Resusitasi Pada Pasien Perdarahan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

resusitasi perdarahan

Citation preview

Resusitasi Pada Pasien PerdarahanPasien perdarahan

Menghentikan perdarahan

Transport ke tempat dimana pasien dapat menerima perawatan definitif

Pemberian transfusi dengan pemberian produk darah PRBC:FFP:Platelet

Produk darah tersedia cepat Tidak YaPemberian RL bolus 250-500mLTransfusi pasiensampai produk darah atautujuan resusitasi tercapai

Trauma kepala Tidak YaTujuan resusitasi : TDS 70-90 mmHgTujuan resusitasi :Atau dalam batas normalnormotensi

Pemberian asam tranexamatDosis awal 1g dalam 10 menit, lalu infus 1 g dalam 8 jam

Kontrol perdarahan tercapai Tidak YaTransfer ke operating roomTransfer ke ICUCairan1. Ringer LaktatStandar trauma resusitasi berdasarkan ATLS adalah infus cairan RL. RL mempunyai keuntungan melawan asidosis. Laktat dimetabolisme di liver, memproduksi piruvat, CO2 dan H2O. Pada kasus lain, terjadi pelepasan hydroxide, yang dikonversi menjadi bikarbonat , yang memberikan buffer psikologis melawan asidosis. Sekitar 7% dari kematian akibat trauma adalah akibat kegagalan organ, terutama kegagalan multiorgan. Mortalitas akibat perdarahan diakibatkan oleh proses inflamasi dan imunologi. Pemberian RL dapat meningkatkan aktivasi neutrofil. Sebagai alternatif dari RL, dapat diberikan NS, albumin, koloid, Hypertonic saline (HTS) maupun Hypertonic Saline-Dextran (HSD).2. NS (Normal Saline)NS dapat digunakan sebagai resusitasi, namun dapat menyebabkan hiperchloremic asidosis bila digunakan dalam jumlah yang besar. Pemberian NS dapat menyebabkan asidosis dan penurunan level fibrinogen jika dibandingkan dengan pemberian RL. 3. Albumin dan Koloid lainSelalu tejadi kontroversi antara pemberian kristaloid dan koloid untuk resusitasi. Keuntungan koloid dibandingkan dengan kristaloid adalah volume yang dibutuhkan lebih sedikit serta tidak menyebabkan aktivasi neutrofil. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa pemberian albumin lebih aman bila dibandingkan dengan pemberian NS. 4. Hypertonic Saline (HTS)Hypertonic saline digunakan untuk resusitasi sejak tahun 1980. HTS mempunyai efek imunologik. HTS menggantikan fungsi sel T yang tersupresi akibat perdarahan dan dapat mencegah terjadinya sepsis. HTS mempunyai efek langsung sebagai respon sitotoksik terhadap neutrofil polimorfonuklear, terutama apabila diberikan pada awal perdarahan. 5. Hypertonic Saline-Dextran (HSD)Kombinasi hypertonic saline dengan dextran untuk resusitasi cairan dipakai sejak tahun 1986. Formulasi HSD yaitu 7.5% NaCl dan 6% dextran 70. Pemberian HSD menurunkan aktivasi neutrofil dan multiorgan disfungsi.Sebagai kesimpulan, pemberian RL untuk resusitasi merupakan pemberian yang terbaik pada pasien perdarahan. Pemberian RL mempunyai efek inflamasi yang lebih rendah (Cherkas, 2011).

RBC (Red blood cell) dan FFP (Fresh Frozen Plasma)Pemberian awal RBC dan FFP merupakan prioritas utama untuk mempertahankan penyaluran oksigen dan memperbaiki koagulasi yang terjadi. Pemberian RBC sangat diperlukan bila kadar Hb 40%, detak jantungnya menjadi + 95(sekitar 80-114) dan tekanan darahnya menjadi 120 (sekitar 98-140). Mortalitas pada pasien tua karena trauma benda tumpul dengan tekanan darah awal sekitar 120 adalah 12%. Vital sign yang abnormal menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi shock, walaupun dengan vital sign yang normal juga tidak dapat menyingkirkan kemungkinan tersebut. Banyak faktor seperti mekanisme injury, adanya trauma kepala dan umur pasien mempengaruhi terjadinya shock.Cherkas, 2011

4. Penanganan Shock Hemorrhage

(Bougle, Harrois, Duranteau, 2013)