Upload
aprillia-annisa-hasibuan
View
150
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 1/5
Mediasi merupakan metode penyelesaian suatu konflik yang melibatkan pihak
ketiga/ third party yang dipilih langsung oleh pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini disebut
mediator. Di dalam proses mediasi, tugas pihak ketiga bukan hanya sekedar mempertemukan
negara-negara yang bersengketa, tetapi ikut aktif dalam perundingan dan membantu mencari
solusi untuk sengketa tersebut. Mediasi dilakukan ketika pihak yang bersengketa tidak
menemukan jalan keluar atas konfliknya. Oleh karena itu, pihak ketiga menjadi jembatan untuk
menemukan jalan keluar antara dua belah pihak dan menemukan solusi yang tepat. Seorang
mediator harus netral dan independen. Mediasi dikenal sebagai salah satu konsep yang paling
familiar dalam setiap studi ilmu sosial dan politik. Dalam ruang lingkup hubungan internasional,
mediasi merupakan salah satu perangkat dalam proses negosiasi penyelesaian konflik
menggunakan pihak ketiga netral untuk mendekatkan dua pihak yang bertikai melalui
komunikasi sehingga dicapai suatu kompromi yang win-win solution. Mediator bisa berupa
individu atau kelompok, negara, kelompok negara atau organisasi internasional. Syarat kehadiran
mediator adalah ia bisa diterima oleh kedua pihak. Selain itu, mediator berfungsi untuk hadir
menengahi argumen serta menawarkan solusi yang bisa diterima keduanya. Mediator hadir untuk
menyediakan komunikasi utamanya ketika situasi bersifat sangat emosional. Selain itu mediator
mesti memiliki kapabilitas untuk menyediakan alternatif-alternatif yang visible dan diharapkan
sanggup menjelaskan sudut pandang masing-masing pihak sesuai dengan kemampuan membaca
fakta yang ada. Secara singkat peran mediator dapat dirangkum ke dalam lima fungsi objektif meliputi persuasif, inisiatif, penjelasan, fasilitator, dan provisi.Dalam menjalankan tugasnya,
mediator tidak terikat pada suatu hukum tertentu dan tidak dibatasi dengan hukum yang ada. Di
dalam tugasnya, mediator dapat menggunakan asas ex aequo et bono1 untuk menyelesaikan
konflik yang sedang terjadi. Pelaksanaan mediasi dalam penyelesaian konflik internasional
diatur dalam beberapa perjanjian internasional, antara lain The Hague Convention 1907, UN
Charter, The European Convention for the Peaceful Settlement of Disputes.
Pada bahasan ini, saya akan mengambil contoh kasus penyelesaian sengketa antaraBelanda dan Indonesia pada tahun 1947 dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sebagai
mediatornya. Latar belakang kasus ini adalah perjanjian Renville yaitu dimana Belanda
mempunyai hasrat untuk terus memperluas wilayah kekuasaannya, yang kemudian dikenal
1 hakim dapat memutuskan sengketa internasional berdasarkan rasa keadilannya (hati nurani) dan kebenaran.
5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 2/5
dengan garis demarkasi Van Mook , yaitu garis terdepan dari pasukan Belanda setelah Agresi
Militer sampai perintah gencatan senjata Dewan Keamanan PBB tanggal 4 Agustus 1947.
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada
tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang kepunyaan Amerika Serikat sebagai tempat
netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakara. Perundingan dimulai
pada tanggal 8 Desember 1947 yang ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN. Melihat
terjadinya baku tembak antara pihak Indonesia dengan Belanda, pada tanggal 1 Agustus 1947,
Dewan Keamanan PBB memerintahkan agar Indonesia dan Belanda menghentikan baku tembak
tersebut. Disamping itu, DK PBB juga membentuk suatu badan yang ditunjuk sebagai mediator
untuk konflik antara Indonesia dengan Belanda, badan ini dinamakan Komisi Tiga Negara atau
KTN. KTN adalah suatu panitia yang terdiri dari tiga anggota yaitu Australia (dipilih oleh
Indonesia), Belgia (dipilih oleh Belanda) dan Amerika Serikat yang dipilih oleh Australia dan
Belgia. Panitia ini dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan tanggal 25 Agustus 1947
sesudah pada tanggal 21 Juli tahun itu juga Belanda atas anjuran Letnan Gubernur Jenderal Van
Mook, menyerang R.I. Sekalipun oleh Belanda secara resmi dilukiskan sebagai “aksi polisionil
yang sangat terbatas”, serangan itu dilancarkan dengan bantuan alat-alat/angkutan yang mekanis,
diawasi tank-tank serta perlindungan pesawat-pesawat udara2. Masing-masing negara anggota
KTN ini dipimpin oleh seorang delegasi yaitu, delegasi Australia dipimpin oleh Richard C.
Kirby, delegasi Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeeland, delegasi Amerika Serikat dipimpin olehFrank Porter Graham. Sedangakan delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan
Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmodjo, yaitu orang Indonesia yang memihak
Belanda.
Konflik memanas di Indonesia ketika perjanjian Linggarjati dilanggar oleh Belanda
dengan melancarkan agresi militer pada tanggal 21 Juli 1947. Situasi ini menjadi topik hangat
dan mengundang perhatian dunia internasional. Setelah melalui perdebatan panjang di PBB
mengenai situasi yang sedang genting ini, akhirnya ada beberapa pendapat yang yangberkembang yang diajukan dari negara-negara DK PBB, yaitu Rusia dan Amerika Serikat. Usul
Rusia untuk membentuk komisi pengawas gencatan senjata didukung oleh Amerika Serikat,
Australia, Brazilia, Kolombia, Polandia dan Suriah, tetapi diveto oleh Perancis karena terlalu
2 http://www.leimena.org/en/page/v/421/dr.-leimena-dan-komisi-tiga-negara
5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 3/5
menguntungkan Republik Indonesia3. Akhirnya usul AS pada tanggal 21 Agustus 1947 melalui
Departemen Luar Negeri AS memberitahukan kepada Belanda bahwa AS akan mengusulkan
kepada Dewan Keamanan PBB agar menawarkan jasa-jasa baiknya kepada pihak yang
bersengketa4. Usul tersebut diterima oleh DK-PBB tanggal 25 Agustus 1947 yang selanjutnya
menjadi keputusan PBB untuk membentuk suatu Committee of Good Offices (Komisi Jasa-jasa
Baik) yang kemudian dikenal sebagai KTN (Komisi Tiga Negara). Komisi ini terdiri dari tiga
negara sebagai penyelenggara penyelesaian sengketa, yaitu Belgia yang dipilih oleh Belanda,
Australia yang dipilih oleh Indonesia dan AS yang dipilih oleh Belgia dan Australia 5.
Menghadapi sengketa Indonesia-Belanda yang semakin memuncak, maka Komisi Tiga Negara
mengambil beberapa langkah penyelesaian dengan mengusulkan kepada forum PBB melalui DK
PBB untuk membahas dan mengambil tindakan yang dianggap perlu atas segaka kejadian di
Indonesia. Namun demikian, usaha KTN melalui PBB menemui banyak perbedaan persepsi
tentang keadaan yang terjadi di Indonesia, sehingga usul tersebut tidak mendapat tanggapan.
Berkali-kali KTN mengirimkan laporan ke DK PBB tetapi tidak pernah mendapat jawaban6.
Akhirnya KTN berhasil mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda di dalam
perundingan Renville pada tanggal 8 Desember 1947 diatas kapal Renville yang sedang berada
di Tanjung Priok. Namun, perjanjian Renville ini menghadapi dead end dengan hasilnya sendiri.
Melihat hal ini, pada 26 Desember 1947, KTN bertindak lagi dengan menawarkan solusi yang
mendekati dengan interest nya Belanda. Solusi ini diterima oleh pihak Indonesia sepenuhnya
akan tetapi Belanda pada tanggal 2 Januari 1948 memberikan jawaban bahwa mereka hanya
setuju dengan sebagian isi dari solusi tersebut dan Belanda mengajukan 12 pasal baru untuk
ditambahkan ke dalam solusi dari KTN. Sadar akan hal ini, KTN akhirnya menambahka 6 pasal
baru yang dianggap akan diterima oleh kedua belah pihak, karena dengan adanya tambahan 12
pasal dari Belanda, pihak Indonesia pasti langsung akan menolak solusi tersebut. KTN berusaha
meyakinkan Indonesia tentang usul KTN tersebut sambil memberikan peringatan tentang
kemungkinan negatif yang dapat terjadi apabila Indonesia menolak usulan tersebut. Wakil KTN,Frank Graham meyakinkan Indonesia bahwa hanya dengan menerima tiga naskah persetujuan
Renville itu, pemerintah Amerika Serikat akan melindungi RI dari setiap tindakan kekuasaan
3 G. Moedjanto. 1991. Indonesia Abad ke-20 Jilid I . Yogyakarta: Kanisius, hal. 17
4 Tribuana Said. 1984. Indonesia dalam Politik Global Amerika. Medan: PT. Waspada, hal. 39
5 M. Sabir. 1983. Politik Bebas Aktif . Jakarta: Haji Masagung, hal. 1046 G. Moedjanto, op.cit., hal. 26
5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 4/5
Belanda. Harus diakui bahwa KTN bekerja amat keras untuk menolong RI. Paling kurang dua
dari tiga anggotanya adalah simpatisan Republik, sekalipun kekuatan mereka tidak begitu besar7.
Perundingan-perundingan lain tetap dilakukan, akan tetapi perundingan lain tersebut tidak
membuahkan hasil karena baik dari pihak Indonesia maupun Belanda tidak ada yang mau
mengalah sehingga perundingan-perundingan tersebut tidak tercapai. KTN tidak berhenti untuk
mencari solusi untuk pihak Indonesia dengan Belanda. Akan tetapi, tiba-tiba Belanda
melancarkan agresi militernya yang kedua pada 19 Desember 1948. Belanda menyerang
Yogyakarta, menangkap Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi
lainnya. Situasi gawat ini memaksa Indonesia untuk memindahkan ibu kotanya (sementara) ke
Bukit Tinggi, Sumatera Barat dan menunjuk pemimpin sementara untuk mengganti Soekarno-
Hatta selama masa penculikan yaitu Syafruddin Prawiranegara. Hal ini membuat PBB merasa
tersinggung karena penyerangan tersebut tepat dilakukan di depan KTN. Setelah peristiwa
Agresi Belanda II, forum PBB mulai gencar memperhatikan permasalahan yang ditangani KTN.
Munculah resolusi yang mengecam tindakan Belanda. Selama terbentuknya KTN hingga
berakhirnya sengketa pada tanggal 27 Desember 1949, selama kurang lebih tiga setengah tahun,
Dewan Keamanan telah mengadakan sidang mengenai sengketa itu lebih dari 90 kali8.
Berdasarkan laporan-laporan KTN pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan
mengeluarkan resolusi yang lebih keras dari yang dikeluarkan sebelumnya. Dewan Keamanan
memerintahkan agar tahanan-tahanan politik dilakukan Belanda sejak 19 Desember 1948dibebaskan tanpa syarat ; pemulihan pemerintah di Yogyakarta; mengusulkan dasar-dasar
penyelesaian politik yang akan memungkinkan peralihan kedaulatan dari Belanda kepada
Indonesia pada waktu yang sesingkat-singkatnya, paling lambat tanggal 1 Juli 1950; dan
mengubah KTN menjadi United Nations Commision for Indonesia (UNCI) pada 28 Januari 1949
dengan susunan keanggotan yang sama tetapi wewenang khusus untuk membuat usul-usul dan
mengambil keputusan berdasarkan pungutan suara9. Tugas UNCI antara lain melaksanakan
resolusi-resolusi DK-PBB, membuat saran-saran mengenai pemilihan umum, pengawasannya
dan menjamin pemilihan umum secepat mungkin. Dengan adanya resolusi tanggal 28 Januari
7Abu Hanifah dan Sumitro Joyohadikusumo. 1978. Renungan Perjuangan Dulu dan Sekarang . Jakarta: Inti Idayu Press, hal. 56
8 Mochtar Kustiniyati, ed. 1989. Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI . Jakarta: Gramedia,hal. 89 www.leimena.org/en/page/v/421/dr.-leimena-dan-komisi-tiga-negara
5/17/2018 Resolusi Konflik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resolusi-konflik-55b07e6160d70 5/5
1949 itu telah mengubah nama KTN menjadi UNCI, yang pada dasarnya merupakan kelanjutan
dari perjuangan dan perpanjangan tangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa10
.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa peran dan fungsi KTN atau UNCI sangat
jelas dalam menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dengan Belanda. Meskipun masih
banyak kekurangan di dalam proses penyelesainnya, akan tetpi KTN mampu menghasilkan
solusi yang efektif kedua belah pihak. Dengan demikian, bisa dilihat bahwa pihak ketiga terlibat
secara aktif di dalam proses mediasi dan mempunyai kepentingan penting dalam negosiasi
tersebut.
10 Tribuana Said. Op.cit., hal. 57