41
LAPORAN PENDAHULIAN BRONCHITIS DI POLI PARU RS dr. SOEPRAOEN MALANG OLEH : NI PUTU NIA NURMALASARI (121036)

RESUME PARU

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh resume lung disease

Citation preview

LAPORAN PENDAHULIAN BRONCHITIS

DI POLI PARU RS dr. SOEPRAOEN MALANG

OLEH :

NI PUTU NIA NURMALASARI

(121036)

A. PENGERTIAN

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal

yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh

perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-

otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan

bronkus besar jarang terjadi. (anonim, 2009)

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal

selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang

diketahui tidak terdapat penyebab lain (anonim, 2009).

Bronchitis kronik merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap hari

disertai keluarny dahak, sekurang-kurangnya dalam 3 bulan dalam satu tahun dan paling sedikit

2 tahun berturut-turut.

B. ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN

1.      Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular

yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang

melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang

dihirup ke dalam paru – paru.

2.      Faring

Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi

menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk

menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.

3.      Laring

Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya

adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah

dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah.

1.      Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang

lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal

sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk

yang kuat jika dirangsang.

2.      Bronkus

Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan

lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih

panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus

segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh

rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing

menjauhi paru menuju laring.

3.      Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai

kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang

menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

4.      Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe

I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif

secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan

mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel –

sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan penting.

C. ETIOLOGI

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari

polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. Penyebab

pasti bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-

kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat. Kelainan congenital Dalam hal

ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor

perkembangan fetus memegang peran penting.

D. PATOFISIOLOGI

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan

peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan

gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus

tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus

tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara

lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya

sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain

itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.

Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem

eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit

dikeluarkan dari saluran nafas.

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya

penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini

adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia

berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak

nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.

             Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :

Keluhan-keluhan

a.     Batuk

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan

frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya

banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau

tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya

purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman

anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya

pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung

beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian :

                                                   1.      Lapisan teratas agak keruh

                                                   2.      Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )

                                                   3.      Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari

bronkus yang rusak ( celluler debris ).

b.     Haemaptoe

Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi

mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang

timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang

cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi

nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah

sistemik ). Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena

bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk

dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada

tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.

c.           Sesak nafas ( dispnea )

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya

sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh

timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang

( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak

nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi

bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.

d.         Demam berulang

 Bronchitis merupak an penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada

bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam ( demam berulang )

e.         Kelainan fisis

Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi

bronchitis.Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal

kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru

yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah

pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru

yang diserang amat luas serta kerusakannya he bat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi

retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi

penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan

ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi

obstruksi bronkus.

Sindrom kartagenr. Sindrom ini terdiri atas gejala-gejala berikut :

 Bronchitis congenital, sering disertai dengan silia bronkus imotil

o   Situs inversus pembalikan letak organ-organ dalam dalam hal ini terjadi dekstrokardia, left

sided gall bladder, left-sided liver, right-sided spleen.

o   Sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis. Semua elemen gejala sindrom

kartagener ini adalah keleinan congenital. Bagaimana asosiasi tentang keberadaanya yang

demikian ini belum diketahui dengan jelas.

 Bronchitis. Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang biasanya merupakan gejala

sisa komleks primer tuberculosis paru primer. Kelainan ini bukan merupakan tanda klinis

bronchitis, kelainan ini sering menimbulkan erosi bronkus didekatnya dan dapat masuk kedalam

bronkus menimbulkan sumbatan dan infeksi, selanjutnya terjadilah bronchitis. Erosi dinding

bronkus oleh bronkolit tadi dapat mengenai pembuluh darah dan dapat merupakan penyebab

timbulnya hemaptoe hebat.

f.     Kelainan laboratorium.

Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan polisitemia sekunder.

Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing ditemukan anemia, yang menunjukan

adanya infeksi kronik, atau ditemukan leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif.

Urin umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan proteiuria.

Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap antibiotic, perlu dilakukan bila ada

kecurigaan adanya infeksi sekunder.

g.         Kelainan radiologist

Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista kecil dengan fluid

level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang terkena, ditemukan juga bercak-

bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps. Gambaran bronchitis akan jelas pada bronkogram.

h.         Kelainan faal paru

Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran udara ekspirasi

satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena terjadinya obstruksi airan udara

pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah berupa penurunan PaO2 ini menunjukan

abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru.

            Tingkatan beratnya penyakit

a.                 Bronchitis ringan

Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam,  ada haemaptoe

ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma, foto dada normal.

b.                Bronchitis sedang

Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat,  ( umumnya warna hijau

dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ), adanya haemaptoe, umumnya pasien masih

Nampak sehat dan fungsi paru normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah

kasar pada daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.

c.     Bronchitis berat

 Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan berbau. Sering

ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada obstruksi nafas akan

ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumny pasien mempunyai

keadaan umum kurang baik, sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien

mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis. Pada gambaran foto dada

ditemukan kelianan : bronkovascular marking, multiple cysts containing fluid levels. Dan pada

pemeriksaan fisis ditemukan ronchi basah kasar pada daerah yang terkena.(anon im 2009).

F. RESUME

a. Identitas klien

b. Alas an Masuk Rumah sakit

c. Keluhan saat ini

d. Pengkajian :

1) BI (breath/pernafasan)

2) B2 (blood/jantung, pembuluh darah, hemodinamik)

3) B3 (brain/kesadaran)

4) B4 (blader/BAK)

5) B5 (bowel/BAB)

6) B6 ( bone/ekternitas)

e. Pemeriksaan diagnostic :

o Foto Thorax

Foto thorak pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa  bayangan

garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apekspar daan corakan paru yang

bertambah.

o Laboratorium : leukosit > 17.500.

o X-ray

o Kultur dahak/lendir

o Pulmonary fuction (PFT)

o AGD (anlisa gas darah)

o Polisitemia

o EKG

f. Terafi Medis

g. Diagnose Keperawatan

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia,

mual muntah.

4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses

penyakit kronis.

PERENCANAAN KEPERAWATAN

         Diagnosa 1: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:

Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat

dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama /

adanya proses infeksi akut.

Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan

jebakan udara.

         Diagnosa 2: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

oleh sekresi, spasme bronchus.

Tujuan:

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA

dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Rencana Tindakan:

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses

penyakit.

Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan

nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi

Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Awasi GDA

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi

derajat lebih besar/kecil.

Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:

Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien

akan bernafas lebih efisien dan efektif.

Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.

Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan

Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

         Diagnosa 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

dispnoe, anoreksia, mual muntah.

Tujuan :

Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:

Kaji kebiasaan diet.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.

Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

Berikan perawatan oral

Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan

muntah.

Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana

nutrisi.

Konsul ahli gizi

Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi

maksimal.

         Diagnosa 4:Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya

sekret, proses penyakit kronis.

Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggiRencana Tindakan:

Awasi suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

Observasi warna, bau sputum.

Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.

Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.

Rasional : mencegah penyebaran patogen.

Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan

darah terhadap infeksi.

h. Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap

perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan

keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang

diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil

pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah

ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan

nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan

berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2009) http://satriaperwira.livejournal.com/tag/bronchiectasis Jum’at 23 november 2013 , pukul 19.30 WIB

Anonim, (2009)  http://satriaperwira.wordpress.com/  jum’at 23 november 2013, pukul 20.00 WIB

Asih nilah gede yasmin, Effendy cristantie, Este monica (2003) KMB: kien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pearce, Evelyn. ( 2000). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BRINCHITIS

DI POLI PARU DI RS dr. SOEPRAOEN MALANG

Nama : Ni Putu Nia Nurmalasari

NIM : 121036

1. Identitas klien

Nama : Tn. T

Umur : 55 Th

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : jl. Raya Taman Sari Rt 6/6

No. reg : 195217

dx. medis : Bronchitis

2. Alas an MRS

Kx mengatakan batuk sudah 2 bulan disertai dengan sesak napas

3. Keluhan Saat Ini

Kx mengatakan sesak napas

4. Pengkajian

a. B1 : gerakan dada si,etris bilateral, adanya batuk, RR 22x/mnt. Pergerakan dada

normal dan seimbang kanan kiri. Vokal premitus teraba seimbang, suara sonor,

bunyi bronkovesikuler, terdapat suara tambahan, yaitu ronchi.

b. B2 : adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi teratur, 80x/mnt,

terdengar suara pekak pada batas ICS 2 line sternalis sinistra dan dekstra bawah

ICS mid clavikula sinistra. BJ 1, BJ 2 regules

c. B3 : KU baik, kesadaran compos mentis, GCS : 4/5/6

d. B4 : BAK 4x sehari, dengan warna kuning jernih, bau khas urine. Px minum air

putih kurang lebih 6 gelas sehari

e. B5 : kx BAB 1x sehari, dengan konsistensi lembek, bau khas peses

f. B6 : 5 5

5 5 5: gerakan dapat dilakukan dengan tahanan maksimal

5. Pemeriksaan diagnostic

Thorax photo PA

Kesimpulan :bekas keradangan paru

6. Terafi medis

- Oflex 200mg 2x1

- Dexa 0,5 mg 3x1

- Salbutamol ½ tablet

7. Diagnose keperawatan

ANALISA DATA

Pengelompokan data Etiologo masalah

DS : kx mengatakan batuk, sesak

napas, batuk disertai dahak

DO : - kx batuk berdahak

- Bunyi bronkovesikuler,

terdapat suara tambahan

yaitu ronchi

Penumpukan secret Ketidak efektipan pola

nafas

- KU baik

- RR 22x/mnt

INTERVENSI

NO

DX

TUJUAN/ KH INTERVENSI

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan kx dapat

bernapas dengan epektif, ditandai

dengan :

- Px tidak sesak lagi

1. Kaji pernafasan kx

2. Ajarkan batuk efektif

3. Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian terapi

IMPLEMENTASI

TGL NO

DX

TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

25/11 1 1. Mengkaji pernapasan kx

2. Mengajarkan cara batuk epektif

3. Memberikan obat yang sesuai

EVALUASI

NO DX CATATN PERKEMBANGAN TTD

1 S : PX mengatakan masih sesak, dahak sudah bisa

keluar, dan masih batuk

O : - KU baik

- Bunyi vesikuler mmelemah, terdapat suara

tambahan, yaitu ronchi

- RR 22x/mnt

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 3

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN COPD

DI POLI PARU DI RS dr. SOEPRAOEN MALANG

Nama : Ni Putu Nia Nurmalasari

NIM : 121036

1. Identitas klien

Nama : Tn. R

Umur : 51 Th

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Malang

No. reg : 191283

dx. medis : COPD

2. Alas an MRS

Kx mengatakan sering sesak nafas dan ada nyeri dada di dada bagian tengah

3. Keluhan Saat Ini

Kx mengatakan sesak napas dan nyeri dada bagian tengah

4. Pengkajian

g. B1 : gerakan dada simetris bilateral, terdapat nyeri, adanya batuk, RR 22x/mnt.

Pergerakan dada normal dan seimbang kanan kiri. Vokal premitus teraba

seimbang, suara sonor, bunyi bronkovesikuler, terdapat suara tambahan, yaitu

ronchi.

h. B2 : adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi teratur, 80x/mnt,

terdengar suara pekak pada batas ICS 2 line sternalis sinistra dan dekstra bawah

ICS mid clavikula sinistra. BJ 1, BJ 2 regules

i. B3 : KU baik, kesadaran compos mentis, GCS : 4/5/6

j. B4 : BAK 4x sehari, dengan warna kuning jernih, bau khas urine. Px minum air

putih kurang lebih 6 gelas sehari

k. B5 : kx BAB 1x sehari, dengan konsistensi lembek, bau khas peses

l. B6 : 5 5

5 5 5: gerakan dapat dilakukan dengan tahanan maksimal

5. Pemeriksaan diagnostic

Thorax photo PA

Kesimpulan :COPD

6. Terafi medis

- Binosit 1x500mg

- Genfit 1x300 mg

- Metilprignosis 2x1

7. Diagnose keperawatan

ANALISA DATA

Pengelompokan data Etiologo masalah

DS : kx mengatakan nyeri pada dada

bagian tengah, nyeri hilang timbul

DO : - muka kx menyringai

imflasi Nyeri akut

- Skala nyeri sedang (4)

INTERVENSI

NO

DX

TUJUAN/ KH INTERVENSI

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan :

- Nyeri kx berkurang

1. Manajemen nyeri

2. Ajarkan teknik relaksasi

3. Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian terapi

IMPLEMENTASI

TGL NO

DX

TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

26/11 1 1. Mengkaji nyeri kx

2. Mengajartkan bteknik relaksasi

3. Memberikan obat yan tepat

EVALUASI

NO DX CATATN PERKEMBANGAN TTD

1 S : PX mengatakan masih nyeri dada

O : - KU baik

- Muka kx menyeringa

- Skala nyeri sedang (4)

- Nyeri dada bagian tengah

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 3

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TB PARU

DI POLI PARU DI RS dr. SOEPRAOEN MALANG

Nama : Ni Putu Nia Nurmalasari

NIM : 121036

1. Identitas klien

Nama : Tn. D

Umur : 51 Th

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Kulur, rt 5/5 kromengan, malang

No. reg : 198114

dx. medis : TB PARU

2. Alas an MRS

Kx mengatakan sering sesak nafas dan ada nyeri dada di dada bagian kiri 2 minggu ini, susah

tidur malas 1 minggu ini karna di malam hari sering kringat dingin, batuk berdahak sudah 1

bulan

3. Keluhan Saat Ini

Kx mengatakan sesak napas dan susah tidur

4. Pengkajian

a. B1 : gerakan dada simetris bilateral, tidak terdapat nyeri tekan, adanya batuk, RR

24x/mnt. Pergerakan dada normal dan seimbang kanan kiri. Vokal premitus teraba

seimbang, suara sonor, bunyi bronkovesikuler, tidak terdapat suara tambahan

b. B2 : adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi teratur, 80x/mnt,

terdengar suara pekak pada batas ICS 2 line sternalis sinistra dan dekstra bawah

ICS mid clavikula sinistra. BJ 1, BJ 2 regules

c. B3 : KU baik, kesadaran compos mentis, GCS : 4/5/6

d. B4 : BAK 4x sehari, dengan warna kuning jernih, bau khas urine. Px minum air

putih kurang lebih 6 gelas sehari

e. B5 : kx BAB 1x sehari, dengan konsistensi lembek, bau khas peses

f. B6 : 5 5

1. 5 5 5: gerakan dapat dilakukan dengan tahanan maksimal

5. Pemeriksaan diagnostic

- Foto rognten : Kesimpulan : tb paru

- Hasil LAB

Barometer Hasil Nilai rijukan

Hemoglobin 11,7 12-17 mg/dl

Lekosit 7800 4-10 mg/dl

LED 45 4-20 ribu/cmm

Trombosit 29400 150-450 ribu

PCV 34,9 40-50 %

6. Terafi medis

- Binosit 1x500mg

- Genfit 1x300 mg

- Metilprignosis 2x1

7. Diagnose keperawatan

ANALISA DATA

Pengelompokan data Etiologo masalah

DS : kx mengatakan sesak napas,

batuh berdahak sudah 1 bulan

DO : - pernapasan cuping hidung

- Rr 24x/mnt

- Batuk berdahak

Secret berlebihan Ketidakefektipan pola

napas

INTERVENSI

NO

DX

TUJUAN/ KH INTERVENSI

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan kx dapat

bernapas dengan epektif, ditandai

dengan :

Px tidak sesak lagi

1. Kaji pernafasan kx

2. Ajarkan batuk efektif

3. Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian terapi

IMPLEMENTASI

TGL NO

DX

TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

26/11 1 1. Mengkaji pernapasan kx

2. Mengajartkan batuk efektip

3. Memberikan obat yang tepat

EVALUASI

NO DX CATATN PERKEMBANGAN TTD

1 S : PX mengatakan masih sesak napas

O : - KU baik

- RR 22X/MNT

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 3

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA

DI POLI PARU DI RS dr. SOEPRAOEN MALANG

Nama : Ni Putu Nia Nurmalasari

NIM : 121036

1. Identitas klien

Nama : Ny. Y

Umur : 30 Th

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Alamat : asrama yonif 512

No. reg : 198123

dx. medis : ASMA

2. Alas an MRS

Kx mengatakan sering sesak nafas dan susah tidur malas 1 minggu ini karna di malam hari sering

kringat dingin, batuk berdahak sudah 1 bulan

3. Keluhan Saat Ini

Kx mengatakan sesak napas dan bersin-bersin

4. Pengkajian

a. B1 : gerakan dada simetris bilateral, tidak terdapat nyeri tekan, adanya batuk, RR

24x/mnt. Pergerakan dada normal dan seimbang kanan kiri. Vokal premitus teraba

seimbang, suara sonor, bunyi bronkovesikuler, tidak terdapat suara tambahan

b. B2 : adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi teratur, 80x/mnt, terdengar suara

pekak pada batas ICS 2 line sternalis sinistra dan dekstra bawah ICS mid clavikula

sinistra. BJ 1, BJ 2 regules

c. B3 : KU baik, kesadaran compos mentis, GCS : 4/5/6

d. B4 : BAK 4x sehari, dengan warna kuning jernih, bau khas urine. Px minum air putih

kurang lebih 6 gelas sehari

e. B5 : kx BAB 1x sehari, dengan konsistensi lembek, bau khas peses

f. B6 : 5 5

1. 5 5 5: gerakan dapat dilakukan dengan tahanan maksimal

5. Pemeriksaan diagnostic

Tidak ada

6. Terafi medis

- salbutamol

- nebulezer

7. Diagnose keperawatan

ANALISA DATA

Pengelompokan data Etiologo masalah

DS : kx mengatakan sesak napas,

batuh berdahak sudah 1 bulan

Penyumbatan jalan napas Gangguan oksigenasi

DO : - pernapasan cuping hidung

- Rr 24x/mnt

- Batuk berdahak

INTERVENSI

NO

DX

TUJUAN/ KH INTERVENSI

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan kx dapat

bernapas dengan epektif, ditandai

dengan :

Px tidak sesak lagi

1. Kaji pernafasan kx

2. Ajarkan batuk efektif

3. Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian terapi

IMPLEMENTASI

TGL NO

DX

TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

26/11 1 1. Mengkaji pernapasan kx

2. Mengajartkan batuk efektip

3. Memberikan obat yang tepat

EVALUASI

NO DX CATATN PERKEMBANGAN TTD

1 S : PX mengatakan masih sesak napas

O : - KU baik

- RR 22X/MNT

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 3

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SPOT

DI POLI PARU DI RS dr. SOEPRAOEN MALANG

Nama : Ni Putu Nia Nurmalasari

NIM : 121036

1. Identitas klien

Nama : Ny. S

Umur : 57 Th

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Alamat : malang

No. reg : 16769

dx. medis : SOPT

2. Alas an MRS

Kx mengatakan sering sesak nafas dan batuk berdahak sudah 1 bulan

3. Keluhan Saat Ini

Kx mengatakan sesak napas

4. Pengkajian

a. B1 : gerakan dada simetris bilateral, tidak terdapat nyeri tekan, adanya batuk, RR

24x/mnt. Pergerakan dada normal dan seimbang kanan kiri. Vokal premitus teraba

seimbang, suara sonor, bunyi bronkovesikuler, tidak terdapat suara tambahan

g. B2 : adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi teratur, 80x/mnt, terdengar suara

pekak pada batas ICS 2 line sternalis sinistra dan dekstra bawah ICS mid clavikula

sinistra. BJ 1, BJ 2 regules

h. B3 : KU baik, kesadaran compos mentis, GCS : 4/5/6

i. B4 : BAK 4x sehari, dengan warna kuning jernih, bau khas urine. Px minum air putih

kurang lebih 6 gelas sehari

j. B5 : kx BAB 1x sehari, dengan konsistensi lembek, bau khas peses

k. B6 : 5 5

1. 5 5 5: gerakan dapat dilakukan dengan tahanan maksimal

4. Pemeriksaan diagnostic

Tidak ada

5. Terafi medis

- salbutamol

6. Diagnose keperawatan

ANALISA DATA

Pengelompokan data Etiologo masalah

DS : kx mengatakan sesak napas,

batuh berdahak sudah 1 bulan

DO : - pernapasan cuping hidung

- Rr 24x/mnt

Penyumbatan jalan napas Gangguan oksigenasi

- Batuk berdahak

INTERVENSI

NO

DX

TUJUAN/ KH INTERVENSI

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan kx dapat

bernapas dengan epektif, ditandai

dengan :

Px tidak sesak lagi

4. Kaji pernafasan kx

5. Ajarkan batuk efektif

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian terapi

IMPLEMENTASI

TGL NO

DX

TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

26/11 1 7. Mengkaji pernapasan kx

8. Mengajartkan batuk efektip

9. Memberikan obat yang tepat

EVALUASI

NO DX CATATN PERKEMBANGAN TTD

1 S : PX mengatakan masih sesak napas

O : - KU baik

- RR 22X/MNT

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 3