24
BAB I PENDAHULUAN Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tersebut, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran nafas atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering 4 Otitis media lebih sering timbul di musim dingin daripada musim semi. Di beberapa penelitian disebutkan penyakit ini banyak diderita laiki-laki, sementara diantara anak-anak Amerika kulit putih tidak ada perbedaan. Insiden tertinggi otitis media akut (OMA) pada kelompok umur 6-11 bulan dan 75% anak mengalami episode ini dalam umur 12 bulan. Anak-anak yang menderita pertama

Responsi Oma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang penyakit telingga

Citation preview

Page 1: Responsi Oma

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-

tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam

keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofaring

dan faring secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri

memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki

oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem

pelindung tersebut, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor

utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi

saluran nafas atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering 4

Otitis media lebih sering timbul di musim dingin daripada musim semi. Di

beberapa penelitian disebutkan penyakit ini banyak diderita laiki-laki, sementara

diantara anak-anak Amerika kulit putih tidak ada perbedaan. Insiden tertinggi otitis

media akut (OMA) pada kelompok umur 6-11 bulan dan 75% anak mengalami

episode ini dalam umur 12 bulan. Anak-anak yang menderita pertama kali episode

OMA kurang dari umur 12 bulan secara signifikan akan lebih mudah mendapatkan

OMA rekuren.1

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.

Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan

pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri

penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh

Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA,

walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang

membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran

Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran

lendir.1

Page 2: Responsi Oma

Diagnosis penyakit OMA dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan

THT, dan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji resistensi dari sekret telinga.

Diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan penyakit yang lebih awal akan

menentukan prognosis pasien.

Page 3: Responsi Oma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan

teinga tengah, tuba eustachius, antrum mastid, dan sel-sel mastoid. Telinga tengah

biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologis

terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh

silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody 4

Otitis Media Akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.

Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.

Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahn invasi kuman ke dalam liang

telinga tengah dan terjadi peradangan.

2.2 Anatomi Telinga Tengah

Batas luar telinga tengah yaitu membrane timpani, batas depan yaitu tuba eustachius,

batas bawah yaitu vena (bulbus) jugularis, sedangkan batas belakang yaitu aditus ad

antrum dan kanalis fasialis. Batas atas yaitu tegmen timpani. (meningen) dan batas

dalam yaitu kanalis semisirkularis. Telinga tengah terdiri dari membran timpani,

kavum timpani, prosesus mastoideus, tuba eustachius.

Page 4: Responsi Oma

Gambar 4. Anatomi telinga

2.2.1 Membran Timpani

Membran timpani merupakan suatu bangunan dengan puncaknya umbo mengarah

ke medial. Membran timpani tersusun atas lapisan epidermis di bagian luar, lapisan

fibrosa di bagian tengah dengan tangkai maleus yang melekat, dan lapisan mukosa

pada bagian dalam.2 Membran timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa dan

pars flaksida. Pada umbo merman timpani akan bermula suatu refleks cahaya (cone of

light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5

untuk membran timpani kanan.6

Page 5: Responsi Oma

Gambar 5 Membran Timpani

2.2.2 Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior. Dinding superior

berbatasan dengan dasar fossa kranii media. Pada bagian atas ini terdapat aditus ad

antrum tulang mastoid dan di bawahnya merupakan saraf fasialis. Otot stapedius

muncul pada daerah saraf fasialis dengan tendonnya menuju ke stapes. Saraf korda

timpani juga muncul dari saraf fasialis di bawah stapedius menuju inkus atau lebih

medial dari stapes lalu bergabung dengansaraf lingualis untuk memberi pengecapan

pada 2/3 anterior lidah.2

Dasar telinga tengah merupakan bulbus jugularis yang di sebelah superolateral

menjadi sinus sigmoideus dan ke tengah menjadi sinus transverses yang merupakan

aliran vena di otak. Bagian bawah dinding anterior terdapat kanalis karotikus. Di atas

kanal ini terdapat tuba eustachius dan otot tensor timpani. Tuba eustachius

menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Terdapat otot tensor veli

palatine, levator veli palatine, tensor timpani, dan salpingofaringeus yang melayani

tuba eustachius. Bagian lateral tuba merupakan tulang sedangkan 2/3 bagian medial

bersifat kartilago. Otot tensor timpani terletak pada bagian atas tulang sedangkan

kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Tuba eustachius berfungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran.2

Dinding lateral kavum timpani merupakan dinding tulang epitimpanum

bagian atas, membran timpani, dan tulang hipotimpanum di bagian bawah. Terdapat

tulang pendengaran pada kavum timpani yaitu maleus, inkus, dan stapes. Terdapat

otot tensor timpani (muskulus tensor timpai) dan otot stapedius (muskulus

stapedius).2

Page 6: Responsi Oma

Pada dinding medial terdapat promomntorium yang berjalan saraf timpanikus

melalui daerah ini. Tingkap lonjong terletak superior dari promontorium ini

sedangkan tingkap bundar terletak inferior dari promontorium ini. Rongga mastoid

berbentuk seperti pyramid dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid

merupakan fosa kranii media. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada

daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum dengan kanalis

semisirkularis yang menonjol ke dalam antrum.2

2.3 Fisiologi Pendengaran

Transmisi gelombang suara masuk ke liang telinga dan menggetarkan

membran timpani. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang

berhubungan satu sama lain melalui maleus, inkus, dan stapes. Stapes menggerakkan

tingkap lonjong yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran

diteruskan melalui membran vestibularis yang mendorong endolimfe dan membran

basilar. Impuls diterima oleh organ Corti melalui sel rambut dalam dan sel rambut

luar sebagai reseptor sensorik. Pembelokan rambut ke satu arah akan mendepolarisasi

sel rambut, sedangkan pembelokan kearah berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi

sel rambut. Hal ini akan menyebabkan eksitasi serabut saraf yang bersinaps

dengannya. Pergerakan sel rambut ini menyebabkan pembukaan kanal kation dan

masuknya ion kalium dari cairan skala media menyebabkan depolarisasi yang

diteruskan ke nervus koklearis. Rangsangan ini diteruskan ke pusat pendengaran di

otak pada lobus temporalis.3

2.4 Patogenesis OMA

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di

saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya

Page 7: Responsi Oma

saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih

akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya

terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar

saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah

terkumpul di belakang gendang telinga. 1

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena

gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ

pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran

yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih

banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran

pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,

cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena

tekanannya. 1

2.5 Stadium Otitis Media Akut

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium :

(1) stadium oklusi tuba eustachius, (2) stadium hiperemis, (3)stadium supurasi, (4)

stadium perforasi, (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran

membrane timpani yang diamati melalui liang telinga luar.5

2.5.1 Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat

terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-

kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh

pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar

dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.5

2.5.2 Stadium Hiperemis (stadium pre-supurasi)

Page 8: Responsi Oma

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani

atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.5

2.5.3 Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial,

serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran

timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.5

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa

nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak

berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul

tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis

ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yng lebih lembek dan berwarna

kekuningan. Di tempai ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi membran

timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani

akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.5

2.5.4 Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi

kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah kelur

mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah,

sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan

ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.5

2.5.5 Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan

akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan

Page 9: Responsi Oma

akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka

resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.5

2.6 Gejala Klinis

Gejala yang muncul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia

anak-anak umumnya keluhan berupa 4

Rasa nyeri di telinga dan demam

Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya

Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan

pendengaran dan telinga terasa perih

Pada bayi gejala khas otitis media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah

dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergatung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi

pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga

tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL

efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam

larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain

itu, sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit

adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.5

Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obar tetes hidung dan anagesika.

Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal

diberikan penisilin intramuskular agar dapat didapatkan konsentrasi yang adekuat di

dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan

pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan

minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan

eritromisin.5

Page 10: Responsi Oma

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4

dosis, atau amoksisilin 40mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin

40mg/kgBB/hari.

Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan

miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi, gejala-gejala

klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.5

Pada stadium perforasi sering terlihat keluar sekret yang banyak dan kadang terlihat

sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah dengan

obat cuci telinga menggunakan larutan H2O2 selama 3-5 hari, disertai dengan

antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan menghilang dan perforasi menutup

kembali setelah 7-10 hari.5

Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada

lagi dan membran timpani menutup.5

2.8 Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat mnimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-

periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).5

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ni Kadek Ema Yudiantari

Page 11: Responsi Oma

Umur : 18 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Culik Abang Karangasem

Nomor RM : 025482

TanggalPeriksa : 23 April 2013

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan.

Perjalanan Penyakit :

Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2

minggu yang lalu sebelum pemeriksaan. Keluhan dikatakan menetap. Dikatakan ada

cairan berupa yang keluar nanah dan berbau.. Pasien belum pernah berobat ke dokter

sebelumnya. Sebelumnya pasien juga memiliki riwayat batuk dan pilek. Pasien

mengatakan mengalami pilek dan batuk sekitar 2 minggu yang lalu sebelum timbul

keluhan nyeri telinga.

Riwayat pengobatan : Penderita belum pernah berobat ke dokter ataupun ke

pengobatan alternatif lain sebelumnya.

Riwayat penyakit sebelumnya : Penderita memiliki riwayat batuk pilek yang terjadi

sebelum timbul keluhan nyeri telinga.

Riwayat Alergi :

Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.

Anamnesis Tambahan

Telinga

Page 12: Responsi Oma

Kanan Kiri

Sekret

Tuli

Tumor

Tinnitus

Sakit

Corpus alienum

Vertigo

+

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hidung

Kanan Kiri

Sekret

Tersumbat

Tumor

Pilek

Sakit

Corpus alienum

Bersin

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

+

-

-

-

Tenggorokan

Riak : -

Gangguan : -

Suara : Normal

Tumor : -

Batuk : +

Sakit : -

Corpus alienum : -

Sesaknafas : -

III. PEMERIKSAAN FISIK

Page 13: Responsi Oma

Status lokalis THT :

Telinga

Status Kanan Kiri

Daun Telinga Normal Normal

Liang Telinga Sekret (+) Lapang

Discharge Tampak krusta -

Membran Timpani Tampak perforasiIntak, reflekscahaya (+),

hiperemi

Tumor - -

Mastoid Normal Normal

Hidung

Status Kanan Kiri

Hidung Luar Normal Normal

Kavum Nasi Lapang Lapang

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

Discharge (-) (-)

Mukosa Merahmuda Merahmuda

Tumor - -

Konka Dekongesti Dekongesti

Sinus Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)

Koana Normal Normal

Tenggorokan

Status Kanan Kiri

Tonsil T1 T1

Mukosa Merah muda

Page 14: Responsi Oma

IV. DIAGNOSIS

OMA dekstra stadium perforasi, sinistra stadium hiperemis

V. PENATALAKSANAAN

Toilet telinga

Antibiotika :Cefixime 2 x 100mg

Analgetika :AsamMefenamat 3 x 500mg

KIE

VII. PROGNOSIS

Dubius ad bonam

Page 15: Responsi Oma

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Ni Kadek Ema Yudiantari, Perempuan, umur 18 tahun, pekerjaan

sebagai pelajar SMA datang ke poliklinik THT RSUD Karangasem dengan keluhan

nyeri pada telinga kanan. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, bersifat

menetap. Dikatakan juga telinga kanan pasien mengeluarkan cairan berwarna

kekuningan yang berbau. Pasien memiliki riwayat batuk dan pilek sebelum timbul

keluhan nyeri telinga. Pasien belum sempat berobat kemanapun sebelumnya.

Berdasarkan pemeriksaan fisik THT, padat telinga kanan didapatkan sekret

yang mengering pada konka aurikula. Pemerikasaan dengan otoskop pada telinga

kanan pasien dapat dilakukan Setelah dibersihkan tampak membrane timpani

perforasi. Sedangkan untuk telinga kiri pasien, ditemukan membran timpani intak

namun berwarna kemerahan (hiperemis).

Pasien didiagnosis otitis media akut dekstra stadium perforasi, sinistra

stadium hiperemis. Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa diagnosis otitis media

akut dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Data menunjukkan keluhan pasien dengan nyeri disertai keluarnya cairan

dari telinga kanan sejak dua minggu yang lalu, dengan warna putih kekuningan dan

berbau. Otitis media dibedakan dengan otitis eksterna berdasarkan tempat terjadinya

peradangan. Pada otitis eksterna biasanya tampak serumen dan tidak mengandung

lender seperti sekret yang keluar dari kavum timpani dan biasanya didapatkan

membran timpani masih intak dan baik. Pasien berada dalam keadaan akut karena

sesuai kepustakaan bahwa otitis media baru berlangsung selama 2 minggu. Faktor

risiko terjadinya OMA pada pasien ini diduga akibat proses peradangan berdasarkan

riwayat batuk dan pilek yang dialami pasien sebelumnya. Berdasarkan kepustakaan

disebutkan bahwa proses terjadinya OMA diawali oleh oklusi tuba sehingga

menyebabkan tekanan negatif di kavum timpani, yang nantinya akan memudahkan

terjadinya transudasi cairan dan proses infeksi di dalam kavum timpani (telinga

tengah).

Page 16: Responsi Oma

Prinsip terapi OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada pasien ini,

telinga kanan didiagnosa sebagai OMA stadium perforasi, pengobatan yang diberikan

adalah dengan toilet telinga menggunakan larutan H2O2 selama 3-5 hari, disertai

dengan antibiotika yang adekuat, pada pasien ini dipilih cefixime

(sefalosporingenerasi III) 100 gram 2 kali sehari selama 5 hari. Biasanya sekret akan

menghilang dan perforasi menutup kembali setelah 7-10 hari. Sedangkan telinga kiri

yang masih pada stadium hiperemis (pre-supurasi) cukup diberikan antibiotika.

Keluhan lain dapat diobati secara simptomatik. Pemberian pseudoeferdrin

atau dekongestan bila ada kongesti hidung dan asam mefenamat sebagai analgetik

sesuai dengan keluhan pasien.

Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2

bulan dapat dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang

perforasi, mencegah OMSK dan kerusakan pendengaran pasien.

Page 17: Responsi Oma

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2012. Radang Telinga Tengah,

http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_telinga_tengah (diakses : 10 April 2012)

2. Boies LR, Adams GL, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6 th ed.

Jakarta: EGC; 1997. p 88-118.

3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;

2007. p. 681-90

4. Judarwanto,widodo. 2009. Titis Media Akut,

http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/08/08/otitis-media-akut-infeksi-

telinga-pada-anak/ (diakses : 10 April 2012)

5. Nurbaiti,Iskandr. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi EA, Iskandar HN (eds).

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 6th ed.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p 49-62.

6. Rahman, Sukri. 2012. Otitis Media Akut,

http://medicastore.com/penyakit/52/Otitis_Media_Akut.html (diakses : 10 April

2012)