Upload
bella-nabila
View
229
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
RESPIRASI 2
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi
masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Penyakit
saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di
seluruh dunia. Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya.
Penyebab tersering pneumonia adalah bakteri positif-gram.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8 juta kematian anak
di dunia, dari jumlah kematian anak tersebut 1,6 juta kematian anak
disebabkan oleh pneumonia. Kasus pneumonia di Indonesia mencapai 6 juta
jiwa sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia (WHO, 2006).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan
mortalitas pneumonia pada bayi 23,80% dan balita 15,50%. Angka mortalitas
anak yang disebabkan pneumonia lebih tinggi daripada mortalitas pada anak
yang dikarenakan penyakit lain seperti DBD 6,80%, campak 5,80%, TBC
3,90% dan malaria 2,90%. Berdasarkan UNICEF, mortalitas pneumonia di
Indonesia sebesar 14%. Data mortalitas tersebut memberikan gambaran
bahwa pneumonia merupakan masalah kesehatan utama penyebab kematian
pada anak (UNICEF, 2013).
Gejala dari infeksi pneumonia yang ditimbulkan sangat beragam. Gejala
tersebut disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme dan respon
1
sistem imun terhadap infeksi. Gejala-gejala tersebut mencakup demam dan
menggigil akibat proses peradangan hingga keluarnya secret yang kental.
Jika tidak teratasi, pneumonia dapat menjadi komplikasi. Komplikasi
yang paling sering terjadi disebabkan oleh pneumonia mulai dari gagal napas
hingga efusi pleura. Maka dari itu diperlukan proses keperawatan pada pasien
pneumonia dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi, mendukung proses
penyembuhan, menjaga/mengembalikan fungsi respirasi, dan memberikan
insformasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari pneumonia?
2. Bagaimanakah etiologi dari pneumonia?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari pneumonia?
4. Apa sajakah manifestasi klinik dari pneumonia?
5. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik pada pneumonia?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan dari pneumonia?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat menjelaskan konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan pneumonia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar Pneumonia.
a) Definisi pneumonia
b) Etiologi pneumonia
2
c) Patofisiologi pneumonia
d) Manifestasi klinik pneumonia
e) Pemeriksaan diagnostic pneumonia
f) Penatalaksanaan pneumonia
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
pneumonia, meliputi :
a) Pengkajian pada klien dengan pneumonia.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
pneumonia.
c) Merencanakan implementasi dan evaluasi keperawatan pada
klien dengan pneumonia.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dpat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang
sakit (Irman Somantri,2007, hal 67)
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru.(kapita selekta kedokteran,2000)
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang.
Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bias bekerja. Gara-gara
inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia
bias meninggal (Misnadiarly, 2008, hal 11)
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pertukaran
gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan
darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Arif Muttaqin,
2009, hal. 98).
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi
pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini
4
timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.
(Alimul, 2006).
2.2. Etiologi Pneumonia
Pneumonia akibat virus. Virus penyebab pneumonia yang paling
lazim adalah virus sinsitial pernapasan( respiratory syncytial virus VRS ),
parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Pada umumnya,infeksi virus
saluran pernapasan bawah jauh lebih sering selama bulan-bulan musim
dingindan RSV merupakan virus yang paling lazim yang menyebabkan
pneumonia, terutama selama masa bayi. Walaupun sifat musiman agen
virus ini sangat meramalkan, epidemic local dapat membelokkan
gambaran insiden pada tahun tertentu. Jenis dan keparahan penyakit
dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk umur ,jenis kelamin, musim
dalam tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki-laki terkena
sedikit lebih sering dari pada anak perempuan. Tidak seperti bronkiolitis,
dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun pertama, angka
serangan puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun
dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya
Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan,
minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya
(komplikasi).
5
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus,
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%,
sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenze type B (Hib). Awalnya,
mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi
penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan
(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebarannya melalui aliran
darah.
2.3. Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia didefinisikan sebagai keadaan inflamasi akut pada
parenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru). Penyakit ini bersifat infeksi
karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Sebelum penisilin dan
obat berbahan dasar sulfa ditemukan, pneumonia bakteri menjadi
penyebab utama kematian pada anak-anak dan individu dewasa.
Pada individu yang sehat, saluran napas dibawah trakea bersifat steril
karena terdapat banyak mekanisme pertahanan (mis., refleks batuk, kerja
epligotis dan silia, serta kerja mikroskopis system imun). Pasien
pneumonia terinfeksi organisme melalui tiga mekanisme utama: 1)
aspirasi organisme dari nasofaring atau orofaring; 2) inhalasi organisme
yang terbawa udara; dan 3) penyebaran hematogen dari sumber infeksi
primerdi bagian tubuh lain. Setelah agen infeksius mencapai jaringan
paru, multiplikasi terjadi dalam lingkungan hangat dan basah, kemudian
infeksi akan menyebar ke jaringan paru setempat lainya. Respons inflamsi
dimulai dan mediator dilepaskan sehingga terjadi dilatasi kapiler, yang
6
mengakibatkan gangguan difusi dan akumulasi berbagai sel darah,
eksudat, dan cairan serosa. Fungsi parenkim paru yang terinfeksi
mengalami gangguan dan gagal napas akut dapat menyertai.
Manifestasi klinis meliputi gejala inflamasi setempat,seperti batuk dan
peningkatan produksi mukus. Ketika dilakukan auskultasi pada daerah
yang terkena, suara napas dapat berkurang atau bahkan tidak ada, dan
ronki tidak dapat terdengar. Gejala sistemik meliputi dyspnea, takipnea,
ortopnea, takikardia, dan demam. Nyeri ketika inspirasi juga dapat terjadi
akibat inflamasi dan pasien mungkin mengalami keletihan karena
peningkatan usaha bernapas.
Penanganan meliputi terapi pendukung, seperti suplementasi oksigen
dan fisioterapi untuk mengatasi gejala. Terapi antibiotik hanya diberikan
jika pneumonia disebabkan oleh agens infeksi, yang ditentukan melalui
kultur mikroskopis dan sensitivitas sputup.
2.4. Epidemiologi Pneumonia
Dua factor utama membuat studi epidemiologi pneumonia :
1. Kurangnya penanda spesifik dan sensitive aspirasi dan
2. Kegagalan kebanyakan studi untuk membuat perbedaan antara
aspirasi pneumonitis dan pneumonia aspirasi.
Namundemikian, daftarbeberapastudi "pneumonia aspirasi" sebagai
penyebab CAP di 5% sampai 15% kasus. CAP adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada orang tua, dan kemungkinan aspirasi
adalah penyebab utama pneumonia pada kasus ini. Studi epidemiologis
menunjukkan bahwa kejadian pneumonia meningkat dengan penuaan,
7
dengan risiko yang hamper enam kali lebih tinggi pada mereka yang lebih
tuadari 75 dibandingkan dengan mereka yang lebih muda dari 60 tahun.
Tingkat serangan untuk pneumonia adalah tertinggi di antara mereka di
panti jompo, di mana pneumonia merupakan penyebab kematian paling
umum
2.5. Klasifikasi Pneumonia
Pedoman Diagnosis danPenatalaksanaan di Indonesia yang
diterbitkanoleh PDPI tahun 2003, terdapat 3 klasifikasi pneumonia yaitu :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a. Pneumonia komuniti
b. Pneumonia nosocomial
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
Sebagianbesar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul
secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab
tersering pneumonia bakteri alisadalah:
a. Bakteripositif-gram
b. Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia
streptokokus
c. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus pneumonia,
demikian juga Pseudomonas aeruginosa.
d. Pnemoniabakteri / tipikal dapat terjadi pada semua umur.
8
3. Berdasarkan prediksi infeksi
a. Pneumonilobaris, yaitu pneumonia yang terjadipadasatulobus
(percabanganbesardaripohonbronkus) kananmaupunkiri
b. Pneumonia bronkopneumonia, ditandaibercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru, bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua
2.6. Manifestasi Klinis Pneumonia
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri.
Gejala-gejala tersebut mencakup:
1. Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan purulen
3. Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae),
merah muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan
bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa)
4. Krekel (bunyi paru tambahan).
5. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6. Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnea. Dispnea adalah
peasaan sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh
penurunan pertukaran gas-gas.
7. Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang
dapat menyebabkan atelektasis absorpsi.
9
9. Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin
langsung pada kapiler atau akibat reaksi peradangan yang
menyebabkan kerusakan kapiler.
2.7. Penatalaksanaan pada Pneumonia
a. Pemeriksaan laboratorium/diagnostik
1. SDP: sangat tinggi dengan pneumonia bakterial; agak tinggi
pana pneumonia viral.
2. Kultur nasofaring, tenggorokan, dan darah untuk mengisolasi
organisme.
3. Analisis gas darah (analysis blood gasses - ABGs) dan pulse
oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari
luasnya kerusakan paru-paru.
4. Pewarnaan gram/kultur sputum dan darah: didapatkan dengan
needle biospy, aspirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy,
atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme
penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat
ditemukan, seperti Diplococcus pneumoniae, Staphylococus
aureus, A. Hemolytic streptoccocus, dan hemophilus influezae.
5. Darah dan urine untuk countercurrent immunoelectrophoresis
(CIE) untuk mendeteksi antigen bakteri khusus.
6. Periksa darah lengkap (complete blood count – CBC): leukosit
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih
(white blood count – WBC) rendah pada infeksi virus.
10
7. Tes serologi : membantu membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.
8. LED: meningkat
9. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun
(kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran udara
meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun,
hipoksemia.
10. Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah.
11. Bilirubin mungkin meningkat.
12. Chest X-Ray: terindetifikasi adanya penyebaran (misal : lobus
dan bronkhial); dapat juga menunjukan multipel abses/infiltrat,
empiema (staphylococus); penyebaran atau lokasi infiltrasi
(bakterial); atau penyebaran / extensive nodul infiltrat (sering
kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin
bersih.
b. Potensial komplikasi
1. Efusi pleural (pada pnemokokus untuk steptokokus grup A)
2. Otititis media
3. Meningitis
4. Perikarditis
5. Septikemia
6. Henti napas
c. Penatalaksanaan medis
1. Oksigenasi, lingkungan sejuk dan lembab
11
2. Pemantauan O2 transkutan
3. Fisioterapi transkutan dan penghisapan setiap 2 sampai 4 jam
4. Cairan parenteral
5. Terapi antipiretik prn untuk kontrol demam
6. Terapi antibiotik
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama : An. E
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal pemeriksaan : 25 September 2015
Alamat : Surabaya
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak napas
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama pasien pneumonia : keluhan batuk
biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum
obat batuk yang biasa di pasaran.
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, selanjutnya akan
berkembang batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-
kuningan, kehijau-hijauan, kecokelatan atau kemerahan, dan sering
kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam
tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya).
Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan
frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala
2. Riwayat penyakit dahulu
Bersangkutan dengan seberapa sering terkena penyakit
pernapasan (flu, batuk, dll), durasi saat mengalami penyakit
13
pernapasan, apakah memiliki alergi terhadap debu, kerentanan
tubuh terhadap penyakit
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah
klien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan
demam ringan.
3. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji apakah anggota keluarga ada yang pernah
mengidap pneumonia, kapan anggota keluarga terakhir mengalami
pneumonia, apakah pengobatan pneumonia terdahulu sudah
menyembuhkan total.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu lebih dari 40oC, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya
meningkat seirama dengan peningkatan suhu dan frekuensi
pernapasan, dan apabila tidak melibatkab infeksi sistemis yang
berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskular tekanan darah
biasanya tidak ada masalah.
1. B1 : Breating
Frekuensi RR meningkat, sesak napas, batuk produktif dengan
mucus purulen, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi
napas tambahan ronkhi.
14
2. B2 : Blood
Denyut nadi melemah, tekanan darah normal.
3. B3 : Brain
Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis,
menangis, merintih, meregang, dan menggeliat
4. B4 : Bladder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake
cairan
5. B5 : Bowel
Mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
6. B6 : Bone
Kelemahan dan kelelahan fisik
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000/mm3. Saat
dilakukan biakan sputum, darah, atau jika dimungkinkan cairan
efusi pleura, untuk biakan aerobic dan anaerobic, untuk selanjutnya
dibuatkan pewarnaan gram sebagai pegangan dalam pemberian
antibiotic. Sebaiknya diusahakan agar biakan dibuat dari sputum
saluran pernapasan bagian bawah. Bahan juga dapat diperoleh dari
swap tenggorok atau laring, pengisapan lewat trachea,
bronkhoskopi, atau pengisapan lewat dada bergantung pada
indikasinya. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD/Astrup)
15
menunjukkan hipoksemia sebab terdapat ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi di daerah pneumonia.
2. Pemeriksaan Radiologis
Sebaiknya dibuat foto thoraks anterior-posterior dan lateral
untuk melihat keberadaan konsolidasi retrokardial sehingga lebih
mudah untuk menentukan lobus mana yang terkena karena setiap
lobus memiliki kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus
inferior lebih sering terkena, lobus tasa dang lobus tengah juga
dapat terkena . yang khas adalah tampak gambaran konsolidasi
homogeny sesuai dengan letak anatomi lobus yang terkena.
Densitasnya bergantung pada intensitas eksudat dan hamper
selalu ada bronkhogram udara. Pada masa akut, biasanya tidak ada
pengecilan volume lobus yang terkena sedangkan pada masa
resolusi mungkin ada atelektasis sebab eksudat dalam saluran
pernapasan dapat menyebabkan obstruksi. Kebanyakan lesi
terbatas pada satu lobus,tapi dapat juga mengenai lobus lain.
Mungkin ada efusi pleura yang dapat mudah dilihat dengan foto
dekubitus lateral.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus
karena mulai dari perifer gambaran konsolidasi hampir selalu
berbatasan dengan permukaan pleura viseralis. Pada sisi yang
berbatasan dengan pleura viseralis gambaran batasnya tegas tapi
sisi yang lainnya mungkin tidak berbatas tegas. Gambaran
16
radiologi yang tidak khas kadang-kadang bia didapatkan pada
bronchitis menahun dan emfisema
f. Penatalaksanaan Medis
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45o .
Kematian sering kali berhubungan dengan hipotensi,aritmia kordis dan
penekananan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan
pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa denganbaik,
pemberian O2 di alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler.
Pemberian O2 yang adekuat sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak
beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70
mmHg dan juga penting mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi
tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara
umum. Bronchodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk
memperbaiki drainase sekret dan distribusi ventilasi. Kadang-kadang
mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia
mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika
hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia artei dengan cara
memperbaiki volume intravaskuler dan melakukan dekompresi
lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang kateter
Swan-Ganz dan infuse Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila perlu dapat
diberikan analgesic untuk mengatasi nyeri pleura.
Pemberian antibiotik terpilih seperti Penisilin diberikan secara
intramuscular 2 x 600.000 unit sehari. Penisilin diberikan selama
17
sekurang-kuangnya seminggu sampai klien tidak mengalami sesak
napas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan
abses paru dan empiema memerlukan antibiotic lebih lama. Untuk
klien yang alergi terhadap Penisilin dapat diberikan Eritromisin.
Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena banyak resisten.
Pemberian Sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi
terhadap Penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif slang
terutama dari tipe anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian
Penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan menurun serta nyeri
pleura menghilang. Pada kurang lebih 20% klien, demam berlanjut
sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi.
3.2 Asuhan Keperawatan
No
Diagnosis
Keperawatan
Perencenaan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi (NIC) Rasional
1. Bersihan jalan
napas tidak
efektif b.d. :
1) Inflamasi
trankheobron
khial,
pembentukan
Jalan napas
bersih dan
efektif setelah
beberapa hari
perawatan.
Kriteria hasil:
a. Kaji jumlah/
kedalaman
pernapasan dan
pergerakan
dada
Melakukan
evaluasi awal
untuk melihat
kemajuan dari
hasil intervensi
yang telah
dilakukan
b. Auskultasi Penurunan
18
udema,
peningkatan
produksi
peningkatan
sputum
2) Nyeri
pleuritis
3) Fatigue
Yang ditandai :
1) Perubahan
jumlah dan
kedalam
napas
2) Suara napas
abnormal,
penggunaan
otot napas
tambahan
3) Dispnea dan
sianosis
4) Batuk
dengan atau
1) Tidak ada
keluhan
sesak
2) Suara napas
normal
(vesikuler)
3) Sianosis (-)
4) Batuk (-)
5) Jumlah
pernapasan
dalam batas
normal sesuai
usai
daerah paru-
paru, mencatat
area yang
menurun/ tidak
adanya aliran
udara serta
mencatat
adanya suara
napas
tambahan
seperti crackels
dan wheezes
aliran udara
timbuk pada
area yang
konsolidasi
dengan cairan.
Suara napas
bronchial dapat
juga. Crackles,
ronchi, dan
wheezes
terdengar pada
saat inspirasi
dan atau
ekspirasi
sebagai respons
dari akumulasi
cairan, sekresi
kental, dan
spasme/
obstruksi
saluran napas.
c. Elevasi kepala,
sering ubah
posisi
Diafragma yang
lebih rendah
akan membantu
19
tanpa
produksi
sputum
dalam
meningkatkan
ekspansi dada,
pengisian udara,
mobilisasi dan
pengeluaran
secret.
d. Bantu pasien
dalam
melakukan
latihan napas
dalam.
D
emonstrasikan/
bantu pasien
untuk batuk
efektif.
Misalnya
menahan dada
dan batuk
efektif pada
saat posisi
tegak lurus.
Napas dalam
akan
memfasilitasi
pengembangan
maksimum
paru-paru/
saluran udara
kecil. Batuk
merupakan
mekanisme
pmebersihan
diri normal,
dibantu silia
untuk
memelihara
kepatenan
saluran udara.
20
Menahan dada
akan membantu
untuk
mengurangi
ketidaknyamana
n, dan posisi
tegak lurus akan
memberikan
tekanan lebih
besar untuk
batuk.
e. Lakukan
suction atas
indikasi.
Menstimulasi
batuk atau
pembersihan
saluran napas
secara mekanis
pada pasien
yang tidak dapat
melakukannya
dikarenakan
keefektifan
batuk atau
penurunan
21
kesadaran.
f. Berikan cairan
2500 ml/hari
(jika tidak ada
kontraindikasi)
dan air hangat.
Cairan (teruma
cairan hangat)
akan membantu
memobilisasi
dan
mengeluarkan
secret.
Kolaborasi
a. Kaji efek
pemberian dan
nebulizer dan
fisioterapi
pernapasan
lainnya.
Lakukan
tindakan selang
diantara waktu
makan dan
batasi cairan
jika cairan
sudah
mencukupi.
Menfasilitasi
pencairan dan
pengeluaran
secret. Postural
drainage
mungkin tidak
efektif pada
pneumonia
intersitiasl atau
yang
disebabkan oleh
eksudat atau
kerusakan dari
alveolar.
b. Berikan Membantu
22
pengobatan
atas indikasi:
mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator,
dan analgesik.
mengurangi
bronkospasme
dengan
mobilisasi dari
secret.
Analgesic
diberikan untuk
meningkatkan
usaha batuk
dengan
mengurangi rasa
tidak nyaman,
tetapi harus
digunakan
sesuai
penyebabnya.
c. Berikan cairan
suplemen
misalnya IV,
humidifikasi
oksigen, dan
humidifikasi
ruang.
Cairan
diberikan untuk
mengganti
kehilangan
(termasuk
insensible/ IWL)
dan membantu
mobilisasi
23
secret.
d. Monitor serial
chest X-Ray
ABGs, dan
pulse oximetry.
Untuk dapat
mengikuti
kemajuan dan
efek dari proses
penyakit serta
memfasilitasi
kebutuhan
untuk
perubahan
terapi.
e. Bantu dengan
bronchoscopy /
thoracentesis
jika
diindikasikan.
Kadang-kadang
diperlukan
untuk
mengeluarkan
sumbatan
mucus, secret
yang purulen,
dan atau
mencegah
atelektasis.
BAB 4
24
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. Pneumonia
dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya yaitu bakteri, virus, dan
jamur. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,
Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus.
Sedangkan jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans. Pneumonia
lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. pneumonia. Pneumonia jenis
ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang
diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut
pneumonia yang tidak tipikal.
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Gejala-gejala
tersebut mencakup demam dan menggigil akibat proses peradangan, batuk
yang sering produktif dan purulen, sputum berwarna merah karat (untuk
streptococcus pneumoniae), merah muda atau kehijauan dengan bau khas
(untuk pseudomonas aeruginosa), krekel (bunyi paru tambahan), rasa lelah
akibat reaksi peradangan dan edema,sering terjadi respons subyektif dispnea,
timbul tanda-tanda sianosis, dan ventilasi berkurang akibat penimbunan
mucus, yang dapat menyebabkan atelektasis absorpsi.
25
Penatalaksanaan pada klien pneumonia diposisikan dalam keadaan fowler
dengan sudut 45o, Pemberian cairan intravena untuk IVline dan pemenuhan
hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan dan volume cairan tubuh secara
umum, dan pemberian antibiotic terpilih seperti Penisilin diberikan selama
seminggu sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan
tidak ada komplikasi lain. Prognosis untuk tiap orang berbeda tergantung dari
jenis pneumonia, pengobatan yang tepat, ada tidaknya komplikasi dan
kesehatan orang tersebut.
26
Daftar Pustaka
Alimul, A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatn Anak. 2006. Jakarta: Salemba
Medika.
Misnadiarly. (2008). Pneumonia pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut.
Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Somantri, Irman. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Yasmin Asih,..[ et al].(1998). StandarPerawatanPasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, danEvaluasi. Vol.4. Jakarta: EGC
27
WOC Pneumonia
28
Lampiran 1 . Lembar Pernyataan
Dengan ini kami menyatakan bahwa:
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Surabaya, 22 September 2015
Nama Nim Tanda Tangan
Widya Fathul Jannah 131411131073 1.
Pratama Soldy Izzulhaq 131411131091 2.
Indah Febriana Nila 131411131094 3.
Nuzulia Azizi Islamia 131411133005 4.
Ayu Tria Kartika Putri 131411133023 5.
Aida Lutfiati 131411133026 6.
29
Lampiran 2 . Lembar Penilaian makalah dan presentasi kelompok
FORMAT PENILAIAN MAKALAH:
No Aspek yang
dinilai
Bobot Nilai
Maks
Kriteria penilaian
1 Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan deskripsi singkat
makalah
Supervisial,
tidak spesifik
Sangat
spesifik
dan relevan
2 Laporan analisis
masalah
5 % 5 Laporan lugas dan ringkas serta lengkap
Intervensi
keperawatan
yang diusulkan
16% 16 Penjelasan teori konsep dasar
keperawatan/fisiologi/patofisiologi terkait
Analisis peran perawat dalam intervensi serta
kaitan intervensi dengan proses keperawatan
Pengalaman atau realita di klinik dan gap
Literature review
Ide logis dan ringkas
Menunjukkan kemampuan analisis
Argument logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide atau hasil
pembahasan
30
Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas
serta extensif
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi
atas kritik jurnal
Pengurangan
nilai
a. 7.5
%
-7.5 Nilai akan mendapatkan pengurangan jika
kriteria berikut tidak terpenuhi:
Jumlah halaman < 10 atau lebih dari 20 halaman
(batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi
dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
termasuk tanda baca.
NILAI MAKSIMAL 25
Komentar Fasilitator:
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
....................................................................................
31
Presentasi Kelompok (5%)
No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE1 Kemampuan mengemukakan intisari makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaatbagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 5
Soft skill yang dinilai selama diskusi: teamwork, berpikir kritis,
komunikasi
Komentar Fasilitator:
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
....................................................................................
Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)
NO.POINT
PENILAIANASPEK YANG DINILAI
PROSENTAS
E1 Selama proses
diskusi
Aktif bertanya 10%
Aktif memberikan ide/pendapat 10%
32
(50%) Inovatif dan kreatif dalam
memberikan pendapat.
Kemampuan analitik dalam
mengajukan pertanyaan dan
memberikan solusi
30%
3Resume
(50%)
Ringkas dan padat 20%
Isi resume 20 %
Simpulan & saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10
33