4
Resensi Buku Jari Telunjuk Bodhidharma Judul : Kebijaksanaan Zen Bodhidharma Judul asli : The Zen Teaching of Bodhidharma: Bilingual edition Terjemahan : Red Pine Pendahulaan : Red Pine Penerbit asli : North Point Press, New York, 1989 Seorang Bhiksu dari India Selatan Abad Kelima, Bodhidharma (440 ?– 528 M), diyakini sebagai pembawa Zen ke Cina. Kendati demikian, Buddhisme Zen di Cina yang menganggapnya sebagai Sesepuh Pertama mereka baru berkembang setelah hampir dua ratus tahun setelah kematiannya.Hingga kini, Bodidharma diakui oleh jutaan Buddhis Zen dan para murid kungfu di Timur dan Barat sebagai bapak spiritual mereka. Nama Bodhidharma, tak pelak lagi, sudah umum dikenal di umat Buddhis Indonesia lewat berbagai media. Meskipun demikian, tidak banyak yang tahu bahwa terdapat sejumlah naskah yang disebut- sebut sebagai salinan khotbah-khotbahnya. Bahkan Sutra Altar Sesepuh Keenam lebih populer dibandingkan naskah-naskah ini. Lama tersembunyi dari perhatian umat Buddhis dan pemerhati Zen lainnya, naskah-naskah ini secara tradisional diakui berdasarkan khotbah Bodhidharma. Karena itu, sungguhlah berguna bagi para praktisi dan pemerhati Zen untuk mengintip bagaimana Zen Bodhidharma direpresentasikan pada masa-masa awal yang tidak jauh dari setelah kedatangannya ke Cina.

Resensi "Kebijaksanaan Zen Bodhidharma"

  • Upload
    tonny

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Memerkenalkan tentang terjemahan berjul "Kebijaksanaan Zen Bodhidharma" yang berisi empat ceramah.

Citation preview

Seorang Bhiksu India Abad Kelima, Bodhidharma diyakini sebagai pembawa Zen ke Cina

Resensi Buku

Jari Telunjuk Bodhidharma

Judul : Kebijaksanaan Zen Bodhidharma

Judul asli : The Zen Teaching of Bodhidharma: Bilingual editionTerjemahan : Red Pine

Pendahulaan : Red Pine

Penerbit asli : North Point Press, New York, 1989

Seorang Bhiksu dari India Selatan Abad Kelima, Bodhidharma (440 ? 528 M), diyakini sebagai pembawa Zen ke Cina. Kendati demikian, Buddhisme Zen di Cina yang menganggapnya sebagai Sesepuh Pertama mereka baru berkembang setelah hampir dua ratus tahun setelah kematiannya.Hingga kini, Bodidharma diakui oleh jutaan Buddhis Zen dan para murid kungfu di Timur dan Barat sebagai bapak spiritual mereka.

Nama Bodhidharma, tak pelak lagi, sudah umum dikenal di umat Buddhis Indonesia lewat berbagai media. Meskipun demikian, tidak banyak yang tahu bahwa terdapat sejumlah naskah yang disebut-sebut sebagai salinan khotbah-khotbahnya. Bahkan Sutra Altar Sesepuh Keenam lebih populer dibandingkan naskah-naskah ini. Lama tersembunyi dari perhatian umat Buddhis dan pemerhati Zen lainnya, naskah-naskah ini secara tradisional diakui berdasarkan khotbah Bodhidharma. Karena itu, sungguhlah berguna bagi para praktisi dan pemerhati Zen untuk mengintip bagaimana Zen Bodhidharma direpresentasikan pada masa-masa awal yang tidak jauh dari setelah kedatangannya ke Cina.

Seberapakah besar peran rill Bodhidharma terhadap perkembangan Buddhisme di Cina? Banyak ahli sebenarnya meragukannya. Catatan sejarah tentang Bodhidharma sangat minim dan banyak bercampuraduk antara legenda dan mitos. Di masa hidupnya selama di Cina, Bodhidharma hanya memiliki tiga orang murid, yang salah satunya kemudian dikenal sebagai Sesepuh Kedua Zen Hui-ko. Bahkan kuil Shaolin yang diidentikkan dengan kebesaran namanya ternyata di bangun oleh Kekaisaran Cina pada waktu itu untuk master India lainnya. Tidak ada karya besar yang diterbitkan atas namanya seperti yang dimiliki oleh Master Kumarajiva. Lantas mengapa Bodhidharma begitu populer?

Di masa sebelum Bodhidharma, Zen (Dhyana) sebenarnya sudah dikenal di Cina. Namun, sementara yang lain melihat Zen sebagai praktik pemurnian pikiran atau suatu tahapan dalam perjalanan menuju pencerahan, Bodhidharma menyamakan Zen dengan Kebuddhaan dan menyakininya berada di dalam kehidupan keseharian. Dalam salah satu naskah ini, Khotbah Aliran-darah, ia berkata, Tidak berpikir apapun adalah zen. Sekali engkau memahami ini, berjalan, berdiri, duduk atau berbaring, apapun yang engkau lakukan adalah zen. Mengetahui bahwa pikiran adalah kekosongan sama dengan melihat Buddha.

Dalam hal ini, Bodhidharma boleh dikatakan sebagai pembawa cara berpikir yang sangat berbeda dari para master lainnya. Daripada mengajarkan murid-muridnya memurnikan pikirannya, ia mengarahkan mereka pada tembok batu, pada gerakan harimau dan bangau, pada sebatang alang-alang mengapung menyeberangi Sungai Yangtze. Bodhidharma membebaskan zen dari wujud apapun, bahkan jika wujud itu berbentuk postur duduk meditasi.Dari pemahaman yang demikian ini, tak heran, jika kelak orang kemudian mengawinkan praktik zen dengan berbagai hal seperti seni kaligrafi, seni lukis, seni musik shakuhachi, hingga bahkan seni bela diri dan seni perang para samurai di Jepang. Meskipun demikian, bisa dikatakan jejak zen sebagai transmisi pikiran boleh dikatakan tidak pernah lekang oleh waktu. Kearifan dan praktik Zen tidak pernah dibatasi oleh ruang dan waktu.

Menyimak pengaruh Zen yang demikian besarnya dalam praktik spiritual dan prsetasinya yang gemilang sebagai salah satu aliran Buddhisme yang bertahan hingga kini. Membaca ceramah-ceramah Bodhidharma bak menyelusuri sebuah sungai dari muara samudera luas hingga ke mata air yang bening. Pemikiran dan percakapan di dalamnya terefleksi begitu jelas, seolah-olah Sang Master sendiri yang sedang hadir memberikan petunjuknya di hadapan Anda. Kumpulan ceramah Bodhidharma inilah, yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Red Pine dari edisi cetakan balok Jaman Dinasti Ching, menyajikan empat buah catatan khotbahnya. Garis Besar Praktik mendeskripsikan empat kebiasaan yang menuntun ke pencerahan, Khotbah Aliran-darah mendorong para murid-muridnya untuk mencari Buddha dengan melihat pada hakikatnya sendiri, Khotbah Bangun menegaskan ketidakmelekatan sebagai intisari Sang Jalan, dan Khotbah Penembusan membela argumen-argumennya bahwa praktik yang paling esensial dalam mencapai pencerahan dengan mengamati pikiran. Bacalah kumpulan ceramah ini dan Anda akan tahu alasan Bodhidharma jauh-jauh datang ke Cina.Namun jangan salah, melacak kembali ke ceramah-ceramah tersebut bukanlah berarti meragukan jejak pikiran zen yang ditransmisikan dari generasi ke generasi tanpa lekang oleh waktu. Zen tidak bisa diwakili oleh kata-kata, bahkan oleh kata-kata Bodhidharma sekalipun. Namun dengan melihat pada ceramah-ceramah Bodhidharma ini, kita seperti diajak untuk mengikuti arah jari telunjuk yang mengarah ke bulan. Jangan melihat ke jari, tapi lihatlah ke bulan yang terang benderang itu. Mengikuti saran ini, maka alangkah terkejutnya kita ketika mendapatkan bahwa jari kata-kata Bodhidharma justru menunjuk ke pikiran kita sendiri!