Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
-1-
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE
NOMOR 5 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NABIRE,
Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 110 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdapat 14 (empat
belas) jenis Retribusi Jasa Umum yang dapat dipungut oleh Pemerintah
Daerah;
b. bahwa untuk Kabupaten Nabire, dari 14 (empat belas) jenis Retribussi
Jasa Umum, 11 (sebelas) jenis yang akan dipungut, dan ditetapkan
dalam 1 (satu) Peraturan Daerah;
c. bahwa sesuai Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten
Nabire tentang Retribusi Jasa Umum.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi
Irian Barat (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara. Nomor 2907);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3881);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4844);
-2-
4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4438);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administratif
Kependudukan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor124, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4674);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara tahun 2008 Nomor69, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4851);
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Darat (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5025);
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049).
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);
12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 144);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1996 tentang Pembentukan
Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Paniai, Perubahan Nama dan
Pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Paniai di Wilayah Propinsi Dati
I Irian Jaya (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 76);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 Pelaksana Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Pubilk;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak;
-3-
18. Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten
Nabire (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 3);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NABIRE
dan
BUPATI NABIRE
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Nabire.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nabire.
3. Bupati ialah Bupati Nabire.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nabire.
5. Dinas adalah Dinas Kabupaten Nabire.
6. Lembaga Teknis adalah Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nabire.
7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di Bidang Pajak Daerah sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
9. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan.
10. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau Badan.
-4-
11. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/
menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-
undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk
pemungut atau pemotong retribusi tertentu
13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah
yang bersangkutan.
14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Bupati.
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB,
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
17. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
retribusi daerah.
19. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
20. Alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang selanjutnya disebut UTTP adalah
UTTP sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta
Syarat-syarat bagi Alat-alat Ukur, takar, Timbang dan Perlengkapannya.
21. Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disebut BDKT adalah barang
yang ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan tertutup yang untuk
mempergunakannya harus merusak pembungkusnya atau segel pembungkusnya.
22. Tempat Pembuangan Akhir yang selanjutnya di singkat TPA adalah tempat atau lokasi
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah khusus untuk pembuangan dan/atau
pemusnahan akhir sampah.
BAB II
JENIS RETRIBUSI GOLONGAN JASA UMUM
Pasal 2
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum Kabupaten Nabire terdiri dari :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
-5-
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pelayanan Pasar;
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
h. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
i. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
j. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
k. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
(2) Jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Umum.
Bagian Kesatu
Retribusi Pelayanan Kesehatan
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 3
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut Retribusi atas pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 4
(1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas,
puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah,
dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah :
a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak
swasta;
b. Pelayanan kesehatan terhadap keluarga dan/atau orang miskin yang ditetapkan oleh
Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 5
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, alat yang digunakan, dan jangka
waktu pelayanan kesehatan.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 6
Besarnya Tarif Retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
-6-
Bagian Kedua
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 7
Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut retribusi atas pelayanan
persampahan/kebersihan.
Pasal 8
(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan persampahan/
kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi :
a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan
sementara;
b. Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke
lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan
c. Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum
lainnya.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 9
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan pelayanan yang diberikan, serta jenis
dan/atau volume sampah.
(2) Jenis sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sampah organik dan non
organik.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 10
(1) Besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan, jenis serta
volume sampah yang dihasilkan.
(2) Besarnya tarif Retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
-7-
Bagian Ketiga
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 11
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil dipungut Retribusi atas pelayanan Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
Pasal 12 Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
adalah pelayanan:
a. Kartu tanda penduduk;
b. Kartu keterangan bertempat tinggal;
c. Kartu identitas kerja;
d. Kartu penduduk sementara;
e. Kartu identitas penduduk musiman;
f. Kartu keluarga; dan
g. akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan
pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 13
Tingkat Penggunaan Jasa Pelayanan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil diukur
berdasarkan berdasarkan jenis dan jumlah layanan.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 14
Besarnya Tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 15 Dengan nama Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dipungut Retribusi atas
pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.
-8-
Pasal 16
Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah pelayanan pemakaman
dan pengabuan mayat yang meliputi :
a. Pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/
pengabuan mayat; dan
b. Sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau
dikelola Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi
Pasal 17
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 18
Struktur dan Besarnya tarif Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 19
Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut Retribusi atas
penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum.
Pasal 20
Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di
tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 21
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis kendaraan dan frekuensi
penggunaan tempat parkir.
-9-
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 22
Struktur dan besarnya tarif Retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran V, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Retribusi Pelayanan Pasar
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 23
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut Retribusi atas penyediaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan
khusus disediakan untuk pedagang.
Pasal 24
(1) Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana,
berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk
pedagang.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan
fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Paragraf 2
Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 25
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan luas, jenis tempat dan kelas pasar yang
digunakan.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 26
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman/
peralatan, los dan atau kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.
(2) Lokasi sebagimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentukan kelas pasar.
(3) Kelas pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu Pasar kelas I dan Pasar Kelas II:
a. Pasar kelas I terdiri dari Pasar Oyehe, Pasar Kalibobo dan Pasar Karang Tumaritis;
b. Pasar kelas II adalah Pasar yang dibangun oleh pemerintah Daerah/Kampung.
(3) Khusus kios swadaya besarnya tarif untuk 5 (lima) tahun pertama disamakan dengan
pelataran dan selanjutnya sesuai tarif kios yang berlaku.
(4) Struktur dan besarnya tarif adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
-10-
Bagian Ketujuh
Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 27
Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut Retribusi atas pelayanan
pengujian kendaraan bermotor.
Pasal 28
Objek Retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan
bermotor di air sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 29
Tingkat Pengggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan yang diuji.
Paragraf 3
Struktur dan BesarnyaTarif Retribusi
Pasal 30
Besarnya Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 31
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut Retribusi atas penyediaan
peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 32
Objek Retribusi adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah, yang meliputi :
a. Peta Kabupaten;
b. Peta Distrik;
c. Peta Kampung;
d. Peta RTRW;
e. Peta RDRTKW;
f. Peta RUTK;
g. Peta RDTRK;
h. Peta RTRK;
-11-
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 33
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jumlah, jenis, kualitas, dan ukuran peta yang
dicetak.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 34
Struktur dan Besarnya tarif Retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII,
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini
Bagian Kesembilan
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 35
Dengan nama Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus dipungut Retribusi atas
penyediaan dan/atau penyedotan kakus.
Pasal 36
(1) Obyek Retribusi adalah Pelayanan Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah, meliputi :
a. Penyedotan kakus dari sumber ke TPA Tinja;
b. Penyediaan lokasi pembuangan pengolahan lumpur Tinja di TPA Tinja.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Pelayanan Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau
dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 37
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan volume tinja yang disedot dan atau yang
dibuang di TPA Tinja.
-12-
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 38
Besarnya Tarif terhadap pelayanan penyedotan kakus dan pembuangannya adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesepuluh
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
Paragraf 1
Nama, dan Objek Retribusi
Pasal 39
Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, dipungut Retribusi atas pelayanan jasa
tera atau tera ulang, kalibrasi atas alat UTTP dan pengujian BDKT.
Pasal 40
Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah :
a. Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan
b. Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 41
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis UTTP/BDKT.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 42
(1) Retribusi pelayanan tera/tera ulang meliputi biaya tera dan tera ulang, pengesahan,
penjustiran, pembatalan, pemeriksaan, kalibrasi, pengujian BDKT, jasa profesi, biaya
tambahan untuk alat UTTP
(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran X,
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
-13-
Bagian Kesebelas
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Paragraf 1
Nama dan Objek Retribusi
Pasal 43
Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut Retribusi atas jasa
pengendalian menara telekomunikasi.
Pasal 44
Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk
menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan
umum.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 45
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi pengendalian dan
pengawasan menara telekomunikasi.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 46
Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB III
SUBJEK DAN WAJIB RETRIBUSI
Pasal 47
(1) Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/
menikmati pelayanan jasa yang bersangkutan.
(2) Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
TARIF RETRIBUSI
Pasal 48
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat,
aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
-14-
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan,
biaya bung, dan biaya modal
(3) Dalam hal penetapan tarif, sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, dan
hanya untuk menutup sebagian biaya.
(4) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil, dan Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Peta, hanya memperhitungkan biaya pencetakan dan
pengadministrasian.
BAB V
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 49
Retribusi dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan diberikan.
BAB VI
PEMUNGUTAN
Pasal 50
(1) Retribusi terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan yang diterbitkan oleh Bupati.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
karcis, kupon, dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 51
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang merupakan tanggal
jatuh tempo pembayaran Retribusi.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.
(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan
dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda
pembayaran Retribusi, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(5) Tata cara pembayaran, pembayaran dengan angsuran dan penundaan pembayaran
Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 52
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Bupati.
-15-
(2) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan SSRD.
(3) Bentuk, jenis, ukuran dan tata cara pengisian SSRD, ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 53
(1) Untuk melakukan penagihan Retribusi, Bupati dapat menerbitkan STRD jika Wajib
Retribusi tidak membayar Retribusi Terutang tepat pada waktunya atau kurang
membayar.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan
Surat Teguran.
(3) Jumlah kekurangan Retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Tata cara penagihan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
KEBERATAN
Pasal 54
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk
atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan
yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu
keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan
penagihan Retribusi.
Pasal 55
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan
Surat Keputusan Keberatan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak
memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 56
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, Bupati menerbitkan
SKRDLB untuk mengembalikan kelebihan pembayaran Retribusi dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
-16-
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan
sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
BAB X
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 57
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati
tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi
dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya
SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua)
bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KEDALUWARSA
Pasal 58
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib
Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak
langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang
Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
-17-
Pasal 59
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XII
PEMERIKSAAN
Pasal 60
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan
Retribusi Daerah.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang
terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu
dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XIII
PEMANFAATAN
Pasal 61
(1) Hasil penerimaan Retribusi Jasa Umum merupakan pendapatan daerah yang harus
disetorkan seluruhnya ke Kas Daerah.
(2) Sebagian hasil penerimaan Retribusi digunakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan
langsung dengan pelayanan jasa umum.
(3) Pengalokasian sebagian penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BAB XIV
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 62
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
-18-
(3) Pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 63
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,
dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
-19-
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 64
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling
banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XVII
INSTANSI PELAKSANA
Pasal 65
Instansi pelaksana Retribusi Jasa Umum akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 66
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan
Daerah tentang Retribusi mengenai jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1), sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih
dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
(1) Tarif retribusi dapat ditinjau Kembali paling lama 3 (tiga) Tahun.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 68
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :
(1) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 16 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan pada RSUD Kabupaten Nabire;
(2) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 16 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan pada RSUD Kabupaten Nabire;
(3) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 9 Tahun 2008 tentang Retribusi Parkir;
(4) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor;
(5) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 3 Tahun 2003 tentang Retribusi Pasar;
(6) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 13 Tahun 1996 tentang Retribusi
Kebersihan Kota;
(7) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 25 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan Atau Kebersihan Kota;
-20-
(8) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 27 Tahun 2001 tentang Retribusi Parkir
Ditepi Jalan Umum;
(9) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor;
(10) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 16 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan Pada RSUD Nabire;
(11) Peraturan Daerah Kabupaten Nabire Nomor 18 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan;
Dinyatakan dicabut khusus untuk pasal-pasal yang berkaitan dengan tarif Retribusi,
sedangkan yang berkaitan dengan pengaturan umum tetap berlaku, sambil menunggu
perubahan Peraturan Daerahnya.
Pasal 69
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nabire.
Ditetapkan di Nabire
pada tanggal 1 oktober 2010
BUPATI NABIRE,
CAP/TTD
ISAIAS DOUW
Diundangkan di Nabire
pada tanggal 7 Oktober 2010
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NABIRE,
CAP/TTD
Drs. UMAR KATJILI
PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 195204211971061001
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NABIRE TAHUN 2010 NOMOR 5
Untuk salinan yang sah sesuai dengan aslinya;
a.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NABIRE
KEPALA BAGIAN HUKUM,
CAP/TTD
DEREK KAMBUAYA, SH
PEMBINA
NIP. 19671222 199610 1001
-21-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NABIRE
NOMOR 5 TAHUN 2010
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM
I. UMUM.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan
Daerah yang merubah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, memberikan kewenangan
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengurus sendiri Urusan Pemerintahannya
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Berkaitan dengan kewenangan tersebut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten berhak
mengadakan pengaturan yang berupa Retribusi Jasa Umum kepada masyarakat,
pengaturan tersebut dituangkan kedalam Peraturan Perundang-undangan yang bersifat
memaksa, hal tersebut juga ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Daerah diberi kewenangan untuk memungut jenis-jenis retribusi yang
terkait dengan Retribusi yang diberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah. Dengan
kewenangan tersebut bisa mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
-22-
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
-23-
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
-24-
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas