5
Mediasi merupakan metode penyelesaian suatu konflik yang melibatkan pihak ketiga/ third party yang dipilih langsung oleh pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini disebut mediator. Di dalam proses mediasi, tugas pihak ketiga bukan hanya sekedar mempertemukan negara-negara yang bersengketa, tetapi ikut aktif dalam perundingan dan membantu mencari solusi untuk sengketa tersebut. Mediasi dilakukan ketika pihak yang bersengketa tidak menemukan jalan keluar atas konfliknya. Oleh karena itu, pihak ketiga menjadi jembatan untuk menemukan jalan keluar antara dua belah pihak dan menemukan solusi yang tepat. Seorang mediator harus netral dan independen. Mediasi dikenal sebagai salah satu konsep yang paling familiar dalam setiap studi ilmu sosial dan politik. Dalam ruang lingkup hubungan internasional, mediasi merupakan salah satu perangkat dalam proses negosiasi penyelesaian konflik menggunakan pihak ketiga netral untuk mendekatkan dua pihak yang bertikai melalui komunikasi sehingga dicapai suatu kompromi yang win-win solution. Mediator bisa berupa individu atau kelompok, negara, kelompok negara atau organisasi internasional. Syarat kehadiran mediator adalah ia bisa diterima oleh kedua pihak. Selain itu, mediator berfungsi untuk hadir menengahi argumen serta menawarkan solusi yang bisa diterima keduanya. Mediator hadir untuk menyediakan komunikasi utamanya ketika situasi bersifat sangat emosional. Selain itu mediator mesti memiliki kapabilitas untuk menyediakan alternatif-alternatif yang visible dan diharapkan sanggup menjelaskan sudut pandang masing-masing pihak sesuai dengan kemampuan membaca fakta yang ada. Secara singkat peran mediator dapat dirangkum ke dalam lima fungsi objektif meliputi persuasif, inisiatif, penjelasan, fasilitator, dan provisi.Dalam menjalankan tugasnya, mediator tidak terikat pada suatu hukum tertentu dan tidak dibatasi dengan hukum yang ada. Di dalam tugasnya, mediator dapat menggunakan asas ex aequo et bono 1 untuk menyelesaikan konflik yang sedang terjadi. Pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian konflik internasional diatur dalam beberapa perjanjian internasional, antara lain The Hague Convention 1907, UN Charter, The European Convention for the Peaceful Settlement of Disputes. Pada bahasan ini, saya akan mengambil contoh kasus penyelesaian sengketa antara Belanda dan Indonesia pada tahun 1947 dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sebagai mediatornya. Latar belakang kasus ini adalah perjanjian  Renville yaitu dimana Belanda mempunyai hasrat untuk terus memperluas wilayah kekuasaannya, yang kemudian dikenal 1  hakim dapat memutuskan sengketa internasional berdasarkan rasa keadilannya (hati nurani) dan kebenaran .

Resolusi Konflik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Resolusi Konflik

5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 1/5

Mediasi merupakan metode penyelesaian suatu konflik yang melibatkan pihak 

ketiga/ third party yang dipilih langsung oleh pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini disebut

mediator. Di dalam proses mediasi, tugas pihak ketiga bukan hanya sekedar mempertemukan

negara-negara yang bersengketa, tetapi ikut aktif dalam perundingan dan membantu mencari

solusi untuk sengketa tersebut. Mediasi dilakukan ketika pihak yang bersengketa tidak 

menemukan jalan keluar atas konfliknya. Oleh karena itu, pihak ketiga menjadi jembatan untuk 

menemukan jalan keluar antara dua belah pihak dan menemukan solusi yang tepat. Seorang

mediator harus netral dan independen. Mediasi dikenal sebagai salah satu konsep yang paling

familiar dalam setiap studi ilmu sosial dan politik. Dalam ruang lingkup hubungan internasional,

mediasi merupakan salah satu perangkat dalam proses negosiasi penyelesaian konflik 

menggunakan pihak ketiga netral untuk mendekatkan dua pihak yang bertikai melalui

komunikasi sehingga dicapai suatu kompromi yang win-win solution. Mediator bisa berupa

individu atau kelompok, negara, kelompok negara atau organisasi internasional. Syarat kehadiran

mediator adalah ia bisa diterima oleh kedua pihak. Selain itu, mediator berfungsi untuk hadir

menengahi argumen serta menawarkan solusi yang bisa diterima keduanya. Mediator hadir untuk 

menyediakan komunikasi utamanya ketika situasi bersifat sangat emosional. Selain itu mediator

mesti memiliki kapabilitas untuk menyediakan alternatif-alternatif yang visible dan diharapkan

sanggup menjelaskan sudut pandang masing-masing pihak sesuai dengan kemampuan membaca

fakta yang ada. Secara singkat peran mediator dapat dirangkum ke dalam lima fungsi objektif meliputi persuasif, inisiatif, penjelasan, fasilitator, dan provisi.Dalam menjalankan tugasnya,

mediator tidak terikat pada suatu hukum tertentu dan tidak dibatasi dengan hukum yang ada. Di

dalam tugasnya, mediator dapat menggunakan asas ex aequo et bono1 untuk menyelesaikan

konflik yang sedang terjadi. Pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian konflik internasional

diatur dalam beberapa perjanjian internasional, antara lain The Hague Convention 1907, UN 

Charter, The European Convention for the Peaceful Settlement of Disputes.

Pada bahasan ini, saya akan mengambil contoh kasus penyelesaian sengketa antaraBelanda dan Indonesia pada tahun 1947 dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sebagai

mediatornya. Latar belakang kasus ini adalah perjanjian  Renville yaitu dimana Belanda

mempunyai hasrat untuk terus memperluas wilayah kekuasaannya, yang kemudian dikenal

1 hakim dapat memutuskan sengketa internasional berdasarkan rasa keadilannya (hati nurani) dan kebenaran.

Page 2: Resolusi Konflik

5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 2/5

dengan garis demarkasi Van Mook , yaitu garis terdepan dari pasukan Belanda setelah Agresi

Militer sampai perintah gencatan senjata Dewan Keamanan PBB tanggal 4 Agustus 1947.

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada

tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang kepunyaan Amerika Serikat sebagai tempat

netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakara. Perundingan dimulai

pada tanggal 8 Desember 1947 yang ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN. Melihat

terjadinya baku tembak antara pihak Indonesia dengan Belanda, pada tanggal 1 Agustus 1947,

Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar Indonesia dan Belanda menghentikan baku tembak 

tersebut. Disamping itu, DK PBB juga membentuk suatu badan yang ditunjuk sebagai mediator

untuk konflik antara Indonesia dengan Belanda, badan ini dinamakan Komisi Tiga Negara atau

KTN. KTN adalah suatu panitia yang terdiri dari tiga anggota yaitu Australia (dipilih oleh

Indonesia), Belgia (dipilih oleh Belanda) dan Amerika Serikat yang dipilih oleh Australia dan

Belgia. Panitia ini dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan tanggal 25 Agustus 1947

sesudah pada tanggal 21 Juli tahun itu juga Belanda atas anjuran Letnan Gubernur Jenderal Van

Mook, menyerang R.I. Sekalipun oleh Belanda secara resmi dilukiskan sebagai “aksi polisionil

yang sangat terbatas”, serangan itu dilancarkan dengan bantuan alat-alat/angkutan yang mekanis,

diawasi tank-tank serta perlindungan pesawat-pesawat udara2. Masing-masing negara anggota

KTN ini dipimpin oleh seorang delegasi yaitu, delegasi Australia dipimpin oleh Richard C.

Kirby, delegasi Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeeland, delegasi Amerika Serikat dipimpin olehFrank Porter Graham. Sedangakan delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan

Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmodjo, yaitu orang Indonesia yang memihak 

Belanda.

Konflik memanas di Indonesia ketika perjanjian Linggarjati dilanggar oleh Belanda

dengan melancarkan agresi militer pada tanggal 21 Juli 1947. Situasi ini menjadi topik hangat

dan mengundang perhatian dunia internasional. Setelah melalui perdebatan panjang di PBB

mengenai situasi yang sedang genting ini, akhirnya ada beberapa pendapat yang yangberkembang yang diajukan dari negara-negara DK PBB, yaitu Rusia dan Amerika Serikat. Usul

Rusia untuk membentuk komisi pengawas gencatan senjata didukung oleh Amerika Serikat,

Australia, Brazilia, Kolombia, Polandia dan Suriah, tetapi diveto oleh Perancis karena terlalu

2 http://www.leimena.org/en/page/v/421/dr.-leimena-dan-komisi-tiga-negara

Page 3: Resolusi Konflik

5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 3/5

menguntungkan Republik Indonesia3. Akhirnya usul AS pada tanggal 21 Agustus 1947 melalui

Departemen Luar Negeri AS memberitahukan kepada Belanda bahwa AS akan mengusulkan

kepada Dewan Keamanan PBB agar menawarkan jasa-jasa baiknya kepada pihak yang

bersengketa4. Usul tersebut diterima oleh DK-PBB tanggal 25 Agustus 1947 yang selanjutnya

menjadi keputusan PBB untuk membentuk suatu Committee of Good Offices (Komisi Jasa-jasa

Baik) yang kemudian dikenal sebagai KTN (Komisi Tiga Negara). Komisi ini terdiri dari tiga

negara sebagai penyelenggara penyelesaian sengketa, yaitu Belgia yang dipilih oleh Belanda,

Australia yang dipilih oleh Indonesia dan AS yang dipilih oleh Belgia dan Australia 5.

Menghadapi sengketa Indonesia-Belanda yang semakin memuncak, maka Komisi Tiga Negara

mengambil beberapa langkah penyelesaian dengan mengusulkan kepada forum PBB melalui DK

PBB untuk membahas dan mengambil tindakan yang dianggap perlu atas segaka kejadian di

Indonesia. Namun demikian, usaha KTN melalui PBB menemui banyak perbedaan persepsi

tentang keadaan yang terjadi di Indonesia, sehingga usul tersebut tidak mendapat tanggapan.

Berkali-kali KTN mengirimkan laporan ke DK PBB tetapi tidak pernah mendapat jawaban6.

Akhirnya KTN berhasil mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda di dalam

perundingan Renville pada tanggal 8 Desember 1947 diatas kapal Renville yang sedang berada

di Tanjung Priok. Namun, perjanjian Renville ini menghadapi dead end dengan hasilnya sendiri.

Melihat hal ini, pada 26 Desember 1947, KTN bertindak lagi dengan menawarkan solusi yang

mendekati dengan interest nya Belanda. Solusi ini diterima oleh pihak Indonesia sepenuhnya

akan tetapi Belanda pada tanggal 2 Januari 1948 memberikan jawaban bahwa mereka hanya

setuju dengan sebagian isi dari solusi tersebut dan Belanda mengajukan 12 pasal baru untuk 

ditambahkan ke dalam solusi dari KTN. Sadar akan hal ini, KTN akhirnya menambahka 6 pasal

baru yang dianggap akan diterima oleh kedua belah pihak, karena dengan adanya tambahan 12

pasal dari Belanda, pihak Indonesia pasti langsung akan menolak solusi tersebut. KTN berusaha

meyakinkan Indonesia tentang usul KTN tersebut sambil memberikan peringatan tentang

kemungkinan negatif yang dapat terjadi apabila Indonesia menolak usulan tersebut. Wakil KTN,Frank Graham meyakinkan Indonesia bahwa hanya dengan menerima tiga naskah persetujuan

Renville itu, pemerintah Amerika Serikat akan melindungi RI dari setiap tindakan kekuasaan

3 G. Moedjanto. 1991. Indonesia Abad ke-20 Jilid I . Yogyakarta: Kanisius, hal. 17

4 Tribuana Said. 1984. Indonesia dalam Politik Global Amerika. Medan: PT. Waspada, hal. 39

5 M. Sabir. 1983. Politik Bebas Aktif . Jakarta: Haji Masagung, hal. 1046 G. Moedjanto, op.cit., hal. 26

Page 4: Resolusi Konflik

5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 4/5

Belanda. Harus diakui bahwa KTN bekerja amat keras untuk menolong RI. Paling kurang dua

dari tiga anggotanya adalah simpatisan Republik, sekalipun kekuatan mereka tidak begitu besar7.

Perundingan-perundingan lain tetap dilakukan, akan tetapi perundingan lain tersebut tidak 

membuahkan hasil karena baik dari pihak Indonesia maupun Belanda tidak ada yang mau

mengalah sehingga perundingan-perundingan tersebut tidak tercapai. KTN tidak berhenti untuk 

mencari solusi untuk pihak Indonesia dengan Belanda. Akan tetapi, tiba-tiba Belanda

melancarkan agresi militernya yang kedua pada 19 Desember 1948. Belanda menyerang

Yogyakarta, menangkap Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi

lainnya. Situasi gawat ini memaksa Indonesia untuk memindahkan ibu kotanya (sementara) ke

Bukit Tinggi, Sumatera Barat dan menunjuk pemimpin sementara untuk mengganti Soekarno-

Hatta selama masa penculikan yaitu Syafruddin Prawiranegara. Hal ini membuat PBB merasa

tersinggung karena penyerangan tersebut tepat dilakukan di depan KTN. Setelah peristiwa

Agresi Belanda II, forum PBB mulai gencar memperhatikan permasalahan yang ditangani KTN.

Munculah resolusi yang mengecam tindakan Belanda. Selama terbentuknya KTN hingga

berakhirnya sengketa pada tanggal 27 Desember 1949, selama kurang lebih tiga setengah tahun,

Dewan Keamanan telah mengadakan sidang mengenai sengketa itu lebih dari 90 kali8.

Berdasarkan laporan-laporan KTN pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan

mengeluarkan resolusi yang lebih keras dari yang dikeluarkan sebelumnya. Dewan Keamanan

memerintahkan agar tahanan-tahanan politik dilakukan Belanda sejak 19 Desember 1948dibebaskan tanpa syarat ; pemulihan pemerintah di Yogyakarta; mengusulkan dasar-dasar

penyelesaian politik yang akan memungkinkan peralihan kedaulatan dari Belanda kepada

Indonesia pada waktu yang sesingkat-singkatnya, paling lambat tanggal 1 Juli 1950; dan

mengubah KTN menjadi United Nations Commision for Indonesia (UNCI) pada 28 Januari 1949

dengan susunan keanggotan yang sama tetapi wewenang khusus untuk membuat usul-usul dan

mengambil keputusan berdasarkan pungutan suara9. Tugas UNCI antara lain melaksanakan

resolusi-resolusi DK-PBB, membuat saran-saran mengenai pemilihan umum, pengawasannya

dan menjamin pemilihan umum secepat mungkin. Dengan adanya resolusi tanggal 28 Januari

7Abu Hanifah dan Sumitro Joyohadikusumo. 1978. Renungan Perjuangan Dulu dan Sekarang . Jakarta: Inti Idayu Press, hal. 56

8 Mochtar Kustiniyati, ed. 1989. Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI . Jakarta: Gramedia,hal. 89 www.leimena.org/en/page/v/421/dr.-leimena-dan-komisi-tiga-negara 

Page 5: Resolusi Konflik

5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 5/5

1949 itu telah mengubah nama KTN menjadi UNCI, yang pada dasarnya merupakan kelanjutan

dari perjuangan dan perpanjangan tangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa10

.

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa peran dan fungsi KTN atau UNCI sangat

 jelas dalam menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dengan Belanda. Meskipun masih

banyak kekurangan di dalam proses penyelesainnya, akan tetpi KTN mampu menghasilkan

solusi yang efektif kedua belah pihak. Dengan demikian, bisa dilihat bahwa pihak ketiga terlibat

secara aktif di dalam proses mediasi dan mempunyai kepentingan penting dalam negosiasi

tersebut.

10 Tribuana Said. Op.cit., hal. 57