35
PERENCANAANDAN PERANAN TAMBANG DAN RANGKUMAN KEPMEN 555 MENGATUR PERENCANAAN TAMBANG DAN KEPMEN NO 1453.K/29/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN DIBIDANG PERTAMBANGAN UMUM Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Perencanaan tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam serangkaian kegiatan penambangan. Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang adalah sebagai panduan utama dari seluruh kegiatan penambangan guna mencapai kegiatan penambangan yang efektif, efisien, produktif dan aman.Upaya untuk mencapai produksi yang baik yaitu dengan membuat suatu perencanaan penambangan yang berkesinambungan yaitu salah satunya adalah dengan membuat suatu perencanaan sequence penambangan. Dalam perencanaan pembuatan sequence penambangan harus diikuti dengan pembuatan desain tambang dari pembuatan jalan tambang. desain tambag sehiingga untuk mendukung tercapainya target produksi. Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu: 1. Perencanaan strategis yang mengscu kepada sasaran secara menyeluruh, strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.

Resume Minggu Ke 1 New

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tes

Citation preview

Page 1: Resume Minggu Ke 1 New

PERENCANAANDAN PERANAN TAMBANG DAN

RANGKUMAN KEPMEN 555 MENGATUR PERENCANAAN

TAMBANG DAN KEPMEN NO 1453.K/29/MEM/2000

TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN

TUGAS PEMERINTAHAN DIBIDANG PERTAMBANGAN

UMUM

Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai

sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan

untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Perencanaan

tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam serangkaian

kegiatan penambangan. Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang

adalah sebagai panduan utama dari seluruh kegiatan penambangan guna

mencapai kegiatan penambangan yang efektif, efisien, produktif dan

aman.Upaya untuk mencapai produksi yang baik yaitu dengan membuat suatu

perencanaan penambangan yang berkesinambungan yaitu salah satunya adalah

dengan membuat suatu perencanaan sequence penambangan.

Dalam perencanaan pembuatan sequence penambangan harus diikuti

dengan pembuatan desain tambang dari pembuatan jalan tambang. desain

tambag sehiingga untuk mendukung tercapainya target produksi. Pada dasarnya

perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:

1. Perencanaan strategis yang mengscu kepada sasaran secara

menyeluruh, strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan

biaya.

2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan

penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran.

A. Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang

Dari dasar perencanaan tambang dimana terdapat beberapa

pertimbangan dalam pembuatan desain tambang, dalam suatu perencanaan

Page 2: Resume Minggu Ke 1 New

akan berjalan secara maksimal apabila menggunakan pertimbangan-

pertimbangan yaitu:

1. Pertimbangan Ekonomis

Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Dimana didalam

melakukan perencanaan tambang uang merupakan factor yang sangat

menentukan dalam pelaksanaan tambang. Berikut ini adalah beberapa factor-

faktor yang menentukan dalam mempertimbangkan masalah ekonomi:

a. Nilai (value) dari endapan bahan galian

b. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan

produk diluar ongkos stripping.

c. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui

“stripping ratio”nya.

d. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping

Ratio”.

e. Kondisi pasar dimana untuk mengetahui harga pasar dari endapa bahan

galian yang akan di jual.

2 Pertimbangan Teknis

a. Sequence Penambangan

Perencanaan sequence penambangan merupakan bagian dari long term

planning, yang mana perencanaan ini berguna untuk menentukan lokasi-lokasi

mana saja yang akan ditambang perbulannya dalam jangka waktu tertentu

sehingga mencapai target produksi dalam suatu penambangan.

Selain menentukan lokasi-lokasi mana saja yang akan ditambang maka

harus menentukan spesifikasi alat yang akan digunakan dimulai dari alat gali

muat (excavator), alat muat maupun alat angkut yang akan digunakan.

Perencanaan sequence penambangan ini merupakan permodelan akhir tambang

sebuah pit sehingga dengan acuan tersebut selain dapat menentukan lokasi-

lokasi, elevasi, luas atau batasan-batasan lokasi yang akan ditambang perkurun

waktu, juga dapat mendesain bentuk pit, bench, jalan tambang (ramp), dumping

area, stockpile, serta reserve.

b. Desain Dumpingan

Dumpingan merupakan suatu tempat di mana material lepas atau

overburden dibuang. Dalam menentukan lokasi dumpingan perlu diperhatikan

beberapa faktor yaitu lokasinya tidak terlalu jauh dari loading point, luas, dan

Page 3: Resume Minggu Ke 1 New

tidak menggangu proses penambangan sekarang hingga akhir tambang.

Luasnya dumpingan didesain sesuai dengan jumlah waste atau overburden yang

digali dan tentunya harus diperhitungkan faktor pengembangannya

Desain dumpingan juga berguna untuk menentukan haul profile atau jalan

tambang dari loading point hingga dumping point. Jalan tambang ini akan

mengalami sedikit perubahan tiap sequence penambangan disesuaikan dengan

letak loading point masing-masing sequence penambangan.

c. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”

Ultimate pit slope adalah kemiringan maksimal dari suatu lereng di suatu

pertambangan dimana pada akhir operasi penambangan yang tidak

menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk

menentukan UPS ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

- Stripping ratio yang diperbolehkan.

- Sifat fisik dan mekanik batuan

- Struktur Geologi

Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai

pendekatan untuk memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi

pada suatu lereng. Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving

force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting

force) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang

gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir

atau sudut lereng.

d. Dimensi jenjang/bench

Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang.

Dimana dimensi jenjang juga sangat menentukan produksi didalam oprasi

penambangan dimana hal ini berkaitan dengan alat-alat mekanis yang melewati

jenjang tersebut. Dimensi jenjang harus memperhatikan faktor keamanan dan

efesiensi kerja. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang jenjang.

e. Kondisi geometri jalan

Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran

operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Beberapa

geometri yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan/hambatan

yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan pengangkutan. Perhitungan

lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan.

Page 4: Resume Minggu Ke 1 New

Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan,

kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan

jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut. Hal ini akan menentukan

efesiensi kerja dari sehigga dapat mencapa target produksi.

Dalam pembuatan ini sangaat berkaitan dengan jenis batuan, struktur

geologi dan pengaruh muka air tanah yang dapat menyebabkan longsor.

Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang

dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi

pangangkutan akan semakin aman dan lancar

- Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus

- Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau

- Lebar jalan angkut minimum pada tikungan pemilihan sistem penirisan

f. Pemilihan sistem penirisan

Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air

yang masuk atau menggenangi suatu daerah penambangan yang dapat aktivitas

penambangan. Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air

lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan. Oleh karena itu dalam

pembuatan system penirisan tambang harus menggunakan perhitungan yang

aktual dan perhitungan jumlah pompa yang tepat.

g. Kondisi geografi dan geologi

- Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem

penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan

cara penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat,

jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.

- Struktur geologi ni terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan

gerakan-gerakan tektonis.

- Penyebaran batuan

- Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan

rekahan.Adanya air dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air

pori.

h. Persiapan Penambangan

Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas

penambangan. Persiapan penambangan ini berupa pembersihan areal yang

Page 5: Resume Minggu Ke 1 New

akan ditambang (Land Clearing), pembuatan jalan tambang, penanganan

masalah air (drainase) dan pengupasan tanah penutup (Stripping OB).

i. Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan

Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan

dari batuan induknya baik dengan cara penggalian dengan menggunakan alat

gali maupun dengan cara pemboran dan peledakan. Pemuatan adalah kegiatan

lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point yang bertujuan untuk

memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik itu

grizzly atau pada disposal area.

B. Dasar Pemilihan Sistem Penambangan

Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada

beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:

- Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau

jauh dari permukaan.

- Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan

yang maksimal dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif

aman.

- Pertimbangan teknis

- Pertimbangan Teknologi.

Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah

metode open pit, open mine, open cut, dan open cast. Cara penggalian endapan

bahan galian yang digunakan pada metode penambangan open pit,open cut,

open cast dan open mine adalah:

a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench) sistem jenjang tunggal biasanya

dipakai untuk menambang bahan galian yang relatif dangkal dan

memungkinkan unutk beroperasi dengan jenjang tunggal.

b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench) yaitu penambangan dengan

jenjang bertingkat umumnya digunakan untuk menambang bahan galian

yang kompak (massive) dan endapan bijih tebal yang sanggup ditambang

jika menggunakan cara penambangan dengan jenjang tunggal.

Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan,

yaitu :

Page 6: Resume Minggu Ke 1 New

- Jumlah Tanah Penutup Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang

berada di atas lapisan bijih. Sebelum pengambilan bijih, terlebih dahulu

tanah penutupnya harus dikupas. Jumlah dari tanah penutup harus

diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai “Stripping Ratio”.

- Jumlah Cadangan Bijih merupakan data hasil pemboran dan eksplorasi,

dapat diketahui jumlah cadangan bijih yang dapat ditambang (mineable).

Hasil perhitungan cadangan tersebut terdapat standar pengurangan

dimana diperoleh mining recovery. Standar pengurangan tersebut dapat

berupa geologi factor,mining loss, dilution

- Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio Batas penambangan

ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak untuk diproduksi.

Cara penentuannya adalah dengan memisahkan daerah yang layak

dalam masalah kadar,diman kelayakan kadar adalah cut off grade (COG).

C. Kepmen 555 Mengatur Perencanaan Tambang

Pasal 141

Jalan Darat

1) Jalan yang digunakan kendaraan di pertambangan, harus diberi tanda

yang jelas. Setiap kendaraan hanya boleh menggunakan jalan yang telah

ditetapkan untuk jalan angkutan.

2) Radius minimum dan kemiringan jalan maksimum, harus sesuai dengan

kemampuan kendaraan yang dipakai.

3) Bagian pinggir jalan yang terbuka pda jalan bertebing harus dilengkapi

dengan tanggul penghalang yang memadai.

4) Permukaan jalan apabila memungkinkan harus diberi pelapis untuk

memperkuat, menahan erosi dan atau menghindari slip.

5) Permuka jalan yang lurus harus rata dan bagian yang meninggi di sisi luar

tikungan sedapat mungkin tidak mengakibatkan ketidakstabilan pada

kendaraan yang tinggi atau bermuatan.

6) Lampu penerangan dalam jumlah yang cukup harus disediakan di tempat

kerja dan pada tempat strategis di sepanjang jalan angkutan guna

Page 7: Resume Minggu Ke 1 New

menjamin keselamatan pejalan kaki, terutama apabila jalan tersebut

memotong jalan orang.

7) Setiap jalan angkutan yang lewat di bawah rintangan harus diberi tanda

peringatan yang jelas tentang adanya rintangan dan tinggi rintangan

tersebut. Tanda peringatan dan penghalang harus dibuat pada lintasan

hantaran listrik udara memotong jalan jalan angkutan.

BAB VPEMBORAN

Pasal 228Tata-cara

(1) Kepala Teknik Tambang atau petugas yang bertanggung jawab untuk

setiap pekerjaan pemboran harus membuat tata cara kerja sesuai jenis

alat bor yang dipakai.

(2) Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis harus memastikan bahwa

pekerjaan pemboran dilakukan berdasarkan tata cara kerja yang

ditetapkan.

Pasal 229

Persiapan Lokasi

Dan Pemancangan Instalasi Bor

(1) Lokasi pemboran harus ditempatkan pada jarak yang cukup aman dari

hantaran kabel listrik udara, kabel tanah atau saluran pipa.

(2) Lokasi pemboran harus diamankan dari masuknya orang dan hanya

orang yang diberi izin yang diperbolehkan masuk ke dalam daerah

tersebut dan harus tersedia jalan keluar darurat.

(3) Pada lokasi pemboran harus disediakan sarana tempat mencuci,

mengganti, dan menyimpan pakaian serta barang pribadi, kecuali pada

lokasi yang berdekatan tersedia sarana tersebut.

(4) Apabila peralatan bor akan dipindahkan dari satu lokasi pemboran

kelokasi lainnya maka pipa bor, perkakas dan peralatan lainnya harus

diamankan, dan tiang bor harus ditempatkan pada posisi yang aman.

Sewaktu memindahkan alat bor ke tempat yang baru, juru bor harus

dibantu oleh pembantu juru bor.

Page 8: Resume Minggu Ke 1 New

(5) Dilarang melakukan pekerjaan yang lain di bawah atau berdekatan

dengan derek bor yang sedang dipancangkan atau dibongkar, atau pada

saat tiang bor dinaikkan atau diturunkan.

(6) Menaikkan atau menurunkan tiang bor atau derek bor harus dilaksanakan

pada kondisi dengan cahaya cukup terang.

(7) Tindakan pengaman harus dilakukan untuk menjaga derek bor atau tiang

bor dari kerusakan yang diakibatkan oleh tiupan angin kencang sewaktu

memancing, membongkar atau menaikkan.

(8) Dalam hal menaikkan atau menurunkan derek bor atau tiang bor portabel,

petunjuk dari pabrik pembuatnya harus benar-benar diikuti. Dilarang

menggunakan derek bor atau tiang bor dengan beban yang melebihi

batas beban maksimum.

(9) Lampu penerangan harus diatur baik, sehingga tempat kerja pemboran

dan rakt empat pipa cukup terang atau tidak menyilaukan mata juru bor.

Bila perlu, lampu peringatan untuk lalu lintas udara harus dipasang pada

puncak derek bor atau tiang bor dan harus mematuhi peraturan lalulintas

udara. Lampu penerangan harus dilengkapi dengan dudukan dan

pelindung lampu.

(10) Instalasi bor harus dioperasikan pada permukaan yang datar dan jika

bekerja pada suatu teras, harus diatur pada jarak yang aman dan

sekurang-kurangnya 3 meter dari ujung teras. Ketika sedang beroperasi

instalasi bor harus diatur agar poros longitudinalnya tegak lurus dengan

ujung teras.

Pasal 231

Pemboran Eksplorasi

(1) Untuk daerah pemboran eksplorasi harus tersedia peta situasi yang

selalu diperbaharui dengan skala sekurangkurangnya 1 : 2500,

dilengkapi dengan garis bujur astronomis, termasuk keadaan daerah

dalam radius 500 meter dari setiap lubang bor atau sampai dengan batas

kuasa pertambangan apabila jarak batas kuasa pertambangan tersebut

kurang dari 500 meter.

(2) Peta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus menggambarkan:

Page 9: Resume Minggu Ke 1 New

a. Seluruh bangunan, pabrik, dan jalur pipa;

b. Lokasi semua lubang bor dengan nomor yang berurut baik yang

sudah selesai atau yang masih dilaksanakan dan

c. Semua jalan, sungai, dan mata air.

(3) Penampang setiap lubang bor harus digambar dengan skala 1 : 1000

untuk kedalamannya dan 1 : 20 untuk lebarnya selalu diperbaharui

datanya sekurang-kurangnya 1 bulan sekali atau segera setelah selesai

dikerjakan.

(4) Gambar penampang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus

menunjukkan:

a. Lapisan-lapisan tanah;

b. Kandungan bahan galian;

c. Batas kandungan air;

d. Jenis pelindung lubang bor dan

e. Alat penyumbat aliran air

(5) Pada pemboran harus ada buku kerja yang selalu diisi mengenai:

a. Tata cara pengeboran;

b. Keadaan lapisan batuan;

c. Formasi batuan yang telah di bor;

d. Kedalaman yang dicapai dan letak dari setiap endapan;

e. Kemajuan per hari;

f. Ukuran lubang dan pipa bor yang digunakan;

g. Cara menyumbat aliran air dan

h. Hasil dari uji percobaan dan alat penutup lapisan air.

(6) Apabila adanya air artesis mengakibatkan berubahnya peta situasi, peta

penampang, buku kerja pemboran, dan nendapan bahan galian tertentu, kopi

perubahan tersebut harus segera dikirimkan kepada Kepala Pelaksana

Inspeksi Tambang.

(7) Semua lubang bor yang tidak diperlukan lagi harus ditimbun kembali dengan

material padat.

Page 10: Resume Minggu Ke 1 New

BAB VI

TAMBANG PERMUKAAN

Bagian Pertama

Cara Kerja Yang Aman

Pasal 239

Umum

(1) Di sekitar bagian tambang baik yang masih ada kegiatan maupun yang

sudah ditinggalkan dan dapat menimbulkan bahaya, harus diberi pagar

pengaman dengan tinggi sekurang-kurangnya 80 sentimeter atau

dipasang tanda peringatan.

(2) Jalan masuk ke setiap tempat kerja pada kegiatan tambang harus

dirawat.

(3) Setiap jalan masuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang

mempunyai kemiringan lebih dari 40 derajat harus dilengkapi dengan

tanggal yang dipasang secara tetap atau jalan bertangga. Apabila tangga

dipasang lebih curam dari 75 derajat harus dilengkapi pagar sandaran

punggung.

(4) Tangga tetap sebagaimna dimaksud dalam ayat (3) harus terpasang kuat

dan aman.

(5) Tangga tetap yang panjangnya lebih dari 10 meter harus mempunyai

lantai istirahat pada setiap selang jarak 10 meter dan ujung tangga

tersebut harus menonjol 90 sentimeter pada tiap lantai.

(6) Penggunaan kereta gantung (cable way) atau kendaraan yang berjalan di

atas rel untuk pengangkutan orang harus mendapat izin Kepala

Pelaksana Inspeksi Tambang.

(7) Mulut sumuran, bak penampung, dapur pemanggangan atau corongan

harus diberi pagar pengamana.

Page 11: Resume Minggu Ke 1 New

Pasal 240

Cara Kerja

(1) Kepala Teknik Tambang harus menjamin bahwa kemantapan lereng

penambangan, penimbunan, dan material lainnya telah diperhitungkan

dalam perencanaan tambang.

(2) Penimbunan tanah penutup hanya dapat dilakukan pada jarak sekurang-

kurangnya 7,5 meter dari ujung teras atau penambangan.

(3) Dilarang melakukan penggalian potong bawah (undercutting) pada

permuka kerja, teras atau galeri, kecuali mendapat persetujuan Kepala

Pelaksana Inspeksi Tambang.

(4) Permuka kerja harus aman dari batuan menggantung dan pada waktu

pengguguran batuan, para pekerja di tempat tersebut harus menyingkir.

(5) Apabila suatu pekerjaan harus dilakukan secara manual pada permuka

kerja yang tingginya lebih dari 2,5 meter dari lantai kerja, para pekerja

tambang harus memakai sabuk pengaman atau pelana pengaman.

(6) Permuka kerja tambang permukaan pada bagian atas daerah kegiatan

tambang bawah tanah hanya dapat dibuat setelah mendapat persetujuan

Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(7) Dilarang bekerja atau berada di atas timbunan aktif batu pecah, kecuali:

a. Berdasarkan perintah seorang pengawas tambang;

b. Curahan batu ke dan dari timbunan telah dihentikan;

c. Telah diperoleh kepastian bahwa corongan di bawah timbunan telah

ditutup dan

d. Pekerja mengenakan sabuk pengaman yang dihubungkan dengan tali

yang sesuai panjangnya, diikatkan secara kuat dan aman pada titik

tetap di atasnya.

Page 12: Resume Minggu Ke 1 New

Pasal 241

Tinggi Permuka Kerja

Dan Lebar Teras Kerja

(1) Kemiringan, tinggi dan lebar tetap harus dibuat dengan baik dan aman

untuk keselamatan para pekerja agar terhindar dari material atau benda

jatuh.

(2) Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang

mengandung pasir, tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya harus:

a. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual;

b. Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara mekanik dan

c. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan dengan

menggunakan clamshell, dragline, bucket wheel excavator atau alat

sejenis kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi

Tambang.

(3) Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada material kompak

tidak boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara manual;

(4) Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang

dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang

maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter, kecuali

mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

(5) Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:

a. Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang

lebih dari 15 meter dan

b. Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.

(6) Lebar lantai tras sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau

disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja

dengan aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety

berm) pada tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari

kemungkinan adanya rekahan atau tanda-tanda tekanan atau tanda-

tanda kelemahan lainnya.

Page 13: Resume Minggu Ke 1 New

Pasal 242

(1) Pada waktu membuat sumuran, parit atau pekerjaan sejenis, yang

dinding bukaannya mencapai tinggi lebih dari 1,2 meter harus diberi

penyangga atau dibuat miring dengan sudut yang aman.

(2) Pembuatan tanggul atau bendungan air baik yang bersifat sementara

atau tetap harus cukup kuat dan memenuhi persyaratan yang berlaku.

Pasal 243

Penirisan dan Bendungan

(1) Setiap tambang permukaan harus mempunyai sistem penirisan yang

terencana dengan kapasitas yang cukup.

(2) Untuk mengurangi air yang masuk ke daerah open cut harus dibangun

tanggul pengelak dan penirisan bersistem.

Bagian Kedua

Tambang Hidrolis

Pasal 244

Umum

Perencanaan tambang hidrolis termasuk sistem sirkulasi air, saluran air,

bendungan serta kolam limbah dan sebaganya harus terinci dengan baik.

Page 14: Resume Minggu Ke 1 New

Bagian Keenam

Kontrol Batuan, Penyangga Dan

Cara Melakukannya

Pasal 346

Umum

Kepala Teknik Tambang harus melakukan pengendalian gerakan lapisan batuan

atap di dalam tambang bawah tanah dan bilamana diperlukan harus menyangga

atap dan dinding suatu bukaan di setiap tempat kerja.

Pasal 347

Penyangga Alami

(1) Penyangga alami harus disediakan untuk melindungi sumuran dan jalan

keluar.

(2) Penyangga alami haurs disediakan untuk pengamanan apabila di atas

tambang tersebut terdapat danau, sungai dan bendungan.

(3) Penyangga alami harus disediakan apabila di atas tambang tersebut

terdapat fasilitas umum.

(4) Kepala Teknik Tambang haurs mengirimkan peta perencanaan tambang,

peta geologi atau peta perencanaan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi

Tambang apabila terdapat kondisi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), (2), dan (3).

(5) Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat merubah ukuran penyangga

alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3) termasuk

persyaratan lainnya.

(6) Dilarang menambah dan mengurangi ukuran penyangga alami kecuali

telah mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

Page 15: Resume Minggu Ke 1 New

Pasal 351

Penyangaan

(1) Kepala Teknik Tambang harus membuat pedoman penyanggaan untuk

setiap jenis bukaan.

(2) Bukaan yang memerlukan penyanggaan harus dilakukan sesuai dengan

jenis batuan dan metoda penambangan.

(3) Dilarang melepas atau merubah penyangga yang sudah terpasang,

kecuali diperintah dan diawasi.

(4) Dilarang melepas atau merubah lantai, atap, alas, kayu batangan atau

balok kayu, dan sejenisnya apabila hal tersebut akan menimbulkan

bukaan berbahaya kecuali dalam pengawasan ketat.

(5) Material penyangga harus cukup kuat dan dalam jumlah yang cukup serta

siap pakai.

(6) Apabila bahan penyangga tidak tersedia dan kondisi tempat kerja

berbahaya, maka kegiatan pada tempat kerja tersebut harus dihentikan.

Bagian Kesembilan

Penirisan Air Tambang

Pasal 377

Upaya Umum

(1) Tempat kerja di bawah tanah harus:

a. Bebas dari akumulasi atau aliran air yang dapat membahayakan para

pekerja di daerah tersebut dan

b. Mempunyai sistem penirisan air untuk mengeluarkan kelebihan air

dengan pompa dari dalam tambang.

(2) Pompa air displasemen positif (positive displacement) harus dilengkapi

dengan sebuah katup pengatur atau sistem lain.

(3) Upaya harus dilakukan untuk meniadakan akumulasi air di dalam

corongan batu atau lubang naik dimana material di dalam corongan atau

lbang naik menyumbat aliran air.

Page 16: Resume Minggu Ke 1 New

(4) Pada bukaan produksi atau daerah rongga dimana bijih ditimbun sebelum

dimuat harus tersedia sarana penirisan air kecuali tumpukan material

dapat meniriskan air sendiri secara efektif.

(5) Apabila air hujan mempengaruhi debit air di dalam tambang maka Kepala

Teknik Tambang harus memantau curah hujan dan tindakan harus

dilakukan sebelumnya untuk mencegah kenaikan debit air di dalam

tambang.

(6) Jalan transport harus dilengkapi dengan saluran penirisan air yang efektif

sehingga rel dan bantalannya tidak tergenang air.

D. Kepmen No 1453.K/29/Mem/2000 Tentang Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Dibidang Pertambangan

Umum

BAB I

PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM

Pasal 1

(1) Usaha pertambangan umum baru dapat dlaksaanakan apabila telah

mendapatkan Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya (KK) dan

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dari

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral/Gubernur/Bupati/Walikota

sesuai lingkup kewenangan masing-masing.

(2) Usaha pertambangan dalam rangka KK dan PKP2B harus dilakukan oleh

Badan hukum yang bergerak di bidang usaha pertambangan umum.

(3) Persyaratan, prosedur dan format permohonan perizinan KP, KK dan

PKP2B sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 sampai dengan III

Keputusan Menteri ini.

Pasal 2

(1) Pada satu wilayah usaha pertambangan umum dapat diberikan KP, KK

dan PKP2B untuk bahan galian lain yang keterdapatannya berbeda

setelah mendapat persetujuan dari pemegang KP, KK atau PKP2B

terdahulu.

Page 17: Resume Minggu Ke 1 New

(2) Pemegang KP, KK dan PKP2B mempunyai hak mendapatkan prioritas

untuk mengusahakan bahan galian lain dalam wilayah kerjanya.

Pasal 3

Dalam hal terjadi tumpang tindih antara kegiatan usaha pertambangan dengan

kegiatan usaha selain usaha pertambangan umum, maka prioritas peruntukan

lahan ditentukan oleh Gubernur/Bupati/walikota sesuai lingkup kewenangan

masing-masing

BAB II

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan yang dilaksanakan oleh pemegang KP, KK dan PKP2B sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi pemberian persetujuan :

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terdiri dari

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), ANDAL,

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan;

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UKL-UPL) untuk yang tidak wajib AMDAL, yang disusun oleh

masing-masing pemegang KP, KK dan PKP2B selaku pemrakarsa

dengan mengacu pedoman teknis penyusunan AMDAL, UKL-UPL

sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan V Keputusan Menteri

ini.

Pasal 5

(1) Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing

mewajibkan pemegang KP, KK dan PKP2B pada tahap

Page 18: Resume Minggu Ke 1 New

eksploitasi/produksi untuk menyampaikan laporan Rencana Tahunan

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RTKPL);

(2) Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing

mewajibkan pemegang KP, KK dan PKP2B pada saat memulai tahap

operasi/produksi untuk menyampaikan laporan Rencana Tahunan

Pengelolaan Lingkungan (RTKL) dan menempatkan Dana Jaminan

Reklamasi pada bank pemerintah atau bank devisa sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pedoman penyusunan laporan RTKPL, RTKL dan tata cara penempatan

serta pencairan jaminan reklamasi sebagaimana tercantum dalam

Lampiran VI dan VII Keputusan Menteri ini.

BAB III

PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT SERTA KEMITRAUSAHAAN

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing-masing

menugaskan pemegang KP, KK dan PKP2B sesuai dengan tahapan dan

skala usahanya untuk membantu program pengembangan masyarakat

dan pengembangan wilayah pada masyarakat setempat yang meliputi

pengembangan sumber daya manusia, kesehatan dan pertumbuhan

ekonomi.

(2) Gubernu/Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap pelaksanaan program pengembangan masyarakat dan

pengembangan wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Pasal 7

Gubernur/bupati/Walikota wajib mengupayakan terciptanya kemitrausahaan

antara pemegang KP, KK dan PKP2B dengan masyarakat setempat berdasarkan

prinsip saling membutuhkan dan saling menguntungkan.

Page 19: Resume Minggu Ke 1 New

BAB IV

PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang pertambangan umum

oleh Propinsi atau Kabupaten/Kota diselaraskan dengan potensi sumber

daya mineral, sumberdaya manusia, pendanaan dan organisasi

penyelenggaraannya.

(2) Organisasi penyelenggaraan pemerintah dibidang pertambangan umum

disusun berdasarkan fungsi-fungsi :

a. pengaturan;

b. pemrosesan perizinan;

c. pembinaan usaha;

d. pengawasan eksploitasi, produksi, keselamatan dan kesehatan kerja

(K3), lingkungan dan konservasi;

e. pengelolaan informasi pertambangan;

f. pengevaluasian dan pelaporan kegiatan.

(3) Pemangku jabatan yang melaksanakan fungsi-fungsi organisasi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) agar didasarkan atas kompetensi

sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Keputusan Menteri ini.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 9

(1) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan usaha pertambangan umum

terhadap pemegang KP. KK dan PKP2B dilakukan oleh Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai lingkup

kewenangan masing-masing.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi aspek :

a. eksplorasi;

b. produksi dan pemasaran;

c. keselamatan dan kesehatan kerja (K3);

Page 20: Resume Minggu Ke 1 New

d. lingkungan;

e. konservasi;

f. tenaga kerja;

g. barang modal;

h. jasa pertambangan;

i. pelaksanaan penggunaan produksi dalam negeri;

j. penerapan standar pertambangan;

k. investasi, divestasi dan keuangan.

(3) Pelaksanaan pengawasan langsung di lapangan terhadap aspek produksi

dan pemasaran, konservasi, K3 serta lingkungan oleh Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral, gubernur, Bupati/ Walikota sesuai lingkup dan

kewenangan masing-masing dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam)

bulan sekali.

Pasal 10

(1) Pemeriksanaan aspek K3 dan lingkungan dilaksanakan oleh Pelaksana

Inspeksi Tambang/Inspektur Tambang.

(2) Persyaratan Tugas pokok dan fungsi Pelaksana Inspeksi

Tambang/Inspektur Tambang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berpedoman pada Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

2555 K/201/M.PE/1993 tanggal 19 Juli 1993 tentang pelaksana Inspeksi

(4) Tambang dengan segala perubahannya.

(3) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan K3 berpedoman pada

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555

K/26/MPE/1995 tanggal 22 Mei 1995 tentang Pedoman Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Bidang Pertambangan Umum dengan segala

perubahannya.

(4) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan lingkungan berpedoman pada

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

1211.K/008/M.PE/1995 tanggal 17 Juli 1995 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan

Usaha Pertambangan Umum dengan segala perubahannya.

Page 21: Resume Minggu Ke 1 New

(5) Pedoman Tata Cara Pengawasan Lingkungan dan K3 beserta

pelaporannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Keputusan

Menteri ini.

Pasal 11

Pedoman Tata Cara Pengawasan Eksploitasi dan Konservasi dalah

Sebagaimana tercantum dalam Lampiran X dan XI Keputusan Menteri ini.

Pasal 12

Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Produksi adalah sebagaimana tercantum

dalam Lampiran XII Keputusan Menteri ini.

Pasal 13

Pelaksanaan pengawasan tenaga kerja, barang modal, jasa pertambangan,

pelaksanaan penggunaan produksi dalam negeri, penerapan standar

pertambangan, investasi, divestasi dan keuangan berdasrkan evaluasi atas

laporan tentang rencana dan realisasi yang disampaikan dan uji petik di

lapangan.

BAB VI

PELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 14

(1) Gubernur/Bupati/Walikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing

mewajibkan pemegang KP, KK dan PKP2B untuk menyampaikan laporan

kegiatan bulanan, triwulan, tahunan dan laporan akhir serta laporan-

laporan khusus lainnya dengan tembusan kepada Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral dan Instansi terkait.

(2) Bentuk dan format laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai

pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII a, b, c, d, e dan f

Keputusan Menteri ini.

Page 22: Resume Minggu Ke 1 New

Pasal 15

Gubernur/Bupati/Walikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing

melakukan evaluasi atas laporan kegiatan KP. KK dan PKP2B sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1).

Pasal 16

(1) Gubernur/Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan

usaha pertambangan umum di wilayahnya masing-masing sesuai

ketentuan Pasal 44 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dengan

tembusan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral setiap 6

(enam) bulan sekali.

(2) Format laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah

sebagaimana tercantum dalam lam,piran XIV Keputusan Menteri ini.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

(1) Kuasa Pertambangan, Kontrak Kerja dan Perjanjian Kerjasama

Pengusahaan Pertambangan Batubara yang telah diterbitkan sebelum

tanggal 31 Desember 2000 beserta hak dan kewajibannya tetap berlaku

sampai habis masa berlakunya.

(2) Permohonan peningkatan, perpanjangan, perluasan, penciutan, dan

pengakhiran atas izin usaha pertambangan yang telah diterbitkan

sebelum tanggal 6 November 2000 tetap diproses oleh Direktorat

Jenderal Pertambangan Umum sampai dengan tanggal 31 Desember

2000.

(3) Penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang pertambangan umum

oleh Pemerintah Daerah dilaksakan mulai tanggal 1 Januari 2001.

Page 23: Resume Minggu Ke 1 New

Pasal 18

Wilayah Pertambangan Rakyat yang telah ditetapkan sebelum tanggal 6

November 2000 masih tetap berlaku.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Kebijakan dalam bentuk Pengaturan, kewenangan dan pedoman-pedoman

lainnya yang dipandang perlu dan belum tercantum dalam Pedoman Teknis ini

akan diatur dan ditetapkan kemudian.

Pasal 20

(1) Peraturan pelaksanaan yang bertentangan dan/atau tidak sesuai dengan

Keputusan Menteri ini dinyatakan tidak berlaku.

(2) Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Page 24: Resume Minggu Ke 1 New

KESIMPULAN

Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai

sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan

untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Perencanaan

tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam serangkaian

kegiatan penambangan. Dalam perencanaan pembuatan sequence

penambangan harus diikuti dengan pembuatan desain tambang dari pembuatan

jalan tambang. desain tambag sehiingga untuk mendukung tercapainya target

produksi.

Dari dasar perencanaan tambang dimana terdapat beberapa

pertimbangan dalam pembuatan desain tambang, dalam suatu perencanaan

akan berjalan secara maksimal apabila menggunakan pertimbangan ekonomis

dan pertimbangan teknis. Dalam penentuan sistem penambangan yang akan

digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah letak

kedalaman endapan, pertimbangan ekonomis, pertimbangan teknis dan

pertimbangan teknologi.

Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu

perencanaan tambang. Rancangan penambangan ini merupakan program

penambangan yang akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas dan aturan

tegas yang harus dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari

keseluruhan perencanaan tambang tersebut.

Page 25: Resume Minggu Ke 1 New

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012 “Perencanaan Tambang”

http://www.amanahgroup

.-co.id/index.php/menuprofile/perencanaantambang pada hari Minggu, 6

Oktober 2013 pukul 23.58 WIB.

Anonim, 2013 “Perencanaan Tambang” http://minoritystudyclub.blogspot.-

com/2013/04/p-erencanaan-tambang.html pada hari Minggu, 6 Oktober

2013 pukul 23.58 WIB

Jaya, Parto, 2013 “Perencanaan Tambang”

http://partojaya.blogspot.c-om/2013/02/perencanaantambang.html?

zx=a7eb7cda1aebc03a pada hari Minggu, 6 Oktober 2013 pukul 22.38

WIB

Anonim, 2010 “Dasar Perencanaan Tambang”

http://mheea-nck.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-perencanaan-

tambang.html pada hari Minggu, 6 Oktober 2013 pukul 22.42 WIB