Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL
ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 03 CEGER JAKARTA
TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun oleh:
Imroatul Azizah Arifin
NIM 11140541000041
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ABSTRAK
Imroatul Azizah Arifin
Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) 03 Ceger Jakarta Timur
Penelitian ini membahas tentang bagaimana Resiliensi
Anak Terlantar di Panti Asuhan. Resiliensi merupakan
kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit atau bangkit
dari kesulitan pada hidupnya. Dalam hal anak terlantar, terdapat
kondisi yang menyebabkan mereka mengalami banyak tekanan
seperti tekanan lingkungan dan tidak memiliki orang tua.
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam skripsi ini
adalah metodologi penelitin kulitatif, dimana dalam teknik
pengumpulan data penulis melauka wawaancara, dan
dokumentasi. Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan
ialah purposive sampling. Pemilihan purposive sampling
berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan. Peneliti melakukan wawancara dengan ketua panti
asuhan, pengasuh, pekerja sosial, dan anak negara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua dari
tiga anak yang resilien. Hal tersebut bersumber dari ketiga
sumber yaitu I Have, I Am, dan I Can. Terdapat persamaan dalam
hal kepercayaan. Penelitian ini juga menemukan pentingnya
dukungan eksternal dalam memelihara dan mengembangkan
resiliensi anak terlantar di Panti Asuhan.
Kata Kunci: Resiliensi, anak terlantar, panti asuhan.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah serta inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang senantiasa berjaan di jalan Allah sampai akhir
zaman dan membawa ajaran islam sebagai rahmat bagi semesta
alam.
Peneiti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik. Untuk
itu, kritik dan saran yang bertujuan membangun sungguh
merupakan masukan bagi peneliti agar bisa memperbaiki kembali
agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Berkat dari keridhoan Allah SWT, dan doa dari Ibu
tercinta Sri Rahayu yang tiada henti-hentinya untuk menjadi alas
an peneliti agar tetap kuat untuk menghadapi kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga peneliti ucapkan rasa
terima kasih ini kepada :
1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW
sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.
Sihabuddin Noor, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA
sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
iii
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekertaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ellies Sukmawati selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu sabar dan telah meluangkan banyak waktu, pikiran,
serta motivasi untuk memberikan arahan sehingga peneliti
mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang
telah memberikan wawasan dan keilmuan serta
membimbing saya dalam mengikuti perkuliahan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan
sumbangan wawasan dan keilmuan dana membimbing
saya selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terimakasih telah membantu saya dalam
memberikan referensi buku, jurnal maupun skripsi.
7. Teristimewa untuk keluarga besar di Cikarang, kalian
selalu mendukung secara materi maupun nonmateri
kepada penulis agar menyelesaikan skripsi dan tidak
pantang menyerah.
iv
8. Sahabat seperjuangan, Nia Cita Annisa, Yulianti, Nisa
Diyanah, Novita Indah Tri Lestari, Inge Cyntiasari,
Thania Khairunnisa, dan Alifa Nur Amalia yang telah
menjadi bagian dari kebahagiaan serta kesedihan penuis
dari awal hingga akhir.
9. Tak henti dukungan dan motivasi telah diberikan dari
teman-teman sekitar, Zulfa Nurafifah, Zahra Nadhia, M
Rezki Maulana, Aufarmario, Ira Rahmawati, Saskia
Irsalina, dan Aqilla.
10. Keluarga Besar Kesejahteraan Sosial, khususnya untuk
teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2014 yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk peneliti
11. Ketua, Pengurus, Staff, dan Anak-anak Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
12. Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan baik
moril maupun materil sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Demukianlah skripsi ini penulis persembahkan, penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan semua pembaca pada umunya.
Ciputat, 12 Desember 2019
Imroatul Azizah Arifin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………..… i
KATA PENGANTAR………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………... v
DAFTAR TABEL……………………………………... viii
DAFTAR BAGAN….………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………… 5
C. Tujuan Penelitian……………………………… 5
D. Manfaat Penelitian……………………………. 5
E. Tinjauan Pustaka……………………………… 6
F. Metodologi Penelitian………………………… 8
1. Pendekatan Penelitian…………………….. 8
2. Subjek dan Objek Penelitian……………… 8
3. Sumber Data………………………………. 8
4. Tempat dan Waktu Penelitian…………….. 9
5. Teknik Pengumpulan Data………………... 9
6. Teknik Pemilihan Informan………………. 12
7. Teknik Analisis Data……………………… 12
8. Teknik Pemeriksa Keabsahan Data………. 13
G. Sistematika Penulisan………………………… 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Resiliensi……………………………………… 16
1. Definisi Resiliensi………………………… 16
2. Sumber Pembentukan Resiliensi…………. 18
vi
3. Fungsi Resiliensi………………………….. 23
B. Anak Terlantar………………………………... 25
1. Pengertian Anak Terlantar………………. 26
2. Ciri Anak Terlantar………………………. 27
3. Penyebab Penelantaran Anak……………. 28
C. Organisasi Pelayanan Sosial…………………. 29
1. Pengertian Organisasi Pelayanan Sosial….. 29
2. Jenis Organisasi Pelayanan Manusia……… 30
D. Kerangka Berpikir……………………………... 31
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Lembaga…………………………………….. 32
B. Prosedur Pelayanan………………………………… 42
C. Pendanaan………………………………………….. 51
D. Program dan Kegiatan………………………………52
E. Sarana dan Prasarana………………………………. 59
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger……………………. 61
1. Sumber Pembentukan Resiliensi………………. 61
a. Dukungan Eksternal (I Have)……………… 61
b. Kekuatan dalam Diri (I Am)……………….. 66
c. Kemampuan Interpersonal (I Can)………… 70
B. Program Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama Ceger yang dapat Mempengaruhi Resiliensi
Anak Terlantar…………………………………….. 75
1. Pencat Silat…………………………………….. 76
2. Mengaji………………………………………… 76
3. Pembinaan Kamar……………………………… 77
BAB V PEMBAHASAN
A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger……………………. 79
vii
1. Sumber Pembentukan Resiliensi………………. 79
a. Dukungan Eksternal (I Have)……………… 79
b. Kekuatan dalam Diri (I Am)………………. 83
c. Kemampuan Interpersonal (I Can)………... 85
B. Program Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama Ceger yang dapat Mempengaruhi Resiliensi
Anak Terlantar…………………………………….. 90
1. Pencat Silat……………………………………. 90
2. Mengaji……………………………………….. 91
3. Pembinaan Kamar…………………………….. 91
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpuan………………………………………... 93
B. Saran……………………………………………… 94
DAFTAR PUSTAKA…………………………………… 94
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pedoman Wawancara…………………………… 10
Tabel 3.1. Latar Belakang Anak PSAA……………………. 41
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Anak PSAA………………….. 59
Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana PSAA 03 Ceger…………. 59
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian…………………... 31
Bagan 3.1. Struktur Organisasi Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger…………. 39
Bagan 3.2. Prosedur Pelayanan PSAA kepada Anak……… 42
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lembaga
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Transkip Wawancara
Lampiran 6 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut (Pediatri 2010, 21) Anak akan mengalami masa
transisi dari anak anak menjadi dewasa yang disebut dengan
adolesen (remaja). Pada masa remaja merupakan masa new
birth, storm dan stress. Pada masa remaja biasanya seperti
seolah-olah baru terlahir karena banyaknya perubahan..
Kemudian dikatakan bahwa remaja dihadapkan pada
tantangan-tantangan, aturan-aturan yang dapat membuat
remaja menjadi bingung. Lebih jelas lagi remaja tersebut
digambarkan seperti orang yang tidak menentu, emosional,
tidak stabil dan sulit diprediksi.
Anak-anak saat ini dihadapkan pada kondisi dimana
informasi, teknologi, budaya, dan sebagainya berkembang
secara cepat. Dalam kondisi ini tidak semua anak dapat
mengikuti perubahan tersebut. Akibatnya mereka akan
merasakan kegagalan, tidak percaya diri, dan putus asa.
Ketidakmampuan anak dalam mengikuti kondisi
lingkungan akan menimbulkan depresi. Pada kondisi depresi
tersebut, anak akan rentan terhadap perilaku negatif, seperti,
kenakalan remaja, kriminalitas dan sebagainya.
Resiko-resiko tersebut dapat dicegah melalui
perlindungan dari orang-orang terdekat seperti orang tua,
2
teman sebaya, atau orang lain yang dapat memberikan
dorongan ataupun perhatian.
Keluarga merupakan peran penting dalam lingkungan
anak karena akan memberikan efek positif ataupun negatif
bagi anak. Jika seorang anak memiliki lingkungan yang baik,
hal tersebut akan menjadi pelindung untuk anak tersebut.
Namun tidak semua anak anak-anak memiliki kondisi latar
belakang yang beruntung. Ketidakberadaan orang tua tersebut
merupakan kondisi yang harus dilalui anak-anak terlantar.
Mereka tidak mendapatkan kasih sayang, perlindungan,
ataupun dukungan secara langsung dari keluarga.
Menurut Khofifah dalam (Kusuma 2016), “Anak terlantar
ada 4,1 juta anak jalanan dan anak yang dieksploitasi 35 ribu
anak, sementara KPAI merilis ada 18 ribu anak korban
eksploitasi”. Berdasarkan data diatas, masih banyak sekali
anak terlantar yang ada di Indonesia.
Pada UUD 1945 pasal 34 ayat (1) dijelaskan bahwa "fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara". Artinya
pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap
pemeliharaan dan pembinaan anak terlantar. Di Indonesia,
salah satu cara menangani kasus anak terlantar adalah
memasukkan anak-anak terlantar kedalam panti asuhan.
Mereka yang masuk ke dalam panti asuhan yaitu, sebagian
besar anak asuh bukanlah anak yatim; Setidaknya mereka
belum kehilangan orang tua mereka sampai mati. Anak asuh
biasanya memiliki orangtua biologis yang hidup yang
mungkin atau tidak mengunjungi mereka atau bahkan
3
memikul tanggung jawab parsial untuk mereka (Costin 1979,
243).
Salah satu faktor resiko yang terjadi apabila anak masuk
kedalam panti asuhan yaitu anak asuh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah pengasuh yang ada di panti
asuhan. Akibatnya anak di panti asuhan belum tentu
mendapatkan kasih sayang dari pengasuh dengan intensif.
Pengasuh harus memberikan sedikit arahan agar anak
terlantar dapat mengurus hidupnya sendiri. Selain jumlah
pengasuh yang sedikit, panti asuhan seringkali dianggap
sebagai lembaga yang hanya menampung dan memenuhi
kebutuhan fisik saja, sehingga kebutuhan lain seperti
kebutuhan emosional tidak terpenuhi dengan baik. Kondisi
tersebut bisa menjadi faktor risiko bagi anak di panti asuhan
(Cahaya 2009, 5).
Menurut (American Academy of Child and Adolescent
Psychiatry), sekitar 30% anak di panti asuhan memiliki
perilaku, emosional, atau masalah perkembangan. Sedangkan
menurut Kiirya (dalam Yasin dan Iqbal, 2013) ketidakhadiran
orang tua mereka akan membuat banyak masalah psikososial
untuk anak tersebut. Pada umumnya orang tua akan
membantu mereka mengatasi ketika mereka dalam kesulitan
(Coleman & Hendry 1999, 113).
Oleh karena itu, terlantar diasumsikan memiliki masalah
psikologis lebih banyak jika dibandingkan dengan anak pada
umumnya yang memiliki orang tua utuh dan keluarga yang
tidak bermasalah. Kondisi tersebut membuat mental dan
4
psikis anak tersebut akan mengalami guncangan yang
membutuhkan ketahanan (resiliensi) lebih untuk menghadapi
tantangan ke depan. Resiliensi diartikan sebagai kapasitas
individu untuk mengatasi stress dan kesulitan (Harris dan
White 2013, 339).
Dalam hal ini, Panti Asuhan Anak di Jakarta yaitu Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) 03 Ceger Jakarta Timur. Panti
ini adalah salah satu lembaga pemerintah dari Dinas Sosial
DKI Jakarta yang membantu memelihara anak terlantar.
PSAA memiliki tugas agar memberikan suatu pelayanan dan
perlindungan pada anak dari keterlantaran agar mereka dapat
berkembang dan membuat anak terlantar kembali ke dalam
kehidupan yang layak dan normatif.
Remaja yang resilien dapat menghadapi masalah yang
terjadi, sedangkan remaja yang tidak resilien akan sulit untuk
bangkit dari masalahnya dan tidak mampu mengontrol diri.
Individu yang resilien bukan berarti tidak pernah mengalami
kesulitan atau stres. Bahkan sebaliknya, cara untuk menjadi
individu yang resilien melalui seringnya mengalami tekanan-
tekanan emosional yang masih dihadapi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang "Resiliensi Anak Terlantar yang
tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra 03 Ceger".
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terfokuskan maka peneliti
membatasi masalah pada resiliensi anak terlantar yang
tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama
03 Ceger Jakarta Timur. Maka masalah yang akan
dirumuskan sebagai berikut :
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana resiliensi pada anak terlantar yang
tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Ceger?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, maka
tujuan penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui resiliensi anak terlantar yang
tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Ceger
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan agar memberikan referensi
bagi peneliti selanjutnya terutama mahasiswa Program
Studi Kesejahteraan Sosial, mengenai perkembangan
kemandirian anak terlantar.
6
2. Manfaat Praktisi
a. Menginformasikan bagaimana resiliensi anak
terlantar yang tinggal di Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur.
b. Penelitian ini diharapkan memberikan
pemahaman dan masukan untuk penelitian
selanjutnya dan juga praktisi di lembaga
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan kepustakaan
(literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan
penelitian dilakukan. Tinjauan pustaka digunakan sebagai
acuan untuk membantu penyusunan dalam skripsi ini.
(Dini, 2017). Peneliti menggunakan beberapa literatur
skripsi, diantaranya :
1. Nama : Edith Grotberg
Judul : A guide to promoting resilience in children
strengthening the human spirit
Jurnal ini membahas tentang bagaimana resiliensi dan
sumber-sumbernya akan membantu seseorang untuk dapat
bangkit dari kesulitan dalam hidupnya.
2. Nama : Ruswayuningsih dan Tina Afiatin
Judul : Resiliensi pada Remaja Jawa
7
Jurnal ini membahas bahwa kemampuan resiliensi
pada remaja jawa di pengaruhi oleh dukungan dari
keluarga, teman sebaya, dan nilai-nilai jawa.
3. Nama : Dini Fiqriyah
NIM : 1111054100003
Judul : Resiliensi Tunanetra Binaan Yayasan
Khazanah Kebajikan Dalam Mencapai Kesejahteraan
di Masyarakat
Skripsi S1 Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017. Skripsi ini membahas tentang bagaimana
resiliensi tunanetra dalam mencapai kesejahteraannya di
masyarakat. Skripsi ini melihat pengaruh dari adanya
program di yayasan khazanah kebajikan, memberikan
dampak positif terhadap resiliensi tunanetra dalam
mencapai kesejahteraan di masyarakat.
4. Nama : Maulida Khoiru Nisa
Judul : Studi Tentang Daya Tangguh (Resiliensi)
Anak di Panti Asuhan Sidoarjo
Jurnal ini membahas tentang kategori anak yang
berada di Panti Asuhan Sidoarjo, yaitu : Yatim, Yatim
Piatu, Broken Home, dan Dhuafa’. Selain itu tingkat
resiliensi yang dimiliki anak di panti asuhan sangat
beragam. Terdapat anak yang memiliki resiliensi sedang,
tinggi, dan rendah. Namun sebagian besar anak di Panti
Asuhan Sidoarjo memiliki resiliensi sedang.
8
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
(Sugiyono 2010) Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci. Teknik penelitian data dilakukan
secara triangulasi (gabungan).
Penelitian ini menggunakan penelitian bersifat
deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan, merangkum
berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
(Bungin 2013, 48).
Peneliti mengharapkan penelitian ini bisa menjawab
dengan rinci dan jelas apa yang diinginkan dalam
penelitian ini.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah “Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur”.
Sedangkan objek penelitian ini hanya fokus pada
“Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur”.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer yang akan didapatkan dari proses
penelitian langsung bersumber dari informan atau
sasaran penelitian, yaitu sumber yang berasal dari
9
Ketua Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03, Pekerja Sosial, Pengasuh dan beberapa
anak Negara di PSAA. Data yang penulis dapatkan
adalah dengan cara melakukan wawancara kepada
sasaran penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder akan didapatkan dari berbagai
buku-buku, literatur, perpustakaan, ataupun
internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama
03 Ceger, Cipayung Jakarta Timur.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan peneliti
berlangsung selama enam bulan dimulai dari bulan
Mei 2019 sampai dengan bulan Agustus 2019
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu aspek dalam
penelitian. Berdasarkan pengumpulan data tersebut,
peneliti akan dapat menemukan hasil yang diinginkan
untuk penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan 2 teknik untuk mengumpulkan data.
Berikut teknik yang digunakkan yaitu :
10
a. Teknik Wawancara
Menurut Irawan (2011) Wawancara (interview)
adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-
jawaban responden dicatat atau direkam dengan
alat perekam (tape recorder). Aspek-aspek yang
digunakan sebagai pedoman wawancara yaitu :
aspek penguasaan, aspek berhubungan, dan reaksi
emosional. Peneliti juga mengungkap faktor-faktor
yaitu dukungan sosial, kekuatan diri, dan
kemampuan sosial.
Adapun pedoman wawancara yang digunakkan
dalam penelitian ini yaitu
Tabel 1.1 Pedoman Wawancara
No Informan Informasi yang
dibutuhkan
1. Kepala Panti
Sosial Asuhan
Anak (PSAA)
Putra Utama 03
Ceger
Wawancara kepada
ketua panti untuk
mengetahui
pelaksanaan kegiatan
di PSAA
2. Pekerja Sosial
PSAA
Wawancara kepada
pekerja sosial dipanti,
peneliti ingin
mengetahui latar
11
belakang anak
terlantar, resiliensi
anak terlantar
3. Pengasuh PSAA Wawancara ke
pengasuh untuk
mengetahui latar
belakang anak
terlantar, dan resiliensi
anak terlantar
4. 3 Anak Negara
yang tinggal di
PSAA
Wawancara kepada
anak terlantar untuk
mengetahui aspek apa
saja yang mereka
miliki pada
resiliensinya.
b. Teknik Dokumentasi
Menurut Herdiansyah (2010, 143) Studi
dokumentasi merupakan salah satu teknik kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subyek sendiri atau oleh orang lain
mengenai subjek tersebut. Dokumen yang diteliti
dapat berupa bermacam jenis, tidak hanya dokumen
resmi. Dokumen lainnya dapat berupa buku harian,
surat pribadi, laporan, catatan kasus (case record)
dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya.
12
6. Teknik Pemilihan Informan
Pada teknik pemilihan informan, peneliti
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan
ciri-ciri atau populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Hamidi 2010,89).
Peneliti menggunakan pengambilan informan
berdasarkan purposive sampling yaitu pengambilan
sampel yang didasarkan pada kriteria yang sudah
ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria yang peneliti
peneliti jadikan sebagai informan yaitu 3 orang anak
terlantar yang tinggal di Panti, Pengasuh Panti,
Pekerja Sosial dan Ketua Panti. Sampel inti dalam
penelitian ini adalah anak terlantar sebanyak 3 orang.
Dengan kriteria sampel penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Anak Usia 12-20 tahun
2. Berjenis kelamin laki-laki
3. Anak yang tidak memiliki ayah dan ibu dan
tinggal dari panti ke panti (anak negara)
4. Tinggal di panti asuhan
7. Teknik Analisis Data
Langkah berikutnya yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah mengolah dan menganalisis data-
data yang telah terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna,
langkah ini disebut dengan analisis data (Gunawan,
13
2013). Analisis ialah suatu proses pencarian dan
pengaturan secara sistematik hasil wawancara,
catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal
yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap semua hal yang dikumpulkan dan
memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan
(Sarwono, 2006).
Ada beberapa cara untuk menganalisa data, tetapi
secara garis besar dengan langkah berikut :
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba
memilih data ulang yang relevan dengan resiliensi
anak terlantar.
b. Penyajian data, setelah data diperoleh, maka data
tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk
narasi, visual gambar, matrik, bagian tabel, dan
lain sebagainya.
c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan
dengan menghubungkan dari tema tersebut,
sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data peneliti
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi data
digunakan sebagai proses memantapkan derajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi
(reliabilitas) data, serta bermanfaat sebagai alat bantu
analisis data di lapangan (Gunawan, 2013). Teknik
14
Triangulasi yang digunakan penelitian ini adalah
triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan
dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berbeda, yaitu dalam memperoleh
kebenaran informasi dan gambaran yang utuh
menggunakan metode wawancara untuk memeriksa
kebenarannya.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan Latar Belakang, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian (metode
penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengupulan
data, teknik analisis data, dan tinjauan pustaka)
Sistematika Penulisan
BAB II KERANGKA TEORI
Dalam bab ini berisikan teori mengenai Resiliensi, Anak
Terlantar, dan Human Service Organization (HSO)
BAB III Gambaran Umum : Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur
Pada bab ini akan membahas mengenai gambaran umum
dan profil lembaga dari Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini membahas mengenai hasil pengumpulan
data dan analisi data yang dilakukan dalam penelitian.
15
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar
belakang, dan teori dari penelitian yang telah dilakukan
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan secara singkat
berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-
saran dari peneliti
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Resiliensi
a. Definisi Resiliensi
Resiliensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris
Resiliency atau Resilient yang berarti gaya lenting; gaya
pegas (Echols 2007, 480). Dalam kamus Oxford,
Resiliensi diartikan sebagai kapasitas individu untuk
mengatasi stress dan kesulitan (Harris dan White 2013,
339).
Resiliensi adalah kapasitas umum yang memungkinkan
seseorang, kelompok, komunitas untuk mencegah,
meminimalkan atau mengatasi dampak buruk dari
kesulitan (Grotberg 1995). Menurut Tugade dan
Fredikson (2004, 4) Resiliensi adalah suatu kemampuan
untuk melanjutkan hidup setelah mengalami kemalangan
atau tekanan yang berat.
Resiliensi diartikan sebagai kapasitas individu untuk
mengatasi stress dan kesulitan (John dan Vicky 2013,
393). Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam
menghadapi situasi-situasi yang sulit dalam kehidupan
sehari-hari. Individu yang memiliki resiliensi yang baik
adalah orang yang mampu secara cepat untuk dapat
memecahkan masalah mereka, tidak menyerah, dan dapat
17
menemukan solusi dari permasalahan mereka. (Reivich
dan Shatte 2002, 26)
Resiliensi sering digunakan untuk mendeskripsikan
proses dimana seseorang yang tidak hanya dapat bertahan
dalam kesulitan tapi juga mampu menciptakan dan
mempertahankan kehidupan yang berarti serta dapat
berkontribusi di dalamnya (Van Hook 2008, 3). Resiliensi
merupakan suatu kualitas personal yang memungkinkan
seseorang untuk dapat berkembang di tengah kehidupan
yang dihadapinya (Connor dan Davidson 2003, 1).
Sedangkan Menurut Sibert (2005, 5) Resiliensi adalah
kemampuan individu untuk mengatasi tekanan dengan
baik untuk melakukan perubahan yang signifikan dan
terus-menerus, mempertahankan kesehatan dengan baik
dan tetap kuat apabila berada dibawah tekanan, bangkit
kembali dengan mudah dari keterpurukan yang
dihadapinya, mengatasi kesulitan, mengubah cara kerja
dengan yang baru dan meninggalkan cara lama ketika cara
tersebut tidak memungkinkan lagi digunakkan, dan
melakukan semua itu tanpa bertindak dengan cara yang
disfungsional atau berbahaya.
Mackay dan Iwasaki (Yu dan Zhang 2007) menyatakan
bahwa individu yang memiliki kemampuan resiliensi
yaitu:
1) Individu mampu untuk menentukan apa yang
dikehendaki dan tidak terseret dalam lingkaran
ketidakberdayaan.
18
2) Individu mampu mengatur berbagai perasaan
terutama perasaan negatif yang muncul akibat
pengalaman traumatik
3) Individu mempunyai pandangan atau
kemampuan melihat masa depan dengan baik.
Resiliensi adalah suatu kondisi dimana seseorang
menghadapi situasi yang menekan, individu tersebut tetap
merasakan berbagai emosi negatif seperti marah, sedih,
kecewa, bahkan mungkin cemas, khawatir, takut,
sebagaimana orang lain pada umumnya. Namun, individu
tersebut memiliki cara untuk memulihkan kondisinya, lalu
bergerak bangkit dari keterpurukan (Wiwin 2018, 3).
Disimpulkan dari beberapa definisi mengenai
resiliensi, maka peneliti menjelaskan resiliensi adalah
kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, menerima
keadaannya dengan percaya diri dan menemukan cara
untuk bergerak maju dan meninggalkan kesulitan yang
dihadapinya tersebut.
b. Sumber Pembentukan Resiliensi
Dalam Grotberg (1995) terdapat tiga faktor resiliensi
yaitu : Dukungan Eksternal dan sumber-sumbernya (I
Have), Kekuatan Individu (I Am), dan kemampuan
interpersonal (I Can).
19
1) Dukungan Eksternal (I Have)
Faktor I Have ini merupakan aspek dukungan
eksternal dan bersumber dari luar yang
mendukung resiliensi seseorang. Faktor ini
merupakan sumber yang menambah ketahanan.
Sebelum anak mengetahui siapa dia (I Am) atau
apa yang bisa ia lakukan (I Can), ia
membutuhkan dukungan eksternal dan sumber
untuk mengembangkan perasaan aman yang akan
menjadi fondasi ketahanan. Dengan adanya
dukungan eksternal, dapat membantu memelihara
dan mengembangkan resiliensi yang mereka
miliki. Dukungan sosial yang baik akan
membantu mereka mengembangkan
kemampuan-kemampuan interpersonal disaat
yang sama hal tersebut juga mampu membangun
kepribadian dan kekuatan diri (Grotberg, 1995).
Dukungan ini akan menjadi peranan penting
selama masa hidupnya. Sumber-sumbernya yaitu:
Mempercayai Hubungan (Trusting Relationship)
meliputi orang-orang di sekitar individu yang
bisa dipercaya dan memberikan kasih sayang.
Dalam mempercayai hubungan ditandai dengan
kehangatan dan hubungan saling percaya antara
anak antar anak, pengasuh dan anak. Dukungan
saling percaya membantu mengembangkan
resiliensi.
20
Struktur dan Aturan (Structure and rules)
meliputi orang yang bisa memberi batasan atas
perilaku individu sehingga individu tersebut
mengetahui kapan untuk berhenti sebelum ada
masalah.
Rolemodels meliputi orang yang menunjukkan
bagaimana cara melakukan sesuatu yang benar,
model moral, orang yang ingin memberikan
informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Dorongan agar menjadi otonom (Encouragement
to be autonomous) meliputi orang yang
mendorong untuk berani melakukan sesuatu
sendiri dan mencari pertolongan ketika
dibutuhkan.
2) Kekuatan Individu (I Am)
Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal
dari dalam diri sendiri (personal strength) yang
dibangun dari perasaan, sikap, dan kepercayaan
diri mereka. Beberapa faktor kekuatan individu
terdiri dari:
Perasaan dicintai dan sikap yang menarik. Hal ini
meliputi keyakinan yang dimiliki pada diri
sendiri bahwa dirinya adalah individu yang dapat
disukai dan dicintai.
Mencintai, Empati, dan Altruistik (Loving,
Emphatic, and altruistic) meliputi anak menyukai
21
dan mencintai orang lain dengan berbagai cara,
peduli terhadap orang lain melalui tindakan
maupun kata-kata, dan ingin melakukan sesuatu
untuk menghentikan atau berbagi
penderitaan/kebahagiaan.
Bangga pada diri sendiri (Proud of self) meliputi
bahwa ia penting, merasa bangga atas dirinya dan
apa yang bisa dilakukan untuk mengejar
keinginannya. Ketika individu mempunyai
masalah dalam hidupnya, kepercayaan diri
mereka dan harga diri (self esteem) membantu
mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi
masalah tersebut.
Mandiri dan bertanggung jawab (autonomous
and responsible) artinya individu dapat
melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, dan
dapat bertanggung jawab atas perilakunya.
Individu mengerti batasan kontrol, dan memiliki
jati diri.
Harapan, keyakinan, dan kepercayaan (hope,
faith, and trust) meliputi percaya bahwa ada
harapan baginya. Individu mengetahui perasaan
benar dan salah. Individu mempunyai rasa
percaya diri dan mengekspresikan sebagai
kepercayaan dalam Tuhan/spiritual.
22
3) Kemampuan Interpersonal (I Can)
Faktor kemampuan Interpersonal (I Can)
dibangun dengan cara berinteraksi dengan orang
lain, memecahkan masalah, mengatur perilaku,
serta jika mengalami kesulitan dapat menemukan
bantuan. Terdapat beberapa komponen yang
mempengaruhi faktor ini, yaitu :
Komunikasi (Communication) Individu dapat
menunjukkan pikiran dan perasaannya pada
orang lain, serta mendengar apa yang dikatakan
oleh orang lain, dan dapat merasakan perasaan
orang lain.
Pemecahan Masalah (Problem Solving) Individu
dapat menilai masalah yang menimpanya,
mengetahui akar permasalahan dari suatu
masalah dan mengetahui cara untuk
memecahkannya. Selain itu individu mempunyai
kemampuan untuk bertahan dengan suatu
masalah hingga masalah tersebut dapat
terselesaikan.
Mengelola berbagai perasaan dan rangsangan
(Manage feelings and impulses). Individu dapat
mengetahui apa yang dirasakan, dan
mengekspresikannya dalam perkataan dan
tingkah laku yang baik dan benar kepada orang
lain atau kepada diri sendiri. Selain itu individu
23
dapat mengatur pikiran ataupun pikiran-pikiran
negatif.
Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain
(Gauge the temperament of self and others ).
Anak memiliki pengetahuan tentang
temperamennya sendiri (seberapa aktif, impulsif,
dan berani mengambil resiko atau diam, reflektif,
dan berhati hati misalnya) Dan juga dalam
temperamen orang lain. Hal ini dapat membantu
anak untuk mengetahui seberapa cepat untuk
bertindak, berapa banyak waktu yang dibutuhkan
untuk berkomunikasi, dan bagaimana dia dapat
menangani berbagai situasi.
Mencari hubungan yang dipercaya (Seek trusting
relationships). Anak dapat menemukan
seseorang seperti : orang tua, guru, orang dewasa
lain, atau teman sebaya untuk meminta bantuan
seperti berbagi perasaan dan kesedihan, untuk
mencari tahu cara menyelesaikan masalah pribadi
dan antar pribadi, atau mendiskusikan konflik
dalam keluarganya.
c. Fungsi Resiliensi
Menurut Reivich dan Shatte (2002, 15) dalam sebuah
penelitian mengatakan bahwa manusia dapat memakai
resiliensi untuk hal dibawah ini:
24
1) Mengatasi (Overcoming)
Manusia akan merasakan kesulitan pada masa
kehidupannya. Masalah tersebut akan
menimbulkan stress yang tidak mudah untuk
dihadapi. Maka dari itu, setiap individu
memerlukan resiliensi untuk mencegah dari
keadaan yang merugikan akibat masalah tersebut.
Menganalisa dan merubah cara pandang ke arah
yang lebih positif dapat menjadi salah satu
kemampuan agar kehidupan lebih teratur.
Individu akan tetap bertahan walaupun
dihadapkan dalam berbagai kondisi sulit di
kehidupan.
2) Mengendalikan (Steering through)
Individu yang resilien dapat mengarahkan serta
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah
selama hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa
unsur esensi dari steering through dalam stress
yang bersifat kronis adalah self-efficacy yaitu
keyakinan terhadap diri sendiri bahwa kita dapat
menguasai lingkungan secara efektif dan dapat
menyelesaikan berbagai masalah yang muncul.
3) Melihat Ulang (Bouncing back)
Dalam hidup terjadi beberapa kejadian yang
bersifat traumatik dan menimbulkan tingkat stres
yang tinggi, sehingga individu perlu resiliensi
25
yang lebih tinggi dalam menghadapi dan
mengendalikan diri sendiri. Melangkah
kebelakang biasanya dirasa sebagai hal yang
begitu ekstrim dan menguras secara emosional.
Oleh karena itu membutuhkan resiliensi dengan
cara bertahap untuk menyembuhkan diri.
Individu akan menunjukkan task-oriented coping
style dimana mereka akan melakukan tindakan
yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan
tersebut, dan mempunyai keyakinan kuat bahwa
mereka dapat mengontrol kehidupan mereka.
4) Reaching out
Resiliensi selain berguna untuk mengatasi
pengalaman negatif, stres, atau menyembuhkan
diri dari trauma, juga berguna untuk
mendapatkan pengalaman hidup. Individu yang
berkarakteristik seperti ini melakukan tiga hal
dengan baik, yaitu : tepat dalam memperkirakan
risiko yang terjadi, mengetahui diri mereka
sendiri dengan baik, dan menemukan makna dari
tujuan hidup mereka.
2. Anak Terlantar
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak terdapat dalam pasal 1 ayat 6
disebutkan bahwa “Anak terlantar adalah anak yang tidak
terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial”.
26
Menurut Bagong (2016, 212) Penelantaran adalah
sebuah tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja
yang membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya (sandang, pangan, papan). Anak terlantar
merupakan anak-anak yang termasuk dalam kategori anak
rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus
(children in need of special proctection). Pada UUD 1945
pasal 34 ayat (1) dijelaskan bahwa "fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara".
1) Pengertian Anak Terlantar
Dalam Buku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar
yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
(2001) disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar
adalah anak yang karena karena suatu sebab tidak
dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar,
baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Menurut
Howard Dubowitz (2010, 10) Anak terlantar adalah
suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak
menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai
pemberi perawatan melalaikan tanggung jawabnya
untuk memenuhi kebutuhan anak. Pengabaian
terhadap anak tersebut tidak hanya disebabkan oleh
kemiskinan orang tua, tetapi faktor lain seperti
perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua
dalam mengejar karirnya.
Seorang anak yang dikatakan terlantar, bukan
sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu
27
atau kedua orang tuanya. Anak yang kelahirannya
tidak dikehendaki, misalnya, mereka umumnya sangat
rawan untuk ditelantarkan dan bahkan diperlakukan
salah (child abuse). Pada tingkat yang ekstrem,
perilaku penelantaran anak bisa berupa tindakan orang
tua membuang anaknya, entah itu di hutan, di sekolah,
di tempat sampah, dan sebagainya dengan alasan ingin
menutupi aib atau karena ketidaksiapan orang tua
untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara
wajar (Suyanto 2016, 226-227).
2) Ciri Anak Terlantar
Menurut Suyanto (2016, 230) Ciri-ciri yang
menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah:
Biasanya berusia 5-18 tahun dan merupakan anak
yatim, piatu, atau anak yatim piatu
Anak yang terlantar seringkali adalah anak yang
lahir dari hubungan seks diluar nikah dan
kemudian mereka tidak ada yang mengurus
karena orang tuanya tidak siap secara psikologis
maupun ekonomi untuk merawat anak tersebut.
Anak yang kelahirannya tidak direncanakan
Tekanan Kemiskinan dan kerentanan ekonomi
keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka
memberikan fasilitas dan memenuhi hak anak-
anaknya menjadi sangat terbatas.
Anak yang berasal dari keluarga broken home,
korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup
28
ditengah kondisi keluarga yang bermasalah
seperti: pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat
narkoba, dan sebagainya.
Selain itu, anak juga dapat dikatakan terlantar apabila
telah memenuhi kriteria dibawah ini :
a. Anak terlantar tanpa orangtua/keluarga, dengan ciri-
ciri :
Orangtua/keluarga tidak diketahui
Putus hubungan dengan orangtua/keluarga
Tidak Memiliki tempat tinggal
b. Anak terlantar dengan orangtua/keluarga, dengan ciri-
ciri :
Hubungan dengan orang tua masih terjalin
Tinggal bersama orangtua/keluarganya
Rawan Sosial dan putus sekolah
Tinggal dengan keluarga miskin
Sedangkan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
berfokus untuk membina anak terlantar yang berfokus
pada : anak Negara (anak yang tidak memiliki orang tua
dan hidup dari panti-ke panti), anak yatim, anak piatu,
anak broken home, dan anak kurang mampu (dhuafa).
3) Penyebab Penelantaran Anak
Penyebab penelantaran anak oleh keluarga/orang tua
ialah:
a. Aspek sosial-ekonomi : Orang tua tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarga karena tekanan
ekonomi yang sangat berat.
29
b. Aspek kejiwaan : Orang tua tidak ada/tidak lengkap,
kondisi kehidupan keluarga yang tidak harmonis
(broken home), pengaruh lingkungan yang buruk, dan
adanya faktor salah didik pada anak.
3. Organisasi Pelayanan Manusia (Human Services
Organization)
1. Pengertian Organisasi Pelayanan Manusia (Human
Services Organization)
Definisi organisasi pelayanan sosial (human services
organization) menurut Hasenfeld (1983) adalah
sekumpulan individu yang bersatu dalam suatu
organisasi dan fungsi utamanya adalah untuk
melindungi, memelihara atau meningkatkan
kesejahteraan pribadi individu-individu dengan cara
menentukan, menetapkan, merubah atau membentuk
ciri-ciri pribadi mereka. Dalam ensiklopedia pekerjaan
sosial, organisasi pelayanan sosial melakukan
pelayanan langsung kepada klien. Menurut Martin
(1985, 2) tujuan organisasi pelayanan sosial adalah
memenuhi kebutuhan orang.
Dalam hal ini, Lembaga Kesejahteraan Sosial tujuan
yang ingin dicapai adalah berfungsinya kembali
masyarakat yang karena suatu hal mengalami atau
kehilangan kemampuannya untuk berfungsi secara
sosial dalam masyarakat, dalam bentuk memiliki
keterampilan sehingga dapat menolong dirinya dan
30
mampu berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan
masyarakat.
2. Jenis Organisasi Pelayanan Manusia
Menurut Yaheskel Hasenfeld (1983: 4-7) bahwa
organisasi pelayanan manusia dilihat berdasarkan
"materi atau bahan dasarnya" dapat dibagi menjadi 2
dimensi yaitu manusia yang berfungsi normal "normal
functioning" dan yang tida berfungsi secara normal
"malfunctioning" yang dapat dilihat berdasarkan fisik,
psikologis, dan sosial. Sedangkan berdasarkan
penggunaan teknologi pelayanan yang digunakan ada 3
jenis, yaitu :
a. People processing technolgies (pemrosesan
manusia), bertujuan untuk memberikan status
atau label sosial tertentu kepada klien sehingga
dapat ditentukan jenis pelayanan apa yang
diperlukan
b. People suistaining technologies (pemeliharaan
manusia), sifatnya lebih kepada mencegah,
memelihara dan mempertahankan kesejahteraan
klien, tetapi tida langsung merubah atribut atau
perilaku klien.
c. People changing technologies (perubahan
manusia), teknologi ini untuk merubah perilaku
klien agar dapat meningkaktkan
kesejahteraannya.
31
B. Kerangka Berpikir
Seorang anak mengalami masa transisi yaitu masa remaja,
termasuk anak terlantar. Pada masa remaja ini anak akan
mengalami turun naiknya emosi, dan perubahan-perubahan
yang menyebabkan anak akan mudah mengalami tekanan.
Apabila seorang anak tidak bisa mengatasi tekanan
dengan baik, akan timbul berbagai permasalahan remaja
seperti kenakalan remaja, depresi, dan hal negatif lainnya. Hal
ini dialami oleh semua anak, termasuk anak terlantar.
Maka dari itu perhatian dan dukungan oleh keluarga
ataupun orang sekitar, kekuatan dalam diri, dan kemampuan
interpersonal sangat dibutuhkan agar anak terlantar bisa
bertahan (resilien) pada kondisi tersulit mereka.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Anak Terlantar
Ketahanan untuk melindungi diri
dalam keadaan yang merugikan
I Have I Am
I Can
Resilien
32
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Gambaran Umum Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger, Cipayung, Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
A. Profil Lembaga
1. Nama Panti
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger,
Cipayung, Jakarta Timur
2. Alamat Panti
Jalan Bina Marga RT 02/RW 04 Nomor 57 Kelurahan
Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, 13820
Fax/Telp (021) 8447728. Email:
3. Sejarah Berdiri
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang memiliki
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial
berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan bagi
anak-anak yang mengalami masalah sosial.
Pada tahun 1993 Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
3 Ceger Jakarta Timur dibangun dengan luas tanah
12.000 m² dan luas bangunan 2.300 m². Awalnya Panti
ini menjadi panti khusus untuk para penderita kusta dan
panti rehabilitasi dari hasil razia. Kemudian tidak sedikit
33
masyarakat menentang dan tidak nyaman dengan adanya
orang yang berpenyakit kusta (Ibu Vivi, 2019). Pada
akhirnya tahun 1996 panti ini diganti dengan Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA). Sejak tahun 1996 sampai
sekarang panti telah melakukan 12 kali pergantian
perubahan pimpinan.
Menurut Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2010
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama, Panti Sosial Asuhan
Anak kemudian berubah namanya menjadi Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger, Cipayung yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan dan perlindungan terhadap anak dari
keterlantaran agar mereka dapat tumbuh kembang secara
wajar dan mengembalikan anak dari keterlantaran ke
dalam kehidupan yang layak dan normatif. Sehingga
dengan berdirinya panti ini anak-anak yang mengalami
masalah sosial dapat teratasi.
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
sebelumnya bernama Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 4, tetapi setelah adanya pelelangan jabatan oleh
Gubernur DKI Jakarta maka saat ini Panti Sosial Asuhan
Anak Ceger digabungkan dengan Panti Sosial Asuhan
Anak yang ada di Tebet sehingga menjadi satu
manajemen dan namanya disamakan yaitu Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3. Adapun untuk panti di
34
Ceger dikhususkan untuk klien laki-laki dan panti di
Tebet untuk klien perempuan.
4. Lingkup/Jangkauan Kerja
Lingkup kerja Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger adalah memberikan pelayanan sosial berupa
perawatan, pengasuhan dan pembinaan kepada anak
terlantar (tidak mempunyai orang tua, ayah, ibu atau
keluarga serta tidak mampu secara ekonomi), sehingga
dengan memberikan pelayanan, maka anak-anak
terlantar memiliki Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), Iman dan Taqwa (IMTAQ), sehat jasmani dan
rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar
dan dapat hidup layak secara normatif.
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger juga
melakukan kerjasama dengan beberapa instansi, yakni :
a. Puskesmas Ceger dan Puskesmas Cipayung
Hal ini dimaksudkan agar para klien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan untuk
tumbuh kembang mereka. Untuk pemberian pengobatan
setiap klien di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger diberikan kartu BPJS. Adapun, apabila klien yang
berobat belum mendapatkan kartu BPJS, klien dapat
membawa buku berobat yang disediakan panti. Maka,
ketika klien berobat klien tidak akan dikenakan biaya.
Pelayanan yang diterima klien sama dengan pelayanan-
pelayanan yang diterima anak-anak di luar panti, bahkan
35
ketika berobat mereka mendapatkan perhatian lebih dari
pihak puskesmas.
b. Sekolah
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
memiliki kerjasama dengan beberapa sekolah di Jakarta.
Hal ini untuk mempertahankan hak anak dalam bidang
pendidikan terpenuhi. Adapun sekolah-sekolah yang
memiliki kerjasama dengan Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger yaitu :
1) SMPN 160,
2) SMP Era Pembangunan Umat,
3) SMPN 283
4) SMPN 180
5) SMPN Citra Dharma
6) PKBM 64
7) SMK Mahardika
8) SMKN 24
9) SMA PGRI 4
10) SMKN 58
11) SMAN 64
12) SMK Budi Murni
13) SMA Pratama
14) SMK Citra Dharma
5. Visi dan Misi
Visi dan Misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger adalah sebagai berikut :
36
a. Visi
“Mewujudkan kehidupan warga bina sosial Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 yang
berprestasi, mandiri, dan normatif”.
b. Misi
1) Menyelenggarakan Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial terhadap warga binaan sosial;
2) Pemenuhan pendidikan formal/non-formal
warga binaan sosial tingkat SD, SMP, dan
SMA/Sederajat;
3) Melakukan pembinaan fisik, mental spiritual,
sosial, kesenian & kemandirian;
4) Memberikan perlindungan dan bantuan sosial;
5) Menggali dan mengembangkan potensi yang
dimiliki warga binaan sosial untuk menjadi
berprestasi;
6) Memberikan pelayanan kepada anak di luar
panti untuk mengikuti kegiatan yang ada di
dalam panti bersama WBS.
6. Kedudukan dan Sasaran
a. Kedudukan
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger,
Cipayung, Jakarta Timur merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial yang yang
memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan
sosial berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan
bagi anak-anak yang mengalami masalah sosial yang
37
berkedudukan dibawah naungan Kepala Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta.
b. Sasaran
Anak laki-laki berusia 12 sampai dengan 18 tahun
yang berasal dari keluarga yang mengalami masalah atau
disfungsi sosial sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan anak dan anak tidak dapat berkembang
dengan baik, yang di dalamnya termasuk :
1) Anak terlantar, dengan kriteria :
a) Anak yatim, piatu, dan yatim piatu
Adalah seorang anak yang tidak memiliki
Ayah, tidak memiliki Ibu, dan tidak memiliki
Ayah dan Ibu.
b) Anak yang berasal dari keluarga tidak/kurang
mampu.
c) Anak yang diterlantarkan oleh orangtuanya
Adalah anak yang karena suatu sebab orang
tua melalaikan kewajibanya sehingga
kebutuhan anak tidak dapat dipenuhi dengan
wajar, baik secara rohani, jasmani maupun
sosial.
d) Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya
Adalah anak yang tidak terpenuhi
kebutuhannya secara wajar baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial.
38
e) Anak negara adalah anak tidak diketahui latar
belakang keluarganya sehingga anak tersebut
hidup dari panti ke panti atau berdasarkan
rujukan panti ke panti.
f) Anak yang menjadi korban tindak
kekerasan atau anak yang diperlakukan salah
dengan seperti sering mendapat perlakuan
kasar dan tindakan yang berakibat secara
fisik dan/atau psikologi.
7. Struktur Organisasi
Pelayanan yang diberikan terhadap anak terlantar di
wilayah DKI Jakarta, khususnya Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger membutuhkan pihak-pihak yang
memiliki jabatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sebagaimana mestinya. Kemudian pihak-pihak
tersebut diatur dalam stuktur organisasi kepegawaian agar
selain tercapainya tujuan secara maksimal juga mengatur
peranan sesuai fungsinya. Struktur organisasi menunjukan
bahwa adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau
kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Dan selain
itu struktur organisasi juga menunjukkan mengenai
spesialisasi-spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah
maupun penyampaian laporan. Dengan dibentuknya struktur
organisasi maka akan terlihat kejelasan tanggung jawab,
kejelasan kedudukan, kejelasan jalur hubungan dan kejelasan
uraian tugas.
39
Berikut struktur organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger :
Bagan 3.1. Struktur Organisasi Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat gambaran struktur
organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger secara
garis besar. Adapun struktur kepegawaian Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger terdiri dari :
KEPALA PANTI
Vivi Kafailatul Jannah, M.Si
SUBBAGIAN TATA
USAHA
Dra Rita Winani
KASATPEL PELAYANAN
SOSIAL
Salamun Maryadi, SST
KASATPEL PEMBINAAN
SOSIAL
Khomsiatun, S.Sos
SUB KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL
Gura Susana Waittalong, S.Sos
40
a. Kepala Panti : 1 orang
b. Satuan Pelaksana Tugas Sosial : 2 orang
c. Kepala Subag Tata Usaha : 1 orang
d. Pengelola : 1 orang
e. Staf : 9 orang
f. Pramu Sosial : 17 orang
g. Petugas Keamanan : 6 orang
h. Petugas Kebersihan : 2 orang
i. Juru Masak : 3 orang
Struktur organisasi Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger juga terdiri dari sub kelompok
jabatan fungsional yang terdiri dari sub bagian seksi dan
pramu sosial. Setiap sub bagian seksi dan pramu sosial
memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Adapun masing-masing pegawai dan pramu sosial
memiliki tugas pendampingan terhadap masing-masing
klien. Setiap pegawai dan pramu sosial mendapatkan
tanggung jawab menjadi pendamping klien, baik sebagai
wali kamar maupun pendamping.
8. Jumlah Klien/Penerima Manfaat/Anak Asuh
Kapasitas daya tampung Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas Sosial
Provinsi DKI Jakarta dengan memperhatikan azas
kemanusiaan, keamanan, keselamatan dan kenyamanan.
Kapasitas Panti Sosial Asuhan Anak ini adalah 90 anak
asuh, dan pada Maret tahun 2019 ini panti telah memiliki
73 anak asuh, dan 10 anak asuh non panti sosial.
41
Adapun data klien Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Latar Belakang Anak PSAA 03 Ceger
No Latar Belakang Anak Jumlah
1
a. Anak Negara
b. Yatim Piatu
c. Yatim
d. Piatu
e. Korban perceraian
f. Kurang mampu (Dhuafa)
11
26
2
13
10
Jumlah Keseluruhan 73
Sumber: Data Profil Lembaga PSAA Putra Utama 3
Ceger
Berdasarkan data diatas, terdapat beberapa kriteria anak
terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra 03
Ceger, diantaranya :
a) Anak yatim, piatu, dan yatim piatu ialah seorang anak
yang tidak mempunyai Ayah, tidak mempunyai Ibu, dan
tidak mempunyai Ayah dan Ibu.
b) Dhuafa adalah yang berasal dari keluarga tidak/kurang
mampu.
c) Anak negara ialah anak tidak diketahui latar belakang
keluarganya sehingga anak tersebut hidup dari panti ke
panti atau berdasarkan rujukan panti ke panti.
d) Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau
anak yang diperlakukan salah dengan seperti sering
42
mendapat perlakuan kasar dan tindakan yang
berakibat secara fisik dan/atau psikologi (Susana, 2019).
B. Prosedur Pelayanan
Prosedur Pelayanan yang dilaksanakan oleh Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger kepada anak asuh
dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
Bagan 3.2. Prosedur Pelayanan PSAA kepada Anak
Gambar Prosedur Pelayanan Pengasuhan Anak PSAA
Putra Utama 3
Berdasarkan Gambar diatas, Prosedur Pelayanan Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger kepada anak asuh
dilakukan dengan beberapa tahapan. Adapun tahapan-
tahapannya adalah sebagai berikut:
43
1. Tahapan Pendekatan Awal
Pendekatan awal sebagai kegiatan yang mengawali
keseluruhan proses penerimaan guna memperoleh dukungan
dan data awal calon klien dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Pendekatan awal yang dilakukan di Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger ini dilakukan dengan
cara penjangkauan anak melalui sosialisasi kepada
masyarakat dan rujukan dari panti balita dan juga dari
sekolah-sekolah di wilayah DKI Jakarta. Pada awal
penerimaan, klien yang memiliki syarat sebagai berikut :
a. Anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terlantar anak
dari keluarga miskin.
b. Laki-laki usia 12 tahun sampai 19 tahun.
c. Diprioritaskan warga/penduduk provinsi DKI
Jakarta.
d. Surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan
betul anak terlantar/tidak mampu.
e. Surat akte lahir/kenal lahir.
f. Surat keterangan sehat dari Puskesmas.
g. Mengisi formulir data anak dan melampirkan kartu
keluarga.
Adapun kriteria klien adalah anak terlantar dan anak yang
kurang mampu yang berasal dari keluarga miskin. Ketika
anak telah memenuhi kriteria dan syarat-syaratnya anak akan
diberikan pelayanan yang difokuskan pada pelayanan
pendidikan pada jenjang SMP sampai jenjang SMA atau
SMK.
44
2. Tahap Penerimaan
Penerimaan klien dilakukan dalam rangka pemenuhan
pelayanan penyelenggaraan kesejahteraan sosial selama di
panti sosial. Kegiatan penerimaan yang dilakukan di Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger meliputi :
a. Identifikasi kondisi klien
Klien yang datang ke Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger terlebih dahulu diidentifikasi
oleh seksi identifikasi dan asesmen mengenai
kondisi anak secara fisik, emosi dan juga intelektual.
Anak harus sehat jasmani dan rohani.
b. Pemeriksaan dokumen persyaratan
Anak yang datang ke Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger harus ada data dan dilengkapi
dengan benar. Orangtua maupun wali yang
mengantar anak ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger menyerahkan dokumen tentang
persyaratan anak diterima di Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger. Dokumen yang harus
ada antara lain: Surat keterangan dari kelurahan
yang menyatakan bahwa anak merupakan anak yang
terlantar ataupun anak yang kurang mampu, Surat
akte lahir/kenal lahir, surat keterangan sehat dari
Puskesmas.
45
c. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima
Berita acara serah terima anak menjadi klien Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
ditandatangani oleh orangtua maupun wali yang
mengantar anak ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger. Klien yang berasal dari panti lain
berita acara ditandatangani oleh pengasuh yang
mengantar anak. Berita acara ditandatangani oleh
kedua belah pihak dan disaksikan oleh ketua
maupun staff Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger.
d. Registrasi
Anak yang menjadi calon klien melakukan registrasi
ataupun pendaftaran sebagai salah satu persyaratan
anak diterima menjadi klien Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger.
e. Penjelasan Program Pelayanan
Pihak Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger menjelaskan program pelayanan yang ada di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
kepada orangtua dan anak untuk diketahui dan hal
ini yang nantinya dijalankan oleh anak. Orangtua
ataupun pengasuh yang mengantar anak ke Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger harus
mengetahui pelayanan yang akan diterima anak.
46
f. Penempatan dalam Panti
Setelah berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger, anak di tentukan oleh kepala panti
untuk di tempatkan tidur di kamar mana. Kamar
yang ditunjukkan saat klien masuk akan klien
gunakan selama satu tahun, karena setiap tahunnya
di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
dilakukan pergantian kamar. Adanya pergantian
kamar ini dimaksudkan agar setiap klien yang ada di
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger
dapat saling mengenal, lebih mengakrabkan diri dan
dapat saling menjalin relasi yang baik, dapat
membaur dengan semua klien yang ada. Dengan
pergantian kamar maka klien akan berkesempatan
untuk berada dalam satu kamar dengan semua klien
yang ada sehingga lebih saling mengerti karakter
dari masing-masing klien.
g. Penentuan Petugas dan Pendamping
Anak yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger mendapat pendamping yang
memperhatikan anak mulai dari bangun pagi sampai
dengan tidur. Anak mendapatkan pengasuh sebagai
orangtua di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
3 Ceger.
h. Pengasuhan dan Perawatan
Meliputi makanan, tambahan gizi, kesehatan,
rujukan ke rumah sakit, pemenuhan kebutuhan
47
pakaian, peralatan kebersihan dan pengurusan akta
kelahiran. Anak asuh mendapatkan pengasuhan,
perawatan, untuk perkembangan dan pertumbuhan
anak baik secara fisik, sosial, emosi, dan intelektual
serta rohani. Anak selalu dalam pengawasan
pengurus Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger setiap harinya.
3. Tahap Asesmen
Tahapan asesmen yang dilakukan di Panti Asuhan Putra
Utama 3 Ceger melalui penelaahan, pengidentifikasian
dan pengungkapan masalah dan potensi dalam rangka
melihat potret diri klien berkaitan dengan kebutuhan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Asesmen yang
dilakukan oleh pihak Panti Sosial Anak Putra Utama 3
Ceger lebih menekankan pada status anak yang terlantar,
status ekonomi keluarga karena sebagian anak berasal
dari keluarga miskin, asesmen yang diperoleh dari
rujukan panti lain, orang terdekat yang mengirimkan
anak ke panti.
Berdasarkan identifikasi anak, pihak panti akan
memberikan rencana pelayanan yang disesuaikan dengan
program yang diberikan panti seperti pendidikan,
pembinaan pemberian keterampilan agar anak bisa hidup
mandiri ketika keluar dari panti. Bentuk asesmen,
meliputi :
a. Pengungkapan dan pemahaman masalah dari aspek
fisik, sosial dan psikologis sesuai dengan
48
karakteristik klien; permasalahan yang dialami anak
diidentifikasi latar belakang permasalahannya.
b. Penelaahan data klien; data mengenai permasalahan
yang dialami klien ditelaah dan dipelajari sehingga
rencana intervensi dalam proses penyelesaian
masalah anak tepat.
c. Identifikasi potensi dan sumber-sumber dari anak
asuh dan keluarga; hal ini untuk membantu klien
dalam pemecahan masalahnya, menggali informasi
tentang sumber-sumber dan potensi yang dimiliki
klien ataupun keluarganya hal ini menjadi salah satu
alat dalam proses penyelesaian permasalahan yang
dialami oleh klien.
d. Penyelenggaraan case conference; pembahasan
kasus dimaksudkan untuk mengetahui gambaran
permasalahan klien secara komprehensif guna
menentukan rencana pelayanan yang tepat,
mengetahui perkembangan klien, dan
menyelesaikan permasalahan klien. Pembahasan
kasus diselenggarakan dengan melibatkan tenaga
fungsional sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan yang dialami klien. Pembahasan
kasus direncanakan pada setiap tahapan pelayanan
dan dipimpin oleh Kepala Panti atau Kepala Seksi.
e. Penyusunanan rencana pelayanan; penyusunan
rencana pelayanan sangat penting dalam proses
asesmen, penyusunan rencana pelayanan dilakukan
49
secara bersama oleh kepala panti dan para pegawai
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger.
4. Tahap Pembinaan
Pembinaan dilakukan dalam rangka perlindungan dan
pengasuhan anak asuh. Bentuk pembinaan, meliputi :
a. Bimbingan fisik;
b. Bimbingan mental spiritual;
c. Bimbingan sosial;
d. Bimbingan pendidikan;
e. Bimbingan kesenian;
f. Bimbingan rekreasi;
g. Konsultasi keluarga;
h. Konsultasi psikologis;
i. Bimbingan keterampilan; dan
j. Bimbingan aktifitas kehidupan sehari-hari.
5. Tahap Resosialisasi
Resosialisasi dilakukan dalam rangka menyiapkan klien
untuk dapat dirujuk atau disalurkan ke keluarga, panti sosial,
lembaga, dan masyarakat. Bentuk resosialisasi meliputi:
a. Pemberian ijin berkumpul dengan orangtua atau
keluarga klien di Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger;
b. Memperkenalkan Panti Sosial dan lembaga rujukan;
dan
50
c. Mengikutsertakan klien dalam kegiatan-kegiatan di
dalam dan luar panti yang melibatkan masyarakat
umum.
6. Tahap Pelayanan
Penyaluran anak asuh dilakukan setelah mengikuti pelayanan
di panti sosial. Tahap penyaluran meliputi :
a. Persiapan penyaluran bagi anak asuh yang akan
kembali kepada keluarga dan dirujuk ke lembaga
lainnya.
b. Pelaksanaan penyaluran kepada :
1) Keluarga Klien
Klien yang memiliki keluarga dan telah selesai
menyelesaikan pendidikan SMA/sederajat maka
klien akan dipersiapkan untuk pulang ke
keluarga.
2) Instansi/Lembaga Rujukan lainnya
Klien yang tidak memiliki keluarga maka akan
dirujuk ke lembaga dimana klien bisa bekerja
sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Bagi
klien yang memiliki prestasi yang baik pihak
panti berusaha untuk mencarikan donatur untuk
anak dalam membantu meningkatkan
pendidikannya.
3) Masyarakat
Klien dipersiapkan untuk kembali ke
masyarakat, mengalami kehidupan
51
bermasyarakat setelah menyelesaikan
pendidikan.
7. Tahap Pembinaan Lanjut dan Terminasi
Pembinaan lanjut dilakukan dalam rangka memonitor
perkembangan Klien saat dan setelah berkumpul dengan
orang tua, keluarga atau berada dalam instansi/lembaga
rujukan yang baru. Bentuk pembinaan lanjut, meliputi:
a. Monitoring;
b. Konsultasi;
c. Penguatan;
d. Evaluasi.
Pembinaan lanjut dilakukan melalui wawancara atau
kunjungan ke keluarga secara berkala. Terminasi dilakukan
setelah anak asuh dianggap mampu melaksanakan fungsi
sosialnya dalam kehidupan di masyarakat.
C. Pendanaan
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger, Cipayung,
Jakarta Timur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dibawah Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Jadi
semua pendanaan didapatkan sepenuhnya dari alokasi dana
yang diberikan oleh pemerintah yaitu APBD Provinsi DKI
Jakarta. Dana tersebut digunakan untuk semua kebutuhan
sehari-hari anak panti dari mulai anak bangun tidur sampai
tidur lagi, semuanya dibiayai oleh APBD DKI Jakarta. Baik
untuk operasional ataupun sarana dan prasarana, alat tulis
dan lain sebagainya sampai dengan kebutuhan klien mulai
52
dari perlengkapan sekolah, perlengkapan alat mandi,
perlengkapan tidur atau perlengkapan dikamar klien.
Selain dari APBD pemerintah, Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger juga menerima sumbangan dari
masyarakat baik berupa sembako, makanan, minuman, uang,
pakaian, karpet, rumput futsal dan lainnya. Di bulan
Ramadhan, anak-anak panti asuhan yang mayoritas muslim
ini, biasanya sering menerima undangan berbuka puasa
bersama sejumlah komunitas ataupun perusahaan. Pengelola
panti juga tidak membatasi bantuan yang langsung diberikan
ke tangan setiap anak.
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger sering
mendapatkan sumbangan-sumbangan berupa barang ataupun
makanan serta beasiswa, sumbangan barang disini seperti
perlengkapan ruangan-ruangan seperti perlengkapan yang
ada diruang musik dan ruangan aula. Sedangkan sumbangan
yang berupa beasiswa didapatkan dari CSR Jakarta
Internasional Korean School berupa biaya bulanan untuk
empat orang anak asuh yang telah menempuh jenjang
pendidikan Perguruan Tinggi.
D. Program dan Kegiatan
Ada beberapa jenis program pelayanan yang telah disediakan
dan dijadikan sebagai standar umum aktifitas para klien
didalam menumbuh kembangkan para klien yang berada di
dalam Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger ini.
Adapun tujuan utama diadakan program tersebut ialah untuk
53
mengembangkan, mengadakan pembinaan, membimbing
serta menggali dan melatih keterampilan-keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki oleh para klien Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger ini. Program program
tersebut berupa beberapa jenis kegiatan baik yang dilakukan
di dalam panti maupun di luar panti.
Adapun jenis-jenis program tersebut antara lain sebagai
berikut :
1. Bimbingan Fisik
Bimbingan fisik bertujuan untuk memelihara dan
mewujudkan kesejahteraan dan kebugaran klien. Bimbingan
fisik dilakukan secara teratur/regular dalam bentuk antara
lain:
a. Kegiatan Olah Raga Futsal
Kegiatan olahraga futsal ini diadakan secara internal
yakni di dalam Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger berupa pertandingan antar kamar maupun antar
panti yang diadakan setiap hari minggu dimulai pukul
10.00 sampai dengan 17.00 WIB di Lapangan Futsal
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger.
b. Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
Kegiatan Senam Kesegaran Jasmani yang dilakukan
setiap hari jumat pukul 16.00 sampai 17.00 WIB di
depan Kantor Utama Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Ceger.
54
c. Kegitan Pencat Silat
Kegiatan ini dilakukan setiap hari rabu pada pukul 16.00
sampai dengan 18.00 WIB. Silat merupakan kegiatan
yang diwajibkan bagi anak-anak. Namun, beberapa anak
yang masuk sekolah siang hari tidak dapat mengikuti
kegiatan ini karena terbentur jadwal sekolah mereka.
Penyelenggaraan bimbingan fisik disesuaikan dengan
kondisi klien dan pelaksanaannya dipandu oleh instuktur
yang menguasai dibidangnya dan didampingi oleh
petugas panti.
2. Bimbingan Mental Spiritual
Bimbingan mental spiritual bertujuan untuk meningkatkan
keimanan klien dan menumbuhkan kebiasaan berperilaku
sesuai kaidah-kaidah keagamaan. Bimbingan mental spiritual
dilakukan dalam bentuk antara lain bimbingan-bimbingan
pengenalan cara-cara beribadah sesuai agama klien,
menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan nilai,
norma-norma sosial dan keagamaan. Kegiatan bimbingan
mental spiritual ini dilakukan dengan cara ceramah,
permainan dan belajar. Penyelenggaraan bimbingan mental
spiritual dilakukan oleh rohaniawan yang menguasai kondisi
dan karakteristik klien dengan didampingi oleh pegawai.
Kegiatan bimbingan mental spiritual di Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger yang mayoritas beragama islam
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan sholat berjamaah,
55
pengajian dan yasinan. Kegiatan pengajian dilaksanakan
setiap hari senin dan kamis malam diawali dengan sholat isya
berjamaah kemudian dilanjutkan dengan siraman rohani dari
Ustadz atau guru agama setelah itu para anak asuh bersama-
sama membaca surat Yasin dan diakhiri dengan doa bersama.
Dengan kegiatan bimbingan spiritual tersebut diharapkan
dapat meningkatkan keimanan anak-anak kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Bimbingan Pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
aspek kognitif dan melatih kemandirian klien. Bimbingan
pendidikan dilakukan dalam bentuk pemberian kesempatan
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
Untuk menunjang kegiatan pendidikan klien diberikan uang
SPP, uang transport, dan biaya penunjang pendidikan lainnya
dengan besaran jumlah yang ditentukan setiap tahun dengan
surat keputusan Kepala Panti serta memfasilitasi peralatan
permainan edukatif dan perpustakaan.
Bimbingan pendidikan yang dilaksanakan di Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger adalah dalam bentuk
kegiatan bimbingan belajar. Kegiatan ini dilaksanakan setiap
hari pukul 19.00 sampai dengan 21.00 WIB dan dilakukan di
56
dalam kamar masing-masing. Kegiatan bimbingan belajar
bersama ini didampingi oleh pramu.
4. Bimbingan Kesenian
Bimbingan kesenian bertujuan untuk menyalurkan bakat,
minat, hobby, dan kreativitas klien dalam bidang kesenian.
Bimbingan kesenian dilakukan dalam bentuk kegiatan
marawis, angklung, band atau kegiatan kesenian lainnya.
Kegiatan bimbingan kesenian dipandu oleh tenaga instruktur
yang terlatih dengan pendekatan bimbingan anak-anak yang
komunikatif dan rekreatif.
Bimbingan kesenian yang dilaksanakan di Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger dalam bentuk kegiatan
sebagai berikut:
a. Kegiatan Seni Musik Angklung
Seni musik angklung dilaksanakan setiap hari senin
pukul 16.00 sampai dengan 17.00 WIB dan wajib diikuti
oleh anak-anak yang memiliki minat untuk belajar
angklung. Instruktur kegiatan ini didatangkan dari luar
yang memiliki keahlian di bidang seni musik angklung.
b. Kegiatan Musik Band
Kegiatan musik band diadakan setiap hari selasa pukul
16.00 sampai dengan 17.00 WIB bertempat di ruang
musik. Kegiatan ini cukup diminati oleh anak-anak
dikarenakan mayoritas klien yang sedang menginjak
masa remaja yang cenderung menyukai jenis musik
57
band. Sehingga anak-anak menjadi lebih bersemangat
mengikuti kegiatan ini. Band dari Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger sering mengikuti festival-
festival yang diadakan baik di dalam maupun di luar
panti, dan tidak sedikit mereka sering menjadi juara
dalam lomba-lomba oord tersebut. Kegiatan band di hari
selasa diikuti oleh klien yang mendaftarkan diri pada
ekstrakurikuler band, disini mereka dilatih secara khusus
mengenai teknik-teknik bermain. Adapun bagi klien
yang lain yang hanya ingin bermain music diluar
ekstrakurikuler ini dapat menggunakan ruang musik
setiap harinya, karena setiap harinya ruang musik
tersebut dibuka untuk seluruh klien.
c. Kegiatan Marawis
Kegiatan marawis dilaksanakan setiap kamis malam
pukul 19.00 sampai dengan 20.00 WIB. Kegiatan ini
dilaksanakan diruang musik dan diikuti oleh anak-anak
yang memiliki minat di bidang marawis. Kegiatan
marawis dilatih oleh pelatih yang ahli dalam bidangnya.
Kegiatan ini dikoordinatori oleh salah satu klien yang
akan mengatur mulai dari pengambilan kunci ruangan
sampai persiapan kegiatan, serta koordinator inilah yang
akan menentukan klien yang akan mengikuti kegiatan di
luar seperti lomba atau menghadiri undangan, sehingga
setiap anak yang mengikuti marawis mendapatkan
kesempatan untuk tampil.
58
5. Bimbingan Rekreasi
Bimbingan rekreasi bertujuan untuk memberikan proses
pembelajaran melalui pengenalan dunia luar dan kegiatan-
kegiatan lainnya yang menyenangkan klien. Bimbingan
rekreasi dilakukan di dalam panti dan di luar panti dalam
bentuk antara lain permainan dan hiburan dalam panti,
perjalanan mengunjungi tempat wisata, wisata sejarah dan
wisata alam. Penyelenggaraan bimbingan rekreasi
didampingi oleh petugas panti sosial. Bimbingan rekreasi
yang dilakukan melibatkan seluruh klien dan pegawai yang
ada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger.
6. Bimbingan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Bimbingan aktifitas kehidupan sehari-hari bertujuan untuk
meningkatkan tanggung jawab klien dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara normatif. Bimbingan aktifitas
kehidupan sehari-hari dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger dalam bentuk antara lain melatih
klien membersihkan diri dan lingkungannya sepeti menyapu
halaman setiap pagi dengan pembagian tempat yang telah
diatur dan disesuaikan dengan kemampuan anak,
membersihkan ruangan kamar masing-masing dan
melibatkan klien dalam menjaga keamanan dan kenyamanan
panti berdasarkan tata tertib yang telah dibuat dan disepakati
bersama. Penyelenggaraan bimbingan aktifitas kehidupan
sehari-hari dibimbing oleh petugas panti.
59
Adapun kegiatan-kegiatan klien setiap harinya adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Anak PSAA
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger Tahun
Sumber: Data Profil PSAA Putra Utama 3 Tahun 2017
E. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Panti Sosial
Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana PSAA 03 Ceger
No. Jenis Sarana Jumlah Peruntukan
1. Asrama 6 Ruang tidur anak asuh
No Hari Pukul Kegiatan
1 Senin 16.00-17.30 WIB
19.00-20.00 WIB
Kegiatan Angklung
Pembinaan Mental Spiritual
2 Selasa 16.00-17.30 WIB
Olah Vokal, Band,
Komputer, Pengajian
Alquran
3 Rabu 16.00-17.30 WIB Kegiatan Pencak Silat
4 Kamis 19.00-20.00 WIB
20.00-21.30 WIB
Pembinaan Mental Spiritual
Kegiatan Marawis/Hadroh
5 Jum’at 16.00-17.30 WIB Senam Kesegaran Jasmani,
Pengajian Iqro
6 Minggu 08.00-09.30 WIB Kegiatan Olah Raga Futsal
7 Rabu-Jum’at 19.00-21.00 WIB Bimbingan Belajar
60
2. Ruang Dapur 2 Kegiatan masak memasak untuk
makan pegawai dan anak asuh
3. Rumah Dinas 4 Staf yang tinggal di dalam panti
4. Ruang Kantor 2 Sub Bag TU, Seksi, Staf dan
pramu
5. Ruang Gudang 3 Penyimpanan barang-barang
6. Ruang
Komputer/Ruang
Perpustakaan
1 Ruang belajar komputer dan
membaca anak asuh
7. Ruang Aula 1 Rapat dan pertemuan
8. MCK/Toilet 13 Mandi dan mencuci
9. Lapangan Olahraga 2 Kegiatan olahraga anak asuh
10. Musholla 1 Kegiatan Ibadah anak asuh
11. Halaman kebun 4 Bercocok tanam
12. Taman 4 Menanam bunga
13. Ruang asesmen 1 Kegiatan Asesmen
14. Ruang klinik 1 Pengecekan kesehatan anak asuh
15. Ruang makan 2 Kegiatan makan anak asuh
16. Ruang musik 1 Kegiatan main band, musik dan
angklung anak asuh
17. Tempat cuci pakaian 1 Mencuci pakaian
61
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Resiliensi seseorang tidak bisa terbentuk dengan sendirinya.
Seseorang memiliki resiliensi berdasarkan dari 3 Aspek yaitu
Dukungan Eksternal (I Have), Kekuatan dalam diri (I Am), dan
Kemampuan Interpersonal (I Can).
Berdasarkan hasil temuan lapangan yang berupa wawancara
dan studi dokumentasi anak terlantar di Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger dari Mei sampai dengan
Agustus 2019, berikut informasi yang telah didapat oleh peneliti.
A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger
1. Sumber Pembentukan Resiliensi
a. Dukungan Eksternal (I Have)
Sumber dukungan eksternal dapat dikatakan sebagai
ketahanan anak yang didapatkan dari lingkungan sekitar
meliputi : Mempercayai hubungan, Structure dan Rules,
Rolemodels, dan dorongan agar otonom.
- Mempercayai Hubungan
Sebagai manusia sosial, mempercayai hubungan adalah
salah satu aspek penting dalam kehidupan. Karena
dengan adanya hubungan, seseorang dapat meringankan
bebannya melalui cerita. Seperti yang dikatakan oleh
informan 1 berikut.
“Kalau orang yang dipercaya sih ada tapi cuma
sedikit, ada dua orang temen saya di panti.
Karena saya sering main bareng dan akhirnya suka
cerita sama mereka. Terus kalo menurut saya,
62
mereka baik dan gak buli saya kaya anak-anak
lain. Jadi nyaman aja sama mereka. (Informan 1)
Hal ini juga dirasakan oleh informan 2 dengan kehadiran
teman sebaya di lingkungannya.
“Saya percaya sama beberapa temen saya disini.
Karena kita suka latihan silat bareng, jadinya
ngerasa lebih nyambung aja sama mereka dan
nyaman kalo cerita sama mereka.” (Informan 2)
Di sisi lain, tidak semua anak terlantar memiliki orang
yang dipercaya di panti asuhan seperti halnya informan 3.
“Saya gapunya temen disini mah, malah
kebanyakan saya gak suka sama mereka karena
saya di suruh-suruh terus sama temen disini. Jadi
saya lebih suka main sama temen di luar panti
sih.” (Informan 3)
Berdasarkan informasi diatas dapat dikatakan bahwa anak
terlantar memiliki sumber ketahanan dari hubungan yang
dipercaya dengan teman sekitar. Hal ini pun diperkuat
oleh pernyataan pengasuh N.
“Tapi kebanyakan cerita sama temennya lah. Kalo
sama pengasuh cuma sekedar ngeluh dan kita tetep
cari tahu kondisi anaknya.” (Pengasuh N)
Meskipun demikian, pengasuh tetap mencari tahu
mengenai kondisi anak-anak di PSAA.
- Struktur dan Aturan
Struktur dan aturan yaitu dimana seseorang memberikan
batasan dan aturan atas perilaku seseorang. Hal ini tampak
pada wawancara Pengasuh N dan Ibu Vivi:
63
“yaa ada aja sih yang ngeluh bosen, capek, tapi
kita ingetin kalo disini tuh masih ada temen-temen
kalian, pengasuh yang peduli sama kalian. Jangan
bandel atau lari dari masalah kaya merokok, bolos
sekolah.” (Pengasuh N)
“Batasan dan aturan di panti pasti ada agar mereka
lebih disiplin. Namun kami juga tetap
mengingatkan kepada anak-anak bahwa kami
adalah orang tua pengganti kalian.” (Ibu Vivi)
Ketiga informan pun merasakan bahwa pengasuh adalah
orang yang selalu memberi sturktur dan aturan. Seperti
penuturan berikut:
“Ada ya pengasuh yang biasanya kasih aturan. Di
panti dikasih tau sama pengasuh jangan merokok,
jangan suka bolos. Nanti berpengaruh gitu buat
masa depan saya, makanya saya patuh.” (Informan
1)
“Ya jelas disini semuanya termasuk selalu kasih
aturan dan batasan supaya hidup kita lebih disiplin
gitu ka, dan gak jadi anak yang bandel. Kaya saya
kan suka gak pake baju tuh, nah dimarahin sama
pengasuh. Mungkin baik kali ya niatnya, biar gak
masuk angin dan malu.” (Informan 2)
“Di panti mah kan emang pasti ada yang ngatur ya
pengasuh. Makanya kadang saya suka kesel
karena banyak larangan ini itu. Semuanya kaya
yang dilarang, kadang saya suka keluar panti kaya
main warnet karena saya pengen diluar panti aja
lebih nyaman aja gak ada yang ngatur.” (Informan
3)
Hal ini diperkuat oleh kutipan Ibu Gura :
“Kita selalu memberikan batasan atau aturan.
Tidak lupa juga kita memberikan motivasi dan
dukungan apabila anak membutuhkannya.
Contohnya ya kalau anak asuh bingung mau lanjut
kemana setelah lulus, kami selalu memberikan
arahan. (Ibu Gura)
64
Pengasuh adalah orang yang selalu memberikan batasan
dan aturan agar anak terpantau dan tetap dalam arahan
panti.
- Rolemodels
Rolemodel yaitu orang yang menunjukkan bagaimana
cara melakukan sesuatu yang baik dan benar. Dalam hal
ini semua komponen di panti dapat berperan sebagai
rolemodel seperti yang dikatakan oleh Pekerja Sosial
berikut:
“Secara tidak langsung ya peran kita disini sebagai
orangtua pengganti untuk mereka. Kita harus
memberikan contoh yang baik pada anak-anak
disini” (Ibu Gura)
Selain itu peran tersebut dirasakan oleh dua anak. Berikut
penuturannya:
“Ada sih pengasuh yang baik banget kaya ngajarin
saya hal-hal yang baik kaya cara bicaranya lemah
lembut dan beliau selalu dengerin saya. Beliau
pengasuh kamar saya dulunya, tapi meskipun udah
bukan pengasuh kamar, beliau masih suka tanya
saya, pokoknya deket kaya ibu sendiri. Saya
kepengen jadi kaya beliau.” (Informan 1)
“Ada sih pengasuh yang ngasih tau cara makan
yang baik itu di meja makan.” (Informan 2)
Pengasuh menjadi contoh yang baik dalam kehidupan
sehari-hari anak terlantar dengan cara mengarahkan anak
dan anakpun mengikuti contoh baik. Adapun salah satu
65
anak yang merasa bahwa pengasuh bukan peran baik
untuk dirinya. Seperti kutipan berikut:
“Tapi saya gak deket sama pengasuh, karena saya
ngerasanya jauh aja dan pengasuh kamar kan
ganti-ganti, jadi gabisa deket aja gitu. Mau
curhatpun sungkan karena orang dewasa, takut
dimarahin juga.” (Informan 3)
- Dorongan agar menjadi otonom
Dalam hal dorongan agar menjadi mandiri, pengasuh dan
teman berperan dalam hal ini. Terlihat pada kutipan :
“Saya bisa sih menghadapi buli itu sendiri. Tapi
kalo kesulitan dan udah parah banget ya ada
pengasuh, dan temen saya. Mereka selalu jadi
tempat saya buat cerita dan mendorong saya buat
menghadapi itu semua.” (Informan 1)
“Kalo ada apa apa lakuin sendiri. Tapi dikasih tau
sama temen silat, kalo ada apa apa ya cerita aja
sama mereka” (Informan 2)
“Pernah dikasih tau sih sama temen, mending
selesain dulu kalo ada masalah, baru cerita sama
orang panti kalo gasanggup.” (Informan 3)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan pengasuh, beberapa
informan juga lebih terbuka dengan bercerita mengenai
hal yang mengganggunya dan mampu mencari bantuan
sendiri. Hal ini terlihat dalam wawancara dalam pengasuh
“Disini pada jarang cerita, yang tertutup mah
cerita tapi gak 100%, kebanyakan cerita sama
teman seumurannya lah gitu. Tapi kita tetep tanya
mereka pelan pelan, ya ada apa gitu. Nanti juga
terbuka sendiri.” (Pengasuh N)
66
b. Kekuatan Diri (I Am)
- Perasaan dicintai dan menarik
Perasaan dicintai dan menarik dapat membuat informan
merasa kuat dan bersyukur seperti yang Informan 1 dan 2
katakan :
“Selama saya tinggal dipanti saya merasa cukup
disukai sama temen temen saya. Meskipun saya
agak cengeng dan itu menjadi alesan saya dibuli.
Saya ingin terus menjadi anak yang baik karena
saya suka membantu, tidak melakukan hal-hal
negatif kaya bolos sekolah. Saya melakukan itu
supaya bisa disukai dan kasih contoh baik.”
(Informan 1)
“Awalnya sulit, gapunya temen main, gaada orang
tua. Saya suka bertanya-tanya, tapi lama lama
terbiasa ka hidup kaya gini. Meskipun pengasuh
dan temen bukan keluarga kandung saya, tapi saya
merasa cukup di sayang sama mereka soalnya
mereka baik sama saya, makanya saya bersyukur.”
(Informan 2)
Kedua informan merasa bahwa lingkungan sekitarnya
mencintai dirinya meskipun dengan cara yang berbeda
beda. Namun bagi Informan 3 merasa bahwa mereka
kurang dicintai dan menarik bagi orang sekitarnya, berikut
kutipannya:
“Kadang masih susah sih ka buat nerima saya
gapunya orang tua, keingetan. Saya sih merasa
kalau saya itu tidak disukai karena nakal, males,
bandel, terus saya suka isengin temen-temen
disini, suka di marahin sama pengasuh karena
kadang saya ke warnet terus, atau lakuin apa gitu
yang ngelanggar aturan panti. Saya sadar sih saya
67
kurang disukai, tapi pengen berubah sedikit-sedikit
buat diri saya. Sebenernya saya begitu supaya
dapet perhatian dari orang sekitar saya.” (Informan
3)
Meskipun informan 3 mengatakan mereka kurang dicintai
dan kurang menarik, karena merasa membutuhkan
perhatian lebih. Ia tetap berusaha untuk berubah agar
dicintai dan menarik bagi orang sekitar dan dirinya.
- Mencintai, Empati dan Altruistik
Ketiga Informan memiliki kesamaan yaitu mereka
mencintai, empati dan altruistik. Berikut adalah
kutipannya
“Kalau sama orang lain ya saya baik kak.
Misalnya nanti dia minta tolong, pasti saya bantu.
Kalo gabisa bantu, ya dengerin aja doang gitu ka.”
(Informan 1)
“Kalo ada yang pengen curhat atau minta tolong
ya saya dengerin sama bantuin, kan disini kaya
keluarga.” (Informan 2)
“Saya tolongin kak meskipun ga deket, ya ga enak
aja kalo gak nolongin..” (Informan 3)
Di dalam panti asuhan mereka hidup berdampingan,
ketiganya merasa harus berkewajiban untuk mencintai,
empati, dan altruistik dengan teman-temannya.
- Bangga pada diri sendiri
Kebanggan meliputi pencapaian atas apa yang sudah
mereka lakukan. Bagi informan 1 dan 2 mereka bangga
68
terhadap dirinya sendiri. Seperti kutipan wawancara
berikut :
“Saya merasa disukai karena saya masih memiliki
teman dan pengasuh yang baik sama saya,
meskipun hanya sedikit” (Informan 1)
“Saya kadang bangga juga sama diri saya sedikit
demi sedikit, udah bisa berperstasi kaya ikut
lomba silat, lakuin aktifitas kaya nyuci itu udah
bisa. Saya banyak temen disini.” (Informan 2)
Sedangkan bagi informan 3 ia memiliki stigma negatif
pada dirinya dan tidak bangga karena merasa bahwa ia
masih melakukan hal buruk pada dirinya sendiri. Berikut
kutipannya:
“Sejauh ini kurang bangga sama diri saya, karena
saya merasa masih kurang baik dan masih
melakukan hal-hal negatif. Selain itu disinin saya
gak punya temen deket” (Informan 3)
Menurut Ibu Gura, anak-anak di PSAA memiliki
pandangan yang berbeda-beda terhadap diri. Seperti pada
pernyataan berikut :
“Bermacam-macam sih, ada yang memandang
dirinya positif dan bangga pada dirinya sehingga
mereka bersyukur. Namun ada juga yang
memandang dirinya negatif. Kita harus selalu
bangun kepribadian mereka menjadi lebih positif.”
- Mandiri dan bertanggung jawab
Selain dapat melakukan kegiatan secara mandiri, anak
terlantar mampu melakukan fungsi sosialnya dengan baik.
Seperti peran sosial sebagai anak sekolah mampu
69
informan 1 dan 2 kerjakan tanpa pikiran negatif. Hal ini
terlihat pada kutipan:
“Saya selalu pikir dulu sebelum buat keputusan.
Kaya misalnya ambil keputusan buat masa depan.
Orang panti kasih pilihan saya harus sekolah
disini, karena saya pengen sukses ya berarti
keputusan saya harus rajin belajarnya.” (Informan
1)
“dari setiap pengalaman hidup dari panti ke panti
kali ya saya jadi bisa nentuin sesuatu kaya
misalnya saya pilih ikut silat. Itu buat diri saya
sendiri dan tau resikonya.” (Informan 2)
Sedangkan informan 3 belum bisa bertanggung jawab dan
mandiri, karena ia masih terbawa oleh lingkungan di
sekitarnya. Seperti pada hasil wawancara berikut:
“Lingkungan saya banyak yang ngerokok bolos,
lain-lain. Akhirnya saya kebawa karena ya mereka
semua kaya gitu” (Informan 3)
Meskipun informan 3 melakukan kesalahan, ia sudah
menyadari kekurangan yang ada pada dirinya.
Permasalahan yang dialami oleh informan 3, terjadi juga
oleh beberapa anak di PSAA seperti yang dikatakan ibu
gura berikut :
“Mereka kan remaja, jadi ada beberapa yang
melakukan kenakalan remaja seperti merokok,
bolos sekolah, dan lainnya.” (Ibu Gura)
- Harapan, keyakinan, dan kepercayaan
Dengan kondisinya yang yatim piatu dan masalah lain,
mereka percaya, yakin dan memiliki harapan bahwa
semuanya akan baik-baik saja. Seperti yang informan 1
katakan pada kutipan :
70
“Kalo kata guru ngaji saya, kita berdoa aja sama
allah biar semua baik baik aja. Dan ya semua
alhamdulillah jadi lebih mudah ka.” (Informan 1)
Kekuatan itupun terdapat pada diri Informan 2, seperti
pada kalimat berikut:
“Saya bersyukur banget keadaan saya saat ini
meskipun gapunya orang tua. Itu kan semua
kehendak allah, berarti saya bisa lewatin itu
semua. Kalo bisa mah nanti jadi yang pribadi lebih
baik lagi ka.” (Informan 2)
“Ya pengennya saya jadi orang sukses dan yakin
kalo saya bisa jadi orang sukses. Doa aja sama
allah sm usaha” (Informan 3)
Dengan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri
membuat anak terlantar percaya pada diri dalam
menghadapi kesulitan. Mereka tidak menyerah dan
berputus asa melainkan mencari celah dengan kelebihan
yang ada pada diri mereka.
c. Kemampuan Interpersonal (I Can)
- Komunikasi
Kedua informan yaitu informan 1 dan informan 2
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Hal ini
terlihat pada kutipan:
“Kalo emang kepikiran soal orang tua atau dibully,
pokoknya tiap ada masalah saya diem, atau bicara
ke dua orang itu atau pengasuh tapi sekilas aja dan
liat situasi mereka dulu.” (Informan 1)
71
Informan 1 tidak menceritakan secara detail terhadap
masalahnya, ia tetap mampu mencari pertolongan dengan
cara berbagi keluh kesahnya kepada teman atau pengasuh.
Sedangkan informan 2 memiliki cara serupa dengan
informan 1. Seperti pada kutipan berikut :
“Tergantung masalahnya kak, kalo misalnya soal
gaada orang tua ya saya pendem sendiri. Kalo
masalahnya cuma gara-gara sekolah, kesel sama
pengasuh, ya saya cerita ke temen temen silat.”
(Informan 2)
Kedua informan tersebut pun punya kesamaan yaitu
mereka mampu mendengarkan apa yang orang lain
katakan meski dalam masalah seperti kutipan berikut:
“tapi sekilas aja dan liat situasi mereka dulu. Terus
kalo saya cerita ke mereka dengerin, terus bilang
sabar dan berdoa aja ka. Ya pokoknya nenangin”
(Informan 1)
“Habis itu dikasih saran, ya jadi lebih paham aja
harus gimana. Dan abis itu jadi lebih lega juga sih”
(Informan 2)
Informan 3 merasa bahwa ia tidak bisa
mengkomunikasikan masalahnya pada siapapun. Hal ini
didapat dalam kalimat :
“Kalo ada masalah biasanya saya pendem, terus
nanti juga lupa sama masalahnya. Kaya misalnya
saya suka kepikiran tentang orang tua, mau cari
perhatian sama pengasuh tapi kan gak deket dan
seringnya dimarahin. Jadi saya bingung, makanya
suka lampiasin kaya ke hal hal negatif kaya keluar
panti gitu biar lupa.” (Informan 3)
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pengasuh N:
“Disini anak-anaknya ya ada yang terbuka dan
tertutup. Kalo tertutup ya enggak cerita sama
72
sekali. Tapi kita selalu coba untuk dekati dan
akhirnya terbuka sedikit demi sedikit lah”
(Pengasuh N)
- Pemecahan Masalah
Dalam hal memecahkan masalah, informan 1 dan 2
memilih untuk mencari jalan keluar dengan cara
mendengarkan saran dari orang lain dam mencoba
berpikir jernih. Hal ini tampak pada kutipan :
“Kalo ada masalah biasanya saya banyak berdoa
dulu, terus minta saran dari temen cari jalan keluar
yang tepat. Kaya misalnya saya di buli, kata temen
saya hindarin orang itu, dan terus kata pengasuh
“jangan didenger kalo dibully” perbaiki
kekurangan yang ada di diri saya” (Informan 1)
“Kalo kata orang ka, gaada manusia yang
terbebas dari masalah. Meskipun kondisinya kaya
gini, saya masih kepengen jadi orang sukses buat
diri. Kalo misalnya keingetan sama orang tua, saya
mikir lagi temen2 saya disini banyak yang senasib
dan sama kaya saya. Jadi paling cuma sedih
sebentar habis itu biasa lagi deh..” (Informan 2)
Berbeda dengan informan 3 yang tertutup apabila
memiliki masalah dan memilih untuk memendam
masalahnya. Seperti pada kutipan :
“Kalo ada masalah saya biasanya ya pendem
sendiri, terus nanti juga lupa sama masalahnya.
Kaya misalnya saya suka kepikiran tentang orang
tua, tp saya bawa aktifitas aja biar lupa” (Informan
3)
- Mengelola berbagai perasaan dan rangsangan
Dalam menghadapi suatu masalah, tidak mudah bagi
individu dalam mengelola berbagai perasaan dan
73
rangsangan. Bagi informan 1 dan 2 mereka masih bisa
mengatasi perasaan dan rangsangan tersebut karena itu
adalah tanggung jawab mereka.
“Kalo saya sedang sedih, atau marah biasanya
diem, terus tarik nafas nyoba supaya mikir jernih.”
(Informan 1)
“Saya kalo lagi kesel atau keingetan masalah ya
saya tarik nafas dalam-dalam biar gak emosi dan
lampiasin ke orang lain.” (Informan 2)
Namun bagi informan 3 dalam menghadapi situasi yang
sulit, tidaklah mudah dalam mengontrol dirinya. Seperti
pada kutipan berikut :
“Saya agak sulit ngatur emosi dan pikiran saya ka.
Kalo kesel saya kurang bisa kontrol pikiran saya
kurang bisa sampein ke orang kenapa saya kesel,
makanya kadang saya ngebentak-bentak..”
(Informan 3)
- Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain
Informan 1 tau bagaimana ia mengukur temperamen
dirinya meskipun saat ada masalah. Hal ini terlihat dalam
pernyataan:
“Kira kira saya pantas gak buat marah. Kalo saya
ga kuat, saya nangis paling kalo lagi sendiri. Gak
sampe main tangan atau rebut sama anak yang
bersangkutan.” (Informan 1)
Di sisi lain, jika informan 2 tidak menemukan orang untuk
berbagi dengan orang lain, ia menemukan cara lain agar
tidak melakukan ke tindakan negatif. Seperti cara berikut :
“kalo udah mentok banget dan gabisa cerita, ya
saya cuma diem dan baca novel. Supaya enggak
74
kepikiran dan melakukan aneh-aneh kaya marah-
marah.” (Informan 2)
Berbeda dengan informan 3 yang mudah terbawa emosi
dan ke sulitan mengatur temperamennya. Hal ini tampak
pada kalimat :
“Kalo ada masalah saya biasanya ya pendem
sendiri, dan akhirnya malah ngelampiasin ke orang
lain. Kaya marah-marah ke temen saya atau adik
kelas disini. Atau bahkan saya keluar panti buat ke
warnet lepas stress.” (Informan 3)
Namun ketiga informan memiliki kesamaan mengenai
mengukur temperamen orang lain, mereka tau kapan
waktu yang tepat untuk berbicara dengan orang lain.
Seperti pada kalimat berikut :
“saya biasanya liat-liat dulu, ini orang bisa diajak
ngobrol gak ya” (Informan 1)
“Kalo ke orang lain, ya pasti kan semua orang
gamungkin keadaannya sama, kalo gabisa cerita
ya saya diem.” (Informan 2)
“biasanya kalo lagi main bareng, itu enak buat
ngobrol atau main ka” (Informan 3)
- Mencari hubungan yang dipercaya
Dalam menangani suatu masalah, mereka dapat
menemukan hubungan yang dipercaya ketika mereka
mengalami masalah. Seperti terlihat dalam kutipan :
“Saya kalau ada masalah saya cerita dulu sama
allah, habis itu baru cari teman saya deh.”
(Informan 1)
“Kalau sulit banget ya saya minta tolong sama
pengasuh, kaya masalah kebutuhan sekolah. Saya
jarang sih kalo cari orang lain pas cerita, saya
75
pendem dulu biasanya. Kalo gakuat baru cerita ke
temen silat itu.” (Informan 2)
“Ya sekiranya gak sanggup, ya saya minta tolong
sama pengasuh. Kaya umpamanya urusan sekolah,
saya cerita langsung ke pengasuh” (Informan 3)
B. Program yang mempengaruhi resiliensi anak terlantar
Pada Bab II halaman 28 dijelaskan bahwa organisasi
pelayanan sosial utamanya adalah untuk melindungi,
memelihara atau meningkatkan kesejahteraan pribadi
individu-individu.
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger
merupakan lembaga yang terbentuk atas dasar Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang
memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial
berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan bagi anak-
anak yang mengalami masalah sosial seperti anak negara,
anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu, dhuafa, dan korban
perceraian.
Dalam panti asuhan terdapat beberapa program yang terdiri
dari beberapa kegiatan agar anak di PSAA memiliki potensi
dalam dirinya (Ibu Gura). Tujuan dari kegiatan disini agar
anak-anak memiliki kemampuan di suatu bidang atau
membantu mereka mengisi kegiatan harian dengan hal yang
bermanfaat (Ibu Vivi)
76
1. Pencat Silat
Pencat Silat ini bertujuan agar anak memiliki ketahanan
fisik yang kuat dan memiliki kebersamaan satu sama
lainnya. Hal ini dijelaskan oleh ketua Panti dan Ibu
Gura:
“Kalo disini pencat silatnya bagus, anak-anak
sering mengikuti lomba. Mereka jadi sehat, dan
memiliki keakraban dengan cara silat ini” (Ibu
Vivi)
“Bimbingan fisik nya juga ngaruh misalnya silat,
mereka kan bisa melepas emosi ke arah yang
positif.” (Ibu Gura)
Hal ini pun dirasakan oleh salah satu informan yang
merasa bahwa silat membuat ia memiliki teman dekat.
Seperti pada penuturan informan 2:
“Saya paling seneng ikut silat, karena saya suka
kegiatan yang pake tenaga fisik gitu, makanya
jalaninnya enjoy. Saya ikut silat udah lama sih.
Terus memang gak semua anak ikut pencat silat.
Gara gara sering latihan silat bareng, kita jadi
dekat (Informan 2)
2. Mengaji
Selain bimbingan fisik, perihal spiritual tidak kalah
penting. Karena kedekatan manusia dengan Allah itu
diutamakan. Seperti yang dikatakan oleh pekerja sosial
berikut:
“Disini kita wajibkan mereka untuk mengaji
dengan guru ngaji di malam jumat. Itu membantu
mereka sadar bahwa mereka memiliki allah disisi
mereka.” (Ibu Gura)
77
Dengan hadirnya Allah melalui kegiatan mengaji, ketiga
informan merasa bahwa mereka lebih bersyukur. Hal ini
juga terlihat dalam kutipan:
“Guru ngaji saya selalu kasih tau, walaupun
keadaannya sulit semua kehendak allah. Makanya
saya bisa kuat.” (Informan 1)
“Terus kalo lagi ngaji sih, ngerasa gak sendiri,
banyak temen-temen dan lebih tenang ternyata”
(Informan 2)
“Guru ngaji suka kasih tau kisah-kisah nabi, kasih
tau sejarah gitu. Dan itu bikin saya sadar banyak
hikmah dibalik hidup yang sulit gaada orang tua
gini ka” (Informan 3)
Kegiatan mengaji Al-Qur’an ini bertujuan untuk
menumbuhkan motivasi pada anak terlantar. Si dalam
ayat-ayat al Quran yang dibahas dapat memberikan
motivasi serta pencerahan bagi yang mendengarkan.
Melalui ayat al-Qur’an ini anak dibina untuk tetap
bersyukur dengan kondisi yang ada dan berbuat baik pada
kehidupan mereka.
Keberhasilan kegiatan mengaji dapat terlihat oleh
informasi yang dilihat dari para informan. Mereka
merasakan manfaat mengaji dan menjadikannya sebagai
sumber untuk bertahan meskipun keadaan yang mereka
hadapi sulit.
3. Pembinaan Kamar
Pembinaan Kamar adalah salah satu kegiatan tidak
formal dari PSAA dimana kegiatan ini akan diisi dengan
cara berkomunikasi antara anak dengan pengasuh.
78
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kedekatan
anak dengan pengasuh kamar. Berikut penjelasan dari
peksos :
“Kalau disini setiap kamar punya pengasuh yang
bertanggung jawab. Biasanya masing-masih punya
waktunya sendiri untuk melakukan pembinaan bisa
sebulan satu kali, atau bahkan sebulan dua kali.
Harapannya agar anak merasakan perhatian dari kita
para pengasuh.” (Ibu Gura)
Adapun manfaat yang dirasakan oleh anak-anak di PSAA
seperti ia merasa senang diperhatikan oleh pengasuh.
Seperti pada kutipan berikut :
“Iya ada pembinaan gitu sama pengasuh kamar, ya
sebulan sekali biasanya. Dan kegiatannya ngobrol
soal gimana disekolah, gimana kabar kita. Jadinya
ngerasa di perhatiin gitu.” (Informan 2)
“Kalo pengasuh kamar saya enak ngobrolnya suka
bahas cara mengatasi masalah bagaimana. Kaya
misalnya biar gak di bully caranya gimana. Saya
jadi merasa dekat sama beliau. Merasa bahwa
beliau seperti orang tua saya sendiri.” (Informan 1)
“Iya disini ada pembinaan kamar gitu, tapi saya
jarang ikut kak, kecuali kalo ada yang saya
butuhin buat sekolah. Karena menurut saya ya
ngobrol aja. (Informan 3)
Masing-masing anak merasakan manfaat dari kegiatan
tersebut. Mereka merasa bahwa hadirnya pengasuh dapat
membuat mereka merasakan keberadaan orang tua
pengganti dan merasakan kasih sayang.
79
BAB V
PEMBAHASAN
Dari penjelasan bab sebelumnya pada teori Grotberg, dapat
dilihat bahwa sumber pembentukan resiliensi terbagi menjadi tiga
yaitu; Dukungan Eksternal (I Have), Kekuatan dalam diri (I Am),
dan Kemampuan Interpersonal (I Can). Berikut hasil analisa
temuan lapangan mengenai resiliensi pada anak terlantar di
PSAA 03 Ceger Jakarta Timur.
A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger
Berdasarkan hasil penelitian tentang resiliensi anak
terlantar, peneliti menemukan data, bahwa beberapa anak
terlantar di PSAA mampu bertahan dalam kesulitan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Edith Grotberg pada BAB II
halaman 15 seseorang yang resilien memiliki kapasitas
untuk mencegah, meminimalkan atau mengatasi dampak
buruk dari kesulitan hidupnya.
Beberapa anak terlantar berhasil mencegah,
meminimalkan atau mengatasi kesulitan dalam hidupnya.
Ini menunjukkan bahwa individu telah memiliki
kemampuan untuk bertahan. Kemampuan bertahan anak
terlantar diperoleh dari 3 sumber yaitu, Dukungan
eksternal, kekuatan dalam diri, dan kemampuan
interpersonal.
1. Sumber Pembentukan Resiliensi
a. Dukungan Eksternal (I Have)
Pada dukungan eksternal merupakan suatu fondasi pada
resiliensi seorang anak sebelum anak mengetahui siapa
dirinya (I Am), dan apa yang bisa dilakukannya (I Can)
80
(lihat pada bab II, h.18). Dukungan eksternal terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
Mempercayai Hubungan (trusting relationship)
Dalam mempercayai hubungan ditandai dengan
kehangatan dan hubungan saling percaya antara anak
antar anak, pengasuh dan anak. Dukungan saling
percaya membantu mengembangkan resiliensi (lihat
pada bab II, h.18). Berdasarkan hasil wawancara yang
penulis lakukan dengan informan bahwa, teman
menjadi tempat pertama apabila anak ingin
mencurahkan permasalahannya. Untuk informan 1
percaya pada teman sekitar yaitu kedua temannya dan
pengasuh. Sedangkan untuk informan 2, percaya
kepada teman silatnya. Berbeda dengan kedua
informan, informan 3 merasa tidak memiliki orang
yang dipercaya karena trauma terhadap perilaku
teman-temannya (lihat pada bab IV, h.60). Dapat
disimpulkan bahwa pengasuh dan teman selalu
terbuka kepada anak di PSAA apabila anak-anak
mengalami kesulitan dalam hidup mereka.
Struktur dan Aturan
Struktur dan aturan dapat membantu anak agar tetap
berada dalam pengawasan orang dewasa. Hal ini
membuat anak mengetahui kapan untuk berhenti
sebelum ada masalah (lihat pada bab II, h.19)
Sejalan dengan hasil wawancara, yang telah dilakukan
ketiga informan bahwa memiliki orang yang
81
memberikan sturktur dan aturan di dalam PSAA 03
Ceger yaitu pengasuh. Dalam tindakan keseharian,
mereka diberikan aturan agar informan memiliki sikap
displin dan tetap berada dalam aturan seperti tempat
mereka makan, cara mereka berpakaian, dan larangan
untuk melakukan hal negatif seperti merokok, bolos
sekolah (lihat pada bab IV, h.62). Dapat disimpulkan
struktur dan Aturan ini membuat anak-anak di PSAA
03 Ceger lebih berhati hati terhadap tindakan yang
membahayakan atau menyulitkannya karena adanya
peran pengasuh pada struktur dan aturan tersebut.
Rolemodels
Setiap individu setidaknya membutuhkan rolemodel
agar memiliki pedoman hidup yang terarah.
Rolemodels ini meliputi orang yang menunjukkan
bagaimana melakukan hal yang benar (lihat pada bab
II, h.19). Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti, bagi kedua informan merasa bahwa
pengasuh menjadi rolemodels seperti memberikan
contoh yang baik bagi informan dengan cara dalam
kegiatan sehari-hari menunjukkan perilaku yang baik
sehingga anak-anak mengikuti. Sedangkan informan
ketiga informan tidak merasakan peran dari pengasuh
(lihat pada bab IV, h.63). Dapat disimpulkan
meskipun mereka tinggal di panti asuhan dan tidak
memiliki orang tua, ada anak yang mendapatkan
contoh baik melalui pengasuh. Hal ini akan
82
memperkuat resiliensi anak karena memiliki sosok
positif dalam hidupnya.
Dorongan agar menjadi otonom
Dorongan agar menjadi mandiri ini di tandai dengan
ada orang yang mendorong untuk berani melakukan
sesuatu sendiri dan mencari pertolongan ketika
dibutuhkan (lihat pada bab II, h.20). Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan, pengasuh dan teman
memberikan dorongan dan pertolongan saat infroman
1 mengalami pembulian. Selain itu pengasuh
memberikan dorongan saat anak-anak PSAA sedang
malas. Disisi lain, bagi informan 2 teman sekitar juga
membantu mereka menjadi lebih terbuka terhadap
permasalahannya. Bagi informan 3 pengasuh ikut
andil dalam meningkatkan kemandiriannya. Namun
teman merupakan dorongan paling mendominasi (lihat
pada bab IV, h.64). Hal dapat disimpulkan bahwa
teman sekitar dapat mampu membuat anak-anak di
PSAA menjadi lebih mandiri dan mencari pertolongan
apabila mereka dalam kesulitan.
Pada penelitian ini terlihat bahwa dukungan sosial di
lingkungan tempat tinggal mereka yaitu panti asuhan
dan teman sebaya, memainkan peranan besar terhadap
perkembangan resiliensi anak. Munculnya dukungan
dari dalam panti asuhan dan sistem yang baik
membuat ketiga informan memelihara dan
83
mengembangkan kekuatan diri untuk mampu bertahan
dari resiko buruk ketika banyak tekanan.
b. Kekuatan Diri (I Am)
Kekuatan Diri merupakan suatu kemampuan internal dan
pribadi anak. Hal ini termasuk pada perasaan, sikap, dan
kepercayaan dalam diri anak (lihat pada bab II, h.20).
Kekuatan diri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Perasaan dicintai dan menarik
Perasaan dicintai dan menarik meliputi keyakinan
yang dimiliki pada diri sendiri bahwa dirinya adalah
individu yang dapat disukai dan dicintai (lihat pada
bab II, h. 19). Hal ini sejalan yang dialami oleh kedua
informan, mereka merasa dicintai dan disayangi oleh
orang sekitarnya. Adapun anak yang merasa kurang
dicintai, mereka tetap berusaha untuk berubah agar
diri mereka merasa dicintai dan menarik untuk dirinya
dan orang sekitarnya (lihat pada bab IV, h. 65). Dapat
disimpulkan bahwa ketika seorang anak mengalami
kesulitan dalam hidupnya, perasaan dicintai dan
menarik ini akan meminimalisir pikiran-pikiran
negatif terhadap diri mereka.
Mencintai, Empati, dan Altruistik
Dalam hal mencintai, empati, dan altruistik anak akan
cinta pada orang lain dan mengekspresikannya dengan
berbagai cara. Anak akan membantu orang lain atau
memberikan kenyamanan ketika mereka sedang dalam
84
kesulitan (lihat pada bab II, h. 19). Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,
informan memiliki kesamaan mencintai dan altruistik,
saat ketiganya dimintai pertolongan mereka akan siap
membantu dan menjadi pendengar yang baik. (lihat
pada bab IV, h. 66). Dapat disimpulkan bahwa ketiga
informan sangat empati, mencintai, dan altruistik pada
orang sekitarnya meskipun mereka sedang sama sama
memiliki kesulitan, mereka tetap saling membantu
satu sama dengan yang lainnya.
Bangga pada diri sendiri
Pada hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa informan sudah bangga terhadap
dirinya. Untuk informan 1 ia bangga terhadap dirinya
karena dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara
teratur dan mandiri. Sedangkan untuk informan 2, ia
bangga karena prestasi yang telah didapatkan (lihat
pada bab IV, h.67). Berbeda dengan informan 3,
merasa tidak bangga terhadap dirinya karena masih
melakukan hal negatif seperti suka keluar panti asuhan
untuk pergi ke warnet, bolos. Namun tetap merasa
bangga bisa melalui hidupnya. Hal ini sesuai dengan
teori yaitu anak menyadari bahwa mereka adalah
pribadi yang penting dan membanggakan. (lihat pada
bab II, h.21). Dapat disimpulkan bahwa ketiga
informan bangga terhadap dirinya sendiri karena
prestasi dan apa yang dilakukannya.
85
Mandiri dan bertanggung jawab
Pada hasil wawancara yang dilakukan, kedua
informan sudah bisa mandiri dan bertanggung jawab.
Pada informan 1 bisa mengambil keputusan dan
tanggung jawab atas pilihan sekolahnya. Sedangkan
informan 2 bisa bertanggung jawab dan mandiri setiap
pilihan hidupnya yang baik. Hal ini sesuai dengan
teori anak dapat melakukan sesuatu dengan caranya
sendiri, dan dapat bertanggung jawab pada
tindakannya. Anak akan mengerti batasan, kontrol,
dan memiliki jati diri. (lihat pada teori bab II, h.21).
Berbeda dengan informan 3 yang tidak bisa
bertanggung jawab dan mandiri karena terbawa oleh
lingkungan luar panti. (lihat pada bab IV, h.68). Dapat
disimpulkan bahwa kedua informan dapat mandiri dan
bertanggung jawab atas keputusan terkait dengan
masa depan dan kegiatan sehari-hari. Sedangkan
informan yang lain kurang mandiri dan bertanggung
jawab sehingga informan memiliki kurang memiliki
kontrol diri.
Harapan, keyakinan, dan kepercayaan
Hal ini meliputi percaya bahwa ada harapan bagi
mereka. Individu mengetahui perasaan benar dan
salah dan mengekspresikan kepercayaannya pada
Tuhan (lihat pada bab II, h. 22). Pada hasil wawancara
yang telah dilakukan ketiga informan memiliki
harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Pada informan
86
1, ia banyak berdoa dan mengaji agar semua berjalan
dengan baik. Sedangkan pada informan 2 dan 3, ia
selalu bersyukur atas keadaannya saat ini. (lihat pada
bab IV, h. 69). Dapat disimpulkan bahwa ketiga
informan tetap memiliki harapan, keyakinan, dan
kepercayaan dengan percaya atas kehadiran allah dan
bersyukur.
Ketiga informan tinggal di panti asuhan, mereka
melakukan segala sesuatunya sendiri. Mereka tumbuh
menjadi remaja yang mandiri dan berani menerima
konsekuensi atau resiko atas perbuatan mereka. Ketiga
informan memiliki kesamaan dalam hal kepercayaan.
Mereka percaya bahwa Allah ikut andil dalam
kehidupan mereka sehari-hari dan membuat mereka
dapat melalui keadaan mereka saat ini. Perbedannya
adalah ada informan yang belum bisa mandiri dan
tanggung jawab terhadap perilakunya.
c. Kemampuan Interpersonal (I Can)
Faktor kemampuan Interpersonal (I Can) dibangun
dengan cara berinteraksi dengan orang lain, memecahkan
masalah, mengatur tingkah laku, serta mendapatkan
bantuan saat membutuhkan (lihat pada bab II, h.22).
Komunikasi
Dalam hal komunikasi, individu dapat
mengekspresikan dan perasaannya kepada orang lain,
serta dapat mendengarkan apa yang dikatakan orang
87
lain, dan dapat merasakan perasaan orang lain (lihat
pada bab II, h.22). Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan peneliti, terdapat dua informan yang
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Informan
1 melakukan komunikasi pada teman atau pengasuh
saat mengalami pembulian dan mendapatkan masalah.
Sedangkan untuk informan 2 tidak jauh berbeda
dengan informan 1 dimana informan 2 melakukan
komunikasi dengan teman saja. Berbeda dengan
informan 3 yang tidak bisa berkomunikasi dengan
orang sekitarnya (lihat pada bab IV, h.70) Dapat
disimpulkan bahwa dua dari tiga informan bisa
berkomunikasi ketika dalam masa sulit.
Pemecahan Masalah
Individu dapat menilai masalah yang menimpanya,
penyebab munculnya masalah dan mengetahui
bagaimana cara memecahkannya. Selain itu individu
mempunyai kemampuan untuk bertahan dengan suatu
masalah hingga masalah tersebut dapat terselesaikan.
(lihat pada bab II, h.22). Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yang telah dilakukan peneliti bahwa,
dalam menghadapi masalah untuk informan 1, dalam
menghadapi pembulian ia menghindari orang yang
bersangkutan serta memperbaiki kekurangannya.
Sedangkan untuk informan 2 lebih fokus untuk
mencari jalan keluargnya dengan tenang. Sedangkan
Untuk informan 3, ia memilih untuk tetap memendam
88
dan tidak menyelesaikan masalahnya (lihat pada bab
IV, h.71) Dapat disimpulkan bahwa dalam
menghadapi masalah ketiganya memiliki strategi
pemecahan masalah yang berbeda-beda.
Mengelola perasaan dan rangsangan
Individu dapat mengetahui apa yang dirasakan, dan
mengekspresikannya dalam kata-kata dan perilaku
yang baik dan benar kepada orang lain atau kepada
diri sendiri. Individu juga dapat mengatur pikiran
ataupun pikiran-pikiran negatif (lihat pada bab II,
h.23). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa
untuk informan 1 menenangkan diri dengan menarik
nafas ketika sedang sedih atau marah. Sedangkan
dengan informan 2 tidak jauh berbeda dengan
informan 1, yaitu dengan menarik nafas saat sedang
kesal. Di sisi lain informan 3 kurang bisa mengatur
perasaan dan rangsangannya yang mengakibatkan ia
melampiaskan emosinya pada orang lain (lihat pada
bab IV, h.72). Dapat disimpulkan bahwa kedua
informan memiliki cara yang sama dalam mengelola
perasaan dan rangsangan ketika sedang dalam
kesulitan. Dan informan lainnya tidak bisa mengelola
perasaan dan rangsangan ketika sedang ada masalah.
Mengukur temperamen diri dan orang lain
Anak memiliki pengetahuan tentang temperamennya
sendiri. Hal ini dapat membantu anak untuk
mengetahui seberapa cepat untuk bertindak, berapa
89
banyak waktu yang dibutuhkan untuk berkomunikasi,
dan bagaimana dia dapat menangani berbagai situasi
(lihat pada bab II, h.23). Hal ini dapat terlihat dari
hasil wawancara, untuk informan 1 ia memilih untuk
menangis. Sedangkan untuk informan 2 jika ia tidak
menemukan orang untuk berbagi, ia akan
mengalihkan temperamennya dengan cara membaca
novel. Berbeda dengan informan 3 yang menjadi
agresif dalam masa sulit (lihat pada bab IV, h.78).
Dapat disimpulkan bahwa kedua informan memiliki
kegiatan yang berbeda untuk mengatur
temperamennya. Sedangkan informan 3 sulit untuk
mengatur temperamennya sendiri.
Mencari hubungan yang dipercaya
Anak dapat menemukan seseorang seperti : orang tua,
guru, orang dewasa lain, atau teman sebaya untuk
meminta bantuan seperti berbagi perasaan dan
kesedihan, untuk mencari tahu cara menyelesaikan
masalah pribadi dan antar pribadi, atau mendiskusikan
konflik dalam keluarganya (lihat pada bab II, h.23).
Berdasarkan hasil wawancara, untuk informan 1
mencurahkan isi hatinya kepada allah, teman, dan
pengasuh. Sedangkan untuk informan 2 akan meminta
pertolongan pada temannya. Tidak jauh berbeda
dengan informan 1, informan 2 dan 3 akan mencari
pertolongan terkait sekolah kepada pengasuh (lihat
pada bab IV, h.73). Dapat disimpulkan bahwa mereka
90
memiliki orang yang dapat membantunya disaat
mereka kesulitan.
B. Program yang Mempengaruhi Resiliensi Anak
Terlantar
Telah dijelaskan bahwa organisasi pelayanan sosial
utamanya adalah untuk melindungi, memelihara atau
meningkatkan kesejahteraan pribadi individu-individu
(lihat pada Bab II, h.32) Menurut Ibu Gura, dalam panti
asuhan terdapat beberapa program yang terdiri dari
beberapa kegiatan agar anak di PSAA memiliki potensi
dalam dirinya. Tujuannya ya agar anak-anak memiliki
kemampuan di suatu bidang, atau membantu mereka
mengisi kegiatannya dengan yang bermanfaat (lihat pada
bab IV, h.75).
1. Pencat Silat
Pencat Silat ini bertujuan agar anak memiliki ketahanan
fisik yang kuat dan memiliki kebersamaan satu sama
lainnya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa, informan 2
merasakan manfaat dari pencat silat yaitu memiliki
kedekatan antara anak lainnya. Selain itu berdasarkan
hasil studi dokumentasi yaitu, bahwa kegiatan silat
membutuhkan komunikasi dua arah untuk kelancaran
kegiatan tersebut. Maka dari itu terjadi lah kedekatan
antara satu anak dengan anak yang lainnya. (lihat pada
bab IV, h.75). Dapat disimpulkan bahwa pencat silat ini
91
memiliki manfaat sebagai ketahanan fisik dan juga
menjalin kedekatan antar anak.
2. Mengaji
Selain bimbingan fisik, perihal spiritual tidak kalah
penting. Karena kedekatan manusia dengan Allah itu
diutamakan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara
ketiga informan yaitu, informan 1 merasa bahwa dalam
keadaan sulit ia merasa bahwa kesulitan adalah kehendak
allah. Sedangkan untuk informan 2 merasa bahwa dengan
mengaji bersama ia merasa dekat dengan teman-
temannya. Sedangkan informan 3 mengatakan bahwa
melalui kisah nabi dari guru mengaji membuat ia tersadar
bahwa ada hikmah di balik setiap ujian (lihat pada bab IV,
h.76). Dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengaji
merupakan salah satu yang membuat anak resilien karena
membuat anak dekat dengan Allah.
3. Pembinaan Kamar
Pembinaan Kamar adalah salah satu kegiatan tidak formal
dari PSAA dimana kegiatan ini akan diisi dengan cara
berkomunikasi antara anak dengan pengasuh. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kedekatan anak dengan
pengasuh kamar. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
peneliti lakukan, untuk informan 2 pembinaan kamar
berbicara mengenai sekolah dan kabar anak-anak. Sama
seperti informan 2, informan 1 mendapatkan pembinaan
kamar melalui obrolan terkait cara mengatasi pembulian.
Untuk informan 3 tidak jauh berbeda dengan kedua
92
informan diatas, informan 3 mendapatkan pembinaan
kamar melalui obrolan seputar kebutuhan sekolah (lihat
pada bab IV, h.77). Dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya pembinaan kamar dapat membantu mendekatkan
anak dengan pengasuh.
93
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua dari tiga anak
yang dapat dikatakan resilien meskipun mereka mengalami
berbagai tekanan dalam hidupnya. Kedua informan memiliki
dukungan eksternal yang kuat dari teman-teman dan
pengasuh. Akan tetapi, ada satu anak yang tidak memiliki
sumber dukungan dari figur-figur tersebut. Persamaan dalam
sumber I Have, ketiga informan memiliki pengasuh sebagai
orang yang memberti aturan dan batasan, rolemodels, dan
juga mereka memiliki dorongan untuk menjadi otonom dari
pengasuh dan temannya.
Sumber kekuatan dalam diri yang mendukung
pembentukan resiliensi yaitu gambaran diri yang positif
terlihat dari karakteristik yang bervariasi pada tiap informan.
Adapun anak yang tidak memiliki gambaran diri yang positif,
ia tetap berusaha untuk menjadi positif. Selain itu, semua
informan merupakan pribadi yang memiliki harapan dan
keyakinan pada Allah swt.
Kemudian sumber kemampuan interpersonal yang ada
pada semua informan yaitu, kemampuan mengatasi masalah
dengan cara yang berbeda-beda. Terdapat dua informan yang
bisa mengelola perasaaan dan mengukur temperamen diri,
dan mencari hubungan yang dipercaya jika ada masalah.
Adapun anak yang sulit untuk mengelola perasaan,
temperamen dirinya, dan tidak memiliki hubungan yang
94
dipercaya, sehingga ia melakukan hal negatif seperti
merokok, keluar dari panti asuhan sebagai pelampiasannya.
B. Saran
1. Bagi Pihak Panti Asuhan
Bagi pihak panti asuhan yang merawat anak
terlantar diharapkan agar dapat memerikan dukungan
sosial, dan pengasuhan yang baik. Karena berdasarkan
penelitian, dapat dilihat bahwa adanya dukungan yang
ditandai dengan kehangatan dan kasih sayang dari
orang-orang sekitar individu akan membantu
mengembangkan resiliensi anak.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini menjelaskan bagaimana resiliensi
anak terlantar melalui tiga sumber resiliensi, maka
peneliti selanjutnya sebaiknya dapat meneliti
bagaimana resiliensi pada komunitas atau lembaga
lain dengan subyek yang lebih bervariasi.
95
DAFTAR PUSTAKA
A. SUMBER BUKU
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kualittif.
Jakarta: Prenada Media Group
Coleman, J and Hendery, L. 1999. The Nature of
Adolescence. London: Routledge
Costin, Lela B. 1979. Child Welfare Policies and
Parctices. United States: McGraw-Hill.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
Teori&Praktik. Cetakan Pertma. Jakarta: Bumi
Aksara.
Harris, John and White, Vicky. 2013. A Dictionary of
Social Work and Social Care. Oxford University
Press.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitin Kualitatif
untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Karen, Reivich and Andrew, Shatte. 2002. The Resilience
Factor 7 Essential Skills for Overcoming life’s
Inevtable Obstacles, United States.
Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV. Alfabeta.
96
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta:
Kencana Pranada Media Grup.
B. SUMBER SKRIPSI
Napitupulu, Cahaya, Afriani. Resiliensi Remaja Yatim
Piatu di Panti Asuhan Mardi Siwi Kalasan
Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Psikologi.
Universitas Sanata Dharma.
C. SUMBER JURNAL
Grotberg, Edith,. 1995. A Guide to Promoting Resilience
in Children: Strengthening the Human Spirit.
Bernard van Leer Foundation
Hasenfeld, Yaheskel, Ed. 1992. Human Service as
Complex Organizations. Newbury Park, Sage
Publications.
Howard, Dubowitz. 2000. Handbook for Child Practice.
Sage Publications
M Kathryn, Connor and Jonathan Davidson. 2003.
Development of A New Resilience scale: The
Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC).
North California: Wiley-Liss, Inc.
Pediatri, Sari. 2010. Adolescent Development
(Perkembangan Remaja). Jakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Cipto
Mangunkusumo
Siebert, A. 2005. The Resiliency Advantage: Master
Change, Thrive Under Pressure and Bounce
97
Back from Setback. San Fransisco: Berret-
Koehler.
Tugade, M.M and Fredickson, B.L. 2004. Resilient
Individuals Use Positive Emotion to Bounce Back
from Negative Emotional Experiences.
Van Hook Mary. 2008. Social Work Practice with
Families: A Resiliency-Based Approach. Chicgo:
Lyceum Books.
Yasin, Min Ghulam, and Iqbal Najma. 2013. Resilience,
Self Esteem and Delinquent Tendencies among
Orphan and Non-Orphan Adolescents.
Yu,X., and Zhang, J. 2007. Factor Analysis and
Psychometric Evaluation of Connor-Davidson
Resilience Scale (CD-RISC) with Chinese
People.
D. SUMBER UNDANG-UNDANG
Undang-Undang No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak.
Undang-Undang Pasal 34 Ayat 1 Tahun 1945 tentang
fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
Negara
Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang perilndungan
anak
E. WEBSITE
Kusuma, Febriyatri, Edward. “Mensos: Ada 4,1 Juta Anak
Terlantar di Indonesia.” diakses 12 April 2019
98
dari
http://news.detik.com/berita/2916183/mensos-
ada-41-juta-anak-terlantar-di-indonesia
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry
Foster Care. diakses pada 28 Mei 2019 dari
https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Y
outh/Facts_for_Families/FFF-Guide/Foster-Care-
064.aspx
F. Sumber Dokumentasi
Arsip Dokumen Profil Milik Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur
G. Hasil Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Vivi Kafilatuljannah selaku
Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
03 Ceger, Jakarta 13 Mei 2018.
Wawancara Pribadi dengan ibu Gura Susana selaku
Pekerja Sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 03 Ceger, Jakarta 13 Mei 2019.
Wawancara Pribadi dengan ibu Nani selaku Pengasuh
Panti Sosial Asuhan Putra Utama 03 Ceger,
Jakarta 14 Mei 2019.
Wawancara Pribadi dengan Informan 1 selaku anak
terlantar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
03 Ceger, Jakarta 21 Mei 2019.
99
Wawancara Pribadi dengan Informan 2 selaku anak
terlantar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
03 Ceger, Jakarta 22 Mei 2019.
Wawancara Pribadi dengan informan 3 selaku anak
terlantar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
03 Ceger, Jakarta 23 Mei 2019.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KETUA PANTI
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019
2. Lokasi Wawancara : Kantor
B. Identitas Informan
1. Nama : Vivi Kafilatuljannah, M.Si
2. Jabatan : Ketua Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA)
C. Isi Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah
berdirinya panti
asuhan?
Sejarahnya dulu panti ini tempat
untuk orang-orang kusta. Lalu
akhirnya di Tahun 1996 panti
ini diganti menjadi panti sosial
anak karena banyak masyarakat
tuh yang gak setuju kalau
dijadikan tempat kusta.
2. Bagaimana aturan dan
batasan yang berlaku di
PSAA?
Batasan dan aturan di panti
pasti ada, namun kami juga
tetap mengingatkan kepada
anak-anak bahwa kami adalah
orang tua pengganti kalian.
3. Kegiatan apa saja yang
diberikan oleh PSAA?
Kegiatan yang diberikan oleh
PSAA banyak sekali, mulai dari
bimbingan fisik, bimbingan
mental spiritual, bimbigan seni,
bimbingan aktifitas sehari-hari.
Setiap bimbingan ada
kegiatannya masing-masing
4. Apakah tujuan dari
kegiatan yang diberikan
oleh PSAA?
Tujuannya ya agar anak-anak
memiliki kemampuan di suatu
bidang, atau membantu mereka
mengisi kegiatannya dengan
yang bermanfaat
5. Bagaimana Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03
mengembangkan
Resiliensi (ketahanan)
anak?
Sebenarnya setiap anak sudah
memiliki resiliensi masing-
masing, kami membantu untuk
mengembangkan resiliensi anak
dengan cara membimbing
mereka disini dengan beberapa
kegiatan disini seperti
bimbingan spiritualnya.
6. Apa saja program yang
mempengaruhi
resiliensi di PSAA?
Menurut saya tidak ada
program atau kegiatan secara
khusus untuk pengembangan
resiliensi anak anak. Setiap
program ataupun kegiatan disini
dapat berpengaruh pada
resiliensi anak.
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEGAWAI
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019
2. Lokasi Wawancara : Depan Kamar
B. Identitas Informan
1. Nama : Gura Susana
Waittalong, S.Sos
2. Jabatan : Pekerja Sosial
C. Isi Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana latar
belakang anak-anak di
PSAA?
Ada Anak yatim, piatu, dan
yatim piatu adalah seorang anak
yang tidak memiliki Ayah, tidak
memiliki Ibu, dan tidak memiliki
Ayah dan Ibu. Lalu ada anak
dhuafa adalah yang berasal dari
keluarga tidak/kurang mampu.
Kemudian Anak negara adalah
anak tidak diketahui latar
belakang keluarganya sehingga
anak tersebut hidup dari panti ke
panti atau berdasarkan rujukan
panti ke panti. Dan yang terakhir
anak yang menjadi korban
tindak kekerasan atau anak yang
diperlakukan salah dengan
seperti sering mendapat
perlakuan kasar dan tindakan
yang berakibat secara fisik
dan/atau psikologi
2. Bagaimana latar
belakang 1, 2, dan 3?
Mereka semua merupakan anak
Negara, yaitu anak yang tidak
memiliki keluarga sejak bayi dan
hidupnya dari panti ke panti.
3. Bagaimana pandangan
anak PSAA terhadap
dirinya sendiri?
Bermacam-macam sih, ada yang
memandang dirinya positif dan
bangga pada dirinya sehingga
mereka bersyukur. Namun ada
juga yang memandang dirinya
negatif. Kita harus selalu bangun
kepribadian mereka menjadi
lebih positif.
4. Bagaimana gambaran
permasalahan anak di
PSAA?
Mereka kan remaja, jadi tidak
sedikit yang melakukan
kenakalan remaja seperti
merokok, bolos sekolah, dan
lainnya.
5. Bagaimana peran
PSAA terhadap
permasalahan anak di
Ketika anak memiliki masalah,
ya pasti langsung kita tangani.
PSAA?
Tapi tergantung
permasalahannya juga, apakah
kompleks atau biasa. Kalau yang
biasa akan kita berikan
bimbingan konseling. Kalau
agak rumit masalahnya ya pasti
di obrolin sm semua pegawai
untuk cari jalan keluarnya.
6. Bagaimana peran
PSAA dalam
meningkatkan
resiliensi?
Panti memberikan peran kepada
anak anak secara tidak langsung,
melalui pengasuh. Secara tidak
langsung ya peran kita disini
sebagai orangtua pengganti
untuk mereka. Kita selalu
memberikan batasan atau aturan.
Tidak lupa juga kita memberikan
motivasi dan dukungan apabila
anak membutuhkannya.
Contohnya ya kalau anak asuh
bingung mau lanjut kemana
setelah lulus, kami selalu
memberikan arahan.
7. Apakah ada kegiatan
yang mendukung
resiliensi?
Kalau untuk di psaa ya semua
kegiatan bisa mengembangkan
resiliensi anak. Bimbingan fisik
nya juga ngaruh misalnya silat,
mereka kan bisa melepas emosi
ke arah yang positif. Selain itu
disini kita wajibkan mereka
untuk mengaji dengan guru ngaji
di malam jumat. Itu membantu
mereka sadar bahwa mereka
memiliki allah disisi mereka.
Kalau disini setiap kamar punya
pengasuh yang bertanggung
jawab. Biasanya masing-masih
punya waktunya sendiri untuk
melakukan pembinaan bisa
sebulan satu kali, atau bahkan
sebulan dua kali. Harapannya
agar anak merasakan perhatian
dari kita para pengasuh.
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEGAWAI
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019
2. Lokasi Wawancara : Depan Dapur
B. Identitas Informan
1. Nama : Nani Priyono
C. Isi Wawancara
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana latar belakang
anak di PSAA?
Latar belakangnya macam-
macam. Ada yang yatim, piatu,
terlantar (gapunya orang tua),
yang kurang mampu, sama
korban perceraian.
2. Bagaimana latar belakang
1, 2, dan 3?
Kalau ketiga orang itu ya gak
punya orang tua dari bayi. Jadi
hidupnya dari panti ke panti.
2. Bagaimana pengasuhan
yang diterapkan pada anak-
anak panti?
Di PSAA sendiri terdapat aturan
sendiri. Kaya misalnya harus
makan di ruang makan. Terus
kalo misalnya mereka mau lulus,
kita selalu kasih motivasi agar
mereka mau lanjut kerja, kuliah,
atau mau lanjut kemana gitu.
Tapi ya tidak semua anak patuh
dan mendengarkan. Jadi balik ke
anak itu masing-masing, kita
sudah kasih arahan, dan
motivasi gitu dan tidak
memaksa.
3. Bagaimana pandangan ibu
terhadap anak-anak
terlantar disini?
Kebanyakan anak terlantar disini
memiliki kepribadian yang
tertutup. Kaya yang susah gitu
kalo ngomongin masalahnya.
Kalau 1 orangnya dia selalu
diem meskipun di bully. Dia
kalau ada masalah gapernah
melampiaskan ke orang lain. Dia
lebih banyak diam. Tapi kadang
dia cerita sekilas kalau sudah
terus-terusan diganggu, paling
dia cuma ngomong "saya
dikerjain mulu bu". Nah disitu
deh saya baru kasih nasehat buat
1. Saya seneng sama 1, soalnya
nurut lah anaknya.
3 itu jahil anaknya. Dia suka
membuat masalah sama anak
lain. Mungkin itu cara dia
mencari perhatian kalo menurut
saya mah. Tapi pengasuh selalu
kasih nasihat untuk jangan jahil,
tapi tetep aja kelakuannya gitu.
Dia agak susah mengontrol
emosinya kalo lagi ada masalah.
Ntah marah-marah, atau malah
main warnet.
Sedangkan kalau 2 itu agak
pendiam anaknya. Sama kaya 3
jarang ngomong sama pengasuh.
Mereka berdua gak mau dekat
sama pengasuh jadinya susah.
Kalau bedanya 2 sama 3, 3
punya temen kalo misalnya dia
ada masalah biasanya cerita ke
temen silatnya. Kalau 3 diam aja
dan lebih seneng lampiasin ke
hal lain.
Semua anak disini yaa ada aja
sih yang ngeluh bosen, capek,
tapi kita ingetin kalo disini tuh
masih ada temen-temen kalian,
pengasuh yang peduli sama
kalian. Disini anak-anaknya ya
ada yang terbuka dan tertutup.
Kalo tertutup ya enggak cerita
sama sekali. Pada jarang cerita,
yang tertutup mah cerita tapi gak
100%, kebanyakan cerita sama
teman seumurannya lah gitu.
Tapi kita tetep tanya mereka
pelan pelan, ya ada apa gitu.
Nanti juga terbuka sendiri.
4. Bagaimana peran pengasuh
terhadap anak-anak di
PSAA?
Kalau menurut saya ya
sebenernya peran pengasuh
penting sekali, karena kan
harusnya menjadi orang tua
pengganti gitulah buat mereka.
Tapi kebanyakan cerita sama
temennya lah. Kalo sama
pengasuh cuma sekedar ngeluh
dan kitapun denger dari anak
lain, bukan orang yang
bersangkutan. Para pengasuh
sudah cukup dekat, tapi gak
berlebihan juga. Udah kaya anak
sendiri lah gitu.
5. Apa suka Duka mengurus
anak-anak di PSAA?
Suka nya anak anak kalau
misalnya lagi pada libur,
sukarelawan bantu saya untuk
melakukan ini itu tanpa disuruh.
Dukanya ya, gak semua anak
bisa di kontrol, ada aja yang
dilakuin tapi ya masih kenakalan
remaja biasa.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019
2. Lokasi Wawancara : Mushola PSAA
B. Identitas Informan
1. Nama : Informan 1
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenjang Pendidikan : SMA
C. Isi Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana awal
cerita anda bisa
berada disini?
Saya dari bayi udah hidup di
panti kak. Pertamadi PSA
Bayi, terus klender, habis itu di
PSAA sini deh.
2. Bagaimana kamu
percaya dengan
orang sekitar kamu?
Kalau orang yang dipercaya sih
ada tapi cuma sedikit, ada dua
orang temen saya di panti.
Karena saya sering main
bareng dan akhirnya suka
cerita sama mereka. Terus kalo
menurut saya, mereka baik dan
gak buli saya kaya anak-anak
lain. Jadi nyaman aja sama
mereka.
3. Bagaimana jika ada
seseorang yang
memberi
batasan/aturan atas
perilaku kamu?
Ada ya pengasuh yang
biasanya kasih aturan. Di panti
dikasih tau sama pengasuh
jangan merokok, jangan suka
bolos. Nanti berpengaruh gitu
buat masa depan saya,
makanya saya patuh.
4. Bagaimana kamu
melihat orang-orang
disekitar kamu?
Ada sih pengasuh yang baik
banget kaya ngajarin saya hal-
hal yang baik kaya cara
bicaranya lemah lembut dan
beliau selalu dengerin saya.
Beliau pengasuh kamar saya
dulunya, tapi meskipun udah
bukan pengasuh kamar, beliau
masih suka tanya saya,
pokoknya deket kaya ibu
sendiri. Saya kepengen jadi
kaya beliau.
5. Bagaimana kamu
dapat menjadi
pribadi yang
mandiri?
Saya bisa sih menghadapi buli
itu sendiri. Tapi kalo kesulitan
dan udah parah banget ya ada
pengasuh, dan temen saya.
Mereka selalu jadi tempat saya
buat cerita dan mendorong
saya buat menghadapi itu
semua.
6. Bagaimana cara
kamu menerima diri
kamu saat ini?
Selama saya tinggal dipanti
saya merasa cukup disukai
sama temen temen saya.
Meskipun saya agak cengeng
dan itu menjadi alesan saya
dibuli. Saya ingin terus
menjadi anak yang baik karena
saya suka membantu, tidak
melakukan hal-hal negatif kaya
bolos sekolah. Saya melakukan
itu supaya bisa disukai dan
kasih contoh baik.
7. Bagaimana jika ada
seseorang yang
meminta pertolongan
kepada kamu?
Kalau sama orang lain ya saya
baik kak. Misalnya nanti dia
minta tolong, pasti saya bantu.
Kalo gabisa bantu, ya dengerin
aja doang gitu ka.
8. Bagaimana
pandangan kamu
terhadap diri kamu
sendiri?
Saya merasa disukai karena
saya masih memiliki teman dan
pengasuh yang baik sama saya,
meskipun hanya sedikit
9. Bagaimana cara
kamu mengambil
keputusan?
Saya selalu pikir dulu sebelum
buat keputusan. Kaya misalnya
ambil keputusan buat masa
depan. Orang panti kasih
pilihan saya harus sekolah
disini, karena saya pengen
sukses ya berarti keputusan
saya harus rajin belajarnya.
10. Bagaimana
pandangan kamu
terhadap masa depan
dan kepercayaan?
Kalo kata guru ngaji saya, kita
berdoa aja sama allah biar
semua baik baik aja. Dan ya
semua alhamdulillah jadi lebih
mudah ka.
11. Bagaimana cara
kamu berinteraksi
dengan orang
disekitar?
Kalo emang kepikiran soal
orang tua atau dibully,
pokoknya tiap ada masalah
saya diem, atau bicara ke dua
orang itu atau pengasuh tapi
sekilas aja dan liat situasi
mereka dulu. Terus kalo saya
cerita, mereka dengerin, terus
bilang sabar dan berdoa aja ka.
Ya pokoknya nenangin.
12. Bagaimana cara
kamu menyelesaikan
masalah?
Kalo ada masalah biasanya
saya banyak berdoa dulu, terus
minta saran dari temen cari
jalan keluar yang tepat. Kaya
misalnya saya di buli, kata
temen saya hindarin orang itu,
dan terus kata pengasuh
“jangan didenger kalo dibully”
perbaiki kekurangan yang ada
di diri saya
13. Bagaimana cara anda
mengelola mengatur
perasaan anda?
Kalo saya sedang sedih, atau
marah biasanya diem, terus
tarik nafas nyoba supaya mikir
jernih.
14. Bagaimana cara anda
mengatur
temperamen diri
anda dan orang lain?
Kira kira saya pantas gak buat
marah. Kalo saya ga kuat, saya
nangis paling kalo lagi sendiri.
Gak sampe main tangan atau
rebut sama anak yang
bersangkutan. Kalo mau cerita
ke orang lain, saya biasanya
liat-liat dulu, ini orang bisa
diajak ngobrol gak ya
15. Bagaimana cara anda
mencari hubungan
ketika anda dalam
masalah?
Saya kalau ada masalah saya
cerita dulu sama allah, habis itu
baru cari teman saya deh.
16. Bagaimana pendapat
anda mengenai
kegiatan di PSAA?
Saya sukanya mengaji aja sih
kak. Guru ngaji saya selalu
kasih tau, walaupun
keadaannya sulit semua
kehendak allah. Makanya saya
bisa kuat. Ada juga pembinaan
kamar ya kalo pengasuh kamar
saya enak ngobrolnya, saya
jadi merasa dekat sama beliau.
Merasa bahwa beliau seperti
orang tua saya sendiri.
TRANSKIP WAWANCARA
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tanggal Wawancara : 22 Mei 2019
2. Lokasi Wawancara : Mushola PSAA
B. Identitas Informan
3. Nama : Informan 2
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenjang Pendidikan : SMA
C. Isi Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana awal
cerita anda bisa
berada disini?
Saya dari balita udah
hidup dari ke panti tanpa
orang tua ka. Pertama tuh
di PSAA bayi, abis itu
klender, abis itu ya disini
PSAA Ceger.
2. Bagaimana kamu
percaya dengan
orang sekitar kamu?
Saya percaya sama
beberapa temen saya
disini. Karena kita suka
latihan silat bareng,
jadinya ngerasa lebih
nyambung aja sama
mereka dan nyaman kalo
cerita sama mereka.
3. Bagaimana jika ada
seseorang yang
memberi
batasan/aturan atas
perilaku kamu?
Ya jelas disini semuanya
termasuk selalu kasih
aturan dan batasan supaya
hidup kita lebih disiplin
gitu ka, dan gak jadi anak
yang bandel. Kaya saya
kan suka gak pake baju
tuh, nah dimarahin sama
pengasuh. Mungkin baik
kali ya niatnya, biar gak
masuk angin dan malu.
4. Bagaimana kamu
melihat orang-orang
disekitar kamu?
Kalau orang-orang
disekitar saya baik, tapi
saya kurang perhatiin
mereka. Tapi, ada sih
pengasuh yang ngasih tau
cara makan yang baik itu
di meja makan.
5. Bagaimana kamu
dapat menjadi
pribadi yang
mandiri?
Kalo ada apa apa lakuin
sendiri. Tapi dikasih tau
sama temen silat, kalo ada
apa apa ya cerita aja sama
mereka.
6. Bagaimana cara
kamu menerima diri
kamu saat ini?
Awalnya sulit, gapunya
temen main, gaada orang
tua. Saya suka bertanya-
tanya, tapi lama lama
terbiasa ka hidup kaya
gini. Meskipun pengasuh
dan temen bukan keluarga
kandung saya, tapi saya
merasa cukup di sayang
sama mereka soalnya
mereka baik sama saya,
makanya saya bersyukur.
7. Bagaimana jika ada
seseorang yang
meminta pertolongan
kepada kamu?
Kalo ada yang pengen
curhat atau minta tolong
ya saya dengerin sama
bantuin, kan disini kaya
keluarga.
8. Bagaimana
pandangan kamu
terhadap diri kamu
sendiri?
Saya kadang bangga juga
sama diri saya sedikit demi
sedikit, udah bisa
berperstasi kaya ikut
lomba silat, lakuin aktifitas
kaya nyuci itu udah bisa.
Saya banyak temen disini.
9. Bagaimana cara
kamu mengambil
keputusan?
Dari setiap pengalaman
hidup dari panti ke panti
kali ya saya jadi bisa
nentuin sesuatu kaya
misalnya saya pilih ikut
silat. Itu buat diri saya
sendiri dan tau resikonya
10. Bagaimana
pandangan kamu
terhadap masa
depan?
Saya bersyukur banget
keadaan saya saat ini, ya
meskipun gapunya orang
tua. Itu kan semua
kehendak allah, berarti
saya bisa lewatin itu
semua. Kalo bisa mah
nanti jadi yang pribadi
lebih baik lagi ka.
11. Bagaimana cara
kamu berinteraksi
dengan orang
disekitar?
Tergantung masalahnya
kak, kalo misalnya soal
gaada orang tua ya saya
pendem sendiri. Kalo
masalahnya cuma gara-
gara sekolah, kesel sama
pengasuh, ya saya cerita ke
temen temen silat. Habis
itu dikasih saran, ya jadi
lebih paham aja harus
gimana. Dan abis itu jadi
lebih lega juga sih
12. Bagaimana cara
kamu menyelesaikan
masalah?
Kalo kata orang ka, gaada
manusia yang terbebas
dari masalah. Meskipun
kondisinya kaya gini, saya
masih kepengen jadi orang
sukses buat diri Kalo
misalnya keingetan sama
orang tua, saya mikir lagi
temen2 saya disini banyak
yang senasib dan sama
kaya saya. Jadi paling
cuma sedih sebentar habis
itu biasa lagi deh.
13. Bagaimana cara anda
mengelola mengatur
perasaan anda?
Saya kalo lagi kesel atau
keingetan masalah ya saya
tarik nafas dalam-dalam
biar gak emosi dan
lampiasin ke orang lain
14. Bagaimana cara anda
mengatur
temperamen diri
anda dan orang lain?
kalo udah mentok banget
dan gabisa cerita, ya saya
cuma diem dan baca novel.
Supaya enggak kepikiran
dan melakukan aneh-aneh
kaya marah-marah. Kalo
ke orang lain, ya pasti kan
semua orang gamungkin
keadaannya sama, kalo
gabisa cerita ya saya diem.
15. Bagaimana cara anda
mencari orang lain
ketika anda dalam
masalah?
Kalau sulit banget ya saya
minta tolong sama
pengasuh, kaya masalah
kebutuhan sekolah. Saya
jarang sih kalo cari orang
lain pas cerita, saya
pendem dulu biasanya.
Kalo gakuat baru cerita ke
temen silat itu, baru
pengasuh.
16. Bagaimana pendapat
anda mengenai
kegiatan di PSAA?
Saya paling seneng ikut
silat, karena saya suka
kegiatan yang pake tenaga
fisik gitu, makanya
jalaninnya enjoy. Saya ikut
silat udah lama sih. Terus
memang gak semua anak
ikut pencat silat. Gara gara
sering latihan silat bareng,
kita jadi dekat. Terus kalo
lagi ngaji sih, ngerasa gak
sendiri, banyak temen-
temen dan lebih tenang
ternyata
TRANSKIP WAWANCARA
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tanggal Wawancara : 23 Mei 2019
2. Lokasi Wawancara : Mushola PSAA
B. Identitas Informan
3. Nama : Informan 3
4. Usia : 17 Tahun
5. Jenjang Pendidikan : SMA
C. Isi Wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana awal
cerita anda bisa
berada disini?
Yang saya tau mah saya dari
kecil umur 5 tahun udah di
psaa balita, terus ke klender,
abis itu ke psaa sini deh ka.
2. Bagaimana
kamu percaya
dengan orang
sekitar kamu?
Saya gapunya temen disini
mah, malah kebanyakan saya
gak suka sama mereka karena
saya di suruh-suruh terus sama
temen disini. Jadi saya lebih
suka main sama temen di luar
panti sih.
3. Bagaimana jika
ada seseorang
yang memberi
batasan/aturan
atas perilaku
kamu?
Di panti mah kan emang pasti
ada yang ngatur ya pengasuh.
Makanya kadang saya suka
kesel karena banyak larangan
ini itu. Semuanya kaya yang
dilarang, kadang saya suka
keluar panti kaya main warnet
karena saya pengen diluar
panti aja lebih nyaman aja gak
ada yang ngatur.
4. Bagaimana
kamu melihat
orang-orang
disekitar kamu?
Dulu kan masih kecil, dan
makin kesini terbiasa sih dan
lama dipanti. Pengasuh banyak
ngajarin banyak hal baik kaya
habis makan harus dicuci
piringnya. Jadi saya mandiri
kak pas lakuin kegiatan sehari
hari. Tapi saya gak deket sama
pengasuh, karena saya
ngerasanya jauh aja dan
pengasuh kamar kan ganti-
ganti, jadi gabisa deket aja
gitu. Mau curhatpun sungkan
karena orang dewasa, takut
dimarahin juga.
5. Bagaimana
kamu dapat
menjadi pribadi
yang mandiri?
Pernah dikasih tau sih sama
temen diluar, mending selesain
dulu kalo ada masalah, baru
cerita sama orang panti kalo
gasanggup
6. Bagaimana cara
kamu menerima
diri kamu saat
ini?
Kadang masih susah sih ka
buat nerima saya gapunya
orang tua, keingetan. Saya sih
merasa kalau saya itu tidak
disukai karena nakal, males,
bandel, terus saya suka isengin
temen-temen disini, suka di
marahin sama pengasuh karena
kadang saya ke warnet terus,
atau lakuin apa gitu yang
ngelanggar aturan panti. Saya
sadar sih saya kurang disukai,
tapi pengen berubah sedikit-
sedikit buat diri saya.
Sebenernya saya begitu supaya
dapet perhatian dari orang
sekitar saya.
7. Bagaimana jika
ada seseorang
yang meminta
pertolongan
kepada kamu?
Saya tolongin kak meskipun ga
deket, ya ga enak aja kalo gak
nolongin.
8. Bagaimana
pandangan
kamu terhadap
diri kamu
sendiri?
Sejauh ini kurang bangga sama
diri saya, karena saya merasa
masih kurang baik dan masih
melakukan hal-hal negatif.
Selain itu disinin saya gak
punya temen deket
9. Bagaimana cara
kamu
mengambil
keputusan?
Lingkungan saya banyak yang
ngerokok bolos, lain-lain.
Akhirnya saya kebawa karena
ya mereka semua kaya gitu. Ya
saya tau resikonya, tapi itu cara
saya buat melepaskan stress.
10. Bagaimana
pandangan
kamu terhadap
masa depan?
Ya pengennya saya jadi orang
sukses dan yakin kalo saya
bisa jadi orang sukses. Doa aja
sama allah sm usaha
11. Bagaimana cara
kamu
berinteraksi
dengan orang
disekitar?
Kalo ada masalah saya
biasanya ya pendem sendiri,
mau masalah berat atau ringan.
Terus kalo disini ada yang
punya masalah, kita tau gitu
dari orang lain kadang. Terus
saya cari tau pas mereka lagi
ada masalah gitu, ternyata
harus kaya gini
12. Bagaimana cara
kamu
menyelesaikan
masalah?
Kalo ada masalah biasanya
saya pendem, terus nanti juga
lupa sama masalahnya. Kaya
misalnya saya suka kepikiran
tentang orang tua, mau cari
perhatian sama pengasuh tapi
kan gak deket dan seringnya
dimarahin. Jadi saya bingung,
makanya suka lampiasin kaya
ke hal hal negatif kaya keluar
panti gitu biar lupa.
13. Bagaimana cara
anda mengelola
mengatur
perasaan anda?
Saya agak sulit ngatur emosi
dan pikiran saya ka. Kalo kesel
saya kurang bisa kontrol
pikiran saya kurang bisa
sampein ke orang kenapa saya
kesel, makanya kadang saya
ngebentak-bentak.
14. Bagaimana cara
anda mengatur
temperamen diri
anda dan orang
lain?
Kalo ada masalah saya
biasanya ya pendem sendiri,
dan akhirnya malah
ngelampiasin ke orang lain.
Kaya marah-marah ke temen
saya atau adik kelas disini.
Atau bahkan saya keluar panti
buat ke warnet lepas stress.
Kalo cara buat ngukur emosi
orang yang pas ya biasanya
kalo lagi main bareng, itu enak
buat ngobrol atau main ka
15. Bagaimana cara
anda mencari
hubungan ketika
anda dalam
masalah?
Ya sekiranya gak sanggup, ya
saya minta tolong sama
pengasuh. Kaya umpamanya
urusan sekolah, saya cerita
langsung ke pengasuh
16. Bagaimana
pendapat anda
mengenai
kegiatan di
PSAA?
Kegiatan yang paling saya
rasain ya mengaji. Guru ngaji
suka kasih tau kisah-kisah
nabi, kasih tau sejarah gitu.
Dan itu bikin saya sadar
banyak hikmah dibalik hidup
yang kaya gini ka.
DOKUMENTASI
Kegiatan Silat di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama
03 Ceger Jakarta Timur
Kegiatan Mengaji di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Ceger Jakarta Timur
Fasilitas Lapangan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra
Utama 03 Ceger Jakarta Timur
Fasilitas Kamar Anak Asuh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)
Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur