Upload
duonglien
View
245
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
REPRESENTASI NILAI KEISLAMAN DALAM FILM JINN
KARYA AJMAL ZAHEER AHMAD
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Abdul Haris Maulana
NIM: 1112051000078
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017M
REPRESENTASI NILAI KEISLAMAN DALAM FILM
JINN KARYA AJMAL ZAHEER AHMAD
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)
Oleh
Abdul Haris Maulana
NIM: 1112051000078
Di Bawah Bimbingan
Fita Fathurokhmah, M.Si
NIP: 198306102009122001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Abdul Haris Maulana, 1112051000078, Representasi Nilai KeIslamanan
dalam Film Jinn Karya Ajmal Zaheer Ahmad, di Bawah Bimbingan Fita
Fathurokhmah, M.Si.
Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia. Film merepresentasikan berbagai pesan, baik pada moral,
kemanusiaan, sosial, politik, ekonomi serta budaya. Film Jinn merupakan sebuah
film Hollywood bergenre thriller horror yang berdasarkan kisah dari legenda Islam
tentang sosok jin yang ada di dalam kehidupan manusia. Film Jinn ini
menggambarkan Shawn dan istrinya Jasmine yang kehidupannya diganggu oleh
makhluk ghaib yakni jin. Film thriller horror ini berbeda dengan film horor-horor
Hollywood lainnya, pasalnya film-film Hollywood lain yang selama ini ada hanya
mengedepankan cerita horror yang begitu menakutkan untuk ditonton, sedangkan
film Jinn menampilkan nilai keislaman didalamnya.
Pertanyaan penelitian ini adalah bagimana makna denotasi, konotasi dan
mitos yang ada dalam film Jinn karya Ajmal Zaheer Ahmad? Bagaimana
penggambaran nilai keislaman seperti aqidah, syariat dan akhlak direpresentasikan
dalam cerita pengantar dan cerita inti dalam film Jinn karya Ajmal Zaheer
Ahmad?
Metodologi penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme dan
pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan metode
yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan
data dengan melakukan teknik observasi yaitu berupa pengamatan dan pencatatan
dengan cara menonton dan mengamati dialog dan adegan dalam film Jinn
kemudian mencatat dan menganalisanya. Penulis juga melakukan teknik
dokumentasi berupa pengumpulan dokumen-dokumen berupa film Jiin, serta
referensi dari artikel, surat kabar, dll yang berkaitan dengan penulisan ini.
Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall dan konsep
semiotika Roland Barthes. Menurut Stuart Hall representasi merupakan
perwakilan yang menghubungkan makna dan bahasa. Representasi dapat
berwujud gambar, kata, cerita yang mewakili ide, emosi fakta dan sebagainya.
Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan penanda dan
petanda yang disebut sebagai denotasi, kemudian konotasi adalah istilah untuk
menunjukkan signifikasi tahap kedua, pada signifikasi tahap kedua yang
berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.
Hasil penulisan mengacu kepada representasi nilai keislaman yang
disampaikan melalui tokoh-tokoh pemeran dalam sebuah dialog, perilaku,
karakter dan kejadian dalam film Jinn. Penulis menemukan bahwa film ini
menggambarkan bagaimana nilai keislaman yang berupa nilai aqidah, nilai
syariat, nilai akhlak. Nilai aqidah digambarkan dalam halnya adegan ketika
mempercayai adanya makhluk ghaib, nilai syariat dalam halnya tidak
menyekutukan Allah dan melakukan nilai ibadah dengan membaca Al-Quran dan
nilai akhlak dalam halnya berbuat bohong.
Keyword: Semiotika, Representasi, Film, Nilai KeIslaman, Jinn
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga memberikan kekuatan
dan kesabaran dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam penyelesaian
skripsi ini. Dengan segala usaha, dan doa, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, orang yang begitu mencintai kita sehingga
diakhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat
kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang peneliti miliki. Karena tanpa
adanya semangat, doa dan bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ini semua berkat arahan, bantuan,
petunjuk serta motivasi yang diberikan kepada peneliti. Untuk itu peneliti ingin
mengucapkan terimakasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, beserta Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang
iii
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, M.Ag selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurrokhmah, M.Si, sebagai sekretaris jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing,
yang telah meluangkan waktunya untuk mendiskusikan penelitian ini dan
terimakasih atas masukan yang diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
3. Umi Musyarofah, MA sebagai Dosen Penasehat Akademik.
4. Dosen Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.
5. Orang Tua penulis, Bapak H. Bachtiar dan Ibu Linda Julita serta nenek
tercinta Ibu H. Danimar yang dengan tulus ikhlas merawat dan mendidik
penuh rasa kasih sayang, memberikan pengorbanan yang tidak terhitung
nilainya dan senantiasa mendoakan penulis dalam menempuh perjalanan
hidup ini.
6. Kakak-kakak tercinta, Muhammad Ihsan S.Th.I, Siti Chairiyah S.E. dan
Putri Lenggogeni S.Psi semoga selalu menjadi anak-anak yang
membanggakan kedua orang tua kita, Amin.
7. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
iv
Semoga partisipasi mereka dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan
yang baik dari-Nya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
Abdul Haris Maulana
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….......1
A. Latar Belakang Masalah .. ………………………………………………….1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .. …………………………………………..6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . …………………………………………...7
D. Metodologi Penelitian .................................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………. 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP ................... 16
A. Semiotika Roland Barthes .......................................................................... 16
1. Pengertian Semiotika ……………………………………………16
2. Konsep Semiotika Roland Barthes ………………………………17
B. Teori Representasi Stuart Hall .................................................................. 21
C. Konsep Nilai Keislaman …………………………………………………24
D. Tinjauan Tentang Film .............................................................................. 27
vi
1. Sejarah Film .................................................................................. 28
2. Jenis-Jenis Film ............................................................................. 31
3. Unsur Pembentukan Film .............................................................. 32
4. Teknik Pengambilan Gambar ........................................................ 33
BAB III GAMBARAN UMUM FILM JINN .................................................... 38
A. Sekilas Tentang Film Jinn ......................................................................... 38
B. Sinopsis Film Jinn ..................................................................................... 39
C. Profil Produser Film Jinn .......................................................................... 42
D. Profil Sutradara Film Jinn ......................................................................... 43
E. Pemain Film Jinn ...................................................................................... 44
1. Ray Park ........................................................................................ 44
2. Serinda Swan ................................................................................. 45
3. Dominic Rains ............................................................................... 46
4. William Atherton .......................................................................... 48
5. Faran Tahir .................................................................................... 49
F. Tim Produksi Film Jinn ............................................................................. 50
BAB IV TEMUAN ANALISIS DATA ........................................................ 52
A. Analisis Semiotika Film Jinn
1. Scene 1 .......................................................................................... 52
2. Scene 2 .......................................................................................... 56
3. Scene 3 .......................................................................................... 63
4. Scene 4 .......................................................................................... 68
vii
5. Scene 5 .......................................................................................... 71
6. Scene 6 .......................................................................................... 78
B. Representasi Makna dalam Film Jinn ....................................................... 83
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 90
A. Kesimpulan ............................................................................................... 90
B. Kritik dan Saran ........................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
LAMPIRAN ......................................................................................................... 95
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Scene 1 ................................................................................................ 53
Tabel 4.2 : Scene 2 ................................................................................................ 57
Tabel 4.3 : Scene 3 ................................................................................................ 64
Tabel 4.4 : Scene 4 ................................................................................................ 68
Tabel 4.5 : Scene 5 ................................................................................................ 72
Tabel 4.6 : Scene 6 ................................................................................................ 78
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Foto Benjamin Dresser .................................................................... 42
Gambar 3.2 : Foto Ajmal Zaheer Ahmad.............................................................. 43
Gambar 3.3 : Foto Ray Park .................................................................................. 44
Gambar 3.4 : Foto Serinda Swan .......................................................................... 45
Gambar 3.5 : Foto Dominic Rains ........................................................................ 46
Gambar 3.6 : Foto William Atherton .................................................................... 48
Gambar 3.7 : Foto Faran Tahir .............................................................................. 49
Gambar 3.8 : Foto Cover Film Jinn ...................................................................... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan berbagai macam
hal. Salah satu media massa yang sekarang ini semakin diminati oleh khalayak
ialah film, film bisa disebut sebagai medium komunikasi yang ampuh, bukan
hanya sebagai hiburan saja akan tetapi juga sesuatu yang dapat mendidik.1
Beragam jenis film menjadi daya tarik penonton dalam memperoleh hiburan,
yang mana para penonton dimanjakan dengan berbagai macam jenis film yang
hadir, salah satunya seperti horor, religi, komedi dan banyak macam lainnya.
Banyak film yang disuguhkan hampir sama dengan kisah aslinya atau
berdasarkan kisah nyata. Jika pengaruh negatif yang diarahkan kepada
khalayak maka akan terjadi penilaian yang tidak berimbang karena film
merepresentasikan berbagai pesan, baik pada moral, kemanusiaan, sosial,
politik, ekonomi serta budaya.
Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh
bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat seperti jarum hipodermik atau peluru
yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan
mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang
dapat langsung merasuk kedalam jiwa penerima pesan.2
1 Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti,
2003) h.207. 2 Morissan, Media Penyiaran:Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina
Prakarsa, 2005) h.12.
2
Pada tahun 2014 tepatnya tanggal 14 April 2014 perfilman Amerika
yang dikenal dengan film Hollywood meluncurkan sebuah film yang bergenre
horror thriller yang berjudul Jinn. Film ini disutradarai oleh Ajmal Zaheer
Ahmad dan dibintangi oleh Ray Park, Serinda Swan, Dominic Rains dan
Faran Tahir. Jinn merupakan sebuah film yang berdasarkan kisah dari legenda
Islam tentang sosok jin di dalam kehidupan manusia yang dibuat dengan
menerobos ke bioskop dunia, melalui sebuah perusahaan produksi di Detroit
telah menyajikan film thriller berbasis Islam pertama.3
Film Jinn ini bercerita tentang kisah seorang muslim bernama Shawn
Walker (Dominic Rains) yang bekerja sebagai desainer otomotif. Shawn telah
memiliki istri yang cantik bernama Jasmine (Serinda Swan). Suatu ketika
Shawn mendapatkan mimpi-mimpi yang aneh, ia mendapatkan pesan lewat
mimpinya bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya karena sebuah
kutukan dari generasi sebelum Shawn. Awalnya Shawn tidak menanggapi hal
itu dengan serius tapi lama kelamaan pesan tersebut menjadi nyata dan
hidupnya mulai terganggu dengan sesuatu yang aneh. Sebuah kebenaran
akhirnya terungkap bahwa selama ini generasi sebelum Shawn terkena
kutukan dari jin yang jahat, yang mencoba memburu Shawn dan keluarganya.
Hadirnya film Jinn ini dalam industri perfilman adalah tanda bahwa
semakin banyak muslim di industri film Amerika yang siap untuk
memperkenalkan kepada penonton sebuah cerita dari tradisi dan budaya
mereka, bahkan dalam bentuk film horor yang menampilkan makhluk
3 “Jinn cerita rakyat Islam merambah sinema” Artikel diakses pada tanggal 16 Oktober 2016
dari http://www.antiliberalnews.com/2014/04/13/jinn-cerita-rakyat-islam-merambah-sinema/
3
supranatural dari Islam dan cerita rakyat Arab.4 Terlihat dengan mata
telanjang dan tinggal di dimensi lain, jin muncul di beberapa ayat dalam Al-
Quran. Bahkan ada surat di Al-Quran menamai mereka, yakni surat Al-Jinn,
dan referensi lainnya menggambarkan bagaimana beberapa makhluk tersebut
meninggalkan keyakinan mereka yang biasa disebut Jin kafir dan ada yang
menerima Ketuhanan yang Maha Esa Allah Swt yang biasa disebut Jin
muslim, yang menggambarkan bahwasanya ada jin yang baik dan Jin yang
jahat.
Dalam website themystica.org menuliskan bahwa seperti layaknya
orang, jin bisa menjadi Muslim atau non-Muslim, tetapi karena mereka
dilahirkan dari api dan memiliki kepribadian yang berapi-api, Jin non-Muslim
membentuk sebagian besar dari tentara jin yang paling terkenal yaitu iblis atau
setan.5 Menggambarkan tentang pengetahuan Islam, narator mengatakan pada
awalnya, ada tiga jenis makhluk yang diciptakan, manusia terbuat dari tanah,
malaikat terbuat dari cahaya, dan ketiga jin yang terbuat dari api.
Dalam film Jinn ini sang sutradara Ajmal Zaheer Ahmad ingin
mencakup persamaan dalam semua agama tentang jin, ia berpendapat bahwa
tema tentang agama bukanlah suatu kebetulan, ini merupakan kesempatan
yang baik untuk menunjukkan bahwa kita memiliki lebih banyak kesamaan
daripada perbedaan diantara kita semua umat manusia yang berbeda-beda
agama. Semua yang mengenai sosok jin ini sudah ada lama dari dahulu kala
4“Film Jinn ini bukan film horor pertama yang dibuat oleh seorang Muslim Amerika” artikel
diakses pada 18 Oktober 2016 dari http://www.huffingtonpost.com/2014/04/12/jinn-horror-
movie_n_5128470.html 5“Jin muslim dan Jin non muslim” artikel diakses pada 18 Oktober 2016 dari
http://www.huffingtonpost.com/2014/04/12/jinn-horror-movie_n_5128470.html
4
pada awal kehidupan manusia ini dimulai, dan kita dapat menemukan ini
melalui semua agama yang berbeda.6 Pada film ini memberikan gambaran
nilai keislaman dalam aspek spiritual, cara adat kebiasaan dalam kehidupan.
Dibalik genre thriller horror yang ada di film ini tersimpan nilai keislaman
serta makna kehidupan di dalamnya, film ini menjadi menarik karena sisi-sisi
keagamaan ditampilkan dalam sebuah film yang tak biasa melalui sebuah film
thriller horror, menjadikan penyampaian makna dari film Jinn ini lebih
menarik untuk ditonton.
Semiotika atau semiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tanda
(Sign). Dalam kehidupan sehari-hari tanda muncul dalam bentuk yang
beraneka ragam, bisa berwujud simbol, lambang, kode, ikon, isyarat atau
sinyal. Film merupakan kajian yang sangat relevan bagi analisis semiotika.
Film dibangun dengan tanda-tanda yang bekerja sama dengan baik untuk
mencapai efek yang diinginkan. Rangkaian dalam film menciptakan imaji
dengan tanda-tanda ikonis yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
Memang ciri gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang
ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas
yang dinotasikannya.
Film thriller horror ini merupakan film yang berbeda dengan film
thriller horror yang lainnya, karena film-film thriller horror lain lebih
mengedepankan sesuatu yang tidak masuk di akal atau di luar nalar akal
pikiran manusia tidak ada pesan yang disampaikan hanya sebatas hiburan
6 “Jinn merupakan sesuatu yang ada didalam kepercayaan semua agama” artikel di akses pada
tanggal 18 Oktober 2016 dari http://www.huffingtonpost.com/2014/04/12/jinn-horror-movie_n_5128470.html
5
untuk ditonton saja, sedangkan film Jinn ini mengangkat nilai keagamaannya
dalam menghadapi makhluk supranatural yang dijadikan nilai keIslaman di
dalamnya.
Semiotika Roland Barthes melontarkan konsep tentang denotasi dan
konotasi sebagai kunci dari analisisnya, Barthes menyempurnakan semiologi
pada tingkat konotatif. Barthes melihat aspek lain dari penandaan yaitu
“mitos” yang menandai suatu masyarakat. Denotasi merupakan makna tingkat
pertama yang bersifat obyektif yang dapat diberikan terhadap lambang-
lambang yang ada di tingkatan pertama, sedangkan konotasi adalah makna-
makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada
nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua, dan mitos
menurut Barthes bukan seperti mitos pada umumnya, ia menguraikan bahwa
mitos dalam pengertian khusus ini merupakan perkembangan dari konotasi,
yakni konotasi yang sudah terbentuk lama di masyarakat itulah mitos.7
Berdasarkan latar belakang film di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian lebih mendalam untuk menemukan makna yang ada pada film Jinn
ini dan penting diteliti karena film ini mempunyai nilai keagamaan, maka
penulis tertarik mengangkat judul Representasi Nilai Keislaman dalam Film
Jinn Karya Ajmal Zaheer Ahmad.
7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.263
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas agar pembahasan terfokus pada satu
permasalahan sehingga tidak terlalu meluas, penulis membatasi kajian ini
pada scene-scene serta teks atau dialog cerita antar tokoh yang bersifat
nilai keIslaman dalam sebuah cerita horor dalam film “Jinn” dengan
menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah:
a. Bagaimana penggambaran nilai keislaman seperti aqidah, syariat
dan akhlak direpresentasikan dalam cerita pengantar dan cerita inti
dalam film Jinn karya Ajmal Zaheer Ahmad?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari
penelitiannya ialah:
a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos pada film
Jinn karya Ajmal Zaheer berdasarkan analisis semiotik Roland
Barthes.
b. Untuk mengetahui representasikan nilai keislaman seperti apa yang
digambarkan pada cerita pengantar dan cerita inti pada film Jinn
7
karya Ajmal Zaheer Ahmad berdasarkan analisis semiotik Roland
Barthes.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitiannya adalah :
1. Manfaat Akademis
Dalam penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi
ilmiah dalam kajian semiotika Roland Barthes yang terkandung di
dalam film “Jinn”. Serta sumbangan bagi pengembangan kemampuan
keilmuan serta wawasan khususnya dalam hal Ilmu Komunikasi,
khususnya di bidang semiotika.
2. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan
informasi dan kontribusi bagi praktisi media komunikasi terutama
praktisi film dalam menelaah atau mengkaji film melalui metode
penelitian analisis semiotik. Penelitian ini untuk memberikan masukan
dan menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi film dan pemikir
dakwah melalui sebuah film dalam mengemas nilai-nilai kebaikan
yang berhubungan erat dengan nilai keagamaan yang menjadikan
sebuah kajian yang menarik.
8
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan suatu pola atau model tentang bagaimana
sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-
bagian berfungsi (perilaku yang ada didalamnya ada konteks khusus atau
dimensi waktu). Harmon mendefinisikan paradigma sebagai cara
mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai dan melakukan nilai yang
berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.8
Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik atau utuh,
kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif
(reciprocal). Penelitian pada objek yang alamiah. Objek yang alamiah
adalah objek yang tidak dimanipulasi oleh penulis dan kehadiran penulis
tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.9
2. Pendekatan Penelitian
Dalam pendekatan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif, yakni penelitian yang dilalui dengan proses analisis
deskriptif kualitatif. Analisis ini merupakan upaya yang dilakukan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data kemudian memilah-milahnya untuk
menjadi satuan yang bisa dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
8 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2007), h.49
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta. 2009), h.8
9
menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan
memutuskan apa yang bisa diceritakan kepada orang lain.10
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya
dengan menggunakan data empiris yang bertujuan mengembangkan
pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan
konteks yang relevan, menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
11
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
semiotika model Roland Barthes. Dalam konsep Roland Barthes, tingkatan
makna terbagi menjadi tiga yaitu denotasi, konotasi dan mitos. Denotasi
adalah penafsiran lambang-lambang makna terhadap realitas objek.
Kemudian konotasi adalah pemaknaaan yang dibangun atas sistem lain
yang telah ada. Pemaknaan ini bersifat subjektif, tentunya terkait dengan
nilai-nilai budaya yang terdapat dalam persepsi masing-masing subjek, dan
terakhir mitos merupakan suatu pemaknaan tataran kedua. Mitos adalah
rujukan bersifat kultural atau bersumber dari budaya yang ada, mitos
berfungsi sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2007),
h.248. 11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , h.5
10
makna-makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya
masyarakat.12
Semiotika model Roland Barthes ini dikenal dengan (order of
signification) mencakup denotasi (apa yang kita lihat) dan konotasi (apa
yang sebenarnya terjadi, dikaitkan dengan mitos, norma-norma, dll).
Penulis menggunakan semiotika model Roland Barthes karena melihat
aspek yang sama dengan yang ada di film Jinn, bagaimana terdapat tanda
yang bisa dikaitkan dengan makna konotasi yaitu makna yang dapat
diberikan lambang-lambang dengan mengacu kepada nilai-nilai budaya
(second order) dan adanya mitos yaitu rujukan bersifat kultural atau
bersumber dari budaya yang ada dalam film Jinn. Banyak sekali
penandaan suatu masyarakat menggunakan makna konotasi yang akhirnya
tanda inilah yang diyakini yang kemudian berkembang sebagai makna
denotasi.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah film “Jinn” karya Ajmal Zaheer
Ahmad, sedangkan objek penelitiannya ialah potongan gambar dan cerita
dialog yang terdapat dalam film “Jinn” yang berkaitan dengan nilai
keislaman.
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.262
11
5. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu:
a. Data primer, yakni data yang berupa dokumen elektronik
diperoleh file berbentuk video film “Jinn”, kemudian dipilh
gambar dari adegan-adegan yang berkaitan dengan penelitian.
b. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dari literatur yang
mendukung data primer seperti buku, artikel, internet, dan
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan materi
penelitian.
6. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dipakai ada dua yaitu:
a. Observasi
Observasi ini bersifat observasi non partisipan, dalam hal ini
penulis hanya bertindak sebagai penonton saja secara terpisah
berkedudukan sebagai pengamat yakni dilakukan dengan cara
mengamati setiap scene dan dialog yang ada di film Jinn
tersebut, kemudian penulis mencatat, memilih serta
menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan
dengan mengambil bagian-bagian yang merupakan inti
permasalahan yang penulis fokuskan.
b. Dokumentasi
12
Berupa dokumen pendukung yang tertulis seperti resensi
literatur film dari Internet maupun media yang lainnya serta
penggunaan beberapa buku yang relevan dengan penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, kemudian teknik
analisis data diklasifikasikan sebagai berikut:13
a. Reduksi Data: diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan
cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Paparan Data: tahapan penting yang kedua dari kegiatan
analisis adalah penyajian data, penyajian data ialah sekumpulan
informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan. Dengan melihat
penyajian maka akan dapat memahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis atau
mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat
dari penyajian-penyajian tersebut.
13
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1992), h. 16-19.
13
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi): kegiatan analisis ketiga
yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan
dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kemudian,
dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis
semiotik Roland Barthes. Dimana Rolland mengembangkan
semiotik menjadi denotasi, konotasi dan mitos.
8. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu: Penelitian ini dilakukan dari Oktober 2016 sampai Desember
2016 dan penulisan .dilakukan dari Desember 2016 sampai Maret
2017.
Tempat: penelitian ini banyak dikerjakan di perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
F. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan tinjauan pustaka pada penelitian-penelitian
sebelumnya, penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang
penulis buat. Adapun beberapa judul penelitian yang penulis dapatkan ialah
sebagai berikut:
“Representasi Makna Birrul Walidain Dalam Film Ada Surga
Dirumahmu” oleh Faiz Febryan Hafara mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
14
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta , 2015. Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini
dalam teori yang digunakan yakni Teori Semiotik Roland Barthes, sedangkan
perbedaanya terletak di Subjek Penelitiannya dan teknik analisis data. Faiz
Febryan membahas film “Ada Surga Dirumahmu” dengan teknik analisis data
wawancara, sedangkan penulis membahas film “Jinn” dengan tidak ada
wawancara dalam teknik analisis data penulis. Serta kesimpulan dari skripsi
Faiz Febryan berdasarkan makana birrul walidain ialah seorang anak yang
begitu mencintai kedua orang tuanya untuk menggapai kesuksesannya dari
ridho dan restu orangtuanya dan menghindari dia dari murkanya Allah karena
murka orangtua
“Representasi Islam Dalam Film PK” oleh Nurleli mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta , 2015. Skripsi ini memiliki persamaan yaitu
sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivis
sedangkan perbedaannya ialah pada metodelogi dimana skripsi ini
menggunakan Teori Semiotik Charles sanders Peirce. Serta kesimpulan dari
skripsi Nurleli ialah cerita dalam filmnya menggambarkan ketauhitan dan
ajaran-ajaran dalam agama Islam seperti larangan meminum alkohol bagi
seorang muslim, poligami bagi seorang muslim, seorang lelaki muslim harus
menghargai perempuan.
15
G. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini penulis membahas lima bab dan masing-masing bab
terdiri dari :
BAB I: Pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan kepustakaan dan
sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teoritis dan Kerangka Konsep, menjelaskan
tentang semiotika, konsep semiotika Rolland Barthes,
Representasi Stuart Hall, Konsep nilai keislaman serta
membahas mengenai pengertian film, sejarah film,
karakteristik film, jenis film, unsur pembentukan film,
teknik pengambilan gambar.
BAB III: Gambaran umum tentang film Jinn, sinopsis film Jinn,
biografi Produser film Jinn, biografi sutradara film Jinn,
biografi para pemain film Jinn, dan tim produksi film Jinn.
BAB IV: Temuan dan Analisis data, ini difokuskan membahas hasil
penelitian berupa denotasi, konotasi, dan mitos yang
terdapat dalam beberapa adegan (scene) di film “Jinn”, dan
representasi makna dalam film Jinn.
BAB V: Penutup, tentang kesimpulan dan saran-saran.
16
BAB II
LANDASAN TEORITIS & KERANGKA KONSEP
A. Semiotika Rolland Barthes
1. Pengertian Semiotika
Secara etimologis kata semiotika itu sendiri berasal dari Bahasa
Yunani “Semeion” yang berarti tanda atau “Seme” yang berarti penafsir
tanda.14
Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotika komunikasi menekankan
pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya
mengansumsikan 6 faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima
kode atau tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan.
Teori pertama yang membahas tanda dikemukakan oleh ahli
filsafat dari abad kesembilan belas yakni Charles Saunders Peirce. Pierce
mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antar tanda (symbol),
objek dan makna. Tanda mewakili objek (referent) yang ada didalam
pikiran orang yang menginterpretasikannya (interpreter). Pierce
menyatakan bahwa representasi dari suatu objek disebut dengan
interpretan.15
Ketiga elemen tersebut yakni sebagai berikut:
a. Tanda, yaitu seperti kata „gajah‟ yang terdiri atas sejumlah huruf
atau singkatnya, kata „gajah‟ adalah wakil dari tanda.
14
Sobur Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet ke-4, h. 16 15
Morissan dan Andy Corry Wardhany, teori komunikasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h.
28
17
b. Referen, yaitu objek yang tergambarkan oleh kata „gajah‟ yang
terbentuk dalam pikiran kita, yaitu hewan berbadan besar berkaki
empat.
c. Makna, yaitu hasil gabungan tanda dan referen yang terbentuk
dalam pikiran. Makna „gajah‟ bagi mereka yang menyukai gajah
adalah hewan yang pintar dan mudah dilatih. Bandingkan makna
gajah bagi orang yang takut pada gajah, bisa jadi gajah adalah
hewan yang menyeramkan dan bisa membunuh.
Jadi pada intinya semiotik menaruh perhatian pada apapun yang
dapat dinyatakan sebagai tanda. Tanda adalah segala hal, baik fisik
maupun mental, baik di dunia maupun di jagat raya, baik di dalam pikiran
manusia maupun sistem biologi manusia dan hewan, yang diberi makna
oleh manusia.16
2. Konsep Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis
yang gemar mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia
juga intelektual dan kritikus sastra Perancis yang ternama, eksponen
penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Bertens
menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam
strukturalisme tahun 1960-an dan 1970-an. Barthes lahir pada tahun 1915
dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di
Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik disebelah barat daya Prancis.
16 Beny H. Hoed, Semiotika & Dinamika Sosial Budaya (Bandung: Komunitas Bambu, 2014) h. 5
18
Ayahnya seorang perwira angkatan laut yang sudah meninggal ketika
umur Barthes belum genap satu tahun, kemudian Barthes diasuh oleh ibu,
kakek dan neneknya.17
Pemikiran Barthes tentang semiotika sangat
dipengaruhi oleh Saussure. Jika Saussure mengintrodusir istilah signifier
dan signified berkenaan dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu
paket pesan maka Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi
untuk menunjuk tingkatan-tingkatan makna.
Tabel 2.1
Peta Roland Barthes18
1. Signifier
(Penanda)
2. Signified
(Petanda)
3. Denotatif Sign (Tanda
Denotatif)
4. CONNOTATIF SIGNIFIER
(PENANDA KONOTATIF)
5. CONNOTATIF
SIGNIFIED
(PETANDA
KONOTATIF)
6. CONNOTATIF SIGN (TANDA KONOTATIF)
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut
17
Sobur Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet ke-4, h. 63 18
Sobur Alex, Semiotika Komunikasi, h. 69
19
merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”
barulah konotasi seperti kegarangan, keberanian menjadi mungkin. Jadi
dalam konsep Barthes diatas terlihat bahwa tanda konotatif tidak sekedar
memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda
denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya inilah sumbangan
Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang
berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.19
Jadi pada intinya makna denotasi adalah makna tingkat pertama
yang bersifat objektif yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang,
yakni mengaitkan secara langsung antara lambang dengan realitas atau
gejala yang ditunjuk.20
Dalam pengertian umum, denotasi biasanya
dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya,” bahkan
kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan.
Kemudian makna konotasi adalah makna-makna yang dapat
diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu kepada nilai-nilai
budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua.21
Konotasi memiliki
makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain
denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap objek, sedangkan
makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi
bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari, oleh
kerena itu tujuan dari adanya analisis semiotik adalah untuk menyediakan
19
Sobur Alex, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet ke-4, h. 69 20
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis, 2007) h. 163 21
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 163
20
metode analisis dan kerangka berfikir dalam mengatasi terjadinya salah
baca (misreading) atau salah dalam mengartikan suatu tanda.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos (myth), yang merupakan suatu sistem pemaknaan
dalam tataran ke-dua. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan
atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos
adalah perkembangan dari konotasi. Mitos merupakan sistem semiologis,
yakni sistem tanda yang dimaknai manusia, pemaknaannya bersifat
arbitrer sehingga terbuka untuk berbagai kemungkinan.22
Mitos dalam pandangan Barthes berbeda dengan konsep mitos
dalam arti umum. Barthes mengemukakan mitos adalah bahasa, maka
mitos adalah sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan.
Mitos dapat dikatakan sebagai produk kelas sosial yang sudah memiliki
suatu dominasi.23
Dapat dijelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara penanda dan petanda yang disebut denotasi yaitu makna
sebenarnya dari tanda. Sedangkan signifikasi tahap kedua digunakan
istilah konotasi, yaitu makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif
yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos. Mitos
merupakan lapisan pertanda dan makna yang paling dalam.24
22
Beny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial, (Bandung: Komunitas Bambu, 2014) h. 79 23
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) h. 28 24
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, h. 30
21
B. Teori Representasi Stuart Hall
Representasi merupakan konsep yang menghubungkan antara
makna dan bahasa. Representasi juga dapat berarti menggunakan bahasa
untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti atau menggambarkan dunia
yang penuh arti kepada orang lain. representasi juga merupakan sebuah
bagian esensial dari proses dimana makna dihasilkan dan diubah oleh
anggota kultur tersebut.25
Menurut Stuart Hall, representasi harus dipahami dari peran aktif
dan kreatif orang memaknai dunia. Representasi adalah jalan dimana
makna diberikan kepada hal-hal yang tergambar melalui citra atau bentuk
lainnya pada layar atau pada kata-kata. Hall menunjukkan bahwa sebuah
citra akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa
citra akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau
dicipta. Representasi adalah peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang
ditampilkan, dapat dijelaskan dengan menggunakan sebuah bahasa.
Melalui bahasalah berbagai tindakan representasi tersebut ditampilkan
oleh media dan dihadirkan dalam pemberitaan. Maka yang patut dikritisi
ialah pemakaian bahasa yang ditampilkan oleh media. Proses ini mau tidak
mau sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan
realitas untuk dibaca khalayak.26
25
Stuart Hall, Culture, the Media and the Ideological Effect, (London: Mass Communication
& Society, 1997) h. 15 26
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.
113
22
Stuart Hall berargumentasi bahwa representasi ialah perwakilan
budaya dan praktek yang signifikan, perwakilan menghubungkan makna
dan bahasa atas kebudayaan, perwakilan merupakan bagian penting dari
proses yang berarti dihasilkan dan ditukar diantara para anggota.27
Melalui
representasi suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota
masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa representasi secara singkat adalah
cara memproduksi makna.
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi, pertama ialah
representasi mental yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita
masing-masing, representasi mental masih merupakan sesuatu yang
abstrak. Kedua ialah bahasa, yang berperan penting dalam proses
konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus
diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, agar dapat menghubungkan
konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari symbol tertentu.
Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi
mendefinisikannya sebagai berikut: “Proses merekam ide, pengetahuan
atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat
didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk
menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti,
diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.28
Representasi bekerja melalui sistem representasi, sistem ini terdiri
dari dua komponen yang penting yakni konsep pikiran dan bahasa.
27
Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktek, (Bantul: Kreasi Wacana Offset, 2000),
h.19 28
Marcel Danesi, Understanding Media Semiotics (London: Arnold), h.3
23
Keduanya saling berkorelasi, konsep dari suatu hal yang diketahui dalam
pikiran sehingga dapat mengetahui makna akan hal tersebut, namun tanpa
bahasa tidak akan bisa mengkomunikasikannya. Kemudian akan menjadi
rumit ketika tidak dapat mengungkapkan hal tersebut dengan bahasa yang
dimengerti orang lain. Sistem representasi yang kedua adalah bekerja pada
hubungan antara tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa
berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru. Representasi berubah akibat
dari hal tersebut, maka makna juga berubah. Setiap waktu terjadi proses
negosiasi dalam pemaknaan.29
Media sebagai sebuah teks yang banyak menebarkan bentuk-
bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjuk pada
bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu
ditampilkan dalam pemberitaan.30
Stuart Hall juga berpendapat bahwa ada beberapa prinsip
representasi sebagai sebuah proses produksi makna melalui bahasa,
yaitu:31
1. Representasi untuk mengartikan sesuatu, maksudnya adalah
representasi menjelaskan dan menggambarkan dalam pikiran
dengan sebuah gambaran imajinasi untuk menempatkan
persamaan sebelumnya dalam pikiran atau perasaan kita.
29
Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktek, (Bantul: Kreasi Wacana Offset, 2000),
h.21 30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.
113 31
Stuart Hall, Culture, the Media and the Ideological Effect, (London: Mass Communication
& Society, 1997) h. 16
24
2. Representasi digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau
mengkonstruksi makna dari sebuah symbol.
Pengertian diatas menggambarkan bahwa representasi merupakan
sebuah cara memaknai sesuatu apa yang diberikan pada benda yang
digambarkan. Representasi merujuk kepada segala bentuk media terutama
media massa terhadap segala apa yang dikonstruksikannya dan bagaimana
kita memaknainya.
C. Konsep Nilai KeIslaman
Nilai merupakan sebuah pedoman yang mendasar dalam diri
manusia untuk melakukan sesuatu. Nilai secara praktis merupakan sesuatu
yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Nilai juga
menjadi sebuah tolak ukur kita dalam berbuat atau mengerjakan sesuatu.
Nilai adalah standar dari tingkah laku yang mengikat manusia dan
sepatutnya dijalankan serta dipertahankan, nilai menjadi sangat
berpengaruh dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang. Nilai
merujuk kepada kepercayaan yang relative bertahan lama akan suatu
benda, tindakan, peristiwa, fenomena (yang abstrak sekalipun)
berdasarkan kriteria tertentu. Kita hanya bisa menduga bagaimana
kepercayaan dan nilai seseorang berdasarkan tindakannya, terutama yang
konsisten dari waktu ke waktu.32
32
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 43.
25
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-sifat atau
hal-hal yang berguna dan penting bagi kemanusiaan.33
Nilai (Value)
merupakan suatu ukuran, patokan, anggapan dan keyakinan. Hal yang
demikian itu menjadi panutan banyak orang dalam suatu masyarakat
tertentu agar dapat memperoleh sesuatu yang dianggap pantas, luhur dan
baik yang harus dilakukan atau diperhatikan oleh anggota masyarakat.
Sedangkan kata keislaman sepadan dengan kata religius berarti
bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi
(keagamaan), dengan kata lain keislaman sama halnya dengan keagamaan.
Nilai keagamaan adalah konsep mengenai penghargaan tinggi yang
diberikan oleh masyarakat kepada beberapa masalah pokok dikehidupan
yang bersifat suci, sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku
keagamaan warga masyarakat yang bersangkutan.34
Nilai-nilai keislaman itu bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah.
Untuk itu kita tidak bisa sembarangan melakukan dan menyosialisasikan
nilai-nilai keislaman. Karena harus berdasarkan kaidah Al-Quran dan
Sunnah. Nilai-nilai Islam itu menyangkut berbagai aspek kehidupan
manusia, seperti dalam Al-Quran pun telah menyimpulkan bahwa nilai-
nilai keislaman itu mencakup tiga nilai yang mewakili keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Yaitu nilai aqidah, syariat dan akhlak.
1. Aqidah
33
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 615. 34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 615.
26
Aqidah dalam bahasa Arab ialah ikatan atau sangkutan.
Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau
gantungan segala sesuatu. Sedangkan dalam pengertian teknis
adalah iman atau keyakinan. Aqidah etimologis berarti ikatan,
sangkutan; secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan, iman.35
2. Syariat
Secara etimologi syariat berarti memberi peraturan atau
ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hambanya,
seperti puasa, shalat, haji zakat dan seluruh kebijakan. Syariat
Islam ialah suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan alam lainnya.36
3. Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak
adalah jamak dari khulk. Khulk didalam kamus al-Munjid berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Pada hakikatnya
khulk atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.37
35
Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan
Ummatnya (Jakarta: CV. Rajawali, 1969), h. 27. 36
Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam dan
Ummatnya, h. 28. 37
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke-3, h.
1.
27
Dengan demikian nilai keislaman berarti ukuran atau patokan
untuk menerapkan seperangkat keyakinan tentang pemahaman nilai-nilai
yang terkandung dalam ajaran Islam, keyakinan yang dijunjung tinggi oleh
manusia mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan Islam dan
dijadikan sebagai acuan sehingga pemeluknya dapat mengamalkan nilai-
nilai tersebut dalam sehari-hari.
D. Tinjauan Tentang Film
Film memiliki pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari
sudut pandang yang membuat definisinya. Berikut ini adalah beberapa
definisi film:
“Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2009 tentang perfilman
Pasal 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata
sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi
dengan atau tanpa adanya suara dan dapat dipertunjukkan.”38
“Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah selaput
tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret)
atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop.”39
Film adalah sebuah karya seni yang terwujud dari satu kreativitas
orang orang yang terlibat dalam proses pembuatan film. Film mempunyai
kemampuan untuk menciptakan suatu realitas buatan sebagai
perbandingan terhadap realitas nyata. Realitas buatan dalam film dapat
menawarkan kepada publik mengenai rasa keindahan renungan terhadap
38
Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung: Simbiosa rekatama media, 2011),
cet ke-1, h. 154. 39
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Jakarta Timur: PT Balai
Pustaka, 2003) edisi ketiga, h. 330.
28
sesuatu, bukan hanya sekedar hiburan semata atau bahkan ingin
menyampaikan informasi terhadap masyarakat.40
Beberapa kegiatan seperti dakwah, pendidikan, penerangan dan
lain-lain kini banyak menggunakan media film sebagai alat bantu untuk
memberikan penjelasan yang dikemas secara apik.41
Hal itu dilakukan oleh
para pembuat film agar dapat memudahkan khalayak menerima dan
mencerna suatu informasi yang disampaikan oleh komunikator.
1. Sejarah Film
Sebagai seni yang lahir terakhir, film tumbuh dan menyerap
penemuan-penemuan yang telah maupun tengah terjadi baik sains,
teknologi dan estetika. Misalnya fotografi, kinetograf, fonograaf. Hasil
dari beberapa penemuan itu terwujud dalam satu kesatuan yang disebut
sinematograf, sebuah mesin yang sekaligus bisa difungsikan sebagai
kamera dan proyektor, sehingga memungkinkan sebuah film bisa ditonton
oleh banyak orang dalam satu waktu.42
Dalam sejarahnya, film pertama kali terjadi di Perancis, tepatnya
pada 28 Desember 1895, ketika itu Lumiere bersaudara telah membuat
dunia terkejut. Mereka telah melakukan pemutaran film pertama kali ke
hadapan publik Perancis, film buatan Lumiere bersaudara tersebut berjudul
Workers Leaving the Lumiere‟s Factory yang berkisah tentang laki-laki
dan wanita pekerja di pabrik lumiere. Karya Lumiere ini kemudian dengan
40
Heru Effendi, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2014), cet-2, h. 2. 41
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 209. 42
Missbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa (Jakarta: Komunitas
Bambu, 2009), h. Xv.
29
cepat mendunia karena juga di dukung oleh teknologi proyektor 2,75 inc.43
peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia.
Sedangkan, film pertama kali diperkenalkan kepada publik
Amerika Serikat adalah The Life Of An American Fireman dan film The
Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903.
Tetapi film The Great Train Robbery yang masa pemutarannya hanya 11
menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan
situasi secara ekspresif, dan menjadi peletak dasar teknik editing yang
baik.44
Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun
1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun
belum sempurna.45
Di dalam negeri kita sendiri perkembangan perfilman tak lepas dari
perjalanan waktu yang cukup panjang. Masyarakat Indonesia mulai
mengenal film sejak awal abad ke-20, hal ini dilihat dari iklan di surat
kabar pada masa itu.46
Namun pada tahun 1920an film di bioskop tidak
pernah jadi hiburan yang populer, karena pada saat itu film belum bisa
mengalahkan popularitas pertunjukkan komedi Stamboel yang sedang di
gandrungi oleh semua kalangan baik dari pribumi maupun orang-orang
dari Eropa dan Indis.47
Pada tahun 1926 baru ada Film cerita pertama yang
43
Missbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, h. Xv. 44
Ardianto, dkk, Komunikasi Massa, cet-4, h. 144. 45
“Pengertian film menurut para ahli”, artikel diakses pada 28 Februari 2016 dari
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-film-definisi-menurut-para.html 46
Missbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa (Jakarta: Komunitas
Bambu, 2009), h. xvi. 47
Missbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, h. 3.
30
diproduksi di Indonesia, tepatnya di Bandung.48
Film ini berjudul
Loetoeng Kasaroeng yang diproduksi oleh NV Java Film Company.49
Film ini bisa dikatakan sebagai acuan tonggak sejarah perfilman
Indonesia. Kesuksesan produksi film tersebut tidak terlepas dari
keterlibatan bupati Bandung, Wiranata Kusumah V di dalamnya. Film
lokal berikutnya adalah Eulis Atjih yang diproduksi oleh perusahaan yang
sama. Setelah film kedua ini diproduksi, kemudian muncul perusahaan-
perusahaan film lainnya, seperti Halimun Film Bandung yang membuat
Lily van Java dan Central Java Film Coy (Semarang) yang memproduksi
Setangan Berlumur Darah.
Film bicara pertama kali di Indonesia yang berjudul Terang Bulan
yang dibintangi oleh Roekiah dan R.Mochtar berdasarkan naskah yang
ditulis oleh penulis Indonesia yang bernama Saerun.50
Produksi perfilman
lokal tumbuh pesat hingga akhir abad dua puluh. Meskipun pernah
mengalami periode “mati suri” dari tahun 1980-an sampai akhir tahun
1990-an, dunia perfilman Indonesia kini bangkit dan minat masyarakat
Indonesia meningkat terhadap film lokal. Jika diperhatikan sekarang, film
telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.51
48
Muchlisin Riadi, “Pengertian Sejarah dan Unsur-unsur Film”, artikel diakses pada 28
Agustus 2016 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-
film.html 49
Heru Sutadi, “Sejarah Perkembangan Film Indonesia”, artikel diakses pada 28 Agutus 2016
dari http://perfilman.perpusnas.go.id/artikel/detail/127 50
Ardianto, Komunikasi Massa, cet-4, h. 143-144. 51
Budiman Akbar, Semua Bisa menulis Skenario Panduan teknik menulis scenario untuk film
dan sinetron (Jakarta: Erlangga, 2015), h. 3.
31
2. Jenis-Jenis Film
Marcel Danesi mengatakan bahwa ada empat jenis atau
kategori film, yaitu film cerita, film berita, film dokumenter dan film
kartun.52
a. Film Cerita
Film cerita jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang
lazim yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para
bintang filmnya yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai
barang dagangan dan diperuntukkan ke semua publik dimana saja.
Film cerita terbagi menjadi dua bagian yakni film cerita panjang dan
film cerita pendek, tidak ada perbedaan yang signifikan hanya saja
durasi, buget dan tingkat kesulitan dalam penyampaian pesan kepada
khalayak dikarenakan dalam waktu sesingkat itu sutradara harus bisa
memberikan pemahaman arti akan film yang dibuatnya kepada publik.
b. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa
yang benar benar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang
disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue).
c. Film Dokumenter
Menurut Grierson definisi film dokumenter adalah “karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Berbeda
dengan film berita yang merupakan rekaman-rekaman kenyataan,
52
Onong Uchana Effendy, Ilmu teori dan Filsafat Komunikasi(Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
1993), h. 210-216.
32
maka film dokumenter menurut Flaherty merupakan interpretasi yang
puitis yang bersifat pribadi dari kenyataan-kenyataan.
d. Film Kartun
Film kartun atau yang biasa kita sebut film anak-anak ini,
seperti yang kebanyakan kita lihat di layar televisi banyak film-film
kartun yang dibuat oleh Production House (PH) Walt Disney dari
Amerika Serikat, yang diantara karyanya adalah Mickey Mouse, Donal
Duck, dan Snow White. Gagasan awal pembuatan film kartun ini
bermula dari para seniman pelukis. Ditemukannya Cinematopografy
telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar-gambar
yang mereka lukis.
3. Unsur Pembentukan Film
Film memang dibentuk oleh banyak unsur (audio dan visual),
secara teori unsur-unsur audio visual dalam film dikategorikan ke dalam
unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi
satu sama lain untuk membuat sebuah film. Unsur naratif adalah materi
atau bahan olahan, kalau dalam film yang dimaksud unsur naratif adalah
penceritaannya, sementara yang dimaksud unsur sinematik adalah cara
atau gaya seperti apa bahan olahan itu di garap. Dalam film cerita unsur
naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya, sementara unsur
sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk
film.53
53
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008) h. 1-2.
33
Unsur sinematik terbagi menjadi empat buah elemen, yaitu:
1. Mise-en-scene, yaitu segala sesuatu yang terdapat di depan kamera
seperti kombinasi gambar, setting tempat, alat peraga, aktor, kostum
dan pencahayaan.
2. Sinematografi, yaitu pergerakan seorang cameraman terhadap
kamera dan film dan kamera terhadap objek yang di ambilnya.
3. Editing, yaitu proses mempersiapkan dan memilih bahasa, gambar,
suara video atau film melalui proses seleksi, koreksi, organisasi dan
juga modifikasi sehingga terbentuk suatu rangkaian audiovisual
yang koheren dan memiliki makna.
4. Suara, adalah segala sesuatu yang terdapat dalam film yang mampu
tertangkap oleh indera pendengaran manusia. Dalam perkembangan
efek suara memiliki peran penting dalam mengarahkan emosi
penonton ketika menonton sebuah film.54
4. Teknik Pengambilan Gambar
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar
untuk jurnalistik televisi yaitu:55
a. Camera Angle
Camera angle adalah posisi kamera pada saat pengambilan gambar.
Masing-masing angle atau sudut mempunyai makna tertentu. Camera
angle dalam sudut pengambilan gambar ada lima bagian, yaitu:
54
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) h. 92. 55
Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), cet-1, h. 120.
34
1. Bird Eye View adalah teknik pengambilan gambar yang
dilakukan oleh kameraman dengan posisi kamera diatas
ketinggian objek yang direkam. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya.
2. High Angle adalah pengambilan gambar dari atas objek. Kesan
yang ditampilkan dari pengambilan gambar ini kesannya
lemah, tak berdaya, kesendirian dan kesan lain yang
mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan.
3. Low Angle adalah sudut pengambilan dari arah bawah objek
sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini
memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung atau prominance,
berwibawa, kuat, dominan.
4. Eye Level adalah sudut pengambilan gambar sejajar dengan
objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata
seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan
kesan wajar.
5. Frog Eye adalah sudut pengambilan gambar dengan ketinggian
kamera sejajar dengan alas atau dasar kedudukan objek atau
lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton
mewakili mata katak.
35
b. Frame Size
Frame size adalah ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek
bersangkutan. Frame size yang menjadi kekuatan gambar baik dalam
film maupun audiovisual lainnya. Ada dua belas bagian dalam frame
size, yaitu:
1. Long Shot (LS)
Pengambilan gambar ini objek penuh dengan latar belakang.
Tujuannya untuk memperlihatkan objek dengan latar belakang.
2. Full Shot (FS)
Teknik pengambilan gambar ini dari batas kepala hingga kaki.
Tujuannya untuk memperlihatkan objek dengan lingkungan
sekitar.
3. Knee Shot (KS)
Pengambilan gambar teknik ini dari batas kepala hingga lutut.
Teknik ini bertujuan memperlihatkan sosok objek.
4. Medium Shot (MS)
Pengambilan gambar pada tehnik ini dari batas kepala sampai
pinggang. Tujuannya untuk memperlihatkan seseorang dengan
sosoknya.
5. Medium Close Up (MCU )
Pengambilan gambar dari dada sampai atas kepala untuk
menunjukan ekspresi wajah lebih jelas.
6. Close Up (CU)
36
Pengambilan gambar dari batas kepala sampai leher bagian bawah.
Teknik ini memberi gambaran objek secara jelas.
7. Big Close Up (BCU)
Pengambilan gambar dari batas kepala hingga dagu objek. Teknik
ini menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu.
8. Extreme Close Up (ECU)
Pengambilan gambar dengan teknik ini akan menunjukkan secara
detail ekspresi dari objek, seperti pangkal tangan, hidung, telinga,
dan mata.56
9. Group Shot
Pengambilan gambar dengan sekelompok orang.
10. Three Shot
Pengambilan gambar dengan tiga objek.
11. Two-Shot
Pengambilan gambar dengan dua objek.
12. One-Shot
Pengambilan gambar dengan satu objek.
c. Moving Camera
Moving camera adalah posisi kamera bergerak, sementara objek
bidikan diam. Gerakan kamera ada tiga, yaitu:
1. Zoom In dan Zoom Out (gerakan kamera mendekat dan menjauh).
56
Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi Tehnik Memburu dan Menulis Berita (Jakarta: Indeks,
2007), h. 37.
37
2. Till up dan Till Down (gerakan kamera dari bawah keatas, dari atas
ke bawah).
3. Panning Right dan Panning Left (gerakan kamera dari kiri ke
kanan, dan gerakan kamera dari kanan ke kiri).
d. Gerakan Objek
Gerakan Objek adalah posisi kamera diam objek bidikan bergerak.
Gerakan objek ada tiga, yaitu:
1. Objek sejajar dengan kamera.
2. Walk-in atau Walk-away (menjauh atau mendekat ke kamera).
3. Framing (masuknya objek dalam sebuah frame film yang awalnya
kosong).
e. Komposisi
Komposisi adalah seni menempatkan gambar pada posisi yang baik
dan enak dilihat. Komposisi ada tiga, yakni:
1. Headroom (H) yakni mengatur frame diatas kepala objek
2. Noserum (N) jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik
kekiri maupun kekanan.
3. Lookingspace (L) yakni ruangan depan maupun belakang objek
38
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM “JINN”
A. Sekilas Tentang Film Jinn
Film Jinn merupakan film bergenre thriller asal Amerika Serikat yang
skenarionya ditulis sendiri oleh sutradaranya sendiri yakni Ajmal Zaheer
Ahmad. Film ini secara garis besar menceritakan makhluk supranatural yang
mengganggu kehidupan seorang suami istri, bukan hanya satu agama yang
diangkat dalam film ini, nilai keagamaan direpresentasikan dalam film ini,
menggabungkan nilai keagamaan dengan genre thriller horror menjadi sesuatu
acuan yang baru dalam sebuah film horror dari Amerika Serikat, dan inilah
yang diberikan film Jinn. Dimana nilai keagamaan dikemas menggunakan
kisah horror yang diperankan dengan baik oleh pemainnya.
Digarap oleh sutradara keturunan India Ajmal Zaheer Ahmad, serta
diproduseri Benjamin Dresser dan diperankan oleh pemain-pemain film
Hollywood yang cukup ternama seperti Ray Park, Serinda Swan, Dominic
Rains serta Faran Thahir mampu membawa penonton menyelami rasa
ketakutan dengan penasaran dicampur nilai keagamaan yang dimasukan dalam
beberapa scene didalamnya.
Diawal kemunculannya, film ini banyak mendapat pertanyaan,
kecerdasan sang sutradara mengambil tema antar agama menuai banyak
pertanyaan dari berbagai pihak mengapa sang sutradara membuat film thriller
horror yang tak biasa dilandasi dengan antar agama. Hal itulah menjadi
39
sesuatu yang sangat berbeda karena sebuah film Hollywood tak biasanya
memberikan gambaran dua agama dalam filmnya, apalagi agama tersebut
ialah Islam dan Kristen yang cukup sensitif bila digabungkan.
B. Sinopsis Film Jinn
Berawal pada tahun 1901, seorang pria memasuki sebuah hutan dan
menemukan sebuah gubuk yang terdapat sesosok jin tengah duduk dan
menunggu pria tersebut dan hendak menyerang pria tersebut. Pria tersebut
mulai membaca doa untuk berlindungi dari serangan jin tersebut. Pria tersebut
adalah Jehamgir Amin, ia mencoba untuk melawan jin tersebut dengan
mengambil botol air zam-zam lalu mencoba menyiramnya ke jin tersebut akan
tetapi jin itu melawan dengan keras hingga menarik Jehamgir ke dalam
lubang. Jehangir memanjat keluar dari lubang tersebut dan jin kembali
menyerang dia, kemudian Jehangir berhasil menyiramkan air zam-zam ke jin
tersebut sehingga membuat jin sangat marah dan bersumpah untuk membalas
dendam dengan sebuah kutukan kepada keluarga Jehangir turun-temurun.
113 tahun kemudian setelah kejadian tersebut, seorang muslim
bernama Shawn Walker yang bekerja sebagai desainer otomotif. Shawn telah
menikah dan memiliki seorang istri yang cantik bernama Jasmine. Karir yang
cemerlang serta memiliki istri yang cantik, adalah sebuah kebahagiaan bagi
Shawn yang tak ternilai oleh apapun. Namun sayang, kebahagiaan yang
selama ini ia idam-idamkan itu tak berlangsung lama. Suatu ketika Shawn
mendapatkan mimpi-mimpi aneh. Ia mendapatkan pesan lewat mimpinya
kalau sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya karena kutukan dari generasi
40
sebelum Shawn. Tentu hal ini tidak langsung Shawn tanggapi secara serius.
Pada suatu hari Shawn memberitahu istrinya tentang kenaikan gaji dirinya dan
atas hal itu Shawn mengatakan bahwa ia siap untuk memiliki anak pertama
mereka, akan tapi Jasmine mengatakan kepadanya bahwa itu tidak mungkin
baginya untuk memiliki anak karena Jasmine mandul sejak lama. Sedih dan
kecewa atas kenyataan yang Shawn terima, Shawn akhirnya meninggalkan
Jasmine untuk pergi menenangkan pikirannya.
Dimulai dari sedikit perselisihan yang terjadi di antara Shawn dan
Jasmine hal-hal aneh mulai terjadi di rumah mereka, mulai munculnya sosok
yang mengamati rumah mereka secara misterius dan berupa kiriman kepada
Shawn yang tidak jelas pengirimnya. Merasa hidupnya mulai terganggu oleh
sesuatu yang aneh, Shawn berusaha untuk menghindari hal buruk yang
mungkin saja terjadi pada dirinya dan keluarganya. Setelah itu Shawn
menonton sebuah rekaman video dari ayahnya yang telah meninggal isinya
merupakan pesan kepada Shawn bahwa akan ada sosok yang datang di
kehidupan Shawn yang merupakan sosok makhluk ghaib yang disebut jin,
dalam video tersebut ayah Shawn meminta agar ia mempercayainya.
Pada akhirnya Shawn mempercayai pesan dari ayahnya memang
benar, akan tetapi Shawn tak tahu harus bagaimana dan kepada siapa dia harus
meminta bantuan. Pada saat seperti itu, muncullah Bapa Westhoff dan
Gabriel yang mengaku mempunyai jawaban atas segala sesuatu yang menimpa
pada diri Shawn. Karena tidak punya pilihan lain lagi, akhirnya Shawn
menerima mereka berdua untuk membantunya mengatasi hal ini. Sebuah
41
kebenaranpun terungkap, rupanya selama ini generasi sebelum Shawn telah
terkena kutukan dari Jin jahat. Dan sekarang Jin itu mencoba untuk memburu
Shawn dan keluarganya.
Dengan mengandalkan bantuan Bapa Westhoff, Shawn tahu alasan jin
mengejar dan mengusik kehidupannya, Bapa Westhoff mengirimkan dia pada
pencarian tentang cara untuk mengalahkan jin. Shawn pergi untuk mencari air
suci (zam-zam) dan Shawn berhasil menemukan air suci tersebut lalu ia
kembali ke apartemennya dan memutuskan untuk segera mengakhiri kutukan
itu demi menyelamatkan keluarganya. Sebelum memulai pertarungan
melawan Jin, Shawn menemui pamannya di rumah sakit jiwa dan juga
berusaha meminta pertolongan kepada pamannya tersebut, sang paman
akhirnya merasa sudah waktunya mengakhiri kutukan dari Jin yang
mengganggu tersebut.
Dibantu oleh Bapa Westhoff dan Gabriel, Shawn mencoba melawan
kekuatan jahat yang coba menghabisinya. Tak ada yang menyangka kalau
Shawn yang selama ini dikenal sebagai seorang desainer otomotif itu berani
melakukan perlawanan. Mereka berempat mencoba menghabisi jin-jin jahat
yang selama ini terus-terusan mengacaukan hidup Shawn. Bukan hanya
dengan fisik, Shawn juga harus berjuang dengan mental yang kuat karena jin
adalah makhluk yang hidup di dunianya sendiri. Meskipun begitu, Shawn
tetap bertekad untuk melawan apapun itu yang tengah mencoba
menghancurkan kehidupan ia dan keluarganya, yang pada akhirnya
42
pertarungan yang sesungguhnya harus Shawn jalani sendiri untuk memutus
kutukan yang telah terjadi selama ratusan tahun dari keturunannya.
C. Profil Produser Film Jinn
Gambar 3.1
Benjamin Dresser
Benjamin Dresser merupakan salah satu produser asal Amerika
Serikat dengan rumah produksi Exxodus Picture. Ia tidak hanya menjadi
produser akan tetapi ia juga terlibat sebagai asisten manajer lokasi dan
aktor dalam film yang ia produksi. Dalam karirnya ia telah menghasilkan
beberapa film diantaranya The Butterfly Effect 3: Revelations dan America
di tahun 2009, Little Murder dan Conviction pada tahun 2010, Flipped di
tahun 2011, The Citizen pada tahun 2012, Jinn pada tahun 2014. Pada
tanggal 13 Desember 2016 Benjamin kembali bermain sebagai Marcus
dalam film Future yang merupakan film ketiganya sebagai pemain.57
57
Benjamin Dresser”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Dresser
43
D. Profil Sutradara Film Jinn
Gambar 3.2
Ajmal Zaheer Ahmad
Ajmal Zaheer Ahmad adalah sutradara film Amerika, penulis dan
produser dari Detroit, Michigan. Ia juga co-founder dan CEO perusahaan
produksi film yang berbasis di Detroit yakni Exxodus Pictures saat ini.
Pekerjaannya sebagai pembuat film telah menghasilkan beberapa film
yakni meliputi Perfect Mismatch, The Citizen dan Jinn. Ajmal lahir dari
orangtua asal Pakistan di West Bloomfield, Michigan. Dia menempuh
pendidikan di Detroit Country Day School di Southfield Michigan dan Art
Center College of Design di Pasadena, California.
Ajmal memulai karirnya sebagai desainer konsep di California
untuk film, televisi dan iklan. Dia melakukan debut karirnya pada tahun
2000 dengan menciptakan komersial untuk Apple Computers bernama
Apple Core. Ajmal kemudian menghasilkan sebuah film pendek Alliance
pada tahun 2005 dan film Bollywood nya Mismatch (sekarang Perfect
44
Mismatch) pada tahun 2009. Dia mendapat pengakuan dari publik dengan
karya film action-horror-thriller jin, yang dirilis pada bulan April 2014.
Ajmal juga muncul Televisi seri Icon Berita di 2010 dan memfilmkan The
Citizen pada tahun 2012.58
E. Pemain Film Jinn
1. Ray Park
Gambar 3.3
Ray Park
Raymond “Ray” Park lahir pada tanggal 23 Agustus 1974 di
Glasgow Skotlandia, merupakan seorang aktor film, penulis dan seniman
beladiri asal Inggris. Pada mulanya Ray merupakan atlit beladiri. Sejak
kecil ia telah diajari seni bela diri kungfu oleh ayahnya. Di usia 14 tahun ia
mulai menambahkan berbagai macam seni beladiri lainnya seperti
kickboxing, tekwondo dan wushu. Ketika berusia 16 tahun Ray
memenangkan seni bela diri kejuaraan nasional Inggris, kemudian ia
mengembangkan karir bela dirinya hingga ke Malaysia dan mengikuti
58
“Ajmal Zaheer Ahmad”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Ajmal_Zaheer_Ahmad
45
banyak turnamen seni bela diri di dunia dan memenangkan berbagai
penghargaan sebelum akhirnya beralih profesi di akhir tahun 1990an. Ray
mulai dikenal sebagai aktor berkat film Star Wars: Episode I - The
Phantom Menace sebagai Darth Maul.59
Dalam film Jinn ini ia berperan sebagai Gabriel yang merupakan
salah satu tokoh yang berperan menolong keluarga Shawn dari kejaran jin
jahat yang menggangu kehidupan keluarga Shawn yang merupakan
kutukan dari keturunan Shawn. Gabriel pada awalnya hanya dikira sebagai
seorang manusia biasa yang ingin menolong dan pada akhirnya ternyata ia
juga merupakan sosok Jin yang menyerupai manusia.
2. Serinda Swan
Gambar 3.4
Serinda Swan
59
“Ray Park”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Ray_Park
46
Serinda Swan lahir pada tanggal 11 Juli 1984 di West Vancouver
Kanada, merupakan aktris asal Kanada yang lebih dulu terjun sebagai
aktris serial drama sebelum memulai karir aktingnya di layar lebar pada
tahun 2009 dalam film The Break-UpArtist sebagai Ashley. Selain aktif
sebagai seorang aktris, Swan juga aktif bekerja dengan badan amal yang
berbeda-beda seperti Somaly Mam Foundation, United Nations
Foundation's Nothing But Nets, dan Heifer International.60
Dalam film Jinn ini Serinda berperan sebagai Jasmine Walker
seorang tokoh yang merupakan istri dari Shawn Walker. Dalam film ini ia
terkena imbas dari kutukan suaminya ketika tubuhnya di rasuki oleh jin
jahat yang memperdaya ia sehingga membuat sang suami Shawn dilanda
ketakutan karena istrinya dijadikan tumbal oleh jin jahat tersebut ketika
Shawn berhadapan dengan sang jin jahat.
3. Dominic Rains
Gambar 3.5
Dominic Rains
60
“Serinda Swan”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Serinda_Swan
47
Dominic Rains lahir di Teheran Iran pada tanggal 1 Maret 1982
adalah seorang aktor Amerika yang merupakan orang asli Iran dengan
nama aslinya Amin Nazemzadeh. Sejak kecil ia pindah dari Iran ke
London kemudian ia dibesarkan di Dallas Texas. Dominic yang
merupakan adik dari Ethan Rains mulai dikenal karena perannya dalam
film-film independen seperti The Taqwacores di tahun 2010, dan A Girl
Walks Home Alone at Night di tahun 2014. Dominic memulai karir
aktingnya dengan membintangi film TV terkenal yakni Saving Jessica
Lynch pada tahun 2003, kemudian ia kembali muncul pada tahun 2006 di
Film TV populer Flight 93. Selain televisi dan film, Dominic juga aktif
dalam komunitas teater Los Angeles dan merupakan anggota dari
Elephant‟s Theatre Company yang berbasis di Los Angeles.61
Dalam film Jinn ini Dominic Rains berperan sebagai Shawn yang
merupakan desainer otomotif yang karirnya sedang bersinar, akan tetapi
ketika ia tengah menikmati kesuksesan karirnya petaka datang
menghampiri ia dan istrinya yang ikut terbawa. Petaka itu merupakan
kutukan turun temurun dari keturunannya terdahulu, yang mana bangsa jin
tidak ingin membuat kehidupan keluarganya hidup dengan tenang. Jin
tersebut menggangu dan menakut-nakuti Shawn dengan mencoba
membunuh shawn dan istrinya disandera jin tersebut dan hendak dijadikan
tumbal. Pada akhirnya Shawn kesana kemari meminta pertolongan kepada
61
“Dominic Rains”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Dominic_Rains
48
pendeta dan pamannya yang muslim untuk membantunya mengusir
kutukan dari bangsa jin tersebut.
4. William Atherton
Gambar 3.6
William Atherton
William Robert Atherton Ksatria Jr lahir pada tanggal 30 Juli 1947
di Orange Connecticut, yang dikenal sebagai William Atherton. Ia adalah
seorang aktor panggung film dan televisi Amerika, yang belajar akting di
sekolah drama di Carnegie Tech dan lulus dari Carnegie-Mellon
University pada tahun 1969. Pada tahun 1984, Atherton muncul dalam
film komedi Ghostbusters sebagai agen EPA yang sombong Walter Peck.
Pada tahun 1985, Martha Coolidge memilih Atherton memainkan peran
sebagai Profesor Jerry Hathaway dalam film komedi remaja Real
Genius.62
Dalam film Jinn ini Artherton berperan sebagai Bapa Westhoff
yang merupakan seorang pendeta di gereja yang ikut menolong Shawn dan
62
“William Atherton”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari
https://en.wikipedia.org/wiki/William_Atherton
49
istrinya. Ia memberikan cara untuk mengalahkan jin dan ia juga yang
menjaga Jasmine di gereja ketika Shawn berhadapan dengan jin.
5. Faran Tahir
Gambar 3.7
Faran Tahir
Faran Haroon Tahir lahir pada tanggal 16 Februari, 1964 di Los
Angeles adalah aktor Pakistan-Amerika yang muncul dalam serial televisi
dan film Amerika. Dia adalah putra dari aktor Pakistan veteran Naeem
Tahir dan Yasmeen Tahir. Ia dibesarkan di Pakistan dan kembali ke
Amerika Serikat tahun 1980. Dia telah menempuh pendidikan di
University of California Berkeley dan Harvard University di mana ia
belajar teater. Ia lulus dari University of California Berkeley dengan gelar
BA dalam Teater sebelum memperoleh gelar sarjana dari American
Repertory Theater (A.R.T.) Institute for Advanced Theater Training di
Harvard University. Faran membuat debut filmnya sebagai Nathoo dalam
film Disney The Jungle Book tahun 1994. Dia juga bermain dalam film
Picture Perfect tahun 1997, Anywhere but Here di tahun 1999 dan Charlie
50
Wilson‟s War tahun 2007. Pada tahun 2008, Faran memainkan peran
penjahat sebagai Raza di film Iron Man.63
Dalam film Jinn ini Faran berperan sebagai Ali yang merupakan
paman dari Shawn yang bertingkah laku aneh dan dianggap memiliki
gangguan jiwa, akan tetapi ia ternyata mengetahui bahwa keponakannya
Shawn akan mendapati kutukan yang diturunkan dari ayahnya sehingga ia
seperti ketakutan dan berperilaku aneh akan tetapi ia salah satu orang yang
ikut mengalahkan jin yang menganggu shawn.
F. Tim Produksi Film “Jinn”
Gambar 3.8
Production House : Exxodus Pictures
Pemain : Ray Park, Serinda Swan, Dominic Rains,
William Atherton, Faran Tahir.
Casting : Cedric Lee
63
“Faran Tahir”, artikel diakses pada 6 Desember 2016 dari https://en.wikipedia.org/wiki/Faran_Tahir
51
Costume : Amy Julia Cheyfitz
Special Make Up Effects : Robert Kurtzman
Sound Design : Steve Boeddeker dan David C. Hughes
Efek visual : Joseph H. Coleman
Editor : Justin Hynous
Penata Musik : Noah Sorota
Penata Kamera : Robert Mehnert
Skenario : Ajmal Zaheer Ahmad
Penulis : Ajmal Zaheer Ahmad
Producer : Benjamin Dresser
Executive Producer : Richard Mandell
Distributor Film : Freestyle Releasing
Sutradara : Ajmal Zaheer Ahmad
52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika Film Jinn
Film merupakan karya estetika sekaligus sebagai sebuah alat informasi
yang bisa menjadi alat hiburan, alat politik, serta propaganda. Tidak selalu hal-hal
yang ditayangkan sebuah film dalam adegan-adegannya dapat dimengerti secara
jelas apabila tidak disertai adanya pengamatan yang mendalam, banyak adegan
yang muncul mengandung pesan yang diwakilkan oleh properti yang di
visualisasikan pada tayangan atau adegan film itu sendiri. Akan hal itu maka
penulis menganalisis film Jinn menggunakan semiotika Rolland Barthes, yaitu
dengan mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film
Jinn.
1. Scene 1
Scene ini merupakan sebuah prolog ilustrasi gambar tentang gambaran
bentuk atau wujud dari makhluk-makhluk yang yang diciptakan sang pencipta
yaitu manusia, malaikat dan jin yang menjadi pengantar awal dari film jinn.
53
Tabel 4.1
Visual Dialog Type of Shot
Pada awalnya ada tiga
makhluk yang diciptakan.
yang pertama manusia
yang terbuat dari tanah liat
kemudian malaikat yang
terbuat dari cahaya
Long Shot, gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
belakangnya nampak
jelas.
Long Shot, gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
belakangnya nampak
jelas.
Long Shot, gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
belakangnya nampak
jelas.
54
Visual
Dialog
dan yang ketiga dari api
yang disebut jin.
Type of Shot
Long Shot, gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan
belakang nampak jelas.
a. Denotasi:
Pada gambar pertama hanya ada prolog tentang tiga makhluk yang
diciptakan Tuhan. Pada gambar kedua terdapat ilustrasi gambar suatu makhluk
seperti manusia dengan perkataan “yang pertama diciptakan adalah manusia yang
terbuat dari tanah liat”. Pada gambar ketiga terdapat ilustrasi gambar manusia dan
makhluk bersayap dengan perkataan “kemudian malaikat yang terbuat dari
cahaya”. Pada gambar terakhir terdapat ilustrasi gambar makhluk bersayap dan
syeitan dengan perkataan “dan yang ketiga dari api yang disebut jin”.
b. Konotasi:
Dimulai dengan sebuah prolog yang memberikan gambaran ilustrasi
makhluk-makhluk yang telah diciptakan oleh sang pencipta yakni Allah SWT,
dimulai dengan sebuah gambaran manusia yang digambarkan sebagai makhluk
yang tegap memiliki kepala tangan dan kaki, dilanjutkan dengan sebuah gambaran
malaikat yang digambarkan sebagai makhluk yang memilik sayap yang sedang
bergerak terbang keatas dan gambaran jin yang digambarkan sebagai makhluk
dengan perwujudan tidak jelas dan menyeramkan.
55
c. Mitos:
Penciptaan Makhluk oleh Allah SWT menjadi sebuah awal dari penciptaan
sebuah kehidupan di dunia. yang digambarkan dari penciptaan makhluk oleh
Tuhan ialah manusia, malaikat dan jin. Allah SWT berfirman:
26. “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
27. “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas.”
(Q.S. al-Hijr: 26-27)
Kemudian tentang penciptaan malaikat Allah berfirman:
“segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang
mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Q.S. al-Fathir: 1)
Dan dalam sebuah hadits dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim
juga menjelaskan tentang penciptaan malaikat, jin dan manusia
56
للبللبنت عبئشخع هللاصم للارطى هئكخخهمتوطه ىعه ان ري وخهكى ان جب يبردي بري
بادووخهك نكى وصفي
Artinya: “Dari Aisyah berkata: Rasulullah saw bersabda,”Malaikat diciptakan
dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala dan Adam diciptakan
dari Sesutu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian.”
(H.R. Muslim)
Pada dasarnya memanglah hanya Allah SWT pencipta dari seluruh alam
semesta beserta isinya yakni apa yang ada dibumi dan langit, salah satunya
makhluk-makhluknya, berdasarkan firman-firman Allah dan hadits diatas maka
telah jelas bahwasannya Allah SWT merupakan sang pencipta yang telah
menciptakan tiga makhluk yang ada di langit maupun dibumi yaitu malaikat dari
sebuah cahaya, jin dari nyala api dan manusia dari tanah liat kering.
2. Scene 2
Scene ini menggambarkan Jehangir berjalan memasuki sebuah gua yang
gelap, Jehangir bertemu dengan sosok jin yang menculik seorang wanita dan
meminta jin tersebut mengembalikan wanita yang dimaksud, namun sang jin
bukannya mengembalikan wanita yang dimaksud malah mencoba menyerang
Jehangir, Jehangir tidak goyah dia membaca ta‟awudz berulang dan
menumpahkan air zam-zam dikepala sang jin jahat atau syaitan.
57
Tabel 4.2
Visual Dialog Type of Shot
Jehangir: hai pengikut
syaitan, kau telah
mengambil sesuatu
yang bukan milikmu.
Aku ada disini untuk
mangambilnya lagi.
Kembalikan dia.
Tidak ada ucapan
Jehangir: ragamu bisa
menghentikannya,
namun jiwamu telah
mati. Serahkan wanita
itu kembali.
Medium Close up, gambar
diambil dari mulai dada
sampai kepala.
Dengan latar belakang
sebuah gua yang gelap.
Medium Shot,
menampilkan sosok jin
yang sedang duduk
menunduk.
Close up: gambar diambil
dari kepala atau wajah.
58
Visual
Dialog
Tidak ada ucapan
( jin mulai marah dan
menghampiri Jehangir)
Jenghangir: Audzu
billahi minas
syaitonirrajim
(Berulang-ulang)
Tidak ada dialog
Tidak ada dialog
(Air zam-zam
menyirami tubuh jin)
Type of Shot
Medium Close up: gambar
diambil dari mulai dada
sampai kepala. (Sosok
yang menyeramkan yang
mendekati Jehangir)
Medium Close up:
ekspresi Jehangir yang
mulai panik.
Close up: gambar ini
memperlihatkan tangan
dengan jelas dan gesture
yang mendetail.
Close up: gambar ini
memperlihatkan dengan
jelas.
59
a. Denotasi:
Pada gambar pertama Jehangir memasuki sebuah gua dan melihat sosok
yang diyakini jin jahat atau syaitan dengan berkata “hai pengikut syaitan, kau
telah mengambil sesuatu yang bukan milikmu. Aku ada disini untuk
mangambilnya lagi”. Pada gambar kedua menampilkan Sosok Jin yang sedang
duduk menunduk dengan tidak mengucap apapun. Pada gambar ketiga
menampilkan Jehangir yang memberi peringatan kepada Sosok jin tersebut
dengan berkata “ragamu bisa menghentikannya, namun jiwamu telah mati.
Serahkan wanita itu kembali”. Pada gambar keempat sesosok makhluk yang
menyeramkan yang diyakini sebagai jin jahat atau syaitan menghampiri Jehangir.
Pada gambar kelima menampilkan ekspresi Jenghangir yang mulai panik ketika
sosok yang menyeramkan tersebut perlahan mendekatinya dengan mengucapkan
“Audzubillah himinas syaiton nirojim” berulang kali. Pada gambar keenam
terlihat jenghangir ingin meraih air zam-zam yang terlepas darinya. Pada gambar
ketujuh jenghangir memecahkan botol air zam-zam ke kepala jin jahat (syeitan).
b. Konotasi:
Jehangir yang memasuki sebuah gua yang gelap untuk mencari jin yang
telah menculik seorang wanita yang ia kenal, setelah menemukannya ia berusaha
untuk meminta jin tersebut melepas wanita tersebut. Jin tersebut tidak
mengacuhkan perkataan Jehangir dan tetap diam dengan duduk menunduk.
Kemudian Jehangir menggertak sang jin untuk melepas wanita yang ia maksud.
Sang jin mulai bangkit dan melayang menghampiri Jehangir, melihat sang jin
yang mendekat Jehangir mulai panik karena takut diserang oleh jin tersebut
60
sembari mulai membaca ta‟awudz dan mengeluarkan botol air zam-zam dari tas
nya, botol air zam-zam itu terjatuh sang jin mulai lebih mendekat dan bertatap-
tatapan dengan Jehangir dan Jehangir tetap berusaha melawan dengan terus
membaca ta‟awudz dan mencoba meraih kembali botol air zam-zam tersebut dan
kemudian memecahkan botol air zam-zam tersebut ke kepala jin atau syaitan.
c. Mitos:
Sosok jin jahat atau syaitan tidak hanya Menganggu atau menakut-nakuti
manusia yang merupakan tabiatnya atau merupakan sebuah tindakan yang selalu
diupayakan oleh syaitan dari golongan jin kepada manusia, akan tetapi sosok jin
dapat menculik manusia untuk masuk ke alamnya. diriwayatkan oleh Al-Imam
Abu Bakr Al-Baihaqiy rahimahullah, beliau menuturkan :
د بن مهدي لفظا، د بن محم د بن محم د عب الحافظ، وأبو محم عقوب، أخبرنا أبو عبد للا د بن اس محم قاال: نا أبو العب
ا ى بن أب طالب، أنا عبد الوه ح حمن بن أب نا ب بن عطاء، نا سعد، عن قتادة، عن أب نضرة، عن عبد الر
لى، صل مع قومه العشاء فسبته الجن ففقد، فانطلق ” ل ى عمر بن ت امرأته ل أن رجال من قومه من األنصار خرج
ة فسأل عنه عمر قومه، فقالوا: نعم، خرج ه القص ت عل عنه فقص للا اب رض صل العشاء ففقد، فأمرها أن الخط
ا مضت األربع سنن أتته جت فجاء تربص أربع سنن، فلم ج فتزو فأخبرته فسأل قومها، فقالوا: نعم، فأمرها أن تتزو
للا اب رض عنه، فقال عمر بن الخط للا اب رض خاصم ف ذلك لى عمر بن الخط ب أح زوجها دكم عنه:
ا أمر المؤمنن، قال: وم اته، فقال له: ن ل عذرا علم أهله ح ول ال مان الط ا عذرك؟ قال: خرجت أصل الز
مؤمنون، أو قال: مسلمون، شك سعد فقاتلوهم فظهروا العشاء فسبتن الجن فلبثت فهم زمانا طوال ف زاهم جن
حل ا فسبون فما سبوا منهم، فقالوا: نراك رجال مسلما وال هم فسبوا منهم سبا ن المقام عل رون ب ك فخ لنا سب
ثونوب حد س ل فل ا بالل هار فعصار رح ن القفول لى أهل فاخترت القفول لى أهل فأقبلوا مع أم ا بالن وأم
عنه: فما كان طعامك فهم؟ قال للا ه، قال: فما كان أتبعها، فقال له عمر رض عل ذكر اسم للا : الفول وما لم
شرابك للا ره عمر رض ر من الشراب، قال: فخ خم دا فهم؟ قال: الجدف، قال قتادة: والجدف ما ال ن الص عنه ب
ن امرأته وب
61
Abu „Abdillaah Al-Haafizh dan Abu Muhammad „Ubaid bin Muhammad bin
Muhammad bin Mahdiy telah mengkhabari kami -secara lafazh-, keduanya
berkata, Abul „Abbaas Muhammad bin Ya‟quub telah mengkhabari kami, Yahyaa
bin Abi Thaalib telah mengkhabari kami, „Abdul Wahhaab bin „Athaa‟ telah
memberitakan kami, Sa‟iid telah mengkhabari kami, dari Qataadah, dari Abu
Nadhrah, dari „Abdurrahman bin Abi Lailaa :
“Bahwasanya ada seorang lelaki dari kaumnya Ibnu Abi Lailaa yaitu kaum
Anshar yang keluar untuk shalat Isya bersama mereka. Tiba-tiba jin menawan
lelaki tersebut dan hilanglah ia tak berbekas. Serta merta pergilah istri si lelaki
kepada Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu „anhu lalu ia melapor kepada
Umar atas kejadian yang menimpa suaminya, kemudian Umar pun bertanya
kepada kaum Anshar perihal lelaki tersebut. Mereka menjelaskan, Benar, ia
keluar untuk shalat „Isya dan tahu-tahu ia menghilang!” Maka Umar
memerintahkan kepada istri si lelaki untuk menahan diri selama 4 tahun.
Ketika telah berlalu masa 4 tahun, ia kembali mendatangi Umar dan
memberitahukan keadaannya (yang telah menunggu hingga lewat masa 4 tahun)
kepada Umar. Lalu Umar pun bertanya kepada kaum si wanita (mengenai
kebenaran perkataannya). Mereka menjawab, “Benar!” Kemudian Umar
memerintahkan wanita tersebut agar menikah lagi dan ia pun menikah (dengan
lelaki lainnya).
Tiba-tiba datanglah suaminya yang telah menghilang selama 4 tahun tersebut
(dan ia mengetahui istrinya telah menikah lagi) lantas ia mendebat „Umar bin Al-
Khaththaab mengenai hal ini.
„Umar berkata, “Salah seorang dari kalian raib dalam rentang waktu yang
demikian lama, keluarganya pun tidak ada yang mengetahui mengenai
keberadaannya.”
Sang lelaki berusaha menjelaskan kepada Umar, “Sesungguhnya diriku
mempunyai udzur, wahai amiirul mu‟miniin!”
Umar bertanya, “Apa „udzurmu?”
Sang lelaki menceritakan kisah yang dialaminya, “Aku keluar untuk shalat „Isya
dan tahu-tahu ada jin yang menawanku. Maka aku menetap di alam mereka
selama rentang waktu yang panjang. Dan ada sekelompok jin mu‟min -atau jin
muslim, Sa‟iid (salah seorang perawi kisah) ragu- yang memerangi jin-jin kafir
tersebut, lantas kelompok jin mu‟min berhasil menaklukkan kelompok jin kafir
lalu para jin mu‟min menawan para tawanan yang pernah ditawan para jin kafir
dan aku termasuk ke dalam kelompok tawanan yang direbut dari mereka. Para jin
mu‟min berkata, “Kami melihatmu sebagai seorang lelaki muslim dan tidak halal
bagi kami untuk menawan kamu.” Kemudian mereka memberiku pilihan antara
tetap tinggal (di alam jin tersebut) atau kembali ke keluargaku, aku pun memilih
62
kembali ke keluargaku dan para jin mu‟min pun membebaskanku. Ketika malam
hari tiba maka mereka tidak lagi berbicara denganku, dan adapun pada siang
hari maka saat itulah ada deru angin yang aku mengikutinya (hingga aku dapat
keluar dari alam mereka).”
„Umar bertanya, “Apa makananmu ketika bersama mereka?”
Lelaki tersebut menjawab, “Sejenis kacang-kacangan dan segala sesuatu yang
tidak disebut nama Allah padanya.”
„Umar bertanya kembali, “Dan apa minumanmu ketika bersama mereka?”
Si lelaki menjawab, “Al-Jadaf.”
-Qataadah menjelaskan, “Al-Jadaf adalah segala jenis minuman yang tidak
ditutup.”-
Akhirnya, „Umar pun memberi pilihan untuk si lelaki antara mahar dan
istrinya.”.64
(HR.Baihaqi)
Sunan Al-Kubraa li Al-Baihaqiy 7/733, Daar Al-Kutub Al-„Ilmiyyah
Dan ketika manusia digoda atau di takut-takuti oleh jin jahat atau syaitan
dalam hal ini sebenarnya seorang manusia yang beriman tidak perlu takut untuk
menghindari gangguan atau godaan dari syaitan sebab Allah sudah memberikan
petunjuk untuk mengatasi hal tersebut. Dalam firmannya:
200. “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada
Allah[590].” [590] Maksudnya: membaca A'udzubillahi minasy-syaithaanir-
rajiim.
Sesungguhnya aku tahu suatu kalimat yang apabila ianya diucapkan maka apa
yang beliau derita itu menjadi hilang, yaitu Audzubillah himinas syaiton nirojim.
(Q.S. Al-A‟raaf: 200)
64
Sunan Al-Kubraa li Al-Baihaqi 7/733, Daar Al-Kutub Al-„Ilmiyyah
63
Berdasarkan Hadits dan potongan ayat Alquran diatas bahwa jin jahat atau
syaitan bisa berbuat sesuatu sesuai kehendak mereka termasuk menculik seorang
manusia dan memasukannya kedalam dunianya yang berbeda dimensi akan tetapi
dengan kehidupan yang sama seperti kehidupan manusia di bumi. Dan juga
apabila kita sebagai seorang muslim merasa digoda dan ditakuti oleh jin jahat atau
syaitan maka kita diperintahkan dalam Al-Quran untuk mengucapkan ta‟awudz.
3. Scene 3
Scene ini menggambarkan saat Shawn memutuskan untuk menonton isi
video dari kaset video yang ia dapat dari seseorang tak dikenal yang ia fikir
menjadi sebuah petunjuk dari apa yang sedang ia alami dengan istrinya, Shawn
terkejut dengan isi video tersebut yang ternyata isi video itu adalah rekaman ayah
Shawn ketika masih hidup yang memberika nasehat kepada Shawn dan sebagai
bentuk perpisahan terakhir apabila ayahnya meninggal yang isinya memberikan
sebuah nasihat tentang makhluk ghaib yang akan datang dalam kehidupan Shawn
dan menggangu hidupnya yang mana hal itu merupakan gangguan dari jin,
sehingga Shawn harus mempercayai itu dan bersiap melawannya.
64
Tabel 4.3
Visual Dialog Type of Shot
Ayah Shawn: ayah minta
kau dengarkan nasihat
ayah dengan seksama.
Semua yang telah ayah
lakukan dan kerjakan
ayah lakukan adalah
untuk melindungimu dan
ibumu. Ingat selalu itu.
Shawn: ( mendengarkan
apa yang diucapkan
ayahnya)
Ayah Shawn: Kejadian
aneh akan terjadi
padamu, seperti yang
terjadi pada ayah. Ada
sesuatu diluar sana
Shawn, ayah bahkan
Long Shot,
menampilkan ayah
Shawn dan Shawn yang
sedang duduk
menyaksikan video
ayahnya.
Medium Close up,
gambar diambil dari
mulai dada sampai
kepala.
Close up: gambar
diambil dari kepala atau
wajah. Menampilkan
ekspresi yang serius.
65
Visual
Dialog
tidak tahu apakah masih
ada. Tapi mereka itu
nyata dan mereka sangat
jahat. Mereka itu jin.
Percayalah akan hal itu.
Shawn: (menegaskan apa
yang dikatakan ayahnya)
Type of Shot
Medium Close up,
Shawn yang serius
mengamati setiap
perkataan ayahnya.
a. Denotasi:
Pada gambar pertama menampilkan Shawn yang sedang menatap ayahnya
di layar televisi dan mendengarkan pesan dan nasihat sang ayah yang berkata
“Ayah Shawn: ayah minta kau dengarkan nasihat ayah dengan seksama. Semua
yang telah ayah lakukan dan kerjakan ayah lakukan adalah untuk melindungimu
dan ibumu. Ingat selalu itu”. Gambar kedua menampilkan Shawn yang mencoba
memperhatikan apa yang ayahnya ingin sampaikan. Gambar ketiga menampilkan
sosok ayah Shawn dalam video yang berkata “Kejadian aneh akan terjadi padamu,
seperti yang terjadi pada ayah. Ada sesuatu diluar sana Shawn, ayah bahkan tidak
tahu apakah masih ada. Tapi mereka itu nyata dan mereka sangat jahat. Mereka
itu jin. Percayalah akan hal itu”. Gambar keempat menampilkan Shawn yang
66
sedikit tegang setelah mendengarkan nasihat dari ayahnya dan mulai
mempercayainya.
b. Konotasi:
Shawn memutuskan untuk menonton video yang ada di kaset video yang
ia terima dari seorang yang tak dikenalnya. Setelah video diputar ternyata itu
merupakan video rekaman ayahnya sebelum meninggal yang bertujuan untuk
memberikan pesan terakhir atau nasihat kepadanya. Shawn pun dengan serius
memperhatikan setiap ucapan yang diucapkan ayahnya, hingga pesan yang cukup
ditekankan ayahnya yang mengingatkan Shawn untuk mempercayai tentang ada
nya jin yang nyata. Shawn pun sontak cukup terkejut mendengarkan kata yang
diucapkan ayahnya tentang jin dan merasa bahwa yang diucapkan ayahnya
memang benar adanya dan sedang menghampiri kehidupan ia dan istrinya.
c. Mitos:
Jin merupakan salah satu dari makhluk ghaib, jin merupakan makhluk
yang bersifat hawa (udara) atau api , berakal, tersembunyi dapat berbentuk dengan
berbagai bentuk dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan berat. Sayyid sabiq mendefinisikan jin sebagai sejenis ruh yang berakal,
berkehendak, mukallaf (dibebani tugas-tugas oleh Allah) sebagaimana bentuk
materi dari manusia akan tetapi luput dari jangkauan indra atau tidak dapat terlihat
sebagaimana keadaannya yang sebenarnya atau bentuknya yang sesungguhnya
dan mereka mempunyai kemampuan untuk tampil dalam berbagai bentuk. Dan jin
pun memang hampir sama persis dengan manusia dalam bentuknya, tugasnya
67
maupun tabiatnya yang mana jin ada laki-laki dan ada jin perempuan dan juga jin
ada yang mukmin ada juga yang kafir65
. Allah SWT berfirman:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku.”
(Q.S: Adz Dzaariyaat: 56)
“dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah
bagi mereka dosa dan kesalahan”.
(Q.S. Al-Jin: 6)
“dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang saleh dan di antara
Kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah Kami menempuh jalan yang
berbeda-beda”.
(Q.S. Al-Jin: 11)
Jadi berdasarkan ayat-ayat diatas jin merupakan suatu makhluk yang
sebenarnya hampir sama persis kehidupannya dengan manusia, yang tugasnya
untuk menyembah kepada Allah, bentuknya atau jenisnya pun ada yang laki-laki
65
Sayid sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 58
68
dan perempuan, sifat-sifatnya ada yang baik (mukmin) atau jahat (kafir) , yang
membedakan dari wujudnya yang tidak bisa dilihat oleh panca indra manusia.
4. Scene 4
Scene ini menggambarkan Ali yang sedang duduk disebuah ruangan dalam
rumah sakit jiwa membacakan surat An-Nas dan Al-Falaq berulang-ulang, namun
tiba-tiba ruangan yang ditempati Ali menjadi menakutkan seperti ada yang
mengawasi Ali dan hal itu membuat Ali semakin panik kemudian muncul sosok
yang datang didepan Ali. Ternyata yang muncul didepan Ali bukan seperti yang ia
bayangkan melainkan Gabriel.
Tabel 4.4
Visual Dialog Type of Shot
Ali: membaca QS:
Al-Falaq 1-5 & QS:
An-Nas 1-6
Ali : Siapa disana?
Long Shot: gambar diambil
dari jarak jauh, sehinga
objek dan belakangnya
68ampak jelas.
Medium Close up: gambar
diambil dari mulai dada
sampai kepala.
Menampilkan ekspresi Ali
yang ketakutan.
69
Visual
Dialog
Tidak ada dialog
Ali: Gabriel, ternyata
kau. Syukurlah
Type of Shot
Medium Close up: gambar
diambil dari mulai dada
sampai kepala.
Long Shot: gambar diambil
dari jarak jauh, sehingga
objek dan belakangnya
nampak jelas.
Dengan latar belakang
sebuah ruangan yang agak
gelap.
a. Denotasi:
Pada gambar pertama menjelaskan, dengan gelisah dan ketakutan Ali
ketika sedang membaca surat Al-Falaq dan An-Nas berulang kali. Pada gambar
kedua Ali mulai tampak lebih ketakutan tidak berani menatap pandangan ke depan
dengan berkata “siapa disana”. Pada gambar ketiga Ali terkejut dengan kehadiran
seseorang yang muncul di depannya. Pada gambar keempat Ali mulai menatap
pandangan kedepan setelah ia tahu sosok yang datang menghampirinya sembari
berkata “Gabriel, ternyata kau, syukurlah”.
70
b. Konotasi:
Ali yang sedang terkurung disebuah ruangan di rumah sakit jiwa dan
sedang membaca surat An-Nas dan Al-Falaq merasa panik dan terkejut dengan
suasana ruangan yang gelap seolah-olah sedang ada yang mengawasinya, dia
membaca surat An-Nas dan Al-Falaq berulang kali dengan mulai gemetaran
karena seperti ada yang ingin mengganggunya. Ali mulai menundukan
pandangannya karena seperti sesuatu yang ingin menghampirinya semakin dekat
dan nafasnya terengah-engah ketakutan. Tiba-tiba muncul seseorang didepan Ali
dan itu adalah Gabriel, Ali pun menjadi lega setelah mengetahui yang
menghampirinya adalah Gabriel.
c. Mitos:
Membaca surat An-Nas dan Al-Falaq berulang-ulang merupakan memiliki
manfaat dan keutamaan salah satu cara memohon perlindungan kepada Allah dari
sesuatu yang membuat diri kita merasa terancam atau was-was. Dalam suatu
hadits menjelaskan
“Barang siapa yang takut akan godaan setan atau manusia atau takut
akan kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia bacalah surat Al-Falaq dan
An-Nas sebanyak 100 kali”.
Manfaat dan keutamaan lain dalam membaca surat an-Nas dan al-Falaq
ialah dari Uqba bin Amar RA meriwayatkan “Muhammad SAW berkata
kepadaku di dalam suatu perjalanan:
“Maukah kamu belajar dua surat yang luar biasa.‟ Aku menjawab „ya,
ajarkanlah padaku.‟ Nabi mengajarku surat Al Falaq dan Surah An-Nas . Ia
mengulang surat-surat yang sama ketika shalat Magrib hari itu. Lalu ia berkata
kepadaku, „Kamu harus membaca kedua surat ini ketika hendak berangkat tidur
maupun ketika baru bangun tidur.”
(Thirmidhi, Abu Dawud, & Nasai)
71
Sayyidiah‟ Ali r.a. menerangkan:
“pernah Rasulullah s.a.w. digigit kala, kemudian Beliau mengambil air garam.
Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas lalu disapukan pada anggota
badan yang digigit kala tadi”.
Membaca ayat-ayat Allah pastilah sangat baik dan bernilai pahala yang
berlipat ganda serta membawa syafa‟at bagi orang-orang yang apabila
membacanya, selain itu pula dalam membaca ayat Allah di setiap suratnya
ternyata terdapat berbagai macam manfaat salah satunya pada surat An-Nas dan
Al-Falaq yang memiliki manfaat dan keutamaan yaitu sebagai doa-doa pelindung
diri dari godaan setan, sebagai obat penyakit karena dari perbuatan syaitan atau
manusia. Diantara kedua manfaat dan keutamaan tersebut sangatlah berguna
dalam kehidupan seorang muslim.
5. Scene 5
Scene ini menggambarkan Jasmine yang merasa tidak nyaman dengan
sesuatu hal yang penting yang dia tutupi dari Shawn, ketika ia sedang melamun
memikirkan suatu hal penting tersebut dikamar Shaw menghampiri Jasmine yang
khawatir dengan keadaan Jasmine yang tiba-tiba terlihat murung, hingga akhirnya
Jasmine mengaku telah berbohong kepada Shawn bahwa ia sebenarnya tidak bisa
hamil karena ia mandul. Jasmine berbohong kepada Shawn karena ia takut
diceraikan oleh Shawn. Mendengar pengakuan dari Jasmine tersebut, membuat
Shawn terkejut tidak percaya dengan yang terjadi dan membuat Shawn terdiam
menerima kenyataan yang ia terima.
72
Tabel 4.5
Visual Dialog Type of Shot
Jasmine: Ada sesuatu yang
ingin aku katakan padamu,
tapi aku tak tahu
bagaimana.
Shawn: Baiklah apapun itu
kita jalani akan kita lewati
seperti yang kita lakukan.
Jasmine: aku tak bisa
punya anak Shawn.
Shawn: apa yang kau
katakan.
Medium Close Up, gambar
diambil mulai dari dada
sampai kepala.
Menampilkan ekspresi cemas
Close Up, gambar diambil
kepala penuh.
Menampilkan ekspresi
merayu.
Medium Close Up, gambar
diambil mulai dari dada
sampai kepala.
Dengan latar belakang
sebuah kamar.
Medium Close Up.
menampilkan rasa penasaran
Shawn.
73
Visual
Dialog
Jasmine: maksudku ini
tidak akan mungkin, aku
tidak bisa punya anak.
Shawn: sejak kapan kau
tahu?
Jasmine: sudah lama, aku
tahu aku seharusnya
memberitahumu, tapi aku
takut 73alua kau nanti
meninggalkanku, aku tak
ingin berbohong padamu.
Shawn: (terdiam sambil
menghela nafas menerima
kenyataan yang ia
dapatkan)
Type of Shot
Medium Close Up, terlihat
ekspresi sedih Jasmine ketika
berbicara.
Medium Close Up,
menampilkan rasa tak
percaya Shawn sembari
bertanya kepada Jasmine.
Medium Close Up,
menampilkan ekspresi
penyesalan Jasmine karena
telah berbohong kepada
Shawn.
Medium Close Up, gambar
diambil mulai dari dada
sampai kepala.
74
a. Denotasi:
Pada gambar pertama menampilkan Jasmine yang tiba-tiba cemas ketika
Shawn mengingatkan perkataannya minggu lalu untuk segera punya anak,
kemudian hal itu membuat Jasmine ingin segera jujur kepada Shawn dengan
berkata “Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, tapi aku tak tahu
bagaimana”. Gambar kedua memperlihatkan Shawn yang menghampiri Jasmine
yang terlihat murung sembari menenangkannya dengan berkata “Baiklah apapun
itu kita jalani ,akan kita lewati seperti yang kita lakukan”. Gambar ketiga
menampilkan Jasmine yang mulai berterus terang dan berkata “aku tidak bisa
punya anak Shawn”. Gambar keempat menampilkan ekspresi Shawn yang sedikit
terkejut dan bingung apa maksud dari Jasmine dengan berkata “apa yang kau
katakan” dengan suara yang pelan. Gambar kelima memperlihatkan kesedihan
Jasmine ketika berbicara dengan Shawn dengan berkata “ini tidak akan mungkin,
aku tidak bisa punya anak”. Gambar keenam menampilkan keterkejutan dari
ekspresi Shawn, ia bertanya kepada Jasmine “sejak kapan kau tahu?”. Gambar
ketujuh menampilkan wajah Jasmine dengan ekspresi menyesal dan berkata
“sudah lama, aku tahu aku seharusnya memberitahumu, tapi aku takut kalau kau
nanti meninggalkanku, aku tak ingin berbohong padamu”. Gambar kedelapan
menampilkan ekspresi ketidakpercayaan Shawn dari raut wajahnya, dengan
terdiam sembari menghela nafas dengan bersabar menerima kenyataan yang ia
dapatkan.
75
b. Konotasi:
Jasmine yang sedang merapikan pakaian di kamar tiba-tiba berubah
menjadi murung ketika diingatkan kembali oleh Shawn untuk segera memiliki
anak. Shawn kemudian menghampiri Jasmine kekamar setelah dari kamar mandi.
Melihat Shawn menghampiri, Jasmine ingin menyampaikan sesuatu yang terasa
mengganjal di hatinya, akan tetapi ia sedikit ragu untuk menjelaskannya. Melihat
Jasmine yang terlihat tidak begitu baik, Shawn kemudian mencoba menangkan
Jasmine dan meyakininya tentang apapun yang terjadi. Kemudian Jasmine mulai
memberanikan diri apa yang mengganjal di hatinya bahwasannya Jasmine telah
berbohong kepada Shawn tentang kesuburan dirinya untuk bisa punya anak,
Jasmine berkata kepada Shawn bahwa ia tidak bisa punya anak atau mandul.
Mendengar perkataan Jasmine, Shawn sedikit terkejut dan tidak percaya dengan
bertanya kepada Jasmine tentang apa yang ia katakan. Kemudian Jasmine
menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca, bahwasannya dia tidak mungkin
untuk memiliki anak karena dia mandul, Shawn yang masih tidak percaya kembali
bertanya sejak kapan Jasmine di diagnosa mandul. Jasmine menjawab bahwa ia
mandul sejak lama, sambil menyesal seharusnya dia jujur dari awal kepada Shawn
tentang hal tersebut, akan tetapi Jasmine takut apabila dia diceraikan dan
kehilangan Shawn. Kemudian Shawn terdiam sejenak sambil menghela nafas
untuk sedikit menenangkan diri dan menerima kenyataan yang ia terima.
76
c. Mitos:
Berbohong atau melakukan suatu kebohongan dalam ajaran Islam adalah
haram hukumnya, bahkan berbohong dalam Islam dipandang sebagai salah satu
sifat kekufuran dan kemunafikan. Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
105. “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang
pendusta”.
(Q.S. an-Nahl: 105)
Akan tetapi dalam keadaan tertentu atau keadaan yang memaksa untuk
berbohong Islam memberi kelonggaran. Hal ini dijelaskan oleh beberapa hadits-
hadits yang shahih tentang bolehnya berbohong pada kasus-kasus tertentu. Hadist
Ummu Kultsum:
عأوكهخىوثتعمجخأخجزته:أهبطعترطىلللاصهللاعههوطهىمىل:نضانكذاة
انذصهخثانبصفخزاأومىلخزا
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah
SAW bersabda: "Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia
(yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik".
[Muttafaqun 'Alaih]
Di dalam riwayat Al Imam Muslim terdapat tambahan:
ونىأطعزخصفشءيبمىلانبصكذةإالفحالثانذزةواإلصالحثانبصوددجانزجم
ايزأتهوددجانزأحسوجهب
77
Artinya: "Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan
rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam
perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya
dan pembicaraan istri pada suaminya".
Dalam film Jinn ini kasus yang terjadi yaitu sang Istri (Jasmine) yang telah
membohongi suaminya (Shawn) tentang perihal kemandulan yang tidak
diungkapkan kepada Shawn karena Jasmine takut Shawn menceraikannya. Hal ini
berkaitan dengan hadis diatas penjelasan ini lebih ditekankan melalui hadits
Asma‟ binti Yazid
لبلرطىلللا تشدلبنت بءث أط جم»-وطهىصهللاعهه-ع ثانز فحالثذد ان كذةإال الذم
ان بص هخث ةوان كذةنص ضهبوان كذةفان ذز زأتهنز ىدفددخه«.اي هخان كذة»ولبليذ الص
فحالث ىلبلأثىع«.إال خخ ددجاث ي بءإال ددجأط زفهي الع ظهذاددجدظ
Dari Asma' binti Yazid dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Bohong itu tidak
halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho
istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara
manusia".
Tiga keadaan seseorang boleh berbohong dari Ummu Kultsum RA ia
berkata: "Saya tidak pernah mendengar Rasulullah SAW memberi kelonggaran
berdusta kecuali dalam tiga hal: [1] Orang yang berbicara dengan masud hendak
mendamaikan, [2] orang yang berbicara bohong dalam peperangan dan [3]
suami yang berbicara dengan istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya
(mengharapkan kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)".
(HR. Muslim)
Berdasarkan hadits-hadits diatas maka kita bisa memaknai suatu
kebohongan yang diperbolehkan demi kebaikan, Islam memberikan kelonggaran
atau keringanan ketika berbohong karena ada maslahat yang besar demi menjauhi
suatu keburukan atau yang tidak diinginkan terjadi.
78
6. Scene 6
Scene ini menggambarkan ketika Shawn mulai berhalusinasi memasuki
sebuah gua untuk mencari istrinya yang hilang yang didalamnya terdapat jin yang
menyerupai dirinya dan ia menanyakan kenapa jin tersebut terus menerus
mengganggu dan menghilangkan keluarganya turun temurun. Jin pun menjawab
pertanyaan Shawn lalu merayu Shawn untuk bersekutu dengannya dengan
menjanjikan akan memberikan apa saja yang Shawn inginkan. Namun Shawn
tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh jin tersebut dan hanya mananyakan
dimana istrinya. Jin tersebut pun kesal dan menyerang Shawn.
Tabel 4.6
Visual Dialog Type of Shot
Shawn: Kenapa kau
melakukan ini?
Jin: Kenapa? Semua orang
yang kau sayangi telah
pergi, dan seperti
permulaan hanya ada aku.
Aku selalu ada disana.
Selalu tahu apa yang kau
Close up: gambar
diambil dari kepala
penuh.
Medium Close up:
gambar diambil mulai
dari dada sampai
kepala.
79
Visual
Dialog
mau. Tidakkah kau mau
ikut denganku. Aku bisa
menawarkan sesuatu yang
lebih. Kau bisa jadi raja.
Memiliki ribuan anak, dari
ribuan Jasmine.
Shawn: aku tidak ingin
semua itu. Aku hanya ingin
satu orang, istriku.
Sekarang dimana dia?
Jin: Perang akan datang
Shawn. Tidak 79ka nada
manusia ataupun jin bisa
menghentikanku.
Shawn: mungkin
menurutmu tidak ada, tapi
aku yang akan
menghentikanmu.
Type of Shot
Close up: gambar
diambil kepala.
Menampilkan ekspresi
sedikit emosi.
Close up: gambar
diambil kepala penuh.
Close up: gambar
diambil kepala penuh.
80
Visual
Dialog
Jin: (bangkit dan
menyerang Shawn)
Shawn: (terbangun dari
halusinasinya) membaca
ta‟awudz.
Type of Shot
Medium Shot:
menampilkan bagian
pinggang ke atas.
Close Up:
menampilkan wajah
secara penuh
a. Denotasi:
Pada gambar pertama menampilkan Shawn yang masuk kedalam gua dan
melihat jin yang menyerupainya, kemudian ia bertanya kepada jin dengan berkata
“kenapa kau melakukan ini?”. Pada gambar kedua jin yang sedang duduk mulai
memandang Shawn dan menjawab pertanyaan Shawn dengan berkata “Kenapa?
Semua orang yang kau sayangi telah pergi, dan seperti permulaan hanya ada aku.
Aku selalu ada disana. Selalu tahu apa yang kau mau. Tidakkah kau mau ikut
denganku. Kami bisa menawarkan sesuatu yang lebih. Kau bisa jadi raja.
Memiliki ribuan anak, dari ribuan Jasmine”. Pada gambar ketiga memperlihatkan
ketidakpedulian Shawn dengan rayuan sang jin dan berkata “aku tidak ingin
semua itu. aku hanya ingin satu, istriku. Sekarang dimana dia?”. Gambar keempat
81
memperlihatkan jin yang kesal karena Shawn tak mau dari ajakannya bangkit dari
duduknya dan menghampiri Shawn seraya berkata “Perang akan datang Shawn.
Tidak akan ada manusia ataupun jin bisa menghentikanku”. Gambar kelima
memperlihatkan Shawn yang menantang sang jin dengan berkata “mungkin
menurutmu tidak ada, tapi aku yang akan menghentikanmu”. Gambar keenam
memperlihatkan Jin yang langsung menyerang Shawn dengan cepat tanpa ada
dialog. Gambar ketujuh memperlihatkan Shawn yang terbangun dari
halusinasinya kemudian berucap “Audzubillahiminasyaitonirrajim”.
b. Konotasi:
Shawn yang sedang duduk dalam sebuah pabrik tiba-tiba berhalusinasi,
sesuatu memasuki pikirannya, dan terdapat bayangan bahwa ia memasuki sebuah
gua yang gelap untuk mencari keberadaan Jasmine yang didalamnya terdapat
seseorang yang menyerupai dirinya yang ternyata itu adalah sosok jin, kemudian
Shawn bertanya kepada jin tersebut, akan tetapi jin tersebut mencoba untuk
merayunya dengan memberikan apa yang diinginkan Shawn. Salah satunya untuk
memilik anak dari apa yang tak mungkin bisa ia dapat dengan Jasmine. Lalu
Shawn tidak menginginkan semua itu, dia tidak mengiyakan apa yang di tawarkan
sang jin dan hanya mau tahu dimana Jasmine berada. Jin pun kesal dengan sikap
Shawn yang menolak ajakannya. Sang jin yang awalnya duduk kemudian mulai
berdiri dan menyatakan perang akan dimulai dan tak ada yang bisa
mengalahkannya, Shawn pun justru menantang balik bahwa dirinya yang bisa
mengalahkannya dan tiba-tiba jin menyerang Shawn dengan cepat lalu tiba-tiba
Shawn tersadarkan dari halusinasinya.
82
c. Mitos:
Jin atau syaitan selalu berusaha menipu daya manusia untuk menyesatkan
manusia dari kebenaran dan menjadikan orang yang terpengaruh terjerumus
kedalam api neraka. Sejak zaman nabi Adam AS syaitan telah memproklamirkan
permusuhannya dengan menyerahkan seluruh hidup dan jiwanya untuk
menyesatkan dan menghancurkan anak cucu adam. Tipu daya syaitan salah
satunya janji manis syaitan. Allah SWT berfirman:
120. “syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka, Padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada
mereka selain dari tipuan belaka”.
121. “mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari
dari padanya”.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
83
sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka
telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan
mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
Berdasarkan firman-firman Allah diatas sudah seharusnya sebagai orang
yang beriman mengetahui janji-janji manis jin atau syaitan dan kita sebagai
seorang mukmin harus berusaha untuk tidak terpedaya dengan menghindarinya
agar tidak terhasut oleh janji manisnya, karena pada intinya ketika manusia sudah
terbujuk rayu janji manis syaitan bukan kesenangan dan kenikmatan yang di dapat
melainkan kemurkaan Allah SWT, karena janji manis syaitan merupakan sebuah
kesesatan dan akan menenggelamkan kita ke dalam kemungkaran yang pada
akhirnya menjadikan diri kita menjadi orang yang menderita di dunia dan akhirat.
B. Representasi Makna dalam Film Jinn
Berlandaskan pemahaman representasi yaitu pemaknaan dan
penggambaran pada suatu hal yang menjadi sesuatu yang memiliki makna tertentu
dan disepakati secara universal. Pemaknaan bisa disamakan bila kita memiliki
pengalaman yang sama dan pengalaman sendiri yang berkaitan dengan budaya
yang ada. Juga berdasarkan pengertian dari nilai keislaman yaitu melakukan
sesuatu atau perbuatan dan suatu hal yang berhubungan dengan islam yang
berlandaskan Al-Quran dan Hadits.
Jadi representasi nilai keislaman adalah bagaimana nilai-nilai yang
berkaitan dengan keislaman digambarkan dan dimaknai secara luas
penggambaran-penggambaran tersebut berdasarkan didasarkan pada pokok-pokok
ajaran tersebut, yakni akidah, syariah dan akhlak. Pengalaman atau budaya yang
84
terbentuk. Maka penulis meneliti penggambaran yang ada di dalam cerita yaitu
perbuatan dan suatu hal yang masuk dalam bentuk-bentuk nilai keislaman yang
terdapat pada film Jinn.
Film Jinn merupakan film garapan Exxodus Pictures karya Ajmaal Zaheer
Ahmad. Film ini termasuk film bergenre horror thriller dimana terdapat adegan-
adegan yang menyuguhkan tentang nilai keislaman. Film ini mengandung
representasi nilai keislaman yang diwakilkan oleh Shawn yang tidak mau
terjerembab oleh jin untuk menguasai hidupnya dan melakukan perlawanan
dengan nilai keislaman yang terdapat didalamnya yakni aqidah, syariat dan
akhlak, yaitu:
1. Nilai Aqidah.
Nilai aqidah dalam film ini direpresentasikan saat Shawn yang diberi
nasihat oleh ayahnya yang telah meninggal dalam sebuah video untuk
mempercayai adanya makhluk yang ghaib yang itu nyata adanya yaitu merupakan
jin atau syaitan, yang mana sebelumnya Shawn tidak begitu tahu dan merupakan
sesuatu yang tabu baginya sebelum dia mulai diganggu oleh jin, kemudian ia
mulai mempercayainya setelah apa yang dikatakan ayahnya memang benar karena
ia dan Jasmine sedang di ganggu oleh sesuatu yang tidak mereka pahami.
Beriman atau percaya kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas
dari akidah Islam, bahkan merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki
oleh Allah SWT. Bagi setiap orang muslim, wajib beriman kepada yang ghaib,
tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas‟ud mengatakan:
85
“Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari
kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya”.
Begitu juga jin, jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, karena
banyak ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi yang menerangkan tentang
wujudnya. Walaupun jin itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah berarti ia tidak
ada. Sebab berapa banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan
tetapi benda itu ada. Dan percaya kepada yang ghaib merupakan bentuk taqwa
kepada Allah yang mana Dalam firman Allah SWT:
1. Alif laam miin 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa. 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib[,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami
anugerahkan kepada mereka. 4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18]. 5.
mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung[19].
(Q.S. Al-Baqarah: 1-5)
86
Beriman kepada yang ghaib merupakan salah satu dari rukun iman. itu
artinya kita mempercayai dan meyakini bahwa segala sesuatu yang ghaib atau
yang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata itu benar adanya. Jin merupakan salah
satu makhluk ghaib ciptaan Allah selain malaikat, iblis atau syaitan berdasarkan
hadits dan ayat Al-Quran diatas mempercayai atau beriman kepada makhluk ghaib
yakni jin dan malaikat keduanya wajib hukumnya bagi seorang muslim yang
beriman bertaqwa dan sudah seharusnya kita sebagai muslim yang taat dan
beriman harus menjalankannya.
2. Nilai Syariat
Nilai syariat pada film ini dimulai dari prolog penciptaan makhluk yang
ada di bumi ini yang bahwasannya hal tersebut tergambarkan dalam Al-Quran
tentang penciptaan manusia, malaikat dan jin yang ada di dalam ayat Al-Quran
merupakan nilai syariat sebagai pedoman.
Nilai syariat lainnya dalam film ini direpresentasikan salah satunya adalah
ketika Shawn tidak mau bersekutu dengan syaitan dan hal itu merupakan sebuah
bentuk syirik yang sangat berdosa besar dan itu merupakan larangan dalam syariat
Islam atau hukum Islam.
Shawn yang sedang berhalusinasi dirayu oleh syaitan untuk ikut menjadi
pengikut syaitan tersebut dengan janji memberikan imbalan apapun yang Shawn
mau, akan tetapi Shawn tidak terbujuk oleh tipu daya syaitan tersebut dengan
menolaknya dan membuat syaitan tersebut murka.
Nilai syariat salah satunya adalah perintah untuk tidak berbuat syirik
dalam hukum Islam, yang mana syirik atau menyekutukan Allah Azza wa Jalla
87
adalah sesuatu yang amat diharamkan dan secara mutlak ia merupakan dosa yang
paling besar. Sebagai seorang muslim yang bertaqwa sudah seharusnya kita
mentaati perintah tersebut, Allah SWT berfirman:
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar".
(Q.S. Luqman: 13)
Kemudian nilai syariat juga di representasikan ketika pada suatu malam
Ali yang sedang sendirian di dalam ruangan di sebuah rumah sakit jiwa dalam
kegelapan melantunkan ayat-ayat Allah yaitu surat An-Nas dan Al-Falaq secara
terus menerus karena ia dilanda rasa ketakutan dalam kesendiriannya dalam
ruangan tersebut.
Membaca ayat-ayat Allah merupakan salah satu bentuk nilai syariat atau
nilai ibadah dalam islam yang bernilai pahala berlipat ganda serta membawa
syafa‟at bagi orang-orang yang apabila membacanya, Membaca Al-Quran atau
kalamullah adalah sebuah anjuran untuk selalu dilakukan umat muslim, seperti
yang tertera dalam Al-Quran pada ayat di bawah ini:
88
“bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al-Ankabuut: 45)
Nilai syariat berikutnya ialah ketika Jehangir mulai diserang oleh jin
syaitan kemudian ia membacakan taawudz sebagai bentuk perlindungan.
Membaca taawudz merupakan anjuran bagi seorang mukmin untuk meminta
perlindungan kepada penciptanya. Yang mana dalam firman Allah SWT:
200. “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada
Allah[590].” [590] Maksudnya: membaca A'udzubillahi minasy-syaithaanir-
rajiim.
(Q.S. Al-A‟raaf: 200)
Nilai syariat merupakan bagian dari nilai keislaman yang harus kita taati
dan lakukan yang akan menghasilkan kebaikan dan manfaat bagi seseorang dalam
berkehidupan karena syariat atau hukum-hukum Allah SWT sudah pasti benar dan
tidak ada keraguan bagi kita untuk tidak mengerjakannya.
3. Nilai Akhlak
Nilai akhlak dalam film ini direpresentasikan ketika Jasmine berbohong
kepada Shawn untuk memiliki keturunan bahwa sebetulnya ia tidak bisa memiliki
anak, sebenarnya Jasmine tidak mau berbohong tentang hal tersebut namun ia
merasa belum siap untuk jujur. Walaupun berbohong dalam hal ini diperbolehkan
89
(makruh), karena hal tersebut ia lakukan karena tak ingin membuat Shawn kecewa
lalu menceraikan ia seperti yang ia takuti.
Berbohong merupakan salah satu nilai akhlak yakni akhlak buruk atau
akhlak madzmumah dimana suatu perbuatan yang tercela yang mana harus kita
hindari perbuatan tersebut bila tidak ada udzur, Rasulullah pernah bersabda
tentang perbuatan bohong melalui hadits dibawah ini:
كى عه : وطه ى ه عه للا صه للا ل رطى لبل : لبل ه ع للا رض د عى يظ ث للا عج د ع فإ ، ق د ثبنص
جمص شالانز ،ويب إنان ج خ ه د ان جز ،وإ إنان جز قه د د تتانص ك قدت د يانص دقوتذز
ره د ان فجى ر،وإ إنان فجى ان كذةه د وان كذة،فإ ،وإ بكى مب صد دللا شالع إنان بر،ويب
يان كذةدت ذةوتذز جمك اثبانز دللاكذ تتع ك
Dari „Abdullâh bin Mas‟ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Hendaklah kalian selalu berlaku jujur,
karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan
seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih
jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh
kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan
kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa
berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta
(pembohong).‟”
(H.R. Ahmad)
Nilai akhlak termasuk dari salah satu nilai keislaman yang mana nilai
akhlak menjadi suatu bentuk dari ketaqwaan manusia apabila melakukan akhlak
yang baik dan tidak melakukan akhlak yang buruk. Karena nilai akhlak norma-
normanya berhubungan dan terkait dengan Allah serta merupakan ibadah
kepadanya.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengamati dan menganalisis bab sebelumnya, penyimpulan hasil
pada skripsi ini mengacu kepada permasalahan yang ada. Representasi nilai
keislaman dalam film “Jinn” disampaikan melalui tokoh-tokoh yang berperan
dalam film tersebut, tersaji dalam bentuk dialog, perilaku, karakter dan kejadian
dalam film “Jinn”. Maka kesimpulan peneliti terhadap masalah tersebut sebagai
berikut:
1. Makna Denotasi
Analisis film Jinn memiliki makna denotasi sebagai film yang
menggambarkan bagaimana nilai-nilai keislaman yang terdapat dalam agama
Islam dialami oleh para pemeran dengan latar belakang sebuah cerita horror
thriller. Film ini merepresentasikan nilai keislaman yang diwakili oleh para
pemeran yaitu Jehangir, Shawn, Jasmine dan Ali yang menggambarkan suatu hal
atau perbuatan yang terdapat nilai keislamannya, seperti:
a) Nilai aqidah, dalam hal mempercayai adanya makluk ghaib.
b) Nilai syariat, dalam hal tidak menyekutukan Allah, membaca
taawudz untuk meminta perlindungan Allah, dan melakukan nilai
ibadah dengan membaca Al-Quran.
c) Nilai akhlak, dalam hal nilai akhlak madzmumah yaitu untuk tidak
berbohong.
91
2. Makna Konotasi
Makna konotasi yang terdapat pada film Jinn digambarkan bagaimana
Islam mewajibkan seorang muslim mempercayai tentang adanya sesuatu yang
ghaib dalam scene ketika Shawn menonton video pesan terakhir ayahnya yang
menyuruh dia untuk percaya terhadap hal ghaib yang akan ada didalam hidupnya.
Dalam cerita ini juga digambarkan bagaimana nilai-nilai keislaman dilakukan
dalam bentuk nilai syariat atau ibadah ketika Ali membaca surat An-Nas ketika
sendirian dalam kegelapan malam disuatu ruangan dan nilai syariat atau hukum
tentang larangan menyekutukan Allah dalam bentuk rayuan jin terhadap Shawn
untuk menjadi pengikutnya dengan imbalan memberikan apa yang Shawn mau,
akan tetapi Shawn menolaknya, karena itu merupakan bentuk perbuatan syirik.
Kemudian pada scene berikutnya ketika Jasmine membohongi Shawn tentang
kemandulannya yang ia tutupi sebagai bentuk berbohong demi kebaikan yang ada
dalam Islam.
3. Mitos
Dari hasil analisis data mitos pada keenam scene film Jinn yang
menampilkan sebuah cerita horror yang dibalut dengan nilai-nilai keIslaman
seperti percaya pada yang ghaib atau makhluk ghaib yang merupakan kewajiban
dalam Islam kepada umatnya, kemudian bagaimana Islam melarang untuk berbuat
syirik dan menganjurkan untuk membaca Al-Quran kepada umatnya, serta
melarang umatnya untuk berbohong apabila tidak ada udzurnya.
92
B. Kritik dan Saran
Kritikan penulis terhadap film ini terdapat pada kurangnya tokoh pemeran
terutama tidak adanya sosok seorang tokoh agama yang mewakili Islam dalam
film ini yang bisa memberikan nilai lebih unsur keIslamannya, yang mana dalam
film ini hanya menampilkan tokoh pendeta yang membantu dan memberikan
pandangan tentang melawan Jin.
Menurut penulis, akan lebih baik apabila sutradara dalam hal ini
menyeimbangkan nilai agama baik dari Islam ataupun Kristen dengan
menghadirkan sosok dua tokoh pemuka agama agar terjadi keseimbangan dalam
penyampaian nilai keagaaman di film ini.
93
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Arifin, Anwar. Sistem Komunikasi Indonesia, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media cet ke-1, 2011.
Akbar, Budiman. Semua Bisa menulis Skenario Panduan teknik menulis skenario
untuk film dan sinetron. Jakarta: Erlangga, 2015.
Anshari, Ending Saifuddin. Wawasan Islam Pokok-Pokok Fikiran tentang Islam
dan Ummatnya, Jakarta: CV. Rajawali, 1969.
Baskin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya cet-1, 2016.
Baker, Chris. Cultural Studies: Teori dan Praktek, Bantul: Kreasi Wacana Offset,
2000.
Danesi, Marcel. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Effendi, Heru. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga, cet ke-2, 2014.
Efendi, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Cipta
Aditya Bakti, 2003.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis,
2001.
Hoedoro Hoed, Beny. Semiotika & Dinamika Sosial Budaya, Bandung:
Komunitas Bambu, 2014.
Johannes Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Miles, Matthew dan Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1992.
Morissan. Media Penyiaran:Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Tangerang:
Ramdina Prakarsa, 2005.
Morissan dan Andy Corry Wardhany. Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas budaya, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
94
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: Lkis, 2009.
Saputra Harahap, Arifin. Jurnalistik Televisi Teknik Memburu dan Menulis Berita.
Jakarta: Indeks, 2007.
Siragih, Asmaran Ahmad. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000.
Sobur, Alex Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya cet ke-4, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2009.
Yusran Biran, Missbach. Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia,
2014.
Internet:
http://www.huffingtonpost.com/2014/04/12/jinn-horror-movie_n_5128470.html
diakses pada tanggal 18 Oktober 2016
https://en.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Dresser diakses pada tanggal 6
Desember.
https://en.wikipedia.org/wiki/Ajmal_Zaheer_Ahmad diakses pada tanggal 6
Desember.
https://en.wikipedia.org/wiki/Ray_Park diakses pada tanggal 6 Desember.
https://en.wikipedia.org/wiki/Serinda_Swan diakses pada tanggal 6 Desember.
https://en.wikipedia.org/wiki/Dominic_Rains diakses pada tanggal 6 Desember.
https://en.wikipedia.org/wiki/William_Atherton diakses pada tanggal 6 Desember.
https://en.wikipedia.org/wiki/Faran_Tahir diakses pada tanggal 6 Desember.
95
LAMPIRAN
96