian antara lain Koperasi Unit Desa

(KUD), BRI Unit Desa, kios sarana, pasar hewan, pos kesehatan hewan, klinik

hewan, tempat pelelangan ikan (TPI), eks Balai Penyuluh Pertanian (BPP),

dan Rice Mill Unit (RMU) serta ditunjang dengan keberadaan berbagai

bangunan konservasi pertanian merupakan peluang untuk mengatasi tantangan

lingkungan internal yang dihadapi oleh masyarakat pertanian di Kota

Semarang. Disamping itu peralatan dan bangunan pertanian yang ada saat ini,

sumber daya manusia yang dimiliki Dinas Pertanian Kota Semarang saat ini

dapat menjadi peluang yang besar bagi masyarakat pertanian untuk tetap

12

Page 13: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

melanjutkan dan mempertahankan kegiatan pertanian produktifnya di Kota

Semarang.

Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal bersifat masa depan dan cenderung tidak dapat

dikontrol dalam batas-batas wilayah kewenangan Dinas Pertanian Kota

Semarang. Hasil analisis atas lingkungan eksternal dirumuskan dalam dua

kelompok faktor, yaitu peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

Mengingat cukup tingginya minat warga Kota Semarang untuk

memelihara tanaman hias (anggrek) dan non anggrek, yang didukung dengan

besarnya permintaan pasar, maka pada masa yang akan datang pengembangan

tanaman hias ini merupakan langkah yang sangat menjajikan. Oleh karena itu

perlu dipikirkan dan direncanakan langkah-langkah strategis bagi

pengembangan jenis-jenis tanaman hias dan pengembangan pasar tanaman

hias (anggrek) dan non anggrek, serta pembinaan terhadap kelompok

penggemar tanaman hias.

Sejalan dengan perkembangan wilayah Kota Semarang menuju kota

metropolitan, maka semakin banyak ruang dan lahan pertanian produktif yang

beralih fungsi ekonomisnya. Pembangunan pertanian lebih banyak

dilaksanakan di pinggiran kota dimana masih ditemukan areal lahan bagi

pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, serta

perkebunan dan kehutanan. Dalam rangka mendukung usaha pengembangan

sentra-sentra produksi pertanian baru tersebut perlu dilakukan langkah-

langkah yang cukup strategis yaitu pembinaan produksi dan sumber daya.

Selama ini kebutuhan pupuk dirasakan semakin meningkat. Untuk

mendukung perkembangan pembangunan bidang pertanian diperlukan

penyediaan pupuk dalam jumlah yang memadai, tidak hanya pupuk anorganik

maupun organik. Oleh karena itu perlu kiranya dikembangkan kegiatan

pembuatan pupuk organik. Secara eksternal diketahui pula bahwa Kota

Semarang dengan aktivitas perkotaannya yang cukup tinggi menyebabkan

meningkatnya permintaan atau kebutuhan masyarakat (perumahan,

perkantoran, dan industri) akan sumber daya air. Akibatnya dari tahun ke

tahun semakin banyak pembuatan sumur-sumur air bawah tanah sehingga

menyebabkan terjadinya penyusutan jumlah dan kualitas sumber daya air

khususnya air bawah tanah termasuk air yang mengalir di sungai-sungai besar.

Kondisi demikian mengakibatkan semakin besar peluang terjadinya intrusi air

laut ke darat sehingga akan semakin luas areal di Kota Semarang (bawah)

yang terkena rob dan air cenderung menjadi berasa asin.

13

Page 14: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Aktivitas perkotaan yang semakin meningkat juga menyebabkan

banyaknya alih fungsi lahan di Kota Semarang dari yang semula bersifat lahan

pertanian produktif menjadi lahan untuk perumahan dan industri. Hal ini

semakin mempersempit dan menggeser pembangunan pertanian ke daerah-

daerah pinggiran bagian atas Kota Semarang yang masih memiliki lahan hijau

yang cukup luas. Kondisi ini membutuhkan penanganan yang lebih seksama,

terutama dalam menentukan pilihan pengembangan komoditas unggulan

pertanian yang sesuai dengan karakteristik Kota Semarang.

Perkembangan perekonomian dunia secara global maupun nasional

yang cenderung masih lesu, juga turut menyebabkan belum berkembangnya

sektor-sektor perekonomian produktif di bidang pertanian di Kota Semarang.

Di luar bidang pertanian, hanya mereka yang kuat dalam permodalan dan

akses pasar masih tetap bertahan dan selalu berkembang. Akhirnya, banyak

petani yang beralih profesi menjadi buruh bangunan dan buruh pabrik karena

bidang pertanian dirasakan belum memberikan nilai tambah yang diharapkan.

-----o0o-----

14

Page 15: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB III

ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI

A. INDIKASI PERMASALAHAN

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian lima tahun yang akan datang

(2010-2015) perlu kiranya dilakukan pengkajian yang seksama terhadap segala

aspek permasalahan yang mempengaruhi pengembangan bidang-bidang dari

pertanian. Pengkajian aspek permasalahan tersebut didahului dengan pemahaman

terhadap nilai strategis dari pembangunan pertanian di Kota Semarang, yang

selanjutnya diteruskan dengan Analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, Threat/Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman). Dalam

pemahaman terhadap nilai strategis ini, kita perlu memahami konsekuensi logis

dari pembangunan di wilayah perkotaan yaitu penurunan usaha pertanian dari

waktu ke waktu karena berubahnya sejumlah besar lahan pertanian produktif

menjadi lahan nonpertanian.

Berdasarkan data pada Pertanian dalam Angka Tahun 2009, secara umum

luas yang diperuntukkan bagi lahan pertanian (persawahan) adalah 3.979,97 Ha

atau 10,65% dari total luas wilayah Kota Semarang sebesar 373,70 km2. Di

samping areal persawahan, terdapat pula areal tambak sebesar 2.242,72 Ha,

kolam/tebat/empang 73,26 Ha, dan perkebunan negara/swasta 2.084,00 Ha. Luas

sawah pada periode 2001-2005 menunjukkan kecenderungan meningkat dan pada

periode 2006-2008 menjadi relatif tetap/stabil yaitu 3.990,00 Ha. Kestabilan luas

sawah ini terjadi akibat optimalisasi lahan yang ada, dengan memanfaatkan

lahan-lahan yang belum diusahakan, terutama sawah tadah hujan yang tidak

memerlukan jaringan irigasi khusus. Sampai dengan tahun 2008 terjadi tambahan

luas sawah di Kecamatan Banyumanik sebesar 27,00 Ha, yaitu di Kelurahan

Pudak Payung, Gedawang, Srondol Kulon, dan Jabungan Pertambahan luas

sawah ini dilakukan dengan memanfaatkan ”lahan tidur” (lahan yang tidak

diusahakan/ditanami). Di Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Barat

juga terjadi pertambahan luas sawah sebesar 13,43 Ha pada tahun 2008 tersebut.

Penurunan luas lahan sawah terjadi di Kecamatan Tugu sebesar 6,00 Ha, karena

alih fungsi lahan pertanian ke lahan permukiman. Penurunan luas sawah terjadi

juga pada tahun 2009 sebesar 10,03 Ha, yang disebabkan oleh alih fungsi lahan

pertanian ke lahan pemukiman.

15

Page 16: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Pembangunan pertanian di Kota Semarang harus tetap diupayakan dengan

cara optimalisasi sisa lahan pertanian produktif, dengan berbagai kegiatan

intensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi pada pengembangan tanaman pangan

dan palawija, agar nilai tambah (value added) bagi petani dan masyarakat di

sekitar areal pertanian semakin meningkat secara bertahap. Pengembangan

tanaman padi dan palawija yang rutin dilaksanakan tersebut sangat didukung oleh

pengembangan tanaman buah-buahan unggulan (meliputi durian lokal, durian

montong, lengkeng itoh, jambu kristalin, dan srikaya jumbo Australia), tanaman

biofarmaka unggulan (meliputi kunyit dan temulawak), tanaman hias unggulan

(meliputi anggrek bulan dan anggrek Dendrobium). Untuk meningkatkan

produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman buah-buahan, biofarmaka, dan

tanaman hias unggulan tersebut, penerapan teknologi tepat guna (TTG) dan

teknologi ramah lingkungan dilaksanakan secara sinergis dan bertahap, untuk

meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu produk pertanian serta

pendapatan usaha tani, melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan Pengembangan Kawasan Buah-buahan, Biofarmaka, dan

Tanaman Hias dalam upaya mewujudkan kebijakan peningkatan produksi,

dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan dan agroklimat, letak strategis

lokasi pengembangan terhadap lokasi pasar, keseimbangan permintaan

(demand) pasar dan dukungan dari sarana prasarana;

Kegiatan Pemberdayaan Kelembagaan untuk meningkatkan kepastian dan

jaminan harga serta daya saing yang optimal terhadap produksi buah-

buahan, biofarmaka, dan tanaman hias unggulan, melalui bimbingan teknis

dan pengembangan kelembagaan petani yang difasilitasi media pemasaran

yang tepat untuk membangun kemitraan dan pembinaan sumber daya

manusia serta penumbuhan champion dan penyelenggaraan konsorsium;

Kegiatan Sekolah Lapang (SL) menjadi wadah percontohan pemberian

bimbingan teknis dan penyampaian wacana budidaya yang baik dan benar

kepada petani buah-buahan, biofarmaka, dan tanaman hias, melalui

penyelenggaraan bimbingan teknis dan evaluasi dalam budidaya tanaman.

Kegiatan Pertemuan/Sosialisasi/Identifikasi/Pembinaan/Workshop untuk

mengantisipasi permasalahan off farm, misalnya penyampaian hal-hal

aktual tentang sosialisasi kebijakan, norma, standar teknis, pedoman,

kriteria, dan pembinaan teknis di lokasi kawasan intensif dalam

pembudidayaan buah-buahan, biofarmaka, dan tanaman hias unggulan.

Kegiatan Pemasyarakatan/Promosi sebagai wadah tukar-menukar informasi

antarpelaku usaha dan ajang penyampaian informasi potensi investasi,

16

Page 17: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

potensi peragaan produk, dan ajang pembelajaran bagi petugas pertanian

dan masyarakat umum;

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), serta

peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang sangat perlu diperhatikan

dalam pembangunan pertanian di Kota Semarang adalah :

1. Kekuatan (Strength)

a. Kota Semarang memiliki agroklimat yang sesuai dan mendukung

pengembangan pertanian;

b. Tersedianya sejumlah sarana dan prasarana yang menunjang fungsi

pertanian seperti Koperasi Unit Desa (KUD), kios sarana pertanian, pasar

hewan, pos kesehatan hewan, klinik hewan, Tempat Pelelangan Ikan

(TPI), eks Balai Penyuluh Pertanian (BPP), dan Rice Mill Unit (RMU)

serta bangunan-bangunan konservasi pertanian;

c. Bidang tanaman pangan dan hortikultura, bidang peternakan, bidang

perkebunan dan kehutanan, dan bidang penyuluhan dan pengembangan

sumber daya berpotensi pengembangan produksi yang sangat besar;

d. Terdapat kelompok-kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani

(gapoktan) yang handal dalam pembangunan pertanian.

2. Kelemahan (Weakness)

a. Serangan hama dan penyakit tanaman serta penyakit menular pada ternak

memperlemah kondisi tanaman dan ternak yang sedang dikembangkan

pada periode tertentu;

b. Harga hasil produksi tanaman pangan, palawija, dan buah-buahan yang

relatif stabil pada kurun waktu tertentu, yang diikuti meningkatnya harga

sarana dan prasarana pertanian dapat menurunkan produktivitas pertanian

dan pendapatan petani.

3. Peluang (Opportunity)

a. Sentra-sentra produksi pertanian untuk tanaman pangan, palawija, buah-

buahan, biofarmaka, dan tanaman hias lebih dikembangkan, sehingga

pemasaran produk pertanian semakin mantap dari waktu ke waktu;

b. Kemitraan antara petani dan pihak swasta dalam kaitannya dengan

pemasaran produk pertanian dapat lebih ditingkatkan, dimana Dinas

Pertanian Kota Semarang menjembatani dan mengawal kemitraan ini,

agar menguntungkan kedua belah pihak;

c. Agribisnis pertanian pada tanaman hortikultura dan peternakan

merupakan potensi yang perlu terus dikembangkan, agar dapat

17

Page 18: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

mengimbangi pasang surutnya hasil produksi tanaman pangan dan

palawija.

4. Ancaman (Threat)

a. Semakin menyusutnya lahan pertanian dapat menurunkan produksi hasil

pertanian/perkebunan mengakibatkan penurunan kapasitas produksi

pertanian dan penurunan drastis pendapatan petani dan masyarakat;

b. Menyusutnya lahan pertanian akibat meningkatnya alih fungsi lahan

menjadi lahan pemukiman dan lahan lainnya mengurangi daya dukung

lingkungan alam, khususnya pada fungsi resapan air dan. Semakin

menurunnya daya dukung alam tersebut menimbulkan berbagai kerusakan

alam, seperti kerusakan sumber-sumber air tanah, erosi, dan tanah

longsor.

B. TELAAH VISI DAN MISI KEPALA DAERAH TERPILIH

Visi dari Kepala Daerah Terpilih yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJPMD) Kota Semarang

Tahun 2010‒2015 yaitu Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan dan Jasa

yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera mengandung pengertian bahwa 5

(lima) tahun mendatang diharapkan bahwa Kota Semarang menjadi Kota

Metropolitan yang melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan daerah

hinterland-nya, memiliki derajat kualitas kehidupan masyarakat yang tinggi, baik

dari segi keimanan dan ketaqwaan, unggul dan berdaya saing tinggi,

berperadaban tinggi, profesional, berwawasan ke depan yang luas, menjamin

pengelolaan sumber daya manusia, dan sumber daya alam secara bertanggung

jawab, yang bertumpu pada perdagangan dan jasa.

Misi dari Kepala Daerah Terpilih yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun

2005-2025 adalah :

1. Mewujudkan sumber daya manusia Kota Semarang yang berkualitas.

Pembangunan yang diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi,

berbudi luhur, dan bertoleransi tinggi, dengan tetap mempertahankan kadar

keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan

politik yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan

pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata,

efektif, efisien, dan akuntabel, yang menerapkan tata kelola pemerintahan

18

Page 19: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

yang baik dan mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat,

disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak-hak asasi manusia.

3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah. Pembangunan yang

diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah, dengan

struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang

berbasis pada potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan

dan berbasis sektor ekonomi yang berdaya saing tinggi di tingkat lokal,

nasional, dan internasional.

4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan.

Pembangunan diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan

peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras,

serasi, seimbang, dan berkeadilan , dengan tetap mempertahankan konsep

pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5. Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat. Pembangunan yang

diprioritaskan pada penanganan masyarakat penyandang masalah

kesejahteraan sosial masyarakat, menjunjung tinggi kesetaraan gender, dan

perlindungan anak.

Ditinjau dari visi Kepala Daerah Terpilih sebagaimana disebutkan di atas

dapat dijelaskan bahwa pembangunan pertanian di Kota Semarang memiliki andil

yang sangat besar dalam pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab,

yang bertumpu pada perdagangan dan jasa. Sebagai daerah urban, kontribusi

sektor pertanian di Kota Semarang tidak menutup kemungkinan sektor pertanian

mampu mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura pada lahan yang

relatif sempit, agar komoditas pertanian nantinya mampu lebih memberikan

kontribusi dalam perdagangan dan jasa, dan kompetitif dalam menjawab tan-

tangan di masa mendatang. Kegiatan pertanian yang selama ini dilaksanakan di

kawasan Semarang Atas dan wilayah hinterland lainnya selalu lebih

ditingkatkan pelaksanaannya melalui optimalisasi sumber daya, dana, sarana dan

prasarana, dan manajemen yang handal, yang disesuaikan dengan perkembangan

dan kemajuan teknologi, sehingga kegiatan pertanian mampu menghasilkan

produk-produk pertanian yang bermutu tinggi. Optimalisasi tersebut harus

didukung oleh profesionalisme dan pemanfaatan teknologi tinggi yang tepat

guna, sehingga nantinya produk pertanian yang berkualitas tinggi tersebut akan

selalu mampu bersaing dalam perdagangan global di masa mendatang di Kota

Semarang. Ditinjau dari misi Kepala Daerah Terpilih sebagaimana disebutkan di

atas, dapat dijelaskan tentang misi Dinas Pertanian Kota Semarang sebagai

berikut :

19

Page 20: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Dalam kaitannya dengan perwujudan kemandirian dan daya saing daerah,

pembangunan sektor pertanian merupakan upaya serius dalam meningkatkan

nilai tambah dan daya saing global dari produk pertanian di pasar lokal, nasional,

maupun internasional, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kota

Semarang. Dengan dihasilkannya produk pertanian yang berkualitas tinggi, yang

menjamin ketersediaan bahan pangan dan kelestarian lingkungan hidup, ruang

usaha, dan lapangan kerja di sektor pertanian. Dengan dipertahankannya sektor

pertanian di Kota Semarang, tingkat kesejahteraan masyarakat petani dapat

semakin meningkat.

C. TELAAH RPJMD

Ditinjau dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kota Semarang Tahun 2011-2015, dapat dijelaskan bahwa dalam kaitannya

dengan salah satu misi RPJMD yaitu mewujudkan kemandirian dan daya saing

daerah, pengembangan produk-produk pertanian berorientasi pada ketersediaan

bahan pangan dan kelestarian sumber daya lingkungan, serta yang meningkatan

kesejahteraan masyarakat, senantiasa harus dilaksanakan menurut potensi tiap-

tiap bidang yang terlibat di dalamnya, yaitu Bidang Tanaman Pangan dan

Hortikultura, Bidang Peternakan, Bidang Perkebunan dan Kehutanan, dan Bidang

Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya. Bidang Tanaman Pangan dan

Hortikultura menitikberatkan pada pemanfaatan potensi produk pertanian yang

diwujudkan dalam kemampuan riil dari sumber daya pertanian, pada lahan

produktif yang kapasitasnya terbatas, untuk menghasilkan produk pertanian

berkualitas tinggi dan kompetitif di pasar lokal, nasional, regional, dan

internasional. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemanfaatan potensi

produk pertanian meliputi :

1. Pergeseran tata guna tanah, yang ditandai oleh pengalihan fungsi lahan

pertanian ke lahan non pertanian secara besar-besaran. Meskipun demikian,

pertanian di Kota Semarang tetap tumbuh secara positif dan produktivitas

beberapa komoditas unggulan senantiasa meningkat;

2. Penurunan kesuburan tanah dan degradasi kualitas lingkungan akibat

persaingan pemanfaatan sumber air oleh industri dan permukiman dengan

sektor pertanian dan perubahan iklim yang semakin sulit diprediksi;

3. Tinggi rendahnya produksi pertanian yang ditentukan oleh faktor keterbatasan

luas lahan, teknologi budidaya, kuantiitas pupuk/obat-obatan, keterbatasan air,

iklim/cuaca, dan mekanisme pemasaran.

20

Page 21: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Dalam rangka meningkatkan pendapatan usaha tani dan memenuhi kebutuhan

masyarakat terhadap keanekaragaman pangan, maka untuk mendukung kegiatan

program ini diterapkan diversifikasi dan ekstensifikasi dengan upaya

pemanfaatan pekarangan untuk tanaman pangan, tanaman buah-buahan

unggulan, tanaman hias dan biofarmaka unggulan, ternak, dan penggantian

tanaman nonproduktif ke tanaman produktif yang bermutu tinggi. Pengembangan

produksi pertanian diarahkan pada sistem sentralisasi komoditas, dimana

dibentuk pusat-pusat produksi untuk komoditas tertentu sesuai agroklimatnya.

Tanah kering berupa tegalan dan pekarangan sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai sentra-sentra produksi dan konsumsi tanaman buah-

buahan, sehubungan dengan keterbatasan luas lahan pertanian di Kota Semarang.

Bidang Peternakan menitikberatkan pada peningkatan kapasitas produksi

peternakan, yang meliputi produksi daging, susu, dan telur serta produk olahan

peternakan. Penanganan produk peternakan harus sesuai dengan persyaratan

teknis kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) agar tidak mengganggu

kesehatan konsumen. Karena produk peternakan bersifat mudah rusak

(perishable) dan dapat menjadi media perantara (carrier) bagi penyakit menular,

maka peredaran produk asal hewan ternak harus memenuhi kriteria aman, sehat,

utuh, dan halal. Peningkatan produksi peternakan diwujudkan melalui

peningkatan sumber daya peternak, penyediaan data/informasi yang valid,

ekstensifikasi peternakan (pemanfaatan pekarangan rumah dan lahan ”tidur”

untuk usaha peternakan), peningkatan kesehatan ternak dan pencegahan penyakit

menular ternak, peningkatan mutu dan keamanan bahan pangan asal ternak, dan

meningkatkan populasi ternak.

Bidang Perkebunan dan Kehutanan menitikberatkan pada rehabilitasi dan

konservasi lingkungan, melalui upaya-upaya penanganan kerusakan lahan dalam

tindakan vegetatif dan sipil teknis, untuk mencegah run off (luncuran air

permukaan) yang dapat mengakibatkan bencana alam, seperti tanah longsor,

erosi, dan kekeringan. Terbatasnya vegetasi di daerah perkotaan menyebabkan

kurangnya filter udara dan polusi yang berasal dari gas buangan pabrik, asap

kendaraan bermotor, dan debu jalanan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Polusi mengakibatkan degradasi lingkungan hidup yang berimplikasi pada

menurunnya kualitas hidup, sehingga sangat diperlukan upaya-upaya perbaikan

kualitas lingkungan hidup, dengan prioritas utama pada penanganan lahan-lahan

kritis, penanganan abrasi, pelaksanaan reboisasi/penghijauan di lahan hutan dan

kritis, serta penghijauan lahan di dekat pemukiman. Rehabilitasi dan konservasi

lingkungan di Kota Semarang telah diawali dengan penanganan lahan kritis dan

21

Page 22: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

abrasi pantai, serta penghijauan di lahan dan pemukiman. Di samping

penanganan lahan kritis dan abrasi pantai, antisipasi terhadap Organisme

Penggangu Tanaman (OPT) senantiasa dilaksanakan secara efektif dan terencana.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan partisipatif yang

memungkinkan petani melakukan pengawasan dan berperang melawan hama di

ladang mereka, serta mengurangi sesedikit mungkin pestisida kimia yang

berbahaya meskipun tetapi tidak secara menyeluruh melarang pemakaiannya.

Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya menitikberatkan

pada revitalisasi pertanian, yang mengandung pengertian suatu kesadaran untuk

menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan

kontekstual, dalam arti menyegarkan kembali (vitalitas), memberdayakan

kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional

dengan tidak mengabaikan sektor lain. Berdasarkan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

Perikanan Dan Kehutanan. Penyuluhan merupakan suatu upaya strategis dari

kebijakan peningkatan kualitas SDM untuk mendorong peningkatan kecerdasan

masyarakat untuk menjadi pelaku pembangunan terutama dalam mendukung

berbagai kebijakan yang selalu dinamis untuk tujuan kesejahteraan masyarakat.

Peranan sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan, melalui peningkatan

kualitas sumber daya manusia yang sinergi dengan pendekatan komoditas dan

agribisnis, sehingga mampu mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh.

D. TELAAH RTRW DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Kota Semarang merupakan bagian dari tata ruang wilayah nasional

sebagai satu kesatuan ruang wilayah NKRI, yang meliputi darat, laut, dan udara,

yang harus dikelola secara bijaksana, supaya berdaya guna dan berhasil guna

secara berkelanjutan, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kota

Semarang. Kota Semarang terletak pada garis 6o50’ - 7o10’ Lintang Selatan dan

109o35’ – 110o50’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

b. Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

c. Sebelah Timur : Kabupaten Demak

d. Sebelah Utara : Laut Jawa

Topografi Kota Semarang bervariasi, mulai dari dataran rendah atau pantai,

berbukit, hingga dataran tinggi, dan ketinggian tempat, antara 0,75 – 348 m dpl.

Daerah dataran pantai sekitar 0,75 m dpl, daerah berbukit 90,56 – 270 m dpl, dan

daerah dataran tinggi 270 – 348 m dpl. Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan

22

Page 23: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

dan 177 kelurahan, memiliki luas kurang lebih 373,70 km2 atau 37.370,017 Ha

yang terbagi atas tanah sawah 3.992 km2 (10,65%) dan tanah kering 33.383 km2

(89,35%). Dari keseluruhan kecamatan yang ada, lahan sawah dalam luasan

wilayah yang besar berada di Kecamatan Mijen dan Gunungpati, dengan

komposisi luas lahan sebesar 1.008 Ha atau 10,08 km2 (17,52% dari total luas

Kecamatan Mijen sebesar 57,55 km2) dan 1.385,97 Ha atau 13,8597 km2 (25,61%

dari total luas Kecamatan Gunungpati sebesar 54,11 km2).

Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi irigasi teknis, irigasi

setengah teknis, irigasi sederhana/irigasi desa/irigasi non PU, sawah tadah hujan,

dan lahan yang tidak diusahakan. Di samping lahan untuk sawah, terdapat juga

lahan untuk pekarangan, tegal/kebun, kolam/tebat/empang, hutan rakyat/tanaman

kayu, hutan negara, dan perkebunan swasta/negara. Berdasarkan Rencana Tata

Ruang dan Wilayah (RTRW) dan Lingkungan Hidup Strategis, dapat dijelaskan

bahwa meningkatnya jumlah penduduk serta dinamika dan aktivitas penduduk

Kota Semarang, yang diikuti oleh semakin mantapnya pelaksanaan otonomi

daerah, dan pengaruh perdagangan bebas menimbulkan dampak penurunan

kualitas sumber daya alam dan menyempitnya ruang untuk pengembangan

komoditas unggulan pertanian, sehingga komoditas unggulan ini lebih

dikembangkan pada ruang dan lokasi yang tepat berdasarkan Konsep

Agropolitan, dimana terjadi sinergi antara lingkungan alam dan lingkungan

buatan manusia. Keterpaduan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

manusia memperhatikan perlindungan fungsi alam terhadap dampak-dampak

negatif pengrusakan alam. Pengembangan sektor pertanian pada suatu space

yang cukup luas dan memadai untuk pembentukan sentra-sentra komoditas

pertanian unggulan dan penempatan sarana prasarana pertanian tidak dapat

diganggu, dihambat, bahkan dirusak oleh perkembangan wilayah nonpertanian,

sehingga wilayah nonpertanian ini dikendalikan secara optimal agar tidak

menimbulkan bencana alam, seperti banjir, rob, erosi, tanah longsor, dan

kekeringan panjang. Pemanfaatan space yang cukup luas dan memadai untuk

sentra-sentra produksi pertanian mampu memulihkan lingkungan hidup dan

meningkatkan kualitas lingkungan hidup strategis di wilayah bersangkutan.

Penempatan posisi sentra-sentra pertanian pada akhirnya mampu meningkatkan

kualitas lingkungan hidup strategis menjadi lebih optimal dan dalam jangka

panjang dapat menciptakan kelestarian dan mempertahankan keseimbangan alam

di Kota Semarang.

23

Page 24: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

E. PENENTUAN ISU STRATEGIS

Dari hasil telaah dan kajian yang disebutkan sebelumnya di atas, dapat

ditarik dan dirumuskan isu-isu strategis yang berkaitan dengan pembangunan

sektor pertanian sebagai berikut :

1. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk pembangunan

sektor pertanian yang sesuai dengan rencana tata ruang Kota Semarang, harus

dilakukan secara sinergis dan terencana dengan baik, tanpa kendala dan

hambatan dari segala sesuatu yang berada di sektor nonpertanian;

2. Pembangunan sektor pertanian merupakan upaya nyata untuk mengantisipasi

kerusakan lingkungan alam Kota Semarang, yang berarti turut menangani

permasalahan penurunan kualitas sumber daya tanah dan air, yang saat ini

terjadi di Kota Semarang, sehingga pembangunan sektor pertanian harus

dilaksanakan secara berkesinambungan dari waktu ke waktu;

3. Pembangunan sektor pertanian menjadi suatu upaya untuk meningkatkan

kualitas dan daya saing produk pertanian Kota Semarang dalam agribisnis

lokal, regional, nasional, dann internasional, agar terwujud produk-produk

pertanian unggulan daerah, sehingga Kota Semarang menjadi setara dalam hal

potensi pertanian unggulannya, sehingga diharapkan mampu mendekati

keunggulan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah yang

menghasilkan produk pertanian unggulan.

-----o0o-----

24

Page 25: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN,

STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

A. VISI

Visi adalah kondisi yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang

direpresentasikan dalam sejumlah sasaran hasil pembangunan yang dicapai

melalui program-program pembangunan dalam bentuk rencana kerja. Penentuan

visi yang ditawarkan ini mendasarkan pada penelusuran jejak aspek historis Kota

Semarang sebagai kota niaga dimana pada jaman dahulu pernah dinyatakan

sebagai Kota Niaga Terbesar Kedua sesudah Batavia. Berdasarkan sejarah

sebagai kota niaga dan didukung oleh analisis potensi, faktor-faktor strategis

yang ada pada saat ini serta proyeksi pengembangan kedepan, maka dirumuskan

visi sebagai berikut :

” SEMARANG KOTA AGROPOLITAN BERBUDAYA,

YANG MENDUKUNG PERDAGANGAN DAN JASA,

MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA ”

Visi tersebut memiliki lima kunci pokok yakni Kota Agropolitan, Kota

Perdagangan, Kota Jasa, Kota Berbudaya, dan Sejahtera.

Kota Agropolitan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,

kawasan agropolitan mengandung arti kawasan yang merupakan sistem

fungsional yang terdiri dari satu atau lebih pusat-pusat pelayanan fasilitas

perkotaan (urban function center) pada wilayah produksi pertanian tertentu, yang

ditunjukkan oleh adanya sistem keterkaitan fungsional dan hirarki ke ruangan

satuan-satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. Pusat pelayanan fasilitas

perkotaan (urban function center) adalah lokasi pusat pelayanan sistem

permukiman dan agribisnis yang dapat berbentuk atau mengarah pembentukan

kota tani (agropolis) skala kecil/sedang yang berbasis pada kegiatan jasa dan

industri berbasis pertanian.

Pengembangan kota agropolitan adalah suatu pendekatan pembangunan

kawasan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan dan menumbuhkan pusat-

pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function center) yang mengarah pada

terbentuknya kota-kota kecil berbasis pertanian (agropolis) sebagai bagian dari

sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan (regional

income), mengindari kebocoran pendapatan kawasan (re-gional leakages),

25

Page 26: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

menciptakan pembangunan yang berimbang (regional balance) dan keterkaitan

antar kawasan (urban rural linkages) yang sinergis dan pembangunan daerah.

Kriteria kawasan/kota menjadi suatu agropolitan adalah :

1. Memiliki daya dukung dan potensi fisik kawasan yang memadai

(kesesuaian lahan dan agroklimat) untuk pengembangan pertanian dan

aksesibilitas yang baik;

2. Luas kawasan dan jumlah penduduk yang mencapai economic of scale dan

economic of scope (biasanya dalam radius 3-10 km, mencakup beberapa desa

hingga gabungan bagian beberapa kecamatan);

3. Memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan (merupakan

sektor basis);

4. Berkembangnya aktivitas sektor-sektor sekunder (pengolahan), dan tersier

(jasa dan finansial).

Dengan demikian, kota agropolitan dapat dijelaskan bahwa satu atau

beberapa sentra prasarana dan sarana pemukiman dengan aksesibilitas tertinggi

secara internal (dengan seluruh bagian di kawasan agropolitan) dan secara

eksternal (dengan pusat-pusat pasar perkotaan) dengan standard memadai, serta

pusat aktifitas pengolahan dan atau pusat distribusi hasil pertanian yang dicirikan

dengan pemusatan fasilitas-fasilitas dan institusi sistem agribisnis yang memadai

dan berpihak pada kepentingan masyarakat lokal.

Kota Perdagangan. Kota Perdagangan mengandung arti kota yang

mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi yang menitikberatkan

pada aspek perniagaan sesuai dengan karakteristik masyarakat dan kota, yang

didalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang punggung

pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak

meninggalkan potensi lainnya. Pengembangan kota perdagangan diarahkan pada

upaya untuk lebih meningkatkan produktivitas, sehingga mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan.

Dari pemahaman tersebut, karaktteristik Semarang sebagai kota

perdagangan mengandung beberapa aspek penting, diantaranya :

1. Kota Semarang sebagai pusat kegiatan (center point) distribusi dan

transaksi barang dan jasa

Sesuai dengan letak geografisnya, Kota Semarang merupakan jalur distribusi

barang dan jasa untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan

pulau Jawa pada umumnya, serta antara pulau Jawa dengan Luar Jawa. Oleh

karena itu, pengembangan Kota Semarang sebagai kota perdagangan harus

mengedepankan konsep pembangunan yang mengarah pada terwujudnya

26

Page 27: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi barang dan jasa.

Sebagai salah satu konsekuensi yang harus diemban adalah pelayanan yang

memadai kepada seluruh stakeholder yang mendorong pengembangan kota.

2. Pengembangan jejaringan (networking) dan kerjasama perdagangan

Pengembangan Kota Semarang sebagai kota perdagangan juga bermakna

bahwa pembangunan perekonomian derah harus didasarkan pada

terbangunnya jejaring dengan daerah-daerah lain, terutama daerah

hinterlandnya. Sebagai kota perdagangan, pembangunan jejaring menjadi

sangat penting. Kota Semarang dengan demikian akan dapat menjadi sentra

aktivitas distribusi perdagangan barang dan jasa baik skala lokal, nasional,

regional, maupun internasional, sehingga dengan demikian kerjasama

ekonomi dan perdagangan menjadi prioritas yang harus dikembangkan.

3. Pengembangan potensi ekonomi lokal

Membangun kota perdagangan tak terlepas dari potensi lokal. Untuk

menunjang terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan

distribusi, maka salah satu faktor penting adalah bagaimana mengembangkan

potensi lokal agar memiliki nilai tambah ekonomi, yang diharapkan menjadi

ikon Kota Semarang. Beberapa potensi dasar yang dimiliki dan layak

dikembangkan sebagai daya tarik Kota Semarang adalah pada aspek industri,

dalam konteks ini adalah industri kecil dan menengah yang berorientasi pada

ekonomi kerakyatan, seperti lumpia, bandeng, industri olahan, dan lain-lain.

Di samping itu, potensi ini juga harus didukung dengan pengembangan pasar-

pasar tradisional yang memiliki daya tarik dan daya saing terhadap pasar

modern.

4. Pengembangan sarana prasarana penunjang

Pembangunan sarana dan prasarana penunjang dalam pembangunan sebuah

kota merupakan tanggung jawab yang mutlak harus dilaksanakan. Disamping

sarana prasarana fisik seperti jalan, jembatanan, pelabuhan laut, terminal peti

kemas, bandar udara internasional, hotel, perbankan, terminal angkutan tipe

A dan juga sarana penunjang yang sifatnya non fisik seperti SDM dan

regulasi/kebijakan. Pengembangan SDM secara memadai sangat diperlukan,

penataan SDM birokrasi dalam peningkatan pelayanan publik dan

peningkatan kualitas SDM Kota dalam meningkatkan data dukung

pengembangan kota, termasuk dalam hal ketenagakerjaan, merupakan

persoalan yang mutlak harus dikedepankan dalam pengembangan kota

perdagangan metropolis yang berbudaya. Di samping itu, aspek regulasi

menjadi bagian yang juga sangat penting, karena regulasi ini akan menjadi

27

Page 28: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

pemandu (guidance) yang akan menentukan ke arah mana Kota Semarang ini

akan benar-benar dibawa, apakah kota perdagangan ini akan benar-benar

terwujud atau tidak, dengan performa yang seperti apa. Hal tersebut sangat

bergantung kepada strategis dan kebijakan yang ditetapkan. Oleh sebab itu,

strategi kebijakan yang ditempuh nantinya harus mendasarkan pada

pertimbangan yang cermat sesuai kondisi, karakteristik serta prospektif kota.

Kota Jasa. Sebutan sebagai kota jasa sebenarnya tidak lepas dari status

kota perdagangan, karena perdagangan akan selalu terkait dengan persolan

perniagaan atau proses transaksi dan distribusi barang dan jasa. Kota Jasa lebih

menekankan pada fungsi kota dalam pelayanan publik di berbagai bidang.

Sebagai kota jasa dengan demikian mencakup kesiapan kota dalam melaksanakan

berbagai fungsi, diantaranya adalah :

1. Penyediaan jasa layanan publik secara memadai, baik mencakup standar

pelayanan sesuai kualitas yang diharapkan masyarakat, pengaturan/ regulasi

yang dapat memberikan jaminan pelayanan, mupuin kualitas sumber daya

manusia dalam pelayanan;

2. Penyediaan fasilitas penunjang yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan

publik, seperti hotel, perbankan, transportasi, kesehatan (rumah sakit),

pendidikan, telekomunikasi, eksibisi, convention, dan lain-lain;

3. Berorientasi dan mengutamakan kepentingan masyarakat sebagai pelanggan,

dalam arti menempatkan masyarakat sebagai pelanggan (customer) yang

harus dilayani dengan sebaik-baiknya (customer engagement);

4. Mindset dan perilaku melayani bagi masyarakat yang dapat mendorong

terciptanya budaya pelayanan.

Kota Berbudaya. Kota Berbudaya mengandung pengertian bahwa

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan senantiasa dilandasi seluruh

aspek kebudayaan (akal, logika, nurani, dan rasa) yang telah tumbuh menjadi

kearifan lokal seperti nilai-nilai religiusitas, kemanusiaan, kebersamaan,

persaudaraan, ketertiban dan sikap ketauladanan lainnya dalam lingkungan

budaya masyarakat, sehingga menghasilkan pembangunan karakter yang

mengedepankan perasaan, manusiawi dan menghargai hak azasi manusia.

Persoalan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dewasa ini menjadi

semakin kompleks sehingga dibutuhkan pendekatan pemecahan masalah yang

semakin komprehensif. Persoalan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang

selama ini ditanggapi secara sektoral dan terkotak-kotak pada dasarnya dilandasi

dan tidak dapat dipisahkan dari faktor budaya yang melekat pada manusia.

Ketidakselarasan antara perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi

28

Page 29: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

dengan perkembangan masyarakat dan budayanya akan melahirkan konflik dan

kontradiksi dalam berbagai bentuk. Percepatan pembangunan yang dilaksanakan

tentunya tidak serta merta melahirkan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi orang

banyak. Bahkan kadang membawa dampak terhadap tatanan sosial

kemasyarakatan, khususnya menyangkut kesenjangan kelas, konflik sosial yang

meluas, kekerasan kolektif, dan materialisme tanpa hati nurani. Pendekatan

budaya seyogyanya menjadi arus utama berbagai upaya solusi persoalan tersebut

karena pendekatan budaya pada hakekatnya adalah pendekatan kemanusiaan.

Selama ini budaya cenderung diposisikan sebagai latar belakang dalam wacana

maupun praktek kenegaraan dan kemasyarakatan. Kurang terartikulasinya budaya

selama ini, terjadi karena banyak pihak cenderung budaya secara sempit sebagai

benda peninggalan dan mentalitas yang hampir selalu dikaitkan dengan kondisi

kelampauan. Sesungguhnya budaya itu memiliki sifat kekinian dan aktif sebagai

proses penataan sosial, ekonomi, politik dan teknologi.

Sejahtera. Pemberian otonomi kepada daerah, pada hakekatnya

merupakan prosers pemberdayaan kolektif bagi seluruh pemangku kepentingan

yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, agar disatu sisi

tercipta ruang lebih leluasa bagi segenap jajaran birokrasi pemerintahan daerah

untuk memenuhi seluruh tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar,

sedangkan disisi yang lain terbuka peluang bagi warga masyarakat untuk

meningkatkan keberdayaannya sehingga mampu dan mau secara mandiri

memenuhi segala kebutuhan hidup dan kehidupannya.

Adapun sejahtera dalam visi ini, mengarah pada tujuan terlayani dan

terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman secara adil dalam segala bidang,

antara lain :

1. Kota Semarang mampu membangun sarana prasarana pendidikan dan

kesehatan serta mampu menyediakan pelayanan pendidikan dan kesehatan

yang murah namun berkualitas tinggi;

2. Kota Semarang mampu meningkatkan pelayanan dasar dalam bidang

kesejahteraan sosial yang adil dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat;

3. Kota Semarang mampu menjaga ketenteraman dan ketertiban seluruh lapisan

masyarakat.

Dengan demikian, visi tersebut mengandung pengertian bahwa kedepan

Kota Semarang diharapkan menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang dapat

melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan daerah hinterlandnya, yang

memiliki derajat kualitas budaya masyarakat yang tinggi baik dari segi keimanan

dan ketaqwaan, unggul dan berdaya saing tinggi, berperadapan tinggi, profesional

29

Page 30: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

serta berwawasan ke depan yang luas dengan tetap menjamin keberlanjutan

pengelolaan sumberdaya manusia dan kearifan lokalnya secara

bertanggungjawab yang mendasarkan pada aspek perdagangan dan jasa sebagai

tulang punggung pembangunan dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat.

B. MISI

Dalam mewujudkan visi Dinas Pertanian Kota Semarang yaitu

”SEMARANG KOTA AGROPOLITAN BERBUDAYA YANG MENDUKUNG

PERDAGANGAN DAN JASA, MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA” ditempuh

melalui 5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai berikut :

1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang

yang berkualitas

adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kualitas sumberdaya

manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi,

berbudi luhur disertai toleransi yang tinggi dengan didasari keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan YME.

2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatkan

kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum

adalah penyelenggaraan pemerintahan yang diarahkan pada pelaksanaan

otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien, dan akuntabel dengan

menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dan

pemerintahan yang bersih (clean governance) sehingga mampu meberikan

pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan

supremasi hukun. Perwujudan pelayanan publik mencakup beberapa aspek,

yaitu sumber daya aparatur, regulasi, dan kebijakan serta standar pelayanan

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah

adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan

perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh

berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi unggulan

daerah, berorientasi ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang

mempunyai daya saing baik ditingkat lokal, nasional, regional maupun

internasional.

4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan

adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan pemanfaatan tata

ruang dan pembangunan infrastruktur wilayah secvara efektif dan efisien

30

Page 31: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat kota dengan tetap memperhatikan

konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera

adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang memiliki kehidupan yang layak dan bermartabat serta

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

C. TUJUAN DAN SASARAN

Untuk mencapai kelima misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010 – 2015, maka dirumuskan tujuan

dan sasaran pada masing-masing misi sebagai berikut :

1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang

berkualitas dengna peningkatan pendidikan, kesehatan, pengendalian laju

pertumbuhan pendudukan, pengembangan peran pemuda dan organisasi dan

pengembangan kepedulian terhadap perlindungan serta pelestarian seni dan

budaya;

2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatkan

kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum, dengan

prinsip-prinsip good governance, pengembangan pemahaman politik

pengembangan budaya aparatur yang profesional, bersih, beretika dan

berwibawa, pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah dengan tidak

membebani rakyat, pengembangan kualitas komunikasi timbal balik antara

pemerintah dengan pemangku kepentingan, pengembangan upaya

perlindungan masyarakat;

3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah dengan pengembangan

peran koperasi dan UMKM serta lembaga keuangan daerah lainnya,

pengembangan struktur perekonomian daerah lewat pengembangan investasi,

potensin dan produk unggulandaerah, pengembangan produktivitas pertanian

dan pengembangan kualitas produk sektor perindustrian;

4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelnjutan dengan

meningkatkanpenataan lahan, peningkatan kualitas dan kuantitas

pengembangan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai perwujudan

struktur yang seimbang, demikian juga pengembangan fasilitas transportasi,

pengembangan sarana, dan prasarana air guna mengurangi banjir dan rob

dan pengembangan ketersediaan air;

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera dengan pengembangan

pengarusutamaan gender, pengembangan penanganan penyandang masalah

31

Page 32: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

sosial (PMKS), pengembangan perlindungan dan pemenuhan hak dasar

warga miskin secara adil, merata, partisipasif, koordinatif, sinergis dan saling

percaya

D. STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Melihat tantangan dan peluang Kota Semarang yang merupakan salah satu

wilayah strategis di pantura Jawa Tengah dan berdasarkan sejarah Kota

Semarang sebagai kota perdagangan yang memiliki sumber daya manusia yang

heterogen terutama dipengaruhi oleh campuran budaya jawa pesisir, cina, melayu

dan arab. Oleh karenanya, diperlukan upaya pengelolaan kebijakan dan strategis

pembangunan daerah yang terencana baik melalui strategi sebagai berikut :

1. Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manusia serta

memberi ruang cukup bagi tumbuhnya partisipasimasyarakat pada berbagai

bidang pembangunan yang bertujuan memberdayakan SDM sesuai peran dan

fungsi pada kelompokmasyarakat dan lembaga pemerintah. Selain itu

strategis pembangunan ini juga mencakup upaya peningkatan kualitas SDM

aparatur dalam rangka peningakatan kualitas pelayanan.

2. Strategi Pemerataan

Strategi ini bertujuan mengurangi kesejangan dan menjaga keseimbangan

pertumbuhan pembangunan di semua wilayah agar dapat dinikmati oleh

seluruh masyarakat.

3. Strategi Percepatan

Strategi ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan

dan mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

4. Strategi Pemberdayaan

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi seluruh pemangku

kepentingan baik pemerintah, masyarakat, swasta maupun dunia usaha di

dalam pembangunan.

5. Strategi Kesinambungan

Strategi ini bertujuan mewujudkan serangkaian kegiatan pembangunan yang

berkelanjutan dengan jalan mengantisipasi segala gejala dan dampak

perkembangan pembangunan yang terkoordinasi, tersinkronisasi, dan

terintegrasi, dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang dimiliki.

6. Strategi Keserasian

Strategi ini bertujuan agar terjadi keharmonisan hubungan berbagai elemen

masyarakat didalam pelaksanaan pembangunan. Keserasian juga

32

Page 33: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

dimaksudkan dalam pola hubungan kerja antara unit atau lembaga pemerintah

dan antar wilayah pembangunan, sehingga dapat dikembangjan kerjasama

internal/lembaga serta kerjasama eksternal lintas daerah baik antar

pemerintah maupun antar pelaku pembangunan dalam membangun kota

dengan berbagai bentuk kerjasama.

-----o0o-----

33

Page 34: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN,

INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN

DAN PENDANAAN INDIKATIF

Berpijak pada pembangunan lima tahun pertama (2005–2010), maka

pembangunan pada lima tahun kedua (2010–2015) ditujukan lebih memantapkan

kembali pembangunan dalam pelaksanaan misi. Rencana Program dan Kegiatan pada

lima tahun kedua serta Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif

digambarkan pada Tabel Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja,

Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Program-program yang menghasilkan indikator kinerja terwujudnya

0pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatnya kualitas pelayanan

publik, good governance, pengembangan budaya aparatur yang profesional,

bersih, beretika dan berwibawa, kelompok sasaran administrasi aparatur

pemerintah daerah. Program-program tersebut meliputi :

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran;

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;

c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan.

2. Program dan kegiatan yang menghasilkan indikator kinerja peningkatan produksi

melalui penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, dengan

memperhatikan potensi dan produksi unggulan daerah, pengembangan

produktivitas pertanian, dan pengembangan kualitas produk industri hasil.

Program-program tersebut meliputi :

a. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan;

b. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan;

c. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.

3. Program-program yang menghasilkan indikator kinerja terwujudnya kemandirian

dan daya saing daerah pengembangan struktur perekonomian daerah lewat

pengembangan investasi, potensi, dan produk unggulan daerah, pengembangan

produktivitas pertanian dan pengembangan kualitas produk sektor perindustrian.

Program-program tersebut meliputi :

a. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan;

b. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan;

34

Page 35: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

4. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan.

5. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

menghasilkan indikator kinerja terwujudnya tata ruang wilayah dan infrastruktur

yang berkelanjutan dengan meningkatkan penataan lahan, peningkatan kualitas

dan kuantitas pengembangan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) perwujudan

struktur yang seimbang, pengembangan sarana dan prasarana air guna

mengurangi banjir dan rob, serta pengembangan ketersediaan air.

6. Program-program yang menghasilkan indikator kinerja berkembangnya stuktur

perekonomian daerah melalui pengembangan produksi pertanian, perkebunan,

kehutanan, dan peternakan yang menjadi unggulan daerah, serta meningkatan

kualitas sumber daya manusia/petani dan kesejahteraan kehidupan masyarakat

petani. Program-program tersebut meliputi :

a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan;

b. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani;

c. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan;

d. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan;

e. Program Pencegahan dan Penaggulangan Penyakit Ternak;

f. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan;

g. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan;

j. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian /Perkebunan Lapangan.

-----o0o-----

35

Page 36: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB VI

INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kota Semarang disusun

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2001, dimana Dinas

Pertanian Kota Semarang bertugas dalam bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,

dan peternakan. Dinas Pertanian Kota Semarang dalam lima tahun kedua

(2011–2015) telah merencanakan untuk menetapkan 12 program dengan 30 kegiatan

menghasilkan indikator kinerja program/kegiatan, sebagaimana diuraikan pada Tabel

Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan

Indikatif di halaman 40, sebagai berikut :

1. Kelancaran administrasi pelayanan SKPD;

2. Tingkat ketersediaan bahan pangan daerah, khususnya beras, dan konsumsi

pangan sumber karbohidrat nonberas untuk pemenuhan kebutuhan pangan

masyarakat;

3. Tingkat pendapatan/kesejahteraan petani;

4. Tingkat daya serap pasar terhadap hasil produksi pertanian/perkebunan;

5. Tingkat pemanfaatan teknologi pertanian tepat guna dalam menunjang

peningkatan hasil produk komoditas pertanian/perkebunan;

6. Tingkat produktivitas, hasil produksi, dan mutu produk pertanian/perkebunan;

7. Angka kesakitan dan kematian ternak akibat penyakit menular.

8. Tingkat perkembangan agribisnis peternakan;

9. Tingkat pemanfaatan lahan produktif di dalam hutan produksi;

10. Tingkat penurunan luas lahan kritis;

11. Tingkat peningkatan produksi kayu hutan rakyat.

Indikator kinerja program/kegiatan yang dihasilkan dari program/kegiatan Dinas

Pertanian Kota Semarang tersebut kemudian menghasilkan indikator-indikator

SKPD, sebagaimana diuraikan pada Tabel Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu

pada Tujuan dan Sasaran RPJMD di halaman 44, sebagai berikut :

1. Peningkatan kesejahteraan petani;

2. Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi hasil peternakan;

3. Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi hasil perkebunan;

4. Pemanfaatan lahan produktif di dalam hutan produksi;

5. Penurunan luas lahan kritis;

6. Peningkatan produksi kayu hutan rakyat.

36

Page 37: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

Apabila kita cermati, indikator-indikator kinerja program/kegiatan dan indikator

SKPD di atas telah selaras dan mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Kota

Semarang, sehingga dapat disimpulkan bahwa program/kegiatan yang dilaksanakan

oleh Dinas Pertanian Kota Semarang pada tahun 2010‒2015 sinergis dengan tujuan

dan sasaran RPJMD Kota Semarang.

-----o0o-----

37

Page 38: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

BAB VII

PENUTUP

Rencana Strategis Dinas Pertanian Kota Semarang tahun 2010–2015 yang

sinergis dengan RPJPD Pemerintah Kota Semarang menjadi dokumen yang

memberikan arah dan pedoman dalam pembangunan bidang pertanian, bagi segenap

aparatur Dinas Pertanian Kota Semarang pada khususnya dan dalam pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan umum dan tugas pembangunan bidang pertanian pada

umumnya, diharapkan dapat digunakan untuk menggerakkan partisipasi segenap

stakeholders dalam kegiatan pembangunan pertanian di Kota Semarang.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian, disamping sangat

bergantung kepada peran masyarakat, dunia usaha (stakeholders), dan aparatur Dinas

Pertanian Kota Semarang, juga memerlukan sikap mental, tekad, dan semangat,

ketaatan, kejujuran, serta disiplin dari segenap penyelenggara pembangunan. Faktor-

faktor ini dapat dicerminkan pada kualitas dan profesionalisme dalam pengelolaan

pembangunan yang mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan

pengawasan, serta koordinasi yang semakin mantap yang didukung oleh kegiatan

penelitian dan pengembangan yang handal, sehingga hasilnyapun dapat menjadi

optimal.

Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan pertanian diharapkan dapat

lebih optimal dan mampu meningkatkan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi yang

hasil–hasilnya lebih dapat dirasakan dan dinikmati secara lebih merata dan adil oleh

seluruh lapisan masyarakat, dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan lahir dan batin dalam suasana yang demokratis, aman, tenteram, dan

damai.

Semarang, Januari 2011

KEPALA DINAS PERTANIANKOTA SEMARANG

38

Dra. AYU ENTYS S., MM.Pembina Utama Muda

NIP. 19590413 198303 2 004

Page 39: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

39

Page 40: Renstra 2010-2015 Dinas Pertanian Final

40