1
1938-1939 Adolf Hitler melarang tiga pemenang Nobel menerima penghargaan itu. 1940-1942 Tidak ada hadiah diberikan dalam kategori apa pun, akibat pendudukan Norwegia oleh Jerman. 1943 semua hadiah diberikan kecuali untuk sastra dan perdamaian. 1968 Sveriges Riksbank, Bank Swedia, menambah Penghargaan dalam Sains Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel. Dan pada tahun ini pula ditetapkan keputusan untuk tidak menambah penghargaan lainnya yang mengatasnamakan untuk mengenang Nobel. 1995 Penghargaan ekonomi dinamai penghargaan ilmu sosial, sehingga membuka kesempatan bagi bidang ilmu politik, psikologi, dan sosiologi. Pengkhianatan Wasiat Nobel (?) SELASA, 19 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23 Internasional KONTROVERSI KEMARAHAN Gunnar Jahn memuncak. Kepada empat re- kannya, Ketua Komite Hadiah Nobel itu mengancam akan mengundurkan diri. Pria asal Norwegia tersebut merasa terlalu banyak penghargaan jatuh ke tangan institusi, semacam Palang Merah. “Jika kita terus memberikan penghargaan, saya akan me- minta (parlemen) untuk me- lepaskan tugas sebagai anggota komite. Kita tidak bisa secara terus-menerus memberikan penghargaan kepada mereka yang memulihkan luka-luka perang,” tulis Jahn dalam buku hariannya pada 1963 lampau. Kisah kegeraman Jahn yang menjabat Ketua Komite Hadiah Nobel pada 1942-1966 itu ter- tuang di dalam buku The Nobel Peace Prize, What Nobel Really Wanted karya Fredrik Heffer- mehl. Pada buku itu, Heffermehl hendak menunjukkan kepada dunia bahwa lebih dari sete- ngah penerima Hadiah Nobel Perdamaian sejak 1946 telah mengingkari keinginan Alfred Nobel. Dalam surat wasiat Nobel pada 27 November 1895, pen- cipta dinamit itu mendamba- kan penghargaan kepada orang yang berjasa di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan ekonomi. Nobel juga ingin agar peng- hargaan tersebut diberikan kepada juara perdamaian, yaitu ‘insan yang telah melaku- kan pekerjaan terbanyak atau terbaik bagi persahabatan antarbangsa, bagi penghapus- an atau pengurangan tentara, dan penciptaan serta perkem- bangan perdamaian’. “Komite penghargaan telah mengabaikan Nobel dan mem- buat hadiah perdamaian sesuai dengan ide mereka. Ini adalah kerusakan moral,” tegas Hef- fermehl kepada Reuters. Meluas Nyatanya, menurut Heffer- mehl, komite hadiah telah meluaskan definisi perdamaian yang digariskan Nobel. Pada 1960-an, mereka memasukkan hak asasi manusia ke kategori perdamaian. Pada dekade ter- akhir, muncul kegiatan ling- kungan. Alhasil, nama peneri- ma Hadiah Nobel Perdamaian beragam. Mulai Bunda Teresa (1979), trio Yasser Arafat, Shi- mon Peres, dan Yitzhak Rabin (1994), aktivis HAM Iran Shirin Ebadi (2003), aktivis lingkung- an asal Kenya Wangari Maathai (2004), Al Gore (2007), bankir Bangladesh Mohammad Yunus (2006), hingga Presiden AS Barack Obama (2009). Lalu seperti apa prosedur dalam seleksi penerima Hadiah Nobel Perdamaian sehingga nama-nama tersebut bisa men- cuat? Komite hadiah yang berang- gotakan lima orang adalah penanggung jawab pemilihan kandidat penerima Hadiah Nobel. Mereka dipilih Storting atau parlemen Norwegia. Adapun komite memulai pe- kerjaan mereka saban Septem- ber. Mereka mengirimkan surat berisi permohonan masukan kandidat kepada mantan pe- nerima Hadiah Nobel, anggota sejumlah parlemen negara dan pemerintah di seantero dunia, profesor ilmu sejarah, politik, filosofi, hukum, dan teologi, serta anggota Mahkamah Inter- nasional. Saat tenggat tiba pada Febru- ari, komite mulai menyiapkan daftar pendek berisi nama-na- ma kandidat. Lantas pada Maret hingga Agustus, penasi- hat permanen Institut Nobel akan menyusun laporan riset mendalam tentang setiap kan- didat yang menjadi dasar kepu- tusan komite. Geir Lundestad yang menja- bat ketua komite saat ini me- ngaku keputusan pihaknya adalah sebuah upaya menjem- batani berbagai kepentingan. “Kami mewakili percam- puran realisme dan idealisme. Kami memang sedikit kiri- tengah secara global dan mungkin di sinilah penghar- gaan ini harus diposisikan,” kata Lundestad. (Jer/AP/Reuters/I-1) damai lewat gencatan senjata. Dengan pemberian penghar- gaan Nobel Perdamaian kepada Ossietzky itu, tampak jelas bahwa Nobel ingin menstimu- lasi perdamaian antara Norwe- gia dan Jerman. Hingga 1936, pemberian Nobel itu diragukan memiliki maksud dan tujuan mendamai- kan dua negara. Karena ba- gaimanapun, penganugerahan Nobel Perdamaian untuk An- drei Dmitrievich Sakharov, ak- tivis HAM di Uni Soviet, tidak membuat hubungan Norwegia dan Uni Soviet lebih baik. Nobel yang diberikan kepada Yasser Arafat, Le Ðuc Tho, Henry Kissinger, Jimmy Carter, dan Barack Obama adalah yang paling mengundang perdebat- an. Bahkan penentuan Kissing- er-Tho menimbulkan perdebat- an yang berujung pada mun- durnya dua anggota komite penjurian. Kritik keras terhadap kega- galan Komite Nobel memilih pemenang dilancarkan majalah Foreign Policy pada 2009. Ma- jalah itu menyebutkan, Mahat- ma Gandhi, Eleanor Roosevelt, Vaclav Havel, Ken Saro-Wiwa, Sari Nusseibeh, Corazon Aqui- no, dan Liu Xiaobo sebagai orang yang ‘seharusnya meme- nangi Nobel, tapi tidak diberi- kan’. Nama terakhir, Liu Xiaobo, telah dianugerahi Nobel Perda- maian 2010. Namun, tidak bagi Mahatma Gandhi yang telah jadi nomine pada 1937, 1938, 1939, 1947, dan 1948. Setelah meninggal pada 1948, anggota komite penjurian mempertimbangkan Gandhi. Namun, tidak ada pemenang yang terpilih karena menurut Wujud Dedikasi Genius Swedia komite, ‘tidak ada pemenang yang pantas yang masih hidup’. Kemudian pada 1989, saat Dalai Lama dianugerahi Nobel, ketua komite Nobel menyebut- kan bahwa pemilihan Dalai Lama adalah ‘bagian kontri- busi komite untuk mengingat Mahatma Gandhi’. (Berbagai Sumber/I-2) denny@ mediaindonesia.com FOKUS NUSANTARA BACA BESOK! Tema: Lumbung Padi yang Tergerus Industri PENGHARGAAN Nobel yang diberikan setiap tahun tidak terlepas dari Alfred Nobel, ilmuwan dan inovator jutawan kelahiran Stokholm, Swedia. Penemu dinamit ini mendedi- kasikan kekayaannya untuk diberikan kepada orang-orang yang telah berjasa bagi umat manusia. Lewat surat wasiatnya yang ditulis dalam bahasa Swedia pada 27 November 1895, setahun sebelum kematiannya, pria genius kelahiran 1833 ini menyerahkan sekitar 94% kekayaannya yang nilainya lebih dari SKr 31 juta (US$186 juta) untuk dijadikan dana dan diinvestasikan. “Hasil dari investasi ini diberikan setiap tahun dalam bentuk hadiah bagi orang-orang yang sepanjang tahun itu telah memberikan manfaat besar bagi umat manusia,” kata industrialis yang tidak menikah ini dalam surat wasiatnya. Dalam surat wasiatnya, ia juga meminta hadiah itu harus diberikan untuk mereka yang berjasa dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, sastra, dan perdamaian. Nobel menjabarkan instruksi untuk memilih penerima hadiah itu. Ia menginstruksikan pembentukan Komite No- bel Norwegia yang menyeleksi peraih Nobel Perdamaian. Wasiat putra keempat dari Imanuel Nobel, seorang in- dustrialis Swedia ini, baru terlaksana setahun pascakema- tiannya pada 1896. Parlemen Norwegia mengesahkan dua insinyur, Ragnar Sohlman dan Rudolf Lilljequist, yang di- tunjuk Nobel untuk menjadi eksekutor pembentukan Yayasan Nobel. Yayasan itulah yang kemudian mengelola dana warisan Nobel dan mengorganisasinya. Setelah itu, organisasi yang akan menyeleksi pemberian hadiah tersebut juga dibentuk. Di antaranya, Karolinska Institutet pada 7 Juni, Swedish Academy pada 9 Juni, dan Royal Swedish Academy of Sciences pada 11 Juni. Pada 1900, Yayasan Nobel mencapai kesepakatan me- ngenai pelaksanaan pemberian hadiah tersebut yang ke- mudian disahkan Raja Oskar II. Kesepakatan itu juga me- netapkan Yayasan Nobel harus terdiri dari sebuah dewan yang diisi lima warga Swedia atau Norwegia yang akan berkedudukan di Stokholm. Ketuanya diangkat Raja Swe- dia. Empat anggota lainnya diangkat organisasi penyeleksi tersebut. Mulai 1901, hadiah Nobel pun dibagikan. Bapak Palang Merah Internasional asal Prancis Henry Dunant dan ekonom Prancis Frederic Passy tercatat sebagai penerima Nobel Perdamaian pertama, yang merupakan hadiah paling prestisius. Penerima pertama lainnya adalah Sully Prudhomme (bidang sastra), Wilhelm Conrad Röntgen dan Philipp Lenard (bidang fisika), Jacobus van’t Hoff (bi- dang kimia), dan Emil von Behring (bidang kedokteran). Nobel ekonomi baru diberikan pada 1969 dan merupa- kan sumbangan Sveriges Riksbank untuk mengenang Nobel. Sejak diberikan pertama kali pada 1901 hingga 2010, penghargaan prestisius ini sudah 91 kali diberikan kepada 121 peraih penghargaan yang terdiri dari 98 individu dan 23 organisasi. (Hde/Berbagai Sumber/I-5) 010 Liu Xiaobo dipegang istrinya, Liu Xia, di Beijing, China, Minggu (3/10). PENGUMUMAN: Anggota Royal Swedish Academy mengumumkan pemenang Nobel 2010 di Stokholm, Swedia, Rabu (6/10). REUTERS/PETAR KUJUNDZIC GRAFIS: EBET REUTERS/JANERIK HENRIKSSON/SCANPIX SWEDEN

REUTERS/PETAR KUjUNdziC REUTERS/jANERiK … · Sveriges Riksbank, Bank Swedia, menambah Penghargaan dalam Sains Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel. Dan pada tahun ini pula ... dunia

Embed Size (px)

Citation preview

1895 Penyelenggara, Nobel Foundation, didirikan.

1901Seremoni untuk memberikan penghargaan pertama Nobel kepada 6 tokoh pertama kali diadakan di Old Royal Academy of Music di Stockholm.

1902Penghargaan Nobel secara formal dianugerahkan oleh Raja Swedia.

1938-1939Adolf Hitler melarang tiga pemenang Nobel menerima penghargaan itu.

1940-1942Tidak ada hadiah diberikan dalam kategori apa pun, akibat pendudukan Norwegia oleh Jerman.

1943semua hadiah diberikan kecuali untuk sastra dan perdamaian.

1968Sveriges Riksbank, Bank Swedia, menambah Penghargaan dalam Sains Ekonomi untuk Mengenang Alfred Nobel. Dan pada tahun ini pula ditetapkan keputusan untuk tidak menambah penghargaan lainnya yang mengatasnamakan untuk mengenang Nobel.

1995Penghargaan ekonomi

dinamai penghargaan ilmu sosial, sehingga membuka

kesempatan bagi bidang ilmu politik, psikologi, dan

sosiologi.

Pengkhianatan Wasiat Nobel (?)

SELASA, 19 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23Fokus Internasional

hadiah nobel penuh kontroversi

KEMARAHAN Gunnar Jahn memuncak. Kepada empat re­kannya, Ketua Komite Hadiah Nobel itu mengancam akan mengundurkan diri. Pria asal Norwegia tersebut merasa terlalu banyak penghargaan jatuh ke tangan institusi, semacam Palang Merah.

“Jika kita terus memberikan penghargaan, saya akan me­minta (parlemen) untuk me­lepaskan tugas sebagai anggota komite. Kita tidak bisa secara terus­menerus memberikan penghargaan kepada mereka yang memulihkan luka­luka perang,” tulis Jahn dalam buku hariannya pada 1963 lampau.

Kisah kegeraman Jahn yang menjabat Ketua Komite Hadiah Nobel pada 1942­1966 itu ter­tuang di dalam buku The Nobel Peace Prize, What Nobel Really Wanted karya Fredrik Heffer­mehl.

Pada buku itu, Heffermehl hendak menunjukkan kepada dunia bahwa lebih dari sete­ngah penerima Hadiah Nobel Perdamaian sejak 1946 telah

mengingkari keinginan Alfred Nobel.

Dalam surat wasiat Nobel pada 27 November 1895, pen­cipta dinamit itu mendamba­kan penghargaan kepada orang yang berjasa di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan ekonomi.

Nobel juga ingin agar peng­hargaan tersebut diberikan kepada juara perdamaian, yaitu ‘insan yang telah melaku­kan pekerjaan terbanyak atau terbaik bagi persahabatan antarbangsa, bagi penghapus­an atau pengurangan tentara, dan penciptaan serta perkem­bangan perdamaian’.

“Komite penghargaan telah mengabaikan Nobel dan mem­buat hadiah perdamaian sesuai dengan ide mereka. Ini adalah kerusakan moral,” tegas Hef­fermehl kepada Reuters.

MeluasNyatanya, menurut Heffer­

mehl, komite hadiah telah meluaskan definisi perdamaian yang digariskan Nobel. Pada

1960­an, mereka memasukkan hak asasi manusia ke kategori perdamaian. Pada dekade ter­akhir, muncul kegiatan ling­kungan. Alhasil, nama peneri­ma Hadiah Nobel Perdamaian beragam. Mulai Bunda Teresa (1979), trio Yasser Arafat, Shi­mon Peres, dan Yitzhak Rabin (1994), aktivis HAM Iran Shirin Ebadi (2003), aktivis lingkung­an asal Kenya Wangari Maathai (2004), Al Gore (2007), bankir Bangladesh Mohammad Yunus (2006), hingga Presiden AS Barack Obama (2009).

Lalu seperti apa prosedur dalam seleksi penerima Hadiah Nobel Perdamaian sehingga nama­nama tersebut bisa men­cuat?

Komite hadiah yang berang­gotakan lima orang adalah penanggung jawab pemilihan kandidat penerima Hadiah Nobel. Mereka dipilih Storting atau parlemen Norwegia. Adapun komite memulai pe­kerjaan mereka saban Septem­ber. Mereka mengirimkan surat berisi permohonan masukan

kandidat kepada mantan pe­nerima Hadiah Nobel, anggota sejumlah parlemen negara dan pemerintah di seantero dunia, profesor ilmu sejarah, politik, filosofi, hukum, dan teologi, serta anggota Mahkamah Inter­nasional.

Saat tenggat tiba pada Febru­ari, komite mulai menyiapkan daftar pendek berisi nama­na­ma kandidat. Lantas pada Maret hingga Agustus, penasi­hat permanen Institut Nobel akan menyusun laporan riset mendalam tentang setiap kan­didat yang menjadi dasar kepu­tusan komite.

Geir Lundestad yang menja­bat ketua komite saat ini me­ngaku keputusan pihaknya a dalah sebuah upaya menjem­batani berbagai kepentingan.

“Kami mewakili percam­puran realisme dan idealisme. Kami memang sedikit kiri­tengah secara global dan mungkin di sinilah penghar­gaan ini harus diposisikan,” kata Lundestad. (Jer/AP/Reuters/I­1)

damai lewat gencatan senjata.Dengan pemberian penghar­

gaan Nobel Perdamaian kepada Ossietzky itu, tampak jelas bahwa Nobel ingin menstimu­lasi perdamaian antara Norwe­gia dan Jerman.

Hingga 1936, pemberian Nobel itu diragukan memiliki maksud dan tujuan mendamai­kan dua negara. Karena ba­gaimanapun, penganugerahan Nobel Perdamaian untuk An­drei Dmitrievich Sakharov, ak­tivis HAM di Uni Soviet, tidak membuat hubungan Norwegia dan Uni Soviet lebih baik.

Nobel yang diberikan kepada Yasser Arafat, Le Ðuc Tho, Henry Kissinger, Jimmy Carter,

dan Barack Obama adalah yang paling mengundang perdebat­an. Bahkan penentuan Kissing­er­Tho menimbulkan perdebat­an yang berujung pada mun­durnya dua anggota komite penjurian.

Kritik keras terhadap kega­galan Komite Nobel memilih pemenang dilancarkan majalah Foreign Policy pada 2009. Ma­jalah itu menyebutkan, Mahat­ma Gandhi, Eleanor Roosevelt, Vaclav Havel, Ken Saro­Wiwa, Sari Nusseibeh, Corazon Aqui­no, dan Liu Xiaobo sebagai orang yang ‘seharusnya meme­

nangi Nobel, tapi tidak diberi­kan’.

Nama terakhir, Liu Xiaobo, telah dianugerahi Nobel Perda­maian 2010. Namun, tidak bagi Mahatma Gandhi yang telah jadi nomine pada 1937, 1938, 1939, 1947, dan 1948.

Setelah meninggal pada 1948, anggota komite penjurian mempertimbangkan Gandhi. Namun, tidak ada pemenang yang terpilih karena menurut

Wujud Dedikasi Genius Swedia

komite, ‘tidak ada pemenang yang pantas yang masih hidup’.

Kemudian pada 1989, saat Dalai Lama dianugerahi Nobel, ketua komite Nobel menyebut­kan bahwa pemilihan Dalai Lama adalah ‘bagian kontri­

busi komite untuk mengingat Mahatma Gandhi’. (Berbagai Sumber/I­2)

[email protected]

FOKUSNUSANTARA

BACA BESOK!Tema:

Lumbung Padiyang Tergerus Industri

PENGHARGAAN Nobel yang diberikan setiap tahun tidak terlepas dari Alfred Nobel, ilmuwan dan inovator jutawan kelahiran Stokholm, Swedia. Penemu dinamit ini mendedi­kasikan kekayaannya untuk diberikan kepada orang­orang yang telah berjasa bagi umat manusia.

Lewat surat wasiatnya yang ditulis dalam bahasa Swe dia pada 27 November 1895, setahun sebelum kematiannya, pria genius kelahiran 1833 ini menyerahkan sekitar 94% kekayaannya yang nilainya lebih dari SKr 31 juta (US$186 juta) untuk dijadikan dana dan diinvestasikan.

“Hasil dari investasi ini diberikan setiap tahun dalam bentuk hadiah bagi orang­orang yang sepanjang tahun itu telah memberikan manfaat besar bagi umat manusia,” kata industrialis yang tidak menikah ini dalam surat wasiatnya. Dalam surat wasiatnya, ia juga meminta hadiah itu harus diberikan untuk mereka yang berjasa dalam bidang fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, sastra, dan perdamaian.

Nobel menjabarkan instruksi untuk memilih penerima hadiah itu. Ia menginstruksikan pembentukan Komite No­bel Norwegia yang menyeleksi peraih Nobel Perdamaian.

Wasiat putra keempat dari Imanuel Nobel, seorang in­dustrialis Swedia ini, baru terlaksana setahun pascakema­tiannya pada 1896. Parlemen Norwegia mengesahkan dua insinyur, Ragnar Sohlman dan Rudolf Lilljequist, yang di­tunjuk Nobel untuk menjadi eksekutor pembentukan Yayasan Nobel. Yayasan itulah yang kemudian mengelola dana warisan Nobel dan mengorganisasinya.

Setelah itu, organisasi yang akan menyeleksi pemberian hadiah tersebut juga dibentuk. Di antaranya, Karolinska Institutet pada 7 Juni, Swedish Academy pada 9 Juni, dan Royal Swedish Academy of Sciences pada 11 Juni.

Pada 1900, Yayasan Nobel mencapai kesepakatan me­ngenai pelaksanaan pemberian hadiah tersebut yang ke­mudian disahkan Raja Oskar II. Kesepakatan itu juga me­netapkan Yayasan Nobel harus terdiri dari sebuah dewan yang diisi lima warga Swedia atau Norwegia yang akan berkedudukan di Stokholm. Ketuanya diangkat Raja Swe­dia. Empat anggota lainnya diangkat organisasi penyeleksi tersebut. Mulai 1901, hadiah Nobel pun dibagikan.

Bapak Palang Merah Internasional asal Prancis Henry Dunant dan ekonom Prancis Frederic Passy tercatat sebagai penerima Nobel Perdamaian pertama, yang merupakan hadiah paling prestisius. Penerima pertama lainnya adalah Sully Prudhomme (bidang sastra), Wilhelm Conrad Röntgen dan Philipp Lenard (bidang fisika), Jacobus van’t Hoff (bi­dang kimia), dan Emil von Behring (bidang kedokteran).

Nobel ekonomi baru diberikan pada 1969 dan merupa­kan sumbangan Sveriges Riksbank untuk mengenang Nobel. Sejak diberikan pertama kali pada 1901 hingga 2010, penghargaan prestisius ini sudah 91 kali diberikan kepada 121 peraih penghargaan yang terdiri dari 98 individu dan 23 organisasi. (Hde/Berbagai Sumber/I­5)

PEMENANG NOBEL PERDAMAIAN: Foto penerima Nobel Perdamaian 2010 Liu Xiaobo dipegang istrinya, Liu Xia, di Beijing, China, Minggu (3/10). PENGUMUMAN: Anggota Royal Swedish Academy mengumumkan pemenang Nobel 2010 di Stokholm, Swedia, Rabu (6/10).REUTERS/PETAR KUjUNdziC

GRAFiS: EBET

REUTERS/jANERiK HENRiKSSoN/SCANPiX SwEdEN