Upload
yudi-hardianto
View
269
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
RESISTANCE EXERCISE
OLEHSUDARYANTO, S.ST
INTRODUKSI
• Otot merupakan jaringan kontraktil yang dapat menjadi lebih kuat berkontraksi jika diaplikasikan tahanan pada otot tersebut.
• Otot akan beradaptasi terhadap tahanan yang diaplikasikan secara progresif.
• Perubahan adaptasi yang terjadi adalah otot menjadi lebih kuat sebagai hasil dari hiper-tropi otot dan meningkatnya perekrutan mo-tor unit dalam otot.
• Otot dapat mengalami kelemahan akibat be-berapa faktor, seperti : penyakit, disuse, dan immobilisasi.
• Program resistance exercise baik secara manual maupun mekanikal dapat memper-baiki strength, endurance, dan fungsi fisik secara keseluruhan.
RESISTANCE EXERCISE (REX)
• DEFINISI
• TUJUAN DAN INDIKASI
• HAL-HAL YANG PERLU DICEGAH
• KONTRAINDIKASI
• TIPE RESISTANCE EXERCISE
• MANUAL RESISTANCE EXERCISE
• TEKNIK MANUAL REX
DEFINISI
• Resistance exercise adalah suatu bentuk la-tihan aktif dimana kontraksi otot secara di-namik atau statik ditahan oleh gaya eksternal gaya eksternal dapat diaplikasikan secara manual atau mekanikal.
• Resistance exercise terdiri atas : manual re-sistance exercise dan mechanical resistance exercise.
• Manual resistance exercise adalah suatu ben-tuk latihan aktif dimana tahanan diberikan oleh terapis atau profesi kesehatan lainnya.
• Besarnya tahanan tidak dapat diukur secara kuantitatif.
• Teknik ini berguna pada tahap awal program latihan dimana otot mengalami kelemahan dan mampu melawan tahanan ringan – sedang.
A. Manual Resistance Exercise
B. Mechanical Resistance Exercise• Mechanical resistance exercise adalah suatu
bentuk latihan aktif dimana tahanan yang diaplikasikan melalui penggunaan peralatan alat-alat mekanikal.
• Besarnya tahanan yang diberikan dapat diukur secara kuantitatif (gr/kg) dan secara progresif dapat ditingkatkan besarnya tahan-an.
• Teknik ini berguna ketika kekuatan pasien lebih besar daripada tahanan yang diberikan terapis.
TUJUAN DAN INDIKASI
• Secara keseluruhan, tujuan resistance exer-cise adalah untuk memperbaiki fungsi.
• Tujuan khusus dari resistance exercise ada-lah : meningkatkan strength (kekuatan), me-ningkatkan endurance (daya tahan) otot, me-ningkatkan power otot.
• Adanya problem kelemahan otot merupakan indikasi utama dari resistance exercise.
A. Meningkatkan Strength
• Strength merupakan gaya output dari kon-traksi otot dan berkaitan langsung dengan besarnya ketegangan yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi.
• Untuk meningkatkan strength maka otot yang berkontraksi harus diberi beban atau tahanan sehingga terjadi peningkatan level ketegangan pada otot.
• Dalam program strength training harus diaplikasikan beban yang berat dengan jum-lah repetisi yang relatif rendah.
• Untuk mengukur strength otot dan mengevaluasi keberhasilan strength otot setelah program latihan maka digunakan tes MMT (Manual Muscle Testing), Dinamome-ter test, dan tes 1-RM.
• Manual Muscle Testing merupakan alat ukur untuk mengetahui nilai otot pasien dan cocok untuk kondisi kelemahan otot.
• Kriteria MMT adalah :– Nilai 0 = tidak ada sama sekali kontraksi otot– Nilai 1 = ada kontraksi intramuskular tapi tidak
terjadi gerakan
– Nilai 2 = ada kontraksi otot dan menghasilkan ge-rakan tanpa melawan gaya gravitasi.
– Nilai 3 = mampu menghasilkan gerakan melawan gaya gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan.
– Nilai 4 = mampu melawan tahanan sedang atau sedikit tahanan.
– Nilai 5 = normal (otot sehat)
• Untuk mengukur kekuatan otot orang sehat atau atlit maka digunakan tes dinamometer atau tes 1-RM.
B. Meningkatkan endurance
• Endurance adalah kemampuan untuk mela-kukan latihan intensitas rendah dengan repe-tisi yang tinggi dalam jangka waktu yang la-ma.
• Endurance otot dapat diperbaiki dengan la-tihan melawan tahanan ringan (beban ren-dah) dan repetisi yang banyak.
• Pada situasi klinis tertentu mungkin lebih tepat mengaplikasikan program REX kearah peningkatan endurance otot daripada strength otot.
• Sebagai contoh, setelah akut injury atau kro-nik injury knee, latihan dinamik yang diapli-kasikan dengan jumlah repetisi yang tinggi melawan beban/tahanan yang ringan akan lebih nyaman/enak dan meminimalkan iritasi sendi daripada latihan dinamik yang diapli-kasikan melawan beban/tahanan yang berat.
• Endurance seluruh tubuh (daya tahan tubuh) dapat diperbaiki dengan program latihan in-tensitas rendah dalam jangka waktu yang la-ma.
C. Meningkatkan Power
• Power merupakan ukuran performa otot, yang berkaitan dengan strength dan kecepat-an gerak.
• Power didefinisikan sebagai kerja per unit waktu (gaya x jarak / waktu).
• Kecepatan kontraksi otot dan gaya yang ber-kembang sepanjang ROM serta hubungan kecepatan dan gaya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi power.
• Power dapat diperbaiki dengan meningkat-kan kerja otot dalam jangka waktu tertentu.
• Untuk meningkatkan power otot maka apli-kasikan intensitas latihan yang tinggi dan jangka waktu yang singkat.
• Program REX dapat didesain secara selektif untuk merekrut tipe serabut otot yang berbe-da dengan mengontrol intensitas, durasi & kecepatan latihan.
HAL-HAL YANG PERLU DICEGAH
• Valsalva maneuver; adalah suatu usaha expi-rasi melawan glottis yang tertutup, yang harus dihindari selama REX. hindari tahan napas selama latihan :– Valsalva maneuver dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tinggi sampai 200 mmHG atau lebih tinggi.
– Pasien resiko tinggi terhadap valsalva maneuver adalah pasien yang memiliki riwayat penyakit cardiovaskular, hipertensi, pasien lanjut usia, dan pasien yang telah menjalani bedah abdominal.
• Kelelahan/fatigue; fatigue merupakan feno-mena kompleks yang mempengaruhi perfor-ma fungsional dan harus dihindari dalam pro-gram REX.
• Recovery dari latihan; diperlukan waktu yang cukup untuk recovery/pemulihan setelah menjalani program REX. Setelah latihan berat tubuh harus diberikan waktu pemulihan sebe-lum mencapai kelelahan.
• Overwork/overtraining; adalah suatu fenome-na yang secara aktual menyebabkan kemun-duran strength yang temporer atau permanen sebagai akibat dari latihan dan dapat terjadi pada orang normal atau pasien dengan gang-guan neuromuskular. Program latihan dengan tahanan yang berat dan dilakukan berulangkali harus hati-hati diaplikasikan untuk menghin-dari overwork/overtraining.
• Gerakan substitusi; jika tahanan yang diberi-kan sangat berat selama latihan, maka gerakan substitusi dapat terjadi. Untuk menghindari gerakan substitusi maka berikan tahanan yang tepat/terukur dan aplikasikan stabilisasi yang benar baik secara manual maupun mekanikal selama REX.
• Osteoporosis; adalah penurunan mineral massa tulang atau hilangnya massa tulang se-hingga tulang tidak mampu menahan stress normal & sangat peka terhadap fraktur pa-tologik hindari program REX dengan ta-hanan yang berat.
• Latihan menyebabkan nyeri otot; nyeri otot seringkali berkembang selama atau setelah latihan yang berat sampai titik kelelahan. Hal ini harus dihindari dengan melakukan latihan secara bertahap, intensitas dan durasi latihan ditingkatkan secara progresif.
KONTRAINDIKASI
• Inflamasi; latihan dinamik resistance bukan indikasi jika terdapat inflamasi atau pem-bengkakan pada otot atau sendi. Latihan iso-metrik intensitas rendah (muscle setting exer-cise) dapat dilakukan pada kondisi inflamasi jika tidak meningkatkan nyeri.
• Nyeri; jika pasien mengalami nyeri hebat pa-da sendi atau otot selama latihan atau 24 jam keatas setelah latihan tahanan maka REX bukan indikasi.
TIPE RESISTANCE EXERCISE
• Latihan resistance dapat diaplikasikan dengan kontraksi dinamik atau statik.
• Latihan tahanan dapat diaplikasikan secara isotonik (kontraksi konsentrik atau eksentrik), isokinetik, dan isometrik.
• Kesemua tipe tersebut bertujuan untuk mem-perbaiki performa fungsional dan kapabilitas melalui perkembangan peningkatan strength, endurance atau power otot.
1. Isotonik Exercise
• Adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan melawan tahanan/beban yang konstan atau bervariasi dengan kontraksi otot memanjang atau memendek melalui ROM yang ada.
• Latihan isotonik dapat meningkatkan dinamik strength, endurance otot, dan power.
• Latihan tahanan isotonik dapat dilakukan secara mekanikal dan manual.
• Secara mekanikal dengan menggunakan beban yang terfiksir pada alat
• Pada tahanan mekanikal, kontraksi otot mela-wan beban dapat terjadi secara konsentrik dan eksentrik dalam satu gerakan. program lati-han ini selalu melibatkan kombinasi konsen-trik dan eksentrik.
• Pada latihan tahanan secara manual, terapis dapat melakukan variasi tahanan yang tepat untuk mencapai perubahan kapabilitas strength otot pada seluruh ROM.
• Maksimal kontraksi konsentrik menghasilkan gaya output yang lebih kecil daripada maksi-mal kontraksi eksentrik.
• Meskipun demikian, pencapaian adaptasi strength sama-sama terjadi setelah program latihan konsentrik atau eksentrik.
• Pada latihan isotonik manual, kontraksi kon-sentrik diaplikasikan dengan cara pasien menggerakkan anggota geraknya melawan ta-hanan yang diberikan oleh terapis.
• Pada kontraksi eksentrik secara manual, tera-pis menggerakkan anggota gerak pasien se-mentara pasien menahan gerakan tersebut.
2. Isokinetik Exercise
• Adalah suatu bentuk latihan dinamik dimana kecepatan kontraksi otot memendek atau me-manjang dikontrol oleh alat pengatur kecepat-an gerak.
• Alat ini dapat mengontrol kecepatan gerakan dari bagian tubuh.
• Istilah isokinetik merujuk pada gerakan yang terjadi pada kecepatan yang konstan
• Karena kecepatan gerakannya konstan, maka tahanan yang diberikan oleh alat isokinetik dapat bervariasi sehingga kadang-kadang di-namakan sebagai accommodating resistance exercise.
• Tahanan yang dijumpai selama isokinetik exercise dapat menyesuaikan terhadap kete-gangan yang dihasilkan oleh otot sepanjang ROM.
• Beberapa peneliti menyatakan bahwa pro-gram isokinetik exercise dapat meningkatkan strength otot lebih efisien daripada isotonik
• Isokinetik exercise unit pertamakali dikem-bangkan hanya kontraksi konsentrik trai-ning. perkembangan teknologi sekarang te-lah mengembangkan kontraksi eksentrik se-hingga dalam program isokinetik exercise da-pat terjadi secara konsentrik atau eksentrik bergantung pada outcome fungsional yang ingin dicapai.
• Kecepatan latihan berkisar dari kecepatan rendah (15-30o per detik) sampai kecepatan sangat cepat (diatas 300-400o per detik)
• Ketika dilakukan kontraksi konsentrik pada isokinetik exercise, maka ketegangan otot akan menurun pada saat kecepatan latihan di-tingkatkan.
• Pada kontraksi eksentrik isokinetik exercise, kecepatan gerakan yang ditingkatkan akan meningkatkan pula gaya output dari otot.
• Beberapa penelitian menyatakan bahwa kece-patan gerakan yang ditingkatkan akan me-ningkatkan pula gaya output yang dihasilkan, tetapi hanya sampai pada satu titik, kemudian dengan cepat akan datar atau menurun.
• Tidak seperti isotonik exercise, isokinetik exercise dapat dilakukan secara aman pada kecepatan gerak yang sangat cepat dengan waktu yang tepat dalam program rehabilitasi.
• Isokinetik exercise telah menunjukkan efektif untuk peningkatan power otot dan endurance otot selain strength otot.
3. Isometrik Exercise
• Adalah suatu bentuk latihan statik yang terja-di ketika otot berkontraksi tanpa ada perubah-an panjang otot yang nampak atau tanpa ge-rakan sendi.
• Dalam isometrik exercise, tidak ada kerja fisik yang dilakukan (gaya x jarak), tetapi be-sarnya ketegangan dan gaya output yang dihasilkan cukup besar.
• Dalam isometrik exercise, kontraksi isometrik harus dipertahankan melawan tahanan selama kurang lebih 6 detik.
a. Muscle Setting Exercise
• Adalah suatu latihan isometrik intensitas ren-dah yang dilakukan melawan sedikit tahanan atau tanpa tahanan.
• Setting exercise biasa dikenal sebagai “statik kontraksi”
• Setting exercise bertujuan untuk memperlan-car relaksasi otot dan sirkulasi, untuk mengu-rangi nyeri dan spasme otot setelah injury se-lama tahap akut penyembuhan.
• Muscle setting exercise juga bertujuan untuk memelihara mobilitas antara serabut otot sela-ma penyembuhan.
• Karena muscle setting exercise tidak dilaku-kan melawan tahanan yang nampak, maka teknik ini tidak dapat memperbaiki strength otot.
• Setting exercise dapat memperlambat terjadi-nya atropi otot pada tahap awal program reha-bilitasi ketika anggota gerak diimmobilisasi.
b. Resisted Isometrik Exercise
• Adalah suatu latihan isometrik yang dilaku-kan melawan tahanan secara manual atau me-kanikal.
• Resisted isometrik exercise bertujuan untuk meningkatkan strength otot ketika gerakan sendi mengalami nyeri hebat.
• Selama isometrik training (secara mekanikal), beban latihan yang sebaiknya digunakan ada-lah 60 – 80% dari kapasitas gaya otot agar dapat mencapai peningkatan strength.
• Karena tidak ada gerakan sendi yang terjadi, maka peningkatan strength hanya terjadi pada titik ROM yang dilatih. untuk mengem-bangkan/meningkatkan strength pada seluruh ROM maka tahanan harus diaplikasikan pada berbagai titik/posisi ROM sepanjang ROM yang ada.
c. Stabilisasi exercise
• Stabilitas sendi atau postural dapat dikem-bangkan melalui aplikasi isometrik exercise.
• Stabilitas dapat dicapai melalui aktivasi ko-kontraksi, yaitu kontraksi otot antagonis dan agonis secara simultan pada sendi yang dile-watinya.
• Ko-kontraksi dapat dicapai melalui mid-range isometrik melawan tahanan dan dalam posisi antigravity.
• Stabilisasi exercise biasanya dilakukan dalam postur weight bearing (menumpuh berat badan) dan closed kinematik chain.
• Dalam stabilisasi exercise, ditekankan pada kontraksi isometrik pada otot-otot trunk dan otot-otot proksimal extremitas. berat tubuh sebagai sumber tahanan dalam teknik ini.
• Rhythmic stabilization dan Dynamic stabili-zation exercise merupakan bentuk latihan iso-metrik yang didesain untuk mengembangkan/ meningkatkan stabilitas sendi dan postural.
• Rhythmic stabilization merupakan suatu ben-tuk latihan isometrik dengan tahanan secara manual yang diaplikasikan pada sendi prok-simal sementara pasien mempertahankan po-sisi closed kinematik chain dengan tujuan un-tuk memfasilitasi kontraksi isometrik secara simultan pada otot-otot disekitar sendi.
• Dalam teknik ini, tahanan secara manual da-pat juga diaplikasikan dengan berbagai arah gerakan pada open kinematik chain.
MANUAL REX
• Adalah suatu bentuk latihan tahanan aktif dimana gaya resistance/tahanan diaplikasikan oleh terapis dengan kontraksi otot dinamik atau statik
• Hal-hal yang perlu diperhatikan selama ma-nual REX adalah :– Perhatikan letak aplikasi tahanan; tahanan biasa-
nya diaplikasikan pada ujung distal segmen dimana otot melekat.
– Tentukan arah tahanan; tahanan yang diaplikasi-kan dalam arah yang berlawanan dari gerakan.
– Berikan stabilisasi; untuk menghindari gerakan substitusi maka berikan stabilisasi yang tepat baik dengan alat maupun tangan terapis.
– Aplikasikan besarnya tahanan yang sesuai/tepat– Tinjau kembali letak aplikasi tahanan atau turun-
kan besarnya tahanan jika : pasien tidak mampu menyempurnakan sampai ROM penuh, ada nyeri hebat pada lokasi aplikasi tahanan, berkembang-nya tremor otot, dan terjadi gerakan substitusi.
– Berikan perintah verbal yang tepat.– Tentukan jumlah repetisi; pada umumnya 8 –
10x repetisi.