Responsibility Center.doc

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat karunia dan rahmat yang Allah limpahkan, kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Biaya yang kami beri judul Akuntansi Pertanggung Jawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu kelompok kami dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Bapak Iqbal Islami, selaku Dosen Pengajar yang telah memberikan bimbingan sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu.

2. Teman-teman yang tergabung pada kelompok 4.3. Teman-teman kelas IIIA Diploma III Akuntasi Khusus pada umumnya yang saling memberikan dukungan.

Semoga Allah memberikan tambahan keberkahan dan rahmat atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan pihak-pihak di atas kepada kelompok kami.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.Tangerang, 2010Penulis

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR...i

iDAFTAR ISI

iBAB I1PENDAHULUAN

A.Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan Penyusunan2D. Manfaat Penyusunan2E. Keterbatasan Penyusunan2F. Metode Penyusunan3G. Sistematika Pembahasan3BAB IILANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN ATAS RESPOSIBILITY ACCOUNTING SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA PADA RESPONSIBILITY CENTERS 4A. Gaya Kepemimpinan Manajemen4B.Responsibility Center (Pusat Pertanggungawaban)6C.Responsibility Center dan Responsibility Accounting121.Pengertian Responsibility Accounting122.Hubungan Reponsibility Center dan Responsibility Accounting15BAB IIIPENUTUP17A.Simpulan17B. Saran17DAFTAR PUSTAKA

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang akan dicapai, baik berupa laba yang maksimal, kelangsungan hidup, pertumbuhan perusahaan maupun menciptakan kesejahteraan anggota masyarakat. Pengaruh lingkungan dan perkembangan suatu perusahaan yang semakin kompleks mengakibatkan tugas manajemen puncak dalam mencapai tujuan perusahaan semakin sulit dan kompleks pula. Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan harus mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan.

Sehubungan dengan itu peranan akuntansi pun semakin dibutuhkan terutama untuk memperoleh informasi tersebut. Peran serta manajer sangat dibutuhkan dalam mengaktualisasikan peranan akuntansi tersebut sebagai alat pengawasan biaya dewasa ini kita kenal dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan kegiatan perusahaan dengan tujuan agar masing-masing unit organisasi dapat mempertanggungjawabkan hasil kegiatan unit yang berada dibawah pengawasannya. Menurut sistem ini, unit-unit yang ada dalam organisasi di bagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban, dan keseluruhan pusat pertanggungiawaban ini membentuk jenjang hirarki dalam organisasi.

Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai manajer yang bertanggungjawab atas kegiatan yang terjadi di dalam pusat yang dipimpinnya, dan secara periodik manajer tersebut akan mempertanggungiawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari hasil kerja para manajer pusat pertanggungjawaban kemudian dinilai prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing manajer. Dan berdasarkan analisa ini, para manajer mencoba mencari jawaban mengapa hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka kami membuat rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban tersebut digunakan sebagai alat penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban?C. Tujuan Penyusunan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memberikan penjelasan dan pengetahuan mengenai manfaat akuntansi pertanggungjawaban bagi pusat pertanggungjawaban khususnya dan pada manajemen umumnya.D. Manfaat Penyusunan

Manfaat penyusunan karya tulis ini yaitu:

1. Manfaat teoritis

Sebagai masukan bagi pembelajaran pada mata kuliah Akuntansi Biaya tentang akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting).

2. Manfaat praktis

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penerapan akuntansi pertanggungjawaban untuk menentukan kinerja manajemen. Sebagai salah satu sarana pembelajaran bagi penyusun untuk melakukan penulisan Karya Tulis Tugas Akhir (KTTA) pada gilirannya kelak.

E. Keterbatasan Penyusunan

Keterbatasan penyusunan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut.

Data maupun informasi yang dijadikan patokan dasar oleh penyusun dalam penyusunan tulisan ini adalah sebagian kecil dari data yang disediakan oleh pemilik website bagi para pengakses internet yang tentunya juga dikarenakan oleh kemampuan penyusun yang masih sangat terbatas mengenai permasalahan tersebut.

F. Metode Penyusunan

Metode penyusunan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode studi kepustakaan. Adapun, literatur yang digunakan sebagai sumber data terdiri atas buku teks, artikel ilmiah, karya tulis lain dengan tema sejenis, dan berbagai bahan lain yang penyusun akses dari internet.

G. Sistematika Pembahasan

BAB IPENDAHULUAN

Bagian ini berisi paparan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan, manfaat penyusunan, keterbatasan penyusunan, metode penyusunan, dan sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan makalah.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN RESPONSIBILITY ACCOUNTING SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA PADA RESPONSIBILITY CENTER

Bagian ini menjelaskan landasan teori tentang akuntansi pertanggungjawaban serta pembahasan tentang hal tersebut.BAB IIISIMPULANBagian ini berisi simpulan dari pembahasan pada Bab II mengenai pembahasan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.BAB II

RESPONSIBILITY ACCOUNTING SEBAGAI ALAT EVALUASI KINERJA PADA RESPONSIBILY CENTERSA. Gaya Kepemimpinan Manajemen

Suatu organisasi mempunyai model manajerial yang berbeda-beda. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan manajemen puncak. Ada yang menerapkan sistem terpusat (centralized organization) dan ada pula yang menerapkan sistem pendelegasian wewenang (decentralized organization).

Pada centralized organization, manajemen puncak (top leaders) membuat dan mendominasi kebanyakan keputusan penting. Manajemen pada tingkat yang lebih rendah menjalankan arahan kebijakan dari manajemen puncak dan cenderung tidak independen untuk membuat kebijakan atau keputusan manajerial. Model kepemimpinan seperti ini terkesan kaku, menghambat talenta dan inovasi manajerial, serta mengurangi partisipasi karyawan. Namun, sistem ini unggul dalam hal kekuatan koordinasi.

Sedangkan pada decentralized organization, manajemen puncak mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen pada tingkat yang lebih rendah. Manajemen puncak lebih berkonsentrasi pada sisi strategi, sedangkan kegiatan operasional dan pengambilan keputusan harian didelegasikan kepada manajemen bawah. Desentralisasi berarti pada setiap level dapat diambil keputusan sepanjang menyangkut wewenang atau tanggung jawab pada level tersebut dengan tidak menimbulkan anggapan untuk merendahkan manajemen puncak. Tujuan desentralisasi terutama adalah untuk mempercepat proses kegiatan sehari-hari.

Susi Trisnawati (2006) menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) alasan mengapa manajer mendelegasikan wewenangnya, yaitu:

1. Banyaknya pekerjaan seorang manajer sehingga tidak memungkinkan dikerjakan sendiri oleh manajer tersebut;

2. Mengikutsertakan bawahan serta memberikan kesempatan dalam menunjukkan prestasinya di perusahaan; dan

3. Perlunya mempersiapkan orang untuk menggantikan apabila manajer tidak lagi dalam perusahaan tersebut.

Dra. Rumini, M.M. dari Universitas Mercu Buana menyebutkan bahwa desentralisasi mempunyai lima keunggulan utama, antara lain:

1. Manajemen puncak dibebaskan dari pemecahan permasalahan sehari-hari banyak sehingga memiliki peluang untuk berkonsentrasi pada strategi, pada pembuatan keputusan yang tingkatannya lebih tinggi, dan pada kegiatan-kegiatan koordinasi;

2. Manajer tingkat lebih rendah umumnya memiliki informasi yang lebih terperinci dan lebih baru mengenai kondisi setempat dibandingkan dengan para manajer puncak;

3. Pendelegasian wewenang kepada manajer pada tingkat yang lebih rendah membuat mereka dapat lebih cepat merespons pelanggan;

4. Desentralisasi memberikan pengalaman pengambilan keputusan kepada manajer tingkat lebih rendah yang nantinya diperlukan jika mereka dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi; dan

5. Pendelegasian wewenang kepada manajer tingkat lebih rendah sering kali meningkatkan motivasi mereka sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja serta membaiknya kinerja.

Di samping keunggulan, beliau juga menyebutkan ada empat kelemahan utama desentralisasi, yaitu:

1. Manajer-manajer pada tingkat yang lebih rendah mungkin membuat keputusan-keputusan tanpa sepenuhnya memahami secara baik gambaran besar atau menyeluruh tentang perusahaan dan strateginya.

2. Di suatu organisasi yang betul-betul terdesentralisasi, mungkin terjadi kurang koordinasi di antara manajer yang memiliki otonomi. Masalah ini dapat dikurangi dengan mendefinisikan secara jelas strategi perusahaan dan mengkomunikasikannya secara efektif ke seluruh organisasi melalui penggunaan balance scorecard.

3. Manajer-manajer pada tingkat yang lebih rendah mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sampai pada derajat tertentu, permasalahan iini dapat diatasi dengan merancang sistem evaluasi kinerja yang memotivasi manajer untuk membuat keputusan yang sejalan dengan kepentingan perusahaan yang terbaik.

4. Dalam organisasi yang sangat terdesentralisasi mungkin lebih sulit untuk secara efektif menyebarkan gagasan-gagasan yang lebih inovatif. Masalah ini dapat diminimalkan dengan penggunaan sistem intranet yang efektif, yang memungkinkan karyawan yang berada di lokasi yang berbeda dapat membagi ide dan pengetahuan mereka secara elektronik.

B. Responsibility Center (Pusat Pertanggungjawaban)Pada dasarnya organisasi merupakan kumpulan dari pusat pertanggungjawaban (responsibility center). Responsibility center merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan. Suatu responsibility center dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa tujuan. Responsibility center diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan organisasi, yaitu memastikan bahwa individu pada semua level di perusahaan memberikan kinerja secara memuaskan yang sejalan dengan tujuan umum perusahaan secara keseluruhan.Responsibility center merupakan suatu tingkatan bisnis di mana manajer mempunyai pertanggungjawaban untuk melaporkan aktivitasnya dan mempertanggungjawabkan aktivitas yang telah dilakukannya.1. Jenis-jenis Responsibility CenterBerdasarkan karakteristik masukan dan keluaran, pusat pertanggung jawaban dalam perusahaan dibagi menjadi empat tipe pusat pertanggung jawaban, yaitu sebagai berikut:

a. Cost Center (Pusat Biaya)

b. Revenue Center (Pusat Pendapatan)

c. Profit Center (Pusat Laba)

d. Investment Center (Pusat Investasi)

Dalam makalah The Role of Responsibility Centers in the Overall Performance of the Entity, Camelia Obreja menyebutkan bahwa pada buku tertentu, Responsibility Center diklasifikasikan dalam kategori-kategori sebagai berikut:

a. Cost Centersb. Discretionary Expense Centersc. Turnover Centers (Revenue Centers)d. Profit Centerse. Profitability Centers (Investment Centers)Untuk lebih jelasnya, klasifikasi-klasifikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Cost CenterCost center adalah bagian dari organisasi atau perusahaan yang tidak kegiatannya tidak menghasilkan pendapatan langsung bagi perusahaan. Contohnya adalah departemen riset dan pengembangan. Help desk and customer service. Walaupun tidak selalu terlihat menguntungkan, sebuah cost center biasanya menambah ke pendapatan secara tidak langsung. Uang yang dihabiskan dalam riset dan pengembangan, contohnya, bisa saja menghasilkan inovasi atau oenemuan baru dimasa depan.

Karena cost center memiliki dampak negative terhadap profit (setidaknya yg terlihat dipermukaan) seringkali menjadi target saat anggaran dipotong. Keputusan operasional di kontak center, misalnya, biasanya banyak mempertimbangkan aspek biaya. Penanamam modal pada peralatan baru, teknologi dan staf baru seringkali menyulitkan manajemen karena dampak keuntungan tidak langsungnya sulit untuk diperkirakan.

b. Revenue CenterRevenue center adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung jawab terhadap penjualan. Misalnya departemen pemasaran atau penjualan. Departemen ini mengatur harga dan memproyeksi penjualan. Departemen inilah yang kegiatanya menambah langsung kekayaan perusahaan. karena itu departemen ini dievaluasi sebagai pusat pendapatan. Ukuran kinerjanya adalah pada omset penjualan yang dihasilkanc. Discretionary Expense CenterDiscretionary expense adalah beban-beban yang tidak dapat ditetapkan melalui perencanaan aktivitas produksi. Beban-beban ini bersifat faktual yang mana aktivitas mereka tidak dapat diukur secara langsung.d. Profit CenterAtkinson dan kawan-kawan mendefinisikan profit center sebgai berikut:

Profit centers are responsibility centers in which managers and other employeescontrol both the revenues and the costs of the product or service they deliver. (Atkinson et. al 2001:528).Profit center (pusat laba) adalah responsibility center yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya responsibility center, namun tidakmengontrol tingkat investasi. Manajer dinilai prestasinya dari selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh laba tersebut. Manajer pada profit center bertanggung jawab terhadap pendapatan maupun biaya. Misalnya divisi pabrik yang mana manajernya bertanggung jawab untuk membuat dan memasarkan produk mereka. Oleh karena itu, laba operasi akan menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para manajer pusat laba.Profit center mempunyai manfaat dan kendala. Profit center dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

i. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.

ii. Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.

iii. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian ehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.

iv. Manajer karena hanya tunduk pada hanya sedikit batasan dari korporat, lebih bebas untuk menggunakan imajinasi dan inisiatifnya.

v. Profit center memberikan tempat pelatihan yang sempurna bagi manajemen umum untuk mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, dan mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi potensi pekerjaan yang tingkatnya lebih tinggi.

vi. Kesadaran laba (profit consciousness) dapat ditingkatkan karena manajer betanggung jawab untuk meningkatkan labanya.

vii. Profit center memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak menganai profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan.

viii. Karena keluaran (output) yang dihasilkan telah siap pakai, Profit center sangat responsif terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitifnya.

Namun, profit center juga mempunyai kendala sebagai berikut.

i. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih mangandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.

ii. Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memilii informasi yang lebih baik dari manajer pusat laba pada umumnya, kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang

iii. Perselisihan dapat meningkat karena adanya argument-argumen mengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis.

iv. Unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetensi satu sama lain.

v. Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan manajemen, pegawai, pembukuan yang dibutuhkan, dan mengakibatkan duplikasi tugas di setiap pusat laba.

vi. Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup bagi untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum.

vii. Terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka panjang dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang.

viii. Tidak ada sistem yang memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan perusahaan secara keseluruhan.

e. Profitability Center (Investment Center)Menurut Hilton, investment center adalah sebagai berikut:

A investment center is an organizational subunit whise manager is held accountable for the subunits profit and the invested capital used by the subunit to generate its profit (Hilton et. al 2003:759).Investment center merupakan suatu responsibility center yang manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya, dan investasi. Misalnya divisi-divisi. Selain memiliki kendali terhadap biaya dan keputusan penetapan harga, manajer divisi juga memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan investasi seperti penutupan dan pendirian suatu pabrik, menghentikan atau meneruskan suatu lini produk. Ukuran kinerjanya adalah laba operasi dan pengembalian atas investasi.

Model penilaian atas investment center semakin kompleks dan beragam. Salah satu metode populer diperkenalkan oleh E.I. du Pont de Numours and Company. Metode tersebut dikenal sebagai DuPont return on investment (ROI) model. Ilustrasinya sebagaimana pada gambar berikut.

(gambar diambil dari principlesofaccounting.com)

Manajer pada investment center dinilai prestasinya dengan menghubungkan investasi yang bersangkutan atau berupa rasio antara laba dengan investasi (Return of Investment atau ROI) atau dengan mengunakan residual income yaitu laba dikurangi beban modal.

Secara garis besar, tipe-tipe responsibility center digambarkan dalam tabel berikut.

C. Responsibility Center dan Responsibility AccountingResponsibility accounting (akuntansi pertanggungjawaban) merupakan salah satu bidang akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer. Dengan kata lain responsibility accounting merupakan media pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat di mana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggung jawab dari tempat tersebut.

Pertanggungjawaban merupakan kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan pada manusia. Pertanggungjawaban ini muncul akibat adanya hubungan antara atasan dengan baawahan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara struktur organisasi dan responsibility accounting system. Idealnya, responsibility accounting system mencerminnkan dan mendukung struktur dari seuah organisasi. 1. Pengertian Responsibility AccountingDalam makalah Aspek Perilaku dalam Akuntansi Pertanggungjawaban, Agus Widarsono menyebutkan bahwa secara umum responsibility accounting dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang meliputi perencanaan, pengukuran, dan evaluasi informatika atau laporan akuntansi dalam suatu organisasi yang terdiri dari beberapa responsibility center di mana tiap-tiap responsibility center dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas yang dipimpinnya (Siegel & Marconi, 1989:96).

Pengertian responsibility accounting menurut Hansen & Mowen (2005:116) adalah sebagai berikut:

Responsibility accounting adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap responsibility center menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan responsibility center mereka.

Pengertian responsibility accounting menurut L.M. Samryn, S.E. (2001:256) adalah:

Responsibility accounting merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan responsibility center mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen.

Charles T. Horngren mendefinisikan responsibility accounting sebagai berikut:

Responsibility accounting is a system that measures the plans (by budget) and action (by actual results) of each responsibility centers.Sedangkan menurut Mulyadi (1983:379-380) responsibility accounting adalah sebagai berikut:

Responsibility accounting adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan. Dari pengertian di atas, Mulyadi menyimpulkan bahwa syarat untuk dapat menerapkan responsibility accounting adalah:

a. Stuktur Organisasi

Dalam responsibility accounting, struktur organisasi harus menggambarkan aliran tanggung jawab, wewenang, dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen. Selain itu, harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula di mana organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap pimpinan jelas.b. Anggaran

Dalam responsibility accounting, setiap responsibility center harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kerjanya.c. Penggolongan Biaya

Tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat dikendalikan oleh manajer. Oleh karena itu, pertanggungjawaban manajer hanya meliputi biaya-biaya yang terkendalikan olehnya.

d. Sistem Akuntansi Biaya

Oleh krena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer, maka biaya harus digoolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan cost center dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya. Biaya-biaya yang tterjadi tersebut dipisahkan antara biaya terkendalikan dengan biaya tak terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba.e. Sistem Pelaporan Biaya

Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap cost center. Setiap awal bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu yang tercantum dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikanlah laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk manajemen yang terendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tingkatan manajemen di atasnya disajikan total biaya.

Syarat-syarat utama dalam membentuk dan mempertahankan responsibility accounting menurut Matz Usry (2001:420) adalah sebagai berikut:

a. Responsibility accounting didasarkan atas penggolongan tanggung jawab manajemen (departemen-departemen) pada semua tingkatan dalam setiap organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi masing-masing departemen. Individu yang mengepalai klasifikasi pertanggungjawaban harus bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan biaya-biaya dari kegiatannya. Konsep ini menekankan perlunya penggolongan biaya menurut biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan oleh manajer departemen tersebut.

b. Titik aawal dari responsibility accounting terletak pada bagian organisasi di mana ruang lingkup wewenang telah ditentukan. Wewenang mendasar pertanggungjawaban biaya-biaya tertentu dan dengan pertimbangan serta kerja sama biaya tersebut diajukan dalam anggaran.

c. Setiap anggaran harus secara jelas menunjukkan biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh orang yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus disesuaikan supaya dapat dilakukan pencatatan atas biaya-biaya yang dapat dikendalikan atau pertanggungjawaban dalam kerangka kerja yang mencakup dalam wewenang.

Dari uraian di atas dapat diambil gambaran mengenai garis besar prinsip responsibility accounting, yaitu:

a. Menentukan garis wewenang dan tanggung jawab secara jelas bagi setiap tingkatan manajemen.

b. Menyusun sistem administrasi yang sesuai dengan garis wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan.

c. Mencatat dan menilai pegawai dengan garis wewenang dan tanggung jawab masing-masing.2. Hubungan Responsibility Center dan Responsibility Accounting Istliah responsibility accounting ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer responsibility center dapat mengelola pekerjaan yang berada langsung di bawah pengawasannya dan yang merupakan tanggung jawabnya. Responsibility accounting merupakan fungsi akuntansi yang berguna untuk mempertanggungjawabkan segala kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahaan.

Dari definisi-definisi responsibility accounting di atas dapat diketahui bahwa responsibility accounting merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengakumulasikan dan melaporkan biaya serta mengukur hasil dari tiap-tiap responsibility center sehingga apabila terjadi penyimpangan dapat ditelusuri penyebab dan penanggungjawabnya. Responsibility accounting menunjukkan bermacam-macam konsep dan alat yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan dan departemen dalam mencapai tujuan atau behavior congruence.

Atau ringkasnya sebagaimana yang dikatakan oleh Mahfud Sholihin ( 2004:109) bahwa responsibility accounting adalah suatu sistem yang mengukur hasil pusat-pusat pertanggung jawaban (responsibility center) dan membandingkan hasilnya dengan hasil yang diharapkan.BAB IIIPENUTUP

A. Simpulan

Dari hal-hal yang telah diuraikan diatas dapat diambil beberapa hal yang terangkum dalam kesimpulan dibawah ini :

1. Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungiawaban.

2. Pusat pertanggungjawaban adalah setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab.

3. lnformasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya, pendapatan dan aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat pertanggungjawaban.4. Anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara kuantitatif penyusunan anggaran dilakukan jika hanya tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang tersedia.5. Penilaian kinerja Pusat Pertanggungjawaban diukur berdasarkan kriteria masukan dan keluarannyaB. Saran

Melihat pentingnya akuntansi pertanggungjawaban, maka setiap perusahaan seharusnya mempunyai kecendrungan untuk menerapkan semua tahapan kegiatan dalam pusat pertanggungjawaban.

DAFTAR PUSTAKACarter, William K. Usry, Milton F. 2002. Cost Accounting, Cetakan Pertama. Edisi Tiga Belas. Ohio: Thomson LearningMulyadi. (1986). Akuntansi Biaya : Perencanaan Harga Pokok dan Pengendahan Biaya. Edisi Ketiga. Yogyakana : BPFE.

Camelia Obreja, Ph.D. Student. 2008. The Role of Responsibility Centers in the Overall Performance of the Entity. University Valahia of Targoviste of Romania.datakuliah.blogspot.com (diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

digilib.petra.ac.id (diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

dueeg.blogspot.com/2009/11/transfer-pricing.html (diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/23/akuntansi-pertanggungjawaban/ (diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

Eris Tri Kurniawati, S.E., M.M., Ak. Pusat Tanggung jawab : Pusat Pendapatan dan Beban. (sebuah slide power point)

Fachri Akbar. 2006. Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Motivasi Manajer Pusat Laba : Survai pada Hotel-hotel Bintang Empat di Bandung. Universitas Widyatama. (sebuah skripsi)

ilmucomputer2.blogspot.com/2009/09/tipe-tipe-pusat-pertanggung-jawaban.html (diakses pada 16 April 2010 pukul 21:00 WIB)

library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-syahrul.pdf (diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

Rumini, Dra., M.M. Pelaporan Segmen dan Desentralisasi, Transfer Harga. Universitas Mercu Buana Jakarta. (pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning, diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

Sri Ayuningtyas. 2006. Efisiensi dan Keefektivan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian dan Evaluasi Kinerja Manajemen : Studi Kasus PT Perkebunan Nusantara V. Universitas Islam Indonesia. (sebuah skripsi)Susi Trisnawati. 2006. Hubungan Antara Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Efektivitas Pengendalian Biaya : Survei pada 5 Hotel di Kota Tasikmalaya. Universitas Islam Indonesia. (sebuah skripsi)

titaviolet.wordpress.com/2009/09/26/pusat-laba/ (diakses pada 19 April 2010 pukul 13:00 WIB)

Universitas Gunadarma. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban. (sebuah modul belajar)

ii18