38
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah laporan hasil diskusi kelompok kecil ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini. Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. drg. Listiyawati selaku tutor kelompok 2 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK) dalam skenario modul 1 blok 12 ini. 2. Teman-teman kelompok 2 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) kelompok 2. 3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman khususnya program studi kedokteran gigi angkatan 2013, segala fasilitas yang telah kami gunakan untuk menambah pengetahuan tentang modul kami ini, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami sengaja menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dengan sistem PBL. Dan tentunya kami selaku penyusun juga mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik bagi penyusun sendiri maupun bagi pembaca di kemudian hari. Laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun sangat kami harapkan demi 1

Restorasi Amalgam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Restorasi Amalgam

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah laporan hasil diskusi kelompok kecil ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini. Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. drg. Listiyawati selaku tutor kelompok 2 yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK) dalam skenario modul 1 blok 12 ini.

2. Teman-teman kelompok 2 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) kelompok 2.

3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman khususnya program studi kedokteran gigi angkatan 2013, segala fasilitas yang telah kami gunakan untuk menambah pengetahuan tentang modul kami ini, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami sengaja menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dengan sistem PBL. Dan tentunya kami selaku penyusun juga mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik bagi penyusun sendiri maupun bagi pembaca di kemudian hari.

Laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

Samarinda, Mei 2015

Hormat kami,

Tim penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..1

DAFTAR ISI.2

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang...3

II. Tujuan....3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Skenario 4

2.2 Step 1 Terminologi 4

2.3 Step 2 Identifikasi Masalah 5

2.4 Step 3 Analisa masalah 5

2.5 Step 4 Kerangka Konsep 8

2.6 Step 5 Learning Objective 8

2.7 Step 6 Belajar Mandiri 8

2.8 Step 7 Sintesis9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23

3.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Amalgam terdiri dari campuran antara dua logam atau lebih , yang salah satunya merupakan merkuri. Sebenarnya amalgam terdiri dari merkuri yang dipadukan dengan bubuk alloy dari perak dan timah. Merkuri berupa liquid pada suhu ruang dan mampu membentuk sebuah massa yang efektif digunakan bila tercampur dengan alloy. Sifat inilah yang membuat amalgam menjadi material yang sesuai digunakan dalam bidang kedokteran gigi.

Reaksi antara merkuri dan alloy yang merupakan reaksi pencampuran keduanya disebut dengan reaksi amalgamasi. Reaksi ini menghasilkan bentuk material restorasi yang keras dengan tampilan berwarna perak keabu-abuan. Warna amalgam seperti ini menjadikannya terbatas dalam pengaplikasian karena memang material ini bukan untuk faktor estetik.

Amalgam telah digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dengan ukuran kesuksesan yang cukup besar karena penggunaanya telah digunakan secara meluas. Namun, karena alasan tingkat keamanan yang relatif rendah, kepopuleran amalgam menjadi turun bila dibandingkan dengan material restorasi lainnya.

II. TUJUAN

Setelah melaksanakan diskusi diharapkan nantinya mahasiswa mampu mengerti dan memahami cara melakukan manipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar, prinsip-prinsip serta persyaratan yang perlu dipahami dalam melakukan preparasi dengan menggunakan restorasi amalgam, dan indikasi serta kontraindikasi dari penggunaan amalgam sebagai bahan restorasi gig yang diharapkan dapat bermanfaat untuk profesi kedokteran gigi nantinya.

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

SKENARIO

Budi adalah mahasiswa prodi kedokteran gigi, saat ini mengeluhkan terdapat karies media pada gigi 16 dan 15. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter gigi mengatakan akan melakukan preparasi pada gigi 16 adalah klas 1 dan pada gigi 15 adalah klas 2 serta dokter tersebut menyarankan melakukan tambalan menggunakan kekuatan beban kunyah yang baik. Sembari merasakan tahap demi tahap budi juga memperhatikan perawatan yang dilakukan dokter. Setelah selesai budi menanyakan kepada dokter gigi tersebut setiap tahapan yang dilakukan, dengan ramah dokter tersebut pun menjawab pertanyaan budi tahap demi tahap restorasi hingga selesai. Diakhir dokter gigi mengingatkan kepada budi untuk datang kembali besok untuk dilakukan tahap polishing dan finishing.

STEP 1 TERMINOLOGI

1. Restorasi: Prosedur perawatan gigi yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan bentuk dan gigi yang rusak .

2. Karies Media: Karies yang telah mencapai dentin .

3. Preparasi: Suatu tindakan operasi untuk mengambil jaringan karies secara biomekanis dengan membuat bentuk pada gigi untuk menerima dan memperkuat restorasi .

4. Polishing: Proses pembuatan permukaan gigi menjadi halus dan mengkilap .

5. Finishing: Proses penyelesaian / penyempurnaan berupa membentuk kontur permukaan restorasi sesuai bentuk anatomi .

6. Karies Klas I: Karies pada bagian oklusal gigi posterior / pada foramen caecum gigi anterior.

7. Tambalan: Suatu bahan untuk memperbaiki sesuatu , contoh jaringan pada gigi .

8. Karies Klas II: Karies yang terletak pada aproximal gigi posterior .

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bahan tambalan apa yang mempunyai kekuatan beban kunyah yang baik ?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan amalgam ?

3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi amalgam ?

4. a. Apa saja syarat dari preparasi kavitas gigi ?

b. Apa saja pertimbangan dokter gigi untuk memilih bahan tambalan untuk pasien ?

5. Apa saja alat yang digunakan untuk restorasi amalgam ?

6. Bagaimana tahapan melakukan restorasi Amalgam ?

7. a. Mengapa bahan tambalan yang digunakan harus di polishing dan finishing keesokan harinya ?

b. Apa yang terjadi jika Budi tidak datang untuk polishing dan finishing ?

STEP 3 ANALISA MASALAH

1. Tambalan Amalgam baik digunakan pada gigi posterior yang berfungsi untuk mengunyah makanan karena mempunyai daya tahan terhadap keausan yang tinggi dan memiliki kekuatan yang besar sehingga tidak pecah saat menahan daya kunyah dan dapat bertahan kurang lebih selama 15 tahun tergantung penggunaan, namun tambalan amalgam tidak baik digunakan untuk gigi anterior karena mempunyai estetika yang buruk.

2. Kelebihan dari Amalgam yaitu :

a. Dapat menahan daya kunyah yang besar .

b. Tidak cepat aus .

c. Aplikasi mudah .

d. Dapat bertahan lama .

Kekurangan dari Amalgam yaitu :

a. Estetik kurang bagus .

b. Pada beberapa kasus , pasien ada yang alergi logam .

c. Masih diperdebatkan , merkuri yang bersifat toksik pada tubuh .

d. Dapat menimbulkan perubahan warna pada gigi .

e. Menimbulkan arus Galvanis (menimbulkan rasa sensitive).

f. Rawan terjadi kerusakan tepi (pada kandungan tembaga yang tinggi).

g. Perlekatan pada dentin secara makromekanik ( tidak dapat melekat secara kimia).

h. Biaya mahal .

3. Penggunaan Amalgam diIndikasikan untuk :

a. Untuk preparasi Klas I dan II

b. Untuk preparasi Klas V , karena tidak terlalu masalah untuk estetik yang terletak pada 1/3 servical.

Amalgam mempunyai Kontraindikasi yaitu :

c. Estetik buruk.

d. Tidak bisa digunakan untuk kavitas yang kecil.

4. a. Syarat dari Preparasi Kavitas Gigi

a. Bebas dari jaringan karies .

b. Dinding kavitas halus , dan berada pada email / jaringan yang sehat.

c. Email disanggah dentin sehingga sejajar dengan enamel roods .

d. Terdapat resistensi form : menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur .

e. Terdapat retensi form : menahan bahan tambal agar tidak lepas

f. Terdapat convenience form : memungkinkan operator melihat kavitas yang luas , agar nyaman dan mudah saat pengerjaan .

g. Pembuangan jaringan sehat seminimal mungkin .

h. Extention for prevention ( menempatkan tepi tepi pada daerah imun karies seperti lereng bonjol dan sisi aksial ) untuk meminimalkan terjadinya karies sekunder .

i. Outline form : menggambarkan / membayangkan batas kavitas .

b. Pertimbangan dokter gigi untuk memilih bahan tambalan untuk pasien

a. Tergantung luas kavitas.

b. Tergantung biaya.

c. Tergantung operator dan kondisi .

5. Alat yang digunakan untuk restorasi amalgam untuk Triturasi sendiri dapat menggunakan mortal dan pastle juga matrix, untuk membentuk anatomi dari gigi dapat menggunakan carver dan burnisher, saat proses triturasi selesai untuk mengambilamalgam dapat menggunakan Amalgam pistol dan Amalgam stopper sedangkan untuk Polishing dan Finishing dapat menggunakan Stone bur dan Rubber bur.

6. Tahapan Restorasi amalgam sendiri dapat menggunakan round bur , bur fissure , dan bur inverted yang digunakan untuk preparasi kavitas, saat manipulasi sebelumnya kavitas diberikan basis untuk menghindari hantaran panas dari amalgam yang konduktor dan aplikasikan amalgam pada kavitas dan lakukan restorasi.

7. Mengapa tahapan polishing dan finishing harus dilakukan keesokan harinya karena waktu setting time yang diperlukan untuk pengerasan amalgam diperlukan 24 jam, karena harus menunggu reaksi setting menunggu fase gama 2 , kristalisasi sempurna kurang lebih 24 jam, namun jika terlalu lama menunggu tahap polishinh dan finishing dilakukan lebih dari 24 jam maka amalgam akan memiliki eutetik tidak sempurna dan bentuk anatomi tidak sempurna atau sudah terlalu keras.

STEP 4 PETA KONSEP

KARIES

( KLAS I & KLAS II)

PREPARASI

RESTORASI AMALGAM

STEP 5 LEARNING OBJEKTIVE

1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang syarat dan tahapan preparasi Klas I & Klas II.

2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi restorasi amalgam .

3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang tahapan restorasi amalgam.

4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang factor yang mempengaruhi keberhasilan restorasi

.STEP 6 BELAJAR MANDIRI

Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

STEP 7 SINTESIS

Prinsip Preparasi Kavitas

1. Out Line Form (bentuk perluasan kavitas) : Outline form yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi. Untuk membuat outline form dapat dilakukan dengan cara :

Pit dan fissure dihilangkan

Cusp dilingkari

Bentuk perluasan kavitas sampai ke area self cleansing

Semua jaringan karies dan fissure yang dalam dibuang

Email yang tidak didukung dentin dihilangkan

Gambar Outline Form Kelas II https://www.google.com/search

2. Resistence Form (bentuk resistensi) : bentuk yang dibuat sedemikian rupa pada kavitas untuk mencegah pecahnya tumpatan atau sisa jaringan gigi oleh karena tekanan daya kunyah. Jadi pada waktu melakukan perluasan preparasi harus diperhatikan sisa jaringan gigi yang ada cukup tebal

3. Retention Form (bentuk retensi) : Retention form dibuat pada kavitas dengan tujuan agar tumpatan mempunyai pegangan yang kuat dan tidak mudah lepas dan bergeser dari tempatnya, bila gigi digunakan mengunyah.

Gambar Resisten Form dan Retention Form https://www.google.com/search

4. Convinience Form (bentuk konvinien) : membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga mempermudah pengerjaan kavitas dan pemasukan, insersi serta pemasangan bahan restorasi ke dalam kavitas.

Gambar Convinience Form https://www.google.com/search

5. Menghilangkan Jaringan Karies : pembuangan jaringan karies dentin dan debris-debris pada dinding kavitas. Jaringan karies tidak boleh ditinggalkan di dalam kavitas, sebab akan menyebabkan terjadinya karies sekunder serta, jika terjadi kebocoran pada tumpatan, bakteri yang tertinggal di dalam kavitas akan aktif dan dapat menimbukan gejala sakit dinding kavitas.

6. Membersihkan dan meratakan alas, dinding dan tepi kavitas tindakan yang dilakukan untuk membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata, untuk mendapatkan kontak marginal serta adaptasi tumpatan yang baik dan menambah retensi.

7. Membersihkan kavitas : tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas, yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air atau untuk pembersihan yang lebih efektif dianjurkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti H2O2.

Konsep Dasar dalam Preparasi Kavitas

Dalam melakukan restorasi perlu memperhatikan berbagai hal antara lain :

a. Extention for Prevention yaitu Out line kavitas diletakkan hanya pada daerah karies, juga menjadi pertimbangan untuk melakukan preparasi yang konservatif. Misal : titik kontak klas III tetap dipertahankan.

b. Cutting for Immunity adalah Mencegah terjadinya recurrent caries, OLF harus mencakup developmental grooves pada permukaan oklusal gigi posterior, permukaan preparasi pada bagian proksimal margin harus diperluas (sedikit) ke arah buccal atau labial atau lingual (cleansing areas).

c. Self Cleansing Areas yaitu Daerah yang terbebas dari bacterial plaque akibat aksi dari makanan dan jaringan mulut.

d. Cleansible Areas yaitu Daerah yang dengan mudah dicapai oleh sikat gigi.

TAHAPAN PREPARASI KELAS I

Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut.

Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).

Tahap Preparasi Kavitas Kelas I yaitu :

1. Membuat outline form mengikuti pit dan fissure dan jaringan gigi yang karies.

2. Masuki kavitas dengan bur bulat berkecepatan tinggi hingga kedalaman kurang lebih 2,5 mm.

3. Dengan menggunakan bur fisur hilangkan fosa dan groove dan permukaan oklusal yang terkena karies.

4. Dinding preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah permukaan oklusal untuk menambah retensi tumpatan.

5. Atap ruang pulpa diratakan dengan bur inverted dengan hati-hati agar tidak terjadi perforasi pulpa.

6. Sudut dan dasar preparasi diperiksa kembali dengan sonde untuk memeriksa apakah pulpa terbuka.

7. Kavitas dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.

Gambar: A. Out line preparasi untuk tumpatan amalgam kelas I. B Pengambilan jaringan karies dengan fissure bur

TAHAPAN PREPARASI KELAS II

Definisi restorasi Klas II adalah bila jaringan karies telah mengenai permukaan mesial atau distal (proksimal) gigi posterior. Walaupun lesi Klas II terjadi pada permukaan proksimal, umumnya dianggap sebagai kavitas campuran, yaitu suatu kavitas yang mengenai dua permukaan, salah satunya adalah permukaan oklusal. Begitu sering terjadi sehingga dalam praktik kavitas Klas II dibagi menjadi mesial-oklusal (MO), disto-oklusal (DO), atau mesial-oklusal-distal (MOD). Karena gigi-gigi biasanya saling berkontak, akses ke kavitas tertutup dan harus dibuat dengan memotong substansi gigi dari lingual, fasial, atau oklusal. Cara yang biasa tentunya adalah membuat akses dari oklusal; meskipun begitu, bila lesi dekat garis servikal, kadang-kadang preparasi dari fasial atau lingual menjadi pilihan.

Amalgam adalah suatu bahan yang rapuh, sehingga dibutuhkan dinding kavitas yang tegak lurus terhadap permukaan email. Bila amalgam dimampatkan ke dinding ini, interfase antara email dan amalgam akan berakhir sebagai butt join. Karakteristik amalgam yang buruk ini sering disebut kekuatan tepi. Kekuatan dan keutuhan bagian tepi adalah dua kriteria penting untuk memutuskan apakah tonjolan yang lemah akan dipertahankan atau dikorbankan. Jika dikorbankan, seluruh tonjol dipotong, dibuang kira-kira sepertiga dari panjang total mahkota sehingga cukup banyak ruang untuk logam agar bisa menahan fraktur selama pengunyahan.

Empat tipe perlekatan dapat dipakai untuk retensi restorasi: (1) undercut pada daerah oklusal atau gingival, (2) interlock aksial (alur fasial dan lingual), (3) parit, dan (4) dowel atau pin. Suatu parit adalah lubang yang dibuat, tempat ke dalamnya amalgam akan dimampatkan. Setelah mengeras amalgam menjadi kuat dengan retensi yang besar. Panjangnya bervariasi dari 2-4 mm dan lebarnya kira-kira 1 mm. Parit tidak ditempatkan terlalu jauh ke arah pulpa, tetapi juga tidak terlalu dekat ke permukaan agar bagian tepi gigi tidak patah. Lubang parit harus cukup besar untuk tempat pemampat yang kecil dan dalamnya 1-2 mm.

Gambar 4. Diagram preparasi gigi, nomenklatur dasar dari kavitas . A.Dinding dan dasar B. Pulpa dan dinding gingival boleh juga dinamakan lantai

Untuk lebih bisa dipahami, kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua kategori; (1) Klas II amalgam insipien adalah tambalan yang sedikit banyak menutupi lubang masuk melalui aktivitas mikroba dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak.

Tahapan Preparasi Klas II

1. Buat outline form preparasi kavitas karies proksimal.

2. Bentuk preparasi oklusal mengikuti bentuk fissure gigi molar yang bersangkutan (sama seperti kavitas karies oklusal).

3. Preparasi dilanjutkan hingga memotong margin proksimal.

4. Boks aproksimal dibuat berbentuk step kebawah ke sisi mesial atau distal dari kamar pulpa.

5. Tepi lingual dan bukal dari boks aproksimal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.

6. Tepi gingiva dari boks aproksimal ditempatkan sedemikian rupa sehingga cukup ruang antara daerah ini dengan gigi sebelahnya untuk pemasangan matriks.

7. Dasar pulpa dan dinding gingiva rata serta sejajar dengan bidang oklusal.

8. Dinding gingiva dibuat datar dan setinggi interdental papil di daerah proksimal.

9. Dibuat bevel pada aksio line angel.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI RESTORASI AMALGAM

1. Indikasi dari Restorasi Amalgam yaitu :

a. Kavitas klas I, II, dan V

b. Pada daerah yang memiliki beban kunyah yang besar

c. Tidak mempertimbangkan estetis

2. Kontraindikasi Restorasi Amalgam yaitu :

a. Jumlah karies dalam rongga mulut yang kompleks

b. Karies yang luas dan melibatkan cusp

c. Adanya kebutuhan estetik

d. Gigi antagonis direstorasi dengan menggunakan logam yang tidak sejenis, karena akan menyebabkan terjadinya arus galvanish yang bisa menimbulkan rasa ngilu dan nyeri pada gigi. Karena pada kasus ini saliva berperan sebagai mediator.

3. Kelebihan dari Restorai Amalgam

a. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

b. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

c. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

d. Biayanya relatif lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama jika dibandingkan dengan bahan restorasi lainnya.

4.Kekurangan dari Restorasi Amalgam

a. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi dan juga mudah mengalami perubahan warna (tarnish) sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.

b. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.

c. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

d. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

e. Adanya korosi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan porositas, penurunan integral marginal, berkurangnya kekuatan, dan pelepasan produk-produk metal dalam lingkungan rongga mulut. Galvanic korosi jiga bisa dapat terjadi yaitu korosi yang terjadi apabila amalgam berkontak dengan bahan restorasi lainnya, misalnya emas, amalgam konvensional, alloy prostodonti, dan lainnya.

TAHAPAN RESTORASI AMALGAM

1. Pemilihan Amalgam Alloy

Faktor berikut ini perlu dipertimbangkan saat memilih alloy untuk restorasi;

a. Jenis alloy;

High copper atau low copper alloy

Alloy yang mengandung zink atau free zink

Ukuran dan bentuk partikel

b. Jika restorasi akan mengalami tekanan oklusal tinggi, maka pilihlah amalgam dengan resistensi yang tinggi terhadap fraktur marginal.

c. Pada preparasi yang lebih luas lebih diutamakan penggunaan alloy dengan nilai creep yang rendah.

d. Jika sulit untuk mengontrol kelembaban maka lebih diutamakan penggunaan alloy free zink untuk menghindari ekspansi tertunda.

2. Ratio Merkuri Alloy

Untuk keberhasilan restorasi, rasio merkuri harus spesifik dan akurat sesuai dengan jenis alloy yang digunakan. Merkuri pada dasarnya diperlukan untuk membasahi partikel alloy sebelum mereka bereaksi. Umumnya, adalah 5:8 atau 5:7, jika kandungan merkuri lebih dari jumlah yang diperlukan, maka campuran yang dihasilkan akan lebih lemah, tapi jika kurang, mungkin tidak cukup untuk dapat membasahi partikel alloy. Alloy amalgam Lathecut membutuhkan lebih banyak merkuri untuk membasahi dibandingkan dengan alloys spherical.

Perbandingan takaran alloy dengan merkuri : amalgam yang telah set hendaknya kurang dari 50% , ada 2 teknik yang dikemukakan.

a. Menggunakan perbandingan alloy dan merkuri 5:7 atau 5:8. Kelebihan merkuri mempermuda triturasi dan dapat di peroleh hasil campuran yang plastis. Sebelum bahan dimasukan kedalam kavitas, kelebihan merkuri di ambil dengan cara memerasnya dalam kain kassa.

b. Minimal merkuri techniques (teknik Eames) dimana merkuri dan alloy ditimbang dalam jumlah yang sama, tidak perlu dilakukan pemerasan merkuri sebelum dilakukan kondensasi. Metode pencampuran secara mekanis.

3. Triturasi

Triturasi bertujuan untuk melepaskan oksida dari bubuk alloy. Agar terjadi reaksi bubuk alloy dan Hg secara cepat, permukaan alloy harus bersih dengan cara menggesek partikel-partikel secara mekanis sehingga mengangkat lapisan oksida yang menutupi partikel alloy.

Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Pencampuran manual dengan menggunakan mortal dan pestel

Dipergunakan mortar dan pestel yang terbuat dari gelas. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Kekasaran permukaan ini dapat dipertahankan dengan sekali-sekali mengasahnya dengan pasta karborundum. Pesteladalah alu kecil terbuat dari gelas. Teknik tersebut sudah jarang digunkan sekarang ini, lebih cepat menggunakan metode mekanis, dengan cara ini resiko merkuri terhirup lebih kecil. Tiga faktor untuk mendapatkan campuran massa amalgam yang baik, antara lain : jumlah putaran , kecepatan pemutaran dan besarnya tekanan pada pengaduk. Idealnya 24-25 detik merupakan waktu yang cukup.

b. Pencampuran secara mekanis

Alloy dan merkuri dalam perbandingan yang tepat dapat dicampur secara mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunkan pastel atau stainless steel. Harus dipergunakan pastel yang memiliki diameter jauh lebih kecil darikapsul apabila dipakai alloy yang berbentuk kapsul sehingga memudahkan menghancurkannya. Amalgamator mekanis mempunyai pengaturan waktu sehingga waktu pencampuran yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan untuk ini tersedia dalam bentuk kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah diukur serta merkuri dalam jumlah yang sebanding berada terpisah dengan tutupnya. Sekat pemisag harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan dalam amalgamator.

Alat yang tersedia sesuai dengan proporsi dan pencampuran amalgam. Penggunaan alat ini sangat tepat tetapi pemeliharaan harus dilakukan ketika mengisi merkuri untuk menghindari tumpahnya merkuri dan terjadinya kontaminasi. Problem lain yaitu biasanya alat ini memiliki kecepatan yang rendah dan wktu triturasi sekitar 20-30 detik untuk mendapatkan massa yang menyatu. Hasil amalgam ini umumnya kurang memuaskan.

Pemilihan wajtu triturasi adalah penting, ini tergantung pada tipe alloy yang dipergunakan serta kecepatan mencampur. Pada beberapa high copper alloy tertentu perlu diawasi kondisi triturasi yang tepat. Beberapa produk seperti ini membutuhkan energy yang besar pada pencampuran yang diperlukan untuk menghancurkan pelapis oksida yang terbentuk pada partikel dengan tembaga yang banyak.

Tidak ada rekomendasi yang tepat untuk waktu pencampuran karena amalgamator berbeda dalam hal kecepatan pola getaran dan desain kapsul. Alloy sperikal biasanya membutuhkan waktu malgamasi yang kurang dari alloy lathe.

Campuran dalam jumlah yang lebih sedikit. Keuntungan triturasi mekanis yaitu waktu pencampuran lebih singkat dan prosedurnya lebih standar.

4. Aplikasi Matrix Band

Matrix secara utama digunakan pada restorasi permukaan proksimal. Menurut Roberson dkk., tujuan penggunaan matrix adalah untuk: menyediakan kontak yang baik, kontur yang baik, pembatas material restoratif, dan mengurangi penggunaan material yang berlebih. Matrix yang efektif memiliki ciri: mudah diaplikasikan maupun diambil, memanjang ke bawah margin gingival, memanjang sampai ke atas marginal ridge, dan mempertahankan terhadap deformasi selama penempatan material. Aplikasi matrix pada preparasi gigi dapat melindungi gigi tetangga dari kerusakan (Roberson dkk., 2006).

Tujuan dari penggunaan matrix adalah untuk (Summit dkk., 2006):

a. Mempertahankan amalgam sehingga kondensasi yang adekuat dapat dilakukan.

b. Re-establishment kontak dengan gigi tetangga.

c. Membatasi ekstrusi amalgam dan pembentukan overhang pada hidden margin, seperti proximal gingival margin.

d. Menyediakan kontur fisiologis yang adekuat untuk permukaan proksimal restorasi.

5. Kondensasi

Spherical amalgam lebih mudah dikondensasi daripada admixed amalgam, tapi penempatan keduanya mudah. Secara umum, digunakan amalgam condenser yang lebih kecil dahulu, agar amalgam terkondensasi dengan baik pada sudut internal dan bagian retensi sekunder. Setelah itu, digunakan condenser yang lebih besar.

6. Carving

Penempatan (kondensasi) dan carving amalgam harus dilakukan sebelum amalgam menjadi terlalu keras untuk di-carving. Carving pada area oklusal reatorasi amalgam menggunakan instrumen discoid-cleoid, pada area facial dan lingual dengan Hollenbeck carver, dan pada area embrasure proksimal dengan pisau amalgam atau amalgam scaler.

7. Finishing dan polishing

Jika prosedur carving telah dilakukan dengan benar, proses finishing tidak diperlukan. Sedikit cotton pellet yang dibasahi dapat digunakan untuk menghaluskan restorasi. Namun, tambahan finishing dan polishing restorasi amalgam mungkin diperlukan untuk memperbaiki perbedaan marginal atau memperbaiki kontur. Pada proses ini digunakan stone, atau instrument putar pada posisi margin dibawah cementoenamel junction (CEJ).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN RESTORASI AMALGAM

Menurut Anusavice (2003), kualitas dari restorasi amalgam dapat dipengaruhi oleh :

1. Perbandingan Merkuri dan alloy

Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri : alloy, menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan untuk suatu teknik tertentu. Perbandingan yang instruksi pabrik berbeda-beda sesuai dengan komposisi alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga menurun.

2. Triturasi

Tujuan triturasi (pengadukan) adalah amalgamisasi yang benar dari air raksa dengan logam campur. Tidak ada anjuran yang bisa diberikan tentang waktu pengadukan karena ada banyak faktor yang mempengaruhi. Waktu pengadukan yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang (overtrituration) akan mengurangi kompresi dan kekuatan karena ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase Y1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang pengadukanya terlalu lama mempunyai konsistensi yang kental, lengket dan kekuatan yang lemah karena pembentukan Y1 yang berlebihan.

3. Kondensasi

Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang tertinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks diantara partikel-partikel alloy yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut amalgam.

4. Efek Laju Pengerasan Amalgam

Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh, pada akhir ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressuve strength minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam. Compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.

BAB III PENUTUP

I. KESIMPULAN

Dari hasil diskusi kelompok didapatkan kesimpulan bahwa saat ini penggunaan Amalgam sebagai bahan tambalan jarang sekali digunakan karena estetikanya yang kurang baik, dalam hal penggunaan amalgam sebagai bahan tambalan juga dalam tahapan restorasinya memiliki banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Amalgam sering digunakan untuk kavitas kelas I dan kelas II karena tingkat kekuatan yang tinggi sehingga cocok digunakan untuk gigi posterior yang tidak akan pecah jika menerima daya kunyah juga memiliki tingkat ketahanan terhadap keausan yang tinggi, namun amalgam lebih banyak memiliki kekurangannya, karena jarang sekali digunakan harga antara amalgam dan resin komposit yang sewarna gigi yang sering digunakan memiliki perbandingan harga yang sama, sedangkan penggunaan amalgam sebagai bahan tumpatan sediripun memiliki kekurangan yang tidak sewarna dengan gigi, menimbulkan toksisitas karena kandungan merkuriny, dan memiliki daya creep yang tinggi sehingga menyebabkan gigi tumpatannya menjadi warna hitam juga. Pada tahap preparasi kavitas pun perlu dilakukan sesuai dengan tahapan yang akan dilaksanakan untuk membuat tambalan amalgam dapat bertahan lama yaitu pembuatan outline form, resistensi dan retention form, convenience form, correction of enamel margins, dan toilet of the cavity perlu dilakukan. Pada Tahap penumpatan pun perlu diperhatikan tahapan triturasi, kondensasi, reaksi pengerasan dan pemolesan tumpatan amalgam.

II. SARAN

Setelah mempelajari tentang restorasi amalgam, diharapkan mahasiswa memahami apa tujuan dari pembelajaran ini untuk memudahkan mahasiswa sendiri nantinya. Baiknya menjaga kondisi gigi geligi dan meminimalkan untuk pencabutan gigi geligi juga memperhatikan kondisi gigi yang perlu ditambal dan memperhatikan indikasi dari penggunaan tumpatan amalgam yang baik digunakan untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. Philllips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Jakarta : EGC, 2004

Baum, L., Phillips, R. W., dan Lund, M.R. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran, 1997

Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi : JAYPEE : 2010

SYARAT

TAHAP

ALAT

TAHAPAN

INDIKASI

12