15
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok bahasan pertama menguraikan rancangan penelitian. Kedua, menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Ketiga, menguraikan ruang lingkup penelitian. Keempat, tentang lokasi penelitian. Kelima, menguraikan jenis dan sumber data penelitan. Keenam, berkaitan dengan metode dan teknik pengumpulan data. Ketujuh, metode dan teknik analisis data. Kedelapan, menyangkut metode dan teknik penyajian analisis data. 3.1 Rancangan Penelitian Sebelum dilakukan penelitian, perlu disiapkan rancangan penelitian dengan cakupan komponen-komponen yang diperlukan. Rancangan penelitian dapat membimbing peneliti dalam proses pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Rancangan penelitian juga menentukan kemungkinan generalisasi, yakni interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap situasi-situasi yang berbeda (Moleong, 1994: 236). Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kajian budaya, yang merupakan bidang penelitian multidisiplin, sehingga mengaburkan batas-batas dirinya dengan subjek lain (Barker, 2006: 7). Kajian budaya merupakan bagian dari ilmu humaniora. Sesuai dengan hakikat ilmu humaniora, menurut Ratna (2010: 508), objektivitas hasil penelitian tidak didasarkan atas pembuktian, generalisasi, melainkan pemahaman, sebagai 74 Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok bahasan pertama

menguraikan rancangan penelitian. Kedua, menjelaskan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian. Ketiga, menguraikan ruang lingkup penelitian.

Keempat, tentang lokasi penelitian. Kelima, menguraikan jenis dan sumber data

penelitan. Keenam, berkaitan dengan metode dan teknik pengumpulan data.

Ketujuh, metode dan teknik analisis data. Kedelapan, menyangkut metode dan

teknik penyajian analisis data.

3.1 Rancangan Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, perlu disiapkan rancangan penelitian

dengan cakupan komponen-komponen yang diperlukan. Rancangan penelitian

dapat membimbing peneliti dalam proses pengumpulan data, analisis, dan

interpretasi. Rancangan penelitian juga menentukan kemungkinan generalisasi,

yakni interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap situasi-situasi

yang berbeda (Moleong, 1994: 236). Penelitian ini dirancang sebagai penelitian

kajian budaya, yang merupakan bidang penelitian multidisiplin, sehingga

mengaburkan batas-batas dirinya dengan subjek lain (Barker, 2006: 7).

Kajian budaya merupakan bagian dari ilmu humaniora. Sesuai dengan

hakikat ilmu humaniora, menurut Ratna (2010: 508), objektivitas hasil penelitian

tidak didasarkan atas pembuktian, generalisasi, melainkan pemahaman, sebagai

74

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 2: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

75

konstruksi transferabilitas. Penelitian bersifat terbuka, adanya perubahan

merupakan nilai tambah, bukan sebagai kegagalan. Oleh karena itu, penelitian ini

tidak menggunakan hipotesis dan variabel yang diperinci secara eksplisit.

Secara epistemologis kajian budaya termasuk ranah posmodernisme

sehingga analisisnya dilakukan melalui teori-teori poststrukturalisme. Sebelum

berkembangnya teori poststrukturalisme, strukturalisme sendiri telah menjadi

suatu mode filosofis di Perancis pada dekade 1960-an. Beberapa prinsip dasar

yang digunakan oleh tokoh-tokoh strukturalisme berasal dari teori linguistik

Ferdinand de Saussure (Bertens, 1996: 179). Berkat peranan Roman Jacobson dan

N. Trubetzkoy, linguistik mendapat kedudukan istimewa dalam ilmu pengetahuan

manusia karena dapat membuka kemungkinan untuk mempelajari sebagian dari

realitas manusia dengan cara objektif.

3.2 Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai cara untuk

mendekati objek dalam melakukan penelitian sehingga hakikat objek dapat

diungkapkan sejelas mungkin. Rohrberger dan Woods (dalam Ratna, 2010: 45)

menjelaskan bahwa pendekatan (approach) dalam penelitian adalah cara yang

dilakukan untuk mendekati objek penelitian sehingga karya budaya sebagai

struktur makna dapat diungkapkan secara jelas. Pendekatan penelitian menurut

Ratna (2010: 44), dapat bertitik tolak dari bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti.

Oleh karena itu, pendekatan penelitian ini mengacu pada induk bidang ilmu

peneliti, yaitu desain. Sehubungan penelitian ini telah dirancang sebagai penelitian

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 3: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

76

kajian budaya, maka pendekatan penelitian ini ditekankan pada desain posmodern,

yang menyangkut pembuatan simulasi desain ruang (arsitektur dan interior).

Desain posmodern lahir, sebagai akibat dari perkembangan desain

modern mendapat kritikan pada pertengahan abad ke-20. Hal inilah kemudian

melahirkan gerakan desain posmodern, yang membawa nilai-nilai baru sesuai

dengan semangat zaman yang sudah berubah. Desain modern tersebut

berkembang setelah dikembangkannya pendidikan desain oleh kelompok Bauhaus

di Jerman, yang mengajarkan metode desain secara ilmiah pada awal abad ke-20

(Widagdo, 2005: 181). Para pemerhati desain sepakat, bahwa revolusi industri di

Eropa pada abad ke-18 itulah yang menjadi titik tolak lahirnya desain. Oleh

karena, revolusi industri memicu tumbuhnya konsumerisme dan aneka barang

hasil industri sehingga memerlukan sentuhan desain.

Dalam bidang desain, penelitian kajian budaya merupakan pendekatan

baru, yang memiliki prinsip, aturan dan metode-metode yang khusus. Hal ini

diperkuat dengan pendapat Piliang (dalam Walker, 2010: xx--xxii) sebagai

berikut.

“Kajian budaya adalah pendekatan baru di dalam penelitian desain, dengan prinsip, aturan main dan metode-metode khusus, yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan strukturalisme. Di dalam kajian budaya (postrukturalisme), bukan kajian struktur yang ditekankan, tetapi perubahan, dengan melihat perlunya kekuatan subversif, ketakstabilan, permainan, kode ganda, eklektisisme, dan skizofrenia, yang mengembangkan penafsiran berorientasi ke depan, melalui mekanisme permainan bebas interpretasi”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian kajian budaya

berupa representasi posrealitas desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem)

Kabupaten Badung, merupakan sebuah proses pembacaan tanda atau kode

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 4: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

77

(decoding), di mana tanda diciptakan melalui kode-kode tertentu (encoding).

Akan tetapi, makna yang dikodifikasi (encoded meaning) tidak selalu sama

dengan makna yang dipahami (decoded meaning). Oleh karena, kajian budaya

memberi peluang kepada adanya perubahan, transformasi, dan kreativitas tanda,

sehingga diperoleh hal-hal baru atau makna baru yang dapat ditawarkan oleh

dunia pertandaan.

Oleh karena penelitian ini dirancang sebagai penelitian kajian budaya,

maka pendekatan penelitian ini diarahkan pada desain yang masuk ke ranah

budaya posmodern, yang berkaitan dengan postrukturalisme (semiotika). Wacana

semiotika pada bidang desain diawali oleh Robert Venturi, kemudian disusul oleh

Charles Jenks. Fungsi semiotika dalam desain adalah untuk membahas desain

menggunakan parameter filosofis. Dalam proses desain, semiotika digunakan

untuk mengevaluasi karya desain yang sudah diwujudkan (Widagdo,1993: 9).

Semiotika adalah teori tanda yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce

(1839--1914), seorang filsuf dari Amerika. Istilah semiologi, digunakan dalam

teori tanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de Sausure (1857--1913), pelopor

linguistik modern asal Swiss. Semiologi kemudian diaplikasikan sebagai ilmu

tentang tanda atau science of signs (Adams, 1996: 133). Dalam ranah budaya

posmodern, menurut Sachari (2005: 80) masalah tanda-tanda perlu dicermati

karena revolusi informatika dan komunikasi telah meruntuhkan sekat-sekat

antarnegara pada era global.

Penggunaan semiotika dalam penelitian kajian budaya ini juga berkaitan

dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, khususnya teori simulasi dan

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 5: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

78

teori dekonstruksi. Hubungan teori simulasi (Baudrillard) dengan semiotika,

terletak pada adanya relasi tanda, citra, dan kode, yang banyak terjadi pada

simulasi dalam masyarakat posmodern. Kemudian hubungan semiotika dengan

teori dekonstruksi Derrida adalah pada upaya membongkar tradisi filsafat agar

menjadi sistem simbol-simbol dan makna. Akan tetapi makna dalam dekonstruksi

tidak selalu sama, berbeda-beda sampai tak terhingga, sehingga disebut sebagai

semiotics of chaos atau semiotika ketidakberaturan

3.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah hasil simulasi desain Gedung Pusat

Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung yang dibuat menggunakan teknologi

komputer desain tiga dimensi (3D) dengan realitas virtual, dan desainnya yang

telah diwujudkan sebagai pembanding (lihat Gambar 3.1). Objek yang diteliti

ditekankan pada representasi posrealitas dari hasil simulasi desain ruang arsitektur

dan simulasi desain interior (lobby dan ruang tunggu) Kantor Bupati Badung.

Gambar 3.1 Simulasi Desain Gedung Puspem Badung (Sumber: CV Cipta Mandala/ Gomudha)

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 6: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

79

Teknologi yang telah digunakan untuk membuat desain ini merupakan

teknologi simulasi mutakhir yang masuk pada ranah budaya posmodern. Mengacu

kepada pendapat Yin (2002: 1--13), maka objek yang diteliti dapat mengunakan

metode studi kasus, karena ruang lingkup penelitian menyangkut fenomena

kontemporer (masa kini). Rumusan masalah dengan pertanyaan bagaimana atau

mengapa dapat diarahkan ke serangkaian peristiwa kontemporer. Penelitian

dengan metode studi kasus dapat memberikan nilai tambah pengetahuan, antara

lain untuk memahami fenomena sosial yang kompleks.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian tentang representasi

posrealitas desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung

merupakan studi kasus tunggal fenomena kontemporer. Oleh karena pembuatan

desain Gedung Puspem Badung menggunakan teknologi simulasi mutakhir, yang

telah mewarnai kehidupan budaya manusia Bali kontemporer dalam aktivitas

pembuatan desain gedung perkantoran. Teori-teori yang digunakan untuk

menjelaskan fenomena kontemporer ini, juga dapat diaplikasikan pada penelitian

dengan kasus yang serupa di Bali.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap

pembuatan desain arsitektural dan interior pada dimensi baru ruang, berupa desain

ruang-ruang elektronik buatan yang dilengkapi unsur gerak atau citra kronoskopi.

Penggunaan teknologi simulasi mutakhir ini telah menimbulkan implikasi

terhadap wacana tentang desain, dari cara mendesain ruang di dalam dunia fisik

nyata menggunakan elemen-elemen material, fisikal, dan spasial, menuju ke

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 7: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

80

pembuatan desain ruang mutakhir menggunakan elemen-elemen nonmaterial,

nonfisikal dan nonspasial di layar elektronik komputer.

3.4 Lokasi

Penelitian disertasi ini dilakukan di dua tempat, yaitu di Mangupura dan

di Kota Denpasar. Pertimbangannya adalah (1) Mangupura merupakan lokasi

Gedung “Mangupraja” Puspem Kabupaten Badung (lihat Gambar 3.2); (2) di Kota

Denpasar dilakukan pencarian data dan informasi-informasi terkait penelitian ini,

khususnya dokumen menyangkut simulasi desain Gedung Puspem Badung di

Kantor CV Cipta Mandala, yang belamat di Jln. Laksamana 30A Denpasar.

Gambar 3.2 Peta lokasi Penelitian (Sumber: Humas Badung dan Gomudha)

Fungsi Gedung Puspem Mangupraja Kabupaten Badung adalah untuk

Kantor Kepala Daerah, Sekretariat Daerah, staf lain, dan untuk kegiatan tata usaha

Br .Umag un un g

Br.Kw an ji

Br. Ubu ngSD N 0 8

KEC AMATAN MEN GWI

Br .Da ng inye h

Pu ra Da lem

Br . Ka ja

KELUR AHAN K APALKEC AMATAN MEN GW I

Pom Be nsin

Kan to r DesaPr. Des a Pu se h

PAM

SDN 0 1

DESA D ALUN GKEC AMA TAN KUTA UTARA

Br .G ro ga k

Ka nt or Lu ra h Sempid i

Pu ske smas Men gw i 3

KEL URAH AN SEMPIDI

Br.Ba ta n As em

Br. Pan de

Pu ra De sa Pus eh

SMP

Peta Pulau Bali Lokasi Puspem Badung

Peta Kab. Badung

Puspem Badung

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 8: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

81

Kabupaten Badung. Menurut Bupati A.A. Gde Agung, pembangunan gedung

Puspem Kabupaten Badung yang baru dilatarbelakangi oleh terbentuknya

pemerintahan Kota Denpasar sehingga Badung secara bertahap harus pindah ke

wilayahnya sendiri (http://bali.antaranews.com). Gedung Puspem Kabupaten

Badung yang baru, diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI

Mardiyanto pada 5 Agustus 2008 (http://www.balipost.com). Selanjutnya, nama

ibu kota Kabupaten Badung yang baru, Mangupura, diresmikan oleh Mendagri

Gamawan Fauzi pada 12 Februari 2010. Dalam peresmian tersebut diserahkan

juga Peraturan Pemerintah (P.P.) Nomor 67, Tahun 2009 tentang Pemindahan Ibu

kota Kabupaten Badung dari wilayah Kota Denpasar ke wilayah Kabupaten

Badung di Kecamatan Mengwi. Sejak saat itu Puspem Kabupaten Badung yang

baru diberi nama Mangupraja.

Menurut Mendagri Gamawan Fauzi, Gedung Puspem Mangupraja

Kabupaten Badung merupakan gedung perkantoran kabupaten termegah yang ada

di Indonesia. Kemegahan gedung ini diharapkan diimbangi dengan peningkatan

pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Mendagri Gamawan Fauzi sangat

memaklumi mengapa Badung mampu membangun perkantoran megah seluas 46,

67 hektare. Hal itu disebabkan oleh pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten

Badung yang tinggi. Beberapa tahun sebelumnya, PAD Badung kurang dari Rp

400 miliar. Akan tetapi, kini PAD Badung lebih dari Rp 800 miliar. Padahal,

PAD daerah biasanya hanya 5–20 persen dari pendapatan keseluruhan, tetapi

Badung mampu mencapai 60 persennya. Hal ini merupakan sesuatu yang luar

biasa menurut Mendagri (http://bali.antaranews.com).

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 9: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

82

3.5 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis data yang digunakan

adalah kualitatif berkaitan dengan fenomena desain dalam budaya kontemporer.

Objek penelitiannya adalah simulasi desain 3D dengan realitas virtual Gedung

Puspem Badung, yang merepresentasikan citra simulasi posrealitas. Penekanan

penelitian ini bukan pada pengukuran, melainkan penjelasan yang bersifat

holistik, tentang fakta-fakta yang terjadi dalam proses dan hasil pembuatan

simulasi desain menggunakan komputer desain 3D dengan realitas virtual.

Sumber data yang digunakan ada dua, yaitu sumber data primer dan

sumber data sekunder. Sumber data primer adalah berupa perencanaan kawasan,

desain gedung (detail engineering design) Puspem Badung, dan hasil simulasi

desain 3D dengan realitas virtual berupa video perencanaan kawasan dan Gedung

Puspem Badung. Data-data ini diperoleh dari koordinator konsultan desain, yang

diperkuat dengan informasi dari beberapa pejabat di lingkungan Pemda Badung

yang menangani pembangunan Puspem Badung.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen gambar

desain (data visual), literatur atau referensi ilmiah, seperti jurnal, hasil penelitian

terdahulu, makalah seminar, peraturan daerah tentang bangunan, dan referensi

lainnya yang mendukung maksud penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari

sejumlah buku di perpustakaan Program Studi Kajian Budaya Unud, koleksi

pribadi dan koleksi para sahabat, serta referensi-referensi yang diunduh lewat

media internet.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 10: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

83

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendukung maksud dan tujuan penelitian ini, maka pengumpulan

data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik seperti di bawah ini.

3.6.1 Observasi

Observasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah upaya

mengumpulkan data dengan mencermati kenyataan-kenyataan, yang berhubungan

dengan masalah penelitian. Dalam hal ini, data yang dicermati adalah desain

gedung Puspem Kabupaten Badung yang didesain berbantuan komputer. Kegiatan

observasi diperluas dan dicari jawabannya saat melakukan wawancara mendalam

untuk mengetahui proses pembuatan desain berbantuan komputer.

Dalam kegiatan observasi, juga dilakukan komparasi (perbandingan)

data, antara data visual desain (gambar teknik dan wujud simulasi desain 3D

dengan realitas virtual), dan desain yang telah diwujudkan sebagai realitas.

Dengan langkah-langkah komparasi data desain dalam penelitian, akan dapat

diketahui perbedaan prinsip antara desain yang berupa gambar teknik dengan

animasi hasil simulasi desain 3D dengan realitas virtual serta wujud desain

gedung Puspem Kabupaten Badung sebagai realitas.

3.6.2 Wawancara

Informasi dalam penelitian dapat diperoleh dari nara sumber melalui

wawancara. Wawancara adalah cara-cara memeroleh data dengan berhadapan

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 11: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

84

langsung, bercakap-cakap dengan informan atau narasumber (Ratna, 2010: 222).

Pelaksanaan pengumpulan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposif. Teknik ini digunakan karena informan yang diwawancarai telah dapat

ditentukan. Teknik ini menurut Sutopo (1996: 37), lebih mampu menangkap

realitas yang tidak tunggal. Teknik ini memberikan kesempatan maksimal pada

kemampuan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sehingga

dapat menyusun teori yang dibentuk di lapangan (grounded theory) dengan

memerhatikan kondisi subjek penelitian dengan kekhususan ideografis atau nilai-

nilainya.

Informan-informan yang telah ditentukan untuk diwawancarai dalam

penelitian ini adalah informan yang mengetahui proses pembuatan desain dan

pembangunan Gedung Puspem Badung, seperti dari kalangan birokrat, DPRD

Badung, dan konsultan desain. Informan-informan lain yang diwawancarai dalam

penelitian ini adalah dari dunia pendidikan (arsitektur dan desain interior) untuk

memeroleh informasi tentang penggunaan teknologi komputer desain dalam dunia

pendidikan. Informan dari kalangan profesional, khususnya pada bidang arsitektur

dan desain interior diperlukan untuk memeroleh informasi tentang penggunaan

teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual di dunia profesional. Untuk

mengetahui tanggapan masyarakat tentang desain Gedung Puspem Badung, dicari

informasinya dari beberapa karyawan Puspem Badung dan masyarakat umum.

Informan-informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah dari kalangan

profesional, birokrat, akademisi, karyawan dan masyarakat umum. Ketentuan dari

informan yang dipilih adalah sebagai berikut.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 12: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

85

(1) Arsitek dan staf yang ikut membantu pembuatan desain Gedung

Puspem Kabupaten Badung dengan bantuan komputer.

(2) Pimpinan instansi/dinas yang mengetahui dan ikut menangani

proyek pembangunan Puspem Kabupaten Badung.

(3) Karyawan dan masyarakat umum yang ditemui di kawasan Puspem

Badung dan dapat memberikan komentar tentang desain Puspem

Badung.

(4) Arsitek dan desainer interior yang sudah membuat desain

menggunakan bantuan teknologi komputer desain.

(5) Arsitek dan desainer interior yang masih menggunakan teknik

mendesain secara manual untuk membuat gambar teknik proyek

desain.

Wawancara pada para narasumber atau informan dalam penelitian ini,

dilakukan secara mendalam tentang objek penelitian, terutama mengenai proses

desain berbantuan komputer, konsep dan falsafah desain, serta hal-hal lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Penelitian dengan teknik wawancara

mendalam yang dilakukan pada penelitian ini, merupakan wawancara yang

dilakukan dengan cara mengajak para informan (narasumber) untuk berbicara

secara bebas dan mendalam. Teknik wawancara ini diperlukan untuk dapat

memberikan informasi yang mendalam tentang pengunaan teknologi komputer

desain 3D dengan realitas virtual, khususnya dalam pembuatan desain Gedung

Puspem Kabupaten Badung.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 13: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

86

Informan dari dunia pendidikan tinggi arsitektur dan interior diperlukan

untuk dapat memberikan informasi tentang penggunaan teknologi komputer

desain 3D dengan realitas virtual di dunia pendidikan tinggi saat ini. Informan dari

dunia profesional diperlukan untuk dapat memberikan informasi tentang

penggunaan komputer desain 3D dengan realitas virtual dalam dunia profesional,

yang sudah mulai menggunakan komputer virtual 3D. Dari informasi-informasi

yang diperoleh, dapat diketahui adanya pergulatan antara keterampilan manusia

dalam mendesain ruang secara manual dan teknologi komputer desain 3D dengan

realitas virtual. Di samping itu, dapat memberikan informasi tentang perbedaan

hasil desain ruang yang dibuat secara manual dibandingkan dengan hasil simulasi

desain ruang berbantuan komputer virtual 3D.

Sehubungan dengan penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat

kualitatif, sesuai dengan pendapat Moleong (1994: 4), maka instrumen utama

penelitian ini adalah peneliti, yang dilengkapi dengan pedoman wawancara, alat

perekam suara, kamera, dan alat tulis. Pedoman wawancara yang digunakan berisi

pokok-pokok pertanyaan yang dibuat sesuai dengan permasalahan. Selanjutnya,

pokok pertanyaan ini dikembangkan sesuai dengan informasi yang diperoleh

dalam wawancara, sehingga diperoleh data atau informasi yang memadai sesuai

dengan permasalahan dalam penelitian.

3.6.3 Kepustakaan

Penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan dan dokumen yang

terkait dengan permasalahan penelitian. Kepustakaan yang dimaksud dalam

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 14: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

87

penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, orasi ilmiah, hasil penelitian, dan media

internet untuk memeroleh acuan tentang definisi, pengertian, karakter sehingga

metode ini berfungsi untuk memperjelas secara teoretis ilmiah tentang studi kasus

penelitian. Selain itu, beberapa buku juga diperlukan untuk melengkapi data,

sehingga analisis data bisa dilakukan lebih akurat.

Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar desain dan

hasil simulasi desain 3D Gedung Puspem Badung, Profil Kabupaten Badung, dan

foto-foto yang menunjang permasalahan penelitian. Data ini dapat menjadi data

faktual, sebagai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Interpretasi terhadap

dokumen dan kebudayaan material, menurut Hodder (dalam Salain, 2011: 69),

sangat penting untuk mendukung interpretasi teks-teks tertulis, gambar, atau foto

dari desain gedung Puspem Kabupaten Badung.

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca. Proses analisis data dalam penelitian ini pada dasarnya

dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dalam penelitian

kualitatif, proses pengumpulan data, proses analisis dan analisis yang dilakukan

setelah pengumpulan data saling berkaitan dan berinteraksi.

Proses analisis ini menggunakan Model Analisis Interaktif berdasarkan

teori Miles dan Huberman (Sutopo, 1996: 85). Berdasarkan model analisis ini,

dalam pengumpulan data selalu dilakukan reduksi dan sajian data. Data yang telah

digali dan dicatat di lapangan, dibuat rumusannya secara singkat berupa pokok-

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Page 15: representasi posrealitas desain gedung pusat pemerintahan

88

pokok temuan yang penting (yang telah dipahami), kemudian dilanjutkan dengan

penyusunan sajian data. Data disajikan secara sistematis setelah dilakukan

penyuntingan. Agar maknanya menjadi lebih jelas dipahami, dilengkapi dengan

sajian gambar secara grafis atau teknis dan foto yang mendukung sajian data. Pada

waktu pengumpulan data sudah berakhir, mulai dilakukan usaha untuk menarik

simpulan dan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat, baik dalam reduksi

maupun sajian datanya. Bila simpulan dirasakan kurang mantap akibat kurangnya

rumusan, baik dalam reduksi maupun sajian datanya, maka bisa dilakukan

kembali pengumpulan data yang sudah terfokus untuk lebih mendukung simpulan

dan pendalamannya sehingga proses penelitian kualitatif ini terlihat seperti sebuah

siklus.

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan secara informal dan

formal. Penyajian secara informal adalah dalam bentuk deskripsi dan objektif.

Analisis data yang disajikan secara informal adalah deskripsi analisis data

kualitatif yang didukung penyajian formal gambar dan tabel. Sebaliknya data

kuantitatif, disajikan secara formal dalam bentuk foto, gambar, gambar teknis,

bagan dan dideskripsikan secara kualitatif. Hasil analisis data tersebut kemudian

dituangkan ke dalam bab-bab secara terstruktur dan sistematis.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)