4
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 30/PUU-XIII/2015 Kewenangan Mahkamah Agung Dalam Melakukan Pengujian Ketentuan Perundang-undangan Dibawah Undang-Undang Terhadap Ketentuan Perundang-undangan Di Atasnya I. PEMOHON 1. Muhammad Hafidz sebagai Pemohon I; 2. Wahidin sebagai Pemohon II; 3. Solihin sebagai Pemohon III. II. OBJEK PERMOHONAN 1. Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU 3/2009) Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ”; 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;” 4. Bahwa karena objek permohonan pengujian ini adalah muatan materi ketentuan Pasal 31A ayat (4) UU 3/2009, terhadap UUD 1945, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk melakukan pengujian atas undang- undang a quo terhadap UUD 1945. IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia.

Resume Perkara-Perkara No 30

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Resume Perkara No. 30Kasus HukumPerbaikan Perkara No. 19DPR Perkara DPR RIDewan Perwakilan RakyatMajelis Permusyawaratan RakyatUndang-undang Mahkamah Agung22 April 2015 Rapat Pleno jam 2 Siang dengan dihadiri oleh PIC setiap department dari EO• Kalimantan barat Kalimantan timurKalimantan utaraKalimantan tengahKalimantan selatan Papua baratRiauSulawesi utara

Citation preview

  • RINGKASAN PERMOHONAN

    Perkara Nomor 30/PUU-XIII/2015

    Kewenangan Mahkamah Agung Dalam Melakukan Pengujian Ketentuan

    Perundang-undangan Dibawah Undang-Undang Terhadap Ketentuan

    Perundang-undangan Di Atasnya

    I. PEMOHON

    1. Muhammad Hafidz sebagai Pemohon I;

    2. Wahidin sebagai Pemohon II;

    3. Solihin sebagai Pemohon III.

    II. OBJEK PERMOHONAN

    1. Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan

    Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

    Agung (UU 3/2009) Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

    III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

    Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan

    Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

    1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945:

    Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

    badan peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

    lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan

    peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi;

    2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945:

    Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

    terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang

    terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga

    negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,

    memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil

    pemilihan umum;

    3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

    Mahkamah Konstitusi:

    Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

    terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang

    terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    4. Bahwa karena objek permohonan pengujian ini adalah muatan materi

    ketentuan Pasal 31A ayat (4) UU 3/2009, terhadap UUD 1945, maka

    Mahkamah Konstitusi berwenang untuk melakukan pengujian atas undang-

    undang a quo terhadap UUD 1945.

    IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON

    Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia.

  • Para Pemohon merasa dirugikan dan/atau berpotensi dirugikan dengan

    berlakunya ketentuan Pasal 31A ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun

    2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

    tentang Mahkamah Agung.

    V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI

    A. NORMA MATERIIL

    Pasal 31A ayat (4) huruf h UU 3/2009

    Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

    oleh Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung

    sejak tanggal diterimanya permohonan.

    B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

    TAHUN 1945

    Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu :

    Pasal 28D ayat (1) UUD 1945

    (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

    kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan

    hukum.

    VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO

    BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945

    1. Bahwa menurut para Pemohon dalam praktek penyelenggara pemeriksaan

    kepastian hukum di pengadilan dilakukan secara tertutup, sehingga

    indepedensi dan imparsialitas pengadilan terbelenggu dan hal ini

    bertentangan dengan Pasal 24 ayat (1) UUD 1945;

    2. Bahwa Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk melakukan

    pengujian ketentuan perundang-undangan yang putusannya bersifat final

    and binding maka harus ada nuansa public interest pada perkara-perkara

    tersebut sehingga mempunyai daya pembeda dengan perkara peradilan

    umum;

    3. Bahwa dalam ketentuan pasal-pasal yang diatur di dalam UU 3/2009 tidak

    mengatur hal-hal mengenai proses pemeriksaan oleh Hakim Agung atas

    permohonan pengujian ketentuan perundang-undangan dibawah undang-

    undang terhadap ketentuan perundang-undangan diatasnya;

    4. Bahwa dengan tidak diaturnya kewenangan Mahkamah Agung untuk

    melakukan pengujian perundang-undangan dibawah undang-undang maka

    tidak adanya ukuran-ukuran hukum yang dijadikan pembatasan

    kewenangan Mahkamah Agung;

    5. Bahwa para Pemohon berpendapat permohonan pengujian ketentuan

    perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap ketentuan

    perundang-undangan diatasnya bukan hanya para Pemohon yang

    dianggap penting keterangannya, tetapi juga masyarakat yang terkait

    dengan peraturan perundang-undangan yang sedang diujikan tersebut

  • (stakeholder), atau setidaknya para pemangku kepentingan membuat suatu

    keterangan tertulis yang wajib dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung;

    6. Maka menurut Pemohon, untuk memberikan jaminan, perlindungan, dan

    kepastian hukum yang adil terhadap para Pemohon dan masyarakat pada

    umumnya, ketentuan Pasal 31A ayat (4) UU 3/2009 haruslah dinyatakan

    bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum

    mengikat sepanjang tidak dimaknai Permohonan pengujian sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Agung paling lambat 14

    (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan,

    yang pemeriksaan pokok permohonan dan pembacaan putusan dilakukan

    dalam sidang terbuka untuk umum.

    VII. PETITUM

    Berdasarkan seluruh uraian dan alasan-alasan yang sudah berdasarkan hukum

    dan didukung oleh alat-alat bukti yang disampaikan ke Mahkamah Konstitusi

    Republik Indonesia, para Pemohon memohon kiranya berkenan memutus:

    Dalam Provisi: 1. Mengabulkan Permohonan Provisi para Pemohon; 2. Meminta kepada Mahkamah Agung untuk menunda seluruh pemeriksaan

    permohonan pengujian ketentuan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap ketentuan perundang-undangan diatasnya hingga perkara a quo diputus dengan putusan akhir;

    Dalam Pokok Perkara: 1. Mengabulkan Permohonan para Pemohon; 2. Menyatakan Pasal 31A ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009

    tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958), dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sepanjang tidak dimaknai: Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan, yang pemeriksaan pokok permohonan dan pembacaan putusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum.

    3. Menyatakan Pasal 31A ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958), dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai: Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan, yang pemeriksaan pokok permohonan dan pembacaan putusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum.

    4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

  • Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).