116
NOTA KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

NOTA KEUANGAN

DAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 16 TAHUN 2008

TENTANGPERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45

TAHUN 2007TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2008

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Ringkasan Eksekutif

R-1APBN-P 2008

RINGKASAN EKSEKUTIFPOKOK-POKOK PERUBAHAN ATAS APBN TAHUN 2008

Sejak ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2007, APBN Tahun Anggaran2008, mendapat tekanan yang sangat berat dari perkembangan berbagai faktor internalmaupun eksternal. Paling tidak terdapat enam faktor utama yang mempunyai dampakyang cukup signifikan terhadap APBN 2008. Pertama, kondisi perekonomian globaldiperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari krisis sektorperumahan (subprime mortgage) di Amerika Serikat yang meluas menjadi krisis di pasarkeuangan internasional. Kondisi ini di samping akan membawa dampak pada penurunanpenerimaan ekspor, diperkirakan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomiIndonesia. Kedua, kecenderungan naiknya harga minyak mentah di pasar dunia yang sangattinggi (jauh di atas asumsi harga minyak yang digunakan dalam penyusunan APBN) akanberdampak secara cukup signifikan terhadap APBN, karena membengkaknya beban subsidiBBM dan subsidi listrik. Ketiga, adanya kecenderungan meningkatnya harga komoditaspangan dunia akan memberikan tekanan pada laju inflasi di dalam negeri, karena sebagiankomoditas primer domestik berasal dari impor (imported inflation).

Keempat, adanya kecenderungan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat, sebagai akibat negatif dari krisis subprime mortgage, akan berpengaruh cukupsignifikan terhadap berbagai besaran APBN. Kelima, lifting minyak yang diperkirakan hanyaakan mencapai 0,927 juta barel per hari (lebih rendah dari asumsi lifting dalam APBN 2008sebesar 1,034 juta barel per hari) akan berdampak pada penurunan penerimaan dari sektormigas. Keenam, adanya Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan (PKSHP), yangdiluncurkan awal Februari 2008, terkait dengan kecenderungan meningkatnya hargakomoditas pangan strategis, seperti terigu, minyak goreng, kedelai, dan gandum. Selainditujukan untuk mengendalikan inflasi dalam negeri, PKSHP juga dimaksudkan untukmengurangi beban masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang diperkirakan menurunkemampuan daya belinya.

Selain melalui kebijakan fiskal, PKSHP juga dilakukan melalui pengurangan tata niaga danpeningkatan produksi. Dalam kaitannya dengan kebijakan fiskal, PKSHP dilakukan antaralain melalui fasilitas bea masuk dalam rangka mengurangi hambatan dalam tata niagaimpor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,dan bantuan permodalan bagi usaha tahu dan tempe mikro dan kecil, dengan tetap menjagasinkronisasi dan sinergi yang baik dengan kebijakan moneter. Berbagai kebijakan tersebutsecara langsung akan mempengaruhi APBN, baik dari sisi penerimaan maupun belanja.

Perkembangan berbagai asumsi dasar ekonomi makro yang berubah dari perkiraan semula,serta dampaknya yang cukup signifikan terhadap APBN 2008, menjadi latar belakang utamapercepatan pengajuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun 2008.Sesuai dengan perkembangan perekonomian saat ini, dan perkiraan ke depan, maka asumsidasar ekonomi makro dalam APBN Perubahan (APBN-P) tahun 2008 adalah sebagai berikut:pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, inflasi 6,5 persen, rata-rata nilai tukar rupiah Rp9.100per dolar Amerika Serikat, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan 7,5 persen, rata-rata hargaminyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) US$95,0 per barel, dan rata-rata lifting minyak 0,927 juta barel per hari.

Page 3: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Ringkasan Eksekutif

R-2 APBN-P 2008

Dampak keseluruhan dari perkembangan/pergeseran asumsi ekonomi makro tersebut,apabila tanpa dilakukan langkah-langkah pengamanan, akan menyebabkan defisit APBNmembengkak dari 1,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam APBN 2008menjadi 4,2 persen dari PDB, sehingga akan mengganggu ketahanan dan kesinambunganfiskal. Berkaitan dengan hal itu, untuk menjaga defisit agar tetap berada dalam batas-batasyang masih dapat ditoleransi, maka dipandang perlu melakukan langkah-langkahpengamanan terhadap APBN 2008, yang meliputi: (1) Optimalisasi pendapatan negara baikyang bersumber dari sektor perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), maupundividen BUMN; (2) Penggunaan dana cadangan APBN (contingency policy measures);(3) Penghematan dan penajaman prioritas belanja kementerian negara/lembaga (K/L);(4) Perbaikan parameter produksi dan subsidi BBM dan listrik; (5) Efisiensi di Pertaminadan PLN; (6) Pemanfaatan dana kelebihan (windfall) di daerah penghasil migas melaluiinstrumen utang; (7) Penerbitan obligasi/Surat Berharga Negara (SBN) dan optimalisasipinjaman program; (8) Pengurangan beban pajak dan bea masuk atas komoditas panganstrategis; dan (9) Penambahan subsidi pangan.

Dengan berbagai langkah-langkah pengamanan APBN tersebut diatas, maka defisit APBN-Pdapat dikendalikan menjadi Rp94,5 triliun (2,1 persen terhadap PDB), atau Rp21,2 triliun diatas defisit APBN tahun 2008 sebesar Rp73,3 triliun (1,6 persen terhadap PDB). Defisit APBN-P tersebut terjadi karena peningkatan volume pendapatan negara dan hibah lebih kecil daripeningkatan volume belanja negara.

Anggaran pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2008 diperkirakan mencapaiRp895,0 triliun (20,0 persen terhadap PDB), atau Rp113,6 triliun lebih tinggi biladibandingkan dengan sasaran yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp781,4 triliun(17,4 persen terhadap PDB). Jumlah tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan sebesarRp609,2 triliun (13,6 persen terhadap PDB), penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp282,8triliun (6,3 persen terhadap PDB), dan penerimaan hibah sebesar Rp2,9 triliun (0,1 persendari PDB). Peningkatan pendapatan negara tersebut terutama berasal dari kenaikanpenerimaan sumber daya alam (SDA) migas, pajak pertambahan nilai, pajak perdaganganinternasional, maupun penerimaan dari bagian pemerintah atas laba BUMN.

Sementara itu, anggaran belanja negara dalam APBN-P 2008 diperkirakan mencapai Rp989,5triliun (22,1 persen terhadap PDB), atau Rp134,8 triliun lebih tinggi bila dibandingkan denganvolume anggaran belanja negara yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp854,7 triliun(19,1 persen terhadap PDB). Dari jumlah tersebut, anggaran belanja pemerintah pusatdiperkirakan mencapai Rp697,1 triliun (15,5 persen terhadap PDB), atau mengalamipeningkatan sebesar Rp123,6 triliun dari pagu alokasi anggaran belanja pemerintah pusatyang dianggarkan dalam APBN 2008 sebesar Rp573,4 triliun (12,8 persen terhadap PDB).Jumlah anggaran belanja negara dalam APBN-P tahun 2008 tersebut terdiri dari belanjakementerian negara/lembaga (K/L) sebesar Rp290,0 triliun, atau turun sebesar Rp21,9 triliundari pagu alokasi anggaran belanja K/L yang dianggarkan dalam APBN 2008 sebesar Rp311,9triliun, dan anggaran belanja non-K/L sebesar Rp407,0 triliun yang berarti Rp145,6 triliunlebih tinggi dari pagu alokasi anggaran belanja non-K/L yang ditetapkan dalam APBN 2008sebesar Rp261,5 triliun (5,8 persen terhadap PDB). Peningkatan alokasi anggaran belanjanon-K/L yang cukup signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan beban belanjasubsidi yang mencapai Rp136,5 triliun dari pagu alokasi belanja subsidi yang ditetapkandalam APBN 2008 sebesar Rp97,9 triliun (2,2 persen dari PDB). Sementara itu, alokasi transfer

Page 4: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Ringkasan Eksekutif

R-3APBN-P 2008

ke daerah dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp292,4 triliun (6,5 persenterhadap PDB), atau naik sebesar Rp11,2 triliun dari pagu alokasi transfer ke daerah yangdianggarkan dalam APBN 2008 sebesar Rp281,2 triliun (6,3 persen terhadap PDB). Jumlahtersebut terdiri dari: (a) dana perimbangan sebesar Rp278,4 triliun, dan (b) dana otonomikhusus dan penyesuaian sebesar Rp14,0 triliun. Perubahan terbesar dari transfer ke daerahberasal dari dana bagi hasil sebesar Rp11,7 triliun.

Pembiayaan defisit dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp94,5 triliun(2,1 persen terhadap PDB), terdiri dari pembiayaan dalam negeri Rp107,6 triliun (2,4 persenterhadap PDB) dan pembiayaan luar negeri (neto) negatif Rp13,1 triliun (0,3 persen terhadapPDB). Perubahan terbesar dari pembiayaan anggaran tersebut berasal dari kenaikan suratberharga negara (neto) yang mencapai Rp26,2 triliun.

Page 5: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

i

EXECUTIVE SUMMARY ............................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR TABEL ......................................................................................

DAFTAR GRAFIK .....................................................................................

DAFTAR BOKS .........................................................................................

BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2008 .

1.1. Pendahuluan ........................................................................

1.2. Krisis Ekonomi Global ........................................................

1.2.1. Subprime Mortgage ..................................................

1.2.2. Guncangan Pasar Modal ............................................

1.3. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ........................

1.4. Kenaikan Harga Minyak Mentah ..........................................

1.5. Kenaikan Harga Komoditi Primer .........................................

1.6. Dampak Pada Perekonomian Indonesia .................................

1.6.1. Pertumbuhan Ekonomi .............................................

1.6.2. Inflasi .......................................................................

1.6.3. Nilai Tukar Rupiah ....................................................

1.6.4. SBI 3 Bulan ..................................................................

1.6.5. Harga Minyak Mentah Indonesia ................................

1.6.6. Lifting Minyak ...........................................................

1 .7 . Asumsi Makro 2008 ............................................................

1.8. Neraca Pembayaran ............................................................

1.9. Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2008 ......................................

1.9.1. Pencapaian APBN Tahun 2007 ..................................

1.9.2. Sasaran APBN Perubahan Tahun 2008 dan KebijakanFiskal 2008 ..............................................................

1.9.3. Pengendalian Defisit dalam APBN-P 2008 ................

1.9.4. Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok ...........

BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH RAPBN-P 2008...................................................................................................

DAFTAR ISI

Halaman

R1

i

iv

v

vi

I-1

I-1

I-2

I-2

I-3

I-5

I-6

I-7

I-9

I-9

I-12

I-13

I-15

I-18

I-19

I-20

I-21

I-24

I-25

I-25

I-29

I-29

II-1

Daftar Isi

Page 6: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

ii

Halaman

Daftar Isi

2.1. Pendahuluan ........................................................................

2.2. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2007 ............

2.2.1. Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2007 ...................

2.2.1.1.Penerimaan Perpajakan Tahun 2007 .............

2.2.1.2.Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2007

2.2.2. Hibah Tahun 2007 ..................................................

2.3. Perubahan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2008 .........

2.3.1. Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2008 ....................

2.3.1.1.Penerimaan Perpajakan Tahun 2008 .............

2.3.1.2.Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2008

2.3.2. Hibah Tahun 2008 ..................................................

BAB III POKOK-POKOK PERUBAHAN ANGGARAN BELANJANEGARA ..................................................................................

3.1. Pendahuluan .....................................................................

3.2. Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dan Anggaran BelanjaPemerintah Pusat ..............................................................

3.3. Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dan Anggaran Transferke Daerah ..........................................................................

3.3.1. Perubahan Dana Perimbangan .................................

3.3.1.1.Perubahan Dana Bagi Hasil (DBH) .................

3.3.1.1.1. Perubahan DBH Pajak ...................

3.3.1.1.2. Perubahan DBH Sumber Daya Alam.

3.3.1.2. Perubahan Dana Alokasi Umum (DAU) ........

3.3.1.3.Perubahan Dana Alokasi Khusus (DAK) ........

3.3.2. Perubahan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian ..

3.3.2.1.Perubahan Dana Otonomi Khusus ................

3.3.2.2. Perubahan Dana Penyesuaian .....................

BAB IV POKOK-POKOK PERUBAHAN DEFISIT DANPEMBIAYAAN ANGGARAN .................................................

4.1. Defisit Anggaran ..................................................................

4.2. Pembiayaan Defisit Anggaran ...............................................

II-1

II-2

II-2

II-3

II-7

II-10

II-10

II-11

II-12

II-20

II-24

III-1

III-1

III-2

III-23

III-26

III-26

III-27

III-27

III-28

III-29

III-31

III-31

III-32

IV-1

IV-1

IV-2

Page 7: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

iii

Halaman

IV-2

IV-5

IV-10

4.2.1. Pembiayaan Non-Utang ...........................................

4.2.2. Pembiayaan Utang (neto) ..........................................

4.3. Dampak Perubahan Asumsi dan Defisit .................................

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR16 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATASUNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Page 8: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I.1 Aliran Dana Badan Investasi Pemerintah dari Asia ....................

Tabel I.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Tahun 2008.....................

Tabel I.3 Laju Pertumbuhan PDB 2006 - 2008 .........................................

Tabel I.4 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2007 - 2008 ..........

Tabel I.5 Neraca Pembayaran Indonesia, 2007 - 2008 .............................

Tabel I.6 Ringkasan APBN-P 2008 ............................................................

Tabel II.1 Pendapatan Negara dan Hibah, 2006 - 2007 ..................................

Tabel II.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan, 2006 - 2007 ...................

Tabel II.3 Perkembangan PNBP, 2006 - 2007 .............................................

Tabel II.4 Pendapatan Negara dan Hibah, 2008 ..........................................

Tabel II.5 Penerimaan Perpajakan, 2008 ...................................................

Tabel II.6 Kebijakan dan Administrasi Perpajakan APBN-P 2008................

Tabel II.7 Penerimaan Negara Bukan Pajak, 2008........................................

Tabel II.8 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya Tahun 2008 ..................

Tabel III.1 Belanja Negara, Tahun 2008 ........................................................

Tabel III.2 Belanja Pemerintah Pusat, Tahun 2008 .......................................

Tabel III.3 Belanja Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2008 ....................

Tabel III.4 Transfer ke Daerah, Tahun 2008 .................................................

Tabel IV.1 Program Tahunan Privatisasi Tahun 2008 ...................................

Tabel IV.2 Pembiayaan Anggaran Berdasarkan Utang dan Non Utang 2008 .

Daftar Tabel

I-3

I-6

I-11

I-21

I-24

I-31

II-3

II-5

II-8

II-12

II-13

II-16

II-21

II-24

III-2

III-4

III-24

III-33

IV-4

IV-9

Page 9: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

v

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik I.1 Pergerakan Saham di Beberapa Pasar Dunia ................................

Grafik I.2 Pergerakan Indeks Saham Perusahaan Internasional .....................

Grafik I.3 Perkembangan Fed Rate dan Saham Internasional .....................

Grafik I.4 Proyeksi Pertumbuhan Amerika Serikat di tahun 2008 .................

Grafik I.5 Perkembangan Harga Minyak Mentah Internasional Dec 2006 -Jan 2008 ...................................................................................

Grafik I.6 Perkembangan Harga Komoditas Dunia ......................................

Grafik I.7 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan .............................................

Grafik I.8 Perkembangan Inflasi 2006 - 2008 ............................................

Grafik I.9 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Volatilitas ......................

Grafik I.10 Nilai Tukar dan Prosentase Apr(+)/Depr(-) Beberapa Mata UangRegional s.d Mar 2008 .................................................................

Grafik I.11 Nilai Tukar dan Net Beli (Jual) Asing ...........................................

Grafik I.12 Perkembangan BI Rate, SBI 3 bulan, dan Fed Fund Rate ...............

Grafik I.13 BI Rate dan Suku Bunga Perbankan..............................................

Grafik I.14 Asumsi dan Realisasi Lifting Minyak Indonesia, 2005-2008 ..........

Grafik II.1 Perkembangan Pendapatan Negara 2004 - 2007 ..........................

Grafik II.2 Penerimaan Perpajakan ..............................................................

Grafik II.3 Pertumbuhan Penerimaan Perpajakan ........................................

Grafik II.4 Penerimaan PNBP 2005 - 2007 ..................................................

Daftar Grafik

I-4

I-4

I-5

I-6

I-7

I-8

I-10

I-13

I-14

I-15

I-15

I-17

I-18

I-20

II-3

II-4

II-4

II-7

Page 10: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

vi

DAFTAR BOKS

Daftar Boks

Halaman

Boks I.1 Dampak Krisis Subprime Mortgage Terhadap Indonesia ...............

Boks I.2 9 Langkah Pengamanan APBN 2008 ..........................................

Boks II.1 Insentif Perpajakan Dalam Rangka Mendukung Paket KebijakanStabilisasi Harga Pangan Pokok .................................................

Boks IV.1 Pinjaman Proyek .......................................................................

Boks IV.2 Pinjaman Program .......................................................................

I-22

I-30

II-19

IV-11

IV-16

Page 11: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-1APBN-P 2008

BAB I

PERKEMBANGAN ASUMSI DASARAPBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN

FISKAL TAHUN ANGGARAN 2008

1.1. PendahuluanMemasuki triwulan I tahun 2008, tekanan yang terjadi pada perekonomian dunia semakinterlihat sebagai dampak lanjutan krisis sektor perumahan (subprime mortgage1) di AmerikaSerikat yang mulai terkuak pada pertengahan tahun 2007. Seluruh proyeksi ekonomi tahun2008 yang diumumkan pada kuartal pertama 2008 oleh lembaga-lembaga multilateraldirevisi turun secara cukup signifikan. Di sisi lain harga minyak mentah di pasar dunia terusbergerak naik sejak pertengahan tahun 2007, meskipun pada saat yang sama proyeksipelemahan ekonomi global seharusnya akan menurunkan permintaan terhadap bahan bakarminyak. Kenaikan tajam justru terjadi setelah bulan September 2007 dan pada saat ini sudahmencapai harga di atas US$100 per barel. Kenaikan harga minyak dunia yang cenderungterus terjadi dan bertahan pada tingkat yang tinggi, menyebabkan kegiatan diversifikasienergi kepada sumber yang terbarukan menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan permintaanterhadap bahan-bahan baku bio-fuel melonjak, sehingga menyebabkan harga komoditi bio-fuel melonjak seperti jagung, Crude Palm Oil (CPO), tebu/gula. Kompetisi antara komoditiuntuk penggunaan bahan bakar versus bahan makanan makin tajam. Kondisi inimenyebabkan harga pangan dunia ikut melonjak yang telah mengakibatkan tekanan inflasipangan di seluruh dunia.

Perubahan situasi perekonomian dunia yang memburuk secara sangat cepat dalam semesterkedua tahun 2007 telah menjadi salah satu bahan pembahasan Pemerintah, Bank Indonesia,dan DPR pada saat membahas asumsi ekonomi makro tahun 2008 yang dipergunakansebagai dasar perhitungan besaran APBN 2008. Dari hasil pembahasan yang mendalam diDPR mulai bulan September 2007 hingga pertengahan bulan Oktober 2007, berdasarkankondisi perekonomian yang mempengaruhi hingga saat itu, telah ditetapkan asumsi ekonomimakro tahun 2008 sebagai berikut: (i) pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen, (ii) tingkatinflasi 6,0 persen, (iii) suku bunga SBI-3 bulan rata-rata 7,5 persen, (iv) nilai tukar Rp9.100per dolar AS, (v) harga minyak mentah Indonesia rata-rata US$60 per barel, dan (vi) liftingminyak sebesar 1,034 juta barel per hari.

Dalam perjalanannya setelah Undang-Undang APBN 2008 ditetapkan pada akhir bulanOktober 2007, krisis subprime mortgage ternyata berdampak semakin luas dan serius diAmerika Serikat dan Eropa. Sentimen negatif sangat mudah meluas dan menular ke seluruhbagian dunia, terlihat pada gejolak/kejatuhan harga saham di seluruh dunia dan pergerakanarus modal antarnegara. Perubahan situasi perekonomian global yang drastis dan cepatberubah hingga awal tahun 2008 menyebabkan besaran asumsi ekonomi makro 2008 yangtelah ditetapkan pada bulan Oktober 2007 menjadi tidak sesuai lagi. Di sisi lain, perubahanasumsi indikator ekonomi makro dalam APBN tidak bisa dilakukan seketika karena terkait

1 Subprime mortgage merupakan surat utang yang ditopang oleh jaminan kredit pemilikan rumah (KPR) dengan profil debitoryang memiliki kemampuan bayar relatif rendah.

Page 12: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-2 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

dengan mekanisme dan siklus APBN yang bersifat rigid dan tetap. Untuk menyesuaikanasumsi ekonomi makro dengan perkembangan ekonomi dunia terkini maka penyesuaiandapat dilakukan melalui mekanisme perubahan APBN 2008.

1.2. Krisis Ekonomi Global

1.2.1. Subprime Mortgage

Selama beberapa tahun terakhir harga minyak dunia telah mengalami tren peningkatansebagai akibat ketidakseimbangan permintaan dan produksi minyak dunia. Tren tersebutmendorong peningkatan laju inflasi di Amerika Serikat (AS) sehingga the Fed memutuskanuntuk menaikan suku bunga secara bertahap dan mencapai puncaknya pada tingkat 5,25persen di bulan Juni 2006. Kebijakan suku bunga itu juga diambil dalam rangka mengatasimasalah twin deficit yang dialami Amerika Serikat sejak tahun 2002. Suku bunga tersebutbertahan pada tingkat 5,25 persen hingga Agustus 2007 sehingga berdampak padapeningkatan suku bunga kredit di AS. Kenaikan suku bunga kredit ini kemudian memicuterjadinya kredit macet di negara tersebut yang berdampak pada krisis subprime mortgage.Kredit macet ini melibatkan sekitar 2,2 juta orang AS dengan total nilai sekitar US$950miliar.

Krisis subprime mortgage yang pada awalnya berimbas pada sektor perumahan dan pasarmodal AS ternyata memberikan dampak lanjutan pada institusi-institusi keuangan terkemukadi AS dan juga di belahan dunia lainnya. Kondisi ini menimbulkan dampak negatif padakinerja sektor riil dan konsumsi dalam negeri di AS yang pada akhirnya menimbulkanpermasalahan likuiditas di pasar keuangan dan berimplikasi pada memburuknya kondisipasar modal serta kerugian yang dialami institusi-institusi keuangan terkemuka sepertiMorgan Stanley, Citigroup, Merrill Lynch, dan lain-lain.

Total kerugian yang dialami institusi-institusi keuangan dunia hingga Februari 2008 terkaitdampak dengan subprime mortgage sementara ini diperkirakan mencapai US$130 miliar.Morgan Stanley mengalami kerugian US$9,4 miliar, Citigroup merugi US$19,9 miliar, bahkanMerrill Lynch merugi hingga US$22,4 miliar.

Imbas krisis mortgage meluas mencapai Eropa dan Asia, dimana Union Bank of Switzerland(UBS) hingga Februari 2008 diperkirakan mengalami kerugian sebesar US$14,4 miliar danHSBC merugi US$7,5 miliar. Pasar modal secara global mengalami tekanan dan terjadipelemahan harga saham. Harga saham Merrill Lynch, Citigroup, UBS, dan lain-lainberjatuhan sehingga terjadi krisis likuiditas dan memerlukan suntikan dana segar.

Suntikan dana tersebut menciptakan fenomena perubahan peta keuangan dunia ke Asia,antara lain tercermin pada pengambilalihan saham Citigroup oleh Abu Dhabi InvestmentAuthority senilai US$7,5 miliar, saham Merril Lynch oleh Temasek senilai US$7,2 miliar,pembelian saham Morgan Stanley oleh China Investment senilai US$5 miliar, dandiberikannya suntikan dana bagi UBS sebesar US$11,94 miliar dari pemerintah Singapura.Selama tiga kuartal terakhir, Badan Investasi Pemerintah (Sovereign Wealth Fund) dariAsia telah menyuntikkan dana mencapai US$66,6 miliar kepada institusi-institusi keuanganterkemuka di dunia.

Di Inggris, Northern Rock, yang merupakan bank perkreditan perumahan mengalamikerugian akibat hilangnya kepercayaan masyarakat sehingga terjadi rush pada bank tersebut.

Page 13: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-3APBN-P 2008

Besarnya kesulitan likuiditas yang dialami oleh Northern Rock mendorong pemerintahInggris melakukan bail-out dengan menyuntikkan dana talangan yang sangat besarmencapai £25 miliar.

Sementara di Perancis, kejatuhan bursa-bursa saham AS juga telah membawa kerugiansebesar 4,9 miliar euro bagi Societe Generale, yang merupakan bank dengan kapitalisasipasar terbesar ketiga. Societe Generale menempatkan dana sebesar US$73 miliar di bursa-bursa saham Eropa yang ternyata menurun tajam memasuki tahun 2008. Kejadian tersebutdiperparah oleh fakta bahwa transaksi penempatan dana tersebut dilakukan secara ilegalyang mengabaikan prosedur dan norma kehati-hatian sehingga menunjukkan lemahnyasistem kontrol di sektor keuangan.

1.2.2. Guncangan Pasar Modal

Krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) yang langsung berdampak negatif kepasar modal AS mengakibatkan jatuhnya bursa global. Krisis ini menciptakan “MinskyMoment”, yaitu suatu kondisi dimana investor terpaksa menjual sahamnya dalam rangkamenutup kerugian dana pada portfolio investasi lainnya. Kesalahan investasi (bad mortgage)tersebut dampaknya juga dirasakan oleh para pemilik modal di luar AS, termasuk Eropa,Asia, dan Australia, sehingga turut mempengaruhi bursa global secara keseluruhan. Hal iniseiring dengan besarnya kepemilikan hipotik perumahan (housing mortgages) oleh banyakinstitusi keuangan yang ada di berbagai penjuru dunia.

Sejak krisis subprime mortgage menyeruak ke permukaan, indeks bursa saham secara globalterus tergerus hingga menutup tahun 2007. Hingga akhir Maret 2008, bursa saham secaraglobal masih terus mengalami tekanan, baik di Amerika Serikat, maupun di pasar modalEropa dan Asia seperti dilihat pada Grafik I.1.

Injeksi Dana Asia (Sovereign Wealth Fund) Penyalur dana Penerima dana Nilai Milyar USD

UAE: Abu Dhabi Investment Authority Citigroup 7,5Singapore: Temasek Holding Standard Chartered 9,2

Merrill Lynch 7,5Barclay 2,0

Singapore: Government Investment Corp. UBS 11,94Citigroup 6,9

China: China Investment Corporation Morgan Stanley 5,0Blackstone 3,0

Lain-lain 13,58TOTAL 66,6

Sumber Bloomberg

Tabel I.1Aliran Dana Badan Investasi Pemerintah dari Asia

Page 14: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-4 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

Grafik I.1

Pergerakan Saham di Beberapa Pasar Dunia

Untuk tetap menggairahkan prospek ekonomi, the Fed telah mengambil kebijakan untukmelakukan pemangkasan Fed Fund Rate beberapa kali, sejak tingkat 4,75 persen padaSeptember 2007 menjadi 3 persen pada Januari 2008, dan 2,25% pada Maret 2008.

Di sisi lain, terus melambungnya harga minyak semakin memperburuk perekonomian AS,melalui dampaknya terhadap peningkatan biaya produksi dan transportasi. Inflasi tahun2007 mencapai 4,1 persen yang merupakan tertinggi dalam 17 tahun terakhir. The Fedmenghadapi dilema antara upaya menjaga pertumbuhan perekonomian dan mengendalikanlaju inflasi. Perekonomian Amerika Serikat menghadapi risiko stagflasi, yaitu pertumbuhanekonomi yang melambat dan inflasi yang tinggi. Departemen Perdaganganmengkonfirmasikan bahwa perekonomian AS hanya tumbuh 0,6% pada kuartal ke-IV.

708090

100110120130140150160170

Jan-

07

Feb-

07

Mar

-07

Apr-

07

May

-07

Jun-

07

Jul-0

7

Aug-

07

Sep-

07

Oct

-07

Nov

-07

Dec

-07

Jan-

08Sumber: Bloomberg

Dow Jones Nikkei

Footsie Hang Seng

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

Sumber: Bloomberg

Thailand Kuala Lumpur

Phillipina Indonesia

Grafik I.2 Pergerakan Indek Saham Perusahaan Internasional

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan-0

7

Feb-07

Mar-07

Apr-07

May-07

Jun-0

7Ju

l-07

Aug-07

Sep-07

Oct-07

Nov-07

Dec-07

Jan-0

8

Feb-08

Mar-08

Komatsu Sony Toyota GM

Page 15: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-5APBN-P 2008

Perusahaan-perusahaanJepang dan Korea yangsangat mengandalkan pasarAmerika Serikat mengalamipukulan berat yang akanmengancam penurunankeuntungan. Sampai dengan22 Januari, saham Toyotajatuh (7,2 persen), sahamSony (perusahaan konsumerelektronik terbesar No.2 didunia) jatuh 6,9 persen, dansaham Komatsu(perusahaan alat beratterbesar No.2 di dunia) jatuhhingga 8,5 persen. SahamToyota sebagai produsen otomotif paling profitable di dunia selama bulan Januari 2008telah jatuh 19 persen dan saham Samsung sebagai perusahaan elektronik terbesar di Koreamelorot hampir 5 persen. Tekanan terhadap saham-saham perusahaan Amerika Serikat,Jepang, dan Korea masih terus berlanjut hingga Maret 2008.

Untuk mempertahankan momentum, pada tanggal 30 Januari 2008, the Fed kembalimelakukan pemangkasan sebesar 50 bps menjadi 3 persen, yang terus dilanjutkan menjadi2,25% pada Maret 2008. Sejak munculnya krisis subprime mortgage pada pertengahan tahun2007 hingga Maret 2008, the Fed telah melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 3,0persen yang diharapkan mampu meringankan beban likuiditas. Upaya yang dilakukanpemerintah AS dan the Fed diharapkan dapat membelokkan arah perekonomian AS kembalike arah positif. Hal ini penting karena perekonomian AS memberikan kontribusi yangsignifikan terhadap perekonomian dunia, sehingga guncangan yang terjadi akan dirasakanoleh negara-negara lain di Eropa, Australia, dan Asia, termasuk Indonesia.

1.3. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi DuniaKrisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang berimbas kepada sektor keuangan dananjloknya pasar modal telah mempengaruhi potensi pertumbuhan ekonomi di berbagainegara dan global. Penurunan pertumbuhan ekonomi global tersebut terutama dipicu olehpotensi penurunan laju pertumbuhan ekonomi AS yang menopang hampir 30 persen lajupertumbuhan ekonomi dunia. Memasuki tahun 2008, berbagai indikator ekonomi yangada telah memperlihatkan tanda-tanda melemahnya perekonomian AS. Penurunan tingkatpenjualan rumah dan konsumsi, tingginya laju inflasi, serta peningkatan angkapengangguran memperkuat potensi melemahnya laju pertumbuhan ekonomi AS.

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) bulan April 2008, Dana MoneterInternasional (International Monetary Fund/IMF) menyampaikan perkiraan terakhir ataslaju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun 2008 sebesar 0,5 persen. Nilai tersebutmenunjukkan adanya koreksi yang cukup besar, dibanding dengan beberapa proyeksi awalyang telah disampaikan pada bulan-bulan sebelumnya. Perlambatan ekonomi AS yangsemakin nyata memiliki dampak yang cukup besar pada laju pertumbuhan ekonomi global.

Grafik I.3Perkem ba ngan Fed Rate dan Sah a m

Int ern a sion al

60

80

100

120

140

160

180

Sumber: Bloomberg

0

1

2

3

4

5

6

Do w Jo nes Nikkei Fo o ts ie Hang Seng Fed Fund Rate

Page 16: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-6 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

Berdasarkan perkembangan yang ada,IMF juga telah melakukan perhitunganulang terhadap proyeksi lajupertumbuhan ekonomi di beberapanegara lainnya. Dalam hal ini, perkiraanlaju pertumbuhan ekonomi duniadiperkirakan akan melambat hinggahanya mencapai 3,7 persen, tingkat yanglebih rendah dibandingkan perkiraan-perkiraan pada bulan Oktober 2007 danJanuari 2008 yaitu masing-masingsebesar 4,4 persen dan 4,2 persen.

Dengan laju pertumbuhan ekonomi 3,7 persen tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia tahun2008 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya yang diestimasi mencapai 5,2 persen.Menurunnya laju pertumbuhan tersebut juga diperkirakan akan dialami oleh negara-negaraUni Eropa. Proyeksi laju pertumbuhan ekonomi Uni Eropa diperkirakan mencapai 1,4 persen,lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,6 persen. Beberapa pengamatmemperkirakan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama akan dialami olehInggris, yang antara lain tercermin pada jatuhnya harga saham dan anjloknya angkapenjualan perumahan di Inggris.

Di kawasan Asia, dampak pelemahanpertumbuhan ekonomi AS diperkirakanrelatif rendah terkait dengan masih cukuptingginya potensi pertumbuhan ekonomiChina dan India. Melambatnya ekonomiAS tentunya akan membuat ekspor Asia keAS turun. Namun, pesatnya pertumbuhanekonomi negara-negara dalam kawasantersebut dapat mendorong peningkatanperdagangan intra-Asia. Menurut LehmanBrothers, kecuali Jepang, 43 persen eksporAsia mengalir ke sesama negara di kawasantersebut, naik dari 37 persen pada 1995.China dan India memperlihatkan peranyang lebih besar di panggung perdagangan

dunia dibandingkan enam tahun lalu. Dengan kata lain perekonomian China bisa menjadipenyeimbang apa pun yang terjadi di AS.

1.4. Kenaikan Harga Minyak MentahLonjakan harga komoditi primer yang paling dirasakan adalah minyak mentah (crude oil)sebagai sumber energi utama bagi aktivitas berbagai industri di dunia. Di tahun 2007, hargaminyak mentah internasional berada pada level yang cukup tinggi. Gejala ini berlanjut sampaidengan pertengahan Maret 2008 dimana harga minyak WTI mencapai level US$ 101 perbarel. Tingginya harga minyak mentah ini selain dipengaruhi oleh faktor fundamental akibat

Grafik I.4 Proyeksi Pertumbuhan Amerika Serikat di Tahun 2008

0,0

0,5

1,0

1 ,5

2,0

2,5

3,0

Apr. '07 Okt. '07 Jan. '08 Mar. '08

Per

sen

(yo

y)

Apr. '07 Okt. '07 Jan. '08 Mar. '08

AS 2,8 1,9 1,5 0,5

EU 2,3 2,1 1,6 1,4

- Inggris 2,9 2,7 1,8 1,6

Jepang 1,9 1,7 1,5 1,4

China 9,5 10,0 10,0 9,3

India 7,8 8,4 8,2 7,9

Dunia 4,9 4,4 4,2 3,7

Sumber : World Economic Outlook, IMF, April 2008

Tabel I.2Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Tahun 2008

Page 17: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-7APBN-P 2008

tidak imbangnya permintaan dan penawaran seperti gangguan pipa penyalur di Laut Utaradan pelemahan dolar AS, juga disebabkan oleh sentimen negatif sebagai akibat dari ketegangangeopolitik seperti isu program nuklir Iran, kerusuhan di Nigeria dan ketegangan di Turki.Harga rata-rata minyak mentah jenis Dated Brent di pasar internasional pada periode April2007 - Maret 2008 mencapai US$82,2 per barel atau naik US$17,8 per barel (27,6 persen)dibandingkan dengan harga pada periode yang sama tahun 2006-2007 sebesar US$64,4per barel. Harga rata-rata minyak mentah basket OPEC pada periode April 2007 – Maret2008 mencapai US$78,3 per barel atau mengalami kenaikan 29,4 persen dibanding periodeyang sama pada tahun 2006-2007. Pertumbuhan permintaan minyak dunia jauh melebihikemampuan untuk meningkatkan produksi minyak oleh negara-negara penghasil minyak,baik yang tergabung dalam OPEC maupun Non-OPEC. Kendala yang dihadapi dalammeningkatkan kapasitas produksi minyak antara lain sebagian sumur-sumur yang ada telahberusia tua, konflik di Timur Tengah dan beberapa negara di Afrika yang berkepanjangan,serta bencana alam seperti badai Katerina yang menghancurkan kilang minyak di

Texas, Amerika Serikat.

1.5. Kenaikan Harga Komoditi PrimerPerkembangan lainnya yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi global dan regional adalahtren peningkatan harga-harga komoditas primer di pasar internasional. Tren kenaikan harga-harga komoditi primer internasional, seperti minyak bumi, baja, tembaga, emas, dan lain-

Grafik I.5Perkembangan Harga Minyak Mentah Internasional

Dec 2006 - Jan 2008(US$/barrel)

45,00

55,00

65,00

75,00

85,00

95,00

105,00

Jan06

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec06

Jan07

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan08

OPEC Brent ICP WTI

Page 18: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-8 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

lain, sudah mulai dirasakan sejak tahun 2004 dan terus berlanjut hingga awal tahun 2008.Kenaikan harga antara lain dipicu oleh meningkatnya kebutuhan komoditi tersebut seiringdengan meningkatnya kegiatan ekonomi di negara-negara emerging market dan negaranegara berkembang yang tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang menurut WEO-IMF berada di atas 7,0 persen. Selain itu, ketidakstabilan pasar keuangan global telahmendorong beberapa investor untuk melakukan pengalihan dananya dari pasar modal keaksi spekulatif di pasar komoditi guna memperoleh keuntungan yang lebih tinggi sehinggamemperbesar lonjakan harga komoditi pasar internasional lebih tinggi dari hargafundamentalnya.

Di sisi lain, tingginya harga minyak dunia ternyata mendorong upaya-upaya untukmengembangkan sumber energi alternatif lain, khususnya bio-fuel dan bio-diesel. Langkah-langkah tersebut pada akhirnya akan mendorong peningkatan permintaan komoditas primer,seperti gandum, kedelai, serta komoditas hasil olahan seperti CPO. Kenaikan harga-hargakomoditas tersebut sejak bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Januari 2008 telahmencapai lebih dari 200 persen.

Grafik I.6 Perkembangan Harga Komoditas Dunia

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

Jan-

07

Feb-

07

Mar

-07

Apr-

07

May

-07

Jun-

07

Jul-0

7

Aug-

07

Sep-

07

Oct

-07

Nov

-07

Dec

-07

Jan-

08

Feb-

08

Mar

-08

Palm oil Cotton Sugar Rubber

70

120

170

220

270

320

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

2006 2007 2008

Beras Gandum Kedelai Jagung

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan-

07

Feb-

07

Mar

-07

Apr-

07

May

-07

Jun-

07

Jul-0

7

Aug-

07

Sep-

07

Oct

-07

Nov

-07

Dec

-07

Jan-

08

Feb-

08

Mar

-08

Alumunium Copper Gold Brent Oil

Page 19: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-9APBN-P 2008

1.6. Dampak Pada Perekonomian IndonesiaPerkembangan ekonomi global selama tahun 2007 berdampak pada perkembanganperekonomian domestik. Dampak krisis subprime mortgage dan perubahan peta keuangandunia dan regional akan membawa pengaruh terhadap arah pergerakan arus modal di pasarkeuangan dan modal dalam negeri. Hal tersebut pada gilirannya akan membawa implikasipada potensi arus modal dan perkembangan investasi di Indonesia. Sementara itu, gejolakharga komoditas internasional ikut mendorong harga komoditas dalam negeri sehinggaterjadi tekanan baru pada tingkat inflasi. Gejala pelemahan laju pertumbuhan ekonomi ASdan global, sedikit banyak akan mempengaruhi pola perdagangan dan perekonomianinternasional dan tentu saja perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap perkembanganperekonomian domestik. Di sisi moneter, perubahan–perubahan tingkat suku bunga danpergerakan nilai tukar akan membawa implikasi terhadap perkembangan sektor riil danmoneter di Indonesia. Dengan menyadari hal-hal tersebut dan memperhatikanperkembangan global yang terjadi, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap proyeksiindikator-indikator ekonomi Indonesia di tahun 2008.

1.6.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pelemahan ekonomi global diperkirakan akan berdampak pada perkembangan ekonominasional 2008 terutama pada penurunan perkiraan pertumbuhan neraca perdaganganIndonesia dan investasi, sementara konsumsi domestik diperkirakan masih cukup kuat.Dengan demikian pertumbuhan ekonomi di 2008 diperkirakan masih cukup tinggi, meskipunsedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan dalam APBN 2008.

Pada tahun 2007, realisasi laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,32 persen (y-o-y),meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,51 persen. Tingginya angkarealisasi tersebut, terutama disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat yangmendorong peningkatan permintaan dalam negeri, membaiknya iklim investasi, sertatingginya permintaan dunia terhadap produk ekspor Indonesia.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi tahun 2007 lebih bertumpu pada konsumsimasyarakat, investasi, dan ekspor, sementara pada sisi penawaran (sektoral) lebih ditopangoleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektorpengangkutan dan komunikasi.

Pengeluaran konsumsi masyarakat tahun 2007 tumbuh sebesar 5,04 persen, lebih tinggidibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 3,17 persen, yang ditopang olehmeningkatnya konsumsi makanan dan non makanan. Meningkatnya daya beli masyarakatkarena peningkatan pada pendapatan riil masyarakat tercermin pada semakin meningkatnyapertumbuhan kredit konsumsi sebesar 24,9 persen pada 2007. Sementara itu, indikatorkonsumsi yang lain yaitu penjualan listrik meningkat 7,0 persen dan penjualan kendaraanbermotor (mobil dan motor) yang meningkat sebesar 8,4 persen. Konsumsi pemerintahtumbuh sebesar 3,89 persen, melambat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar9,61 persen akibat menurunnya belanja barang.

Pengeluaran investasi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,16 persenlebih tinggi dibanding tahun 2006 yang hanya sebesar 2,46 persen sebagai respon atas

Page 20: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-10 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

meningkatnya permintaan baikdomestik maupun luar negeriserta peningkatan konsumsiswasta. Tumbuhnyapengeluaran investasi tercermindari meningkatnya realisasiPMA-PMDN yang mencapai72,9 persen dan 67,7 persen,penjualan semen 7,1 persen,impor barang modal tumbuhpesat 15,1 persen. Kreditinvestasi dan kredit modal kerjayang tumbuh masing-masingsebesar 23,1 persen dan 28,6 persen juga menopang pertumbuhan investasi tahun 2007.

Pertumbuhan ekspor barang dan jasa tahun 2007 masih tetap tinggi, yaitu sebesar 8,02persen, meskipun lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,41 persen.Pertumbuhan ekspor tersebut terkait dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dunia danmeningkatnya harga komoditas internasional sehingga meningkatkan permintaan duniaatas barang ekspor Indonesia. Kondisi eksternal sehubungan dengan berlanjutnya kasussubprime mortgage AS belum berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekspor 2007.

Pertumbuhan impor 2007 yang mencapai 8,89 persen meningkat dibandingkan tahun 2006sebesar 8,58 persen ditunjang oleh meningkatnya impor barang, baik barang konsumsi,bahan baku, maupun barang modal terkait dengan meningkatnya daya beli masyarakat,kegiatan produksi yang meningkat serta tingginya investasi.

Dari sisi penawaran, kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2007 ditandai denganmeningkatnya pertumbuhan hampir seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadipada sektor-sektor nontradable, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi (14,38 persen),sektor listrik, gas dan air bersih (10,4 persen), sektor bangunan (8,61 persen), dan sektorperdagangan (8,46 persen). Sementara sektor industri pengolahan dan pertanian yangmerupakan penopang perekonomian tumbuh masing-masing sebesar 4,66 dan 3,5 persen.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tahun 2007 tumbuh sebesar 14,38 persen. Walaupunpertumbuhannya sama dengan tahun sebelumnya, tingginya mobilitas masyarakat sertaperkembangan kemajuan teknologi dan inovasi di bidang komunikasi telah memberikankontribusi yang positif dalam mendukung tingginya pertumbuhan di sektor ini. Subsektorpengangkutan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena terjadinyakecelakaan beberapa moda transportasi (pesawat, kapal laut, kereta api) sehinggamengurangi minat masyarakat untuk bepergian

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 4,66 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkantahun sebelumnya sebesar 4,59 persen meskipun tren pertumbuhannya yang terus melambatsejak triwulan I 2007. Perlambatan ini terutama dari industri nonmigas yang di semuasubsektornya cenderung melambat kecuali alat angkutan mesin dan peralatannya yangmeningkat sebesar 9,73 persen. Masih kondusifnya permintaan pasar, baik dari dalammaupun luar negeri, tingkat inflasi yang lebih rendah, dan penurunan suku bunga menjadipendorong tumbuhnya sektor industri pengolahan.

Grafik I.7Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan

5,96

%

5,87

%

5,84

%

5,13

%

4,97

% 5,90

%

6,41

%

6,51

%

6,25

%

6,03

%

5,11

% 6,09

%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2005 : 5,69% 2006 : 5,51% 2007 : 6,32%

Page 21: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-11APBN-P 2008

Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 8,46 persen, lebihtinggi dibanding pertumbuhan tahun 2006 sebesar 6,42 persen. Meningkatnya daya belimasyarakat ikut mendorong pertumbuhan sektor ini dan pertumbuhan konsumsimasyarakat.

Sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan tahunsebelumnya, yaitu dari 3,36 persen tahun 2006 menjadi 3,50 persen tahun 2007. Peningkatanini terutama disebabkan meningkatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanankhususnya padi yang merupakan penopang utama pertumbuhan sektor ini. Targetpertumbuhan sektor pertanian terlampaui karena peningkatan pada produksi padi/berasdan jagung hingga melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Sementara itu, subsektorkehutanan mengalami penurunan karena kerusakan hutan akibat masih banyaknya illegallogging sehingga produksi kayu berkurang dan industri hasil hutan banyak yang tutup.

Memasuki tahun 2008, berbagai perubahan dalam perekonomian dunia mulai membawadampak pada perekonomian domestik. Pertumbuhan ekonomi domestik mengalamiperubahan seiring dengan perkembangan yang terjadi pada perekonomian global meskipundiperkirakan menguat dibandingkan tahun 2007. Terjadi perkiraan penurunan sasaranpertumbuhan ekonomi tahun 2008 dari 6,8 persen menjadi 6,4 persen yang didorong olehpertumbuhan konsumsi masyarakat dan investasi.

Konsumsi masyarakat dalam tahun 2008 diperkirakan akan mengalami penurunandibandingkan target pada APBN 2008 , yaitu dari 5,9 persen menjadi 5,5 persen. Hal inidisebabkan menurunnya daya beli masyarakat karena kenaikan harga-harga (inflasi) yangmembumbung tinggi. Pada triwulan I 2008 terjadi peningkatan harga pada beberapa bahan

Produk Domestik Bruto 5,5 6,3 6,3 6,8 6,4Menurut PenggunaanPengeluaran Konsumsi 3,9 5,6 4,9 5,9 5,4

Masyarakat 3,2 5,1 5,0 5,9 5,5Pemerintah 9,6 8,9 3,9 6,2 4,5

Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,5 12,3 9,2 15,5 11,5Ekspor Barang dan Jasa 9,4 9,9 8,0 12,7 10,5Impor Barang dan Jasa 8,6 14,2 8,9 17,8 13,2Menurut Lapangan UsahaPertanian 3,4 2,7 3,5 3,7 3,3Pertambangan dan Penggalian 1,7 2,9 2,0 3,2 3,0Industri Pengolahan 4,6 7,2 4,7 7,7 7,3Listrik, gas, air bersih 5,8 6,2 10,4 8,2 6,7Bangunan 8,3 9,4 8,6 10,0 8,8Perdagangan, hotel, dan restoran 6,4 7,0 8,5 7,2 6,9Pengangkutan dan komunikasi 14,4 13,7 14,4 14,0 13,5Keuangan, persewaan, jasa perush. 5,5 6,0 8,0 6,2 5,9Jasa-jasa 6,2 4,2 6,6 4,0 4,0Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Laju Pertumbuhan PDB 2006 - 2008 (persen, y-o-y)Tabel I. 3

2008 (APBN-P)

2008 (APBN)

2006 (realisasi)

2007 (APBN-P)

2007 (realisasi)

Uraian

Page 22: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-12 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

pokok (sembako) antara lain tepung terigu, minyak goreng, dan kedelai. Sementara itu,konsumsi pemerintah juga diperkirakan menurun menjadi 4,5 persen dibandingkan APBN2008 yang sebesar 6,2 persen. Penurunan ini disebabkan adanya penghematan danpenajaman prioritas belanja kementerian negara/lembaga pada tahun 2008.

Dengan menurunnya perkiraan pertumbuhan konsumsi masyarakat sebagaimanadisebutkan di atas, maka permintaan domestik diperkirakan juga akan mengalamipenurunan sehingga penambahan kapasitas produksi di sektor riil cenderung melambat.Hal itu pada gilirannya akan mengurangi dorongan pada pertumbuhan investasi. Dalamtahun 2008, pertumbuhan investasi diperkirakan mencapai 11,5 persen lebih rendahdibandingkan APBN 2008 sebesar 15,5 persen. Implementasi paket kebijakan investasi,termasuk proyek infrastruktur diperkirakan belum menampakkan hasil yang signifikan.Proses pelaksanaan public private partnerships (PPPs) yang pada tahun 2008 difokuskanpada pembangunan infrastruktur jalan tol dan pembangkit listrik masih membutuhkanupaya yang keras untuk pelaksanaannya meskipun telah dilakukan dukungan pemerintahsepenuhnya.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang dan negara maju diperkirakanmempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor dalam tahun 2008diperkirakan menjadi 10,5 persen, atau lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 12,7 persen.Sejalan dengan lebih rendahnya kinerja ekspor, maka pertumbuhan impor diperkirakansebesar 13,2 persen, atau lebih rendah dari perkiraan dalam APBN 2008 yang sebesar 17,8persen.

Secara sektoral, laju pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan masih tetap sama sebesar3,7 persen meskipun revitalisasi sektor pertanian belum berjalan secara optimal. Kondisiiklim yang buruk di beberapa daerah dan masih relatif rendahnya laju pertumbuhan kreditperbankan ke sektor pertanian juga menyebabkan kegiatan produksi pertanian belum mamputumbuh pesat. Sementara itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan cenderungmengalami koreksi dari 7,7 persen menjadi 6,3 persen. Penurunan sektor ini dipengaruhioleh perlambatan ekonomi global, turunnya investasi, keterbatasan infrastruktur dan pasokanenergi, serta belum memadainya peran perbankan dalam mengucurkan kredit. Krisiskeuangan global masih mempengaruhi kondisi sektor keuangan nasional sehingga terjadikoreksi yang cukup tajam dari 6,2 persen menjadi 5,9 persen.

1.6.2. Inflasi

Tingkat inflasi (y-o-y) pada bulan Maret 2008 mencapai sebesar 8,17 persen, lebih besardari laju inflasi Maret 2007 (y-o-y) yang mencapai sebesar 6,52 persen. Berdasarkankomponennya, inflasi inti di bulan Maret 2008 (y-o-y) mencapai sebesar 8,07 persen,meningkat dibanding dengan 5,87 persen pada Maret 2007 (y-o-y). Inflasi administeredprice mencapai sebesar 4,24 persen meningkat dibanding dengan 2,40 persen pada Maret2007. Sementara itu, inflasi volatile food menurun dari 13,73 persen di bulan Maret 2007menjadi 12,76 persen pada bulan Maret 2008.

Dari sisi inflasi inti, peningkatan inflasi terutama didorong oleh meningkatnya tekanan inflasiimpor (imported price), seperti kenaikan harga komoditi di pasar dunia, khususnya minyak.Sementara itu, pengaruh ekspektasi inflasi cenderung menurun, dimana hal tersebutmerupakan hasil dari kebijakan bersama antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang

Page 23: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-13APBN-P 2008

berkoordinasi dalam upaya meredam tekanan inflasi. Di sisi lain, fluktuasi nilai tukar rupiahdapat diredam melalui komunikasi yang baik antara Bank Indonesia dengan para pelakupasar sehingga diperoleh persepsi yang positif terhadap stabilisasi nilai tukar. Sementara itu,meningkatnya permintaan agregat yang terjadi masih dapat diimbangi oleh penawaranagregat karena belum terpakainya secara maksimal kapasitas produksi yang ada sehinggaprodusen masih dapat meningkatkan produksinya.

Laju inflasi pada awal tahun 2008 juga dipengaruhi oleh faktor kenaikan administered price.Kenaikan tersebut antara lain didorong oleh kenaikan tarif jalan tol, serta faktor-faktornonkebijakan, seperti kelangkaan minyak tanah dan gas elpiji. Namun demikian, tekananinflasi dari sisi administered price terhadaptotal inflasi relatif minimal.

Sementara itu, inflasi volatile foodsmengalami tekanan yang berasal darimeningkatnya harga minyak goreng terkaitdengan meningkatnya harga CPO di pasarglobal. Meski demikian, laju inflasi volatilefood masih relatif terjaga sejalan denganterkendalinya harga beras sebagaimanaterlihat dari lebih rendahnya inflasikelompok barang ini dibandingkan tahunsebelumnya.

Perkembangan ekonomi global yang mendorong peningkatan harga beberapa komoditiinternasional, seperti CPO, gandum, dan kedelai secara signifikan (Aginflation) sejak akhirtahun 2007 berimbas kepada kenaikan harga beberapa komoditi domestik. Terkait dengankomoditas minyak goreng, pemerintah telah menerapkan kebijakan pengenaan tarifpungutan ekspor untuk CPO dan operasi pasar minyak goreng.

Di tahun 2008, masih tingginya permintaan domestik dan belum optimalnya programkonversi minyak tanah ke gas elpiji akan berdampak pada peningkatan tekanan inflasi. Disisi lain, ketergantungan hasil panen terhadap faktor cuaca yang sulit diprediksi merupakansalah satu variabel ketidakpastian yang dapat memberikan tekanan tambahan pada lajuinflasi. Terkait dengan faktor eksternal, terganggunya fundamental ekonomi seperti nilaitukar rupiah sebagai dampak dari goncangan ekonomi global akan memberi efek terhadapkenaikan inflasi inti sehingga laju inflasi juga akan meningkat.

Dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut di atas dan realisasi inflasi bulan Maret2008 sebesar 0,95 persen, maka asumsi laju inflasi untuk APBN-P 2008 adalah sebesar 6,5persen.

1.6.3. Nilai Tukar Rupiah

Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di Semester II 2007menunjukkan kecenderungan melemah dan lebih fluktuatif dibandingkan dengan tahunsebelumnya. Di akhir periode tahun 2007 Rupiah mencapai posisi Rp9.140 per dolar ataumelemah sebesar 4,6 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2006. Meskipun demikian,secara rata-rata tahunan, nilai tukar rupiah menguat tipis sebesar 0,30 persen dari Rp9.167

Gra fik I.8 Perkem ban ga n Infla si 2006 - 2008

05

1015202530354045

Jan-0

6

Mar-0

6

May-

06

Jul-06

Sep-06

Nov-06

Jan-0

7

Mar-0

7

May-

07

Jul-07

Sep-07

Nov-07

Jan-0

8

Mar-0

8

Sumber: BPS (diolah)

In fla si Y-o-Y Cor e Y-o-Y

A dm Pr ices Y-o-Y V ol Foods Y-o-Y

Page 24: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-14 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

per dolar di 2006 menjadi Rp9.139,50 per dolar pada tahun 2007. Sementara itu, volatilitasRupiah di 2007 meningkat menjadi 1,43 persen dibandingkan dengan 1,33 persen di tahun2006. Peningkatan volatilitas rupiah ini searah dengan pergerakan rupiah yang cenderungfluktuatif khususnya di semester II 2007. Kondisi tersebut merupakan dampak negatif darikrisis subprime yang berpengaruh pada kondisi pasar keuangan dalam negeri. Selain itufluktuasi yang terjadi juga diakibatkan oleh peningkatan harga beberapa komoditi di pasarinternasional, khususnya minyak. Memasuki tahun 2008 rupiah relatif stabil dengankecenderungan meningkat, yaitu dari rata-rata Rp9.334 pada akhir tahun 2007, menguathingga mencapai rata-rata Rp9.178 per dolar Amerika Serikat. Penguatan nilai tukar rupiahini diikuti pula oleh menurunnya volatilitas Rupiah dari 1,43 persen pada tahun 2007 menjadi1,12 persen pada tiga bulan pertama tahun 2008. Kondisi ini antara lain disebabkan olehmeningkatnya arus masuk modal asing, yang antara lain tercermin pada terjadinya surplusnet beli asing pada instrumen domestik.Perkembangan rupiah ini berbeda dibandingkan perkembangan nilai tukar di beberapanegara Asia lainnya yang cenderung menguat. Penguatan nilai tukar di berbagai negaraAsia tersebut sejalan dengan meningkatnya surplus neraca perdagangannya. Sementarauntuk Indonesia, surplus neraca berjalan yang terjadi tidak diikuti dengan penguatan nilaitukar Rupiah yang signifikan. Fenomena ini terkait nilai tukar yang cenderung berfluktuasiyang mendorong eksportir menyimpan dananya di luar negeri. Dengan demikian, fluktuasinilai tukar rupiah tahun 2007, lebih banyak disebabkan oleh pergerakan arus modal asingke dalam negeri yang tercermin pada net beli asing di pasar keuangan domestik.

Grafik I.9 Perkem bangan Nilai T ukar Rupiah dan Volatlitas

1 ,12% 1,32%

8.000

8.500

9.000

9.500

10.000

Jan

-06

Feb

-06

Mar

-06

Apr

-06

May

-06

Jun

-06

Jul-

06

Au

g-0

6Se

p-0

6O

ct-0

6N

ov-0

6D

ec-0

6Ja

n-0

7F

eb-0

7M

ar-0

7A

pr-0

7M

ay-0

7Ju

n-0

7Ju

l-0

7A

ug-

07

Sep-

07

Oct

-07

Nov

-07

Dec

-07

Jan

-08

Feb

-08

Mar

-08

-1 ,02,03,04,05,06,07 ,08,09,010,0

Kurs HarianVolatilitasRata-rata Volatilitas Tahunan

Kurs, Rp/USD

1,43%

Volatilitas

Page 25: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-15APBN-P 2008

Grafik I.10Nilai Tukar dan Prosentase Apresiasi(+)/Depresiaisi(-)

Beberapa Mata Uang Regional s.d Maret 2008

Masih menariknya interest rate differential dibandingkan di negara-negara lain, telahmendorong arus masuk modal asing khususnya modal jangka pendek meningkat. Hal inimenyebabkan rupiah sedikit menguat dibandingkan dengan posisi pada beberapa bulanterakhir tahun 2007. Selain itu, menguatnya nilai tukar rupiah ini juga dipengaruhi olehmelemahnya mata uang Amerika Serikat serta berbagai kebijakan di bidang moneter danfiskal untuk menjaga stabilitas rupiah. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebutdiatas, asumsi rata-rata nilai tukar rupiah pada 2008 diperkirakan sebesar Rp9.100 perdolar Amerika Serikat, sama dengan perkiraan dalam APBN.

1.6.4. SBI 3 Bulan

Sebagai dampak dari krisis subprime yang terjadi, kebijakan moneter yang cenderungekspansif sejak awal tahun 2007, cenderung berkurang sejak semester II 2007. Pada paruhpertama tahun 2007, kebijakan moneter cenderung bersifat ekspansif yang tercermin padapenurunan BI rate sebesar 150 bps dari 9,75 persen di akhir tahun 2006 menjadi 8,25 persendi bulan Juli 2007. Langkah ini diambil sejalan dengan menurunnya arah perkiraan inflasike depan sebagai dampak dari menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat. Penentuan arah

25

30

35

40

45

50

55

60

2-Jan2-Feb2-M

ar2-Apr2-M

ay2-Jun2-Jul2-Aug2-Sep2-O

ct2-N

ov2-D

ec2-Jan2-Feb2-M

ar2-Apr2-M

ay2-Jun2-Jul2-Aug2-Sep2-O

ct2-N

ov

800082008400860088009000920094009600980010000

2006 2007

THB

IDR

PHP

PHP, THB IDR

-0,30

-14,74

1,27

-2,67

4,50

-15,87

-6,03

-5,59

-10,95

-10,11

-8,76

-5,15

-16,60

0,69

-20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00

IDR

THB

PHP

JPY

KRW

SGD

IRP

Apr(+)/Dep(-) rata2 tahunan Apr(+)/Dep(-) poin to poin

Grafik I.11 Nilai Tukar dan Net Beli(Jual) Asing

-1 .7 5 0-1 .2 5 0

-7 5 0-2 5 02 5 07 5 0

1 .2 5 01 .7 5 02 .2 5 02 .7 5 03 .2 5 03 .7 5 04 .2 5 0

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug Se

pO

ctN

ov Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug Se

pO

ctN

ov Dec

Jan

Feb

Mar

2 006 2 007 2 008

Juta

USD

8 .8 00

8 .9 00

9 .000

9 .1 00

9 .2 00

9 .3 00

9 .4 00

9 .5 00

Rp

/USD

Net Beli A sin g di In str u m en Dom estik (Ju ta USD) Ra ta -r a ta Nila i Tu ka r

Page 26: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-16 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

kebijakan moneter tersebut juga diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi makrodan kestabilan sistem keuangan. Namun demikian, kecepatan penurunan BI rate inimelambat sejak bulan Agustus 2007. Hal ini sejalan dengan kekhawatiran meningkatnyaperkiraan inflasi ke depan yang didorong oleh peningkatan fluktuasi nilai tukar akibat krisissubprime. Selain itu, kecenderungan meningkatnya harga beberapa komoditi internasionaljuga mendasari melambatnya penurunan BI rate. Sejak bulan Juli hingga bulan Desember2007, BI rate hanya turun sebesar 25 bps di akhir tahun. Cenderung melambatnya penurunanBI rate di tengah tajamnya penurunan Fed Fund Rate di akhir periode menyebabkan selisihdiantara keduanya meningkat menjadi 5,25 persen di bulan Maret 2008.

Secara operasional kebijakan moneter khususnya dilakukan melalui operasi pasar terbuka(OPT) yang didukung oleh sterilisasi valas. OPT ini dilakukan untuk menjaga kecukupanlikuiditas perbankan agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalamimplementasinya, OPT dilakukan melalui lelang SBI 1 bulan yang dilakukan secaramingguan dan lelang SBI 3 bulan secara triwulanan. Selain itu, guna menjaga kecukupanlikuiditas perbankan secara harian digunakan instrumen jangka pendek lainnya sepertiFasilitas Bank Indonesia (FASBI) dan Fine Tuning Operation (FTO). Selama tahun 2007,total ekses likuiditas perbankan yang diserap melalui OPT mencapai Rp39,2 triliun, hinggaposisi OPT di akhir tahun 2007 mencapai Rp281 triliun. Total penyerapan likuiditas di tahun2007 tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang mencapai Rp120,7 triliun.Selain itu, upaya pengendalian likuiditas melalui OPT tersebut juga diimbangi olehpelaksanaan sterilisasi valas yang memadai dan terukur. Sterilisasi valas ini selain bertujuanuntuk mengendalikan likuiditas yang ada, juga bertujuan untuk mengurangi tingkat fluktuasinilai tukar yang terjadi di pasar valas di dalam negeri.

Kecenderungan penurunan BI rate diikuti oleh penurunan suku bunga instrumen moneterlainnya. Secara otomatis, penurunan BI rate diikuti oleh penurunan suku bunga instrumenmoneter lain yang pergerakannya dikaitkan dengan perubahan BI rate. Suku bunga FASBIO/N yang merupakan batas bawah (floor) pergerakan suku bunga PUAB O/N tercatatsebesar 3,0 persen dan suku bunga SBI Repo yang lazimnya merupakan batas atas (ceiling)suku bunga PUAB O/N sebesar 11,0 persen. Selain itu, penurunan BI rate juga mendorongpenurunan suku bunga SBI 3 bulan sebesar 167 bps hingga tercatat pada posisi 7,83 persendi akhir tahun. Secara rata-rata, suku SBI 3 bulan selama tahun 2007 mencapai 8,03 persenatau jauh menurun dibandingkan tahun 2006 sebesar 11,74 persen.

Penurunan BI rate juga ditransmisikan ke suku bunga di pasar uang dan perbankan. Dipasar uang, penurunan BI rate tersebut diikuti oleh penurunan suku bunga pasar uangantar bank (PUAB) yang rata-rata tertimbang deposito dan kredit yang lebih tajamdibandingkan penurunan BI rate. Selama tahun 2007, suku bunga deposito 1 bulan turunsebesar 177 bps dari 8,96 persen di akhir tahun 2006 menjadi 7,19 persen di akhir tahun2007. Penurunan suku deposito yang diimbangi oleh masih tingginya likuiditas yang dimilikiperbankan juga mendorong penurunan suku bunga kredit yang lebih cepat. Suku bungakredit modal kerja dan investasi masing-masing mengalami penurunan sebesar 207 bpsdan 209 bps, sehingga masing-masing tercatat pada posisi 13,0 persen dan 13,01 persen diakhir tahun 2007. Sementara itu suku bunga kredit konsumsi juga mengalami penurunan145 bps dan mencapai posisi 16,13 persen.

Page 27: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-17APBN-P 2008

Membaiknya arah pergerakan suku bunga berimplikasi terhadap terus meningkatnya kinerjaperbankan di tahun 2007 yang tercermin dari perbaikan pelaksanaan fungsi intermediasidan terjaganya stabilitas sistem keuangan. Hal ini khususnya tercermin pada tingginyapeningkatan kredit perbankan, sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masihrelatif tinggi. Total kredit yang disalurkan perbankan hingga bulan Desember 2007 telahmencapai Rp1.045,7 triliun atau tumbuh sebesar 25,5 persen dibandingkan akhir tahun2006. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanyatumbuh 14,1 persen maupun target pertumbuhan kredit yang ditetapkan di awal tahunsebesar 18,0 persen. Pertumbuhan kredit selama tahun 2007 khususnya disumbang olehkredit modal kerja yang disusul oleh kredit konsumsi dan kredit investasi. Berdasarkansektornya, pertumbuhan kredit perbankan tahun 2007 terutama disumbang oleh kreditkepada sektor perdagangan (7,1 persen), diikuti oleh jasa dunia usaha (4,4 persen),pertambangan (2,4 persen) dan industri pengolahan (2,2 persen). Di periode yang sama,DPK juga tumbuh tinggi sebesar 17,4 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun2006 yang tumbuh 14,1 persen. Tingginya peningkatan kredit berdampak terhadapmeningkatnya angka loan to deposit ratio (LDR) 64,7 persen di tahun 2006 menjadi 69,2persen di akhir tahun 2007. Peningkatan LDR ini diikuti dengan pengelolaan risiko kredityang baik. Hal ini tercermin dari tajamnya penurunan total NPL dari 6,98 persen di akhirtahun 2006 menjadi 4,64 persen di tahun 2007. Sementara itu, meskipun terjadi peningkatankredit yang cukup tinggi, posisi CAR yang mencerminkan tingkat kesehatan permodalanbank masih tinggi sekitar 19,3 persen atau tidak banyak berubah dari tahun sebelumnyasebesar 20,47 persen

Memasuki tahun 2008, harga minyak dan komoditi pangan dunia cenderung meningkat,hal ini diperkirakan akan menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi, yang pada akhirnyaakan memberikan ruang gerak yang terbatas terhadap penurunan suku bunga kebijakan ditahun 2008. Sebagai gambaran pada Maret 2008 suku bunga BI rate 8,0 persen, SBI 3bulan 8,0 persen, dan suku bunga PUAP over night sekitar 8 persen. Stabilnya Bi rate inimasih diikuti oleh menurunnya suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Suku bunga

Grafik I.12 Perkembangan BI Rate, SBI 3 bulan, dan Fed Fund Rate

02468

101214

Jan

Feb

Mar

Ap

rM

ayJu

nJu

lA

ug

Sep

Oct

No

vD

ecJa

n

Feb

Mar

Ap

rM

ayJu

nJu

lA

ug

Sep

Oct

No

vD

ecJa

nF

ebM

ar

2006 2007 2008

Selisih BI Ra te - Fed Ra te BI Ra teSBI 3 Bu la n Fed Fu n d Ra te

Page 28: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-18 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

deposito 1 bulan yang padaakhir tahun 2007 sebesar 7,19persen turun menjadi 6,95persen pada bulan Februari2008. Demikian pula sukubunga kredit modal kerja,kredit investasi, dan kreditkonsumsi masing-masingturun menjadi 12,96 persen,12,71 persen, dan 15,96 persenpada Februari 2008 dari akhirtahun 2007 sebesar 13,0persen, 13,01 persen dan 16,13persen. Penurunan sukubunga kredit ini diharapkan mampu mendorong sektor riil.

Dalam kondisi tersebut, Bank Indonesia diperkirakan akan berusaha mencapai level BI rateyang aman untuk mencapai sasaran inflasi, namun tetap kondusif bagi aktivitasperekonomian domestik. Selain itu, untuk mencapai optimalisasi pelaksanaan operasionalkebijakan moneter, BI akan melaksanakan inisiatif-inisiatif yang diantaranya adalah inisiatifpengembangan pasar uang domestik dan inisiatif penguatan efektifitas kebijakan moneter.Dalam upaya pengembangan pasar uang domestik, diupayakan melalui pembelian danpengaktifan kembali instrumen dalam mengimplementasikan kebijakan moneter.Diantaranya adalah dengan mengaktifkan transaksi repo dengan underlying SBN danmelengkapi jangka waktu penerbitan SBI yaitu SBI 6, 9, dan 12 bulan, serta transaksi denganmenggunakan valas. Dalam upaya untuk penguatan efektifitas kebijakan moneter,operasional kebijakan moneter akan diarahkan untuk menjaga stabilisasi suku bunga PasarUang Antar Bank (PUAB), khususnya over night. Kestabilan di PUAB ini diharapkan dapatmenjadi alat transmisi kebijakan moneter yang sekaligus sebagai mekanisme pembentukstruktur kurva imbal hasil jangka pendek yang wajar.

Seiring dengan relatif stabilnya perkiraan inflasi ke depan, maka rata-rata suku bunga SBI3 bulan yang lebih banyak ditentukan oleh persepsi pasar diperkirakan sama dengan asumsiawal yang digunakan dalam APBN 2008 yaitu 7,5 persen.

1.6.5. Harga Minyak Mentah Indonesia

Harga minyak mentah internasional selama tahun 2007 terus mengalami peningkatan danmenembus rekor harga tertinggi hingga mencapai kisaran harga US$98 per barel. Sepanjangperiode April 2007 – Maret 2008, rata-rata harga minyak West Texas Intermediete (WTI)mengalami peningkatan sebesar 26,8 persen dari US$64,7 per barel menjadi US$82,0 perbarel. Peningkatan harga minyak dunia tersebut didorong oleh beberapa faktor pemicu baikyang bersifat fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental antara lain terkaitdengan ketatnya suplai minyak dunia yang disebabkan terganggunya produksi minyak daribeberapa negara utama produsen minyak mentah dunia seperti Nigeria dan Meksiko. Suplaiminyak dunia tahun 2007 hanya meningkat 0,36 persen dari 84,5 juta barel per hari ditahun 2006 menjadi 84,8 juta barel per hari dengan kontribusi kenaikan suplai minyakmentah dari OPEC meningkat sekitar 0,57 persen dari 35,3 juta barel per hari di tahun 2006

Grafik I.13 BI Rate dan Suku Bunga Perbankan

6

8

10

12

14

16

18

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug Se

p

Oct

Nov Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug Se

p

Oct

Nov Dec

Jan

Feb

Mar

2 0 06 2 0 07 2 0 08

BI Rate Deposito 1 bulan KMK KI KK

Page 29: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-19APBN-P 2008

menjadi 35,7 juta barel per hari tahun 2007. Selain itu dari sisi permintaan kenaikan hargaminyak internasional tersebut juga didorong oleh cukup besarnya permintaan minyak duniayang meningkat 1,3 persen dari 84,8 juta barel per hari tahun 2006 menjadi 85,9 juta barelper hari tahun 2007 terutama karena meningkatnya permintaan dari dua negara konsumenminyak utama dunia yakni AS dan Cina. Konsumsi minyak Cina dalam tahun 2007meningkat 5,5 persen, dari 7,3 juta barel per hari di tahun 2006 menjadi 7,7 juta barel perhari. Dari sisi nonfundamental, faktor pemicu kenaikan harga minyak internasional antaralain isu geopolitik, gangguan alam, dan tindakan para spekulan di pasar minyak dunia.Sejalan dengan naiknya harga minyak mentah internasional, harga rata rata minyak mentahIndonesia (ICP) pada periode April 2006 – Maret 2007 juga mengalami peningkatan sebesarUS$18,9 per barel atau 30 persen dari US$63,2 per barel menjadi US$82,1 per barel.

Memasuki tahun 2008 harga minyak internasional masih bertahan pada level yang cukuptinggi. Dalam bulan Maret 2008 harga rata-rata minyak WTI mencapai sekitar US$105,5per barel, lebih tinggi US$14,12 per barel dibandingkan harga bulan Desember 2007 ataulebih tinggi US$44,9 per barel (74 persen) dibanding harga Maret 2007. Sementara itu,rata-rata harga ICP dalam bulan Maret 2008 mencapai US$103,1 per barel atau lebih tinggiUS$41,6 per barel (67,7 persen) dibanding harga pada bulan yang sama tahun 2007. Secarakeseluruhan, dalam tahun 2008 harga minyak mentah di pasar internasional diperkirakanmasih lebih tinggi dibanding harga tahun 2007 lalu. Hal ini disebabkan karena permintaanminyak dunia di luar negara-negara anggota OPEC masih lebih besar dibanding suplainyasehingga menimbulkan tekanan pada harga minyak internasional. Permintaan minyak duniadiperkirakan meningkat 1,6 juta barel per hari dalam tahun 2008 sementara suplai darinegara-negara penghasil minyak non OPEC hanya meningkat sebesar 0,9 juta barel perhari. Energy Information Administration (IEA) AS memperkirakan tahun 2008 hargaminyak WTI berada pada level sekitar US$87 per barel. Harga minyak ICP berada dibawahharga minyak WTI sekitar US$5 per barel. Dengan memperhatikan perkembangan hargaminyak internasional dan proyeksi harga minyak dunia tahun 2008, maka realisasi hargaminyak mentah ICP tahun 2008 diperkirakan mencapai US$95 per barel.

1.6.6. Lifting Minyak

Realisasi volume lifting minyak untuk tahun 2007 mencapai 0,899 juta barel per hari, lebihrendah dari perkiraan realisasi dalam APBN-P 2007 sebesar 0,950 juta barel per hari. Produksiminyak mentah dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami penurunan.Kecenderungan penurunan tersebut terlihat dalam tiga tahun terakhir ini rata-ratapenurunan produksi minyak mentah (termasuk kondensat) mencapai 7,3 persen. Hal initerjadi disamping karena penurunan produksi secara alamiah dari sumur-sumur minyakyang sudah tua juga adanya gangguan produksi akibat bencana alam seperti banjir, sertakegiatan investasi bidang perminyakan yang belum mampu meningkatkan produksi minyaksecara signifikan. Sampai dengan tahun 2007, kegiatan eksplorasi yang dilakukan dalamrangka menemukan sumber-sumber minyak baru belum menghasilkan minyak secaraoptimal. Salah satu contohnya adalah PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) produsen terbesarminyak nasional yang memproduksi minyak mentah lebih dari 400 ribu barel per hari,terus mengalami penurunan produksi yang mencapai sekitar 6–8 persen setiap tahunnya.Terkait dengan pengembangan sumur-sumur minyak baru, Exxon Mobil yang menguasaiminyak di Blok Cepu diharapkan akan dapat menyumbang secara berarti peningkatan

Page 30: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-20 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

produksi minyak nasional, dandiperkirakan baru akan menghasilkanminyak sekitar 165-185 ribu barel per haripada tahun 2010. Sementara pada akhirtahun 2008 diperkirakan baru dapatmemproduksi minyak sekitar 10 ribubarel per hari. Percepatan produksi sumurminyak di wilayah tersebut belum dapatdilakukan secara optimal antara lainkarena terkendala dengan masalahpembebasan lahan.

Mencermati realisasi lifting minyak yangterjadi dalam tahun sebelumnya dan faktor-faktor yang menghambat peningkatan produksiminyak, maka realisasi lifting minyak mentah tahun 2008 diperkirakan mencapai 0,927juta barel per hari, lebih rendah dibandingkan perkiraan awal dalam APBN 2008 sebesar1,034 juta barel per hari. Untuk mengantisipasi penurunan lifting minyak lebih jauh ditahun 2008 pemerintah berupaya untuk meningkatkan produksi dengan memberikan insentiffiskal antara lain berupa Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 177/PMK.011/2007dan 178/PMK.011/2007 yang terkait dengan pembebasan bea masuk dan pajak pertambahannilai peralatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi dan gas alam.

1.7. Asumsi Makro 2008Memasuki tahun 2008, perekonomian global ditandai dengan meluasnya dampak dari krisissubprime mortgage dan masih tingginya harga minyak mentah dunia. Kedua hal tersebutmemicu peningkatan harga komoditas primer di dunia. Hal ini tentunya akan mempengaruhipotensi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara dan global. Perlambatan ekonomi ASyang semakin nyata, tentunya akan sangat berpengaruh pada laju pertumbuhan ekonomiglobal, mengingat hampir sepertiga laju pertumbuhan ekonomi dunia ditopang olehpertumbuhan ekonomi AS. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan telah memperkirakanbahwa laju pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2008 akan melambat hingga mencapai 3,7persen. Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut juga dialami oleh negara-negaraUni Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya. Proyeksi laju pertumbuhan ekonomi UniEropa diperkirakan mencapai 1,3 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di atas2 persen, dan pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan mencapai 1,4 persen, lebih rendahbila dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 1,7 persen.

Pelemahan ekonomi global diperkirakan juga akan berdampak pada perkembangan ekonominasional tahun 2008, terutama pada penurunan perkiraan pertumbuhan neraca perdaganganIndonesia dan investasi, sementara konsumsi domestik diperkirakan masih cukup kuat.Dengan demikian pertumbuhan ekonomi di tahun 2008 diperkirakan masih cukup tinggi,meskipun lebih rendah dibandingkan perkiraan dalam APBN 2008

Tingginya permintaan domestik dan belum optimalnya program konversi minyak tanah kegas elpiji, menyebabkan kelangkaan minyak tanah di beberapa daerah. Kondisi ini disertaipula dengan meningkatnya harga bahan pangan seperti minyak goreng, terigu, susu, dankedelai diperkirakan akan berdampak pada peningkatan tekanan inflasi. Selain itu,

1,075

0,9991,000

0,9590,950

0,899

1,034

0,927

0,800

0,850

0,900

0,950

1,000

1,050

1,100

(Ju

ta B

are

l/h

ari

)

2005 2006 2007 2008

Grafik I.14Asumsi dan Realisasi Lifting Minyak Indonesia, 2005-2008

Asumsi Realisasi

Page 31: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-21APBN-P 2008

ketergantungan hasil panen terhadap faktor cuaca yang sulit diprediksi merupakan salahsatu variabel ketidakpastian yang dapat memberikan tekanan tambahan pada laju inflasi.Terkait dengan faktor eksternal, terganggunya fundamental ekonomi seperti nilai tukarrupiah sebagai dampak dari goncangan ekonomi global akan memberi efek terhadapkenaikan inflasi inti sehingga laju inflasi diperkirakan akan meningkat.

Dengan memperhatikan menurunnya suku bunga global, akan mendorong suku bungaBank Indonesia (BI rate) menurun. Dalam tahun 2008, suku bunga BI rate diperkirakanmencapai kisaran 7,5 persen. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk tetapmenjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

Sementara itu, harga minyak mentah yang di akhir tahun 2007 cukup tinggi, diperkirakanmasih akan tetap tinggi pada tahun 2008. Peningkatan harga minyak ini tidak disertaikenaikan produksi minyak ICP. Hal ini dikarenakan sumur-sumur minyak baru yangdiperkirakan sudah dapat berproduksi secara optimal ternyata produksinya belum sepertiyang diharapkan. Sementara sumur-sumur yang tua sudah mengalami natural declining.Hal ini mendorong pemerintah untuk menyesuaikan besaran asumsi lifting minyak.

Dengan memperhatikan perkembangan perekonomian terkini, baik global maupun domestik,asumsi makro dalam tahun APBN 2008 disesuaikan menjadi sebagai berikut: tingkatpertumbuhan ekonomi yang semula diasumsikan sebesar 6,8 persen disesuaikan menjadisebesar 6,4 persen; laju inflasi yang sebelumnya diasumsikan sebesar 6,0 persen disesuaikanmenjadi sebesar 6,5 persen; rata-rata nilai tukar rupiah tetap sama dengan perkiraansebelumnya yaitu sebesar Rp9.100,00 per US$ ; rata-rata suku bunga SBI 3 bulan sebesar7,5 persen sama dengan asumsi sebelumnya; rata-rata harga minyak mentah ICP menjadisebesar US$95 per barel dari sebelumnya US$60 per barel; dan volume lifting disesuaikandari 1,034 juta barel per hari menjadi 0,927 juta barel per hari. Perkembangan indikator-indikator ekonomi makro tersebut dapat dilihat dalam Tabel I.4.

1.8. Neraca PembayaranKinerja neraca pembayaran Indonesia dalam tahun 2008, selain ditopang oleh kekuatanekonomi dalam negeri juga sangat dipengaruhi oleh berbagai dinamika dan perubahan yangterjadi pada perekonomian global. Pergerakan harga minyak di pasar internasional yang

2007

Realisasi APBN APBN-P

1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,8 6,4

2 Tingkat Inflasi (%) 6,59 6,0 6,5

3 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9.140 9.100 9.100

4 Suku bunga SBI 3 bulan (%) 8,04 7,5 7,5

5 Harga Minyak ICP (US$/barel) 72,31 60 95

6 Lifting Minyak (juta barel/hari) 0,899 1,034 0,927

Sumber: Departemen Keuangan

2008Indikator

Taberl I.4

Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2007 - 2008

Page 32: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-22 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

BOKS I.1DAMPAK KRISIS SUBPRIME MORTGAGE

TERHADAP INDONESIABeberapa hal yang perlu dicermati berkaitan dengan dampak dari krisis subprime

mortgage terhadap Indonesia, yaitu :

i) Dampak terhadap Pasar Saham dan Pasar Obligasi

Krisis tersebut berpotensi memukul pasar perdana dan sekunder sehingga dapatmenurunkan kemampuan pemerintah dan swasta dalam meminjam dana darimasyarakat, baik dalam bentuk obligasi maupun saham. Pengalaman penjualanperdana saham BNI 46 adalah salah satu contoh dampak subprime mortgage dengantidak optimalnya penerimaan pemerintah.

ii) Dampak terhadap pasar Valas

Dapat menimbulkan gejolak volatilitas di pasar valas sehingga akan berakibatmenurunnya capital inflow dan tertekannya ekspor, disisi lain kebutuhan valas untukimpor minyak meningkat.

iii) Dampak terhadap perbankan

Perbankan perlu meningkatkan kehati-hatian dalam rangka pengucuran dana,disamping itu krisis ini berpotensi meningkatkan risiko NPL.

iv) Dampak terhadap sektor riil

Dampak krisis subprime mortgage telah mendorong kenaikan harga komoditiinternasional termasuk minyak bumi, sehingga dunia usaha/industri harus membayarlebih mahal biaya transportasi. Selain itu, biaya peminjaman akan meningkat,sementara penjualan menurun sehingga dapat mengurangi laba usaha.

v) Dampak terhadap APBN

Secara tidak langsung krisis tersebut berpotensi menambah defisit APBN. Hal inidikarenakan pembiayaan defisit melalui penerbitan obligasi akan semakin mahal.Dengan demikian perlu dicarikan tambahan pembiayaan baik dari dalam negerimaupun luar negeri.

Dampak lanjutan dari subprime mortgage perlu diwaspadai, khususnya efek tidaklangsungnya yang dapat menggangu pasar uang dan pasar modal Indonesia. Olehkarenanya kerjasama regulator keuangan dan perbankan yang lebih luas, regional daninternasional, perlu ditingkatkan. Dalam hal ini koordinasi kebijakan antarnegara dapatmeminimalkan dampak negatif yang timbul, antara lain melalui kerjasama stabilisasikeuangan internasional dan pemantauan dini (surveillance)

Page 33: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-23APBN-P 2008

masih berfluktuasi pada level yang relatif tinggi dalam tahun 2008 yang diikuti denganmelambatnya pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia, diperkirakan akanmembawa pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perdagangan luar negeri Indonesia.Lebih lanjut, dampaknya akan tercermin pada perubahan posisi cadangan devisa.

Dalam APBN-2008, cadangan devisa diperkirakan meningkat sebesar US$14.543 jutamenjadi US$71.463 juta dibandingkan dengan perkiraan realisasi tahun 2007 sebesarUS$56.920 juta, atau bertambah sebesar US$4.573 juta dibandingkan dengan yangditetapkan dalam APBN 2008. Peningkatan cadangan devisa tersebut terutama disebabkanoleh meningkatnya ekspor seiring dengan meningkatnya harga-harga komoditas di pasarinternasional, seperti karet, udang, batubara, CPO, TPT, dan alat-alat elektronik.

Realisasi nilai ekspor dalam APBN-P 2008 diperkirakan mencapai US$131.387 juta, atausekitar 10,2 persen lebih tinggi dari perkiraan dalam APBN 2008 yang mencapai US$119.210juta. Sementara itu, realisasi nilai impor diperkirakan mencapai US$94.476 juta, ataumeningkat sekitar 2,6 persen dibandingkan dengan perkiraan dalam APBN 2008, terutamadidorong oleh impor nonmigas seiring dengan akselerasi kegiatan ekonomi di dalam negeridan impor migas akibat masih tingginya harga minyak di pasar internasional. Denganperkiraan nilai ekspor tumbuh lebih tinggi dari pada nilai impor, surplus neraca perdagangandiperkirakan bertambah dari US$27.091 juta dalam APBN 2008 menjadi US$36.911 jutadalam APBN-P 2008. Di lain pihak, realisasi neraca jasa-jasa juga diperkirakan mengalamidefisit yang lebih tinggi, yaitu sebesar US$23.447 juta, dibandingkan dengan perkiraan defisitdalam APBN 2008 sebesar US$21.034 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan olehmeningkatnya jasa-jasa transportasi (freight), transfer pendapatan investasi asing ke luarnegeri, dan jasa bunga pinjaman luar negeri pemerintah. Berdasarkan perkiraan realisasineraca perdagangan dan neraca jasa-jasa tersebut, realisasi neraca transaksi berjalan (currentaccounts) dalam APBN-P 2008 diperkirakan mengalami surplus sebesar US$13.464 juta(2,7 persen dari PDB), yang berarti lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan neracatransaksi berjalan di dalam APBN 2008 dengan surplus sebesar US$6.057 juta (1,4 persendari PDB).

Realisasi neraca modal dan finansial dalam APBN-P 2008, diperkirakan mencatat surplussebesar US$1.079 juta, lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan dalam APBN 2008dengan surplus sebesar US$4.678 juta. Penurunan tersebut terutama bersumber dariperkiraan realisasi neraca modal sektor swasta yang mengalami defisit sebesar US$2.597juta, lebih besar dari pada tambahan surplus neraca modal sektor publik sebesar US$1.602juta. Realisasi neraca modal sektor publik diperkirakan mencapai US$3.676 juta, lebih tinggidibandingkan dengan perkiraan surplus dalam APBN 2008 sebesar US$2.074 juta. Tambahanini terutama bersumber dari penerbitan obligasi pemerintah dalam valuta asing (global bond)dan tingginya pembelian surat utang negara (SUN) oleh investor luar negeri (net-buying).

Sementara itu, realisasi neraca modal sektor swasta dalam APBN-P 2008 diperkirakanmengalami defisit sebesar US$2.597 juta, dibandingkan dengan perkiraan dalam APBN 2008yang mengalami surplus sebesar US$2.604 juta. Defisit neraca modal sektor swasta initerutama berasal dari meningkatnya arus keluar investasi lainnya. Selain itu, kinerja aliranmasuk penanaman modal asing (PMA) dan investasi jangka pendek (portfolio investment)dalam APBN-P 2008 juga diperkirakan mengalami penurunan masing-masing sekitar 16,8persen dan 11,5 persen menjadi masing-masing sebesar US$3.055 juta dan US$965 juta,dibandingkan dengan perkiraan dalam APBN 2008 yang mencapai masing-masing sebesar

Page 34: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-24 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

US$3.674 juta dan US$1.090 juta. Meskipun stabilitas ekonomi makro tetap terpeliharadan masih kompetitifnya imbal hasil yang ditawarkan oleh produk-produk investasi diIndonesia dibandingkan negara-negara pesaingnya, namun karena dampak kasus subprimemortgage diperkirakan masih berlanjut dalam tahun 2008, arus modal masuk diperkirakanakan menurun. Ringkasan neraca pembayaran Indonesia tahun 2007, APBN dan APBN-Ptahun 2008 dapat dicermati pada Tabel I.5.

1.9. Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2008Melambatnya kinerja perekonomian global sebagai dampak krisis subprime mortgage danmelambungnya harga minyak mentah di pasar internasional akan berpengaruh terhadapperforma perekonomian nasional. Kinerja ekspor impor nasional diperkirakan akanmengalami penurunan dan arus modal masuk (capital inflow) akan semakin rendah.Sebaliknya tekanan inflasi pada beberapa harga komoditi seperti minyak goreng, tepungterigu dan kedelai justru semakin tinggi mengikuti tren harga komoditi internasional. Dengan

2007Real. APBN APBN-P

A. Transaksi Berjalan 11.009 6.057 13.464Neraca Perdagangan 33.084 27.091 36.911

a. Ekspor, fob 118.014 119.210 131.387b. Impor, fob -84.930 -92.119 -94.476

Neraca Jasa-jasa, neto -22.075 -21.034 -23.447B. Neraca Modal dan Finansial 2.753 4.678 1.079

Sektor Publik, neto 3.437 2.074 3.676a. Penerimaan pinjaman dan bantuan 9.804 8.193 9.963

1. Bantuan program dan lainnya 2.635 1.692 2.7922. Bantuan proyek dan lainnya 7.169 6.501 7.171

b. Pelunasan pinjaman -6.367 -6.119 -6.287Sektor Swasta, neto -684 2.604 -2.597

a. Penanaman modal langsung, neto 1.164 3.674 3.055b. Investasi portfolio 1.710 1.090 965c. Lainnya, neto -3.558 -2.160 -6.617

C. Total (A+B) 13.762 10.735 14.543D. Selisih Yang Belum Diperhitungkan -1.220 0 0E. Keseimbangan Umum 12.542 10.735 14.543F. Pembiayaan -12.542 -10.735 -14.543

Perubahan cadangan devisa -12.542 -10.735 -14.543Cadangan devisa 56.920 66.890 71.463,000Transaksi berjalan/PDB (%) 2,5 1,4 2,7

Sumber: Bank Indonesia (diolah)

*) Tanda negatif berarti penambahan devisa dan tanda positif berarti pengurangan devisa

Tabel I.5NERACA PEMBAYARAN INDONESIA, 2007 - 2008

(US$ juta)

2008Item

Page 35: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-25APBN-P 2008

melihat berbagai perkembangan ini, pemerintah akan melakukan review terhadap sejumlahasumsi dasar APBN 2008 yang lebih realistis. Selain itu, review ini juga dilakukan untukmenghitung kembali dampak yang mungkin terjadi pada APBN 2008, baik dari sisipenerimaan, belanja negara, maupun pembiayaan sebagai akibat dari ketidakstabilanekonomi global khususnya karena kenaikan harga minyak internasional. Adapun tema yangdiusung dalam APBN-P 2008 adalah ‘Mengurangi Beban Masyarakat dengan TetapMenjaga Momentum Pertumbuhan’.

1.9.1. Pencapaian APBN Tahun 2007

Pesatnya peningkatan harga minyak dunia dan beberapa komoditas pangan di pasar duniaserta krisis sektor keuangan Amerika Serikat yang dimulai pada pada semester II-2007tentunya akan berpengaruh pada pencapaian sasaran pendapatan dan hibah, belanja negara,maupun pembiayaan anggaran. Realisasi pendapatan negara dan hibah yang terdiri daripenerimaan dalam negeri dan hibah mencapai Rp707,6 triliun, atau lebih tinggi 2,0 persendibandingkan dengan perkiraan dalam APBN-P 2007. Demikian pula dengan belanja negarayang mencapai Rp757,6 triliun juga lebih tinggi 0,7 persen, sedangkan untuk pembiayaan,realisasinya lebih rendah 16,4 persen dari perkiraan dalam APBN-P 2007.

Peningkatan penerimaan dalam negeri ini terutama disebabkan oleh meningkatnyapenerimaan PPh migas, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sumber daya alam(SDA) baik migas maupun non migas, sebagai dampak dari tingginya harga minyak mentah.Sedangkan peningkatan belanja negara lebih disebabkan oleh meningkatnya belanja subsidi,baik subsidi energi (BBM dan Listrik) maupun subsidi non energi. Peningkatan subsidienergi terjadi sebagai akibat dari meningkatnya harga minyak mentah yang mencapaiUS$72,31 per barel, melebihi asumsi harga minyak dalam APBN-P 2007 sebesar US$60 perbarel. Sementara meningkatnya subsidi non energi berasal dari tambahan subsidi pajak.

Dengan realisasi pendapatan negara dan hibah pada APBN 2007 sebesar Rp707,6 triliundan realisasi belanja negara sebesar Rp757,6 triliun, realisasi defisit anggaran pada tahun2007 mencapai Rp50,0 triliun atau setara dengan 1,3 persen terhadap PDB. Realisasi defisitanggaran pada APBN 2007 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan dalamAPBN-P 2007 yang sebesar Rp58,3 triliun atau sekitar 1,5 persen terhadap PDB.

Untuk menutup realisasi defisit anggaran pada APBN 2007 sebesar Rp50,0 triliun tersebut,sumber dananya diupayakan dari pembiayaan dalam dan luar negeri. Realisasi pembiayaandalam negeri mencapai Rp66,4 triliun, lebih rendah 6,2 persen dibandingkan dengan yangdirencanakan dalam APBN-P. Sedangkan pembiayaan luar negeri neto mencapai minusRp23,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan rencananya dalam APBN-P 2007 sebesar minusRp12,5 triliun. Lebih tingginya pembiayaan luar negeri neto ini dikarenakan rendahnyarealisasi penarikan pinjaman proyek di satu sisi, di sisi lain pembayaran cicilan pokok utangmeningkat sejalan dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2007.

1.9.2. Sasaran APBN Perubahan Tahun 2008 dan Kebijakan Fiskal2008

Berdasarkan perkembangan perekonomian global dan domestik terkini, Pemerintahmelakukan beberapa perubahan terhadap variabel variabel ekonomi makro tahun 2008

Page 36: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-26 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

yang digunakan sebagai asumsi dasar penyusunan APBN 2008. Perubahan terhadapbeberapa asumsi dasar ini dilakukan dengan pertimbangan: (i) faktor-faktor eksternal, sepertikinerja perekonomian dunia, harga minyak mentah, dan harga komoditas pangan duniayang mempengaruhi perkembangan berbagai indikator ekonomi makro sehingga padagilirannya berpengaruh terhadap besaran pendapatan nasional, belanja negara, danpembiayaan anggaran; (ii) berbagai permasalahan dan tantangan pembangunan yangdihadapi; (iii) penilaian (assessment) terkini atas kondisi ekonomi, sosial dan politik dalamnegeri pada tahun berjalan, serta perkiraan prospek pada tahun mendatang; serta(iv) perkiraan realisasi pelaksanaan APBN tahun berjalan.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas, perkiraan pertumbuhan ekonomi dalamtahun 2008 diubah dari 6,8 persen menjadi 6,4 persen. Sementara itu, suku bunga SBI 3bulan diperkirakan 7,5 persen, laju inflasi 6,5 persen, dan nilai tukar Rp9.100 per US$.Sedangkan, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan mencapai US$95 per barel,seiring dengan belum stabilnya kondisi demand dan supply di pasaran internasional. Perkiraanproduksi minyak mentah Indonesia (lifting) juga disesuaikan dari 1,034 menjadi 0,927 jutabarel per hari.

Perubahan besaran–besaran asumsi makro dalam tahun 2008, tentunya akanmempengaruhi besaran APBN 2008. Dalam APBN-P 2008, pendapatan negara dan hibahdiperkirakan mengalami peningkatan sebesar 14,5 persen yaitu dari Rp781,4 triliun (17,4persen terhadap PDB) pada APBN 2008 menjadi Rp895,0 triliun (20,0 persen terhadap PDB)pada APBN-P 2008. Pendapatan negara dan hibah yang sebesar Rp895,0 triliun tersebutantara lain berasal dari (i) penerimaan dalam negeri sebesar Rp892,0 triliun atau meningkatsebesar Rp112,8 triliun (14,5 persen), dari pagunya dalam APBN 2008 yang sebesar Rp779,2triliun dan (ii) penerimaan hibah pada APBN-P 2008 ini diperkirakan mengalamipeningkatan yang berarti, yaitu sebesar 37,8 persen, menjadi Rp2,9 triliun.

Untuk penerimaan dalam negeri, terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp609,2 triliundan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp282,8 triliun. Penerimaan perpajakan dalamAPBN-P 2008 diperkirakan meningkat sebesar 2,9 persen, yakni dari Rp592,0 triliun padaAPBN 2008 menjadi Rp609,2 triliun pada APBN-P 2008. Sedangkan penerimaan bukanpajak diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 51 persen, yaitu dari Rp187,2 triliunpada APBN 2008 menjadi Rp

282,8 triliun pada APBN-P 2008.

Di tengah kondisi perekonomian pada tahun 2008 yang diperkirakan lebih lambatdibandingkan asumsi yang digunakan pada APBN 2008, penerimaan dalam negeridiupayakan untuk tetap mengalami peningkatan. Namun demikian, upaya peningkatanpenerimaan dalam negeri tersebut tetap memperhatikan kebutuhan untuk memberikanruang bagi dunia usaha untuk dapat tetap tumbuh.

Berbagai langkah yang diambil untuk menjaga kinerja penerimaan dalam negeri pada tahun2008, antara lain dilakukan melalui (i) optimalisasi penerimaan negara dari sektor pajakdan (ii) optimalisasi penerimaan negara dari sektor nonpajak (PNBP). Optimalisasipenerimaan sektor perpajakan antara lain diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut.Pertama, yaitu dengan mempertahankan tarif PPh Badan tetap pada tingkat yang berlakusaat ini, sehingga tarif PPh Badan tetap sebesar 30 persen dan tarif PPh Orang Pribadi sebesar35 persen. Dengan mempertahankan tarif PPh pada tingkat tersebut, maka langkah ini

Page 37: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-27APBN-P 2008

berpotensi memberikan dampak pada kenaikan penerimaan negara. Kedua, extra effortperpajakan dengan langkah intensifikasi dan ekstensifikasi pada sektor-sektor yangdiperkirakan memperoleh keuntungan dari meningkatnya harga minyak (booming) dankomoditi seperti sektor perkebunan dan pertambangan. Langkah ini diperkirakan mampumemberikan kontribusi pada kenaikan penerimaan negara. Ketiga, intensifikasi penerimaandari cukai yang diperkirakan mampu memberikan insentif kepada pemerintah daerahsehingga cukai ilegal dapat diperangi dan pada akhirnya akan menaikkan penerimaan negara.Diperkirakan, langkah intensifikasi penerimaan cukai ini akan dapat memberikan tambahanpenerimaan. Keempat, memberlakukan tambahan Bea Keluar untuk CPO dan produkderivatifnya.

Di samping itu, penerimaan tersebut juga memberikan fasilitas penerimaan perpajakan dankepabeanan untuk eksplorasi minyak dan panas bumi serta penurunan tarif PPh bagi WajabPajak Badan yang Go Public ( PP. Nomor 81 / 2007 ).

Sementara itu, langkah optimalisasi penerimaan sektor nonperpajakan (PNBP) terutamadiperoleh dari penerimaan dividen BUMN. Kenaikan harga minyak mentah, komoditipertambangan, dan perkebunan, memiliki dampak yang positif bagi peningkatan kinerjaBUMN yang bergerak di sektor-sektor tersebut. Peningkatan kinerja BUMN tersebut akanmeningkatkan laba bersihnya yang pada akhirnya meningkatkan bagian pemerintah darilaba bersih BUMN terkait. Optimalisasi penerimaan PNBP dari dividen BUMN tersebutjuga akan dilakukan melalui penerapan dividen interim pada sejumlah BUMN. Diperkirakan,dividen interim tersebut dapat diperoleh dari Pertamina dan BUMN lainnya. Tentunya,langkah penerapan dividen interim tersebut tetap memperhatikan tingkat cash flow BUMNterkait sehingga tidak mengganggu kelangsungan operasionalnya.

Di samping itu, PNBP lainnya memperhitungkan pula adanya cost recovery dari PTPertamina dan DMO dari own use

Dalam rangka mengamankan pasokan komoditas strategis di dalam negeri, Pemerintahpada tahun 2008 ini akan melakukan sejumlah langkah pengurangan beban pajak ataskomoditas pangan strategis, seperti beras, minyak goreng, terigu, dan kedelai. Untuk beras,Pemerintah akan menurunkan bea masuk impor, yaitu dari Rp550 per kg menjadi sebesarRp450 per kg. Sedangkan untuk minyak goreng, Pemerintah akan melanjutkan penerapankebijakan PPN yang ditanggung Pemerintah. Langkah kedua adalah dengan penerapanbea keluar atas ekspor CPO biofuel, dan produk turunan CPO lainnya. Untuk komoditasterigu, Pemerintah akan melakukan langkah-langkah seperti (i) menurunkan bea masukterigu dan (ii) penerapan PPN gandum dan terigu yang ditanggung Pemerintah. Sedangkan,untuk komoditas kedelai, Pemerintah akan menerapkan langkah-langkah seperti(i) penurunan bea masuk impor, yaitu dari 5 persen menjadi 0 persen dan (ii) penurunanPPh impor kedelai dari 2,5 persen menjadi tinggal 0,5 persen.

Sejalan dengan kebijakan untuk mengamankan pasokan komoditi strategis, belanja negaradalam APBN Perubahan 2008 mengalami peningkatan 15,8 persen dibandingkan denganpagunya dalam APBN 2008, yakni dari Rp854,7 triliun (19,1 persen terhadap PDB) menjadiRp989,5 triliun (22,1 persen terhadap PDB). Peningkatan belanja negara ditengah suasanaperekonomian yang melambat, di satu sisi menunjukkan adanya pengaruh yang signifikanatas berbagai perkembangan situasi ekonomi internal dan eksternal, dan di sisi lain jugamenunjukkan adanya peran aktif pemerintah untuk menggerakkan perekonomian nasionaldan meredam pengaruh negatif dari gejolak harga komoditi strategis.

Page 38: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-28 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

Berdasarkan komposisinya, perkiraan belanja negara pada APBN-P 2008 sebesar Rp989,5triliun terdiri dari pos belanja pemerintah pusat sebesar Rp697,1 triliun dan transfer ke daerahsebesar Rp292,4 triliun. Untuk belanja pemerintah pusat, perkiraan peningkatan belanjaterjadi pada belanja subsidi, yang terdiri dari belanja subsidi energi dan non-energi. Perkiraanbelanja subsidi energi mengalami kenaikan 147,5 persen dari Rp75,6 triliun pada APBN2008 menjadi Rp187,1 triliun pada APBN-P 2008. Sedangkan, belanja subsidi non-energidiperkirakan meningkat 112,2 persen dari Rp22,3 triliun menjadi Rp47,3 triliun.

Belanja subsidi energi yang mengalami kenaikan terbesar adalah belanja subsidi BBM yangdisalurkan melalui Pertamina yang diperkirakan meningkat 176,8 persen, yakni dari Rp45,8triliun pada APBN 2008 (1,1 persen terhadap PDB) menjadi Rp126,8 triliun pada APBN-P2008 (2,8 persen terhadap PDB). Sementara itu, subsidi listrik, diperkirakan meningkat 102,4persen, yaitu dari Rp29,8 triliun pada APBN 2008 (0,7 persen terhadap PDB) menjadi Rp60,3triliun pada APBN-P 2008 (1,3 persen terhadap PDB).

Dalam rangka menekan subsidi energi, akan dilakukan beberapa langkah kebijakan antaralain melalui: (i) perbaikan parameter konsumsi BBM dan listrik; (ii) program konversi minyaktanah ke LPG; dan (iii) gerakan penghematan BBM dan listrik melalui berbagai kebijakan,misalnya penggunaan lampu hemat energi, penggunaan BBM nonsubsidi, energi alternatif,biofuel, dan lain sebagainya.

Perbaikan parameter produksi, dilakukan dengan melakukan optimalisasi produksi/liftingminyak. Beberapa hal yang akan dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberikaninsentif pajak dan bea masuk yang akan diberikan pada perusahaan minyak yang sudahmelakukan eksplorasi. Dengan beberapa upaya ini diharapkan lifting minyak di tahun 2008akan lebih tinggi dari realisasi lifting 2007.

Dari segi konsumsi BBM dan listrik, beberapa program yang diharapkan akan berjalan ditahun 2008 adalah pengurangan penggunaan volume BBM dengan meningkatkankeberhasilan program konversi minyak tanah ke LPG, dengan cara menghilangkanhambatan operasi, penyediaan infrastruktur, dan perijinan daerah.

Selain itu, untuk menekan tingkat kebocoran subsidi energi akibat inefisiensi, makaPemerintah akan melakukan sejumlah langkah efisiensi di tubuh PT Pertamina dan PT PLN.Langkah efisiensi dalam rangka menekan tingkat subsidi BBM antara lain dilakukan melalui:(i) penurunan tingkat alpha sebesar 4,5 persen, yaitu dari sebesar 13,5 persen menjadi sebesar9,0 persen; (ii) pembatasan konsumsi premium dan solar bersubsidi melalui smart card;dan (iii) pembatasan konsumsi minyak tanah melalui kartu kendali. Sementara itu, langkahefisiensi dalam rangka menekan tingkat subsidi listrik antara lain dilakukan melalui:(i) menjaga susut jaringan PLN sekitar 11,4 persen; (ii) penghematan subsidi listrik denganmengenakan tarif progresif; dan (iii) memastikan rasio penggunaan BBM untuk pembangkitmaksimum 27 persen.

Di samping melakukan sejumlah langkah untuk menekan subsidi energi, Pemerintah jugaakan melakukan sejumlah penghematan dan penajaman prioritas belanja negara yangdiperkirakan akan dapat menghemat anggaran belanja negara di kementerian/lembagadan transfer ke daerah. Langkah-langkah penghematan dan penajaman prioritas belanjanegara berasal dari: (i) penghematan anggaran kementerian/lembaga; dan (ii) penghematandana infrastruktur sarana dan prasarana ke Daerah. Namun demikian, penghematan danpenajaman prioritas tersebut dilakukan tanpa mengganggu alokasi belanja untuk program

Page 39: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-29APBN-P 2008

pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) dan pembangunan infrastruktur, sehinggadiharapkan tidak menggangu perekonomian nasional.

Pada APBN-P 2008, Pemerintah menganggarkan penambahan subsidi pangan. Penambahananggaran subsidi pangan (termasuk beras untuk rakyat miskin/Raskin) antara lain dilakukandengan: (i) menambah volume raskin sebesar 5 kg/Rumah Tangga Miskin, dan(ii) penyusunan program subsidi pangan tambahan kepada Rumah Tangga Miskin dalambentuk subsidi minyak goreng dan subsidi kedelai. Sementara itu, untuk pos transfer kedaerah akan mengalami peningkatan sebesar 4,0 persen dari Rp281,2 triliun (6,5 persenterhadap PDB) dalam APBN 2008 menjadi Rp292,4 triliun (6,5 persen terhadap PDB) padaAPBN-P 2008.

1.9.3. Pengendalian Defisit dalam APBN-P 2008

Besaran defisit anggaran dalam APBN-P 2008 ditetapkan sebesar Rp86,8 triliun atau sekitar2,1 persen terhadap PDB. Perkiraan defisit anggaran dalam APBN-P 2008 ini mengalamipeningkatan 28,9 persen jika dibandingkan dalam APBN 2008 yang sebesar Rp73,3 triliun(1,6 persen terhadap PDB).

Dalam rangka menutup defisit anggaran dalam APBN-P 2008 tersebut Pemerintahberencana melakukan pembiayaan, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luarnegeri. Pembiayaan dari dalam negeri diperkirakan sebesar Rp107,6 triliun, sedangkanpembiayaan luar negeri neto sebesar negatif Rp13,1 triliun. Selain itu, Pemerintah juga akanmenempuh kebijakan dalam rangka menutup defisit anggaran pada APBN-P 2008, yakni:optimalisasi pembiayaan dan optimalisasi pinjaman program.

Sebagai dampak meningkatnya harga minyak ICP, daerah penghasil SDA migasmemperoleh windfall dengan mendapat DBH migas yang lebih besar. Untuk mengamankanAPBN 2008, Pemerintah berencana akan menerapkan kebijakan penempatan surplus kasdaerah penghasil migas kepada instrumen bebas risiko (risk-free), seperti surat berharganegara (SBN) yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. Untuk mengurangi biayaintermediasi, SBN bisa dibeli langsung oleh Pemerintah Daerah sehingga Pemerintah Daerahdapat langsung menikmati benefit-nya.

1.9.4. Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok

Dalam upaya meringankan beban masyarakat atas dampak dari kenaikan harga hargakomoditas dunia yang berimbas pada kenaikan harga komoditas dalam negeri, pemerintahakan melakukan berbagai upaya penanganan lebih lanjut. Langkah kongkrit yang akandilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan pengurangan beban pajak terhadapkomoditas pangan. Hal ini tercermin dari penurunan bea masuk impor beras dari Rp550per kg menjadi Rp450 per kg, melanjutkan program PPN ditanggung Pemerintah untukminyak goreng, penerapan bea keluar CPO di atas US$1.100, biofuel, dan produk turunanCPO lainnya, Penurunan BM terigu, PPN gandum dan terigu ditanggung Pemerintah,penurunan BM impor kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen, dan penurunan PPh imporkedelai dari 2,5 persen menjadi 0,5 persen. Disamping itu, pemerintah juga akanmengalokasikan anggaran untuk penambahan subsidi Pangan, yakni dengan programpenambahan anggaran subsidi pangan melalui penambahan volume raskin 5 kg per Rumah

Page 40: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab I

I-30 APBN-P 2008

Perkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

BOKS I.2 9 Langkah Pengamanan APBN 2008

A. Optimalisasi Pendapatan: 1. Optimalisasi Perpajakan, PNBP dan Dividen BUMN

B. Penghematan Belanja: 2. Penggunaan Dana Cadangan APBN

3. Penghematan dan Penajaman Prioritas Belanja K/L 4. Perbaikan Parameter Produksi dan Subsidi BBM dan Listrik 5. Efisiensi di Pertamina dan PLN

C. Pelonggaran Defisit dan Optimalisasi Pembiayaan: 6. Pemanfaatan Dana Kelebihan (windfall) di Daerah

7. Penerbitan Obligasi/SBN dan Optimalisasi Pinjaman Program

D. Program Stabilisasi Harga: 8. Pengurangan beban-beban pajak atas komoditas pangan strategis

9. Penambahan Subsidi Pangan

Tangga Miskin dengan alokasi anggaran, subsidi minyak goreng, dan penyusunan programbantuan langsung kepada perajin tempe dan tahu. Dengan berbagai program stabilisasiharga ini, diharapkan harga komoditi akan dapat ditekan pada tingkat yang wajar.Selanjutnya, dalam Tabel I.6 dapat dilihat postur APBN-P 2008.

Page 41: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IPerkembangan Asumsi Dasar APBN dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2008

I-31APBN-P 2008

A. Pendapatan Negara dan Hibah 781.354,1 18,1 894.990,5 20,0 113.636,4I. Penerimaan Dalam Negeri 779.214,4 18,1 892.041,9 19,9 112.827,5

1. Penerimaan Perpajakan 591.978,3 13,7 609.227,5 13,6 17.249,2a. Pajak Dalam Negeri 569.971,6 13,2 580.248,3 12,9 10.276,7

i. Pajak penghasilan 305.961,4 7,1 305.015,9 6,8 -945,51. PPh Migas 41.649,8 1,0 53.649,9 1,2 12.000,12. PPh Non Migas 264.311,6 6,1 251.366,0 5,6 -12.945,6

ii. Pajak pertambahan nilai 187.626,7 4,4 195.464,0 4,4 7.837,3iii. Pajak bumi dan bangunan 24.159,7 0,6 25.266,0 0,6 1.106,3iv. BPHTB 4.852,7 0,1 5.431,2 0,1 578,5v. Cukai 44.426,5 1,0 45.717,5 1,0 1.291,0vi. Pajak lainnya 2.944,6 0,1 3.353,7 0,1 409,1

b. Pajak Perdagangan Internasional 22.006,7 0,5 28.979,2 0,6 6.972,5i. Bea Masuk 17.940,8 0,4 17.820,9 0,4 -119,9ii. Bea Keluar 4.065,9 0,1 11.158,3 0,2 7.092,4

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 187.236,1 4,3 282.814,4 6,3 95.578,3a. Penerimaan Sumber Daya Alam 126.203,2 2,9 192.789,4 4,3 66.586,2

i. Migas 117.922,0 2,7 182.946,9 4,1 65.024,9ii. Non Migas 8.281,2 0,2 9.842,6 0,2 1.561,4

b. Bagian Laba BUMN 23.404,3 0,5 31.244,3 0,7 7.840,0c. Surplus Bank Indonesia 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0d.PNBP Lainnya 37.628,6 0,9 58.780,7 1,3 21.152,1

II Hibah 2.139,7 0,0 2.948,6 0,1 808,9

B. Belanja Negara 854.660,1 19,8 989.493,8 22,1 134.833,8I. Belanja Pemerintah Pusat 573.430,7 13,3 697.071,0 15,5 123.640,3

1. Belanja K/L 311.947,0 7,2 290.022,7 6,5 -21.924,32. Belanja Non K/L 261.483,7 6,1 407.048,3 9,1 145.564,7

II Transfer Ke Daerah 281.229,5 6,5 292.422,8 6,5 11.193,41. Dana Perimbangan 266.780,1 6,2 278.436,1 6,2 11.656,0

a. Dana Bagi Hasil 66.070,8 1,5 77.726,8 1,7 11.656,0b. Dana Alokasi Umum 179.507,1 4,2 179.507,1 4,0 0,0c. Dana Alokasi Khusus 21.202,1 0,5 21.202,1 0,5 0,0

2. Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 14.449,3 0,3 13.986,7 0,3 -462,6

C. Keseimbangan Primer 18.059,6 0,4 291,0 0,0 -17.768,7

D.Surplus/Defisit Anggaran (A - B) -73.306,0 -1,7 -94.503,3 -2,1 -21.197,3

E. Pembiayaan (E.I + E.II) 73.306,0 1,7 94.503,3 2,1 21.197,3I. Pembiayaan Dalam Negeri 89.975,3 2,1 107.616,9 2,4 17.641,6

1. Perbankan dalam negeri 300,0 0,0 -11.700,0 -0,3 -12.000,02. Non-perbankan dalam negeri 89.675,3 2,1 119.316,9 2,7 29.641,6

a. Privatisasi (neto) 1.500,0 0,0 500,0 0,0 -1.000,0b. Penjualan aset PT. PPA 600,0 0,0 3.850,0 0,1 3.250,0c. Surat Utang Negara (neto) 91.575,3 2,1 117.790,0 2,6 26.214,7d. Dana investasi Pemerintah -4.000,0 -0,1 -2.823,1 -0,1 1.176,9

II Pembiayaan Luar negeri (neto) -16.669,3 -0,4 -13.113,6 -0,3 3.555,71. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (bruto) 42.989,3 1,0 48.141,3 1,1 5.152,0

a. Pinjaman Program 19.110,0 0,4 26.390,0 0,6 7.280,0b. Pinjaman Proyek 23.879,3 0,6 21.751,3 0,5 -2.128,0

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN -59.658,6 -1,4 -61.254,9 -1,4 -1.596,3*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.Sumber: Departemen Keuangan

RINGKASAN APBN-P 2008(dalam miliar rupiah)

Tabel I.6

APBN-P% thd PDB

PerubahanUraian APBN% thd PDB

Page 42: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-1APBN-P 2008

BAB II

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAHAPBN-P 2008

2.1. Pendahuluan

Dengan mengevaluasi pelaksanaan APBN-P 2007 serta memantau pelaksanaan APBN padaawal tahun 2008, pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakanakan mengalami perubahan, terutama pada penerimaan perpajakan dan penerimaan negarabukan pajak (PNBP). Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tahun 2007 sebesarRp708.494,4 miliar, yang berarti 2,1 persen di atas targetnya dalam APBN-P 2007.Pencapaian tersebut terutama diakibatkan oleh tingginya realisasi penerimaan negara bukanpajak sebesar 8,4 persen di atas APBN-P 2007, sedangkan realisasi penerimaan perpajakansebesar Rp491.834,7 miliar (13,0 persen PDB) menunjukkan 0,04 persen di bawahrencananya di APBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesarRp1.703,8 miliar menunjukkan penurunan 55,4 persen dari rencananya dalam APBN-P2007. Namun demikian, bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara dan hibahtahun 2006, maka realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2007 menunjukkankenaikan 11,1 persen, yang terdiri dari penerimaan perpajakan naik 20,2 persen, PNBP turun5,3 persen, dan hibah turun 7,1 persen.

Kemudian, dari hasil pemantauan pelaksanaan APBN 2008 memasuki dua bulan berjalan,terjadi perubahan perkiraan pendapatan negara terutama disebabkan oleh beberapa faktor.Pertama, perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi sebagai dampak perlambatan ekonomiglobal. Kedua, perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sejalan denganmeningkatnya harga minyak mentah di pasar dunia. Ketiga, asumsi tingkat inflasi yanglebih tinggi sebagai akibat kenaikan harga komoditas pangan di pasar dunia. Keempat, asumsilifting minyak yang lebih rendah dari yang diperkirakan dalam APBN 2008. Kelima,perubahan asumsi nilai tukar rupiah sebagai dampak faktor eksternal dan internal. Keenam,perubahan kebijakan di bidang pendapatan negara yang sebelumnya tidak direncanakanpada saat penyusunan APBN 2008, khususnya dalam rangka 9 (sembilan) langkahpengamanan pelaksanaan APBN 2008.

Di antara 9 (sembilan) langkah pengamanan pelaksanaan APBN 2008 yang bertujuanmengurangi beban masyarakat dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan, terdapatbeberapa langkah yang terkait dengan bidang pendapatan negara dan akan ikutmempengaruhi perubahan besaran pendapatan negara. Langkah pengamanan APBN 2008yang terkait dengan bidang pendapatan negara adalah (i) optimalisasi perpajakan, PNBP,dan dividen BUMN, serta (ii) pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis.

Langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN antara lain melalui upaya:(i) penundaan penyesuaian Tarif PPh Badan dan PPh orang pribadi karena amandemenUU PPh belum berlaku di tahun 2008, (ii) upaya tambahan peningkatan perpajakan beberapasektor yang mendapat windfall dari kenaikan harga minyak mentah, serta (iii) penarikandividen interim BUMN.

Page 43: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-2 APBN-P 2008

Langkah pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis (beras, tepung terigu dangandum, kedelai, dan minyak goreng) diantaranya melalui kebijakan: (i) penurunan beamasuk impor beras; (ii) melanjutkan PPN minyak goreng ditanggung Pemerintah;(iii) penerapan bea keluar CPO dan produk turunannya, serta biofuel; (iv) penurunan beamasuk terigu dan PPN gandum dan terigu ditanggung Pemerintah; serta (v) penurunanbea masuk impor kedelai dan penurunan PPh impor kedelai. Pengurangan beban pajakmelalui pajak ditanggung Pemerintah (DTP) dan fasilitas perpajakan tersebut di atasdiharapkan dapat menurunkan harga beberapa komoditas pangan strategis di tahun 2008,sehingga harganya di pasar dapat terjangkau oleh masyarakat serta pendapatan riilmasyarakat tidak menurun.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka anggaran pendapatan negara danhibah dalam APBN-P tahun 2008 direncanakan sebesar Rp894.990,5 miliar (20,0 persenPDB), yang berarti naik sebesar Rp113.636,0 miliar atau 14,5 persen dari rencananya dalamAPBN 2008 sebesar Rp781.354,1 miliar (17,4 persen PDB). Perkiraan pendapatan negaradan hibah dalam APBN-P tahun 2008 tersebut, apabila dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2007 sebesar Rp708.494,4 miliar (17,9 persen PDB), berarti mengalamipeningkatan sebesar Rp186.495,6 miliar atau 26,3 persen.

Perubahan yang lebih tinggi pada rencana pendapatan negara dan hibah dalam APBN-Ptahun 2008 tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya, baik perkiraan penerimaanperpajakan, terutama yang bersumber dari penerimaan PPh Migas, PPN dan PPnBM, sertabea keluar, maupun PNBP, khususnya yang bersumber dari penerimaan SDA Migas.

2.2 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2007Didasarkan pada kondisi perekonomian dalam tahun 2007 dan berbagai langkah kebijakanyang diimplementasikan, serta komitmen bantuan yang diperoleh, maka realisasi pendapatannegara dan hibah dalam tahun 2007 mencapai Rp708.494,4 miliar, yang berarti 2,1 persendiatas targetnya dalam APBN-P 2007. Realisasi pendapatan negara dan hibah tersebut jugamenunjukkan kenaikan 11,1 persen dari realisasinya dalam tahun 2006. Sebagian besarrealisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2007 berasal dari penerimaan perpajakansebesar 69,4 persen dan PNBP sebesar 30,3 persen, sedangkan sisanya (0,3 persen) dariHibah, seperti yang terlihat pada Tabel II.1. Selain itu, dalam Grafik II.1 dapat dilihatjuga perkembangan pendapatan negara dan hibah sampai dengan tahun 2007.

2.2.1. Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2007

Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan dalam negeri sangat dipengaruhi oleh faktoreksternal, terutama harga minyak mentah di pasar internasional dan kenaikan hargakomoditi pangan dunia, serta faktor internal, yaitu perkembangan kinerja perekonomiannasional dan langkah-langkah yang ditempuh untuk meningkatkan penerimaan perpajakan.Relatif tingginya pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2007 yang diperkirakan dapatmencapai 6,3 persen telah membantu pencapaian target penerimaan perpajakan dalam tahun2007. Selanjutnya, tingginya realisasi harga minyak mentah Indonesia di pasar internasionaljuga menyebabkan pencapaian realisasi PNBP Migas dan PPh Migas dapat melampauitargetnya yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2007. Secara keseluruhan, realisasi

Page 44: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-3APBN-P 2008

penerimaan dalam negeri tahun 2007 mencapai Rp706.790,6 miliar, yang berarti 2,4 persendi atas targetnya di APBN-P 2007. Bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan dalamnegeri tahun 2006, pencapaian di tahun 2007 menunjukkan peningkatan 11,1 persen. Sekitar69,6 persen realisasi penerimaan dalam negeri pada tahun 2007 bersumber dari perpajakan,dan 30,4 persen dari PNBP.

2.2.1.1. Penerimaan Perpajakan Tahun 2007Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp491.834,7 miliar (12,4 persenPDB) hanya sedikit di bawah targetnya dalam APBN-P tahun 2007 sebesar Rp492.010,9

Grafik II.1. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah 2004 - 2007 (Rp triliun)

403,1493,9

636,2

0,3 1,3 1,8 1,7

708,5638,0

495,2

403,4

706,8

0100200300400500600700800

2004 2005 2006 2007

Pendapatan Negara Penerimaan Dalam Negeri Hibah

Sumber: Departemen Keuangan

Realisasi **) % thd PDB

Pendapatan Negara dan Hibah 637.987,1 19,1 694.087,9 18,5 708.494,4 17,9

A. Penerimaan Dalam Negeri 636.153,1 19,1 690.264,6 18,3 706.790,6 17,9

1. Penerimaan Perpajakan 409.203,0 12,3 492.010,9 13,1 491.834,7 12,4

a. Pajak Dalam Negeri 395.971,5 11,9 474.551,0 12,6 470.906,0 11,9

b. Pajak Perdagangan Internasional 13.231,5 0,4 17.459,9 0,5 20.928,8 0,5

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 226.950,1 6,8 198.253,7 5,3 214.955,9 5,4

B. Hibah 1.834,1 0,1 3.823,3 0,1 1.703,8 0,0

*) Perbedaan angka di belakang kma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

**) Angka Sementara

Sumber: Departemen Keuangan

(miliar rupiah)

Tabel II.1

Realisasi% thd PDB

2006

Pendapatan Negara dan Hibah, 2006 - 2007 *)

2007

% thd PDB

APBN-P

Page 45: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-4 APBN-P 2008

miliar. Namun apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2006 sebesarRp409.203,0 miliar (12,3 persen PDB), realisasi penerimaan perpajakan tahun 2007menunjukkan peningkatan sebesar 20,2 persen. Realisasi penerimaan perpajakan tahun 2007yang meningkat cukup besar dari realisasinya dalam tahun 2006 didukung oleh tingginyatingkat pertumbuhan ekonomi serta langkah ekstensifikasi dan intensifikasi di bidangperpajakan. Selanjutnya, dalam Grafik II.2 dan Grafik II.3 dapat dilihat perkembangan

penerimaan perpajakan.

Bila dilihat dari komposisinya, sekitar 95,7 persen dari realisasi penerimaan perpajakan tahun2007 bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri (PPh, PPN dan PPnBM, PBB danBPHTB, cukai, dan pajak lainnya), sedangkan 4,3 persen bersumber dari penerimaan pajakperdagangan internasional (bea masuk dan bea keluar).

Dalam komponen penerimaan perpajakan, terdapat beberapa jenis penerimaan yangmencatat kenaikan realisasi yang cukup signifikan dalam tahun 2007, seperti penerimaanbea keluar, PPN dan PPnBM, bea masuk, dan BPHTB. Peningkatan realisasi yang sangatmencolok terjadi pada penerimaan bea keluar yang terutama berasal dari CPO dan produkturunannya, yang realisasinya meningkat 288,4 persen dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2006. Kenaikan realisasi bea keluar tersebut disebabkan oleh kebijakan kenaikantarif bea keluar atas CPO dan turunannya untuk mengantisipasi kelangkaan bahan bakuproduksi minyak goreng dalam negeri dalam tahun 2007 sebagai akibat tingginya hargaCPO di pasar internasional. Realisasi penerimaan perpajakan dalam 2 tahun terakhir dapatdilihat pada Tabel II.2, yang selanjutnya akan diuraikan dalam penjelasan berikut ini.

Sebagai salah satu sumber penerimaan perpajakan yang terbesar, penerimaan PPh dalamtahun 2007 sebesar Rp238.740,0 miliar menunjukkan kenaikan sekitar 14,3 persen darirealisasi PPh tahun 2006. Sumber penerimaan PPh, sebagian besar (81,6 persen) berasaldari PPh Non-migas, sedangkan sisanya 18,4 persen dari PPh Migas yang sangat berfluktuatifmengikuti perkembangan harga minyak mentah.

Realisasi penerimaan PPh Migas tahun 2007 mencapai Rp44.004,4 miliar, yang berartimeningkat 1,9 persen dibandingkan dengan realisasi PPh Migas tahun 2006. Kenaikan

16,0

23,7

17,920,2

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

2004 2005 2006 2007

Grafik II.3. Pertumbuhan Penerimaan Perpajakan (%)

Sumber: Departemen Keuangan

280,6

347,0409,2

491,8

0

100

200

300

400

500

2004 2005 2006 2007

Grafik II.2. Penerimaan Perpajakan (Rp Triliun)

Sumber: Departemen Keuangan

Page 46: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-5APBN-P 2008

penerimaan PPh tersebut disebabkan karena peningkatan harga minyak dalam tahun 2007,walaupun diimbangi oleh penurunan lifting dalam periode yang sama.

Sementara itu, realisasi penerimaan PPh Non-Migas dalam tahun 2007 mencapaiRp194.735,6 miliar, yang berarti mengalami peningkatan 17,6 persen jika dibandingkandengan penerimaan PPh Non-Migas dalam tahun 2006. Namun demikian, realisasipenerimaan PPh Non-Migas tersebut masih di bawah targetnya dalam APBN-P 2007. Lebihrendahnya pencapaian penerimaan PPh Non-Migas tersebut disebabkan antara lain olehtidak terealisirnya beberapa penerimaan PPh Badan serta lebih tingginya pemberian restitusiPPh.

Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2007 mencapai Rp155.187,2 miliar, yang berartimengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu 26,1 persen dari realisasinya dalam tahun2006. Kenaikan PPN dan PPnBM tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhanekonomi, yang berarti semakin banyak kegiatan ekonomi yang terkena PPN dan PPnBM.Di sisi lain kenaikan realisasi PPN dan PPnBM dalam tahun 2007 tersebut juga telahmemperhitungkan pemberian restitusi PPN yang lebih tinggi dalam tahun 2007 dibandingkandengan restitusi PPN dalam tahun 2006. Selain itu, apabila dibandingkan dengan targetyang ditetapkan dalam APBN-P 2007, maka realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun2007 tersebut masih lebih tinggi Rp3.130,0 miliar.

Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2007 relatif masih cukup tinggi, meskipundalam tahun tersebut terdapat kebijakan untuk mempercepat restitusi PPN dalam rangka

Penerimaan Perpajakan 409.203,0 12,3 492.010,9 13,1 491.834,7 12,4

a. Pajak Dalam Negeri 395.971,5 11,9 474.551,0 12,6 470.906,0 11,9

i. Pajak penghasilan 208.833,1 6,3 251.748,3 6,7 238.740,0 6,0

1. Migas 43.187,9 1,3 37.267,6 1,0 44.004,4 1,1 2. Non-Migas 165.645,2 5,0 214.480,7 5,7 194.735,6 4,9

ii. PPN dan PPnBM 123.035,9 3,7 152.057,2 4,0 155.187,2 3,9

iii. PBB 20.858,5 0,6 22.025,8 0,6 23.619,1 0,6

iv. BPHTB 3.184,5 0,1 3.965,5 0,1 5.935,7 0,2

v. Cukai 37.772,1 1,1 42.034,7 1,1 44.680,7 1,2

vi. Pajak lainnya 2.287,4 0,1 2.719,5 0,1 2.743,3 0,1

b. Pajak Perdagangan Internasional 13.231,5 0,4 17.459,9 0,5 20.928,8 0,6

i. Bea masuk 12.140,4 0,4 14.417,6 0,4 16.690,7 0,4

ii. Bea Keluar 1.091,1 0,0 3.042,3 0,1 4.238,1 0,1

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan**) angka sementaraSumber : Departemen Keuangan

% thd PDB

Realisasi% thd PDB

2006

Realisasi **)

Tabel II.2

(miliar rupiah)

Perkembangan Penerimaan Perpajakan, 2006-2007 *)

APBN-P% thd PDB

2007

Page 47: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-6 APBN-P 2008

memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak. Hal tersebut disebabkan antara lain olehadanya keberhasilan reformasi di bidang perpajakan, khususnya pemusatan administrasipelaporan PPN dan implementasi program optimalisasi pemanfaatan program dataperpajakan, termasuk penggalian sektor usaha tertentu.

Selanjutnya, realisasi penerimaan PBB tahun 2007 sebesar Rp23.619,1 miliar mengalamikenaikan 13,2 persen dari realisasinya dalam tahun 2006. Apabila dibandingkan dengantarget pada APBN-P 2007, realisasi penerimaan PBB tahun 2007 tersebut mencapai 7,2persen di atas target yang ditetapkan. Hal ini didukung oleh keberhasilan dalam penerapankebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi PBB.

Sedangkan, realisasi penerimaan BPHTB tahun 2007 sebesar Rp5.935,7 miliar menunjukkankenaikan 86,4 persen dibandingkan dengan realisasi penerimaan BPHTB tahun 2006. Selainitu, realisasi penerimaan BPHTB tahun 2007 juga menunjukkan 49,7 persen lebih besardari targetnya dalam APBN-P 2007. Pencapaian penerimaan BPHTB yang sangat signifikanini menunjukkan adanya peningkatan volume dan nilai transaksi penjualan tanah dan/atau bangunan.

Selanjutnya, realisasi penerimaan cukai selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahundengan rata-rata peningkatan dalam empat tahun terakhir sekitar 14,2 persen per tahun.Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan cukai meningkat sebesar 18,3 persen dari realisasitahun 2006. Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada APBN-P tahun 2007,maka realisasi penerimaan cukai dalam tahun 2007 sebesar Rp44.680,7 miliar mengalamipeningkatan 6,3 persen. Dari realisasi penerimaan cukai tersebut, sekitar 97,5 persen bersumberdari cukai hasil tembakau yang mengalami peningkatan produksi rokok sekitar 13,2 miliarbatang, yaitu dari 218,7 miliar batang pada tahun 2006 menjadi 231,9 miliar batang padatahun 2007. Di samping itu, lebih tingginya realisasi penerimaan cukai dalam tahun 2007tersebut, menunjukkan keberhasilan kebijakan cukai nasional, khususnya dalam penerapantarif cukai yang mengarah pada tarif spesifik.

Realisasi penerimaan pajak lainnya dalam tahun 2007 sebesar Rp2.743,3 miliar tidak jauhberbeda dengan target yang ditetapkan dalam APBN-P 2007. Apabila dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2006 maka realisasi penerimaan pajak lainnya tersebut mengalamikenaikan sebesar 19,9 persen. Kenaikan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnyatransaksi yang menggunakan Bea Materai, seperti transaksi pembiayaan kendaraan bermotordan transaksi perbankan.

Dari penerimaan perpajakan perdagangan internasional, realisasi penerimaan bea masukdalam tahun 2007 sebesar Rp16.690,7 miliar mengalami kenaikan 15,8 persen dari targetyang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2007. Realisasi penerimaan bea masuk tersebut jugamengalami kenaikan sebesar 37,5 persen dibandingkan dengan realisasi penerimaannyadalam tahun 2006. Hal tersebut disebabkan adanya peningkatan investasi karena penurunantarif bea masuk yang ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, berupapeningkatan efisiensi industri dalam negeri (incentive/industry assistance), pengendaliankonsumsi, optimalisasi penerimaan negara, dan mendukung kebijakan perdaganganinternasional.

Sementara itu, meningkatnya harga komoditi pertanian, khususnya CPO dan produkturunannya, berimbas pada penerimaan bea keluar tahun 2007. Realisasi penerimaan beakeluar tahun 2007 sebesar Rp4.238,1 miliar lebih tinggi 39,3 persen dari target yang

Page 48: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-7APBN-P 2008

ditetapkan dalam APBN-P 2007. Selain itu, realisasi penerimaan bea keluar ini juga lebihtinggi Rp3.147,1 miliar dari realisasinya pada tahun 2006. Pencapaian ini disebabkan kenaikantarif bea keluar atas CPO dan turunannya untuk mengantisipasi kelangkaan bahan bakuproduksi minyak goreng dalam negeri pada tahun 2007 sebagai akibat tingginya hargaCPO di pasar internasional.

2.2.1.2.Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2007

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997, PNBP meliputi: (i) penerimaan yangbersumber dari pengelolaan dana pemerintah; (ii) penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya alam; (iii) penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;(iv) penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah; (v) penerimaanberdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; (vi)penerimaan hibah yang merupakan hak Pemerintah; dan (vii) penerimaan lainnya yangdiatur dalam undang-undang tersendiri. Sementara dalam struktur APBN, PNBPdikategorikan dalam: (i) penerimaan sumber daya alam; (ii) penerimaan bagian pemerintahatas laba BUMN; (iii) PNBP lainnya; dan (iv) surplus Bank Indonesia.

Dalam tahun 2007, proporsi besaran PNBP dalam struktur APBN masih sangat tergantungoleh penerimaan sumber daya alam (SDA), terutama migas, sedangkan PNBP lainnya yangbersumber dari berbagai kementerian dan lembaga memiliki penerimaan yang relatif lebihkecil. Besaran PNBP migas sangat dipengaruhi lifting minyak, harga minyak mentahIndonesia, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Besaran PNBP SDA nonmigas terutama pertambangan umum mengalami perubahan yang cukup signifikan seiringdengan perubahan harga sumber mineral di pasar internasional.

Realisasi PNBP pada tahun 2007 mencapai Rp214.955,9 miliar (5,7 persen PDB) atau sebesar30,4 persen dari total penerimaan dalam negeri tahun 2007. Bila dibandingkan dengantarget yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2007, maka realisasi PNBP tahun 2007mengalami kenaikan 8,4 persen. Lebih tingginya realisasi PNBP tersebut terutama berasaldari kenaikan realisasi PNBP SDA Migas sebagai akibat tingginya harga minyak ICP.

Berdasarkan komposisinya, dari keseluruhan realisasi PNBP dalam tahun 2007, sekitar 61,9persen bersumber dari PNBP SDA, 10,8 persendari bagian pemerintah atas laba BUMN, 6,4persen dari surplus Bank Indonesia, dan 20,9persen dari PNBP lainnya. Dalam Grafik II.4dapat dilihat perkembangan PNBP. Detail darirealisasi PNBP dalam dua tahun terakhir dapatdilihat pada Tabel II.3, dan diuraikan di bawahini.

Penerimaan Sumber Daya Alam

Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan SumberDaya Alam (SDA) mencapai Rp133.018,1 miliaryang menunjukkan 15,6 persen lebih tinggi darirencananya dalam APBN-P 2007. Pencapaiantersebut sangat dipengaruhi oleh lebih tingginya

146,9

110,5

12,823,6

0

226,9

167,5

21,5

36,5

1,5

215,0

133,0

23,2

45,0

13,7

0

50

100

150

200

250

2005 2006 2007

Grafik II.4. Penerimaan PNBP 2005-2007(Rp triliun)

PNBP Penerimaan SDA Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya Surplus BI

Sumber: Departemen Keuangan

Page 49: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-8 APBN-P 2008

realisasi harga minyak ICP dari yang diasumsikan dalam APBN-P 2007. Namun biladibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2006, maka realisasi penerimaan SDA tahun2007 masih mengalami penurunan sekitar 20,6 persen terutama sebagai dampak lebihrendahnya lifting minyak mentah dalam tahun 2007. Sebagian besar sumber penerimaanSDA berasal dari Migas, dan dalam porsi yang lebih kecil berasal dari SDA Non-Migas.

Realisasi penerimaan SDA migas dalam tahun 2007 mencapai Rp124.783,7 miliar, yangberarti 15,8 persen lebih tinggi dibandingkan dengan targetnya dalam APBN-P tahun 2007.Jumlah tersebut, bersumber dari penerimaan SDA minyak bumi sebesar 75,0 persen danpenerimaan SDA gas alam sebesar 25,0 persen.

Lebih tingginya realisasi penerimaan SDA minyak bumi dan gas alam dalam tahun 2007tersebut, antara lain dipengaruhi oleh perubahan asumsi ekonomi makro, terutama karenalebih tingginya perkiraan harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional (ICP) dariUS$60,0 per barel dalam APBN-P tahun 2007 menjadi US$69,7 per barel dalam realisasitahun 2007.

Penerimaan SDA pertambangan umum dalam tahun 2007 mencapai Rp5.845,1 miliar yangmenunjukkan kenaikan 20,7 persen dari rencana dalam APBN-P 2007. Kenaikan realisasiSDA tersebut berasal dari adanya kenaikan iuran eksploitasi (royalty) sebagai akibat dari:(i) kenaikan harga sumber daya mineral di pasar internasional, dan (ii) royalty kuasapertambangan (KP) yang diterbitkan Pemerintah Daerah. Penerimaan SDA pertambanganumum berdasarkan realisasi tahun 2007, meliputi realisasi penerimaan iuran tetap (landrent)sebesar Rp542,4 miliar, dan realisasi iuran eksploitasi (royalty) sebesar Rp5.302,7 miliar.

Penerimaan Negara Bukan Pajak 226.950,1 6,8 198.253,7 5,3 214.955,9 5,7

A. Penerimaan SDA 167.473,8 5,0 115.053,3 3,1 133.018,0 3,5

1. SDA Migas 158.086,1 4,7 107.718,9 2,9 124.783,7 3,3 i. Minyak Bumi 125.145,4 3,7 78.234,6 2,1 93.604,5 2,5

ii. Gas Alam 32.940,7 1,0 29.484,4 0,8 31.179,2 0,8

2. SDA Non Migas 9.387,7 0,3 7.334,4 0,2 8.234,4 0,2 i. Pertambangan Umum 6.781,4 0,2 4.843,3 0,1 5.845,1 0,2 ii. Kehutanan 2.409,5 0,1 2.291,1 0,1 2.273,5 0,1

iii. Perikanan 196,9 0,0 200,0 0,0 115,8 0,0

B. Bagian Laba BUMN 21.450,6 0,6 21.800,0 0,6 23.221,9 0,6

C. PNBP lainnya 36.503,2 1,1 47.731,1 1,3 45.046,6 1,2

D. Surplus BI 1.522,5 0,0 13.669,3 0,4 13.669,3 0,4

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

**) Angka sementara

Sumber : Departemen Keuangan

Tabel II.3

Perkembangan PNBP, 2006 - 2007 *)

(miliar rupiah)

2007

Realisasi **)% thd PDB

Realisasi% thd PDB

APBN-P

URAIAN% thd PDB

2006

Page 50: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-9APBN-P 2008

Di sisi lain, realisasi penerimaan SDA kehutanan dalam tahun 2007 mencapai Rp2.2273,5miliar. Apabila dibandingkan dengan target penerimaan SDA kehutanan dalam APBN-Ptahun 2007 maka terdapat penurunan sebesar Rp17,6 miliar. Menurunnya realisasipenerimaan SDA kehutanan dalam tahun 2007 terutama disebabkan oleh penurunanpenerimaan dari PSDH. Demikian juga, bila dibandingkan dengan pencapaiannya dalamtahun 2006, maka realisasi penerimaan SDA kehutanan tahun 2007 menunjukkanpenurunan.

Dalam periode yang sama, realisasi penerimaan SDA perikanan tahun 2007 mencapaiRp115,8 miliar. Apabila dibandingkan dengan target penerimaan SDA perikanan dalamAPBN-P 2007 sebesar Rp200,0 miliar, maka realisasi penerimaan SDA dalam tahun 2007tersebut mengalami penurunan sebesar 42,1 persen. Lebih rendahnya realisasi penerimaanSDA perikanan dalam tahun 2007 tersebut, antara lain disebabkan oleh: (i) penurunanproduksi perikanan; (ii) ketidakpatuhan untuk membayar pungutan; (iii) berakhirnyabilateral arrangement RI - RRC pada tanggal 16 Juli 2007; (iv) maraknya illegal fishing(pemalsuan dokumen penangkapan yang tidak sesuai dengan perizinannya, tidak melaporkanhasil tangkapan); dan (v) banyaknya pungutan ganda di daerah juga menjadi tantangandalam mencapai target penerimaan SDA perikanan.

Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

Penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN dipengaruhi antara lain oleh: (i) perbaikankinerja BUMN, terutama Pertamina, BUMN perbankan, pertambangan dan telekomunikasi;(ii) kondisi makro ekonomi secara umum; dan (iii) perbaikan governance dan pengawasankinerja BUMN secara umum diarahkan untuk go public dengan metode initial public offering(IPO).

Sementara itu, realisasi penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN (dividen) dalamtahun 2007 mencapai Rp23.221,9 miliar. Apabila dibandingkan dengan target penerimaanbagian pemerintah atas laba BUMN pada APBN-P tahun 2007 maka pencapaian dalamtahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 6,5 persen. Peningkatan realisasi dividen tahun 2007tersebut, terutama disebabkan oleh meningkatnya laba BUMN non-Pertamina yang berasaldari sektor pertambangan dan perkebunan yang mengalami peningkatan kinerja yang cukupbaik.

Surplus Bank Indonesia

Pada tahun 2007 Pemerintah menerima setoran yang berasal dari surplus Bank Indonesiasebesar Rp13.669,3 miliar. Jumlah tersebut merupakan surplus dari hasil kegiatan BankIndonesia setelah dikurangi 30 persen untuk cadangan tujuan dan cadangan umum sebagaipenambah modal sehingga rasio jumlah modal mencapai 10,0 persen terhadap totalkewajiban moneter Bank Indonesia. Sesuai pasal 62 Undang-Undang Nomor 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun2004, setoran surplus Bank Indonesia tersebut digunakan untuk melunasi sebagian pokokkewajiban Pemerintah kepada Bank Indonesia (SRBI-01). Jumlah penerimaan sisa surplusBank Indonesia pada tahun 2007 tersebut meningkat sangat signifikan bila dibandingkandengan penerimaan surplus Bank Indonesia pada tahun sebelumnya sebesar Rp1.522,5miliar.

Page 51: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-10 APBN-P 2008

PNBP Lainnya

PNBP lainnya dalam tahun 2007 sebesar Rp45.046,6 miliar, yang berarti mengalamipenurunan sebesar 5,6 persen bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2007. Namun demikian, realisasi PNBP lainnya tahun 2007 tersebut masih lebihtinggi 23,4 persen apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2006. Kenaikantersebut terutama disebabkan meningkatnya realisasi PNBP dari penerimaan fungsionalatas pemberian pelayanan oleh kementerian/lembaga kepada masyarakat, diantaranyameningkatnya penerimaan dari: (i) Departemen Komunikasi dan Informatika;(ii) Departemen Pendidikan Nasional; (iii) Badan Pertanahan Nasional; (iv) DepartemenHukum dan HAM; dan (v) Kepolisian Republik Indonesia.

2.2.2. Hibah Tahun 2007

Penerimaan hibah yang dicatat di dalam APBN merupakan sumbangan atau donasi (grant)dari negara-negara asing, lembaga/badan internasional, lembaga/badan nasional, sertaperorangan yang tidak diikuti kewajiban untuk membayar kembali. Perkembanganpenerimaan negara yang berasal dari hibah ini dalam setiap tahun anggaran tergantungpada komitmen dan kesediaan negara atau lembaga donor dalam memberikan donasi(bantuan) kepada Pemerintah Indonesia. Selain itu, pada umumnya penggunaan dana hibahharus sesuai dengan keperluan tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama yang tertuangdalam nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara pemerintah Indonesiadengan pihak donor.

Perkembangan hibah yang diterima oleh pemerintah Indonesia dalam tiga tahun terakhirterkait erat dengan terjadinya bencana alam yang melanda berbagai daerah, seperti bencanaalam gempa bumi dan gelombang tsunami yang menerpa sebagian besar wilayah ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias pada penghujung tahun 2004, yangkemudian disusul dengan gempa bumi yang melanda pulau Simeulue pada bulan Maret2005, serta gempa bumi yang melanda Provinsi D.I. Yogyakarta dan sebagian ProvinsiJawa Tengah.

Berkaitan dengan bencana tersebut, pemerintah Indonesia menerima komitmen bantuanbaik berupa pinjaman lunak maupun hibah yang tertuang dalam Pledge. Selain hibah dalamkerangka kerjasama multilateral tersebut, pemerintah Indonesia juga banyak menerimadonasi dari negara-negara asing dalam kerangka kerjasama bilateral (government togovernment/G to G). Realisasi penerimaan hibah dalam tahun 2007 mencapai Rp1.703,8miliar, yang menunjukkan sedikit penurunan dari realisasi hibah dalam tahun 2006.

2.3. Perubahan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2008

Dalam memasuki dua bulan berjalan pelaksanaan APBN 2008, perubahan rencanapendapatan negara dan hibah dalam APBN 2008 tidak dapat dihindarkan menghadapi kondisiperekonomian di dalam negeri yang mendapat tekanan akibat perubahan perekonomianglobal yang cukup signifikan.

Page 52: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-11APBN-P 2008

Perubahan perekonomian global tersebut dimulai dari situasi perekonomian global yangbergejolak dengan cepat, yang antara lain berasal dari kenaikan harga minyak mentah duniayang sangat tinggi dan kemudian diikuti oleh kenaikan harga komoditas pangan di pasardunia yang masih dominan diimpor Indonesia. Selain itu krisis subprime mortgage telahberimbas kepada perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang sangatmempengaruhi perekonomian dunia. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi perekonomianIndonesia, sehingga Pemerintah harus melakukan penyesuaian beberapa asumsi indikatorekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, harga minyak mentah Indonesia, dan nilaitukar rupiah. Indikator ekonomi makro lainnya yang juga harus disesuaikan adalah liftingminyak mentah berdasarkan evaluasi pencapaiannya dalam tahun 2007.

Akibat perubahan beberapa indikator ekonomi makro tersebut berpotensi akan menimbulkanrisiko tekanan pada pelaksanaan APBN 2008 ke arah yang tidak sustainable. Untukmengantisipasi risiko tersebut, Pemerintah telah menyiapkan 9 (sembilan) langkahpengamanan APBN 2008 agar dapat dikendalikan pada tingkat yang aman dan tidakmengganggu perekonomian Indonesia pada tahap berikutnya.

Dari 9 (sembilan) langkah pengamanan APBN 2008, termasuk langkah-langkah yang akanditempuh pemerintah terkait dengan pendapatan negara tahun 2008, yaitu (i) optimalisasiperpajakan, PNBP, dan dividen BUMN, dan (ii) pengurangan beban pajak komoditas panganstrategis.

Langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN antara lain melalui upaya:(i) penundaan penyesuaian Tarif PPh Badan dan PPh orang pribadi karena amandemenUU PPh belum berlaku di tahun 2008; (ii) upaya tambahan peningkatan perpajakanbeberapa sektor yang mendapat windfall dari kenaikan harga minyak mentah;(iii) intensifikasi penerimaan cukai, serta (iv) penarikan dividen interim BUMN.

Kemudian, langkah pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis (beras, tepungterigu dan gandum, kedelai, dan minyak goreng) ditempuh melalui beberapa kebijakan:(i) Penurunan bea masuk impor beras; (ii) melanjutkan PPN minyak goreng ditanggungPemerintah; (iii) penerapan bea keluar CPO dan produk turunannya, serta biofuel;(iv) penurunan bea masuk terigu dan PPN gandum dan terigu ditanggung Pemerintah:serta (v) penurunan bea masuk impor kedelai dan penurunan PPh impor kedelai.

Sebagai dampak kondisi di atas, pendapatan negara dan hibah dalam APBN 2008 sebesarRp781.354,1 miliar (17,4 persen PDB) direncanakan akan mengalami perubahan dalamAPBN-P 2008 menjadi sebesar Rp 894.990,5 miliar (20,0 persen PDB), yang berartimengalami peningkatan sebesar Rp 113.636,4 miliar atau 14,5 persen. Besaran perubahanpendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2008 dapat dilihat dalam Tabel II.4.

2.3.1. Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2008

Perubahan perkiraan pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2008 terutamabersumber dari perubahan perkiraan penerimaan dalam negeri. Sebagai dampak perubahanasumsi ekonomi makro serta langkah pengamanan APBN 2008 di bidang pendapatan negara,maka penerimaan dalam negeri direncanakan akan mengalami perubahan, dari Rp779.214,5miliar dalam APBN 2008 menjadi Rp 892.041,9 miliar dalam APBN-P 2008. Perubahan

Page 53: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-12 APBN-P 2008

tersebut menunjukkan penerimaan dalam negeri mengalami kenaikan Rp 112.827,5 miliaratau 14,5 persen dari yang telah direncanakan di APBN 2008. Perubahan perkiraanpenerimaan dalam negeri tersebut berasal dari perubahan penerimaan perpajakan dan PNBP.

2.3.1.1. Penerimaan Perpajakan Tahun 2008

Perubahan Penerimaan Perpajakan dalam APBN-P 2008 selain dipengaruhi oleh perubahanasumsi beberapa indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, harga minyakmentah Indonesia, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak mentah, juga dipengaruhi olehlangkah pengamanan APBN 2008 dari sisi (i) optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividenBUMN; dan (ii) pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis.

Penerimaan perpajakan merupakan salah satu alat kebijakan fiskal yang sangat efektif dalammempengaruhi permintaan dan penawaran dalam negeri. Di sisi permintaan, penguranganbeban pajak baik melalui DTP maupun fasilitas perpajakan dapat menurunkan harga dipasar, sehingga permintaan atau daya beli masyarakat tetap terjaga. Sedangkan, di sisipenawaran, pengenaan bea keluar atas komoditi strategis dapat mengurangi ekspor, sehinggapenawaran dalam negeri tetap terjaga.

Berdasarkan pendekatan tersebut, detail langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividenBUMN melalui peningkatan perpajakan dan PNBP pada beberapa sektor yang mendapatwindfall dari kenaikan harga minyak mentah; intensifikasi penerimaan cukai; serta penarikandividen interim BUMN.

Adapun langkah pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis ditindaklanjuti antaralain dengan pemberian fasilitas perpajakan dan pajak ditanggung Pemerintah (PPh, PPNdan PPnBM, dan bea masuk), kebijakan tarif pajak ekspor CPO, serta langkah-langkahadministrasi perpajakan yang telah dan akan dilakukan dalam tahun 2008.

APBN-P % thd PDB

Pendapatan Negara dan Hibah 781.354,1 17,4 894.990,5 20,0 I. Penerimaan Dalam Negeri 779.214,5 17,4 892.041,9 19,9

1. Penerimaan Perpajakan 591.978,4 13,2 609.227,5 13,6 a. Pajak Dalam Negeri 569.971,7 13,2 580.248,3 12,9 b. Pajak Perdagangan Internasional 22.006,7 0,5 28.979,2 0,6

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 187.236,1 4,2 282.814,4 6,3 II. Hibah 2.139,7 0,0 2.948,6 0,1

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatanSumber: Departemen Keuangan

(miliar rupiah)

% thd PDB

Tabel II.4 Pendapatan Negara dan Hibah, 2008 *)

APBN

Page 54: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-13APBN-P 2008

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, maka target penerimaan perpajakandalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp 609.227,5 miliar, atau 13,6 persenPDB. Jumlah ini berarti lebih tinggi Rp 17.249,1 miliar atau 2,9 persen dari rencanapenerimaan perpajakan yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp591.978,4 miliar (13,2persen PDB). Demikian pula, apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan perpajakantahun 2007 sebesar Rp491.834,7 miliar (12,4 persen PDB), maka rencana penerimaanperpajakan dalam APBN-P tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar Rp 117.392,8miliar (23,9 persen). Rencana penerimaan perpajakan dalam APBN-P tahun 2008 tersebutterdiri dari pajak dalam negeri sebesar Rp 580.248,3 miliar (12,9 persen PDB) dan pajakperdagangan internasional sebesar Rp 28.979,2 miliar (0,6 persen PDB) sebagaimana terlihatdalam Tabel II.5.

Pokok-pokok Perubahan Kebijakan Penerimaan Perpajakan

Dalam perubahan APBN 2008, beberapa kebijakan perpajakan yang sangat mempengaruhiperubahan penerimaan dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu: (i) kebijakanyang telah diperhitungkan dalam menyusun target APBN 2008, namun ditundapelaksanaannya; (ii) kebijakan yang akan dilaksanakan untuk mendukung Paket KebijakanStabilisasi Harga Pangan melalui pajak ditanggung Pemerintah dan fasilitas perpajakan;(iii) kebijakan dalam rangka menarik investasi; dan (iv) langkah-langkah administrasi.

APBN-P % thd PDB

Penerimaan Perpajakan 591.978,4 13,2 609.227,5 13,6 a. Pajak Dalam Negeri 569.971,7 12,7 580.248,3 12,9

i. Pajak penghasilan 305.961,4 6,8 305.015,9 6,8 1. PPh Migas 41.649,8 0,9 53.649,9 1,2 2. PPh Non-Migas 264.311,6 5,9 251.366,0 5,6

ii. Pajak pertambahan nilai 187.626,7 4,2 195.464,0 4,4 iii. Pajak bumi dan bangunan 24.159,7 0,5 25.266,0 0,6 iv. BPHTB 4.852,7 0,1 5.431,2 0,1 v. Cukai 44.426,5 1,0 45.717,5 1,0

vi. Pajak lainnya 2.944,6 0,1 3.353,7 0,1 b. Pajak Perdagangan Internasional 22.006,7 0,5 28.979,2 0,6

i. Bea masuk 17.940,8 0,4 17.820,9 0,4 ii. Bea Keluar 4.065,9 0,1 11.158,3 0,2

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

Sumber: Departemen Keuangan

(miliar rupiah)

% thd PDB

Tabel II.5Penerimaan Perpajakan, 2008 *)

APBN

Page 55: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-14 APBN-P 2008

Kebijakan yang ditunda pelaksanaannya

Dalam penyusunan APBN 2008, target penerimaan perpajakan, terutama penerimaan PPhtelah menggunakan tarif PPh baru sesuai dengan rencana pembahasan Amandemen RUUPPh. Namun, sampai saat ini Amandemen RUU PPh tersebut masih dalam pembahasanantara Pemerintah dengan DPR RI. Dengan demikian, perhitungan target penerimaan PPhdalam APBN-P tahun 2008 kembali menggunakan basis tarif PPh standar lama, yaitu tariftertinggi tetap 30 persen untuk Wajib Pajak Badan, dan 35 persen untuk Wajib Pajak OrangPribadi. Nilai yang dihasilkan dari penerapan tarif lama tersebut menghasilkan potensitambahan penerimaan PPh sekitar Rp9,0 triliun.

Kebijakan untuk mendukung Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan

Guna mendukung paket kebijakan stabilisasi harga komoditas pangan pokok, yaitu beras,tepung terigu, gandum, kedelai, dan minyak goreng, Pemerintah mengambil kebijakan untukmeringankan beban pajak melalui pajak ditanggung Pemerintah dan fasilitas perpajakan.

Dalam rangka stabilisasi harga kedelai dalam negeri, Pemerintah mengambil kebijakanmenurunkan tarif PPh Pasal 22 impor atas impor kedelai dari 2,5 persen menjadi 0,5 persen,sehingga menimbulkan potential loss sebesar Rp0,13 triliun, sebagaimana tertuang dalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.03/2008 tentang Perubahan Keempat atasKeputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan PemungutPajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan, serta Tata Cara Penyetoran danPelaporannya.

Selain itu, dengan adanya tekanan kenaikan harga pangan dunia yang menyebabkan hargadomestik juga bergerak naik, di bidang kebijakan PPN dan PPnBM, Pemerintah mengambilinisiatif untuk memberikan subsidi berupa PPN ditanggung Pemerintah atas penyerahanminyak goreng (curah maupun dalam kemasan), gandum dan tepung terigu di dalam negeridan atas impor sebesar Rp4,9 triliun sebagaimana tertuang dalam:

1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.011/2008 tentang Pajak PertambahanNilai Ditanggung Pemerintah Atas Impor dan/atau Penyerahan Gandum dan TepungGandum/Terigu.

2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.011/2008 tentang Pajak PertambahanNilai Dibayar Oleh Pemerintah Atas Penyerahan Minyak Goreng Curah Di Dalam Negeri.

3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.011/2008 tentang Pajak PertambahanNilai Dibayar Oleh Pemerintah Atas Penyerahan Minyak Goreng Dalam Kemasan DiDalam Negeri.

Di bidang bea keluar dan bea masuk, dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga-hargapangan pokok telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.011/2008tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor.Peraturan Menteri Keuangan ini berisi penetapan Bea Keluar untuk produk Kelapa Sawit,CPO dan turunannya untuk mengamankan Harga Minyak Goreng Dalam Negeri.

Sedangkan, beberapa kebijakan terkait bea masuk dalam mendukung Paket KebijakanStabilisasi Harga Pangan antara lain dalam bentuk:

Page 56: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-15APBN-P 2008

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif BeaMasuk atas Impor Beras. Dengan PMK ini tarif bea masuk atas impor beras diturunkandari Rp550,0 menjadi Rp450,0 per kg.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif BeaMasuk atas Impor Kacang Kedelai. Dengan PMK ini tarif bea masuk atas impor kacangkedelai diturunkan dari 5 persen menjadi nol persen.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif BeaMasuk atas Impor Tepung Gandum. Dengan PMK ini tarif bea masuk atas impor tepunggandum diturunkan dari 5 persen menjadi nol persen.

Berbagai kebijakan fiskal yang diambil tersebut dimaksudkan untuk menjaga stabilitas hargapangan pokok di dalam negeri, seperti beras, tepung terigu, gandum, kedelai, dan minyakgoreng. Dengan mengurangi beban pajak, baik PPh, PPN, maupun bea masuk, danmembebankan pengenaan bea keluar atas komoditas pangan strategis tersebut, diharapkandapat menstabilkan harga barang di dalam negeri guna mengurangi tekanan inflasi. Selainitu, untuk lebih mendukung stabilitas harga kebutuhan strategis tersebut, juga dilakukanpenerapan jalur hijau bagi impor barang pokok strategis dengan memperhatikan profilimportir, dalam rangka memperlancar pasokan dalam negeri.

Kebijakan dalam rangka menarik investasi

Untuk menarik penanaman modal baru berupa pembangunan dan pengembangan industriserta memacu pertumbuhan industri di sektor migas dan panas bumi, telah diambil berbagaikebijakan perpajakan, melalui PPh, PPN, dan bea masuk. Kebijakan PPh yang diterapkan disektor panas bumi dimaksudkan untuk mempercepat pengusahaan panas bumi sebagaisumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Dengan demikian, PPh atas labaperusahaan panas bumi menjadi ditanggung Pemerintah (DTP). Namun kebijakan tersebuttidak mengurangi porsi bagian pemerintah dari panas bumi.

Di samping itu, telah diterbitkan pula Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.011/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Untuk Kegiatan Eksplorasi DiSektor Migas dan Panas Bumi, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Platform Pengeboran atau ProduksiTerapung atau Di Bawah Air sebesar nol persen.

Selain itu, untuk mendorong investasi di sektor-sektor tertentu akan dilakukan penguranganbeban pajak melalui pajak ditanggung pemerintah untuk PPN dan bea masuk sebesarmasing-masing Rp7,8 triliun dan Rp2,0 triliun. Kemudian, untuk meningkatan daya saingobligasi pemerintah dalam memasuki pasar internasional, Pemerintah menanggung PajakPenghasilan atas pembayaran bunga obligasi internasional sesuai dengan asas timbal balikdengan negara lain.

Langkah-langkah administrasi

Selain langkah-langkah kebijakan di atas, dilakukan pula berbagai langkah-langkahadministrasi dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan. Langkah-langkahadministrasi tersebut dilakukan antara lain melalui intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan

Page 57: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-16 APBN-P 2008

perpajakan, mengoptimalkan penerimaan pajak dari perusahaan swasta dan BUMN,terutama dari penjualan komoditas yang mengalami kenaikan harga, dan dampak positifdari telah selesainya percepatan restitusi yang dilakukan pada tahun 2007. Berdasarkanlangkah-langkah tersebut penerimaan PPh diperkirakan akan bertambah sebesar Rp7,8triliun dan penerimaan PPN dan PPnBM bertambah sebesar Rp7,0 triliun. Secara garis besardampak langkah-langkah kebijakan dan administrasi perpajakan dapat dilihat pada TabelII.6.

Dari pokok-pokok perubahan kebijakan perpajakan tersebut di atas, serta perubahan asumsiekonomi makro, maka target penerimaan PPh migas dalam APBN-P 2008 direncanakanmenjadi Rp53.649,9 miliar, atau lebih tinggi Rp12.000,1 miliar (28,8 persen) dari targetyang ditetapkan dalam APBN 2008. Perubahan rencana penerimaan PPh migas tersebutdisebabkan karena meningkatnya harga minyak (ICP) dari US$60,0/barel dalam APBN2008 menjadi US$95,0/barel dalam APBN-P 2008, meskipun lifting minyak menurun dari1,034 MBCD menjadi 0,927 MBCD dalam periode yang sama.

1. Kebijakan 8.515

a. Pajak Penghasilan (PPh) 8.215

1. Tarif PPh tetap (PPh badan 30%, PPh orang pribadi 35%) 9.000 2. Penurunan tarif PPh Badan untuk perusahaan go publik (785)

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1.500

1. Pengenaan PPN listrik golongan tertentu 1.500

c. Bea Masuk (2.200)

1. Fasilitas bea masuk terigu (1.000) 2. Fasilitas bea masuk kedelai (1.000) 3 Penurunan Tarif Bea masuk Beras (200)

d. Bea Keluar 1.000

1. Menaikan tarif pajak ekspor CPO menjadi 15% apabila 1.000 harga CPO mencapai US$1.100 per ton

2. Administrasi 15.821 a. Pajak Penghasilan (PPh) 7.821

1. Intensifikasi dan optimalisasi penerimaan PPh perusahaan 7.821 terutama dari penjualan komoditas yang mengalami kenaikan harga

b. Pajak Pertambahan Nilai 7.000

1. Intensifikasi dan telah selesainya percepatan restitusi pada tahun 2007 7.000

c. Cukai 1.000

1. Intensifikasi Cukai 1.000

Total dampak kebijakan dan administrasi 24.336

Tabel II.6Kebijakan dan Administrasi Perpajakan APBN-P 2008

(miliar rupiah)

Page 58: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-17APBN-P 2008

Sementara itu, target penerimaan PPh Non-Migas dalam APBN-P tahun 2008 direncanakanmenjadi Rp251.366,0 miliar, yang berarti lebih rendah Rp12.945,6 miliar (4,9 persen) daritarget yang ditetapkan dalam APBN 2008. Penurunan rencana penerimaan PPh Non-Migastersebut disebabkan antara lain adanya penyesuaian dasar perhitungan PPh Non-Migastahun 2008 berdasarkan realisasi penerimaan PPh tahun 2007, dan pengaruh penurunandaya beli masyarakat akibat kenaikan harga minyak dan pangan dunia, serta menurunnyaasumsi pertumbuhan ekonomi dari 6,8 persen menjadi hanya 6,4 persen. Gejala penurunanpertumbuhan ekonomi ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga dialami olehnegara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa.

Target penerimaan PPN dan PPnBM dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan menjadisebesar Rp195.464,0 miliar, atau meningkat 4,2 persen dibandingkan target yang ditetapkandalam APBN 2008. Perubahan tersebut disebabkan karena program percepatan restitusiPPN telah selesai dilakukan pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 restitusi PPN akanberjalan normal kembali. Hal lain yang juga berpengaruh terhadap penerimaan PPN danPPnBM adalah adanya perubahan asumsi inflasi dari 6,0 persen pada APBN 2008 menjadi6,5 persen pada APBN-P 2008.

Kemudian, target penerimaan PBB pada APBN-P tahun 2008 diperkirakan meningkatsebesar Rp1.106,3 miliar atau 4,6 persen dibandingkan dengan target yang telah ditetapkandalam APBN 2008, yaitu dari Rp24.159,7 miliar menjadi sebesar Rp25.266,0 miliar.Peningkatan rencana penerimaan PBB ini dipengaruhi oleh realisasi harga minyak (ICP)tahun 2007 yang tinggi, yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan PBB sektorpertambangan. Peningkatan penerimaan PBB pertambangan tersebut merupakanpenyumbang terbesar kenaikan penerimaan PBB tahun 2008. Selain itu, lebih tingginyapenerimaan PBB dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan harga tanah dan bangunan,serta didukung oleh upaya ekstensifikasi dan intensifikasi PBB.

Dalam APBN-P tahun 2008, penerimaan BPHTB ditargetkan mengalami peningkatan sebesarRp578,5 miliar (11,9 persen) dari target yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp4.852,7miliar menjadi Rp5.431,2 miliar. Kenaikan rencana penerimaan BPHTB tersebutmengimbangi kenaikan PBB sebagai akibat kecenderungan peningkatan harga dan volumetransaksi atas tanah dan bangunan.

Selanjutnya, dalam APBN-P tahun 2008, penerimaan cukai ditargetkan sebesar Rp45.717,5miliar. Jumlah ini, berarti mengalami peningkatan sebesar Rp1.291,0 miliar biladibandingkan dengan target penerimaan cukai dalam APBN tahun 2008. Penerimaan cukaipada APBN-P 2008 tersebut dapat dicapai dengan didukung kebijakan pemerintah di bidangcukai hasil tembakau yang mendorong perbaikan daya saing industri hasil tembakau, sertamengandalkan pertumbuhan produksi alamiah yang ditunjang oleh peningkatan daya belimasyarakat.

Prediksi penerimaan cukai tahun 2008 dibuat dengan mempertimbangkan pertumbuhanekonomi, elastisitas permintaan terhadap kenaikan harga dan kebijakan yang ditetapkanatas Harga Jual Eceran (HJE) dan Tarif. Sasaran penerimaan cukai tahun 2008 dilandasidata empiris pertumbuhan nominal produksi barang kena cukai (BKC), khususnya produksihasil tembakau sebesar 4,5 persen, dan diasumsikan tidak ada beban tambahan dalam bentukperubahan tarif atau harga jual eceran.

Page 59: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-18 APBN-P 2008

Demikian juga dengan rencana penerimaan pajak lainnya dalam APBN-P tahun 2008ditargetkan akan mencapai Rp3.353,7 miliar, atau meningkat sebesar Rp409,1 miliar (13,9persen) bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN 2008. Peningkatanrencana penerimaan pajak lainnya ini selain disebabkan pertimbangan kesadaranmasyarakat semakin meningkat dalam memenuhi kewajiban perpajakan, khususnya BeaMeterai, juga perkiraan akan semakin membaiknya administrasi perpajakan.

Dari pajak perdagangan internasional, sasaran penerimaan bea masuk dalam APBN-P 2008diperkirakan akan mencapai Rp17.820,9 miliar. Jumlah ini berarti menurun sebesar Rp119,9miliar (0,7 persen) bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan Bea Masuk yangdianggarkan dalam APBN tahun 2008. Penurunan bea masuk tersebut disebabkan karenaadanya fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan untuk mendukung investasi dankebutuhan stabilisasi harga pangan.

Sementara itu, penerimaan bea keluar dalam APBN-P tahun 2008 direncanakan sebesarRp11.158,3 miliar. Jumlah ini berarti mengalami kenaikan sebesar Rp7.092,4 miliar atau174,4 persen bila dibandingkan dengan target penerimaan bea keluar dalam APBN tahun2008. Kenaikan bea keluar tersebut terutama dipengaruhi oleh penyesuaian tarif bea keluarkelapa sawit, CPO dan produk turunannya sebagai langkah yang diambil oleh Pemerintahuntuk menjamin kebutuhan bahan baku industri minyak goreng, serta menjaga stabilitasharga minyak goreng dalam negeri. Di samping itu, Pemerintah juga berencana untukmelakukan ekstensifikasi bea keluar bagi komoditi pertambangan tertentu.

Penerimaan bea keluar dalam implementasinya memiliki fungsi budgeter dan fungsi regulasi.Sebagai fungsi budgeter, penerimaan bea keluar diharapkan setiap tahunnya dapat terusmeningkat. Namun dalam pelaksanaannya fungsi bea keluar lebih ditekankan sebagairegulasi. Oleh karena itu efektivitas kebijakan bea keluar tidak hanya dilihat dari tercapainyatarget penerimaan bea keluar dalam APBN, tetapi juga dilihat dari tercapainya tujuan darikebijakan pengenaan bea keluar.

Dengan diberlakukannya UU Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas UU Nomor 10tahun 1995 tentang Kepabeanan, maka mulai tahun 2008 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaibertanggung jawab atas pemungutan bea keluar. Adapun tujuan dari kebijakan pengenaanbea keluar sesuai PP Nomor 35 Tahun 2005 adalah: (i) menjamin terpenuhinya kebutuhandalam negeri; (ii) melindungi kelestarian sumber daya alam; (iii) mengantisipasi pengaruhkenaikan harga yang cukup drastis dari barang ekspor tertentu di pasar internasional; dan(iv) menjaga stabilitas harga barang tertentu di dalam negeri.

Page 60: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-19APBN-P 2008

Boks II.1

Insentif Perpajakan Dalam Rangka Mendukung

Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok

Kecenderungan melambatnya ekonomi global dan meningkatnya harga komoditas panganakan mempengaruhi perekonomian Indonesia melalui meningkatnya ekspektasi inflasimasyarakat. Saat ini, harga beberapa komoditas pangan strategis di dalam negeri meningkatdrastis, seperti beras, tepung terigu, gandum, kedelai, dan minyak goreng. Dampak akhir daripeningkatan harga-harga tersebut adalah menurunnya pendapatan riil masyarakat, terutamagolongan menengah ke bawah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemerintah untuk mencegah penurunan pendapatanriil masyarakat tersebut adalah melalui intervensi kebijakan fiskal, yaitu melalui penurunanharga dan/atau peningkatan pendapatan masyarakat. Penurunan harga dapat dilakukan melaluipengurangan beban pajak atau pemberian subsidi harga. Sedangkan, peningkatan pendapatanmasyarakat dapat dilakukan melalui pemberian bantuan langsung kepada masyarakat, seperticash transfer. Kedua instrumen tersebut diharapkan pada akhirnya meningkatkan pendapatanriil masyarakat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok (PKSHPP)yang akan dicanangkan Pemerintah dilakukan melalui pengurangan beban pajak atas beberapakomoditas pangan strategis (beras, minyak goreng, tepung terigu dan gandum, serta kedelai)dan penambahan subsidi pangan. Pengurangan beban pajak dan pemberian subsidi pangan(antara lain beras dan minyak goreng) diharapkan dapat mengurangi biaya perusahaan,sehingga harga dapat dikendalikan pada tingkat yang wajar.

Pengurangan beban pajak dilakukan melalui: (i) pemberian fasilitas perpajakan, sepertipenurunan tarif dan pembebasan tarif; dan (ii) pemberian pajak ditanggung Pemerintah (DTP).Pajak ditanggung Pemerintah (DTP) adalah pajak terutang suatu perusahaan, baik swastamaupun BUMN yang ditanggung oleh Pemerintah melalui penyediaan pagu anggaran dalamsubsidi pajak. Dengan demikian, dalam perhitungan anggaran Pemerintah akan bersifat netral,karena penerimaan perpajakan akan bertambah sebesar nilai DTP dan pada saat yang samasubsidi pajak juga bertambah sebesar nilai DTP yang dicatat pada penerimaan. Sedangkanfasilitas perpajakan mengandung pengertian pemberian keringanan perpajakan, berupa bebaspajak atau pengurangan pajak untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, akanmenimbulkan potential loss pada penerimaan perpajakan.

Insentif perpajakan diberikan pada perusahaan swasta dan BUMN, baik untuk PPh impor, PPNimpor dan PPN dalam negeri, bea masuk, serta bea keluar. Untuk beras dilakukan penurunantarif bea masuk impor dari Rp550/kg menjadi Rp450/kg sesuai dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 180/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Beras.

Komoditas minyak goreng mendapat fasilitas PPN ditanggung Pemerintah atas penyerahanminyak goreng (curah maupun dalam kemasan) di dalam negeri. Selain itu, dilakukan kenaikantarif bea keluar atas produk CPO dan turunannya pada tingkat harga tertentu untukmengamankan harga minyak goreng dalam negeri sesuai dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 09/PMK.011/2008 tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran TarifPungutan Ekspor. Untuk komoditas tepung terigu dan gandum diberikan fasilitas PPNditanggung Pemerintah atas impor dan/atau penyerahan dalam negeri gandum dan tepungterigu dan fasilitas penurunan tarif bea masuk atas impor tepung gandum diturunkan dari 5,0

Page 61: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-20 APBN-P 2008

2.3.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2008

Dalam APBN-P 2008, perubahan PNBP sangat dipengaruhi oleh perubahan berbagaiindikator ekonomi makro terutama harga minyak mentah di pasar internasional, tingkatlifting minyak, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal tersebutdisebabkan karena struktur PNBP dalam APBN-P 2008 masih didominasi oleh penerimaanSDA yang berasal dari minyak bumi dan gas alam yang memberikan kontribusi sebesar68,2 persen dari keseluruhan sasaran penerimaan PNBP atau sebesar 94,9 persen dari sasaranpenerimaan SDA.

Berdasarkan asumsi ekonomi makro yang dipakai sebagai basis perhitungan APBN-P tahun2008, dan sekaligus mempertimbangkan berbagai langkah kebijakan yang akan diambiloleh Pemerintah, maka target PNBP direncanakan berubah menjadi Rp282.814,4 miliar.Jumlah ini berarti menunjukkan adanya kenaikan sebesar Rp95.578,4 miliar atau 51,1 persenapabila dibandingkan dengan sasaran PNBP dalam APBN tahun 2008. Kenaikan targetPNBP dalam APBN-P tahun 2008 tersebut terutama terjadi akibat kenaikan harga minyakmentah di pasar internasional, sehingga diperkirakan akan meningkatkan penerimaan darisektor migas dan bagian pemerintah atas laba BUMN. Selanjutnya pada Tabel II.7 dapatdilihat perubahan PNBP dalam APBN-P 2008.

Potential Loss

DTP

1. Beras - Penurunan tarif bea masuk impor 0,2

2. Minyak Goreng - PPN ditanggung Pemerintah 3,0

3. Gandum dan Terigu - PPN Terigu ditanggung Pemerintah 0,5

- PPN Gandum ditanggung Pemerintah 1,4

- Penurunan tarif bea masuk impor 1,0

4. Kedelai - Penurunan tarif PPh Pasal 22 impor 0,1

- Penurunan bea masuk impor 1,0

2,3 4,9

Komoditas Insentif Pajak

Dampak (triliun Rp)

Total

persen menjadi nol persen. Komoditas kedelai dilakukan penurunan tarif PPh Pasal 22 imporatas impor kedelai dari 2,5 persen menjadi 0,5 persen,serta penurunan tarif bea masuk imporatas impor kacang kedelai dari 5,0 persen menjadi nol persen.

Selain insentif perpajakan tersebut, untuk lebih mendukung program stabilisasi hargakomoditas pangan strategis, juga dilakukan langkah-langkah administrasi dalam rangkamemperlancar pasokan dalam negeri, berupa penerapan jalur hijau bagi impor barang pokokstrategis dengan memperhatikan profil importir.

Dampak Insentif Pajak Dalam Rangka Mendukung Program Stabilisasi Harga

Page 62: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-21APBN-P 2008

Pokok-pokok Perubahan Kebijakan PNBP

Meskipun target lifting minyak mentah diperkirakan mengalami penurunan dibandingkanyang ditetapkan dalam APBN 2008, yaitu dari 1,034 juta barel per hari menjadi 0,927 jutabarel per hari. Realisasi PNBP SDA migas dalam APBN-P 2008 diperkirakan lebih tinggidibandingkan dengan sasaran PNBP yang telah ditetapkan dalam APBN 2008. Jumlahperkiraan PNBP SDA migas tersebut bersumber dari perkiraan penerimaan SDA minyakbumi dan penerimaan SDA gas alam.

Peningkatan perkiraan PNBP SDA minyak bumi tersebut lebih dikarenakan adanya faktor-faktor eksternal, diantaranya: (i) lebih tingginya perkiraan harga ICP dibandingkan denganasumsi yang ditetapkan dalam APBN 2008, yaitu dari US$60 per barel menjadi US$95 perbarel; dan (ii) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam APBN-P 2008 tetapsebesar Rp9.100 per US$.

Penerimaan PNBP yang berasal dari sumber daya alam (SDA) non migas bersumber darisektor Pertambangan Umum yang terdiri dari iuran tetap dan royalty serta penerimaanyang berasal dari penjualan hasil tambang. Dalam APBN-P tahun 2008 pendapatan dariiuran tetap dan royalty komoditi pertambangan diperkirakan meningkat sebesar Rp1.561,4miliar. Salah satu kebijakan pemerintah dalam meningkatkan PNBP adalah dengan

APBN-P % thd PDB

Penerimaan Negara Bukan Pajak 187.236,1 4,3 282.814,4 6,3a. Penerimaan SDA 126.203,2 2,9 192.789,4 4,3

i. Migas 117.922,0 2,7 182.946,9 4,1- Minyak bumi 84.317,0 2,0 149.111,3 3,3- Gas alam 33.605,0 0,8 33.835,6 0,8

ii. Non Migas 8.281,2 0,2 9.842,6 0,2- Pertambangan umum 5.306,4 0,1 6.867,8 0,2

- Iuran tetap 66,6 0,0 83,0 0,0- Pendapatan Royalti Batubara 5.239,8 0,1 6.784,8 0,2

- Kehutanan 2.774,8 0,1 2.774,8 0,1- Iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) 4,8 0,0 4,8 0,0- Provisi sumber daya hutan (PSDH) 1.498,7 0,0 1.498,7 0,0- Dana reboisasi 1.271,3 0,0 1.271,3 0,0

- Perikanan 200,0 0,0 200,0 0,0b. Bagian Laba BUMN 23.404,3 0,5 31.244,3 0,7c. PNBP Lainnya 37.628,6 0,9 58.780,7 1,3

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

Sumber: Departemen Keuangan

( miliar rupiah)

% thd PDB

Tabel II.7Penerimaan Negara Bukan Pajak, 2008

APBN

Page 63: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-22 APBN-P 2008

melakukan inventarisasi kegiatan usaha dari perusahaan Kuasa Pertambangan, verifikasiyang lebih intensif dan melakukan penagihan terhadap perusahaan yang mempunyaitunggakan kewajiban kepada negara.

Untuk mencapai target penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN untuk tahun 2008,penghitungan penerimaan tersebut dihitung berdasarkan pay out ratio antara 10-50 persendari laba bersih yang dibukukan BUMN pada tahun sebelumnya dengan tetapmemperhatikan kepentingan perusahaan, negara, serta manajemen dan karyawanperusahaan.

Seiring dengan peningkatan kinerja BUMN dan meningkatnya harga minyak mentah duniayang berdampak pula pada peningkatan harga komoditi lain yang merupakan komoditisubstitusi dari minyak mentah seperti harga gas alam, batu bara, dan harga CPO, penerimaanbagian pemerintah atas laba BUMN pertambangan juga diperkirakan mengalami windfallkarena meningkatnya harga minyak mentah dan kenaikan dari dividen interim BUMNnon-Pertamina.

Perubahan perkiraan asumsi makro, terutama karena lebih tingginya perkiraan hargaminyak mentah Indonesia di pasar internasional (ICP) dari US$60,0 per barel dalam APBNtahun 2008 menjadi US$95,0 per barel dalam APBN-P tahun 2008 mengakibatkanmeningkatnya PNBP Lainnya dari pendapatan minyak mentah Domestic Market Obligation(DMO). Sementara itu dalam rangka meningkatkan PNBP Lainnya pada Kementerian/Lembaga akan dilakukan upaya-upaya antara lain: (i) pengidentifikasian danpenginventarisasian potensi PNBP Lainnya dan pencarian sumber-sumber PNBP Lainnyayang belum tergali secara optimal; (ii) ekstensifikasi dengan ditetapkannya jenis dan tarifPNBP baru; dan (iii) intensifikasi penagihan pada sumber-sumber PNBP Lainnya.

Berdasarkan pokok-pokok perubahan kebijakan PNBP di atas, termasuk perubahan indikatorekonomi makro, dalam APBN-P tahun 2008, target penerimaan SDA direncanakan menjadiRp192.789,4 miliar. Penerimaan SDA merupakan sumber penerimaan terbesar bagi PNBPsehingga dalam APBN-P tahun 2008, kontribusi penerimaan SDA terhadap keseluruhanPNBP mencapai 68,2 persen, atau sekitar 21,6 persen dari total Penerimaan Dalam Negeri.Sebagian besar dari rencana penerimaan SDA dalam tahun 2008 tersebut berasal daripenerimaan SDA Migas (94,9 persen), sedangkan sisanya berasal dari SDA Non-Migas yangterdiri dari SDA Pertambangan Umum, SDA Kehutanan, dan SDA Perikanan. Targetpenerimaan SDA Migas dalam APBN-P tahun 2008 direncanakan menjadi Rp182.946,9miliar, berarti mengalami kenaikan sebesar Rp65.024,9 miliar atau 55,1 persen biladibandingkan dengan target penerimaan SDA dalam APBN tahun 2008.

Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan migas dalam tahun 2008 tersebut dipengaruhiantara lain oleh faktor eksternal, yaitu lebih tingginya perkiraan harga minyak mentahIndonesia (ICP) dibandingkan dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2008. Daritarget penerimaan SDA migas tahun 2008 tersebut, Rp149.111,3 miliar bersumber daripenerimaan SDA minyak bumi dan sisanya Rp33.835,6 miliar bersumber dari penerimaanSDA gas alam.

Target Penerimaan SDA Non-Migas dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan sebesarRp9.842,6 miliar, atau meningkat Rp1.561,4 miliar atau 18,9 persen dari target yangditetapkan dalam APBN tahun 2008. Penerimaan SDA Non-Migas ini masih didominasi

Page 64: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-23APBN-P 2008

oleh penerimaan dari pertambangan umum (69,8 persen dari total penerimaan SDA Non-Migas), kemudian disusul oleh penerimaan kehutanan dan penerimaan perikanan.

Target penerimaan SDA Pertambangan Umum dalam APBN-P tahun 2008 direncanakanmenjadi Rp6.867,8 miliar. Rencana penerimaan SDA Pertambangan Umum tahun 2008tersebut meliputi iuran tetap (landrent) Rp83,0 miliar dan iuran eksplorasi dan eksploitasi(royalty) Rp6.784,8 miliar. Perubahan penerimaan SDA Pertambangan Umum tersebutmenunjukkan adanya peningkatan sebesar Rp1.561,4 miliar atau 29,4 persen biladibandingkan dengan target penerimaan SDA Pertambangan Umum yang ditetapkan dalamAPBN tahun 2008.

Penerimaan SDA Kehutanan dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp2.774,8miliar. Penerimaan SDA Kehutanan didasarkan pada rencana karya tahunan, yaitu luasproduksi kayu untuk provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) yangmeliputi hutan tanaman (Perhutani), produksi hutan tanaman industri dan produksi hasilhutan bukan kayu.

Rencana penerimaan SDA Kehutanan APBN-P tahun 2008 tersebut terdiri dari:(i) penerimaan dana reboisasi (DR) sebesar Rp1.271,3 miliar; (ii) penerimaan provisi sumberdaya hutan (PSDH) sebesar Rp1.498,7 miliar; serta (iii) iuran hak pengusahaan hutan (IHPH)sebesar Rp4,8 miliar, sama dengan target penerimaan SDA Kehutanan yang ditetapkandalam APBN tahun 2008.

Kemudian, target penerimaan SDA Perikanan dalam APBN-P 2008 diperkirakan samadengan yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp200 miliar. Jumlah ini meliputi:(i) penerimaan SDA yang berasal dari pungutan pengusahaan perikanan (PPP); dan(ii) penerimaan dari pungutan hasil perikanan (PHP).

Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

Dalam APBN-P tahun 2008, target penerimaan yang berasal dari bagian pemerintah ataslaba BUMN (dividen) direncanakan menjadi Rp31.244,3 miliar. Jumlah ini berartimenunjukkan adanya peningkatan sebesar Rp7.840,0 miliar atau 33,5 persen biladibandingkan dengan target penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN yangdianggarkan dalam APBN tahun 2008. Peningkatan sebesar Rp7.840,0 miliar tersebutdiperkirakan akan dipenuhi dari dividen interim PT Pertamina dan beberapa BUMN lainnya.

PNBP Lainnya

PNBP Lainnya di antaranya berasal dari: (i) kegiatan-kegiatan pelayanan dan pengaturanyang dilaksanakan oleh masing-masing kementerian/lembaga kepada masyarakat sesuaidengan tugas pokok dan fungsinya; (ii) rekening dana investasi (RDI); (iii) domestic marketobligation (DMO); dan (iv) penjualan hasil tambang.

Dalam APBN-P tahun 2008, target penerimaan PNBP Lainnya direncanakan mencapaiRp58.780,7 miliar, atau naik sebesar Rp21.152,1 miliar atau 56,2 persen dibandingkan targetyang ditetapkan dalam APBN tahun 2008. Peningkatan target PNBP Lainnya berasal darikenaikan: (i) pendapatan dari minyak mentah Domestic Market Obligation (DMO);

Page 65: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-24 APBN-P 2008

(ii) penerimaan yang berasal dari Departemen Komunikasi dan Informasi terutama daripendapatan hak dan perijinan (BHP frekuensi); (iii) penerimaan yang berasal dari penjualanhasil tambang; serta (iv) percepatan pembayaran RDI. Selanjutnya dalam Tabel II.8. dapatdilihat rincian perubahan PNBP lainnya dalam APBN-P 2008.

2.3.2. Hibah Tahun 2008

Dalam APBN-P 2008, penerimaan hibah diperkirakan akan mencapai Rp2.948,6 miliar,atau mengalami peningkatan sebesar Rp808,9 miliar (37,8 persen) bila dibandingkan dengansasaran penerimaan hibah yang dianggarkan dalam APBN 2008. Apabila dibandingkandengan realisasi penerimaan hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar, maka perkiraanpenerimaan hibah dalam tahun 2008 tersebut meningkat sekitar Rp1.244,8 miliar.

Sebagian besar dari hibah tersebut akan dipergunakan untuk membiayai berbagai programyang terkait dengan proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, yang akan dikelolalangsung oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh – Nias, sebagai lembaga

1 Departemen Pendidikan Nasional 4.201,3 4.201,3 2 Departemen Kesehatan 2.879,2 2.879,2 3 Departemen Komunikasi dan Informasi 5.555,2 6.505,2 4 Kepolisian Republik Indonesia 1.525,3 1.525,3 5 Badan Pertanahan Nasional 1.300,0 1.300,0 6 Departemen Hukum dan HAM 1.216,7 1.216,7 7 Departemen Luar Negeri 380,0 380,0 8 Departemen Perhubungan 510,3 510,3 9 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 484,1 484,1 10 Penerimaan lain:

Rekening Dana Investasi (RDI) 4.829,0 8.329,0 Domestic Market Obligation (DMO) Migas 6.456,5 9.204,6 Penerimaan lainnya 8.291,0 22.245,0

Total PNBP Lainnya 37.628,6 58.780,7

Sumber: Departemen Keuangan

No Penerimaan APBN APBN-P

Tabel II.8PNBP Lainnya Tahun 2008

(miliar rupiah)

Page 66: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah APBN-P 2008

II-25APBN-P 2008

yang telah ditunjuk guna menangani proses rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Acehdan Nias pasca bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami. Selain itu dana hibahakan dipergunakan untuk membiayai berbagai program ataupun proyek yang telahdisepakati bersama antara Pemerintah Indonesia dengan pihak pemberi hibah berdasarkannota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).

Page 67: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-1APBN-P 2008

BAB III

POKOK-POKOK PERUBAHAN ANGGARANBELANJA NEGARA

3.1. Pendahuluan

Sejak ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007, APBN 2008 mendapattekanan yang sangat berat dari perubahan dan perkembangan berbagai faktor internalmaupun eksternal. Pada sisi anggaran belanja negara, tekanan terhadap APBN tahun 2008,terutama berasal dari lonjakan harga minyak dunia, dan melemahnya nilai tukar rupiahterhadap dolar Amerika Serikat, yang mengakibatkan beban subsidi energi, baik subsidi BBMmaupun subsidi listrik diperkirakan membengkak, dan juga menambah alokasi anggarandana bagi hasil minyak bumi bagi daerah penghasil pada pos transfer ke daerah .

Dengan pembengkakan beban subsidi dan juga dana bagi hasil migas ke daerah-daerahpenghasil tersebut, volume anggaran belanja negara diperkirakan menjadi Rp985.556,7 miliar(23,0 persen terhadap PDB), atau meningkat sebesar Rp130.896,6 miliar (15,3 persen) jikadibandingkan dengan pagu anggaran belanja negara yang ditetapkan dalam APBN tahun2008 sebesar Rp854.660,1 miliar (19,8 persen). Kondisi tersebut mengakibatkan defisit APBNdiperkirakan meningkat dari 1,7 persen terhadap PDB dalam APBN 2008 menjadi 4,2 persenterhadap PDB. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah pengendalian, kondisi tersebut selainakan berdampak negatif terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal, juga akan dapatmempengaruhi upaya penanggulangan kemiskinan dan penurunan pengangguran.

Berkaitan dengan itu, dalam rangka menyehatkan APBN, menjaga kesinambungan fiskal,dan mengurangi beban masyarakat, seraya mempertahankan momentum pertumbuhan,maka dipandang perlu untuk melakukan langkah-langkah pengamanan APBN. Di bidangbelanja negara, langkah-langkah pengamanan dilakukan antara lain melalui: Pertama,penghematan belanja kementerian negara/lembaga, dengan penajaman prioritas kegiatan,dan menunda pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak prioritas. Kedua, penghematananggaran belanja subsidi BBM dan subsidi listrik, melalui perbaikan parameter produksidan berbagai parameter lainnya pada perhitungan subsidi BBM dan subsidi listrik, sertapeningkatan efisiensi PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ketiga, paketkebijakan Program Stabilisasi Harga (PSH), dalam rangka mengendalikan tingkat hargapada level yang lebih dapat dijangkau oleh masyarakat secara luas. Keempat, penghematananggaran transfer ke daerah, khususnya kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan danainfrastruktur sarana dan prasarana. Kelima, pemanfaatan dana kelebihan (windfall) di daerahmelalui instrumen utang, yaitu dengan menempatkan surplus kas daerah penghasil migaspada instrumen bebas risiko (risk free), seperti surat berharga negara (SBN), dimana SBNtersebut dapat dibeli langsung oleh daerah untuk mengurangi biaya intermediasi, dan daerahdapat langsung menikmati benefit-nya.

Dengan memperhitungkan beberapa perubahan mendasar tersebut, anggaran belanja negaradalam APBN-P tahun 2008 menjadi Rp989.493,8 miliar. Jumlah ini, apabila dibandingkan

Page 68: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-2 APBN-P 2008

dengan pagu belanja negara yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp854.660,1 miliar,berarti mengalami kenaikan Rp134.833,8 miliar atau 15,8 persen. Sebagian besar, yaitu70,4 persen dari jumlah tersebut dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat, sedangkan29,6 persen lainnya untuk transfer ke daerah. Ringkasan alokasi anggaran belanja negaradalam APBN dan APBN-P 2008 disajikan dalam Tabel III.1.

3.2. Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dan AnggaranBelanja Pemerintah Pusat

Pergerakan beberapa indikator ekonomi makro, baik internal maupun eksternal, sertalangkah-langkah antisipasi yang secara khusus dilakukan pemerintah dalam rangkamengamankan APBN, maupun secara umum ditujukan untuk tetap menjaga momentumpertumbuhan seraya mengurangi beban masyarakat, membawa perubahan yang cukupsignifikan dalam volume dan komposisi belanja pemerintah pusat tahun 2008. Perubahantersebut merupakan kombinasi yang sangat dinamis dari naiknya kebutuhan anggaran untukkegiatan-kegiatan tertentu, yang disertai dengan menurunnya alokasi anggaran belanjauntuk kegiatan yang lain, baik sebagai dampak perkembangan asumsi ekonomi makro,maupun sebagai dampak kebijakan yang diambil Pemerintah.

Perubahan yang cukup drastis terlihat dari melonjaknya beban kebutuhan subsidi energi,baik subsidi BBM maupun subsidi listrik, selain sebagai akibat dari meningkatnya hargaminyak mentah di pasar dunia menjadi rata-rata US$95 per barel, jauh melampaui asumsiharga minyak yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan APBN 2008, yakni US$60 perbarel. Apabila tanpa dilakukan langkah-langkah pengamanan, maka beban kebutuhan subsidienergi ini diperkirakan naik hampir 140 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan dalamAPBN 2008.

APBN-P % thd PDB

% thd APBN

I. Belanja Pemerintah Pusat 573.430,7 12,8 697.071,0 15,5 121,6 1. Belanja K/L 311.947,0 7,0 290.022,7 6,5 93,0 2. Belanja Non K/L 261.483,7 5,8 407.048,4 9,1 155,7

a.l. - Pembayaran Bunga Utang 91.365,6 2,0 94.794,2 2,1 103,8 - Subsidi 97.874,6 2,2 234.405,0 5,2 239,5 - Belanja Lain Lain 24.954,2 0,6 32.078,8 0,7 128,6

II. Transfer Ke Daerah 281.229,5 6,3 292.422,8 6,5 104,0 1. Dana Perimbangan 266.780,1 6,0 278.436,1 6,2 104,4 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 14.449,3 0,3 13.986,7 0,3 96,8

854.660,1 19,1 989.493,9 22,1 115,8

1) Perbedaan satu angka di belakang koma dalam angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

JUMLAH

Tabel III.1.

Belanja Negara, Tahun 20081)

(miliar rupiah)

APBN % thd PDB

Page 69: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-3APBN-P 2008

Perubahan lain yang memerlukan tambahan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat2008 adalah berkaitan dengan Program Stabilisasi Harga, yang diluncurkan awal Februari2008. Program ini ditempuh dalam rangka mengurangi dampak lonjakan harga barangdalam negeri, sebagai akibat dari pergerakan harga komoditas pangan strategis, khususnyakomoditi beras, kedelai, minyak goreng dan terigu, yang sejak awal tahun 2008 menunjukkangejala meningkat. Selain akan terus dilakukan langkah antisipasi pengelolaan dan upayasistematis untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan dan stabilitas harga agar dapatdikelola dengan baik, dalam jangka pendek, pemerintah telah menyiapkan sejumlahkebijakan, antara lain melalui instrumen fiskal termasuk mengurangi bea masuk,penghapusan PPN dan PPh, tata niaga impor, serta “jalur hijau” untuk komoditas pangan.Di samping itu, Pemerintah juga akan memberikan bantuan kepada masyarakat yangmengalami dampak kenaikan harga sembako, serta menyelaraskan kebijakan fiskal danmoneter. Sementara itu, untuk solusi jangka menengah, kebijakan yang akan ditempuhantara lain dengan melakukan swasembada pangan dan mengurangi impor, melakukanefisiensi sistem distribusi di Jawa dan luar Jawa, menyiapkan bantuan finansial dan kredittanpa penjaminan, program pendidikan murah dan gratis, serta program Askeskin. Programini diharapkan mendapat dukungan dari dunia usaha, pelaku ekonomi besar, sertamasyarakat luas. Alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk Program Stabilisasi Hargadiperkirakan mencapai Rp9.486,4 miliar.

Di lain pihak, volume belanja pemerintah pusat juga mengalami perubahan ke bawah ataumenurun, sebagai akibat dari kebijakan efisiensi dan penghematan/penundaan belanjakementerian negara/lembaga (K/L). Kebijakan ini dilakukan dengan melakukanpenghematan/penundaan sekitar 10 persen dari total alokasi pagu masing-masingkementerian negara/lembaga tahun 2008, antara lain dengan menunda kegiatan-kegiatanyang tidak diprioritaskan (prioritas rendah), dan kegiatan-kegiatan yang tidak dimuat dalamBuku I Rencana Kerja Pemerintah 2008.

Namun demikian, agar tidak menganggu kinerja kementerian negara/lembaga, makaterdapat kegiatan-kegiatan K/L yang tidak ditunda pelaksanaannya, meliputi:a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga lembaga yang menangani bencana alam

dan keselamatan manusia, yaitu Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias,Bakornas Penanggulangan Bencana, dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo(BPLS);

b. Kegiatan-kegiatan dasar, yaitu kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasarsatuan kerja, meliputi gaji, honorarium, dan tunjangan (kode 0001) dan penyelenggaraanoperasional dan pemeliharaan perkantoran (kode 0002);

c. Kegiatan-kegiatan dengan sumber pendanaan dari hibah (grant); sertad. Kegiatan-kegiatan dengan sumber pendanaan PNBP, khusus untuk badan layanan umum

(BLU) dan badan hukum milik negara (BHMN).

Dengan berbagai perkembangan di atas, maka alokasi anggaran belanja pemerintah pusatdalam APBN-P 2008 direncanakan mencapai Rp697.071,0 miliar. Jumlah ini, apabiladibandingkan dengan pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesarRp573.430,7 miliar, berarti naik Rp123.640,4 miliar atau 21,6 persen. Alokasi anggaranbelanja pemerintah pusat tahun 2008 tersebut terdiri dari alokasi belanja K/L sebesarRp290.022,7 miliar, dan alokasi belanja non-K/L sebesar Rp407.048,3 miliar.

Page 70: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-4 APBN-P 2008

Alokasi belanja non-K/L sebesar Rp407.048,3 miliar tersebut berarti Rp145.564,7 miliaratau 55,7 persen lebih tinggi dari pagu anggaran belanja non-K/L yang ditetapkan dalamAPBN 2008 sebesar Rp261.483,7 miliar. Alokasi belanja non-K/L tersebut sebagian besardialokasikan untuk pembayaran bunga utang dan subsidi. Rincian belanja pemerintah pusattahun 2008 dapat diikuti pada Tabel III.2.

Sejalan dengan meningkatnya defisit APBN dari 1,6 persen terhadap PDB dalam APBN 2008menjadi sekitar 2,1 persen terhadap PDB, beban pembayaran bunga utang dalam keseluruhantahun 2008 diperkirakan mencapai Rp94.794,2 miliar, yang berarti Rp3.428,6 miliar atau3,8 persen lebih tinggi dari pagu anggaran pembayaran bunga utang yang ditetapkan dalamAPBN 2008 sebesar Rp91.365,6 miliar. Demikian pula, apabila dibandingkan dengan beban

APBN % thd PDB

APBN-P % thd PDB

% thd APBN

I. Belanja K/L 311.947,0 7,0 290.022,7 6,5 93,0

II. Belanja Non K/L 261.483,7 5,8 407.048,3 9,1 155,7

a.l. 1. Pembayaran Bunga Utang 91.365,6 2,0 94.794,2 2,1 103,8 a. Utang Dalam Negeri 62.716,8 1,4 65.814,4 1,5 104,9 b. Utang Luar Negeri 28.648,8 0,6 28.979,8 0,6 101,2

2. Subsidi 97.874,6 2,2 234.405,0 5,2 239,5 a. Subsidi Energi 75.590,6 1,7 187.107,8 4,2 247,5

1) Subsidi BBM 45.807,4 1,0 126.816,2 2,8 276,8 2) Subsidi Listrik 29.783,3 0,7 60.291,6 1,3 202,4

b. Subsidi Non Energi 22.283,9 0,5 47.297,2 1,1 212,2 1) Subsidi Pangan 6.603,0 0,1 8.589,4 0,2 130,1 2) Subsidi Pupuk 7.519,1 0,2 7.809,0 0,2 103,9 3) Subsidi Benih 725,0 0,0 1.021,3 0,0 140,9 4) Public Service Obligation 1.688,4 0,0 1.729,1 0,0 102,4 5) Subsidi Bunga Kredit Program 2.148,4 0,0 2.148,4 0,0 100,0 6) Subsidi Bahan Baku Kedelai - - 500,0 0,0 - 7) Subsidi Minyak Goreng (OP) 300,0 0,0 500,0 0,0 166,7 8) Subsidi Pajak 3.300,0 0,1 25.000,0 0,6 757,6

a. Subsidi Pajak PSH 300,0 0,0 4.900,0 0,1 1.633,3 - PPN impor Gandum - - 1.400,0 0,0 - - PPN impor Terigu - - 500,0 0,0 - - PPN DN Minyak Goreng 300,0 0,0 3.000,0 0,1 1.000,0

b. Subsidi Pajak Non PSH 3.000,0 0,1 20.100,0 0,4 670,0 - PPh Panas Bumi - - 500,0 0,0 - - PPh Bunga Obligasi - - 800,0 0,0 - - PPN BBM DN bersubsidi - - 9.000,0 0,2 - - Fasilitas PPN impor Eksplorasi - - 2.000,0 0,0 - - Fasilitas Bea Masuk 3.000,0 0,1 7.800,0 0,2 260,0

3. Belanja Lainnya 24.954,2 0,6 32.078,8 0,7 128,6

573.430,7 12,8 697.071,0 15,5 121,6

1) Perbedaan satu angka di belakang koma dalam angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

JUMLAH

Tabel III.2.

Belanja Pemerintah Pusat, Tahun 20081)

(miliar rupiah)

Page 71: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-5APBN-P 2008

pembayaran bunga utang dalam tahun 2007 yang mencapai sebesar Rp79.550,5 miliar,maka pembayaran bunga utang dalam APBN Perubahan tahun 2008 tersebut berarti lebihtinggi sebesar Rp15.243,7 miliar atau 19,2 persen. Peningkatan beban pembayaran bungautang dalam tahun 2008 tersebut berasal dari lebih tingginya beban pembayaran bungautang dalam negeri dan luar negeri.

Alokasi anggaran pembayaran bunga utang dalam negeri dalam APBN Perubahan tahun2008 diperkirakan mencapai Rp65.814,4 miliar, yang berarti meningkat Rp3.097,6 miliaratau 4,9 persen apabila dibandingkan dengan pagu anggaran pembayaran bunga utangdalam negeri yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp62.716,8 miliar. Demikian pula,apabila dibandingkan dengan realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri dalam tahun2007 sebesar Rp53.822,1 miliar, maka beban pembayaran bunga utang dalam negeri dalamAPBN Perubahan tahun 2008 tersebut, berarti menunjukkan peningkatan Rp11.992,3 miliaratau 22,3 persen. Peningkatan beban pembayaran bunga utang dalam negeri dalam APBNPerubahan tahun 2008 tersebut, selain disebabkan oleh meningkatnya penerbitan SBN dalamnegeri untuk menutup kebutuhan pembiayaan anggaran yang meningkat sejalan denganmeningkatnya defisit anggaran dari 1,6 persen menjadi 2,1 persen terhadap PDB, jugaberkaitan dengan adanya tambahan biaya atas penerbitan Surat Perbendaharaan Negaradalam rangka cash management akhir tahun 2008, meskipun di sisi lain pemerintah telahmelakukan moratorium atau penundaan pembayaran bunga utang dalam negeri kepadaBank Indonesia terhadap obligasi negara jenis SU-002, SU-004 dan SU-007.

Sementara itu, beban pembayaran bunga utang luar negeri dalam APBN Perubahan tahun2008 diperkirakan mencapai Rp28.979,8 miliar, atau 1,2 persen lebih tinggi dari paguanggaran pembayaran bunga utang luar negeri yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesarRp28.648,8 miliar. Begitu pula, apabila dibandingkan dengan realisasi pembayaran bungautang luar negeri dalam tahun 2007 sebesar Rp25.728,4 miliar, maka perkiraan bebanpembayaran bunga utang luar negeri dalam APBN Perubahan tahun 2008 tersebut, berartimenunjukkan peningkatan sebesar Rp3.251,4 miliar atau 12,6 persen. Lebih tingginya bebanpembayaran bunga utang luar negeri dalam APBN Perubahan tahun 2008 tersebutdipengaruhi oleh meningkatnya bunga pinjaman luar negeri dan bunga Surat BerhargaNegara (SBN) valas.

Sebagai upaya untuk mengurangi beban masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dengantetap menjaga momentum pertumbuhan, maka alokasi anggaran belanja subsidi dalamAPBN Perubahan tahun 2008 diperluas dan ditingkatkan, sehingga diperkirakan mencapaiRp234.405,0 miliar. Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan pagu beban subsidi yangditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp97.874,6 miliar, berarti meningkatRp136.530,4 miliar atau 139,5 persen. Peningkatan yang sangat signifikan pada anggaranbelanja subsidi tersebut, selain berkaitan dengan peningkatan beban subsidi BBM dan subsidilistrik, juga dipengaruhi oleh tambahan subsidi pangan dan subsidi pajak, baik dalam rangkaprogram stabilisasi harga (PSH), maupun pemberian fasilitas pajak dan bea masuk dalamrangka impor.

Meningkatnya perkiraan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dari US$60,0 per barelpada APBN 2008 menjadi US$95,0 per barel membawa dampak yang cukup signifikanterhadap meningkatnya beban subsidi BBM dan subsidi listrik. Untuk mengurangi bebantersebut, dalam tahun 2008 akan dilakukan langkah-langkah kebijakan penghematan bebansubsidi BBM, meliputi antara lain penurunan alpha dari 13,5 persen menjadi 9,0 persen,

Page 72: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-6 APBN-P 2008

penggunaan smart card untuk membatasi konsumsi premium dan solar bersubsidi, danpenggunaan kartu kendali untuk membatasi konsumsi minyak tanah. Dengan berbagailangkah tersebut, maka beban subsidi BBM dalam tahun 2008 diperkirakan menjadiRp126.816,2 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar Rp81.008,8 miliar atau 176,8 persendari pagu anggaran subsidi BBM yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp45.807,4miliar. Jumlah tersebut telah memperhitungkan sebagian kekurangan pembayaran subsidiBBM dan LPG tahun 2007, dan dapat terlaksananya program konversi minyak tanah keLPG sebesar 50 persen dari rencana semula, dengan antara lain menghilangkan hambatanoperasi, penyediaan infrastruktur, dan perijinan. Apabila dibandingkan dengan realisasisubsidi BBM dalam tahun 2007 sebesar Rp83.792,3 miliar, maka perkiraan beban anggaransubsidi BBM tahun 2008 tersebut berarti lebih tinggi sebesar Rp43.023,9 miliar atau 51,3persen. Lebih tingginya beban subsidi BBM tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 disebabkanoleh lebih tingginya perkiraan harga minyak mentah Indonesia dari US$72,3 per barel padatahun 2007 menjadi US$95,0 per barel pada tahun 2008.

Sementara itu, beban subsidi listrik dalam APBN-P tahun 2008 diperkirakan mencapaiRp60.291,6 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp30.508,4 miliar atau102,4 persen bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaran subsidi listrik yang ditetapkandalam APBN 2008 sebesar Rp29.783,3 miliar. Jumlah tersebut telah memperhitungkanasumsi harga penjualan high-speed diesel (HSD) dari PT Pertamina ke PT PLN dan lelangdengan alpha 6,0 persen, dan pengenaan tarif non subsidi bagi pelanggan listrik dengandaya mulai dengan 6.600 volt ampere (VA). Apabila dibandingkan dengan realisasi subsidilistrik dalam tahun 2007 sebesar Rp33.073,5 miliar, maka perkiraan beban anggaran subsidilistrik tahun 2008 tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp27.218,1 miliar, atau82,3 persen. Peningkatan beban anggaran subsidi listrik tahun 2008 tersebut, berkaitandengan peningkatan biaya pokok produksi listrik sebagai akibat dari meningkatnya asumsiharga minyak dari US$60 per barel menjadi US$95 per barel, serta bertambahnya pemakaianvolume bahan bakar minyak untuk membangkitkan tenaga listrik sebagai akibatterkendalanya pasokan energi primer lainnya (gas).

Di samping langkah-langkah kebijakan yang berdampak pada penurunan beban subsidiBBM dan subsidi listrik, Pemerintah juga terus mengkampanyekan Gerakan PenghematanBBM dan listrik kepada masyarakat luas melalui antara lain penggunaan lampu hematenergi, penggunaan BBM non-subsidi, serta penggunaan energi alternatif dan biofuel.

Selanjutnya, dalam rangka membantu meringankan beban masyarakat dalam memenuhiberbagai barang kebutuhan pokok, seperti beras, kedelai, tepung terigu, dan minyak goreng,dalam tahun 2008 direncanakan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan alokasianggaran subsidi pangan dalam bentuk beras untuk rakyat miskin (raskin), mengalokasikansubsidi pangan tambahan, serta memberikan fasilitas pembebasan pajak dan bea masukatas beberapa komoditas pangan strategis untuk mengendalikan dan menstabilkan hargabarang-barang dalam negeri. Dengan berbagai langkah kebijakan tersebut, maka dalamAPBN-P 2008, alokasi anggaran subsidi pangan bagi program beras untuk rakyat miskin(raskin) dan biaya perawatan beras diperkirakan mencapai Rp8.589,4 miliar, yang berartimengalami kenaikan sebesar Rp1.986,4 miliar atau 30,1 persen, apabila dibandingkan denganpagu alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp6.603,0 miliar.Peningkatan alokasi anggaran subsidi pangan tersebut berkaitan dengan peningkatan alokasiraskin kepada masyarakat, dari semula 10 kilogram per kepala keluarga (KK) per bulan

Page 73: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-7APBN-P 2008

menjadi 15 kilogram per KK per bulan. Sementara itu, apabila dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2007 yang mencapai sebesar Rp6.281,3 miliar, maka alokasianggaran subsidi pangan dalam APBN-P tahun 2008 tersebut menunjukkan kenaikan sebesarRp2.308,1 miliar atau 36,7 persen. Lebih tingginya alokasi anggaran subsidi pangan dalamAPBN-P tahun 2008 dari tahun sebelumnya tersebut, selain berkaitan dengan bertambahnyaalokasi raskin dari 10 kg per KK per bulan menjadi 15 kg per KK per bulan, juga sebagaiakibat dari meningkatnya jumlah sasaran rumah tangga sasaran (RTS) yang dapat dijangkauoleh program ini, yaitu dari 15,8 juta RTS pada tahun 2007 menjadi 19,1 juta RTS padatahun 2008.

Sejalan dengan itu, dalam rangka pemihakan kepada perajin tahu dan tempe, dan sekaligusmengurangi beban masyarakat konsumen tahu dan tempe berkaitan dengan naiknya hargatahu dan tempe akibat naiknya harga kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahudan tempe, dalam tahun 2008 Pemerintah juga berencana untuk mengalokasikan subsidibahan baku kedelai dengan alokasi anggaran sebesar Rp500,0 miliar. Subsidi ini diberikandalam bentuk subsidi harga kedelai sebesar Rp1.000 per kg kepada perajin tempe dan tahumikro dan kecil, selama enam bulan.

Dalam rangka meringankan beban masyarakat miskin, dalam APBN-P 2008 jugadirencanakan alokasi belanja subsidi minyak goreng sebesar Rp500,0 miliar. Subsidi minyakgoreng ini akan dilakukan dalam bentuk operasi pasar murah, dengan subsidi harga sebesarRp2.500 per liter, untuk membantu menstabilkan harga minyak goreng curah.

Sementara itu, dalam rangka menstabilkan harga barang-barang kebutuhan pokok yangsangat strategis, Pemerintah juga merencanakan untuk melaksanakan kebijakanpengurangan beban pajak dan bea masuk atas beberapa komoditas pangan strategis, sepertiberas, minyak goreng, terigu, dan gandum. Pengurangan beban pajak dan bea masuk tersebut,di satu sisi akan berdampak pada berkurangnya penerimaan negara di sektor tersebut, namundi sisi lain, beban masyarakat akan berkurang, karena dengan kebijakan pajak dan beamasuk yang ditanggung oleh Pemerintah tersebut, maka harga-harga barang-barangkebutuhan pokok strategis tertentu dapat dikendalikan, dan lebih terjangkau oleh masyarakat.Dalam tahun 2008, subsidi pajak yang terkait dengan program stabilisasi harga (PSH)diperkirakan mencapai Rp4.900,0 miliar. Subsidi pajak program stabilisasi harga (PSH)tersebut terdiri dari subsidi pajak atas PPN impor terigu Rp500,0 miliar, subsidi pajak atasPPN dalam negeri minyak goreng Rp3.000,0 miliar (meningkat Rp2.700,0 miliar atau 900persen dari pagunya dalam tahun 2008 Rp300,0 miliar), dan subsidi pajak atas PPN gandumRp1.400,0 miliar.

Di samping subsidi pajak yang diberikan dalam rangka program stabilisasi harga, dalamtahun 2008 juga dialokasikan subsidi pajak untuk keperluan non-PSH, yang secarakeseluruhan jumlahnya diperkirakan mencapai Rp20.100,0 miliar. Subsidi pajak non-PSHtersebut meliputi subsidi pajak atas pajak penghasilan (PPh) Rp1.300,0 miliar, subsidi pajakatas pajak pertambahan nilai (PPN) Rp16.800,0 miliar, dan subsidi pajak atas bea masukRp2.000,0 miliar. Subsidi pajak atas PPh merupakan bentuk lain dari PPh yang ditangggungpemerintah (DTP), terdiri dari pajak DTP atas PPh panas bumi Rp500,0 miliar, dan pajakDTP atas PPh bunga obligasi internasional Rp800,0 miliar. Sementara itu, subsidi pajakatas PPN terdiri dari pajak DTP atas PPN BBM DN bersubsidi Rp9.000,0 miliar, danpemberian fasilitas PPN Impor Eksplorasi (PDRI- PMK Nomor 178 Tahun 2007) Rp7.800,0miliar.

Page 74: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-8 APBN-P 2008

Pada dasarnya pemberlakuan pajak DTP dalam pelaksanaan APBN bersifat in-out, dalamarti, di sisi pendapatan akan tercatat sebagai penerimaan perpajakan, sementara di sisi belanjatercatat sebagai belanja subsidi pajak. Pengalokasian dan penganggaran pajak DTP dilakukansesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Misalnya, pajak DTP atas PPh bungaobligasi internasional diberikan karena sesuai dengan peraturan perpajakan, PPh WP luarnegeri yang membeli obligasi ditanggung Pemerintah. Demikian pula dengan pajak DTPatas PPN BBM bersubsidi, yang dialokasikan untuk menanggung selisih PPN antara hargapatokan dan harga jual eceran BBM, berkaitan dengan perubahan perhitungan subsidi BBMdari cost and fee menjadi pola public service obligation (PSO) sejak TA 2006, dimana besaransubsidi BBM dihitung dari selisih antara harga patokan dengan harga jual eceran BBMyang ditetapkan oleh pemerintah setelah dikurangi dengan PPN dan pajak bahan bakarkendaraan bermotor (PBBKB). Harga patokan BBM tersebut dikaitkan dengan harga pasarinternasional (MOPS-Mid Oil Plats Singapore) ditambah dengan biaya distribusi dan margin.Berdasarkan Undang-undang Perpajakan bahwa PPN seharusnya dihitung berdasarkanharga patokan. Dengan demikian, terdapat kekurangan pembayaran PPN atas penjualanBBM bersubsidi yang harus menjadi tanggung jawab pemerintah, mengingat subsidi BBMmerupakan kebijakan pemerintah.

Jenis subsidi lainnya yang diperkirakan mengalami perubahan adalah subsidi pupuk, yangdalam keseluruhan tahun 2008, bebannya diperkirakan mencapai Rp7.809,0 miliar, yangberarti naik Rp289,9 miliar atau 3,9 persen dari pagu anggaran subsidi pupuk yang ditetapkandalam APBN 2008 sebesar Rp7.519,1 miliar. Lebih tingginya perkiraan beban anggaransubsidi pupuk dari pagunya dalam APBN 2008 tersebut, terutama berkaitan denganpembayaran kekurangan pembayaran subsidi pupuk tahun 2006 berdasarkan hasil auditBPK, serta penambahan subsidi pupuk untuk PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani. Biladibandingkan dengan realisasi anggaran subsidi pupuk dalam tahun 2007 sebesar Rp6.260,5miliar, maka perkiraan beban anggaran subsidi pupuk tahun 2008 tersebut berarti lebihtinggi sebesar Rp1.548,5 miliar atau 24,7 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh lebihtingginya volume pupuk bersubsidi dalam tahun 2008.

Dalam APBN-P 2008, subsidi benih mengalami peningkatan terutama untuk benih umbi-umbian sebagai bahan substitusi tepung terigu seperti ketela, ubi, garut, ganyong, sagu.Subsidi benih dalam tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp1.021,3 miliar, meliputi subsidibenih yang disalurkan melalui PT Pertani sebesar Rp333,4 miliar, melalui PT Sang HyangSeri sebesar Rp652,6 miliar, dan subsidi benih yang dikelola UPT Pusat DKP sebesar Rp35,3miliar.

Dalam APBN-P 2008, subsidi dalam rangka penugasan (public service obligation)diperkirakan mengalami kenaikan dibandingkan dengan pagu anggaran yang telahditetapkan dalam APBN 2008. Alokasi anggaran subsidi/bantuan untuk beberapa BUMNyang mendapat penugasan pelayanan publik (public service obligation/PSO) diperkirakanmeningkat menjadi Rp1.729,1 miliar yang berarti naik sebesar Rp40,7 miliar dengan paguanggaran yang ditetapkan dalam APBN 2008, yaitu sebesar Rp1.688,4 miliar. Anggaranbantuan PSO dalam tahun 2008 tersebut dialokasikan masing-masing untuk PT Kereta ApiIndonesia sebesar Rp688,4 miliar, PT Pelni sebesar Rp850,0 miliar, dan PT Pos Indonesiasebesar Rp150,0 miliar, pada tahun 2008 juga diberikan subsidi untuk LKBN Antara sebesarRp40,7 miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasi anggaran subsidi PSO dalam tahun

Page 75: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-9APBN-P 2008

2007 sebesar Rp1.025,0 miliar, maka perkiraan beban anggaran subsidi PSO tahun 2008tersebut berarti lebih tinggi sebesar Rp704,1 miliar atau 68,7 persen.

Beban anggaran subsidi bunga kredit program dalam tahun 2008 diperkirakan tidakmengalami perubahan dari pagu anggaran subsidi bunga kredit program yang ditetapkandalam APBN 2008, yaitu sebesar Rp2.148,4 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari subsidi bungaeks pola KLBI sebesar Rp76,3 miliar, subsidi bunga kredit ketahanan pangan dan energisebesar Rp674,9 miliar, risk sharing sebesar Rp108,0 miliar, subsidi bunga KPRSh danrusunami sebesar Rp800,0 miliar, subsidi bunga kredit pengembangan energi nabati danrevitalisasi perkebunan sebesar Rp449,2 miliar, dan subsidi bunga bagi pengusaha NADsebesar Rp40,0 miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasi anggaran subsidi bunga kreditprogram dalam tahun 2007 sebesar Rp374,3miliar, maka perkiraan beban anggaran subsidibunga kredit program tahun 2008 tersebut berarti lebih tinggi sebesar Rp1.801,1 miliar atau518,7 persen.

Di sisi lain, alokasi anggaran untuk belanja lain-lain dalam APBN-P tahun 2008 direncanakansebesar Rp32.078,8 miliar atau 28,6 persen lebih tinggi dari pagu anggaran yang ditetapkandalam APBN 2008 sebesar Rp24.954,2 miliar. Lebih tingginya alokasi belanja lain-laintersebut antara lain disebabkan oleh: (i) naiknya dana cadangan policy measures dalamrangka pengamanan APBN 2008, (ii) adanya tambahan alokasi dana Gerakan NasionalRehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), (iii) adanya tambahan anggaran sarana danprasarana konversi minyak tanah ke LPG, (iv) dialokasikannya anggaran SMART card dalamrangka pengendalian konsumsi bahan bakar minyak, dan (v) bertambahnya alokasi untukkeperluan mendesak dan belum terprogram, sebagai antisipasi terhadap berbagai pengeluaranpemerintah yang sifatnya mendesak dan harus dipenuhi,namun belum dialokasikan dananya.

Sementara itu, alokasi belanja K/L dalam APBN-P tahun 2008 direncanakan sebesarRp290.022,7 miliar, berarti Rp21.924,3 miliar atau 7,0 persen lebih rendah dari paguanggaran belanja K/L yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp311.947,0 miliar.Penurunan tersebut sebagai akibat dari langkah kebijakan penghematan/penundaan alokasibelanja kementerian negara/lembaga bagi hampir semua K/L, kecuali lembaga- lembagayang menangani bencana alam dan keselamatan manusia. Adapun rincian alokasi belanjabeberapa K/L menurut organisasi (departemen) dalam tahun 2008 yang dikelompokkansesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam mendukung pencapaian penekanan prioritaspembangunan tahun 2008, yaitu: (i) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (ii) mendorongpertumbuhan, dan (iii) mendukung stabilitas, disajikan sebagai berikut.

Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Departemen Pendidikan Nasional

Alokasi anggaran pada Departemen Pendidikan Nasional diarahkan untuk mencapai sasaranpembangunan dalam bidang pendidikan tahun 2008, yang dirumuskan dengan merujukpada RPJMN 2004-2009, serta konvensi internasional mengenai pendidikan atau berkaitandengan pembangunan pendidikan, seperti Pendidikan untuk Semua (Education For All),Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child), Millenium Development Goals(MDGs), dan World Summit on Sustainable Development, mencakup pemerataan danperluasan akses pendidikan. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran DepartemenPendidikan Nasional ditetapkan sebesar Rp45.296,7 miliar, atau lebih rendah Rp4.404,3

Page 76: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-10 APBN-P 2008

miliar (8,9 persen) bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Departemen PendidikanNasional yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp49.701,0 miliar. AnggaranDepartemen Pendidikan Nasional tersebut, dialokasikan untuk mendukung pelaksanaanberbagai program, diantaranya: (i) program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun;(ii) program pendidikan menengah; (iii) program pendidikan tinggi; (iv) programpeningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, serta (v) program pendidikan non-formal.

Alokasi anggaran pada program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun tetapdiprioritaskan antara lain untuk: (i) penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS) untukjenjang pendidikan dasar baik formal maupun non-formal, termasuk BOS buku untuksiswa SD/setara dan SMP/setara; (ii) penyediaan beasiswa untuk siswa miskin SD/setaradan SMP/setara; (iii) penyelenggaraan pendidikan paket A setara SD dan paket B setaraSMP; (iv) rehabilitasi sarana dan prasarana SMP; (v) pembangunan SD-SMP satu atap,unit sekolah baru SMP, dan ruang kelas baru SMP; (vi) pembangunan prasarana pendukungberupa ruang perpustakaan dan pusat sumber belajar SD, dan laboratorium, termasukperalatan laboratorium, dan perpustakaan SMP; serta (vii) pendidikan kesetaraan (PaketC), penyelenggaraan kursus dan magang dan pendidikan keaksaraan fungsional.

Sementara itu, alokasi anggaran pada program pendidikan menengah diprioritaskan antaralain untuk: (i) penyediaan beasiswa untuk siswa miskin jenjang pendidikan menengah;(ii) rehabilitasi ruang kelas jenjang pendidikan menengah; (iii) pembangunan unit sekolahbaru SMA dan SMK, ruang kelas baru SMA dan SMK, dan perpustakaan, laboratorium danworkshop SMA dan SMK; dan (iv) penyelenggaraan pendidikan setara paket C.

Anggaran bagi program pendidikan tinggi dialokasikan antara lain untuk: (i) penyediaanbeasiswa untuk mahasiswa miskin; (ii) pembangunan gedung dan laboratorium baru sertapengadaan peralatan laboratorium untuk Perguruan Tinggi; dan (iii) pendirian danpeningkatan kapasitas politeknik.

Selanjutnya, anggaran pada program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikandialokasikan untuk berbagai kegiatan, antara lain: (i) percepatan peningkatan kualifikasidan kompetensi bagi pendidik; (ii) percepatan sertifikasi akademik bagi pendidik; dan(iii) peningkatan kualifikasi akademik bagi dosen Perguruan Tinggi.

Departemen Agama

Alokasi anggaran pada Departemen Agama diarahkan untuk mewujudkan pelaksanaanpembangunan agama, yang merupakan salah satu kewajiban pemerintah dalam memenuhisalah satu hak dasar rakyat, yaitu hak memeluk agama dan beribadat menurut keyakinansetiap warga negara sebagai individu. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaranDepartemen Agama ditetapkan sebesar Rp15.989,6 miliar, atau mengalami penurunansebesar Rp1.603,5 miliar (9,1 persen) bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaranDepartemen Agama yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp17.593,1 miliar.Anggaran Departemen Agama tersebut digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagaiprogram, diantaranya: (i) program peningkatan pelayanan kehidupan beragama; (ii) programwajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun; (iii) program pendidikan menengah;(iv) program pendidikan tinggi; dan (v) program peningkatan mutu pendidik dan tenagakependidikan.

Page 77: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-11APBN-P 2008

Alokasi anggaran pada program peningkatan pelayanan kehidupan beragama antara laindigunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, meliputi: (i) pembangunan danrehabilitasi sarana balai nikah dan penasehat perkawinan; (ii) penyelenggaraan pelayananibadah haji dan rehabilitasi asrama haji (termasuk pembinaan agama Islam); dan(iii) pelayanan nikah dan rujuk.

Alokasi anggaran pada program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun diprioritaskanantara lain untuk: (i) penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS) jenjang pendidikandasar, termasuk penyediaan buku pelajaran jenjang pendidikan dasar; (ii) penyediaanbeasiswa untuk siswa miskin MI/setara dan MTs/setara; (iii) pembangunan unit sekolahbaru dan prasarana pendukung MI/setara dan MTs/setara; dan (iv) rehabilitasi MI/setaradan MTs/setara.

Alokasi anggaran pada program pendidikan menengah dialokasikan antara lain untuk:(i) penyediaan beasiswa bagi siswa miskin di tingkat MA; (ii) rehabilitasi ruang kelas MA,dan (iii) pembangunan unit sekolah baru MA dan pembangunan prasarana pendukung MA.

Sementara itu, alokasi anggaran bagi program pendidikan tinggi dialokasikan antara lainuntuk: (i) penyediaan beasiswa bagi mahasiswa miskin dan mahasiswa berprestasi; dan(ii) penyediaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi agama.

Selanjutnya, anggaran pada program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikandiprioritaskan antara lain untuk: (i) percepatan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagipendidik; (ii) percepatan sertifikasi guru; dan (iii) bantuan beasiswa S-2.

Departemen Kesehatan

Pada Departemen Kesehatan, alokasi anggaran diarahkan untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat melalui peningkatan cakupan, kualitas, dan pemerataan programdan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas danproduktif. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Kesehatan ditetapkansebesar Rp18.420,3 miliar, atau Rp1.283,9 miliar (6,5 persen) lebih rendah bila dibandingkandengan pagu alokasi anggaran Departemen Kesehatan yang ditetapkan dalam APBN tahun2008 sebesar Rp19.704,2 miliar. Anggaran Departemen Kesehatan tersebut digunakan untukmendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program obat dan perbekalankesehatan; (ii) program upaya kesehatan perorangan; (iii) program upaya kesehatanmasyarakat; (iv) program pencegahan dan pemberantasan penyakit; (v) program perbaikangizi masyarakat; (vi) program sumber daya kesehatan; serta (vii) program kebijakan danmanajemen pembangunan kesehatan.

Pada program obat dan perbekalan kesehatan, alokasi anggaran digunakan untuk membiayaiberbagai kegiatan, antara lain: (i) peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;dan (ii) peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.

Selanjutnya, pada program upaya kesehatan perorangan, alokasi anggaran digunakan untukmembiayai berbagai kegiatan, diantaranya untuk: (i) pelayanan kesehatan bagi pendudukmiskin di kelas III rumah sakit; (ii) peningkatan pelayanan kesehatan rujukan;(iii) operasional dan pemeliharaan penyelenggaraan pelayanan medik; serta (iv) peningkatanfasilitas sarana kesehatan rujukan.

Page 78: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-12 APBN-P 2008

Pada program upaya kesehatan masyarakat, alokasi anggaran digunakan untuk membiayaiberbagai kegiatan, yang meliputi: (i) pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmasdan jaringannya; (ii) peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar; serta (iii) peningkatan kesehatanibu dan anak.

Dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit, alokasianggaran akan digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain: (i) pencegahandan penanggulangan faktor risiko; (ii) peningkatan imunisasi; serta (iii) peningkatansurveillance epidemologi dan penanggulangan wabah.

Pada program perbaikan gizi masyarakat, alokasi anggaran akan digunakan untukmembiayai berbagai kegiatan yang meliputi: (i) peningkatan pendidikan gizi masyarakat;(ii) penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat; serta (iii) penanganan masalah gizikurang dan gizi buruk pada ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balita.

Selanjutnya, pada program sumber daya kesehatan, alokasi anggaran akan digunakan untukmelaksanakan kegiatan peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan. Sementara itu, untukmendukung program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan, alokasi anggaranakan digunakan untuk berbagai kegiatan, antara lain: (i) penyusunan pengkajian danpengembangan kebijakan dan strategi; (ii) peningkatan pembiayaan jaminan kesehatan;(iii) penyusunan, pengkajian dan pengembangan data dan informasi; (iv) pelaksanaan kajianpembangunan kesehatan; serta (v) penanggulangan krisis.

Departemen Sosial

Alokasi anggaran pada Departemen Sosial ditujukan guna mendukung upaya untukmeningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan, serta meningkatkan perlindungandan kesejahteraan sosial. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Sosialditetapkan sebesar Rp3.462,5 miliar, atau Rp253,6 miliar (6,8 persen) lebih rendah biladibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Departemen Sosial yang ditetapkan dalamAPBN tahun 2008 sebesar Rp3.716,1 miliar. Anggaran Departemen Sosial tersebut digunakanuntuk mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program bantuan danjaminan kesejahteraan sosial; (ii) program pemberdayaan fakir miskin, komunitas adatterpencil (KAT) dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) ; (iii) programpelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial; serta (iv) program pemberdayaankelembagaan kesejahteraan sosial.

Pada program bantuan dan jaminan kesejahteraan sosial, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai berbagai kegiatan antara lain: (i) pemberdayaan sosial korban bencanasosial; (ii) perlindungan sosial tindak kekerasan dan pekerja migran; serta(iii) penyempurnaan pelaksanaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin yangmemenuhi persyaratan.

Pada program pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil (KAT) dan penyandangmasalah kesejahteraan sosial, alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayai berbagaikegiatan antara lain: (i) kegiatan pemberdayaan keluarga, fakir miskin, dan komunitasadat terpencil (KAT); (ii) kegiatan pemberdayaan sosial keluarga fakir miskin, KAT, dan

Page 79: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-13APBN-P 2008

PMKS lainnya (pemberdayaan keluarga miskin), dan (iii) kegiatan pemberdayaan sosialkeluarga fakir miskin, KAT, dan PMKS lainnya (pemberdayaan komunitas adat terpencil).

Pada program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pelayanan dan perlindungankesejahteraan sosial anak; (ii) pelayanan dan perlindungan kesejahteraan sosial lanjut usia;(iii) rehabilitasi sosial penyandang cacat; (iv) rehabilitasi sosial tuna sosial; dan (v) rehabilitasidan perlindungan korban Napza.

Pada program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pemberdayaan kelembagaansosial masyarakat melalui pemberdayaan karang taruna, organisasi sosial, pekerja sosialmasyarakat, wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKSBM) dan kerjasamakelembagaan dan dunia usaha (KKDU); dan (ii) pelestarian dan pendayagunaan nilai-nilaikepahlawanan dan kesetiakawanan sosial (K2KS).

Mendorong Pertumbuhan

Departemen Pekerjaan Umum

Anggaran belanja Departemen Pekerjaan Umum diarahkan untuk mendukung upayamewujudkan tersedianya infrastruktur yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan. DalamAPBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Pekerjaan Umum ditetapkan sebesarRp32.809,9 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 9,1 persen (Rp3.298,9 miliar) biladibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Departemen Pekerjaan Umum yang ditetapkandalam APBN tahun 2008 sebesar Rp36.108,7 miliar. Anggaran tersebut akan digunakanuntuk mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program peningkatan/pembangunan jalan dan jembatan; (ii) program rehabilitasi/pemeliharaan jalan danjembatan; (iii) program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringanpengairan lainnya; (iv) program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danaudan sumber air lainnya; (v) program pengendalian banjir dan pengamanan pantai; (vi)program penyediaan dan pengelolaan air baku; (vii) program pengembangan perumahan;(viii) program pemberdayaan komunitas permukiman; (ix) program pengembangan kinerjapengelolaan air minum dan air limbah; serta (x) program pengembangan kinerja pengelolaanpersampahan dan drainase.

Pada program peningkatan/pembangunan jalan dan jembatan, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) peningkatan/pembangunan jalan Lintas Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NusaTenggara, Maluku, dan Papua; (ii) peningkatan jalan Lintas Timur Sumatera dan PantaiUtara Jawa; (iii) peningkatan jalan dan jembatan nasional penghubung lintas; serta(iv) pembangunan jalan akses menuju Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.

Pada program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan, alokasi anggaran akandigunakan terutama untuk kegiatan pemeliharaan jalan nasional dan jembatan. Sementaraitu, pada program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringanpengairan lainnya, alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatanpokok, yaitu antara lain: (i) pembangunan/peningkatan jaringan irigasi dan jaringan rawa;(ii) penyiapan lahan beririgasi; (iii) rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa; (iv) operasi dan

Page 80: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-14 APBN-P 2008

pemeliharaan jaringan irigasi, dan rawa; serta (v) peningkatan pengelolaan irigasipartisipatif.

Pada program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber airlainnya, alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok,diantaranya yaitu: (i) pembangunan waduk, embung, situ dan bangunan penampung airlainnya; (ii) operasi dan pemeliharaan waduk, embung, situ dan bangunan penampung airlainnya; serta (iii) konservasi danau dan situ, serta perbaikan sabuk hijau di kawasan sumberair.

Pada program pengendalian banjir dan pengamanan pantai, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) pembangunansarana/prasarana pengendali banjir, dan pengaman pantai; (ii) rehabilitasi sarana/prasaranapengendali banjir; serta (iii) operasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir danpengaman pantai.

Pada program penyediaan dan pengelolaan air baku, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) pembangunan prasaranapengambilan dan saluran pembawa air baku; (ii) pembangunan tampungan untuk air baku;(iii) operasi dan pemeliharaan prasarana pengambilan dan saluran pembawa air baku,tampungan untuk air baku serta prasarana sumber air baku lainnya; serta(iv) pembangunan/peningkatan dan rehabilitasi prasarana air tanah untuk air minumdaerah terpencil/perbatasan.

Pada program pengembangan perumahan, alokasi anggaran akan digunakan untukmembiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) pembangunan rumah susunsederhana sewa beserta prasarana dan sarana dasarnya; (ii) penyediaan infrastruktur primerperkotaan bagi kawasan RSH; (iii) revitalisasi dan penataan bangunan dan lingkungan;serta (iv) pembinaan teknis bangunan gedung.

Pada program pemberdayaan komunitas permukiman, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) peningkatan kualitaslingkungan perumahan perkotaan; (ii) perbaikan lingkungan permukiman; dan(iii) penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Pada program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah, alokasianggaran akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu:(i) pembangunan sarana dan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan berbasismasyarakat; (ii) penyediaan sarana dan prasarana air minum pada kawasan strategisnasional; serta (iii) pembangunan sarana dan prasarana air limbah percontohan skalakomunitas (Sanimas). Sementara itu, pada program peningkatan kinerja pengelolaanpersampahan dan drainase, alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) peningkatan pengelolaan TPA sanitary landfill/sistemregional; dan (ii) pengembangan sistem drainase.

Kementerian Negara Perumahan Rakyat

Alokasi anggaran pada Kementerian Negara Perumahan Rakyat diarahkan gunamendukung upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya dalam hal hunian yanglayak bagi masyarakat. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Kementerian Negara

Page 81: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-15APBN-P 2008

Perumahan Rakyat ditetapkan sebesar Rp674,5 miliar, atau Rp74,7 miliar (10,0 persen)lebih rendah bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Kementerian NegaraPerumahan Rakyat yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp749,1 miliar.Anggaran Kementerian Negara Perumahan Rakyat tersebut akan digunakan untukmendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya program pengembanganperumahan dan program pemberdayaan komunitas perumahan.

Pada program pengembangan perumahan, alokasi anggaran akan digunakan untukmembiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) pembangunan rumah susunsederhana sewa beserta prasarana dan sarana dasarnya; (ii) penyediaan prasarana dan saranadasar untuk RSH/S dan rumah susun; (iii) fasilitasi dan stimulasi pengembangan kawasan;(iv) perumusan kebijakan, strategi, dan program, pengembangan perumahan; serta(v) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan program pengembangan perumahan.

Pada program pemberdayaan komunitas perumahan, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, diantaranya yaitu: (i) fasilitasi dan stimulasipembangunan baru dan perbaikan rumah di permukiman kumuh, desa tradisional, desanelayan, dan desa eks-transmigrasi; (ii) fasilitasi/stimulasi penyediaan prasarana, saranadan utilitas di permukiman kumuh, terpencil, nelayan, dan eks-transmigrasi; (iii) fasilitasi/stimulasi pembangunan prasarana, sarana dan utilitas di permukiman kumuh, terpencil,nelayan, dan eks-transmigrasi; serta (iv) fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahanswadaya.

Departemen Perhubungan

Anggaran belanja Departemen Perhubungan diarahkan guna mendukung upaya untukmeningkatkan keselamatan transportasi dan meningkatkan aksesibilitas pelayanantransportasi yang terjangkau masyarakat, sehingga mampu mempercepat pembangunaninfrastruktur perhubungan dalam upaya mendukung dan mendorong pembangunannasional. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Perhubunganditetapkan sebesar Rp15.298,9 miliar, atau Rp1.388,2 miliar (8,3 persen) lebih rendah apabiladibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Departemen Perhubungan yang ditetapkandalam APBN tahun 2008 sebesar Rp16.687,0 miliar. Anggaran tersebut akan digunakanuntuk mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program peningkatandan pembangunan prasarana dan sarana kereta api; (ii) program pembangunan transportasilaut; (iii) program pembangunan transportasi udara; serta (iv) program pembangunanprasarana dan sarana angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP).

Terkait dengan program peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana kereta api,alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain:(i) pembangunan double tracks dan double-double tracks; (ii) peningkatan/rehabilitasi jalankereta api di Jawa dan Sumatera, dan jembatan kereta api; serta (iii) pembangunan jalankereta api dengan lebar spoor di NAD.

Sementara itu, dalam kaitannya dengan program pembangunan transportasi laut, alokasianggaran akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pembangunanIndonesia ship reporting system tahap I (Denmark) dan vessel traffic system (VTS) selatMalaka tahap I (grant JICA); dan (ii) pembangunan maritime telecomunication systemIV.

Page 82: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-16 APBN-P 2008

Selanjutnya, pada program pembangunan transportasi udara, alokasi anggaran digunakanuntuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pembangunan bandar udara MedanBaru sebagai pengganti bandar udara Polonia; (ii) pengembangan bandar udara HasanuddinMakasar; (iii) pengadaan dan pemasangan peralatan radar pengamatan (survailance)penerbangan; (iv) pengadaan dan pemasangan peralatan navigasi penerbangan;(v) pengadaan dan pemasangan fasilitas bantu pengamatan dan pelayanan penerbangan;serta (vi) pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan penerbangan di bandara.

Selanjutnya, pada program pembangunan prasarana dan sarana ASDP, alokasi anggaranakan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pembangunan dermagapenyeberangan dan kapal penyeberangan perintis; (ii) pembangunan sarana ASDP;(iii) subsidi perintis penyeberangan; serta (iv) pembangunan fasilitas pendukung prasaranadan sarana ASDP berupa 1 paket break water.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Sementara itu, alokasi anggaran Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral diarahkanuntuk mendukung pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral, serta pemanfaatanpotensi sumber daya mineral dan energi secara optimal. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasianggaran Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ditetapkan sebesar Rp5.508,1 miliar,atau Rp456,1 miliar (7,6 persen) lebih rendah bila dibandingkan dengan pagu alokasianggaran Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditetapkan dalam APBN tahun2008 sebesar Rp5.964,2 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukungpelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program peningkatan kualitas jasa pelayanansarana dan prasarana ketenagalistrikan; (ii) program pembinaan usaha pertambanganmineral dan batubara; (iii) program pembinaan usaha pertambangan minyak dan gas bumi;dan (iv) program pengembangan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkunganhidup.

Alokasi anggaran dari beberapa program tersebut akan digunakan untuk membiayai kegiatanprioritas, antara lain: (i) pembangunan transmisi, distribusi, pembangkit listrik, danmemfasilitasi pembangunan ketenagalistrikan yang dilakukan BUMN; (ii) pengelolaan,penyiapan dan penilaian wilayah kerja minyak dan gas bumi; (iii) peningkatan danpemanfaatan mineral, batubara dan panas bumi; (iv) pengembangan penggunaan energialternatif; serta (v) pembinaan, pengawasan dan pemantauan usaha migas melalui pipa.

Departemen Pertanian

Selanjutnya, anggaran belanja Departemen Pertanian diarahkan untuk pelaksanaan programketahanan pangan nasional, khususnya ketersediaan pangan dalam negeri, serta upayameningkatkan produktivitas pertanian dan mutu produk pertanian dalam arti luas. DalamAPBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Pertanian ditetapkan sebesar Rp8.305,5miliar, atau Rp889,8 miliar (9,7 persen) lebih rendah dari pagu alokasi anggaran DepartemenPertanian dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp9.195,3 miliar. Anggaran tersebut akandigunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) programpeningkatan ketahanan pangan; (ii) program peningkatan kesejahteraan petani; serta(iii) program pengembangan agribisnis.

Page 83: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-17APBN-P 2008

Pada program peningkatan ketahanan pangan, alokasi anggaran akan digunakan untukmembiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) penyediaan dan perbaikan infrastrukturpertanian dalam mendukung ketahanan pangan; (ii) pengendalian organisme pengganggutanaman (OPT), penyakit hewan, pengkarantinaan dan peningkatan keamanan pangan;(iii) bantuan benih/bibit kepada petani dalam mendukung ketahanan pangan;(iv) pengembangan pembibitan sapi; (v) penanganan dan pengendalian wabah virus fluburung pada hewan dan restrukturisasi perunggasan; (vi) mekanisasi kegiatan produksipertanian primer; (vii) pengembangan desa mandiri pangan, diversifikasi pangan,penanganan rawan pangan dan kelembagaan ketahanan pangan; (viii) penelitian danpercepatan diseminasi inovasi pertanian dalam mendukung ketahanan pangan; dan(ix) penguatan kelembagaan perbenihan dalam mendukung ketahanan pangan.

Sementara itu, pada program peningkatan kesejahteraan petani, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) peningkatan sistempenyuluhan dan SDM petani; (ii) pengembangan magang sekolah lapang; dan (iii) penguatankelembagaan ekonomi petani melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK) danlembaga mandiri yang mengakar di masyarakat (LM3).

Sedangkan pada program pengembangan agribisnis, alokasi anggaran akan digunakan untukmembiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) penyediaan dan perbaikan infrastrukturpertanian dalam mendukung pengembangan agribisnis (PNPM-P); (ii) pemberian bantuanbenih/bibit kepada petani dalam mendukung pengembangan agribisnis; (iii) penelitian danpercepatan diseminasi inovasi pertanian dalam mendukung pengembangan agribisnis;(iv) pengembangan agroindustri perdesaan; dan (v) peremajaan tanaman perkebunanrakyat.

Departemen Kelautan dan Perikanan

Selanjutnya, alokasi anggaran pada Departemen Kelautan dan Perikanan diarahkan untukmendukung upaya pembangunan kelautan dan perikanan untuk mewujudkankemakmuran, pemerataan kesejahteraan sosial, dan terpeliharanya daya dukung ekosistemperairan. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Kelautan dan Perikananditetapkan sebesar Rp3.019,1 miliar, atau Rp334,2 miliar (10,0 persen) lebih rendah biladibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Departemen Kelautan dan Perikanan yangditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp3.353,4 miliar. Anggaran Departemen Kelautandan Perikanan tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program,diantaranya: (i) program pengembangan sumber daya perikanan; (ii) programpengembangan dan pengelolaan sumber daya kelautan; serta (iii) program rehabilitasi danpemulihan cadangan sumber daya alam.

Pada program pengembangan sumber daya perikanan, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pembinaan dan pengembangan sistemusaha perikanan; (ii) penyelenggaraan revitalisasi perikanan; (iii) penguatan danpengembangan pemasaran dalam negeri dan ekspor hasil perikanan; (iv) peningkatan danpengembangan sarana dan prasarana perikanan serta input produksi lainnya; serta(v) peningkatan mutu dan pengembangan pengolahan hasil perikanan.

Sementara itu, pada program pengembangan dan pengelolaan sumber daya kelautan, alokasianggaran akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pengelolaan

Page 84: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-18 APBN-P 2008

sumber daya kelautan nonkonvensional, (ii) pengembangan sistem pengawasan danpengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP); serta (iii) pengembangan danpengelolaan terpadu wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil.

Pada program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam, alokasi anggarandigunakan terutama untuk membiayai kegiatan pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang,mangrove, padang lamun, estuaria, dan teluk.

Departemen Kehutanan

Alokasi anggaran pada Departemen Kehutanan diarahkan untuk melanjutkan peningkatankualitas pertumbuhan produksi kehutanan dan peningkatan kualitas pengelolaan hutansecara lestari dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakatdan perekonomian. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Kehutananditetapkan sebesar Rp3.857,9 miliar, atau Rp427,1 miliar (10,0 persen) lebih rendah apabiladibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Departemen Kehutanan yang ditetapkan dalamAPBN tahun 2008 sebesar Rp4.284,9 miliar. Anggaran Departemen Kehutanan tersebutakan digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) programpemantapan pemanfaatan potensi sumber daya hutan; (ii) program perlindungan dankonservasi sumber daya alam; serta (iii) program rehabilitasi dan pemulihan cadangansumber daya alam.

Pada program pemantapan pemanfaatan potensi sumber daya hutan, alokasi anggaranakan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pengembangan hutantanaman industri (HTI) dan hutan tanaman rakyat (HTR) (program nasionalpemberdayaan masyarakat/PNPM); dan (ii) pembangunan kesatuan pengelolaan hutan(KPH).

Sementara itu, pada program perlindungan dan konservasi sumber daya alam, alokasianggaran akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pengendaliankebakaran hutan; (ii) pengelolaan taman nasional (TN) model; serta (iii) pengamanankawasan hutan.

Pada program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam, alokasi anggaranakan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain untuk rehabilitasi hutandan lahan (RHL) (PNPM-P).

Departemen Perdagangan

Selanjutnya, alokasi anggaran pada Departemen Perdagangan diarahkan padapengoptimalan keuntungan daya saing bangsa Indonesia dari perdagangan global, melaluidiversifikasi pasar ekspor, upaya mendorong komoditi non-migas yang bernilai tambah tinggi,serta mendukung kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok/strategis, peningkatanpenggunaan produk dalam negeri, dan perlindungan konsumen. Dalam APBN-P tahun 2008,alokasi anggaran Departemen Perdagangan ditetapkan sebesar Rp1.410,2 miliar, atau Rp56,2miliar (3,8 persen) lebih rendah apabila dibandingkan dengan pagu alokasi anggaranDepartemen Perdagangan yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp1.466,4miliar. Anggaran Departemen Perdagangan tersebut akan digunakan untuk mendukung

Page 85: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-19APBN-P 2008

pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program peningkatan efisiensi perdagangandalam negeri; (ii) program peningkatan dan pengembangan ekspor; (iii) programpeningkatan kerjasama perdagangan internasional; (iv) program perlindungan konsumendan pengamanan perdagangan; serta (v) program persaingan usaha.

Alokasi anggaran pada program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri akandigunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pembangunan danpengembangan sarana distribusi; (ii) pengembangan pasar lelang daerah; (iii) pengembanganSistem Resi Gudang (SRG); dan (iv) peningkatan kualitas dan design produk ekspor dalamrangka Indonesia Design Power (IDP).

Pada program peningkatan dan pengembangan ekspor, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) pengembangan ekspor daerah;(ii) penyelenggaraan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC); (iii) pembentukan danpengembangan National Single Window (NSW) dan Asean Single Window (ASW);(iv) pelaksanaan pengamatan pasar; (v) pemetaan dan analisa 10 produk utama dan 10produk potensial; dan (vi) promosi produk ekspor Indonesia.

Pada program peningkatan kerjasama perdagangan internasional, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain: (i) peningkatan partisipasi aktifdalam perundingan di berbagai forum internasional; dan (ii) penyelenggaraan tim nasionalperundingan perdagangan internasional.

Sementara itu, pada program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan,alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain:(i) peningkatan pengawasan kemetrologian; (ii) peningkatan operasionalisasi kegiatan BadanPerlindungan Konsumen Nasional (BPKN); serta (iii) peningkatan pengawasan barangberedar dan jasa.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Anggaran belanja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi diarahkan untuk mengurangitingkat pengangguran terbuka, memperluas lapangan kerja formal, mengurangi jumlahpenduduk miskin serta mewujudkan percepatan pembangunan di wilayah cepat tumbuhdan strategis, wilayah tertinggal dan perbatasan. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasianggaran Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi ditetapkan sebesar Rp2.643,4 miliaratau Rp120,5 miliar (4,4 persen) lebih rendah dari pagu alokasi anggaran Departemen TenagaKerja dan Transmigrasi dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp2.763,9 miliar. Anggarantersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya:(i) program pengembangan wilayah tertinggal; (ii) program peningkatan kualitas danproduktivitas tenaga kerja; (iii) program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh;serta (iv) program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

Pada program pengembangan wilayah tertinggal, alokasi anggaran akan digunakan antaralain untuk: (i) pengerahan dan fasilitasi perpindahan serta penempatan transmigrasi; dan(ii) pengembangan usaha ekonomi masyarakat transmigran di wilayah tertinggal. Sementaraitu, alokasi anggaran pada program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerjaakan digunakan antara lain untuk: (i) peningkatan fungsi dan revitalisasi BLK menjadilembaga pelatihan berbasis kompetensi; (ii) penyusunan standar kompetensi kerja nasional;

Page 86: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-20 APBN-P 2008

dan (iii) percepatan pengakuan/rekognisi sertifikat kompetensi tenaga kerja Indonesia didalam dan luar negeri.

Sedangkan alokasi anggaran pada program pengembangan wilayah strategis dan cepattumbuh akan digunakan antara lain untuk pengembangan sarana dan prasarana kawasantransmigrasi di wilayah strategis dan cepat tumbuh. Selanjutnya, alokasi anggaran padaprogram perluasan dan pengembangan kesempatan kerja akan digunakan antara lain untuk:(i) peningkatan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri dengan murah,mudah dan cepat; (ii) penguatan kelembagaan badan penyelenggara TKI; dan(iii) pengkonsolidasian program-program perluasan kesempatan kerja.

Departemen Dalam Negeri

Alokasi anggaran pada Departemen Dalam Negeri diarahkan terutama untuk mendukungupaya perluasan kesempatan kerja dan diversifikasi ekonomi masyarakat perdesaan,peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekonomilokal, mengurangi ketimpangan/kesenjangan antar wilayah, serta memperkuatkelembagaan dan modal sosial masyarakat perdesaan. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasianggaran Departemen Dalam Negeri ditetapkan sebesar Rp5.712,8 miliar, atau lebih rendahRp483,6 miliar (7,8 persen) bila dibandingkan dengan alokasi anggaran Departemen DalamNegeri yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp6.196,4 miliar. AnggaranDepartemen Dalam Negeri tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagaiprogram, diantaranya: (i) program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan;(ii) program pengembangan ekonomi lokal; (iii) program pengembangan wilayahperbatasan; serta (iv) program peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah.

Alokasi anggaran pada berbagai program tersebut akan digunakan untuk membiayaibeberapa kegiatan prioritas, antara lain: (i) peningkatan keberdayaan masyarakat dan PNPMperdesaan dengan kecamatan; (ii) koordinasi pengembangan usaha ekonomi lokal danfasilitasi pengembangan pasar lokal; (iii) fasilitasi pengembangan wilayah perbatasan dalambidang ekonomi, budaya, sosial dan pembenahan tanda batas; dan (iv) fasilitasi lembagakemasyarakatan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi masyarakat di daerah.

Departemen Keuangan

Selanjutnya, anggaran belanja Departemen Keuangan diarahkan untuk mendukung upayauntuk memperkuat stabilitas sistem keuangan, sehingga mampu menjadi pengaman danpengendali dalam aspek-aspek seperti infrastruktur, kelembagaan, dan pasar uang. DalamAPBN-P tahun 2008, Departemen Keuangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp14.950,3miliar, atau Rp1.168,4 miliar (7,2 persen) lebih rendah apabila dibandingkan dengan pagualokasi anggaran Departemen Keuangan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp16.118,7 miliar.Anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai program,diantaranya: (i) program peningkatan penerimaan dan pengamanan keuangan negara;(ii) program peningkatan efektivitas pengeluaran negara; (iii) program pembinaan akuntansikeuangan negara; (iv) program pengembangan kelembagaan keuangan; (v) programstabilisasi ekonomi dan sektor keuangan; (vi) program pengelolaan dan pembiayaan utang;serta (vii) program peningkatan efektivitas pengelolaan kekayaan negara.

Page 87: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-21APBN-P 2008

Pada program peningkatan penerimaan dan pengamanan keuangan negara, alokasianggaran akan digunakan antara lain untuk: (i) modernisasi administrasi perpajakan;(ii) modernisasi administrasi kepabeanan dan cukai; (iii) peningkatan sarana pengawasankepabeanan; dan (iv) pengembangan sistem informasi kepabeanan dan cukai.

Pada program peningkatan efektivitas pengeluaran negara, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) penyempurnaan danpengembangan manajemen keuangan Pemerintah; (ii) pengembangan sistem informasiperbendaharaan; dan (iii) penyelenggaraan dan peningkatan sistem informasi keuangandaerah (SIKD).

Pada program pembinaan akuntansi keuangan negara, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) penyempurnaan sistem informasiakuntansi berbasis accrual; (ii) penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat;(iii) pengembangan dan pelaksanaan sistem akuntansi instansi (SAI); dan (vi) penyusunan/penyempurnaan/pengkajian peraturan perundang-undangan di bidang pertanggungjawabandan pelaksanaan APBN.

Pada program pengembangan kelembagaan keuangan, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) pembinaan/penyusunan/pengembangan sistem, data, statistik dan informasi di bidang pasar modal dan lembagakeuangan; dan (ii) pembinaan/penyelenggaran kerjasama internasional.

Pada program stabilisasi ekonomi dan sektor keuangan, alokasi anggaran akan digunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) pemantapan koordinasipenegakan hukum di bidang pasar modal dan lembaga keuangan; (ii)penyusunan danevaluasi pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; dan (ii) pengkajiankebijakan/analisis isu-isu ekonomi dan keuangan.

Pada program pengelolaan dan pembiayaan utang, alokasi anggaran akan digunakan untukmembiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) penyusunan/penyempurnaan/pengkajian peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan utang; (ii) pengelolaanpinjaman dan hibah luar negeri; (iii) pengelolaan surat berharga negara; (iv) pelaksanaanevaluasi akuntansi dan settlement utang; dan (v) pengelolaan portofolio dan resiko utang.

Pada program peningkatan efektivitas pengelolaan kekayaan negara, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pokok, antara lain: (i) inventarisasi danpenilaian kekayaan negara/barang milik negara; dan (ii) penyusunan/penyempurnaan/pengkajian peraturan perundang-undangan di bidang kekayaan negara.

Mendukung Stabilitas

Departemen Pertahanan

Alokasi anggaran pada Departemen Pertahanan diarahkan untuk meningkatkan rasa amandan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi pertahanan keamanan. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Departemen Pertahanan ditetapkan sebesar Rp32.871,1miliar, atau Rp3.527,8 miliar (9,7 persen) lebih rendah bila dibandingkan dengan pagu alokasianggaran Departemen Pertahanan yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesarRp36.398,8 miliar. Anggaran Departemen Pertahanan tersebut akan digunakan untuk

Page 88: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-22 APBN-P 2008

mendukung pelaksanaan berbagai program, diantaranya: (i) program pengembanganindustri pertahanan; (ii) program pengembangan pertahanan matra darat; (iii) programpengembangan pertahanan matra laut; (iv) program pengembangan pertahanan matraudara; (v) program pengembangan pertahanan integratif; (vi) program penegakankedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI; dan (vii) program pengembangan sistemdan strategi pertahanan.

Dari beberapa program tersebut, dalam tahun 2008 Departemen Pertahanan melaksanakanbeberapa kegiatan prioritas, yaitu: (i) pengembangan Strategic Defense Review (SDR), strategiraya pertahanan, postur pertahanan dan kompartemen strategis; (ii) perbaikan,pemeliharaan, penggantian Alutsista TNI; (iii) pengadaan Alutsista TNI; (iv) pembangunandan pemeliharaan fasilitas, sarana dan prasarana mabes TNI, TNI AD, TNI AL dan TNIAU; (v) pemberian bantuan tanggap darurat oleh pasukan reaksi cepat penanggulanganbencana; (vi) pembangunan pos di wilayah perbatasan dan pulau terluar; serta(vii) pembangunan jaringan komunikasi dan sistem informasi intelijen pertahanan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Alokasi anggaran pada Kepolisian Negara Republik Indonesia diarahkan terutama untukmendukung upaya penguatan kemampuan pertahanan dan pemantapan keamanan dalamnegeri. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesiaditetapkan sebesar Rp21.205,5 miliar, atau Rp2.142,0 miliar (9,2 persen) lebih rendah biladibandingkan dengan pagu alokasi anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia yangditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp23.347,4 miliar. Anggaran Kepolisian NegaraRepublik Indonesia tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagaiprogram, diantaranya: (i) program pemeliharaan kamtibmas; (ii) program pengembangansarana dan prasarana kepolisian; (iii) program pemberdayaan potensi keamanan; (iv)program pengembangan SDM Kepolisian; dan (v) program penyelidikan dan penyidikantindak pidana.

Pada program pemeliharaan kamtibmas, alokasi anggaran akan digunakan untuk membiayaiberbagai kegiatan, antara lain: (i) pelayanan keamanan dan perlindungan masyarakat; dan(ii) pengaturan dan penertiban kegiatan masyarakat/instansi.

Pada program pengembangan sarana dan prasarana kepolisian, alokasi anggaran akandigunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain : (i) pemberdayaan sarana danprasarana Polri; dan (ii) pembangunan materiil dan fasilitas Polri.

Pada pengembangan SDM kepolisian, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untukmembiayai kegiatan prioritas, yaitu pengembangan kekuatan dan kemampuan personil Polri.Sementara itu, pada program penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, alokasi anggaranakan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, antara lain penyelidikan dan penyidikantindak pidana dan pengawasan teknis penyidikan.

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias

Alokasi anggaran pada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias diarahkan untukmenjalankan misi mengembalikan penghidupan dan memperkuat komunitas di Aceh dan

Page 89: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-23APBN-P 2008

Nias pasca bencana tsunami di penghujung tahun 2004. Dalam APBN-P tahun 2008, alokasianggaran BRR NAD-Nias ditetapkan sebesar Rp10.888,3 miliar, atau Rp3.887,9 miliar (55,5persen) lebih tinggi dibandingkan pagu alokasi anggaran BRR NAD dan Nias yang ditetapkandalam APBN tahun 2008 sebesar Rp7.000,4 miliar. Peningkatan anggaran tersebut terkaitdengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No. 164.1 tahun 2007 tanggal 17Desember 2007, yang merupakan aturan pelaksanaan dari pasal I angka 8 UU No. 41 Tahun2007 tentang Perubahan atas UU No. 18 Tahun 2006 tentang APBN 2007. Dalam UU No.41/2007 dan Permenkeu No. 146.1/2007 diatur bahwa program/kegiatan rehabilitasi danrekonstruksi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi SumateraUtara dalam DIPA tahun 2007, yang belum dapat diselesaikan sampai dengan akhir tahun2007 dapat diluncurkan pelaksanaannya pada tahun 2008 (DIPA-Luncuran/DIPA-L),sebagai anggaran belanja tambahan tahun 2008.

Anggaran BRR NAD dan Nias tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaanprogram rehabilitasi dan rekonstruksi, yang diarahkan kepada penataan infrastruktur utama,revitalisasi lingkungan hidup, pengembangan ekonomi pariwisata serta pengembangan sistemdan jaringan pendidikan dan kesehatan, melalui kegiatan antara lain: (i) peningkatan,pengembangan dan penguatan landasan pemulihan NAD dan Nias yang berkelanjutan danberwawasan lingkungan; dan (ii) peningkatan kehidupan masyarakat dan pengembanganwilayah NAD dan Nias pasca bencana.

Rincian belanja kementerian negara/lembaga dalam APBN dan APBN-P 2008 disajikandalam Tabel III.3.

3.3. Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dan AnggaranTransfer ke Daerah 2008

Kebijakan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yangdiimplementasikan dalam alokasi anggaran transfer ke daerah dalam APBN, merupakanbagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan fiskal secara nasional. Sehubungan denganitu, kebijakan alokasi transfer ke daerah dalam tahun 2008 tetap diarahkan untukmendukung program/kegiatan prioritas nasional, dengan tetap menjaga konsistensi dankeberlanjutan pelaksanaan desentralisasi fiskal guna menunjang penyelenggaraan otonomidaerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Dengan tetap memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan serta berpijak padahasil evaluasi selama implementasi tahun 2006-2007, dan mengacu pada hasil pembahasanantara DPR RI dan Pemerintah dalam rangka Pembicaraan Pendahuluan PenyusunanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2008, kebijakan transfer ke daerah padatahun 2008 akan lebih dipertajam untuk: (i) mengurangi kesenjangan fiskal antara pusatdan daerah (vertical fiscal imbalance), dan antardaerah (horizontal fiscal imbalance);(ii) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjanganpelayanan publik antardaerah; (iii) mendukung kesinambungan fiskal nasional (fiscalsustainability) dalam rangka kebijakan ekonomi makro; (iv) meningkatkan kemampuandaerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (v) meningkatkan efisiensi pemanfaatansumber daya nasional; serta (vi) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunannasional dengan rencana pembangunan daerah.

Page 90: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-24 APBN-P 2008

KODE KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA APBN APBN-P% thd APBN

1 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 217,1 195,4 90,0

2 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 1.837,7 1.653,9 90,0

4 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1.585,3 1.484,3 93,6

5 MAHKAMAH AGUNG 6.454,1 5.808,7 90,0

6 KEJAKSAAN AGUNG 2.000,1 1.840,7 92,0

7 SEKRETARIAT NEGARA 1.562,6 1.412,3 90,4

10 DEPARTEMEN DALAM NEGERI 6.196,4 5.712,8 92,2

11 DEPARTEMEN LUAR NEGERI 5.614,6 5.055,0 90,0

12 DEPARTEMEN PERTAHANAN 36.398,8 32.871,1 90,3

13 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM 4.846,1 4.413,1 91,1

15 DEPARTEMEN KEUANGAN 16.118,7 14.950,3 92,8

18 DEPARTEMEN PERTANIAN 9.195,3 8.305,5 90,3

19 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 1.916,4 1.800,4 93,9

20 DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 5.964,2 5.508,1 92,4

22 DEPARTEMEN PERHUBUNGAN 16.687,0 15.298,9 91,7

23 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 49.701,0 45.296,7 91,1

24 DEPARTEMEN KESEHATAN 19.704,2 18.420,3 93,5

25 DEPARTEMEN AGAMA 17.593,1 15.989,6 90,9

26 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 2.763,9 2.643,4 95,6

27 DEPARTEMEN SOSIAL 3.716,1 3.462,5 93,2

29 DEPARTEMEN KEHUTANAN 4.284,9 3.857,9 90,0

32 DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN 3.353,4 3.019,1 90,0

33 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 36.108,7 32.809,9 90,9

34KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

194,5 202,1 103,9

35 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 132,3 119,1 90,0

36 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT 107,3 146,6 136,6

40 DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1.169,7 1.078,1 92,2

41 KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA 207,6 186,9 90,0

42 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI 498,1 466,0 93,5

43 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 460,7 534,0 115,9

44KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

1.125,9 1.098,7 97,6

47 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 204,8 192,6 94,0

48 KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA 140,8 136,7 97,1

50 BADAN INTELIJEN NEGARA 1.077,4 970,0 90,0

51 LEMBAGA SANDI NEGARA 605,5 605,1 99,9

52 DEWAN KETAHANAN NASIONAL 29,5 26,6 89,9

54 BADAN PUSAT STATISTIK 1.554,0 1.426,1 91,8

55 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS 435,9 392,5 90,0

56 BADAN PERTANAHAN NASIONAL 2.657,3 2.520,0 94,8

Tabel III.3

Belanja Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2008 1)

(miliar rupiah)

Page 91: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-25APBN-P 2008

KODE KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA APBN APBN-P% thd APBN

57 PERPUSTAKAAN NASIONAL 340,3 320,4 94,1

59 DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2.409,7 2.128,9 88,3

60 KEPOLISIAN NEGARA 23.347,4 21.205,5 90,8

63 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 609,1 638,4 104,8

64 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL 154,7 184,3 119,1

65 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 398,0 383,3 96,3

66 BADAN NARKOTIKA NASIONAL 328,6 295,9 90,0

67 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1.024,7 922,5 90,0

68 BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL 1.329,1 1.196,6 90,0

74 KOMISI NASIONAL HAK AZASI MANUSIA 56,7 51,0 90,0

75 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA 801,1 721,3 90,0

76 KOMISI PEMILIHAN UMUM 793,9 714,8 90,0

77 MAHKAMAH KONSTITUSI 196,8 177,1 90,0

78PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

107,0 96,3 90,0

79 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 580,4 522,6 90,0

80 BADAN TENAGA NUKLIR 363,3 327,0 90,0

81 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 569,7 572,9 100,6

82 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 213,2 191,9 90,0

83 BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL 270,2 243,3 90,0

84 BADAN STANDARISASI NASIONAL 76,7 69,1 90,0

85 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NASIONAL 62,2 56,0 89,9

86 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 204,8 188,8 92,2

87 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 125,7 119,1 94,7

88 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 403,7 401,2 99,4

89 BADAN PENGAWAS KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 660,1 594,3 90,0

90 DEPARTEMEN PERDAGANGAN 1.466,4 1.410,2 96,2

91 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT 749,1 674,5 90,0

92 KEMENTERIAN NEGARA PEMUDA DAN OLAH RAGA 719,7 748,0 103,9

93 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 264,2 237,8 90,0

94BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD DANNIAS

7.000,4 10.888,3 155,5

95 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) 312,5 281,2 90,0

100 KOMISI YUDISIAL RI 101,9 91,7 90,0

103 BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA 111,3 111,3 100,0

104 BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI (BNP2TKI) 273,5 246,2 90,0

105 BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO 1.100,0 1.100,0 100,0

311.947,0 290.022,7 93,0

1) Perbedaan satu angka di belakang koma dalam angka penjumlahan adalah karena pembulatan

JUMLAH BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Page 92: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-26 APBN-P 2008

Dalam perkembangannya, tekanan yang cukup berat terhadap APBN sebagaimana diuraikanpada bagian sebelumnya, juga berimbas kepada transfer ke daerah. Di satu sisi, lonjakanharga minyak mentah dunia membawa berkah bagi daerah penghasil migas karena kenaikandana bagi hasil migas. Namun di sisi lain, mengingat keterbatasan kemampuan keuangannegara, dana infrastruktur sarana dan prasarana pada pos dana penyesuaian akan dihemat.

Dalam APBN Perubahan tahun 2008, transfer ke daerah diperkirakan mencapai Rp292.422,8miliar atau 6,5 persen terhadap PDB. Jumlah tersebut berarti mengalami peningkatan sebesarRp11.193,3 miliar atau 4,0 persen dari pagu anggaran transfer ke daerah yang ditetapkandalam APBN Tahun 2008 sebesar Rp281.229,5 miliar. Begitu pula, apabila dibandingkandengan realisasinya dalam tahun 2007 sebesar Rp253.268,1 miliar, alokasi anggaran transferke daerah dalam APBN Perubahan tahun 2008 berarti mengalami peningkatan sebesarRp39.154,7 miliar atau 15,5 persen. Alokasi anggaran transfer ke daerah tersebut terdiri atasdana perimbangan 95,2 persen, serta dana otonomi khusus dan penyesuaian 4,8 persen.

3.3.1. Perubahan Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan komponen terbesar dalam alokasi transfer ke daerah,sehingga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaandesentralisasi fiskal dan otonomi daerah. Pengalokasian dana perimbangan berupa danabagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK) bertujuanuntuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat danpemerintahan daerah, serta mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahanantardaerah. Dengan demikian, dana perimbangan merupakan salah satu pilar pokokdesentralisasi fiskal dalam konteks transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintahandaerah.

Dalam APBN-P tahun 2008, alokasi anggaran dana perimbangan diperkirakan mencapaiRp278.436,1 miliar atau 6,2 persen terhadap PDB. Apabila dibandingkan dengan pagu alokasidana perimbangan dalam APBN 2008 sebesar Rp266.780,1 miliar, jumlah ini meningkatRp11.656,0 miliar atau 4,4 persen. Demikian juga, apabila dibandingkan dengan realisasidana perimbangan dalam tahun 2007 sebesar Rp243.972,1 miliar, maka alokasi danaperimbangan dalam APBN-P tahun 2008 tersebut berarti mengalami peningkatan sebesarRp34.464,0 miliar atau 14,1 persen. Lebih tingginya alokasi anggaran dana perimbangantersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya alokasi dana bagi hasil, sedangkan danaalokasi umum dan dana alokasi khusus diperkirakan sama dengan pagu yang telahditetapkan dalam APBN 2008.

3.3.1.1. Perubahan Dana Bagi Hasil (DBH)

Kebijakan alokasi DBH dalam tahun 2008 tetap mengacu kepada ketentuan-ketentuan yangdiatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004, PP Nomor 55 Tahun 2005, UU Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh. DBH yang terdiri dari DBH pajak dan DBH sumber daya alam (SDA)merupakan hak daerah atas pengelolaan sumber-sumber penerimaan negara yang dihasilkandari masing-masing daerah, yang besarnya memperhitungkan potensi daerah penghasil(by origin).

Page 93: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-27APBN-P 2008

Sumber-sumber penerimaan pajak yang dibagihasilkan meliputi pajak penghasilan (PPh)pasal 21 dan pasal 25/29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri, pajak bumi dan bangunan(PBB), serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Sementara itu, sumber-sumber penerimaan SDA yang dibagihasilkan terdiri dari minyak bumi, gas bumi,pertambangan umum, kehutanan, dan perikanan. Sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004,terdapat penambahan obyek DBH SDA, yaitu DBH SDA panas bumi yang saat ini belumdapat dibagihasilkan.

Kebijakan di bidang DBH dalam tahun 2008 lebih dititikberatkan pada penyempurnaandan percepatan dalam proses perhitungan, pengalokasian, dan penetapan DBH ke daerah.Hal ini dilakukan agar penyaluran DBH ke daerah dapat dilakukan tepat waktu. Untukmendukung kebijakan tersebut, pemerintah akan melakukan langkah-langkah lebih aktifdalam penyempurnaan proses dan mekanisme penyaluran DBH ke daerah, antara lainmelalui peningkatan koordinasi antardepartemen/instansi terkait, serta peningkatan akurasidata oleh departemen/instansi terkait.

Dalam APBN-P tahun 2008, DBH diperkirakan mencapai Rp77.726,8 miliar atau 1,7 persenterhadap PDB. Jumlah ini berarti naik Rp11.656,0 miliar atau 17,6 persen dari pagu DBHyang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp66.070,8 miliar. Peningkatan alokasiDBH ini terutama disebabkan oleh adanya windfall kenaikan penerimaan SDA migas sebagaiakibat dari meningkatnya asumsi harga minyak dari US$60 per barel menjadi US$95 perbarel.

3.3.1.1.1. Perubahan DBH Pajak

Dua faktor yang mempengaruhi alokasi anggaran DBH pajak dalam tahun 2008 adalahalokasi anggaran penerimaan dari potensi sumber-sumber perpajakan yang dapat dihimpun,dan ketentuan-ketentuan mengenai pembagian DBH perpajakan. Dalam APBN-P 2008,DBH pajak diperkirakan mencapai Rp35.926,2 miliar. Jumlah ini, berarti turun Rp407,4miliar atau 1,1 persen apabila dibandingkan dengan alokasi DBH pajak yang ditetapkandalam APBN tahun 2008 sebesar Rp36.333,6 miliar. Penurunan alokasi anggaran DBHpajak dalam tahun 2008 tersebut, terutama berkaitan dengan turunnya sasaran penerimaanPBB yang akan dibagihasilkan. Alokasi DBH Pajak dalam APBN-P 2008 tersebut telahmemperhitungkan kurang bayar DBH Pajak tahun 2007, dengan rincian DBH PPh sebesarRp195 juta, DBH PBB Rp2,4 miliar, dan DBH BPHTB Rp1,8 miliar.

Dari alokasi anggaran DBH pajak dalam APBN-P 2008 tersebut, DBH PPh diperkirakanmencapai Rp8.491,3 miliar atau naik Rp0,2 miliar dari pagu DBH PPh dalam APBN 2008.Di lain pihak, DBH PBB diperkirakan mencapai Rp22.001,9 miliar atau mengalamipenurunan sebesar Rp988,0 miliar (4,3 persen) dari pagu DBH PBB dalam APBN tahun2008. Sementara itu, alokasi anggaran DBH BPHTB dalam tahun 2008 diperkirakanmencapai Rp5.433,0 miliar atau mengalami peningkatan sebesar Rp580,3 miliar (12,0 persen)apabila dibandingkan dengan pagu DBH BPHTB dalam APBN tahun 2008.

3.3.1.1.2. Perubahan DBH Sumber Daya Alam

Alokasi anggaran DBH SDA dalam tahun 2008 dipengaruhi oleh alokasi anggaranpenerimaan dari potensi sumber-sumber SDA yang dapat dihimpun dan ketentuan-ketentuan

Page 94: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-28 APBN-P 2008

mengenai pembagian DBH SDA yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Dalam APBN-P tahun 2008, DBH SDA diperkirakan mencapai Rp41.800,6 miliar (0,9 persenterhadap PDB) atau mengalami kenaikan sebesar Rp12.063,4 miliar (40,6 persen) apabiladibandingkan dengan pagu DBH SDA yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp29.737,2miliar. Kenaikan alokasi DBH SDA dalam APBN-P 2008 dimaksud, terutama disebabkanoleh peningkatan yang cukup signifikan dari DBH SDA minyak bumi dan pertambanganumum. Di samping itu, alokasi anggaran DBH SDA dalam APBN-P 2008 tersebut telahmemperhitungkan kurang bayar DBH tahun 2007, dengan rincian: DBH SDA pertambanganumum royalti sebesar Rp777,3 miliar, dan DBH SDA pertambangan umum iuran tetapsebesar Rp59,0 miliar.

Alokasi anggaran DBH SDA dalam APBN-P 2008 tersebut terdiri dari:

a. Alokasi anggaran DBH migas sebesar Rp33.598,8 miliar, meliputi:(1) Alokasi anggaran DBH SDA minyak bumi sebesar Rp22.235,3 miliar, atau naik

Rp9.384,6 miliar dari pagu DBH SDA minyak bumi dalam APBN 2008;(2) Alokasi anggaran DBH SDA gas bumi sebesar Rp11.363,5 miliar, atau naik Rp593,3

miliar dari pagu DBH SDA gas bumi dalam APBN 2008.

b. Alokasi anggaran DBH nonmigas sebesar Rp8.201,8 miliar, meliputi:(1) Alokasi anggaran DBH SDA pertambangan umum sebesar Rp6.330,5 miliar, atau

naik Rp2.085,4 miliar dari pagu DBH SDA pertambangan umum dalam APBN 2008;(2) Alokasi anggaran DBH SDA kehutanan sebesar Rp1.711,3 miliar, atau sama dengan

pagu DBH SDA kehutanan dalam APBN 2008;(3) Alokasi anggaran DBH SDA perikanan sebesar Rp160,0 miliar, atau sama dengan

pagu DBH SDA perikanan dalam APBN 2008.

3.3.1.2. Perubahan Dana Alokasi Umum (DAU)

Sesuai amanat Pasal 27 UU Nomor 33 Tahun 2004, jumlah keseluruhan DAU pada tahun2008 direncanakan sebesar 26 persen dari pendapatan dalam negeri (PDN) neto yangditetapkan dalam APBN. PDN neto merupakan jumlah penerimaan negara yang berasaldari pajak dan bukan pajak dikurangi dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan kepadadaerah, serta faktor-faktor pengurang DAU.

Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan pemerataan alokasi dana antardaerah, danmengatasi ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah, maka akan terus dilakukanlangkah-langkah untuk meningkatkan akurasi data dasar perhitungan DAU, yang meliputivariabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, serta data alokasi dasar. Untuk mengukurekualisasi antardaerah, digunakan indikator Williamson Index dan Coefficient of Variationyang merupakan parameter standar pengukuran tingkat pemerataan kemampuan keuanganantardaerah secara relatif terhadap jumlah penduduk.

Dalam APBN-P 2008, DAU diperkirakan mencapai Rp179.507,1 miliar (4,0 persen terhadapPDB), atau sama dengan pagunya dalam APBN tahun 2008. Namun demikian, apabiladibandingkan dengan realisasi DAU dalam tahun 2007 sebesar Rp164.787,4 miliar (4,2persen terhadap PDB), jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp14.719,7 miliaratau 8,9 persen. Peningkatan ini terkait dengan lebih tingginya perkiraan penerimaan dalam

Page 95: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-29APBN-P 2008

negeri neto dalam tahun 2008 dari tahun sebelumnya. Alokasi DAU nasional tahun 2008tersebut akan didistribusikan masing-masing untuk provinsi sebesar Rp17.950,7 miliar (10persen dari total DAU nasional) dan bagi kabupaten/kota sebesar Rp161.556,4 miliar (90persen dari total DAU nasional).

Sesuai dengan amanat UU Nomor 33 Tahun 2004, maka mulai tahun 2008 terdapatperubahan yang signifikan dalam kebijakan pengalokasian DAU. Pasal 107 ayat (2) UUNomor 33 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa perhitungan alokasi DAU berdasarkanformula dilaksanakan secara penuh mulai tahun anggaran 2008. Perhitungan DAU tahun2008 berdasarkan formula tersebut akan menghasilkan alternatif alokasi DAU sebesar nol(tidak mendapatkan DAU), lebih kecil, sama dengan, dan lebih besar dari DAU tahun 2007.

Dengan mempertimbangkan fungsi DAU, selain sebagai alat pemerataan kemampuankeuangan daerah (equalization grant), juga sebagai salah satu instrumen hubungankeuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah yang masih sangat dibutuhkanoleh daerah, maka dalam tahun 2008, disamping penerapan formula DAU secara konsisten,pemerintah juga masih akan mengalokasikan dana penyeimbang DAU kepada daerah yangmemperoleh DAU tahun 2008 lebih kecil dari DAU tahun 2007 sebesar 25 persen dari DAUtahun 2007, dengan ketentuan sebagai berikut:

(a) Bagi daerah yang mengalami penurunan DAU senilai 75 persen sampai dengan 100persen (tidak memperoleh DAU atau DAU sama dengan nol), akan dialokasikan danapenyeimbang DAU, sehingga besaran alokasi DAU dan/atau dana penyeimbang sebesar25 persen dari DAU tahun 2007.

(b) Bagi daerah yang mengalami penurunan DAU lebih kecil dari 75 persen, akanmemperoleh DAU sesuai dengan hasil perhitungan berdasarkan formula.

3.3.1.3. Perubahan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Secara umum arah kebijakan pengalokasian DAK tahun 2008 adalah sebagai berikut:1. Diprioritaskan untuk membantu daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-

rata nasional dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisikpelayanan dasar masyarakat yang telah menjadi urusan daerah;

2. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerahrawan banjir/longsor, serta daerah yang termasuk kategori daerah ketahanan pangandan daerah pariwisata;

3. Mendorong peningkatan produktivitas, perluasan kesempatan kerja, dan diversifikasiekonomi terutama di perdesaan, melalui kegiatan khusus di bidang pertanian, kelautandan perikanan, serta infrastruktur;

4. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana dasarmelalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;

5. Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah kerusakanlingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di bidanglingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan dankehandalan pelayanan dasar dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem yang terpadumelalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;

Page 96: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-30 APBN-P 2008

6. Mendukung penyediaan prasarana pemerintahan di daerah yang terkena dampakpemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidangprasarana pemerintahan;

7. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK dengankegiatan lain yang didanai dari anggaran kementerian negara/lembaga dan kegiatanyang didanai dari APBD;

8. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yangdigunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah keDAK, setelah ditetapkannya peraturan pemerintah terkait dengan pembagiankewenangan pemerintah pusat dan daerah.

Dalam APBN-P 2008, DAK diperkirakan mencapai Rp21.202,1 miliar atau sama denganpagu DAK yang dianggarkan dalam APBN tahun 2008. Apabila dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2007 sebesar Rp16.237,4 miliar, alokasi anggaran DAK dalamAPBN-P 2008 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp4.964,7 miliar atau 30,6 persen.Dalam DAK tahun 2008 tersebut sudah termasuk pengalihan dana dekonsentrasi dan danatugas pembantuan yang sudah menjadi urusan daerah sebesar Rp4,2 triliun, yang berasaldari anggaran Departemen Pekerjaan Umum (PU), Departemen Kesehatan, dan DepartemenPendidikan Nasional.

Prioritas penggunaan DAK tahun 2008 diarahkan untuk kegiatan pada bidang-bidang sebagaiberikut:1. Pendidikan, untuk menunjang pelaksanaan wajib belajar (wajar) sembilan tahun bagi

masyarakat di daerah.2. Kesehatan, untuk dapat meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan sarana

dan prasarana kesehatan bagi masyarakat di kabupaten/kota,3. Kependudukan, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui program keluarga

berencana beserta sarana dan prasarana pendukungnya dalam rangka pengendalianjumlah penduduk.

4. Prasarana jalan, untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayananprasarana jalan yang telah menjadi urusan pemerintah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota dalam rangka melancarkan distribusi barang dan jasa, serta hasilproduksi antarkecamatan dan/atau antarkabupaten.

5. Prasarana irigasi, untuk mempertahankan tingkat pelayanan jaringan irigasi dikabupaten/kota dan provinsi guna mendukung program ketahanan pangan.

6. Prasarana air minum dan penyehatan lingkungan, untuk meningkatkan prasarana airminum bagi masyarakat di desa/kelurahan rawan air bersih dan kekeringan, sertaperbaikan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman di daerah kumuhdi perkotaan.

7. Kelautan dan perikanan, untuk meningkatkan sarana dan prasarana dasar di bidangkelautan dan perikanan, khususnya dalam menunjang pengembangan perikanantangkap dan budidaya, pemasaran hasil perikanan, pengawasan, dan pengembanganpulau-pulau kecil di daerah.

8. Pertanian, untuk meningkatkan sarana/prasarana pertanian guna mendukungketahanan pangan dan agribisnis.

Page 97: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-31APBN-P 2008

9. Prasarana pemerintahan, untuk meningkatkan sarana dan prasarana pemerintahan bagidaerah yang terkena dampak pemekaran pada tahun 2007, guna mendukung kelancaranpenyelenggaraan pemerintahan daerah.

10. Lingkungan hidup, untuk meningkatkan sarana dan prasarana pemantauan kualitasair, pengendalian pencemaran air dan perlindungan sumber daya air dan pengelolaanpersampahan.

11. Kehutanan, untuk meningkatkan perlindungan dan pengendalian terhadap daerah aliransungai dan penanaman mangrove di pesisir pantai beserta sarana dan prasaranapendukungnya.

3.3.2. Perubahan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

3.3.2.1. Perubahan Dana Otonomi Khusus

Selain dana perimbangan, kepada daerah-daerah tertentu juga dialokasikan dana otonomikhusus, yaitu kepada: (i) Provinsi Papua dalam rangka memenuhi amanat UU Nomor 21Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, dan (ii) Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (NAD) dalam rangka memenuhi amanat UU Nomor 11 Tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh.

Alokasi anggaran dana otonomi khusus dalam APBN-P 2008 diperkirakan mencapaiRp7.510,3 miliar, atau sama dengan pagunya dalam APBN 2008. Sementara itu, apabiladibandingkan dengan realisasi dana otonomi khusus dalam 2007 sebesar Rp4.045,7 miliar,jumlah tersebut berarti mengalami kenaikan sebesar Rp3.464,5 miliar (85,6 persen).

Rincian Dana Otonomi Khusus adalah sebagai berikut:

a. Dana Otonomi Khusus

- Untuk Provinsi Papua sebesar Rp3.590,1 miliar, atau sama dengan pagunya dalamAPBN 2008.

Penggunaan dana otonomi khusus Papua diutamakan untuk pendanaan pendidikandan kesehatan, sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus bagi Provinsi Papua, yang jumlahnya setara dengan 2 (dua) persendari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional dan berlaku selama 20 tahunsejak tahun 2002. Dana otonomi khusus Papua tersebut diperuntukkan bagikabupaten, kota, dan provinsi di Provinsi Papua serta kabupaten dan kota di ProvinsiPapua Barat, dengan dasar pembagian menggunakan basis perhitungan jumlahkampung secara proporsional. Alokasi dana otonomi khusus bagi kabupaten, kota,dan provinsi di Provinsi Papua sebesar Rp2.761,6 miliar, sedangkan bagi kabupatendan kota di Provinsi Papua Barat sebesar Rp828,5 miliar. Pengelolaan dana otonomikhusus Papua dimaksud tetap mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku.

- Untuk Provinsi NAD sebesar Rp3.590,1 miliar, atau sama dengan pagunya dalamAPBN 2008.

Dana otonomi khusus NAD diarahkan penggunaannya untuk mendanaipembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan, sesuai

Page 98: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab III Pokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-32 APBN-P 2008

dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, berlakuuntuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak tahun 2008, dengan rincian: untuktahun pertama sampai dengan tahun kelima belas besarnya setara dengan 2 (dua)persen dari pagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional, dan untuk tahunkeenam belas sampai tahun keduapuluh besarnya setara dengan 1 (satu) persen daripagu dana alokasi umum (DAU) secara nasional.

b. Dana tambahan infrastruktur Provinsi Papua sebesar Rp330,0 miliar, atau sama denganpagunya dalam APBN 2008.

Dana tambahan Otsus infrastruktur dalam rangka Otsus untuk Provinsi Papuadiutamakan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur, sesuai dengan Pasal 34 ayat(3) huruf f Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi ProvinsiPapua.

3.3.2.2. Perubahan Dana Penyesuaian

Dana penyesuaian dalam APBN-P Tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp6.476,4 miliar,atau turun Rp462,6 miliar dari pagu yang ditetapkan dalam APBN Tahun 2008 sebesarRp6.939,0 miliar, dengan rincian sebagai berikut:

a. Dana penyeimbang DAU sebesar Rp242,8 miliar, atau sama dengan pagunya dalamAPBN 2008. Dana penyeimbang DAU tersebut dialokasikan kepada daerah yangmengalami penurunan DAU sebesar 75 persen atau lebih dibandingkan dengan DAUTahun 2007 di luar dana penyesuaian.

b. Dana tunjangan kependidikan sebesar Rp1.200,0 miliar, atau sama dengan pagunyadalam APBN 2008.Dana penyesuaian kependidikan tersebut dialokasikan untuk membantu daerah dalammendanai kebutuhan tunjangan kependidikan bagi guru sebagai amanat dari UU No.14 tahun 2005.

c. Dana sarana dan prasarana untuk pemerintah daerah Provinsi Papua Barat sebesarRp670,0 miliar, atau sama dengan pagunya dalam APBN 2008.Dana sarana dan prasarana yang dialokasikan kepada pemerintah daerah Provinsi PapuaBarat digunakan untuk pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik.

d. Dana alokasi cukai sebesar Rp200,0 miliar, atau sama dengan pagunya dalam APBN2008.Dana alokasi cukai tersebut akan dialokasikan kepada daerah penghasil cukai tembakau,dengan maksud memenuhi amanat UU No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atasUU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, untuk melaksanakan penugasan dari Pemerintahuntuk mengurangi peredaran cukai palsu (cukai ilegal), sosialisasi peraturan, danpemetaan industri rokok.

e. Dana infrastruktur sarana dan prasarana sebesar Rp4.163,6 miliar, atau turun sebesarRp462,6 miliar (10,0 persen) dari pagunya dalam APBN 2008.

Dana infrastruktur sarana dan prasarana akan dialokasikan kepada daerah tertentusebagai penguatan desentralisasi fiskal melalui penyediaan dan pengembangan saranadan prasarana fisik dan lainnya yang juga menjadi urusan daerah.

Page 99: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IIIPokok-Pokok Perubahan Anggaran Belanja Negara

III-33APBN-P 2008

Ringkasan transfer ke daerah dalam APBN dan APBN-P 2008 disajikan dalam Tabel III.4.

APBN% thd PDB

APBN-P% thd PDB

% thd APBN

I. DANA PERIMBANGAN 266.780,1 6,0 278.436,1 6,2 104,4

A. DANA BAGI HASIL 66.070,8 1,5 77.726,8 1,7 117,6

1. Pajak 36.333,6 0,8 35.926,2 0,8 98,9 a. Pajak Penghasilan 8.491,1 0,2 8.491,3 0,2 100,0 b. Pajak Bumi dan Bangunan 22.989,9 0,5 22.001,9 0,5 95,7 c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 4.852,7 0,1 5.433,0 0,1 112,0

2. Sumber Daya Alam 29.737,2 0,7 41.800,6 0,9 140,6 a. Minyak Bumi 12.850,7 0,3 22.235,3 0,5 173,0 b. Gas Bumi 10.770,2 0,2 11.363,5 0,3 105,5 c. Pertambangan Umum 4.245,1 0,1 6.330,5 0,1 149,1 d. Kehutanan 1.711,3 0,0 1.711,3 0,0 100,0 e. Perikanan 160,0 0,0 160,0 0,0 100,0

B. DANA ALOKASI UMUM 179.507,1 4,0 179.507,1 4,0 100,0

C. DANA ALOKASI KHUSUS 21.202,1 0,5 21.202,1 0,5 100,0

II. DANA OTONOMI KHUSUS DAN PENYESUAIAN 14.449,3 0,3 13.986,7 0,3 96,8

A. DANA OTONOMI KHUSUS 7.510,3 0,2 7.510,3 0,2 100,0 1. Dana Otsus (Persentase DAU) 7.180,3 0,2 7.180,3 0,2 100,0

i. Dana Otsus Prov. Papua 3.590,1 0,1 3.590,1 0,1 100,0 ii. Dana Otsus Aceh 3.590,1 0,1 3.590,1 0,1 100,0

2. Dana tambahan Otsus Infrastruktur Prov Papua 330,0 0,0 330,0 0,0 100,0

B. DANA PENYESUAIAN 6.939,0 0,2 6.476,4 0,1 93,3 1. Dana Penyeimbang DAU 242,8 0,0 242,8 0,0 100,0 2. Dana Tunjangan Kependidikan 1.200,0 0,0 1.200,0 0,0 100,0 3. Dana Infrastruktur Sarana dan Prasarana 4.626,2 0,1 4.163,6 0,1 90,0 4. Dana Sarana dan Prasarana Prov. Papua Barat 670,0 0,0 670,0 0,0 100,0 5. Dana Alokasi Cukai 200,0 0,0 200,0 0,0 100,0

J U M L A H 281.229,5 6,3 292.422,8 6,5 104,0

1) Perbedaan satu angka di belakang koma dalam angka penjumlahan adalah karena pembulatan

(miliar rupiah)

Tabel III.4

Transfer Ke Daerah, Tahun 2008 1)

Page 100: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-1APBN-P 2008

BAB IV

POKOK-POKOK PERUBAHAN DEFISIT DANPEMBIAYAAN ANGGARAN

4.1. Defisit Anggaran

Dalam APBN tahun 2008 yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2007,pendapatan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp781.354,1 miliar atau 18,1 persenterhadap PDB, sementara belanja negara ditetapkan sebesar Rp854.660,2 miliar atau 19,8persen terhadap PDB. Oleh karena itu, defisit anggaran ditetapkan sebesar Rp73.306,0 miliaratau sekitar 1,7 persen terhadap PDB.

Defisit anggaran tersebut akan dibiayai melalui sumber pembiayaan non-utang dan utang.Besaran sumber pembiayaan tersebut ditentukan oleh potensi masing-masing sumber danadengan memperhitungkan risiko dan biaya yang akan ditanggung oleh Pemerintah. DalamAPBN tahun 2008, defisit anggaran sebesar Rp73.306,0 miliar tersebut diharapkan ditutupdengan pembiayaan non-utang sebesar negatif Rp1.600,0 miliar dan pembiayaan utangsebesar Rp74.906,0 miliar

Perkembangan ekonomi dunia yang antara lain ditandai oleh perkembangan harga minyakdunia dan kenaikan harga komoditi primer dunia, yang mulai terjadi pada paruh kedua2007 dan makin nyata pada awal tahun anggaran 2008 menyebabkan perkiraan realisasiasumsi ekonomi makro berbeda dengan yang ditetapkan. Hal tersebut menimbulkan dampakbagi besaran APBN, baik di sisi pendapatan negara dan hibah, belanja negara, defisit, maupunpembiayaan anggaran. Untuk itu, pemerintah merasa perlu melakukan perubahan APBNtahun 2008 dalam kerangka kebijakan untuk mengurangi beban masyarakat dengan tetapmenjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan kondisi tersebut, realisasi pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P tahun2008 diperkirakan meningkat sebesar Rp113.636,4 miliar sehingga menjadi sebesarRp894.990,5 miliar (20,0 persen terhadap PDB), sedangkan realisasi belanja negaradiperkirakan meningkat sebesar Rp134.833,7 miliar sehingga menjadi Rp989.493,8 miliar(22,1 persen terhadap PDB). Konsekuensinya, defisit diperkirakan meningkat menjadi sebesarRp94.503,3 miliar atau 2,1 persen terhadap PDB, yang berarti lebih tinggi Rp21.197,3 miliardari sasaran defisit yang telah ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp73.306,0 miliar atau1,7 persen terhadap PDB.

Kebutuhan pembiayaan yang meningkat tersebut harus dipenuhi dari berbagai sumber yangtersedia, dengan cara memaksimalkan pencapaiannya. Setiap pemilihan sumber pembiayaanakan membawa konsekuensi pada biaya dan risiko. Apabila pemerintah memilih sumberyang berasal dari non utang untuk membiayai defisit maka sebagai akibatnya jumlah assetyang dimiliki oleh pemerintah akan berkurang. Aset pemerintah tersebut dapat dalam bentukdana tunai yang disimpan dalam rekening pemerintah, kepemilikan pemerintah pada BUMNmaupun aset lainnya seperti yang saat ini dikelola oleh PT PPA. Sementara, apabila

Page 101: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-2 APBN-P 2008

pemerintah hendak membiayai defisitnya melalui utang, maka sebagai konsekuensinyakewajiban pemerintah untuk membayar kewajiban utang baik dalam bentuk bunga maupunpembayaran kembali di masa kini maupun masa yang akan datang akan mengalamipeningkatan. Merupakan tantangan bagi pemerintah untuk memilih kombinasi sumber-sumber pembiayaan defisit yang tersedia dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuandengan biaya dan risiko yang akan dihadapi.

4.2. Pembiayaan Defisit Anggaran

Besaran pembiayaan defisit anggaran ditentukan oleh potensi masing-masing sumber danadengan memperhitungkan risiko dan biaya yang akan ditanggung oleh pemerintah. DalamAPBN tahun 2008, defisit anggaran sebesar Rp73.306,0 miliar tersebut akan dibiayai melaluipembiayaan non-utang sebesar negatif Rp1.600,0 miliar dan pembiayaan utang sebesarRp74.906,0 miliar. Pembiayaan negatif mengandung arti, terdapat adanya pengeluaranpembiayaan yang lebih besar dari pada penerimaan pembiayaan dari sumber-sumber non-utang. Pembiayaan non utang yang negatif tersebut akan ditutup dengan pembiayaan utang,yang dalam hal ini menjadi lebih besar dari pada kebutuhan pembiayaan secara keseluruhan.

Untuk membiayai peningkatan defisit anggaran, pemerintah telah menetapkan 9 (sembilan)langkah pengamanan APBN tahun 2008 diantaranya melalui penambahan penerbitan SBNdan penarikan pinjaman program. Peningkatan pembiayaan utang tidak hanya untukmembiayai peningkatan defisit tetapi juga untuk mengkompensasi penurunan pembiayaannon-utang.

Perubahan besarnya defisit dari Rp73.306,0 miliar menjadi Rp94.503,3 miliar atau meningkatRp21.197,3 miliar tersebut membawa konsekuensi pada perubahan komposisi sumberpembiayaan. Dalam APBN-P 2008 diperkirakan pembiayaan yang bersumber dari non-utang akan mencapai negatif Rp10.173,1 miliar sementara dari sumber utang diperkirakanmencapai Rp104.676,4 miliar. Secara nominal pembiayaan non-utang diperkirakanberkurang sebesar Rp8.573,1 miliar dan pembiayaan utang meningkat sebesar Rp29.770,4miliar. Perubahan komposisi yang cukup tajam tersebut terjadi selain sebagai akibat dariperubahan kebutuhan pembiayaan defisit APBN juga disebabkan adanya perubahan asumsiyang berpengaruh pada beberapa komponen pembiayaan serta perubahan kebijakanterutama di dalam pembiayaan yang bersumber dari non-utang.

4.2.1. Pembiayaan Non-Utang

Pembiayaan non-utang ditentukan berdasarkan kondisi dan sasaran yang ingin dicapai darimasing-masing sumber pembiayaan.

Perbankan Dalam Negeri

Pembiayaan perbankan dalam negeri merupakan kebijakan pembiayaan untukmemanfaatkan sebagian posisi rekening pemerintah untuk pembiayaan defisit. Apabilapembiayaan yang bersumber dari perbankan dalam negeri memiliki tanda positif, makaberarti ada bagian dari posisi rekening pemerintah yang berkurang karena akan digunakanuntuk membiayai defisit APBN tahun yang bersangkutan. Posisi rekening pemerintah yangdigunakan tersebut merupakan dana yang diakumulasikan dari tahun-tahun anggaran

Page 102: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-3APBN-P 2008

sebelumnya. Rekening tersebut dapat bersumber dari rekening Sisa Anggaran Lebih (SAL),Rekening Dana Investasi (RDI) maupun rekening-rekening pemerintah lainnya yangdikelola/dikuasai oleh Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara.

Dalam APBN 2008, pembiayaan yang bersumber dari perbankan dalam negeri direncanakansebesar Rp300,0 miliar yang keseluruhannya berasal dari Rekening Dana Investasi.Pembiayaan defisit yang berasal dari rekening RDI telah dilakukan sejak tahun 2004 dancenderung menurun dari tahun ke tahun seiring dengan penurunan keseluruhan saldo RDI.Pada tahun 2004 digunakan saldo RDI untuk pembiayaan defisit anggaran sebesarRp11.999,3 miliar atau 55,0 persen dari saldo awal tahun 2004. Selanjutnya, penggunaanRDI untuk pembiayaan defisit dalam APBN tahun 2005 mencapai Rp7.150,0 miliar atau58,4 persen dari saldo tahun 2005. Sementara itu, dalam tahun 2006 dan tahun 2007,penggunaan RDI untuk pembiayaan APBN masing-masing mencapai Rp2.000,0 miliar(34,9 persen terhadap saldo awal tahun 2006) dan Rp4.000,0 miliar (93,0 persen saldoawal tahun 2007).

Dalam APBN-P 2008, direncanakan pembiayaan yang bersumber dari perbankan dalamnegeri sebesar negatif Rp11.700,0 miliar. Dengan demikian terdapat peningkatan pengeluaranpembiayaan sebesar Rp12.000,0 miliar, atau pemerintah merencanakan akanmengakumulasikan tambahan (neto) Rp11.700,0 miliar pada rekening pemerintah.Peningkatan akumulasi rekening pemerintah ini ditempuh oleh pemerintah untukkepentingan pengelolaan kas (cash management), terutama guna mengantisipasi kebutuhanpembiayaan awal tahun anggaran, khususnya untuk pembayaran gaji dan pensiun,pembayaran pokok dan bunga utang, transfer dana alokasi umum ke daerah, dan penyediaansebagian dana operasional pemerintahan. Hal ini mengingat, jumlah akumulasi sisa anggaranlebih (SAL) yang ada saat ini, tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan pembiayaan awaltahun untuk berbagai kebutuhan pokok sebagaimana diuraikan di atas, sementara realisasipenerimaan negara belum ada.

Secara lebih terinci pembiayaan dari rekening pemerintah sebesar negatif Rp11.700,0 miliardapat dibagi atas:

(i) Penggunaan dana pada rekening RDI untuk pembiayaan defisit APBN sebesar Rp300,0miliar, sebagaimana yang telah direncanakan, dan

(ii) Menambah saldo rekening pemerintah yang disimpan di Bank Indonesia sebesarRp12.000,0 miliar.

Jumlah penambahan rekening pemerintah tersebut merupakan jumlah tertinggi yang akanditambahkan. Apabila mendekati akhir tahun anggaran posisi saldo rekening pemerintahmencapai tingkat yang dianggap memadai untuk kepentingan pengelolaan kas sehinggatidak membutuhkan tambahan sejumlah tersebut, maka penambahan yang akan dilakukanhanya sampai pada tingkat yang dibutuhkan saja. Penambahan posisi rekening pemerintahuntuk keperluan manajeman kas tersebut seluruhnya akan bersumber dari penerbitan suratperbendaharaan negara (SPN).

Privatisasi (neto)

Program privatisasi dilakukan pemerintah dengan tujuan utama yaitu untuk peningkatankinerja BUMN. Peningkatan kinerja tersebut dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitasmodal BUMN dan pelepasan kepemilikan pemerintah kepada swasta agar BUMN lebih

Page 103: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-4 APBN-P 2008

mampu bersaing. Dalam tahun 2008 privatisasi akan lebih diutamakan untuk mendukungpengembangan perusahaan yang dilakukan dengan metode penawaran umum di pasarmodal. Sementara privatisasi di luar penawaran lewat pasar modal akan dilakukan secarasangat selektif dan hati-hati, terutama untuk BUMN yang pendanaannya tidak dapatdiperoleh/dipenuhi dari pasar modal dan/atau pemerintah, serta memerlukan peningkatankompetensi teknis, manajemen dan pemasaran, serta untuk perusahaan dengan porsikepemilikan negara minoritas.

Hasil dari pelepasan kepemilikan pemerintah pada BUMN ini akan digunakan pemerintahuntuk pembiayaan defisit APBN. Jumlah BUMN yang akan diprivatisasi disajikan dalamTabel IV.1 berikut ini.

Dalam tahun 2008 direncanakan sumber pembiayaan defisit APBN yang bersumber dariprivatisasi sebesar Rp1.500,0 miliar. Jumlah tersebut dalam APBN-P 2008 direncanakanakan mengalami penurunan sebesar Rp1.000,0 miliar menjadi sebesar Rp500,0 miliar.Penurunan target privatisasi dilakukan karena dibatalkannya rencana privatisasi beberapaBUMN akibat turunnya secara signifikan harga saham sebagai dampak memburuknyakondisi pasar keuangan.

Penjualan Aset PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA)

Pembiayaan melalui penjualan aset PT PPA telah dilakukan sejak tahun 2004, pascadibubarkannya BPPN, dengan jumlah setoran yang sangat tergantung dari jumlah asetyang dikelola. Dalam rangka mencapai target yang ditetapkan tersebut, PT PPA akan tetapkonsisten dalam melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan penerimaan negara danmemperbaiki nilai ekonomis aset melalui berbagai usaha antara lain:

(i) Pengendalian operasi perusahaan melalui penempatan manajemen profesional,penerapan good corporate governance serta monitoring kinerja secara berkala;

(ii) Restrukturisasi bisnis, keuangan, operasi, dan manajemen perusahaan yang punyapotensi ekonomi;

No Peruntukan Dana Jumlah BUMNSaham

Minoritas

1. APBN 21 8

2. Pengembangan Perusahaan 11 -

3. APBN dan Pengembangan Perusahaan 4 -

36 8

Sumber : Kementerian Negara BUMN

Total

Tabel IV.1Program Tahunan Privatisasi Tahun 2008

Page 104: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-5APBN-P 2008

(iii) Kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka revitalisasi aset untuk meningkatkannilai aset;

(iv) Pemeliharaan kondisi aset serta perbaikan dokumen legal untuk membuat pihakpembeli dapat merasa lebih nyaman dengan kondisi aset tersebut sehingga dapatmeningkatkan nilai jual aset tersebut;

(v) Penentuan strategi dan waktu pelaksanaan yang tepat dalam melakukan penjualansehingga diperoleh nilai jual yang optimal. Hal ini merupakan langkah yang sangatpenting utamanya dalam melakukan divestasi sisa saham perbankan yang tercatat dibursa;

(vi) Penyusunan segala regulasi dalam rangka pemenuhan persyaratan hukum(governance) yang diperlukan untuk aset negara yang diserahkelolakan kepada PTPPA.

Dalam APBN-P tahun 2008, sumber pembiayaan yang berasal dari penjualan aset programrestrukturisasi perbankan yang dikelola oleh PT PPA direncanakan akan menjadi sebesarRp3.850,0 miliar atau meningkat sebesar Rp3.250,0 miliar dibandingkan dengan yangditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp600,0 miliar. Peningkatan penjualan asetoleh PT PPA tersebut bersumber dari penjualan Tuban Petro dan dana cash dari stand by L/C.

Dana Investasi Pemerintah

Dana investasi pemerintah semula direncanakan akan digunakan untuk ditempatkan sebagaiDana Investasi Dukungan Infrastruktur dan Dana Investasi Non Infrastruktur. DukunganInfrastruktur semula direncanakan ditempatkan antara lain untuk mendukungpembangunan transportasi di ibukota, penjaminan pemerintah untuk mendukung programpembangunan pembangkit listrik 10.000 MW (sepuluh ribu megawatt) berbahan bakarbatubara yang dibangun oleh PT PLN, dimana apabila terjadi risiko gagal bayar ataskewajiban PT PLN kepada pemberi pinjaman akan ditanggung oleh pemerintah dan akandiperhitungkan sebagai pinjaman PT PLN kepada Pemerintah.

Pembiayaan untuk Dana Investasi Pemerintah dalam APBN 2008 direncanakan sebesarnegatif Rp4.000,0 miliar. Memperhatikan kebutuhan pembiayaan defisit yang meningkatcukup tajam dan belum cukup besarnya kebutuhan untuk dukungan pembangunan saranatransportasi dan penjaminan pada PT PLN, maka pemerintah harus melakukan prioritasisasidengan mengurangi alokasi pengeluaran pembiayaan sehingga menjadi negatif Rp2.823,1miliar, yang sebagian kecil diantaranya akan digunakan untuk penjaminan terhadapkewajiban PLN.

4.2.2. Pembiayaan Utang (neto)

Pembiayaan utang (neto) dalam APBN 2008 direncanakan sebesar Rp74.906,0 miliar.Perhitungan besaran pembiayaan tersebut pada saat penyusunan APBN didasarkan padaoutstanding utang akhir Juni 2007, proyeksi pembiayaan sampai akhir tahun 2007, asumsinilai tukar, current dan forward view pasar keuangan untuk memperhitungkan daya serappasar, serta memperhitungkan rencana penarikan (disbursement plan) dan rencana negosiasi

Page 105: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-6 APBN-P 2008

dengan lender. Dari sisi instrumen pembiayaan melalui utang, dapat dibedakan atas duainstrumen yaitu: (1) pinjaman luar negeri (neto), yang diperhitungkan dari penarikanpinjaman dikurangi pembayaran cicilan pokok pinjaman dan (2) surat berharga negara(neto), yang diperhitungkan dari penerbitan surat berharga negara dikurangi pelunasanpada saat jatuh tempo (redemption) dan pembelian kembali sebelum jatuh tempo (buyback)surat berharga.

Pinjaman luar negeri (neto) dalam APBN 2008 direncanakan sebesar negatif Rp16.669,3miliar, yang berarti jumlah pinjaman luar negeri yang ditarik akan lebih kecil daripadacicilan pokok yang harus dibayarkan. Dengan asumsi nilai tukar Rupiah terhadap dolarAmerika Serikat Rp9.100,0 per US$ maka:

(i) Penarikan pinjaman luar negeri yang direncanakan akan dilakukan adalah sebesarRp42.989,3 miliar yang terdiri dari penarikan pinjaman proyek sebesar Rp23.879,3miliar dan penarikan pinjaman program sebesar Rp19.110,0 miliar.

(ii) Pembayaran cicilan pokok jatuh tempo sebesar Rp59.658,6 miliar.

Pembiayaan melalui pinjaman luar negeri tersebut dihitung berdasarkan posisi outstandingpinjaman luar negeri akhir Juni 2007 sebesar Rp534.635,97 miliar, asumsi nilai tukarRp9.100,0 per US$, rencana penarikan pinjaman program yang bersumber dari World Bank,Asian Development Bank (ADB) dan JBIC, dan rencana penarikan pinjaman proyekberdasarkan loan yang sudah on going dan loan baru yang akan ditandatangani dandiperkirakan ada bagian yang ditarik pada tahun 2008.

Pembiayaan melalui SBN neto, dalam APBN 2008 direncanakan sebesar Rp91.575,3 miliar,yang dihitung berdasarkan outstanding Surat Berharga Negara akhir Juni 2007 sebesarRp778.640,03 miliar, proyeksi penerbitan obligasi negara baik obligasi reguler, obligasi tanpakupon dan ORI sampai akhir tahun 2007, perkiraan transaksi debt switch/buyback sampaiakhir tahun terutama untuk SUN yang jatuh tempo tahun 2008-2012, asumsi nilai tukarRp9.100,0 per US$, dan perkiraan daya serap pasar, serta dengan mempertimbangkankebutuhan pembiayaan secara keseluruhan.

Akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan secara keseluruhan, dan makin sedikitnya sumberpembiayaan non utang maka pembiayaan yang bersumber dari utang akan mengalamipeningkatan dalam jumlah yang cukup signifikan bahkan melampaui besaran kebutuhandefisit. Dengan telah mempertimbangkan perubahan asumsi, memperhitungkan rencanapenarikan terkini, kondisi pasar terkini, serta kebijakan lain yang akan ditempuh, makadalam APBN-P 2008 total pembiayaan utang neto diperkirakan akan meningkat Rp29.770,4miliar (39,7 persen) yaitu dari Rp74.906,0 miliar dalam APBN, menjadi Rp104.676,4 miliar.Peningkatan kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari utang tersebut akan dipenuhidari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan pinjaman program.

Pembiayaan SBN (neto) dalam APBN-P 2008 ditetapkan sebesar Rp117.790,0 miliar ataumeningkat sebesar Rp26.214,7 miliar (28,6 persen) dari target APBN 2008 sebesar Rp91.575,3miliar. Pembiayaan SBN (neto) tersebut dihitung berdasarkan posisi outstanding SuratBerharga Negara pada akhir bulan Februari 2008 sebesar Rp823.990,3 miliar, asumsi nilaitukar Rp9.100,0 per US$, perkiraan permintaan dan daya serap pasar, diversifikasi instrumenyang tersedia, dan beberapa kebijakan pendukung yang akan diambil yang diperkirakanakan berpengaruh terhadap penyerapan penerbitan utang. Selain itu, pembiayaan SBN (neto)tersebut juga telah memperhitungkan penundaan kewajiban pembayaran cicilan pokok jatuh

Page 106: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-7APBN-P 2008

tempo Surat Utang kepada Bank Indonesia seri SU-007 sebesar Rp1.151 miliar sertapenundaan pembayaran bunga SU-002, SU-004 dan SU-007 sebesar Rp1.872 miliar.

Pemenuhan terhadap tambahan kebutuhan pembiayaan dari penerbitan surat berhargamasih akan tetap difokuskan dari permintaan pasar domestik, walaupun tidak menutupkemungkinan untuk dilakukan melalui pasar internasional apabila masih dibutuhkan.Penerbitan di pasar internasional akan diupayakan agar dilakukan pada jumlah yang terukurdan akan diutamakan berasal dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Dari jenis sisi instrumen, penerbitan SBN akan dilakukan melalui penerbitan: (1) SBN valasyang terdiri dari SUN valas, yang hingga saat ini telah terealisir sebesar US$2,0 miliar danSBSN valas; (2) Obligasi Negara yang terdiri dari obligasi negara reguler, obligasi negararitel, dan obligasi negara tanpa kupon; (3) Surat Perbendaharaan Negara (SPN); dan(4) SBSN domestik.

Kebijakan yang ditempuh Pemerintah dalam memenuhi target pembiayaan hingga akhirtahun 2008 antara lain: (1) melakukan diversifikasi instrumen dalam rangka memperluasbasis investor baik di dalam maupun luar negeri, (2) mengurangi crowding out denganmengkonsentrasikan pada penerbitan SBN pada tenor tertentu termasuk yang sifatnya jangkapendek, misalnya Surat Perbendaharaan Negara (SPN); (3) meningkatkan koordinasi denganBank Indonesia dalam rangka pengelolaan kas negara, baik dari sisi penggunaan instrumenutang maupun mekanismenya agar kebutuhan kas Pemerintah setiap saat dapat dijaminterpenuhi pada biaya yang efisien dengan risiko minimal; (4) mendukung Bank Indonesiauntuk dapat meningkatkan penggunaan SBN sebagai instrumen moneter sehinggamendorong market deepening dan peningkatan permintaan pasar terhadap SBN,diantaranya repo SUN dan mekanisme partisipasi BI di pasar perdana SPN; dan (5) dalamhal diperlukan, melakukan pengkajian kemungkinan penerbitan melalui private placementinstrument dengan karakteristik khusus, kepada investor tertentu misalnya asuransi,Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Pemda.

Sampai dengan akhir bulan Maret 2008 telah diterbitkan surat berharga di pasar internasionalsebesar US$2,0 miliar. Penerbitan tersebut dilakukan ditengah kondisi pasar keuangan globalyang sulit dan penuh tantangan sebagai dampak krisis subprime mortgage yang berlanjutdengan ancaman resesi di Amerika Serikat. Dari US$2,0 miliar tersebut pemerintahmenerbitkan dalam dua tenor yang berbeda yaitu obligasi yang jatuh tempo tahun 2018yang diterbitkan pada yield 6,95 persen dan kupon 6,875 persen dan obligasi yang jatuhtempo tahun 2038 pada yield 7,75 persen dengan kupon 7,750 persen. Adapun investoryang membeli obligasi valas tersebut meliputi investor di kawasan Amerika, Eropa, TimurTengah dan Asia dengan distribusi 50 persen Amerika Utara, 33 persen Eropa dan TimurTengah, dan 17 persen Asia. Dari sisi tipe investor 74 persen diantaranya adalah fundmanagers, 10 persen bank, dan 16 persen perusahaan asuransi, reksadana, ritel dan tipeinvestor lainnya.

Sementara di pasar domestik, sampai dengan akhir bulan Maret 2008 pemerintah telahmenerbitkan obligasi negara reguler yang jatuh tempo tahun 2013, 2015, 2018, 2023 dan2038 sebesar Rp5.350,0 miliar,obligasi negara tanpa kupon yang jatuh tempo tahun 2010dan 2013 sebesar Rp9.550,0 miliar, dan obligasi negara ritel (ORI) sebesar Rp13.455,8miliar yang jatuh tempo tahun 2012.

Page 107: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-8 APBN-P 2008

Penerbitan SBSN direncanakan akan dilakukan pada paruh kedua tahun 2008 dan dilakukandi pasar domestik maupun pasar internasional. Saat ini Undang-Undang SBSN telah disahkanoleh DPR melalui rapat Paripurna DPR pada bulan April 2008. Sedangkan aturan hukumuntuk teknis pelaksanaan yang mendukungnya telah dipersiapkan. Disamping itu,pemerintah juga telah melakukan identifikasi aset-aset negara yang siap digunakan sebagaiunderlying bagi penerbitan yang akan dilakukan.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan yang cukup besar, dalam tahun 2008pemerintah juga merencanakan penerbitan kembali Surat Perbendaharaan Negara (SPN)di pasar domestik. Jumlah yang akan diterbitkan semaksimal mungkin akanmempertimbangkan kemampuan pasar domestik untuk menyerap, dan diupayakan tidakmenganggu risiko pengelolaan utang, terutama risiko pembiayaan kembali. Untukmendukung penerbitan SPN, pemerintah melakukan perubahan pada perlakuan perpajakanatas penghasilan berupa diskonto pembelian SPN yang bersifat final, dari semula dikenakanpemungutannya di pasar perdana, diubah menjadi pajak final yang pemungutannyadilakukan pada saat pengalihan kepemilikan, apabila dijual di pasar sekunder, atau padasaat jatuh tempo, apabila dimiliki hingga jatuh tempo. Dengan adanya perubahan aturanperpajakan ini diharapkan terdapat adanya keadilan (fairness) dari sisi perlakukan perpajakanmengingat pajak dipungut setelah pembeli SPN medapatkan keuntungan nyata (realizedincome) dari investasinya pada SPN.

Disamping melakukan penerbitan untuk pembiayaan defisit, dalam rangka mengendalikanrisiko dan biaya utang dalam jangka panjang, Pemerintah juga akan melakukan pengelolaanportofolio utang melalui program debt switching dan buyback, yang besaran dan waktupelaksanaannya akan disesuaikan dengan kondisi pasar SUN dan kondisi keuanganpemerintah.

Dari sumber pinjaman luar negeri, dalam APBN-P 2008 pembiayaan dari pinjaman luarnegeri (neto) diperkirakan akan mengalami peningkatan pembiayaan sebesar Rp3.555,7miliar atau dari negatif Rp16.669, 3 miliar dalam APBN menjadi negatif Rp13.113,6 miliar.Kenaikan pembiayaan pinjaman luar negeri (neto) ini terjadi akibat perubahan dasarperhitungan pembayaran kembali pokok pinjaman dari outstanding bulan Juni 2007 menjadioutstanding terkini, peningkatan penarikan pinjaman program, dan perubahan rencanapenarikan pinjaman proyek yang lebih realistis dengan mempertimbangkan kemajuankegiatan.

Penarikan pinjaman proyek diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar Rp2.128,0miliar, sehingga menjadi Rp21.751,3 miliar. Penurunan ini sejalan dengan penurunan padabelanja proyek, setelah mempertimbangkan kondisi terkini dari kegiatan (proyekpembangunan) yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Sementara itu, pembiayaanyang bersumber dari pinjaman program dalam APBN-P 2008 akan ditingkatkan dari semulaRp19.110,0 miliar (equivalen dengan US$2,1 miliar) menjadi Rp26.390,0 miliar (equivalenUS$2,9 miliar). Peningkatan tersebut akan diupayakan terutama dari peningkatan bataspinjaman untuk setiap program yang menjadi persyaratan penarikan, dan penambahanprogram baru yang akan menjadi underlying pinjaman. Pinjaman program yang akandigunakan untuk pembiayaan tahun 2008 diantaranya akan bersumber dari: (i) Bank Duniadengan program Development Policy Loan V, Infrastructure Development Policy Loan Idan II, dan BOS refinancing (ii) Asian Development Bank dengan program InfrastructureReform Sector Development II, Local Government Finance Reform and Governance Reform

Page 108: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-9APBN-P 2008

II, dan Development Policy Support Program IV, dan (iii) JBIC dengan programDevelopment Policy Loan IV yang merupakan cofinancing dengan pinjaman Bank Dunia,serta Climate Change Program Reform. Program tersebut masih bersifat sementaratergantung hasil negosiasi dengan masing-masing lender. Disamping itu, penarikan pinjamanprogram hanya dapat dilakukan apabila pemerintah telah memenuhi persyaratan yangdituangkan dalam policy matrix.

Sementara itu, pembayaran cicilan pokok utang jatuh tempo dalam APBN-P 2008diperkirakan akan mencapai Rp61.254,9 miliar atau meningkat 2,7 persen dibanding APBN-nya. Perkiraan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri tersebut telahmemperhitungkan proyeksi terkini atas kewajiban utang, proyeksi perubahan nilai tukarutama dunia terutama terkait dengan perhitungan kewajiban atas outstanding utang dalammata uang non-dolar Amerika Serikat seperti Yen, Euro, Poundsterling dan valuta asinglainnya.

Komposisi pembiayaan pada APBN dan APBN-P 2008 secara lengkap disajikan dalam TabelIV.2 berikut ini.

APBN%thd PDB

APBN-P%thd PDB

%thd APBN

PEMBIAYAAN DEFISIT 73.306,0 1,7 94.503,3 2,1 128,9

PEMBIAYAAN NON-UTANG -1.600,0 0,0 -10.173,1 -0,2 635,8

1. Perbankan Dalam Negeri 300,0 0,0 -11.700,0 -0,3 -3.900,0

2. Non Perbankan Dalam Negeri -1.900,0 0,0 1.526,9 0,0 -80,4

- Privatisasi (neto) 1.500,0 0,0 500,0 0,0 33,3

- Penjualan aset PT PPA 600,0 0,0 3.850,0 0,1 641,7

- Dana Investasi Pemerintah -4.000,0 -0,1 -2.823,1 -0,1 70,6

PEMBIAYAAN UTANG 74.906,0 1,7 104.676,4 2,3 139,7

I. Pinjaman Luar Negeri -16.669,3 -0,4 -13.113,6 -0,3 78,7

1. Penarikan Pinjaman 42.989,3 1,0 48.141,3 1,1 112,0

A. Pinjaman Program 19.110,0 0,4 26.390,0 0,6 138,1

B. Pinjaman Proyek 23.879,3 0,6 21.751,3 0,5 91,1

2. Pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri -59.658,6 -1,4 -61.254,9 -1,4 102,7

II. Surat Berharga Negara (neto) 91.575,3 2,1 117.790,0 2,6 128,6

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatanSumber: Departemen Keuangan

Uraian

Tabel IV. 2

PEMBIAYAAN ANGGARAN BERDASARKAN UTANG DAN NON-UTANG 2008 *)

(miliar rupiah)

Page 109: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-10 APBN-P 2008

4.3. Dampak Perubahan Asumsi dan Defisit

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa penyusunan pembiayaan defisit APBN dan APBN-P2008 dihitung berdasarkan asumsi dan defisit yang digunakan serta memperhitungkankondisi pada saat penyusunan. Perubahan asumsi dan defisit mempunyai dampak tidakhanya pada tahun 2008 tetapi juga pada tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 2008, perubahan asumsi dan defisit menyebabkan peningkatan belanja bungautang dalam negeri dan luar negeri. Belanja bunga utang dalam negeri meningkat terutamadisebabkan oleh tambahan penerbitan SBN, perubahan komposisi penerbitan dan biayapengelolaan portofolio SBN serta telah memperhitungkan adanya penundaan pembayaranbunga Surat Utang pemerintah kepada Bank Indonesia seri SU-002, SU-004 dan SU-007.Sedangkan peningkatan belanja bunga utang luar negeri terutama disebabkan oleh adanyatambahan penarikan pinjaman luar negeri.

Pada tahun 2009 dan tahun-tahun berikutnya belanja bunga utang juga akan meningkatakibat tambahan pembiayaan melalui utang. Selain itu penarikan pinjaman program jugaakan semakin terbatas karena batas maksimal pinjaman program dari lender semakinberkurang. Khusus pada awal tahun 2009, akibat jumlah SAL yang semakin berkurang,diproyeksikan akan terjadi cash mismatch sebagaimana diuraikan di atas.

Page 110: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-11APBN-P 2008

Boks IV.1.Pinjaman Proyek

Pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah pusat dapat berupa pinjaman proyek(project loan) maupun pinjaman program (program loan). Pinjaman program adalahpinjaman yang diterima dalam bentuk tunai (cash financing) yang memerlukan policymatrix untuk pencairannya (lihat Boks IV.2). Pinjaman proyek merupakan pinjamanluar negeri yang digunakan untuk membiayai kegiatan/proyek pembangunan tertentu.Kegiatan pembangunan ini adalah kegiatan yang telah menjadi kegiatan prioritaspembangunan yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas) dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah.Kegiatan prioritas ini disusun Bappenas berdasarkan usulan dari kementerian/lembaga,pemerintah daerah, dan BUMN.

Kegiatan prioritas yang berasal dari usulan kementerian/lembaga akan menjadi kegiatanyang masuk dalam APBN sebagai belanja pemerintah pusat, dan pembiayaannya akanmasuk menjadi pembiayaan defisit APBN. Sedangkan untuk kegiatan prioritas yangberasal dari pemerintah daerah dan BUMN, pembiayaannya akan menjadi utang yangditeruspinjamkan atau diterushibahkan/menjadi penyertaan modal negara kepemerintah daerah atau BUMN pengusul.

Berdasarkan sumbernya, pinjaman proyek dapat dibedakan menjadi pinjamanmultilateral, bilateral, dan komersial. Di bawah ini dijelaskan masing-masing pinjamanberdasarkan sumber.

A. Pinjaman Multilateral dan Bilateral

Pinjaman multilateral merupakan pinjaman yang bersumber dari lembaga keuanganmultilateral, yaitu the World Bank, Asian Development Bank (ADB), IslamicDevelopment Bank (IDB), dan International Fund for Agricultural Development(IFAD). Sedangkan pinjaman bilateral adalah pinjaman yang berasal dari pemerintahnegara lain seperti pemerintah Australia dan pemerintah Rusia, atau lembagakeuangan bilateral yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah negara lain sepertiJapan Bank for International Cooperation (JBIC) dan Kreditanstalt fur Wiederaufbau(KfW).

Pinjaman multilateral dan bilateral dapat bersifat lunak, komersial, maupun campuran.Pinjaman lunak, selama ini dikenal sebagai concessional loan, adalah pinjaman yangtingkat bunganya sangat rendah, bahkan ada yang bersifat tanpa bunga, seperti yangdiberikan oleh pemerintah Australia. Pinjaman lunak yang berasal dari World Bankdisalurkan dari International Development Association (IDA), dengan tingkat bungatetap 0,75 persen per tahun. Sedangkan dari ADB, pinjaman lunak disalurkan dalambentuk Asian Development Fund (ADF), juga dengan tingkat bunga tetap 0,75 persenper tahun. JBIC menyalurkan pinjaman lunaknya dari Official Development Assistance

Page 111: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-12 APBN-P 2008

(ODA). Pinjaman komersial dari lembaga multilateral dan bilateral yang dikenal jugasebagai pinjaman semi-concessional adalah pinjaman yang tingkat bunganyamenggunakan commercial reference sebagai basis, seperti World Bank melaluiInternational Bank for Reconstruction and Development (IBRD), ADB melaluiOrdinary Capital Resources (OCR), pinjaman non-ODA dari JBIC, dan lain-lain.Commercial reference yang sering digunakan oleh lembaga-lembaga tersebut adalahLIBOR dan biasanya ditambah marjin tertentu, contohnya IBRD dan OCR biasanyamenawarkan tingkat bunga berdasarkan LIBOR ditambah marjin 30 – 50 basis points.Pinjaman campuran biasanya diberikan oleh pemerintah suatu negara/lembagabilateral bersama-sama dengan lembaga komersial (perbankan) dalam bentuk co-financing. Pinjaman campuran tersebut adalah campuran pinjaman lunak dankomersial dan biasanya dilakukan bila dana yang disediakan oleh pemerintah negarapemberi pinjaman tidak mencukupi untuk pembiayaan proyek tersebut, contohpemerintah Belgia (49 persen) dan Fortis Bank N.V. (51 persen) untuk pembiayaaninfrastruktur kelistrikan, pemerintah Spanyol (50 persen) dan Deutsche Bank A.G.(50 persen) untuk pembiayaan proyek kelautan dan perikanan. Selain itu, hampirsemua pinjaman multilateral dan bilateral juga mengenakan fee, antara lain,commitment fee dan front-end fee. Jangka waktu pinjaman multilateral dan bilateralini bervariasi antara 18 – 40 tahun dengan grace period antara 4 – 10 tahun.

Beberapa lembaga pemberi pinjaman (lender) multilateral dan bilateral, memilikiperingkat yang akan mempengaruhi terms and conditions pinjaman yang akandiberikan kepada Indonesia dan kelayakan untuk memperoleh pinjaman lunak. Selainitu, lender memiliki focus sector yang dapat dibiayai melalui pinjaman tersebut. Dibawah ini keterangan per akhir tahun 2007 mengenai focus sector, exposure terhadapIndonesia, dan peringkat Indonesia yang bersumber dari JBIC, World Bank, ADB,KfW, dan IDB.

Pada umumnya, mekanisme pengadaan pinjaman proyek merupakan proses terakhirdari perencanaan suatu kegiatan/proyek. Karena pembiayaan suatu kegiatan/proyekdapat bersumber dari dana sendiri atau pinjaman. Untuk mekanisme pinjamanmultilateral dan bilateral, pada umumnya, negosiasi pinjaman dilakukan setelah DaftarKegiatan diterbitkan oleh Bappenas yang selanjutnya diikuti procurement process.

Pinjaman dari sumber multilateral dan bilateral ini dapat juga dalam bentuk creditline atau financing framework agreement, seperti credit line dari JBIC untukpembiayaan infrastruktur kelistrikan dan state credit dari Rusia untuk pembiayaanalutsista TNI. Credit line seperti ini menjadi payung perjanjian yang sudah memilikiterms and conditions pinjaman dan akan diturunkan di dalam individual loanagreement pada saat pembiayaan akan digunakan.

Page 112: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-13APBN-P 2008

B. Pinjaman Komersial

Pinjaman komersial adalah pinjaman yang bersumber dari lembaga keuangan yangberkedudukan di luar negeri dengan persyaratan yang berlaku umum untuk pinjamanyang sifatnya komersial. Pinjaman ini umumnya diberikan oleh lembaga perbankaninternasional, seperti BNP Paribas, Barclays Bank, Fortis Bank, Deutsche Bank, ABNAmro, dan lain-lain, dan lembaga pembiayaan, seperti leasing company.

Pinjaman komersial yang diberikan dapat diberikan oleh perbankan, antara lain, dalambentuk project financing atau export credit financing (fasilitas kredit ekspor), selainitu perbankan juga dapat memberikan credit line/stand-by commitment. Projectfinancing dapat diberikan dalam bentuk bilateral deal, club deal, atau syndicated loan.Sedangkan export credit financing dapat diberikan dalam bentuk buyer’s credit atausupplier’s credit.

Pinjaman dalam bentuk bilateral deal adalah pinjaman yang dilakukan oleh borrowerdengan satu lender dengan terms and conditions yang dinegosiasikan kedua belah

JBIC World Bank ADB KfW IDB

Focus Sector

Infrastruktur, Lingkungan, Energy renewable

Infrastruktur, Kesehatan, Pendidikan, Air Bersih, Transportasi, poverty reduction

Infrastruktur (irigasi), Pendidikan, Kesehatan, Poverty reduction

Lingkungan, Kehutanan, Pendidikan

Infrastuktur, Pendidikan, Lingkungan, Kesehatan

Exposure terhadap Indonesia

JPY2,6 triliun (ekuivalen US$24,0 miliar – 20% dari total lending)

US$8,2 miliar (6 – 7%)

US$9,2 miliar (40%)

EUR2,6 millar (ekuivalen US$ 3,7 miliar - significant amount; 3%)

US$184 juta

Peringkat Indonesia

Lower-Middle Income Country (Level 3 dari yang teratas, pinjaman meng-cover 85% biaya proyek)

Country Level 2 (masih eligible untuk soft loan)

Country Level 2 (masih eligible untuk soft loan)

Level 3 (tidak eligible untuk soft loan)

Tidak eligible untuk soft loan (ordinary financing)

Page 113: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-14 APBN-P 2008

pihak. Club deal adalah pinjaman untuk pembiayaan satu proyek yang dilakukan olehborrower dengan beberapa lender, namun loan agreement dinegosiasikan denganmasing-masing lender, sehingga terms and conditions pinjaman bisa berbeda-bedauntuk setiap lender. Syndicated loan adalah pinjaman yang diberikan oleh suatusindikasi yang terdiri dari beberapa bank, dimana satu sampai tiga bank dapat bertindaksebagai lead arranger yang akan mencari bank lain yang berminat untuk melakukansindikasi. Terms and conditions suatu syndicated loan dinegosiasikan dengan leadarranger. Tingkat bunga pinjaman-pinjaman ini mengacu pada commercial reference,seperti LIBOR, SIBOR, EURIBOR, dan lain-lain, ditambah dengan marjin dan biaya-biaya lainnya, seperti commitment fee, front-end fee, insurance premium, dan lain-lain. Besaran marjin dan biaya-biaya ini ditetapkan berdasarkan assesment yangdilakukan terhadap credit risk borrower. Jangka waktu pinjaman ini berkisar antara5 – 7 tahun dengan grace period sekitar 1 – 2 tahun.

Export credit financing atau yang dikenal sebagai fasilitas kredit ekspor (FKE) adalahpembiayaan yang diberikan untuk membiayai suatu transaksi ekspor antara supplierdan buyer yang dijamin oleh lembaga resmi penjamin kredit ekspor (ECA – exportcredit agency) suatu negara. Buyer’s credit adalah pinjaman yang diberkan kepadabuyer untuk membayar kewajiban yang timbul sesuai dengan kebutuhan pembayarankepada supplier, dengan mekanisme ini lender melakukan assesment terhadap creditrisk dari buyer. Supplier’s credit adalah pinjaman yang diberikan kepada supplier yangmemiliki kontrak dengan sistem pembayaran berjangka dengan buyer, denganmekanisme ini lender melakukan assesment terhadap credit risk dari supplier, biasanyabiaya bunga dan biaya lainnya di-pass through kepada buyer. Untuk negara-negaraanggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), tingkatbunga yang biasa digunakan dalam export credit financing adalah commercial interestrate reference (CIRR) yang diterbitkan oleh ECA negara eksportir/supplier yangtergabung dalam OECD. Sedangkan untuk negara-negara non-OECD, tingkat bungayang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman sebagaimana pinjaman komersialbiasa. Selain tingkat bunga masih terdapat biaya-biaya lainnya seperti pinjamankomersial biasa, seperti insurance premium, commitment fee, front-end fee, dan lain-lain. Dengan adanya jaminan dari ECA, jangka waktu pinjaman ini sedikit lebihpanjang dibandingkan project financing biasa, yaitu berkisar antara 7 – 15 tahundengan grace period berkisar 2 – 3 tahun.

Perbedaan dengan pinjaman dari lembaga multilateral/bilateral dengan reference yangsama adalah pada pengenaan marjin dan biaya-biaya pinjaman. Pada pinjamankomersial dari lembaga multilateral/bilateral, marjin dan biaya pinjaman yangdiberikan pada dasarnya diupayakan untuk tidak memberatkan borrower, mengingattujuan pemberian pinjaman ini adalah juga untuk memberikan pembiayaan yanglebih murah dibandingkan pinjaman komersial biasa.

Negara-negara eksportir membentuk ECA untuk menjamin terlaksananya penjualanoleh eksportir/supplier dari negara tersebut, yang sekaligus memacu ekspor negara

Page 114: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-15APBN-P 2008

tersebut. Beberapa ECA tersebut adalah HERMES (Jerman), ATRADIUS (Belanda),COFACE (Perancis), EFIC (Australia), dan lain-lain.

Insurance premium pada project financing dan export credit financing (FKE) memilikiperbedaan. Insurance premium untuk project financing biasa ditetapkan oleh lembagayang melakukan penjaminan kredit atau perusahaan asuransi berdasarkan masukandari credit risk assesment yang dilakukan lender. Pada export credit financing, insurancepremium biasanya ditetapkan berdasarkan country risk classification yang disusunoleh ECA negara-negara anggota OECD, yang sering pula menjadi acuan bagi negara-negara non-OECD. Dengan adanya penjaminan oleh ECA, maka tingkat bunga, marjin,dan biaya lainnya yang dikenakan oleh lender dapat menjadi relatif lebih murah danjangka waktu yang lebih panjang dibandingkan pinjaman komersial biasa.

Pinjaman komersial ini, digunakan untuk pembiayaan kegiatan/proyek yang tidakbisa dibiayai dari pinjaman multilateral dan bilateral, biasanya untuk pembeliankebutuhan TNI/POLRI. Khusus untuk export credit financing (FKE), pembiayaantidak dapat dilakukan untuk proyek/kegiatan pengadaan peralatan militer untuk tempur(combatan) sesuai dengan guideline yang ditetapkan oleh OECD. Sehingga pembeliankeperluan militer untuk TNI/POLRI yang bersifat combatan dibiayai dari pinjamankomersial biasa (bilateral deal).

Mekanisme pengadaan pinjaman komersial berbeda dengan pinjaman multilateral/bilateral. Procurement process dilakukan mendahului atau bersamaan denganpengadaan pembiayaannya. Kementerian/lembaga melaksanakan procurementberdasarkan trigger pelaksanaan yang ditetapkan berdasarkan Daftar KegiatanBappenas.

Page 115: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IV Pokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-16 APBN-P 2008

Boks IV.2Pinjaman Program

Pinjaman program adalah pinjaman yang diterima dalam bentuk tunai (cashfinancing) yang memerlukan policy matrix untuk pencairannya. Pinjaman programdigunakan untuk mendukung pembiayaan defisit tunai APBN. Besarnya pinjamanprogram dilakukan dengan mempertimbangkan defisit pada suatu tahun anggaran.

Policy matrix adalah suatu set of policy yang menjadi collateral pinjaman programyang harus dipenuhi agar pinjaman dapat dicairkan. Ketentuan-ketentuan yangterdapat dalam policy matrix pada umumnya menyangkut program reformasi diIndonesia yang dilakukan di segala bidang seperti pelayanan bagi rakyat miskin,perbaikan iklim investasi, pengelolaan dan penatausahaan keuangan publik,pengembangan pasar modal, reformasi audit, kebijakan di bidang pembangunaninfrastruktur, dan lain-lain.

Pinjaman program kepada Pemerintah Indonesia selama ini diberikan oleh lembagakeuangan bilateral, Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dan lembagakeuangan multilateral, the World Bank dan Asian Development Bank (ADB). Adapunsumber dana pinjaman program yang diberikan oleh lembaga-lembaga keuangantersebut dapat berasal dari pinjaman lunak maupun campuran. Pinjaman programyang berasal dari World Bank biasanya merupakan campuran antara sumber danakomersial dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dansumber dana lunak dari International Development Association (IDA). Setelah Juni2008, Indonesia sudah tidak eligible untuk menerima dana dari IDA, sehingga seluruhpinjaman dari World Bank akan bersumber dari IBRD. ADB memberikan pinjamanprogram bersumber dari Ordinary Capital Resources (OCR) yang bersifat komersial.Sedangkan pinjaman program yang berasal dari JBIC bersumber dari OfficialDevelopment Assistance (ODA) yang bersifat relatif lunak.

Terms and conditions pinjaman program dari ketiga lembaga tersebut berbeda-bedasesuai dengan sumbernya. Pinjaman program dari World Bank yang berasal dariIBRD adalah pinjaman dalam USD berjangka waktu 20 tahun dengan masa tenggang(grace period) lima tahun dengan tingkat bunga LIBOR ditambah marjin yang dapatbersifat tetap (Fixed Spread Loan – FSL) atau mengambang (Variable Spread Loan– VSL). Pinjaman dari IDA berjangka waktu 35 tahun dengan grace period 10 tahundengan tingkat bunga tetap 0,75 persen per tahun. Pinjaman program yang berasaldari JBIC adalah pinjaman dalam JPY berjangka waktu 30 tahun dengan graceperiod 10 tahun dengan tingkat bunga tetap sebesar 1,5 persen per tahun. Pinjamanprogram dari ADB yang berasal dari OCR adalah pinjaman dalam USD berjangkawaktu 15 tahun dengan grace period 3 tahun dengan tingkat bunga LIBOR ditambahmarjin 50 basis points. Selain itu, terdapat biaya-biaya lainnya, seperti commitmentfee dan front-end fee.

Page 116: REPUBLIK INDONESIA NK APBN-P 2008.pdfRingkasan Eksekutif APBN-P 2008 R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... impor, pembebasan PPN untuk komoditas strategis, bantuan beras untuk masyarakat miskin,

Bab IVPokok-Pokok Perubahan Defisit dan Pembiayaan Anggaran

IV-17APBN-P 2008

Mekanisme pengadaan pinjaman program berbeda dengan pengadaan pinjamanproyek. Pinjaman program dipicu adanya kebutuhan pembiayaan defisit anggaran.Selanjutnya, pemerintah mengajukan permintaan pinjaman kepada lender disertairencana policy matrix yang menjadi collateral. Apabila disetujui, maka lender akanmelakukan pemantauan terhadap pemenuhan policy matrix sebelum menyetujuipencairan pinjaman tersebut. Policy matrix yang diajukan adalah kegiatan/proyekyang merupakan kegiatan yang masuk dalam kegiatan prioritas Bappenas.

Sejak tahun 2004 sampai dengan 2007, Indonesia telah menarik pinjaman dari ketigalembaga tersebut sebesar kurang lebih US$4,59 miliar dengan jangka waktupengembalian berkisar antara 15 – 35 tahun dengan masa tenggang berkisar 3 – 10tahun. Adapun rincian jumlah pinjaman program yang telah ditarik PemerintahIndonesia dari ketiga lembaga tersebut, adalah:

- World Bank sebesar US$1,9 miliar;

- ADB sebesar US$2,1 miliar; dan

- JBIC sebesar US$0,59 miliar.