Upload
sakinah-ecee
View
64
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
resus
Citation preview
REFLEKSI KASUS
HORDEOLUM
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian
Stase Ilmu Kesehatan Mata Di RSUD Tidar Magelang
Diajukan Kepada :
dr. Sri Yunihartati, Sp. M
Disusun Oleh :
Herti Sakinah
NIM : 20090310004
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
2015
LAPORAN KASUS
1) DOKUMENTASI
a. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Perum Depkes C/15. Kec. Magelang Utara. Kota
Magelang
b. ANAMNESIS
Keluhan Utama
ODS ada benjolan di palpebra atas.
Keluhan Tambahan
Mata kanan dan kiri terdapat benjolan di palpebra atas sudah lebil
kurang 2 bulan ini, mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), benjolan
terasa nyeri (-), gatal(-), rasa mengganjal (+), penurunan penglihatan(-).
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata RSUD Tidar Magelang
dengan keluhan mata kanan dan kiri terdapat benjolan di palpebra atas
sudah lebil kurang 2 bulan ini, mata merah (-), kotoran mata berlebih(-),
benjolan terasa nyeri (-), panas (+), gatal(-), rasa mengganjal (+),
penurunan penglihatan(-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa : disangkal
Penyakit mata : disangkal
Trauma mata : disangkal
Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa : disangkal
Hipertensi, Alergi, DM : disangkal
c. KESAN
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Baik
OD : Tampak benjolan pada palpebra atas
OS : Tampak benjolan pada palpebra atas
d. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 20/20 20/30
Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Persepsi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar mata
- Alis N N Kedudukan alis baik,
jaringan parut (-),
simetris
- Silia N N Trikiasis (-),
diskriasis (-),
madarosis (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)
- Gerakan N N Gangguan gerak
membuka dan
menutup (-),
blefarospasme (-)
- Lebar rima 10 mm 10 mm Normal 9-14 mm
- Kulit Tampak
benjolan pada
palpebra atas,
jumlah 1,
bentuk bulat,
ukuran ±4
mm, nyeri
tekan (-),
mobile (-)
Tampak
benjolan pada
palpebra atas,
jumlah 1,
bentuk bulat,
ukuran ±4
mm, nyeri
tekan (-),
mobile (-)
Hiperemi (-), edema
(-), tampak benjolan
pada palpebra atas
mata kanan dan kiri,
bentuk bulat, ukuran
±4 mm, nyeri tekan
(-), mobile (-).
- Tepi kelopak N N Trichiasis (-),
ektropion (-),
entropion (-)
- Margo
intermarginalis
N N Tanda radang (-)
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula
lakrimalis
N N Dakrioadenitis (-)
- Sekitar sakus
lakrimalis
N N Dakriosistitis (-)
- Uji flurosensi Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak dilakukan
- Tes Anel Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak dilakukan
4. Bola mata
- Pasangan N N Simetris
(orthophoria)
- Gerakan N
+ +
+ +
+ +
N
+ +
+ +
+ +
Tidak ada gangguan
gerak (syaraf dan
otot penggerak bola
mata normal)
- Ukuran N N Normal,
Makroftalmos (-),
Mikroftalmos (-)
5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak
ada peningkatan dan
penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior N N Tenang, mengkilap,
hiperemis (-), papil
(-), folikel (-)
- Forniks N N
- Palpebra inferior N N Tenang, mengkilap,
hiperemis (-), papil
(-), folikel (-)
- Bulbi N Hiperemis Injeksi konjungtiva
(-), injeksi
perikornea (-), pucat
(-), corpal (-),
7. Sclera Putih Putih Tidak ikterik
8. Kornea
- Ukuran horizontal 12 mm,
vertikal 11 mm
- Kecembungan N N Lebih cembung dari
sclera
- Limbus Arcus Senilis Arcus Senilis Arcus senilis
(+) (+) (-), Injeksi
perikornea (-)
- Permukaan Licin Licin Licin, mengkilap,
edem (-), corpal (-),
defek epitel (-),
ulkus(-)
- Medium Jernih Jernih Jernih
- Uji flurosensi Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak dilakukan
- Placido Reguler Reguler Konsentris Reguler
9. Kamera Okuli anterior
- Ukuran Dalam Dalam Dalam
- Isi Jernih Jernih Jernih, flare (-),
hifema (-), hipopion
(-)
10. Iris
- Warna Cokelat Cokelat
- Pasangan Tidak
simetris
Tidak
simetris
Simetris
- Gambaran Bulat Bulat Kripte baik, sinekia
(-)
11. Pupil
- Ukuran 4 mm 4 mm Normal ( 3-6 mm)
pada ruangan dengan
cahaya cukup
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat Di tengah Di tengah Di tengah
- Tepi Reguler Reguler Reguler
- Refleks direct (+) (+) Positif
- Refleks indrect (+) (+) Positif
12.Lensa
- Ada/tidak N N Ada
- Kejernihan Jernih Jernih Jernih
- Letak N N Di tengah, belakang
iris
- Warna
Kekeruhan
Jernih Jernih
13.Korpus Vitreum Tidak dapat
dinilai
Tidak dapat
dinilai
Jernih
14.Refleks fundus Warna
orange
cemerlang
Warna
orange
cemerlang
Warna orange
cemerlang
f. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
Visus = 20/20
Tampak benjolan pada palpebra atas,
ukuran ± 4 mm, nyeri tekan (-),
mobile (-).
Visus = 20/30
Tampak benjolan pada palpebra
atas, ukuran ± 4 mm, nyeri tekan
(-),mobile (-).
g. DIAGNOSIS
ODS Hordeolum Eksterna
h. TERAPI
- Cloramfenicol zalf 3xODS
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1
- Kompres hangat 4 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan mencoba
memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri.
- Bersihkan kelopak mata dengan air bersih.
i. PROGNOSIS
Visum (Ad Visam) : dubia ad bonam
Kesembuhan (Ad Sanam) : dubia ad bonam
Jiwa ( Ad Vitam) : dubia ad bonam
Kosmetika (Ad Kosmeticam) : dubia ad bonam
2) MASALAH YANG DIKAJI
- Bagaimana penegakan diagnosis Hordeolum?
- Apa saja terapi Hordeolum?
3) PEMBAHASAN
DEFINISI
Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi
atas hordeolum eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih
kecil dan superfisial (Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana
infeksi terjadi pada kelenjar Meibom. Hordeolum sering dihubungkan
dengan diabetes, gangguan pencernaan dan jerawat. 1,3
INSIDENS
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3
ANATOMI PALPEBRA
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan terhadap
trauma. Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis
di antara kulit di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus,
yang hanya tampak dengan pembesaran.Di bawah kulit terdapat jaringan
areolar longgar yang dapat mengalami distensi akibat edema
masif.Muskulus orbikularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya
dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup
palpebra.4
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra
terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit dan jaringan subkutaneus, lapis muskulus protraktor
(M.orbikularis okuli), septum orbita, musculus retraktor (M.levator
palpebra), tarsus, lapisan membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).3
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan. Muskulus Orbikularis okuli berfungsi untuk menutup palpebra.
Serat ototnya mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pretarsal; bagian diatas septum orbital adalah bagian preseptal. Segmen
luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh
nervus facialis.3,4
Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.Tarsus
merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).3
Anatomi mata dan palpebra
Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis
membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Margo palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi
margo anterior dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata,
glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar
sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Margo posterior berhubungan dengan
bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat muara-muara kecil dari
kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo posterior
palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbital adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai
pemisah antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan
tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale
inferius menyatu dengan tarsus inferior.3,4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-
serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipersarafi oleh nervus
okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.
Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus
V.2,3
Anatomi Palpebra mata
ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak
ada batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi. Kebiasaan mengucek mata
atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik
dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor yang umumnya berkaitan
dengan hordeolum rekuren. Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia,
hygiene lingkungan dan riwayat hordeolum sebelumnya juga
mempengaruhi.2
2. Organisme penyebab
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.5
KLASIFIKASI
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar
Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut
hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan
lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5
Hordeolum Eksternum
Adalah infeksi kelenjar sebaceous dari Zeis di dasar bulu mata,
atau infeksi pada kelenjar keringat apokrin dari Moll. [1Hordeolum
eksternum terbentuk pada bagian luar palpebra dan dapat dilihat sebagai
benjolan merah kecil.
Hordeolum Internum
Adalah infeksi pada kelenjar sebaceous meibom yang melapisi
bagian dalam kelopak mata. Penyakit ini juga menyebabkan benjolan
merah di bawah palpebra (pada konjunctiva tarsalis) dan tampak dari luar
sebagai bengkak dan kemerahan. Hordeolum internum mirip dengan
chalazia, tetapi cenderung lebih kecil dan lebih menyakitkan dan biasanya
tidak menghasilkan kerusakan permanen. Hordeolum internum ditandai
dengan onset akut dan biasanya pendek durasinya (7-10 hari tanpa
pengobatan) dibandingkan dengan chalazia yang kronis dan biasanya tidak
sembuh tanpa intervensi.
Hordeolum eksterna
Hordeolum interna
PATOGENESIS
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus,
biasanya Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar
Meibom (hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum
eksterna). Proses tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil
sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder
oleh Staphylococcus aureus sehingga terjadi pembentukan pus dalam
lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan
ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan debris nekrotik. Nyeri,
hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada hordeolum.
Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila pasien
menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan
setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai
bintik kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel
silia.1,2,5
MANIFESTASI KLINIK
Gejala Klinis
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak
adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna
kemerahan dan nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar
Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata
bagian luar (palpebra). Hordeolum interna adalah infeksi yang terjadi pada
kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke
konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). Benjolan akan nampak
lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Hordeolum internum biasanya
berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.6,7
Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras,
kemerahan, lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.
Pada stadium abses ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat
berupa bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang
terifeksi. Umumnya pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih
dari satu/multipel (hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya
kelopak mata sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum,
kelenjar preaurikel kadang ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang
umumnya dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa
mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan dan intensitas nyeri bertabah
bila pasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak
mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8
PEMERIKSAAN
Diagnosis dapat di tegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis
seperti yang telah dipaparkan di atas.
DIAGNOSIS BANDING
1. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.
Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan
jaringan parut lainnya.8,10
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar
Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan
pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.8
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat
diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
1. Kompres hangat 10-20 menit 4kali sehari.
2. Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak
berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3. Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan
pengeluaran isinya.
4. Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.
2. Granuloma piogenik
merupakan tumor vaskuler proliferasi jinak pada kulit dan
membran mukosa yang sering mengikuti suatu trauma minor dan
infeksi. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak dan dewasa muda.
Lesi berupa papula atau nodul soliter berwarna merah terang dengan
ukuran 5–10 mm, tumbuh cepat dalam 1–3 minggu namun rapuh,
sering kali dengan koleret skuama halus, mudah berdarah dengan
trauma ringan. Terapi dapat berupa bedah eksisi, bedah listrik, bedah
beku, laser, atau kombinasi di antaranya, dan krim imiquimod.
3. Selulitis preseptal (selulitis periorbita)
merupakan infeksi yang terjadi pada kelopak mata, kulit, dan
jaringan di sekitar bagian depan mata. Selulitis preseptal biasanya
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari wajah atau kelopak mata,
gigitan serangga atau binatang yang terinfeksi, konjungtivitis,
kalazion, atau sinusitis. Gejala-gejala selulitis preseptal berupa :
pembengkakan, rasa hangat, nyeri dan biasanya merah pada jaringan di
sekitar mata. Terkadang mata sangat bengkak sehingga sulit untuk
dibuka. Namun penglihatan tidak terganggu. Penderita bisa mengalami
demam. Selulitis preseptal diobati dengan antibiotika, misalnya
amoksisilin klavulanat. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah),
maka perlu dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah.
PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited)
dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara
khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi
dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan
hordeolum adalah sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain.
Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama
pada fase peradangan.
- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak
menunjukkan perbaikan dengan antibiotik atopikal. Obat ini diberikan
selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya
atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat
badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya
hordeolum. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan
untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen, Asam
mefenamat, Ibuprofen, dan sejenisnya.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal
dengan pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain
atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotik.7
KOMPLIKASI
Komplikasi hordeolum dapat berupa:
- mata kering,
- simblefaron,
- selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di
depan septum orbita
- abses palpebra.
PROGNOSIS
Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun umumnya sering
rekuren.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Sundaram V, Barsam A, Alwitry A, Khaw P, eds. Oxford Specialty
Training: Training in Ophthalmology the Essential Clinical Curriculum.
UK: Oxford University Press; 2008. p.84.
2. Khurana AK, ed. Comprehensive Ophthalmology 4th Edition. New Delhi:
New Age International (P) Ltd Publishers; 2007. p.339-42; 44-6.
3. Lang G, ed. Ophthalmology: A Pocet Textbook Atlas 2nd Edition. New
York: Thieme; 2006. p. 37-9.
4. Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. Lids, Lacrimal Apparatus and Tears.
In: Riordan P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology. California: McGraw-Hill; 2004. p. 78-81.
5. Ehrenhaus MP. Hordeolum. [online]. 2012. [cited 2012 April 4].
[hal/screens]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/
1213080
6. Ming AS, Constable IJ, eds. Color Atlas of Ophthalmology 3rd Edition.
7. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J, eds. Pocket Atlas of
Ophthalmology. New York: Thieme; 2006. p. 26-9.
8. Bustos DE. Chalazion on Medline Plus. [online]. 2010. [cited 2010 August
11]. [hal/screens]. Available from:
at:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ article/001006.htm
9. Nessette MJ. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine. [online]. 2012.
[cited 2012 April 4]. [hal/screens]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/ article/798940
10. Wessels IF. Chalazion. [online]. 2011. [cited: 2011 March 25].
[hal/screens]. Availble from: http://emedicine.medscape.com/
article/1212709
11. Manfredi T. Hordeolum Treatment. [online]. 2011. [cited 2011 April 4].
[hal/screens]. Available from:
http://www.healthguidance.org/entry/15643/1/ Hordeolum-Treatment.html