21
RESPONSI KASUS NICU BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN BAYI KURANG BULAN (BKB) Oleh Estry Mardhiah P. H1A007018 Pembimbing : dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A

Responsi Kasus Nicu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Responsi Kasus Nicu

RESPONSI KASUS NICU

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

DENGAN BAYI KURANG BULAN (BKB)

Oleh

Estry Mardhiah P.

H1A007018

Pembimbing :

dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

DI SMF ANAK RSUP NTB

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 2: Responsi Kasus Nicu

2013

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : By. M

Tanggal/jam lahir : 28-01-2013/ 02.45 wita

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 0 hari (Hari pertama)

Alamat : Prampuan, Labuapi

Status : Anak Kandung

No. RM : 503515

Bapak Ibu

Nama Tn. F Ny. M

Umur 27 tahun 21 tahun

Pendidikan/berapa tahun SD SD

Pekerjaan Pedagang Ibu rumah tangga

Tanggal MRS : 28 Januari 2013

Diagnosis MRS : BBLR + Prematur

II. Keluhan Utama : Berat lahir rendah

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IRD RSUP NTB rujukan RSUD Bhayangkara dengan BBLR

dan prematur. Pasien lahir di RSUD Bhayangkara pagi ini pada pk 02.45

(28/01/2013) dengan berat lahir 1900 gram, panjang badan 35 cm, A-S 6-8, dan

anus (+), bayi lahir kurang bulan dimana menurut pengakuan ibu kehamilannya

baru berusia sekitar 7 bulan. Gerakan bayi aktif, bayi tidak tampak biru, menangis

(+), sesak (-), muntah (-).

IV. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga ibu,terdapat riwayat lahir prematur dengan berat lahir rendah.

V. Riwayat Pengobatan

Pasien mendapat injeksi vitamin K 1 mg di RSUD Bhayangkara.

Page 3: Responsi Kasus Nicu

VI. Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu mengaku ini kehamilannya yang ketiga. Ibu pasien tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan atau jamu selama kehamilan. Riwayat sakit kuning,

hipertensi, asma kencing manis selama hamil disangkal pasien. ibu pasien rajin ke

posyandu untuk memeriksa kehamilan, suntik tetanus 2 kali. Hari pertama haid

terakhir tanggal 13-06-2012 dengan taksiran persalinan pada tanggal 20-03-2013.

VII. Riwayat Persalinan

Pasien lahir kurang bulan (UK 31-32 minggu), secara spontan pada tanggal 28

Januari 2013 pukul 02.45. Pasien langsung menangis dengan AS : 7-9. Jenis

kelamin laki-laki,berat badan lahir 1900 gram, panjang badan 35 cm, lingkar

kepala 29 cm, anus (+).

Pada 2 kali persalinan sebelumnya, ibu juga melahirkan kurang bulan dengan

bayi lahir meninggal. Anak pertama lahir di RSUP NTB dengan kehamilan sekitar

7 bulan, lahir meninggal. Anak kedua lahir di RSP3 Gerung dengan usia

kehamilan sekitar 6 bulan, lahir meninggal juga.

VIII. Riwayat Imunisasi

Pasien belum mendapat imunisasi HB.

IX. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : waspada

1. Vital sign :

HR : 140 x/menit

RR : 40 x/menit

T : 36,7oC

2. Menilai pertumbuhan :

- Berat badan : 1900 gram

- Panjang badan : 35 cm

- Lingkar kepala : 29 cm

3. Penampakan umum

- Aktivitas : bergerak aktif

- Warna kulit : kemerahan pada seluruh tubuh

- Cacat bawaaan : (-)

Page 4: Responsi Kasus Nicu

4. Kepala

Bentuk kepala normal, simetris, bulat, ubun-ubun besar terpisah teraba datar,

sutura normal, lecet (-), cephal hematome (-), tanda-tanda infeksi/peradangan

(-).

5. Leher

Hematom (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher pendek (-), kulit leher longgar

(-).

6. Muka

- Mata : anemia (-/-), ikterus (+/+), RP (+/+) isokor, cowong (-/-)

- Hidung : pesek (+), nafas cuping hidung (-/-)

- Telinga : deformitas (-/-), otore (-)

7. Thoraks

- Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi (-), kulit kemerahan, nafas

teratur

- Palpasi : Ketertinggalan gerak nafas -/-

- Perkusi : sonor +/+

- Auskultasi : bronkovesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-

8. Jantung

S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

9. Abdomen

- Inspeksi : distensi (-), kelainan kongenital (-), kekuningan (-)

- Auskultasi : BU (+) N

- Perkusi : timpani (+)

- Palpasi : massa (-), organomegali (-), supel (+), turgor kulit normal

10. Umbilikus

Bentuk normal, oedema (-), kemerahan(-), hernia umbilikalis (-)

11. Genitalia : normal

12. Anorektal : normal

13. Ekstremitas :

Deformitas (-), fraktur (-), kekuningan(-), kelainan kongenital (-), oedema(-),

akral hangat (+)

14. Tulang belakang dan pinggul : dalam batas normal

Page 5: Responsi Kasus Nicu

15. Kulit : kemerahan

X. Pemeriksaan Neurologi

- Tonus otot normal

- Refleks : sucking (+), moro (-)

- Kaku kuduk (-)

XI. Pemeriksaan Penunjang

GDS stik : 465 mg%

HB : 12,1

RBC : 3,33

HCT : 35,2

WBC : 13,06

PLT : 317

XII. Diagnosis Kerja

BBLR dengan BKB

XIII. Rencana Terapi

- IVFD D10%

Kebutuhan cairan : 80 cc x 1,90kg = 152 cc/hari ∞ 6,33 tpm

- Ampicillin 2x100 mg

- Gentamisin 1x10 mg

- Rawat di dalam inkubator

- Usulan pemeriksaan : DL, GDS

XIV. Resume Pasien

Pasien bayi laki-laki umur 0 hari datang ke RSUP NTB dengan rujukan dari

RSUD Bhayangkara, dikeluhkan berat lahir rendah dan lahir prematur. Pasien

lahir di RSUD Bhayangkara pk 02.45 (28/01/2013) dengan berat lahir 1900 gram,

panjang badan 35 cm, A-S 6-8, dan anus (+). Usia kehamilan berdasarkan HPHT

adalah 31-32 mingu. Gerakan bayi aktif, bayi tidak tampak biru, sesak (-), muntah

Page 6: Responsi Kasus Nicu

(-). Terdapat riwayat lahir prematur dari keluarga ibu. Pasien merupakan anak

ketiga dimana pada kehamilan pertama dan kedua, bayi lahir kurang bulan dan

meninggal saat lahir.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU sedang, HR 140x/menit, RR 40x/menit,

suhu 36,7oC, kulit tampak kemerahan dan tidak terlihat kuning, dan turgor kulit

normal.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maka pasien didiagnosa dengan BBLR dan

BKB. Rencana terapi berupa pemberian cairan parenteral, antobiotik, serta

pemberian ASI apabila ibu sudah dapat dipulangkan dari RSUD Bhayangkara.

Usulan pemeriksaan berupa pemeriksan DL, dan GDS.

FOLLOW UP

Tgl S O A P

28/01/13

Demam (-),

Kejang (-),

muntah (-),

tampak kebiruan

(-), menangis(+),

gerak aktif (+),

belum menyusui

KU: lemah

HR:140x/mnt

RR:40x/mnt

T:36,7oC

BB : 1900 g

GDS : 465

mg/dl

BBLR, BKB

IVFD D10% 8 tpm

O2 nasal kanul 1

lpm

Ampicillin 2x100

mg

Gentamisin 1x10

mg

Rawat di dalam

inkubator

Usulan

pemeriksaan : DL,

GDS

29/01/13 Menangis(+),

muntah (-),

mencret (-),

bergerak aktif (+),

demam (-), puasa

(+)

KU: sedang

HR:140x/mnt

RR:48x/mnt

T:37,2oC

BB : 1580 g

GDS stick :

BBLR, BKB IVFD D10% 6 tpm

O2 nasal kanul 1

lpm

Benutrion 15,8 cc

0,65 tpm

Ampicillin 2x100

mg

Page 7: Responsi Kasus Nicu

89 mg/dl

SpO2 : 86%

Gentamisin 1x10

mg

Rawat di dalam

inkubator

30/01/13

Menangis(+),

muntah (-),

mencret (-),

bergerak aktif (+),

demam (-), puasa

(+), tampak

kuning

KU: sedang

HR:140x/mnt

RR:50x/mnt

T:37,2oC

Ikterus

Kremer I

BB : 1510 g

GDS stick :

60 mg/dl

SpO2 90%

BBLR, BKB

Ikterus

Neonatorum

IVFD D10% 5 tpm

O2 nasal kanul 1

lpm

Benutrion 30 cc

1,2 tpm

Ampicillin 2x100

mg

Gentamisin 1x10

mg

Rawat di dalam

incubator

Foto terapi

31/01/13

Menangis(+)

lemah, muntah (-),

mencret (-),

bergerak aktif (+),

demam (-), puasa

(+), tampak

kuning (+)

KU: sedang

HR:140x/mnt

RR:50x/mnt

T:38,2oC

Ikterus

Kremer I

BB : 1460 g

GDS stick :

70 mg/dl

SpO2 : 98%

BBLR, BKB

Ikterus

Neonatorum

IVFD D10% 5 tpm

O2 nasal kanul 1

lpm

Benutrion 44,4 cc

1,85 tpm

Ampicillin 2x100

mg

Gentamisin 1x10

mg

Rawat di dalam

incubator

Foto terapi

Page 8: Responsi Kasus Nicu

01/02/13

Menangis(+)

lemah, muntah (-),

mencret (-),

bergerak aktif (+),

demam (-), puasa

(+)

KU: sedang

HR:140x/mnt

RR:38x/mnt

T:36,4oC

Ikterus

Kremer I

BB : 1480 g

GDS stick :

148 mg/dl

SpO2 : 94%

BBLR, BKB

Ikterus

Neonatorum

IVFD D10% 7 tpm

O2 nasal kanul 1

lpm

Benutrion 59,2 cc

2,46 tpm

Ampicillin 2x100

mg

Gentamisin 1x10

mg

Rawat di dalam

incubator

Foto terapi

02/02/13

Menangis(+)

lemah, muntah (-),

mencret (-),

bergerak aktif (+),

demam (-)

KU: sedang

HR:140x/mnt

RR:44x/mnt

T:36,5oC

Ikterus

Kremer I

BB : 1480 g

GDS stick :

148 mg/dl

SpO2 : 94%

BBLR, BKB

Ikterus

Neonatorum

IVFD D10% 6 tpm

O2 nasal kanul 1

lpm

Benutrion 74 cc

3,083 tpm

Ampicillin 2x100

mg

Gentamisin 1x10

mg

Rawat di dalam

incubator

Foto terapi

Page 9: Responsi Kasus Nicu

DAFTAR PERMASALAHAN

Permasalahan yang ditemukan dalam kasus ini yaitu :

BBLR,BKB

Gangguan Nafas dan gangguan minum

Ketidakstabilan Gula Darah

Icterus Neonatorum

ANALISA KASUS

BBLR dan BKB

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Pada pasien ini,

didapatkan berat badan lahir adalah 1900 gram, sehingga dapat didiagnosis

dengan BBLR.

Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat

dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

Prematuritas murni : Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya

sesuai dengan berat badanuntuk masa gestasi itu atau biasa disebut bayi

kurang bulan-sesuai masakehamilan (BKB-SMK).

Dismaturitas : Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masagestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilan (KMK).

Pada pasien didapatkan masa gestasi saat bayi lahir adalah 31-32 minggu,

menunjukkan bayi mengalami masalah BBLR prematuritas murni.

Prematuritas murni disebabkan oleh :

1.Faktor ibu

a.Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia

gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.Penyebab

Page 10: Responsi Kasus Nicu

lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterialvaginosis,

chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakanfaktor etiologi

prematuritas. Pada kasus ini, ibu menyangkal mengalami sakit saat masa

kehamilan, sehingga kemungkinan penyebab dari faktor ini dapat disingkirkan.

b. Usia

Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan

pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu-ibu

yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan.

Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun. Pada kasus ini, ibu

berada pada faktor usia dimana usia ibu 21 tahun.

c.Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang

kurang. Pada pasien keadaan sosial ekonomi rendah, faktor asupan gizi ibu saat

hamil kurang.

2. Faktor janin

Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan

mengakibatkan BBLR.

Untuk penatalaksanaan BBLR dan BKB pada pasien dilakukan :

1. Atur suhu

BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya

harusdipertahankan dengan ketat.Pada pasien pengaturan suhu dilakukan

dengan meletakkan bayi di dalam inkubator.

2. Cegah sianosis

Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar

saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas

normal.

3. Cegah infeksi

BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya

tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk

membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-

Page 11: Responsi Kasus Nicu

prinsip pencegahan infeksi, antaralain mencuci tangan sebelum dan

sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera

sesudah tidak dipakai lagi. Pada pasien juga diberikan antibiotik berupa

Ampicillin dan Gentamisin, bertujuan untuk mengatasi kemungkinan

infeksi neonatorum.

4. Intake harus terjamin

Pada pasien intake diberikan secara enteral yaitu ASI dan secara

parenteral berupa IVFD D10% (mikro) untuk menjamin kebutuhan

nutrisi dan mencegah hipoglikemia yang sering terjadi pada bayi BBLR.

Gangguan Pernafasan dan gangguan minum

Gangguan pernafasan dan gangguan minum merupakan masalah yang dapat

terjadi pada pasien dengan berat lahir rendah dan bayi kurang bulan. Pada pasien

ini, pasien lahir di RSUD Bhayangkara dengan A-S 6-8 menunjukkan bahwa

pada saat lahir, bayi ini mengalami asfiksia ringan. Pada bayi kurang bulan,

kesulitan nafas dapat terjadi karena defisiensi surfaktan paru, otot bantu respirasi

yang lemah, resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk, reflex

menghisap, dan reflex menelan. Gangguan nafas yang paling sering terjadi

adalah Transient tachypnea of the newborn (TTN), Respiratoy distress

syndrome (RDS) atau dikenal juga dengan sebutan penyakit membrane hialin,

dan dysplasia bronkopulmonar. RDS hampir terjadi sebagian besar pada BKB

dan insidensinya terkait erat dengan usia kehamilan. Pada bayi ini, didapatkan

factor resiko untuk terjadinya distress pernafasan dinilai dari usia kehamilan

yang kurang dan adanya riwayat asfiksia ringan pada saat lahir. Evaluasi gawat

nafas dapat dinilai dengan menggunakan skor Downes dan sebaiknya dilakukan

analisis gas darah untuk mengevaluasi beratnya hipoksemia.

Pada BKB, reflex isap dan reflex telan masih imatur terutama pada bayi ini

yang lahir dengan usia kehamilan <34 minggu sehingga pada pasien diberikan

terapi berupa cairan intravena dan pemberian Benutrion.

Page 12: Responsi Kasus Nicu

Ikterus neonatorum

Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh

pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin indirek yang

berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada neonatus bila kadar

bilirubin darah lebih dari 5 mg/dl.1 Pada pasien ini nampak kekuningan pada

wajah. Pemeriksaan fisik secara khusus yaitu dengan metode Kramer.2 Pasien

ini didapatkan sesuai dengan pembagian derajat Kramer I.

Proses fisiologis terjadinya hiperbilirubinemia antara lain karena

tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90

hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi

pada hari ke 2 – 3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5 – 7, kemudian akan

menurun kembali pada hari ke 10 – 14. Kadar bilirubin biasanya tidak > 10

mg/dL (171 μmol/L) pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/dL (205 μmol/L) pada

bayi cukup bulan. Masalah timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu

berlebihan atau konjungasi hepar menurun sehingga terjadi kumulasi di dalam

darah. Karena itu bayi ikterus sebaiknya baru dianggap fisiologis apabila telah

dibuktikan bukan suatu keadaan patologis.1 Bayi baru lahir dapat mengalami

hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupannya berkaitan dengan: (1)

meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis) (2), kurangnya albumin sebagai

alat pengangkut (3) penurunan uptake oleh hati, (4) penurunan konjugasi

bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin, dan

(6) peningkatan sirkulasi enterohepatik.3

Untuk mengantisipasi kompilkasi yang mungkin timbul, maka perlu

diketahui daerah letak kadar bilirubin serum total beserta faktor resiko terjadinya

hiperbilirubinemia yang berat.

Page 13: Responsi Kasus Nicu

Gambar 1. Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu, pada saat bayi pulang (diambil dari kepustakaan nomor 4)

Faktor resiko hiperbilirubinemia bayi usia kehamilan > 35 mg dibagi menjadi :4

a. Faktor resiko mayor

- Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak

pada daerah resiko tinggi (gambar 1)

- Ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan

- Inkompabilitas golongan darah atau penyakit hemolitik lainnya

- Umur kehamilan 35-36 minggu

- Riwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapi

- Sefalhematom atau memar yang bermakna

- ASI ekslusif dengan cara perawatan tidak baik dan kehilangan berat badan yang

berlebihan

- Ras Asia Timur

b. Faktor resiko minor

- Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak

pada daerah resiko sedang (gambar 1)

- Umur kehamilan 37-38 minggu

- Sebelum pulang, bayi tampak kuning

- Bayi makrosomia dari ibu DM

- Umur ibu ≥ 25 tahun

Page 14: Responsi Kasus Nicu

- Jenis kelamin laki-laki

c. Faktor resiko kurang (besar resiko sesuai dengan urutan yang tertulis, makin ke

bawah resiko makin rendah)

- Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak

pada daerah resiko rendah (gambar 1)

- Umur kehamilan ≥ 41 minggu

- Bayi mendapat susu formula penuh

- Kulit hitam

- Bayi dipulangkan setelah 72 jam

Ketidakstabilan Gula Darah

Pada saat pemeriksaan didapatkan gula darah bayi berfluktuasi dari 465 mg/dl di

hari pertama pemeriksaan dan turun hingga 60 mg/dl yang kemudian naik kembali

hingga 148 mg/dl pada hari keempat. Pada bayi kurang bulan, dapat terjadi gangguan

metabolisme yang mengakibatkan hipoglikemia atau hiperglikemia. Namun perlu

diperhatikan kemungkinan adanya infeksi bahkan sepsis pada bayi karena selain kadar

gula darah yang tidak stabil, keadaan sepsis pada bayi baru lahir sering terjadi pada bayi

berisiko seperti BKB, BBLR, bayi dengan sindrom gangguan nafas atau bayi yang lahir

dari ibu beresiko.

Diagnosis klinin sepsis neonatal memiliki masalah karena gambaran klinis yang

ada biasanya tidak spesifik. Gejalanya berupa sindrom gangguan nafas, perdarahan

intracranial, dan lain lain. Pada sepsis awitan dini, janin yang terkena infeksi mungkin

menderita takikardi, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai apgar

yang rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan tampak gambaran klinis sepsis

seperti hipotermia atau hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia.

Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh seperti

letargi, reflex hisap buruk, mengangis lemah kadang-kadang terdengar high pitch cry

dan bayi menjadi iritabel dan mudah kejang. Dapat terjadi gangguan kardiovaskular

serta hematologic, icterus, diare, distensi abdomen, dan lain lain.

Page 15: Responsi Kasus Nicu

DAFTAR PUSTAKA

1. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang.

Jakarta : FKUI, 2004;9-11.

2. Etika, Risa. Et al. Hiperbilirubinemia pada Neonatus.Divisi Neonatologi Bagian

Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya. 2012. P1-14

3. Damanik, Sylviati M. Hiperbilirubinemia. Available from www.pediatrik.com

Accessed February 02, 2012.

4. Rohsiswatmo, Rinawati. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi Menyusui yang Kuning.

Available from www.idai.com Accessed February 02, 2012.

5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1.

Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.

6. Sukadi, Abdulrahman. Hiperbilirubinemia dalam Buku Ajar Neonatologi Edisi

Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. P 147-69

7. Hassan, Rusepno. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehatan Anak

FKUI. Jakarta. 2007.P 1123-30.

8. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu

Kebidanan; edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

2002;771-83.