Upload
tary-brahmantra
View
140
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Dengan
upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi
kurang dari 3%. Penyebaran kuman penyebab diare melalui mulut (oro-fekal), melalui makanan
dan minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita.2
Diare juga masih merupakan masalah utama di negara maju.3 Di Amerika setiap anak
mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun, 9% anak yang dirawat di rumah
sakit dengan diare berusia kurang dari 5 tahun, dan 300-500 anak meninggal setiap tahun. 3 Di
negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 kali
pertahun.4
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara
berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut , termasuk sindroma
malabsorbsi.3 Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.5
Di Indonesia diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama
sehingga menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar
30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan
penyakit diare selain itu juga di pelayanan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam
urutan 10 penyakit terbanyak di populasi. 3,5
Penatalaksanaan diare yang menyeluruh mencakup Lima Lintas Tatalaksana, yaitu:
rehidrasi, dukungan nutrisi, suplementasi zinc, antibiotik selektif, dan edukasi orang tua. Kelima
tatalaksana ini sangat diperlukan untuk menyembuhkan diare, mencegah komplikasi, dan
mencegah berulangnya diare. Sebagai praktisi kesehatan, diperlukan kemampuan yang cukup
untuk mendiagnosis dan menangani diare untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas karena
diare.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau
lendir. Kandungan air di dalam tinja melebihi normal yaitu lebih dari 10 ml/kgBB/hari.
Peningkatan kandungan air dalam tinja adalah akibat adanya gangguan keseimbangan fungsi
usus halus dan usus besar dalam proses absorpsi substrat dan air. Sebagian besar diare
berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease). Hanya 10%
yang berlanjut sampai 14 hari. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut. 2,3
2.1.2 Epidemiologi
Setiap tahun diperkirakan lebih dari 1 milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar
3,5-7 episode per anak per tahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2-5 episode per anak
per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka
kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila
dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Biaya
untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunnya di Inggris
dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.6 Menurut Riskesdas 2007: Diare merupakan
penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.
2
2.1.3 Etiologi
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal 1970 agen
penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang, dengan semakin
berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab dalam 60-80%.3
Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti
Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen
bakteri seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus
E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium,
dan Entamoeba Histolytica.1,3
Penyebab diare pada anak dapat dilihat pada tabel 1.4,7,8 Infeksi usus merupakan
penyebab tersering awitan diare akut yang sporadis. Tabel 2 memperlihatkan jenis patogen
penyebab diare pada diare.4
Table 2.1. Penyebab diare akut
Infeksi
Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)
Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran kemih,
pneumonia)
Obat-obatanAntibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan
Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multiple
Kelainan proses cerna/
absorpsi
Defisiensi enzim sukrase/isomaltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Tertelan logam berat Co, Zn, cat
3
2.1.4 Patofisiologi
Ada beberapa mekanisme patofisiologi yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus
dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik.4
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasif (Vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang
baik di situ, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir),
kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu
mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi
tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus
teregang, kemudian terjadilah diare.4
Bakteri invasif (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasif, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi.
Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam
usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase,
sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli
enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan
sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik.4
Dari beragamnya patogenesis diare tersebut, secara garis besar terdapat 2 mekanisme
dasar terjadinya diare:
Diare osmotik
Didasari oleh adanya nutrien yang tidak terserap, selanjutnya nutrien tersebut
difermentasi di usus besar menghasilkan asam organik dan gas. Asam organik
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal yang menghambat reabsorbsi air
dan elektrolit sehingga terjadi diare.
Diare sekretorik
Pada diare sekretorik terdapat infeksi bakteri yang mampu melepas enterotoksin di dalam
usus. Selanjutnya enterotoksin ini merangsang c-AMP dan c-GMP, akibatnya kapasitas
4
sekresi sel kripte meningkat sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang
berlebihan.
Jenis diare perlu diketahui untuk memudahkan pendekatan etiologi dan tatalaksana.
Untuk menentukan apakah diare yang terjadi adalah jenis sekretorik atau osmotik, puasakan
penderita selama 24 jam (penderita mendapatkan terapi cairan parenteral): bila diare
berkurang/berhenti maka jenis diarenya adalah osmotik, bila diare berlanjut berarti diare
sekretorik.9
2.1.5 Manifestasi Klinis
Anamnesis
Berikut ini adalah hal-hal dasar yang perlu ditanyakan kepada penderita untuk menggali
informasi-informasi untuk kepentingan penegakan diagnosis, yaitu:
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja,
lendir dan/darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tak biasa.
Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil informasi
yang mungkin mengarahkan pada penyakit lain yang presentasi klinisnya mirip dengan diare
akut.4 Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas atau takipneu mengarahkan pada adanya
penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit telinga mungkin merupakan gejala otitis media
akut. Frekuensi berkemih, urgensi, dan nyeri saat berkemih mengarahkan pada pielonefritis.4
Anamnesis yang baik akan memberi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus
melakukan pemeriksaan penunjang.7
Tujuan anamnesis selanjutnya adalah untuk menilai beratnya gejala dan resiko
komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume dan lamanya
5
muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat kehilangan cairan dan gangguan
elektrolit yang terjadi.4
Pemeriksaan fisik
Dibawah ini adalah pemeriksaa-pemeriksaan fisik yang harus dinilai saat kita menjumpai
penderita-penderita yang datang dengan keluhan utama mencret menurut Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, yaitu:
Keadaan umum: kesadaran dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun.
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat
dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang(hipo atau
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi
o Tanda dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
ada, mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, BU normal
Akral hangat
6
o Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilangan cairan 5-10%berat
badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan.
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat.
o Dehidrasi berat ( kehilangan cairan >10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau
lebih tanda tambahan
Keadaan umum lemah, letargi atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
Turgor sangat kurang dan akral dingin
Penderitaharus rawat inap.
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk 2 tujuan utama, mencari tanda- tanda penyakit
penyerta dan memperkirakan derajat dehidrasi.4 Penilaian yang tidak akurat terhadap defisit
cairan dan kehilangan cairan yang terus terjadi merupakan faktor penting penyebab
kesakitan dan kematian pada muntah dan diare akut.4 Gejala dan tanda dehidrasi perlu
ditemukan dan tentukan derajat dehidrasi (tabel 3).
Tabel 2.3Penilaian derajat dehidrasi diare akut menurut WHO
Tanda dan
Gejala
Derajat Dehidrasi
Tanpa Ringan/Sedang Berat
ANAMNESIS
Diare 1-3x 3x atau lebih Terus menerus
banyak
7
Muntah Tidak ada atau
sedikit
Kadang-kadang Biasanya sering
Rasa Haus Tidak ada atau
sedikit
Haus Haus sekali atau
tidak mau minum
Kencing Normal Sedikit, pekat Tidak kencing (6
jam)
Nafsu
makan/aktifitas
Normal Nafsu makan
berkurang, aktifitas
menurun
Nafsu makan
tidak ada, anak
sangat lemas.
PEMERIKSAAN
FISIK
a.Inspeksi
KU Baik Mengantuk/Gelisah Gelisah/tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering
Napas Normal Lebih cepat kering Cepat dan dalam
b. Palpasi
Turgor Kembali cepat Kembali pelan Kembali sangat
pelan (>2 detik)
Nadi Normal Lebih cepat Sangat
cepat/tidak teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
c. Kehilangan
berat badan
Sedikit 5-9% >10%
Kesimpulan 2/lebih gejala:
Dehidrasi (-)
2/lebih gejala:
Dehidrasi ringan
sedang.
2/lebih gejala:
dehidrasi berat
8
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian besar kasus tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi ringan-sedang tidak
diperlukan pemeriksaan penunjang.4 Pada dehidrasi berat perlu dilakukan pemeriksaan
elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula darah dan analisis gas darah.4
Pemeriksaan virologik dan mikrobiologik perlu dilakukan hanya bila hasilnya dapat
digunakan untuk mengganti tata laksana. Adanya darah secara makroskopik dan
mikroskopik mengarah pada Shigella, Campylobacter, atau Enterohemorrhagic Escherichia
coli sp sebagai penyebab.4
Pemeriksaan untuk mendeteksi virus seperti tes antigen rotavirus dapat mengkonfirmasi
penyebab, tetapi tidak mengubah tata laksana. Pemeriksaan antigen Giardia dan apusan feses
untuk telur dan parasit umumnya tidak diperlukan kecuali diare berlanjut lebih dari 10 hari
atau ada riwayat paparan.4
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja
adalah:
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskospis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia: pH, Clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asm basa dan elektrolit.3
9
2.1.7 Penatalaksanaan
Lintas diare: (1) Cairan Rehidrasi Oral, (2) Zinc, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5)
Edukasi.
(1) Rehidrasi Oral
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit osmolaritas rendah diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair
atau berdasarkan usia yaitu umur <1 tahun sebanyak 50-100mL, umur 1-5 tahun
sebanyak 100-200 mL dan umur atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan
rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus tetap diberikan.
Penderita dapat dirawat di rumah kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare frekuensi tinggi dan banyak)
Dehidrasi ringan-sedang
Pada anak dengan diare akut dehidrasi ringan sedang, perlu segera dilakukan upaya
rehidrasi oral (URO).4,7,9 Kandungan natrium dalam cairan rehidrasi oral yang
direkomendasikan oleh WHO adalah 90 mmol/L, yaitu sesuai dengan kandungan natrium
dalam tinja penderitakolera (90-140 mmol/L). Kadar natrium yang direkomendasikan oleh
ESPGHAN (European Society of Pediatric Gastroenterology anad Nutrition) adalah 60-75
mmol/L mengingat kadar natrium dalam tinja penderita rotavirus hanya sekitar 35-45
mmol/L.4
Tata laksana rehidrasi menurut Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia:
Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75mL/kgBB dalam 3
jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/
kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan secara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik.
Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
10
Berat badan 3-10 kg: 200mL/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg:175mL/kgBB/hari
Berat badan >15kg: 135 mL/kgBB/hari
Penderita dipantau di Puskesmas/ Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil
memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.
Tabel 2.4. Pedoman Tata Laksana diare akut berdasarkan derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi
% deficitRehidrasi Penggantian cairan
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)Tidak perlu
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Ringan sedang
(5-10% BB)
CRO 75 ml/kg/3 jam10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Bila berat badan anak tidak diketahui dan/atau untuk memudahkan
di lapangan, berikan oralit “paling sedikit”:
Umur Jumlah oralit
<1 tahun 300mL
1-5 tahun 600 mL
> 5 tahun 1200 mL
Dewasa 2400 mL
Bila rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10 mL/kgBB
setiap BAB
Berikanlah dorongan agar ibu meneruskan ASI
Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan
juga 100-200 mL air masak/susu formula selama masa ini
Berat
(>10% BB)
Cairan intravena segera 100
mL/kgBB cairan Ringer
Laktat (atau NaCL 0,9%)
dibagi sebagai berikut:
Bayi <12 bulan : 30
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
11
mL/kgBB dalam 1 jam
dapat diulang bila nadi
masih lemah dan tidak
teraba, kemudian 70
mL/kgBB dalam 5 jam
Anak >1 tahun : 30
mL/kgBB dalam ½-1 jam
dapat diulang bila nadi
masih lemah dan tidak
teraba, kemudian 70
mL/kgBB dalam 2 ½-3 jam
Nilai kembali penderita tiap 1-
2 jam, bila rehidrasi belum
tercapai, percepat tetesan IV.
Segera berikan oralit (5
mL/kgBB/jam) bila penderita
bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau 3-4 jam
(anak).
Setelah 6 jam (bayi) dan 3 jam
(anak) nilai lagi penderita.
BB=berat badan, CRO=cairan rehidrasi oral
(2) Nutrisi
12
ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya
perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan,
makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-
buahan diberikan terutama pisang.3
Makanan per oral diberikan sesegera mungkin saat kondisi sudah membaik.7
Rekomendasi pemberian makanan secepatnya pada tata laksana diare akut terutama
ditekankan pada meneruskan pemberian ASI dan makanan sehari-hari.4 Hal ini dapat
mencegah terjadinya gangguan gizi, menstimulasi perbaikan usus, dan mengurangi derajat
serta lamanya penyakit.4,6
Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam variasi makanan sebaiknya
diberikan makanan yang seimbang, cukup energi dan mudah dicerna. Karbohidrat kompleks
seperti nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan pisang sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian
ditambahkan sayuran dan daging matang.4 Makanan yang perlu dihindari adalah yang
mengandung gula sederhana seperti minuman ringan (soft drink), jus buah kental, minuman
mengandung kafein, dan sereal yang dilapisi gula.4 Berikan makanan yang mudah dicerna,
rendah serat, dan tidak merangsang.
(3) Antibiotik yang tepat
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus dan
menyebabkan pertumbuhan Clostridium difficile sehingga diare sulit disembuhkan. Selain
itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap
antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai data publikasi yang dipakai saat
ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua
antibiotik tersebut sudah resisten, maka lini ketiga adalah sefiksim.
Antiparasit diberikan metronidazol sebanyak 50mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan
obat pilihan untuk amuba vegetative.
13
Penggunaan antibiotik tidak efektif pada infeksi virus dan hanya terindikasi pada
keadaan tertentu antara lain : (1)patogen telah teridentifikasi, (2)bayi atau anak dengan defek
imun, (3)terapi terhadap kolera, (4)bayi kurang dari 3 bulan dengan biakan tinja positif.4
Pada tersangka kolera diberikan:
Umur > 7 tahun : Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-3 hari
Semua umur : Trimetoprim (TMP) 8 mg/kgBB/hari – Sulfamethoxazole (SMX) 40
mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 2-3 hari
Pada disentri diberikan:
Anak-anak : Trimetoprim (TMP) 10 mg/kgBB/hari – Sulfamethoxazole (SMX) 50
mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 5 hari, atau Ampisilin 50 mg/kgBB/hari,
dibagi 4 dosis selama 5 hari
Bayi: Eritromisin 25 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis, selama 3 hari
Pada giardiasis diberikan:
Metronidazole 30-50 mg/kgBB dibagi 3 dosis sehari
Diare pada bayi di bawah 3 bulan:
Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan
Obat pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu diberikan
(4) Seng/Zinc.
Zinc telah dikenali berperan di dalam metallo-enzymes, polyribosomes, selaput sel, dan
fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan, disamping
itu zinc merupakan kofaktor enzim khususnya enzim superoxide dismutase yang berperan
dalam menetralkan radikal bebas, mampu menghambat sintesis Nitric Oxide (NO), yang
pada akhirnya menyebabkan sekresi air dan elektrolit, berperan dalam penguatan sistem
imun, berperan dalam aktivasi limfosit T, serta berperan dalam menjaga keutuhan epitel
usus. 3,4,6,9
14
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari
(5) Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Orang tua dan pengasuh
diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar. Disamping itu, orang tua diberitahu untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Langkah promotif/preventif:
Pemberian ASI eksklusif tetap diberikan sampai usia 6 bulan
Sterilisasi botol susu yaitu dengan dicuci air panas
Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih
Gunakan air bersih dan matang untuk minum
Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makanan
Membuang tinja di jamban
Imunisasi lengkap
Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik
ASI, susu formula, dan makanan harus dilanjutkan selama diare
2.1.8 Prognosis
Di negara berkembang, dengan manajemen yang lebih baik, prognosisnya sangat baik.
Kematian sebagian besar disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi sekunder. Apabila
dirawat di rumah sakit dan diberikan suplemen nutrisi parenteral prognosisnya bisa lebih
baik. Neonatus dan infant muda merupakan kelompok yang beresiko terjadinya sindrom
dehidrasi, malnutrisi, dan malabsorpsi. Meskipun angka kematian rendah di negara
berkembang, anak-anak dapat meninggal karena komplikasi yang ada.3,4
15
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas penderita
Nama : GNRA
Tempat/ tanggal lahir : Gianyar / 16 Agustus 2012
Umur : 1 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Selat Samplangan, Gianyar
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal MRS : 7 Januari 2014
Tanggal Pemeriksaan : 7 Januari 2014
3.2 Heteroanamnesis (Ibu dan Ayah)
Keluhan Utama
Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IRD RSUD Sanjiwani, pada hari selasa 7 januari 2014 pukul 14.30 wita.
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (4 Januari 2014).
Mencret terjadi secara tiba-tiba, satu hari setelah pasien makan mie kuah yang dibeli dari
pedagang kaki lima di depan rumahnya. Mencret dikatakan kira-kira lebih dari 10 kali per hari.
Volume setiap kali mencret kurang lebih 1/2 gelas. Feses dikatakan berwarna kecoklatan, encer,
mengandung sedikit ampas, tidak mengandung lendir, tidak berdarah, dan berbau busuk. Setiap
kali akan mencret pasien meringis kesakitan.
16
Selain mencret pasien juga dikatakan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (5
Januari 2014). Muntah dikatakan kira-kira 3 kali per hari. Muntahan tersebut dikatakan berisi
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Volume setiap kali muntah kurang lebih 1 gelas aqua.
Keluhan lain yang dikatakan oleh orangtua pasien adalah badan panas. Keluhan badan
panas tersebut dikatakan timbul sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (6 Januari 2014). Panas
badan tidak diukur oleh orangtua pasien menggunakan termometer. Panas dikatakan mendadak
tinggi, lalu sempat turun setelah minum obat penurun panas, tetapi kemudian panas naik lagi.
Makan dan minum dikatakan berkurang sejak pasien sakit. Buang air kecil dikatakan
baik, 2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien dikatakan sempat buang air kecil dengan warna
urin yang jernih. Keluhan batuk dan pilek disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu dan Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengalami keluhan mencret sebelumnya. Oleh karena mencret
tidak berhenti, orang tua pasien langsung membawa pasien ke RSUD Sanjiwani Gianyar untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasien hanya
sempat memberikan obat sirup penurun panas untuk mengatasi panas badan pasien.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Dalam keluarga orang tua pasien juga mengalami keluhan yang sama, orang tua pasien
mengatakan juga mengkonsumsi mie yang sama di konsumsi oleh pasien. Dalam anggota
keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, kanker, TB, gangguan
jantung, asma, kejang, ataupun penyakit metabolik.
Riwayat persalinan
Pasien lahir spontan di RSUD Sanjiwani Gianyar ditolong oleh dokter spesialis. Lahir
cukup bulan dengan berat lahir 3700 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala dikatakan lupa,
dan langsung menangis.
Riwayat imunisasi:
Riwayat Imunisasi dasar yang sudah dilakukan oleh pasien, yaitu BCG, Polio 4 kali,
Hepatitis B 4 kali, DPT 3 kali, dan Campak 1 kali.
17
Riwayat nutrisi:
ASI eksklusif : 0 sampai 6 bulan, dengan frekuensi 12 kali per hari
Susu formula : sejak usia 5 bulan-sekarang dengan frekuensi 7x/hari
Bubur susu : sejak usia 5 bulan dengan frekuensi 1 kali per hari
Nasi tim : sejak usia 11 bulan dengan frekuensi 2 kali per hari
Makanan dewasa : sejak usia 12 bulan dengan frekuensi 3 kali per hari
Riwayat tumbuh kembang
Pada saat dirawat evaluasi tumbuh kembang berdasarkan laporan dari ibu pasien dapat
menegakkan kepala pada usia 3 bulan, membalik badan pada usia 5 bulan, merangkak 8 bulan,
berdiri pada usia 10 bulan, berjalan pada usia 13 bulan, dan bicara pada usia14 bulan.
Riwayat Alergi
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi.
3.3 Pemeriksaan fisik
Status Present
Keadaan umum : kesan sakit sedang
Kesadaran : E4M4V4
Nadi : 124 kali/ menit, reguler, teratur
Respirasi rate : 32 kali/ menit, thoracal abdominal
Tempt axilla : 37.2 C
Status Gizi
Berat Badan : 10,7 kg
BBI : 9,5 kg
Panjang Badan : 75 cm
Lingkar Kepala : 45 cm
Lingkar Lengan Atas : 15,5 cm
18
Status gizi menurut WHO anthro
BB/TB : 1,40
BB/U : 0,02
TB/U : -2,27
LK/U : -1,63
LL/U : 0,60
Status gizi menurut waterlow
10,7 x100% = 112 % (gizi lebih) 9,5
Status generalis
Kepala : normocepali
Mata : konjungtiva pucat (-) , ikterus (-) , RP +/+ isokor, cekung +/+, air mata +/+
THT :
Telinga : sekret (-)
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-), sianosis (-)
Tenggorok : faring: Hiperemis (-)
tonsil: T1/T1 Hiperemis (-)
Lidah : kotor (-) sianosis (-)
Bibir : mukosa kering (+)
Leher : pembesaran kelenjar (-)
Thoraks :
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler mur-mur (-)
19
Paru-paru
Inspeksi : bentuk torak simetris, gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Auskultasi : broncho vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Aksila : pembesaran kelenjar (-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Palpasi : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Turgor kembali lambat
Genitalia : tidak ada kelainan
Inguinal : pembesaran kelenjar (-), anal eritema (-)
Ekstremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-) CRT < 2 detik
3.4 Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan gula darah sewaktu pada tanggal
07/01/2014, ditemukan hasil seperti berikut:
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap (07/01/14)
No Parameter Hasil Nilai Rujukan
1 WBC
- LYM%
-MO%
-GRA%
-LYM#
-MON#
6,6
44,3 H
14,1
41,6 L
2,9
0,9
3,6-11,0
25,0-40,0
0,0-14,0
50,0-70,0
1,0-4,4
0,0-1,5
20
-GRA# 2,7 1,8-7,7
2 RBC 5,28 4,4-5,9
3 HGB 11,1 L 13,2-17,3
4 HCT 36,0 L 40,0-52,0
5 MCV 68,1 L 84,0-96,0
6 MCH 21,0 L 28,0-34,0
7 MCHC 30,8 L 32,0-36,0
8 RDW 14,1 11,5-14,5
9 THR 320 150-440
10 MPV 7,6 9,0-13,0
Hasil Pemeriksaan Elektrolit (07/01/14)
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Natrium 135-155 mmol/L 136
Kalium 3,6-5,5 mmol/L 4,0
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (07/01/14)
Jenis Pemeriksaan Hasil
Gula darah sewaktu 68 mg/dl
3.5 Diagnosis klinis
Diare akut dehidrasi ringan-sedang (terhidrasi) + gizi lebih
3.6 Penatalaksanaan
Terapi
- IFVD RL 40 tpm selama 4 jam pertama, setelah itu lanjut 20 tpm
- Sanmol syr 3 x 1 cth
- Interzinc 1 x 1 cth
- L Bio 2 x 1 sachet
21
Monitoring
- Vital sign
- Balance cairan
- Derajat dehidrasi
3.7 Follow Up
Tanggal S.O. A. P.
Rabu, 8 Januari 2014
S: Mencret (+) encer kehijauan 4x/hari,Panas (+) Batuk (+) Pilek (+)Muntah (-), BAK (+)
O:Status present
HR: 120 x/menitRR: 40 x/menitT’ax: 36,6 °C
Status general:Kepala
- Inspeksi :Normocephali- Palpasi :Ubun-ubun besar cekungMata : anemia (-/-), Ikterus (-/-), Refleks
pupil (+/+) isokor edema (-/-), mata cowong (+/+), air mata (+/+)
THT :- Telinga Inspeksi: dalam batas normal- Hidung Inspeksi: napas cuping
hidung (-), secret(-), sianosis (-)- Tenggorokan Inspeksi: Lidah
Sianosis (-), bibir kering (-) Faring hyperemia(+), tonsil T1/T1 hyperemia (-/-)
LeherInspeksi : benjolan (-) bendungan vena
jugularis (-)Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Kaku kuduk (-)Thoraks
JantungInspeksi : iktus kordis normalPalpasi : thrill (-)
A:Diare akut dehidrasi
ringan sedang + gizi
lebih
P:- RL 40 tpm selama 4 jam
pertama, setelah itu lanjut 20 tpm
- Interzinc 1 x 1 cth- L- Bio 2 x 1 sachet- Sanmol syr prn
22
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur ( - )
ParuInspeksi : gerakan dada simetris, retraksi
subcostal (-)Palpasi : gerakan dada simetrisPerkusi : Perkusi paru sonor, batas
jantung paru db normalAuskultasi : bronchovesiculer +/+ ,
Rhales -/-, Wheezing -/-Abdomen
Inspeksi : Distensi ( - )Auskultasi : Bising Usus (+) meningkatPalpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak
terabaTurgor : normal
Genital : eritema natum (-)Ekstremitas
Inspeksi : NormalPalpasi : Akral hangat (+)Tenaga : PositifTonus : PositifCRT : < 2 detik
Kamis, 9 Januari 2014
S: Mencret (+) 2x/hari sedikit encer kekuningan panas (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-), BAK (+)
O:Status present
HR: 120 x/menitRR: 38 x/menitT’ax: 36,5 °C
Status general:Kepala
- Inspeksi :Normocephali- Palpasi :Ubun-ubun besar datarMata : anemia (-/-), Ikterus (-/-), Refleks
pupil (+/+) isokor edema (-/-), mata cowong (-/-), air mata (+/+)
THT : - Telinga Inspeksi: dalam batas normal- Hidung Inspeksi: napas cuping
hidung (-), secret(+), sianosis (-)- Tenggorokan Inspeksi: Lidah
A:Diare akut dehidrasi ringan sedang + gizi lebih
P:- RL 40 tpm selama 4 jam
pertama, setelah itu lanjut 20 tpm
- Interzinc 1 x 1 cth- L- Bio 1 x 1 sachet- Sanmol syr prn- Pasien bisa rawat jalan
23
Sianosis (-), bibir kering (-) Faring hyperemia(-), tonsil T1/T1 hyperemia (-/-)
LeherInspeksi : benjolan (-) bendungan vena
jugularis (-) Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Kaku kuduk (-)Thoraks
JantungInspeksi : iktus kordis normalPalpasi : thrill (-)Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (
- ) Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi subcostal (-)
Palpasi : gerakan dada simetrisPerkusi : Perkusi paru sonor, batas
jantung paru db normalAuskultasi : bronchovesiculer +/+ , Rhales
-/-, Wheezing -/-Abdomen
Inspeksi : Distensi ( - )Auskultasi : Bising Usus (+) sedikit
meningkatPalpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak
terabaTurgor : normal
Genital : eritema natum (-)Ekstremitas
Inspeksi : NormalPalpasi : Akral hangat (+)Tenaga : PositifTonus : PositifCRT : < 2 detik
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir.
Pada pasien ini memenuhi kriteria definisi diare karena didapatkan keluhan mencret dikatakan
terus menerus sepanjang hari dengan frekuensi mencapai 10 kali per hari. Volume setiap kali
mencret dikatakan sekitar 1/2 gelas aqua. Feses dikatakan berwarna kecoklatan, encer,
mengandung sedikit ampas, tidak mengandung lendir, tidak berdarah, dan berbau busuk.
Pasien mengalami mencret 4 hari sebelum masuk rumah sakit (4 Januari 2014). Hal ini
sesuai dengan definisi diare akut karena diare pada pasien ini berlangsung kurang dari 14 hari.
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kriteria WHO ataupun MTBS. Tabel
berikut menyajikan perbandingan tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang menurut WHO dan
MTBS dengan tanda dan gejala dehidrasi yang ada pada pasien ini.
Perbandingan Tanda dan Gejala Dehidrasi menurut WHO dengan Tanda dan Gejala
Dehidrasi pada Pasien
Parameter Tanda dan Gejala
Dehidrasi Ringan Sedang
menurut WHO
Tanda dan Gejala
Dehidrasi Ringan Sedang
pada Pasien
Anamnesis
Diare 3x atau lebih ± 10 kali / hari
Muntah Kadang-kadang Kadang-kadang
Rasa haus Haus Haus
Kencing Sedikit, pekat Normal
Nafsu makan/aktivitas Nafsu makan berkurang,
aktivitas menurun
Nafsu makan berkurang
Pemeriksaan Fisis
a. Inspeksi
KU Mengantuk/gelisah Gelisah, rewel
Mata Cekung Cekung
Air mata Tidak ada Ada
25
Mulut/lidah Kering Basah
Napas Lebih cepat Lebih cepat
b. Palpasi
Turgor Kembali pelan Kembali pelan
Nadi Lebih cepat Lebih cepat
Ubun-Ubun Cekung Cekung
c. Kehilangan berat
badan
5-9% -
Kesimpulan 2 atau lebih gejala :
Dehidrasi Ringan Sedang
Pada pasien ini terdapat lebih dari 2 gejala yang sesuai dengan kriteria diare ringan
sedang menurut WHO yaitu diare > 3 kali dalam sehari, muntah, haus, nafsu makan berkurang,
keadaan umum rewel, dan mata cekung
Perbandingan Tanda dan Gejala Dehidrasi menurut MTBS dengan Tanda dan Gejala
Dehidrasi pada Pasien
Tanda dan Gejala dehidrasi Ringan Sedang
menurut MTBS
Tanda dan Gejala Dehidrasi Ringan Sedang
pada PasienGelisah, rewel/mudah marah RewelMata cekung Mata cekungHaus, minum dengan lahap HausCubitan kulit perut kembali lambat
Cubitan perut kembali lambat
Pada pasien ini terdapat lebih dari 2 gejala yang sesuai dengan kriteria diare ringan
sedang menurut MTBS yaitu rewel, mata cekung, dan haus.
Penyebab tersering diare akut pada anak dibawah 2 tahun adalah virus, terutama
rotavirus. Menurut Soeparto dkk, gejala diare yang disebabkan oleh rotavirus adalah sebagai
berikut : sesudah masa inkubasi 2-3 hari, mulai muncul secara mendadak gejala muntah-muntah
(hampir 100%) dan panas yang tidak terlalu tinggi (lebih dari 75%). Sering disertai kejang perut
dan disusul dengan diare berupa air yang hebat yang dapat menimbulkan dehidrasi dengan
26
asidosis metabolic dan gangguan keseimbangan elektrolit, kolon tidak terkena. Biasanya akan
sembuh dengan sendirinya (self limited) setelah 1 minggu-10 hari. dalam pemerikaan, tinja tidak
menunjukkan adanya leukosit, tapi sampai dengan 10% dapat menunjukkan adanya hematosesia
atau darah okul, namun pada EM terlihat adanya partikel – partikel virus dalam jumlah yang
banyak.3
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan penurunan kadar hemoglobin, namun masih
dalam batas normal berdasarkan kriteria kadar hemoglobin menurut usia. Berdasarkan WHO
kadar hemoglobin anak umur 6 bulan-6 tahun adalah 11 g/dL Pada pemeriksaan elektrolit juga
tidak didapatkan kelebihan ataupun kekurangan elektrolit. Pemeriksaan feses lengkap untuk
mengetahui atau menyingkirkan etiologi parasit disarankan pada kasus ini namun belum
dilakukan.
Pada diare akut dehidrasi ringan sedang, penatalaksanaan yang diberikan adalah
memberikan rehidrasi oral (URO) dengan larutan oralit osmolaritas rendah. Oralit diberikan
dengan mengalikan berat badan (kg) dengan 75 mL, diberikan dalam 3 jam pertama. Bila
rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10 mL/kgBB setiap BAB.1,2 Pasien saat datang
dalam kondisi dehidrasi ringan-sedang, serta sulit untuk makan dan minum. Penatalaksanaan
yang dilakukan dalam kondisi ini, pasien disarankan untuk MRS, diberikan cairan secara
parenteral yaitu RL 40 tpm selama 4 jam pertama, kemudian lanjut 20 tpm. Pemberian probiotik
pada kasus ini yaitu L-Bio bertujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan
imunitas saluran gastrointestinal.5 Pemberian probiotik pada penatalaksanaan diare akut dapat
dipertimbangkan namun tidak boleh menggantikan cairan rehidrasi oral sebagai terapi utama.
Pemberian interzinc dalam kasus diare merupakan hal yang penting karena zinc dapat
meningkatkan penyerapan air dan elektrolit, meningkatkan regenerasi epitel usus, meningkatkan
kadar enzim brush border, dan meningkatkan respon kekebalan tubuh sehingga proses clearance
terhadap agen infeksi lebih baik. Zinc juga berperan penting dalam mengurangi risiko,
keparahan, dan durasi terjadinya diare.
Tatalaksana diare akut dehidrasi ringan sedang menurut WHO, ketika pasien datang ke
rumah sakit, yang kita lakukan pertama kali adalah pemberian Upaya Rehidrasi Oral (URO)
yaitu pemberian cairan hiperosmolar seperti oralit. Oralit diberikan 75 ml/kgBB dihabiskan
dalam 3-4 jam. apabila tidak dapat diberikan oralit, misalnya pada keadaan pasien muntah terus
menerus, bisa diberikan cairan melalui infus, dengan perhitungan : 70 ml/kgBB selama 5 jam,
27
observasi tiap 30 menit, jika sudah terehidrasi (pasien sudah kencing), pemberian cairan dapat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan cairan pasien (kebutuhan cairan menurut Holiday Segar).
Pada pasien ini tidak dapat diberikan URO karena pasien muntah terus menerus. Karena
pemberian URO tidak sesuai target, diputuskan untuk menggunakan infuse Ringer laktat 40 tetes
makro permenit. Keesokan harinya, kemudian diturukan menjadi dosis maintenance 20 tetes
makro permenit. Apabila mengikuti hitungan cairan menurut WHO, jumlah cairan/ tetesan yang
diberikan adalah sebagai berikut : 70 ml x 10,7 kg = 749 ml ~ 83 tetes makro permenit selama 3
jam). Karena berat badan pasien 10,7 kg, kebutuhan cairan menurut Holiday Segar adalah 10,7 x
100 = 1070 ml perhari. Cairan maintenance untuk pasien ini adalah 17 tetes makro permenit
selama 21 jam. Keesokan harinya diberikan cairan yang sama, sesui kebutuhan cairan pasien
yaitu 1070 ml perhari ~ 24 tetes makro permenit selama 24 jam.
WHO pada tahun 2004 telah merekomendasikan 5 langkah untuk tata laksana diare, yaitu
penggunaan oralit untuk rehidrasi pada diare dengan tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan
sedang. Dukungan nutrisi dengan melanjutkan ASI dan makanan selama diare. Suplementasi
zinc 10 mg untuk anak usia dibawah 6 bulan dan 20 mg untuk anak usia diatas 6 bulan setiap
hari selama 10-14 hari. Penggunaan antibiotika yang selektif dan menghindari penggunaan obat
anti diare. Terakhir edukasi yaitu nasehat kepada ibu dan orang tua agar selama diare cairan dan
makanan diteruskan, dan pasca diare terus ditingkatkan.7
Pada pasien ini telah diupayakan untuk melakukan terapi berlandaskan 5 lintas diare.
Pemberian oralit, pemberian zinc telah dilaksanakan dari tahap awal di Unit Gawat Darurat.
Pemberian L-Bio sebagai prebiotik untuk pertahanan usus, dapat membantu meredakan gejala
diare. Terapi simptomatik seperti pemberian paracetamol untuk demam dan decubal untuk ruam
popok juga diberikan. Pemberian antibiotika masih menjadi kontroversi karena mengingat
pemberian antibiotika harus selektif pada pasien diare. karena belum ada indikasi seperti diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan memperpanjang durasi diare
karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan menyebabkan diare sulit disembuhkan,
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak
perlu. Nasihat yang diberikan adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti
mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan untuk mengurangi transmisi fecal-oral.
Memasak sampai matang air yang diminum, daging, telur, dan olahan lainnya.
28
BAB V
SIMPULAN
1. Diare adalah suatu keadaan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau
lendir
2. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
3. Tata laksana diare mencakup 5 lintas diare yaitu penggunaan oralit untuk rehidrasi pada
diare dengan tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang. Dukungan nutrisi dengan
melanjutkan ASI dan makanan selama diare. Suplementasi zinc 10 mg untuk anak usia
dibawah 6 bulan dan 20 mg untuk anak usia diatas 6 bulan setiap hari selama 10-14 hari.
Penggunaan antibiotika yang selektif dan menghindari penggunaan obat anti diare.
Terakhir edukasi yaitu nasehat kepada ibu dan orang tua agar selama diare cairan dan
makanan diteruskan, dan pasca diare terus ditingkatkan.
4. Pada pasien ini didiagnosis diare akut dehidrasi ringan sedang + gizi lebih karena
memenuhi kriteria definisi diare akut dan kriteria dehidrasi ringan sedang
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. 16th ed. Philadelphia: W.B Saunders
Company, 2000. p.765-768.
2. Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review
Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara, Kesehatan Juni 2007; 1-10
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis : Diare Akut. 2010. Jilid 1. p. 58-62.
3. Christopher D, Mathurasn S, Consultants RC, W.B Greenough III, Ronald K, William JK, et al.
The Management of Acute Diarrhea in Children: Oral Rehydration, Maintenance, and
Nutritional Therapy. MMWR 1992; 41
4. Anonymous. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional
DR.Cipto Mangunkusumo. 2007
5. Diare Pada Anak, Bagaimana Menanganinya? [internet] 2009. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
[diupdate 4 Maret 2011; diakses 18 Februari 2012]. Diakses dari:
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1987415145752
6. IGN Sanjaya, Sudaryat S, I Ketut NA. Effect of Probiotic Supplementation on Acute Diarrhea in
Infants: A Randomized double blind clinical trial. Paediatrica Indonesiana ed July 2007. Vol.47.
p.172-177
7. Oliver Fontaine. Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health
Organization. Evidence for The Safety and Efficacy of Zinc Supplementation in The
Management of Diarrhea. Presenting in Konika XIV 14, Surabaya. Sari Pediatri edisi Juni 2008.
Vol.10. hal.14-20
8. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2011. RSUP
Sanglah; Denpasar.
30