112
RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 97/PUU-XIV/2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Renaldo Caniago NIM : 11140321000028 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN

TERHADAP KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NOMOR 97/PUU-XIV/2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Renaldo Caniago

NIM : 11140321000028

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan
Page 3: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan
Page 4: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan
Page 5: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

iv

ABSTRAK

Renaldo Caniago

Judul Skripsi : “Respons dan Harapan Penghayat Kepercayaan Terhadap

Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016”

Penghayat kepercayaan adalah golongan atau elemen yang terdapat di

masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, sejak masa kolonial hingga kini,

golongan atau elemen masyarakat penghayat kepercayaan masih banyak

mengalami diskriminasi dan berbagai stigma yang membelenggu mereka.

Padahal, Republik Indonesia didirikan selain untuk melepaskan diri dari

Kolonialisme Belanda & Pendudukan Jepang, juga untuk merangkul serta

memayungi seluruh golongan dan elemen masyarakatnya.

Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan yang

Berkebudayaan”. Artinya, Ketuhanan yang saling menghormati satu sama lain

dan menjunjung budaya sebagai pemersatu antar berbagai kepercayaan dan

agama. Ketuhanan yang Maha Esa, redaksi yang akhirnya resmi digunakan

sebagai sila pertama dalam Pancasila pada perkembangannya membuat monopoli

segelintir golongan yang menyebabkan diskriminasi terhadap “agama tidak

resmi”. Padahal, UUD 1945 sebagai penjabaran dari Pancasila telah menjelaskan

mengenai hak demokratis seluruh rakyat Indonesia apapun golongan

kepercayaannya. Hal tersebut menjadi pembahasan dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam kajian ini menggunakan penelitian

kepustakaan dan studi kasus lapangan dengan menggunakan medote deskriptif

analitis. Metode deskriptif analitis ini dimaksudkan untuk menguraikan masalah

serta respons penghayat kepercayaan pasca putusan Mahkamah Konstitusi Pada

UU Nomor 23 Pasal 61 dan 64 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghayat kepercayaan sangat antusias

dengan keputusan MK dan berharap agar seluruh keputusan segara direalisasikan

oleh pemerintah.

Kata Kunci: Penghayat, Kepercayaan, Ketuhanan

Page 6: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya begitupun hingga skripsi

ini dengan judul “Respons dan Harapan Penghayat Kepercayaan Terhadap

Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016,” dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga

setiap dari kita kelak mendapat syafaat darinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari sempurna ini tidak akan

dapat selesai tanpa adanya dukungan dari banyak pihak baik secara materil

maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

terutama kepada yang terhormat:

1. Dr. Hamid Nasuhi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan selaku

Penasehat Akademik yang memberikan arahan, atas kesabaran dan

ketelitian dalam membimbing Penulis. Beliau yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan memberikan arahan, motivasi serta

bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

2. Dr. Media Zainul Bahri, M.A, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama

dan Dra. Halimah Mahmudy M.A, selaku sekretaris Jurusan Studi

Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan

pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik.

Page 7: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

vi

3. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A

atas kesempatan belajar dan fasilitas yang diberikan pada Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat.

4. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof. Dr. Masri Mansoer,

M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, M.A, selaku Wadek I bidang Administrasi

Fakultas Ushuluddin. Dr. Bustamin, M.A, selaku Wadek II bidang

Administrasi Umum. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku Wadek III bidang

Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, para Staff Akademik Fakultas

Ushuluddin khusus dengan bang Jamil yang membantu dalam informasi

tentang skripsi, para Staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan para

Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta Nasrican dan Elvi. S, dan seluruh abang

dan adik-adik yang membuat saya semangat dalam menjalankan skripsi.

8. Teman terbaik dan tersayang yang selalu mensupport dan mendukung dari

awal mula perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi yaitu Irma Latifah

Hayatuddini.

9. Sahabat-sahabat sebagai salah satu sumber keceriaan terampuh bagi

penulis: Refi Lexmana Sanjaya, Samtoni, Moler, Zikri, Ridwan, Agus,

Idew, Wahyu.

Page 8: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

vii

10. Untuk Almamater penulis MMI Daar El- Qolam yang berperan besar

dalam membentuk karakter penulis, mengajarkan banyak pelajaran

berharga yang semoga dapat selalu penulis amalkan dengan baik.

11. Teman-teman seperjuangan Studi Agama-Agama angkatan 2014 yang

semoga diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir.

12. Teman-teman KKN 3R (Rangkul, Rabak, Rumpin) atas kerjasamanya

menyelesaikan tugas-tugas KKN dengan baik.

13. Dan kepada semua orang yang saya kenal maupun yang mengenal saya,

terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan. Berdasarkan peran-

peran beliau semua semoga mendapatkan balasan dan dilimpahi rahmat

Allah SWT. Menyadari atas banyaknya kekurangan dalam skripsi ini, oleh

sebab itu penulis berharap kiranya skripsi ini dapat dikembangkan di

kemudian hari dengan lebih baik.

Jakarta, 8 Mei 2018

Renaldo Caniago

Page 9: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ...................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11

BAB II ...................................................................................................................13

ALIRAN KEPERCAYAAN DAN PERMASALAHAN PENGHAYAT

KEPERCAYAAN.................................................................................................13

A. Aliran Kepercayaan atau Kebatinan ....................................................... 13

1. Pengertian Aliran Kepercayaan atau Kebatinan .............................. 13

2. Sejarah Legalitas Aliran Kepercayaan atau Kebatinan ................... 15

3. Macam-macam Aliran Kepercayaan .................................................. 20

B. Permasalahan Penghayat Kepercayaan .................................................. 21

BAB III ..................................................................................................................24

Page 10: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

ix

KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 97/PUU-XIV/2016 ..24

A. Undang-Undang Administrasi Kependudukan yang Digugat .............. 24

B. Proses Peradilan......................................................................................... 27

C. Keputusan Mahkamah Konstitusi ........................................................... 33

D. Pro dan Kontra Terhadap Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

97/PUU-XIV/2016 ...................................................................................... 36

BAB IV ..................................................................................................................41

RESPONS DAN HARAPAN SERTA EKSISTENSI PENGHAYAT

KEPERCAYAAN.................................................................................................41

A. Respons Penghayat Kepercayaan Terhadap Keputusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 ....................................................... 41

B. Ekspektasi Dan Harapan Penghayat Kepercayaan Terhadap Keputusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 .................................. 52

C. Eksistensi Penghayat Kepercayaan Terhadap Keputusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 ....................................................... 59

BAB V....................................................................................................................63

PENUTUP .............................................................................................................63

A. Kesimpulan ................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................71

Page 11: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Republik Indonesia adalah negara kesatuan, negara kebangsaan, yang

didirikan untuk semua golongan, negara yang menghormati dan melindungi hak

tiap warga negara untuk beragama dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya itu. Bangsa Indonesia juga merupakan suatu masyarakat yang

majemuk, yang mempunyai agama, bahasa, adat istiadat, suku bangsa dan

kebudayaan yang plural. Dari segi agama khususnya, Indonesia ditempati oleh

penduduk dengan latar belakang agama yang berbeda-beda baik agama Mondial

(Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu)1, maupun agama lokal

atau aliran kepercayaan (Sunda Wiwitan, Pangestu, Paguyuban Sumarah, dan lain

sebagainya). Seluruh agama tersebut bertumbuh hidup subur di Indonesia dengan

jumlah penganut yang bervariasi, dari yang minoritas sampai yang mayoritas. Hal

ini merupakan dampak dari adanya pengakuan negara yang hanya terbatas pada

enam agama di Indonesia. Istilah tersebut menimbulkan berbagai

ketidakharmonisan di antara pemeluk agama. Pemeluk agama yang sah disebut

sebagai agama (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Konghuchu) dengan

predikat mayoritasnya merasa superior dibanding penganut aliran kepercayaan

1 Keenam agama Mondial ini masuk sebagai agama yang dilayani oleh pemerintah,

sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor

1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/ atau Penodaan Agama. Pasal 1:

”Agama-agama yang di peluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Buddha,

Hindu, dan Konghuchu”.

Page 12: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

2

Tuhan Yang Maha Esa atau agama lokal.2 Dalam hal ini, penulis hanya berfokus

untuk membahas tentang aliran kepercayaan yang saat ini sangat hangat untuk

diperbincangkan tentang masalah keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap

pengisian kolom agama pada KTP (Kartu Tanda Penduduk).

Aliran kebatinan, misalnya yang terkenal di Jawa, sering disebut

"kejawen" jauh telah ada sebelum negeri ini merdeka. Aliran kebatinan adalah

aliran kepercayaan yang mendasari pemikiran bangsa Indonesia pada masa

dahulu.3 Pada mulanya, aliran kebatinan atau kepercayaan memiliki akar sejarah

pertumbuhan yang cukup panjang dan lama sejak ratusan tahun yang lampau.

Aliran ini lahir dari hasil proses perkembangan budaya, buah renungan dan

filsafat nenek moyang, yang kemudian terpaku menjadi adat istiadat masyarakat

turun temurun hingga sekarang. Mayoritas aliran kepercayaan menjadikan adat

istiadat ini sebagai pedoman ajaran yang sangat dipegang teguh yang dihayati dan

diamalkan.

Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui keberadaan aliran

kepercayaan yang ada di Indonesia sebelum adanya enam agama yang sudah

diakui oleh negera menurut perundang-undangan. Aliran kepercayaan inilah yang

ada sebelum adanya agama yang diakui oleh negara, salah satunya seperti Sunda

Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes, Lebak, Banten. Sunda

Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur (dan ada beberapa

penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Dan ada juga yang sudah

2 Hasse J, Diskriminasi Negara Terhadap Agama Di Indonesia (Disertasi Doktor

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, 2010), h. 70. 3 Kamil Kartapraja, Aliran-Aliran Kepercayaan/Kebathinan Di Indonesia (Jakarta: CV

Ridho Tarigan, 1981), h.69.

Page 13: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

3

penulis sebutkan di paragraf pertama dan masih banyak sekali aliran kepercayaan

ini yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Aliran kepercayaan atau penghayat kepercayaan pada saat ini sangat

hangat diperbincangkan di kalangan pemerintahan, civitas akademik, dan lain-

lain. Salah satu penyebab ramainya berita terkait hal ini adalah keputusan MK

(Mahkamah Konstitusi) yang mengabulkan gugatan uji materi atas Pasal 61

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan yang mewajibkan mengisi

kolom agama di Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga. Pada pasal ini yang

berbunyi, Pasal 61: (1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama

lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, Jenis Kelamin, Alamat,

tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama

orang tua, (2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bagi penduduk yag agamanya belum diakui sebagai agama sesuai

dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan atau bagi penghayat

kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database

Kependudukan.4 Pasal 64: (1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda

Pancasila dan peta wilayah negara Republik Indonesia, memuat keterangan

tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status

perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto,

masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tandatangan pemegang KTP,

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan, Pasal 61 Ayat 1 & 2.

Page 14: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

4

serta memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.5

Gugatan ini diajukan oleh sejumlah penganut penghayat kepercayaan. Dengan

adanya keputusan ini, para penganut kepercayaan bisa mencantumkan aliran

kepercayaan di kolom agama dalam KTP yang selama ini mereka inginkan. Pada

keputusannya, Majelis Hakim berpendapat bahwa kata “agama” dalam Pasal 61

Ayat (1) dan Pasal 64 Ayat (1) bertentangan dengan UUD (Undang-Undang

Dasar) 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat

sepanjang tidak termasuk penganut aliran kepercayaan. Artinya, penganut aliran

kepercayaan memiliki kedudukan hukum yang sama dengan pemeluk enam

agama yang telah diakui pemerintah dalam memperoleh hak terkait administrasi

kependudukan. “Majelis Hakim mengabulkan permohonan para pemohon untuk

seluruhnya. Kedua, menyatakan kata „agama‟ dalam Pasal 61 Ayat (1) dan Pasal

64 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2013 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat

secara bersyarat sepanjang tidak termasuk aliran kepercayaan,” ujar Ketua MK,

Arif Hidayat.6

5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan, Pasal 64 Ayat (1). 6 Estu Suryowati, 7 November 2017, Keputusan MK Membuat Eksistensi Penghayat

Kepercayaan Diakui Negara, nasional.kompas.com/read/2017/11/07/18573861/keputusan-

mk-membuat-eksistensi-penghayat-kepercayaan –diakui-negara, Diakses pada tanggal 15

Februari 2018 pukul 14.35 WIB.

Page 15: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

5

Dalam hal ini, memang sudah seharusnya semua Warga Negara Indonesia

(WNI) mendapatkan regulasi, proteksi, dan fasilitasi dari negara karena bagian

dari Warga Negara Indonesia. Telah disebutkan pula dalam Undang-Undang

tersebut walau penghayat kepercayaan tidak dapat mencantumkan kolom agama

dalam KTP, tetapi mereka tetap akan dilayani. Pada kenyataannya para penganut

aliran kepercayaan masih mendapatkan diskriminasi dalam berbagai hal mengenai

masalah administrasi sipil. Mereka berhak untuk mendapatkan semua apa yang

diperlukan untuk kebutuhan hidup mereka. Hak hidup aliran kepercayaan akan

terjamin oleh negara sepenuhnya, selama mereka menghormati hak-hak orang

lain, dan bagaimana seseorang menjalankan ajaran kepercayaannya itu diserahkan

kepada masing-masing penganut aliran kepercayaan itu sendiri.7

Selama ini aliran kepercayaan mendapatkan diskrimasi terhadap

kehidupannya, karena selama ini mereka tidak mendapatkan hak-hak sipil mereka

untuk berbagai keperluan yang dibutuhkan, dan mereka harus rela mencatumkan

nama agama di KTP mereka dengan salah satu agama yang diresmikan negara.

Dengan pertimbangan hati yang berat mereka harus mengisi kolom agama mereka

dengan salah satu agama yang diakui oleh negara untuk keperluan administrasi

negara seperti: pernikahan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Adanya gugatan para penghayat kepercayaan terhadap uji materi pada

Pasal 61 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan Pasal 64 Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, menyebabkan

terkabulnya gugatan tersebut oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 7

7 Budiono, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama ( Yogyakarta: Kansius,

1983), h. 144.

Page 16: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

6

November 2017. Dengan ini timbul berbagai respons dari penghayat kepercayaan

dan timbul polemik serta pendapat pro dan kontra dari berbagai kalangan

masyarakat Indonesia atas dikabulkannya gugatan para pengahayat kepercayaan

terhadap pengisian kolom agama penghayat kepercayaan.

Maka dari permasalahan yang telah dipaparkan, penting untuk menggali

lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Salah satunya melalui tugas akhir ini,

yang berjudul “Respons dan Harapan Penghayat Kepercayaan Terhadap

Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan,

permasalahan yang dikaji dalam studi ini adalah:

1. Apa saja permasalahan penghayat kepercayaan sebelum adanya

keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016?

2. Bagaimana respons dan harapan penghayat kepercayaan terhadap

keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini adalah untuk mengetahui respons penghayat kepercayaan terhadap keputusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 dan harapan serta eksistensi

penghayat kepercayaan pasca adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

97/PUU-XIV/2016.

Page 17: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

7

Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas akhir

proses pembelajaran di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuludin. Penulisan karya

ilmiah atau skripsi ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai dokumentasi

almamater dan bahan referensi kepada semua pihak, khususnya para peneliti dan

pemerhati yang sesuai dengan topik penelitian ini serta untuk memperoleh

kepuasan intelektual.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan penyusun, sampai saat ini terdapat beberapa

karya buku ataupun riset yang berkaitan dengan tema penulis.

Karya bentuk Skripsi ditulis oleh Siti Umi Aqiqoh yang berjudul “Praktik-

Praktik Diskriminasi terhadap Penghayat Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa

(Studi Kasus Sunat Pada Kepercayaan Madrais)8”. Dalam Skripsi ini yang

ditulis oleh penulisnya menjelaskan mengenai diskriminasi yang berada di dalam

kepercayaan Madrais, terutama dalam permasalahan sunat yang ada di

kepercayaan Madrais, bahwasanya praktik sunat dalam perspektif kepercayaan

Madrais telah mewarnai Indonesia dengan kasus-kasus yang bersifat

diskriminatif, hal ini karena adanya perbedaan perspektif sunat antara

kepercayaan Madrais dengan agama Semitik. Dan tulisan ini hanya berfokus pada

satu aliran kepercayaan yang mengalami diskriminasi.

8 Siti Umi Aqiqoh, “Praktik-Praktik Diskriminasi terhadap Penghayat Kepercayaan

Tuhan Yang Maha Esa (Studi Kasus Sunat Pada Kepercayaan Madrais” Skripsi ( Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

Page 18: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

8

E. Metodologi Penelitian

Agar memperoleh hasil yang maksimal, sistematis dan terarah dalam

penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan

menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang

berkonteks khusus.9 Menurut Denzin dan Lincoln dalam buku Lexy J.Moleong

mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.10

Adapun menurut Saryono,

penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,

menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari

pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui

pendekatan kuantitatif.11

Pada penelitian ini juga bersifat deskriptif analitis yakni

sebuah penelitian yang bertujuan menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi,

dan budaya. Dalam konteks penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha

menggambarkan suatu paham, pandangan, keyakinan dan fenomena keagamaan.12

9 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014), h. 5. 10

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.5. 11

Afrizal, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.

12. 12

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 9.

Page 19: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

9

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang

mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu

individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting

konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan

holistik.13

Dalam penelitian ini, penulis akan mengadakan penelitian terkait

respons dan harapan penghayat kepercayaaan terhadap keputusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

sosiologis. pendekatan sosiologis adalah salah satu upaya untuk fokus

perhatiannya pada kehidupan masyarakat14

, pada penulisan skripsi ini penulis

mengkhususkan pada masyarakat penghayat kepercayaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan (Library research)

Sumber literatur atau studi kepustakaan (Library Research), yaitu suatu

penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dari kepustakaan buku,

jurnal, ebook, dan sebagainya yang diolah untuk kemudian disimpulkan.15

Artinya mencari dan mempelajari bahan-bahan tulisan yang berkenaan

dengan objek penelitian. Penelaahan kepustakaan dilakukan untuk

13

Nuryanti Reni dan Peno Suryanto, Penelitian: Sebuah Pengantar ( Yogyakarta: UKM

Penelitian UNY, 2006), h. 6. 14

Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama , terj. Imam Khoiri (Yogyakarta: LkiS

Yogyakarta, 2009), h. 271. 15

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004), cet.1, h.3.

Page 20: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

10

menemukan topik serta pembuatan kerangka konsep dan kerangka teori

dengan menggali data yang relevan.16

b. Penelitian Lapangan (Field research)

1) Observasi, ialah melakukan pengamatan suatu keadaan, suasana,

peristiwa, menghimpun, memeriksa, dan mencatat dokumen-dokumen

yang menjadi sumber data penelitian.17

2) Wawancara mendalam (Indepth interview), ialah pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung oleh

pewawancara kepada responden.18

Wawancara dalam suatu penelitian

bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia

dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka. Wawancara

merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.19

3) Dokumentasi, ialah suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik.20

Metode ini dimaksudkan untuk

memperoleh pengetahuan yang lebih luas serta wawasan yang obyektif

dan ilmiah tentang penelitian.

4. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan melalui:

16

Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.45. 17

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2007), h. 56. 18

Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2008), h. 67. 19

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia,

1977), cet.1, h. 129. 20

Supardi, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta: UII Press, 2005), h.138.

Page 21: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

11

a. Usaha yang bersifat kompilatif, yaitu mengumpulkan data secara

keseluruhan baik yang bersumber dari literature maupun dari hasil

penelitian lapangan.

b. Usaha selektif komparatif, yaitu menyeleksi sumber yang dikumpulkan,

dipilih yang paling relevan dengan pokok pembahasan dengan

dibanding-bandingkan dengan data yang lain untuk mencapai penyajian

yang mengarah.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2013/2014.

F. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini dapat terarah pada tujuan yang telah ditetapkan, maka

disusun sistematika sedemikian rupa secara sistematis yang terdiri dari lima bab

yang masing-masing menampakkan karakteristik yang berbeda namun dalam satu

kesatuan yang saling melengkapi dan berhubungan. Adapun sistematika

penulisannya sebagai berikut.

Bab pertama: Pendahuluan. Bab ini membahas tentang alasan pemilihan

judul, dengan menunjukkan faktor yang mendorong pemilihan judul skripsi.

Kemudian diikuti dengan menuliskan rumusan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

Page 22: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

12

penulisan. Secara garis besar bagian ini bertujuan sebagai landasan teoritis

metodologis dalam penelitian.

Bab kedua: Bab ini mendeskripsikan pengertian serta sejarah legalitas dan

perkembangan penghayat kepercayaan, dan membahas mengenai permasalahan-

permasalahan yang dialami oleh penghayat kepercayaan yang selama ini

mendapatkan diskriminasi akibat pengosongan kolom agama pada KK dan KTP.

Bab ketiga: Bab ini menjabarkan latar belakang keputusan Mahkamah

Konstitusi yang menjelaskan Undang-Undang yang digugat oleh para penghayat

kepercayaan, yaitu pada UU Nomor 23 pasal 61 dan 64 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, serta menjelaskan proses peradilan yang di

dalamnya terdapat beberapa alasan para pemohon dan akhir keputusan dari

Mahkamah Konstitusi. Serta pro dan kontra terhadap keputusan Mahkamah

Konstitusi nomor 97/PUU-XIV/2016.

Bab keempat: Dalam bab ini penulis menjabarkan respons para penghayat

kepercayaan terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 97/PUU-

XIV/2016, serta harapan dan eksistensi penghayat kepercayaan pasca keputusan

Mahkamah Konstitusi nomor 97/PUU-XIV/2016.

Bab kelima: Bab ini merupakan bab terakhir/penutup yang berisikan

kesimpulan dari pokok permasalahan dalam kajian skripsi ini.

Page 23: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

13

BAB II

ALIRAN KEPERCAYAAN DAN PERMASALAHAN PENGHAYAT

KEPERCAYAAN

Penulis akan menguraikan terlebih dahulu pengertian dan sejarah serta

legalitas aliran kepercayaan atau kebatinan yang berada di Indonesia. Adapun juga

permasalahan-permasalahan yang dialami oleh penghayat kepercayaan yang

selama ini mendapatkan diskriminasi akibat pengosongan kolom agama pada KK

dan KTP

A. Aliran Kepercayaan atau Kebatinan

Aliran kepercayaan atau kebatinan memiliki arti, sejarah, dan

perkembangannya di Indonesia, pada sampai saat ini aliran kepercayaan atau

kebatinan tetap eksis keberadaannya di wilayah pelosok-pelosok Indonesia.

1. Pengertian Aliran Kepercayaan atau Kebatinan

Menurut sejarah perkembangan dan kehidupan Aliran Kepercayaan atau

Kebatinan, jumlah dan macamnya selalu bertambah dan berkurang. Masing-

masing aliran mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan yang lainnya.21

Oleh

sebab itu, nampaknya sulit untuk memberikan suatu definisi atau batasan yang

dapat mencangkup semua aliran dengan sempurna. Pengertian harfiah

memberikan, namun belum menggambarkan pengertian terminologi yang total.

21

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h. 90.

Page 24: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

14

Aliran kepercayaan dapat disebut aliran kebatinan, kerohaniaan, kejiwaan,

kejawen, dan lain sebagainya.22

Aliran dalam KBBI berarti haluan pendapat (pandangan hidup, politik,

dsb) yang timbul dari suatu paham. Kepercayaan dari asal kata percaya mendapat

awalan „ke‟ dan akhiran „an‟ artinya iman, keyakinan, hal menganggap bahwa

sesuatu itu benar. Percaya berarti membenarkan suatu keterangan dari keterangan

yang bermacam-macam yaitu: keterangan umum, keterangan ilmiah, keterangan

falsafi, dan keterangan agama.23

Jadi, Aliran Kepercayaan adalah suatu aliran

yang berkaitan dengan alam gaib yang tidak bisa diakali oleh manusia. Dan Aliran

Kebatinan adalah aliran yang mengeluarkan kekuatan kebatinan dalam diri

manusia.

Menurut Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) di Solo tahun 1956

menyatakan bahwa Aliran kebatinan adalah sumber asas sila Ketuhanan Yang

Maha Esa untuk mencapai budhi luhur, guna kesempurnaan hidup.24

Pengertian aliran kebatinan dari berbagai ahli di antaranya adalah Rahmat

Subagya mendefinisikan aliran kebatinan adalah segala usaha dan gerakan untuk

merealisasikan daya batin manusia.25

Menurut Sumantri Mertodipuro di dalam

buku Subagyo mengartikan aliran kebatinan adalah cara ala Indonesia

mendapatkan kebahagiaan, kebatinan memperkembangkan inner reality,

22

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h.57. 23

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 24

Permadi, Pandangan Aliran Kepercayaan Terhadap Islam (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Penghayat

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 1992/1993), h.4. 25

Rahmat Subagya, Kepercayaan, Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan, dan Agama

(Penerbit Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1976), h.15.

Page 25: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

15

kenyataan rohani.26

Sementara menurut Mr Wongsonegoro aliran kebatinan

adalam semua fikiran atau tindakan yang berdasarkan kekuatan gaib

(supernatural) yang mencari dan ingin mengetahui kenyataan di belakang

fenomena alam.27

2. Sejarah Legalitas Aliran Kepercayaan atau Kebatinan

Aliran kepercayaan atau kebatinan di Indonesia sudah ada sebelum adanya

agama pendatang dari berbagai negara, bahkan telah hadir sebelum dikenal

dengan istilah agama. Aliran kepercayaan baru populer sejak era Reformasi.

Aliran kepercayaan sering digunakan secara bergantian dengan “agama asli,”

“agama lokal,” “agama nusantara,” dan bahkan sering diidentikkan dengan

“kearifan lokal.”28

Penganutnya tersebar di berbagai daerah di Nusantara. Jumlah

mereka yang diidentifikasi dan meregistrasi diri di lembaga-lembaga negara,

seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan

Kejaksaan melalui Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan

Masyarakat (Bakorpakem), berubah dari waktu ke waktu, dari 200 hingga lebih

300 kelompok/organisasi. Terakhir, menurut catatan Direktorat Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, jumlah mereka yang teregistrasi

adalah 182 organisasi di tingkat pusat, dan lebih 1.000 organisasi di tingkat

cabang (daerah).29

26

Rahmat Subagya, Kepercayaan, Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan, dan Agama, h.21. 27

Rahmat Subagya, Kepercayaan, Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan, dan Agama , h.34. 28

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h.91. 29

Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama Di

Indonesia (CRCS (Center for Religious and Cross-cultural Studies), Yogyakarta, 2017), h. 4-5.

Page 26: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

16

Pada masa Demokrasi Liberal agama didefinisikan dengan sangat

eksklusif, yaitu yang memiliki kitab suci, nabi, dan pengakuan internasional.

Definisi ini menjadi penentu siapa yang dilayani (penganut agama resmi) dan

siapa yang tak dilayani (penganut kepercayaan). Tahun 1953 Pemerintahan

Demokrasi Liberal membentuk Pengawas Aliran Kepercayaan (Pakem). Lembaga

PAKEM diberi wewenang untuk mengawasi eksistensi dan kehidupan kelompok

kebatinan, tujuan pengawasannya adalah agar aliran kebatinan tidak menjadi

agama baru, dan juga untuk melindungi agama (Islam) dari pengaruh-pengaruh

negatif yang bersumber dari aliran kebatinan seperti ilmu hitam.30

Pada tanggal 19 dan 20 Agustus 1955 di Semarang telah diadakan kongres

dari berpuluh-puluh budaya kebatinan yang ada di berbagai daerah di Jawa

dengan tujuan untuk mempersatukan semua organisasi yang ada pada waktu itu.

Dari kongres pertama ini mumunculkan definisi kebatinan, sebagai berikut:

Kebatinan adalah sepi ing pamrih, rame ing gawe, mamayu hayuning bawono.”31

Kongres kedua yang diadakan pada tanggal 7-9 Agustus tahun berikutnya di Solo

sebagai lanjutannya, dihadiri oleh lebih dari 2.000 peserta yang mewakili 100

organisasi. Dalam kongres ini mendapatkan definisi kebatinan yang baru, sebagai

berikut: Kebatinan adalah sumber asas dan sila ketuhanan Yang Maha Esa, untuk

mencapai budi luhur, guna kesempurnaan hidup. Alasan digantinya definisi dari

kebatinan karena ditakutkan ada yang mengingkari adanya Tuhan Yang Maha

Esa, yaitu disebut ateisme. Pada kongres ketiga yang diadakan pada tanggal 17-20

30

Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama Di

Indonesia , h. 26-27 31

sepi ing pamrih, rame ing gawe, mamayu hayuning bawono adalah bahasa Jawa yang

artinya Giat bekerja/membantu dengan tanpa pamrih, memelihara alam semesta /mengendalikan

nafsu.

Page 27: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

17

Juli 1958. Dalam kongres ini dihadiri oleh Presiden Soekarno dan memberikan

amanat, memuji kebatinan yang berpegang pada Pancasila dan memperingatkan

akan bahaya klenik. Kongres keempat diadakan di Malang pada Bulan Juli 1960.

Dalam kongres ini membahas antara kebatinan dan agama pada dasarnya sama,

hanya titik berat yang berbeda. Agama menitikberatkan penyembahan pada

Tuhan, sedangkan kebatinan menekankan pada batin dan penyempurnaan

manusia.32

Selain melakukan kongres, aliran kebatinan juga mengadakan

beberapa macam seminar yang diadakan di berbagai kota di Inodnesia. Dari

seminar-seminar yang diadakan banyak persoalan yang dibahas, tentunya

mengenai kelangsungan kehidupan mereka tinggal di Indonesia, salah satunya

adalah mengusulkan pengajaran kebatinan pada sekolah-sekolah.

Pada 1965 Lahir Penetapan Presiden yaitu UU PNPS 1/1965 tentang

Penodaan Agama yang ingin melindungi agama dari penodaan oleh aliran

kepercayaan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa

Undang-Undang ini yang menimbulkan adanya agama yang diakui dan tidak

diakui oleh negara dan aliran kebatinan atau kepercayaan tidaklah masuk dalam

agama yang diakui oleh negara. Bagi negara, melalui UU. No. 1/PNPS/1965 ini,

penghayat kepercayaan diakui dan dilindungi, tetapi tidak dilayani, sekalipun

fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak pernah ada pelayanan terhadapnya.

Sementara, alih-alih diakui sebagai agama, kebatinan/kepercayaan justru diklaim

bertentangan dengan agama, dan penganutnya diklaim mengancam negara dan

32

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h. 93-94.

Page 28: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

18

ketertiban umum.33

Pada saat itu aliran kepercayaan mendapat tekanan besar,

mereka dicurigai sebagai bagian dari komunisme. Timbulnya kecurigaan seperti

itu karena para komunis membela para penghayat kepercayaan. Penghayat

kepercayaan pun takut untuk melakukan berbagai kegiatannya karena tertekan dan

dituduh sebagai komunis.34

Pada 1970 nasib penghayat kepercayaan sempat membaik ketika Golkar

membentuk Sekretariat Kerjasama Kepercayaan (SKK). BKKI lalu

bertransformasi menjadi Badan Kongres Kepercayaan Kejiwaan Kerohanian

Kebatinan Indonesia (BK5I).35

Di bawah SKK Golkar, kelompok kebatinan

diminta untuk mengganti nama “kebatinan” menjadi “kepercayaan.” Seperti

terlihat sebelumnya, keduanya, “kebatinan” dan “kepercayaan”, sebenarnya

digunakan secara bergantian. Di bawah Golkar, “kepercayaan” diminta untuk

lebih dipopulerkan. Pertimbangannya adalah untuk menegaskan status hukum

(konstitusional) kelompok tersebut. Penggunaan kepercayaan bagi kelompok

tersebut dapat dikaitkan langsung dengan UUD 1945 Pasal 29. Sejak di bawah

SKK Golkar, aliran kebatinan berubah menjadi aliran kepercayaan, dan organisasi

kepercayaan secara resmi menjadi bagian dari Golkar.36

Perjuangan penghayat

kepercayaan terus berlanjut menuju legalitasnya untuk berkehidupan di Indonesia.

Para penghayat kepercayaan menyelenggarakan Simposium Nasional

33

Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama Di

Indonesia (CRCS (Center for Religious and Cross-cultural Studies), Yogyakarta, 2017), h. 36. 34

Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama Di

Indonesia, h. 38 35

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h. 95. 36

Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama Di

Indonesia (CRCS (Center for Religious and Cross-cultural Studies), Yogyakarta, 2017), h. 41.

Page 29: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

19

Kepercayaan di Yogyakarta pada tanggal 6-9 November 1970, dengan tema

“Menyoroti Dasar Hukum bagi Kehidupan Kepercayaan, kebatinan, Kejawen,

Kerohanian di Indonesia dalam Rangka Tertib Hukum Berlandaskan UUD 1945,”

yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro. Pada simposium ini menyimpulkan bahwa

pengertian kepercayaan Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 dimaksudkan kebatinan,

kejiwaan, dan kerohanian. Dan menyimpulkan bahwa kedudukannya dan

fungsinya sejajar dengan agama.37

Selanjutnya pada tahun 1973 Lahir TAP MPR tentang GBHN yang

menyatakan agama dan kepercayaan adalah ekspresi kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa yang sama-sama 'sah', dan keduanya 'setara'. Lahir TAP MPR

Nomor 4/1978 yang menyatakan bahwa kepercayaan bukanlah agama, melainkan

kebudayaan. TAP ini juga mengharuskan adanya kolom agama (yang wajib diisi

dengan satu di antara 5 agama), tetapi pada saat ini ada 6 agama. Yang diisi dalam

formulir pencatatan sipil. Momen inilah yang paling berimbas terhadap nasib

aliran kepercayaan yang mengalami diskrimanasi secara perlahan dan sulitnya

mereka untuk mendapatkan akses pemerintahan.

Pada masa reformasi, dengan masuknya klausul-klausul HAM dalam

instrumen legal negara, para penganut kepercayaan kembali mendapat pengakuan.

Dengan instrumen HAM, para penganut kepercayaan terlindungi dari pemaksaan

untuk pindah ke agama 'resmi'. Tahun 2006 UU Administrasi Kependudukan

direvisi, tetapi tetap mendiskriminasikan penghayat kepercayaan, yaitu dengan

adanya Pasal 61 dan 64 UU nomor 23 tentang Administrasi kependudukan Tahun

37

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h. 96.

Page 30: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

20

2006: identitas kepercayaan tidak dicatatkan dalam kolom agama.

Dengan peraturan semacam itu, menurut Samsul, negara telah melanggengkan

politik rekognisi. "(Maksud politik rekognisi itu) agama dipakai untuk

membedakan warga negara," ujar Samsul.38

Pada akhir-akhir ini munculnya berita bahwa Mahkamah Konstitusi

mengabulkan gugatan pemohon pada UU Nomor 23 Pasal 61 dan 64 Tentang

Administrasi kependudukan Tahun 2006, semua gugatan uji materi dikabulkan.

Selama ini terjadinya diskriminasi terhadap penghayat kepercayaan akibat

pengosongan kolom agama KTP mereka, pada akhirnya penganut penghayat

kepercayaan dapat mengisi kolom agama sama seperti agama yang lainnya. Dan

akan mendapatkan hak-hak sipil mereka sama seperti masyarakat yang lainnya.

Sehingga tidak muncul lagi frase „menomorduakan‟ bagi penganut kepercayaan,

dan semua akan menjadi sama dalam kedudukan hukum selaku masyarakat

Indonesia.

3. Macam-macam Aliran Kepercayaan

Kebanyakan budaya kebatinan awalnya merupakan budaya lokal saja

dengan anggota yang terbatas jumlahnya, yakni tidak lebih dari 200 orang.

Budaya seperti itu secara resmi merupakan “ aliran kecil “, seperti Penunggalan,

Perukunan Kawula Manembah Gusti, Jiwa Ayu dan Pansila Handayaningratan

38

Berita Online di akses dari https://news.detik.com/berita/3492198/rekam-jejak-

penghayat-kepercayaan-dari-orde-lama-hingga-reformasi pada tanggal 16-03-2018 jam 19.50.

Page 31: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

21

dari Surakarta, Ilmu Kebatinan Kasunyatan dari Yogyakarta, Ilmu Sejati dari

Madiun, dan Trimurti Naluri Majapahit dari Mojokerta dan lain-lain.39

Sebagian kecil dari budaya kebatinan ini biasanya mempunyai anggota tak

lebih dari 200 orang namun ada yang beranggotakan lebih dari 1000 orang yang

tersebar di berbagai kota dan terorganisasi dalam cabang-cabang. Dan lima aliran

tersebar adalah Hardopusoro dari Purworejo, Susila Budi Darma (SUBUD) yang

asalnya berkembang di Semarang, Paguyupan Ngesti Tunggal (Pangestu) dari

Surakarta, Paguyuban Sumarah dan Sapta Darma dari Yogyakarta.40

B. Permasalahan Penghayat Kepercayaan

Penghayat kepercayaan mengalami berbagai permasalahan dan diskriminasi

semenjak pengosongan kolom agama pada KK dan KTP. Penghayat kepercayaan

dianggap bukan agama (hanya budaya), sehingga penghayat kepercayaan

dipandang lebih rendah dari penganut agama, yang mengakibatkan para

penghayat kepercayaan sulit dan tidak berani menampakkan jati diri mereka.

Penghayat kepercayaan juga kerap dianggap sebagai aliran sesat dari agama yang

menyimpang, sehingga sering dikategorikan aliran sesat, dan harus dikembalikan

pada induk agamanya, serta harus dibina pada pemahaman agama yang benar.

Pada masalah pekerjaan, penghayat kepercayaan merasa kesulitan dalam

mencari pekerjaan, karena pada setiap lamaran harus mencantumkan kolom

agama. Sedangkan pada KTP penghayat kepercayaan tidak memiliki kolom

39

Suwarno Imam, Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005), h. 56. 40

Petir Abimanyu, Buku Pintar Aliran Kebatinan (Yogyakarta: Laksana, 2014), h.5.

Page 32: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

22

agama yang mengakibatkan tidak mendapatkan pekerjaan. Di dalam situs online

pun untuk lamaran pekerjaan tidak ada pilihan untuk para penghayat kepercayaan,

yang ada adalah 6 agama yang sudah diakui oleh negara.

Hak-hak yang diatur dalam peraturan dan perundang-undangan dianggap

tidak berlaku bagi penghayat kepercayaan, contoh untuk menjadi TNI/POLRI

serta PNS yang tidak bisa bagi penghayat kepercayaan serta tidak bisa untuk

berpartisipasi dalam bentukan pemerintahan (Forum Kerukunan Umat Beragama).

Para penghayat menyebutkan berbagai masalah sering dihadapi oleh penghayat

kepercayaan. Aparatur pemerintah di kabupaten atau kota hingga kelurahan

seringkali mempersulit pencatatan pernikahan, penerbitan akta kelahiran bahkan

akta kematian bagi penghayat kepercayaan dan tidak disediakan tempat

pemakaman umum bagi penghayat kepercayaan. Di sekolah, anak-anak penghayat

kepercayaan dipaksa untuk masuk kelas agama tertentu, dikarenakan kurikulum

mengenai aliran kepercayaan tidak ada di mata pelajaran.41

Semua kesulitan ini biasanya berujung pada pemaksaan untuk ikut agama

tertentu dengan alasan kemudahan administrasi pencatatan yang mengakibatkan

penganut aliran kepercayaan menyusut. Sejak Orde Lama, mereka hidup di tengah

peraturan politik yang keras antara kelompok agama dan komunis. Perlindungan

penghayat kepercayaan terombang-ambing dalam kepentingan politik. Pemerintah

kala itu menerbitkan Peraturan No. 1/PNPS Tahun 1965 Tentang pencegahan

penyalahgunaan, dan/atau penodaan agama yang kian menyudutkan penghayat

kepercayaan sehingga banyak masyarakat menuding mereka sebagai bagian dari

41

Cakra Arganata, Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

diakses dari http://orgbudidaya.blogspot.com/2015/10/sejarah-penghayat-kepercayaan-

terhadap.html.

Page 33: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

23

Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal, ketentuan dalam UU PNPS No. 1

Tahun 1965 ini tidak berarti bahwa agama-agama lain dilarang di Indonesia.

Penganut agama-agama di luar 6 agama di atas mendapat jaminan penuh seperti

yang diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan selama tidak melanggar

peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Page 34: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

24

BAB III

KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 97/PUU-XIV/2016

Pada bab ini menjelaskan latar belakang Keputusan Mahkamah Konstitusi

yang mengabulkan gugatan para Pemohon pada uji materi Undang-Undang

Nomor 23 Pasal 61 dan 64 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Pasal 61 dan 64

Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan. Serta membahas pro dan

kontra terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016.

A. Undang-Undang Administrasi Kependudukan yang Digugat

Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan yang digugat oleh

para Pemohon adalah pada UU Nomor 23 Pasal 61 dan 64 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan. Undang-Undang ini menyatakan pada Pasal 61 ayat

(1) “KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala

keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal

lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam

keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua.” Ayat (2)

“Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi,

tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan”. Pasal 64 ayat

(1) KTP-el mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat elemen data penduduk, yaitu NIK,

Page 35: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

25

nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan,

golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,

tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan tanda tangan pemilik KTP-el.” Ayat

(5) Elemen data penduduk tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan

tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.”42

Pada Undang-Undang yang digugat oleh para Pemohon menitikberatkan

pengisian kolom “agama” pada Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk

(KTP) elektronik. Pengisian kata agama dalam KK dan KTP-el bermulai dari

sejarah Undang-Undang PNPS Nomor 1 tahun 1965 tentang Pencegahan dan

Penodaan Agama. Penjelasan Pasal 1 dijelaskan bahwa negara mengakui

keberadaan 6 agama yang selama ini telah ada dan dipeluk oleh masyarakat

Indonesia. Keenam agama itu adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha

dan Konghucu.43 Maka yang dapat mencantumkan kolom agama adalah agama

yang sudah diakui oleh negara.

Agar tidak ada permasalahan di kemudian hari, dibuat ketentuan yang

mengatur tentang agama yang “belum” diakui oleh negara, dan itu

mengkosongkan kolom agama dalam KTP para penganut agama ataupun aliran

kepercayaan yang belum diakui oleh negara Indonesia. Landasan pengosongan

kolom agama dalam KTP didasarkan pada Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang

42

UU nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan Pasal 61 ayat (1) dan

(2) serta Pasal 64 ayat (1) dan (5). 43

UU PNPS Tahun 1965 Tentang Pencegahan atau Penyalahgunaan dan Penodaan

Agama.

Page 36: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

26

Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, bunyi pasal tersebut

adalah: “Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi,

tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan”. Dari Pasal 64

ayat (2) di atas, ada beberapa agama serta aliran kepercayaan yang belum diakui

oleh negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak diisi

atau dengan kata lain dikosongkan. Dengan catatan yang didapat dari pasal di

atas, meskipun kolom agama dalam KTP tidak dicantumkan atau dikosongkan,

namun dalam database kependudukan tetap dilayani dan dicatat. Tetapi tetap saja

bagi agama atau pengahayat kepercayaan yang belum diakui oleh negara

mengalami diskriminasi dalam hak-hak sipil mereka.

Selain dalam KTP-el, ternyata dalam Kartu Keluarga pun sama dalam hal

ketentuan pencantuman kolom agama bagi penghayat dan agama yang belum

diakui negara. Hal ini dapat kita baca dalam Pasal 61 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, adapun bunyinya

adalah: “(2) Keterangan rnengenal kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak

diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan.” Database

kependudukan sendiri adalah segala informasi kependudukan yang diolah dan

disimpan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah di daerah. Jadi, berdasarkan

ketentuan Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang

Page 37: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

27

Administrasi Kependudukan, pengosongan agama dapat dilakukan kepada agama

yang belum diakui secara resmi oleh negara, sebagaimana yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1965 tentang Pencegahan dan

Penodaan Agama.44

B. Proses Peradilan

Para penggugat dalam melakukan uji materi pada Undang-Undang yang

mereka gugat berasal dari berbagai proses di Mahkamah Konstitusi. Selain itu,

terdapat alasan-alasan Pemohon pada pasal yang mereka gugat kepada

Mahkamah Konstitusi.

Para penggugat telah mengajukan permohonan pada tanggal 28 September

2016 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi berdasarkan Akta

Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 195/PAN.MK/2016 dan telah dicatat

dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi pada tanggal 20 Oktober 2016 dengan

nomor 97/PUU-XIV/2016, yang telah diperbaiki dan diterima kepaniteraan

Mahkamah pada tanggal 22 November 2016. Para pemohon di antaranya,45

adalah:

1. Nama : Nggay Mehang Tana / sebagai pemohon I

Pekerjaan : Petani/pekebun

Alamat : Walakari, RT 13/04, Kelurahan Wunga, Kecamatan

Haharu, Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Nama : Pagar Demanra Sirait / sebagai pemohon II

44

Analisa Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk, diakses dari

http://www.hukumpedia.com/twtoha/analisa-pengosongan-kolom-agama-di-dalam-kartu-tanda-

penduduk , tanggal 03/Maret/2018 pukul 17.00 WIB. 45

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016.

Page 38: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

28

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Alamat : Gopgopan, Sampuara, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba

Samosir, Provinsi Sumatera Utara

3. Nama : Arnol Purba / sebagai pemohon III

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : LKII Veteran Deli, Medan Belawan, Sumatera Utara

4. Nama : Carlim / sebagai pemohon IV

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Cikandang, RT 02/02, Cikandang, Kersana, Kabupaten

Brebes, Jawa Tengah

Para pemohon mempunyai beberapa alasan dengan gugatan mereka, dan

menganggap selama ini mendapatkan diskriminasi selama tinggal di negara

sendiri. Diskriminasi menurut Theodorson dalam buku saku untuk kebebasan

beragama memahami diskriminasi, adalah perlakuan yang tidak seimbang

terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat

kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan,

agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk

melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam

hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa

perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis.46

Dengan jelas

Theodorson mengartikan arti dari diskriminasi, tidak lain bagi para pemohon yang

telah mengalami diskrimanasi di negara ini sebagai kaum minoritas, tetapi jumlah

46

Fulthoni, dkk., buku saku untuk kebebasan beragama memahami diskriminasi (Jakarta

Selatan: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC), 2009), h.3.

Page 39: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

29

para penghayat kepercayaan di Indonesia tidak juga sedikit, ada kurang lebih 12

juta warga penganut penghayat kepercayaan dan mereka semua tentu ingin

mendapatkan regulasi, fasilitasi, dan proteksi dari pemerintah sebagai warga

negara.

Mereka telah mendapatkan diskriminasi dengan bersifat perlakuan tidak

seimbang serta dinomorduakan oleh negara. Para pemohon ini adalah pemeluk

kepercayaan yang belum diakui negara menurut perundang-undangan. Gugatan

para pemohon yaitu pada pengosongan kolom agama di dalam KK dan KTP-el,

sehingga mereka tidak mendapatkan hak-hak sipil seperti masalah pendidikan,

kesehatan dan lain sebagainya.

Republik Indonesia sebenarnya sudah menjamin secara konstitusional,

jaminan konstitusional kebebasan beragama/berkeyakinan yang ada dalam UUD

Negara RI 1945 belum memiliki aturan operasional yang memadai untuk

penegakannya. Jaminan Konstitusional kebebasan beragama atau berkeyakinan

sebagaimana tercantum dalam Pasal 28E ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 29 ayat

(1) dan ayat (2) merupakan landasan normatif yang menuntut penjabaran lebih

lanjut bagaimana jaminan konstitusional tersebut ditegakkan.47

Dengan adanya

jaminan ini, para penghayat kepercayaan tentu harus mendapatkan hak-haknya

sebagai warga negara yang bebas untuk berkayakinan atau beragama, tidak ada

satupun seseorang atau kelompok membatasi mereka untuk berkeyakinan selama

tidak melanggar aturan-aturan dan norma-norma dari pemerintah.

47

Khairul Fahmi, dkk., Dokumen Kebijakan Penghapusan Diskriminasi Agama/

Keyakinan (Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2011), h. 3.

Page 40: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

30

Beberapa alasan-alasan para pemohon dalam gugatan uji materi UU

Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 61 dan 64 Tentang Administrasi Kependudukan.

Alasan-alasan ini yang memperkuat gugatan para pemohon untuk menggugat

Undang-Undang yang membuat para pemohon mengalami diskriminasi.

Pertama, Ketentuan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 64 ayat (1)

dan ayat (5) UU Administrasi Kependudukan bertentangan dengan prinsip negara

hukum yang dijamin dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Pada Pasal 1 ayat (3)

UUD 1945 menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, di dalam

negara hukum, aturan perundang-undangan yang tercipta harus berisi nilai-nilai

keadilan bagi semua orang. Salah satu prinsip negara hukum adalah perlindungan

Hak Asasi Manusia (HAM). Adanya prinsip seperti ini negara harus bertanggung

jawab untuk melindungi, menghormati, dan memenuhi seluruh hak warga

negaranya. Dengan ini keberadaan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 64

ayat (1) dan ayat (5) UU Administrasi Kependudukan melanggar hak asasi

penghayat kepercayaan selaku warga negara. Pada pasal ini sangat berpotensi

menghilangkan hak warga negara untuk mendapatkan KK dan KTP-el, meskipun

tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan. Untuk para penghayat

kepercayan kolom agama pada KTP mereka tidak diisi atau distrip, oleh sebab itu

maka terjadi masalah bagi penghayat kepercayaan dalam mengurus kebutuhannya

sehari-hari. Pemohon II yang merupakan dari kepercayaan Parmalim di Sumatera

Utara terpaksa memilih agama yang diakui demi mendapatkan dalam proses

pembuatan KTP-el. Padahal, sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a UU

Page 41: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

31

Administrasi Kependudukan yang menyatakan bahwa setiap penduduk

mempunyai hak untuk memperoleh Dokumen Kependudukan.48

Kedua, ketentuan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 64 ayat (1)

dan ayat (5) UU Administrasi Kependudukan bertentangan dengan kepastian

hukum dan perlakuan yang sama di hadapan hukum yang dijamin Pasal 28D ayat

(1) UUD 1945. UUD 1945 telah menegaskan atas jaminan kepastian hukum dan

perlakuan yang sama bagi setiap warga negara, sebagaimana Pasal 28D ayat (1)

menyatakan, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Keberadaan Pasal a quo mengandung penafsiran yang berbeda, karena pada kata

“agama” dalam pasal a quo hanya diisi oleh agama yang diakui menurut peraturan

perundang-undangan dan khusus penghayat kepercayaan tidak diisi karena belum

diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan. Hal ini juga tidak

adanya perlakuan yang sama dengan agama-agama lainnya yang dapat mengisi

kolom agama pada KK dan KTP-el mereka, dan karena hal ini pasal a quo

menunjukkan tidak ada kesetaraan dalam hukum bagi warga negara, yakni

membedakan pengurusan KK dan KTP-el antara penghayat kepercayaan dengan

warga negara lainnya. Dengan tidak diisinya kolom agama sebagai elemen data

kependudukan di dalam KK dan KTP-el, telah terlanggar hak-hak para pemohon.

Sebagaimana dialami oleh keluarga pemohon 1, dengan identitasnya sebagai

penganut kepercayaan Marapu, keluarga mereka melangsungkan pernikahan

48

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016, h. 2-16.

Page 42: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

32

dengan adat dan tidak diakui oleh negara, sehingga sulit mendapatkan akta

perkawinan dan Kartu Kelurga (KK).49

Ketiga, ketentuan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 64 ayat (1)

dan ayat (5) UU Administrasi Kependudukan melanggar jaminan kesamaan warga

negara di hadapan hukum yang dijamin Pasal 27 ayat (1) UUD 1945. Dalam Pasal

27 ayat (1) UUD 1945 menyatakan, “Setiap Warga Negara bersamaan

kedudukannya di dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum

dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya,” dengan ini negara sejatinya

tidak membedakan warga negaranya dengan warga negara yang lain, semua sama

di mata hukum tidak ada pengecualian, dan dalam Pasal 2 huruf b UU

Administrasi Kependudukan, yaitu: “Pelayanan yang sama dalam Pendaftaran

Penduduk dan Pencatatan Sipil,” dalam pasal ini dijelaskan semua berhak

mendapatkan pelayanan yang sama tanpa terkecuali. Namun terdapat

pengecualian atau pembedaan perlakuan dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat

(5) UU Administrasi Kependudukan. Sebab pasal Undang-Undang a quo

menyebutkan “bagi penduduk yang agamanya belum diakui atau penganut

kepercayaan, kolom agamanya tidak diisi.” Hal ini jelas merupakan pembedaan

perlakuan yang bertentangan dengan UUD 1945, khususnya Pasal 27 ayat (1)

UUD 1945. Perlakuan tidak diisinya kolom agama bagi penghayat kepercayaan

melanggar prinsip persamaan warga negara dihadapan hukum dan pemerintahan.50

Keempat, ketentuan Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 64 ayat (1)

dan ayat (5) UU Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Pasal 28I ayat

49

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016, h.16-21. 50

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016, h.21-26.

Page 43: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

33

(2) UUD 1945. Dalam Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 menyatatakan, ”setiap orang

berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan

berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang besifat diskriminatif

itu.” Dari pasal yang digugat oleh para pemohon adalah bahwa kolom agama para

penghayat kepercayaan agar dikosongkan, ini adalah sebagai tindakan

diskriminatif bagi penghayat kepercayaan atau bagi agama yang belum diakui

oleh negara melalui perundang-undangan. Dengan dikosongkannya kolom agama

pada KTP-el pemohon IV yang berasal dari kepercayaan Sapto Darmo,

pemakaman keluarga mereka ditolak di pemakaman umum manapun. Dengan ini

pasal-pasal yang pemohon gugat secara mau tidak mau telah mendorong

pemerintahan di daerah melakukan tindakan diskriminatif atas nama hukum.51

Dari berbagai alasan itu semua kita dapat melihat adanya tindakan

diskriminatif bagi penghayat kepercayaan dengan dikosongkannya kolom agama

pada KK dan KTP-el, dan penulis menganggap pasal a quo sudah melanggar hak

asasi manusia sebagaimana para pemohon pun adalah warga negara Indonesia

yang seharusnya pemerintah menjaga, mengayomi dan tetap melayani sama

seperti warga negara yang lainnya.

C. Keputusan Mahkamah Konstitusi

Keputusan yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi :

1. Mengabulkan permohonan dan Pemohon untuk seluruhnya;

51

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016, h.27-31.

Page 44: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

34

2. Menyatakan kata “agama dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 232 dan Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5475) bertentangan dengan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat secara bersyarat sepanjang tidak termasuk

“kepercayaan;

3. Menyatakan Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 64 ayat (5) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 232 dan Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5475) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat;

4. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik

Indonesia sebagaimana mestinya.

Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh

sembilan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap anggota,

Page 45: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

35

Anwar Usman, Suhartoyo, Wahiduddin Adams, Saldi Isra, I Dewa Gede Palguna,

Aswanto, Maria Farida Indrati, dan Manahan M.P Sitompul, masing-masing

sebagai anggota, pada hari Rabu, tanggal delapan belas, bulan Oktober, tahun dua

ribu tujuh belas, yang diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi

terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal tujuh, bulan November, tahun dua

ribu tujuh belas, selesai diucapkan pukul 10.27 WIB, oleh tujuh Hakim Konstitusi

yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap anggota, Anwar Usman, Suhartoyo,

Wahiduddin Adams, Salda Isra, I Dewa Gede Palguna, Aswanto, Maria Farida

Indrati, dan Manahan M.P Sitompul, masing-masing sebagai anggota, dengan

didampingi oleh Syukri Asy‟ari sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh

Pemohon/kuasanya, Presiden atau yang mewakili, Dewan Perwakilan Rakyat atau

yang mewakili dan Pihak Terkait/kuasanya.52

Proses dalam persidangan gugatan penghayat kepercayaan pada akhirnya

Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan untuk seluruhnya pada hari

Selasa tanggal 7 November 2017 . Dan Menyatakan kata “agama” dalam Pasal 61

ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat

secara bersyarat sepanjang tidak termasuk “kepercayaan.”

Dengan keputusan akhir dari Mahkamah Konstitusi, maka semua

penghayat kepercayaan merasa apresiatif terhadap keputusan Mahkamah

Konstitusi yang sudah mengadili dengan seadil-adilnya semua gugatannya. Akhir

52

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016, h.54-155.

Page 46: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

36

perjungan mereka berbuah manis dan pada saat ini mereka mendapatkan hak-

haknya sama seperti dengan warga negara lainnya. Mereka akhirnya dapat

mencantumkan kolom agama sebagai penghayat kepercayaan sehingga

mendapatkan fasilitas, regulasi dan proteksi dari pemerintahan setempat.

Mahkamah Konstitusi menghimbau hanya mencatat dengan kata “penghayat

kepercayaan” bukan dengan nama dari salah satu penghayat kepercayan. Lebih

lanjut lagi untuk kedepannya tidak ada lagi tindakan diskriminatif bagi penghayat

kepercayaan yang berada di seluruh Indonesia, sehingga menimbulkan keadilan

untuk semua warga negara.

D. Pro dan Kontra Terhadap Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

97/PUU-XIV/2016

Beragam pandangan bermunculan pasca Mahkamah Konstitusi (MK)

mengabulkan gugatan para penghayat kepercayaan dan memutuskan bahwa

penghayat kepercayaan bisa memasukkan kolom agama pada Kartu Keluarga

(KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pandangan ini ada pro dan kontra

terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi, dari sinilah penulis akan memaparkan

bagaimana pandangan masyarakat dengan adanya keputusan final dari Mahkamah

Konstitusi (MK) dan dengan berbagai alasan mereka mendukung atau tidaknya

keputusan tersebut.

Respons datang dari Yunahar Ilyas, Ketua Bidang Tarjih, Tajdid, dan

Tabligh PP Muhammadiyah, yang mempertanyakan alasan MK mengabulkan

gugatan pemohon. Ia berkeyakinan jika kepercayaan yang dianut para penghayat

Page 47: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

37

bukanlah agama, sehingga ia nilai tak perlu dimasukkan ke kolom agama dalam

KTP. Pendapatnya selaras dengan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah

yang sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama

Indonesia, Din Syamsudin.53

Din Syamsudin mengatakan di detiknews.com :

“ini sungguh disesalkan bahkan dipertanyakan mengapa demikian.

Selain ini concern pertimbangan MUI adalah adanya gelagat dan gejala

melakukan distorsi, deviasi terhadap tafsir dari konstitusi. Memang MK

memiliki kewenangan untuk memliki tafsir bahkan keputusannya final dan

mengikat tetapi tidak bisa semena-mena memberikan tafsir yang bertentangan

dengan kesepakatan nasional yang telah ada”54

Sudah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa MK mengabulkan seluruh

gugatan para penghayat kepercayaan dengan berbagai alasan, menurut penulis

sudah seharusnya MK mengabulkan para gugutan para pemohon, karena mereka

selama ini mendapatkan diskriminasi dan dinomorduakan dengan agama yang

lainnya. Mereka kesulitan mendapatkan hak-hak sipil dan jaminan-jaminan dari

negara, tentunya mereka juga sebagai warga negara harus mendapatkan perhatian

dari pemerintahan dengan tidak adanya diskriminasi.

Pendapat lainnya muncul dari Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia

(MUI) KH Ma‟ruf Amin, ia menilai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang

mengesahkan pencantuman aliran kepercayaan dalam kolom agama di KTP dan

Kartu Keluarga (KK) kurang memperhatikan aspek-aspek kesepakatan. Ia

menerangkan, masalah aliran kepercayaan ini sudah ada kesepakatan politik yang

53

Diakses dari https://tirto.id/pembakuan-definisi-agama-yang-penuh-pro-dan-kontra-

czVV, pada hari Selasa 20/03/2018, pukul 06.30. 54

Diakses dari http://m.detik.com/news/berita/3738186/wantim-mui-sesalkan-keputusan-

mk-yang-anggap-kepercayaan-setara-agama, pada hari Selasa 20/03/2018 pukul 07.20.

Page 48: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

38

di dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 juga sudah disepakati bahwasannya

aliran kepercayaan bukan agama melainkan adalah sebuah budaya dan di bawah

naungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD).55

Oleh sebab itu, aliran kepercayaan tidaklah masuk dalam kategori agama menurut

kiai Ma‟ruf Amin. Dan keputusan MK tersebut tidak adanya kesepakatan

melainkan adanya kesapakatan politik, Itu yang dinyatakan oleh Ketua Umum

Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma‟ruf Amin.

Dari penjelasan yang di atas terlihat pendapat masyarakat yang kontra atau

menolak dengan keputusan Mahkamah Konsititusi (MK) mengenai pengisian

kolom agama pada Kartu Keluarga dan KTP-el para penghayat kepercayaan.

Selain itu, terdapat masyarakat yang mendukung dengan keputusan Mahkamah

Konstitusi yang mengabulkan untuk pengisian kolom agama pada Kartu Keluarga

dan KTP-el para penghayat kepercayaan. Dukungan ini ada dari berbagai

kalangan masyarakat.

Kekeputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan permohonan

uji materi penghayat kepercayaan masuk kolom agama pada Kartu Keluarga (KK)

dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) mendapat dukungan dari Sosiolog Universitas

Indonesia (UI), Thamrin Amal Tomagola. Menurut dia, dengan keputusan MK ini

maka eksistensi penghayat aliran kepercayaan bisa diakui negara.

"Saya senang sekali sama Arief Hidayat (Ketua MK) karena

kalimatnya bagus sekali. Agama impor kita akui, masa agama leluhur tidak

kita akui. Benar itu," ucap Thamrin di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

55

Diakses darihttp://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/11/15/128127/mui-

keputusan-mk-soal-aliran-kepercayaan-merusak-kesepakatan-bernegara, pada hari Selasa

20/03/2018 pukul 07.20.

Page 49: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

39

Dia menerangkan, dalam Undang-Undang (UU) Administrasi

Kependudukan sebenarnya tidak ada kata pengakuan. Begitu juga tak ada

ketentuan dalam UU yang menyatakan bahwa negara mengakui enam agama yang

ada di Indonesia. Pengakuan enam agama hanya keterangan yang ada pada salah

satu ayat. Dengan ini akan ada perubahan sosial di masyarakat setelah eksistensi

penghayat aliran kepercayaan diakui negara. Perubahan itu terutama tentang status

dan hak sipil warga negara penghayat kepercayaan. Mereka dapat mengakses hak-

hak sipil mereka seperti agama yang lainnya.56

Para penghayat kepercayaan kini dapat melaporkan ke pemerintah

setempat jikalau mengalami diskriminasi atau dikucilkan oleh seseorang atau

kelompok lainnya. Karena mereka sudah berhak mendapatkan kesamaan di depan

hukum dan setara di mata hukum.

Pendapat yang mendukung dengan adanya keputusan Mahkamah

Konstitusi ini juga disampaikan oleh Ketua Jurusan Studi Agama-agama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Media Zainul Bahri. Media mengatakan di dalam

status facebooknya “Saya Dukung Hak-Hak Sipil Penghayat Kepercayaan,”

dengan pernyataan ini tentu sudah sangat jelas bahwa ia mendukung penuh pada

keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan untuk pengisian kolom

agama pada Kartu Keluarga dan KTP-el para penghayat kepercayaan. Media

menjelaskan bahwa jika suatu agama sudah tidak lagi relevan dengan kemajuan

zaman, tidak bisa menjawab persoalan dari kebutuhan manusia, dan sudah tidak

56

Diakses dari https:///www.jawapos.com/read/2017/11/08/167238/sosiolog-ui-agama-

impor-kita-akui-masa-agama-leluhur-tidak, tanggal 20/03/2018 pukul 21.20.

Page 50: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

40

relevan lagi, agama atau aliran tersebut pasti akan di tinggal atau akan punah

dengan sendirinya. Contohnya seperti agama Yunani Kuno, Romawi Kuno yang

sudah tidak menarik lagi dan tinggal sejarahnya saja.57

Dilihat dari penjelasan yang dipaparkan oleh Media, ia sangat mendukung

sekali dengan keputusan MK, ia merasa bersyukur dengan keputusan tersebut.

Karena sudah cukup lama para penghayat kepercayaan mengalami diskiriminasi

dari zaman ke zaman dan dari waktu ke waktu. Dengan ini negara wajib untuk

memproteksi, memfasilitasi pada semua agama termasuk aliran kepercayaan atau

kebatinan.

57

Dilihat dari Status facebook Mediaa Zainul Bahri, pada tanggal 21 November 2017

pukul 21.23

Page 51: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

41

BAB IV

RESPONS DAN HARAPAN SERTA EKSISTENSI PENGHAYAT

KEPERCAYAAN

A. Respons Penghayat Kepercayaan Terhadap Keputusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016

Para penghayat kepercayaan di Indonesia bisa bernapas lega. Perjuangan

mereka mendapat pengakuan negara dalam catatan administrasi kependudukan

telah dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Dengan adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi (MK) terdapat berbagai macam respons dari penghayat

kepercayaan. Respons ini tentu sangat disambut dengan antusias bagi para

penghayat kepercayaan yang selama ini mendapatkan diskriminasi selama mereka

tinggal di negara ini.

Pengertian diskriminasi dalam ruang lingkup hukum hak asasi manusia

Indonesia dapat dilihat dalam Pasal 1 Ayat (3) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia yang berbunyi, “Diskriminasi adalah setiap pembatasan,

pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung didasarkan pada

pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan,

status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang

berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan, pengakuan,

pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam

kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,

hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya”.58

58

UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Page 52: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

42

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu

tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh

individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai

dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk

membeda-bedakan yang lain, semua ini dialami oleh para penghayat kepercayaan

yang berada dan hidup di Indonesia. Hampir seluruh penghayat kepercayaan

mengalami diskriminasi dengan berbagai bentuk macamnya, karena mereka

semua dibeda-bedakan dengan para penganut agama yang lainnya. Dengan ini,

setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi semua penghayat apresiatif

terhadap pemerintah yang mengabulkan gugatan para pemohon yang mengajukan

permohonan pengisian kolom agama pada KK (Kartu Keluarga) dan KTP-el.

Sudah seharusnya penghayat kepercayaan mendapatkan status tertulis dari

pemerintah mengenai hal kolom agama pada KK (Kartu Keluarga) dan KTP

(kartu Tanda Penduduk), mengingat mereka sebagai Warga Negara Indonesia dan

mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan hak yang sama seperti para agama

yang lainnya.59

Dengan adanya keputusan yang sudah final, Anto dari penghayat

perjalanan sangat senang sekali dengan keputusan MK yang selama ini ia

harapkan dan idamkan-idamkan dengan penghayat lainnya. Permasalahan yang

timbul selama status agama yang dikosongkan adalah sulitnya mendapatkan

pendidikan formal bagi para generasi, tak jarang mereka mendapatkan

diskriminasi mengenai kolom agama yang kosong. Ditambah sulit untuk

59

Wawancara pribadi dengan Anto dari penghayat aliran Perjalanan, Jakarta, 20 Maret

2018

Page 53: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

43

mendapatkan pekerjaan yang dikarenakan terpaksa untuk memilih salah satu

agama yang tidak mereka kehendaki.60

Naen sebagai penghayat Sapta Darma mengaku sejak Mahkamah

Konstitusi (MK) menerima judicial review dengan mengeluarkan keputusan

pembatalan Pasal 61 Ayat 1 dan Pasal 64 Ayat 1 UU Administrasi

Kependudukan, masyarakat penganut aliran kepercayaan di Surabaya lebih

merasa tenang dan percaya diri karena dihargai hak-haknya sebagai warga negara.

Menurut Naen, meski melalui Pasal 61 Ayat 1 dan Pasal 64 Ayat 1 UU

Administrasi Kependudukan negara mengakui keberadaan penganut kepercayaan,

namun aturan yang mewajibkan kolom agama pada KTP mereka dikosongi sering

menimbulkan persoalan dan ketidaknyamanan.

“Terutama berkaitan dengan hak-hak sipil kami, seperti perkawinan, akte

kelahiran, dan KTP. Karena kolom agama harus dikosongi, sering timbul stigma

negatif di masyarakat, dianggap tidak beragama, tidak bertuhan atau ateis. Maka,

penganut Sapta Darma berpencar identitas agama KTP-nya, yang di Jawa

kebanyakan memilih Islam, di Bali Hindu,” papar dia.61

Aliran kepercayaan Tri Sabdo Tunggal Indonesia adalah salah satu

penghayat yang hanya mengolah batin dan tidak mempermasalahkan agama.

Semua agama sama menurut mereka dan sama-sama menyembah Tuhan. Pada

umumnya penghayat kepercayaan itu identik dengan Jawa, tetapi Tri Sabdo

Tunggal tidak, para anggotanya dari berbagai daerah. Salah satu narasumber yang

60

Wawancara pribadi dengan Anto dari penghayat aliran Perjalanan, Jakarta, 20 Maret

2018 61

http://www.koran-jakarta.com/anggota-sapta-darma-berharap-tak-ada-stigma-negatif-

lagi/, diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018, Pukul 13.00 WIB.

Page 54: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

44

diwawancarai adalah bapak Surachman Nasution, ia adalah orang kelahiran Batak,

dan sekarang menjadi ketua dari Tri Sabdo Tunggal Indoensia. Beliau

diamanatkan oleh pendahulu mereka untuk menjadi ketua, dan mereka tidak

mempermasalahkan. Aliran ini berkembang ke berbagai penjuru Indonesia dan

yang terbanyak yaitu di pulau Jawa dan penganut yang banyak yaitu orang Jawa

dan Sunda.62

Surachman dari penghayat Tri Sabdo Tunggal Indonesia setuju dengan

pemerintah dan menghargai dengan keputusan MK. Dengan keputusan ini

membuat nafas lega bagi para penghayat kepercayaan yang mengalami diskrimasi

selama ini. Semua ini berkat perjuangan para penghayat kepercayaan demi

mendapatkan keadilan bagi kehidupan mereka semua.63

Narasumber berikutnya ialah Nasrul Haq, generasi kedua dari penghayat

Mekar Budi, aliran kepercayaan yang didirikan oleh mertua dari Nasrul Haq,

bernama Haji Budi Trisno bin Haji Dawud pada sekitar tahun 1960-an. Ia adalah

seorang spiritualis, ia juga senang dengan ilmu kebatinan dari sejak remaja. Nama

Mekar Budi pun berasal dari pendirinya yaitu Budi Trisno. Ajaran yang diajarkan

adalah mengenai budi pekerti, tingkah laku yang baik untuk sesama manusia,

tidak berbuat jahat. Tujuan ajarannya yaitu menjadi manusia yang berbudi pekerti

luhur, baik kepada seluruh isi alam semesta ini.64

62

Wawancara pribadi dengan Surachman Nasution ketua dari penghayat Tri Sabdo

Tunggal Indonesia, Jakarta, 04 April 2018. 63

Wawancara pribadi dengan Surachman Nasution ketua dari penghayat Tri Sabdo

Tunggal Indonesia, Jakarta, 04 April 2018. 64

Wawancara pribadi dengan Nasrul Haq dari penghayat Mekar Budi, Jakarta, 04 April

2018.

Page 55: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

45

Dengan adanya sosialisasi seperti ini akan membuat para masyarakat

sekitar mengetahui para penghayat kepercayaan yang sebelumnya tidak diketahui

oleh masyarakat. Dari dulu para penghayat berjuang untuk memenuhi hak asasi

mereka yang selama ini terdiskriminasi. Padahal kepercayaan ini sudah ada

sebelum adanya agama impor, seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan

Konghuchu. Mereka tidak mendapatkan hak-hak sipil mereka layaknya para

peganut agama yang lainnya.

Nasrul sebagai penghayat harus terus menjaga kepercayaan ini agar terus

terjaga dengan baik untuk kedepannya. Nasrul sebagai penghayat Mekar Budi

senang dan mendukung dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan para pemohon untuk mengisi kolom agama pada KK

dan KTP. Tetapi Nasrul menyayangkan masih belum adanya kesetaraan antara

penghayat dengan agama yang sudah diakui tersebut, dari masalah pemakaman,

perkawinan dan hak-hak sipil mereka.65

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada Pada 7 November 2017

kemarin menjadi angin segar juga bagi penganut kepercayaan Paguyuban

Sumarah. MK (Mahkamah Konstitusi) telah memutuskan bahwa para

penganut/penghayat kepercayaan, seperti Tukul, bisa menulis kepercayaannya di

kolom agama. Artinya, para penghayat tidak perlu lagi menumpang dengan

agama lain untuk bisa diakui identitas kependudukannya, atau mengosongkan

kolom agama. MK menegaskan terkait kata "agama" dalam pasal 61 ayat 10 &

pasal 64 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2006 yang intinya kolom agama hanya bisa

65

Wawancara pribadi dengan Nasrul Haq dari penghayat Mekar Budi, Jakarta, 04 April

2018.

Page 56: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

46

diisi 6 agama resmi dan mengosongkan kolom itu bagi penanut kepercayaan,

bertentangan dengan UUD negara RI 1945. Landasannya adalah keadilan sosial.66

Narasumber berikutnya adalah Sukamto, salah satu penasehat MLKI

(Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia). Saat ditanyakan mengenai keputusan

Mahkamah Konstitusi, Sukamto sangat senang dengan keputusan Mahkamah

Konstitusi dan meminta Mendagri segara untuk mengimplementasikannya

terhadap keputusan tersebut. Sampai saat ini terlihat masih mengambang

keputusan tersebut walau sudah hampir 5 bulan dari hasil keputusan yang

diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi.

Permasalahan yang Sukamto rasakan semenjak menjadi penghayat

kepercayaan yaitu dianggap sebagai orang kafir, tetapi ia tidak ada masalah

dengan ucapan-ucapan orang kepadanya. Pada saat diwawancarai beliau sangat

santai menjawab “saya sih bodo amat orang bilang apa,” kata Sukamto sambil

tertawa santai. Sukamto sendiri berusaha melakukan penyusuaian diri dengan

masyarakat sekitar yang ia tinggali. Ketika ada lebaran yaitu hari raya umat

Muslim, ia juga bersilaturahmi dengan tetangga-tetangganya yang mayoritas

adalah penganut Islam. Dengan pemerintah Sukamto sangat senang demi

melindungi segenap warga negaranya yang sudah lama mengalami diskriminasi

dan saat ini akan mendapatkan hak-hak nya sama seperti yang lain.67

Dari penghayat Parmalim penulis menanyakan tanggapan mengenai

keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan pengisian

66

https://kumparan.com/nurul-nur-azizah/cerita-tukul-penganut-paguyuban-sumarah-di-

pasar-minggu, diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018. Pukul 15.10 WIB. 67

Wawancara pribadi dengan Sukamto dari penghayat kepercayaan Sapta Darma dan

beliau adalah penasehat dari organisasi MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia), Jakarta, 04

April 2018.

Page 57: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

47

kolom agama pada KK dan KTP-el, Satti dari Penghayat Parmalim sangat senang

dan bersemangat menyambut kekeputusan MK yang mengabulkan untuk

pengisian kolom agama pada KK dan KTP untuk para penghayat kepercayaan,

karena setelah sekian lama akhirnya dapat mencantumkan kolom agama pada KK

maupun KTP.

Adapun permasalahan yang didapatkan ketika mengosongkan kolom

agama pada KK dan KTP adalah pada masalah pekerjaan. Mereka disuruh dan

harus memilih antara satu dari 6 agama yang diakui di Indonesia. Karena kalau

tidak memilih maka proses selanjutnya tidak akan dilanjutkan oleh suatu

perusahaan. Dan tentunya mereka akan kehilangan pekerjaan akibat kolom agama

mereka yang dikosongkan. Ada pun ketika para penghayat tidak mengisi kolom

agama di KTP, mereka disebut oleh masyarakat sekitar menyembah setan dan

sering disebut dengan ajaran sesat. Mereka pun selalu memberi penjelasan kepada

masyarakat agar mereka mengerti apa yang mereka anut selama ini, dan tidak

menganggap dengan stigma-stigma negatif. Karena mereka sebagai penghayat

ingin hidup tenang dan tentram di negara yang di tinggali dan mendapat hak-hak

yang sama seperti agama yang lain, yang mendapatkan regulasi, proteksi, dan

fasilitasi dari negara.68

Respons dari Nggay Mehang Tana misalnya, seorang petani penganut

kepercayaan Komunitas Marapu di Sumba Timur, Pulau Sumba, mengaku

mengalami kesulitan dalam banyak hal. Sebagai contoh perkawinan antar-

pemeluk kepercayaan dari Komunitas Marapu yang dilakukan secara adat tidak

68

Wawancara Pribadi dengan Satti dari Penghayat Parmalim Sumatera Utara, Jakarta, 9

April 2018.

Page 58: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

48

diakui negara. Akibatnya anak-anak mereka kesulitan mendapat akta kelahiran

dan KTP elektronik. Untuk mendapatkan KTP elektronik dengan mudah, sebagian

penganutnya terpaksa berbohong menuliskan agama di luar kepercayaannya pada

KTP elektronik. Padahal jumlah penganut kepercayaan Marapu di Sumba Timur

berjumlah 21 ribu orang dan di Pulau Sumba sebanyak 40 ribu. Berdasarkan data

yang digunakan MK, pada 2008 penganut kepercayaan Marapu menempati urutan

ketiga setelah Kristen Protestan dan Katolik. Jumlah mereka terus menyusut

secara drastis dari waktu ke waktu karena mengikuti aturan administrasi.69

Para penganut kepercayaan Komunitas Marapu bersyukur dengan

dikabulkan permohonan yang mereka ajukan kepada Mahkamah Konstitusi, dan

berharap agar segera menindak lanjuti keputusan tersebut dengan secepatnya.

Pada hari senin tanggal 9 April 2018 ada acara yang dilakukan rutin oleh

organisasi MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) yang dinamakan

Sarasehan Malam Anggoro Kasih. Sejarah berdirinya organisasi MLKI yaitu Pada

tanggal 25-28 November 2012 telah dilaksanakan Kongres Nasional Kepercayaan

Terhadap Tuhan yang maha Esa, Komunitas Adat dan Tradisi yang

diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan yang

Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan. Kongres dihadiri sebanyak 750 orang peserta yang terdiri dari

Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, Komunitas Adat dan

Tradisi dari 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia. Salah satu rekomendasi dari

69

https://tirto.id/keputusan-mk-dan-diskriminasi-terhadap-penghayat-kepercayaan-czKW,

diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018, pukul 16.15 WIB.

Page 59: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

49

peserta kongres adalah pembentukan wadah tunggal bagi Penghayat Kepercayaan

terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Komunitas Kepercayaan Adat.

Maka dalam rangka melaksanakan rekomendasi tersebut, kemudian pada

tanggal 24-27 September 2013, Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap

Tuhan yang Maha Esa melaksanakan Tindak Lanjut Kongres untuk pembentukan

wadah tunggal kepercayaan, sehingga dibentuklah Tim Persiapan Pembentukan

Wadah Nasional Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Dan pada tanggal

13 Oktober 2014 dalam pembukaan Sarasehan Nasional Kepercayaan terhadap

Tuhan yang Maha Esa di Keraton Ngayogjakarta, sekaligus dideklarasikan Wadah

Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang diberi nama

Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia,

dilanjutkan pelantikan Dewan Musyawarah Pusat oleh Wakil Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, Prof. Wiendu Nuryanti, PhD.70

Salah satu wakil dari MLKI yang diwawancarai bernama Rohmat, sebagai

ketua MLKI bagian DKI Jakarta. Saat diwawancarai, Rohmat sebagai penghayat

kepercayaan serta sebagai penghayat perjalanan sangat senang dan berterima

kasih dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan pengisian

kolom agama pada KK dan KTP, dan mungkin seluruh penghayat ikut senang dan

berterima kasih dengan keputusan tersebut. Atas keputusan MK itu adalah sebuah

kemajuan bagi mereka semua bangsa Indonesia dan menyadari bahwa selain 6

agama di Indonesia ada penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Penghayat kepercayaan ini yang sebelumnya terdiskrimanasi, para penghayat juga

70

https://www.mlki.or.id/sejarah-mlki/ diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018,

pukul 14.45 WIB.

Page 60: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

50

memenuhi kewajiban mereka sebagai warga negara dan mereka pun meminta agar

dipenuhi hak nya sama seperti yang lainnya.71

Rohmat mengatakan bahwasanya masih banyak sekali masyarakat maupun

pemerintah yang tidak mengerti atau tidak mengetahui para penghayat

kepercayaan. Para penghayat kepercayaan tidak berkhotbah untuk segala

macamnya, para penghayat memprioritaskan pada laku dan perbuatan yang baik

kepada seluruh manusia dan jadi sebagai suri tauladan. Dari hal kecil yang di

ceritakan oleh Rohmat bahwa pada tingkat Rukun Tetangga (RT) pun masih

banyak yang tidak mengetahui dengan adanya para penghayat kepercayaan, jadi

mereka perlu untuk mensosialisasikan terlebih dahulu. Pemerintah pun masih

merapatkan untuk mengusulkan penulisan kolom agama pada KTP dan KK para

penghayat kepercayaan, dengan menuliskan kepercayaan saja atau ditulis dengan

nama di antara nama-nama para penghayat kepercayaan.

Pada zaman dulu pun para penghayat kepercayaan sudah terdiskriminasi

dari para penjajah. Para penghayat dianggap sebagai kafir, animisme dan lain-lain.

Permasalahan juga datang dari MUI (Majelis Ulama Indonesia), mereka tidak

menyetujui dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan

permohanan penghayat kepercayaan mengisi kolom agama pada KK dan KTP.

“Terserah mereka menganggap kami sebagai kafir atau yang menjijikan

sebagaimana kotoran sapi atau lain-lainnya,” tutur Rohmat ketua MLKI (Majelis

Luhur Kepercayaan Indonesia) khusus Ibukota Jakarta. Jawaban Rohmat terlihat

71

Wawancara pribadi dengan Rohmat dari Penghayat Perjalanan dan beliau adalah Ketua

MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) DKI Jakarta, Jakarta, 09 April 2018.

Page 61: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

51

santai dengan respons MUI dan tidak merasa berkecil hati, dan lambat laun semua

akan mengetahui kebenerannya.72

Ada yang lain dari salah satu penghayat kepercayaan, yaitu Sri Murni.

Dilihat dari berita dari kumparan yang mendatangi rumah dari penghayat Sri

Murni yang bernama Suprayetno, setelah berbincang ringan, Suprayetno langsung

bercerita mengenai organisasi yang diikutinya. Sri Murni didirikan oleh Ibrahim

Musa pada tahun 1949. Sri Murni menganut nilai hidup yang paling mulia yaitu

kejujuran. “Karena kita harus jujur pada diri sendiri,” tutur Suprayetno di Cipete

Utara, Jakarta Selatan. Suprayetno menambahkan, anggota yang sudah mendalami

nilai-nilai dari Organisasi Kebatinan Sri Murni tidak akan berbohong atau

melanggar sumpah yang pernah diucapkan. Sebab, ada kekuatan alam yang akan

menghukum secara langsung.

Saat ditanya soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang

memutuskan para penganut kepercayaan dapat mencantumkan kepercayaan kolom

agama di KTP yang selama ini dikosongkan, Suprayetno pesimistis. Baginya,

pada kenyataannya aliran kepercayaan diperlakukan berbeda di masyarakat. Ia

menyebut banyak yang harus pemerintah persiapkan terlebih dahulu untuk

mengakui aliran kepercayaan.

"Hanya baru disahkan, kayak orang mah undang-undang itu dicobakan.

Jadi jangan terlalu divoniskan itu sudah berlaku," tutur Suprayetno.73

Dengan ini

suprayetno meanggap pesimis dengan keputusan dari Mahkamah Konstitusi,

72

Wawancara pribadi dengan Rohmat dari Penghayat Perjalanan dan beliau adalah Ketua

MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) DKI Jakarta, Jakarta, 09 April 2018. 73 https://kumparan.com/okky-ardiansyah1510132712039/penganut-kepercayaan-sri-

murni-pesimistis-dengan-keputusan-mk, diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018, Pukul

15.30 WIB.

Page 62: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

52

karena ia melihat dari kenyataannya sampai sekarang belum adanya tidak lebih

lanjut dari pemerintah yang berwenang. Tetapi ini adalah keputusan tertinggi

sehingga pemerintah harus dan wajib mengimplementasikannya.

B. Ekspektasi Dan Harapan Penghayat Kepercayaan Terhadap Keputusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016

Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti

manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai

harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut

tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan

masing-masing. Harapan berasal dari kata „harap‟ yang berarti keinginan supaya

sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi.74

Dengan demikian harapan menyangkut masa depan para penghayat

kepercayaan yang berada di Indonesia. Misalnya, Hanif yang hanya mampu

membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil.

Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan

orang banyak. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang

yang mempunyai harapan.

Pada contoh yang sedang hangat dibicarakan adalah para penghayat

kepercayaan yang memperjuangkan hak-hak sipil mereka yang selama ini tidak

mereka dapatkan, dan berjuang penuh semangat dengan penghayat kepercayaan

yang lainnya demi mendapatkan keadilan dari pemerintah. Mereka semua

74

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Page 63: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

53

mengharapkan hak-hak sipil mereka sama dengan agama yang lainnya. Semua

perjuangan mereka pun berhasil dan membawa angin segar untuk semua

penghayat kepercayaan. Pada tanggal 7 November 2017 Mahkamah Konstitusi

(MK) akhirnya mengabulkan permohonan uji materi terkait ketentuan

pengosongan kolom agama di KTP dan KK dengan nomor perkara 97/PUU-

XIV/2016 yang diajukan oleh beberapa penganut kepercayaan.

Ke depan, mereka bisa mencantumkan kepercayaan pada kolom agama di

KTP dan KK. Mahkamah Konstitusi pula menyatakan kata "agama" dalam Pasal

61 ayat (1) dan Pasal 64 (1) UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat secara bersyarat sepanjang tidak termasuk "kepercayaan”.

Terkait pada keputusan Mahkamah Konstitusi terdapat berbagai harapan

yang diharapkan oleh para penghayat kepercayaan untuk kehidupan mereka

kedepannya. Berbagai narasumber penulis temukan menuai beberapa harapan

yang mereka harapkan untuk selanjutnya yang mengenai kehidupan mereka.

Harapan salah satu dari penghayat perjalanan yaitu Anto, ia adalah seorang

mahasiswa di universitas Jakarta.

Harapan kedepannya, agar lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan

kesetaraan pendidikan, mendapatkan pekerjaan dan juga dapat diterima dengan

lebih baik oleh masyarakat umum mengenai pengisian kolom agama kami tanpa

ada perlawanan atau intimidasi, mengingat mereka pun warga negara yang sah,

“ajaran kami berasal dari leluhur asli pribumi pertiwi Indonesia yang lebih jauh

Page 64: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

54

berkembang bahkan sebelum agama-agama lain datang. Jadi saya rasa kesamaan

hak berwarga negara sudah seharusnya kami dapatkan,” tutur Anto.75

Dari paparan yang Anto katakan, waktu semenjak ia kecil mendapatkan

kesulitan untuk masalah pendidikan. Banyak dari penghayat kepercayaan

mengalami kesulitan ketika di sekolah, mereka mengikuti pelajaran agama yang

diajari di sekolah bukan pelajaran mengenai aliran kepercayaan. Para penghayat

kepercayaan berharap untuk mendapatkan fasilitas pelajaran keagamaan yang

harusnya mereka ikuti, yaitu pelajaran tentang aliran kepercayaan.

Pada kasus pekerjaan, lamaran pekerjaan di situs online itu tidak pernah

terdapat dihadirkan kepercayaan, menandakan bahwa kepercayaan itu tidak belum

pernah disetarakan dengan anak-anak bangsa. Penghayat kepercayaan berharap

untuk Kementerian Ketenagakerjaan dan Dinas Tenaga Kerja dan Dinas

Pendidikan untuk membuka secara umum agar anak-anak penghayat kepercayaan

tidak terkena diskriminasi.

Harapan pun muncul dari Satti sebagai penghayat kepercayaan Parmalim,

dengan adanya kekeputusan ini maka seluruh penghayat kepercayaan yang berada

di Indonesia mendapat kesempatan dan tempat yang sama seperti agama

mayoritas yang lain. Dan semoga tidak ada lagi para penghayat yang malu

mengakui jati dirinya sebagai penghayat kepercayaan, yang selama ini mereka

sangat merasa dikucilkan oleh orang-orang sekitar yang menganggap mereka

dengan stigma negatif. Semua harapan yang diharapkan oleh para penghayat tentu

75

Wawancara Pribadi dengan Anto dari penghayat aliran Perjalanan, Jakarta, 20 Maret

2018.

Page 65: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

55

ingin menjadi warga yang sama seperti warga negara lainnya yang mendapatkan

perlindungan dan hak-hak yang sama.76

Surachman Nasution dari penghayat aliran Tri Sabdo Tunggal Indonesia

bersuara, harapan kedapan pemerintah harus memperhatikan para penghayat, dan

harapannya dapat membuat dialog bersama dengan para pemuka-pemuka agama,

kalau tokoh-tokoh agama itu bertemu menurut beliau kita semua akan hidup

rukun dan aman sejahtera. Karena dengan diadakannya dialog satu di antara yang

lain akan dapat memahami suatu ajarannya masing-masing dan bisa saling untuk

menghargai bukan untuk saling menjatuhkan. Hidup di negara Indonesia ini

beraneka ragam macamnya, salah satunya agama, maka dari itu kita harus saling

menghargai untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan tentunya akan hidup

rukun antar sesama warga negara Indonesia.77

Sepertinya sangat penting untuk pemerintah dan para penghayat

kepercayaan serta masyarakat untuk melakukan dialog bersama, serta berkumpul

untuk mengadakan suatu agenda yang akan mensosialisasikan keberadaan para

penghayat kepercayaan. Karena selama ini sebagian besar para warga Indonesia

tidak mengetahui keberadaan penghayat kepercayaan, padahal jumlah mereka

yang berada di Indonesia sampai 12 juta jiwa. Dengan diadakannya pertemuan

dan dialog antar pemuka agama serta para masyarakat, maka diharapkan akan

menimbulkan rasa persaudaraan dan persatuan sesama Warga Negara Indonesia.

Serta tidak ada lagi stigma-stigma negatif yang dilontarkan dari masyarakat untuk

76

Wawancara Pribadi dengan Satti dari Penghayat aliran Parmalim Sumatera Utara,

Jakarta, 9 April 2018. 77

Wawancara pribadi dengan Surachman Nasution ketua dari penghayat Tri Sabdo

Tunggal Indonesia, Jakarta, 04 April 2018.

Page 66: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

56

para penghayat kepercayaan, karena penghayat kepercayaan pun ingin hidup

tenang di mana mereka bertempat tinggal.

Dari pertemuan penulis dengan salah satu penghayat Mekar Budi

mengharapkan dapat menyetarakan bagi kehidupan para penghayat dan para

pemeluk agama yang sudah diakui oleh negara, sehingga menimbulkan

ketentraman dan kesejahteraan umat manusia di Indonesia dan tidak adanya lagi

diskriminasi-diskriminasi bagi kelompok minoritas seperti para penghayat ini.

Bukan saja para penghayat yang minoritas tetapi semua masyarakat yang

dianggap sebagai masyarakat minoritas yang mengalami diskriminasi. Dan

diharapkan adanya tempat pemakaman umum bagi para penghayat yang sama

layaknya dengan agama-agama lain yang mendapatkan fasilitasnya serta fasilitas-

fasilitas lain yang dapat memakmurkan kehidupan mereka di Indonesia.78

Di sini

tampak Nasrul sangat mengharapkan adanya persamaan dan kesetaraan para

penghayat kepercayaan dengan penganut agama yang lainnya. Penganut agama

yang sudah diresmikan oleh pemerintah mendapatkan hak-hak sipil mereka,

sedangkan para penghayat kepercayaan terhambat atau tidak mendapatkan hak-

hak sipil mereka karena kolom agama pada KTP-el mereka kosong. Dibutuhkan

kesetaraan hak untuk para masyarakat dalam hal-hal yang mengenai kelangsungan

kehidupan mereka, agar mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan damai.

Mengenai pemakaman yang dikatakan oleh Nasrul, diharapkan untuk

memberikan fasilitas, Carlim dari penganut Sapto Darmo yang diceritakan oleh

Sukamto sebagai penghayat aliran Sapta Darma, Sukamto menceritakan salah satu

78

Wawancara pribadi dengan Nasrul Haq dari penghayat Mekar Budi, Jakarta, 04 April

2018.

Page 67: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

57

di antara saudara dari Carlim meninggal dunia dan hendak dimakamkan di tempat

pemakaman umum. Ketika masyarakat sekitar rumah Carlim mengetahui bahwa

ia dari penghayat kepercayaan, maka timbul pelarangan untuk pemakaman

penghayat Sapto Darmo, sehingga jenazah dimakamkan di karangan rumah

mereka sendiri. Para penghayat kepercayaan sangat berharap untuk pemerintah

daerah memfasilitasi tempat pemakaman umum bagi para penghayat

kepercayaan.79

Sukamto berharap sebagai penghayat kepercayaan yaitu berharap untuk

segera mengimplementasikan seluruh keputusan yang sudah disahkan oleh

Mahkamah Konstitusi. Khususnya kemendagri segara membuat kebijakan terbaru

mengenai administrasi kependudukan bagi para penghayat kepercayaan. Tuntutan

dari penghayat kepercayaan bukan tentang masalah sejajar dengan agama-agama

yang ada di Indonesia, tetapi tuntutan kami hanya untuk mendapatkan hak-hak

sipil yang sama dengan agama-agama lainnya. Dari masalah pendidikan, menjadi

pegawai negeri untuk diberi peluang bagi penghayat kepercayaan. Bagi Sukamto

tidak ada masalah dengan kebijakan yang menaruh para penghayat di dirjen

pendidikan dan kebudayaan, yang terpenting adalah untuk memenuhi hak-hak

sipil para penghayat kepercayaan.80

Disisi lain ada harapan dari Rohmat sebagai ketua MLKI (Majelis Luhur

Kepercayaan Indonesia) DKI Jakarta, ia mengatakan untuk segara melaksanakan

79

Wawancara pribadi dengan Sukamto dari penghayat kepercayaan Sapta Darma dan

beliau adalah penasehat dari organisasi MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia), Jakarta, 04

April 2018. 80

Wawancara pribadi dengan Sukamto dari penghayat kepercayaan Sapta Darma dan

beliau adalah penasehat dari organisasi MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia), Jakarta, 04

April 2018.

Page 68: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

58

keputusan Mahkamah Kosntitusi dan jangan ada lagi hambatan untuk

merealisasikannya dan segera untuk mensosialisasikannya kepada seluruh

masyarakat Indonesia dan khususnya untuk para penghayat kepercayaan.

kemudian untuk seluruh nya tidak ada lagi keraguan untuk melaksanakannya

karena ini adalah keputusan Mahkamah Konstitusi yang tertinggi di Indonesia dan

harus dipatuhi untuk semua kalangan. “apasih yang ditakuti kepada kami jikalau

kami berkembang?,” kata Rohmat.

Dengan ini memang sudah banyak sekali yang memandang negatif dengan

keadaan para penghayat yang tinggal di Indonesia, banyak yang menganggap

sebagai penjajah dan tentu ditakuti oleh masyarakat Indonesia. Stigma inilah yang

harus pemerintah luruskan kepada seluruh kalangan masyarakat bahwa para

penghayat itu bukanlah apa yang mereka pikirkan selama ini.

Kita lihat berbagai kasus yang ada di Indonesia ini, tidak banyak dan

hampir tidak ada kriminalisasi yang dilakukan oleh para penghayat kepercayaan.

Rohmat pun yakin tidak ada penghayat kepercayaan yang melakukan pelanggaran

hukum. Kita pun sudah sangat melihat secara jelas kasus korupsi yang marak

sekali terjadi di Indonesia dan membuat Indonesia sangat terpuruk dengan

banyaknya hutang ke berbagai negara.81

Sama dengan Mulo Sitorus yaitu ketua MLKI (Majelis Luhur

Kepercayaan Indonesia) Pusat, saat ditanya harapannya pasca keputusan

Mahkamah Konstitusi. Ia berharap agar pemerintah, khususnya pada

pemerintahan Jokowi pada saat ini, untuk segera merealisasikan seluruh

81

Wawancara pribadi dengan Rohmat dari Penghayat Perjalanan dan beliau adalah Ketua

MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) DKI Jakarta, Jakarta, 09 April 2018.

Page 69: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

59

keputusan yang sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi.82

Retno pun dari

aktivis penghayat kepercayaan dan sebagai penghayat Kepribaden, ia sangat

mengharapkan sebuah realisasi yang real dari pemerintah. Karena selama ini ia

merasakan kurang perhatiannya pemerintah terhadap penganut penghayat

kepercayaan. Perlu adanya perhatian yang lebih untuk penghayat kepercayaan

agar lebih percaya diri untuk menunjukkan jati dirinya yang selama ini kurang

terlihat.83

C. Eksistensi Penghayat Kepercayaan Terhadap Keputusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016

Penghayat kepercayaan yang sudah diketahui di seluruh Indonesia

berjumlah 12 juta jiwa manusia, jumlah ini tentu tidak lah sedikit. Dari berbagai

penghayat dan kepercayaan lokal tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan

jumlah organisasi para penghayat sangat banyak. Setelah adanya pengakuan dari

pemerintah dengan keputusan Mahkamah Konstitusi, eksistensi penghayat

kepercayaan mulai terlihat yang sebelumnya mereka tidak berani menampilkan

dirinya. Satti dari penghayat Parmalim mengatakan sudah lama para penghayat

tidak berani menampakkan dirinya sebagai penghayat kepercayaan, karena takut

mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Setelah adanya keputusan ini,

82

Wawancara pribadi dengan Mulo Sitorus dari penghayat Parmalim dan beliau adalah

Ketua MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) Pusat, Jakarta 18 April 2018. 83

Wawancara pribadi dengan Retno dari penghayat Kepribaden, Jakarta, 18 April 2018

Page 70: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

60

penghayat bisa lebih eksis dalam menjalankan aktivitasnya karena sudah

mempunyai legalitas dari pemerintah.84

Sukamto menerangkan bahwa masa depan para penghayat tentunya akan

lebih sejahtera dan lebih setara dengan warga yang lainnya, walaupun belum

sepenuhnya terpenuhi kebutuhan mereka dengan yang lainnya. Dengan beriring

nya waktu para penghayat akan hidup lebih aman dan nyaman serta tidak adanya

diskriminasi kembali terhadap mereka, semua akan hidup bersama dengan

beraneka ragam budaya, suku, agama dan lain-lainnya.85

Pemerintah pun diharapkan untuk konsekuen pada masalah keputusan

Mahkamah Konstitusi ini, semua ini agar semua penghayat kepercayaan lebih

terarah dan lebih baik dalam kehidupannya. Sebaliknya jika pemerintahan

Republik Indonesia tidak konsekuen pada masalah ini, maka kehidupan para

penghayat kepercayaan akan lebih tidak terarah dan tidak sejahtera.86

Para penghayat tentunya akan lebih sejahtera dan lebih setara dengan

warga yang lainnya, walaupun belum sepenuhnya terpenuhi kebutuhan mereka

dengan yang lainnya. Dengan beriringnya waktu para penghayat akan hidup lebih

aman dan nyaman serta tidak adanya diskriminasi kembali terhadap mereka,

semua akan hidup bersama dengan beraneka ragam budaya, suku, agama dan lain-

lainnya. “Semua akan baik-baik saja, dan tidak ada lagi perbedaan di antara kami

84

Wawancara pribadi dengan Satti dari penghayat aliran Parmalim, Jakarta 16 April

2018. 85

Wawancara pribadi dengan Sukamto dari penghayat kepercayaan Sapta Darma dan

beliau adalah penasehat dari organisasi MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia), Jakarta, 04

April 2018. 86

Wawancara pribadi dengan Mulo Sitorus dari penghayat Parmalim dan beliau adalah

Ketua MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) Pusat, Jakarta 18 April 2018.

Page 71: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

61

dan mereka.” Tutur Nasrul.87

Anto dari penghayat Perjalanan mengatakan setelah

adanya keputusan ini, para penghayat lainnya akan merasa mudah untuk

mendapatkan pendidikan bagi para generasi, dan akan terus berkembang dengan

perkembangan zaman.88

Terlihat dalam acara Sarasehan Malam Anggora Kasih, acara ini rutin

terlaksana setiap kurang lebih satu bulan sekali. Setiap acara ini diselenggarakan

di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan dihadiri dari berbagai penghayat

kepercayaan. Pada acara ini yaitu acara organisasi MLKI (Majelis Luhur

Kepercayaan Indonesia) diikuti oleh organisasi yang berada di wilayah DKI

Jakarta. Tampak di sini bahwa penghayat kepercayaan masih eksis dalam

menjalankan aktvitas-aktivitas mereka sebagai penghayat kepercayaan, sehingga

dapat menjalankan komunikasi yang lebih baik di antara organisasi atau

paguyuban. Pada daerah lainnya pun MLKI melakukan berbagai kegiatan dan

tidak hanya di wilayah DKI Jakarta. Namun eksistensi mereka kurang terlihat dan

terdengar oleh masyarakat sekitar, sehingga banyak masyarakat yang belum

mengetahui dengan adanya penganut penghayat kepercayaan. Dengan adanya

keputusan ini dan sudah banyak media yang meliput, sangat diharapkan

masyarakat mengetahui keberadaan dan eksistensi para penghayat kepercayaan.

Salah satunya adalah Rohmat sebagai Ketua MLKI bagian wilayah DKI

Jakarta yang menghadiri acara malam Anggoro Kasih. Pada kesempatan itu,

Rohmat mengatakan akan memprioritaskan“Puan Hayati”. Puan Hayati adalah

87

Wawancara pribadi dengan Nasrul Haq dari penghayat Mekar Budi, Jakarta, 04 April

2018. 88

Wawancara pribadi dengan Anto dari penghayat aliran Perjalanan, Jakarta, 20 Maret

2018

Page 72: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

62

kader-kader perempuan yang akan melahirkan keturunan, mereka yang

diprioritaskan untuk mengembangkan aliran penghayat kepercayaan, karena kami

tidak rekrutmen pada masyarakat yang lain terkecuali mereka simpatik terhadap

ajaran kami. Dengan adanya prioritas ini, maka kedepannya akan lebih

berkembang generasi-generasi penghayat kepercayaan. “karena pada dasarnya

kami adalah anggota penghayat kepercayaan yang turun menurun, yang cinta

leluhur, cinta tanah air dan cinta budaya,” Tutur Rohmat.89

Untuk ke depannya penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi mengenai kolom agama pada KK dan KTP akan

mendapatkan hak-hak sipil sama seperti agama-agama yang lainnya. Tidak ada

lagi diskriminasi yang akan mereka dapatkan sebelum-sebelumnya, semua akan

sama di depan hukum tidak ada pengecualian karena mereka sudah legal hidup

bersama dengan warga negera lainnya. “Dan bagaimana kedepannya itu sudah ada

yang mengaturnya,” tutur Sukamto.90

Setelah adanya keputusan ini semua permasalahan yang menjadi hambatan

tidak akan terjadi kembali, seperti apa yang semua sudah penulis jelaskan pada

bab-bab sebelumnya, serta eksistensi dan masa depan para penghayat akan lebih

baik lagi dari sebelumnya. Seluruh penghayat kepercayaan berhak mendapatkan

hak-hak yang sama dan setara demi terbentuknya masyarakat yang makmur dan

sejahtera.

89

Wawancara pribadi dengan Rohmat dari Penghayat Perjalanan dan beliau adalah Ketua

MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) DKI Jakarta, Jakarta, 09 April 2018. 90

Wawancara pribadi dengan Sukamto dari penghayat kepercayaan Sapta Darma dan

beliau adalah penasehat dari organisasi MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia), Jakarta, 04

April 2018.

Page 73: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sudah hampir setengah tahun berlalu sejak Mahkamah Konstitusi

mengeluarkan keputusan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan KTP-el

pada penghayat kepercayaan. Ini pun yang menjadi peluang pencantuman

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kolom KTP elektronik dan

data kependudukan lainnya. Pada saat ini implementasi dari keputusan Mahkamah

Konstitusi belum terlaksana sepenuhnya. Terdapat beberapa kendala dan berputar-

putar tak menentu hingga menerbitkan rasa curiga ini hanyalah kepentingan

politik sesaat.

Sudah sangat lama kelompok penghayat kepercayaan yang selama ini

meyakini dengan tekun dan merawat spritual leluhur Nusantara, kepercayaan ini

pun diyakini sebelum adanya 6 agama yang masuk ke Nusantara. Namun sangat

disayangkan keberadaan mereka tak diketahui banyak orang dan dinafikan

keberadaannya karena negara tak mengakui kepercayaan mereka.

Terdapat berbagai permasalahan yang mereka dapatkan selama kolom

agama pada KTP-el dikosongkan. Masalah pendidikan, khususnya pada masa

sekolah para penghayat kepercayaan. Mereka terpaksa mengikuti mata pelajaran

agama yang mereka tidak anut. Contohnya penghayat yang mengikuti sekolah

dengan latar belakang pendidikan Islam, tentunya ada mata pelajaran agama

Islam. Dengan ini penghayat ingin pula ada kurikulum pelajaran yang mengenai

aliran kepercayaan.

Page 74: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

64

Serta perkawinan yang dilangsungkan oleh penghayat kepercayaan dengan

adat kepercayaannya masing-masing, perkawinan mereka dianggap sah secara

adat oleh para penghayat kepercayaan, tetapi tidak sah dalam urusan administrasi

perkawinan pada disdukcapil serta tidak dicatat di dalam akta pernikahan. Semua

ini menimbulkan kepada keturunan mereka yang akan tidak dapat akta kelahiran,

dan akan mendapatkan stigma negatif dari sekitar masyarakat mereka tinggal.

Pada persoalan pekerjaan, banyak dari penghayat kepercayaan kesulitan

dalam pencarian pekerjaan. Semua itu diakibatkan pada persyaratan yang

mengsyaratkan untuk calon pelamar harus mengisi kolom agama. Dan pada

formulir pekerjaan tidak ada kolom agama selain 6 agama yang sudah diresmikan

oleh negara, sehingga menimbulkan kegagalan bagi penghayat untuk melamar

pekerjaan. Adapun stigma yang dilontarkan oleh masyarakat bahwa mereka tidak

mempunyai agama serta dianggap Ateis.

Masih banyak permasalah yang mereka dapatkan, semua kewajiban

sebagai warga negara sudah mereka lakukan sama seperti warga negara lainnya.

Tetapi pada masalah hak-hak para penghayat kepercayaan tidak setara atau tidak

sama dengan warga negara lainnya. Dengan itu para penghayat mengajukan

permohonan dan pengujian materi pada UU Nomor 23 Pasal 61 dan 64 Tahun

2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Pembedaan perlakuan dan

ketidaksetaraan inilah yang diterobos oleh keputusan MK. Memang benar dalam

keputusannya MK tidak menyamakan antara agama dan kepercayaan, namun

walau berbeda, sebagai sesama warga negara kedua kelompok itu harus

Page 75: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

65

diperlakukan setara dan tanpa pembedan atas dasar apapun, termasuk

kepercayaan.

Dengan adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, seluruh masyarakat

penghayat kepercayaan merasa apresiatif dan sangat senang sekali dengan

keputusan yang bijaksana dari Mahkamah Konstitusi dan pemerintahan yang

berwenang. Penuh harapan dari para penghayat kepercayaan kepada pemerintah

untuk segara mengimplemantasikan semua keputusan Mahkamah Konstitusi

dengan sebenar-benarnya. Mengadakan pertemuan atau dialog bersama untuk

pemuka-pemuka agama yang dilakukan secara rutin, serta tidak ada lagi

perbedaan dan diskriminasi terhadap penghayat kepercayaan dan dilakukannya

perlakuan yang setara di antara warga negara lainnya. Dengan ini akan

menimbulkan kehidupan yang sejahtera dan damai bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 76: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

66

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Petir. Buku Pintar Aliran Kebatinan dan Ajarannya. Yogyakarta:

Laksana, 2014.

Achmad, Nur. Pluralitas Agama kerukunan dalam keragaman. Jakarta: Penerbit

Buku Kompas, 2001.

Afrizal. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2015.

Ahmad, Nur (Ed). Pluralitas Agama; Kerukunan dan Keragaman. Jakarta:

Kompas, 2001.

Azwar, Syaifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia

(1901-1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015.

Connolly, Peter. Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri. Yogyakarta:

LkiS Yogyakarta, 2009.

Diputhera, Oka. Makna Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Majelis Ulama

Indonesia, 1996.

Fahmi, Khairul, dkk. Dokumen Kebijakan Penghapusan Diskriminasi Agama/

Keyakinan. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2011.

Fulthoni, dkk. buku saku untuk kebebasan beragama memahami diskriminasi.

Jakarta Selatan: The Indonesian Legal Resource Center (ILRC).

Hadiwijono, Harun. Kebatinan dan Injil. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia,

1983.

Imam, Suwarno. Konsep Tuhan Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan

Jawa. Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005.

J, Hasse. Diskriminasi Negara Terhadap Agama Di Indonesia (Disertasi Doktor

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas

Gadjah Mada, 2010.

Page 77: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

67

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia,

1977.

Maarif, Samsul. Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama Di

Indonesia. CRCS (Center for Religious and Cross-cultural Studies),

Yogyakarta, 2017.

Permadi. Pandangan Aliran Kepercayaan Terhadap Islam. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI, Direktorat Jenderal Kebudayaan,

Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, 1992/1993.

Prastowo. Memahami Metodologi Penelitian: Suatu Tinjaun Teoritis dan Praktis.

Yogyakarta: Arruz Media, 2011.

Rahnip. Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan. Surabaya : Penerbit

Pustaka progressif, 1997.

Aqiqoh, Siti Umi. Skripsi yang berjudul “Praktik-Praktik Diskriminasi terhadap

Penghayat Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa (Studi Kasus Sunat

Pada Kepercayaan Madrais, Skripsi (Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014).

Soehartono, Irwan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2008.

Subagya, Rahmat. Kepercayaan, Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan, dan Agama.

Penerbit Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1976.

Sufa‟at, M. Beberapa Pembahasan Tentang Kebatinan. Yogyakarta: Kota

Kembang, 1985.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta, 2007.

Supardi. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Suryabrata, Sumardi. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.

Page 78: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

68

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004. cet.1.

Sumber Internet atau berita online

Suryowati, Estu. 7 November 2017, Keputusan MK Membuat Eksistensi

Penghayat Kepercayaan Diakui Negara, diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2017/11/07/18573861/keputusan-mk-

membuat-eksistensi-penghayat-kepercayaan –diakui-negara.

Analisa Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk, diakses dari

http://www.hukumpedia.com/twtoha/analisa-pengosongan-kolom-

agama-di-dalam-kartu-tanda-penduduk , tanggal 03/Maret/2018.

Berita Online diakses dari https://news.detik.com/berita/3492198/rekam-jejak-

penghayat-kepercayaan-dari-orde-lama-hingga-reformasi pada tanggal

16-03-2018 jam 19.50.

Artikel diakses dari http://rimbaspiritual.blogspot.co.id/, pada tanggal 18 Maret

2018 pukul 21.55 WIB.

https://tirto.id/pembakuan-definisi-agama-yang-penuh-pro-dan-kontra-czVV,

diakses pada hari Selasa 20/03/2018

http://m.detik.com/news/berita/3738186/wantim-mui-sesalkan-keputusan-mk-

yang-anggap-kepercayaan-setara-agama, diakses pada hari Selasa

20/03/2018

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/11/15/128127/mui-

keputusan-mk-soal-aliran-kepercayaan-merusak-kesepakatan-bernegara,

diakses pada hari Selasa 20/03/2018

https:///www.jawapos.com/read/2017/11/08/167238/sosiolog-ui-agama-impor-

kita-akui-masa-agama-leluhur-tidak, diakses tanggal 20/03/2018

http://www.koran-jakarta.com/anggota-sapta-darma-berharap-tak-ada-stigma-

negatif-lagi/, diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018, Pukul

15.00 WIB.

Page 79: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

69

https://kumparan.com/nurul-nur-azizah/cerita-tukul-penganut-paguyuban-

sumarah-di-pasar-minggu, diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April

2018. Pukul 15.10 WIB.

https://tirto.id/keputusan-mk-dan-diskriminasi-terhadap-penghayat-kepercayaan-

czKW, diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018, pukul 16.15

WIB.

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/04/06., diakses

pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018, pukul 16.40 WIB.

https://www.mlki.or.id/sejarah-mlki/ diakses pada hari Selasa, tanggal 17 April

2018, pukul 14.45 WIB.

https://kumparan.com/okky-ardiansyah1510132712039/penganut-kepercayaan-

sri-murni-pesimistis-dengan-keputusan-mk, diakses pada hari Selasa,

tanggal 17 April 2018, Pukul 15.30 WIB.

Status facebook Mediaa Zainul Bahri, diakses pada tanggal 21 November 2017

pukul 21.23

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 23 Pasal 61 dan 64 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan.

UU PNPS Tahun 1965 Tentang Pencegahan atau Penyalahgunaan dan Penodaan

Agama.

PP No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016

UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Anto dari penghayat aliran Perjalanan, Jakarta, 20

Maret 2018

Page 80: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

70

Wawancara pribadi dengan Surachman Nasution ketua dari penghayat Tri Sabdo

Tunggal Indonesia, Jakarta, 04 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Nasrul Haq dari penghayat Mekar Budi, Jakarta, 04

April 2018.

Wawancara pribadi dengan Sukamto dari penghayat kepercayaan Sapta Darma

dan beliau adalah penasehat dari organisasi MLKI (Majelis Luhur

Kepercayaan Indonesia), Jakarta, 04 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Satti dari Penghayat Parmalim Sumatera Utara,

Jakarta, 9 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Rohmat dari Penghayat Perjalanan dan beliau adalah

Ketua MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) DKI Jakarta,

Jakarta, 09 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Mulo Sitorus dari penghayat Parmalim dan beliau

adalah Ketua MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia) Pusat,

Jakarta, 18 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Retno dari penghayat Kepribaden, Jakarta, 20 April

2018.

Page 81: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 82: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

72

LAMPIRAN 1

SURAT BUKTI WAWANCARA

Page 83: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

73

LAMPIRAN II

Surat Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016

Page 84: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

74

Page 85: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

75

LAMPIRAN III

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 86: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

76

Page 87: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

77

Page 88: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

78

Page 89: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

79

Page 90: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

80

Page 91: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

81

Page 92: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

82

Page 93: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

83

LAMPIRAN IV

PERTANYAAN WAWANCARA

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Page 94: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

84

LAMPIRAN V

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Sukamto

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

saya sangat senang dengan keputusan Mahkamah Konstitusi dan

Mendagri segara untuk mengimplementasikannya terhadap keputusan

tersebut. Sampai saat ini terlihat masih mengambang keputusan dari MK,

walau sudah hampir 5 bulan dari hasil keputusan yang diputuskan oleh

Mahkamah Konstitusi.

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahan yang saya rasakan semenjak menjadi penghayat

kepercayaan yaitu dianggap sebagai orang kafir, tetapi saya tidak ada

masalah dengan ucapan-ucapan orang kepada saya, saya sendiri berusaha

melakukan penyusuaian diri dengan masyarakat sekitar yang saya tinggali.

Ketika ada lebaran yaitu hari raya umat Muslim, saya juga bersilaturahmi

dengan tetangga-tetangganya yang mayoritas adalah penganut Muslim.

Dengan pemerintah saya sangat senang demi melindungi segenap warga

negaranya yang sudah lama mengalami diskriminasi dan saat ini akan

mendapatkan hak-haknya sama seperti yang lain.

Page 95: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

85

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya sebagai penghayat kepercayaan yaitu berharap untuk

segera mengimplementasikan seluruh keputusan yang sudah disahkan oleh

Mahkamah Konstitusi. Khususnya kemendagri segara membuat kebijakan

terbaru mengenai administrasi kependudukan bagi para penghayat

kepercayaan.

Tuntutan dari penghayat kepercayaan bukan tentang masalah

sejajar dengan agama-agama yang ada di Indonesia, tetapi tuntutan kami

hanya untuk mendapatkan hak-hak sipil yang sama dengan agama-agama

lainnya. Dari masalah pendidikan, menjadi pegawai negeri untuk diberi

peluang bagi penghayat kepercayaan. Bagi saya tidak ada masalah dengan

kebijakan yang menaruh para penghayat di dirjen pendidikan dan

kebudayaan, yang terpenting adalah untuk memenuhi hak-hak sipil para

penghayat kepercayaan.

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi mengenai kolom agama pada KK dan KTP akan

mendapatkan hak-hak sipil sama seperti agama-agama yang lainnya. Tidak

ada lagi diskriminasi yang akan mereka dapatkan sebelum-sebelumnya,

semua akan sama di depan hukum tidak ada pengecualian karena mereka

sudah legal hidup bersama dengan warga negera lainnya.

Page 96: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

86

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Tentu saya sangat apresiatif mengenai respons pemerintah terhadap

penghayat kepercaaan, pemerintah mulai dapat melirik para penganut

penghayat kepercayaan.

Wawancara dengan Rohmat

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sebagai penghayat kepercayaan dan sebagai penghayat

perjalanan sangat senang dan berterima kasih dengan keputusan

Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan pengisian kolom agama pada

KK dan KTP, dan mungkin seluruh penghayat pun ikut senang dan

berterima kasih dengan keputusan tersebut. Atas keputusan MK itu adalah

sebuah kemajuan bagi kita semua bangsa Indonesia dan menyadari bahwa

selain 6 agama di Indonesia ada penghayat kepercayaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Para penghayat juga memenuhi kewajiban mereka

sebagai warga negara dan mereka pun meminta agar dipenuhi haknya

sama seperti yang lainnya.

Page 97: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

87

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahan yang sering didapatkan adalah kesulitan mencari

pekerjaan, karena setiap pelamar wajib mengisi kolom agama pada

lamaran, sedangkan di KTP para penghayat kolom agama distrip.

3. Setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda sebagai

penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya sebagai penghayat khususnya penghayat Perjalanan

untuk segara melaksanakan putusan Mahkamah Kosntitusi dan jangan lagi

dihambat-hambat untuk merealisasikannya dan segera untuk

mensosialisasikannya kepada seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya

untuk para penghayat kepercayaan. kemudian untuk seluruhnya tidak ada

lagi keraguan untuk melaksanakannya karena ini adalah keputusan

Mahkamah Konstitusi yang tertinggi di Indonesia dan harus dipatuhi untuk

semua kalangan.

Dengan ini memang sudah banyak sekali yang memandang negatif

dengan keadaan para penghayat yang tinggal di Indonesia, banyak yang

menganggap sebagai penjajah dan tentu ditakuti oleh masyarakat

Indonesia. Stigma inilah yang harus pemerintah luruskan kepada seluruh

kalangan masyarakat bahwa para penghayat itu bukanlah apa yang mereka

pikirkan selama ini. Kita lihat berbagai kasus yang ada di Indonesia ini,

tidak banyak dan hampir tidak ada kriminalisasi yang dilakukan oleh para

penghayat kepercayaan. Saya pun yakin tidak ada penghayat kepercayaan

Page 98: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

88

yang melakukan pelanggaran hukum. Saya sudah sangat melihat secara

jelas kasus korupsi yang marak sekali terjadi di Indonesia dan membuat

Indonesia sangat terpuruk dengan banyaknya hutang ke berbagai negara.

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Ada program khusus bagi penghayat kepercayaan, yaitu Puan

Hayati. Puan hayati ini adalah para wanita penurus penghayat

kepercayaan, yang diharapkan untuk memberikan keturunan sehingga

adanya terus menerus kaderisasi dari penghayat kepercayaan. Sehingga

masa depan penghayat kepercaan akan terus terjadinya kaderisasi.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap putusan

MK?

Saya senang dengan pemerintah yang sudah memberi kami

peluang demi mendapatkan hak-hak sipil kami sebagai warga negara

lainnya.

Wawancara dengan Satti

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sangat senang dan bersemangat menyambut kekeputusan MK

yang mengabulkan untuk pengisian kolom agama pada KK dan KTP untuk

para penghayat kepercayaan, karena setelah sekian lama akhirnya kami

dapat mencantumkan kolom agama pada KK maupun KTP kami.

Page 99: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

89

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahan yang saya dapatkan ketika mengosongkan kolom

agama pada KK dan KTP adalah pada masalah pekerjaan. Mereka disuruh

dan harus memilih antara satu dari 6 agama yang diakui di Indonesia.

Karena kalau tidak memilih maka proses selanjutnya tidak akan

dilanjutkan oleh suatu perusahaan. Dan tentunya mereka akan kehilangan

pekerjaan akibat kolom agama mereka yang di kosongkan. Ada pun ketika

kami para penghayat tidak mengisi kolom agama di KTP, kami disebut

oleh masyarakat sekitar menyembah setan dan sering disebut dengan

ajaran sesat. Kami pun selalu memberi penjelasan kepada masyarakat agar

mereka mengerti apa yang kami anut selama ini, dan tidak menganggap

dengan stigma-stigma negatif. Karena kami pun sebagai penghayat ingin

hidup tenang dan tentram di negara yang kami tinggali dan mendapat hak-

hak yang sama seperti agama yang lain, yang mendapatkan regulasi,

proteksi, dan fasilitasi dari negara. Dan tidak ada lagi diskriminasi untuk

para penganut penghayat yang merasa dikucilkan selama ini.

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya sebagai penghayat kepercayaan, dengan adanya

keputusan ini maka seluruh penghayat kepercayaan yang berada di

Indonesia mendapat kesempatan dan tempat yang sama seperti agama

mayoritas yang lain. Dan semoga tidak ada lagi para penghayat yang malu

Page 100: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

90

mengakui jati dirinya sebagai penghayat kepercayaan, yang selama ini

mereka sangat merasa dikucilkan oleh orang-orang sekitar yang

menganggap mereka dengan stigma negatif. Semua harapan yang

diharapkan oleh para penghayat tentu ingin menjadi warga yang sama

seperti warga negara lainnya yang mendapatkan perlindungan dan hak-hak

yang sama

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan para penghayat tentunya akan lebih baik dari yang

sebelumnya, karena sudah mendapatkan pengakuan dari negara. Namun

ini juga merupakan suatu tantangan bagi kami, karena meskipun MK

sudah memutuskan dan mengabulkan untuk mengisi kolom agama pada

KK dan KTP para penghayat kepercayaan, masyarakat tidak semua dapat

menerima kehadiran penghayat, dengan itu perlu adanya dialog bersama

dan diadakannya pertemuan untuk saling berdialog bersama dan tidak

saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Menurut saya pemerintah tergolong lambat dalam mengambil

keputusan ini, mengingat bahwa para penghayat kepercayaan sudah lama

di Indonesia, bahkan jauh sebelum agama-agama lain masuk ke negeri ini.

Page 101: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

91

Wawancara dengan Surachman Nasution

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sebagai penghayat Tri Sabdo Tunggal Indonesia setuju

dengan pemerintah dan menghargai keputusan MK. Dengan keputusan ini

membuat nafas lega bagi para penghayat kepercayaan yang mengalami

diskrimasi selama ini. Semua ini berkat perjuangan para penghayat

kepercayaan demi mendapatkan keadilan bagi kehidupan mereka semua.

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Selama ini ada beberapa warga yang mengatakan bahwa kami

adalah agama sesat dan menimbulkan stigma negatif, tetapi saya tidak

mempersalahkannya. Karena orang itu tidak mengetahui ajaran kami.

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya kedapan, pemerintah harus memperhatikan para

penghayat, dan harapannya dapat membuat dialog bersama dengan para

pemuka-pemuka agama, kalau tokoh-tokoh agama itu bertemu kita semua

akan hidup rukun dan aman sejahtera. Karena dengan diadakannya dialog

satu di antara yang lain akan dapat memahami suatu ajarannya masing-

masing dan bisa saling untuk menghargai bukan untuk saling

menjatuhkan. Hidup di negara Indonesia ini beraneka ragam macamnya,

Page 102: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

92

salah satunya agama, maka dari itu dari beraneka ragam tersebut

seharusnya membuat kita harus saling menghargai untuk menuju

kehidupan yang lebih baik dan tentunya akan hidup rukun antar sesama

warga negara Indonesia.

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan penghayat kepercayaan, ini kan belum sampe apa yang

diinginkan, dan masih menuntut. Saya berpendapat untuk ditiadakan

kolom agama seperti negara sekuler, untuk menghilangkan perselisihan

dari agama tersebut.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Saya senang dengan respons pemerintah yang selama ini sudah

mendengarkan suara para penghayat kepercayaan yang sedang

memperjuangkan hak-hak penghayat kepercayaan.

Wawancara dengan Nasrul Haq

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sebagai penghayat Mekar Budi senang dan mendukung dengan

keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan para

pemohon yang memohon untuk mengisi kolom agama pada KK dan KTP.

Page 103: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

93

Tetapi saya menyayangkan masih belum adanya kesetaraan antara

penghayat dengan agama yang sudah diakui tersebut, dari masalah

pemakaman, perkawinan dan hak-hak sipil mereka.

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahannya masih banyak masyarakat yang belum

mengetahui sebagian dari penghayat kepercayaan. Jadi timbul banyak

pertanyaan bagi mereka yang belum mengetahuinya, sehingga timbul

stigma negatif.

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya agar dapat menyetarakan bagi kehidupan para

penghayat dan para pemeluk agama yang sudah diakui oleh negara,

sehingga menimbulkan ketentraman dan kesejahteraan umat manusia di

Indonesia dan tidak adanya lagi diskriminasi-diskriminasi bagi kelompok

minoritas seperti para penghayat ini. Bukan saja para penghayat yang

minoritas tetapi semua masyarakat yang dianggap sebagai masyarakat

minoritas yang mengalami diskriminasi. Dan diharapkan adanya tempat

pemakaman umum bagi para penghayat yang sama layaknya dengan

agama-agama lain yang mendapatkan fasilitasnya serta fasilitas-fasilitas

lain yang dapat memakmurkan kehidupan mereka di Indonesia.

Page 104: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

94

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan para penghayat tentunya akan lebih sejahtera dan lebih

setara dengan warga yang lainnya, walaupun belum sepenuhnya terpenuhi

kebutuhan mereka dengan yang lainnya. Dengan beriringnya waktu para

penghayat akan hidup lebih aman dan nyaman serta tidak adanya

diskriminasi kembali terhadap mereka, semua akan hidup bersama dengan

beraneka ragam budaya, suku, agama dan lain-lainnya.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Dengan ini saya apresiatif dengan respons pemerintah dengan

adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, secara tidak langsung kehidupan

para penghayat akan lebih baik lagi untuk ke depannya.

Wawancara dengan Anto

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sebagai penghayat Perjalanan senang dan mendukung dengan

keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan para

pemohon yang memohon untuk mengisi kolom agama pada KK dan KTP.

Tetapi saya menyayangkan untuk pengimplementasiannya kurang

Page 105: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

95

diperhatikan sampai saat ini, sehingga masih banyak timbul pertanyaan

mengenai hal putusan tersebut.

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahan yang saya alami yaitu sulitnya mendapatkan

pendidikan yang setara dengan penganut agama yang lainnya. Sehingga

saya harus mengikuti pelajaran agama yang tidak saya yakini.

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya agar dapat menyetarakan bagi kehidupan para

penghayat dan para pemeluk agama yang sudah diakui oleh negara,

sehingga menimbulkan ketentraman dan kesejahteraan umat manusia di

Indonesia dan tidak adanya lagi diskriminasi-diskriminasi bagi kelompok

minoritas seperti para penghayat ini. Dan khususnya untuk masalah

pendidikan, kami para penghayat kepercayaan mengharapkan

mendapatkan kurikulum mengenai aliran kepercayaan.

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan para penghayat tentunya akan lebih sejahtera dan lebih

setara dengan warga yang lainnya, walaupun belum sepenuhnya terpenuhi

kebutuhan mereka dengan yang lainnya. Dengan beriringnya waktu para

penghayat akan hidup lebih aman dan nyaman serta tidak adanya

Page 106: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

96

diskriminasi kembali terhadap kami, semua akan hidup bersama dengan

beraneka ragam budaya, suku, agama dan lain-lainnya.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Dengan ini saya apresiatif dengan respons pemerintah dengan

adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, secara tidak langsung kehidupan

para penghayat akan lebih baik lagi untuk ke depannya.

Wawancara dengan Retno

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sangat berterima kasih kepada seluruh hakim yang sudah

mengabulkan permohonan kami yang mengenai pengisian kolom agama

dalam KK dan KTP, dan berterima kasih kepada penghayat yang sudah

memperjuangkan ini yang sampai akhirnya dikabulkan seluruh

permohonan kami.

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahan yang dialami yaitu pada masalah perkawinan, karena

pemerintah tidak mencatatkan akta pernikahan kita di administrasi

kependudukan. Sehingga anak-anak kami sulit mendapatkan akta

kelahiran.

Page 107: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

97

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya pasca adanya keputusan MK adalah untuk selalu

memperhatikan kami sebagai penghayat kepercayaan dan perkenalkan

kami keseluruh masyarakat Indonesia, karena hampir semua masyarakat

belum mengetahui dengan keberadaan penghayat kepercayaan.

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan penghayat kepercayaan akan jauh lebih baik, karena

kami akan mendapatkan hak-hak sipil yang sama seperti agama yang

lainnya. Sehingga dengan adanya keputusan ini akan tidak terjadi kembali

diskriminasi-diskriminasi.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Respons pemerintah sangatlah baik, dan ini adalah sebuah

kemajuan bagi kami sebagai penghayat yang akan terus memperjuangkan

hak-hak sipil kami.

Wawancara dengan Mulo Sitorus

1. Bagaimana tanggapan anda pasca keputusan Mahkamah Konstitusi yang

mengabulkan permohonan mengenai pengisian kolom agama pada KK dan

KTP-el?

Saya sangat senang sekali dengan akhir keputusan MK yang

mengabulkan untuk pengisian kolom agama bagi penghayat kepercayaan.

Page 108: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

98

2. Apa saja permasalahan yang anda dapatkan selama tidak mengisi kolom

agama pada KTP?

Permasalahan yang sering terjadi yaitu pada masalah kesulitan

mendapat pekerjaan, karena sebagian besar syarat untuk masuk atau

melamar pekerjaan yaitu mengisi kolom agama, sedangkan KTP

penghayat kepercayaan distrip yang mengakibatkan sulit mendapat

pekerjaan.

3. Setelah adanya keputusan Mahkamah Konstitusi, apa harapan anda

sebagai penghayat kepercayaan untuk ke depannya?

Harapan saya yaitu kepada pemerintahan Jokowi untuk segara

merealisasikan seluruh keputusan Mahkamah Konstitusi, karena ini semua

yang kami tunggu-tunggu. Segara putuskan dalam pengisian kolom agama

dalam KTP, baik ditulis hanya kepercayaan saja atau ditulis dengan salah

satu nama aliran kepercayaan.

4. Bagaimana masa depan penghayat kepercayaan pasca adanya keputusan

Mahkamah Konstitusi?

Masa depan penghayat kepercayaan tentu akan lebih baik lagi, dan

pasti akan ada semangat baru bagi penghayat kepercayaan.

5. Bagaimana pendapat anda mengenai respons pemerintah terhadap

keputusan MK?

Selama ini respons pemerintah sudah baik dalam menjalankan

tugasnya, dan sekarang kita sebagai penghayat hanya bisa menunggu hasil

baik dari keputusan Mahkamah Konstitusi.

Page 109: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

99

Page 110: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

100

LAMPIRAN VI

FOTO KEGIATAN LAPANGAN

Page 111: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

101

Page 112: RESPONS DAN HARAPAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40332/2/RENALDO... · Pada pidato Pancasila 1 Juni 1945, Soekarno menyebut, “Ketuhanan

102