Upload
randy-ucil-arbina
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Resume Perkara No. 30Kasus HukumPerbaikan Perkara No. 19DPR Perkara DPR RIDewan Perwakilan RakyatMajelis Permusyawaratan RakyatUndang-undang Mahkamah Agung22 April 2015 Rapat Pleno jam 2 Siang dengan dihadiri oleh PIC setiap department dari EO• Kalimantan barat Kalimantan timurKalimantan utaraKalimantan tengahKalimantan selatan Papua baratRiauSulawesi utara
Citation preview
RINGKASAN PERMOHONAN
Perkara Nomor 30/PUU-XIII/2015
Kewenangan Mahkamah Agung Dalam Melakukan Pengujian Ketentuan
Perundang-undangan Dibawah Undang-Undang Terhadap Ketentuan
Perundang-undangan Di Atasnya
I. PEMOHON
1. Muhammad Hafidz sebagai Pemohon I;
2. Wahidin sebagai Pemohon II;
3. Solihin sebagai Pemohon III.
II. OBJEK PERMOHONAN
1. Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung (UU 3/2009) Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan
Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:
1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945:
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi;
2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945:
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum;
3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi:
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
4. Bahwa karena objek permohonan pengujian ini adalah muatan materi
ketentuan Pasal 31A ayat (4) UU 3/2009, terhadap UUD 1945, maka
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk melakukan pengujian atas undang-
undang a quo terhadap UUD 1945.
IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia.
Para Pemohon merasa dirugikan dan/atau berpotensi dirugikan dengan
berlakunya ketentuan Pasal 31A ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung.
V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI
A. NORMA MATERIIL
Pasal 31A ayat (4) huruf h UU 3/2009
Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak tanggal diterimanya permohonan.
B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu :
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO
BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945
1. Bahwa menurut para Pemohon dalam praktek penyelenggara pemeriksaan
kepastian hukum di pengadilan dilakukan secara tertutup, sehingga
indepedensi dan imparsialitas pengadilan terbelenggu dan hal ini
bertentangan dengan Pasal 24 ayat (1) UUD 1945;
2. Bahwa Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk melakukan
pengujian ketentuan perundang-undangan yang putusannya bersifat final
and binding maka harus ada nuansa public interest pada perkara-perkara
tersebut sehingga mempunyai daya pembeda dengan perkara peradilan
umum;
3. Bahwa dalam ketentuan pasal-pasal yang diatur di dalam UU 3/2009 tidak
mengatur hal-hal mengenai proses pemeriksaan oleh Hakim Agung atas
permohonan pengujian ketentuan perundang-undangan dibawah undang-
undang terhadap ketentuan perundang-undangan diatasnya;
4. Bahwa dengan tidak diaturnya kewenangan Mahkamah Agung untuk
melakukan pengujian perundang-undangan dibawah undang-undang maka
tidak adanya ukuran-ukuran hukum yang dijadikan pembatasan
kewenangan Mahkamah Agung;
5. Bahwa para Pemohon berpendapat permohonan pengujian ketentuan
perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap ketentuan
perundang-undangan diatasnya bukan hanya para Pemohon yang
dianggap penting keterangannya, tetapi juga masyarakat yang terkait
dengan peraturan perundang-undangan yang sedang diujikan tersebut
(stakeholder), atau setidaknya para pemangku kepentingan membuat suatu
keterangan tertulis yang wajib dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung;
6. Maka menurut Pemohon, untuk memberikan jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil terhadap para Pemohon dan masyarakat pada
umumnya, ketentuan Pasal 31A ayat (4) UU 3/2009 haruslah dinyatakan
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai Permohonan pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Agung paling lambat 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan,
yang pemeriksaan pokok permohonan dan pembacaan putusan dilakukan
dalam sidang terbuka untuk umum.
VII. PETITUM
Berdasarkan seluruh uraian dan alasan-alasan yang sudah berdasarkan hukum
dan didukung oleh alat-alat bukti yang disampaikan ke Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia, para Pemohon memohon kiranya berkenan memutus:
Dalam Provisi: 1. Mengabulkan Permohonan Provisi para Pemohon; 2. Meminta kepada Mahkamah Agung untuk menunda seluruh pemeriksaan
permohonan pengujian ketentuan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap ketentuan perundang-undangan diatasnya hingga perkara a quo diputus dengan putusan akhir;
Dalam Pokok Perkara: 1. Mengabulkan Permohonan para Pemohon; 2. Menyatakan Pasal 31A ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958), dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sepanjang tidak dimaknai: Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan, yang pemeriksaan pokok permohonan dan pembacaan putusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum.
3. Menyatakan Pasal 31A ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958), dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai: Permohonan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan, yang pemeriksaan pokok permohonan dan pembacaan putusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum.
4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.
Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).