Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN PADA USAHATANI GUREM
KELOMPOK 41. Bilal Anom Anbiyaksa H08180162. Isti Ayuning Rahmawati H08180473. Muhimmatun Nisak H08180694. Rahmalia Kartika K H08180855. Sabila Rahmatami P H08180916. Taufiq Randi Ismail H08180977. Yoga Aji Pradana H0818109
Your Picture
Here
PENGERTIAN USAHATANI
Usaha Tani• Usaha tani merupakan ilmu yang
mempelajari cara petani mengelola faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, pestisida) dengan efektif, efisien dan berkelanjutan untuk menghasilkan produk tinggi sehingga pendapatan usaha meningkat.
Risiko
• Risiko merupakan ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap pengambilan keputusan.
macam- macam resiko yang dialami oleh petani gurem :
Resiko ini berkaitan dengan teknolog, teknologi yang di
gunakan apakah efektif dan efisien atau tidak dan bagaimana
pengambilan keputusannya.
Risiko Teknologi
Pada saat beras melimpah justru harga tinggi, namun jika beras lanka harga akan naik, tetapi justru beras
akan susulit laku
Risiko Harga
Resiko sosial dan hukum merupakan faktor luar yang berpengaruh besar terhadap keberlangsungan sistem usahtani padi
sawah
Risiko Sosisal dan ukum
Resiko Produksi
Bergantung pada alam dan resiko datang juga krena hama dan saat oprasionalpertanian
Resiko operasional antara lain :
rendahnya kemungkinan dan dampak dari kejadian
kemahalan sewa alat dan mesin, kerusakan alat dan
mesin sebelum disewa, dan kelangkaan bahan bakar.
PENYEWAAN ALAT DAN BIBIT
rendahnya peluang dan dampak kejadian kelangkaan
bibit, bibit rusak di penyimpanan, dan kualitas
bibit rendah
PENYEDIAAN BIBIT
rendahnya peluang dan dampak dari kelangkaan pupuk,kemahalan
harga pupuk, pupuk rusak, dan pupuk terembes air hujan.
PENYEDAAN PUPUK
rendahnya peluang dan dampak kejadian kelangkaan
pestisida, kemahalan pestisida ditandai dengan harga
pestisida berada di atas harga yang umum dibeli petani, dan
pestisida.
PENYEDIAAN PESTISIDArendahnya kemungkinan dan
dampak dari kejadian daya tumbuh rendah, kekurangan air,
kebanjiran, dan kekurangan bibit.
PERTUBUAN BIBIT
Pengaruh Penggunaan Input Produksi Terhadap Resiko Produksi Usahatani Padi
1
1. RATA RATA PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI” Studi kasus di provinsi Bali menyatakan bahwa pada
penggunaan benih, umumya petani menyemai benih lebih banyak daripada yang sesungguhnya ditanam. Rata-rata penggunaan benih per hektar mencapai 29,95 kg/ha. Hal ini untuk mengantisipasi kekurangan dan juga dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan bibit untuk penyulaman.
Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Padi Sawah
KONFIRMASI
Hasil analisis diperoleh Fstatistic sebesar 96,42 dengan probabilitas 0,0000. Nilai prob, 0,000 < α (0,01) menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata, artinya variabel bebas yang terdapat dalam model secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi . Nilai∑βi = 2,5538> 1; berada pada daerah II kurva produksi, atau daerah Increasing Return to Scale. Hal ini berarti setiap penambahan input produksi dalam proporsi yang sama akan menghasilkan output yang semakin bertambah (IRTS).
3. Pendugaan Fungsi Produktivitas Usahatani Padi
Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksitivitas pada taraf α = 0,05 adalah benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk organik dan insektisida cair Sedangkan pupuk KCL dan tenaga kerja berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas.
Masa Tanam 1 (Increasing Return to Scale)
Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksitivitas pada taraf α = 0,05 adalah benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk organik dan insektisida cair. Sedangkan pupuk KCL dan tenaga kerja berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas
Masa Tanam 2 (Increasing Return to Scale)
Efisiensi Teknis Usahatani Nilai efisiensi teknis petani dikategorikan cukup efisien jika TE>0,7 dan dikategorikan belum efisien jika TE ≤ 0,7. Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Bungo peluang peningkatan produktivitas cukup besar karena senjang antara tingkat produktivitas yang telah dicapai petani dengan potensi produksi masih besar. Untuk meningkatkan produktivitas usahatani secara nyata diperlukan input produksi secara optimal.
Preferensi Risiko Produksi Petani Padi Sawah
11
Keputusan petani padi sawah dalam mengaloksikan input–input dalam usahataninya, lebih dipengaruhi oleh keinginan untuk mencapai efisiensi teknis daripada ketakutan terhadap risiko produksi. Ini berarti adanya keinginan petani untuk mencapai efisiensi teknis akan tetapi dibatasi dengan ketersediaan modal.
1
Penggunaan Input Optimal dalam Rangka Peningkatan Produtivitas.
Efisiensi pengelolaan usahatani berkaitan dengan kemampuan manajerial petani,
Penggunaan input produksi dikatakan efisien apabila NPMx1 = Px1. Berdasarkan hasil
penelitian di Kabupaten Bungo semua variabel yang dimasukkan dalam model belum
efisien, karena IE = NPMx1 /Px1> 1. Penambahan input produksi memberikan peluang besar
untuk memperoleh sejumlah produksi yang menguntungkan. penggunaan input produksi
actual jumlahnya berada dibawah penggunaan input optimal. Produksi meningkat dari
5,35ton/ha menjadi 8,87ton/ha., atau 65,8 %. Dari hasil analisis deskiptif diperoleh
gambaran bahwa sebanyak 85,6 % petani tidak memenuhi aplikasi input produksi sesuai
anjuran, petani sering dihadapkan pada risiko alam (72,5 %), dan keterbatasan modal
dalam menyediakan input produksi (81,2 %).
Upaya Meminimalisir Resiko Produksi Usahatani Padi
Risiko ProduksiMengatasi kekeringan yaitu embung sebagai teknologi penyedia air. Embung adalah kolam besar seperti waduk yang diharapkan dapat terus menyediakan air di musim kemarau.Risiko produksi yang disebabkan karena adanya kekeringan dapat diatasi dengan pembangunan embung.Upaya lain untuk mengatasi musim penghujan yang berkepanjangan, petani harus menanam padi dengan varietas unggul. Varietas unggul mempunyai kelebihan tahan terhadap kondisi cuaca penghujan yang banyak air.
Rissiko Harga.Bulog berperan dalam menstabi lkan persediaan beras. Jika persediaan beras cukup maka harga tidak akan naik ataupun turun. Campur tangan pemerintah dalam ekonom i tentang beras antara l a i n dilakukan melalui lembaga pangan yang b e r t u ga s m e l a k s a n a ka n ke b i j a ka n pemerintah yang menyangkut aspek pra produksi, proses produksi, serta pasca p r o d u k s i . B u l o g d i b e n t u k u n t u k mengendal ikan stabi l i tas harga dan penyediaan bahan pokok.
RISIKO SOSIAL DAN HUKUMRISIKO TEKNOLOGI
Pembatasan subsidi dan
penyimpangan mengakibatkan
ketidakpastian adanya subsidi pupuk
maupun benih. Hal ini
mempengaruhi pengeluaran petani
jika tidak ada subsidi. Ketika subsidi
benih dan pupuk dibatasi, maka
solusi yang bisa ditempuh adalah
petani menggunakan biaya dari
tabungan atau memanfaatkan PUAP
di tingkat desa untuk memperoleh
modal.
Petani akan menerapkan teknologi
baru apabila teknologi tersebut sesuai
dengan lingkungan daerah setempat,
tidak rumit dan dapat diterima oleh
masyarakat setempat karena mudah
diterapkan, dapat menghmat waktu
dan tenaga karena beberapa petani
juga mempunyai pekerjaan lain selain
bertani. Teknologi yang tidak
membutuhkan biaya besar dan
menguntungkan akan diterima dan
diterapkan petani.
KESIMPULAN
• Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan :• Risiko merupakan ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang
kerugian terhadap pengambilan keputusan. Macam-macam resiko yang dialami oleh petani gurem yaitu resiko produksi, harga, soshum, teknologi
• Keputusan petani padi sawah dalam mengaloksikan input–input dalam usahataninya, lebih dipengaruhi oleh keinginan untuk mencapai efisiensi teknis daripada ketakutan terhadap risiko produksi. Penambahan input produksi memberikan peluang besar untuk memperoleh sejumlah produksi yang menguntungkan.
• Terdapat banyak upaya untuk menanggulangi resiko pertanian seperti menanam padi dengan varietas unggul, lembaga pangan sebagai pengendali stabilitas harga dan penyedia bahan pokok, pemilihan teknologi yang tepat, dan memanfaatkan PUAP di tingkat desa untuk memperoleh modal.
SARAN
• Saran yang dapat disampaikan penulis menurut hasil pembahasan dan diskusi adalah sebagai berikut :
• Petani perlu melakukan pengelolaan risiko operasional dengan mengutamakan efisiensi pengunaan faktor produksi sesuai kebutuhan. Tidak hanya itu, juga perlu upaya intensifikasi lahan dalam mengurangi risiko pada usahatani padi lahan basah dan semakin meningkatkan produktifitas padi.
• Petani perlu memaksimalkan produksi saat musim penghujan dengan varietas yang tahan genangan air.
• Petani harus memperhatikan kondisi pasar dan pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan agar tidak terjadi kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
• Gundariawanti, Ade Teya dan Priyanto, Sony Heru. 2018. MINIMALISASI RISIKO USAHA PETANI PADI DI DUSUN WATUGAJAH, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA”. Vol 12(2) : 93- 107.
• Lanamana, W. 2018. ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI LADANG DI DESA NGGELA KECAMATAN WOLOJITA KABUPATEN ENDE. Jurnal AGRICA. Vol 11 (1): 10-20.
• Nurhidayah, Usman R., Weka G. A. 2018. Pemetaan Risiko Produksi pada Usahatani Padi Sawah di Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna. Jurnal Ilmiah Agribisnis. Vol 3(5) : 123-129.
• Rama, Rofinus et al. 2016. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Lahan Basah dan Lahan Kering di Kabupaten Melawi. J Social Economic of Agriculture. Vol 5(1): 73-88.
• Saidin N, Yanuar F, Siti K. 2019. Kajian Efisiensi Teknis dan Preferensi Risiko Produksi Petani Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi- Indonesia. Journal Of Agribusiness and Local Wisdom. Vol. 2(1).
• Suharyanto, Jemmy R., Nyoman Ngurah A. 2015. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Sawah di Provinsi Bali. Jurnal Agraris. Vol 1(2) : 70-77.
• Syafaat Nizwar. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis Relatif dan Sikap Petani dalam Menghadapi Resiko Produksi pada Usahatani Padi Sawah di Lahan Beririgasi Teknis. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 9(2) : 30-48.