Upload
marwan-ananda-jv-f
View
2.349
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
RESUME TINDAKAN OPERASI PADA NY. S
DENGAN POST OP SECTIO CAESARIA INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RUANG BEDAH CENTRAL RSUD Dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN
ACEH SELATAN
DI
S
U
S
U
N
OLEH
MARWAN
NIM : 032001DO8070
PEMBIMBING : M. HUSAINI , SKEP
C I : JULIANTO , AMK
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan praktek klinik keperawatan di ruang BedahCentral RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Aceh Selatan.
Di Setujui Oleh
C I Ruangan Bedah Central Pembimbing Akademik
RSUD Dr. H. Yuliddin Away Akper PemkabAcehSelatan
JULIANTO , AMK M. HUSAINI , SKEP
Mahasiswa Akper Pemkab Aceh Selatan
MARWAN
NIM : 032001D08070
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas berkat dan rahmat serta karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan keperawatan operasi pada Ny. S dengan section caesaria di ruang instalasi bedah central Rsud Dr. H . Yuliddin Away Tapaktuan.
Shalawat beriring salamjuga penulis sampaikan kepada suri tauladan islami Nabi Besar Muhammad SAW , yang mana telah membawa umat nya dari alam kegelapan kea lam yang terang benderang dan berilmu pengetahuan.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Darusman SKM . M. Kes selaku Direktur Akper pemkab Aceh Selatan2. Bapak Dr. Akmal Jawardi selaku Direktur Rsud Dr H . Yuliddin Away3. Bapak M . Husaini ,Skep selaku Pembimbing Ruang OK Central4. Bang Julianto , Amk selaku C I di ruang OK Central5. Teman – teman sejawat
Penulis menyadari bahwa uraian yang terdapat dalam laporan ini hasilnya masih
Banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Tapaktuan , 30 Desember 2009
Penulis
MARWAN
BAB ILANDASAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. (Sarwono, 1991).
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. (Harry oxorn, 1998)
Sectio caesaria (SC) adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga
rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (fakultas kedokteran Padjadjaran Bandung, 1985).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2005).
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim utuh dan berat badan janin diatas 500 gram ( Ilmu Bedah Kebidanan, 2002 )
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. ( Rustam, 1998)
Section caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (synopsis, obstetric : 1989).
B. ETIOLOGI
1. Indikasi pada ibua. Panngul sempit absoluteb. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstetricc. Stenosis serviks vaginad. Dispraporsi sefalo pelvice. Plasenta previaf. Ruptur uteri (uteri yanhg robek)
2. Indikasi pada janina. Kelainan letakb. Gawat janinc. Cacat atau kelelahan janin sebelumnyad. Prolapsus funiculus umbilicalise. Infuslensi plasentaf. Diabetes maternalg. Post maternalh. Infeksi virus herpes pada praktur genetalia
C. JENIS JENIS OPERASI SECTIO CAESARIA Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis:1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan: Mengeluarkan janin dengan cepat.
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan: Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim).Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmenbawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan: Penjahitan luka lebih mudah. Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik. umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum. Perdarahan tidak begitu banyak. Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan: Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak. Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:1. Sayatan memanjang (longitudinal).2. Sayatan melintang (transversal).3. Sayatan huruf T (T insicion).
D. IndikasiOperasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko
pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama / kegagalan proses persalinan normal (Dystosia):
- Fetal distress.- His lemah/melemah.- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).- Plasenta previa.- Kalainan letak.- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul).- Rupture uteri mengancam.- Hydrocephalus.- Primi muda atau tua.- Partus dengan komplikasi.- Panggul sempit.- Problema plasenta.
E. Tanda dan Gejalaa. Kejang parsial ( fokal, lokal )
Kejang parsial sederhana :Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:1. Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan
setipa kejang sama.2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh
dari udara, parestesia.
4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik. Kejang parsial kompleks
1. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks.2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpakub. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
Kejang absens1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
Kejang mioklonik1. Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara
mendadak.2. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn
sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
Kejang tonik klonik1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas,
batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
Kejang atonik1. Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun,
kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.2. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
F. KomplikasiKemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (Nifas):- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan:- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.- Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
G. KomplikasiKemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
5. Infeksi puerperal (Nifas):- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
6. Perdarahan:- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.- Perdarahan pada plasenta bed.
7. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi.8. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi
perbedaan kerapatan jaringan.3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit Panel elektrolit Skrining toksik dari serum dan urin GDA Kadar kalsium darah Kadar natrium darah Kadar magnesium darah
I. Penatalaksanaan1. Memberantas kejang Secepat mungkin.
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjangSebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang Semua pakaian ketat dibuka Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan
intubasi atau trakeostomi. Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
Profilaksis jangka panjangDiberikan pada keadaan
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam Kejang demam yang mempunyai ciri:
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
KONSEP LETAK SUNGSANG
A.Pengertian
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Sarwono P, 1992 : 606).
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Rustam M, 1998:350).
Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak di fundus uteri sedangkan bokong di atas simphisis (Manuaba, 1993 : 145).
B. Etiologi
1. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
- Rahim arkuatus
- Septum pada rahim
- Uterus dupleks
- Mioma bersama kehamilan.
b. Keadaan plasenta
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
- Kesempitan panggul
- Deformitas tulang panggul
- Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
2. Sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
- Hidrosefalus atau anensefalus
- Kehamilan kembar
- Hidramnion atau oligohidramnion
- Prematuritas
(Manuaba, 1998 : 361)
B. DIAGNOSIS
Diagnosis letak lintang dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada inspeksi uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.
Kalau teraba tahanan dibagian depan, maka punggung ada di bagian depan. Sebaliknya kalau teraba tonjolan-tonjolan atau bagian-bagian kecil maka punggung terletak di bagian belakang
Denyut jantung janin ditemukan disekitar umbilikus. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba panggul dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya klavikula.
Seringkali salah satu lengan mernumbung dan untuk menentukan lengan mana yang menumbung kita coba berjabat tangan, kalau dapat berjabatan maka ini tangan kanan.
Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung.
C. KOMPLIKASI1. Komplikasi pada ibu : perdarahan, robekan jalan lahir dan infeksi.2. Komplikasi pada bayi :Trias komplikasi pada bayi : asfiksia, trauma persalinan, infeksi
a. Asfiksia pada bayi dapat disebabkan oleh : Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban, lendir Perdarahan atau oedema jaringan otak Kerusakan medula oblongata Kerusakan persendian tulang leher Kematian bayi karena asfiksia berat.
b. Trauma persalinan Dislokasi fraktur persendian tulang ekstremitas Kerusakan alat vital : lien, hati, paru-paru, jantung Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar, kepala, fraktur tulang kepala,
kerusakan pada mata, hidung atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.c. Infeksi dapat terjadi karena
Persalinan berlangsung lama Ketuban pecah pada pembukaan kecil Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
BAB II
LAPORAN KASUS
A.Identitas Pasien
Nama : NY.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 24 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : ABDYA
No. RM : 016065
Tanggal operasi : 30 Desenber 2009
Masuk ok : 15.20 WIB
Keluar ok : 16.20 WIB
B. Pengkajian PerioperatifPernafasan : 20 X / menitSirkulasi : 120 / 80 mmhgGinjal dan hepar : dalam batas normal Neurologi : GCS 15 (komposmentis)Gastrointestinal : pasien di puasakan Urinary : terpasang kateter 300 ccEmosi : pasien cemas Pemeriksaan penunjang : -
C.Pengkajian Intraoperatif
1. Fase awal
- Pernafasan : 20x/menitSirkulasi :110/80 mmhgInfus terpasang : IVFD RL , infus terpasang sebelah kiriNeurologi (GCS) : GCS 15 (komposmentis)Gastrointestinal : pasien di puasakanUrinary : terpasang kateterEmosi : tenang (kooperatif)Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)EKG : terpasang EKG
2. Fase operasi
- Pernafasan : 18 x /menit
JAM TD HR RR CAIRAN15.45 WIB
15.50 WIB
16.05 WIB
16.15 WIB
108 / 65
99 / 60
109 / 75
100 / 65
84
73
75
74
19
21
18
22
Input 500 ccOut put 100 ccInput 100 ccOut put 300 ccInput 1300 ccOut put 3500 ccInput 1500 ccOut put 500 cc
- Gastrointestinal : Tidak ada mual muntahUrinary : terpasang kateter 500 cc
Emosi : tenang (kooperatif)
Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)Integritas jaringan : terdapat luka insisi di bagian abdomen
3.Fase akhir operasi
- Pernafasan : 24 X / menit
Sirkulasi : 100/60 mmhg
Infus terpasang : IVFD RL , infus terpasang sebelah kiri
Neurologi (GCS) : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : Tidak ada mual muntah
Urinary : terpasang kateter output 600 cc
Emosi : sabil
Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)
Integritas jaringan : terdapat luka insisi bedah
-Observasi input dan output
Input : 1500 cc
Output : 500 cc
Balance : tidak seimbang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
8,4
9.2000
3.330.00
26.6
3.850.00
Pria : 14-18 g/dl
Wanita : 12-16 g/dl
4500-10.000 /mm3
Pria : 4.5-6 juta /mm3
Wanita : 4-5.5 juta /mm3
Pria : 40-54 %
Wanita : 37-47%
150.000 – 400.000 /mm3
Gula darah adrandom 13.0100-40 /dl
Obat – obatan yang di gunakan
NAMA OBAT DOSIS EFEK SAMPING EFEK TERAPHY
Bupivacaine spinal
Marcaine heappy
Bucaine
katorolac
5.277 mg
5.277 mg
5.277 mg
5.277 mg
Dingin
Gelisah
Cemas
Rasa takut
Anestesi spinal
Anestesi spinal
Anestesi spinal
Anestesi spinal
Obat – obatan yang di gunakan selama operasi
- transamin : koagulasi
-sintosinon : kontraksi uterus
-tramadol : analgetik / anti nyeri
CARA KERJA
1. Persiapan pasiena. Inform consent yang jelas kepada pasien dan keluarga
- Sio- Indikasi- Kontra indikasi- Resiko operasi- Resiko tindakan
b. Pasien di pasang infuse dan di skeremc. Pemberian obat – obatan sesuai instruksi dokter
- Pemberian anti biotic
2. Persiapan alat – alat
JENIS BAHAN JUMLAH KEGUNAANDuk 1 set
Dram hass
Duk kecilDuk besarHandscun
Kateter sterilUrin bagBetadineNaclKasa sterilAlkoholHiportermi elektrikDiametri elektrik cutter
Meja instrumenPlesterMaskerSuctionALAT ALAT INSTRUMENBistury no.20Ska pelDuk klemPinsetPinset anatomis
4
1
154
11
Secukup nya
1
115
2
Untuk menjaga agar mikroorganisme tidak terkontaminasi dengan daerah yang di operasi
Untuk menutupi bagian sekitar operasiUntuk menutupi duk kecilAgar dapat memegang alat – alat steril dalam melakukan tindakanUntuk mengeluarkan urinUntuk menampung urindesinfektanMembersihkan lukaMenutupi luka , pembersih lukaDesinfektan , mencuci tanganMembakar jaringan dan pembuluh darah
Meletakan alat –alat instrumenUntuk pelengket kasaPenutup hidung dan mulutUntuk menyedot cairan
Alat untuk insisi daerah operasiGagang bistury
Pinset cirugis
Arteri klemLangen bag
Blas hakGunting jaringanGunting benang
Oval klemNald fowderKoherKomNald heatingRoundedCuttingBenang-Cat gut kromik
-Cat gut plain
-Vicryl 0.1 , 3/0
Klem tali pusat
2
41
121
8222
2
Untuk menjepit duk steril
Untuk menjepit jaringan lunak seperti otot peritonium, subkutis(jaringan lemak)Untuk menjepit jaringan yang liat seperti kulitUntuk menjepit pembuluh darahUntuk menahan area operasi agar tetap terbuka dan memudahkan pada saat melakukan tindakanUntuk menahan blas dari trauma sat operasiUntuk mengunting jaringan Untuk mengunting kasa / benangUntuk menjepit kasa dan menjepit uterusUntuk menjepit naldUntuk memegang faciaUntuk tempat betadine dan naclUntuk menjahit otot (jaringan lunak)Untuk menjahit jaringan yang liat seperti kulitBenang yang bisa di serap oleh tubuh dan berfungsi untuk menjahit uterus , plika, peritonium, otot dan kulitUntuk mengikat / menjahit subkutis (jaringan lemak)Untuk mengikat / menjahit facia dan kulit
Untuk mengklem tali pusat3. Persiapan perawat
Dalam melakukan tindakan operasi terdiri dari 4 petugas yang bertugas di ruangan Operator : dokter yang memimpin operasi Asisten I : membantu operator Asisten II : membantu asisten I Instrumen : mempersiapkan alat – alat instrumen
-On lop : membantu mempersiapkan kebutuhan operasi (non steril) Anestesi : yang melakukan pembiusan
4. Penatalaksanaan
1.tentukan lokasi operasi sectio caesaria
2.perawat mencuci tangan dan di beri alkohol
3.perawat memakai jas operasi dan memakai handscun steril
4.perawat mempersiapkan alat-alat dan pasien, di anastesi dan dokter menentukan batas yang akan di insisi
5.daerah operasi di densinfektan menggunakan betadine kemudian di tutup dengan menggunakan
duk klem dan diatasnya di tutup dengan duk besar yang berlobang
6.daerah operasi di densinfeksi menggunakan alkohol
7.insisi daerah operasi sesuai dengan kebutuhan (+- 10 cm) dengan menngunakan bistury
8.klem pembuluh darah setelah pembuluh darah di klem lalu di cess menngunakan cutter
9.subkutis di buka dengan cutter sampai terlihat facia , facia dibuka dengan bistury dengan bantuan pinset anatomis sepanjang +- 1-2 cm
10.facia di jepit dengan koher lalau otot di buka sampai tampak peritonium
11.peritonium di jepit dengan 2 klemlalu di buka dengan gunting sesuai kebutuhan
12.plika uterovesiaklis diangakat dengan pinset anatomis di seksi dan di sisi menggunakan gunting kekiri dan kekanan , kandung kemih di dorong ke bawah
13.insisi pada segmen bawah rahim dan kemudian di perluas dengan memakai kedua jari telunjuk
14.otot uterus di buka dengan bistury no. 20 sepanjang 6-8 cm
15.sedot air ketuban dengan menngunakan suction16.mengeluarkan kepala janin hingga keluar seluruh badan
17.mengeluarkan plasenta , uterus di klem dengan oval klem
18.uterus bagian dalam di bersihkan dan di jahit dengan benang cut gut kromik 3 dan jahitan ke 2 dengan mengunakan kronik 2
19.plika di jahit dengan benang cut gut kromik 2/0
20.bersihkan rongga peritonium dengan mengunakan cairan nacl sambil melihat mungkin masih ada perdarahan pada bekas insisi
21.peritonium di jahit dengan cut gut kromik 2/0
22.otot dijahit dengan cut gut kromik 2/0
23.facia di ikat / dijahit dengan vicryl atau 0 setelah itu di jahit subkutis dengan cut gut plain 2/0
24.tutup kulit kembali dengan vicryl 3/0 dengan car subtikular(bersambung – sambung )
25.bekas jahitan di tutupi dengan kasa betadine lalu di plester
26.alat – alat di bereskan dengan pasien di rapikan lalu pasien di bawa keruang pemulihan yang di temani oleh perawat / keluarga sebelum pasien di jemput oleh petugas ruangan dan di bawa keruangan untuk rawat
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI NYERI1. DS: - Pasien mengatakan nyeri di abdomen
terutama di bagian luka insisi pada abdomen
DO: - Wajah pasien tampak meringis - Nyeri tekan abdomen - Skala nyeri 8-9 (berat)
Terputus nay kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Nyeri
2. DS: - Pasien mengatakan cemmas terhadap kondisi nya
- Pasien mengatakan takut pada saat operasi
DO: - Pasien kelihatan cemas -Pasien kelihatan gelisah
Peningkatan ketenangan
Ansietas
3. DS: - Pasien mengatakan tidak bisa tidur
-Pasien mengatakansering terbangun di waktu tidur
DO: - Pasien tampak lemah - Pasien sering menguap - Wajah pasien kelihatan pucat
Rasa nyeri yang terus menerus
Gangguan pola tidur
DAFTAR PUSTAKA
- Mochtar, rustam.1998.”synopsis obstetri”.Jakarta- Doengoes Marilyn,1999.”rencana asuhan keperawatan”.edisi 3.Jakarta:EGC- Prawihardjo, sarwono.2005.”ilmu kebidanan”.Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono
prawirhardjo- http ://yatinem.wordpress.com/2009- http ://hidayat2.blogspot.com/2009
LEMBARAN KONSUL
HARI / TANGGAL KETERANGAN PARAFPEMBIMBING C I