25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik. Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena RESIN AKRILIK KURING PANAS 1

Resin Akrilik Kuring Pnas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

winanda

Citation preview

Page 1: Resin Akrilik Kuring Pnas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak

aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak

khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal

estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui

lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan

serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa

tercapai dengan baik.

Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon

non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat

dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipananskan.

Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan

monomer.

Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan

polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan

ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran (monomer) mono methyl methacrylate

dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate. Berdasarkan reaksinya, resin

acrylic dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk

membantu proes polimerisasinya).

Resin akrilik kuring panas 1

Page 2: Resin Akrilik Kuring Pnas

2. Self Cured Acrylic ( dapat berpolimerisasi pada temperature ruang ).

3. Light Cured Acrylic Resin.

1.3 TUJUAN

1) Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik.

2) Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik.

3) Mengetahui dan memahami processing acrylic

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin jenis poli(metil) metakrilat yang

polimerisasinya   dengan   pemanasan.   Energi   termal   yang   diperlukan   untuk

Polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan

Air atau  iradiasi gelombang  mikro. Resin  akrilik polimerisasi panas dipergunakan

untuk bahan pembuatan anasir gigi tiruan, basis gigi tiruan, bahan reparasi gigi tiruan,

bahan obturator, dan pembuatan sendok cetak fisiologis. Resin akrilik polimerisasi

panas  dengan  pemanasan  air  dilakukan  dengan  dua  cara,  yaitu  pemanasan  air

menggunakan kompor atau waterbath.

2.2 Komposisi

Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari :

1.   Polimer :

a. Poli(metil metakrilat)

Resin akrilik kuring panas 2

Page 3: Resin Akrilik Kuring Pnas

b. Initiator: berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida

c. Pigmen: merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit,  ferric oxide.

d. Plasticizer: dibutil pthalat

e. Opacifiers: zinc atau titanium oxide

f. Serat sintetis/organik : serat nilon atau serat akrilik

g. Partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat.

2.   Monomer :

a) Metil metakrilat

b) Stabilizer:  terdapat  sekitar  0.003  –  0.1%  metil  ether   hydroquinone  untuk

mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.

c) Plasticizer: dibutil pthalat

d) Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) seperti etilen glikol

e) dimetakrilat  (EGDMA).  Bahan  ini  berpengaruh  pada  sifat  fisik  polimer

dimana polimer yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan

terhadap pelarut.

2.3 Manipulasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan manipulasi resin

akrilik polimerisasi panas yaitu:

a. Perbandingan polimer dan monomer

Perbandingan polimer dan monomer yang umumnya digunakan adalah 3:1

satuan  volume  atau  2,5:1  satuan  berat.  Bila  monomer  terlalu  sedikit  maka  tidak

semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai

berpolimerisasi  akan  bergranula,  tetapi  monomer  juga  tidak  boleh  terlalu  banyak

Resin akrilik kuring panas 3

Page 4: Resin Akrilik Kuring Pnas

karena  dapat  menyebabkan  terjadinya  kontraksi  yang  lebih  besar  (21%  satuan

volume) dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan resin akrilik yang

seharusnya  (7%  volume),  sehingga  membutuhkan  waktu  yang  lebih  lama  untuk

mencapai fase dough (konsistensi) dan akhirnya menyebabkan timbulnya porositas

pada resin akrilik.

b.   Pencampuran

Selama reaksi pencampuran, akan terlihat perubahan bentuk fisis ke dalam

empat tahap yaitu :

1) Tahap I: Polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu fluid

yang tidak bersatu (sandi/granular).

2) Tahap II   : permukaan polimer larut ke dalam monomer dan bahan ini

melekat dengan pot, berserabut bila ditarik (stingy).

3) Tahap III   : tahap dough atau gel. Polimer telah jenuh di dalam monomer.

Massa menjadi lebih halus dan dough like (seperti adonan). Pada tahap ini, massa

dapat dimasukkan ke dalam mold.

4) Tahap IV  : penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan tidak plastis

lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mold lagi (rubbery-hard).

C.     Mold lining

Setelah  semua  malam  dikeluarkan  dari   mold  dengan  cara  menyiramnya

dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi bahan separator (could

mold     seal)   untuk   mencegah   merembesnya   monomer   ke   bahan     mold   dan

berpolimerisasi  sehingga  menghasilkan  permukaan  yang  kasar,  merekat  dengan

bahan mold dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.

Resin akrilik kuring panas 4

Page 5: Resin Akrilik Kuring Pnas

d.   Pengisian

Sewaktu melakukan pengisian ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold

terisi penuh dan sewaktu di-press terdapat tekanan yang cukup pada mold, ini dapat

dicapai dengan cara mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak ke dalam mold.

Jika   jumlah   adonan   yang   dimasukkan   ke   dalam     mold   kurang,   maka   dapat

menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.

2.4 Kuring

Proses kuring resin akrilik dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas pada

resin dengan merendam kuvet dalam air yang dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC

selama   30   menit   kemudian   dilanjutkan   selama   90   menit   pada   suhu   100oC.

Pengaplikasian panas harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer

bersifat eksotermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka suhu resin akrilik akan jauh

lebih tinggi dari airnya dan monomer akan mendidih pada temperatur 212oF atau

100oC, oleh karena itu pada tahap awal proses kuring, suhu air harus dijaga jangan

terlalu tinggi.

Setelah proses polimerisasi selesai kemudian kuvet dibiarkan dingin secara

perlahan  hingga  sama  dengan  suhu  ruangan.  Bahan  resin  yang  telah  selesai

berpolimerisasi dikeluarkan dari bahan mold. Selanjutnya dilakukan pemolesan resin

akrilik untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.

2.5 Sifat-sifat

Beberapa sifat-sifat resin akrilik polimerisasi panas adalah :

Resin akrilik kuring panas 5

Page 6: Resin Akrilik Kuring Pnas

a.   Berat molekul

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi

yaitu 500.000 – 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul

polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi

dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van

der Waals dan ikatan antarrantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi

mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang

besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b.   Monomer sisa

Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada

suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih

tinggi.  Monomer  sisa  yang  tinggi  berpotensi  untuk  menyebabkan  iritasi  jaringan

mulut,  inflamasi  dan  alergi,  selain  itu  juga  dapat  mempengaruhi  sifat  fisik  resin

akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang

menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik

yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2

sampai   0.5%. Proses   kuring   yang   adekuat   pada   temperatur   tinggi   sangat

direkomendasikan   untuk   mengurangi   ketidaknyamanan   pasien   yang   diketahui

memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).

c.   Porositas

Porositas  dapat  memberikan  pengaruh  yang  tidak  menguntungkan  pada

kekuatan resin akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi

tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan

Resin akrilik kuring panas 6

Page 7: Resin Akrilik Kuring Pnas

sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan

sedangkan   gaseous   porosity  terlihat  berupa  gelembung  kecil  halus  yang   uniform,

biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari

sumber panas.

d.   Absorbsi air

Resin  akrilik  polimerisasi  panas  relatif  menyerap  air  lebih  sedikit  pada

lingkungan  yang  basah.  Nilai  absorbsi  air  oleh  resin  akrilik  yaitu  0.69%mg/cm2.

Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat

diadsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati

posisi  di  antara  rantai  polimer.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  rantai  polimer

mengalami ekspansi.Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang disebabkan

oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23%. Sebaliknya

pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.

e.   Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya

tekanan  tarik  (tensile   stress)  yang  menyebabkan  terpisahnya  molekul-molekul

polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat

perbedaan  ekspansi  termis  dan  kerja  bahan  pelarut.  Adanya   crazing  (retak  kecil)

dapat memperlemah gigi tiruan.

f.   Ketepatan dimensional

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik

adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik,

Resin akrilik kuring panas 7

Page 8: Resin Akrilik Kuring Pnas

kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya

stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.

g.   Kestabilan dimensional

Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik.

Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat

terjadi hilangnya  internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat

kecil dan secara klinis tidak bermakna.

h.   Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik

Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa

lemah  adalah  baik.  Penggunaan  alkohol  dapat  menyebabkan  retaknya  protesa.

Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi

kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan

untuk membersihkan protesa.

2.6 Kekasaran Permukaan

Kekasaran  permukaan  (Ra:   Roughness   average)  adalah  karakteristik  suatu

permukaan benda yang bergelombang (tidak teratur). Kekasaran permukaan dihitung

sebagai  penyimpangan  rata-rata  aritmetik  terhadap  lembah/dasar  permukaan  dan

puncak permukaan.

Uji  sampel  kekasaran  permukaan  diukur  dengan  menggunakan  suatu  alat

bernama profilometer dimana sebuah jarum (stylus) melintasi lapisan permukaan dan

sebuah  penguat  jiplakan  dari  profil/gambar  digunakan. Pengukuran  kekasaran

permukaan  langsung  didapatkan  dari  sampel material yang  tidak  terlalu tipis dan

tidak mudah distorsi.

Resin akrilik kuring panas 8

Page 9: Resin Akrilik Kuring Pnas

Menurut  penelitian  Machado  dkk,  efek  dari  prosedur  perendaman  resin

akrilik di dalam larutan sodium perborat terhadap kekasaran permukaan bervariasi di

antara  bahan  material  tersebut.  Sementara  Alves  dkk  mengungkapkan  pengaruh

pemolesan khemis dan manual terhadap kekasaran permukaan spesimen resin akrilik

dan meneliti bahwa metoda khemis menunjukkan nilai kekasaran permukaan yang

lebih  tinggi  tanpa  menghiraukan  tipe  aktivasi  resin  (khemis  atau  termal)  ketika

dibandingkan  dengan  teknik  manual.  Penelitian  Campos  dkk mengungkapkan

bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis resin yang

dipakai, teknik polimerisasi, dan lamanya jumlah prosedur desinfeksi.

Kekasaran permukaan secara positif dihubungkan dengan tingkat kolonisasi

akteri pada biomaterial. Hal ini secara langsung mempengaruhi perlekatan awal

mikroorganisme,  perkembangan  biofilm,  dan  kolonisasi  bakteri. Hal  ini  terjadi

karena  permukaan   dapat  bertindak   sebagai   reservoir,  dengan   ketidakteraturan

permukaan,  dan  pembentukan  depresi/celah  yang  menyediakan  kesempatan  bagi

retensi  mikroorganisme  dan  perlindungan  terhadap  kekuatan  pelepasan  (shear

protection),  bahkan  sewaktu  pembersihan  bahan  basis  gigi  tiruan  berbasis  resin

akrilik. Perlekatan  mikroba  pada  permukaan  biomaterial  tergantung  pada  struktur

permukaan  dan  komposisi  biomaterial  serta  sifat  psikokemis  dari  permukaan  sel

mikroba. Permukaan   yang   halus   dan   terpoles   dengan   baik   adalah   penting

sepenuhnya   tidak   hanya   bagi   kenyamanan   pasien   tetapi   juga   keawetan   gigi

tiruan/restorasi, hasil estetik yang baik, kesehatan rongga mulut, dan retensi plak

yang rendah.

2.7 Klorheksidin Glukonat

Resin akrilik kuring panas 9

Page 10: Resin Akrilik Kuring Pnas

Klorheksidin adalah larutan desinfektan khemis yang bersifat bakteriostatik

dan  bakterisidal  terhadap  mikroba  gram  positif  maupun  gram  negatif.  Bahan  ini

pertama  sekali  disintesa  pada  tahun  1950.  Bahan  ini  merupakan  serbuk  halus

berwarna putih dan dapat berupa larutan apabila dilarutkan dalam air, alkohol encer,

polyethylene glycol. Klorheksidin glukonat merupakan derivat bis-

iquanite dan merupakan basayang kuat. 

Selain memiliki aktivitas antibakterial yang tingg, klorheksidin glukonatjuga menghambat 

virus dan aktif melawan jamur, tetapi tidakaktif melawan sporabakteri  pada  suhu  kamar.  

Klorheksidin  glukonat  merupakan  bahan  yang efektif,

bekerja cepat, dan toksisitasnya rendah. Molekul klorheksidin memiliki interaksi

antara molekul-molekulnya dan muatan positif dengan dinding sel yang bermuatan

negatif.  Interaksi  ini  akan  mengakibatkan  kehilangan  konstitusi  sitoplasmik  yang

irreversibel,  penghancuran  membran, dan  inhibisi  enzim.  Pada  konsentrasi  tinggi,

klorheksidin glukonat mampu menghancurkan sel, mengkoagulasi sitoplasma, dan

mempresipitasi protein dan asam nukleat. Kloheksidin glukonat dengan konsentrasi

0.2%  dianggap  sebagai  standar  larutan  kumur  yang  paling  efektif.  Klorheksidin

glukonat memiliki rumus kimia (C22H30Cl2N10)2C6H12O7.

klorheksidin glukonat dalam kedokteran gigi dipakai sebagai dental gel, obat

kumur,  bahan  pembersih  gigi  tiruan.  Sebagai   dental   gel  dipakai  konsentrasi  1%

sedangkan sebagai obat kumur / anti plak dipakai konsentrasi 0.2%. Contoh merek

obat kumur yang dipasarkan dalam bentuk larutan klorheksidin glukonat 0.2 % yaitu

Minosep®,  Corsodyl®, Chlorhex®.  Perendaman  gigi  tiruan  selama  beberapa  menit

Resin akrilik kuring panas 10

Page 11: Resin Akrilik Kuring Pnas

setiap hari pada larutan klorheksidin menyebabkan penurunan yang signifikan pada

jumlah  plak  gigi  tiruan. Pemakaian  klorheksidin  glukonat  sebagai  desinfektan

untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 15 menit tiap hari.

Kontak bahan klorheksidin glukonat tidak secara langsung mematikan bakteri.

Menurut penelitian  in vitro Hope dan Wilson, waktu berkontak klorheksidin glukonat

selama 30 detik memiliki efek yang kecil dalam mengurangi jumlah bakteri yang

terdapat pada biofilm rongga mulut. Pada kenyataannya, 0.2% klorheksidin glukonat

telah dibuktikan tidak efektif dalam melawan plak dental pada penelitian  in vitro

setelah 5 menit berkontak, dibutuhkan kontak sekitar 60 menit untuk menghasilkan 2-

log10  sampai  5-log10 dalam  mematikan  bakteri. McCourtie  dkk  juga  melaporkan

bahwa perlekatan C.albicans kepada permukaan akrilik kebanyakan berkurang oleh

adanya  kontak  dengan  larutan  klorheksidin  glukonat.  Baik  0.2%  maupun  2.0%

klorheksidin glukonat mampu menghambat perlekatan dengan cepat selama 20 menit

pertama dimana akrilik berkontak dengan klorheksidin glukonat.

Resin akrilik kuring panas 11

Page 12: Resin Akrilik Kuring Pnas

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1) Resin acrylic merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon non

metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic.

a. Komposisi resin acrylic terdiri dari cairan/monomer (monomethyl

methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl methacrylate). Manipulasi dengan

mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3 menurut

volume atau 1:2 menurut berat.

b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan acrylic kedalam

rongga cetak (mould space) adalah dough stage.

c. Untuk acrylic heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya

memerlukan pemanasan. Ada empat tahap yang diperllikan untuk mencapai

polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi dan chains

Resin akrilik kuring panas 12

Page 13: Resin Akrilik Kuring Pnas

transfers.

a) Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :

a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.

b. Penghantaran panas.

c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.

d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.

e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi larut

dalam keton dan ester.

f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.

g. Sifat estetika cukup memuaskan

h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala

alergi

i. Akrilik mempunyai sifat cold flow,

j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik.

Resin akrilik kuring panas 13

Page 14: Resin Akrilik Kuring Pnas

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:

EGC.

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai

Pustaka

O’Brien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their Selection. 9th

edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.

amaliapradana.blogspot.com/2010/09/resin-akrilik.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22736/4/Chapter%20II.pdf

Resin akrilik kuring panas 14