12
Oseana, Volume XXVI, Nomor 3, 2001 : 25 -36 ISSN 0216 - 1877 REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI (ECHINOIDEA) Oleh Abdul Wahab Radjab 1) ABSTRAK REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu babi perlu diketahui terutama untuk tujuan budidaya. Bulu babi mempunyai kelamin yang terpisah dalam artian bahwa induk jantan mempunyai kelamin jantan (testis) yang menghasilkan sperma dan induk betina mempunyai kelamin betina (ovum) yang menghasilkan telur. Induk jantan biasanya terlebih dulu mengeluakan sperma kemudian diikuti oleh pengeluaran telur oleh betina. Pembuahan terjadi di luar tubuh. Pembelahan sel pada umumnya berkelipatan 2. Pada saat fase embrio, bentuknya menyerupai segitiga sama kaki dan apabila telah mencapai fase anakan akan mulai tampak tentakel-tentakel dan duri-duri dan selanjutnya dapat tumbuh hingga organ tubuhnya menjadi lengkap pada saat mencapai tahap dewasa. ABSTRACT REPRODUCTION AND LIVE CYCLES OF SEA URCHIN (ECHINOI- DEA). The reproduction and live cycles of sea urchin is very impotant for culture (hatchery). Sea urchin have separate sexual reproduction, the male testis which pro- duces sperms and the female has ovum which produces eggs. Generally the male sea urchin produces sperm first and then the female produces eggs. The fertilization occur externally. The fission of cell usually multiply twice. The embryos appeared like a triangel. In the young state the tentacle and spine appear and all reproduction system complite when they are mature. PENDAHULUAN yang dilalui sebelum bulu babi mencapai tahap dewasa. Bulu babi (sea urchin) adalah salah Sistem reproduksi dan siklus hidup bulu salu biota laut yang belum banyak dikenal oleh babi perlu diketahui terutama untuk tujuan masyarakat walaupun gonadnya (telur) dapat budidaya karena dengan pengetahuan tersebut dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang paling tidak kita dapat mengetahui tahap-tahap mempunyai nilai gizi tinggi. Bulu babi dari 25 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

Oseana, Volume XXVI, Nomor 3, 2001 : 25 -36 ISSN 0216 - 1877

REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI (ECHINOIDEA)

Oleh

Abdul Wahab Radjab1)

ABSTRAK

REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu babi perlu diketahui terutama untuk tujuan budidaya. Bulu babi mempunyai kelamin yang terpisah dalam artian bahwa induk jantan mempunyai kelamin jantan (testis) yang menghasilkan sperma dan induk betina mempunyai kelamin betina (ovum) yang menghasilkan telur. Induk jantan biasanya terlebih dulu mengeluakan sperma kemudian diikuti oleh pengeluaran telur oleh betina. Pembuahan terjadi di luar tubuh. Pembelahan sel pada umumnya berkelipatan 2. Pada saat fase embrio, bentuknya menyerupai segitiga sama kaki dan apabila telah mencapai fase anakan akan mulai tampak tentakel-tentakel dan duri-duri dan selanjutnya dapat tumbuh hingga organ tubuhnya menjadi lengkap pada saat mencapai tahap dewasa.

ABSTRACT

REPRODUCTION AND LIVE CYCLES OF SEA URCHIN (ECHINOI-DEA). The reproduction and live cycles of sea urchin is very impotant for culture (hatchery). Sea urchin have separate sexual reproduction, the male testis which pro-duces sperms and the female has ovum which produces eggs. Generally the male sea urchin produces sperm first and then the female produces eggs. The fertilization occur externally. The fission of cell usually multiply twice. The embryos appeared like a triangel. In the young state the tentacle and spine appear and all reproduction system complite when they are mature.

PENDAHULUAN yang dilalui sebelum bulu babi mencapai tahap dewasa. Bulu babi (sea urchin) adalah salah

Sistem reproduksi dan siklus hidup bulu salu biota laut yang belum banyak dikenal oleh babi perlu diketahui terutama untuk tujuan masyarakat walaupun gonadnya (telur) dapat budidaya karena dengan pengetahuan tersebut dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang paling tidak kita dapat mengetahui tahap-tahap mempunyai nilai gizi tinggi. Bulu babi dari

25

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 2: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

kelas echinoidea, yang hidup di dunia diperkirakan sebanyak 800 jenis dan terbagi dalam 2 anak kelas yaitu Perischoechinoidea yang terdiri dari 1 bangsa dan 2 suku, sedangkan anak kelas Euchinoidea terdiri dari 14 bangsa dan 44 suku (AZIZ 1987). Bulu babi ini ditemukan antara lain di laut Hindia, Aus-tralia, Philipina dan Afrika (CLARK & ROWE 1971).

Bulu babi oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai Kawasan Timur Indo-nesia lebih dikenal dengan nama "duri babi" yang merupakan salah satu dari sekian jenis makrobenthos dari kelas echinoidea yang dapat mencapai ukuran diameter cangkang 163 mm dan mencapai berat 200 gr. Para nelayan telah lama memanfaatkan hewan laut ini untuk diambil gonad sebagai konsumsi lokal baik mentah (segar) maupun hasil olahan.

Populasi bulu babi yang mempunyai nilai ekonomi ini makin sulit didapatkan akhir-akhir ini. Untuk mengantisipasi kepunahan biota tersebut maka paling tepat adalah dengan melalui usaha budidaya. Selain tujum restocking di alam namum tak kalah pentingnya adalah agar dapat memenuhi permintaan gonad di pasaran internasional. Di negara Jepang misalnya, mengkonsumsi sekaligus memproduksi telur bulu babi sebanyak 20.000 ton per bulannya. Sedangkan di Perancis dan negara-negara Eropa lainnya tingkat produksi telur bulu babi lebih dari 500 ton per bulannya. Selanjutnya negara Spanyol dan Inggris juga merupakan konsumer dan pengimpor terbesar gonad bulu babi. Namun sebelum menangani aspek budidaya, sebaiknya diketahui aspek siklus hidup secara umum.

Bulu babi terbagi dalam 2 kelompok sesuai bentuknya yaitu bulu babi beraturan (regular urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular urchin). Yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bulu babi yang beraturan.

JENIS KELAMIN

Tanda kelamin penting artinya untuk mengetahui jenis kelamin suatu individu. Telah sering dikemukakan bahwa bulu babi mempunyai kelamin terpisah, ada individu jantan dengan kelamin jantan (testis) dan ada individu betina dengan gonad betina (ovari). Kedua jenis kelamin ini tidak memberikan kenampakan morfologi luar yang berbeda nyata. Sampai saat ini tanda kelamin sekunder yang dapat memberi petunjuk adalah bentuk papila genitalia (Gambar 1). Dalam hal pemijahan tanda kelamin sekunder ini secara umum untuk dapat membedakan kelamin apabila induk-induk bulu babi akan dipijahkan. Pada pengamatan di laboratorium, teori ini masih dapat digunakan karena sebagian besar individu yang dipijahkan sesuai dengan teori seperti telah disebutkan di atas, walaupun ada sebagian yang tidak sesuai dengan teori karena ada beberapa individu yang tidak mempunyai tonjolan namun tidak dapat mengeluarkan telur. Sebaliknya ada juga individu yang mempunyai tonjolan namun dapat mengeluarkan telur walaupun hanya beberapa individu. Secara morfologi susah dibedakan jenis kelaminnya walaupun ada beberapa teori yang telah mengemukakan perbedaan tersebut. Diantara-nya adalah TAHARA et. al. dalam DARSONO (1986) mengemukakan bahwa: Dari beberapa jenis bulu babi yang diamati tersebut, perbedaan kelamin oleh bentuk papila genitalia yang memberikan dua tipe golongan yaitu : a. Tipe Mespilia.: papila genitalia pada hewan

jantan adalah pendek sedikit me-nonjol berbentuk kerucut (conical protuberances), sedang pada betina adalah rata/mendatar atau masuk tenggelam di bawah dinding per-mukaan dinding cangkang. Jenis-jenis yang termasuk tipe ini ialah Mespilia globulus, Toxopneustes pileolus, Temnopleurus toreumaticus, Hemicentrotus pulcherimus dan Pseudocentrotus depressus.

26

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 3: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

b. Tipe Tripneustes: papila genitalia pada hewan jantan ditandai dengan bentuk tabung memanjang, sedang pada yang betina berbentuk tonjolan tumpul (stumpy protuberances). Jenis-jenis yang termasuk tipe ini ialah Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinostrephus aciculatus, dan Diadema setosum.

TELUR ATAU GONAD BULU BABI

Struktur gonad bulu babi menempel pada lapisan "perisvisceral epithelium lempeng interambulakral" yang mengisi lebih dari separuh rongga badan pada sisi apikal. Bila diperhatikan, organ gonad terlihat 1 3 - 1 5 pasangan percabangan "racemose" pada sisi-

27

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 4: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

sisi gonaduct. Percabangan tersebut disebut "acini", masing-masing berbentuk Y (Y-Shaped). Tidak ada perbedaan penting struktur kasar antara gonad jantan dan betina pada spesimen dengan ukuran diameter cangkang sampai 40 mm. Ovari yang matang (mature) berwarna merah kecoklatan (raddish brown), testes matang berwarna putih kekuningan (DARSONO 1986). Kenampakan umum gonad bulu babi secara morfologi pada saat menempel di bagian dalam cangkang bulu babi (Gambar 2).

Telur bulu babi dimanfaatkan oleh manusia karena selain enak rasanya juga mempunyai nilai gizi yang tinggi di antaranya nilai protein dengan berat basah antara 7,04 -8,20 % (dengan berat kering antara 51,80 -57,80 %), nilai lemak dengan berat basah antara 1,14- 1,35 % (nilai lemak dengan berat kering antara 8,53 - 9,36 %), nilai kadar air berkisar antara 84,17 % - 87,82 % dan nilai kadar abu antara 1,81 - 1,86 % (CHASANAH & ANDAMARI 1998).

Bulu babi jenis T. gratilla apabila mencapai tingkat kematangan (TKG) matang awal mempunyai ukuran diameter cangkang 60 mm - 70 mm dan berat 160 gr - 170 gr. Bulu babi jenis yang satu ini mempunyai kematangan gonad yang siap pijah sepanjang tahun khususnya pada genus Tripneustes yang mana ditemukan TKG IV dan V pada setiap bulannya, walupun dalam persentase yang kecil dan puncaknya pada bulan Agustus dan Sep-tember dengan diameter cangkang berkisar antara 75,01 mm - 80,00 mm dan berat 165,30 gr - 185,50 gr (RADJAB, 1998). Apabila ingin mendapatkan induk di daerah Kawasan Timur Indonesia, hendaknya pada bulan-bulan Agustus dan September karena pada bulan-bulan tersebut bulu babi mempunyai tingkat kematangan gonad tinggi IV dan V yang persentasinya cukup tinggi.

Telur bulu babi yang sudah matang telah mencapai fase tingkat kematangan gonad (TKG) IV dan V atau telah siap dipijahkan oleh seekor induk betina dengan ukuran diameter

28

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 5: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

cangkang minimal 60 mm. Bulu babi yang mencapai matang gonad berisi beberapa juta butir telur yang mempunyai warna putih kekuning-kuningan dan dalam perkembangannya sangat cepat. Periode matang gonad biota ini sangat panjang yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Mei bahkan bisa sampai sepanjang tahun (REVERBERI 1971).

PEMIJAHAN (SPAWNING)

Beberapa kelompok bulu babi yang telah matang gonad sebelum memijah biota tersebut memiliki tanda khusus yaitu semacam signal untuk mendorong pelepasan telur (proses pemijahan) (STARR etal 1992). Faktor pisik air sangat berpengaruh terhadap potensial pemijahan seperti kisaran suhu, salinitas/kadar garam, cahaya dan arus dan juga perubahan pisik lingkungan seperti adanya pertambahan unsur hara dimana biota tersebut berada yang banyak menyebabkan induk-induk bulu babi lebih cepat untuk memijah (STARR et al. 1992).

Bila induk akan memijah tampak ada kecenderungan untuk induk bulu babi yang berkelamin jantan mencari tempat yang lebih tinggi untuk melepaskan sperma kemudian diikuti oleh induk bulu babi yang berkelamin betina untuk mengeluarkan telur, namun kebanyakan induk-induk hanya tinggal didasar. Bulubabi dapat memijah seperti biota laut lainnya, pada umumnya induk jantan mengeluarkan sperma terlebih dulu baru kemudian diikuti oleh induk betina yang mengeluarkan telur. Pembuahan terjadi di luar tubuh dimana induk jantan terlebih dahulu mengeluarkan sperma yang berwarna putih susu, selang beberapa menit (biasanya 0,5 - 3 menit), biota yang berkelamin betina mengeluarkan telur-telur yang berwarna kuning (apabila telurnya matang) namun apabila telur yang tidak matang maka akan berwama putih dan apabila diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat maka telur yang

belum matang ini terbungkus oleh semacam albumin yang relatif tebal sehmgga mungkin mengakibatkan telur sulit ditembusi oleh sperma.

Dalam usaha budidaya, dianjurkan perbandingan antara jumlah sperma dan telur harus seimbang agar tidak terjadi pembusukan. Apabila kelebihan sperma maupun telur akan mengalami pembusukan secara cepat terlebih apabila tidak secepatnya dilakukan penggantian air pada wadah pemijaham.

PEMBUAHAN (FERTILIZATION)

Pembuahan. terjadi di luar tubuh dimana sperma yang berasal dari induk jantan membuahi telur-telur yang berasal dari induk betina. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam gelatinous yang biasa disebut "jelly coat". Beberapa penulis menyatakan bahwa pembuahan terjadi oleh molekul-molekul yaitu interaksi antara sperma dan telur. "Jelly coat" sangat berpengaruh terhadap aktifitas sperma namun daya tembus sperma cukup kuat (GIUDICE, 1986). Selanjutnya dikatakan bahwa interaksi antara sperma bulu babi berkontak dengan bagian luar telur dimana kepala sperma aktif bergerak mencari telur-telur, beberapa sperma mampu melewati akrosom dan aktif menembus telur-telur. Telur yang telah mengalami pembuahan (Gambar 3) dan beberapa buah telur yang sedang mengalami pembelahan (Gambar 4)

EMBRIO

Pada peristiwa pembuahan telur-telur bulu babi membelah dengan frekuensi yang tinggi pada pembelahan dan pergerakan mengikuti formasi seperti umumnya biota ekhinodermata lainya yang dibudidaya di air laut (MORTENSEN, 1921 ; HARVEY, 1956; STEPHENS 1972 ; GUSTAFSON and WOLPERT 1967 dalam GIUDICE 1986)

29

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 6: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

30

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 7: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

Pembelahan pertama berlangsung kurang lebih selama 60 menit untuk membelah menjadi 2 sel. Pembelahan 2 sel membutuhkan waktu yang sama untuk mencapai pembelahan 4 sel. Setelah itu pembelahan selanjutnya terjadi setiap 30 menit. Setelah mencapai tahap embrio terus masuk pada fase morula dan embrio muda yang disebut blastula. 10 jam setelah terbuahi sejak fase blastula, maka

embrio tersebut mulai aktif berenang. Pembuahan blastula yang mempunyai berkas "stereocilia" dan terdapat banyak silia mengelilingi embrio (CZIHAK, 1971) (Gambar 5 dan Gambar 6).

Walaupun konsentrasi suspensi sperma tinggi, maka ada satu sel sperma yang menetrasi "jelly coat" dan permukaan telur akan ditembusi sperma secara spontan.

31

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 8: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

ANAKAN BULU BABI

Bulu babi sudah dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-tentakel (tentacles), duri-duri(spines) dan pediselaria (pedicelaria) (CZHIAK, 1971) (Gambar 7). Pertambahan berat bulu babi lebih cepat dari pertambahan diameter. Dari hasil pengamatan pengukuran di lapangan ternyata pertambahan diameter rata-rata harian bulu babi 0,01 mm hari-1 dan pertambahan berat rata-rata hariannya adalah 0,05 hari-1. Secara

perhitungan matematis dapat ditemukan berapa lama seekor bulu babi untuk dapat mencapai ukuran dewasa dengan asumsi bahwa bulu babi mempunyai pertumbuhan yang sama sejak umur 0 hari

BULU BABI DEWASA

Bulu babi dewasa telah mempunyai or-gan tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak dengan jelas.

32

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 9: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

tentacle

Gambar 7. Tahap metamorphosis, mulai tampak tentakel primer, mulut dan spine (CZIHAK 1971)

Namun bulu babi dapat dikatakan dewasa betul apabila bulu babi sudah dapat dijadikan sebagai induk dan telah mencapai ukuran cangkang 60 mm. Selain itu bulu babi dewasa mempunyai organ lengkap secara morfologi. Bulu babi dewasa telah mempunyai kulit (cangkang) yang keras, jari-jari dan duri-duri

(spine) yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna, misalnya jari-jari sudah dapat memegang pada substrat. Struktur eksternal bulu babi beraturan (Gambar-8), struktur internal (Gambar 9) dan struktur diagramatik kulit dan jari-jari bulu babi (Gambar 10).

33

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 10: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

Gambar 8. Anakan muda bulu babi setelah mengalami proses metamorphosis (CZIHAK 1971)

Ctcum

PvrlstofMal mtmbrine

Mouth »i*ryfii

Gambar 9. Struktur internal bulu babi dewasa (RUPPER & BARNES 1990)

34

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 11: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

DAFTARPUSTAKA

AZIZ. A. 1987. Makanan dan cara makan berbagai jenis bulu babi. Oseana 12 (4): 91-100.

CHASANAH. E dan R. ANDAMARI. 1998. Komposisi kimia, profil asam lemak dan asam amino gonad bulu babi Tripneustes gratilla dan Salmacis sp. dan potensi pengembangannya. Prosiding seminar kelautan LIPI UNHAS ke 1. Balitbang Sumberdaya, Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI: 269 -274.

CLARK. A.M. and F.W.E ROWE. 1971. Monograph of Shallow-Water Indo-West Pacific Echinoderms. Trustees of the British Museum Natural History, London: 300 pp.

CZIHAK .G. 1971. Echinoids In Experimen-tal Embryology of Marine and Fresh-Water Invertebrates (G. Reverberi ed.). Nort-Holland Publishing Company Amsterdam, London: 363 - 506.

DARSONO. P. 1986. Gonad bulu babi. Oseana. 11 (4): 151 - 162.

GIUDICE. G. 1986. The Sea Urchin Embryo. A Developmental Biological System: 1- 77

RADJAB. A.W. 1998. Pertumbuhan dan Reproduksi bulu babi Tripneustes gratilla (L) di Perairan Tamedan , Pulau Dullah, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Kelautan LIPI - UNHAS Ke 1. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI: 149 - 156.

35

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001

Page 12: REPRODUKSI DAN SIKLUS BULU BABI ECHINOIDEAoseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxvi(3)25-36.pdfREPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP BULU BABI (ECHINOIDEA). Reproduksi dan siklus hidup bulu

REVERBERI. G. 1971. Experimental embry- STARR, M, J.H. HIMMELMAN and J.C. ology at marine and fresh-water inver- THERRIAULT. 1992. Isolation and tebrates. North Holland Publishing propertis of a substance from the dia- Company Amsterdam and London: tom Phaeodactilum tricornotum wich 506 pp. induces spawning in the sea urchin

Strongilocentrotus droebachienchis. RUPPER. E.E. and R.D. BARNES. 1990. In- Marine ecology progres series. 79 :

vertebrate zoology, sixth edition. 275-287. Saunders college publishing: 923 - 966.

36

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXVI no. 3, 2001