Upload
gus-tut-wisnu
View
67
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tentang penyakit telingga
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-
tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam
keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofaring
dan faring secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri
memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki
oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem
pelindung tersebut, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor
utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi
saluran nafas atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering 4
Otitis media lebih sering timbul di musim dingin daripada musim semi. Di
beberapa penelitian disebutkan penyakit ini banyak diderita laiki-laki, sementara
diantara anak-anak Amerika kulit putih tidak ada perbedaan. Insiden tertinggi otitis
media akut (OMA) pada kelompok umur 6-11 bulan dan 75% anak mengalami
episode ini dalam umur 12 bulan. Anak-anak yang menderita pertama kali episode
OMA kurang dari umur 12 bulan secara signifikan akan lebih mudah mendapatkan
OMA rekuren.1
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan
pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri
penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh
Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA,
walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang
membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran
Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran
lendir.1
Diagnosis penyakit OMA dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan
THT, dan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji resistensi dari sekret telinga.
Diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan penyakit yang lebih awal akan
menentukan prognosis pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan
teinga tengah, tuba eustachius, antrum mastid, dan sel-sel mastoid. Telinga tengah
biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologis
terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh
silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody 4
Otitis Media Akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.
Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.
Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahn invasi kuman ke dalam liang
telinga tengah dan terjadi peradangan.
2.2 Anatomi Telinga Tengah
Batas luar telinga tengah yaitu membrane timpani, batas depan yaitu tuba eustachius,
batas bawah yaitu vena (bulbus) jugularis, sedangkan batas belakang yaitu aditus ad
antrum dan kanalis fasialis. Batas atas yaitu tegmen timpani. (meningen) dan batas
dalam yaitu kanalis semisirkularis. Telinga tengah terdiri dari membran timpani,
kavum timpani, prosesus mastoideus, tuba eustachius.
Gambar 4. Anatomi telinga
2.2.1 Membran Timpani
Membran timpani merupakan suatu bangunan dengan puncaknya umbo mengarah
ke medial. Membran timpani tersusun atas lapisan epidermis di bagian luar, lapisan
fibrosa di bagian tengah dengan tangkai maleus yang melekat, dan lapisan mukosa
pada bagian dalam.2 Membran timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa dan
pars flaksida. Pada umbo merman timpani akan bermula suatu refleks cahaya (cone of
light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5
untuk membran timpani kanan.6
Gambar 5 Membran Timpani
2.2.2 Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior. Dinding superior
berbatasan dengan dasar fossa kranii media. Pada bagian atas ini terdapat aditus ad
antrum tulang mastoid dan di bawahnya merupakan saraf fasialis. Otot stapedius
muncul pada daerah saraf fasialis dengan tendonnya menuju ke stapes. Saraf korda
timpani juga muncul dari saraf fasialis di bawah stapedius menuju inkus atau lebih
medial dari stapes lalu bergabung dengansaraf lingualis untuk memberi pengecapan
pada 2/3 anterior lidah.2
Dasar telinga tengah merupakan bulbus jugularis yang di sebelah superolateral
menjadi sinus sigmoideus dan ke tengah menjadi sinus transverses yang merupakan
aliran vena di otak. Bagian bawah dinding anterior terdapat kanalis karotikus. Di atas
kanal ini terdapat tuba eustachius dan otot tensor timpani. Tuba eustachius
menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Terdapat otot tensor veli
palatine, levator veli palatine, tensor timpani, dan salpingofaringeus yang melayani
tuba eustachius. Bagian lateral tuba merupakan tulang sedangkan 2/3 bagian medial
bersifat kartilago. Otot tensor timpani terletak pada bagian atas tulang sedangkan
kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Tuba eustachius berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran.2
Dinding lateral kavum timpani merupakan dinding tulang epitimpanum
bagian atas, membran timpani, dan tulang hipotimpanum di bagian bawah. Terdapat
tulang pendengaran pada kavum timpani yaitu maleus, inkus, dan stapes. Terdapat
otot tensor timpani (muskulus tensor timpai) dan otot stapedius (muskulus
stapedius).2
Pada dinding medial terdapat promomntorium yang berjalan saraf timpanikus
melalui daerah ini. Tingkap lonjong terletak superior dari promontorium ini
sedangkan tingkap bundar terletak inferior dari promontorium ini. Rongga mastoid
berbentuk seperti pyramid dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid
merupakan fosa kranii media. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada
daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum dengan kanalis
semisirkularis yang menonjol ke dalam antrum.2
2.3 Fisiologi Pendengaran
Transmisi gelombang suara masuk ke liang telinga dan menggetarkan
membran timpani. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain melalui maleus, inkus, dan stapes. Stapes menggerakkan
tingkap lonjong yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membran vestibularis yang mendorong endolimfe dan membran
basilar. Impuls diterima oleh organ Corti melalui sel rambut dalam dan sel rambut
luar sebagai reseptor sensorik. Pembelokan rambut ke satu arah akan mendepolarisasi
sel rambut, sedangkan pembelokan kearah berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi
sel rambut. Hal ini akan menyebabkan eksitasi serabut saraf yang bersinaps
dengannya. Pergerakan sel rambut ini menyebabkan pembukaan kanal kation dan
masuknya ion kalium dari cairan skala media menyebabkan depolarisasi yang
diteruskan ke nervus koklearis. Rangsangan ini diteruskan ke pusat pendengaran di
otak pada lobus temporalis.3
2.4 Patogenesis OMA
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga. 1
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya. 1
2.5 Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium :
(1) stadium oklusi tuba eustachius, (2) stadium hiperemis, (3)stadium supurasi, (4)
stadium perforasi, (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran
membrane timpani yang diamati melalui liang telinga luar.5
2.5.1 Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-
kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar
dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.5
2.5.2 Stadium Hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani
atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.5
2.5.3 Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran
timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.5
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis
ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yng lebih lembek dan berwarna
kekuningan. Di tempai ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran
timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani
akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.5
2.5.4 Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah kelur
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah,
sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan
ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.5
2.5.5 Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan
akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.5
2.6 Gejala Klinis
Gejala yang muncul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia
anak-anak umumnya keluhan berupa 4
Rasa nyeri di telinga dan demam
Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya
Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan
pendengaran dan telinga terasa perih
Pada bayi gejala khas otitis media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah
dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergatung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi
pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga
tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL
efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam
larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain
itu, sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit
adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.5
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obar tetes hidung dan anagesika.
Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal
diberikan penisilin intramuskular agar dapat didapatkan konsentrasi yang adekuat di
dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan
minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan
eritromisin.5
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis, atau amoksisilin 40mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin
40mg/kgBB/hari.
Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi, gejala-gejala
klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.5
Pada stadium perforasi sering terlihat keluar sekret yang banyak dan kadang terlihat
sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah dengan
obat cuci telinga menggunakan larutan H2O2 selama 3-5 hari, disertai dengan
antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan menghilang dan perforasi menutup
kembali setelah 7-10 hari.5
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi dan membran timpani menutup.5
2.8 Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat mnimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-
periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).5
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ni Kadek Ema Yudiantari
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Culik Abang Karangasem
Nomor RM : 025482
TanggalPeriksa : 23 April 2013
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan.
Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2
minggu yang lalu sebelum pemeriksaan. Keluhan dikatakan menetap. Dikatakan ada
cairan berupa yang keluar nanah dan berbau.. Pasien belum pernah berobat ke dokter
sebelumnya. Sebelumnya pasien juga memiliki riwayat batuk dan pilek. Pasien
mengatakan mengalami pilek dan batuk sekitar 2 minggu yang lalu sebelum timbul
keluhan nyeri telinga.
Riwayat pengobatan : Penderita belum pernah berobat ke dokter ataupun ke
pengobatan alternatif lain sebelumnya.
Riwayat penyakit sebelumnya : Penderita memiliki riwayat batuk pilek yang terjadi
sebelum timbul keluhan nyeri telinga.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Anamnesis Tambahan
Telinga
Kanan Kiri
Sekret
Tuli
Tumor
Tinnitus
Sakit
Corpus alienum
Vertigo
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Hidung
Kanan Kiri
Sekret
Tersumbat
Tumor
Pilek
Sakit
Corpus alienum
Bersin
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
Tenggorokan
Riak : -
Gangguan : -
Suara : Normal
Tumor : -
Batuk : +
Sakit : -
Corpus alienum : -
Sesaknafas : -
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status lokalis THT :
Telinga
Status Kanan Kiri
Daun Telinga Normal Normal
Liang Telinga Sekret (+) Lapang
Discharge Tampak krusta -
Membran Timpani Tampak perforasiIntak, reflekscahaya (+),
hiperemi
Tumor - -
Mastoid Normal Normal
Hidung
Status Kanan Kiri
Hidung Luar Normal Normal
Kavum Nasi Lapang Lapang
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Discharge (-) (-)
Mukosa Merahmuda Merahmuda
Tumor - -
Konka Dekongesti Dekongesti
Sinus Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Koana Normal Normal
Tenggorokan
Status Kanan Kiri
Tonsil T1 T1
Mukosa Merah muda
IV. DIAGNOSIS
OMA dekstra stadium perforasi, sinistra stadium hiperemis
V. PENATALAKSANAAN
Toilet telinga
Antibiotika :Cefixime 2 x 100mg
Analgetika :AsamMefenamat 3 x 500mg
KIE
VII. PROGNOSIS
Dubius ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ni Kadek Ema Yudiantari, Perempuan, umur 18 tahun, pekerjaan
sebagai pelajar SMA datang ke poliklinik THT RSUD Karangasem dengan keluhan
nyeri pada telinga kanan. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, bersifat
menetap. Dikatakan juga telinga kanan pasien mengeluarkan cairan berwarna
kekuningan yang berbau. Pasien memiliki riwayat batuk dan pilek sebelum timbul
keluhan nyeri telinga. Pasien belum sempat berobat kemanapun sebelumnya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik THT, padat telinga kanan didapatkan sekret
yang mengering pada konka aurikula. Pemerikasaan dengan otoskop pada telinga
kanan pasien dapat dilakukan Setelah dibersihkan tampak membrane timpani
perforasi. Sedangkan untuk telinga kiri pasien, ditemukan membran timpani intak
namun berwarna kemerahan (hiperemis).
Pasien didiagnosis otitis media akut dekstra stadium perforasi, sinistra
stadium hiperemis. Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa diagnosis otitis media
akut dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Data menunjukkan keluhan pasien dengan nyeri disertai keluarnya cairan
dari telinga kanan sejak dua minggu yang lalu, dengan warna putih kekuningan dan
berbau. Otitis media dibedakan dengan otitis eksterna berdasarkan tempat terjadinya
peradangan. Pada otitis eksterna biasanya tampak serumen dan tidak mengandung
lender seperti sekret yang keluar dari kavum timpani dan biasanya didapatkan
membran timpani masih intak dan baik. Pasien berada dalam keadaan akut karena
sesuai kepustakaan bahwa otitis media baru berlangsung selama 2 minggu. Faktor
risiko terjadinya OMA pada pasien ini diduga akibat proses peradangan berdasarkan
riwayat batuk dan pilek yang dialami pasien sebelumnya. Berdasarkan kepustakaan
disebutkan bahwa proses terjadinya OMA diawali oleh oklusi tuba sehingga
menyebabkan tekanan negatif di kavum timpani, yang nantinya akan memudahkan
terjadinya transudasi cairan dan proses infeksi di dalam kavum timpani (telinga
tengah).
Prinsip terapi OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada pasien ini,
telinga kanan didiagnosa sebagai OMA stadium perforasi, pengobatan yang diberikan
adalah dengan toilet telinga menggunakan larutan H2O2 selama 3-5 hari, disertai
dengan antibiotika yang adekuat, pada pasien ini dipilih cefixime
(sefalosporingenerasi III) 100 gram 2 kali sehari selama 5 hari. Biasanya sekret akan
menghilang dan perforasi menutup kembali setelah 7-10 hari. Sedangkan telinga kiri
yang masih pada stadium hiperemis (pre-supurasi) cukup diberikan antibiotika.
Keluhan lain dapat diobati secara simptomatik. Pemberian pseudoeferdrin
atau dekongestan bila ada kongesti hidung dan asam mefenamat sebagai analgetik
sesuai dengan keluhan pasien.
Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan dapat dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah OMSK dan kerusakan pendengaran pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2012. Radang Telinga Tengah,
http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_telinga_tengah (diakses : 10 April 2012)
2. Boies LR, Adams GL, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6 th ed.
Jakarta: EGC; 1997. p 88-118.
3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;
2007. p. 681-90
4. Judarwanto,widodo. 2009. Titis Media Akut,
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/08/08/otitis-media-akut-infeksi-
telinga-pada-anak/ (diakses : 10 April 2012)
5. Nurbaiti,Iskandr. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi EA, Iskandar HN (eds).
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 6th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p 49-62.
6. Rahman, Sukri. 2012. Otitis Media Akut,
http://medicastore.com/penyakit/52/Otitis_Media_Akut.html (diakses : 10 April
2012)